Anda di halaman 1dari 5

RANGKUMAN MATA KULIAH

PENGAUDITAN INTERNAL

“KOMPETENSI AUDITOR INTERNAL”

KELOMPOK 7 :

FEBRYANTHI SETIA NINGSI (A031201061)

DIAN PRATIWI TANGKE (A031201063)

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2023
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesian.
Audit intern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh suatu unit pemeriksa yang merupakan
bagian dari organisasi yang diawasi (Mardiasmo, 2005).
Menurut Boynton (dalam Rohman, 2007) fungsi auditor internal adalah melaksanakan fungsi
pemeriksaan internal yang merupakan fungsi penilaian independen dalam suatu organisasi
untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dijalankan. Selain itu, auditor
internal juga diharapkan dapat memberikan kontribusi lebih dalam peningkatan efisiensi dan
efektivitas guna meningkatkan kinerja organisasi.
Pernyataan standar umum yang pertama dalam SPKN adalah: “Pemeriksa secara kolektif
harus memiliki kemampuan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas
pemeriksaannya”. Dengan Pernyataan Standar Audit ini, semua organisasi inspeksi
bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap inspeksi dilakukan oleh inspektur yang
secara kolektif memiliki pengetahuan, keahlian dan pengalaman yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tugas tersebut. Oleh karena itu, organisasi inspeksi harus memiliki prosedur
untuk merekrut, mengangkat, melanjutkan pembinaan, dan mengevaluasi pemeriksa untuk
membantu organisasi pemeriksa dalam mempertahankan pemeriksa yang memiliki
kompetensi yang memadai.
Kamus Perguruan Tinggi Baru Kesembilan Webster (1983) dalam Sri Lastanti (2005)
mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian seorang ahli. Dimana seorang ahli diartikan
sebagai seseorang yang memiliki tingkat keahlian tertentu atau pengetahuan yang tinggi
dalam suatu mata pelajaran tertentu yang diperoleh dari pelatihan dan pengalaman.
Sedangkan Trotter (1986) dalam Saifuddin (2004) mendefinisikan bahwa orang yang
kompeten adalah orang yang dengan keahliannya melakukan pekerjaan dengan mudah, cepat,
intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah melakukan kesalahan.
Lee dan Stone (1995), mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian yang cukup yang secara
eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit secara objektif. Adapun Bedard (1986)
dalam Sri lastanti (2005) mendefinisikan keahlian atau kompetensi sebagai seseorang yang
memiliki pengetahuan prosedural yang luas dan keterampilan yang ditunjukkan dalam
pengalaman audit.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi auditor adalah
pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang diperlukan oleh auditor untuk dapat
melaksanakan audit secara objektif, cermat, dan teliti. Hayes-Roth mendefinisikan keahlian
sebagai pengetahuan tentang lingkungan tertentu, pemahaman tentang masalah yang timbul
dari lingkungan itu, dan keterampilan untuk memecahkan masalah tersebut (Mayangsari,
2003).
Dalam standar audit APIP disebutkan bahwa audit harus dilakukan oleh orang yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Dengan demikian, auditor belum
memenuhi syarat jika tidak memiliki pendidikan dan pengalaman yang memadai di bidang
auditing. Dalam audit pemerintah, auditor dituntut untuk memiliki dan meningkatkan
keterampilan atau keahlian tidak hanya dalam metode dan teknik audit, tetapi dalam segala
hal yang berkaitan dengan pemerintahan seperti organisasi, fungsi, program dan kegiatan
pemerintahan.
Dalam Lampiran 2 SPKN disebutkan bahwa: “Pemeriksa yang ditugaskan untuk melakukan
pemeriksaan sesuai dengan Standar Pemeriksaan harus secara bersama-sama memiliki:
Pengetahuan tentang Standar Pemeriksaan yang dapat diterapkan pada jenis pemeriksaan
yang ditugaskan dan memiliki latar belakang pendidikan, keahlian dan pengalaman untuk
menerapkan pengetahuan tersebut dalam pemeriksaan yang dilakukan; Pengetahuan umum
tentang lingkungan entitas yang diaudit, program dan kegiatan (objek pemeriksaan)” dan
“Auditor yang melaksanakan audit keuangan harus memiliki keahlian di bidang akuntansi
dan auditing, serta memahami prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berkaitan dengan
entitas yang sedang diaudit”.
Kompetensi yang dibutuhkan dalam proses audit tidak hanya berupa penguasaan standar
akuntansi dan auditing, tetapi juga penguasaan objek audit. Selain kedua hal di atas, ada
tidaknya program atau proses peningkatan keterampilan dapat dijadikan indikator untuk
mengukur tingkat kompetensi auditor.
Kompetensi audit internal sangat penting sebagai penunjang dalam mencapai tujuan yang
telah direncanakan sebelumnya. Kompeten artinya auditor internal harus memiliki keahlian
dalam bidang auditing dan memiliki pengetahuan yang cukup dalam bidang yang diauditnya.
Kompetensi sendiri menurut The Institute of Internal Auditor's (IIA) (2009: p1), yaitu:
“Auditor internal menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan jasa audit internal”.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan tugas audit menurut Standar Profesi
Audit Intern yang dikutip dalam Konsorsium Organisasi Profesi Audit Intern: “Penugasan
harus dilaksanakan dengan memperhatikan keahlian dan ketelitian profesional”.
Keahlian dan ketelitian profesional menurut Standar Profesi Audit Intern yang dikutip dalam
Konsorsium Organisasi Profesi Audit Intern diuraikan sebagai berikut

A. Keahlian
Auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan
untuk melaksanakan tanggung jawab individu. Fungsi audit internal secara kolektif harus
memiliki atau memperoleh pengetahuan, keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan
untuk melaksanakan tanggung jawabnya.
Penanggung jawab fungsi audit internal harus mendapatkan nasihat dan bantuan dari pihak
yang berkompeten jika pengetahuan, keterampilan dan kompetensi staf auditor internal tidak
memadai untuk pelaksanaan sebagian atau seluruh penugasannya.
Auditor internal harus memiliki pengetahuan yang cukup untuk dapat mengidentifikasi,
memeriksa, dan menguji indikasi kecurangan. Fungsi audit internal secara kolektif harus
memiliki pengetahuan tentang risiko dan pengendalian teknologi informasi yang penting serta
teknik audit berbasis teknologi informasi yang tersedia.

B. Uji Tuntas Profesional


Auditor internal harus menerapkan uji tuntas dan keterampilan seperti auditor internal yang
bijaksana dan kompeten. Dalam menerapkan kehati-hatian profesional, auditor internal perlu
mempertimbangkan:
- Lingkup penugasan.
- Kompleksitas dan materialitas termasuk dalam penugasan.
- Kecukupan dan efektivitas manajemen risiko, kontrol, dan proses tata kelola.
- Biaya dan manfaat menggunakan sumber daya dalam penugasan.
- Penggunaan Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK). Auditing Techniques
(CAA'T) dan teknik analisis lainnya.

C. Pengembangan Profesional Berkelanjutan (PPL)


Auditor internal harus meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kompetensinya melalui
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan. Berdasarkan penjelasan di atas, diketahui bahwa
seorang auditor dapat dikategorikan memiliki kompetensi apabila memiliki tiga hal utama,
yaitu keahlian, ketelitian profesional, dan self-efficacy yang memadai yang diperoleh dari
keikutsertaan auditor internal dalam Pengembangan Profesional Berkesinambungan
(Continuous Professional Development). PPL). Continuing Professional Development (PPL)
sendiri dapat dilakukan dengan menjadi anggota, berpartisipasi dan menjadi sukarelawan
dalam organisasi profesi, mengikuti program pelatihan, menyelesaikan pendidikan tinggi, dan
terlibat dalam proyek penelitian.
Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang diperlukan oleh auditor untuk melaksanakan
audit dengan baik. Untuk memperoleh kompetensi tersebut, diperlukan pendidikan dan
pelatihan bagi auditor yang dikenal dengan pendidikan profesional berkelanjutan. Ada
beberapa komponen “kompetensi auditor”, yaitu kualitas pribadi, pengetahuan umum, dan
keterampilan khusus.

Kualitas Pribadi
Dalam menjalankan tugasnya, seorang auditor harus memiliki kualitas pribadi yang baik,
seperti:
 Berpikiran terbuka (berpikiran terbuka);
 berpikiran luas;
 Mampu menangani ketidakpastian;
 Mampu bekerja dalam tim:
 Rasa ingin tahu yang ingin tahu
 Mampu menerima bahwa tidak ada solusi yang mudah;
 Menyadari bahwa beberapa temuan mungkin subjektif.
Selain itu auditor juga harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik, karena selama
masa pemeriksaan banyak dilakukan wawancara dan permintaan informasi dari auditee untuk
mendapatkan data. Buttery, Hurford, dan Simpson (Audit in the Public Sector, 1993)
menyebutkan beberapa kualitas pribadi lain yang harus dimiliki oleh seorang auditor, seperti
kecerdasan, perilaku yang baik, komitmen yang tinggi, dan kemampuan imajinasi yang baik
untuk menciptakan sikap kreatif. dan penuh inovasi.

Pengetahuan umum
Seorang auditor harus memiliki pengetahuan umum untuk memahami entitas yang diaudit
dan membantu pelaksanaan audit. Pengetahuan dasar tersebut meliputi kemampuan
melakukan tinjauan analitis, pengetahuan teori organisasi untuk memahami suatu organisasi,
pengetahuan tentang auditing, dan pengetahuan tentang sektor publik. Yang tidak boleh
dilupakan adalah ilmu akuntansi untuk membantu dalam memahami siklus entitas dan
laporan keuangan serta mengolah data dan angka yang diperiksa.

Keahlian khusus
Keahlian khusus yang harus dimiliki oleh seorang auditor antara lain adalah kemampuan
melakukan wawancara, kemampuan membaca cepat, statistika, keterampilan mengoperasikan
komputer, dan kemampuan menulis dan menyajikan laporan dengan baik.
Sehingga auditor memiliki kualitas pribadi, pengetahuan umum, dan keahlian khusus
memadai, maka diperlukan pelatihan bagi mereka. Dalam SPKN disebutkan bahwa auditor
dalam dua tahun minimal 80 jam pendidikan yang secara langsung meningkatkan
kemampuan profesional auditor untuk melaksanakan audit.

Anda mungkin juga menyukai