Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NPM : 0119123011
KELAS : C.207
NO.ABSEN : 09 (GANJIL)
Jawaban :
Tujuan organisasi menggambarkan apa yang ingin dicapai oleh organisasi. Pada level yang lebih
tinggi pada perusahaan, tujuan dari organisasi tersebut tertuang di dalam visi dan misi organisasi.
Dalam mencapai tujuan bisnisnya, menurut COSO 2004:
Tujuan strategis: berbagai pilihan manajemen atas nama pemilik saham menciptakan nilai
bagi perusahaan.
Tujuan operasi: efisien dan efektivitas operasi organisasi, termasuk sasaran kinerja dan
profitabilitas dan pengamanan sumberdaya dari kerugian.
Tujuan pelaporan: keandalan pelaporan keuangan bagi internal dan eksternal, maupun
bukan informasi keuangan.
Tujuan kepatuhan: bertalian dengan kepatuhan terhadap ketentuan maupun hukum yang
berlaku
b. Mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian dan tatakelola.
Suatu organisasi tidak dapat mencapai tujuannya serta memperoleh kesuksesan tanpa manajemen
risiko, kontrol dan governance process yang efektif.
Governance (Tata Kelola) : Proses yang dilaksanakan oleh BOD untuk mengotorisasi,
mengarahkan dan mengawasi yang dilakukan manajemen untuk mencapai tujuannya.
Risk management (Manajemen Risiko) : Proses yang dilakukan oleh manajemen untuk
mengetahui dan menyetujui ketidakpastian (risiko dan kesempatan) yang akan
berpengaruh terhadap pencapaian tujuan perusahaan.
c. Aktivitas asuran (jaminan keyaakinan) dan konsultasi yang didesain untuk memberikan nilai
tambah dan meningkatkan operasi.
Pekerjaan dalam rangka aktivitas Assurance dan consulting dibedakan dalam tiga hal: yaitu
tujuan utama dari pekerjaan tersebut, siapa yang menentukan sifat dan lingkup dalam perjanjian
tersebut dan kelompok yang terlibat. Tujuan utama dari internal assurance adalah untuk menilai
bukti apakah telah sesuai dengan subjek persoalan serta memberikan kesimpulan mengenai
subjek persoalan tersebut. Fungsi internal audit menentukan sifat dan lingkup dari assurance atas
perjanjian dimana secara umum terdapat tiga pihak yang terlibat, yaitu: auditee, internal auditor
dan user.
Independen merupakan kondisi yang bebas dari gangguan atas objektifitas. Gangguan/ancaman
atas objektifitas tersebut harus dikelola pada tingkat individual auditor, fungsional dan setiap
level dari organisasi. Objektifitas merupakan sikap mental tidak bias (tidak memihak) yang
memperkenankan auditor untuk melaksanakan pekerjaannya dengan menghasilkan keputusan
yang tidak memihak. Untuk meyakinkan objektifitasnya, seoramg auditor tidak boleh terlibat
dalam day to day operation, membuat keputusan manajemen serta berbagai berbagai situasi yang
dapat menyebabkan terjadi conflicts of interest.
Dalam rangka memberika nilai tambah dan ntuk meningkatkan operasi, internal assurance dan
konsultansi harus dilaksanakan secara sistematis dan disiplin. Terdapat tiga fase fundamental
dalam pekerjaan audit, yaitu perencanaan pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan dan
mengkomunikasikan hasil pekerjaan. Perencanaan pekerjaan tersebut meliputi beberapa
aktivitas, yaitu:
4. Apa yang dimaksud dengan Charter Audit Internal, mengapa diperlukan, jelaskan komponen-
komponen apa yang ada di dalamnya!
Jawaban :
Piagam Audit Internal (Internal Audit Charter) adalah pedoman bagi Auditor/Internal Controller
agar dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, memperoleh hasil Audit yang sesuai
dengan standar mutu, dan dapat diterima oleh berbagai pihak baik internal maupun external yang
menyatakan tujuan, wewenang, dan tanggung jawab unit audit intern pada suatu organisasi.
Pentingnya Charter Audit Internal karena Piagam audit internal adalah cetak biru/landasan bagi
organisasi yang mengatur bagaimana audit internal dapat melakukan tugasnya dan membantu
fungsi oversight memberi sinyal yang jelas atas independensi audit internal. Piagam audit
internal juga dapat memberikan dengan sangat terperinci jika diperlukan apa saja yang akan
dilakukan oleh audit internal dan dukungan apa yang akan diperlukan dari manajemen dan fungsi
oversight untuk melakukan tugasnya. Pada akhirnya, piagam audit internal berfungsi sebagai
referensi untuk mengukur efektivitas kegiatan audit internal.
IIA telah mengidentifikasi tujuh komponen utama yang mendukung kekuatan dan efektivitas
keseluruhan kegiatan audit internal, yaitu :
Misi audit internal adalah untuk meningkatkan dan melindungi nilai organisasi dengan
memberikan asurans, saran, dan wawasan berbasis risiko yang objektif. o Tujuan audit internal
adalah untuk menyediakan jasa asurans dan konsultasi yang independen dan objektif, yang
dirancang untuk meningkatkan nilai dan operasi organisasi.
Audit internal harus memastikan seluruh kegiatannya telah mematuhi unsur-unsur wajib
Kerangka Praktik Profesional Internasional (IPPF) IIA termasuk Standar, Prinsip Inti Praktik
Profesional Audit Internal, Definisi Audit Internal dan Kode Etik.
3. Kewenangan
Pernyataan tentang hubungan pelaporan fungsional dan administrasi CAE dalam organisasi.
Pernyataan bahwa fungsi oversight akan menetapkan, memelihara dan memastikan bahwa
kegiatan audit internal memiliki wewenang yang cukup untuk memenuhi tugasnya dengan:
➢ Menyetujui rencana audit internal yang tepat waktu, berbasis risiko, dan agile.
➢ Menyetujui anggaran dan rencana sumber daya audit internal.
➢ Menerima komunikasi tepat waktu dari CAE tentang kinerja audit internal relatif terhadap
rencana audit
internalnya.
➢ Berpartisipasi aktif dalam diskusi terkait pengangkatan dan pemberhentian CAE untuk
memutuskan
persetujuannya.
➢ Berpartisipasi aktif dalam diskusi terkait remunerasi CAE untuk memutuskan persetujuannya.
➢ Menanyakan kepada manajemen dan CAE apakah ada ruang lingkup yang tidak tepat atau
keterbatasan sumber
➢ Membuat dan menyetujui pernyataan bahwa CAE akan memiliki akses tidak terbatas ke
fungsi oversight serta
dapat berkomunikasi dan berinteraksi langsung dengan fungsi oversight tanpa kehadiran
manajemen.
➢ Membuat dan menyetujui kewenangan bahwa audit internal akan memiliki akses tidak
terbatas atas semua fungsi,
catatan, properti, dan personel yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaannya, dan
bertanggung jawab atas
Piagam harus mencakup: o Pernyataan bahwa ruang lingkup kegiatan audit internal meliputi,
tetapi tidak terbatas pada, pemeriksaan objektif dengan tujuan memberikan penilaian independen
terhadap kecukupan dan efektivitas tata kelola, manajemen risiko, dan proses kontrol. o
Pernyataan bahwa CAE akan melaporkan secara berkala kepada manajemen dan fungsi oversight
atas hasil kerja audit internal.
6. Tanggung jawab
Piagam harus mencakup: o Pernyataan tentang tanggung jawab audit internal untuk:
➢ Berkomunikasi dengan manajemen dan fungsi oversight dampak keterbatasan sumber daya
pada rencana audit internal.
➢ Memastikan aktivitas audit internal memiliki akses terhadap sumber daya yang berkaitan
dengan kompetensi dan keterampilan.
➢ Mengelola aktivitas audit internal dengan tepat sehingga dapat memenuhi mandatnya.
- Piagam harus mencakup: o Pernyataan bahwa kegiatan audit internal akan mengelola program
kualitas asurans dan program peningkatan audit internal yang mencakup semua aspek kegiatan
audit internal termasuk evaluasi kesesuaiannya dengan Standar IIA. o Kewajiban bagi CAE
untuk melaporkan secara berkala hasil dari program kualitas asurans dan peningkatan audit
internal kepada manajemen dan fungsi oversight dan memastikan dilakukannya penilaian
eksternal atas kegiatan audit internal setidaknya setiap lima tahun sekali.
6.Pada IPPF, disebutkan landasan kode etik bagi auditor internal adalah prinsip integritas,
obyektivitas, kerahasiaan dan kompetensi. Jelaskan keempat prinsip tersebut, dan berikan 1
(satu) contoh rule-nya!
Jawaban :
PRINSIP
1. Integritas
Integritas auditor internal membentuk keyakinan dan oleh karenanya menjadi dasar kepercayaan
terhadap pertimbangan auditor internal.
2. Objektivitas
Auditor internal menunjukkan objektivitas profesional pada level tertinggi dalam memperoleh,
mengevaluasi dan mengkomunikasikan informasi tentang aktivitas atau proses yang diuji.
Auditor internal melakukan penilaian yang seimbang atas segala hal yang relevan dan tidak
terpengaruh secara tidak semestinya oleh kepentingan pribadi atau pihak lain dalam memberikan
pertimbangan.
3. Kerahasiaan
Auditor internal menghormati nilai dan kepemilikan informasi yang diterimanya dan tidak
mengungkap informasi tersebut tanpa kewenangan yang sah, kecuali diharuskan oleh hukum
atau profesi.
4. Kompetensi
Auditor internal menerapkan pengetahuan, kecakapan dan pengalaman yang diperlukan dalam
memberikan jasa audit internal.
ATURAN PERILAKU
1. Integritas:
Auditor internal:
1.1. Harus melaksanakan pekerjaannya secara jujur, hati-hati dan bertanggung jawab.
1.2. Harus mematuhi hukum dan membuat pengungkapan sebagaimana diharuskan oleh hukum
atau profesi.
1.3. Tidak boleh secara sadar terlibat dalam kegiatan ilegal, atau melakukan kegiatan yang dapat
mendiskreditkan profesi audit internal atau organisasi.
1.4. Harus menghormati dan mendukung tujuan organisasi yang sah dan etis.
2. Objektivitas
Auditor internal:
2.1. Tidak boleh berpartisipasi dalam kegiatan atau hubungan apapun yang dapat, atau patut
diduga dapat, menghalangi penilaian auditor internal yang adil. Termasuk dalam hal ini adalah
kegiatan atau hubungan apapun yang mengakibatkan timbulnya pertentangan kepentingan
dengan organisasi.
2.2. Tidak boleh menerima apapun yang dapat, atau patut diduga dapat, mengganggu
pertimbangan profesionalnya.
2.3. Harus mengungkapkan semua fakta material yang diketahuinya, yang apabila tidak
diungkapkan, dapat mendistorsi laporan atas kegiatan yang direviu.
3. Kerahasiaan
Auditor internal:
3.1. Harus berhati-hati dalam menggunakan dan menjaga informasi yang diperoleh selama
melaksanakan tugasnya.
3.2. Tidak boleh menggunakan informasi untuk memperoleh keuntungan pribadi, atau dalam
cara apapun, yang bertentangan dengan hokum atau merugikan tujuan organisasi yang sah dan
etis.
4. Kompetensi
Auditor internal:
4.1.Hanya terlibat dalam pemberian jasa yang memerlukan pengetahuan, kecakapan dan
pengalaman yang dimilikinya.
4.2.Harus memberikan jasa audit internal sesuai dengan Standar Internasional Praktik
Profesional Audit Internal (Standar).
Jawaban:
Kerangka manajemen risiko yang dibangun dalam suatu organisasi dimaksudkan untuk mencapai
tujuan yang dibagi dalam 4 kategori, yaitu:
1. Strategic; tujuan yang ditetapkan pada tingkat manajemen atas, disatukan dan dibuat
untuk mendukung misi dari perusahaan.
2. Operations; pemanfaatan yang efektif dan efisien dari sumber-sumber yang tersedia.
3. Reporting; dapat diandalkan atau dipercayanya laporan baik internal maupun eksternal.
4. Compliance; ketaatan terhadap berbagai undang-undang dan peraturan yang berlaku.
Risiko Bisnis yang diterapkan baik internal maupun eksternal terkait dengan COSO ERM
Framework yaitu :
Objective setting tercermin dari empat sisi tujuan perusahaan dengan mempertimbangkan potensi
risiko. Objective setting dengan Asumsi PT XYZ sebagai produsen kulit upholstery dan otomotif
adalah sebagai berikut.
c. Reporting objectives: menyediakan laporan yang transparan dan akurat bagi internal
perusahaan maupun laporan eksternal bagi stakeholders sehingga perusahaan dapat mengambil
langkah manajerial yang tepat bila diperlukan.
d. Compliance objectives: mematuhi peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku baik regional
maupun internasional.
10.Jelaskan serta gambarkan mengenai inherent risk, controllable risk, dan residual risk secara
top-down view!
Jawaban :
a. Inherent Risk (Risiko Bawaan atau Risiko Melekat) adalah penetapan auditor akan
kemungkinan adanya kekeliruan (salah saji) dalam segmen audit yang melampaui batas toleransi,
sebelum memperhitungkan faktor efektivitas pengendalian intern. Risiko bawaan menunjukkan
faktor kerentanan laporan keuangan terhadap kekeliruan yang material dengan asumsi tidak ada
pengendalian intern. Bila auditor berkesimpulan bahwa akan banyak kemungkinan terjadi
kekeliruan tanpa pengendalian intern, berarti risiko bawaannya tinggi.
b. Residual risk (Risiko sisa) adalah resiko yang masih terjadi meskipun kita sudah melakukan
pengendalian internal. Manusia memang memiliki keterbatasan, meskipun sudah melakukan
yang terbaik pasti memiliki kemungkinan ada kekurangan-kekurangan. Tetapi tentu saja residual
risk ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan inherent risk.
c. Control Risk (Risiko Pengendalian) adalah ukuran penetapan auditor akan kemungkinan
adanya kekeliruan (salah saji) dalam segmen audit yang melampaui batas toleransi yang tidak
terdeteksi atau tercegah oleh struktur pengendalian intern klien. Risiko pengendalian (control
risk) mengandung unsur:
- Apakah struktur pengendalian intern klien cukup efektif untuk mendeteksi atau mencegah
kekeliruan.
- Keinginan auditor untuk membuat penetapan tersebut di bawah nilai maksimum (100%) dalam
rencana audit, misalnya: auditor menyimpulkan bahwa struktur pengendalian intern yang ada
sama sekali tidak efektif dalam mencegah atau mendeteksi kekeliruan.
12. Salah satu komponen pengendalian intern adalah aktivitas pengendalian, dan di dalamnya
termasuk, jenis-jenis pengendalian yang terdiri dari:
a. Pengendalian preventif
b. Pengendalian detektif
c. Pengendalian korektif
d. Pengendalian direktif
e. Pengendalian kompensatif
Jelaskan dengan singkat serta berikan contoh-contohnya tentang jenis pengendalian di atas!
Jawaban :
a. Pengendalian Preventif
Yaitu kegiatan pengendalian yang dilakukan untuk mencegah terjadinya suatu permasalahan
(error condition) dari suatu proses bisnis, atau dengan kata lain pengendalian yang dilakukan
sebelum masalah timbul. Kegiatan pengendalian ini relatif murah jika dibandingkan kedua tipe
pengendalian lainnya.
b. Pengendalian Detektif
Yaitu kegiatan pengendalian yang dilakukan dalam rangka mencari atau mendeteksi adanya
suatu permasalahan dan mencari akar permasalahan tersebut, atau dengan kata lain pengendalian
yang dilakukan dimana telah terdapat suatu permasalahan. Kegiatan pengendalian ini lebih
mahal dari kegiatan pengendalian preventif.
c. Pengendalian Korektif
Yaitu kegiatan pengendalian yang dilakukan untuk memperbaiki kondisi jika terdapat suatu
permasalahan yang menyebabkan resiko tidak tercapainya tujuan organisasi, yang telah
ditemukan pada kegiatan pengendalian preventif maupun detektif. Kegiatan Korektif relatif lebih
mahal dari kegiatan peventif maupun detektif.
d. Pengendalian Direktif
Pengendalian pengarahan (Directive Controls) adalah pengendalian yang dilakukan pada saat
kegiatan sedang berlangsung dengan tujuan agar kegiatan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan
atau ketentuan yang berlaku.
Contoh atas pengendalian ini adalah kegiatan supervisi yang dilakukan langsung oleh atasan
kepada bawahan atau pengawasan oleh mandor terhadap aktivitas pekerja.
e. Pengendalian Kompensatif
14.Apa yang dimaksud dengan IPPF, isinya apa saja, dan bagaimana perannya terhadap internal
auditor, jelaskan!.
Jawaban :
International Professional Practices Framework (IPPF) adalah kerangka kerja konseptual yang
mengatur pedoman resmi praktik auditor internal yang dikeluarkan oleh Institute of Internal
Auditor. Pedoman dalam IPPF meliputi Pedoman Wajib (Mandatory Guidance) dan Pedoman
yang Disarankan (Strongly Recommended Guidance).
Terdapat 2 (dua) hal yang dapat dilakukan oleh Internal Auditor agar dapat berperan dalam
peningkatan kinerja perusahaan, yaitu :