Anda di halaman 1dari 9

Nama : Randi

NIM : 1802110579

Mata Kuliah : Audit Manajemen Sektor Publik

Materi : Konsep audit kinerja sektor publik (kompetensi auditor dan manajemen audit
kinerja dan siklus audit kinerja)

Pertemuan ke - : 3

A. Pokok Pikiran

a. Kompetensi Auditor

Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP 2001) menyebutkan bahwa audit harus
dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup
sebagai auditor, sedangkan standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP, 2001)
menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalitasnya dengan cermat dan seksama (due professional care).
Lee dan Stone (1995), mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian yang cukup yang secara
eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit secara objektif.

Terdapat tiga macam kompetensi auditor kinerja, yaitu mutu personal, pengetahuan umum, dan
keahlian khusus. Untuk memperoleh kompetensi tersebut dibutuhkan pendidikan dan pelatihan
bagi auditor kinerja, yang dikenal dengan pendidikan professional berkelanjutan (continuing
professional education).

1.) Mutu Personal

Dalam menjalankan tugasnya, seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik, seperti:

 Rasa ingin tahu (inquisitive)


 Berpikiran luas (broad-minded)
 Mampu menangani ketidakpastian
 Mampu menerima bahwa tidak ada solusi yang mudah
 Menyadari bahwa beberapa temuan dapat bersifat subjektif
 Mampu bekerja sama dalam tim

2.) Pengetahuan Umum


            Seorang auditor harus memiliki pengetahuan umum untuk memahami entitas yang
diaudit dan membantu pelaksanaan audit. Pengetahuan dasar ini meliputi kemampuan untuk
melakukan review analisis (analytical review), pengetahuan teori organisasi untuk memahami
suatu organisasi, pengetahuan auditing, dan pengetahuan tentang sector public.

3.) Keahlian Khusus

            Keahlian khusus yang harus dimiliki oleh auditor kinerja antara lain keahlian untuk
melakukan wawancara, kemampuan membaca cepat, statistic, keterampilan menggunakan
computer (minimal mampu mengoperasikan word processing dan spread sheet), serta
kemampuan menulis dan mempresentasikan laporan dengan baik.

4.) Pelatihan

            Supaya auditor memiliki mutu personal, pengetahuan umum, dan keahlian khusus yang
memadai, maka diperlukan pelatihan bagi auditor kinerja. Pelatihan juga sangat diperlukan
mengingat dalam standar umum dinyatakan bahwa auditor secara kolektif harus memiliki
kecakapan professional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan. Kemampuan ini
dikembangkan dan dipelihara melalui pendidikan profesional berkelanjutan.

b. Manajemen Audit Kinerja

Perencanaan

 Perencanaan yang dimaksud adalah perencanaan pada tingkat lembaga audit. Perencanaan
tingkat lembaga audit terdiri atas perencanaan strategis dan perencanaan operasional.

1.) Perencanaan Strategis

Pada audit keuangan, objek yang diaudit adalah kewajaran penyajian laporan keuangan, di mana
audit dilaksanakan secara rutin setiap tahun. Tidak demikian halnya dengan audit kinerja. Pada
audit kinerja, organisasi audit memiliki kebebasan dalam memilih objek audit dan pendekatan
yang digunakan.

 Tidak ada keseragaman mengenai kerangka waktu bagi perencanaan strategis atas audit kinerja
karena adanya perbedaan kebutuhan antara lembaga audit yang satu dan lembaga audit lainnya.
Namun secara umum, rentang waktu lima tahunan dapat dipertimbangkan bagi perencanaan
strategis atas audit kinerja. Supaya audit kinerja tetap bersifat fleksibel dan dinamis, kegiatan
perencanaan strategis dapat ditelaah setiap tahun pada saat penyiapan rencana kerja tahunan.

2.) Prosedur Perencanaan Strategis Audit Kinerja


Prosedur penyusunan perencanaan strategis audit kinerja tidak banyak berbeda dengan
penyusunan perencanaan strategis secara umum, sebagai berikut.

 1.     Menetapkan tema-tema audit. Tema dapat diartikan sebagai suatu arah atau
kecenderungan yang sedang terjadi di masyarakat yang akan membawa dampak luas bagi
masyarakat.
 2.     Menganalisis entitas yang akan diaudit dan lingkungannya. Analisis ini dibuat
berdasarkan konsultasi dengan auditor yang pernah melakukan audit keuangan atau audit
tertentu pada entitas tersebut. Tujuan dari analisis entitas adalah untuk mendapatkan
pemahaman yang baik mengenai bisnis entitas sebagai dasar penentuan risiko utama
entitas tersebut.
 3.     Menentukan topik audit potensial. Berdasarkan hasil analisis atas entitas yang
diaudit, dapat ditentukan topic-topik audit potensial. Topik audit dapat berupa topic yang
baru atau topic lanjutan.

3.) Output dari Perencanaan Strategis Audit Kinerja

Melalui perencanaan strategis dapat ditetapkan tujuan sementara dan lingkup audit; criteria audit
sementara untuk menilai kinerja suatu entitas; manfaat-manfaat potensial dari pelaksanaan audit;
serta perkiraan sementara kebutuhan-kebutuhan sumber daya.

Pengorganisasian Audit Kinerja

Terdapat beberapa jenis pengorganisasian audit kinerja dalam suatu lembaga audit. Di Kantor
Akuntan Publik (KAP) dikenal adanya jasa konsultasi manajemen (management advisory
service). Sementara itu, di lembaga audit pemerintah, kita mengenal dua jenis pengorganisasian
audit kinerja sebagai berikut.

 Fungsi audit kinerja dilekatkan pada masing-masing unit pelaksana audit yang ada.
Contoh lembaga audit yang menggunakan pendekatan ini dalam pengorganisasian audit
kinerja adalah Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) dan United
State Government Accountability Office (U.S. GAO).
 Fungsi audit kinerja berdiri sendiri, yaitu dilaksanakan oleh suatu unit yang khusus
menangani audit kinerja. Contoh lembaga audit yang menggunakan pengorganisasian
jenis ini adalah Australian National Audit Office (ANAO).

1.) Pelaksanaan

Pelaksanaan audit kinerja yang dilakukan oleh tim audit meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan
tindak lanjut audit kinerja.
2.) Pengendalian

 Untuk menjamin mutu pelaksanaa audit, maka perlu ditetapkan penjaminan mutu, pengendalian
mutu, dan monitor atas program audit.

a.)     Penjaminan mutu

      Penjaminan mutu (quality assurance) meliputi kebijakan, system, dan prosedur yang disusun
oleh lembaga audit untuk memelihara standar yang tinggi dari kegiatan audit. Sistem quality
assurance menyediakan:

  Indikator bagi perekrutan dan promosi auditor


 Panduan mengenai aspek teknis dan administrasi dalam pengendalian mutu audit
 Dasar untuk melakukan komunikasi mengenai kebijakan, prosedur, dan hasil
pengendalian mutu kepada staf terkait
 Pengawasan dan review yang memadai atas system quality assurance

b.) Pengendalian Mutu

Pengendalian mutu (quality control) mengacu pada persyaratan yang harus dipenuhi dalam
manajemen audit individual. Prosedur quality control harus dirancang dengan baik untuk
memastikan bahwa semua audit dilaksanakan sesuai dengan standar audit. Tujuan dari audit
quality control mengacu pada:

 Kompetensi dan independensi


 Supervisi dan pemberian tugas kepada personel untuk melaksanakan audit
 Panduan dan bimbingan
 Evaluasi atas klien
 Pembagian tanggung jawab administrasi dan teknis

c.) Monitor atas Program Audit

Lembaga audit perlu mengembangkan indicator kinerja yang tepat untuk mengukur keberhasilan
program audit kinerja (seperti biaya, jangka waktu, tonggak pencapaian/milestone, dan hasil)
serta memonitor pelaksanaan audit. Pemeliharaan informasi kinerja akan memudahkan lembaga
audit untuk menentukan keberhasilan pencapaian tujuan program audit kinerja dan memberikan
dasar bagi pengukuran kinerja setiap waktu.

c. Siklus Audit Kinerja


Sebelum melakukan audit, auditor terlebih dahulu harus memperoleh informasi umum organisasi
guna mendapatkan pemahaman yang memadai tentang lingkungan organisasi yang diaudit,
struktur organisasi, misi organisasi, proses kerja serta sistem informasi dan pelaporan.
Pemahaman lingkungan masing-masing organisasi akan memberikan dasar untuk memperoleh
penjelasan dan analisis ynag lebih mendalam mengenai sistem pengendalian manajemen.

Berdasarkan hasil analisis terhadap kelemahan dan kekuatan sistem pengendalian dan
pemahaman mengenai keluasan (scope), validitas dan reabilitas informasi kinerja yang
dihasilkan oleh entitas/organisasi, auditor kemudian menetapkan kriteria audit dan
mengembangkan ukuran-ukuran kinerja yang tepat. Berdasarkan rencana kerja yang telah dibuat,
auditor melakukan pengauditan, mengembangkan hasil-hasil temuan audit dan membandingkan
antara kinerja yang dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil temuan
kemudian dilaporkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan yang disertai dengan rekomendasi
yang diusulkan oleh auditor. Pada akhirnya, rekomendasi-rekomendasi yang diusulkan oleh
auditor akan ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berwenang.

Siklus Audit Kinerja terdiri dari tiga tahap, yaitu :

1. Perencanaan Tingkat Tim: Survei Pendahuluan

Tujuan utama survei pendahuluan adalah untuk memperoleh informasi yang bersifat umum
mengenai semua bidang dan aspek dari entitas yang diaudit serta kegiatan dan kebijakan entitas,
dalam waktu yang relatif singkat.

Kegiatan survei pendahuluan meliputi :

a)      Memahami entitas yang diaudit

b)      Mengidentifikasi area kunci

c)      Menetapkan tujuan dan lingkup audit

d)     Menetapkan kriteria audit

e)      Mengidentifikasi jenis dan sumber bukti

f)       Menyusun laporan survei pendahuluan

g)      Mempersiapkan program pengujian terinci

2. Pelaksanaan
Pelaksanaan audit kinerja juga dikenal sebagai pengujian terinci. Tujuan utama pengujian terinci
adalah:

a)      Menilai apakah kinerja entitas yang diaudit sesuai dengan kriteria

b)      Menyimpulkan apakah tujuan-tujuan audit tercapai

c)      Mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan untuk memperbaiki kinerja entitas yang


diaudit, yang akan dituangkan dalam rekomendasi kepada auditee.

3. Tindak Lanjut

Audit kinerja dilaksanakan untuk mengadakan perbaikan terhadap kinerja entitas yang diaudit
melalui pemberian rekomendasi. Auditor bertanggung jawab memantau sejauh mana
rekomendasi dilaksanakan oleh auditee. Kegiatan auditee dapat dibagi menjadi tiga tahapan,
yaitu pemuktahiran (update) informasi, tindak lanjut di kantor, dan tindak lanjut di lapangan.

Dengan berakhirnya pembahasan dua bagian pertama, yaitu konsep sektor publik dan konsep
audit kinerja, maka pembahasan akan dilanjutkan pada tiga bagian selanjutnya, yaitu praktik
audit kinerja yang dilakukan pada tingkat indivi

Tujuan Value For Money adalah untuk meningkatkan akuntabilitas lembaga sector public dan
untuk perbaikan kinerja pemerintahan. Audit kinerja yang meliputi audit ekonomi, efisiensi, dan
efektifitas, pada dasarnya merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan
prosedurnya. Audit ekonomi dan efisiensi terutama bertujuan untuk menentukan apakah suatu
entitas telah memperoleh, melindungi, dan menggunakan sumber dayanya( seperti karyawan,
gedung, ruang, dan peralatan kantor) secara ekonomis dan efisien serta unutk menemukan
penyebab terjadinya praktik0praktik yang tidak ekonomis atau tidak efisien, termasuk
ketidakmampuan otganisasi dalam mengelola system informasi, prosedur, administrasi, dan
organisasi

B. Contoh Kasus

Bersama RMIT, BPK Bahas Penggunaan Big Data dalam Audit Kinerja
Jumat, 18 September 2020 | 12:50 WIB

Oleh : Jayanty Nada Shofa / JNS

Jakarta, Beritasatu.com - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) bersama Royal Melbourne


Institute of Technology (RMIT) University Australia telah menggelar seminar daring
internasional yang mengusung tema "Integrated Audit and the Role of Big Data in Performance
Audit", Selasa (15/9/2020).

Menurut Wakil Ketua BPK Agus Joko Pramono, beberapa contoh pemeriksaan yang
menggunakan big data adalah audit kinerja pada administrasi pencatatan sipil.

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai efektivitas dalam penyelenggaraan administrasi catatan
sipil dan untuk menganalisis penggunaan data dalam mengevaluasi kualitas data, keakuratan dan
kehandalan data.

"Penggunaan big data lainnya adalah seperti pemeriksaan dengan tujuan tertentu pada e-katalog
dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah. Pemeriksaan ini ditujukan untuk menilai
kepatuhan instansi pemerintah dalam menggunakan sistem E-katalog ini," jelas Agus.

Dirinya menjelaskan, data dalam sistem e-katalog bisa digunakan untuk mengevaluasi kebijakan
pengadaan barang dan jasa pemerintah. Sekaligus pemeriksaan terhadap implementasinya dalam
melakukan perjanjian antara lembaga kebijakan pengadaan barang dan jasa pemerintah dengan
penyedia e-commerce.

Big data, lanjut Agus, juga digunakan dalam pemeriksaan kinerja program pemerintah dalam
penanganan pandemi Covid-19.

"Pemeriksaan ini dilakukan bertujuan untuk menilai efektifitas, transparansi, akuntabilitas dan
kepatuhan dalam program penangangan pandemi Covid-19," kata Agus

Anggota V BPK Bahrullah Akbar saat memberikan sambutan.

Menurut Anggota V BPK Bahrullah Akbar, seminar ini bisa memberikan nilai tambah bagi para
pemangku kepentingan dan pengguna laporan hasil pemeriksaan (LHP) lainnya.

Maka, dipandang perlu bagi BPK untuk mengembangkan audit atas laporan keuangan yang
mengintegrasikan dan memperhatikan aspek kinerja tertentu yang dicapai oleh pemerintah pada
periode tertentu, atau Long Form Audit Report (LFAR).

Hal ini mendukung semangat The International Standards of Supreme Audit Institutions (ISSAI)
12 dan bertujuan untuk mendorong pemerintah tidak hanya sekedar mengejar opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP), tetapi juga untuk mengelola sumber daya yang ada semaksimal mungkin
untuk melaksanakan program pembangunan yang berdampak pada kesejahteraan rakyat.

"Kami berharap pendekatan ini dapat membantu mengarahkan pemerintah dalam mencapai
tujuan bernegara sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945. Hal ini juga sejalan
dengan Rencana Strategis BPK yaitu menjadi pendorong pengelolaan keuangan negara untuk
mencapai tujuan negara melalui pemeriksaan yang berkualitas dan bermanfaat," jelas Bahrullah.

Dirinya menambahkan, BPK telah menyusun pedoman LFAR berdasarkan ketentuan dan best
pratices yang ada. Selanjutnya, gugus tugas (atau task forces) mempersiapkan pilot project
LFAR mulai dari tahap perencanaan, implementasi, hingga pelaporan.

Pada semester pertama tahun 2020, terdapat lima Kantor BPK Perwakilan di Provinsi Aceh,
Lampung, Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Timur di bawah Auditorat Keuangan Negara V yang
telah menyelesaikan pilot project atau proyek percontohan LFAR Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah tahun 2019.

Proyek percontohan ini dilaksanakan berdasarkan alokasi auditor yang efisien untuk menilai
pencapaian program utama pemerintah daerah di bidang pelayanan publik, infrastruktur, dan
pengelolaan dana otonomi khusus.

Pakar audit kinerja dari RMIT Scott Bayley menjelaskan, lembaga pemeriksa sebaiknya
melakukan pemindaian lingkungan sepanjang tahun untuk mengidentifikasi topik-topik yang
potensial untuk dilakukan audit kinerja.

Setiap tahunnya, lembaga pemeriksa tentunya menerima banyak pertanyaan, pernyataan


keprihatinan dan permintaan penyelidikan khusus baik dari Anggota Parlemen maupun
masyarakat, terutama dalam kaitannya dengan tindakan yang dilakukan oleh badan sektor publik
atau pengelolaan sumber daya publik.

"Di Australia, pemeriksaan kami dilakukan dengan cara yang obyektif dan etis, dengan
sepenuhnya menjaga kerahasiaan dan sesuai dengan persyaratan praktik audit kami. Yang
terpenting, semua informasi yang diterima melalui permintaan penyelidikan khusus, ekspresi
keprihatinan, dan pengungkapan kepentingan publik, digunakan untuk membantu kami dalam
mengidentifikasi topik pemeriksaan yang akan datang," ungkap Scott.

"Untuk menjaga independensi pemeriksa, kami memiliki sistem untuk memastikan bahwa
keputusan yang diambil dalam pemeriksaan dibuat dengan pertimbangan yang tepat manfaat dari
suatu pemeriksaan," jelasnya.
Sumber : BeritaSatu.com

Anda mungkin juga menyukai