KATA PENGANTAR
S umber Daya Manusia (SDM) Aparatur merupakan elemen terpenting bagi instansi
pemerintah yang berperan sebagai penggerak utama dalam mewujudkan visi dan
misi serta tujuan organisasi pemerintah. Mengingat begitu pentingnya SDM
Aparatur, maka manajemen SDM diperlukan untuk mengelolanya secara sistematis,
terencana dan terpola agar tujuan yang diinginkan organisasi pada masa sekarang
maupun yang akan datang dapat tercapai secara optimal. Oleh karena itu pula dalam
Reformasi Birokrasi aspek SDM Aparatur menjadi aspek penting, sehingga perlu
dilakukan penataan secara sistematis.
ii Evaluasi Jabatan
REFORMASI BIROKRASI
pada dokumen ini sehingga akan tercapai profesionalisme dan kinerja SDM
Lembaga Administras Negara.
Asmawi Rewansyah
iv Evaluasi Jabatan
REFORMASI BIROKRASI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
S
ecara mendasar pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan instansi
pemerintah mengamanatkan perubahan yang objektif dari struktur kelembagaan
birokrasi, peningkatan kualitas SDM serta perbaikan ketatalaksanaan dari
birokrasi yang sesuai dengan kebutuhan. Terkait struktur, misalnya, kenyataan
menunjukkan bahwa struktur organisasi birokrasi khususnya di lingkungan pemerintah
pusat cenderung menggemuk. Kecenderungan ini merupakan salah satu indikasi
lemahnya kendali terhadap dinamika kelembagaan birokrasi. Prinsip efisiensi dan
efektivitas dalam penstrukturan organisasi menjadi justru terabaikan, karena terlalu
banyaknya kepentingan yang harus diakomodir dan diterjemahkan dalam kelembagaan
organisasi birokrasi.
Salah satu persoalan mendasar mengapa terjadi pembengkakan struktur organisasi di
tubuh birokrasi adalah adanya upaya akomodasi terhadap beberapa kepentingan atas
posisi-posisi tertentu. Pembentukan struktur organisasi baru yang lebih gemuk dengan
lebih banyak jabatan selalu dianggap inovatif dan bentuk kepedulian pada kepentingan
internal organisasi. Fenomena ini menegaskan bahwa dalam proses pelembagaan
birokrasi selama ini yang terjadi adalah strategy follows structure. Dalam hal ini fungsi
dan tugas organisasi yang sebenarnya menjadi tidak penting, karena prioritas justru lebih
banyak diletakkan pada pembentukan jabatan-jabatan atau posisi dalam organisasi.
Konsekuensinya adalah bahwa dengan struktur organisasi yang terlalu gemuk akan
menciptakan inefisiensi dan inefektivitas dalam penyelenggaraan kinerja organisasi.
Struktur seperti ini juga berpeluang atau hampir dipastikan akan menimbulkan
pemborosan sumber daya yang dimiliki oleh organisasi. Dalam hal ini pemborosan
2 Evaluasi Jabatan
REFORMASI BIROKRASI
Dengan analisis jabatan, maka perencanaan pegawai bagi organisasi dapat dilakukan
secara lebih objektif. Dengan kegiatan analisis ini pula, distribusi pegawai untuk
menduduki jabatan dapat dilakukan berdasarkan kompetensi dan kebutuhan riil masing
masing unit kerja.
Selanjutnya dari hasil analisis jabatan akan digunakan sebagai informasi untuk melakukan
evaluasi jabatan yang dipakai untuk menentukan tingkat remunerasi atau kompensasi
yang memadai dari setiap jabatan. Tanpa adanya evaluasi jabatan, Unit Pengelola Sumber
Daya Manusia (Unit Kepegawaian) tidak akan dapat membangun pendekatan secara
rasional dalam sistem kompensasinya.
Dalam kebijakan pengelolaan manajemen PNS yang diatur dalam Keputusan Kepala BKN
No. 46 B Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Evaluasi Jabatan Dalam Rangka
Penyusunan Klasifikasi Jabatan, disebutkan bahwa Klasifikasi dan pengelompokan jabatan
adalah penentuan dan pengelompokan tingkat jabatan berdasarkan nilai bobot suatu
jabatan.
Kebutuhan akan adanya analisis jabatan dan evaluasi jabatan di lingkungan LAN dapat
dilihat dari distribusi pejabat dalam pemetaan jabatan struktural di lingkungan LAN juga
yang cukup signifikan. Dengan jumlah jabatan struktural sebanyak 139 jabatan (di luar
Kepala LAN), maka rasio pejabat terhadap pejabat terhadap pegawai mencapai 1 : 9,
dengan asumsi seluruh pejabat berasal dari pegawai asli LAN, dan jumlah total pegawai
sebanyak 788 pegawai. Apabila para Pembantu Ketua STIA dihitung dalam perhitungan di
atas, maka rasio pejabat terhadap pegawai adalah mencapai 1 : 8.
Berdasarkan persebaran secara geografis, SDM LAN terbagi atas pegawai di lingkungan
LAN Jakarta, Bandung, Makassar dan Samarinda. Berikut ini adalah komposisi distribusi
pegawai LAN sampai dengan Maret tahun 2011
496
500
450
400
350
300
250
200
119
150 100
100
36 27
50
0
Jakarta Bandung Makassar Samarinda Aceh
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa SDM LAN lebih banyak terkonsentrasi di
wilayah kerja di Jakarta. Persebaran ini cukup wajar mengingat di Jakarta sendiri terdapat
18 unit kerja setingkat eselon II (termasuk STIA LAN Jakarta). Sedangkan Bandung dan
Makassar, masing-masing terdapat 2 unit kerja setingkat eselon II (termasuk STIA
bandung dan Makassar). Serta di Samarinda hanya terdapat satu unit kerja eselon II.
Namun demikian angka persebaran ini baru melihat distribusi kuantitas, dan belum
memperhatikan komposisi berdasarkan jabatan struktural, fungsional dan fungsional
umum dari masing-masing unit kerja yang mencerminkan fungsi institutif dari masing-
masing unit kerjanya. Sehingga dengan demikian belum mencerminkan tipikal keidealan
dari komposisi pegawai untuk setiap unit kerja.
Demikian pula apabila diperhatikan secara lebih rinci, maka khusus distribusi pegawai
LAN berdasarkan kompartemen atau pengelompokkan unit kerja yang mempunyai
4 Evaluasi Jabatan
REFORMASI BIROKRASI
karakteristik atau relevansi pekerjaan yang sama, maka sebaran SDM nya menjadi
sebagai berikut :
Grafik 2
Komposisi Distribusi SDM LAN Berdasarkan Kompartemen
Per Maret 2011
250
196 198
200
151 142
150
100 86
50
0
Kajian Kediklatan Sekretariat STIA PKP2A
Dengan total jumlah 788 pegawai, dan komposisi seperti di atas, LAN perlu kembali
menelaah distribusi pegawai yang lebih proporsional dengan lebih memperhatikan
kebutuhan akan dukungan SDM yang memadai dalam pennyelenggaraan core
competency LAN yaitu di biang kajian dan kelitbangan. Secara kasat mata, jumlah SDM
pegawai ternyata lebih banyak terkonsentrasi di unit Sekretariat, yang notabene aalah
sebagai unit pendukung. Dengan kata lain, unit lini di LAN ini membutuhkan lebih banyak
SDM untuk menyeimbangkan pelaksanaan tugasnya dengan baik.
1
Kajian ini tidak dimaksudkan untuk membuktikan salah satu hipotesa tersebut di atas, namun
lebih untuk menentukan beban kerja pada kondisi existing sehingga dapat menentukan kekuatan
atau jumlah pegawai yang ideal, serta menguraikan analisis jabatan untuk menentukan job
description dan job specification
6 Evaluasi Jabatan
REFORMASI BIROKRASI
C. RUANG LINGKUP
Adapun ruang lingkup dari Evaluasi jabatan adalah menentukan harga jabatan terhadap
semua jabatan struktural dan fungsional yang ada di lingkungan Lembaga Administrasi
Negara.
A. LATAR BELAKANG
8 Evaluasi Jabatan
REFORMASI BIROKRASI
A. Prinsip Dasar
1. Prinsip Dasar Analisis Jabatan
a. Analisis jabatan adalah suatu fondasi bagi pengelolaan sumber daya manusia,
mengingat hasil analisis jabatan menjadi masukan bagi pengaturan system dan
pendekatan semua fungsi pengelolaan sumber daya manusia.
b. Analisis jabatan adalah proses yang memerlukan kemampuanm analisis yang
tinggi dan pemahaman konteks organisasi yang tepat.
c. Analisis jabatan merupakan suatu proses yang mensyaratkan tingkat obyektivitas
yang tinggi dan informasi yang harus dapat diverifikasi. Bila kedua aspek ini tidak
dapat dipenuhi maka analisis jabatan tidak dapat dilaksanakan.
d. Ketersediaan para analis jabatan yang berpengalaman dan memahami konteks
organisasi dalam melaksanakan analisis jabatan adalah syarat mutlak.
e. Obyek yang dikaji dalam analisis jabatan adalah pekerjaan bukan orang yang
melakukan pekerjaan.
2. Prinsip Dasar Evaluasi Jabatan
a. Evaluasi jabatan merupakan kajian yang bersifat subyektif namun memiliki dasar
penilaian (parameter) yang solid dan disepakati bersama oleh para pemangku
kepentingan di dalam organisasi. Oleh karena itu kemampuan menjaga atau
mengelola konflik kepentingan adalah syarat mutlak.
b. Dalam evaluasi jabatan adalah penting untuk mempertimbangkan keterwakilan
populasi jabatan yang adil secara ilmiah (statistik).
3. Prinsip Dasar Remunerasi
a. Sistem remunerasi merupakan system yang adil dan transparan secara internal
organisasi.
b. Sistem remunerasi merupakan system yang mempertimbangkan kinerja dan
kompetensi pemangku jabatan serta kinerja organisasi.
Input merupakan tahap krusial dimana seluruh kebutuhan dan keperluan dalam
melaksanakan analisis jabatan harus tersedia tepat waktu dan dengan kuantitas dan
kualitas yang memadai. Pada tahapan input perlu diperhatikan dan dipastikan informasi,
data sudah benar dan pelaksana analisis jabatan sangat kompeten.
10 Evaluasi Jabatan
REFORMASI BIROKRASI
Tabel 1
Materi Analisis Jabatan pada setiap tahapan Masukan, Proses dan Keluaran
12 Evaluasi Jabatan
REFORMASI BIROKRASI
KUALITAS KUANTITAS
JABATAN Metode
Metode
Faktor
Ranking
Pembanding
Metode Metode
KRITERIA Klasifikasi Poin
STANDARD
Faktor
Ranking Klasifikasi Poin
Pembanding
14 Evaluasi Jabatan
REFORMASI BIROKRASI
Kesimpulan penting yang dapat dilihat dari perbandingan keuanggulan dan kelemahan
masing-masing metode adalah :
1. Seluruh metode memiliki kelemahan yang sama yaitu subyektifitas. Dengan demikian
apapun metode yang dipilih satu hal yang pasti harus dilakukan adalah melakukan
upaya khusus untuk mengurangi subyektifitas. Antara lain dengan memiliki evaluator
yang tidak memiliki kepentingan pada jabatan yang sedang dievaluasi atau sedapat
mungkin mendapatkan standar atau pembanding dari organisasi sejenis.
2. Metode kuantitatif (poin dan faktor pendukung) relatif memiliki cakupan jumlah dan
jenis jabatan yang lebih banyak dan beragam dibandingkan dengan metode kualitatif.
Selain itu metode kuantitaif juga dapat digunakan untuk posisi yang baru dibentuk.
Meskipun berbagai metode tersedia dalam melakukan evaluasi jabatan, namun pada
dasarnya tahapan pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
Pada tahap ini dirumuskan tujuan dari evaluasi jabatan dan target-target pekerjaan
(penanggungjawab, pelaksana, waktu, biaya dan kriteria keberhasilan dan hasil)
b. Penetapan Metodologi
Terdapat tiga langkah yang dilakukan pada tahap ini yaitu :
1. Mengumpulkan informasi terkait tentang jabatan, terutama bila tidak tersedia uraian
jabatan. Informasi yang dikumpulkan adalah struktur organisasi, jumlah jabatan dan
pemangku jabatan dan uraian jabatan (bila tersedia).
2. Memilih jabatan kunci (biasa digunakan sebagai sampel yang mewakili), tidak semua
jabatan dipilih untuk dinilai. Untuk itu memilih jabatan yang akan dievaluasi perlu
mempertimbangkan pertimbangan-pertimbangan berikut :
a. Jabatan kunci harus dipilih dari antara rentang jabatan yang akan dievaluasi.
b. Jabatan kunci haruslah merupakan posisi yang penting bagi organisasi dalam
pengertian dimiliki oleh cukup banyak pemangku jabatan atau memberikan
kontribusi yang signifikan bagi organisasi.
c. Isi atau unsur-unsur dalam jabatan harus stabil atau tidak berubah-ubah.
16 Evaluasi Jabatan
REFORMASI BIROKRASI
berbeda dengan organisasi bisnis sehingga penekanan dan nuansa dalam proses evaluasi
jabatan dalam organisasi bisnis sangat berbeda dengan orgnisasi pemerintahan.
Metoda Evaluasi Jabatan FES yang sampai sekarang masih digunakan dan terus
dikembangkan oleh Pemerintah Amerika Serikat antara lain:
Panduan FES Dasar, yaitu Panduan yang digunakan untuk mengevaluasi jabatan non-
kepenyeliaan / non manajerial, jabatan profesional, administratif, pelaksana teknis
dan klerikal (tata usaha).
Panduan Evaluasi Jabatan Manajerial. Panduan ini khusus untuk mengevaluasi
jabatan-jabatan kepenyeliaan (supervisory) yang di lingkungan instansi pemerintah
Indonesia disebut jabatan struktural.
Panduan FES Dasar. Panduan ini memfokuskan evaluasi pada sembilan buah faktor yang
dalam konsep manajemen remunerasi disebut “Compensable Factors” atau faktor-faktor
jabatan yang “harus” diberikan imbalan.
Sembilan faktor tersebut adalah:
a. Pengetahuan dan Keahlian yang Diperlukan
b. Sifat Pengawasan yang Diterima
c. Pedoman/Panduan Kerja
d. Kompleksitas
e. Ruang Lingkup
f. Hubungan Antar Pribadi
g. Tujuan Hubungan
h. Tuntutan Fisik
i. Lingkungan Kerja Fisik
Penjelasan rinci tentang Panduan FES Dasar dan bagaimana melaksanakannya dapat
dilihat pada lampiran.
18 Evaluasi Jabatan
REFORMASI BIROKRASI
Untuk dapat mewujudkan kebijakan tersebut, beberapa kondisi dasar harus terpenuhi
terlebih dahulu:
a. Peraturan atau Undang-undang yang melandasi pelaksanaan system remunerasi
berbasis kinerja bagi organisasi pemerintahan
b. Sistem manajemen Kinerja yang telah mampu memformulasikan ukuran-ukuran
kinerja yang tepat.
c. Kemampuan para penyelia maupun manajemen dalam menerapkan manajemen
kinerja secara disiplin dan benar.
Dalam mengembangkan system remunerasi, metoda yang digunakan cenderung pada
kajian perbandingan. Untuk itu, maka diperlukan data dan informasi yang lengkap dan
komprehensif mengenai struktur gaji pada lembaga-lembaga pemerintahan. Sementara
itu hasil evaluasi jabatan (skor setiap jabatan) menjadi acuan mengenai jabatan-jabatan
mana yang memiliki nilai relative penting bagi organisasi. Dengan demikian dapat
ditentukan besaran tunjangan kinerja berdasarkan nilai jabatan dan kinerja secara adil
D
alam rangka pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi terkait dengan
dikeluarkannya PP No. 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi 2010-2025 dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi No. 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi
Birokrasi 2010-2014, maka LAN telah membentuk Tim yang memiliki tugas masing-
masing, sebagai berikut :
1. Tim Pengarah, terdiri dari Ketua Tim, Sekretaris, dan anggota yang mempunyai tugas
memberikan arahan dan pengendalian perencanaan, pelaksanaan dan memobilisasi
sumber daya untuk kelancaran pelaksanaan program dan kegiatan reformasi
birokrasi.
2. Tim Pelaksana terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris dan
anggota-anggota yang bertugas mempersiapkan langkah-langkah operasional sesuai
arahan Tim Pengarah, memberikan dukungan dan mengelola Tim Satgas dan Pokja
agar Program dan kegiatan reformasi birokrasi di LAN dapat dilaksanakan .
3. Tim Pendukung (Satuan Tugas/Satgas), terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan anggota-
anggota yang bertugas melaksanakan penyiapan dokumen-dokumen program
program Reformasi Birokrasi, Quick Wins, dan Manajemen Perubahan agar program
dan kegiatan Reformasi Birokrasi dapat dilaksanakan secara terkoordinasi dan
terintegrasi.
4. Tim Pendukung/Pokja-Pokja, memiliki tugas menyiapkan dokumen dan rencana
umum program dan kegiatan yang meliputi : Manajemen Perubahan, Penataan dan
Penguatan Organisasi, Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, Penataan
20 Evaluasi Jabatan
REFORMASI BIROKRASI
B. TAHAPAN PELAKSANAAN
Pada tahap ini pelaksanaan kegiatan dibagi dalam tiga tahap, yaitu: tahap persiapan
(merupakan tahap perencanaan); tahap pelaksanaan, dan tahap pelaporan.
1. Analisis Jabatan
Pada tahap persiapan, beberapa yang telah dilakukan oleh LAN adalah sebagai berikut :
Dalam tahap persiapan ini, Tim Reformasi Birokrasi LAN tidak menggunakan vendor/Mitra
kerja, sehingga pada langkah ketiga tidak menyusun TOR, mengundang vendor/mitra
22 Evaluasi Jabatan
REFORMASI BIROKRASI
gambaran/deskripsi suatu pekerjaan ( job description) dan juga informasi terkait dengan
persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi untuk jabatan tersebut (job specification).
Tahap sosialisasi ini dilakukan oleh Tim yang tergabung dalam Tim Reformasi Birokrasi
LAN untuk Pokja 02 yaitu Program Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur.
Tahap Evaluasi Penerapan Hasil Analisis Jabatan, Setelah tahapan sosialisasi analisis
jabatan dilakukan, akan diperoleh berbagai masukan sebagai bahan untuk melakukan
penyempurnaan untuk menghasilkan sebuah informasi jabatan yang lebih baik, dengan
tujuan agar informasi yang telah disusun benar-benar dapat menggambarkan pekerjaan
yang sesungguhnya diperlukan di Lembaga Administrasi Negara dalam mendukung core
competencies nya di bidang kajian/litbang dan diklat. Dengan masukan tersebut, akhirnya
Dokumen hasil analisis jabatan ini, benar-benar diterapkan pada setiap jabatan yang ada
di LAN.Sejauh mana informasi analisis jabatan ini dapat diterapkan untuk setiap pegawai
di semua level jabatan, serta sejauh mana analisis jabatan ini digunakan sebagai dasar
melakukan proses analisis jabatan perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan dengan
melakukan pemantauan terhadap penerapannya, dan serta menilai dampak dari
penggunaan hasil analisis jabatan terhadap pelaksanaan tugas dan kinerja pegawai
maupun kinerja organisasi/Lembaga.
Berdasarkan hasil evaluasi melalui pemantauan dan evaluasi atas dampak dengan
diterapkannya analisis jabatan di Lingkungan LAN, perlu dibuat laporan yang
menggambarkan sejauhmana termasuk kendala dan permasalahan yang muncul dari
penerapan Analisis Jabatan.
24 Evaluasi Jabatan
REFORMASI BIROKRASI
3. Sistem Remunerasi
Sebagaimana tahapan pada análisis jabatan dan evaluasi jabatan, tahapan
pengembangan sistem remunerasi juga dilakukan melalui tiga tahapan yakni tahapan
pengembangan sistem renumerasi, tahap sosialisasi dan pelaksanaan sistem renumerasi
dan terakhir tahap pengukuran dampak/ perubahan. Sistem runemerasi merupakan
kelanjutan dari hasil evaluasi jabatan, atau dengan kata lain untuk melaksanakan hasil
evaluasi jabatan maka diperlukan adanya sistem renumerasi.
Pada tahapan pengembangan sistem renumerasi , ditempuh melalui beberapa langkah
berikut ini :
1) Melakukan kajian dan perhitungan-perhitungan remunerasi
2) Menyusun pemodelan sistem remunerasi
3) Melakukan paparan kepada manajemen mengenai model system remunerasi yang
dirancang
4) Melakukan revisi yang diperlukan sesuai dengan masukan yang diperoleh dari sesi
paparan dengan manajemen
5) Melakukan paparan akhir untuk mendapatkan persetujuan manajemen atas model
yang dirancang
Sedangkan pada tahapan sosialisasi dan pelaksanaan sistem renumerasi, dilakukan
melalui langkah-langkah sebagai berikut :
26 Evaluasi Jabatan
REFORMASI BIROKRASI
C. HASIL
1. Analisis Jabatan dan Evaluasi Jabatan
Analisis dan evaluasi jabatan merupakan proses, metode dan teknik untuk memperoleh
data jabatan yang diolah menjadi informasi jabatan. Disajikan untuk kepentingan
manajemen sumberdaya manusia penyelenggara negara terutama di Lembaga
Administrasi Negara, sekaligus sebagai umpan balik bagi organisasi dan ketatalaksanaan.
Hasil dari análisis dan evaluasi jabatan adalah uraian jabatan yakni pemaparan secara
terpenrinci dan lengkap mengenai informasi suatu jabatan. Informasi jabatan selain dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengelolaan organisasi dan mendukung penerapa
manajemen SDM yang profesional, juga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
yang lebih luas seperti untuk keperluan penyusunan peringkat jabatan (job grading) yang
merupakan dasar bagi penetapan remunerasi. Bahkan informasi jabatan disusun untuk
mengukur tingkat kedalaman pngetahuan dan keterampilan (know how), tantangan
pemikiran yang dibutuhkan dalam pekerjaan (problema solving), dan akuntabilitas
dampak jabatan pada hasil akhir (accountability). Oleh karena itu, Analisis dan Evaluasi
jabatan bukan análisis pribadi atau terhadap individua tau personil, melainkan análisis
penilaian terhadap jabatan.
Tahap akhir kegiatan dalam melakukan evaluasi jabatan adalah penyepakatan hasil
penilaian oleh Tim Evaluator. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan adanya penilaian
jabatan yang tidak bias atas suatu faktor. Bila telah dipahami dan disepakati hasil ini
kemudian diteruskan dengan permintaan persetujuan darei komite atau manajemen.
Dalam melaksanakan evaluasi jabatan ada sejumlah prinsip yang harus diketahui dan
dipegang teguh oleh mereka yang ditunjuk menjadi pelaksananya.
2. Sistem Remunerasi
Sistem Remunerasi (dalam hal ini tunjangan kinerja), adalah merupakan pola saling
terkait antara nilai suatu jabatan dengan nilai kompensasi dan benefit dalam suatu
organisasi yang dapat memacu peningkatan kinerja.
Penentuan nilai kompensasi yang adil dan sesuai untuk jabatan dimaksud ditetapkan
sebagai hasil dari kegiatan evaluasi jabatan. Adapun prinsip-prinsip dasar Sistem
Remunerasi adalah bahwa:
a. Sistem Remunerasi merupakan system yang adil dan transparan secara internal
organisasi
b. Sistem Remunerasi merupakan system yang mempertimbangkan kinerja dan
kompetensi pemangku jabatan serta kinerja organisasi.
28 Evaluasi Jabatan
REFORMASI BIROKRASI
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh pusat Kajian Kinerja Sumber Daya
Aparatur LAN, dikembangkan empat pendekatan system penggajian atau kompensasi,
yaitu: (1) berdasarkan jabatan (pay for position), (2) berdasarkan kompetensi pegawai
(pay for person), (3) berdasarkan kinerja (pay for performance), (4) berdasar kebutuhan
hidup (pay for living cost).
a. Sistem Penggajian Berdasarkan Jabatan (pay for position)
Sistem penggajian ini merupakan penggajian yang diberikan kepada pegawai yang
menduduki jabatan-jabatan tertentu yang ada dalam suatu struktur organisasi. Sistem
pay for position bisa dikatakan sebagai pembayaran berdasarkan harga jabatan (job
pricing). Semua pegawai yang menjabat jabatan tersebut berhak memperoleh gaji sesuai
dengan harga jabatannya, tidak lagi memandang pada tingkat pendidikan, pangkat
golongan, masa kerja dan sebagainya. Selama pegawai luluas fit and proper test, dalam
arti kompetensi yang dimiliki sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan untuk jabatan
tersebut maka dia berhak memperoleh gaji sesuai harga jabatannya. Pada saat fit and
proper test tingkat pendidikan, pangkat golongan, masa kerja diperhitungkan.
Dalam pengembangan system penggajian berdasarkan jabatan ini factor utamanya adalah
menyusun Job grading atau jenjang jabatan dan job pricing atau harga jabatan. Untuk
bisa melakukan job pricing perlu dilakukan dua kegiatan, yaitu job analysis dan job
evaluation.
30 Evaluasi Jabatan
REFORMASI BIROKRASI
digunakan untuk membedakan pegawai yang berkinerja bagus dengan pegawai yang
kurang bagus . Sesuai dnegan namanya pay for performance maka system penggajian ini
didasarkan pada kinerja pegawai, yaitu melalui hasil penilaian kinerja. Pay for
performance sering juga disebut dengan merit pay, yaitu pembayaran yang diberikan
kepada pegawai beradasarkan level pencapaian kinerjanya. Dalam hal ini bisa disusun
beberapa level gaji yang menunjukkan tingkat pencapaian kinerja pegawai. Level tertinggi
dengan nominal gaji terbesar menunjukkan pencapaian kinerja yang terbaik, dan
selanjutnya sampai level terendah dengan nominal gaji terkecil menunjukkan pencapaian
kinerja yang terburuk.
Dalam system penggajian beradasarkan kinerja ini membutuhkan dukungan instrument
penilaian kinerja yang bagus yang mampu mengukur dan menilali kinerja pegawai secara
tepat.Untuk dapat menghasilkan hasil penilaian kinerja yang baik perlu didukung dengan
adanya uraian pekerjaan (job description) yang jelas dari jabatan yang dipangku seorang
pegawai.Selain itu juga perlu didukung dengan adanya kontrak kinerja yang merupakann
kesepakatan atas pelaksanaan job description tersebut, sehingga pegawai bisa
melaksanakan tugas dengan baik sesuai dengan kenampuan yang dimiliki dan dukungan
sarana prasarana yang memadai.
Terkait dengan siklus pelaksanaan pekerjaan atau kontrak kinerja yang biasanya dalam
ukuran tahunan, maka pay for performance ini diberikan setahun sekali. Akan tetapi
proses penilaian kinerjanya teap dilaksanakan dalam bentuk bulanan atau mingguan dan
didukungn dengan catatan rutin harian (berupa worksheet atau timesheet). Setiap
pegawai diwajibkan mendatat dan mengisi catatan rutin yang menunjukkan kinerjanya
dan harus diperiksa dan disahkan oleh atasan langsungnya. Catatan rutin ini akan menjadi
dasar penilaian kinerja bulanan yang selanjutnya dikompilasi menjadi laporan kinerja
tahunan. Laporan ini selanjutnya akan dinominalkan sesuai dengan level gajinya. Dan
pada akhir tahun pegawai akan menapat tambahan gaji berupa “bonus” yang
nmerupakan hasil penilaiannkinerja mereka. Penilaian kinerja ini berlangsung sepanjang
tahun dan paa akhir tahun pegawai akan meneriman hasil penilaian kinerjanya dan bonus
sebagai imbalan atas hasil kinerjanya sesuai level yang telah disepakati.
32 Evaluasi Jabatan
REFORMASI BIROKRASI
Kebutuhan
TUNJANGAN Jumlah
NO GRADE Anggaran
(100 %) Pegawai
(100%)
1 36,770,000 18 1 36.770.000
2 32,540,000 17 - -
3 21,330,000 16 6 127.980.000
4 18,880,000 15 - -
5 16,700,000 14 36 601.120.000
6 12,370,000 13 - -
7 10,360,000 12 9 93.240.000
8 9,360,000 11 48 449.280.000
9 6,930,000 10 36 249.480.000
10 6,030,000 9 - -
11 5,240,000 8 61 319.640.000
12 4,370,000 7 36 157.320.000
13 3,800,000 6 14 53.200.000
14 3,310,000 5 308 1.019.480.000
15 2,810,000 4 198 556.380.000
16 2,320,000
17 1,820,000
18 1,330,000
Total Pegawai dan Kebutuhan
753 3.663.970.000
Anggaran
Ketidakadilan internal bersifat horisontal (Gaji diberikan relatif sama, tidak berdasarkan
pada berat ringannya pekerjaan). Salah satu penyebab ketidakadilan ini terletak pada cara
menetapkan golongan dan kepangkatan yang ditetapkan bagi individu (orang) dan bukan
pada jabatan/pekerjaan.
34 Evaluasi Jabatan
REFORMASI BIROKRASI
Ketidakadilan Internal bersifat Vertikal. Gaji seorang birokrat pada golongan tertinggi
hanya kira-kira 3.3 X pegawai golongan terendah, padahal dapat dipastikan bahwa
”Bobot Jabatan” atau beban kerja mereka bila dievaluasi akan kira-kira 20 sampai 27
berbanding 1.
Tidak menumbuhkan Gairah Kerja. Sistem yang sekarang digunakan tidak mempunyai
kebijakan dan sistem pemberian ganjaran (reward) untuk kinerja baik.
Masalah ketidakadilan (inequity) yang diuraikan di atas adalah sangat terkait dengan
sistem pemeringkatan jabatan yang selama ini diterapkan dalam mengelola gaji pegawai
negeri sipil. Sesuai dengan proses dan prosedur standar dalam pembuatan sistem
remunerasi (khususnya gaji) pegawai maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah
menerapkan bentuk peringkat baru untuk jabatan-jabatan yang saat ini ada dalam
lingkungan instansi pemerintah.
Peringkat jabatan adalah hubungan hirarkis antara jabatan-jabatan yang ada dalam
sebuah satuan kerja dan instasni dimana satuan kerja itu ada. Peringkat menjelaskan
jabatan mana yang ”posisi” nya lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lain. Dalam
praktek, di instansi pemerintah peringkat ini disebut ”Golongan” yang sebenarnya kurang
tepat karena golongan artinya lebih condong ke ”klasifikasi”. Jabatan-jabatan diperingkat
sebagai upaya memenuhi prinsip ”adil” dalam penetapan besaran gaji patokan dan
elemen remunerasi lainnya. Maksudnya adalah, jabatan yang mendapat peringkat lebih
tinggi wajarnya memperoleh gaji yang lebih besar dari yang tingkatnya lebih rendah dan
sebaliknya.
Hasil tambahan dari proses pemeringkatan jabatan ini menjadi sebuah Klasifikasi Jabatan
baru lengkap yang diperlukan untuk mengelola sumber daya manusia aparatur dalam
lingkup yang lebih luas. Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 tentang Pokok-Pokok
kepegawaian pasal 17 ayat 2 menyatakan bahwa ”pengangkatan Pegawai Negeri Sipil
dalam suatu jabtan dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalisme sesuai dengan
kompetensi .....”. Pasal ini mempersyaratkan seorang Pegawai Negeri Sipil harus
mempunyai kompetensi yang dipersyaratkan untuk dapat menduduki suatu jabatan, baik
jabatan struktural maupun jabatan fungsional. Oleh karena itu, jabatan yang ada di
lembaga pemerintah harus diklasifikasikan.
36 Evaluasi Jabatan
REFORMASI BIROKRASI
Jabatan harus menggunakan sebuah metoda yang dikembangkan atau dipilih dari banyak
metoda yang tersedia.
T
ahapan penting yang harus dilakukan untuk memastikan agar seluruh tahapan
dalam setiap kegiatan berjalan sesuai dengan harapan, maka fungsi monitoring
dan evaluasi harus dilaksanakan dengan disiplin. Fungsi monitoring adalah untuk
mengukur kemajuan pelaksananan aktivitas, sedangkan fungsi evaluasi adalah
untuk mengkaji kebehasilan dan kekurangan yang muncul selama pelaksanaan aktivitas.
Monitoring dilakukan pada periode-periode terrtentu, sepanjang rentang waktu
peleksanaan aktivitas. Kriteria monitoring disebut sasaran antara (milestone) sedangkan
kriteria evaluasi adalah target hasil (waktu, biaya maupun hasil). Pada dasarnya kriteria
evaluasi ditetapkan berdasarkan keluaran yang harus dihasilkan oleh setiap aktivitas
ditambah dengan ukuran waktu dan ukuran biaya.
Tabel 10
Kriteria Monitoring Analisis Jabatan, Evaluasi Jabatan dan Sistem Remunerasi
Tahap Sistem
Kriteria Analisis Jabatan Evaluasi Jabatan
Pelaksanaan Remunerasi
Persiapan Persiapan TOR* Persiapan TOR* Persiapan TOR*
Monitoring Tersedia tenaga ahli Tersedia tenaga Tersedia tenaga
Tersedia anggaran ahli ahli
Tersedia anggaran Tersedia anggaran
Pelaksanaan
% jabatan yang telah % jabatan yang Kelengkapan
dianalisis telah dievaluasi Kajian
% anggaran yang % anggaran yang Ketersediaan
terserap terserap Model
Pemenuhan tenggat Pemenuhan Persetujuan
waktu tenggat waktu Manajemen
Persetujuan Kesepakatan
Manajemen Evaluator
Persetujuan
Manajemen
38 Evaluasi Jabatan
REFORMASI BIROKRASI
Terdapat perbedaan yang jelas antara monitoring dan evaluasi. Monitoring dilakukan
pada tahap persiapan dan pelaksanaan pada setiap analisis dan evaluasi jabatan serta
pengembangan system remunerasinya. Sedangkan evaluasi hanya dilakukan pada tahap
pelaporan. Keduanya dapat dilihat pada Tabel 11 dan Tabel 12.
Tabel 11
Kriteria Monitoring Analisis Jabatan, Evaluasi Jabatan dan Sistem Remunerasi
Tahap Sistem
Keiteria Analisis Jabatan Evaluasi Jabatan
Pelaksanaan Remunerasi
Evaluasi Pelaporan Kualitas Hasil Kualitas Hasil Kelengkapan Hasil
Kelengkapan Hasil Kelengkapan Hasil Tenggat Waktu
Tenggat Waktu Tenggat Waktu % Realisasi Biaya
% Realisasi Biaya % Realisasi Biaya Tingkat aplikasi
hasil