Nori Agustini
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia
noriagustiniaslin@yahoo.co.id
Abstrak
A. Pedahuluan
Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi, atau suatu wahana utama dalam mempersiapkan sumberdaya
manusia yang unggul dalam bidang pengetahuan dan teknologi. Direktur jenderal
pendidikan tinggi dalam sambutannya pada buku himpunan peraturan tentang
perguruan tinggi di indonesia, menyatakan bahwa:
“Pembangunan pendidikan tinggi yang berkualitas, dosen yang
profesional sesuai dengan kualifikasi, kompenetsi dan bersetifikasi serta proses
pendidikan, penelitian dan pengabdian mesayarakat yang sesuai dengan
perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah tugas berat dan
tantangan yang harus dapat dijawab oleh perguruan tinggi bersama pemerintah,
masyarakat dan steakholder sebagai prasyarat kemajuan bangsa ditengah-tengah
persaingan dan globlaisasi yang mau tidak mau suka tidak suka harus dimaknai
sebagai konsekwnsi dari perubahan, yang lebih-lebih juga dipengaruhi dengan
kecepatan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi”
Oleh karena itu timbulah berbagai ketentuan dan norma dari undang-
undang, peraturan pemerintah dan peraturan menteri, peraturan dan surat edaran
1201542_Nori Agustini | 1
dari direktorat perguruan tinggi Indonesia sebagai ketentuan dan pedoman yang
terkait untuk menuntun perguruan tinggi melakasanakan pendidikan yang bermutu
dan bermartabat, sehingga dapat menjadi acuan bagi civitas academia suatu
perguruan tinggi. Salah satunya aturan yang dikeluarkan oleh dikti yaitu tentang
linieritas pendidikan dalam jabatan dosen. Hal ini akan bersinggungan dengan
dosen yang akan mengajukan jabatan fungsional ke jenjang guru besar, dan
tentunya akan memupus harapan bagi para dosen yang memiliki jenjang ilmu
kepakaran tidak linier.
Pada dasarnya memang tidak adil bagi dosen mengambil S2 atau S3 yang
tidak sesuai dengan jalur pendidikan yang diambilnya sebelumnya. Jenjang karir
mereka akan terhambat karena terlanjur mengambil rumpun ilmu yang berbeda
hanya karena peraturan tersebut. Mungkin yang menjadi salah satu pertimbangan
bagi dosen yang mengambil S2 atau S3 yang berbeda dari sebelumnya adalah
sesuai dengan kebutuhan yang ada di perguruan tinggi tempat mereka mengajar.
Faktanya sebagai seorang pendidik atau dosen sering dihadapkan dengan masalah
pendidikan yang terkadang bukan dibidang ilmu yang dimilikinya, hal ini
membuat seorang dosen harus mempunyai lintas disiplin ilmu yang baik.
Namun, di lain pihak sebagai seorang dosen juga harus mempunyai ilmu
yang mendalam supaya kita bisa dikatakan ahli atau pakar dalam bidang ilmu,
supaya dalam menyelesaikan masalah pendidikan bisa tuntas. Dilemanya
bagaimana jika dosen dihadapkan dengan masalah keilmuan yang berbeda dengan
kepakaran yang mereka punya. Di sini dosen dituntut untuk melakukan kerja sama
dengan sesama dosen lain yang mempunyai kepakaran ilmu yang berbeda, supaya
mereka bisa menyelesaikan masalah keilmuan dengan tuntas. Namun hal ini bisa
terlaksana di perguruan tinggi yang sudah mempunyai banyak dosen dengan
kepakaran dan keahlian yang mendalam, bagaimana dengan perguruan tinggi
yang belum. Misalnya di Indonesia bagian timur.
Hal di atas menjadi problematika bagi dosen itu sendiri. Pertama, dosen
sering dihadapkan dengan masalah pendidikan yang berbeda dengan kepakaran
ilmu sehingga megaharuskan mereka memiliki lintas disiplin ilmu, dan yang
kedua, dosen juga dituntut untuk mempunyai kepakaran ilmu yang mendalam.
1201542_Nori Agustini | 2
Kebijakan ini membuat para dosen bingung dalam menentukan program studi apa
yang akan diambil untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi nantinya.
1201542_Nori Agustini | 3
farmasi, S3 Mengambil disertasi berjudul penggunaan daun katuk sebagai
obat pelangsing dan efek sampingnya di fakultas kedokteran.
Menurut beliau kalau ketiga model tersebut berlaku bagi dosen maka hal
ini tidak terlalu menjadi masalah bagi dosen yang terlanjur mengambil S2 atau S3
yang tidak begitu linier, namun jika hanya model pertama yang berlaku maka hal
ini mejadi batu rintangan bagi dosen yang akan mengajukan fungsional jabatan ke
guru besar.
1201542_Nori Agustini | 4
Seharusnya sebelum dikti mengeluarkan peraturan tentang linieritas, dikti
harus memberikan peraturan tentang perguruan tinggi yang membuka program
pascasarjana. Dimana dibuat peraturan yang mensyaratkan untuk setiap peserta
yang ingin mengikuti program pascasarjana berasal dari S1 atau S2 yang sebidang
atau mempunyai rumpun ilmu yang sama. Rumpun ilmu perguruan tinggi yang
dimaksud diatur dalam UU No 12 tahun 2012 ayat 1 yaitu: 1) rumpun ilmu
agama; 2) rumpun ilmu humaniora; 3) rumpun ilmu sosial; 4) rumpun ilmu alam;
5) rumpun ilmu formal; dan 6) rumpun ilmu terapan. Dari ke enam rumpun ilmu
agar lebih jelas dan detilnya cabang-cabang rumpun ilmu lainnya bisa dilihat pada
http://www.kopertis12.or.id/rumpun.
Indonesia adalah negara kepulauan yang pendidikannya belum merata
sampai saat ini, kualitas pendidikan perguruan tinggi di pulau jawa, biasanya lebih
baik dibanding dengan kepulauan lainnya. Hal ini seharusnya menjadi
pertimbangan bagi pemerintah khususnya pihak dikti, dalam mengeluarkan
peraturan tentang linieritas. Masalah lainnya adalah jurusan yang dibuka pada
program pascasarjana tersebut memang baru dibuka saat-saat ini. Seharusnya ada
ketentuan waktu atau umur bagi dosen yang tidak linier. Kedepanya bisa
diterapkan kelinieritas dengan peraturan yang membuat para dosen lebih leluasa
memilih minat pendidikannya.
E. Dosen dan Kelompok Mata Kuliah
Bisasanya perguruan tinggi membagi kelompok mata kuliah, begitu juga
dengan dosen yang mengajar mata kuliah tersebut. Hal ini akan berhubungan
dengan disiplin ilmu yang dimililiki dosen tersebut. Berikut contoh kelompok
matakuliah baik yang terdapat pada prodi kependidikan maupun nonkependidikan
yang ada di kurikulum UPI:
1) Kelompok mata kuliah umum (MKU), berfungsi mengembangkan dasar-dasar
pengembangan kepribadian.
2) Kelompok mata kuliah profesi (MKP), berfungsi mengembangkan sikap dan
wawasan professional.
3) Kelompok mata kuliah keahlian (MKK) befungsi mengembangan penguasaan
ilmu.
1201542_Nori Agustini | 5
4) Kelompok mata kuliah pendalaman dan perluasan (MKPP) berfungsi
mengembangkan penguasaan kemampuan yang lebih mendalam atau lebih
luas dalam bidang ilmu.
5) Kelompok mata kuliah kemampuan tambahan (MKKT) berfungsi
mengembangkan pengusaan materi dalam bidang studi yang bersangkutan dan
bidang studi lain yang akan membekali kemampuan tambahan.
6) Kelompok mata pilihan bebas (MKPB) dan kelompok mata kuliah konsentrasi
akademik (MKKA)
Sebenarnya ada banyak kelompok mata kuliah lainnya sesuai dengan
program studi yang ada di fakultas atau program studi di perguruan tinggi
tersebut. Hubungan dengan dosen yang mengajar terdapat pada bagian gelar yang
relevan dengan matakuliah yang diajar. Misalnya mata kuliah umum dan mata
kuliah khusus (Profesi, keahlian, pendalaman dll) pada fakultas IPS jurusan
MKDU program studi ilmu pendidikan Agama islam.
1. Mata Kuliah Umum
Mata kuliah Umum adalah mata kuliah yang membutuhkan pengajaran
yang lebih luas namun dengan materi yang tidak teralu dalam. Dosen yang
mengajar mata kuliah ini hendaknya mempunyai kelinieritasan model
kelinieritasan model institusi penyelenggara pendidikan. Contoh matakuliah
pendidikan agama islam. Dosen yang mengajar mata kuliah ini, tentunya dosen
yang mempunyai kepakaran ilmu yang luas tentang matakuliah yang diajarkan.
2. Mata kuliah khusus
Mata kuliah ini adalah mata kuliah yang membutuhkan pengajarann yang
medalam namun tidak terlalu luas. Dalam hal ini dosen dituntut mempunyai
kepakaran ilmu yang lebih mendalam. Dosen yang mengajar mata kuliah ini
hendaknya mempunyai model linieritas bidang ilmu dan linieritas focus interest.
Sebagai contoh :
1) Dosen yang mengajar matakuliah belajar dan pembelajaran PAI, dituntut
mempunyai kepakaran di didang PAI dan kurikulum dan
pembelajaran.(bidang ilmu)
2) Dosen yang mengajara matakuliah Tafsir Alquran, dituntut mempunyai
kepakaran pada tafsir alquran. (focus interest)
1201542_Nori Agustini | 6
Bagaimana dengan dosen yang mengajar landasan pendidikan, filsafat
pendidikan, statistik terapan dan mata kuliah dasar profesi lainnya? kuliah
Faktanya banyak dosen yang mengajar bukan dari program megister atau doktor
Agama. Pengajar mata kuliah tersebut tentu harus berasal dari program megister
atau doktor yang berasal dari ilmu tersebut. Banyak dosen yang mengajar dari
fakultas atau program studi lainnya. Kalau perguruan tinggi menginginkan dosen
yang berasal dari fakultas atau program studi asalnya maka mau tak mau, harus
melakukan lintas disiplin ilmu.
Contoh lain dosen yang mengajar matakuliah bahasa inggris pada jurusan
pendidikan fisika, hal ini menjadi polemik tersendiri. Bagi dosen dan perguruan
tinggi. di sisi lain dosen tersebut harus mengajar bahasa inggris di sisi lainnya lagi
dosen juga harus mengangkat tema yang mempunyai unsur fisika yang benar.
Masalah ini mungkin bisa menjadi pertimbangan dikti. Sebenarnya bisa saja
menugaskan seorang dosen yang memang mempunyai kepakaran ilmu fisika yang
mempunyai kemampuan bahasa inggris yang baik, namun dosen seperti ini masih
sangat sedikit di Indonesia.
G. Kesimpulan
1201542_Nori Agustini | 7
tinggi di Indonesia saat ini sangat belum merata dan berkembang, riset-risetnya
masih sangat sedikit dan melalui perkembangan yang tersendat-sendat karena
aturan disana-sini. Di tambah lagi dengan peraturan tentang linieritas.
DAFTAR PUSTAKA
Djadja. 2014. Gelar pendidikan : linier dan tidak linier pentingkah?: [online].
Tersedia: http://pendidikpembebas.wordpress.com/2014/03/17/gelar-
pendidikan-linear-dan-tidak-linear-pentingkah/. [4 April 2014]
Hardiayanti, Istri dan Tim Penyusun. 2012. Himpunan Peraturan tentang
Perguruan Tinggi di Indonesia. Jakarta: DIKTI. [online]. Tersedia :
http://www.fkm.ui.ac.id/images/Gabungan%20hal%20rom%20i%20-
%201381%20UU%20DIKTI.pdf [5 April 2014]
PP No 37 Tahun 2009 tentang Dosen. [online]. Tersedia :
http://www.kopertis12.or.id/2010/08/02/kumpulan-info-penting-untuk-
dosen.html. [5 April 2014]
Santosa, Urip. 2011. Linieritas pendidikan dalam jabatan dosen. [online].
Tersedia: http://uripsantoso.wordpress.com/2011/11/24/linieritas-
pendidikan-dalam-jabatan-dosen/. [7 April 2014]
1201542_Nori Agustini | 8
UU No 12 Tahun 2012 tentang pendidikan tinggi, paragraph 2 rumpun ilmu
pengetahuan dan teknologi pasal 10 ayat 2. [online]. Tersedia :
http://www.kopertis12.or.id/2010/08/02/kumpulan-info-penting-untuk-
dosen.html. [8 April 2014]
UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bab I tentang ketentuan Umum.
[online]. Tersedia : http://www.kopertis12.or.id/2010/08/02/kumpulan-
info-penting-untuk-dosen.html. [5 April 2014]
1201542_Nori Agustini | 9