Anda di halaman 1dari 318

RI * Di

gan r ek
an

u
to
rat
J

nterian Ke
enderal

me
Pe

Ke

rb
en
daharaan *
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

Tim Penyusun
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
(Panduan Administrasi Kepegawaian Edisi II)

Pelindung
Direktur Jenderal Perbendaharaan

Pengarah
Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Ketua Tim
Ludiro

Dewan Editor
Ponco Priyono
Tjahjo Purnomo
Muhammad Arif
Raden Bagus Nursalim

Kontributor

Koordinator
Sigid Mulyadi

Anggota
Suyono
Nurmalindah
Arif Setyawan
Ahmad Nurholis
Nanik Rahmawati
Bambang Wisnugroho

Desain Cover
Arif Setyawan

Hak Cipta 2013


Bagian Administrasi Kepegawaian Sekretariat Ditjen Perbendaharaan

Diterbitkan dan didistribusikan oleh


Sekretariat Ditjen Perbendaharaan

Halaman 1
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
SAMBUTAN SEKRETARIS DITJEN PERBENDAHARAAN

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya, Buku Panduan
Layanan Sumber Daya Manusia ini dapat disusun.
Kami menyambut baik diterbitkannya Buku Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
untuk para pengelola kepegawaian khususnya dan bagi seluruh pegawai di lingkungan Ditjen
Perbendaharaan.
Kami menyampaikan terima kasih atas kerjasama serta partisipasi dari semua elemen di
lingkungan Sekretariat Ditjen Perbendaharaan. Buku ini dapat terwujud atas inisiatif Tim
Penyusun di Bagian Administrasi Kepegawaian, dengan tujuan agar buku ini dapat menjadi
panduan bagi para pengelola kepegawaian unit kerja terkait tugas pokok dan fungsinya.
Pengelolaan kepegawaian terkadang dianggap remeh oleh sebagian orang, padahal
merupakan hal yang sangat penting, mengingat pegawai merupakan sumber daya terbesar
organisasi kita, oleh karenanya patut dikelola dengan baik. Kepuasan pegawai atas pengelolaan
kepegawaian akan menghasilkan kinerja pegawai yang baik, sebaliknya ketidakpuasan pegawai
atas pengelolaan kepegawaian dapat menghasilkan penurunan kinerja. Diharapkan dengan buku
ini, dapat terwujud keseragaman pemahaman mengenai pengelolaan kepegawaian, sehingga para
pengelola kepegawaian dapat memberikan pelayanan yang lebih baik.
Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat, tidak hanya sebagai panduan bagi para
pengelola kepegawaian, tapi juga dampaknya terhadap seluruh pegawai Ditjen Perbendaharaan.

Jakarta, Januari 2013


Sekretaris Ditjen Perbendaharaan

Ttd

Tata Suntara

Halaman 2
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
KATA PENGANTAR EDISI PERTAMA

Selamat datang di Buku Panduan Administrasi Kepegawaian !!!


Kami harap Buku ini dapat membantu dan memudahkan Anda sebagai pengelola kepegawaian
dalam melaksanakan tugas rutin dalam urusan kepegawaian.
Buku Panduan Administrasi Kepegawaian ini merupakan hasil dari upaya kolaboratif
dari Tim Penyusun Bagian Administrasi Kepegawaian.
Dengan adanya Buku Panduan Administrasi Kepegawaian ini, maka pihak-pihak yang
terkait diharapkan lebih terarah dalam melaksanakan tugas-tugas pengelolaan kepegawaian,
sehingga tujuan yang diinginkan dapat dicapai.
Menyadari segala keterbatasan yang ada, kami mengharapkan segala saran untuk
penyempurnaan buku ini. Kami menyadari bahwa dinamika perubahan peraturan akan
berpengaruh kepada materi buku ini. Maka, kedepan buku ini akan terus dilakukan
penyempurnaan dan penyesuaian dengan ketentuan yang berlaku.

Jakarta, September 2011


Bagian Administrasi Kepegawaian

Tim Penyusun

Halaman 3
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
KATA PENGANTAR EDISI KEDUA

Sebagaimana umumnya sebuah buku pedoman apalagi sebuah modul, perbaikan,


penyempurnaan dan revisi adalah sebuah keniscayaan. Begitu juga dengan Buku Panduan
Administrasi Kepegawaian. Kali ini, buku yang sedang Anda pegang adalah Buku Panduan
Layanan Sumber Daya Manusia (Buku Panduan Administrasi Kepegawaian Edisi Kedua) yang
merupakan penyempurnaan dari buku sebelumnya. Dan itu tidak menutup kemungkinan di
tahun-tahun berikutnya akan muncul edisi ketiga, keempat dan seterusnya.
Terbitnya Buku Panduan Administrasi Kepegawaian telah mendapat sambutan yang baik
dari para pengelola kepegawaian. Terbukti telah membantu dalam pelaksanaan pekerjaan terkait
administrasi kepegawaian. Buku ini telah menjadi rujukan dan lentera bagi para pendatang baru
dalam urusan administrasi kepegawaian.
Untuk edisi kedua ini, ada beberapa materi penyempurnaan, diantaranya adalah ketentuan
masuk kerja, penegakan disiplin, penunjukan pelaksana tugas/harian, termasuk penambahan
beberapa materi seperti konversi NIP, KPE, NPWP, SPT, dll.
Sejatinya, kami ingin menghadirkan sebuah buku pedoman dengan penulisan yang lebih
populer dan lebih lugas, namun hanya inilah kemampuan kami dalam menyuguhkan buku ini.
Ada baiknya sebelum diterbitkan kembali edisi berikutnya agar disunting lebih dahulu oleh
editor profesional.
Perlu kami sampaikan bahwa beberapa ketentuan bersifat dinamis, yang itu
terkadang menyebabkan beberapa materi yang tercantum dalam buku ini menjadi tidak
relevan lagi. Untuk itu, pengelola kepegawaian tetap harus senantiasa meng-update
peraturan-peraturan kepegawaian terbaru. Jika peraturan tersebut telah berubah, maka
yang menjadi pedoman tentunya peraturan yang terbaru.
Akhirnya, kami menyampaikan terima kasih kepada anggota tim yang telah membantu
untuk merampungkan edisi kedua ini.
Demikian, selamat membaca. Semoga buku ini bermanfaat bagi kita.

Jakarta, Januari 2013


Bagian Administrasi Kepegawaian

Tim Penyusun

Halaman 4
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
KALIMAT INSPIRATIF

Pria diburu oleh keabadian, dan kita bertanya pada diri sendiri, akankah sikap kita dikenang
hingga berabad kemudian? akankah orang asing yang mendengar nama kita lama setelah kita
mati, ingin tahu siapa kita, betapa gagah berani kita berperang, betapa besar kita mencintai
(opening film TROY)

Jika tinggal di Larissa......kau akan temukan kedamaian. Kau akan menemukan wanita cantik.
Kau akan punya putra dan putri dan mereka akan punya keturunan. Dan mereka akan
menyayangimu. Jika kau mati, mereka akan mengingatmu. Tapi jika anakmu mati, juga
keturunan mereka......namamu akan hilang.
Jika kau pergi ke Troya......kau akan mendapatkan kemuliaan. Selama ribuan tahun mereka akan
menulis cerita kemenanganmu. Dunia akan mengingat namamu. Tapi jika kau pergi ke
Troya......kau takkan pernah kembali. Karena kemuliaanmu berjalan seiring dengan
kematianmu. (Pesan untuk Achilles dari Ibunya)

***

"Kau Nak, paling sedikit kau harus bisa berteriak. Tahu kau, mengapa aku sayangi kau lebih
dari siapapun? Karena kau menulis, suaramu tak akan padam ditelan angin, akan abadi sampai
jauh, jauh di kemudian hari. Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia
akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian".
(Kata-kata Nyai Ontosoroh kepada Minke dalam Anak Semua Bangsa,
Pramoedya Ananta Toer)

Halaman 5
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
DAFTAR ISI

Sambutan Sekretaris Ditjen Perbendaharaan .................................................................................. 2


Kata Pengantar Edisi Pertama ......................................................................................................... 3
Kata Pengantar Edisi Kedua ............................................................................................................ 4
Kalimat Inspiratif ............................................................................................................................ 5
Daftar Isi .......................................................................................................................................... 6
1. Pendahuluan .............................................................................................................................. 8
2. Dosir Pegawai ......................................................................................................................... 10
3. Usulan Kenaikan Pangkat ....................................................................................................... 16
4. Kenaikan Gaji Berkala ............................................................................................................ 28
5. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan ................................................................................. 33
6. Cuti Pegawai ........................................................................................................................... 40
7. Cuti Yang Dijalankan Di Luar Negeri Dan Izin Ke Luar Negeri ........................................... 52
8. Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas, Surat Pernyataan Pelantikan Dan Surat Pernyataan
Masih Menduduki Jabatan ...................................................................................................... 56
9. Penunjukan Pelaksana Tugas Dan Pelaksana Harian .............................................................. 65
10. Pedoman Pelaporan Administrasi Kehadiran Pegawai ........................................................... 72
11. Pedoman Penyusunan Laporan Kepegawaian....................................................................... 106
12. Surat Keterangan Untuk Mendapatkan Tunjangan Keluarga, Laporan Perkawinan Dan
Perceraian Dan Laporan Pegawai Meninggal Dunia ............................................................ 115
13. Perceraian PNS ...................................................................................................................... 124
14. Penegakan Disiplin Pegawai ................................................................................................. 138
15. Pemberhentian Dan Pemensiunan Pegawai .......................................................................... 159
16. Bantuan Hukum Dan Saksi/Saksi Ahli ................................................................................. 172
17. Mutasi Pegawai Mengikuti Suami ........................................................................................ 187
18. Penetapan Jabatan Dan Peringkat Pelaksana ........................................................................ 195
19. Pengelolaan Kinerja Pegawai ................................................................................................ 208
20. Pengusulan Penganugerahan Penghargaan Satyalancana Karya Satya................................ 217
21. Kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil ..................................................................................... 228
22. Laporan Harta Kekayaan Penyelenggaran Negara................................................................ 242
23. Tugas Belajar/Beasiswa ........................................................................................................ 249
24. Izin Mengikuti Pendidikan Di Luar Kedinasan..................................................................... 256
25. Standar Kompetensi Jabatan ................................................................................................. 269
26. Kartu : KARPEG, KARIS/KARSU, TASPEN Dan ASKES............................................... 272
27. Konversi NIP & KPE ............................................................................................................ 283
28. Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil ...................................................................................... 288
29. Hari Libur Pilkada ................................................................................................................. 294

Halaman 6
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
30. NPWP, SPT Pajak Penghasilan & LP2P ............................................................................... 296
31. Pelaporan Gratifikasi ............................................................................................................. 303
32. Pegawai Yang Dipekerjakan/Diperbantukan ........................................................................ 307
33. Aplikasi Kepegawaian........................................................................................................... 310
34. Penutup .................................................................................................................................. 316

Halaman 7
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

[1]

PENDAHULUAN

Sebagai aparatur pemerintah, setiap Pegawai Negeri Sipil (PNS) wajib mengetahui dan
memahami hak dan kewajibannya selama menjalankan tugas, sehingga dapat bekerja sesuai
dengan yang digariskan dalam peraturan perundang-undangan mengenai kepegawaian. Hal ini
juga menjadi tuntutan Direktorat Jenderal Perbendaharaan terhadap seluruh pegawainya. Beban
tugas Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang semakin berat harus didukung oleh sumber daya
manusia yang berkualitas, disamping memiliki kepribadian yang baik, etos kerja yang tinggi,
cakap, tanggap terhadap kondisi yang terjadi, kreatif dan inovatif, sehingga banyak berperan luas
dalam menunjang tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengelola kepegawaian di
lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan dalam memahami peraturan yang berkaitan
dengan hak dan kewajiban Pegawai Negeri Sipil maka disusunlah buku ini agar dapat menjadi
pedoman dalam pelaksanaan tugas sehari-hari.
Selama ini dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, pengelola kepegawaian di
lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan dihadapkan pada sejumlah peraturan yang
tersebar dan belum dibukukan. Meski telah disusun SOP dalam pengelolaan tugas-tugas
kepegawaian, tetapi pedoman yang menjadi dasar pijakan pengelola kepagawaian masih harus
dicari dan terkadang tidak ada dalam kantor tersebut.
Di masing-masing lingkungan eselon I tentunya memiliki kekhasan masing-masing dalam
urusan administrasi kepegawaian. Terkadang beberapa pelaksanaan tugas kepegawaian belum
memiliki dasar peraturan yang diterbitkan Pemerintah dan BKN. Atau di lingkungan tersebut
telah menetapkan kriteria tertentu dalam pelaksanaan Peraturan Pemerintah di bidang

Halaman 8
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
kepegawaian. Begitu juga dengan di Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang memiliki instansi
vertikal yang tersebar di seluruh nusantara.
Pengelolaan kepegawaian yang baik dan terstandar memiliki tujuan, diantaranya adalah
menjamin hak-hak para pegawai terkait penghasilan, validitas data-data kepegawaian yang
merupakan dasar untuk penetapan kebijakan karier seseorang dan tujuan-tujuan lainnya, seperti
penyeragaman pengelolaan yang memudahkan dalam proses evaluasi dan monitoring.
Berangkat dari gagasan bahwa harus ada yang dihasilkan dan menjadikan sesuatu yang
akan terus dikenang, Bagian Administrasi Kepegawaian memiliki kemauan besar untuk
mewujudkan dan menerbitkan sebuah BUKU PANDUAN LAYANAN SUMBER DAYA
MANUSIA bagi pengelola kepegawaian baik di tingkat pusat maupun di daerah.
Buku ini harus dibaca berdampingan dengan beberapa ketentuan/peraturan kepegawaian
yang berlaku selama ini. Buku ini dimaksudkan juga memberikan metode penyelenggaraan tata
usaha kepegawaian secara garis besar.

Halaman 9
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

[2]

DOSIR PEGAWAI

A. DASAR HUKUM
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan.

B. KEARSIPAN
Fungsi arsip bagi organisasi sangat strategis, sebab dalam sebuah lembaga, segala
sesuatunya dimulai dengan surat sebagai alat komunikasi tertulis resmi. Arsip bukan saja sebagai
sarana komunikasi dan informasi belaka, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana mengelola
arsip itu berguna dalam mendukung dan menyusun perencanaan dan kebijakan organisasi.
Agar kegiatan administrasi dapat berjalan lancar dan teratur maka diperlukan sistem
kearsipan yang baik. Arsip-arsip yang dimiliki tidak semuanya akan terus digunakan. Ada arsip-
arsip tertentu yang harus dimusnahkan atau dipindah menjadi arsip inaktif. Dalam kegiatan
pengarsipan, terutama dalam proses penyimpanan dibutuhkan biaya yang cukup besar. Tenaga-
tenaga profesional juga dibutuhkan dalam kegiatan pengarsipan supaya arsip dapat
dengan mudah ditemukan jika sewaktu-waktu diperlukan.
Jika sistem kearsipan berjalan dengan baik maka kegiatan administrasi akan berjalan
dengan lancar. Dan sebaliknya jika sistem kearsipan kurang diperhatikan, maka kegiatan
adminstrasi akan sedikit terhambat. Hal ini dikarenakan arsip-arsip dan dokumen-dokumen yang
sulit ditemukan atau bahkan tidak diketahui keberadaannya.
Menurut Drs. The Liang Gie dalam bukunya Administrasi Perkantoran Modern, arsip
adalah suatu kumpulan dokumen yang disimpan secara sistematis karena mempunyai suatu
kegunaan agar setiap kali diperlukan dapat secara cepat ditemukan kembali. Menurut Kamus
Administrasi, kearsipan adalah suatu bentuk pekerjaan tata usaha yang berupa penyusunan

Halaman 10
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
dokumen-dokumen secara sistematis sehingga bilamana diperlukan lagi, dokumen-dokumen itu
dapat ditemukan kembali secara cepat.
Arsip menurut fungsinya terbagi menjadi :
1. Arsip Statis, yaitu arsip yang dihasilkan oleh kementerian atau unit organisasi karena
memiliki nilai guna kesejarahan, yang telah diverifikasi secara langsung maupun tidak
langsung oleh Lembaga Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Contoh Arsip Statis :
Arsip Pendirian, Arsip Mantan Pimpinan, Arsip Pembangunan Gedung Kantor, Arsip
Bantuan Pemerintah untuk pembangunan masjid, dsb.
2. Arsip Dinamis, yaitu arsip yang masih dipergunakan dalam proses penyelenggaraan
administrasi pada unit-unit organisasi dan disimpan selama jangka waktu tertentu. Contoh
Arsip Dinamis : Laporan Bulanan th. 2009 2010, Surat Edaran th. 2009 2010, dll. Arsip
Dinamis dibedakan lagi menjadi Arsip Aktif dan Arsip Inaktif.
Pengelompokkan arsip menurut subjek dan isinya dapat dibagi sebagai berikut :
1. Arsip Keuangan. Arsip keuangan adalah arsip yang berhubungan dengan masalah keuangan.
Contoh : laporan keuangan, bukti pembayaran, daftar gaji, bukti pembelian, surat perintah
membayar, dsb.
2. Arsip Kepegawaian. Arsip kepegawaian adalah arsip yang berhubungan dengan masalah-
masalah kepegawaian. Contoh : data riwayat hidup pegawai, surat lamaran, surat
pengangkatan pegawai, rekaman presensi, dsb.
3. Arsip Pemasaran. Arsip pemasaran adalah arsip yang berhubungan dengan masalah-masalah
pemasaran. Contoh : surat penawaran, surat pesanan, surat perjanjian penjualan, daftar
pelanggan, daftar harga, surat perjanjian sewa, dsb.
4. Arsip Pendidikan. Arsip pendidikan adalah arsip yang berhubungan dengan masalah-masalah
pendidikan. Contoh : kurikulum, satuan pelajaran, daftar hadir siswa, rapor,
transkrip mahasiswa, dsb.

C. DOSIR PEGAWAI
Dosir adalah berkas arsip yang disusun atas dasar kesamaan urusan atau kegiatan. Dalam
kegiatan administrasi yang dilakukan, pasti dihasilkan produk-produk kantor seperti surat,
formulir, dan laporan. Jadi, kegiatan administrasi pada dasarnya adalah menghasilkan, menerima,
mengolah, dan menyimpan berbagai surat, formulir laporan dan lain sebagainya. Kata "dosir"
sendiri berasal dari istilah Belanda "dossier" yang berarti kumpulan dokumen.
Penyelenggaraan tata usaha kepegawaian dapat diartikan merupakan segala rangkaian
kegiatan yang berhubungan dengan penerimaan, penelitian, pencatatan, penyimpanan,

Halaman 11
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
pengolahan, penyusunan dan pemeliharaan setiap berkas mutasi kepegawaian perorangan
pegawai sesuai dengan Nomor Induk Pegawai.
Sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian
Negara Nomor 01/SE/1975 tentang Petunjuk Permintaan, Penetapan dan Penggunaan Nomor
Induk Pegawai dan Kartu Pegawai Negara Sipil, antara lain ditentukan bahwa satu NIP hanya
untuk satu pegawai negeri dan tidak boleh dialihkan, diantaranya berfungsi sebagai dasar
penyusunan dan pemeliharaan Tata Usaha Kepegawaian.
Dengan fungsi tersebut, penyimpanan, pemeliharaan, dan pembinaan segala mutasi
kepegawaian, harus dicantumkan NIP untuk mempermudah pengelolaan data kepegawaian.
Dalam hal ini mutasi kepegawaian merupakan setiap perubahan mengenai seseorang pegawai
negeri, sejak pengangkatan pertama kali sampai pegawai negeri tersebut berhenti, yang
dituangkan dalam suatu keputusan resmi dan sah, baik yang menyangkut kedinasan maupun
pribadi beserta keluarganya, yang pada hakekatnya adalah berupa perkembangan data
kepegawaian.
Maka, Dosir Kepegawaian adalah himpunan arsip dari seorang pegawai yang disusun
secara kronologis dari mulai lamaran sampai dengan pemberhentiannya. Dosir kepegawaian
dapat dikemas dalam sebuah map atau odner. Kadang-kadang, isi dosir diklasifikasi menurut
kelompok-kelompok, misalnya kelompok surat keputusan, kelompok DP3, dan sebagainya.
Untuk keseragaman, keindahan dan untuk mempermudah dalam proses pencarian, odner
dosir pegawai agar diberi label dengan mencantumkan data-data, seperti : nama pegawai, NIP,
tanggal lahir, tmt. CPNS dan tanggal pensiun serta ditempelkan foto pegawai.
Dokumen-dokumen kepegawaian yang harus ada dalam dosir pegawai, terdiri dari :
1. Surat Keputusan Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil;
2. Surat Keputusan Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil menjadi Pegawai Negeri Sipil;
3. Surat Pemberitahuan Kenaikan Gaji Berkala;
4. Surat Keputusan Kenaikan Pangkat;
5. Surat Keputusan Inpassing Gaji;
6. Surat Keputusan Pengangkatan/Pembebasan/Mutasi Jabatan;
7. Surat Keputusan Pemberhentian dan Pensiun;
8. Surat Keputusan Pemberian Uang Tunggu;
9. Surat Keputusan Hukuman Disiplin/Surat Peringatan;
10. Surat Tanda Lulus Pendidikan Formal (Ijazah);
11. Sertifikat Diklat;
12. Surat Ijin Tugas Belajar/Surat Ijin Melanjutkan Pendidikan AIS;
13. Laporan Perkembangan Kuliah/Pendidikan;
Halaman 12
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
14. Surat Nikah/Cerai;
15. Surat Izin Pernikahan/Perceraian/Melaksanakan perceraian;
16. Surat Kematian Pegawai Negeri Sipil dan keluarganya;
17. Akte Kelahiran Anak;
18. KP4 dua tahun terakhir;
19. Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil;
20. Sumpah Jabatan/Surat Pernyataan Pelantikan/menduduki jabatan dan SPMT;
21. SPMMJ;
22. DP3 tiga tahun terakhir;
23. Tanda Penghargaan (satyalancana karya satya, dll);
24. Surat izin cuti;
25. Surat Izin ke luar negeri;
26. Surat Keputusan Pengangkatan kembali untuk cuti di luar tanggungan negara;
27. Surat Keputusan Pelimpahan/Pencabutan perbantuan/dipekerjakan;
28. KARPEG, KARIS/KARSU, Kartu Taspen;
29. Surat Keputusan Peringkat Jabatan/Grading;
30. Evaluasi Kinerja;
Selanjutnya, untuk lebih memudahkan kontrol dan keamanan dosir kepegawaian, maka
dosir kepegawaian disusun dengan rapi berdasarkan urutan yang diinginkan dan disimpan di
ruang tersendiri di dalam lemari yang terkunci. Dosir merupakan bahan atau sumber informasi
dan alat pengingat yang bila dibutuhkan dapat disajikan dengan mudah, cepat, dan tepat untuk
keperluan organisasi atau pegawai yang bersangkutan. Untuk itu dosir harus senantiasa
tersimpan dalam keadaan benar, lengkap, akurat dan mutakhir.

D. DOSIR JALAN, DOSIR KANWIL, DOSIR INDUK


Tanggung jawab pengelolaan dan penyimpanan dosir pegawai adalah unit kerja yang
bersangkutan, Kantor Wilayah dan Kantor Pusat. Satu orang pegawai memiliki 3 (tiga) dosir
kepegawaian, yaitu : Dosir Jalan, Dosir Kanwil dan Dosir Induk di Kantor Pusat. Bagi pegawai
Kanwil akan terdapat 2 dosir di Kanwil tersebut yaitu Dosir Jalan dan Dosir Kanwil, begitu juga
bagi pegawai Kantor Pusat, selain dosir induk, akan ada 2 dosir yang perlu disimpan yaitu Dosir
Jalan dan Dosir Kanwil.
Apabila pegawai mengalami mutasi, maka unit kerja lama harus mengirimkan Dosir
Jalan pegawai tersebut ke unit kerja barunya. Apabila pegawai tersebut pindah dari satu KPPN
ke KPPN lain (beda Kanwil), maka Kanwil asal mengirimkan Dosir Kanwil pegawai tersebut ke
Kanwil barunya. Apabila pegawai dari unit kerja daerah mutasi ke Kantor Pusat, maka Dosir
Halaman 13
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Jalan dan Dosir Kanwil dikirimkan ke Kantor Pusat. Untuk itu, baik di unit kerja Kantor Pusat
(masing-masing Direktorat/Sekretariat) maupun Kantor Wilayah agar disediakan dua tempat
khusus yaitu satu tempat untuk Dosir Jalan dan satunya untuk Dosir Kanwil. Selanjutnya, apabila
pegawai mengalami mutasi dari Kantor Pusat ke KPPN, maka Kantor Pusat
(Sekretariat/Direktorat) mengirimkan Dosir Jalan ke KPPN dan Dosir Kanwil ke Kanwil
berkenaan.
Pengelola kepegawaian mempunyai tugas melakukan pengecekan dosir yang menjadi
tanggung jawabnya, sehingga keberadaan dan kelengkapan isi dosir selalu terbina sesuai dengan
kegiatan mutasi kepegawaian yang bersangkutan, termasuk pengecekan sebelum dilakukan
pengiriman dosir apabila pegawai tersebut mengalami mutasi unit kerja. Diusahakan dalam
pengiriman dosir dengan sarana tercepat dan aman serta paling lambat 1 (satu) bulan sejak
pegawai tersebut pindah, dosir sudah harus diterima di tempat baru.
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah ketika terdapat pegawai yang mutasi, maka kartu
cuti wajib disertakan setelah dilengkapi catatan tentang cuti pegawai ybs dan sisa cuti tertulis
dengan jelas, kemudian digaris dan ditandatangani pejabat pengelola kepegawaian. Upaya-upaya
pemutihan kartu cuti (penambahan sisa cuti, penghapusan catatan cuti, dsb) agar dihindari.
Untuk itu diperlukan pengawasan terutama pengecekan oleh Kepala Kantor (pejabat eselon III
pengelola kepegawaian), selain sebelum dikirim, kartu cuti dicopy terlebih dahulu dan diarsipkan
di kantor lamanya.

E. DOSIR ELEKTRONIK
Selain itu itu, dalam rangka pembuatan dosir elektronik, masing-masing unit kerja agar
melakukan proses scan terhadap semua dosir pegawai khususnya dokumen-dokumen
kepegawaian sebagaimana diatas. File hasil scan dalam format Pdf diberi nama sesuai
dokumennya dan disimpan dalam satu CD RW/flashdisk untuk masing-masing pegawai. Jika
terdapat penambahan dokumen, maka dokumen di-scan dan disimpan dalam CD RW/flashdisk
pegawai tersebut. CD/flashdisk selanjutnya diberi label sesuai data pegawai dan disimpan dalam
lemari khusus.
Dalam tahap awal kegiatan pembuatan dosir elektronik ini memang akan memakan
waktu dan tenaga, untuk itu apabila dimungkinkan tersedia dana dalam DIPA agar dibentuk Tim
yang mendapatkan honorarium. Kegiatan pembuatan dosir elektronik yang dikerjakan oleh Tim
tersebut dapat sekaligus digunakan untuk pembaharuan dan penataan dosir.
Dalam hal pembaharuan dan penataan dosir, perlu dilakukan langkah-langkah
perencanaan sebagai berikut :

Halaman 14
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
1. Apakah ordner/map dosir akan diganti (jika telah usang) dengan ordner baru dengan model
yang sama?
2. Apakah label dosir akan diganti dengan bentuk label yang lebih bagus dengan memuat data
nama, nip baru, tanggal lahir, tmt. cpns, tmt. pensiun, dan foto pegawai?
3. Apakah dosir pegawai akan ditata dan diurutkan sesuai dengan NIP baru (18 digit)?
4. Apakah satu orang pegawai membutuhkan 1 ordner atau lebih untuk dosirnya?

F. UMPAN BALIK
Akhirnya, keberhasilan pengelola kepegawaian dalam penataan dosir yang baik adalah
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
1. Apakah Dosir dikemas dalam ordner dengan warna & tampilan yang seragam ?
2. Apakah Ordner ditempelkan foto pegawai dan diberi label dengan data: nama pegawai, NIP,
tanggal lahir, tmt. CPNS dan tanggal pensiun ?
3. Apakah dosir ditempatkan dalam suatu lemari tersendiri ?
4. Apakah isi dosir lengkap sesuai ceklis dokumen utama diatas ?

Halaman 15
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

[3]

USULAN KENAIKAN PANGKAT

A. DASAR HUKUM
1. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tanggal 10 November 2000 jo. PP No. 12
tahun 2002 tanggal 17 April 2002;
2. Keputusan Kepala BKN Nomor 12 Tahun 2002 tentang Ketentuan Pelaksanaan PP Nomor
99 Tahun 2000 jo PP Nomor 12 Tahun 2002;
3. Surat Edaran Kepala Biro Kepegawaian Setjen Depkeu Nomor SE-01/SJ.2/2005 tanggal 25
Juli 2005;
4. Surat Kepala Biro Sumber Daya Manusia Setjen Depkeu Nomor S-144/SJ.5/2010 tanggal 25
Januari 2010;
5. Surat Sekretaris Ditjen Perbendaharaan No. S-77/PB.1/UP.10/2010 tanggal 28 Januari 2010.

B. JENIS-JENIS KENAIKAN PANGKAT


Berdasarkan PP Nomor 99 Tahun 2000 jo PP Nomor 12 Tahun 2002 kenaikan pangkat
dibagi menjadi 5 jenis yaitu : Pilihan, Reguler, Anumerta, Pengabdian dan Prajurit Wajib.
1. Kenaikan Pangkat Pilihan
Jenis Kenaikan Pengkat Pilihan :
a. PNS yang menduduki jabatan struktural
b. PNS yang menduduki jabatan fungsional tertentu
c. PNS yang menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya
d. PNS yang menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi Negara
e. PNS yang diangkat menjadi pejabat Negara
f. PNS yang memperoleh STTB/Ijazah

Halaman 16
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
g. PNS yang melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya menduduki jabatan struktural
atau jabatan fungsional tertentu
h. PNS yang telah selesai dan lulus tugas belajar
i. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh diluar instansi induknya yang
diangkat dalam jabatan pimpinan yang telah ditetapkan persamaan eselonnya atau
jabatan fungsional tertentu
j. PNS yang menduduki jabatan tertentu yang pengangkatannya ditetapkan berdasarkan
Keputusan Presiden
a. Kenaikan Pangkat Pilihan Bagi PNS yang Menduduki Jabatan Struktural
Kenaikan pangkat pilihan bagi PNS yang menduduki jabatan dapat diberikan dalam
batas jenjang pangkat yang ditentukan untuk jabatan ybs. Jenjang Pangkat dalam
Jabatan tsb adalah sbb :
Jenjang Pangkat Golongan
No Eselon
Terendah Tertinggi
1 Ia IV/d IV/e
2 Ib IV/c IV/e
3 IIa IV/c IV/d
4 IIb IV/b IV/c
5 IIIa IV/a IV/b
6 IIIb III/d IV/a
7 IVa III/c III/d
8 IVb III/b III/c
1) PNS mempunyai pangkat yg masih satu tingkat di bawah jenjang pangkat
terendah suatu jabatan dapat dinaikkan pangkatnya apabila :
a) Telah 1 tahun dalam pangkat terakhir;
b) Telah 1 tahun dalam jabatan struktural yang didudukinya terhitung sejak
pelantikan, dan bersifat kumulatif tetapi tidak terputus dalam tingkat jabatan
struktural yang sama.
c) DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 tahun terakhir.
2) PNS telah mencapai jenjang pangkat terendah yang ditentukan untuk suatu
jabatan, dapat diberikan kenaikan pangkat apabila :
a) Sekurang-kurangnya telah 4 tahun dalam pangkat terakhir
b) Setiap unsur penilaian prestasi kerja/DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik
dalam 2 tahun terakhir.
3) Kelengkapan Administrasi :
a) copy sah SK pangkat terakhir;
b) copy sah SK jabatan terakhir;

Halaman 17
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
c) Surat Pernyataan Pelantikan
d) copy sah DP-3 dalam 2 tahun terakhir
b. Kenaikan Pangkat Pilihan Bagi PNS yang Menduduki Jabatan Fungsional
tertentu
1) Syarat :
a) Telah 2 tahun dalam pangkat terakhir
b) Memenuhi angka kredit yang ditentukan
c) DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 tahun terakhir.
2) Kelengkapan Administrasi :
a) copy sah SK jabatan terakhir;
b) copy sah SK pangkat terakhir;
c) copy sah DP-3 dalam 2 tahun terakhir;
d) Asli penetapan angka kredit
c. Kenaikan Pangkat PNS Yang Menunjukkan Prestasi Kerja Luar Biasa Baiknya
1) Syarat :
a) Telah 1 tahun dalam pangkat terakhir
b) DP3 bernilai amat baik dalam 1 tahun terakhir.
2) Yang dimaksud perestasi kerja luar biasa baiknya adalah prestasi kerja yang
menonjol baiknya yang secara nyata diakui dalam lingkungan kerjanya, sehingga
PNS yang bersangkutan secara nyata menjadi teladan bagi pegawai lainnya.
3) Kenaikan pangkat bagi PNS yang menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya
diberikan tanpa terikat ketentuan ujian dinas.
4) Kenaikan pangkat bagi PNS yang menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya
dapat melampaui pangkat atasan langsungnya.
5) Kelengkapan Administrasi :
a) copy sah SK jabatan terakhir apabila menduduki jabatan
b) copy sah SK pangkat terakhir;
c) Tembusan keputusan yang ditandatangani asli oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian tentang penetapan prestasi kerja luar biasa baiknya
d) copy sah DP-3 dalam 1 tahun terakhir.
d. Kenaikan Pangkat Pilihan bagi PNS Yang Menemukan Penemuan Baru Yang
Bermanfaat Bagi Negara
1) Kenaikan pangkat dapat diberikan :
a) tanpa terikat dengan jenjang pangkat
b) tanpa terikat pada jabatan dan ketentuan ujian dinas.
Halaman 18
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
c) dapat melampaui pangkat atasan langsungnya.
2) Syarat :
a) 1 tahun dalam pangkat terakhir
b) DP3 dalam 1 tahun terakhir rata-rata bernilai baik dengan ketentuan tidak ada
unsur penilaian prestasi kerja yang bernilai kurang.
3) Kriteria penemuan baru dan kriteria kemanfaatan terhadap Negara diatur dalam
Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1981 dan peraturan pelaksanaannya diatur
dengan SE Kepala BAKN dan Ketua LIPI Nomor 15/SE/1982 dan Nomor
704/KEP/J.10/1982 tanggal 27 Oktober 1982.
4) Kelengkapan Administrasi:
a) copy sah SK jabatan terakhir apabila menduduki jabatan
b) copy sah SK pangkat terakhir;
c) copy sah keputusan tentang penemuan baru yang bermanfaat bagi Badan/
Lembaga yang ditetapkan oleh Presiden;
d) copy sah DP-3 dalam 1 tahun terakhir.
e. Kenaikan Pangkat Pilihan Bagi PNS Yang Menjadi Pejabat Negara
1) Syarat :
a) Telah 4 tahun dalam pangkat terakhir
b) DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 tahun terakhir.
2) Kelengkapan Administrasi:
a) copy sah SK sebagai pejabat negara;
b) copy sah SK pangkat terakhir;
c) copy sah DP-3 dalam 1 tahun terakhir;
d) copy sah keputusan pemberhentian dari jabatan organiknya;
3) PNS yang diangkat menjadi Pejabat Negara tetapi tidak diberhentikan dari jabatan
organiknya, kenaikan pangkatnya dipertimbangkan berdasarkan jabatan
organiknya.
4) Kelengkapan Administrasi:
a) Bagi yang menduduki jabatan struktural/fungsional tertentu :
copy sah SK jabatan terakhir;
copy sah SK pangkat terakhir;
copy sah DP-3 dalam 2 tahun terakhir;
Asli penetapan angka kredit bagi PNS yang menduduki jabatan
fungsional.

Halaman 19
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
b) Bagi yang tidak menduduki jabatan struktural/fungsional tertentu :
copy sah SK pangkat terakhir;
copy sah DP-3 dalam 2 tahun terakhir.
f. Kenaikan Pangkat PNS yang Memperoleh STTB/Ijazah/ Diploma
PNS yang memperoleh ijasah dapat dinaikkan pangkatnya sehingga menjadi :
No Ijazah Golongan
1 SLTP atau yang setingkat I/c
2 SLTA, Diploma I, atau yang setingkat II/a
3 Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa atau Diploma II II/b
4 Sarjana Muda, Akademi, atau Diploma III II/c
5 Sarjana (S1) atau Diploma IV III/a
6 Dokter, Ijazah Apoteker atau Ijazah Spesialis I dan III/b
Magister (S2) atau Ijazah lain yang setara
7 Doktor (S3) atau Ijazah Spesialis II III/c
1) Kenaikan pangkat diatas, dapat diberikan apabila :
a) Diangkat dalam jabatan/diberi tugas yang memerlukan pengetahuan/keahlian
yang sesuai Ijazah yang diperoleh;
b) Telah 1 tahun dalam pangkat terakhir;
c) DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 tahun terakhir;
d) Memenuhi jumlah angka kredit yang ditentukan bagi yang menduduki jabatan
fungsional
e) Lulus ujian kenaikan pangkat penyesuaian ijazah
2) Kelengkapan Administrasi :
a) copy sah STTB/Ijazah/Diploma;
b) copy sah SK pangkat terakhir;
c) copy sah DP-3 dalam 1 tahun terakhir;
d) Asli Penetapan Angka Kredit bagi PNS yang menduduki jabatan fungsional
e) Surat Keterangan Pejabat Pembina Kepegawaian serendah-rendahnya pejabat
eselon II tentang uraian tugas yang dibebankan kepada PNS yang
bersangkutan kecuali bagi yang menduduki jabatan fungsional tertentu;
f) copy sah surat tanda lulus ujian kenaikan pangkat penyesuaian ijazah kecuali
bagi yang menduduki jabatan fungsional tertentu.
g. Kenaikan Pangkat Bagi PNS yang Melaksanakan Tugas Belajar dan
Sebelumnya Menduduki Jabatan Struktural Atau Jabatan Fungsional Tertentu
1) Syarat :
a) Telah 4 tahun dalam pangkat terakhir
b) DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 tahun terakhir.

Halaman 20
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
2) Kenaikan pangkat di atas, diberikan dalam batas jenjang pangkat yang ditentukan
dalam jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu yang terakhir
didudukinya sebelum melaksanakan tugas belajar.
3) Kelengkapan Administrasi :
a) copy sah SK jabatan terakhir;
b) copy sah SK pangkat terakhir;
c) copy sah keputusan/perintah tugas belajar;
d) copy sah DP-3 dalam 2 tahun terakhir.
h. Kenaikan Pangkat Pilihan Bagi PNS yang Telah Selesai Mengikuti dan Lulus
Tugas Belajar
PNS yang melaksanakan tugas belajar apabila telah lulus dan memperoleh ijasah
dapat dinaikkan pangkatnya menjadi :
No Ijazah Golongan
1 Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa atau II/b
2 Diploma II Sarjana Muda, Akademi, atau II/c
Diploma III
3 Sarjana (S1) atau Diploma IV III/a
4 Dokter, Ijazah Apoteker atau Ijazah Spesialis I III/b
dan Magister (S2) atau Ijazah lain yang setara
5 Doktor (S3) atau Ijazah Spesialis II III/c
1) Syarat :
a) Telah 1 tahun dalam pangkat terakhir;dan
b) DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 tahun terakhir.
2) Kelengkapan Administrasi :
a) copy sah SK jabatan terakhir;
b) copy SK pangkat terakhir;
c) copy sah kepututusan/perintah untuk tugas belajar;
d) copy sah DP-3 dalam 1 tahun terakhir;
e) copy sah Ijazah/Diploma yang diperolehnya.
i. Kenaikan Pangkat Bagi PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di luar
Instansi Induknya dan diangkat dalam jabatan pimpinan
1) Syarat :
a) Telah 4 tahun dalam pangkat terakhir;
b) DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 tahun terakhir.
2) Kenaikan pangkat sebagaimana tersebut di atas dapat dipertimbangkan sesuai
jenjang pangkat yang ditetapkan untuk eselon jabatannya.

Halaman 21
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
3) Kenaikan Pangkat Bagi PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di luar
Instansi Pemerintah hanya dapat diberikan sebanyak-banyaknya 3 kali kecuali
bagi yang dipekerjakan atau diperbantukan pada lembaga kependidikan, sosial,
kesehatan, dan perusahaan jawatan.
4) PNS yang menduduki jabatan fungsional tertentu yang dipekerjakan di luar
instansi induknya, dapat diberikan kenaikan pangkat setiap kali setingkat lebih
tinggi.
5) Kelengkapan Administrasi :
a) copy sah SK jabatan terakhir;
b) copy sah SK pangkat terakhir;
c) copy sah keputusan tentang penugasan di luar instansi induknya;
d) Tembusan penetapan angka kredit bagi yang menduduki jabatan fungsional
e) copy sah DP-3 dalam 2 tahun terakhir.
2. Kenaikan Pangkat Reguler
a. Syarat kenaikan pangkat reguler :
1) Telah 4 tahun dalam pangkat terakhir;dan
2) DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 tahun terakhir.
3) Tidak melampaui pangkat atasan langsungnya
b. Batas tertinggi kenaikan pangkat reguler yang dapat dicapai berdasarkan ijasah yang
dimiliki PNS adalah sbb :
Golongan
No Bagi yang mempunyai Ijazah
Tertinggi
1 SD atau yang setingkat II/a
2 SLTP atau yang setingkat II/c
3 Sekolah Lanjutan Kejuruan Tingkat Pertama II/d
4 SLTA, Sekolah Lanjutan Kejuruan Tingkat Atas (3 tahun), Sekolah III/b
Lanjutan Kejuruan Tingkat Atas (4 tahun), Diploma I, Diploma II
5 Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa , Diploma III, Sarjana Muda, III/c
Akademi, Ijasah Bakaloreat
6 Sarjana (S1) atau Diploma IV III/d
7 Dokter, Ijazah Apoteker dan Magister (S2) atau Ijazah lain yang IV/a
setara
8 Doktor (S3) IV/b
c. PNS yang Kenaikan Pangkat Regulernya mengakibatkan pindah golongan dari
golongan II menjadi golongan III dan golongan III menjadi golongan IV, harus telah
mengikuti dan lulus ujian dinas yang ditentukan, kecuali bagi PNS yang :
1) Telah mengikuti dan lulus Sepada/Adum/Sepala/Diklatpim Tingkat IV untuk
ujian dinas Tingkat I;

Halaman 22
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
2) Telah mengikuti dan lulus Sepadya/Spama/Diklatpim Tingkat III untuk ujian
dinas Tingkat II;
3) Telah memperoleh Ijazah Sarjana (S1) atau Diploma IV untuk ujian dinas
Tingkat I;
4) Telah memperoleh Ijazah Dokter, Ijazah Apoteker, Magister (S2) dan Ijazah lain
yang setara atau Doktor (S3), untuk ujian Dinas Tingkat I atau Ujian Dinas
Tingkat II.
d. Kelengkapan Administrasi :
1) copy sah SK pangkat terakhir;
2) copy sah DP-3 dalam 2 tahun terakhir;
3) copy sah STTB/Ijazah/Diploma bagi yang memperoleh peningkatan pendidikan;
4) copy sah SK mutasi lainnya apabila terjadi perubahan data kepegawaian
(misalnya SK Pindah Kerja, SK Alih Status, dan sebagainya).
5) copy sah surat perintah tugas belajar (Bagi PNS yang Melaksanakan Tugas
Belajar dan Sebelumnya Tidak Menduduki Jabatan Struktural atau Fungsional
Tertentu)
6) Surat penugasan dipekerjakan/diperbantukan di luar instansi induknya. (bagi PNS
yang dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh di luar Instansi Induk dan
tidak menduduki jabatan pimpinan yang telah ditetapkan persamaan eselonnya
atau jabatan fungsional tertentu)
3. Kenaikan Pangkat Anumerta
PNS yang dinyatakan tewas, diberikan kenaikan pangkat anumerta setingkat lebih tinggi.
yakni :
a. Meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya.
b. Meninggal dunia dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan dinasnya, sehingga
kematian itu disamakan dengan meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas
kewajibannya.
c. Meninggal dunia yang langsung diakibatkan oleh luka atau cacat jasmani atau cacat
rohani yang didapat dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya.
d. Meninggal dunia karena perbuatan anasir yang tidak bertanggung jawab ataupun
sebagai akibat tindakan terhadap anasir itu
4. Kenaikan Pangkat Pengabdian
Kenaikan pangkat pengabdian diberikan bagi PNS yang meninggal dunia atau akan
diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun karena mencapai batas usia pensiun,
dapat diberikan kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi, apabila :
Halaman 23
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
a. Memiliki masa bekerja sebagai PNS selama :
1) 30 tahun secara terus-menerus dan telah 1 bulan dalam pangkat terakhir.
2) 20 tahun secara terus-menerus dan telah 1 tahun dalam pangkat terakhir.
3) 10 tahun secara terus-menerus dan telah 2 tahun dalam pangkat terakhir.
b. DP3 bernilai baik dalam 1 tahun terakhir.
c. Tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat dalam 1 tahun
terakhir.
Kenaikan pangkat pengabdian juga diberikan kepada PNS yang oleh Tim Penguji
Kesehatan dinyatakan cacat karena dinas dan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan
negeri.
5. Kenaikan Pangkat Prajurit Wajib
PNS selama menjalani dinas prajurit wajib tidak diberikan kenaikan pangkat. Pemberian
pangkatnya dapat dipertimbangkan pada saat pengangkatan kembali pada instansi induknya
setelah ia selesai menjalankan dinas prajurit wajib dengan memperhitungkan penuh masa
kerja selama menjalankan dinas prajurit wajib dan dengan memperhatikan pangkat yang
dimilikinya sebagai prajurit wajib.

C. KELENGKAPAN TAMBAHAN USUL KENAIKAN PANGKAT


Untuk internal Ditjen Perbendaharaan, sesuai dengan Surat Sekretaris Ditjen
Perbendaharaan No. S-77/PB.1/UP.10/2010 tanggal 28 Januari 2010, terdapat tambahan
kelengkapan untuk usul kenaikan pangkat, yaitu:
1. copy sah surat keputusan jabatan terakhir atasan langsung pegawai yang diusulkan kenaikan
pangkatnya (dalam hal atasan langsung berbeda dengan di DP3);
2. copy sah surat keputusan/surat/nota dinas penempatan terakhir pegawai yang diusulkan
kenaikan pangkatnya.
Bagi PNS yang lokasi pada saat memperoleh ijazah berbeda dengan tempat tugas saat
pengusulan kenaikan pangkat, maka usul kenaikan pangkat disertai pula dengan surat
keterangan kronologis penempatan yang dibuktikan dengan SK mutasi.

D. BERKAS KELENGKAPAN UKP


Sesuai surat Sekretaris Ditjen Perbendaharaan tentang pemberkasan UKP setiap periode
kenaikan pangkat, diatur berkas kelengkapan UKP sebagai berikut :
1. Urutan Berkas UKP :
a. Fotokopi SK Kepangkatan terakhir;

Halaman 24
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
b. Fotokopi DP3 Tahun 20X1 kecuali untuk kenaikan pangkat pilihan
c. Fotokopi DP3 Tahun 20X2 penyesuaian ijazah (hanya 1 tahun)
d. Fotokopi Ijazah yang dilegalisasi pejabat yang berwenang (jika ada perubahan tingkat
pendidikan):
e. Fotokopi Surat Ijin Belajar/Surat Tugas Belajar;
f. Fotokopi Surat Akreditasi/Izin Penyelenggaraan (jika ijazah lewat dari tanggal
berlakunya akreditasi/izin penyelenggaraan Perguruan Tinggi);
g. Surat keputusan Ditjen Dikti tentang pengakuan/penyetaraan ijazah (bagi lulusan dari
luar negeri);
h. Fotokopi STL UPKP (hanya untuk kenaikan pangkat pilihan penyesuaian ijazah);
i. Fotokopi STL Ujian Dinas Tk.I (II/d ke III/a dengan pendidikan D.III atau sederajat ke
bawah);
j. Fotokopi STL Diklatpim Tk. III (bagi pejabat es. III yang naik ke Gol. IV/a, kecuali
sudah memiliki ijazah S2);
k. Daftar Uraian Tugas (hanya untuk kenaikan pangkat pilihan penyesuaian ijazah);
l. Fotokopi SK Mutasi/Jabatan terakhir (bagi pejabat struktural);
m. Fotokopi Surat Pernyataan Pelantikan (bagi pejabat struktural eselon IV ke atas);
n. Fotokopi SK Jabatan Atasan Langsung (jika atasan langsung berbeda dengan atasan
langsung yang tercantum dalam DP3).
2. Berkas UKP disampaikan sebanyak 3 rangkap;
3. Untuk ijazah pendidikan, agar memperhatikan ketentuan Ditjen Dikti mengenai kuliah jarak
jauh, kelas jauh, kelas khusus/eksekutif dan kuliah Sabtu-Minggu;
4. Dalam hal terjadi mutasi pada saat masih kuliah namun tinggal menyelesaikan skripsi/tesis,
agar dibuatkan surat keterangan/pernyataan dari Perguruan Tinggi/Universitas dan Kepala
Kantornya:
5. Memperhatikan prosedur baru tentang proses penyelesaian UKP yang diterapkan oleh Biro
SDM Setjen Kementerian Keuangan dan BKN, maka Bagian Administrasi Kepegawaian
DJPBN akan langsung mengembalikan berkas UKP yang salah dan/atau tidak lengkap, untuk
dilengkapi dan diusulkan kembali kenaikan pangkatnya setelah seluruh berkas kelengkapan
UKP terpenuhi (sesuai maksud SE-01/SJ.2/2005).

Halaman 25
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
E. ALUR UKP PILIHAN & REGULER

KPPN BKN
1 Kanwil 2 Sekretariat 3 Sekretariat 4
Jenderal
Ditjen Ditjen PBN Kementerian
8 7 6 5
PBN Keuangan

Keterangan :
1. Kepala KPPN menginventarisir pegawai yang berhak dan memenuhi syarat untuk Kenaikan Pangkat baik
Pilihan maupun Reguler, kemudian membuat Usul Kenaikan Pangkat (UKP) dan menyampaikan ke Kepala
Kanwil DJPBN (Desember-Januari dan Juli-Agustus).
2. Kepala Kanwil Ditjen PBN menerima UKP dari KPPN dan menginventarisir pegawai lingkup Kanwil
berkenaan yang berhak dan memenuhi syarat untuk kenaikan pangkat baik Pilihan maupun Reguler
kemudian membuat Usul Kenaikan Pangkat dan menyampaikan UKP tersebut kepada Sekretaris Ditjen
Perbendaharaan.
3. Sekretaris Ditjen Perbendaharaan menerima UKP dari Unit Vertikal, kemudian maneliti kelengkapan
berkas kemudian membuat UKP untuk diteruskan ke Sekretaris Jenderal Kemenkeu u.p. Kepala Biro
Sumber Daya Manusia.
4. Sekretariat Jenderal Kemenkeu menerima Usul Kenaikan Pangkat dari Ditjen Perbendaharaan, meneliti
kelengkapan berkas kemudian menginput UKP tersebut pada SAPK (Sistem Aplikasi Pelayanan
Kepegawaian), kemudian meeneruskan kepada Kepala Badan Kepegawain Negara untuk memperoleh
persetujuan teknis.
5. Kepala BKN menerima UKP dari Sekretriat Jenderal Kemenkeu, meneliti kelengkapan berkas UKPdan
berdasarkan hasil peneliat tersebut menetapkan Persetujuan Teknis Kepala BKN tenatang Kenaikan
Pangkat PNS.
6. Berdasarkan Persetujuan Teknis Kepala BKN, Sekreataris Jenderal Kemenkeu menetapkan Keputusan
Menteri Keuangan tentang Kenaikan Pangkat PNS, dan mengirimkan Surat Keputusan dimaksud kepada
Sekretaris Ditjen PBN.
7. Sekretaris Ditjen PBN mengirim Surat Keputusan tenatng Kenaikan Pangkat PNS kepada Kepala Kanwil
DJPBN
8. Kepala Kanwil DJPBN mengirimkan Surat Keputusan tentang Kenaikan Pangkat PNS kepada Kepala
KPPN unit vertikal Kanwil dan kepada pegawai lingkup Kanwil.

Halaman 26
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
F. ALUR UKP GOL IV/C KEATAS

Presiden RI

5 6

Kanwil Sekretariat Sekretariat BKN Sekretariat


Ditjen PBN 1 Ditjen PBN 2 Jenderal 3 4 Kabinet
Kementerian
Keuangan

KETERANGAN :
1. Kepala Kanwil Ditjen PBN membuat Usul Kenaikan Pangkat dan menyampaikan UKP tersebut kepada
Sekretaris Ditjen Perbendaharaan.
2. Sekretaris Ditjen Perbendaharaan menerima UKP dari Unit Vertikal, kemudian maneliti kelengkapan
berkas kemudian membuat UKP untuk diteruskan ke Sekretaris Jenderal Kemenkeu u.p. Kepala Biro
Sumber Daya Manusia.
3. Sekretariat Jenderal Kemenkeu menerima Usul Kenaikan Pangkat dari Ditjen Perbendaharaan, meneliti
kelengkapan berkas dan membuat UKP kemudian meeneruskan kepada Kepala Badan Kepegawain
Negara untuk memperoleh persetujuan teknis.
4. Kepala BKN menerima UKP dari Sekretriat Jenderal Kemenkeu, meneliti kelengkapan berkas UKP
dan berdasarkan hasil penelian tersebut menetapkan Persetujuan Teknis Kepala BKN tenatang Kenaikan
Pangkat PNS dan meneruskan UKP beserta Nota Persetujuan Teknis Kepala BKN kee Setkab.
5. Berdasarkan Persetujuan Teknis Kepala BKN, Sekreataris Membuat Keputusan Presiden tentang
Kenaikan Pangkat Pns untuk ditetapkan oleh Presiden RI.
6. Presiden RI menetapkan Keputusan Presiden tentang Kenaikan pangkat PNS.
7. Sekretariat Kabinet mengirimkan Keputusan Presiden tentang Kenaikan pangkat PNS kepada yang
bersangkutan.

Halaman 27
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

[4]

KENAIKAN GAJI BERKALA

A. DASAR HUKUM
1. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 Tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil;
2. Keppres Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN;
3. Keputusan Dirjen Perbendaharaan Tentang Pemberian Kuasa Dari Dirjen Perbendaharaan
Kepada Para Pejabat Lingkup Ditjen Perbendaharaan Untuk Atas Nama Dirjen
Perbendaharaan Menandatangani Surat Keputusan Mutasi Kepegawaian Dan Lain
Sebagainya Di Bidang Kepegawaian.

B. KENAIKAN GAJI BERKALA


1. Kepada pegawai negeri sipil yang diangkat dalam suatu pangkat diberikan gaji pokok
berdasarkan golongan ruang yang ditetapkan untuk pangkat tersebut. Gaji calon pegawai
negeri sipil sebesar 80% dari gaji pokoknya.
2. Kenaikan gaji berkala adalah kenaikan gaji yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang
telah mencapai masa kerja golongan yang ditentukan untuk kenaikan gaji berkala yaitu setiap
2 (dua) tahun sekali dan apabila telah memenuhi persyaratan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
3. Kenaikan gaji berkala untuk pertama kali bagi seorang pegawai negeri sipil yang diangkat
dalam golongan I, II, III diberikan setelah mempunyai masa kerja 2 (dua) tahun sejak
diangkat menjadi calon pegawai negeri sipil dan selanjutnya 2 (dua) tahun sekali, kecuali
untuk pegawai negeri sipil yang pertama kali diangkat dalam golongan II/a diberikan
kenaikan gaji berkala pertama kali setelah mempunyai masa kerja 1 (satu) tahun dan
selanjutnya setiap 2 (dua) tahun sekali.
4. Pegawai Negeri Sipil mendapatkan kenaikan gaji berkala apabila :

Halaman 28
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
a. telah mencapai masa kerja golongan yang ditentukan untuk kenaikan gaji berkala
b. penilaian pelaksanaan pekerjaan dengan nilai rata-rata sekurang-kurangnya cukup.
5. Pemberian kenaikan gaji berkala dilakukan dengan surat pemberitahuan oleh kepala
kantor/satuan organisasi yang bersangkutan atas nama pejabat yang berwenang dan
diterbitkan 2 (dua) bulan sebelum kenaikan gaji berkala itu berlaku.
6. Keputusan kenaikan gaji berkala tidak dapat berlaku surut lebih dari 2 (dua) tahun.
7. Sebelum diterbitkan surat pemberitahuan kenaikan gaji berkala, agar dilakukan proses
penilaian dengan Nota Rahasia (apabila diperlukan).

C. PENUNDAAN KENAIKAN GAJI BERKALA


1. Seorang Pegawai Negeri Sipil yang belum memenuhi syarat (nilai rata-rata DP-3 kurang dari
cukup), maka kenaikan gaji berkalanya ditunda paling lama untuk waktu 1 (satu) tahun.
2. Apabila dalam waktu penundaan 1 (satu) tahun tersebut Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan belum juga memenuhi syarat maka kenaikan gaji berkalanya ditunda lagi tiap-
tiap kali paling lama untuk 1 (satu) tahun.
3. Apabila tidak ada alasan lagi untuk penundaan, maka kenaikan gaji berkala tersebut
diberikan mulai bulan berikutnya dari masa penundaan itu.
4. Penundaan kenaikan gaji berkala dilakukan dengan surat keputusan pejabat yang berwenang.
5. Masa penundaan kenaikan gaji berkala dihitung penuh untuk kenaikan gaji berkala
berikutnya.
6. Penundaan kenaikan gaji berkala dimaksud bukan merupakan hukuman disiplin Pegawai
Negeri Sipil melainkan sebagai akibat tidak dipenuhinya persyaratan.

D. PEJABAT YANG MENETAPKAN


1. Kewenangan untuk memberitahukan/memberikan/menunda kenaikan gaji berkala
(penundaan selain sanksi hukuman disiplin), diatur sebagai berikut :
a. Untuk pejabat eselon II, ditandatangani oleh Dirjen Perbendaharaan. Dalam hal ini
pengurusan dan pembuatannya dilaksanakan oleh Subbag Mutasi Kepegawaian Kantor
Pusat;
b. Pejabat eselon III Kantor Pusat, ditandatangani oleh Sekretaris Ditjen atas nama Dirjen
Perbendaharaan;
c. Pejabat eselon III Kanwil/KPPN, ditandatangani oleh Kepala Kanwil atas nama Dirjen
Perbendaharaan;
d. Pejabat eselon IV Kantor Pusat, ditandatangani oleh Kepala Bagian Administrasi
Kepegawaian atas nama Dirjen Perbendaharaan;
Halaman 29
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
e. Pejabat eselon IV Kanwil, ditandatangani oleh Kepala Kanwil atas nama Dirjen
Perbendaharaan;
f. Pejabat eselon IV KPPN, ditandatangani oleh Kepala KPPN atas nama Dirjen
Perbendaharaan;
g. Pelaksana dan pejabat fungsional Kantor Pusat, ditandatangani oleh Kepala Bagian
Administrasi Kepegawaian atas nama Dirjen Perbendaharaan;
h. Pelaksana dan pejabat fungsional Kanwil, ditandatangani oleh Kepala Bagian Umum atas
nama Dirjen Perbendaharaan;
i. Pelaksana dan pejabat fungsional KPPN, ditandatangani oleh Kepala KPPN atas nama
Dirjen Perbendaharaan.

E. DOKUMEN YANG DIBUTUHKAN UNTUK KENAIKAN GAJI BERKALA


1. Foto copy sah keputusan dalam pangkat terakhir.
2. Foto copy sah KGB terakhir.
3. Foto copy sah DP-3 1 (satu) tahun terakhir.

F. CONTOH FORMAT DOKUMEN

Halaman 30
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Surat Pemberitahuan Kenaikan Gaji Berkala

KOP SURAT

Nomor : PEM- ............. 20....


Lampiran :-
Hal : Kenaikan Gaji Berkala a.n.: .................................
NIP .................................

Yth. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara .................................


di .................................

Dengan ini diberitahukan, bahwa berhubung telah dipenuhinya masa kerja dan syarat-
syarat lainnya kepada :
1. Nama : .................................
2. NIP / No.Karpeg : ................................. / .................................
3. Pangkat : .................................
4. Jabatan : .................................
5. Unit Organisasi : .................................
6. Gaji Pokok Lama : Rp. .................................
(.................................)
(PP No. .................................)
atas dasar Surat Keputusan terakhir tentang gaji/pangkat yang ditetapkan :
a. oleh pejabat : .................................
b. tanggal : .................................
nomor : .................................
c. terhitung mulai tanggal : .................................
d. masa kerja golongan : .................................
pada tanggal tersebut
diberikan kenaikan gaji berkala hingga memperoleh :
7. Gaji Pokok Baru : Rp. .................................
(.................................)
(PP No. ................................. )
8. Berdasarkan masa kerja : .................................
9. Dalam Golongan : .................................
10. Terhitung Mulai Tanggal : .................................

Diharapkan agar sesuai dengan pasal 29 ayat (1) Keppres nomor 42 tahun 2002 kepada
pegawai tersebut dapat dibayarkan penghasilannya berdasarkan gaji pokok yang baru.

a.n. Direktur Jenderal Perbendaharaan


Kepala .................................

.................................
NIP .................................

Tembusan : (disesuaikan dengan pihak yang berkebutuhan)

Halaman 31
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Nota Rahasia (Contoh di KPPN)

KOP SURAT

Nota Rahasia

Dari : Kepala Subbagian Umum .


Kepada : Yth. Kepala Seksi

Dengan ini diberitahukan bahwa pegawai tersebut dibawah ini :


Nama : .
Pangkat : .
Sudah saatnya diberikan KENAIKAN PANGKAT/GAJI BERKALA/DIANGKAT SEBAGAI
PNS *) terhitung mulai tanggal .
Diminta agar dapat diberikan penegasan mengenai daftar penilaian pegawai tersebut
dengan berpedoman pada pertanyaan sebagaimana tersebut dibawah ini :

Kepala Subbagian Umum

Pertimbangan Kepala Seksi .


Mengenai Sdr. NIP Gol..
a. Kecakapan teknis :
b. Kerajinan :
c. Kelakuan (Watak) :
d. Bakat kecakapan memimpin **) :
e. Hubungan pergaulan dengan :
Teman-teman sekerja (baik dg
Pimpinan atau bawahan)
Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas pegawai tersebut DAPAT/BELUM DAPAT *)
diberikan KENAIKAN PANGKAT/GAJI BERKALA/DIANGKAT SEBAGAI PNS *) terhitung
mulai tanggal

Menyetujui/Tidak Menyetujui ..
Kepala Kepala Seksi

Pertimbangan agar dinyatakan dengan istilah :


1. Amat baik 4. Sedang
2. Baik 5. Kurang
3. Cukup

*) Coret yang tidak perlu


**) Hanya diisi untuk yang memangku jabatan

Halaman 32
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

[5]

DAFTAR PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

A. DASAR HUKUM
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1979 tentang Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil;
2. Surat Edaran Kepala BAKN Nomor SE-02/SE/1980 tanggal 11 Pebruari 1980 tentang
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil;
3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 256/KMK.01/2011 tanggal 3 Agustus 2011 tentang
Pegawai Negeri Sipil yang Dipekerjakan atau Diperbantukan di Luar Kementerian Keuangan.

B. UMUM
1. Unsur-unsur yang dinilai dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) adalah:
a. kesetiaan;
b. prestasi kerja;
c. tanggung jawab;
d. ketaatan;
e. kejujuran;
f. kerjasama;
g. prakarsa; dan
h. kepemimpinan.
Unsur kepemimpinan hanya dinilai bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berpangkat
Pengatur Muda golongan ruang II/a ke atas yang memangku suatu jabatan.
2. Pejabat penilai baru dapat melakukan penilaian pelaksanaan pekerjaan, apabila telah
membawahi PNS yang bersangkutan sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan.

Halaman 33
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
3. Apabila PNS yang dinilai berkeberatan atas nilai dalam DP3, maka dapat mengajukan
keberatan disertai dengan alasan-alasannya, kepada atasan pejabat penilai melalui hirarkis
dalam jangka waktu 14 hari sejak diterimanya DP3 tersebut.

C. PEJABAT PENILAI DP3


1. Pejabat penilai baru dapat memberikan penilaian apabila telah membawahi PNS yang
bersangkutan sekurang-kurangnya 6 bulan.
2. Apabila DP3 diperlukan, sedang pejabat penilai belum 6 bulan membawahi PNS yang
dinilai, maka pejabat penilai tersebut dapat melakukan penilaian dengan menggunakan
bahan-bahan yang ditinggalkan pejabat penilai yang lama.
3. Pejabat yang berwenang membuat DP3 wajib membuat dan memelihara catatan tentang PNS
di lingkungannya.
4. Jangka waktu penilaian adalah mulai bulan Januari s.d bulan Desember dalam tahun yang
bersangkutan.

D. DP3 CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL


1. Bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), DP3 hanya dibuat dalam tahun yang bersangkutan
apabila sampai dengan bulan Desember telah mencapai 6 bulan menjadi CPNS. Apabila
CPNS dalam tahun yang bersangkutan belum 6 bulan menjadi CPNS, penilaian DP3
dilakukan dalam tahun berikutnya.
2. Contoh: seorang CPNS diangkat pada awal bulan Agustus 1980. Dalam hal ini, ia tidak dapat
dinilai dalam tahun 1980, tetapi baru dapat dinilai pada tahun 1981.
3. Bagi CPNS yang akan diangkat menjadi PNS, penilaian pelaksanaan pekerjaan dilakukan
setelah sekurang-kurangnya 1 tahun menjadi CPNS terhitung mulai melaksanakan tugas
secara nyata.
4. CPNS yang telah dibuat DP3-nya untuk kepentingan pengangkatan menjadi PNS, tidak usah
lagi dibuat DP3nya pada bulan Desember tahun yang bersangkutan.
5. Contoh: seorang diangkat menjadi CPNS terhitung mulai tanggal 1 Agustus 1980. Untuk
pengangkatan sebagai PNS, maka DP3 dibuat tanggal 1 September 1981. Dalam hal ini, DP3
tersebut berlaku untuk tahun 1982 atau DP3nya tidak usah dibuat lagi pada bulan Desember
1981.
6. Pada saat seseorang yang diangkat menjadi PNS tetapi DP3-nya belum 1 tahun, maka
pengangkatannya sebagai PNS tidak sah.

Halaman 34
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
E. DP3 PEGAWAI TUGAS BELAJAR
1. DP3 bagi PNS yang sedang menjalankan tugas belajar, dibuat oleh pejabat penilai dengan
menggunakan bahan-bahan yang diberikan oleh pimpinan perguruan tinggi, sekolah atau
kursus yang bersangkutan.
2. Khusus bagi PNS yang menjalankan tugas belajar diluar negeri, bahan-bahan penilaian
pelaksanaan pekerjaan tersebut diberikan oleh Kepala Perwakilan Republik Indonesia di
negara yang bersangkutan.
F. DP3 PEGAWAI DIPEKERJAKAN/PEGAWAI DIPERBANTUKAN
1. Pegawai Dipekerjakan yang penugasannya sebelum Keputusan Menteri Nomor
256/KMK.01/2011 ditetapkan, wajib menyampaikan DP3 kepada Direktur Jenderal
Perbendaharaan u.p. Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
2. Pegawai Dipekerjakan yang penugasannya setelah Keputusan Menteri Nomor
256/KMK.01/2011 ditetapkan, wajib menyampaikan DP3 kepada Menteri Keuangan u.p.
Sekretaris Jenderal.
3. DP3 bagi Pegawai Diperbantukan dibuat oleh pejabat penilai dan atasan pejabat penilai di
unit eselon I terakhir tercatat sebagai pegawai, dengan bahan dari atasan langsung di tempat
penugasannya, dengan ketentuan:
a. bagi yang sebelum penugasan menduduki jabatan eselon I, pejabat penilai dan atasan
pejabat penilai adalah Menteri Keuangan;
b. bagi yang sebelum penugasan menduduki jabatan eselon II, dan penugasannya sebelum
Keputusan Menteri Nomor 256/KMK.01/2011 ditetapkan, pejabat penilai adalah
Direktur Jenderal Perbendaharaan dan atasan pejabat penilai adalah Menteri Keuangan;
c. bagi yang sebelum penugasan menduduki jabatan eselon II, dan penugasannya setelah
Keputusan Menteri Nomor 256/KMK.01/2011 ditetapkan, pejabat penilai adalah
Sekretaris Jenderal dan atasan pejabat penilai adalah Menteri Keuangan;
d. bagi yang sebelum penugasan menduduki jabatan eselon III ke bawah dan Pelaksana,
dan penugasannya sebelum Keputusan Menteri Nomor 256/KMK.01/2011 ditetapkan,
pejabat penilai adalah Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan atasan pejabat
penilai adalah Direktur Jenderal Perbendaharaan;
e. bagi yang sebelum penugasan menduduki jabatan eselon III ke bawah dan Pelaksana,
dan penugasannya setelah Keputusan Menteri Nomor 256/KMK.01/2011 ditetapkan,
pejabat penilai adalah Kepala Biro SDM dan atasan pejabat penilai adalah Sekretaris
Jenderal.

Halaman 35
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
G. PENGAJUAN KEBERATAN
1. PNS yang merasa keberatan atas nilai dalam DP3, baik secara keseluruhan maupun sebagian,
dapat mengajukan keberatan secara tertulis disertai dengan alasannya kepada atasan pejabat
penilai melalui hirarkis. Keberatan tersebut dituliskan dalam DP3 pada ruangan yang telah
disediakan.
2. Keberatan harus sdh diajukan dalam jangka waktu 14 hari terhitung mulai ia menerima DP3.
Keberatan yang melebihi batas waktu 14 hari menjadi kedaluwarsa, sehingga tidak dapat
dipertimbangkan lagi.
3. Walaupun PNS yang dinilai keberatan, ia harus membubuhkan tanda tangan.
4. Setelah menerima keberatan, pejabat penilai membuat tanggapan secara tertulis pada ruangan
yang telah disediakan dalam DP3.
5. Atasan pejabat penilai wajib memeriksa dan memperhatikan keberatan dan tanggapan.
6. Apabila atasan pejabat penilai mempunyai alasan yang cukup, maka ia dapat mengadakan
perubahan terhadap nilai baik menaikan atau menurunkan nilai. Perubahan nilai yang
dilakukan oleh atasan pejabat penilai tidak dapat diganggu gugat dan tidak dapat lagi
diajukan keberatan.
7. Perubahan nilai dicantumkan dalam DP3 yang bersangkutan dengan mencoret nilai yang
lama dan mencantumkan nilai yang baru. Nilai lama yang dicoret harus tetap terbaca. Setiap
coretan harus diparaf oleh atasan pejabat penilai.
8. DP3 yang dibuat oleh pejabat penilai yang merangkap menjadi atasan pejabat penilai tidak
dapat diganggu gugat.

H. HAL-HAL PENTING LAINNYA


1. Tanggal penilaian DP3 tahun 20X1 (tanggal dibuat oleh pejabat penilai) adalah tanggal 31
Desember 20X1 tanpa dibatasi jam kerja atau hari libur. Sedangkan tanggal diterima pegawai
yang dinilai adalah 31 Desember 20X1 atau setelahnya dan tanggal diterima atasan pejabat
penilai adalah setelah 31 Desember 20X1. Misalnya: tanggal diterima pegawai yang dinilai:
31 Desember 20X1 dan tanggal diterima atasan pejabat penilai: 2 Januari 20X2.
2. Dalam Surat Edaran Kepala BAKN Nomor 02/SE/1980 angka romawi V perihal Tata Cara
Penilaian, angka 2 tentang Pedoman Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan diberikan contoh
bahwa setiap unsur penilaian selalu dinilai dengan angka bulat dan hasil penilaian pejabat
penilai selalu angka bulat. Sehingga apabila setelah dirata-rata dalam penilaian unsur yang
dinilai diperoleh angka pecahan < 0,50 (lebih kecil atau sama dengan 0,50) maka dibulatkan
ke bawah dan apabila mendapatkan angka pecahan >0,50 (lebih besar dari 0,50) maka
dibulatkan keatas.
Halaman 36
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
3. Dalam rangka penilaian DP3, untuk para pejabat/pegawai yang pangkatnya lebih tinggi dari
pejabat penilai dan/atau pejabat penilai pangkatnya lebih tinggi dari atasan pejabat penilai,
maka pejabat penilai dan atasan pejabat penilai agar secara berjenjang ditarik naik satu
tingkat. Contoh:
a. untuk penilaian DP3 pejabat eselon IV (yang pangkatnya lebih tinggi daripada pejabat
eselon III), pejabat penilainya adalah Kepala Kanwil dan atasan pejabat penilai adalah
Direktur Jenderal Perbendaharaan;
b. untuk penilaian DP3 pelaksana (dimana pejabat penilai pangkatnya lebih tinggi dari
atasan pejabat penilai), atasan pejabat penilai adalah Kepala Bagian Umum Kanwil;
4. Ukuran kertas yang dipergunakan adalah ukuran kertas standar DP3;
5. Khusus pembuatan DP3 para pejabat eselon III dan (pejabat eselon IV yang karena suatu
alasan yang dibenarkan, penilaiannya ditarik naik satu tingkat), perlu diperhatikan hal-hal
terkait penulisan/pencantuman data-data Atasan Pejabat Penilai (dalam hal ini Dirjen
Perbendaharaan) meliputi : Nama, NIP, Pangkat/Golongan Ruang, Jabatan/Pekerjaan dan
Unit Organisasi.
6. Untuk mendapatkan pengesahan dari Direktur Jenderal Perbendaharaan, DP3 dikirimkan ke
Sekretariat Ditjen Perbendaharaan Cq. Bagian Administrasi Kepegawaian dalam rangkap 2
(dua) dan pada bagian tanda tangan pejabat penilai sudah dibubuhi cap stempel serta
dikirimkan selambat-lambatnya akhir bulan Pebruari;
7. Agar tidak terjadi pengembalian DP3, agar terlebih dahulu diteliti dan diperiksa
kebenarannya.

I. PENETAPAN DP3 OLEH PELAKSANA TUGAS


1. Untuk penetapan DP3 oleh Pelaksana Tugas (Plt), dengan merujuk Keputusan Dirjen
Perbendaharaan Nomor KEP-162/PB/2011 tentang Pengangkatan Pelaksana Tugas dan
Pelaksana Harian di Lingkungan Ditjen Perbendaharaan, diatur sebagai berikut :
a. Pelaksana Tugas (Plt.) yang diangkat dari jabatan struktural yang setara, dapat
memberikan penilaian atau menetapkan DP3, dengan pengaturan sebagai berikut :
1) Untuk DP3 Pelaksana
a) Plt. pejabat eselon IV dapat memberikan penilaian DP3 pelaksana dibawahnya,
sepanjang pangkatnya tidak lebih rendah dari pelaksana yang dinilai.
b) Dalam kolom Yang Dinilai, untuk pengisian Jabatan/Pekerjaan, diisi : Pelaksana
(tidak perlu ditambah dengan kalimat pada Seksi/Subbag..).
c) Dalam kolom Pejabat Penilai, untuk pengisian Jabatan/Pekerjaan, diisi : Nama
Jabatan Eselon IV (tanpa perlu mencantumkan sebutan Plt.).
Halaman 37
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
d) Dalam kolom Atasan Pejabat Penilai, untuk pengisian Jabatan, diisi : Nama
Jabatan Eselon III (tanpa perlu mencantumkan sebutan Plt.).
2) Untuk DP3 pejabat eselon IV
a) Plt. pejabat eselon III dapat memberikan penilaian DP3 pejabat eselon IV
dibawahnya, sepanjang pangkatnya tidak lebih rendah dari pejabat yang dinilai.
b) Dalam kolom Pejabat Penilai, untuk pengisian Jabatan/Pekerjaan, diisi : Nama
Jabatan Eselon III (tanpa perlu mencantumkan sebutan Plt.).
c) Dalam kolom Atasan Pejabat Penilai, untuk pengisian Jabatan, diisi : Nama
Jabatan Eselon II (tanpa perlu mencantumkan sebutan Plt.).
3) Untuk DP3 pejabat eselon III
a) Plt. pejabat eselon II dapat memberikan penilaian DP3 pejabat eselon III
dibawahnya, sepanjang pangkatnya tidak lebih rendah dari pejabat yang dinilai.
b) Dalam kolom Pejabat Penilai, untuk pengisian Jabatan/Pekerjaan, diisi : Nama
Jabatan Eselon II (tanpa perlu mencantumkan sebutan Plt.).
c) Untuk Atasan Pejabat Penilai, adalah Direktur Jenderal Perbendaharaan.
b. Apabila di akhir tahun terdapat Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Kanwil oleh pejabat
Kepala Bagian Umum (misalnya), maka diatur :
1) Untuk pembuatan DP3 pejabat eselon IV diluar lingkup Bagian Umum, Plt. Kepala
Kanwil dapat menjadi Atasan Pejabat Penilai dengan pengisian pada kolom Atasan
Pejabat Penilai, untuk Jabatan, diisi : Kepala Kantor Wilayah .. (tanpa perlu
mencantumkan sebutan Plt.). Sedangkan untuk DP3 pejabat eselon IV lingkup Bagian
Umum, Atasan Pejabat Pejabat Penilai adalah Direktur Jenderal Perbendaharaan.
2) Untuk DP3 pejabat eselon III selain Kepala Bagian Umum, Plt. Kepala Kanwil dapat
menjadi Pejabat Penilai dengan pengisian pada kolom Pejabat Penilai, untuk Jabatan,
diisi : Kepala Kantor Wilayah .. (tanpa perlu mencantumkan sebutan Plt.).
Sedangkan untuk DP3 Kepala Bagian Umum, Pejabat Penilai adalah Direktur
Jenderal Perbendaharaan dan Atasan Pejabat Penilai, adalah Menteri Keuangan.
c. Pejabat penilai yang belum 6 bulan membawahi PNS yang dinilai, dapat melakukan
penilaian dengan menggunakan bahan-bahan yang ditinggalkan pejabat penilai
sebelumnya (DP3 tahun sebelumnya).

Halaman 38
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
J. UMPAN BALIK
Pengelolaan DP3 yang baik oleh pengelola kepegawaian hendaknya memenuhi jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah ukuran kertas yang dipergunakan adalah ukuran kertas standar DP3?
2. Apakah tanggal penilaian DP3 tahun 20X1 (tanggal dibuat oleh pejabat penilai) adalah
tanggal 31 Desember 20X1 tanpa dibatasi jam kerja atau hari libur. Sedangkan tanggal
diterima pegawai yang dinilai dan atasan pejabat penilai adalah setelah 31 Desember 20X1
3. Apakah setiap unsur penilaian selalu dinilai dengan angka bulat dan hasil penilaian pejabat
penilai selalu angka bulat. Sehingga apabila setelah dirata-rata dalam penilaian unsur yang
dinilai diperoleh angka pecahan < 0,50 (lebih kecil atau sama dengan 0,50) maka dibulatkan
ke bawah dan apabila mendapatkan angka pecahan >0,50 (lebih besar dari 0,50) maka
dibulatkan keatas?
4. Apakah DP3 meliputi lembar luar dan lembar dalam?
5. Apakah data DP3 masing-masing pegawai telah diinput ke database pegawai melalui aplikasi
Pbnopen atau aplikasi kepegawaian lainnya?

Halaman 39
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

[6]

CUTI PEGAWAI

A. DASAR HUKUM
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai
Negeri Sipil;
2. Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor SE-45/PB/2006 hal Penjelasan Cuti
Tahunan Yang Terkait Dengan Cuti Besar;
3. Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-3559 /MK.1/2009 tanggal 10 Desember 2009.

B. CUTI TAHUNAN
Cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang diijinkan dalam jangka waktu tertentu.
Tujuan pemberian cuti adalah dalam rangka usaha untuk menjamin kesegaran jasmani dan
rohani.
1. Hak Cuti Tahunan
a. Merupakan hak PNS, termasuk CPNS yang telah bekerja secara terus menerus selama 1
(satu) tahun.
b. CPNS hanya berhak atas cuti tahunan, kecuali ditentukan lain oleh pejabat yang
berwenang memberikan cuti berdasarkan pertimbangan kemanusiaan.
c. Selama menjalankan cuti tahunan, PNS/CPNS yang bersangkutan memperoleh TKPKN.
2. Penggunaan Cuti Tahunan
a. Penggunaan cuti tahunan dapat digabungkan dengan cuti bersama, dengan jumlah paling
sedikit menjadi 3 (tiga) hari kerja.

Halaman 40
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
b. Cuti tahunan yang akan dijalankan di tempat yang sulit perhubungannya dapat ditambah
untuk paling lama 14 hari termasuk hari libur. Ketentuan ini tidak berlaku apabila cuti
tahunan yang diambil kurang dari 12 hari.
c. Cuti bersama yang tidak digunakan karena kepentingan dinas dan berdasarkan surat
tugas, tetap menjadi hak cuti tahunan PNS.
3. Penangguhan Cuti Tahunan yang Tersisa
a. Cuti tahunan yang tersisa 6 (enam) hari kerja atau kurang tetap menjadi hak PNS yang
bersangkutan.
b. Cuti tahunan yang tersisa lebih dari 6 (enam) hari kerja harus dimintakan penangguhan
oleh PNS/CPNS kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti, agar penangguhan
dimaksud dapat dilaksanakan tahun berikutnya.
c. Pejabat yang berwenang memberikan cuti dapat menangguhkan cuti tahunan paling
lambat akhir bulan Desember tahun yang berjalan.
d. Cuti tahunan dapat ditangguhkan pelaksanaannya oleh pejabat yang berwenang
memberikan cuti untuk paling lama 1 tahun, apabila kepentingan dinas mendesak.
4. Penggunaan Cuti Tahunan yang Tersisa
a. Cuti tahunan yang tersisa yang digabungkan penggunaannya dengan cuti tahunan tahun
yang sedang berjalan, dapat diambil untuk paling lama:
1) 18 (delapan belas) hari kerja termasuk cuti tahunan yang sedang berjalan; dan
2) 24 (dua puluh empat) hari kerja termasuk cuti tahunan yang sedang berjalan, apabila
cuti tahunan tidak diambil secara penuh dalam beberapa tahun.
b. Pengajuan permohonan cuti tahunan yang tersisa yang digabungkan penggunaannya
dengan cuti tahunan yang sedang berjalan harus mencantumkan jumlah cuti tahunan yang
tersisa dari cuti tahunan pada masing-masing tahun yang bersangkutan.
c. Tanpa adanya persetujuan penangguhan dari pejabat yang berwenang memberikan cuti,
lamanya cuti tahunan yang dapat diambil dalam tahun yang sedang berjalan menjadi
paling lama 18 (delapan belas) hari kerja.
d. Cuti tahunan yang ditangguhkan dapat diambil dalam tahun berikutnya selama 24 hari
kerja termasuk cuti tahunan dalam tahun yang sedang berjalan.

C. CUTI BESAR
1. Hak Cuti Besar
a. Merupakan hak PNS yang telah bekerja paling kurang 6 (enam) tahun secara terus
menerus.

Halaman 41
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
b. PNS yang akan/telah menjalani cuti besar tidak berhak lagi atas cuti tahunan dalam tahun
yang bersangkutan.
c. Selama menjalankan cuti besar, PNS yang bersangkutan tidak berhak atas tunjangan
jabatan dan tidak memperoleh TKPKN.
2. Penggunaan Cuti Besar
a. PNS perlu merencanakan penggunaan cuti besar sejak awal tahun.
b. Cuti besar dapat digunakan oleh PNS untuk
1) memenuhi kewajiban agama;
2) persalinan anaknya yang keempat apabila PNS yang bersangkutan mempunyai hak
cuti besar menjelang persalinan; atau
3) keperluan lainnya sesuai pertimbangan pejabat yang berwenang memberikan cuti.
c. PNS yang telah melaksanakan cuti tahunan dan akan mengambil cuti besar pada tahun
yang bersangkutan harus mengembalikan TKPKN yang diterimanya selama
melaksanakan cuti tahunan.
d. PNS yang akan/telah menggunakan cuti besar berhak atas:
1) cuti bersama;
2) cuti tahunan yang tersisa pada tahun sebelum digunakan cuti besar;
3) cuti sakit;
4) cuti bersalin untuk persalinan anaknya yang pertama, kedua, dan ketiga;
5) cuti karena alasan penting.
e. Apabila kepentingan dinas mendesak cuti besar dapat ditangguhkan pelaksanaannya
pejabat yang berwenang untuk paling lama 2 tahun,.
f. Selama menjalankan cuti besar, PNS menerima penghasilan penuh namun tunjangan
jabatan tidak dibayarkan.
g. Cuti besar yang tidak diambil PNS yang bersangkutan tepat pada waktunya, dapat
diambil pada tahun-tahun berikutnya tetapi keterlambatan pengambilan cuti besar itu
tidak dapat diperhitungkan untuk pengambilan cuti besar yang berikutnya. Seseorang
diangkat sbg CPNS pada 1 April 2000. Pada tanggal 1 April 2001 ia diangkat menjadi
PNS. Pada tanggal 1 April 2006, PNS yang bersangkutan baru berhak atas cuti besar.
h. Penjelasan cuti tahunan yang terkait dengan cuti besar :
1) Bahwa berdasarkan Pasal 9 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1976
tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil, seorang Pegawai Negeri Sipil yang telah
menjalani cuti besar tidak berhak lagi atas cuti tahunannya dalam tahun yang
bersangkutan.

Halaman 42
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
2) Yang dimaksud dengan "tahun yang bersangkutan" dalam kalimat pada huruf diatas
adalah tanggal dimulainya cuti besar dan bukan tanggal berakhirnya cuti besar.
3) Oleh karena itu, meskipun seorang PNS baru selesai menjalani cuti besarnya pada
suatu tahun, yang bersangkutan tetap berhak mengambil cuti tahunan pada tahun yang
sama, karena yang hilang adalah hak cuti Pegawai Negeri Sipil tersebut untuk tahun
dimulainya cuti besar yang bersangkutan.
4) Contoh : Seorang PNS yang rnengambil cuti besar awal bulan Desember tahun 2012
dan berakhir pada bulan Pebruari tahun 2013, tetap berhak atas cuti tahunan untuk
tahun 2013.

D. CUTI SAKIT
1. Hak Cuti Sakit merupakan hak PNS dan/atau PNS/CPNS wanita yang mengalami gugur
kandungan.
2. Penggunaan Cuti Sakit
a. PNS yang menderita sakit lebih dari 2 (dua) hari harus melampirkan surat keterangan
dokter dari rumah sakit pemerintah/puskesmas.
b. PNS yang telah menggunakan cuti sakit untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun 6
(enam) bulan dan telah aktif bekerja kembali, berhak atas:
1) cuti bersama;
2) cuti tahunan pada tahun yang sedang berjalan dan cuti tahunan yang tersisa pada
tahun sebelum digunakan cuti sakit;
3) cuti besar;
4) cuti bersalin;
5) cuti karena alasan penting.
c. PNS yang sakit selama 1 atau 2 hari berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan, bahwa ia
harus memberitahukan kepada atasannya.
d. Cuti sakit lebih dari 2 hari sampai dengan 14 hari dapat diajukan dengan melampirkan
surat keterangan dokter
e. Cuti sakit lebih dari 14 hari dapat diajukan dengan melampirkan surat keterangan dokter
yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan.
f. Cuti sakit diberikan untuk waktu paling lama 1 tahun dan dapat ditambah untuk paling
lama 6 bulan apabila dipandang perlu berdasarkan surat keterangan dokter yang ditunjuk
oleh Menteri Kesehatan.
g. PNS yang tidak sembuh dari penyakitnya dalam jangka waktu sebagaimana tersebut di
atas, harus diuji kembali kesehatannya oleh dokter yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan.
Halaman 43
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Apabila berdasarkan hasil pengujian yang bersangkutan belum sembuh dari penyakitnya,
maka ia diberhentikan dengan hormat dari jabatannya karena sakit dengan mendapat uang
tunggu.
h. PNS wanita yang mengalami gugur kandungan berhak atas cuti sakit untuk paling lama 1
(satu setengah) bulan. Permohonan cuti harus dilampiri surat keterangan dokter atau
bidan.
i. PNS yang mengalami kecelakaan dalam dan oleh karena menjalankan tugas
kewajibannya sehingga ia perlu mendapat perawatan berhak atas cuti sakit sampai ia
sembuh dari penyakitnya. Selama menjalankan cuti sakit, PNS yang bersangkutan
menerima penghasilan penuh.

E. CUTI BERSALIN
1. Hak Cuti Bersalin
a. Merupakan hak PNS/CPNS wanita untuk persalinan anaknya yang pertama, kedua, dan
ketiga.
b. Cuti bersalin yang digunakan oleh CPNS wanita untuk persalinan anaknya yang pertama
akan mengurangi hak cuti persalinan setelah yang bersangkutan menjadi PNS.
2. Penggunaan Cuti Bersalin dan Cuti Lain untuk Bersalin
a. PNS yang telah menggunakan cuti bersalin, berhak atas:
1) cuti bersama;
2) cuti tahunan pada tahun yang sedang berjalan dan cuti tahunan yang tersisa pada
tahun sebelum digunakan cuti bersalin;
3) cuti besar;
4) cuti sakit;
5) cuti karena alasan penting.
b. PNS wanita dapat diberikan cuti besar untuk persalinan anaknya yang keempat, apabila
yang bersangkutan mempunyai hak cuti besar menjelang persalinan.
c. PNS wanita yang akan/telah menggunakan cuti besar untuk persalinan anaknya yang
keempat tidak berhak lagi atas cuti tahunannya dalam tahun yang bersangkutan.
d. PNS wanita yang akan/telah menggunakan cuti besar tersebut berhak atas:
1) cuti bersama;
2) cuti tahunan yang tersisa pada tahun sebelum digunakan cuti besar;
3) cuti sakit;
4) cuti karena alasan penting.

Halaman 44
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
e. PNS wanita dapat diberikan cuti di luar tanggungan negara untuk persalinan anaknya
yang kelima dan seterusnya.
f. PNS wanita yang telah menggunakan cuti di luar tanggungan negara tersebut, berhak
atas:
1) cuti bersama;
2) cuti tahunan pada tahun yang sedang berjalan dan cuti tahunan yang tersisa pada
tahun sebelum digunakan cuti di luar tanggungan negara;
3) cuti besar setelah bekerja kembali paling kurang 6 (enam) tahun secara terus-
menerus;
4) cuti sakit;
5) cuti karena alasan penting.
g. Lamanya cuti bersalin adalah 1 bulan sebelum dan 2 bulan sesudah persalinan.
h. Selama menjalankan cuti bersalin PNS wanita yang bersangkutan menerima penghasilan
penuh.

F. CUTI KARENA ALASAN PENTING


1. Hak Cuti Karena Alasan Penting
a. Merupakan hak PNS.
b. Selama menjalankan cuti karena alasan penting, PNS yang bersangkutan tidak
memperoleh TKPKN.
2. Penggunaan Cuti Karena Alasan Penting
a. Yang dimaksud dengan cuti karena alasan penting adalah cuti karena:
1) ibu, bapak, Isteri/suami, anak, adik, kakak, mertua, atau menantu sakit keras atau
meninggal dunia;
2) salah seorang anggota keluarga yang dimaksud dalam huruf a meninggal dunia dan
menurut ketentuan hukum yang berlaku PNS yang bersangkutan harus mengurus
hak-hak dari anggota keluarganya yang meninggal dunia itu;
3) melangsungkan perkawinan yang pertama;
4) alasan penting lainnya yang ditetapkan kemudian oleh Presiden
b. Selain karena alasan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang
mengatur cuti PNS, PNS juga berhak atas cuti karena alasan penting karena terjadinya
kondisi force major, misalnya banjir, tanah longsor, kebakaran, dan gempa bumi.
c. PNS yang telah menggunakan cuti karena alasan penting, berhak atas:
1) cuti bersama;

Halaman 45
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
2) cuti tahunan pada tahun yang sedang berjalan dan cuti tahunan yang tersisa pada
tahun sebelum digunakan cuti karena alasan penting;
3) cuti besar;
4) cuti sakit;
5) cuti bersalin.
d. Cuti paling lama 2 bulan.
e. Selama menjalankan cuti karena alasan penting, pegawai yang bersangkutan menerima
penghasilan penuh.

G. HAK CUTI BAGI PNS YANG SEDANG TUGAS BELAJAR


1. PNS yang sedang tugas belajar, berhak atas:
a. cuti bersama;
b. cuti bersalin;
c. cuti besar untuk persalinan anaknya yang keempat apabila yang bersangkutan mempunyai
hak cuti besar menjelang persalinan;
2. PNS yang sedang tugas belajar di dalam negeri atau di luar negeri yang akan menggunakan
cuti bersalin dan cuti besar untuk persalinan anaknya yang keempat (apabila yang
bersangkutan mempunyai hak cuti besar menjelang persalinan) harus mengajukan
permohonan cuti kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti melalui Pimpinan
Perguruan Tinggi atau Kepala Perwakilah Republik Indonesia di nagara yang bersangkutan.

H. HAK CUTI BAGI PNS YANG TELAH SELESAI TUGAS BELAJAR


1. PNS yang telah selesai tugas belajar dan bekerja kembali di lingkungan Kementerian
Keuangan berhak atas:
a. cuti bersama;
b. cuti besar untuk persalinan anaknya yang keempat apabila yang bersangkutan mempunyai
hak cuti besar menjelang persalinan;
c. cuti sakit;
d. cuti bersalin;
e. cuti karena alasan penting.
2. PNS yang telah selesai tugas belajar dan bekerja kembali di lingkungan Kementerian
Keuangan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan, berhak atas:
a. cuti tahunan pada tahun yang sedang berjalan;
b. cuti besar.

Halaman 46
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
I. PENGAJUAN PERMOHONAN HAK CUTI
1. Permohonan cuti yang akan dijalankan di dalam negeri dan sudah mendapat persetujuan dari
pejabat yang berwenang memberikan cuti, harus disampaikan kepada pejabat yang
berwenang menetapkan surat izin cuti paling lama 7 (tujuh) hari kerja sebelum tanggal
pelaksanaan cuti, kecuali permohonan:
a. cuti sakit;
b. cuti karena alasan penting.
2. Cuti yang akan dijalankan di luar negeri harus mendapatkan izin dari Menteri Keuangan.
3. Permohonan cuti yang akan dijalankan di luar negeri dan izin ke luar negeri dibuat sesuai
ketentuan yang berlaku di lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan diajukan
kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Perbendaharaan secara hirarkis.

J. CUTI DI LUAR TANGGUNGAN NEGARA


1. PNS yang telah bekerja paling kurang 5 (lima) tahun secara terus-menerus dapat diberikan
cuti di luar tanggungan negara karena alasan-alasan pribadi yang penting dan mendesak.
2. Cuti di luar tanggungan negara dapat diberikan untuk paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat
diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun apabila ada alasan-alasan yang penting untuk
memperpanjangnya.
3. Alasan-alasan pribadi yang penting dan mendesak tersebut dapat dipertimbangkan oleh
atasan langsung PNS yang bersangkutan apabila disertai dengan bukti-bukti yang
mendukung.
4. PNS yang bekerja kembali di lingkungan Kementerian Keuangan setelah melaksanakan cuti
di luar tanggungan negara tidak berhak atas cuti tahunan yang tersisa dan berhak atas:
a. cuti bersama;
b. cuti tahunan pada tahun yang sedang berjalan setelah bekerja kembali paling kurang 3
(tiga) bulan;
c. cuti besar, yaitu setelah bekerja kembali paling kurang 6 (enam) tahun secara terus-
menerus;
d. cuti sakit;
e. cuti bersalin;
f. cuti karena alasan penting.
5. PNS ybs. dibebaskan dari jabatannnya, jabatan yang menjadi lowong tsb. dengan segera
dapat diisi. Kecuali cuti di luar tanggungan Negara untuk persalinan anak ke 4 dst ybs tidak
dibebaskan dari jabatannya.

Halaman 47
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
6. Cuti diberikan dengan surat keputusan pejabat yang berwenang setelah mendapat persetujuan
dari Kepala Badan Kepegawaian Negara.
7. Selama cuti tidak berhak menerima penghasilan dari Negara.
8. Selama cuti tidak diperhitungkan sebagai masa kerja PNS.
9. PNS yang tidak melaporkan diri kembali kepada instansi induknya setelah habis masa
menjalankan cuti diberhentikan dengan hormat sebagai PNS.
10. PNS yang melaporkan diri kembali kepada instansi induknya setelah habis masa menjalankan
cuti, maka :
a. apabila ada lowongan di tempatkan kembali;
b. apabila tidak ada lowongan, maka pimpinan instansi yang bersangkutan melaporkannya
kepada kepala Badan Kepegawaian Negara untuk kemungkinan ditempatkan pada
instansi lain;
c. apabila penempatan yang dimaksud dalam huruf b tidak mungkin, maka PNS yang
bersangkutan diberhentikan dari PNS dengan mendapat hak-hak kepegawaian.

K. IZIN CUTI KURANG DARI 3 HARI


1. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti PNS menyatakan bahwa cuti
tahunan tidak dapat dipecah-pecah hingga jangka waktu yang kurang dari tiga hari kerja.
Terkait hal tersebut, Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor : SE-3559/MK.1/2009 tentang
Pelaksanaan Cuti di Lingkungan Kementerian Keuangan, juga menyatakan bahwa
penggunaan cuti tahunan dapat digabungkan dengan cuti bersama, dengan jumlah paling
sedikit menjadi tiga hari kerja.
2. Untuk itu, pelaksanaan cuti tahunan agar berpedoman pada ketentuan tersebut. Adapun ijin
cuti tahunan kurang dari tiga hari dapat diberikan kepada pegawai yang :
a. memang sisa hak cuti pada tahun berkenaan dengan jumlah kurang dari tiga hari.
Contoh : Pada bulan Desember Badu akan mengambil cuti. Sisa cuti yang tercantum
dalam kartu cuti adalah 2 hari, maka Badu dapat diberikan cuti 2 hari (tidak boleh
dipecah-pecah 1 hari, 1 hari). Jika misalnya sisa cuti dalam kartu cuti hanya tersisa 1 hari,
maka hak cuti 1 hari dapat diberikan pada pegawai berkenaan. Pada intinya, aturan
minimal 3 hari tidak boleh merugikan hak pegawai, yang memang sisa hak cutinya
dengan jumlah 2 atau 1 hari.
b. cuti tahunan tersebut disambung dengan cuti bersama, sehingga jumlah cuti tahunan
ditambah cuti bersama jumlahnya minimal 3 hari.
Contoh : Badu masih memiliki hak cuti 6 hari kerja. Cuti bersama idul fitri tahun 2011
adalah 3 hari yaitu 29 Agustus, 1 dan 2 September 2011. Dalam hal ini Badu dapat
Halaman 48
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
diberikan ijin cuti satu hari pada tanggal 26 Agustus 2011 atau pada tanggal 4 September
2011. Atau dapat pula diberikan ijin cuti dua hari pada tanggal 26 Agustus dan 4
September, atau 25 26 Agustus, atau 4 5 September.
3. Untuk kepentingan dinas yang mendesak, pegawai yang sedang menjalankan cuti tahunan
dapat dipanggil untuk kembali masuk kerja. Sisa cuti yang belum dijalani tetap menjadi hak
pegawai yang bersangkutan dan dapat diambil kembali pada kesempatan selanjutnya.

L. PELAKSANAAN CUTI TAHUNAN DAN CUTI BERSAMA PADA HARI RAYA


IDUL FITRI
1. Pelaksanaan cuti tahunan dan cuti bersama dapat digabungkan sepanjang tidak mengganggu
kegiatan organisasi dan pelayanan kepada masyarakat. Pejabat yang berwenang memberikan
cuti mengatur pemberian cuti pegawai sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976
dan Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 01/SE/1977
tentang Permintaan dan Pemberian Cuti Pegawai Negeri Sipil serta Surat Edaran Menteri
Keuangan Nomor SE-3559/MK.1/2009;
2. Setiap pimpinan unit kerja/satuan organisasi yang berfungsi memberikan pelayanan langsung
kepada masyarakat di Pusat dan Daerah yang mencakup kepentingan masyarakat luas,
mengatur penugasan pegawai pada hari libur nasional dan cuti bersama yang ditetapkan,
sehingga pemberian pelayanan kepada masyarakat tetap berjalan sebagaimana mestinya;
3. Setiap pimpinan unit kerja melakukan pengaturan dan pemantauan terhadap pelaksanaan hari
libur nasional dan cuti bersama di lingkungannya masing-masing dan apabila ada pegawai
negeri sipil yang tidak masuk kerja/pulang sebelum waktunya/terlambat masuk kantor tanpa
alasan yang jelas sebelum dan sesudah melaksanakan cuti bersama, hendaknya diambil
langkah-langkah peningkatan disiplin pegawai sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

M. CUTI BERSAMA YANG TIDAK DIGUNAKAN KARENA KEPENTINGAN DINAS


1. Cuti bersama yang tidak digunakan karena kepentingan dinas dan berdasarkan surat tugas,
tetap menjadi hak cuti tahunan PNS.
2. Tatacara pelaksanaan kegiatan kepentingan dinas pada saat cuti bersama, diatur sebagai
berikut :
a. Untuk lingkungan Kantor Pusat dan Kantor Wilayah, ijin pelaksanaan kegiatan dan surat
tugas ditetapkan oleh pejabat eselon II.
b. Untuk lingkungan KPPN :
1) Kepala KPPN pemrakarsa kegiatan mengajukan ijin kepada Kepala Kanwil.
Halaman 49
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
2) Kepala Kanwil menetapkan surat persetujuan apabila ijin diberikan dan menetapkan
surat penolakan apabila ijin tidak diberikan.
3) Atas dasar surat ijin Kepala Kanwil, Kepala KPPN menetapkan surat tugas kepada
pejabat/pegawai KPPN tersebut.
3. Kegiatan kepentingan dinas pada saat cuti bersama yang dilaksanakan di kantor, berlaku
ketentuan sebagaimana hari kerja biasa dan para pegawai yang mendapat surat tugas wajib
mengisi daftar kehadiran. Pelaksanaan pekerjaan di lingkungan kantor pada saat cuti bersama
tidak dianggap sebagai kerja lembur dan tidak mendapatkan biaya yang dibebankan pada
APBN termasuk tidak mendapatkan uang makan.
4. Kriteria kegiatan pada saat cuti bersama yang dilaksanakan di kantor, adalah :
a. Kegiatan yang mendesak (penyelesaian SP2D pada akhir tahun, dsb)
b. Kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan pada hari kerja biasa
c. Kegiatan yang bermanfaat bagi kepentingan organisasi
d. Kegiatan bukan dimaksudkan hanya untuk mengisi kekosongan waktu selama cuti
bersama
5. Setelah pelaksanaan kegiatan, untuk KPPN diwajibkan menyusun laporan hasil pelaksanaan
kegiatan dan disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah masing-masing.
6. Kegiatan kepentingan dinas pada saat cuti bersama yang dilaksanakan dalam rangka
perjalanan dinas, berlaku ketentuan sebagaimana pelaksanaan perjalanan dinas.

N. PEMBERIAN IJIN TIDAK MASUK KERJA


Sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : Per/87/M.Pan/8/2005
Tentang Pedoman Peningkatan Pelaksanaan Efisiensi, Penghematan Dan Disiplin Kerja Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara, pemberian ijin tidak masuk kerja diatur sebagai berikut :
1. Ijin meningggalkan kantor maksimum diberikan 2 (dua) hari.
2. Meninggalkan kantor lebih dari 2 (dua) hari diperhitungkan sebagai cuti.
3. Meninggalkan kantor melebihi cuti PNS, merupakan tindakan indispliner, dan perlu ada
tindak lanjut sanksi.

O. UMPAN BALIK
Penatausahaan cuti yang baik oleh pengelola kepegawaian hendaknya memenuhi jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah Cuti tahunan diberikan dengan jumlah paling sedikit 3 (tiga) hari kerja (kecuali yang
digabung cuti bersama dan sisa cutinya memang kurang dari 3 hari)?
2. Apakah masing-masing pegawai telah dibuatkan kartu cuti?
Halaman 50
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
3. Apakah Permohonan cuti yang akan dijalankan di dalam negeri dan sudah mendapat
persetujuan dari pejabat yang berwenang memberikan cuti, sudah disampaikan kepada
pejabat yang berwenang menetapkan surat izin cuti paling lama 7 (tujuh) hari kerja sebelum
tanggal pelaksanaan cuti?
4. Apakah pemberian cuti sudah sesuai dengan Perhitungan sisa cuti tahun lalu dan hak cuti
tahun bersangkutan?
5. Jika terdapat pegawai yang mengalami mutasi unit kerja, apakah kartu cuti pegawai tersebut
telah dicek perhitungan sisa cutinya dengan baik, digaris dan ditandatangani oleh pejabat
pengelola kepegawaian dan selanjutnya dikirimkan bersama Dosir Jalan pegawai tersebut?
6. Apakah masih ada manipulasi sisa cuti pegawai?

Halaman 51
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

[7]

CUTI YANG DIJALANKAN DI LUAR NEGERI DAN IZIN KE LUAR


NEGERI

A. DASAR HUKUM
1. Keputusan Menteri Keuangan nomor 180/KMK.01/2009 tanggal 12 Mei 2009 tentang
Pendelegasian Sebagian Wewenang Kepada Para Pejabat Eselon I Di Lingkungan
Departemen Keuangan Untuk Menandatangani Surat Keputusan Mutasi Kepegawaian Dan
Lain Sebagainya Di Bidang Kepegawaian;
2. Surat Edaran Menteri Keuangan RI nomor SE-49/MK.1/1999 tanggal 27 Agustus 1999;
3. Surat Kepala Biro Sumber Daya Manusia nomor S-1122/SJ.4/2007 tanggal 5 September
2007;
4. Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor SE-38/PB/2007 tanggal 2 Oktober
2007 tentang izin melakukan perjalanan ke luar negeri untuk kepentingan pribadi atau di luar
kedinasan.

B. PERMOHONAN CUTI YANG DIJALANKAN DI LUAR NEGERI DAN IZIN KE


LUAR NEGERI
Dalam hal cuti yang dijalankan di luar negeri untuk kepentingan pribadi atau di luar
kedinasan, pengajuan permohonan dimaksud diatur dengan ketentuan sebagaimana dibawah ini.
1. Setiap Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Ditjen Perbendaharaan dan isteri/suaminya yang
akan melakukan perjalanan ke luar negeri tidak dalam rangka dinas diwajibkan untuk
mendapatkan izin terlebih dahulu dari pejabat yang berwenang.

Halaman 52
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
2. Guna mendapatkan izin dimaksud, PNS yang bersangkutan mengajukan surat permohonan
kepada Menteri Keuangan RI u.p. Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan melalui Dirjen
Perbendaharaan dan disampaikan kepada Sekretaris Ditjen secara hirarkis.
3. Permohonan dimaksud agar mencantumkan keperluan cuti, tanggal pelaksanaan dan jenis
cuti yang digunakan (sesuai ketentuan mengenai cuti PNS yang berlaku) dengan contoh
format dibawah.
4. Dalam rangka tertib administrasi Untuk memastikan bahwa pegawai yang mengajukan izin
melakukan perjalanan ke luar negeri atas cuti yang diajukan, maka setiap permohonan izin
melakukan perjalanan ke luar negeri untuk kepentingan pribadi atau diluar kedinasan dengan
menggunakan cuti harus melampirkan permohonan cuti dimaksud dari pegawai
bersangkutan. (dikecualikan bagi yang menggunakan cuti besar dalam rangka ibadah
keagamaan)
5. Permohonan tersebut diajukan sedini mungkin dengan maksud agar pada saat keberangkatan
ke luar negeri yang bersangkutan sudah menerima surat izin dimaksud.
6. Berkas permohonan tersebut agar sudah diterima di Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan
paling lambat 20 hari kerja sebelum saat pelaksanaan keberangkatan ke luar negeri (usulan
dalam keadaan lengkap), kecuali permohonan cuti sakit dan cuti karena alasan penting.
7. Bagi PNS di lingkungan Ditjen Perbendaharaan dan isteri/suaminya, sebelum mendapatkan
izin secara tertulis dari Menteri Keuangan tidak diperkenankan berangkat ke luar negeri.
8. Permohonan dalam rangka ibadah haji dapat diajukan dengan menggunakan cuti besar
(maksimal 50 hari kalender) dan tidak diperkenankan menggunakan cuti karena alasan
penting.
9. Permohonan dalam rangka ibadah haji dapat diajukan dengan menggunakan cuti tahunan
apabila jangka waktu pelaksanaannya tidak melebihi jumlah maksimal hak cuti tahunan yang
diperkenankan pada tahun berkenaan dan pemohon masih memiliki hak tersebut.
10. Dalam hal di kemudian hari terjadi perbedaan atau perubahan jadwal pemberangkatan dan
pemulangan jamaah haji dari Kementerian Agama, agar tanggal pelaksanaan cuti pegawai
yang bersangkutan disesuaikan oleh Kepala Kantor masing-masing dengan jumlah hari cuti
sesuai permohonan awal;
11. Surat izin cuti besar untuk keperluan ibadah keagamaan yang dijalankan di luar negeri
lingkup Ditjen Perbendaharaan ditetapkan oleh Dirjen Perbendaharaan setelah surat izin ke
luar negeri berkenaan ditetapkan Menteri Keuangan. Untuk pelaksanaan cuti (kecuali cuti
besar untuk keperluan ibadah keagamaan) yang dijalankan di luar negeri termasuk cuti
tahunan untuk keperluan ibadah keagamaan, surat izin cuti akan ditetapkan oleh Menteri
Keuangan bersama dengan surat izin ke luar negerinya.
Halaman 53
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
12. Dalam hal keadaan yang memaksa yakni hal-hal yang di luar rencana atau darurat dan
mengharuskan PNS yang bersangkutan ke luar negeri, segera memberitahukan dan
mengajukan izin kepada pejabat yang berwenang melalui saluran hirarkis.

C. UMPAN BALIK
Penatausahaan yang baik oleh pengelola kepegawaian hendaknya memenuhi jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah setiap pegawai telah jauh-jauh hari merencanakan dengan baik, perjalanan haji atau
perjalanan umroh atau perjalanan rohaninya?
2. Apakah setiap Pegawai dan isteri/suaminya yang melakukan perjalanan ke luar negeri tidak
dalam rangka dinas telah mendapatkan izin terlebih dahulu dari pejabat yang berwenang?
3. Apakah permohonan izin keluar negeri sudah mencantumkan keperluan cuti, tanggal
pelaksanaan dan jenis cuti yang digunakan (sesuai ketentuan mengenai cuti PNS yang
berlaku) dengan format yg telah ditentukan?
4. Apakah tanggal pengiriman sudah sesuai ketentuan atau melewati batas waktu?
5. Apakah permohonan dalam rangka ibadah haji dengan menggunakan cuti besar dengan
waktu maksimal 50 hari kalender dan tidak menggunakan cuti karena alasan penting?

6. CONTOH FORMAT DOKUMEN

Halaman 54
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Surat Permohonan

Tempat, Tanggal/Bulan/Tahun
Yth. Menteri Keuangan R.I.
u.p. Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan
melalui
Direktur Jenderal Perbendaharaan
Jakarta

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
NIP :
Pangkat/Golongan :
Jabatan :
Unit Kerja :
Masa Kerja Golongan :
Dengan ini mengajukan permohonan izin melakukan perjalanan keluar negeri selama
.......... untuk ....................... yang diperkirakan berangkat pada tanggal .............. dan kembali ke
tanah air pada tanggal ......................
Adapun untuk keperluan tersebut saya bermaksud menggunakan cuti .................
Selanjutnya perlu disampaikan pula bahwa perjalanan keluar negeri tersebut saya laksanakan
.......... (sendiri/bersama-sama dengan isteri/suami).
Demikian permohonan ini saya sampaikan, mohon kiranya Bapak
mempertimbangkannya.

Mengetahui
Atasan Langsung Hormat saya,

............................. .......................
NIP...................... NIP.....................

Tembusan :
Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

Halaman 55
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

[8]

SURAT PERNYATAAN MELAKSANAKAN TUGAS, SURAT


PERNYATAAN PELANTIKAN DAN SURAT PERNYATAAN MASIH
MENDUDUKI JABATAN

A. DASAR HUKUM
1. Peraturan Kepala BKN Nomor 22 tahun 2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Calon Pegawai Negeri Sipil Tahun 2005;
2. Peraturan Kepala BKN Nomor 30 Tahun 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan CPNS;
3. Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 13 Tahun 2002 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai
Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002.

B. SURAT PERNYATAAN MELAKSANAKAN TUGAS (SPMT) CPNS/PNS


Berdasarkan Peraturan Kepala BKN Nomor 30 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pelaksanaan CPNS, dalam Romawi II Huruf C angka 2 c, dinyatakan bahwa Surat Perintah
Melaksanakan Tugas ditetapkan tidak boleh berlaku surut dari tanggal penetapan Surat
Keputusan pengangkatan menjadi CPNS, dengan demikian SPMT seharusnya dibuat setelah
tanggal ditetapkan SK CPNS.
Beberapa Ketentuan tentang SPMT dan Hak atas Gaji CPNS sesuai Peraturan Kepala
BKN Nomor : 22 tahun 2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Calon Pegawai Negeri
Sipil Tahun 2005, antara lain menyatakan :
CPNS yang telah menerima surat keputusan pengangkatan sebagai CPNS, segera diperintahkan
untuk melaksanakan tugas pada instansi pemerintah. CPNS yang telah melaksanakan tugas,

Halaman 56
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
segera dibuat Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT) oleh pejabat pimpinan unit kerja
selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah yang bersangkutan melaksanakan tugas. SPMT
ditetapkan tidak boleh berlaku surut dari tanggal penetapan surat keputusan pengangkatan
menjadi CPNS. Gaji CPNS dibayarkan setelah yang bersangkutan dinyatakan telah
melaksanakan tugas berdasarkan SPMT.
Pelaksanaan tugas yang dimulai tanggal 1, maka gajinya dibayarkan pada bulan yang
bersangkutan/bulan berjalan. Dalam hal tanggal 1 bertepatan dengan hari libur sehingga
pelaksanaan tugasnya dilaksanakan pada tanggal berikutnya, maka gajinya dibayarkan mulai
bulan itu juga. Pelaksanaan tugas yang dimulai pada tanggal 2 (apabila tanggal 1 bukan hari
libur) dan seterusnya, maka gajinya dibayarkan mulai bulan berikutnya setelah dinyatakan
melaksanakan tugas.
Pegawai yang dimutasi dan telah melapor/bekerja ditempat tugas yang baru agar
dibuatkan SPMT terhitung sejak tanggal pegawai tersebut melapor. Begitu halnya dengan
pegawai yang telah selesai tugas belajar agar dibuatkan SPMT.

C. SURAT PERNYATAAN PELANTIKAN (SPP) DAN SPMT PEJABAT


STRUKTURAL
1. Ketentuan tentang Pelantikan
Jabatan struktural adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hak seorang PNS dalam rangka memimpin suatu organisasi negara. Seorang PNS
yang diangkat dalam jabatan struktural harus dilakukan pelantikan. Selain itu, pelantikan juga
menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan tunjangan jabatan struktural.
a. Tunjangan jabatan struktural dibayarkan terhitung mulai tanggal 1 bulan berikutnya setelah
PNS yang bersangkutan dilantik.
b. Apabila PNS ybs dilantik pada tanggal 1 maka tunjangan jabatan strukturalnya dibayarkan
pada bulan itu juga.
c. Dalam hal tanggal 1 merupakan hari libur, dan pelantikan dilakukan pada tanggal 2, maka
tunjangan jabatan strukturalnya dibayarkan pada bulan itu juga.
d. Untuk mengajukan usul permintaan pembayaran tunjangan jabatan struktural bersamaan
dengan permintaan gaji, harus dilampirkan SPP dan SPMT.
e. SPP dan SPMT dibuat dan ditandatangani oleh pimpinan instansi ybs atau pejabat lain yang
ditunjuk.
2. Pelaksanaan Pelantikan
Untuk pelaksanaan pelantikan, dokumen-dokumen yang perlu disiapkan dan agar dibuat
ceklist Dokumen Pelantikan, sebagai berikut :
Halaman 57
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
a. Pra Acara
1) Surat Panggilan Pelantikan
2) Surat undangan kepada pejabat yang diharapkan hadir
3) Surat Permohonan Rohaniwan
4) Nota Dinas Para Saksi
5) Nota Dinas / SK Panitia Pelantikan
6) Registrasi Peserta Pelantikan
7) Honor Rohaniwan
8) Honor Petugas Pelantikan bila dana tersedia
9) Nota Dinas Permohanan tempat, perlengkapan dan konsumsi ke unit yang menangani
b. Hari H :
1) Berita Acara Pelantikan/Pengangkatan Sumpah Jabatan (BAP) masing-masing agama
2) Naskah Pelantikan
3) Naskah Sumpah
4) Ringkasan SK Plus Ringkasan Lampiran SK
5) Susunan Acara
6) Name Table (Rohaniwan, Saksi (Saksi,I+II), Undangan, Dirjen/Direktur/Kepala. ,
Masing-Masing Agama, Petugas Pembawa Naskah)
c. Pasca Acara:
1) Nota Dinas Penandatangan BAP ke masing-masing saksi
2) Nota Dinas Penandatangan BAP ke Dirjen/Kakanwil setelah ditandatangani oleh para
saksi
3) Surat Pernyataan Pelantikan (SPP)
4) Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT)
5) Surat Pengantar ke PPABP
Secara umum tata tertib dalam pelaksanaan pelantikan adalah :
a. Peserta, rohaniwan, undangan dan para saksi hadir 30 menit sebelum acara dimulai
b. Pakaian Putih Hitam (Gelap), berdasi atau disesuaikan
c. Barisan Peserta sesuai dengan kelompok agama masing-masing
d. Ditunjuk peserta yang mewakili pejabat yang dilantik untuk penandatanganan BAP secara
simbolis.
e. BAP yang bukan simbolis sebaiknya ditandatangani segera setelah acara pelantikan. Untuk
itu, perlu diatur agar peserta pelantikan untuk menunggu dan tidak meninggalkan lokasi acara
terlebih dulu sebelum menandatangani BAP.

Halaman 58
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
D. SURAT PERNYATAAN MASIH MENDUDUKI JABATAN (SPMMJ)
1. Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 13 Tahun 2002 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan
Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural Sebagaimana Telah Diubah Dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002, dijelaskan bahwa setiap permulaan tahun
anggaran, pejabat yang berwenang atau pejabat yang ditunjuk membuat Surat Pernyataan
Masih Menduduki Jabatan (SPMMJ).
2. Untuk kepastian dan memperlancar pelaksanaan pembayaran tunjangan jabatan struktural,
diminta agar SPMMJ tahun berkenaan disampaikan kepada PPABP masing-masing
selambat-lambatnya minggu pertama bulan Januari tahun berkenaan. Tembusan SPMMJ
tersebut tidak perlu dikirimkan ke Kantor Pusat dan agar disimpan di dalam Dosir Jalan
masing-masing pegawai.

E. PEJABAT YANG MENETAPKAN


Pejabat yang berwenang menetapkan SPMT CPNS/PNS, SPP/SPMT dan SPMMJ agar
berpedoman pada Keputusan Dirjen Perbendaharaan tentang Pemberian Kuasa Dari Dirjen
Perbendaharaan kepada Para Pejabat Lingkup Ditjen Perbendaharaan untuk atas nama Dirjen
Perbendaharaan Menandatangani Surat Keputusan Mutasi Kepegawaian dan Lain Sebagainya di
Bidang Kepegawaian.

F. UMPAN BALIK
Penatausahaan yang baik oleh pengelola kepegawaian hendaknya memenuhi jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah pegawai yang dimutasi dan telah melapor/bekerja ditempat tugas yang baru sudah
dibuatkan SPMT terhitung sejak tanggal pegawai tersebut melapor?
2. Kapan tunjangan jabatan struktural dibayarkan, apakah dibayarkan terhitung mulai tanggal 1
bulan berikutnya setelah PNS yang bersangkutan dilantik?
3. Apakah setiap permulaan tahun anggaran, pejabat yang berwenang atau pejabat yang
ditunjuk, membuat Surat Pernyataan Masih Menduduki Jabatan (SPMMJ)?
4. Apakah SPMMJ sudah disampaikan kepada PPABP masing-masing selambat-lambatnya
minggu pertama bulan Januari tahun berkenaan dan tembusan disimpan dalam dosir jalan
pegawai ybs?
5. Apakah pejabat yang berwenang menetapkan SPMT CPNS/PNS, SPP/SPMT dan SPMMJ
sudah berpedoman pada Keputusan Dirjen Perbendaharaan tentang Pemberian Kuasa Dari
Dirjen Perbendaharaan kepada Para Pejabat Lingkup Ditjen Perbendaharaan untuk atas nama
Halaman 59
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Dirjen Perbendaharaan Menandatangani Surat Keputusan Mutasi Kepegawaian dan Lain
Sebagainya di Bidang Kepegawaian?

G. CONTOH FORMAT DOKUMEN

Halaman 60
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
1. Contoh Surat Pernyataan Pelantikan

KOP SURAT

SURAT PERNYATAAN PELANTIKAN


NOMOR : S-.............................

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : .............................
NIP : .............................
Pangkat/Gol. : .............................
Jabatan : Direktur Jenderal Perbendaharaan

dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa :


Nama : .............................
NIP : .............................
Pangkat/Gol. : .............................
Jabatan : Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi .........................
Eselon : II.A

berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 26/KMK.01/UP.11/2011 tanggal 19 Januari


2011 telah diangkat dalam jabatan Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi
............................. dan telah dilantik oleh Menteri Keuangan pada tanggal 21 Januari 2011.

Demikian Surat Pernyataan Pelantikan ini saya buat dengan sesungguhnya, dengan mengingat
sumpah jabatan, dan apabila dikemudian hari isi pernyataan ini ternyata tidak benar, yang
mengakibatkan kerugian terhadap Negara, maka saya bersedia menanggung kerugian tersebut.

Asli surat pernyataan ini disampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
..............................

Jakarta, Januari 2011


Direktur Jenderal,

.............................
NIP .............................

Tembusan : (disesuaikan dengan pelaporan dan pihak-pihak yang berkebutuhan)


1. Kepala Badan Kepegawaian Negara;
2. Kepala Biro Sumber Daya Manusia Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan;
3. Kepala Bagian Umum Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi ..................;
4. Yang bersangkutan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Halaman 61
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
2. Contoh Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas

KOP SURAT

SURAT PERNYATAAN MELAKSANAKAN TUGAS


NOMOR : S- .............................

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : .............................
NIP : .............................
Pangkat/Gol. : .............................
Jabatan : Direktur Jenderal Perbendaharaan

menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa Pegawai Negeri Sipil yang tersebut di bawah ini:

Nama : .............................
NIP : .............................
Pangkat/Gol. : .............................
Jabatan : Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi ..................
Eselon : II.A

berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 26/KMK.01/UP.11/2011 tanggal 19 Januari


2011 telah nyata melaksanakan tugasnya sebagai Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan
Provinsi ............................. dan diberi tunjangan jabatan sebesar Rp 3.250.000,00 (tiga juta dua
ratus lima puluh ribu rupiah) setiap bulannya terhitung mulai tanggal 1 Februari 2011.

Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dengan mengingat sumpah
jabatan dan apabila dikemudian hari isi pernyataan ini ternyata tidak benar, yang mengakibatkan
kerugian terhadap Negara, maka saya bersedia menanggung kerugian tersebut.
Asli surat pernyataan ini disampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
..........................

Jakarta, Januari 2011

Direktur Jenderal,

.............................
NIP ..........................

Tembusan : (disesuaikan dengan pelaporan dan pihak-pihak yang berkebutuhan)


1. Kepala Badan Kepegawaian Negara;
2. Kepala Biro Sumber Daya Manusia Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan;
3. Kepala Bagian Umum Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi ................;
4. Yang bersangkutan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Halaman 62
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Contoh Surat Pernyataan Masih Menduduki Jabatan

KOP SURAT

SURAT PERNYATAAN MASIH MENDUDUKI JABATAN


Nomor :

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ............................................................
NIP. : ............................................................
Pangkat/Golongan Ruang : ............................................................
Jabatan : ............................................................

dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa :

Nama : ............................................................
NIP. : ............................................................
Pangkat/Golongan Ruang : ............................................................
Jabatan : ............................................................
Eselon : ............................................................

pada tanggal 31 Desember telah menduduki jabatan berdasarkan


Surat Keputusan . Nomor . tanggal . dan pada
tanggal 1 Januari masih menduduki jabatan tersebut.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dengan mengingat
sumpah jabatan dan apabila dikemudian hari isi pernyataan ini ternyata tidak benar, yang
mengakibatkan kerugian terhadap Negara, maka saya bersedia menanggung kerugian tersebut.
Asli surat pernyataan ini disampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
..

., .
Pejabat yang membuat pernyataan

(..)

Tembusan : (disesuaikan dengan pelaporan dan pihak-pihak yang berkebutuhan)


1. Kepala Badan Kepegawaian Negara;
2. Kepala Biro Sumber Daya Manusia Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan;
3. Kepala Bagian Keuangan Setditjen Perbendaharaan/Kepala Bagian Umum/Kepala Subbag
Umum ............................;
4. Yang bersangkutan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Halaman 63
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Contoh Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas

KOP SURAT

SURAT PERNYATAAN MELAKSANAKAN TUGAS


Nomor :....................................

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
NIP :
Pangkat/Gol. :
Jabatan :

menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa Calon Pegawai Negeri Sipil yang tersebut di bawah
ini:
Nama :
NIP :
Pangkat/Gol :
Jabatan : Pelaksana pada

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan nomor tanggal


tentang Pengangkatan sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil, terhitung
mulai tanggal telah nyata melaksanakan tugasnya sebagai Pelaksana pada
dengan catatan sejak yang bersangkutan melaksanakan tugasnya,
kepadanya belum/sudah dibayarkan upah harian/persekot gaji dari bulan.....................sampai
dengan bulan......................... sebesar Rp........................
dengan penjelasan :
a) Upah harian tersebut telah/akan dipertanggungjawabkan dalam spj setiap bulan;
b) Persekot gaji tersebut akan diperhitungkan dengan rapel gaji yang bersangkutan sejak
pengangkatannya sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil.
Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dengan mengingat sumpah
jabatan dan apabila dikemudian hari isi pernyataan ini ternyata tidak benar, yang mengakibatkan
kerugian terhadap Negara, maka saya bersedia menanggung kerugian tersebut.
Asli surat pernyataan ini disampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara .
..............,
Mengetahui a.n. Direktur Jenderal Perbendaharaan
Calon Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan Kepala


NIP NIP

Tembusan : (disesuaikan dengan pelaporan dan pihak-pihak yang berkebutuhan)


1. Kepala Badan Kepegawaian Negara;
2. Kepala Biro Sumber Daya Manusia Kementerian Keuangan;
3. .;
4. Yang bersangkutan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Halaman 64
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

[9]

PENUNJUKAN PELAKSANA TUGAS DAN PELAKSANA HARIAN

A. DASAR HUKUM
1. Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor KEP-162/PB/2011 tentang
Pengangkatan Pelaksana Tugas dan Pelaksana Harian di Lingkungan Ditjen Perbendaharaan;
2. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2010 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Tata Naskah Dinas Ditjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan;
3. Surat Kepala BKN No.K.26-20/V.24-25/99 tanggal 10 Desember 2001 perihal Tata Cara
Pengangkatan PNS Sebagai Pelaksana Tugas;
4. Surat Kepala BKN No. K.26-3/V.5-10/99 tanggal 18 Januari 2002 perihal Penunjukan
Pejabat Pelaksana Harian.

B. PENUNJUKAN PELAKSANA TUGAS DAN PELAKSANA HARIAN


Untuk menjaga kelancaran tugas dan fungsi di lingkungan Ditjen Perbendaharaan, apabila
terjadi kekosongan jabatan dalam hal pejabat yang bersangkutan karena suatu hal berhalangan
dan tidak dapat melaksanakan tugasnya, dilakukan penunjukan pejabat Pelaksana
Tugas/Pelaksana Harian dengan memperhatikan kedekatan dan kesesuaian tugas/fungsi antara
jabatan pejabat pengganti dengan jabatan kosong yang akan dirangkapnya.
Keadaan berhalangan dimaksud diatas dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Berhalangan sementara artinya jabatannya masih terisi akan tetapi karena sesuatu hal tidak
dapat melaksanakan tugas jabatannya. Misalnya berhalangan karena cuti tahunan, cuti besar,
cuti karena alasan penting, tugas dinas luar, tugas ke luar negeri yang tidak melebihi enam
bulan dan sebagainya. Dalam hal ini, maka perlu ditunjuk pejabat Pelaksana Harian (Plh.).

Halaman 65
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
2. Berhalangan tetap artinya jabatannya tidak terisi dan menimbulkan lowongan jabatan.
Misalnya karena seorang pajabat pensiun, meninggal dunia, perpindahan tugas ke luar negeri
yang melebihi enam bulan, cuti di luar tanggungan negara dan sebagainya. Dalam hal ini,
maka perlu ditunjuk pejabat Pelaksana Tugas (Plt.).
Berpedoman pada Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor KEP-
162/PB/2011 tentang Pengangkatan Pelaksana Tugas dan Pelaksana Harian di Lingkungan
Ditjen Perbendaharaan dan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-
66/PB/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tata Naskah Dinas Ditjen Perbendaharaan
Kementerian Keuangan, dijelaskan hal-hal sebagai berikut :
1. Dalam rangka menjaga kelancaran tugas dan kelangsungan tanggung jawab dalam
menyelenggarakan pemerintahan di lingkungan Ditjen Perbendaharaan, apabila terjadi
kekosongan jabatan, maka dilakukan penunjukan Pelaksana Tugas (Plt.) atau Pelaksana
Harian (Plh.).
2. Ketentuan dan tata cara penunjukan seorang pejabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt.) dan
Pelaksana Harian (Plh.) diatur sebagai berikut :
a. Pelaksana Tugas (Plt.)
1) Pelaksana Tugas yang selanjutnya disebut Plt. dalam hal ini dapat diangkat dalam hal
terdapat kekosongan jabatan karena berhalangan tetap.
2) Berhalangan tetap adalah jabatan tidak terisi dan menimbulkan lowongan jabatan
misalnya karena seorang pejabat memasuki masa pensiun, dimutasi (dan belum ada
pengganti definitifnya), meninggal dunia, tugas kedinasan di dalam maupun luar
negeri yang melebihi 6 (enam) bulan, dan cuti diluar tanggungan negara.
3) Pengangkatan Plt. mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a) penunjukan Plt. dilakukan dengan penerbitan surat perintah dari Pejabat Pembina
Kepegawaian atau pejabat lain yang ditunjuk.
b) dalam surat perintah harus disebutkan tugas-tugas yang dapat dilakukan sampai
pejabat definitif ditetapkan.
c) pegawai yang ditunjuk sebagai Plt. tidak perlu dilantik dan diambil sumpahnya.
d) Plt. bukan jabatan definitif karenanya kepada pegawai yang diangkat sebagai Plt.
tidak diberikan tunjangan jabatan struktural, sehingga dalam surat perintah tidak
perlu mencantumkan besarnya tunjangan.
e) pengangkatan sebagai Plt. tidak boleh menyebabkan yang bersangkutan
dibebaskan dari jabatan definitifnya dan tunjangannya tetap dibayar sesuai dengan
jabatan definitifnya.

Halaman 66
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
f) pegawai atau pejabat yang menduduki jabatan struktural hanya dapat diangkat
sebagai Plt. dalam jabatan struktural yang eselonnya sama atau setingkat lebih
tinggi di lingkungan kerjanya.
g) dalam hal diperlukan Direktur Jenderal Perbendaharaan mempunyai kewenangan
untuk menunjuk seorang pejabat Plt. dari luar lingkungan kerjanya sebagaimana
dimaksud dalam butir f di atas.
h) kepada Plt. yang diangkat dari jabatan struktural yang setara diberikan wewenang
sama dengan pejabat definitif.
i) Plt. yang diangkat dari jabatan struktural setingkat lebih rendah dari jabatan
definitif tidak mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan atau
kebijakan yang bersifat strategis dan mengikat, termasuk menetapkan DP3 dan
mutasi pegawai. Dalam hal keadaan mendesak, keputusan atau kebijakan strategis
dapat diambil dengan berkonsultasi terlebih dahulu kepada atasan yang
menerbitkan surat perintah.
j) pegawai yang tidak menduduki jabatan struktural hanya dapat diangkat sebagai
Plt. dalam jabatan struktural eselon IV.
4) Pegawai atau pejabat yang diangkat sebagai Plt. memiliki kewenangan untuk
merencanakan, mengoordinasikan, mengarahkan, memantau, dan mengevaluasi
pelaksanaan tugas dan fungsi pada jabatan dimana yang bersangkutan ditugaskan
sebagai Plt.
5) Mekanisme penunjukan Plt adalah agar setiap atasan dari pejabat definitif yang belum
ditetapkan (jabatan kosong), menunjuk pejabat lain di lingkungannya sebagai
Pelaksana Tugas (Plt.), dengan ketentuan apabila pejabat definitif yang belum
ditetapkan tersebut adalah :
a) Pejabat eselon II, maka Direktur Jenderal Perbendaharaan menunjuk seorang
pejabat eselon II lain atau seorang pejabat eselon III di unit kerja berkenaan;
b) Pejabat eselon III, maka pejabat eselon II yang membawahi menunjuk seorang
pejabat eselon III lain atau seorang pejabat eselon IV di unit kerja berkenaan;
c) Pejabat eselon IV, maka pejabat eselon II yang membawahi menunjuk seorang
pejabat eselon IV lain atau seorang staf/pelaksana di unit kerja berkenaan;
6) Dalam hal pejabat Plt berhalangan tetap, maka ditunjuk kembali pejabat Plt baru
dengan mekanisme yang sama. Apabila berhalangan sementara, maka ditunjuk
pejabat Plh. sampai dengan pejabat Plt aktif kembali.
7) Pengangkatan sebagai Pelaksana Tugas ditetapkan dengan surat perintah.

Halaman 67
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
8) Pelimpahan wewenang bersifat sementara, sampai dengan pejabat definitif
ditetapkan.
9) Penunjukan Pelaksana Tugas (Plt.) dalam hal ini tidak termasuk dalam pengaturan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 117/PMK.01/2009.
b. Pelaksana Harian (Plh.)
1) Pelaksana Harian yang selanjutnya disebut Plh. adalah pegawai yang ditunjuk untuk
mengisi kekosongan jabatan karena berhalangan sementara. Pelaksana Harian (Plh.)
dipergunakan apabila pejabat yang berwenang menandatangani naskah dinas tidak
berada di tempat sehingga untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sehari-hari perlu
ada jabatan sementara yang menggantikannya.
2) Berhalangan sementara adalah jabatan masih terisi akan tetapi karena sesuatu hal
pejabat yang bersangkutan tidak dapat melaksanakan tugas jabatannya, seperti
berhalangan karena cuti tahunan, cuti besar, cuti bersalin, cuti karena alasan penting,
cuti sakit, sakit, dan tugas kedinasan di dalam maupun luar negeri yang tidak
melebihi 6 (enam) bulan
3) Pengangkatan Plh. mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a) penunjukan Plh. dilakukan dengan penerbitan surat perintah dari Pejabat Pembina
Kepegawaian atau pejabat lain yang ditunjuk;
b) dalam surat perintah agar disebutkan tugas-tugas yang dapat dilakukan selama
pejabat definitif tersebut berhalangan sementara;
c) pejabat Plh. tidak memiliki kewenangan untuk mengambil atau menetapkan
keputusan yang mengikat seperti pembuatan DP3, penetapan surat keputusan,
penjatuhan hukuman disiplin dan sebagainya;
d) pengangkatan sebagai Plh. tidak boleh menyebabkan yang bersangkutan
dibebaskan dari jabatan definitifnya dan tetap melaksanakan tugas dalam jabatan
definitifnya
e) pejabat yang ditunjuk sebagai Plh. tidak membawa dampak terhadap kepegawaian
dan tidak diberikan tunjangan jabatan dalam kedudukannya sebagai Plh.
4) Plh. mempunyai kewenangan untuk merencanakan, mengoordinasikan. mengarahkan,
memantau, dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dan fungsi pada jabatan dimana yang
bersangkutan ditugaskan sebagai Plh.
5) Mekanisme penunjukan Plh adalah agar setiap atasan dari pejabat yang berhalangan,
menunjuk pejabat lain di lingkungannya sebagai Pelaksana Harian (Plh.), dengan
ketentuan apabila pejabat yang berhalangan tersebut adalah :

Halaman 68
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
a) Pejabat eselon II, maka Direktur Jenderal Perbendaharaan menunjuk seorang
pejabat eselon II lain atau seorang pejabat eselon III di unit kerja berkenaan;
b) Pejabat eselon III, maka pejabat eselon II yang membawahi menunjuk seorang
pejabat eselon III lain atau seorang pejabat eselon IV di unit kerja berkenaan;
c) Pejabat eselon IV, maka pejabat eselon III yang membawahi menunjuk seorang
pejabat eselon IV lain atau seorang staf/pelaksana di unit kerja berkenaan;
d) Dalam hal yang berhalangan sementara adalah pimpinan instansi/unit kerja, maka
pimpinan instansi/unit kerja tersebut menunjuk seorang pejabat yang
kedudukannya setingkat lebih rendah di lingkungannya.
6) Dalam hal pejabat Plh. berhalangan, maka atasan langsung dapat menunjuk Pejabat
Pengganti II sebagai Plh. yang baru.
7) Dalam hal yang berhalangan sementara adalah pimpinan/kepala kantor, maka
pimpinan/kepala kantor tersebut dapat menunjuk Pejabat Pengganti I dan Pejabat
Pengganti II, yang kedudukannya setingkat lebih rendah di lingkungannya sebagai
Plh.
8) Dalam surat perintah penunjukan pejabat Plh menyebut Pejabat Pengganti I dan
Pejabat Pengganti II.
9) Pengangkatan sebagai Pelaksana Harian ditetapkan dengan surat perintah.
10) Pelimpahan wewenang bersifat sementara, sampai dengan pejabat yang definitif
kembali di tempat.
3. Cap stempel yang digunakan untuk menyertai tanda tangan pejabat yang bertindak sebagai
Pelaksana Tugas (Plt.) atau Pelaksana Harian (Plh.) adalah cap stempel instansi.

H. UMPAN BALIK
Penatausahaan yang baik oleh pengelola kepegawaian hendaknya memenuhi jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah bila terjadi kekosongan jabatan, dilakukan penunjukan Pelaksana Tugas (Plt.) atau
Pelaksana Harian (Plh.)? atau masih dengan sebutan lain?
2. Apakah bila berhalangan sementara ditunjuk pejabat Pelaksana Harian (Plh.)?
3. Apakah bila berhalangan tetap ditunjuk pejabat Pelaksana Tugas (Plt.)?
4. Apakah pengangkatan sebagai Plt dan Plh ditetapkan dengan surat perintah?
5. Apakah Cap stempel yang digunakan untuk menyertai tanda tangan pejabat yang bertindak
sebagai Pelaksana Tugas (Plt.) atau Pelaksana Harian (Plh.) adalah cap stempel instansi?
6. Apakah Surat Perintah dibuat sesuai dengan tata naskah?

Halaman 69
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
C. CONTOH FORMAT DOKUMEN
Surat Perintah Penunjukan Plh.
KOP SURAT

SURAT PERINTAH
NOMOR PRIN- /....... /20.....

Menimbang : 1. bahwa Sdr. ., Kepala KPPN . akan menjalani cuti


tahunan terhitung mulai tanggal . sampai dengan
;
2. bahwa dalam rangka efektivitas penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi
KPPN , perlu ditunjuk Pelaksana Harian (Plh.) Kepala
KPPN ;
Dasar : 1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.01/2010 tentang
Pedoman Tata Naskah Dinas Kementerian;
2. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2010
tentang Petunjuk Pelaksanaan Tata Naskah Dinas Direktorat Jenderal
Perbendaharaan Kementerian Keuangan;
3. Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor KEP-162/PB/2011
tentang Pengangkatan Pelaksana Tugas dan Pelaksana Harian di
Lingkungan Ditjen Perbendaharaan;
4. Surat Ijin Cuti Tahunan Nomor : ..................... tanggal ...................;
MEMBERI PERINTAH

Kepada : Nama :
.
NIP :
...
Pangkat/Golongan :
.............
Jabatan :
Kepala Subbagian Umum KPPN ..,
selanjutnya disebut Pejabat Pengganti I
Untuk : 1. Melaksanakan tugas sebagai Pelaksana Harian (Plh.) Kepala KPPN
. terhitung mulai tanggal ............. sampai dengan
pejabat definitif bertugas kembali, disamping melaksanakan tugas pokok
sebagai Kepala Subbagian Umum KPPN ...
2. Apabila Pejabat Pengganti I karena sesuatu hal berhalangan dan atau
melakukan perjalanan dinas, maka ditunjuk Pejabat Pengganti II, yaitu :
Nama : ...
NIP : ...
Pangkat/Gol : ...
Jabatan : Kepala Seksi .....................

Ditetapkan di .................
pada tanggal ....................
Kepala Kantor,

.............................
NIP .............................

Tembusan : (disesuaikan dengan pelaporan dan pihak-pihak yang berkebutuhan)


1 ................................................
Halaman 70
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Surat Perintah Penunjukan Plt.

KOP SURAT

SURAT PERINTAH
NOMOR PRIN- /PB/20...

Menimbang : 1. bahwa Sdr. ., NIP.., Pangkat ,


Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi
segera memasuki masa pensiun terhitung mulai tanggal
;
2. bahwa dalam rangka efektivitas penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi
Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi ., perlu
ditunjuk Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Kantor Wilayah Ditjen
Perbendaharaan Provinsi ..;

Dasar : 1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.01/2010 tentang


Pedoman Tata Naskah Dinas Kementerian;
2. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2010
tentang Petunjuk Pelaksanaan Tata Naskah Dinas Direktorat Jenderal
Perbendaharaan Kementerian Keuangan;
3. Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor KEP-162/PB/2011
tentang Pengangkatan Pelaksana Tugas dan Pelaksana Harian di
Lingkungan Ditjen Perbendaharaan;

MEMBERI PERINTAH

Kepada : Nama : ...


NIP :
Pangkat/Golongan : ...
Jabatan : Kepala ...
Untuk : Melaksanakan tugas sebagai Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Kantor
Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi ... terhitung
mulai tanggal ... sampai dengan ditunjuk pejabat
definitif, disamping melaksanakan tugas pokok sebagai
....

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal ........................
Direktur Jenderal,

...
NIP .

Tembusan : (disesuaikan dengan pelaporan dan pihak-pihak yang berkebutuhan)


1 ................................................

Halaman 71
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

[10]

PEDOMAN PELAPORAN ADMINISTRASI KEHADIRAN PEGAWAI

A. DASAR HUKUM
1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214/PMK.01/2011 tentang Penegakan Disiplin Dalam
Kaitannya Dengan Pemberian Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara Kepada
Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kementerian Keuangan.
2. Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan Nomor SE-10/SJ/2012 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214/PMK.01/2011 tentang
Penegakan Disiplin Dalam Kaitannya Dengan Pemberian Tunjangan Khusus Pembinaan
Keuangan Negara Kepada Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kementerian Keuangan.
3. Surat Edaran Dirjen Perbendaharaan Nomor SE-22/PB/2012 tentang Pedoman Pelaporan
Administrasi Kehadiran Pegawai di Lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

B. UMUM
Dalam rangka lebih meningkatkan kinerja dan produktifitas Pegawai telah diatur dan
ditetapkan kembali ketentuan mengenai penegakan disiplin dalam kaitannya dengan pemberian
Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara kepada Pegawai Negeri Sipil di lingkungan
Kementerian Keuangan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214/PMK.01/2011 tentang
Penegakan Disiplin Dalam Kaitannya Dengan Pemberian Tunjangan Khusus Pembinaan
Keuangan Negara Kepada Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kementerian Keuangan.
Guna penyamaan persepsi seluruh Pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan
terhadap pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214/PMK.01/2011 tersebut telah
ditetapkan Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan Nomor SE-10/SJ/2012

Halaman 72
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214/PMK.01/2011 tentang
Penegakan Disiplin Dalam Kaitannya Dengan Pemberian Tunjangan Khusus Pembinaan
Keuangan Negara Kepada Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kementerian Keuangan.
Berkenaan dengan hal tersebut, Direktur Jenderal Perbendaharaan menyusun kembali
surat edaran tentang hak tersebut dalam Surat Edaran Nomor SE-40/PB/2012 tentang Pedoman
Pelaporan Administrasi Kehadiran Pegawai di Lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan
dengan menyesuaikan ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214/PMK.01/2011
dan Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan Nomor SE-10/SJ/2012.

C. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Maksud
Pedoman Pelaporan Administrasi Kehadiran Pegawai di Lingkungan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan dimaksudkan sebagai acuan bagi seluruh unit organisasi di lingkungan
Direktorat Jenderal Perbendaharaan dalam pelaksanaan pelaporan administrasi kehadiran
pegawai.
2. Tujuan
Pedoman Pelaporan Administrasi Kehadiran Pegawai di Lingkungan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan bertujuan untuk meningkatkan ketertiban dan kedisiplinan pegawai dalam
rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

D. PENGERTIAN UMUM
Pengertian umum dalam Pedoman Pelaporan Administrasi Kehadiran Pegawai di
Lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan ini meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Pegawai adalah Pegawai Negeri Sipil di
lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan, termasuk Calon Pegawai Negeri Sipil.
2. Sistem Kehadiran Elektronik adalah perekaman data kehadiran Pegawai dengan
menggunakan perangkat keras dan didukung oleh suatu program aplikasi.
3. Mesin Kehadiran Elektronik adalah perangkat keras yang digunakan untuk merekam salah
satu dimensi anggota tubuh sebagai bukti kehadiran Pegawai.
4. Program Aplikasi Sistem Informasi Laporan Absensi Pegawai yang selanjutnya disebut
SILAP adalah program aplikasi yang digunakan untuk keperluan pelaporan kehadiran
Pegawai.
5. Penanggung Jawab Sistem Kehadiran Elektronik Unit Kerja yang selanjutnya disebut
Penanggung Jawab adalah Kepala Bagian Umum Sekretariat Direktorat Jenderal
Perbendaharaan, Kepala Subdirektorat yang membawahi Subbagian Tata Usaha Direktorat,
Halaman 73
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Kepala Bagian Umum Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan, dan Kepala
Subbagian Umum Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara.
6. Operator adalah Pegawai yang ditunjuk dengan surat keputusan yang diterbitkan oleh paling
rendah pejabat eselon III, yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan
pengelolaan Sistem Kehadiran Elektronik di bawah pengawasan Penanggung Jawab.
7. Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara yang selanjutnya disingkat TKPKN adalah
penghasilan selain gaji yang diberikan kepada Pegawai yang aktif berdasarkan kompetensi
dan kinerja.
8. Laporan Absensi Pegawai adalah laporan yang dihasilkan dari SILAP, yang meliputi:
a. Laporan Bulanan Kehadiran Pegawai (LB.1), yaitu laporan bulanan pada suatu unit kerja
terkait dengan penghitungan TKPKN, dengan periode pelaporan dimulai sejak tanggal 23
sampai dengan tanggal 22 bulan berikutnya;
b. Laporan Bulanan Ketertiban Pegawai (LB.2), yaitu laporan bulanan yang memuat data
kehadiran seluruh Pegawai pada suatu unit kerja dengan periode pelaporan dimulai sejak
tanggal 1 sampai dengan akhir bulan berkenaan;
c. Laporan Bulanan Perorangan (LB.3), yaitu laporan bulanan yang berisi data kehadiran per
Pegawai pada suatu unit kerja sejak tanggal 1 sampai dengan akhir bulan;
d. Laporan Harian Kehadiran Pegawai (LH.1), yaitu laporan harian yang berisi data Pegawai
yang melakukan absensi;
e. Laporan Harian Ketidakhadiran Pegawai (LH.2), yaitu laporan harian yang berisi data
Pegawai yang tidak melakukan absensi.
9. Alasan yang sah adalah alasan yang dapat diterima akal sehat dan dapat
dipertanggungjawabkan yang disampaikan secara tertulis dan disetujui oleh atasan langsung.
10. Subbagian Dukungan Teknis yang selanjutnya disebut Subbag Duktek adalah Subbagian
Dukungan Teknis pada Bagian Umum Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan,
yang dalam hal ini bertanggung jawab melakukan koordinasi dan monitoring terhadap
kondisi Mesin Kehadiran Elektronik dan aplikasi Sistem Kehadiran Elektronik pada seluruh
unit kerja di lingkup kantor wilayah berkenaan.

E. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB


1. Penanggung Jawab
Penanggung Jawab, bertugas dan bertanggung jawab di lingkungan unit kerja masing-
masing, untuk:
a. melakukan koordinasi proses perekaman, registrasi, dan pemutakhiran data Pegawai pada
database Mesin Kehadiran Elektronik pada masing-masing kantor;
Halaman 74
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
b. melakukan pemeriksaan terhadap LH.1 dan LH.2, apabila ditemukan Pegawai yang
terlambat masuk kerja (TL) dan/atau pulang sebelum waktunya (PSW) atau tidak
melakukan pengisian daftar hadir masuk/pulang kerja, segera memberitahukan kepada
atasan langsung Pegawai berkenaan untuk ditindaklanjuti;
c. melakukan pemeriksaan LB.1 untuk perhitungan pembayaran TKPKN;
d. melakukan pemeriksaan LB.2 untuk disampaikan kepada Bagian Administrasi
Kepegawaian;
e. menyampaikan informasi mengenai akumulasi penghitungan terhadap Pegawai yang
tidak masuk kerja, terlambat masuk bekerja, dan/atau pulang sebelum waktunya tanpa
alasan sah kepada atasan langsung Pegawai berkenaan;
f. melakukan perawatan terhadap Mesin Kehadiran Elektronik secara berkala.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Penanggung Jawab dibantu oleh seorang
Operator.
2. Operator
a. melakukan perekaman data setiap Pegawai pada database Mesin Kehadiran Elektronik
pada masing-masing kantor;
b. melakukan registrasi Pegawai (enroll) ke dalam Mesin Kehadiran Elektronik seluruh
Pegawai di lingkungan masing-masing pada awal pelaksanaan dan/atau setiap ada
Pegawai yang baru melaksanakan tugas karena mutasi dan/atau sebab lainnya;
c. melakukan pemutakhiran data Pegawai pada Sistem Kehadiran Elektronik;
d. mencetak dan melakukan pengarsipan LH.1 dan LH.2 di lingkungan unit kerja masing-
masing secara harian dan disampaikan kepada Penanggung Jawab untuk dilakukan
pemeriksaan. Selanjutnya laporan tersebut ditandatangani oleh pimpinan unit kerja;
e. melakukan pemeriksaan terhadap LH.1 dan LH.2, apabila ditemukan Pegawai yang
terlambat masuk kerja (TL) dan/atau pulang sebelum waktunya (PSW) atau tidak
melakukan pengisian daftar hadir masuk/pulang kerja, segera memberitahukan kepada
Penanggung Jawab untuk ditindaklanjuti;
f. melakukan pengarsipan dan perekaman bukti ketidakhadiran pegawai, berupa: Surat
Tugas, Surat Izin Cuti, Surat Pernyataan, Surat Keterangan, dan Surat Permohonan
Izin/Pemberitahuan pada Sistem Kehadiran Elektronik;
g. mencetak dan memeriksa LB.1 untuk perhitungan pembayaran TKPKN;
h. mencetak dan memeriksa LB.2 untuk disampaikan kepada Bagian Administrasi
Kepegawaian;
i. membuat dan mencetak akumulasi penghitungan terhadap Pegawai yang tidak masuk
kerja, terlambat masuk bekerja, dan/atau pulang sebelum waktunya tanpa alasan sah.
Halaman 75
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
3. Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian
Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian bertugas dan bertanggung jawab untuk:
a. melakukan koordinasi pelaksanaan Sistem Kehadiran Elektronik pada Direktorat
Jenderal Perbendaharaan;
b. menatausahakan dan melakukan verifikasi atas Laporan Bulanan Ketertiban Pegawai
(LB.2).
c. melakukan monitoring pelaksanaan Sistem Kehadiran Elektronik dan pemeriksaan
Laporan Absensi Pegawai pada unit kerja apabila diperlukan.

F. ADMINISTRASI KEHADIRAN DAN TATA CARA PELAKSANAAN SISTEM


KEHADIRAN ELEKTRONIK
Pegawai wajib mengisi daftar hadir masuk/pulang kerja dengan menggunakan Mesin
Kehadiran Elektronik dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Hari dan jam kerja normal di lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan mengacu pada
ketentuan hari dan jam kerja yang berlaku di lingkungan Kementerian Keuangan, yaitu :
a. Jam masuk kantor adalah pukul 07.30 waktu setempat;
b. Jam istirahat pada hari Senin s.d. Kamis adalah pukul 12.15 s.d. 13.00 waktu setempat;
c. Jam istirahat pada hari Jumat adalah pukul 11.30 s.d. 13.15 waktu setempat;
d. Jam tutup kantor adalah pukul 17.00 waktu setempat; dari
e. Jam kerja lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
2. Hari dan jam kerja pada bulan Ramadhan mengacu pada ketentuan yang berlaku di
lingkungan Kementerian Keuangan yang diatur dengan peraturan tersendiri.
3. Pengisian daftar hadir masuk/pulang kerja dilakukan sebanyak 2 (dua) kali yaitu pada saat
masuk kerja dan pada saat pulang kerja.
4. Setiap Pegawai wajib mengisi daftar hadir masuk/pulang kerja meskipun datang terlambat
dan/atau pulang sebelum waktunya.
5. Pencatatan pada Mesin Kehadiran Elektronik dimulai pukul 06.00 dan berakhir pada pukul
19.00 waktu setempat, kecuali untuk Kantor Pusat berakhir pada pukul 21.00 WIB.
6. Pengisian daftar hadir masuk/pulang kerja, baik pada waktu masuk kerja maupun pulang
kerja cukup dilakukan satu kali input. Apabila dilakukan lebih dari satu kali, maka data
masuk kerja yang dipakai adalah input yang terakhir sedangkan data pulang kerja yang
dipakai adalah input yang pertama.
7. Pengisian daftar hadir masuk/pulang kerja dapat dilakukan secara manual dalam hal:
a. Sistem Kehadiran Elektronik mengalami kerusakan/tidak berfungsi;
b. Pegawai belum terdaftar dalam Sistem Kehadiran Elektronik;
Halaman 76
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
c. Dimensi telapak tangan tidak terekam dalam Sistem Kehadiran Elektronik;
d. Terjadi keadaan kahar (force majeure) yaitu suatu kejadian yang terjadi di luar
kemampuan dan kendali manusia dan tidak dapat dihindarkan berupa bencana alam dan
kerusuhan sehingga suatu kegiatan tidak dapat dilakukan atau tidak dapat dilakukan
sebagaimana mestinya. Keadaan kahar yang dimaksud dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 214/PMK.01/2011 berdampak hanya pada suatu satuan kerja (satker)
sehingga pernyataan keadaan kahar cukup dilakukan oleh pimpinan satker dengan
ketentuan sepanjang memungkinkan seluruh pegawai tetap masuk bekerja walaupun
menggunakan tempat kerja yang lain (misalnya Kantor Kementerian Keuangan yang
tidak terkena dampak keadaan kahar atau kantor instansi pemerintah lainnya);
8. Pengisian daftar hadir secara manual sebagaimana angka 7 ditulis sesuai waktu saat masuk
atau saat pulang bekerja. Contoh: Pada saat masuk pukul 07.10 dan mesin rusak, maka pada
daftar hadir manual harus ditulis sesuai waktu sebenarnya yaitu pukul 07.10
9. Dalam rangka penegakan disiplin, apabila diperlukan, pada jam sebelum dan sesudah
istirahat, Pegawai dapat diperintahkan untuk melakukan pengisian daftar hadir manual di
hadapan atasan Pegawai bersangkutan.
10. Pegawai yang mendapat tugas detasering dan/atau dipekerjakan di instansi luar Direktorat
Jenderal Perbendaharaan melakukan pengisian daftar hadir masuk/pulang kerja di unit kerja
tempat tugasnya. Selanjutnya, rekapitulasi daftar hadir wajib dikirimkan ke instansi
asal/induk.
11. Mengingat tanggung jawab dan kewenangannya, kewajiban melakukan pengisian daftar
hadir masuk/pulang kerja tidak berlaku untuk pejabat eselon I dan pejabat eselon II, dengan
ketentuan tetap menjaga kode etik pegawai.

G. PELANGGARAN JAM KERJA


1. Pegawai dinyatakan melanggar Jam Kerja apabila tidak masuk bekerja, terlambat masuk
bekerja, pulang sebelum waktunya, tidak berada di tempat tugas, tidak mengganti waktu
keterlambatan (khusus DKI Jakarta), danlatau tidak mengisi daftar hadir, yang
keseluruhannya dilakukan oleh Pegawai tanpa Alasan yang sah.
2. Apabila Pegawai tidak masuk bekerja, terlambat masuk bekerja, pulang sebelum waktunya,
tidak berada di tempat tugas, tidak mengganti waktu keterlambatan (khusus DKI Jakarta),
dan/atau tidak mengisi daftar hadir dilakukan dengan Alasan yang sah, maka dinyatakan
tidak melanggar Jam Kerja.
3. Alasan yang sah diajukan dalam suatu surat perrnohonan izin/pemberitahuan harus disetujui
oleh Pejabat yang berwenang yaitu:
Halaman 77
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
a. Pejabat Eselon I, untuk surat permohonan izin/pernberitahuan yang diajukan oleh pejabat
Eselon II, termasuk pejabat Eselon II di daerah.
b. Pejabat Eselon II di kantor pusat (misal: Sekretaris Direktorat Jenderal, Direktur), untuk
surat permohonan izin/pemberitahuan yang diajukan oleh pejabat Eselon III, dan pejabat
Eselon IV di lingkungannya masing-masing.
c. Pejabat Eselon II di kantor vertikal, untuk surat permohonan izin/pemberitahuan yang
diajukan oleh pejabat Eselon III (misal: Kepala Bidang, Kepala KPPN) dan pejabat
Eselon IV (misal: Kepala Subbagian, Kepala Seksi) di lingkungannya masing-masing.
d. Pejabat Eselon III di kantor pusat, untuk surat perrnohonan izin/pemberitahuan yang
diajukan oleh Pelaksana dan pejabat fungsional pranata komputer.
e. Pejabat Eselon III di kantor vertikal, untuk surat permohonan izin/pemberitahuan yang
diajukan oleh pejabat Eselon IV (misal: Kepala Seksi), dan pelaksana di lingkungannya
masing-masing.
4. Dalam hal Pejabat yang berwenang tersebut berhalangan, persetujuan surat permohonan
izin/pemberitahuan dapat digantikan oleh Pelaksana Tugas (Plt.) maupun Pelaksana Harian
(Plh.).
5. Pembuatan surat permahonan izin/pemberitahuan wajib dilaksanakan sebagai berikut:
a. Surat permohonan izin dibuat dalam hal Pegawai merencanakan untuk tidak hadir,
terlambat masuk bekerja, pulang sebelum waktunya, tidak berada di tempat tugas,
dan/atau tidak mengganti waktu keterlambatan dengan ketentuan:
1) ketidakhadiran dan keterlambatan, dibuat pada hari sebelumnya;
2) pulang sebelum waktunya, tidak berada di tempat tugas, atau tidak mengganti waktu
keterlambatan, dibuat pada hari yang sama.
b. Surat pemberitahuan dibuat dalam hal Pegawai tidak hadir, terlambat masuk bekerja,
pulang sebelum waktunya, tidak berada di tempat tugas, tidak mengganti waktu
keterlambatan dan/atau tidak mengisi daftar hadir dan terjadi diluar kehendak Pegawai,
dengan ketentuan:
1) ketidakhadiran, dibuat setelah kembali masuk kerja dengan kewajiban
memberitahukan sementara alasan ketidakhadirannya melalui media lainnya seperti
telephon atau pesan singkat sesegera mungkin;
2) terlambat atau tidak berada di tempat tugas, dibuat pada hari yang sama;
3) pulang sebelum waktunya atau tidak mengganti waktu keterlambatan, dibuat pada
hari kerja berikutnya;
4) tidak mengisi daftar hadir masuk atau pulang bekerja dibuat pada saat mengetahui
terjadinya tidak mengisi daftar hadir.
Halaman 78
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
6. Pegawai yang melanggar Jam Kerja dihitung secara kumulatif mulai bulan Januari sampai
dengan bulan Desember tahun berjalan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. tidak masuk bekerja 1 (satu) hari dihitung sebagai 1 (satu) hari tidak masuk bekerja;
b. terlambat masuk bekerja dan/atau pulang sebelum waktunya dihitung berdasarkan jumlah
waktu keterlambatan/pulang sebelum waktunya sesuai ketentuan mengenai hari dan jam
kerja;
c. tidak berada di tempat tugas dihitung berdasarkan jumlah waktu ketidakberadaan
pegawai di tempat tugas yang dibuktikan dengan surat keterangan dari atasan langsung;
d. tidak mengisi daftar hadir masuk bekerja atau pulang kerja juga dihitung sebagai
keterlambatan masuk bekerja atau pulang sebelum waktunya selama 3 (tiga tiga per
empat) jam; dan
e. bagi yang tidak mengganti waktu keterlambatan (khusus DKI Jakarta) penghitungan
kumulatif didasarkan pada waktu keterlambatan.
7. Penghitungan jumlah waktu sebagaimana dimaksud pada angka 8, dilakukan dengan
konversi 7 (tujuh setengah) jam sama dengan 1 (satu) hari tidak masuk bekerja dan apabila
telah memenuhi akumulasi 5 (lima) hari tidak masuk kerja atau lebih, dijatuhi hukuman
disiplin berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil yaitu:
No. Tingkat
Jumlah
Hukuman Jenis Hukuman Disiplin
Ketidakhadiran
Disiplin
1. Ringan a.
Teguran Lisan 5 Hari
b.
Teguran Tertulis 6 10 Hari
c.
Pernyataan Tidak Puas Secara Tertulis 11 15 Hari
2. Sedang a.
Penundaan Kenaikan Gaji Berkala Selama 1 16 20 Hari
(satu) tahun
b. Penundaan Kenaikan Pangkat Selama 1 21 25 Hari
(satu) tahun
c. Penurunan Pangkat Setingkat Lebih Rendah 26 30 Hari
Selama 1 (satu) tahun
3. Berat a. Penurunan Pangkat Setingkat Lebih Rendah 31 35 Hari
Selama 3 (tiga) tahun
b. Pemindahan Dalam Rangka Penurunan 36 40 Hari
Jabatan Setingkat Lebih Rendah
c. Pembebasan Dari Jabatan 41 45 Hari
d. Pemberhentian Dengan Hormat Tidak Atas 46 Hari atau
Permintaan Sendiri Sebagai PNS atau lebih
Pemberhentian Tidak Dengan Hormat
Sebagai PNS
8. Pejabat yang menangani daftar hadir elektronik menyampaikan informasi mengenai
akumulasi penghitungan terhadap Pegawai yang melanggar Jam Kerja kepada atasan

Halaman 79
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
langsung Pegawai yang bersangkutan secara hierarki untuk selanjutnya diproses sesuai
dengan ketentuan mengenai disiplin Pegawai Negeri Sipil pada akhir tahun berjalan.
9. Namun, dalam hal ditemukan adanya pelanggaran disiplin ketidakhadiran selama 5 (lima)
hari atau lebih sebelum akhir tahun, maka Pejabat yang menangani daftar hadir wajib
menyampaikan informasi kepada atasan langsung yang bersangkutan secara hierarki.

H. PENGENAAN POTONGAN TKPKN


1. Terhitung mulai tanggal 1 Januari 2012 berlaku ketentuan mengenai pengenaan potongan
TKPKN yang disebabkan karena beberapa sebab sebagaimana dijelaskan dibawah ini.
2. Pemotongan TKPKN diberlakukan kepada:
a. Pegawai yang tidak masuk bekerja;
b. Pegawai yang tidak berada di tempat tugas selama 7 (tujuh setengah) jam atau lebih
dalam sehari;
c. Pegawai yang terlambat masuk bekerja;
d. Pegawai yang pulang sebelum waktunya;
e. Pegawai yang tidak mengganti waktu keterlambatan;
f. Pegawai yang tidak mengisi daftar hadir;
g. Pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin; dan/atau
h. Pegawai yang dikenakan pemberhentian sementara dari jabatan negeri.
3. Pemotongan TKPKN dimaksud pada angka 2 huruf a, c, d, e, f diberlakukan bagi Pegawai
baik yang dengan alasan yang sah maupun yang dengan alasan tidak sah.
4. Khusus pemotongan TKPKN sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf b berlaku bagi
Pegawai yang dengan alasan tidak sah.
5. Besaran pemotongan TKPKN bagi Pegawai diatur sebagai berikut:
a. Pegawai yang tidak masuk bekerja sebesar 5% (lima perseratus) untuk tiap 1 (satu) hari
tidak masuk bekerja.
b. Pegawai yang tidak berada di tempat tugas selama 7 (tujuh setengah) jam atau lebih
dalam sehari diberlakukan pemotongan TKPKN sebesar 5% (lima perseratus). Pegawai
yang tidak berada di tempat tugas tersebut harus dibuktikan dengan surat keterangan dari
atasan langsung sesuai format sebagaimana ditetapkan Lampiran I Surat Edaran Direktur
Jenderal Perbendaharaan Nomor SE-22/PB/2012.
c. Pegawai yang terlambat masuk bekerja.
Berkenaan dengan terlambat masuk bekerja, penerapannya terdiri atas:
1) Pegawai yang bekerja di DKI Jakarta

Halaman 80
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
KETERLAMBATAN PERSENTASE
WAKTU MASUK BEKERJA
(TL) POTONGAN
0%
dengan kewajiban
TL 1 07.31 s.d. < 08.01
mengganti waktu
keterlambatan
TL 2 08.01 s.d. < 08.31 1%
TL 3 08.31 s.d. < 09.01 1,25 %
09.01 dan/atau tidak mengisi
TL 4 2,5 %
daftar hadir masuk bekerja
Pegawai yang terlambat masuk bekerja sebagaimana dimaksud pada tabel diatas
berupa Tingkat Keterlambatan 1 (TL 1), oleh karena dikenakan pemotongan 0% (no1
perseratus), maka diwajibkan untuk mengganti waktu keterlambatan selama 30 (tiga
puluh) menit setelah jam pulang bekerja pada hari yang bersangkutan, atau setidak-
tidaknya pulang bekerja pukul 17.30 WIB.
2) Pegawai yang bekerja selain di DKI Jakarta
KETERLAMBATAN PERSENTASE
WAKTU MASUK BEKERJA
(TL) POTONGAN
TL 1 07.31 s.d. <08.01 0,5 %
TL 2 08.01 s.d. <08.31 1%
TL 3 08.31 s.d. <09.01 1,25 %
09.01 dan/atau tidak mengisi
TL 4 2,5 %
daftar hadir masuk bekerja
d. Pegawai yang pulang sebelum waktunya dan/atau Pegawai yang tidak mengganti waktu
keterlambatan
Berkenaan dengan pulang sebelum waktunya, penerapannya terdiri atas:
1) Pegawai yang bekerja di DKI Jakarta
PULANG
PERSENTASE
SEBELUM WAKTU WAKTU PULANG BEKERJA
POTONGAN
(PSW)
17.00 s.d. < 17.30
bagi yang tidak mengganti waktu
PSW 1 0,5 %
keterlambatan
16.31 s.d. < 17.00
16.31 s.d. < 17.00
dan tidak mengganti waktu
PSW 2 1%
keterlambatan
16.01 s.d. <16.31
16.01 s.d. < 16.31
dan tidak mengganti waktu
PSW 3 1,25 %
keterlambatan
15.31 s.d. < 16.01
< 16.01 dan tidak mengganti
waktu keterlambatan
PSW 4 2,5 %
< 15.31 dan/atau tidak mengisi
daftar hadir pulang bekerja
Halaman 81
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
2) Pegawai yang bekerja selain di DKI Jakarta
PULANG
PERSENTASE
SEBELUM WAKTU PULANG BEKERJA
POTONGAN
WAKTU (PSW)
PSW 1 16.31 s.d. < 17.00 0,5 %
PSW 2 16.01 s.d. < 16.31 1%
PSW 3 15.31 s.d. < 16.01 1,25 %
< 15.31 dan/atau tidak mengisi daftar
PSW 4 2,5 %
hadir pulang bekerja
e. Pegawai yang tidak mengisi daftar hadir, sebesar 2,5% (dua koma lima perseratus);
f. Pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin; dan/atau
g. Pegawai yang dikenakan pemberhentian sementara dari jabatan negeri diatur ketentuan
sebagai berikut:
1) Dikenakan pemotongan TKPKN sebesar 100% (seratus perseratus) selama dalam
masa pemberhentian sementara dari jabatan negeri.
2) Apabila berdasarkan pemeriksaan atau keputusan pengadilan yarrg berkekuatan
hukum tetap dinyatakan tidak bersalah, maka TKPKN dibayarkan kernbali sebesar
TKPKN yang dikenakan pemotongan selama rnasa pemberhentian sementara dari
jabatan negeri.
6. Pemotongan TKPKN dalam setiap bulannya paling banyak dihitung sebesar 100% (seratus
perseratus).
7. Ketentuan potongan TKPKN berlaku kumulatif untuk TL dan PSW pada hari yang sama.
8. Pegawai yang berstatus TL, PSW, atau izin tidak masuk kantor karena alasan penting, wajib
membuat surat permohonan izin/pemberitahuan yang dibuat sesuai format sebagaimana
ditetapkan dalam Lampiran II Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor SE-
22/PB/2012. Surat permohonan tersebut harus mendapatkan persetujuan dari atasan
langsung, untuk selanjutnya disampaikan kepada Penanggung Jawab.
9. Pegawai di lingkup Wilayah DKI Jakarta yang terlambat masuk bekerja berupa tingkat
keterlambatan 1 (TL 1) tidak diwajibkan membuat surat permohonan izin/ pemberitahuan,
sepanjang Pegawai yang bersangkutan telah mengganti waktu keterlambatan.
10. Pegawai yang melaksanakan tugas di luar kantor pada hari dan jam kerja (tidak mendapat
surat tugas melakukan perjalanan dinas dalam/luar kota) yang karena satu dan lain hal tidak
memungkinkan untuk mengisi daftar hadir masuk/pulang kerja, dapat diberikan surat
keterangan yang dibuat sesuai format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran III Surat
Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor SE-22/PB/2012.

Halaman 82
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
11. Pegawai yang mendapat surat tugas melakukan perjalanan dinas dalam/luar kota dan
mendapatkan biaya yang dibebankan pada APBN/APBD/pihak lain, tidak melakukan
pengisian daftar hadir masuk/pulang kerja dan tidak mendapatkan Uang Makan.
a. Pada dasarnya ketentuan tersebut memberikan dispensasi kepada pegawai yang
mendapat penugasan untuk tidak melakukan pengisian daftar hadir masuk/pulang
kerja.
b. Apabila pegawai tersebut tetap melakukan pengisian daftar hadir masuk/pulang kerja,
maka pegawai tersebut tetap tidak mendapatkan uang makan, mengingat atas
penugasan tersebut telah mendapatkan biaya yang dibebankan pada
APBN/APBD/pihak lain. Termasuk tidak memperhatikan apakah dalam komponen
biaya (uang harian) yang dibayarkan kepada pegawai ybs terdapat komponen uang
makan atau tidak.
c. Dalam hal ini, operator absensi agar mengubah status absensi pegawai tersebut
menjadi DL berdasarkan surat penugasan.
d. Pegawai yang mendapat surat tugas dinas dalam/luar kota yang dibebankan pada
APBN/APBD/Pihak lain, namun karena suatu alasan tidak dapat melaksanakan tugas
tersebut, maka pegawai tersebut wajib melakukan pengisian daftar hadir
masuk/pulang kerja dan berhak mendapat uang makan. Dalam hal surat tugas telah
disampaikan kepada operator absensi, maka pegawai yang bersangkutan agar
menyampaikan informasi tersebut kepada operator absensi.
12. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi, Pegawai yang mendapat surat tugas
sebagaimana dimaksud dalam angka 11, apabila memungkinkan dapat melaksanakan
kewenangan dan tugas pokok sehari-hari. Apabila dalam penugasan tersebut tidak diterbitkan
surat penunjukan Pelaksana Harian (Plh.) karena pertimbangan masa penugasan yang relatif
singkat atau pertimbangan lainnya, maka apabila masih memungkinkan, pegawai tersebut
dapat melaksanakan kewenangan dan tugas pokok sehari-hari.
13. Pegawai yang lupa mengisi daftar hadir masuk/pulang kerja, diterapkan ketentuan sebagai
berikut:
a. bagi Pegawai yang lupa mengisi daftar hadir masuk kantor, wajib membuat surat
keterangan yang dibuat sesuai format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV Surat
Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor SE-22/PB/2012.
Hal tersebut untuk menghindari kemungkinan penyalahgunaan alasan lupa mengisi daftar
hadir masuk kantor, terhadap Pegawai tersebut tetap dianggap TL dan dilakukan
pemotongan TKPKN dengan besaran maksimal TL. Dengan adanya surat keterangan

Halaman 83
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
tersebut, kepada pegawai yang bersangkutan tidak dikenakan sanksi
disiplin/administratif.
b. bagi Pegawai yang lupa mengisi daftar hadir pulang kantor, diberi kesempatan untuk
membuktikan kehadirannya melalui kesaksian dari atasan langsung Pegawai berkenaan
yang dibuktikan dengan surat pernyataan yang dibuat sesuai format sebagaimana
ditetapkan dalam Lampiran V Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor SE-
22/PB/2012.
Dengan adanya kesaksian tersebut, terhadap Pegawai yang bersangkutan tidak dilakukan
pemotongan TKPKN. Dalam hal ini, pengertian lupa mengisi daftar hadir pulang kantor
termasuk suatu kondisi dimana Pegawai baru teringat melakukan pengisian daftar hadir
pulang kantor melebihi batas waktu yang telah ditentukan.
Dalam hal pejabat eselon III dan IV lupa mengisi daftar kehadiran pulang kantor, maka
surat pernyataan (ST.2) ditetapkan oleh pejabat eselon II. Apabila pejabat eselon III/IV
dan pejabat eselon II tidak dalam satu unit kerja atau tidak satu lokasi, maka untuk
memberikan dasar keyakinan bagi pejabat eselon II, usulan penetapan ST.2 agar dilampiri
pernyataan tanggung jawab dari pejabat eselon III/IV yang lupa absen tersebut. Contoh
pernyataan tanggung jawab tersebut sebagaimana dibawah.
14. Pegawai yang melaksanakan kerja lembur di kantor atas perintah atasan Pegawai berkenaan
(paling rendah pejabat eselon III) sampai dengan lebih pukul 22.00 waktu setempat dapat
diberikan dispensasi masuk kerja esok harinya sampai dengan pukul 08.30 waktu setempat.
Pegawai yang mendapatkan dispensasi tersebut dibuktikan dengan surat keterangan yang
dibuat sesuai format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran VI Surat Edaran Direktur
Jenderal Perbendaharaan nomor SE-22/PB/2012 dan kepada Pegawai tersebut tidak
dikenakan potongan TKPKN.
15. Pegawai yang akan meninggalkan kantor selama jam kerja wajib meminta izin dari atasan
langsung Pegawai bersangkutan dengan menggunakan surat izin yang dibuat sesuai format
sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran VII Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan
nomor SE-22/PB/2012.
16. Pembuatan surat permohonan izin/pemberitahuan, surat keterangan, surat pernyataan, dan
surat izin, wajib dilakukan setelah terjadinya peristiwa absensi dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. apabila Pegawai tidak masuk bekerja, surat permohonan izin/pemberitahuan wajib dibuat
setelah kembali masuk kerja;
b. apabila Pegawai tidak berada di tempat tugas (meninggalkan tugas karena keperluan
pribadi), surat izin wajib dibuat pada hari yang sama;
Halaman 84
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
c. apabila Pegawai pulang sebelum waktunya atau tidak mengganti waktu keterlambatan
bagi Pegawai di lingkup Wilayah DKI Jakarta, surat permohonan izin/pemberitahuan
wajib dibuat pada hari kerja berikutnya;
d. apabila Pegawai tidak mengisi daftar hadir masuk bekerja dan dilakukan dengan
kesengajaan, surat permohonan izin/pemberitahuan wajib dibuat pada hari yang sama dan
apabila dilakukan karena lupa, surat keterangan (SK.2) wajib dibuat pada saat mengetahui
terjadinya tidak mengisi daftar hadir;
e. apabila Pegawai tidak mengisi daftar hadir pulang bekerja dan dilakukan dengan
kesengajaan, surat permohonan izin/pemberitahuan wajib dibuat pada hari kerja
berikutnya dan apabila dilakukan karena lupa, surat pernyataan (ST.2) wajib dibuat pada
saat mengetahui terjadinya tidak mengisi daftar hadir.
17. Surat permohonan izin/pemberitahuan, surat keterangan, surat pernyataan, dan surat izin
yang telah disetujui oleh pejabat yang berwenang, wajib disampaikan kepada Penanggung
Jawab dan/atau Operator untuk paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal terjadinya
peristiwa absensi, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. bagi Pegawai yang tidak masuk bekerja lebih satu hari, surat permohonan
izin/pemberitahuan dihitung sejak masuk bekerja kembali;
b. bagi yang tidak mengisi daftar hadir masuk bekerja/pulang karena lupa, penghitungan 3
(tiga) hari kerja dimulai sejak diketahui terjadinya tidak mengisi daftar hadir.
18. Surat permohonan izin/pemberitahuan, surat keterangan, surat pernyataan, dan surat izin
yang disampaikan lebih dari 3 (tiga) hari kerja dinyatakan tidak berlaku dan dianggap
melanggar jam kerja serta dikenakan potongan TKPKN sesuai ketentuan yang berlaku.
19. Pegawai yang tidak memenuhi ketentuan pelaksanaan daftar hadir masuk/pulang kerja tanpa
alasan yang sah, dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Termasuk dalam hal ini adalah pegawai yang melakukan absensi sebelum jam 06.00
dianggap tidak melakukan pengisian daftar hadir dan dilakukan pemotongan TKPKN dengan
besaran maksimal TL. Jika pada hari itu, pegawai tersebut terbukti tidak hadir/terlihat di
kantor dan tidak melakukan absensi pulang kerja, maka dianggap tidak hadir dengan
potongan TKPKN 5% dan tidak dibayarkan uang makannya.

I. PENGECUALIAN BESARAN PEMOTONGAN TKPKN


Pada prinsipnya, setiap ketidakhadiran wajib dikenakan pemotongan TKPKN sebesar 5% (lima
perseratus). Namun demikian, terdapat beberapa jenis ketidakhadiran dalam hal ini melalui
mekanisme cuti PNS, dikenakan pemotongan TKPKN sebesar 0% (no1 perseratus) sampai

Halaman 85
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
dengan 2,5% (dua koma lima perseratus) setiap harinya. Adapun jenis cuti yang dimaksud
adalah:
1. Cuti tahunan, diberlakukan pemotongan TKPKN sebesar 0% (no1 perseratus).
2. Cuti karena alasan penting, diberlakukan pemotongan 0% (no1 perseratus) yaitu cuti karena
alasan penting dengan alasan orang tua, mertua, istri/suami, anak, saudara kandung, atau
menantu meninggal dunia, dengan ketentuan:
a. Diberikan paling lama 3 (tiga) hari kerja untuk setiap pengajuan cuti karena alasan
penting karena orang tua, istri/suami, anak, dan/atau saudara kandung meninggal dunia.
b. Diberikan paling lama 2 (dua) hari kerja untuk setiap pengajuan cuti karena alasan
penting karena mertua dan/atau menantu meninggal dunia.
c. Apabila Pegawai yang menjalani cuti karena alasan penting melebihi ketentuan huruf a
dan b maka pada hari berikutnya dikenakan pemotongan TKPKN sebesar 5% (lima
perseratus).
3. Cuti sakit
a. Dikenakan pemotongan TKPKN sebesar 2,5% (dua koma lima perseratus) bagi Pegawai
yang mengajukan cuti sakit namun tidak menjalani rawat inap dengan ketentuan:
1) Melampirkan surat keterangan dokter baik dari puskesmas, rumah sakit, klinik,
maupun dokter praktek.
2) Diberikan untuk paling lama 2 (dua) hari kerja.
3) Hari berikutnya dikenakan pemotongan TKPKN sebesar 5% (lima perseratus).
b. Dikenakan pemotongan sebesar 0% (nol perseratus) bagi Pegawai yang mengajukan cuti
sakit dan menjalani rawat inap di Puskesmas atau rumah sakit dengan ketentuan:
1) Melampirkan surat keterangan dokter, surat keterangan rawat inap dan fotokopi
rincian biaya rawat inap dari Puskesmas atau rumah sakit atau surat keterangan bebas
biaya bagi Puskesmas atau Rumah Sakit yang menerapkan pembebasan biaya.
2) Diberikan untuk paling lama 25 (dua puluh lima) hari kerja.
3) Hari berikutnya dikenakan pemotongan TKPKN sebesar 2,5% (dua koma lima
perseratus).
4) Apabila sakit yang dialami lebih dari 14 (empat belas) hari kalender maka surat
keterangan dokter harus dari dokter yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan (Tim
Penguji Kesehatan).
5) Pemberian untuk paling lama 25 (dua puluh lima) hari kerja ditujukan kepada
Pegawai yang mengajukan cuti sakit untuk setiap kejadian dan jenis penyakit yang
sama.
Contoh:
Halaman 86
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
a) Pegawai mengajukan cuti sakit rawat inap karena menderita stroke atau jantung
dan harus dirawat selama 30 (tiga puluh) hari kerja, maka kepada yang
bersangkutan dikenakan pemotongan TKPKN sebesar 0% (no1 perseratus)
selama 25 (dua puluh lima) hari kerja dan hari berikutnya dikenakan pemotongan
2,5% (dua koma lima perseratus), dan apabila yang bersangkutan setelah rawat
jalan harus menjalani rawat inap kembali karena menderita stroke atau jantung,
maka kepada yang bersangkutan sudah tidak mempunyai hak pemotongan
TKPKN sebesar 0% (no1 perseratus) namun dapat diberikan pemotongan
TKPKN sebesar 2,5% (dua koma lima perseratus).
b) Pegawai mengajukan cuti sakit rawat inap karena menderita stroke atau jantung
dan harus dirawat selama 20 (dua puluh) hari kerja, maka kepada yang
bersangkutan selama dirawat dikenakan pemotongan TKPKN sebesar 0% (no1
perseratus), dan apabila yang bersangkutan setelah rawat jalan harus menjalani
rawat inap kembali karena menderita stroke atau jantung, maka kepada yang
bersangkutan masih mempunyai hak pemotongan TKPKN sebesar 0% (no1
perseratus) selama 5 (lima) hari kerja, dan hari berikutnya dikenakan pemotongan
TKPKN sebesar 2,5% (dua koma lima perseratus).
c) Pegawai mengajukan cuti sakit rawat inap karena menderita demam berdarah dan
harus dirawat 3 (tiga) hari kerja, maka kepada yang bersangkutan selama dirawat
dikenakan pemotongan TKPKN sebesar 0% (no1 perseratus), dan apabila yang
bersangkutan kembali menjalani rawat inap karena menderita thypus, maka
kepada yang bersangkutan masih mempunyai hak pemotongan TKPKN sebesar
0% (no1 perseratus) selama 25 (dua puluh lima) hari kerja.
d) Pegawai mengajukan cuti sakit rawat inap karena kecelakaan dan harus dirawat 5
(lima) hari kerja, maka kepada yang bersangkutan selama dirawat dikenakan
pemotongan TKPKN sebesar 0% (no1 perseratus), dan apabila yang bersangkutan
kembali menjalani rawat inap karena kecelakaan kembali, maka kepada yang
bersangkutan masih mempunyai hak pemotongan TKPKN sebesar 0% (no1
perseratus) selama 25 (dua puluh lima) hari kerja.
c. Dikenakan pemotongan TKPKN sebesar 2,5% (dua koma lima perseratus) bagi Pegawai
yang menjalani rawat jalan setelah selesai menjalani rawat inap dengan ketentuan:
1) Melampirkan surat keterangan dokter dari Puskesmas atau rumah sakit pemerintah
atau swasta.

Halaman 87
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
2) Apabila rawat jalan lebih dari 14 (empat belas) hari kalender maka surat keterangan
dokter harus dari dokter yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan (Tim Penguji
Kesehatan).
d. Dikenakan pemotongan TKPKN sebesar 0% (no1 perseratus) bagi Pegawai wanita yang
mengalami gugur kandungan namun tidak menjalani rawat inap dengan ketentuan:
1) Melampirkan surat keterangan dokter dari Puskesmas atau rumah sakit pemerintah
atau swasta.
2) Diberikan untuk paling lama 5 (lima) hari kerja.
3) Hari berikutnya dikenakan pemotongan TKPKN sebesar 5% (lima perseratus).
e. Yang dimaksud dengan rumah sakit pada huruf b dan c adalah rumah sakit pemerintah
maupun swasta, termasuk klinik yang memiliki fasilitas rawat inap.
4. Cuti bersalin dengan ketentuan:
a. Untuk pelaksanaan persalinan yang pertama sampai dengan ketiga:
1) Dikenakan pemotongan TKPKN sebesar 0% (no1 perseratus) untuk paling lama 5
(lima) hari kerja.
2) Hari berikutnya diberlakukan pemotongan sebesar 2,5% (dua koma lima perseratus).
b. Persalinan yang keempat dan seterusnya dikenakan pemotongan TKPKN sebesar 5%
(lima perseratus).
c. Persalinan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b diberlakukan sejak Pegawai
diangkat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil.
5. Pemotongan TKPKN sebesar 2,5% (dua koma lima perseratus) bagi yang menjalani cuti
sakit sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf b dan huruf c serta cuti bersalin
sebagaimana dimaksud pada angka 4 huruf a, dihitung secara kumulatif selama 1 bulan
paling banyak sebesar 50% (lima puluh perseratus).

J. PEMOTONGAN TKPKN KARENA HUKUMAN DISIPLIN


Hukuman disiplin terdiri atas pelanggaran terkait administratif dan non administratif sebagai
berikut:
1. Hukuman disiplin administratif, yaitu apabila pelanggaran terkait:
a. jam kerja;
b. pencapaian sasaran kerja;
c. standar prosedur kerja (Standard Operating Procedure) yang tidak memiliki unsur
merugikan keuangan negara atau memperkaya diri sendiri dan/atau orang lain;
d. prosedur laporan perkawinan dan izin perceraian;
e. prosedur izin berpoligami;
Halaman 88
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
f. prosedur izin usaha;
g. prosedur izin ke luar negeri; atau
h. prosedur izin menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan/atau lembaga atau
organisasi internasional.
2. Hukuman disiplin non administratif, yaitu apabila pelanggaran terkait:
a. penyalahgunaan wewenang;
b. terdapat indikasi terjadinya tindak pidana/kejahatan;
c. melakukan tindakan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme yang langsung/tidak langsung
menyebabkan kerugian Negara;
d. melakukan tindakan yang mencoreng harkat dan martabat Pegawai Negeri Sipil;
e. melakukan tindakan yang dengan sengaja menghalangi atau mempersulit salah satu pihak
yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani;
f. tidak melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila terdapat indikasi kerugian
negara yang akan terjadi; atau
g. melakukan tindakan yang terkait dengan pemberian dukungan terhadap calon
Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, dan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara
membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan salah satu pasangan calon
selama masa kampanye.
3. Dalam kaitannya dengan pemotongan TKPKN, secara prinsip bagi Pegawai yang dijatuhi
hukuman disiplin karena melakukan pelanggaran terkait administratif tidak dikenakan
pemotongan TKPKN dan Pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin karena melakukan
pelanggaran terkait non administratif dikenakan pemotongan TKPKN secara proporsional.
4. Namun demikian, terhadap Pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin karena melakukan
pelanggaran terkait administratif dikenakan pemotongan TKPKN apabila pelanggaran terkait
administratif yang dilakukan berupa pelanggaran:
a. Jam kerja yang merupakan perbuatan berulang-ulang dengan kesengajaan
Yang dimaksud dengan pelanggaran jam kerja yang merupakan perbuatan berulang-ulang
dengan kesengajaan adalah pelanggaran terhadap jam kerja yang berakibat Pegawai
dijatuhi hukuman disiplin lebih dari 1 (satu) kali dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sejak
hukuman disiplin pertama ditetapkan.
Contoh 1:
Pegawai A dalam kurun waktu bulan Januari sampai dengan Mei 2012 telah tidak masuk
bekerja tanpa alasan yang sah selama 6 hari, sehingga kepadanya pada tanggal 8 Juni
2012 dijatuhi hukuman disiplin berupa Teguran Tertulis. Hukuman disiplin Teguran
Halaman 89
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Tertulis tersebut menjadi hukuman disiplin yang pertama dan oleh karenanya kepada
yang bersangkutan tidak dikenakan pemotongan TKPKN. Kemudian, sesuai akumulasi
bulan Januari sampai dengan Juli 2012 yang bersangkutan kembali telah tidak masuk
bekerja tanpa alasan yang sah selama 17 hari, sehingga kepadanya dijatuhi hukuman
disiplin berupa penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 tahun pada tanggal 3 Agustus
2012. Terhadap hukuman disiplin tersebut, kepada yang bersangkutan dikenakan
pemotongan TKPKN karena hukuman disiplin yang kedua dijatuhkan masih dalam
tenggang waktu 2 (dua) tahun sejak hukuman disiplin yang pertama.
Selanjutnya, dalam kurun waktu Januari sampai dengan Agustus 2013 Pegawai A
tersebut kembali secara akumulasi telah tidak masuk bekerja tanpa alasan yang sah
selama 14 (empat belas) hari sehingga kepadanya dijatuhi hukuman disiplin berupa
Pernyataan Tidak Puas Secara Tertulis pada tanggal 3 September 2013. Terhadap
hukuman disiplin tersebut masih dikenakan pemotongan TKPKN karena masih dalam
tenggang waktu 2 (dua) tahun sejak hukuman disiplin yang pertama ditetapkan.
Apabila selanjutnya dalam kurun waktu Januari sampai dengan Juni 2014 Pegawai A
kembali melakukan pelanggaran tidak masuk bekerja tanpa alasan yang sah selama 26
(dua puluh enam) hari sehingga kepadanya dijatuhi hukuman disiplin berupa Penurunan
pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun pada tanggal 7 Juli 201 4, maka
terhadap hukuman disiplin tersebut tidak dikenakan pemotongan TKPKN karena telah
melewati tenggang waktu 2 (dua) tahun dan hukuman disiplin tersebut menjadi hukuman
disiplin yang pertama untuk pemotongan TKPKN atas hukuman disiplin yang
selanjutnya.
Contoh 2:
Pegawai B dalam kurun waktu bulan Januari sampai dengan Desember 2012 telah tidak
masuk bekerja tanpa alasan yang sah selama 31 (tiga puluh satu) hari, sehingga
kepadanya pada tanggal 4 Januari 2013 dijatuhi hukuman disiplin berupa penurunan
pangkat selama 3 (tiga) tahun. Hukuman disiplin tersebut menjadi hukuman disiplin yang
pertama dan oleh karenanya kepada yang bersangkutan tidak dikenakan pemotongan
TKPKN. Kemudian, sesuai akumulasi bulan Januari sampai dengan Desember 201 3
yang bersangkutan kembali telah tidak masuk bekerja tanpa alasan yang sah selama 17
hari, sehingga kepadanya dijatuhi hukuman disiplin berupa penundaan kenaikan gaji
berkala selama 1 tahun pada tanggal 7 Januari 2014. Terhadap hukuman disiplin tersebut,
kepada yang bersangkutan dikenakan pemotongan TKPKN karena hukuman disiplin
yang kedua dijatuhkan masih dalam tenggang waktu 2 (dua) tahun sejak hukuman
disiplin yang pertama.
Halaman 90
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Selanjutnya, dalam kurun waktu Januari sampai dengan Desember 2014 Pegawai B
tersebut kembali secara akumulasi telah tidak masuk bekerja tanpa alasan yang sah
selama 14 (empat betas) hari sehingga kepadanya dijatuhi hukuman disiplin berupa
Pernyataan Tidak Puas Secara Tertulis pada tanggal 12 Januari 2015. Terhadap hukuman
disiplin tersebut tidak dikenakan pemotongan TKPKN karena telah melewati tenggang
waktu 2 (dua) tahun sejak hukuman disiplin yang pertama ditetapkan hukuman disiplin
tersebut menjadi hukuman disiplin yang pertama untuk pemotongan TKPKN atas
hukuman disiplin yang selanjutnya.
Contoh 3:
Pegawai C dalam kurun waktu bulan Januari sampai dengan Februari 2012 telah tidak
masuk bekerja tanpa alasan yang sah selama 12 hari, sehingga kepadanya dijatuhi
hukuman disiplin berupa Pernyataan Tidak Puas Secara Tertulis pada tanggal 20 Maret
2012. Hukuman disiplin tersebut menjadi hukuman disiplin yang pertama dan oleh
karenanya kepada yang bersangkutan tidak dikenakan pemotongan TKPKN. Kemudian,
sesuai akumulasi bulan Januari sampai dengan Maret 201 4 yang bersangkutan kembali
telah tidak masuk bekerja tanpa alasan yang sah selama 17 hari, sehingga kepadanya
dijatuhi hukuman disiplin berupa penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 tahun pada
tanggal 22 April 2014. Terhadap hukuman disiplin tersebut, kepada yang bersangkutan
tidak dikenakan pemotongan TKPKN karena penjatuhan hukuman disiplin yang kedua
telah melewati tenggang waktu 2 (dua) tahun dan hukuman disiplin tersebut menjadi
hukuman disiplin yang pertama untuk pemotongan TKPKN atas hukuman disiplin yang
selanjutnya.
b. Pencapaian sasaran kerja dikarenakan murni kesalahan Pegawai yang bersangkutan.
c. Standar prosedur kerja (Standard Operating Procedure) yang memiliki unsur merugikan
keuangan negara atau memperkaya diri sendiri dan/atau orang lain.
d. Proses perceraian tanpa izin murni kesengajaan Pegawai yang bersangkutan. Kesengajaan
dalam hal ini termasuk tidak diajukannya izin perceraian atau pemberitahuan adanya
gugatan cerai dengan alasan tidak mengetahui adanya aturan kewajiban untuk
mengajukan izin perceraian atau pemberitahuan adanya gugatan cerai bagi yang akan
melakukan perceraian.
e. Melakukan pernikahan kedua dan seterusnya tanpa izin (poligami).
5. Besaran pemotongan TKPKN bagi Pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin terkait non
administratif dan administratif sebagaimana dimaksud pada angka 4 ditetapkan sebagai
berikut:
a. Hukuman disiplin ringan:
Halaman 91
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
1) Sebesar 25% (dua puluh lima perseratus) selama 2 (dua) bulan, jika Pegawai dijatuhi
hukuman disiplin berupa teguran lisan;
2) Sebesar 25% (dua puluh lima perseratus) selama 3 (tiga) bulan, jika Pegawai dijatuhi
hukuman disiplin berupa teguran tertulis; dan
3) Sebesar 25% (dua puluh lima perseratus) selama 6 (enam) bulan, jika Pegawai
dijatuhi hukuman disiplin berupa pernyataan tidak puas secara tertulis.
b. Hukuman disiplin sedang:
1) Sebesar 50% (lima puluh perseratus) selama 6 (enam) bulan, jika Pegawai dijatuhi
hukuman disiplin berupa penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun;
2) Sebesar 50% (lima puluh perseratus) selama 9 (sembilan) bulan, jika Pegawai dijatuhi
hukuman disiplin berupa penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan
3) Sebesar 50% (lima puluh perseratus) selama 12 (dua belas) bulan, jika Pegawai
dijatuhi hukuman disiplin berupa penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1
(satu) tahun.
c. Hukuman disiplin berat:
1) Sebesar 85% (delapan puluh lima perseratus) selama 12 (dua belas) bulan, jika
Pegawai dijatuhi hukuman disiplin berupa penurunan pangkat setingkat lebih rendah
selama 3 (tiga) tahun;
2) Sebesar 90% (sembilan puluh perseratus) selama 12 (dua belas) bulan, jika Pegawai
dijatuhi hukuman disiplin berupa pemindahan dalam rangka penurunan jabatan
setingkat lebih rendah;
3) Sebesar 95% (sembilan puluh lima perseratus) selama 12 (dua belas) bulan, jika
Pegawai dijatuhi hukuman disiplin berupa pembebasan dari jabatan; dan
4) Sebesar 100% (seratus perseratus), jika Pegawai dijatuhi hukuman disiplin berupa
pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau pemberhentian tidak
dengan hormat dan mengajukan banding administratif ke Badan Pertimbangan
Kepegawaian.
6. Khusus jenis hukuman disiplin berupa pemberhentian baik dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri maupun tidak dengan hormat, dan baik yang terkait administratif maupun
yang terkait non administratif diberlakukan pemotongan yang sama yaitu 100% apabila
mengajukan banding administratif kepada Badan Pertimbangan Kepegawaian (BAPEK)
dan diizinkan untuk tetap melaksanakan tugas.
Dalam ha1 banding administratif yang diajukan oleh Pegawai diterima oleh BAPEK dan
hukuman disiplinnya diubah menjadi selain pemberhentian atau hukuman disiplinnya

Halaman 92
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
dibatalkan, maka TKPKN Pegawai yang bersangkutan dibayarkan kembali terhitung sejak
Pegawai yang bersangkutan diizinkan untuk tetap melaksanakan tugas.

K. PEMBERLAKUAN PEMOTONGAN TKPKN


1. Pemberlakuan pemotongan TKPKN diatur sebagai berikut:
a. Bagi tingkat hukuman disiplin ringan, tingkat hukuman disiplin berat berupa penurunan
pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun, pemindahan dalam rangka
penurunan jabatan, dan pembebasan dari jabatan, pemotongan TKPKN berlaku terhitung
mulai bulan berikutnya sejak keputusan penjatuhan hukuman disiplin ditetapkan.
b. Bagi tingkat hukuman disiplin sedang berupa penundaan kenaikan gaji berkala selama 1
(satu) tahun dan penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun, pemotongan
TKPKN berlaku terhitung mulai bulan berikutnya sejak hari ke-15 (lima belas) setelah
Pegawai menerima hukuman disiplin, apabila Pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin
tidak mengajukan keberatan.
c. Bagi tingkat hukuman disiplin sedang berupa penundaan kenaikan gaji berkala selama 1
(satu) tahun dan penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun, pemotongan
TKPKN berlaku terhitung mulai bulan berikutnya setelah keputusan atas keberatan
ditetapkan, apabila Pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin mengajukan keberatan.
d. Bagi tingkat hukuman disiplin sedang berupa penurunan pangkat setingkat lebih rendah
selama 1 (satu) tahun, pemotongan TKPKN diberlakukan dengan ketentuan:
1) bagi Pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin oleh Menteri Keuangan, diberlakukan
terhitung mulai bulan berikutnya sejak keputusan penjatuhan hukuman disiplin
ditetapkan; dan
2) bagi Pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin oleh Pejabat struktural Eselon II di
lingkungan instansi vertikal, diberlakukan terhitung mulai:
a) bulan berikutnya sejak hari ke-15 (lima belas) setelah Pegawai menerima
hukuman disiplin, apabila Pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin tidak
mengajukan keberatan; atau
b) bulan berikutnya setelah keputusan atas keberatan ditetapkan, apabila Pegawai
yang dijatuhi hukuman disiplin mengajukan keberatan.
e. Bagi tingkat hukuman disiplin berat berupa pemberhentian dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri atau pemberhentian tidak dengan hormat, pemotongan TKPKN
berlaku mulai bulan berikutnya sejak hari ke-15 (lima belas) setelah Pegawai menerima
hukuman disiplin.

Halaman 93
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
f. Bagi Pegawai yang diberhentikan sementara dari jabatan negeri karena dilakukan
penahanan oleh pihak yang berwajib, pemotongan TKPKN berlaku mulai bulan
berikutnya sejak tanggai penahanan.
2. Dalam hal Pegawai dijatuhi lebih dari satu hukuman disiplin pada bulan yang bersamaan atau
pada bulan berikutnya kembali dijatuhi hukuman disiplin, maka terhadap Pegawai yang
bersangkutan diberlakukan pemotongan TKPKN berdasarkan hukuman disiplin yang paling
berat, dengan ketentuan:
a. Dalam hal kedua hukuman disiplin memiliki konsekuensi pemotongan TKPKN maka
pemotongan TKPKN berdasarkan hukuman disiplin yang paling berat.
b. Dalam hal hukuman disiplin yang lebih berat tidak memiliki konsekuensi pemotongan
TKPKN, maka pemotongan TKPKN berdasarkan pada hukuman disiplin yang dikenakan
pemotongan TKPKN.

L. PELAPORAN KETERTIBAN PEGAWAI


1. Kepala Bagian Umum Sekretariat Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan atasan langsung
Kepala Subbagian Tata Usaha Direktorat menyampaikan LB.1 di lingkungan unit kerja
masing-masing kepada Kepala Bagian Keuangan paling lambat 1 (satu) hari setelah akhir
periode pelaporan LB.1.
2. Kepala Bagian Umum Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan Kepala
Subbagian Umum Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) menyampaikan LB.1
kepada Petugas Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai unit kerja masing-masing paling
lambat 1 (satu) hari setelah akhir periode pelaporan LB.1.
3. Dalam rangka monitoring ketertiban dan kedisiplinan pegawai, setiap unit kerja wajib
menyampaikan LB.2 kepada Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian u.p. Kepala
Subbagian Penegakan Disiplin dan Pemberhentian Pegawai paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya.
4. Hasil monitoring pengisian daftar hadir masuk/pulang kerja yang dilakukan oleh Bagian
Administrasi Kepegawaian dan/atau unit kerja, khusus untuk Pegawai yang tidak mematuhi
ketentuan dalam surat edaran ini dapat diumumkan secara terbuka.

M. KETENTUAN LAIN-LAIN
1. Dalam hal terjadi pelanggaran:
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 38/KMK.01/2011 tentang Penyelenggara Negara
Di Lingkungan Kenienterian Keuangan Yang Wajib Menyampaikan Laporan Harta
Kekayaan Penyelenggara Negara;
Halaman 94
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 7/KMK.09/2011 tentang Penyampaian dan
Pengelolaan Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) Pejabat/Pegawai Di Lingkungan
Kementerian Keuangan; dan
c. tidak mengucapkan sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil,
maka dikategorikan dalam pelanggaran terkait administratif yang tidak dikenakan
pemotongan TKPKN.
2. Atasan langsung yang menetapkan surat keterangan tidak berada di tempat tugas bagi Pejabat
fungsional (pranata komputer) adalah Pejabat yang menetapkan nilai Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan (DP3).
3. Peringatan Tertulis dan hukuman disiplin yang dijatuhkan sebelum 1 Januari 2012 dan
sedang dijalani oleh Pegawai yang bersangkutan, dinyatakan tetap berlaku.
4. Pemotongan TKPKN yang dilakukan terhadap Pegawai yang mendapat Peringatan Tertulis
dan/atau hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang menghukum
sebelum 1 Januari 2012 dan masih dijalani oleh Pegawai yang bersangkutan, dinyatakan
tetap berlaku sesuai ketentuan sebelum Peraturan Menteri Keuangan Nomor
214/PMK.01/2011.
5. Hukuman disiplin yang diajukan keberatan kepada atasan pejabat yang berwenang
menghukum sebelum 1 Januari 2012 dan keputusan atas keberatan ditetapkan setelah
berlakunya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214/PMK.01/2011, maka diberlakukan
pemotongan TKPKN sesuai ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
214/PMK.01/2011.
6. Terhadap hukuman disiplin yang diajukan banding administratif kepada Badan Pertimbangan
Kepegawaian dan sampai dengan berlakunya Peraturan Menteri Keuangan Nomor
214/PMK.01/2011 belum ada keputusan atas banding administratif tersebut, diberlakukan
pemotongan TKPKN sesuai ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
214/PMK.01/2011.
7. Pegawai yang sedang menjalani pemberhentian sementara dari jabatan negeri dan sampai
dengan berlakunya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214/PMK.01/2011 masih dalam
status pemberhentian sementara dari jabatan negeri, diberlakukan pemotongan TKPKN
sesuai ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214/PMK.01/2011.
8. Petunjuk penggunaan Mesin Kehadiran Elektronik dan program aplikasinya agar
berpedoman pada buku manual yang diterbitkan oleh Sekretariat Direktorat Jenderal
Perbendaharaan.

Halaman 95
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
9. Standar Prosedur Operasi/Standard Operating Procedures (SOP) Sistem Kehadiran
Elektronik sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran VIII Surat Edaran Direktur Jenderal
Perbendaharaan nomor SE-22/PB/2012.
10. Untuk memastikan data daftar hadir masuk/pulang kerja Pegawai telah terekam pada mesin,
pimpinan unit dapat menyediakan monitor/display data daftar hadir masuk/pulang kerja.
11. Bila terjadi kerusakan pada Mesin Kehadiran Elektronik dan/atau program aplikasi pada
instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Penanggung Jawab agar segera melapor
kepada Subbag Duktek masing-masing. Atas laporan tersebut Subbag Duktek wajib
menindaklanjutinya.
12. SOP Pelaporan Kerusakan Sistem Kehadiran Elektronik pada Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN), Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan,
Direktorat lingkup Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan sebagaimana ditetapkan
dalam Lampiran IX dan Lampiran X Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor
SE-22/PB/2012.
13. Subbag Duktek dapat berkoordinasi dengan Tim Helpdesk Sekretariat Direktorat Jenderal
Perbendaharaan.
14. Subbag Duktek membuat dan menyampaikan Laporan Monitoring Sistem Absensi
Elektronik kepada Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Kepala Bagian
Administrasi Kepegawaian, dengan format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran XI
Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor SE-22/PB/2012.
15. Kepala Bagian Umum Sekretariat Direktorat Jenderal Perbendaharaan melakukan koordinasi
pelaksanaan tugas Tim Helpdesk Sistem Kehadiran Elektornik Sekretariat Direktorat
Jenderal Perbendaharaan.
16. Hal-hal lain yang belum dan/atau tidak diatur dalam Surat Edaran ini seperti pemotongan
TKPKN karena hukuman disiplin dan pemberlakuannya, penghitungan akumulasi
pelanggaran jam kerja, dan lain-lain agar mempedomani ketentuan dalam Surat Edaran
Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan Nomor SE-10/SJ/2012 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214/PMK.01/2011 tentang Penegakan
Disiplin Dalam Kaitannya Dengan Pemberian Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan
Negara Kepada Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kementerian Keuangan.

N. KETENTUAN PENUTUP
1. Bagi Pegawai yang akan menggunakan cuti yang berakibat tidak dikenakannya pemotongan,
agar tetap mengajukan permohonan izin cuti sesuai dengan ketentuan mengenai cuti PNS.

Halaman 96
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
2. Atasan langsung bertanggung jawab dalam pengawasan terhadap penerapan aturan ini dan
agar segera melakukan tindak lanjut sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam hal terdapat
indikasi penyalahgunaan aturan ini oleh Pegawai.
3. Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan, para Direktur di lingkungan Kantor Pusat
Direktorat Jenderal Perbendaharaan, para Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan, dan para Kepala KPPN wajib memantau pelaksanaan Sistem Kehadiran
Elektronik.
4. Khusus penerapan waktu masuk dan/atau pulang bekerja di Wilayah DKI Jakarta, pimpinan
unit kerja tetap melakukan upaya agar tidak mengganggu pelayanan kepada stakeholder.

A. CONTOH FORMAT DOKUMEN

Halaman 97
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Lampiran I

SURAT KETERANGAN (SK.4)

Yang bertanda tangan dibawah ini, kami:


Nama :
NIP :
Pangkat/Gol :
Jabatan :
Unit Kerja :
dengan ini menerangkan bahwa pegawai:
Nama :
NIP :
Pangkat/Gol :
Jabatan :
Unit Kerja :

telah tidak berada di tempat tugas tanpa alasan yang sah/tanpa izin pada hari ,
tanggal ., antara pukul s.d...

Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk diketahui dan
dipergunakan sebagaimana mestinya.

..................., ....................
Atasan Langsung


NIP

Halaman 98
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Lampiran II

SURAT PERMOHONAN IZIN/PEMBERITAHUAN*) (ST.1)

Yang bertanda tangan dibawah ini, kami:


Nama :
NIP :
Pangkat/Gol. :
Jabatan :
Unit Kerja :

dengan ini mengajukan permohonan izin untuk tidak masuk bekerja/izin pulang sebelum
waktunya/pemberitahuan terlambat masuk bekerja*) selama ........... hari/jam/menit*), pada hari
....................... tanggal ......................... dengan alasan, yaitu ................................................... .

Demikian disampaikan kiranya menjadi maklum.

Menyetujui/Tidak Menyetujui *) Hormat kami


............................. (Pejabat yang berwenang **)

................................... ...................................
NIP............................. NIP..............................

Keterangan:
*) coret yang tidak perlu
**) Pejabat yang berwenang sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
214/PMK.01/2011 tentang Penegakan Disiplin Dalam Kaitannya Dengan Pemberian
Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara Kepada Pegawai Negeri Sipil di
Lingkungan Kementerian Keuangan

Halaman 99
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Lampiran III

SURAT KETERANGAN (SK.1)


NOMOR . .................................

Kami yang bertanda tangan dibawah ini, dengan ini menerangkan bahwa telah ditugaskan
pejabat/pegawai atas nama:
No. Nama NIP Jabatan
1.
2.
3.
4.

Untuk ................................. terhitung mulai tanggal............ sampai dengan tanggal ............ pukul
.......... sampai dengan pukul .......... bertempat di .........................

Demikian untuk digunakan sebagaimana mestinya.

., ..
(minimal pejabat eselon III)

.................................
NIP...........................

Halaman 100
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Lampiran IV

SURAT KETERANGAN (SK.2)

Yang bertanda tangan dibawah ini menerangkan bahwa:


Nama :
NIP :
Jabatan :
Unit Kerja :
Pada hari ................ tanggal .. tidak melakukan pengisian daftar hadir masuk
kantor dengan alasan lupa.

Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

..................., ....................
............................. (Pejabat yang berwenang *) Yang menyatakan,


NIP NIP

Keterangan:
*) Pejabat yang berwenang sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
214/PMK.01/2011 tentang Penegakan Disiplin Dalam Kaitannya Dengan Pemberian
Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara Kepada Pegawai Negeri Sipil di
Lingkungan Kementerian Keuangan

Halaman 101
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Lampiran V

SURAT PERNYATAAN (ST.2)


NOMOR ..................................

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama :
NIP :
Pangkat/Gol. :
Jabatan : (jabatan atasan langsung)
Unit Kerja :
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa pejabat/pegawai dibawah ini:
Nama :
NIP :
Pangkat/Gol. :
Jabatan :
Unit Kerja :
pada hari ............ tanggal ............... benar-benar hadir pada jam kerja dan pulang pukul ...........

Surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dengan mengingat sumpah jabatan,
dan apabila dikemudian hari, isi pernyataan ini ternyata tidak benar, yang mengakibatkan
kerugian terhadap Negara, maka saya bersedia menanggung kerugian tersebut dan dikenakan
sanksi sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil.

Demikian untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Mengetahui *) ...........................,...................................
(Atasan pejabat atasan langsung) (jabatan atasan langsung)

..................................... .........................................
NIP.............................. NIP..................................

*) Keterangan :
untuk pegawai pelaksana yang lupa absen pulang kantor, surat pernyataan perlu diketahui oleh
pejabat eselon III berkenaan;
untuk pejabat eselon IV yang lupa absen pulang kantor, surat pernyataan perlu diketahui oleh
pejabat eselon II berkenaan;
untuk pejabat eselon III yang lupa absen pulang kantor, surat pernyataan cukup ditandatangani
oleh pejabat eselon II berkenaan;

Halaman 102
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Lampiran VI

SURAT KETERANGAN (SK.3)


NOMOR ...................................

Yang bertanda tangan dibawah ini menerangkan bahwa:

No. Nama NIP Jabatan


1.
2.
3.
4.

Pada hari ................... tanggal .. pukul ........... sampai dengan pukul ........... telah
diperintahkan untuk melakukan kerja lembur menyelesaikan ....................................( sebutkan
pekerjaan yang dilakukan).
Untuk itu, kepada yang bersangkutan diberikan dispensasi melakukan pengisian daftar hadir
masuk kantor pada hari ..................... tanggal .................. (hari/tanggal esok harinya) sampai
dengan pukul 08.30 (waktu setempat).

Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

.................., ............................
Yang menyatakan,
(pejabat eselon III)


NIP

Halaman 103
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Lampiran VII

SURAT IZIN KELUAR KANTOR (SIKK)

Yang bertanda tangan dibawah ini, memberikan izin kepada:


Nama :
NIP :
Jabatan :
Unit Kerja :

Untuk melaksanakan keperluan pribadi, yaitu: . (sebutkan nama


keperluannya) pada jam kerja, yaitu pada pukul . sampai dengan pukul

Demikian untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

.................., ....................
(jabatan atasan langsung)


NIP

Halaman 104
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

Lampiran XI

LAPORAN MONITORING SISTEM ABSENSI ELEKTRONIK


KPPN/KANTOR WILAYAH DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI .......................................
BULAN .........................
Keterangan Absensi Secara Manual
Kode Jumlah Pegawai Jumlah Absensi
No Nama Kantor Surat Alasan
Kanwil Kantor Total Wajib Absen Elektronik Manual Tanggal Nomor Mesin Aplikasi Kahar Ket.Lain

Jumlah

Tanggal,...........
Kepala Kantor

........................
NIP...................

Halaman 105
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

[11]

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEPEGAWAIAN

A. UMUM
Dalam rangka pengintegrasian database kepegawaian, menuju sistem pelaporan administrasi
kepegawaian yang modern dan paperless serta untuk meningkatkan akurasi dan validitas
informasi kepegawaian guna memenuhi kebutuhan penyusunan data kepegawaian yang
mutakhir, maka diperlukan petunjuk pemutakhiran data dan penyusunan Laporan Kepegawaian
lingkup Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

B. PROSES VERIFIKASI DAN UPDATING DATA


1. Setiap unit kerja agar melakukan proses verifikasi dan updating data melalui aplikasi
PbnOpen Direktorat Jenderal Perbendaharaan pada Portal SDM dengan alamat
http://10.0.10.1/portalsdm. Menu yang digunakan adalah modul SILK. Masing-masing unit
pengelola kepegawaian mengakses aplikasi dimaksud dengan melakukan proses log in sesuai
dengan username dan password yang telah dimiliki.
2. Pengelola kepegawaian melakukan verifikasi data-data kepegawaian. Apabila terdapat
kesalahan/ketidakcocokan pada elemen data pegawai, pengelola kepegawaian wajib
melakukan proses update berdasarkan bukti dokumen yang sesuai dan mengunggah (upload)
softcopy bukti dokumen tersebut sebagai bagian tak terpisahkan dari proses update data.
3. Softcopy dokumen pendukung yang diupload menggunakan format :
a. Foto pegawai : jpg, dengan ukuran file maksimal 500 KB
b. Riwayat keluarga, pendidikan dan kepangkatan, dll : pdf
4. Bagi unit pengelola kepegawaian yang belum memiliki username dan password untuk
mengakses aplikasi tersebut, dapat mengajukan permintaan secara resmi ke Bagian

Halaman 106
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Administrasi Kepegawaian melalui sarana tercepat/fax ke 021-3812963 dengan
mencantumkan alamat email dan nomer HP pegawai yang akan diberikan hak akses.
5. Proses verifikasi dan updating data agar dilakukan setiap awal bulan dan setelah itu unit
pengelola kepegawaian wajib mencetak lampiran rekapitulasi hasil updating dari
sistem/aplikasi dan menyampaikan softcopy-nya (scan dengan format pdf) melalui email ke
tu.kepegawaian.djpbn@gmail.com. Hardcopy rekapitulasi hasil updating termasuk bukti
dokumen (Akta nikah/kelahiran, KP4, Ijazah, Surat Ijin Belajar, SK kepangkatan dan
KGB, dll) tidak perlu dikirimkan dan agar disimpan dengan baik sebagai
pertinggal/arsip.

C. PETUNJUK UMUM PROSES UPDATE


1. Setelah masuk ke PbnOpen dengan user dan password. Silakan klik link Pegawai pada menu
utama di bagian atas, kemudian menu Unit. Klik pada unit anda.

2. Klik icon sesuai panah pada biodata pegawai dimaksud :

3. Silahkan perhatikan data Status Kepegawaian, Data Keluarga, Data Kepangkatan dan Data
Pendidikan pada Biodata Pegawai yang dimaksud. Jika terdapat data yang tidak sesuai dan

perlu dilakukan proses updating, silahkan klik pada icon pada deretan icon yang terletak
dibawah uraian jabatan terakhir.

4. Setelah di klik maka akan tampil :

Halaman 107
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

a. Icon untuk mengupdate data kepangkatan

b. Icon untuk mengupdate data pendidikan

c. Icon untuk mengupdate data keluarga

d. Icon untuk mengupdate data status pegawai


e. Icon untuk mencetak lampiran rekapitulasi hasil updating
Sebelum melakukan proses update, agar dibaca terlebih dahulu, detil petunjuk
update data di bagian selanjutnya.
5. Sebelum proses update dilakukan, pastikan softcopy bukti (ijazah) telah discan dan disiapkan
dalam bentuk .pdf untuk setiap data.

D. PROSES UPDATE DATA PENDIDIKAN

Halaman 108
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
1. Jenjang Pendidikan : dipilih sesuai jenjang pendidikannya
2. Bidang : dipilih sesuai bidangnya (untuk SD/SMP/SMA, dipilih : Umum)
3. Jurusan, untuk :
a. SD/MI, diisi : -
b. SMP/Mts/KPA diisi : -
c. SMA/MA/KPAA diisi : -
d. D1 Keuangan : diisi sesuai spesialisasi
e. Diploma : diisi sesuai jurusannya
f. D3 Keuangan : diisi sesuai spesialisasi
g. D4 Keuangan : diisi sesuai spesialisasi
h. S1 : diisi sesuai program studi (bukan fakultas)
i. S2 : diisi sesuai program studi (bukan fakultas)
j. S3 : diisi sesuai program studi (bukan fakultas)
4. Nama Lembaga/Universitas : diisi nama sekolah atau universitas
5. Lokasi (Kota) : diisi nama kota dimana sekolah/universitas tersebut berada
6. Nomor & Tanggal Surat Ijin/Surat Tugas :
a. Untuk SD/SMP/SMA/D1/D3/D4, diisi : -
b. S1/S2 (sebelum menjadi PNS), diisi : -
c. S1/S2/S3 beasiswa (setelah jadi PNS) : diisi tgl/no. surat tugas
d. S1/S2/S3 AIS (setelah jadi PNS) : diisi tgl/no. surat ijin belajar/kuliah
7. Tanggal mulai pendidikan : Jika tidak diketahui diisi dengan tanggal ijazah
8. Tanggal akhir pendidikan : Jika tidak diketahui diisi dengan tanggal ijazah
9. Nomor & Tanggal Ijazah : diisi dengan nomor dan tanggal yang tercantum di ijazah
a. Jika ijazah hilang/rusak, diisi dengan nomor dan tanggal surat keterangan
b. Cara pengisian Tanggal Ijazah : pilih dulu bulannya, kemudian isikan tanggal dan
tahunnya
10. Tanggal Lapor :
a. Untuk jenjang pendidikan sebelum jadi PNS : abaikan (lewati)
b. Untuk jenjang pendidikan setelah jadi PNS : diisi tanggal melaporkan selesai
pendidikan/kuliah
11. Status, dipilih : Lulus
12. IPK : diisi hanya untuk jenjang pendidikan Diploma/S1/S2/S3
13. Jenis :
a. Untuk SD/SMP/SMA, dipilih : AIS
b. D1/D3 (sebelum jadi PNS), dipilih : AIS
Halaman 109
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
c. D3/D4/S1/S2 beasiswa internal, dipilih : internal
d. S1/S2/S3 beasiswa luar negeri/sponsor pihak luar, dipilih : eksternal
e. Diploma/S1/S2/S3 biaya sendiri, dipilih : AIS
14. Keterangan : kosongkan
15. Catatan : kosongkan atau isi penjelasan seperlunya
16. Softcopy (wajib):
a. Diupload softcopy Ijazah (format pdf) sesuai jenjang pendidikannya.
b. Jika ijazah masih ditahan oleh instansi, silakan diupload transkrip nilai
c. Jika ijazah hilang/rusak, silakan diupload surat keterangan kehilangan/kerusakan
d. Untuk S1/S2/S3 AIS, diupload juga Surat Ijin Belajar

E. PROSES UPDATE DATA KELUARGA

1. Data Istri/Suami :
a. NIP Anggota Keluarga : diisi jika istri/suami sebagai PNS
b. Nama Keluarga : diisi nama lengkap dengan gelar
c. Hubungan Keluarga : diisi sesuai pilihan
untuk istri/suami meninggal atau cerai tetap harus ada data historisnya
d. Jenis Kelamin : diisi sesuai jenis kelamin
Halaman 110
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
e. Agama : diisi sesuai agamanya
f. Golongan darah : diisi sesuai golongan darahnya, jika belum tahu, diisi : -
g. Tanggal perkawinan : diisi sesuai akta nikah, caranya : pilih dulu bulannya, kemudian
isikan tanggal dan tahunnya
h. Tempat lahir : diisi nama kota
i. Tanggal lahir : diisi sesuai akta nikah, caranya : pilih dulu bulannya, kemudian isikan
tanggal dan tahunnya
j. Nomor Karis/karsu : diisi nomer karis/karsu. Jika belm ada, diisi : -
k. Nomor KTP : diisi sesuai KTP
l. Pekerjaan : diisi sesuai pilihan
m. Pendidikan : diisi sesuai pendidikan terakhir
n. Nomor Akta : diisi nomor akta nikah/cerai/kematian
o. Tanggal Akta : diisi tanggal akta nikah/cerai/kematian, caranya : pilih dulu bulannya,
kemudian isikan tanggal dan tahunnya
p. Tunjangan : diisi sesuai pilihan
q. Softcopy (wajib) : diupload akta nikah atau akta cerai atau akta kematian dan
karis/karsu (jika ada)
2. Data Anak :
a. NIP Anggota Keluarga : diisi jika anak sebagai PNS
b. Nama Keluarga : diisi nama lengkap dengan gelar
c. Hubungan Keluarga : diisi sesuai pilihan
untuk anak meninggal tetap harus ada data historisnya
d. Jenis Kelamin : diisi sesuai jenis kelamin
e. Agama : diisi sesuai agamanya
f. Golongan darah : diisi sesuai golongan darahnya, jika belum tahu, diisi : -
g. Tanggal perkawinan : abaikan
h. Tempat lahir : diisi nama kota
i. Tanggal lahir : diisi sesuai akta kelahiran, caranya : pilih dulu bulannya, kemudian
isikan tanggal dan tahunnya
j. Nomor Karis/karsu : abaikan
k. Nomor KTP : diisi sesuai KTP, jika belum memiliki KTP, diisi : -
l. Pekerjaan : diisi sesuai pilihan
m. Pendidikan : diisi sesuai pendidikan terakhir
n. Nomor Akta : diisi nomor akta kelahiran atau SK adopsi (anak angkat) atau akta
kematian (anak meninggal)
Halaman 111
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
o. Tanggal Akta : diisi tanggal akta kelahiran atau atau SK adopsi (anak angkat) atau
akta kematian (anak meninggal), caranya : pilih dulu bulannya, kemudian isikan
tanggal dan tahunnya
p. Tunjangan : diisi sesuai pilihan
q. Softcopy (wajib) : diupload akta kelahiran/SK adopsi/akta kematian dan KP4
terakhir.

F. PROSES UPDATE DATA KEPANGKATAN


1. Data Kepangkatan yang diverifikasi adalah SK CPNS, SK PNS, SK Kenaikan Pangkat tiap
golongan dan SK Pemberitahuan KGB terakhir (SK-SK KGB terdahulu tidak perlu
diverifikasi dan diupdate)
2. Jika SK CPNS, SK PNS, SK Kenaikan Pangkat tiap golongan dan SK Pemberitahuan KGB
terakhir belum ada di database, silakan lakukan perekaman data.

3. Untuk pengisian data sebagai berikut :


a. Jenis Perubahan Pangkat : diisi sesuai pilihan (hati-hati, teliti, jangan sampai keliru)
b. Pangkat Baru : diisi sesuai pangkat barunya. Untuk KGB diisi sesuai pangkatnya
c. Gaji pokok : diisi sesuai yang tercantum di SK, menggunakan angka (tanpa Rp,
tanpa titik/koma)
d. Nomor SK : diisi sesuai nomor SK
e. Masa Kerja : diisi dengan angka sesuai yang tercantum di SK
f. Tanggal SK : diisi sesuai tanggal SK
g. TMT : diisi tmt. pangkat baru atau tmt. KGB
h. Nomor BKN : diisi nomor persetujuan BKN. Untuk KGB, diisi : -
Halaman 112
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
i. Tanggal Nota BKN : diisi tanggal Nota BKN. Untuk KGB : abaikan
j. Softcopy (wajib) : diupload softcopy SK (pdf)
4. Catatan : untuk tahap awal verifikasi dan updating data kepangkatan, jika ditemukan
beberapa SK KGB belum terekam, yang direkam cukup SK Pemberitahuan KGB terakhir
saja. (SK-SK KGB terdahulu tidak perlu diupdate)

G. PROSES UPDATE DATA STATUS KEPEGAWAIAN


1. Status kepegawaian dalam perekaman ini meliputi : Pegawai Magang, CPNS, PNS dan
Meninggal Dunia.
2. Tidak ada status pegawai magang yang direkam oleh unit kerja. Pegawai yang selesai
tugas belajar (TB) dan masih ditempatkan/magang di Kantor Pusat, bukan merupakan
status Pegawai Magang, statusnya adalah PNS. Termasuk juga pegawai yang dititipkan,
statusnya adalah : PNS.
3. Jika ditemukan data pegawai yang sudah PNS tetapi statusnya masih CPNS, silakan lakukan
perubahan data status kepegawaiannya menjadi PNS. Begitu sebaliknya.
4. Jika ditemukan data pegawai yang sudah Meninggal Dunia tetapi statusnya masih
PNS/CPNS, silakan lakukan perubahan data status kepegawaiannya menjadi Meninggal
Dunia.
5. Cara Perekaman :

a. Status Kepegawaian : pilih sesuai statusnya (perhatikan petunjuk nomor 2 s.d 4


diatas)
b. T.M.T : diisi sesuai tanggal TMT, caranya : pilih dulu bulannya, kemudian isikan
tanggal dan tahunnya
c. Nomor SK : isikan sesuai nomor SK-nya. Untuk status Meninggal Dunia, isikan
sesuai nomor surat keterangan kematian atau nomor surat laporan kematian
d. Tanggal SK : isikan sesuai tanggal SK-nya. Untuk status Meninggal Dunia, isikan
sesuai tanggal surat keterangan kematian atau tanggal surat laporan kematian
Halaman 113
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
e. Softcopy (wajib) : diupload SK-nya. Untuk status Meninggal Dunia, diupload : akta
kematian/surat keterangan kematian atau surat laporan kematian
Catatan :
Untuk memudahkan komunikasi, bagi unit kerja yang belum terhubung dengan Gtalk Subbag
TU Kepegawaian, silakan menambahkan (add) akun : tu.kepegawaian.djpbn@gmail.com

Halaman 114
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

[12]

SURAT KETERANGAN UNTUK MENDAPATKAN TUNJANGAN


KELUARGA, LAPORAN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN DAN
LAPORAN PEGAWAI MENINGGAL DUNIA

A. DASAR HUKUM
1. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1967 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil
Republik Indonesia Tahun 1968 (PGPS Tahun 1968);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1980 tentang Perubahan Pertama Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil Mengenai
Perubahan Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1992 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil
4. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN.

B. SURAT KETERANGAN UNTUK MENDAPATKAN TUNJANGAN KELUARGA


(FORMULIR DA.01.04 / KP.4)
1. Setiap awal tahun anggaran dan atau setiap ada perubahan anggota keluarga (termasuk
suami/isteri/anak meninggal dunia), seluruh pegawai negeri (termasuk calon pegawai)
diwajibkan melaporkan susunan keluarganya untuk memperoleh tunjangan keluarga dengan
mengisi formulir DA.01.04 (KP4);
2. Seluruh anggota keluarga (anak kandung/tiri/angkat) agar dimasukkan dalam formulir
DA.01.04 (KP4) meskipun jumlah anak yang ditanggung hanya satu atau dua orang anak;
3. Mengingat batas usia anak yang berhak memperoleh tunjangan, maksimum adalah 20 tahun,
maka bagi pegawai yang mempunyai anak berusia 21 sampai 25 tahun dan masih mengikuti

Halaman 115
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
pendidikan serta masih dimintakan tunjangan anak, diwajibkan melampirkan surat
keterangan dari sekolah/perguruan tinggi/kursus di tempat yang bersangkutan;
4. Formulir DA.01.04 (KP4) tersebut agar terlebih dahulu diperiksa dan ditandatangani oleh
atasan yang bersangkutan serendah-rendahnya pejabat eselon III. Formulir tersebut agar
disampaikan kepada Petugas Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai (PPABP) masing-
masing selambat-lambatnya tanggal 5 Januari tiap tahunnya. Tembusan KP4 tidak perlu
disampaikan kepada Bagian Administrasi Kepegawaian;
5. Perlu diingatkan bahwa kepada pegawai yang terlambat atau tidak menyampaikan formulir
DA.01.04 (KP4) tersebut, akan mengakibatkan diberhentikannya pembayaran tunjangan
keluarga.
6. Anak kandung/tiri/angkat yang telah berusia 21 tahun hingga 25 tahun dapat ditanggung dan
mendapatkan tunjangan anak, dengan persyaratan sebagai berikut :
a. Melampirkan surat pernyataan dari Kepala Sekolah/Kursus/Perguruan Tinggi yang
menyatakan anak tersebut masih sekolah/kursus/kuliah;
b. Masa pelajaran pada sekolah/kursus/perguruan tinggi tersebut sekurang-kurangnya satu
tahun;
c. Belum pernah kawin;
d. Tidak mempunyai penghasilan sendiri;
e. Nyata-nyata menjadi tanggungan orang tuanya;
f. Tidak menerima beasiswa.

C. LAPORAN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN


1. Pegawai yang melaksanakan perkawinan pertama, wajib memberitahukan perihal
perkawinan tersebut secara tertulis kepada Sekretaris Ditjen Perbendaharaan melalui saluran
hirarkis selambat-lambatnya satu tahun setelah perkawinan dilaksanakan (format terlampir);
2. Ketentuan pada angka 1 berlaku pula bagi pegawai yang telah menjadi duda/janda yang
melaksanakan perkawinan berikutnya (format terlampir);
3. Pegawai yang akan melakukan perceraian wajib memperoleh Izin Perceraian (Pegawai
sebagai Penggugat) atau Surat Keterangan untuk Melakukan Perceraian (Pegawai sebagai
Tergugat) terlebih dahulu dari pejabat berwenang, yaitu :
a. Menteri Keuangan untuk pegawai golongan III/a keatas;
b. Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan untuk pegawai golongan II/d kebawah
lingkup Kantor Pusat dan Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan golongan II/d kebawah
untuk pegawai lingkup kantor wilayah berkenaan;

Halaman 116
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
4. Pegawai Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang telah bercerai berdasarkan putusan
Pengadilan Agama atau Pengadilan Negeri, wajib melaporkan perceraiannya kepada
pimpinan unit kerja dan kepada Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan u.p. Bagian
Administrasi Kepegawaian selambat-lambatnya satu bulan sejak diterbitkannya Akta
Perceraian (format terlampir);
5. Laporan perceraian dibuat dalam rangkap 4 (empat) yang disampaikan untuk Pejabat yang
mengeluarkan Keputusan Izin Perceraian, Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan u.p.
Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian, atasan langsung pegawai yang bersangkutan dan
Badan Kepegawaian Negara.

D. LAPORAN PEGAWAI MENINGGAL DUNIA


1. Pegawai yang meninggal dunia wajib dilaporkan oleh pimpinan unit kerja secara hirarkis
kepada Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Kepala Bagian Administrasi
Kepegawaian (format terlampir);
2. Laporan meninggal dunia, sekurang-kurangnya memuat informasi sebagai berikut :
a. Identitas pegawai (Nama, NIP, Pangkat/Golongan, Jabatan, Unit Organisasi)
b. Keterangan meninggal (penyebab, tempat dan waktu meninggal dunia);
c. Keterangan mengenai anggota keluarga yang ditinggalkan;
d. Informasi mengenai tempat pemakaman/penguburan.
3. Pegawai yang meninggal dunia mendapat hak-hak kepegawaian dan keuangan sesuai
ketentuan yang berlaku.

E. UMPAN BALIK
1. Apakah Setiap awal tahun anggaran seluruh pegawai negeri (termasuk calon pegawai)
diwajibkan melaporkan susunan keluarganya untuk memperoleh tunjangan keluarga dengan
mengisi formulir DA.01.04 (KP4)?
2. Apakah Seluruh anggota keluarga (anak) dimasukkan dalam formulir DA.01.04 (KP4)
meskipun jumlah anak yang ditanggung hanya satu atau dua orang anak?
3. Apakah Formulir DA.01.04 (KP4) disampaikan kepada Petugas Pengelolaan Administrasi
Belanja Pegawai (PPABP) masing-masing selambat-lambatnya tanggal 5 Januari tiap
tahunnya dan tembusannya tidak perlu disampaikan kepada Bagian Administrasi
Kepegawaian?
4. Apakah pegawai yang mempunyai anak berusia 21 sampai 25 tahun dan masih mengikuti
pendidikan serta masih dimintakan tunjangan anak, diwajibkan melampirkan surat
keterangan dari sekolah/perguruan tinggi/kursus di tempat yang bersangkutan?
Halaman 117
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
F. CONTOH FORMAT DOKUMEN
Permohonan Izin Perkawinan
................., ......................

Perihal : Permohonan Izin Kepada


Perkawinan Yth. Bapak Kepala .............
di

Dengan hormat :
Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :
NIP :
Jabatan/Unit Kerja :
Tempat/Tanggal Lahir :
Agama :
Status :
Alamat :

Bersama ini mohon perkenan Bapak ........... untuk dapatnya memberikan izin pernikahan
pertama/kedua*) kami besok pada :

Hari :
Tanggal :
Tempat :

Dengan seorang wanita/pria*)

Nama :
Pekerjaan :
Tempat/Tanggal Lahir :
Status :
Alamat :

Demikian untuk menjadikan periksa dan atas perkenan Bapak kami ucapkan terima kasih dan
bersama ini pula kami lampirkan persyaratannya.

Mengetahui
Atasan Langsung Hormat Saya

(.......................................) (...............................)
NIP............................... NIP..........................

*) Coret yang tidak perlu


Halaman 118
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
BIODATA ORANG TUA

I. BAPAK KANDUNG
Nama :
Tempat/Tanggal Lahir :
Pekerjaan :
Agama :
Alamat :

IBU KANDUNG
Nama :
Tempat/Tanggal Lahir :
Pekerjaan :
Agama :
Alamat :

II.BAPAK MERTUA
Nama :
Tempat/Tanggal Lahir :
Pekerjaan :
Agama :
Alamat :

IBU MERTUA
Nama :
Tempat/Tanggal Lahir :
Pekerjaan :
Agama :
Alamat :

Mengetahui
Atasan Langsung Hormat Saya

(.......................................) (...............................)
NIP............................... NIP..........................

Lampiran :
1. Foto copy Kartu Susunan Keluarga (KSK) Orang Tua
2. Foto Copy KTP yang bersangkutan
3. Pas Foto ukuran 3 X 4
4. Masing-masing lampiran dibuat dalam rangkap 1 (satu) lembar

Halaman 119
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Laporan Perkawinan Pertama
,

Kepada
Yth. Bapak .
di
..
LAPORAN PERKAWINAN PERTAMA
1. Yang bertanda tangan di bawah ini :
a. Nama :
b. NIP :
c. Pangkat/Gol Ruang :
d. Jabatan/Pekerjaan :
e. Satuan Organisasi :
f. Instansi :
g. Jenis Kelamin :
h. Tempat/Tanggal Lahir :
i. Agama :
j. Alamat :

Dengan ini diberitahukan dengan hormat, bahwa saya :


a. Pada tanggal :
b. Di :
Telah melangsungkan perkawinan yang pertama dengan pria/wanita*) sebagai berikut
di bawah ini:
a. Nama :
b. NIP :
c. Pangkat/Gol Ruang :
d. Jabatan/Pekerjaan :
e. Satuan Organisasi :
f. Instansi :
g. Tempat/Tanggal Lahir :
h. Agama :
i. Alamat :

2. Sebagai tanda bukti bersama ini saya lampirkan :


a. Salinan sah Surat Nikah dalam rangkap 5;
b. Pas Foto Isteri/Suami*), ukuran 3 X 4 cm sebanyak 5 lembar;
3. Berhubungan dengan itu, maka saya mengharapkan agar :
a. Dicatat perkawinan tersebut dalam Daftar Keluarga saya.
b. Diselesaikan pemberian karis/karsu*) bagi isteri/suami*) saya
4. Demikian laporan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk dapat digunakan sebagaimana
mestinya.

Hormat Saya

*) Coret yang tidak perlu


.....................................

Halaman 120
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Laporan Perkawinan Janda/Duda
., ..

Kepada
Yth. Bapak.
di
..

LAPORAN PERKAWINAN JANDA/DUDA

1. Yang bertanda tangan di bawah ini :


a. Nama :
b. NIP :
c. Pangkat/Gol Ruang :
d. Jabatan/Pekerjaan :
e. Satuan Organisasi :
f. Instansi :
g. Jenis Kelamin :
h. Tempat/Tanggal Lahir :
i. Agama :
j. Alamat :

Dengan ini diberitahukan dengan hormat, bahwa saya :


a. Pada tanggal :
b. Di :
Telah melangsungkan perkawinan yang dengan pria/wanita*) sebagai berikut
di bawah ini :
a. Nama :
b. NIP :
c. Pangkat/Gol Ruang :
d. Jabatan/Pekerjaan :
e. Satuan Organisasi :
f. Instansi :
g. Tempat/Tanggal Lahir :
h. Agama :
i. Alamat :

2. Sebagai tanda bukti bersama ini saya lampirkan :


a. Salinan sah Surat Nikah dalam rangkap 3 lembar
b. Pas Foto Isteri/Suami*), ukuran 3 X 4 cm sebanyak 3 lembar
3. Berhubungan dengan itu, maka saya mengharapkan agar :
a. Dicatat perkawinan tersebut dalam Daftar Keluarga saya.
b. Diselesaikan pemberian karis/karsu*) bagi isteri/suami*) saya
4. Demikian laporan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk dapat digunakan sebagaimana
mestinya.

Hormat Saya

*) Coret yang tidak perlu

..........................................

Halaman 121
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Laporan Perceraian
....., ..

Kepada
Yth. .............
di
..

LAPORAN PERCERAIAN

1. Yang bertandatangan dibawah ini :


a. Nama :
b. NIP/Nomor Identitas *1) :
c. Pangkat/Golongan Ruang :
d. Jabatan :
e. Unit Organisasi :
f. Agama/Kepercayaan
terhadap Tuhan YME :
dengan ini melaporkan dengan hormat, bahwa sesuai Keputusan ......................*2) Nomor
.............. tanggal ................. tentang Pemberian Izin Perceraian dan Akta Perceraian dari
Pengadilan Agama/Pengadilan Negeri *3) .............................. Nomor ............... tanggal
............., saya telah melakukan perceraian dengan isteri/suami *3) saya:

a. Nama :
b. NIP/Nomor Identitas *1) :
c. Pangkat/Golongan Ruang *4) :
d. Jabatan *4) :
e. Unit Organisasi *4) :
f. Agama :
g. Tanggal Perkawinan :
h. Alamat :
2. Bersama ini saya lampirkan salinan sah surat cerai/akta perceraian dalam rangkap ......
(......................);
3. Demikian untuk dimaklumi dan digunakan sebagaimana mestinya.

Hormat saya,

....................................................
NIP ..............................................
Catatan :
*1) Cantumkan NIP bagi PNS atau Nomor Identitas bagi pegawai lainnya (Non PNS);
*2) Cantumkan nama jabatan dari pejabat yang menerbitkan keputusan cerain;
*3) Coret yang tidak perlu;
*4) Hanya diisi apabila bersangkutan PNS.

Halaman 122
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Laporan Meninggal Dunia

KOP SURAT

Nomor : .................., ...............................


Sifat :
Lampiran :
Hal : Laporan Meninggal Dunia a.n.
........................ NIP ...................................

Yth. Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan


u.p. Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian
Jakarta

Berkenaan dengan Surat Keterangan Kematian dari *1)..............................................,


dengan ini kami beritahukan bahwa pada tanggal ... bulan ..... tahun ...... bertempat di
........................ telah meninggal dunia karena *2).......................... pegawai dengan data sebagai
berikut :
a. Nama :
b. NIP :
c. Pangkat/Golongan Ruang :
d. Jabatan :
e. Unit Organisasi :

Pada kesempatan ini kami beritahukan bahwa almarhum meninggalkan .... suami/isteri
..... anak dan telah bekerja pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan selama ...... tahun.
Selanjutnya, almarhum akan/telah *3) dikebumikan pada tanggal ... bulan ..... tahun ......
bertempat di .........................

Demikian kami laporkan, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Direktur/Kepala Kanwil/Kepala KPPN .........

....................................................
NIP ..............................................

Catatan :
*1) Rumah Sakit atau Kelurahan/Kecamatan tempat pegawai meninggal dunia;
*2) Penyebab meninggal dunia;
*3) Coret yang tidak perlu.

Halaman 123
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

[13]

PERCERAIAN PNS

A. DASAR HUKUM
1. PP Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi PNS;
2. PP Nomor 45 Tahun 1990 tentang Perubahan PP Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin
Perkawinan dan Perceraian bagi PNS;
3. Surat Edaran BKN Nomor : 48/SE/1990 tanggal 22 Desember 1990 Hal Petunjuk
Pelaksanaan PP Nomor 45 Tahun 1990 tentang Perubahan PP Nomor 10 Tahun 1983 tentang
Izin Perkawinan dan Perceraian bagi PNS;
4. Instruksi Menteri Keuangan Nomor : 01/IMK.01/2009 tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan
Penegakan Disiplin PNS Di Lingkungan Departemen Keuangan;
5. Surat Edaran Sekretaris Jenderal Departemen Keuangan Nomor : SE-145/SJ/2008 tanggal 18
Februari 2008 tentang Kelengkapan Dokumen dalam Usul Penjatuhan Hukuman Disiplin,
Pensiun, Perceraian, Ralat Nama/Tahun Kelahiran dan Cuti Di Luar Tanggungan Negara;
6. Surat Direktur Jenderal Bimas Kristen Nomor : Dt.III.I/PW.01/1254/2010 tanggal 30
September 2010 tentang Keterangan bagi PNS beragama Kristen dan Katholik yang
mengajukan permohonan ijin untuk melakukan perceraian.
7. Laporan Benchmarking dan Kajian Konseling SDM

B. PENDAHULUAN
Perkawinan sah adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga/rumah tangga yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang dilakukan menurut hukum masing-masing

Halaman 124
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
agamanya/kepercayaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan dicatat menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku. (UU No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan).
Sejatinya perkawinan yang kekal menjadi dambaan semua keluarga, namun tidak
menutup kemungkinan terjadinya perceraian dalam penyelenggaraan kehidupan berumah tangga,
termasuk PNS Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Oleh karena itu bagi PNS sebagai warga
negara telah diatur mengenai ijin perkawinan dan perceraiannya yaitu PP Nomor 10 Tahun 1983
jo. PP 45 Tahun 1990.
Perbedaan prinsip mengakibatkan perceraian, alasan realistiskah? Banyak efek yang
mengakibatkan kondisi yang tidak menyehatkan dari proses perceraian. Bertambahnya porsi
tekanan psikis, depresi yang memicu penyakit degeneratif, atau bahkan gangguan pada proses
perkembangan jiwa sang buah hati.
Dewasa ini kian marak pergeseran makna dari hubungan antara pernikahan dan
perceraian. Jika pada masa lalu proses perceraian dalam pernikahan merupakan suatu momok
yang tabu dan aib untuk dilangsungkan, kini persepsi bahwa bercerai sudah menjadi suatu
fenomena yang umum di masyarakat termasuk bagi PNS Ditjen Perbendaharaan.
Perubahan pola cerai gugat yang terjadi sekarang ini diduga karena adanya beberapa
faktor yang menyebabkan, antara lain adalah keberhasilan pendidikan, emansipasi sehingga
kaum perempuan sangat mengetahui hak-hak dan kewajibannya yang dilindungi oleh undang-
undang, pribadi perempuan yang mandiri dan tidak bergantung pada suami sehingga kata cerai
lebih mudah dikeluarkan jika terjadi perselisihan sepele sekalipun.
Akibat perceraian akan membawa dampak negatif terhadap setiap pihak yang terlibat,
termasuk di dalamnya adalah anak-anak. Perceraian dapat menimbulkan stres dan trauma untuk
memulai hubungan baru dengan lawan jenis. Akan lebih berbahaya lagi jika dampak perselisihan
dan perceraian tersebut terbawa kedalam atmosfer lingkungan kerja, sehingga secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi kinerja individu dan produktivitas organisasi. Oleh
karena itu peranan organisasi dalam mencegah perceraian dipandang perlu mengambil langkah-
langkah konkrit. Dewasa ini sedang dilakukan pengkajian mengenai konseling SDM sebagai
salah satu bentuk bentuk respon atas fenomena perceraian yang merebak akhir-akhir ini dan
untuk menjaga keharmonisan rumah tangga pegawai DJPBN, work-life balance, dan
peningkatan karier serta kinerja pegawai sebagai salah satu bentuk EAP (Employee Assistance
Program).
Sebelum bergerak ke arah transformatif dan strategis, alangkah baiknya para pengelola
SDM dan pegawai DJPBN pada umumnya terlebih dahulu memahamai aturan main tentang
perceraian PNS sebagai berikut :

Halaman 125
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
C. PROSEDUR IZIN PERCERAIAN
1. PNS yang akan melakukan perceraian wajib terlebih dahulu memperoleh izin atau surat
keterangan dari pejabat yang berwenang.
a. Izin Perceraian adalah surat izin perceraian dari pejabat berwenang bagi PNS pria/wanita
selaku penggugat.
b. Surat Keterangan untuk melakukan Perceraian adalah surat keterangan untuk melakukan
perceraian bagi PNS pria/wanita yang digugat cerai oleh isteri/suaminya.
2. Dalam hal terjadi gugatan cerai, maka :
a. PNS yang berkedudukan sebagai penggugat wajib mengajukan permohonan izin tertulis
kepada atasan untuk melakukan perceraian.
b. PNS yang berkedudukan sebagai tergugat wajib memberitahukan secara tertulis adanya
gugatan cerai dari isteri/suami.
3. Permohonan izin/keterangan disampaikan secara tertulis melalui saluran hirarkis, dengan
memuat alasan-alasan yang mendasari permohonan tersebut.
4. Atasan yang menerima permohonan izin wajib memberikan pertimbangan dan
meneruskannya kepada Pejabat yang berwenang melalui saluran hirarkis dalam jangka waktu
paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung mulai tanggal permohonan izin diterima.
5. Pejabat yang menerima permohonan izin wajib memperhatikan alasan yang dikemukakan
PNS dan pertimbangan yang disampaikan atasan PNS sebelum mengambil keputusan
dan/atau apabila diperlukan meminta keterangan tambahan dari isteri/suami PNS yang
mengajukan permohonan izin atau dari pihak lain yang berkompeten sebagai bentuk
kewajiban merukunkan kembali kedua belah pihak.
6. Untuk membantu Pejabat dalam melaksanakan kewajibannya agar dibentuk Tim Pelaksana
Peraturan PP No. 10 Tahun 1983 dan PP No. 45 Tahun 1990.
7. Pejabat yang berwenang memberikan atau menolak izin perceraian atau surat keterangan
untuk melakukan peceraian adalah sebagai berikut :
a. Bagi PNS berpangkat Juru Muda (Gol/ I/a) sampai dengan Pengatur Tk. I (Gol. II/d)
adalah kewenangan Pejabat Eselon II (Setditjen Perbendaharaan untuk lingkup Kantor
Pusat atau Kepala Kanwil untuk wilayah kerja kantor wilayahnya)
b. Bagi PNS berpangkat Penata Muda (Gol. III/a) keatas adalah kewenangan Menteri
Keuangan.
8. PNS hanya dapat melakukan peceraian apabila ada alasan yang sah, yakni salah satu atau
lebih sebagai berikut :

Halaman 126
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Alasan Dasar Pembuktian
Salah satu pihak berzina Putusan Pengadilan
Surat Pernyataan (ditandatangani paling sedikit 2
orang saksi dewasa dan disahkan pejabat setempat
minimal Camat)
Diketahui oleh salah satu pihak dengan tertangkap
tangan
Salah satu pihak pemabok, pemadat, atau Surat Pernyataan (ditandatangani paling sedikit 2
penjudi yang sulit disembuhkan orang saksi dewasa dan disahkan pejabat setempat
minimal Camat)
Surat Keterangan dari Dokter Pemerintah atau Polisi
Salah satu pihak telah meninggalkan pihak lain 2 Surat Pernyataan dari Lurah/Kepala Desa yang disahkan
(dua) tahun berturut-turut dengan tanpa izin dan oleh pejabat setempat, minimal Camat
alasan sah serta hal lain diluar kemampuannya
Salah satu pihak dihukum penjara 5 (lima) tahun Putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap
atau lebih secara terus menerus setelah
perkawinan berlangsung
Melakukan Kekerasan Dalam Rumah Tangga visum et repertum dari Dokter Pemerintah
(KDRT) atau penganiayaan berat

Terjadi perselisihan dan pertengkaran terus Surat Pernyataan dari Lurah/Kepala Desa yang disahkan
menerus yang tidak terdapat harapan untuk oleh pejabat setempat, minimal Camat
hidup berumah tangga secara rukun

9. Izin untuk bercerai hanya dapat diberikan apabila :


a. Tidak bertentangan dengan ajaran agama/kepercayaan yang dianut PNS bersangkutan;
b. Memenuhi salah satu persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka 8;
c. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan/atau;
d. Alasan yang dikemukakan tidak bertentangan dengan akal sehat.
10. Permohonan izin perceraian hanya ditolak apabila :
a. Bertentangan dengan ajaran agama/kepercayaan yang dianut PNS bersangkutan;
b. Tidak memenuhi salah satu persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka 8;
c. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan/atau;
d. Alasan yang dikemukakan bertentangan dengan akal sehat.
11. Permohonan cerai tidak diberikan apabila didasarkan pada alasan bahwa salah satu pihak
mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajiban
sebagai suami/isteri.
12. Kelengkapan dokumen yang harus dipenuhi antara lain sebagai berikut :
a. Izin Perceraian
a) Permohonan izin cerai yang bersangkutan
b) Usul unit
c) Surat Keterangan Lurah yang diketahui serendah-rendahnya oleh Camat
(untuk alasan pertengkaran dan suami/isteri meninggalkan pasangannya lebih dari 2
tahun berturut-turut)

Halaman 127
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
d) Surat putusan pengadilan (untuk alasan Suami/Isteri ditahan)
e) Visum et repertum dari dokter pemerintah
f) Surat keterangan Dokter/Polisi
(e & f untuk alasan Kekerasan Dalam Rumah Tangga/KDRT)
g) Surat Keterangan 2 (dua) orang saksi dewasa yang diketahui Camat setempat
h) Putusan Pengadilan
(g & h untuk alasan salah satu pihak pemabuk/pemadat/penjudi)
i) Pernyataan minimal 2 (dua) orang saksi dewasa yang diketahui camat
j) Laporan tertulis salah satu pihak (Suami/isteri)
(i& j untuk alasan perzinahan)
k) BAP (Berita Acara Permintaan Keterangan)
b. Surat Keterangan untuk melakukan perceraian
a) Surat Pemberitahuan adanya gugatan cerai
b) Usul unit
c) BAP (Berita Acara Permintaan Keterangan)
d) Relaas dari Pengadilan Agama/Pengadilan Negeri
13. Keputusan Pejabat yang berwenang untuk menetapkan pemberian atau penolakan izin kepada
PNS untuk melakukan perceraian ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung mulai
tanggal permohonan izin diterima.
14. Pejabat yang berwenang dijatuhi hukuman disiplin berat, apabila yang bersangkutan lalai
dalam mengambil keputusan pemberian izin/penolakan kepada PNS untuk melakukan
perceraian.
15. Setelah melakukan perceraian, PNS wajib melaporkan perceraian paling lambat 1 (satu)
bulan terhitung mulai tanggal perceraian.
16. Bagi PNS yang melakukan perceraian tanpa memperoleh izin/keterangan dari pejabat yang
berwenang dijatuhi salah satu hukumam disiplin berat.

D. PERCERAIAN PNS BERAGAM KRISTEN DAN KATHOLIK


Untuk PNS yang beragama Kristen dan Katholik yang mengajukan permohonan ijin
melakukan perceraian agar diserahkan kepada Pimpinan Gereja untuk rekomendasi sebagai
bahan pertimbangan pimpinan yang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam Surat Direktur
Jenderal Bimas Kristen Nomor : Dt.III.I/PW.01/1254/2010 tanggal 30 September 2010.

Halaman 128
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
E. KAJIAN KONSELING SDM
Pada bagian ini dapat disampaikan konsep kajian konseling SDM sebagai respon
organisasi dalam menyikapi fenomena perceraian dan mitigasi risiko atas dampak ditimbulkan
terhadap organisasi. Dalam rangka penajaman kajian dan rencana impelementasi Program
Konseling SDM Ditjen Perbendaharaan telah dilakukan benchmarking dan preeliminary study
pada lembaga yang telah menerapkan program konseling dan artikel terkait dari berbagai media.
Adapun konsep program konseling SDM yang terkait perceraian PNS dapat kami sampaikan
sebagai berikut :
1. Jenis Layanan Konseling
a. Konseling Pra Mediasi Perceraian
Mengingat permasalahan perceraian merupakan permasalah yang bersifat privasi dan
membuthkan penggalian masalah dengan pendekatan ilmu psikologi, sebelum dilakukan mediasi
oleh Tim Penyelesaian Izin Perceraian pada instansi pegawai yang mengajukan izin perceraian,
menurut hemat kami perlu kiranya meminta bantuan konselor dalam menggali permasalahan
terkait perceraian tersebut. Rekomendasi hasil konseling dari konselor selanjutnya dapat
dijadikan bahan pertimbangan oleh Tim Penyelesaian Izin Perceraian dalam memutuskan
diterima/ditolaknya izin perceraian yang diusulkan.
b. Konseling Pranikah
Konseling ini diperuntukan untuk pegawai Ditjen Perbendaharaan dan calon isteri/suami
dengan tujuan untuk memberikan gambaran kehidupan kedepan dan konsekuensi yang akan
dihadapi dalam membina rumah tangga dan menjadi bagian dari keluarga Ditjen
Perbendaharaan. Salah satu bentuk konseling ini dapat disampaikan dalam forum pembekalan
pegawai rekrutmen baru (STAN/SI/S2).
2. Metode dan Media
a. Langsung (Face to Face)
Metode tatap muka secara langsung (face to face) merupakan metode yang efektif dalam
pelaksanaan konseling karena konselor dapat melihat ekspresi emosi, gesture, tekanan suara dll
sehingga dapat lebih membantu dalam penyelesaian permasalahan karena kedalaman informasi
dapat tergali secara optimal
b. E-Counseling
Mengingat keterbatasan waktu, jarak dan sebaran instansi vertikal kosnseling dapat
dilakukan dengan metode e-counseling. Metode ini selain mempunyai beberapa keuntungan
berupa efisiensi waktu dan biaya, juga mempunyai beberapa kekurangan diantaranya tidak
terlihat emosi antara konselor dan konselee, potensi miss-komunikasi sehingga kesulitan dalam
menggali permasalahan secara utuh, oleh karena itu layanan ini dapat diterapkan untuk hal-hal
Halaman 129
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
yang bersifat psikoedukasi, seperti publikasi psikologi dalam bentuk artikel, sharing
permasalahan pernah yang dialami pegawai atau media untuk membuat perjanjian dengan
konselor.

F. CONTOH FORMAT DOKUMEN

Halaman 130
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Surat Permintaan Izin Untuk Melakukan Perceraian

Kepada
Yth. Pejabat Yang Berwenang
melalui

......................

SURAT PERMINTAAN IZIN UNTUK MELAKUKAN PERCERAIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


a. Nama :
b. N I P :
c. Pangkat/Golongan :
d. Jabatan :
e. Unit Organisasi :
f. Tempat/Tgl. Lahir :
g. Agama :
h. Alamat :
Dengan ini mengajukan permintaan agar saya diizinkan untuk melakukan perceraian dengan
suami/isteri *) saya :
1. Nama :
2. N I P **) :
3. Pangkat/Golongan **) :
4. Jabatan **) :
5. Unit Organisasi **) :
6. Tempat/Tgl. Lahir :
7. Agama :
8. Alamat :
Adapun alasan yang mendasari permintaan izin untuk melakukan perceraian adalah :
1. ..
2. ..
3. ..
Demikian surat permintaan izin ini saya buat dengan sesungguhnya dan agar dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Yang meminta Izin

.
NIP .

*) Coret yang tidak perlu;


**) Hanya diisi apabila bersangkutan PNS.

Halaman 131
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Surat Pemberitahuan Adanya Gugatan Perceraian

..,.

Kepada
Yth. .............................
di ..

SURAT PEMBERITAHUAN ADANYA GUGATAN PERCERAIAN

1. Yang bertanda-tangan dibawah ini :


a. Nama :
b. NIP/Nomor Identitas :
c. Pangkat/Gol ruang :
d. Jabatan :
e. Satuan Organisasi :
f . Tanggal Lahir :
g. Agama :
h. Alamat :
memberitahukan dengan hormat, bahwa saya telah digugat dalam perkara perceraian oleh
suami/isteri *) saya :
a. Nama :
b. NIP/No. Identitas **) :
c. Pangkat/Gol ruang **) :
d. Jabatan **) :
e. Agama :
f. Alamat :
2. Sebagai bahan pertimbangan maka bersama ini saya lampirkan :
a. Surat gugatan perceraian
b. Relaas Pengadilan .
Demikian pemberitahuan adanya gugatan perceraian ini agar dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Yang Memberitahukan,

............
NIP .............................

*) Coret yang tidak perlu;


**) Hanya diisi apabila bersangkutan PNS.

Halaman 132
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Surat Pernyataan Gugatan Cerai

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Tempat/Tanggal Lahir :
Alamat :
Dengan ini saya mengajukan gugatan cerai kepada suami :
Nama :
Tempat/Tanggal Lahir :
Alamat :

Dikarenakan suami telah

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

,.. 20.

Saksi-saksi :

1. . :

2. :

Tanggal : Tanggal :
Nomor : Nomor :

Mengetahui Mengesahkan
Camat Kepala Desa/Lurah

.
NIP NIP

Halaman 133
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Surat Panggilan

KOP SURAT

SURAT PANGGILAN
Nomor :

Kepada Yth :
Sdr.
.
.

Sehubungan dengan Surat Permintaan Izin Untuk Melakukan Perceraian


Sdr. . NIP. pegawai Direktorat/Kanwil/KPPN
, dengan ini kami memanggil Saudara untuk datang menemui kami
selaku Tim Penyelesaian Izin Perceraian pada :

Hari / Tanggal :
Tempat :
Waktu :

Demikian untuk diketahui dan dilaksankan dengan penuh kesadaran.

Dikeluarkan di ................
Pada tanggal ...
Direktur/Kakanwil/Ka KPPN


NIP .

Halaman 134
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Berita Acara Permintaan Keterangan

KOP SURAT

BERITA ACARA PERMINTAAN KETERANGAN


Nomor : BA- .

Pada hari ini, tanggal . bulan . Tahun .,


bertempat di ., Tim Tim Penyelesaian Izin Perceraian yang
terdiri dari :
1. Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :

2. Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :

3. Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :

Berdasarkan Surat Keputusan/Nota Dinas Direktur Nomor :


.. tanggal .. dan Surat Panggilan Direktur Nomor :
.. tanggal .. melakukan klarifikasi/permintaan
keterangan kepada :

Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :

Sehubungan dengan Surat Permintaan Izin Untuk Melakukan Perceraian terhadap suami/isterinya
dengan hasil klarifikasi/permintaan keterangan sebagai
berikut :
1. Pertanyaan : Apakah Sdri. dalam kondisi sehat saat ini ?
Jawaban :
2. Pertanyaan : Apakah Sdri. mengetahui tujuan dipanggil saat ini ?
Jawaban :
3. Pertanyaan : Sebelum Sdri. menjawab pertanyaan yang diajukan Tim. Apakah
Sdri. bersedia memberikan keterangan dengan sejujurnya karena
pernyataan yang Sdri. sampaikan tidak hanya
dipertanggungjawabkan kepada Tim, tetapi juga
dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Jawaban :
4. Pertanyaan : Sudah berapa lama Sdri. menjalani usia perkawinan ? Apakah

Halaman 135
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Sdri. dikaruniai anak dari hasil perkawianan dimaksud ?
Jawaban :
5. Pertanyaan : Menanggapi surat permintaan izin untuk melakukan perceraian
yang Sdri. ajukan tertanggal kepada Direktur
. Tim memerlukan keterangan guna melengkapi hal
dimaksud.
Apakah perceraian tersebut yang diperbolehkan Allah tapi tidak
disukai Allah tetap Sdri. laksanakan ?
Jawaban :
6. Pertanyaan : Dalam surat permintaan izin untuk melakukan perceraian, Sdr/i.
memberikan alasan sebagai berikut :
.
.
.
Bisakah Sdri. jelaskan secara rinci alasan tersebut diatas ?
Jawaban :
7. Pertanyaan : Selain alasan-alasan tersebut diatas, apakah ada hal-hal lain yang
mendorong Sdri. mengajukan surat permintaan izin untuk
melakukan perceraian ?
Jawaban :

8. Pertanyaan : (Pertanyaan dapat dikembangkan sesuai kebutuhan)


Jawaban :
9. Pertanyaan :
Jawaban :
10. Pertanyaan :
Jawaban :
11. Pertanyaan :
Jawaban :
12. Pertanyaan :
Jawaban :
13. Pertanyaan : Apakah masih terjalin komunikasi antara suami dan Sdr/i. ? hal-
hal apa saja yang biasanya dibicarakan ?
Jawaban :
14. Pertanyaan : Apakah suami telah mengetahui bahwa Sdr/i. telah mengajukan
surat permintaan izin untuk melakukan perceraian ?
Jawaban :
15. Pertanyaan : Bila suami sudah mengetahui hal tersebut, bagaimana tanggapan
yang bersangkutan ?
Jawaban :
16. Pertanyaan : Bagaimana tanggapan putra/putri Sdri. mengenai niat perceraian
antara Sdri. dan suami ? apakah mereka mendukung hal tersebut ?
Jawaban :
17. Pertanyaan : Dari putra/putri Sdri dan suami, siapakah yang membela Sdr/i. ?
Jawaban :
18. Pertanyaan : Ha-hal apa saja yang telah suami upayakan untuk memperbaiki
rumah tangga ?
Jawaban :
19. Pertanyaan : Setelah dilakukan upaya dimaksud, apakah suami Sdri.
menginginkan perceraian tersebut ?
Jawaban :
20. Pertanyaan : Apakah selama ini antara Sdr/i. dan suami sering terjadi
Halaman 136
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
kecekcokan/pertengkaran ?
Jawaban :
21. Pertanyaan : Bila masih sering terjadi pertengkaran, apa penyebabnya ?
Jawaban :

22. Pertanyaan : Dari Surat Pernyataan yang anda buat, selain disahkan Kepala
Desa/Lurah dan diketahui Camat setempat ditandatangani juga
oleh saksi-saksi. Apa hubungan Sdri. dengan saksi-saksi tersebut?
Jawaban :
23. Pertanyaan : Sejauh mana saksi-saksi tersebut mengetahui kondisi rumah
tangga sdr/i dan suami ?
Jawaban :
24. Pertanyaan : Apakah Sdr/i. bersedia mendatangkan saksi-saksi tersebut
dihadapan Tim apabila diperlukan untuk dimintai keterangan ?
Jawaban :
25. Pertanyaan : Mengingat usia perkawinan yang telah Sdri jalani bersama suami
dan mempertimbangkan masa depan putra/putri Sdri., apakah
tidak lebih baik untuk memperbaiki kembali hubungan/ rukun
kembali dan tidak melanjutkan proses perceraian ?
Jawaban :
26. Pertanyaan : Apakah hal-hal lain yang ingi Sdr/i. kemukakan ?
Jawaban :
27. Pertanyaan : Apakah dalam memberikan keterangan ini Sdr/i. merasa ditekan ?
Jawaban :
28. Pertanyaan : Apakah Sdri. bersedia untuk dikonfrontir dengan suami ?
Jawaban :
29. Pertanyaan : Apakah sewaktu-waktu Sdri. bersedia untuk dimintai keterangan
lagi ?
Jawaban :
30. Pertanyaan : Apakah Sdr/i. bersedia menandatangani Berita Acara Permintaan
Keterangan ini ?
Jawaban :

Demikian berita acara ini dibuat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Yang Menerangkan


NIP

Tim Penyelesaian Izin Perceraian


NIP NIP NIP

Halaman 137
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

[14]

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI

A. DASAR HUKUM
1. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS;
2. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 21 Tahun 2010 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010;
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214/PMK.01/2011 tentang Penegakan Disiplin Dalam
Kaitannya Dengan Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara di Lingkungan
Kementerian Keuangan;
4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 174/KMK.01/2011 tentang Penunjukan Inspektur
Jenderal Sebagai Pejabat Yang Berwenang Untuk Membentuk Tim Pemeriksa Dalam Rangka
Penjatuhan Hukuman Disiplin Sedang dan Berat di Lingkungan Kementerian Keuangan;
5. Instruksi Menteri Keuangan Nomor 289/IMK.01/2011 tentang Pemberian atau Penolakan
Izin Masuk Bekerja dan Melaksanakan Tugas bagi PNS di Lingkungan Kementerian
Keuangan yang Dijatuhi Hukuman Disiplin Berupa Pemberhentian dan Mengajukan Banding
Administratif ke Badan Pertimbangan Kepegawaian;
6. Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan Nomor SE-10/SJ/2012 tanggal 02
Mei 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
214/PMK.01/2011.

Halaman 138
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
B. PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI
1. Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS yang tidak menaati
kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin PNS, baik yang dilakukan di
dalam maupun di luar jam kerja.
2. Tata cara pemanggilan, pemeriksaan, penjatuhan dan penyampaian keputusan hukuman
disiplin sebagai berikut:
a. Umum
1) Sebelum menjatuhkan hukuman disiplin, atasan langsung wajib memeriksa lebih
dahulu PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin;
2) Untuk ancaman hukuman disiplin sedang dan berat dapat dibentuk Tim Pemeriksa
yang terdiri dari atasan langsung, unsur pengawasan, dan unsur kepegawaian atau
pejabat lain yang ditunjuk;
3) Tim Pemeriksa dibentuk oleh Pejabat Pembina Kepegawaian (Menteri) atau pejabat
lain yang ditunjuk (Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan);
4) Tujuan pemeriksaan adalah untuk mengetahui apakah PNS yang bersangkutan benar
atau tidak melakukan pelanggaran disiplin, dan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mendorong atau menyebabkan PNS yang bersangkutan melakukan pelanggaran
disiplin serta untuk mengetahui dampak atau akibat dari pelanggaran disiplin tersebut;
5) Pemeriksaan harus dilakukan dengan teliti dan obyektif, sehingga pejabat yang
berwenang menghukum dapat mempertimbangkan dengan seksama tentang jenis
hukuman disiplin yang akan dijatuhkan kepada PNS yang bersangkutan.
b. Pemanggilan Pemeriksaan
1) PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin, dipanggil secara tertulis untuk
diperiksa oleh atasan langsung atau Tim Pemeriksa paling lambat 7 (tujuh) hari kerja
sebelum tanggal pemeriksaan;
2) Apabila PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin pada tanggal yang
seharusnya yang bersangkutan diperiksa tidak hadir, maka dilakukan pemanggilan
kedua paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal seharusnya yang bersangkutan
diperiksa pada pemanggilan pertama;
3) Apabila pada tanggal pemeriksaan yang ditentukan dalam surat pemanggilan kedua
PNS yang bersangkutan tidak hadir juga, maka pejabat yang berwenang menghukum
menjatuhkan hukuman disiplin berdasarkan alat bukti dan keterangan yang ada tanpa
dilakukan pemeriksaan.

Halaman 139
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
c. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan dilakukan secara tertutup dan hasilnya dituangkan dalam Berita Acara
Pemeriksaan (BAP);
2) BAP setidaknya memuat fakta 5 W dan 1 H, yaitu Who, What, When, Where, Why,
dan How :
a) Siapa yang melakukan pelanggaran disiplin;
b) Apakah pelanggaran disiplin yang dilakukan;
c) Kapan terjadinya;
d) Dimana terjadinya;
e) Mengapa pegawai tersebut melakukan pelanggaran disiplin (faktor yang
mendorong);
f) Bagaimana pelanggaran disiplin tersebut terjadi (modusnya);
3) Apabila diperlukan, untuk mendapatkan keterangan yang lebih lengkap dan dalam
upaya menjamin obyektifitas dalam pemeriksaan, atasan langsung, tim pemeriksa atau
pejabat yang berwenang menghukum dapat meminta keterangan dari orang lain;
4) BAP harus ditandatangani oleh atasan langsung atau Tim Pemeriksa dan PNS yang
diperiksa;
5) Apabila PNS yang diperiksa tidak bersedia menandatangani BAP, maka BAP tersebut
cukup ditandatangani oleh pemeriksa, dengan memberikan catatan dalam BAP,
bahwa PNS yang diperiksa tidak bersedia menandatangani BAP dan BAP tetap
dijadikan dasar untuk menjatuhkan hukuman disiplin;
6) PNS yang telah diperiksa berhak mendapat foto kopi BAP;
d. Penjatuhan hukuman disiplin
1) Setiap penjatuhan hukuman disiplin ditetapkan dengan keputusan pejabat yang
berwenang menghukum dan dalam keputusan hukuman disiplin dimaksud harus
disebutkan pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh PNS yang bersangkutan;
2) Pejabat yang berwenang menghukum adalah pejabat yang diberi wewenang
menjatuhkan hukuman disiplin kepada PNS yang melakukan pelanggaran disiplin
sesuai Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010;
3) Apabila menurut hasil pemeriksaan, ternyata kewenangan untuk menjatuhkan
hukuman disiplin kepada PNS tersebut merupakan kewenangan :
a) atasan langsung yang bersangkutan, maka atasan langsung tersebut wajib
menjatuhkan hukuman disiplin;

Halaman 140
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
b) pejabat yang lebih tinggi, maka atasan langsungnya wajib melaporkan secara
hirarkis disertai dokumen sebagai berikut:
Surat Panggilan Pemeriksaan I dan II;
Berita Acara Pemeriksaan (BAP);
Laporan kewenangan penjatuhan hukuman disiplin dari atasan langsung;
Salinan sah keputusan CPNS dan pangkat terakhir;
Bukti-bukti pelanggaran disiplin
Contoh : Daftar Kehadiran Pegawai dan lain lain.
e. Penyampaian hukuman disiplin
1) Keputusan hukuman disiplin disampaikan secara tertutup oleh pejabat yang
berwenang menghukum atau pejabat lain yang ditunjuk paling lambat 14 (empat
belas) hari kerja sejak keputusan ditetapkan, dengan ketentuan bahwa pejabat yang
ditunjuk dimaksud jabatan dan pangkatnya tidak boleh lebih rendah dari PNS yang
bersangkutan;
2) PNS yang bersangkutan dipanggil secara tertulis untuk hadir menerima keputusan
hukuman disiplin;
3) Dalam hal PNS yang dijatuhi hukuman disiplin tidak hadir pada saat penyampaian
keputusan, maka keputusan hukuman disiplin dikirim kepada yang bersangkutan
melalui alamat terakhir yang diketahui dan tercatat di unit kerjanya.

C. PELANGGARAN JAM KERJA


1. Pegawai dinyatakan melanggar jam kerja apabila tidak masuk bekerja, terlambat masuk
bekerja, pulang sebelum waktunya, tidak berada di tempat tugas, tidak mengganti waktu
keterlambatan (khusus DKI Jakarta), dan/atau tidak mengisi daftar hadir, yang
keseluruhannya dilakukan oleh Pegawai tanpa Alasan yang sah.
2. Alasan yang sah adalah alasan yang dapat dipertanggungjawabkan yang disampaikan secara
tertulis dan dituangkan dalam surat permohonan izin/pemberitahuan serta disetujui oleh
pejabat yang berwenang.
3. Pegawai yang melanggar Jam kerja dihitung secara kumulatif mulai bulan Januari sampai
dengan bulan Desember tahun berjalan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. tidak masuk bekerja 1 (satu) hari dihitung sebagai 1 (satu) hari tidak masuk bekerja;
b. terlambat masuk bekerja dan/atau pulang sebelum waktunya dihitung berdasarkan jumlah
waktu keterlambatan/pulang sebelum waktunya sesuai ketentuan mengenai hari dan jam
kerja;

Halaman 141
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
c. tidak berada di tempat tugas dihitung berdasarkan jumlah waktu ketidakberadaan pegawai
ditempat tugas yang dibuktikan dengan surat keterangan dari atasan langsung;
d. tidak mengisi daftar hadir masuk bekerja atau pulang kerja juga dihitung sebagai
keterlambatan masuk bekerja atau pulang sebelum waktunya selama 3 (tiga tiga per
empat) jam; dan
e. bagi yang tidak mengganti waktu keterlambatan (khusus DKI Jakarta) penghitungan
kumulatif didasarkan pada waktu keterlambatan.
4. Penghitungan jumlah waktu sebagaimana dimaksud pada angka 3, dilakukan dengan
konversi 7 jam sama dengan 1 (satu) hari tidak masuk bekerja dan apabila telah memenuhi
akumulasi 5 (lima) hari tidak masuk kerja atau lebih, dijatuhi hukuman disiplin berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, yaitu:
Lamanya tidak masuk kerja
No. Jenis Hukuman Disiplin
tanpa alasan yang sah
Hukuman Disiplin Tingkat Ringan
1. Selama 5 hari kerja Teguran lisan
2. Selama 6 s.d. 10 hari kerja Teguran tertulis
3. Selama 11 s.d. 15 hari kerja Pernyataan tidak puas secara tertulis
Hukuman Disiplin Tingkat Sedang
4. Selama 16 s.d. 20 hari kerja Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun
5. Selama 21 s.d. 25 hari kerja Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun
6. Selama 26 s.d. 30 hari kerja Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun
Hukuman Disiplin Tingkat Berat
7. Selama 31 s.d. 35 hari kerja Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun
8. Selama 36 s.d. 40 hari kerja Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah
9. Selama 41 s.d. 45 hari kerja Pembebasan dari jabatan
Selama 46 hari kerja atau Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau
10. pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS
lebih

D. PEMOTONGAN TKPKN KARENA HUKUMAN DISIPLIN


Hukuman disiplin terdiri atas pelanggaran terkait administratif dan non administratif sebagai
berikut:
1. Hukuman disiplin administratif, yaitu apabila pelanggaran terkait:
a. jam kerja
b. pencapaian sasaran kerja
c. standar prosedur kerja yang tidak memiliki unsur merugikan keuangan negara atau
memperkaya diri sendiri dan/atau orang lain;
d. prosedur laporan perkawinan dan izin perceraian
Halaman 142
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
e. prosedur izin berpoligami
f. prosedur izin usaha
g. prosedur izin ke luar negeri; atau
h. prosedur izin menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan/atau lembaga atau
organisasi internasional.
2. Hukuman disiplin non administratif, yaitu apabila pelanggaran terkait:
a. penyalahgunaan wewenang;
b. terdapat indikasi terjadinya tindak pidana/kejahatan;
c. melakukan tindakan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme yang langsung/tidak langsung
menyebabkan kerugian negara;
d. melakukan tindakan yang mencoreng harkat dan martabat PNS;
e. melakukan tindakan yang dengan sengaja menghalangi atau mempersulit salah satu pihak
yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani;
f. tidak melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila terdapat indikasi kerugian
negara yang akan terjadi; atau
g. melakukan tindakan yang terkait dengan pemberian dukungan terhadap calon
Presiden/Wakil Presiden, DPR, DPD, DPRD, dan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah
dengan cara membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan salah satu
pasangan calon selama masa kampanye.
3. Dalam kaitannya dengan pemotongan TKPKN, secara prinsip bagi Pegawai yang dijatuhi
hukuman disiplin karena melakukan pelanggaran terkait administratif tidak dikenakan
pemotongan TKPKN dan Pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin karena melakukan
pelanggaran terkait non administratif dikenakan pemotongan TKPKN secara proporsional.
4. Namun demikian, terhadap pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin karena melakukan
pelanggaran terkait administratif dikenakan pemotongan TKPKN apabila pelanggarannya
berupa:
a. Jam kerja yang merupakan perbuatan berulang-ulang dengan kesengajaan
b. Pencapaian sasaran kerja dikarenakan murni kesalahan pegawai yang bersangkutan.
c. Standar prosedur kerja (SOP) yang memiliki unsur merugikan keuangan negara atau
memperkaya diri sendiri dan/atau orang lain.
d. Proses perceraian tanpa izin murni kesengajaan pegawai yang bersangkutan
e. Melakukan pernikahan kedua dan seterusnya tanpa izin (poligami)

Halaman 143
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
E. PEJABAT YANG BERWENANG MENGHUKUM
Pejabat yang berwenang menghukum adalah pejabat yang diberi wewenang menjatuhkan
hukuman disiplin kepada PNS yang melakukan pelanggaran disiplin sesuai Pasal 16
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010, dengan rincian sebagai berikut:
Pejabat Yang
No. Jenis Hukuman Disiplin Pejabat/Pegawai yang dijatuhi hukuman
Menghukum
Hukuman Disiplin Ringan
Menteri Pejabat Eselon I dan Fungsional Umum Gol. IV/d & IV/e
a. Teguran Lisan Pejabat Eselon I Pejabat Eselon II dan Fungsional Umum Gol. IV/a s.d. IV/c
b. Teguran Tertulis Pejabat Eselon II Pejabat Eselon III dan Fungsional Umum Gol. III/c & III/d
Pernyataan Tidak Puas Secara
c. Pejabat Eselon III Pejabat Eselon IV dan Fungsional Umum Gol. II/c s.d. III/b
Tertulis
Pejabat Eselon IV Fungsional Umum Gol. I/a s.d. II/b

Hukuman Disiplin Sedang


Menteri Pejabat Eselon I, II dan Fungsional Umum Gol. IV/a s.d. IV/e
a. Penundaan kenaikan gaji berkala
Pejabat Eselon I Pejabat Eselon III dan Fungsional Umum Gol. III/b s.d. III/d
selama 1 (satu) tahun
b. Penundaan kenaikan pangkat
Pejabat Eselon II Pejabat Eselon IV dan Fungsional Umum Gol. II/c s.d. III/b
selama 1 (satu) tahun
Pejabat Eselon III Fungsional Umum Gol. II/a & II/b
Pejabat Eselon IV Fungsional Umum Gol. I/a s.d. I/d
Pejabat Eselon I, II, III, IV dan Fungsional Umum Gol. IV/e ke
Menteri
Penurunan pangkat setingkat bawah
c. lebih rendah selama 1 (satu) Pejabat Es. II yg
atasan langsungnya
tahun Pejabat Eselon IV dan Fungsional Umum Gol. III/d ke bawah
Pejabat Es. I yg
bukan PPK

Hukuman Disiplin Berat

a. Penurunan Pangkat Setingkat


Lebih Rendah selama 3 (tiga)
tahun
b. Pemindahan dalam rangka Pejabat Eselon I untuk jenis hukuman disiplin sebagaimana
penurunan jabatan setingkat tersebut pada huruf a
lebih rendah Menteri
c. Pembebasan Dari Jabatan Pejabat Eselon II, III, IV dan Fungsional Umum Gol. IV/e ke
d. Pemberhentian dengan Hormat bawah untuk semua jenis hukuman disiplin tingkat berat
Tidak Atas Permintaan Sendiri
e. Pemberhentian Tidak Dengan
Hormat sebagai PNS

F. CONTOH KASUS

Untuk lebih memperjelas materi penegakan disiplin, berikut diberikan contoh penanganan atas
kasus pelanggaran disiplin terhadap kewajiban masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja
beserta contoh format dokumen administrasinya sebagai berikut:

Contoh I :
Sdr. Badu, NIP 197908041998011001 pangkat Penata Muda Tk. I (Gol. III/b) Pelaksana
pada Subbagian Umum KPPN xxxx. tidak masuk kerja tanpa alasan sah, yaitu tanggal 29
Maret 2011 s.d. 04 April 2011 sehingga secara kumulatif tidak masuk kerja tanpa alasan sah
selama 5 (lima) hari kerja.

Halaman 144
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
a. Sdr. Badu dipanggil (panggilan pertama) oleh atasan langsungnya secara tertulis pada
tanggal 5 April 2011 untuk hadir dalam pemeriksaan pada tanggal 13 April 2011 (contoh
format nomor 1);
b. Sdr. Badu hadir dalam pemeriksaan pada tanggal 13 April 2011 dan berdasarkan hasil
pemeriksaan yang dituangkan dalam BAP, yang bersangkutan mengaku tidak masuk
kerja tanpa alasan sah selama 5 (lima) hari kerja dari tanggal 29 Maret 2011 s.d. 4 April
2011;
c. Dalam hal demikian kepada Sdr. Badu diberikan hukuman disiplin tingkat ringan berupa
Teguran Lisan dan sesuai ketentuan PP 53 Tahun 2010, pejabat yang berwenang
menghukum adalah Kepala KPPN xxxx (contoh format nomor 2)
d. Mengingat keputusan hukuman disiplin dimaksud merupakan kewenangan Kepala KPPN
xxxxx, maka atasan langsung Sdr. Badu menyampaikan kepada Kepala KPPN disertai
dokumen berupa:

Surat Panggilan Pemeriksaan I;


Berita Acara Pemeriksaan (BAP) (contoh format nomor 3);
Laporan kewenangan penjatuhan hukuman disiplin (contoh format nomor 4);
Bukti-bukti pelanggaran disiplin
Contoh : daftar kehadiran Pegawai dan lain lain.
e. Keputusan hukuman disiplin dimaksud merupakan hukuman disiplin yang pertama dan
pelanggaran disiplin terkait administratif maka kepada yang bersangkutan tidak
dikenakan pemotongan TKPKN.

Contoh II :

Kasus sama seperti pada contoh II, namun Sdr. Badu tidak hadir pada pemanggilan
pemeriksaan I dan II dan ketidakhadiran tersebut dilakukan secara terus menerus sejak
tanggal pemanggilan I sampai dengan pemanggilan II.
a. Sdr. Badu dipanggil (panggilan pertama) oleh atasan langsungnya secara tertulis pada
tanggal 5 April 2011 untuk hadir dalam pemeriksaan pada tanggal 13 April 2011;
b. Sdr. Badu tidak hadir dalam pemeriksaan pada tanggal 13 April 2011, maka pada tanggal
13 April 2011 atasan langsungnya melakukan pemanggilan kedua secara tertulis kepada
Sdr. Badu untuk hadir dalam pemeriksaan pada tanggal 21 April 2011 (contoh format
nomor 5);

Halaman 145
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
c. Apabila pada tanggal 21 April 2011 pemeriksaan pemanggilan kedua, Sdr. Badu tidak
juga hadir, maka dijatuhi hukuman disiplin berdasarkan alat bukti dan keterangan yang
ada tanpa dilakukan pemeriksaan;
d. Dalam hal demikian jumlah ketidakhadiran tanpa alasan sah Sdr. Badu, yaitu secara
akumulatif selama 18 (delapan belas) hari kerja dari tanggal 29 Maret 2011 s.d. 21 April
2011, maka kepada Sdr. Badu diberikan hukuman disiplin tingkat sedang berupa
Penundaan Kenaikan Gaji Berkala Selama 1 (Satu) Tahun dan pejabat yang berwenang
menghukum adalah Kepala Kanwil (contoh format nomor 6);
e. Mengingat keputusan hukuman disiplin dimaksud merupakan kewenangan Kepala
Kanwil, maka atasan langsung melaporkan secara hirarkis kepada Kepala Kanwil disertai
dokumen sebagai berikut:
Pemanggilan Pemeriksaan I dan II;
Berita Acara Pemeriksaan tidak ada karena tidak ada pemeriksaan;
Laporan kewenangan penjatuhan hukuman disiplin dari atasan langsung (contoh
format nomor 7);
Salinan sah keputusan CPNS dan pangkat terakhir;
Bukti-bukti pelanggaran disiplin, antara lain daftar kehadiran pegawai.
f. Apabila keputusan penjatuhan hukuman disiplin terhadap Sdr. Badu telah ditetapkan
Kepala Kanwil pada tanggal 09 Mei 2011, maka paling lambat 14 (empat belas) hari
kerja sejak keputusan ditetapkan, yaitu pada tanggal 27 Mei 2011 disampaikan kepada
Sdr. Badu oleh pejabat yang berwenang menghukum atau pejabat lain yang ditunjuk
(contoh format nomor 8).

G. CONTOH FORMAT DOKUMEN

Halaman 146
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
1. Surat Panggilan Pemeriksaan I oleh atasan langsung

KOP SURAT

RAHASIA

SURAT PANGGILAN I
NOMOR : .........................................

1. Bersama ini diminta dengan hormat kehadiran Saudara :

Nama : Sdr. Badu


NIP : 197908041998011001
Pangkat/ Gol : Penata Muda Tk. I (III/b)
Jabatan : Pelaksana pada Subbagian Umum
Unit Kerja : KPPN xxxxx
Untuk menghadap kepada :
Nama : .. (atasan langsungnya)
NIP : ...
Pangkat/ Gol : ..
Jabatan : Kepala Subbagian Umum

pada :
a) Hari : Rabu
b) Tanggal : 13 April 2011
c) Jam :
d) Tempat : Ruang .... 7 (tujuh) hari kerja
Untuk diperiksa/dimintai keterangan *) sehubungan dengan dugaan pelanggaran disiplin
berupa tidak masuk kerja tanpa alasan sah secara akumulatif selama 5 (lima) hari
kerja dari tanggal 29 Maret 2011 sampai dengan tanggal 04 April 2011 **).

2. Demikian untuk dilaksanakan.


......................., 05 April 2011
Atasan Langsung/Ketua Tim Pemeriksa *)

Nama ...........................
NIP ..............................
Tembusan :
1. Sekretaris Ditjen Perbendaharaan
u.p. Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian;
2. Kepala Kanwil Ditjen PBN Prov. xxxxx;
3. Pejabat lain yang dianggap perlu.

*) Coret yang tidak perlu


**) Diisi pelanggaran disiplin yang diduga dilakukan oleh PNS yang bersangkutan

Halaman 147
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
2. Keputusan Hukuman Disiplin Teguran Lisan

KOP SURAT

RAHASIA

KEPUTUSAN KEPALA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA XXXXX *)


NOMOR : KEP-/../2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA XXXXXX *),

Membaca : a. Laporan Bulanan Ketertiban Pegawai atas nama Sdr. Badu NIP
197908041998011001 Pangkat Penata Muda Tk. I Golongan III/b pelaksana pada
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara xxxxx bulan Maret 2011 sampai dengan
April 2011;
b. Laporan dari Sdr. Kepala Subbagian Umum selaku atasan
langsung tanggal 5 April 2011 tentang Kewenangan Penjatuhan Hukuman
Disiplin;
c. Hasil pemeriksaan dari pejabat pemeriksa tanggal 13 April 2011;
Menimbang : a. bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan dari pejabat pemeriksa tanggal 13 April
2011 tentang pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh Sdr. Badu NIP
197908041998011001 Pangkat Penata Muda Tk. I Golongan III/b pegawai pada
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara xxxxx, yang bersangkutan telah
melakukan perbuatan berupa tidak masuk kerja tanpa alasan sah selama 5 (lima)
hari kerja dari tanggal 29 Maret 2011 sampai dengan 04 April 2011;
b. bahwa perbuatan tersebut merupakan pelanggaran disiplin terhadap ketentuan
Pasal 3 Angka 11 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil;
c. bahwa untuk menegakan disiplin, perlu menjatuhkan hukuman disiplin yang
setimpal dengan pelanggaran yang dilakukannya;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
dan huruf c perlu menetapkan Keputusan Kepala Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara xxxxx tentang Hukuman Disiplin Teguran Lisan atas
nama Badu NIP 197908041998011001 Pelaksana pada Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara xxxxx;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3890);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135);
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214/PMK.01/2011 tentang Penegakan
Disiplin Dalam Kaitannya Dengan Pemberian Tunjangan Khusus Pembinaan
Keuangan Negara Kepada Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Kementerian
Keuangan;
4. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 21 Tahun 2010 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil;

Halaman 148
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN


NEGARA XXXXX TENTANG HUKUMAN DISIPLIN TEGURAN LISAN ATAS
NAMA BADU NIP 197908041998011001 PELAKSANA PADA KANTOR
PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA XXXXX.

PERTAMA : Menjatuhkan hukuman disiplin berupa Teguran Lisan kepada :

Nama : Badu
NIP : 197908041998011001
Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk. I/III b
Jabatan : Pelaksana
Unit Organisasi : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara xxxxx
karena yang bersangkutan telah melakukan perbuatan yang melanggar ketentuan Pasal
3 angka 11 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil.

KEDUA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

KETIGA : Keputusan ini disampaikan kepada yang bersangkutan untuk dilaksanakan


sebagaimana mestinya.

KEEMPAT : Apabila terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di ..
Pada tanggal 23 2011
KEPALA KANTOR PELAYANAN
PERBENDAHARAAN NEGARA
XXXXX*)


NIP .
Tembusan :
1. Direktur Jenderal Perbendaharaan;
2. Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan;
3. Deputi Bidang Informasi Kepegawaian BKN Jakarta;
4. Kepala Biro Sumber Daya Manusia Setjen Kementerian Keuangan;
5. Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan Setjen Kementerian Keuangan;
6. Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov.xxxxx;
7. Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian Setditjen Perbendaharaan;
8. Pejabat lain yang dianggap perlu.

*) Tulislah nama jabatan dari pejabat yang berwenang menghukum

Halaman 149
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
3. Berita Acara Pemeriksaan (BAP) oleh atasan langsung

KOP SURAT

RAHASIA

BERITA ACARA PEMERIKSAAN

Pada hari ini Rabu tanggal Tiga Belas bulan April tahun Dua Ribu Sebelas bertempat di
ruang ................................, Saya/Tim Pemeriksa *):

Nama : (atasan langsungnya)


NIP :
Pangkat :
Jabatan : ........................
Unit Kerja : ........................

Berdasarkan wewenang yang ada pada saya/Surat Perintah *) telah melakukan


pemeriksaan terhadap :

Nama : Sdr. Badu


NIP : 197908041998011001
Pangkat/ Gol : Penata Muda Tk. I (III/b)
Jabatan : Pelaksana pada Subbagian Umum
Unit Kerja : KPPN xxxxx

Karena yang bersangkutan diduga telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal
3 angka 11 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 berupa tidak masuk kerja tanpa alasan
sah selama 5 (lima) hari kerja dari tanggal 29 Maret 2011 s.d. 04 April 2011. **)

Atas pertanyaan yang diajukan, maka didapat jawaban sebagai berikut :

1. Pertanyaan : Apakah Saudara mengetahui maksud dan tujuan Saudara diperiksa ? ---
Jawaban : --------------------------------------
2. Pertanyaan : Apakah saat ini Saudara dalam keadaan sehat jasmani dan rohani ? ---
Jawaban : --------------------------------------
3. Pertanyaan : Apakah Saudara bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan secara
jujur dengan penuh rasa tanggungjawab serta menanggung resiko
hukum terhadap jawaban yang Saudara berikan ? ---
Jawaban : --------------------------------------
4. Pertanyaan : Sebutkan Identitas Saudara! ---
Jawaban : Nama :
NIP :
Pangkat/Golongan :
Jabatan :
Unit Kerja :
5. Pertanyaan : Sejak kapan Saudara bertugas di KPPN xxxx ? ---
Jawaban : --------------------------------------
6. Pertanyaan : Berdasarkan data berupa daftar kehadiran absensi, Saudara melakukan
pelanggaran ketentuan disiplin kerja berupa tidak masuk kerja tanpa
alasan sah selama 5 (lima) hari kerja, yaitu pada tanggal 29 Maret 2011
Halaman 150
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
sampai dengan tanggal 04 April 2011.Berikan penjelasan Saudara? ---
Jawaban : --------------------------------------
7. Pertanyaan : Mengapa Saudara melakukan pelanggaran ketentuan disiplin kerja
berupa tidak masuk kerja tanpa alasan sah selama 5 (lima) hari kerja,
yaitu pada tanggal 29 Maret 2011 sampai dengan tanggal 04 April
2011 tersebut? ---
Jawaban : --------------------------------------
8. Pertanyaan : Selama kurun waktu meninggalkan tugas, Saudara berada di mana dan
apa yang Saudara lakukan? ---
Jawaban : --------------------------------------
9. Pertanyaan : Apakah Saudara selama meninggalkan tugas pernah melapor atau
memberitahukan kepada atasan atau pegawai lain ? ---
Jawaban : --------------------------------------
10. Pertanyaan : Mengapa Saudara tidak pernah melaporkan atau memberitahukan
kepada atasan atau pegawai lain? ---
Jawaban : --------------------------------------
11. Pertanyaan : Dengan tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah tersebut, berarti
Saudara telah melanggar ketentuan Pasal 3 angka 11, yaitu kewajiban
masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja, bagaimana tanggapan
Saudara? ---
Jawaban : --------------------------------------
12. Pertanyaan : Apakah Saudara mengerti dan menyadari akibat perbuatan Saudara
berupa tidak masuk kerja tanpa alasan sah tersebut, Saudara dijatuhi
hukuman disiplin sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 53
Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil ? ---
Jawaban : --------------------------------------
13. Pertanyaan : Saudara telah mengetahui akibat atas perbuatan Saudara tersebut,
kenapa Saudara melakukannya ? ---
Jawaban : --------------------------------------
14. Pertanyaan : Apa yang mendorong Saudara bertugas kembali ? ---
Jawaban : --------------------------------------
15. dst.

16. Pertanyaan : Apakah Saudara menyesali semua perbuatan yang telah melanggar
disiplin pegawai Negeri Sipil tersebut ? ---
Jawaban : --------------------------------------
17. Pertanyaan : Apakah mulai saat ini dan seterusnya Saudara bersedia dan berjanji
akan masuk kerja/ kantor dan melaksanakan tugas sesuai ketentuan
yang berlaku sebagaimana mestinya ? ---
Jawaban : --------------------------------------
18. Pertanyaan : Apakah sebelumnya Saudara pernah menerima Peringatan Tertulis dan
atau dijatuhi hukuman disiplin? ---
Jawaban : --------------------------------------
19. Pertanyaan : Bersediakah Saudara untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut ? ---
Jawaban : --------------------------------------
20. Pertanyaan : Apabila dikemudian hari ternyata Saudara mengulangi perbuatan tidak
masuk bekerja tanpa keterangan yang sah, maka Saudara akan
dikenakan hukuman disiplin lebih berat sesuai ketentuan Peraturan
Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil. Berikan tanggapan Saudara? ---
Jawaban : --------------------------------------

Halaman 151
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
21. Pertanyaan : Terhadap jawaban Saudara yang melibatkan orang lain, apakah
Saudara bersedia dikonfrontir atas kebenarannya dengan pihak lain
tersebut? ---
Jawaban : --------------------------------------
22. Pertanyaan : Apakah Saudara bersedia apabila sewaktu-waktu dipanggil untuk
diperiksa kembali sehubungan dengan permasalahan ini ? ---
Jawaban : --------------------------------------
23. Pertanyaan : Apakah ada hal-hal lain yang ingin Saudara sampaikan dalam
kesempatan ini? ---
Jawaban : --------------------------------------
24. Pertanyaan : Apakah Saudara dalam memberikan keterangan ini merasa
ditekan/dipaksa? ---
Jawaban : --------------------------------------
25. Pertanyaan : Apakah Saudara bersedia menandatangani Berita Acara Pemeriksaan
ini ?--
Jawaban : --------------------------------------

Demikian Berita Acara Pemeriksaan ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dapat
digunakan sebagaimana mestinya.

Yang diperiksa: ., .
Pejabat Pemeriksa/Tim Pemeriksa*)

Nama : Nama :
NIP : NIP :
Tanda Tangan : Tanda Tangan :

*) coret yang tidak perlu


**) Diisi jenis pelanggaran disiplin yang dilakukan

Halaman 152
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
4. Laporan Kewenangan Penjatuhan Hukuman Disiplin

KOP SURAT
, 5 April 2011
Yth. Kepala KPPN xxxxxx **)
di
..................
RAHASIA

Dengan ini dilaporkan dengan hormat, bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan pada hari
Rabu tanggal Tiga Belas bulan April tahun Dua Ribu Sebelas, saya/Tim Pemeriksa telah
melakukan pemeriksaan terhadap :

Nama : Sdr. Badu


NIP : 197908041998011001
Pangkat : Penata Muda Tk. I (III/b)
Jabatan : Pelaksana pada Subbagian Umum
Unit Kerja : KPPN xxxxxxx

Berdasarkan hasil pemeriksaan, yang bersangkutan terbukti secara akumulatif tidak masuk kerja
tanpa alasan sah selama 5 (lima) hari kerja dari tanggal 29 Maret 2011 s.d. tanggal 4 April
2011.
Sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS dan
Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 21 Tahun 2010 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 maka kepada Sdr. Badu dijatuhi
hukuman disiplin tingkat ringan berupa Teguran Lisan dan kewenangan untuk menjatuhkan
hukuman disiplin kepada PNS tersebut merupakan kewenangan Kepala KPPN xxxx **).

Sehubungan dengan hal tersebut, bersama ini disampaikan Berita Acara Pemeriksaan
(BAP) terhadap PNS yang bersangkutan dan dokumen pendukungnya untuk digunakan sebagai
bahan untuk menjatuhkan hukuman disiplin kepada PNS yang bersangkutan.

Demikan disampaikan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Yang melaporkan (Atasan Langsung),


Kepala Subbagian Umum (Jabatan)

Nama ......................
NIP .........................
Tembusan :
1. Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan
u.p. Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian;
2. Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. xxxxx;
3. Pejabat lain yang dianggap perlu.

**) Isilah sesuai dengan pejabat yang berwenang menghukum

Halaman 153
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
5. Surat Panggilan Pemeriksaan II oleh atasan langsung

KOP SURAT

RAHASIA

SURAT PANGGILAN II
NOMOR : .........................................

1. Bersama ini diminta dengan hormat kehadiran Saudara :

Nama : Sdr. Badu


NIP : 197908041998011001
Pangkat/ Gol : Penata Muda Tk. I (III/b)
Jabatan : Pelaksana pada Subbagian Umum
Unit Kerja : KPPN xxxxxx
Untuk menghadap kepada :
Nama : .. (atasan Langsungnya)
NIP : ...
Pangkat/ Gol : ..
Jabatan : Kepala Subbagian Umum

pada :
a) Hari : Kamis
b) Tanggal : 21 April 2011 7 (tujuh) hari kerja
c) Jam :
d) Tempat : Ruang .............
Untuk diperiksa/dimintai keterangan *) sehubungan dengan dugaan pelanggaran disiplin
berupa tidak masuk kerja tanpa alasan sah secara akumulatif selama 12 (dua belas)
hari kerja dari tanggal 29 Maret 2011 sampai dengan tanggal 13 April 2011 **).

2. Demikian untuk dilaksanakan.


......................., 13 April 2011
Atasan Langsung/Ketua Tim Pemeriksa *)

Nama ...........................
NIP ..............................
Tembusan :
1. Sekretaris Ditjen Perbendaharaan
u.p. Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian;
2. Kepala Kanwil Ditjen PBN Prov.xxxxxx;
3. Pejabat lain yang dianggap perlu.

*) Coret yang tidak perlu


**) Diisi pelanggaran disiplin yang diduga dilakukan oleh PNS yang bersangkutan

Halaman 154
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
6. Keputusan Hukuman Disiplin Penundaan KGB Selama 1 (Satu) Tahun
Keterangan: Tidak ada Pemeriksaan (Berita Acara Pemeriksaan) karena
pegawai yang dipanggil tidak hadir dalam pemeriksaan

KOP SURAT

RAHASIA

KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL


PERBENDAHARAAN PROVINSI XXXXX*)
NOMOR : KEP-/../2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
PROVINSI XXXX*),
Membaca : 1. Laporan Bulanan Ketertiban Pegawai atas nama Sdr. Badu NIP 197908041998011001
Pangkat Penata Muda Tk. I Golongan III/b pelaksana pada Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara xxxxx bulan Maret 2011 sampai dengan April 2011;
2. Laporan dari Sdr. Kepala Subbagian Umum selaku atasan langsung tanggal
25 April 2011 tentang Kewenangan Penjatuhan Hukuman Disiplin;

Menimbang : a. bahwa berdasarkan daftar kehadiran pegawai, Sdr. Badu NIP 197908041998011001
Pangkat Penata Muda Tk. I Golongan III/b pelaksana pada Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara xxxxx tidak masuk kerja tanpa alasan sah selama 18 (delapan
belas) hari kerja dari tanggal 29 Maret 2011 sampai dengan 21 April 2011, ;
b. bahwa sehubungan dengan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, untuk
melakukan pemeriksaan dan sebagai upaya pembinaan, Kepala Subbagian Umum Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara xxxxx selaku atasan langsung yang bersangkutan telah
melakukan pemanggilan untuk pemeriksaan, yaitu pemanggilan pertama tanggal 05 April
2011 dan pemanggilan kedua tanggal 13 April 2011, namun yang bersangkutan tidak hadir
untuk diperiksa;
c. bahwa sesuai Pasal 23 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 disebutkan
bahwa apabila pada tanggal pemeriksaan pegawai yang bersangkutan tidak hadir juga
maka pejabat yang berwenang menghukum menjatuhkan hukuman disiplin berdasarkan
alat bukti dan keterangan yang ada tanpa dilakukan pemeriksaan;
d. bahwa perbuatan sebagaimana dimaksud dalam huruf a merupakan pelanggaran terhadap
ketentuan Pasal 3 Angka 11 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil;
e. bahwa untuk menegakan disiplin, perlu menjatuhkan hukuman disiplin yang setimpal
dengan pelanggaran yang dilakukannya;
f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c,
huruf d, dan huruf e perlu menetapkan Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan Provinsi xxxxx tentang Hukuman Disiplin Penundaan Kenaikan
Gaji Berkala Selama 1 (Satu) Tahun atas nama Badu NIP 197908041998011001 Pelaksana
pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara xxxxx;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5135);
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214/PMK.01/2011 tentang Penegakan Disiplin
Dalam Kaitannya Dengan Pemberian Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara

Halaman 155
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Kepada Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Kementerian Keuangan;
4. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 21 Tahun 2010 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL
PERBENDAHARAAN PROVINSI XXXXX TENTANG HUKUMAN DISIPLIN
PENUNDAAN KENAIKAN GAJI BERKALA SELAMA 1 (SATU) TAHUN ATAS
NAMA BADU NIP 197908041998011001 PELAKSANA PADA KANTOR
PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA XXXXX.

PERTAMA : Menjatuhkan hukuman disiplin berupa Penundaan Kenaikan Gaji Berkala Selama 1 (Satu)
Tahun, kepada :

Nama : Badu
NIP : 197908041998011001
Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk. I/III b
Jabatan : Pelaksana
Unit Organisasi : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara xxxxx

karena yang bersangkutan telah melakukan perbuatan yang melanggar ketentuan Pasal 3
angka 11 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil.

KEDUA : Apabila tidak ada keberatan, maka Keputusan ini mulai berlaku pada hari ke-15 (lima belas)
terhitung mulai tanggal pegawai yang bersangkutan menerima keputusan ini.

KETIGA : Keputusan ini disampaikan kepada yang bersangkutan untuk dilaksanakan sebagaimana
mestinya.

KEEMPAT : Apabila terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di ..
Pada tanggal 09 Mei 2011
KEPALA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT
JENDERAL PERBENDAHARAAN PROVINSI
XXXXX*)


NIP

Tembusan :
1. Direktur Jenderal Perbendaharaan;
2. Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan;
3. Deputi Bidang Informasi Kepegawaian BKN Jakarta;
4. Kepala Biro Sumber Daya Manusia Setjen Kementerian Keuangan;
5. Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan Setjen Kementerian Keuangan;
6. Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov.xxxxx;
7. Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian Setditjen Perbendaharaan;
8. Pejabat lain yang dianggap perlu.

*) Tulislah nama jabatan dari pejabat yang berwenang menghukum

Halaman 156
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
7. Laporan Kewenangan Penjatuhan Hukuman Disiplin (untuk pegawai yang dipanggil
pemeriksaan 2 kali tidak juga hadir)
KOP SURAT
, 25 April 2011

Yth. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi xxxxxx**)


melalui Kepala KPPN xxxxx
..
RAHASIA
Dengan ini dilaporkan dengan hormat, bahwa saya selaku atasan langsung telah melakukan
pemanggilan sebanyak 2 (dua) kali terhadap :
Nama : Sdr. Badu
NIP : 197908041998011001
Pangkat : Penata Muda Tk. I (III/b)
Jabatan : Pelaksana pada Subbagian Umum
Unit Kerja : KPPN xxxxxxx
untuk hadir dalam pemeriksaan sehubungan dengan pelanggaran disiplin berupa tidak masuk kerja tanpa
alasan sah dengan surat panggilan sebagai berikut :
a. Surat panggilan I tanggal 05 April 2011 untuk hadir dalam pemeriksaan tanggal 13 April 2011;
b. Surat panggilan II tanggal 13 April 2011 untuk hadir dalam pemeriksaan tanggal 21 April 2011.
Bahwa yang bersangkutan setelah dilakukan pemanggilan pemeriksaan I dan II, tidak juga hadir untuk
memenuhinya dan berdasarkan bukti-bukti yang ada berupa daftar kehadiran pegawai/laporan ketertiban
pegawai, yang bersangkutan dinyatakan secara akumulatif tidak masuk kerja tanpa alasan sah selama 18
(delapan belas) hari kerja dari tanggal 29 Maret 2011 s.d. 21 April 2011.
Sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS dan
Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 21 Tahun 2010 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 maka kepada Sdr. Badu dijatuhi hukuman disiplin tingkat
sedang berupa Penundaan Kenaikan Gaji Berkala Selama 1 (Satu) Tahun. Untuk jenis hukuman tersebut
dengan memperhatikan pangkat dan jabatan Sdr. Badu, ternyata kewenangan untuk menjatuhkan
hukuman disiplin kepada PNS tersebut merupakan kewenangan Kepala Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan Provinsi xxxxxx **).
Sehubungan dengan hal tersebut, bersama ini disampaikan bukti dan dokumen pendukungnya
untuk digunakan sebagai bahan untuk menjatuhkan hukuman disiplin kepada PNS yang bersangkutan.
Demikan disampaikan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Yang melaporkan (Atasan Langsung),


Kepala Subbagian Umum (Jabatan)

Nama ......................
NIP .........................
Tembusan :
1. Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan
u.p. Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian;
2. Pejabat lain yang dianggap perlu.
**) Isilah sesuai dengan pejabat yang berwenang menghukum

Halaman 157
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
8. Surat Panggilan Untuk Menerima Keputusan Hukuman Disiplin

KOP SURAT

......................, .......................2011.

Kepada
Yth. Sdr. Badu
di
................
RAHASIA

Dengan ini diminta kehadiran Saudara, untuk menghadap kepada:

Nama : ........................... (pejabat yang berwenang menghukum


atau pejabat yang ditunjuk)
NIP : ..
Pangkat/ Gol : ..
Jabatan : ..
Unit Kerja : ..
Pada :
Hari : Jumat < 14 hari kerja
Tanggal : 27 Mei 2011
Jam : ...........................
Tempat : Ruang ...............

Untuk menerima Keputusan . Nomor .. tanggal 09 Mei


2011 tentang penjatuhan hukuman disiplin berupa Penundaan Kenaikan Gaji Berkala
Selama 1 (Satu) Tahun kepada Sdr. Badu

Demikian disampaikan untuk dilaksanakan.

.............................. *)

Nama ...........................
NIP ..............................
Tembusan :
1. Sekretaris Ditjen Perbendaharaan
u.p. Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian;
2. Pejabat lain yang dianggap perlu.

*) Tulislah nama jabatan dari pejabat yang menandatangani surat panggilan

Halaman 158
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

[15]

PEMBERHENTIAN DAN PEMENSIUNAN PEGAWAI

A. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda
Pegawai;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian PNS;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentian Sementara PNS.

B. PEMBERHENTIAN DAN PEMENSIUNAN PEGAWAI


1. Pemberhentian karena Batas Usia Pensiun (BUP)
a. Batas usia pensiun adalah 56 tahun dan dapat diperpanjang bagi PNS yang memangku
jabatan tertentu.
b. Hak atas pensiun pegawai diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Thn.1969 pasal 9.
Pegawai yang diberhentikan dengan hormat sebagai PNS berhak menerima pensiun
pegawai, jika ia pada saat pemberhentiannya sebagai pegawai :
1) Telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 tahun dan mempunyai masa kerja untuk
pensiun sekurang-kurangnya 20 Tahun.
2) Mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 4 tahun dan oleh badan / pejabat yang
oleh departemen kesehatan berdasarkan peraturan tentang pengujian kesehatan
pegawai negeri, dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun juga
karena keadaan jasmani atau rohani yang tidak disebabkan oleh dan karena ia
menjalankan kewajiban jabatannya.
c. PNS diberhentikan dengan hormat sebagai PNS karena mencapai BUP, berhak atas
pensiun apabila ia telah memiliki masa kerja pensiun sekurang-kurangnya 10 tahun

Halaman 159
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
d. PNS yang akan mencapai BUP dapat dibebaskan dari jabatannya (Masa Persiapan
Pensiun/MPP) untuk paling lama 1 tahun dengan mendapat penghasilan berdasarkan
peraturan perundangan yang berlaku kecuali tunjangan jabatan
e. Daftar kelengkapan administrasi pensiun pegawai atau pensiun janda/duda pegawai
negeri sipil dan kenaikan pangkat pengabdian atau anumerta
Kelengkapan administrasi permohonan pensiun pegawai karena mencapai batas usia
pensiun (BUP) :
1) Data Perorangan Calon Penerima Pensiun (DPCP);
2) Surat Permintaan Pembayaran Pensiun Pertama Model A (SP4-A);
3) Surat Keterangan Penghentian Pembayaran Sementara (SKPPS);
4) Salinan sah Surat Keputusan Pengangkatan Pertama sebagai CPNS;
5) Salinan sah Surat Keputusan Pangkat dan Kenaikan Gaji Berkala terakhir;
6) Salinan sah Akta Nikah/Akta Perkawinan dan Akta Kelahiran anak kandung;
7) Surat Pernyataan Pengembalian Barang Milik Negara (SPP-BMN);
8) Pas foto pegawai bersangkutan ukuran 4 x 6 sebanyak 5 (lima) lembar.
Kelengkapan administrasi permohonan pensiun janda/duda Pegawai Negeri Sipil :
1) Data Perorangan Calon Penerima Pensiun (DPCP) yang ditandatangani
janda/duda pegawai bersangkutan;
2) Surat Permintaan Pembayaran Pensiun Pertama Model B (SP4-B);
3) Surat Keterangan Penghentian Pembayaran Sementara (SKPPS);
4) Surat Keterangan Kejandaan/Kedudaan dari Kepala Kelurahan/Desa;
5) Surat Keterangan Kematian dari Kepala Kelurahan/Desa;
6) Salinan sah Surat Keputusan Pengangkatan Pertama sebagai CPNS;
7) Salinan sah Surat Keputusan Pangkat dan Kenaikan Gaji Berkala terakhir;
8) Salinan sah Daftar Susunan Keluarga, Akta Nikah/Akta Perkawinan, dan Akta
Kelahiran anak kandung;
9) Surat Pernyataan Pengembalian Barang Milik Negara (SPP-BMN);
10) Pas foto janda/duda pegawai bersangkutan ukuran 4 x 6 sebanyak 5 (lima)
lembar.
Dalam hal pegawai yang mencapai batas usia pensiun atau meninggal dunia memenuhi
syarat untuk diberikan kenaikan pangkat pengabdian, maka usulan pensiun diajukan
sekaligus dengan usulan kenaikan pangkat pengabdian. Berkas usulan pensiun pegawai
atau janda/duda pegawai bersangkutan perlu dilengkapi dengan :
1) Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) tahun terakhir;

Halaman 160
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
2) Surat Pernyataan Tidak Pernah Dikenakan Hukuman Disiplin Tingkat
Sedang/Berat Dalam 1 (Satu) Tahun Terakhir;
3) Surat Keterangan Telah Bekerja Terus Menerus Tidak Pernah Terputus
dilengkapi dengan Daftar Riwayat Pekerjaan (DRP).
Apabila pegawai yang meninggal dunia dinyatakan tewas dan memenuhi syarat untuk
diberikan kenaikan pangkat anumerta, maka usulan pensiun janda/duda diajukan
sekaligus dengan usulan kenaikan pangkat anumerta. Berkas usulan pensiun janda/duda
dimaksud dilengkapi dengan :
1) Berita Acara dari pejabat yang berwajib tentang kejadian yang mengakibatkan
yang bersangkutan meninggal dunia;
2) Visum et repertum dari dokter;
3) Salinan sah surat perintah penugasan atau surat keterangan yang menerangkan
bahwa CPNS/PNS tersebut meninggal dunia dalam rangka menjalankan tugas
kedinasan;
4) Laporan dari pimpinan unit kerja serendah-rendahnya eselon III kepada Pejabat
Pembina Kepegawaian (Menteri Keuangan) tentang peristiwa yang
mengakibatkan pegawai bersangkutan tewas; dan
5) Salinan sah Surat Keputusan Sementara Kenaikan Pangkat Anumerta.
Kelengkapan administrasi permohonan pensiun karena telah memenuhi syarat usia
50 tahun dan masa kerja pensiun 20 tahun (pensiun dini):
1) Surat permohonan pensiun dari pegawai bersangkutan kepada Menteri Keuangan
(Gol. IV/b ke bawah) atau kepada Presiden R.I. (Gol. IV/c ke atas);
2) Data Perorangan Calon Penerima Pensiun (DPCP) khusus bagi Gol. IV/c ke
atas;
3) Surat Permintaan Pembayaran Pensiun Pertama (SP4-A);
4) Surat Keterangan Penghentian Pembayaran Sementara (SKPPS);
5) Salinan sah Surat Keputusan Pengangkatan Pertama sebagai CPNS;
6) Salinan sah Surat Keputusan Pangkat dan Kenaikan Gaji Berkala terakhir;
7) Salinan sah Akta Nikah/Akta Perkawinan dan Akta Kelahiran anak kandung;
8) Daftar Riwayat Pekerjaan;
9) Surat Pernyataan Pengembalian Barang Milik Negara (SPP-BMN);
10) Pas foto pegawai bersangkutan ukuran 4 x 6 sebanyak 5 (lima) lembar.
Kelengkapan administrasi permohonan pensiun karena keuzuran jasmani/rohani :

Halaman 161
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
1) Surat permohonan pensiun karena uzur dari pegawai bersangkutan kepada
Menteri Keuangan (Gol. IV/b ke bawah) atau kepada Presiden R.I. (Gol. IV/c ke
atas);
2) Data Perorangan Calon Penerima Pensiun (DPCP) khusus bagi Gol. IV/c ke
atas;
3) Surat Permintaan Pembayaran Pensiun Pertama (SP4-A);
4) Surat Keterangan Penghentian Pembayaran Sementara (SKPPS);
5) Salinan sah Surat Keputusan Pengangkatan Pertama sebagai CPNS;
6) Salinan sah Surat Keputusan Pangkat dan Kenaikan Gaji Berkala terakhir;
7) Salinan sah Akta Nikah/Akta Perkawinan dan Akta Kelahiran anak kandung;
8) Daftar Riwayat Pekerjaan;
9) Surat Keterangan atau hasil pengujian kesehatan dari Tim Penguji Kesehatan;
10) Surat Pernyataan Pengembalian Barang Milik Negara (SPP-BMN);
11) Pas foto pegawai bersangkutan ukuran 4 x 6 sebanyak 5 (lima) lembar.
f. Pelaksanaan Entry Data Usul Pensiun pada Sistem Aplikasi Pelayanan Kepegawaian
(SAPK) Badan Kepegawaian Negara :
a. Setiap Kanwil Ditjen Perbendaharaan, setelah menerima tembusan surat usul pensiun
dari Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan yang telah ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang (Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian) agar melaksanakan entry data
usul pensiun pada Sistem Aplikasi Pelayanan Kepegawaian (SAPK) Badan
Kepegawaian Negara oleh pegawai yang telah mendapatkan username untuk akses
SAPK BKN;
b. Usul pensiun yang dilakukan entry data pada SAPK BKN oleh Kanwil Ditjen
Perbendaharaan adalah khusus usul pensiun yang ditujukan kepada Kantor
Regional Badan Kepegawaian Negara, yaitu :
1. usul pensiun pegawai karena memasuki Batas Usia Pensiun (BUP) 56 tahun
Golongan IV/a ke bawah termasuk Golongan IV/b yang tidak mendapat kenaikan
pangkat pengabdian IV/c;
2. usul pensiun janda/duda karena PNS meninggal dunia Golongan IV/a ke bawah
termasuk Golongan IV/b yang tidak mendapat kenaikan pangkat pengabdian IV/c;
c. Untuk usul pensiun selain yang disebutkan di atas, misalnya usul pensiun BUP
Golongan IV/b ke atas, usul pensiun dini, usul pensiun karena keuzuran
jasmani/rohani, dan usul pensiun janda/duda karena PNS tewas dalam dinas, akan
dilakukan entry data oleh Kantor Pusat dan Biro Sumber Daya Manusia Setjen
Kementerian Keuangan.
Halaman 162
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
g. Untuk percepatan penyelesaian usul pensiun pegawai maka hendaknya setiap Kanwil
Ditjen Perbendaharaan yang satu kota dengan Kantor Regional Badan Kepegawaian
Negara, agar membantu penyelesaian pensiun pegawai Kanwil Ditjen Perbendaharaan
sekitarnya.
2. Pemberhentian Karena Adanya Penyederhanaan Organisasi
Apabila ada penyederhanaan suatu satuan organisasi Negara yang mengakibatkan
adanya kelebihan PNS, maka PNS yang kelebihan itu disalurkan kepada satuan organisasi
lainnya. Apabila penyaluran tidak mungkin dilaksanakan, maka PNS yang kelebihan itu
diberhentikan dengan hormat sebagai PNS atau dari Jabatan Negeri dengan mendapat hak-
hak kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yakni :
a. diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan hak pensiun, apabila telah mencapai
usia sekurang-kurangnya 50 tahun dan memiliki masa kerja pensiun sekurang-kurangnya
10 tahun;
b. diberhentikan dengan hormat dari jabatan Negeri dengan mendapat uang tunggu, apabila
belum memenuhi syarat usia dari masa kerja sebagaimana dimaksud dalam huruf a.
3. Pemberhentian Karena Melakukan Pelanggaran/Tindak Pidana/Penyelewengan
PNS dapat diberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS karena :
a. melanggar Sumpah/Janji PNS,Sumpah/Janji Jabatan Negeri atau Peraturan Disiplin PNS;
atau
b. dihukum penjara, berdasarkan keputusan Pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan
hukum yang tetap, karena dengan sengaja melakukan suatu tindakan pidana kejahatan
yang diancam dengan pidana penjara setinggi-tingginya 4 tahun, atau diancam dengan
pidana yang lebih berat.
PNS diberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS apabila dipidana penjara atau
kurungan berdasarkan keputusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang
tetap, karena :
a. melakukan suatu tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada
hubungannya dengan jabatan; atau
b. melakukan suatu tindak pidana kejahatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 104 sampai
dengan Pasal 161 Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
PNS diberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS apabila ternyata melakukan
usaha atau kegiatan yang bertujuan mengubah Pancasila dan atau Undang-Undang Dasar
1945 atau terlibat dalam gerakan atau melakukan kegiatan yang menentang Negara dan atau
Pemerintah.
4. Pemberhentian Karena Tidak Cakap Jasmani atau Rohani
Halaman 163
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
PNS diberhentikan dengan hormat dengan mendapat hak-hak kepegawaian
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku apabila berdasarkan surat
keterangan Team Penguji Kesehatan dinyatakan :
a. tidak dapat bekerja lagi dalam semua Jabatan Negeri karena kesehatanya, diberhentikan
dengan hormat sebagai PNS dengan hak pensiun, dengan ketentuan :
tanpa terikat pada masa kerja pensiun, apabila oleh Team Penguji Kesehatan
dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam semua Jabatan Negeri, karena kesehatannya
yang disebabkan oleh dan karena ia menjalankan kewajiban jabatan;
jika telah memiliki masa kerja pensiun sekurang-kurangnya 4 tahun, apabila oleh
Team Penguji Kesehatan dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam semua Jabatan
Negeri, karena kesehatannya yang bukan disebabkan oleh dan karena ia menjalankan
kewajiban jabatan.
b. menderita penyakit atau kelainan yang berbahaya bagi dirinya sendiri dan atau
lingkungan kerjanya, kepada pegawai tsb :
diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan hak pensiun, apabila telah
mencapai usia sekurang-kurangnya 50 tahun dan memiliki masa kerja pensiun
sekurang-kurangnya 10 tahun;
diberhentikan dengan hormat dari jabatan Negeri dengan mendapat uang tunggu,
apabila belum memenuhi syarat-syarat usia dari masa kerja sebagaimana dimaksud
dalam hruf a.
c. setelah berakhirnya cuti sakit, belum mampu bekerja kembali.
5. Pemberhentian Karena Meninggal Dunia Atau Hilang
a. PNS yang meninggal dunia dengan sendirinya dianggap diberhentikan dengan hormat
sebagai PNS.
b. PNS yang hilang selama 12 bulan, dianggap sebagai PNS yang masih tetap bekerja, oleh
sebab itu gaji dan penghasilan lainnya yang berhak diterimanya diterimakan kepada
keluarganya, yaitu: isteri, suami, atau anak yang sah. Apabila setelah jangka waktu l2
bulan PNS yang hilang itu belum juga diketemukan, maka ia dianggap telah meninggal
dunia pada akhir bulan kedua belas dan kepada keluarganya diberikan uang duka wafat
atau uang duka tewas dan hak-hak kepegawaian lainnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pernyataan hilang dibuat oleh pejabat yang
berwenang berdasarkan surat keterangan atau berita acara dari pejabat yang berwajib.
c. PNS yang dinyatakan hilang kemudian diketemukan kembali dan masih hidup,diangkat
kembali sebagai PNS, dan gajinya dibayar penuh terhitung sejak dianggap meninggal

Halaman 164
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
dunia dengan memperhitungkan hak-hak kepegawaian yang telah diterima oleh
keluarganya. Hak-hak kepegawaian yang diperhitungkan tidak termasuk uang duka wafat
atau uang duka tewas.
6. Uang Tunggu
a. Uang tunggu diberikan paling lama 1 tahun dan dapat diperpanjang tiap-tiap kali paling
lama 1 tahun.
b. Pemberian uang tunggu tidak boleh lebih dari 5 tahun.
c. Besarnya uang tunggu adalah :
80% dari gaji pokok, untuk tahun pertama;
75% dari gaji pokok untuk tahun selanjutnya.
d. PNS yang menerima uang tunggu, diwajibkan :
melaporkan diri kepada pejabat yang berwenang, setiap kali selambat-lambatnya
sebulan sebelum berakhirnya pemberian uang tunggu;
Senantiasa bersedia diangkat kembali pada suatu jabatan Negeri;
Meminta izin lebih dahulu kepada pimpinan instansinya, apabila mau pindah alamat
diluar wilayah pembayaran.
e. PNS yang menerima uang tunggu, diangkat kembali dalam suatu Jabatan Negeri Apabila
ada lowongan.
f. PNS yang menerima uang tunggu yang menolak untuk diangkat kembali dalam suatu
Jabatan Negeri, diberhentikan dengan hormat sebagai PNS pada akhir bulan yang
bersangkutan menolak untuk diangkat kembali.
g. PNS yang menerima uang tunggu yang diangkat kembali dalam suatu jabatan
Negeri,dicabut pemberian uang tunggunya terhitung sejak menerima penghasilan penuh
kembali sebagai PNS.
h. Apabila pada waktu berakhirnya masa pemberian uang tunggu, PNS yang bersangkutan
telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 tahun dan telah memiliki masa kerja pensiun
sekurang-kurangnya 10 tahun, maka ia diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan
hak pensiun.
i. Apabila pada waktu berakhirnya masa pemberian uang tunggu, PNS tersebut telah
memiliki masa kerja pensiun sekurang-kurangnya 10 tahun, tetapi belum mencapai usia
sekurang-kurangnya 50 tahun, maka ia diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dan
pemberian pensiunnya ditetapkan pada saat ia mencapai usia 50 tahun

Halaman 165
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
j. Apabila pada waktu berakhirnya masa pemberian uang tunggu, PNS tersebut belum
memiliki masa kerja pensiun sekurang-kurangnya 10 tahun, maka ia diberhentikan
dengan hormat sebagai PNS tanpa hak pensiun.
k. Penerima uang tunggu masih tetap berstatus sebagai PNS,oleh sebab itu kepadanya
diberikan kenaikan gaji berkala, tunjangan keluarga, tunjangan pangan, dan tunjangan
lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penilaian pelaksanaan
pekerjaan yang digunakan sebagai dasar untuk pemberian kenaikan gaji berkala adalah
penilaian pelaksanaan pekerjaan terakhir sebelum PNS yang bersangkutan diberhentikan
dengan hormat dari Jabatan Negeri.
l. Gaji Pokok terakhir setelah mendapat kenaikan gaji berkala digunakan sebagai dasar
pemberian uang tunggu.
m. Penghasilan yang diterima adalah semua penghasilan sebagai PNS, kecuali tunjangan
jabatan.
7. Pemberhentian Sementara
a. Untuk kepentingan peradilan seorang pegawai negeri yang didakwa telah melakukan
suatu kejahatan/pelanggaran jabatan atau hukum pidana yang tidak menyangkut jabatan
dan berhubung dengan itu oleh pihak yang berwajib dikenakan tahanan sementara, mulai
saat penahanannya harus dikenakan pemberhentian sementara.
b. Selama PNS yang bersangkutan dikenakan pemberhentian sementara, ia menerima
bahagian gajinya.

c. PNS yang dikenakan pemberhentian sementara, pada saat ia mencapai batas usia pensiun,
dihentikan pembayaran gajinya.
jika ternyata tidak bersalah berdasarkan keputusan Pengadilan yang sudah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap, diberhentikan dengan hormat sebagai PNS
dengan mendapat hak-hak kepegawaian, terhitung sejak akhir bulan dicapainya
batas usia pensiun.
jika dipidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan Pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena melakukan suatu tindak pidana
melanggar sumpah janji atau penjara s.d 4 th, apabila diberhentikan dengan hormat
sebagai PNS, mendapat hak-hak kepegawaian, terhitung sejak akhir bulan
dicapainya batas usia pensiun.

C. CONTOH FORMAT DOKUMEN

Halaman 166
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Surat Keterangan Bekerja Terus Menerus

KOP SURAT

SURAT KETERANGAN
Nomor : ..............................
Yang bertanda tangan dibawah ini, menerangkan dengan sebenarnya bahwa :

Nama :
NIP :
Pangkat/Golongan ruang :
Jabatan :
Instansi/Unit kerja :

selama menjadi Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan bekerja terus menerus, tidak
pernah terputus.

Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sesungguhnya berdasarkan data


kepegawaian yang bersangkutan, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Apabila di kemudian hari Surat Keterangan ini ternyata tidak benar, yang mengakibatkan
kerugian bagi negara, maka saya bersedia menanggung kerugian tersebut.

.............., .............................
a.n. Direktur Jenderal Perbendaharaan
Direktur/Kepala Kanwil.............

..........................
NIP ....................

Halaman 167
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Daftar Riwayat Pekerjaan (DRP)

DAFTAR RIWAYAT PEKERJAAN

1. Nama :
2. NIP :
3. Tempat dan Tanggal Lahir :
4. Pangkat/Golongan Ruang/tmt. :
5. Jabatan/Eselon :
6. Agama :
7. Status perkawinan :

DARI
RIWAYAT GOL KETERA-
NO. TGL/BLN/TH S/D UNIT KERJA
PEKERJAAN RUANG NGAN
TGL.BLN/TH

.., ..
a.n. Direktur Jenderal Perbendaharaan
Direktur/Kepala Kanwil .


NIP

Halaman 168
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Surat Pernyataan Tidak Pernah Dijatuhi Hukuman Disiplin Tingkat Sedang/Berat

KOP SURAT

SURAT PERNYATAAN
TIDAK PERNAH DIJATUHI HUKUMAN DISIPLIN
TINGKAT SEDANG ATAU BERAT
Nomor : ........................................

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :
NIP :
Pangkat/Golongan Ruang :
Jabatan :
Unit Organisasi :
dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa Pegawai Negeri Sipil,
Nama :
NIP :
Pangkat/Golongan Ruang :
Jabatan :
Unit Organisasi :
tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat dalam 1 (satu) tahun
terakhir.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dengan mengingat sumpah
jabatan dan apabila di kemudian hari ternyata isi surat pernyataan ini tidak benar yang
mengakibatkan kerugian bagi negara, maka saya bersedia menanggung kerugian tersebut.

............, .............................
a.n. Direktur Jenderal Perbendaharaan
Direktur/Kepala Kanwil................

.....................
NIP .................

Halaman 169
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Surat Pernyataan Pengembalian Barang Milik Negara (SPP-BMN)
KOP SURAT

SURAT PERNYATAAN PENGEMBALIAN BARANG MILIK NEGARA (SPP-BMN)


Nomor : SPP-............................

Pada hari ini ........ tanggal ........ bulan ............ tahun ..........., saya yang bertanda-
tangan di bawah ini :
N a m a / NIP :
Pangkat/Gol. :
Jabatan :
Alamat :
berjanji dengan sesungguhnya bahwa ketika saya memasuki pensiun, setiap
barang milik negara yang saya kuasai atau gunakan akan saya kembalikan kepada Kepala
Kantor/Kepala Bagian Umum *) .............. sebagai Kuasa Pengguna Barang terhitung
mulai tanggal ................

Surat pernyataan ini, saya buat dalam keadaan sehat tanpa tekanan dari pihak-
pihak tertentu dan dapat digunakan untuk keperluan penyerahan barang milik negara
yang saya kuasai/gunakan.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dan dapat dipergunakan sebagaimana


mestinya.

Kepala Kantor/Kabag Umum *)................... Yang menyatakan

bermaterai

...................... ............................
NIP................ NIP .....................

Mengetahui :
a.n. Direktur Jenderal Perbendaharaan
Sekretaris Ditjen/Kepala Kanwil ...........*)

..........................................
NIP ...................................

*) coret yang tidak perlu

Halaman 170
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Laporan dari pimpinan unit kerja serendah-rendahnya eselon III kepada Pejabat Pembina
Kepegawaian (Menteri Keuangan) tentang peristiwa yang mengakibatkan pegawai
bersangkutan tewas
KOP SURAT

Nomor : Lap- /.././20.. , .. 20.


Sifat : Amat Segera
Perihal : Laporan Pegawai Negeri Sipil/
Calon Pegawai Negeri Sipil yang
Tewas

Kepada :
Yth. Menteri Keuangan
di Jakarta

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
NIP :
Pangkat/Golongan Ruang :
Jabatan :

dengan ini melaporkan dengan hormat bahwa Pegawai Negeri Sipil/Calon Pegawai Negeri Sipil *):
Nama :
NIP :
Pangkat/Golongan Ruang :
Jabatan :
Unit Organisasi :

Adapun peristiwa yang mengakibatkan PNS/CPNS tersebut tewas, adalah sebagai berikut :
1. .. **)
2. ..
dst

Dengan ini kami mengusulkan agar kepada:


a. Pegawai Negeri Sipil tersebut diberikan kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi secara anumerta sesuai
dengan ketentuan Pasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 jo. Peraturan Pemerintah
Nomor 12 Tahun 2002
b. Calon Pegawai Negeri Sipil tersebut diangkat menjadi PNS dan diberikan kenaikan pangkat setingkat
lebih tinggi secara anumerta sesuai dengan ketentuan Pasal 22 dan Pasal 23 Peraturan Pemerintah
Nomor 99 Tahun 2000 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002

Kiranya perlu kami laporkan, bahwa menurut rencana Pegawai Negeri Sipil/Calon Pegawai Negeri Sipil
tersebut di atas akan dikebumikan pada :
Hari :
Tanggal :
Jam :
Tempat :

Demikian laporan ini dibuat dengan sesungguhnya dengan mengingat sumpah jabatan untuk dapat
digunakan sebagaimana mestinya.

Pejabat yang melaporkan


Kepala Kantor

..
NIP

*) coret yang tidak perlu


**) agar dijelaskan secara kronologis tentang tugas dan kegiatan yang sedang dilaksanakan pegawai ybs s.d. ybs meninggal

Halaman 171
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

[16]

BANTUAN HUKUM DAN SAKSI/SAKSI AHLI

A. DASAR HUKUM
Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 158/PMK.01/2012 Tentang Bantuan Hukum Di
Lingkungan Kementerian Keuangan.

B. KETENTUAN UMUM
1. Kementerian adalah Kementerian Keuangan.
2. Pegawai adalah Calon Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan
Kementerian Keuangan.
3. Pejabat adalah Pegawai yang diangkat dalam jabatan struktural/fungsional di lingkungan
Kementerian Keuangan.
4. Pensiunan adalah Pegawai yang telah mencapai batas usia pensiun menurut peraturan
perundang-undangan dan diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai.
5. Mantan Pegawai adalah orang yang pernah menjadi Pegawai di lingkungan Kementerian
Keuangan yang diberhentikan tanpa hak pensiun.
6. Unit adalah satuan organisasi kerja di lingkungan Kementerian Keuangan.
7. Masalah Hukum adalah masalah yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan tugas dan
fungsi Kementerian Keuangan baik yang mengarah pada proses pengadilan, sedang dalam
proses pengadilan maupun setelah adanya putusan pengadilan.
8. Bantuan Hukum adalah pemberian layanan hukum oleh Kementerian Keuangan dalam
menangani Masalah Hukum.

Halaman 172
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
C. ASAS DAN TUJUAN
1. Bantuan Hukum dilaksanakan berdasarkan asas keadilan, persamaan di hadapan hukum,
efisiensi dan efektivitas.
2. Pemberian Bantuan Hukum oleh Kementerian bertujuan untuk menjamin dan memenuhi hak
hukum Unit, Menteri/Mantan Menteri, Wamen/Mantan Wamen, Pejabat, Pegawai, Pensiunan
dan/atau Mantan Pegawai dalam mendapatkan bantuan penanganan Masalah Hukum.

D. RUANG LINGKUP DAN TATA CARA PERMINTAAN BANTUAN HUKUM


1. Pemberian Bantuan Hukum oleh Kementerian diberikan kepada Unit, Menteri/Mantan
Menteri, Wamen/Mantan Wamen, Pejabat, Pegawai, Pensiunan dan/atau Mantan Pegawai di
lingkungan Kementerian yang mendapatkan Masalah Hukum.
2. Pelaksanaan Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dilaksanakan oleh Biro
Bantuan Hukum Sekretariat Jenderal.
3. Untuk memperoleh Bantuan Hukum, Unit, Menteri/Mantan Menteri, Wamen/Mantan
Wamen, Pejabat, Pegawai, Pensiunan dan/atau Mantan Pegawai mengajukan permohonan
kepada Biro Bantuan Hukum.
4. Penanganan Bantuan Hukum terdiri dari:
a. Penanganan Bantuan Hukum yang mengarah pada proses pengadilan;
b. Penanganan Bantuan Hukum yang sedang dalam proses pengadilan;
c. Penanganan Bantuan Hukum setelah adanya putusan pengadilan.

E. PEDOMAN PELAKSANAAN BANTUAN HUKUM YANG MENGARAH PADA


PROSES PENGADILAN
Bantuan Hukum Dalam Proses Penyelidikan/Penyidikan Tindak Pidana
1. Menteri/Mantan Menteri, Wamen/Mantan Wamen, Pejabat, Pegawai, Pensiunan dan/atau
Mantan Pegawai yang diminta keterangan/kesaksian sebagai saksi atau ahli dalam proses
penyelidikan/penyidikan dalam perkara tindak pidana oleh penyelidik/penyidik dapat
memperoleh Bantuan Hukum.
2. Bantuan Hukum yang diberikan kepada Menteri/Mantan Menteri, Wamen/Mantan Wamen,
Pejabat, Pegawai, Pensiunan dan/atau Mantan Pegawai diberikan dalam hal
keterangan/kesaksian atas suatu tindak pidana yang terkait dengan tugas kedinasan di
Kementerian dan dilakukan pada waktu yang bersangkutan masih berstatus sebagai Menteri,
Wamen, Pejabat atau Pegawai.

Halaman 173
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
3. Menteri/Mantan Menteri, Wamen/Mantan Wamen, Pejabat, Pegawai, Pensiunan dan/atau
Mantan Pegawai yang berstatus tersangka tidak memperoleh Bantuan Hukum dari
Kementerian dalam proses pemeriksaan di tingkat penyidikan.
4. Bantuan Hukum dilakukan oleh Biro Bantuan Hukum dan/atau Unit eselon I yang
mempunyai Unit Bantuan Hukum.
5. Untuk memperoleh Bantuan Hukum, Menteri/Mantan Menteri, Wamen/Mantan Wamen,
Pejabat, Pegawai, Pensiunan dan/atau Mantan Pegawai mengajukan permohonan kepada
Biro Bantuan Hukum secara tertulis yang berisi sekurang-kurangnya mengenai uraian
singkat pokok Masalah Hukum yang dimohonkan pemberian Bantuan Hukum dan
melampirkan dokumen yang berkenaan dengan Masalah Hukum.
6. Dalam hal tertentu, permohonan Bantuan Hukum dapat dilakukan secara lisan.
7. Dalam hal permohonan Bantuan Hukum diajukan kepada Unit eselon I yang mempunyai
Unit Bantuan Hukum, maka permohonan tersebut disampaikan kepada pimpinan Unit eselon
II yang membidangi Unit Bantuan Hukum dari Unit eselon I dimaksud, dengan tembusan
Biro Bantuan Hukum.
8. Pemberian Bantuan Hukum meliputi:
a. nasihat hukum khususnya mengenai hak dan kewajiban saksi, ahli atau tersangka dalam
setiap tahapan pemeriksaan oleh penyelidik/penyidik;
b. konsultasi hukum yang berkaitan dengan materi tindak pidana;
c. pemahaman tentang ketentuan hukum acara pidana yang harus diperhatikan oleh saksi,
ahli atau tersangka;
d. pendampingan kepada saksi atau ahli di hadapan penyelidik/penyidik;
e. mengkoordinasikan dengan Unit atau instansi terkait dalam menyiapkan materi untuk
kepentingan pemberian keterangan/kesaksian;
f. hal-hal lain yang berkaitan dengan pemberian Bantuan Hukum.
9. Dalam hal Menteri/Mantan Menteri, Wamen/Mantan Wamen, Pejabat, Pegawai, Pensiunan
dan/atau Mantan Pegawai dimintai keterangan/kesaksian dan berada di luar domisili
penyelidik/penyidik, maka Kementerian memberikan biaya perjalanan dinas kepada yang
bersangkutan dalam rangka memenuhi panggilan penyelidik/penyidik.
10. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembiayaan perjalanan dinas diatur dengan Peraturan
Menteri.
Bantuan Hukum Bidang Perdata, Tata Usaha Negara, Niaga, Agama, dan Perpajakan
1. Unit, Menteri/Mantan Menteri, Wamen/Mantan Wamen, Pejabat, Pegawai, Pensiunan
dan/atau Mantan Pegawai yang mendapatkan masalah bidang hukum perdata, tata usaha

Halaman 174
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
negara, niaga, agama atau perpajakan yang patut diduga akan menimbulkan gugatan melalui
badan peradilan, dapat memperoleh Bantuan Hukum.
2. Bantuan Hukum dimaksud dilakukan oleh Biro Bantuan Hukum dan/atau Unit eselon I yang
mempunyai Unit Bantuan Hukum.
3. Untuk memperoleh Bantuan Hukum, Unit, Menteri/Mantan Menteri, Wamen/Mantan
Wamen, Pejabat, Pegawai, Pensiunan dan/atau Mantan Pegawai mengajukan permohonan
kepada Biro Bantuan Hukum secara tertulis yang berisi sekurang-kurangnya mengenai uraian
singkat pokok Masalah Hukum yang dimohonkan pemberian Bantuan Hukum dan
melampirkan dokumen yang berkenaan dengan Masalah Hukum.
4. Dalam hal permohonan Bantuan Hukum diajukan kepada Unit eselon I yang mempunyai
Unit Bantuan Hukum, maka permohonan tersebut disampaikan kepada pimpinan Unit eselon
II yang membidangi Unit Bantuan Hukum dari Unit eselon I dimaksud, dengan tembusan
Biro Bantuan Hukum.
5. Pemberian Bantuan Hukum dimaksud meliputi:
a. memberikan konsultasi dan pertimbangan hukum berupa pemberian pendapat, kajian,
nasihat dan saran di bidang hukum perdata, tata usaha negara, niaga, agama atau
perpajakan yang berpotensi menimbulkan gugatan;
b. mengkoordinasikan/menyelesaikan melalui jalur di luar pengadilan, antara lain mediasi,
konsiliasi atau penilaian ahli.

F. PEDOMAN PENANGANAN BANTUAN HUKUM YANG SEDANG DALAM


PROSES BADAN PERADILAN
Bantuan Hukum Pemeriksaan Perkara Pidana
1. Menteri/Mantan Menteri, Wamen/Mantan Wamen, Pejabat, Pegawai, Pensiunan dan/atau
Mantan Pegawai yang dimintai keterangan/kesaksian sebagai saksi atau ahli dalam proses
pemeriksaan dalam perkara tindak pidana oleh badan peradilan dapat memperoleh Bantuan
Hukum.
2. Bantuan Hukum yang diberikan kepada Menteri/Mantan Menteri, Wamen/Mantan Wamen,
Pejabat, Pegawai, Pensiunan dan/atau Mantan Pegawai dimaksud diberikan dalam hal
keterangan/kesaksian atas suatu tindak pidana yang terkait dengan tugas kedinasan di
Kementerian.
3. Menteri/Mantan Menteri, Wamen/Mantan Wamen, Pejabat, Pegawai, Pensiunan dan/atau
Mantan Pegawai yang berstatus sebagai terdakwa tidak memperoleh Bantuan Hukum dari
Kementerian.

Halaman 175
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
4. Bantuan Hukum dimaksud dilakukan oleh Biro Bantuan Hukum dan/atau Unit eselon I yang
mempunyai Unit Bantuan Hukum.
5. Untuk memperoleh Bantuan Hukum, Menteri/Mantan Menteri, Wamen/Mantan Wamen,
Pejabat, Pegawai, Pensiunan dan/atau Mantan Pegawai mengajukan permohonan kepada
Biro Bantuan Hukum secara tertulis yang berisi sekurang-kurangnya mengenai uraian
singkat pokok Masalah Hukum yang dimohonkan pemberian Bantuan Hukum dan
melampirkan dokumen yang berkenaan dengan Masalah Hukum.
6. Dalam hal tertentu, permohonan Bantuan Hukum dimaksud dapat dilakukan secara lisan.
7. Dalam hal permohonan Bantuan Hukum diajukan kepada Unit eselon I yang mempunyai
Unit Bantuan Hukum, maka permohonan tersebut disampaikan kepada pimpinan Unit eselon
II yang membidangi Unit Bantuan Hukum dari Unit eselon I dimaksud, dengan tembusan
Biro Bantuan Hukum.
8. Pemberian Bantuan Hukum dimaksud meliputi:
a. nasihat hukum khususnya mengenai hak dan kewajiban saksi atau ahli dalam proses
pemeriksaan di badan peradilan;
b. konsultasi hukum yang berkaitan dengan materi tindak pidana;
c. pemahaman tentang ketentuan hukum acara pidana yang harus diperhatikan oleh saksi
atau ahli;
d. pendampingan saksi atau ahli di badan peradilan;
e. mengkoordinasikan dengan Unit atau instansi terkait dalam menyiapkan materi untuk
kepentingan kesaksian;
f. hal-hal lain yang berkaitan dengan pemberian Bantuan Hukum.
Bantuan Hukum Penyelesaian Perkara Pra Peradilan
1. Bantuan Hukum dalam proses pra peradilan diberikan kepada Unit atau Pegawai yang
menghadapi permohonan pra peradilan sebagai termohon.
2. Kementerian tidak memberikan Bantuan Hukum pra peradilan kepada Menteri/Mantan
Menteri, Wamen/Mantan Wamen, Pejabat, Pegawai, Pensiunan dan/atau Mantan Pegawai
yang mengajukan permohonan pra peradilan terhadap Unit dan Kementerian.
3. Bantuan Hukum dimaksud dilakukan oleh Biro Bantuan Hukum dan/atau Unit eselon I yang
mempunyai Unit Bantuan Hukum.
4. Untuk memperoleh Bantuan Hukum, pimpinan Unit mengajukan permohonan kepada Biro
Bantuan Hukum secara tertulis yang berisi sekurang-kurangnya mengenai uraian singkat
pokok Masalah Hukum yang dimohonkan pemberian Bantuan Hukum dan melampirkan
dokumen yang berkenaan dengan Masalah Hukum.
5. Dalam hal tertentu, permohonan Bantuan Hukum dimaksud dapat dilakukan secara lisan.
Halaman 176
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
6. Dalam hal permohonan Bantuan Hukum diajukan kepada Unit eselon I yang mempunyai
Unit Bantuan Hukum, maka permohonan tersebut disampaikan kepada pimpinan Unit eselon
II yang membidangi Unit Bantuan Hukum dari Unit eselon I dimaksud, dengan tembusan
Biro Bantuan Hukum.
7. Bantuan Hukum penyelesaian permohonan pra peradilan meliputi:
a. memberikan konsultasi hukum dan pertimbangan hukum mengenai hak dan kewajiban
termohon;
b. melakukan koordinasi dengan Unit dan instansi terkait dalam menyiapkan administrasi
perkara yang sedang ditangani;
c. menyiapkan dokumen terkait sebagai bahan bukti pemeriksaan persidangan di
pengadilan;
d. menyiapkan surat kuasa khusus yang ditandatangani oleh termohon dan surat tugas yang
ditandatangani oleh Kepala Biro Bantuan Hukum untuk keperluan beracara di
pengadilan;
e. menyiapkan dan menyusun jawaban, duplik, bukti, saksi dan/atau ahli dan kesimpulan
yang diperlukan dalam beracara di pengadilan;
f. hal-hal lain yang berkaitan dengan pemberian Bantuan Hukum.
Bantuan Hukum Bidang Perdata, Niaga, dan Peradilan Agama
1. Unit, Menteri/Mantan Menteri, Wamen/Mantan Wamen, Pejabat, Pegawai, Pensiunan
dan/atau Mantan Pegawai yang mendapatkan Masalah Hukum bidang hukum perdata, niaga
atau agama yang telah terdaftar dan diproses melalui badan peradilan dapat memperoleh
Bantuan Hukum baik sebagai penggugat/pelawan /pembantah maupun
tergugat/terlawan/terbantah.
2. Bantuan Hukum penyelesaian perkara perdata, niaga atau agama yang diberikan kepada Unit,
Menteri/Mantan Menteri, Wamen/Mantan Wamen, Pejabat, Pegawai, Pensiunan dan/atau
Mantan Pegawai terkait dengan tugas kedinasan di Kementerian.
3. Bantuan Hukum dimaksud dilakukan oleh Biro Bantuan Hukum dan/atau Unit eselon I yang
mempunyai Unit Bantuan Hukum.
4. Untuk memperoleh Bantuan Hukum, Unit, Menteri/Mantan Menteri, Wamen/Mantan
Wamen, Pejabat, Pegawai, Pensiunan dan/atau Mantan Pegawai mengajukan permohonan
kepada Biro Bantuan Hukum secara tertulis yang berisi sekurang-kurangnya mengenai uraian
singkat pokok Masalah Hukum yang dimohonkan pemberian Bantuan Hukum dan
melampirkan dokumen yang berkenaan dengan Masalah Hukum.
5. Dalam hal permohonan Bantuan Hukum diajukan kepada Unit eselon I yang mempunyai
Unit Bantuan Hukum, maka permohonan tersebut disampaikan kepada pimpinan Unit eselon
Halaman 177
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
II yang membidangi Unit Bantuan Hukum dari Unit eselon I dimaksud, dengan tembusan
Biro Bantuan Hukum.
6. Pemberian Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) meliputi:
a. memberikan konsultasi hukum dan pertimbangan hukum mengenai hak dan kewajiban
penggugat/pelawan/pembantah maupun tergugat/terlawan/terbantah dan masalah yang
menjadi obyek perkara;
b. melakukan koordinasi dengan Unit dan instansi terkait dalam menyiapkan administrasi
perkara yang sedang ditangani;
c. menyiapkan dokumen terkait sebagai bahan bukti pemeriksaan persidangan di
pengadilan;
d. menyiapkan surat kuasa khusus guna kepentingan beracara di pengadilan;
e. menyiapkan gugatan atau jawaban, replik atau duplik, bukti, saksi atau ahli dan
kesimpulan guna proses pemeriksaan di pengadilan tingkat pertama;
f. mengajukan upaya hukum yang tersedia sebagaimana diatur dalam ketentuan perundang-
undangan atas putusan yang merugikan Kementerian;
g. hal-hal lain yang berkaitan dengan pemberian Bantuan Hukum.
Bantuan Hukum Penyelesaian Perkara Tata Usaha Negara
1. Kementerian memberikan Bantuan Hukum dalam penanganan perkara tata usaha negara
kepada:
a. Menteri, pimpinan Unit atau Pejabat yang menghadapi gugatan tata usaha negara sebagai
tergugat;
b. Menteri, pimpinan Unit atau Pejabat sebagai penggugat dalam kedudukannya sebagai
badan hukum perdata;
c. Menteri, pimpinan Unit atau Pejabat sebagai pemohon intervensi.
2. Bantuan Hukum tidak diberikan kepada Menteri/Mantan Menteri, Wamen/Mantan Wamen,
Pegawai, Pensiunan dan/atau Mantan Pegawai yang mengajukan gugatan tata usaha negara
terhadap Kementerian.
3. Bantuan Hukum penyelesaian perkara tata usaha negara yang diberikan kepada Menteri,
pimpinan Unit atau Pejabat dimaksud terkait dengan tugas kedinasan Kementerian.
4. Bantuan Hukum dimaksud dilakukan oleh Biro Bantuan Hukum dan/atau Unit eselon I yang
mempunyai Unit Bantuan Hukum.
5. Untuk memperoleh Bantuan Hukum, pimpinan Unit atau Pejabat mengajukan permohonan
kepada Biro Bantuan Hukum secara tertulis yang berisi sekurang-kurangnya mengenai uraian
singkat pokok Masalah Hukum yang dimohonkan pemberian Bantuan Hukum dan
melampirkan dokumen yang berkenaan dengan Masalah Hukum.
Halaman 178
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
6. Dalam hal permohonan Bantuan Hukum diajukan kepada Unit eselon I yang mempunyai
Unit Bantuan Hukum, maka permohonan tersebut disampaikan kepada pimpinan Unit eselon
II yang membidangi Unit Bantuan Hukum dari Unit eselon I dimaksud, dengan tembusan
Biro Bantuan Hukum.
7. Pemberian Bantuan Hukum dimaksud meliputi:
a. memberikan konsultasi hukum dan pertimbangan hukum mengenai hak dan kewajiban
penggugat, tergugat atau pemohon intervensi atas masalah yang menjadi obyek perkara;
b. melakukan koordinasi dengan Unit atau instansi terkait dalam menyiapkan administrasi
perkara yang sedang ditangani;
c. menyiapkan dokumen terkait sebagai bahan bukti pemeriksaan persidangan di
pengadilan;
d. menyiapkan surat kuasa khusus guna kepentingan beracara di pengadilan;
e. menyiapkan gugatan atau jawaban, replik atau duplik, bukti, saksi dan/atau ahli, dan
kesimpulan guna proses pemeriksaan di peradilan tingkat pertama;
f. mengajukan upaya hukum yang tersedia sebagaimana diatur dalam ketentuan perundang-
undangan atas putusan yang merugikan Kementerian;
g. hal-hal lain yang berkaitan dengan pemberian Bantuan Hukum.
Bantuan Hukum Penyelesaian Permohonan Uji Materiil
1. Unit yang menghadapi permohonan uji materiil undang-undang di Mahkamah Konstitusi dan
permohonan uji materiil perundang-undangan di bawah undang-undang di Mahkamah Agung
dapat memperoleh Bantuan Hukum.
2. Bantuan Hukum penyelesaian permohonan uji materiil diberikan terhadap permohonan uji
materiil ketentuan perundang-undangan yang terkait bidang tugas Kementerian.
3. Tanpa izin tertulis dari Menteri, Kementerian tidak memberikan Bantuan Hukum
permohonan uji materiil kepada Menteri, Wamen dan Pegawai yang mengajukan
permohonan uji materiil sebagai pemohon.
4. Bantuan Hukum dimaksud dilakukan oleh Biro Bantuan Hukum dan/atau Unit eselon I yang
mempunyai Unit Bantuan Hukum.
5. Untuk memperoleh Bantuan Hukum, pimpinan Unit mengajukan permohonan kepada Biro
Bantuan Hukum secara tertulis yang berisi sekurang-kurangnya mengenai uraian singkat
pokok Masalah Hukum yang dimohonkan pemberian Bantuan Hukum dan melampirkan
dokumen yang berkenaan dengan Masalah Hukum.
6. Dalam hal permohonan Bantuan Hukum diajukan kepada Unit eselon I yang mempunyai
Unit Bantuan Hukum, maka permohonan tersebut disampaikan kepada pimpinan Unit eselon

Halaman 179
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
II yang membidangi Unit Bantuan Hukum dari Unit eselon I dimaksud, dengan tembusan
Biro Bantuan Hukum.
7. Pemberian Bantuan Hukum dimaksud meliputi:
a. memberikan konsultasi hukum dan pertimbangan hukum mengenai masalah yang
menjadi obyek permohonan uji materiil;
b. melakukan koordinasi dengan Unit di Kementerian dan instansi di luar Kementerian
dalam rangka menyiapkan administrasi perkara dan penyelesaian penanganan
permohonan uji materiil;
c. menyiapkan dokumen terkait sebagai bahan bukti, saksi dan/atau ahli guna pemeriksaan
di badan peradilan;
d. menyiapkan surat kuasa, yaitu:
1) surat kuasa substitusi Menteri kepada Sekretaris Jenderal dan pimpinan Unit eselon I
terkait, dalam hal permohonan uji materiil atas undang-undang di Mahkamah
Konstitusi;
2) surat kuasa substitusi Menteri kepada Sekretaris Jenderal dan pimpinan Unit eselon I
terkait, dalam hal permohonan uji materiil atas Peraturan Pemerintah guna proses
beracara di Mahkamah Agung;
3) surat kuasa khusus Menteri dalam hal permohonan uji materiil atas Peraturan Menteri
guna proses beracara di Mahkamah Agung;
4) surat kuasa khusus pimpinan Unit eselon I dalam hal permohonan uji materiil atas
peraturan
5) pimpinan Unit eselon I guna proses beracara di Mahkamah Agung.
e. menyiapkan penyusunan Keterangan Pemerintah atau Jawaban Permohonan;
f. hal-hal lain yang berkaitan dengan pemberian Bantuan Hukum.
Bantuan Hukum Penyelesaian Sengketa Perpajakan
1. Unit yang menghadapi sengketa perpajakan dapat memperoleh Bantuan Hukum.
2. Bantuan Hukum dimaksud dilakukan oleh Biro Bantuan Hukum dan/atau Unit eselon I yang
mempunyai Unit Bantuan Hukum.
3. Untuk memperoleh Bantuan Hukum, pimpinan Unit mengajukan permohonan kepada Biro
Bantuan Hukum secara tertulis yang berisi sekurang-kurangnya mengenai uraian singkat
pokok Masalah Hukum yang dimohonkan pemberian Bantuan Hukum dan melampirkan
dokumen yang berkenaan dengan Masalah Hukum.
4. Dalam hal permohonan Bantuan Hukum diajukan kepada Unit eselon I yang mempunyai
Unit Bantuan Hukum, maka permohonan tersebut disampaikan kepada pimpinan Unit eselon

Halaman 180
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
II yang membidangi Unit Bantuan Hukum dari Unit eselon I dimaksud, dengan tembusan
Biro Bantuan Hukum.
5. Pemberian Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 meliputi:
a. memberikan konsultasi hukum dan pertimbangan hukum mengenai masalah yang
menjadi obyek sengketa perpajakan;
b. melakukan koordinasi dengan Unit dan instansi terkait dalam menyiapkan administrasi
perkara yang sedang ditangani;
c. menyiapkan dokumen terkait sebagai bahan bukti pemeriksaan persidangan di Pengadilan
Pajak;
d. menyiapkan surat kuasa khusus guna kepentingan beracara di Pengadilan Pajak;
e. menyiapkan jawaban, duplik, bukti, saksi dan/atau ahli dan kesimpulan guna proses
pemeriksaan di Pengadilan Pajak;
f. mengajukan upaya hukum yang tersedia sebagaimana diatur dalam ketentuan perundang-
undangan atas putusan yang merugikan Kementerian;
g. hal-hal lain yang berkaitan dengan pemberian Bantuan Hukum.
Bantuan Hukum Penyelesaian Jenis Perkara Lainnya
1. Kementerian memberikan Bantuan Hukum penanganan perkara lain yang terdapat pada
lembaga peradilan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
2. Bantuan Hukum dimaksud dilakukan oleh Biro Bantuan Hukum.

G. PEDOMAN PENANGANAN BANTUAN HUKUM SETELAH ADANYA PUTUSAN


PENGADILAN YANG TELAH BERKEKUATAN HUKUM TETAP
Tata Cara Pelaksanaan Putusan Pengadilan Yang Telah Berkekuatan Hukum Tetap
1. Putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap adalah putusan sebagaimana yang
dimaksud dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Mahkamah Agung.
2. Pelaksanaan putusan perkara yang telah berkekuatan hukum tetap hanya dapat diproses lebih
lanjut oleh Kementerian setelah mendapat surat teguran (aanmaning) dari suatu lembaga
peradilan dan mendapat persetujuan pelaksanaan putusan serta sudah disetujui oleh Pejabat
yang berwenang.
3. Dalam hal putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap tidak bisa dilaksanakan
oleh Kementerian (non executable), Biro Bantuan Hukum dan/atau pimpinan Unit
menyampaikan alasan kepada pengadilan mengenai tidak dapat dilaksanakannya putusan
dimaksud.

Halaman 181
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
4. Penyampaian alasan dimaksud dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis dengan
menggunakan surat kuasa khusus lama maupun surat kuasa khusus baru bilamana
diperlukan.
Rehabilitasi
1. Menteri/Mantan Menteri, Wamen/Mantan Wamen, Pejabat, Pegawai, Pensiunan dan/atau
Mantan Pegawai yang tidak terbukti melakukan tindak pidana berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, wajib direhabilitasi berupa
pemulihan hak dan atau martabat yang bersangkutan.
2. Rehabilitasi dimaksud, diproses secara berjenjang sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku dan dikoordinasikan dengan Biro Bantuan Hukum.
3. Rehabilitasi dimaksud, termasuk pemberian bantuan biaya penyelesaian permasalahan
hukum dalam perkara pidana.
4. Kementerian akan memberikan bantuan biaya penyelesaian permasalahan hukum kepada
Menteri/Mantan Menteri, Wamen/Mantan Wamen, Pejabat, Pegawai, Pensiunan dan/atau
Mantan Pegawai yang menggunakan jasa advokat dengan ketentuan sebagai berikut:
a. tidak terbukti sebagai tersangka berdasarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan
(SP3) oleh Penyidik;
b. tidak diajukan penuntutannya berdasarkan Surat Penetapan Penghentian Penuntutan atau
Surat Penetapan Penghentian Perkara oleh Penuntut Umum;
c. tidak terbukti bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara, persyaratan dan besaran bantuan biaya
penyelesaian permasalahan hukum dalam perkara pidana diatur dengan Peraturan Menteri.

H. KOORDINASI, KERJA SAMA, PEMBINAAN DAN PEMBIAYAAN BANTUAN


HUKUM
Penggunaan Jaksa Pengacara Negara dan Advokat
1. Kementerian dapat menggunakan Jaksa Pengacara Negara dan/atau advokat untuk Masalah
Hukum bidang perdata, niaga, tata usaha negara, sengketa perpajakan dan/atau permohonan
uji materiil sepanjang mendapatkan izin tertulis dari Menteri.
2. Permohonan izin tertulis dari Menteri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan kepada
Menteri dan tembusannya disampaikan kepada Biro Bantuan Hukum.
3. Tata cara dan prosedur pengadaan advokat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Koordinasi, Kerja Sama dan Pembinaan Bantuan Hukum

Halaman 182
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
1. Bantuan Hukum yang dilaksanakan oleh Unit eselon I harus dikoordinasikan dan
diberitahukan kepada Biro Bantuan Hukum.
2. Unit eselon I yang memberikan Bantuan Hukum harus menyampaikan laporan kegiatan
penanganan Bantuan Hukum kepada Biro Bantuan Hukum setiap 4 (empat) bulan sekali.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan koordinasi penanganan Bantuan Hukum antara
Biro Bantuan Hukum dengan Unit eselon I yang memiliki Unit Bantuan Hukum diatur
dengan keputusan bersama antara Sekretaris Jenderal dengan pimpinan Unit eselon I terkait.
4. Dalam melaksanakan penanganan Bantuan Hukum, Biro Bantuan Hukum dapat bekerja sama
dengan advokat, akademisi dan praktisi baik di bidang hukum maupun bidang ilmu lainnya.
5. Dalam rangka mengantisipasi, menghindari dan mengatasi terjadinya Masalah Hukum perlu
dilakukan pembinaan secara intensif dan berkesinambungan.
6. Pembinaan dilakukan dalam bentuk penyuluhan, sosialisasi, pendidikan dan pelatihan serta
penyebarluasan informasi hukum dan peraturan perundang-undangan.
7. Pembinaan dilakukan oleh Biro Bantuan Hukum dan/atau Unit eselon I yang memiliki Unit
Bantuan Hukum.
8. Dalam rangka pembinaan hukum, Biro Bantuan Hukum dan/atau Unit eselon I yang
mempunyai Unit Bantuan Hukum dapat mengundang narasumber dari kalangan akademisi,
birokrasi, pejabat maupun perseorangan, yang berkompeten di bidangnya yang berasal dari
lingkungan Kementerian dan/atau luar Kementerian.

I. KETENTUAN LAINNYA
1. Setiap pemberian Bantuan Hukum yang dilakukan oleh Biro Bantuan Hukum harus
dilengkapi dengan surat tugas dari Kepala Biro Bantuan Hukum.
2. Terhadap Bantuan Hukum yang diberikan oleh Unit eselon I yang memiliki Unit Bantuan
Hukum harus dilengkapi Surat Tugas dari pimpinan Unit eselon II yang membidangi Unit
Bantuan Hukum.
3. Badan Usaha Milik Negara dapat meminta Bantuan Hukum kepada Biro Bantuan Hukum
Kementerian sepanjang Masalah Hukum yang dihadapi terkait dengan bidang tugas pokok
dan fungsi Kementerian.
4. Pihak lain selain Menteri/Mantan Menteri, Wamen/Mantan Wamen, Pejabat, Pegawai,
Pensiunan dan/atau Mantan Pegawai dapat diberikan Bantuan Hukum sepanjang membantu
pelaksanaan fungsi dan tugas Kementerian dan setelah mendapatkan persetujuan tertulis dari
Menteri terlebih dahulu.
5. Unit eselon I yang mempunyai Unit Bantuan Hukum dapat menyusun peraturan/pedoman
pelaksanaan pemberian Bantuan Hukum.
Halaman 183
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
J. BANTUAN HUKUM
1. Bantuan hukum adalah Pemberian layanan hukum oleh Kementerian (Biro Bantuan
Hukum) dalam menangani masalah hukum.

2. Masalah hukum adalah Masalah yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan tugas dan
fungsi Kementerian baik yang mengarah pada proses pengadilan, sedang dalam proses
pengadilan maupun setelah adanya putusan pengadilan.

3. Bantuan Hukum diberikan kepada unit dan/atau Menteri, Mantan Menteri, Pejabat,
Pegawai, Pensiunan, dan Mantan Pegawai yang menghadapi masalah hukum dalam
pelaksanaan tugas dan fungsinya.

4. Salah satu pemberian Bantuan Hukum dimaksud dapat berupa sebagai berikut :

a. Nasihat hukum khususnya mengenai hak dan kewajiban saksi/ahli dalam setiap
tahapan pemeriksaan;
b. Konsultasi hukum yang berkaitan dengan materi tindak pidana;
c. Pemahaman tentang ketentuan hukum acara pidana yang harus diperhatikan oleh
saksi/ahli;
d. Pendampingan saksi/ahli di Kepolisian, Kejaksaan, dan badan peradilan;
e. Koordinasi dengan unit atau instansi terkait dalam penyiapan materi
f. Hal-hal lain yang berkaitan dengan pemberian bantuan hukum.

ALUR PERMOHONAN
BANTUAN HUKUM

K. SAKSI
Mekanisme Pemanggilan Saksi/Ahli
a. Melakukan koordinasi internal dan pengumpulan bahan:
1) Mempersiapkan kartu identitas, curiculum vitae yang memuat antara lain identitas
diri, riwayat pekerjaan, dan riwayat pendidikan;

Halaman 184
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
2) Pengumpulan bahan/dokumen yang berkaitan dengan kasus antara lain peraturan,
SOP;
3) Mengkoordinasikan secara internal, termasuk mengumpulkan, mempelajari dan
menyiapkan materi pemberian keterangan dengan Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan, Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan, atau Biro Bantuan
Hukum Setjen Kementerian Keuangan
4) Melaporkan kepada Kantor Wilayah dan Kantor Pusat Direktorat Jenderal
Perbendaharaan secara hirerarkis untuk melakukan permintaan pendampingan
bantuan hukum dan biaya perjalanan dinas yang diperlukan.
b. Melakukan klarifikasi dan koordinasi kepada Penyidik mengenai:
1) Perkara dan keterangan yang diperlukan oleh Penyidik;
2) Status Saksi
a) Sebagai Saksi Fakta, atau
b) Sebagai Saksi Ahli, yaitu pemenuhan pemanggilan sebagai Saksi untuk dimintai
keterangan oleh pejabat/pegawai yang memiliki keahlian tentang hal yang
diperlukan dalam memberikan penjelasan mengenai proses bisnis dan landasan
legal proses pelaksanaan APBN;
Dalam tahap awal proses penyelidikan/penyidikan, pimpinan kantor agar melakukan
koordinasi dengan aparat penegak hukum serta mengarahkan pemberian
keterangan/penjelasan mengenai proses pelaksanaan pekerjaan, sehingga pemberian
keterangan tersebut tidak harus diberikan oleh pejabat/pegawai saat peristiwa terjadi.
3) Waktu
a) Waktu yang cukup untuk melakukan persiapan bahan-bahan yang diperlukan,
b) Dalam hal memerlukan penundaan waktu agar berkoordinasi dengan Penyidik;
c. Memenuhi Pemanggilan Sebagai Saksi:
1) Memberikan keterangan sesuai dengan kompetensi, sebatas bidang tugas dan fungsi
yang dilaksanakan dan sebatas relevansi dengan kasus hukum yang terjadi;
2) Menyusun laporan hasil pemeriksaan dengan melampirkan surat panggilan dari
aparat penegak hukum disampaikan secara hierarki kepada Kantor Wilayah dan
Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

Halaman 185
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
L. AHLI
5. Ahli adalah orang yang memiliki keahlian khusus tentang suatu hal yang diperlukan
untuk membuat terang suatu perkara guna kepentingan pemeriksaan.
6. Pegawai yang ditugaskan sebagai ahli agar memberikan keterangan sesuai dengan apa
yang menjadi keahliannya tentang suatu hal yang diperlukan dan menolak memberikan
keterangan diluar keahliannya
7. Mempersiapkan dokumen
1) Kartu Identitas (KTP/SIM/Nametag)
2) Curiculum Vitae yang memuat antara lain identitas diri, riwayat pekerjaan, dan
riwayat pendidikan.
3) Surat Tugas
4) Peraturan-peraturan terkait dengan pemeriksaan dan yang berlaku pada saat
terjadinya peristiwa.

M. MEKANISME PEMBERIAN DOKUMEN


a. Apabila penegak hukum memerlukan dokumen harus mengajukan permintaan secara
resmi melalui surat.
b. Unit kerja hanya diperkenankan untuk memberikan copy dari dokumen tersebut dan
penyerahan dokumen harus dibuatkan berita acara, sementara dokumen asli hanya dapat
dilihat atau diperiksa di tempat/kantor dan tidak diperkenankan dibawa keluar kantor;
c. Terhadap permintaan dokumen asli yang terkait suatu perkara, Direktur/Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan menyampaikan laporan kepada Kantor Pusat
Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
d. Direktur Jenderal Perbendaharaan melakukan penilaian berdasarkan laporan yang
disampaikan Direktur/Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan terkait apakah
dokumen asli tersebut dapat disampaikan kepada aparat penegak hukum;
e. Senantiasa melakukan koordinasi dengan Kantor Pusat Direktorat Jenderal
Perbendaharaan mengenai:
1) perkara dan dokumen yang diperlukan oleh Penyidik,
2) status dokumen.

Halaman 186
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

[17]

MUTASI PEGAWAI MENGIKUTI SUAMI

A. DASAR HUKUM
1. Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor SE-15/PB/2009 Tanggal 29 Mei 2009
tentang Pedoman dan Tata Cara Pengajuan Permohonan Pindah/Mutasi Pegawai dengan
Alasan Mengikuti Suami.
2. Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor S-182/PB.1/UP.10/2010 tanggal 25 Pebruari
2010 hal Penegasan atas Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan No. SE-15/PB/2009
tentang Pedoman Dan Tata Cara Pengajuan Permohonan Pindah/Mutasi Pegawai Dengan
Alasan Mengikuti Suami.

B. MUTASI PEGAWAI MENGIKUTI SUAMI


Dalam rangka menciptakan suasana kerja yang nyaman dan kondusif, meningkatkan
konsentrasi kerja pegawai, menjamin kepastian kebijakan, serta menjaga keselarasan antara
kepentingan pegawai dan kebutuhan organisasi, Direktorat Jenderal Perbendaharaan merasa
perlu untuk melakukan pengaturan bagi pegawai yang mengajukan pindah dengan alasan
mengikuti suami.
Ketentuan umum terkait mutasi pegawai dengan alasan mengikuti suami seperti diatur
dalam Surat Edaran tersebut adalah :
1. Pegawai wanita Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang suaminya berstatus sebagai
pegawai Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan mendapatkan mutasi karena dinas, tidak
perlu mengajukan permohonan mutasi, kecuali bila kota yang dituju berbeda dengan kota
penugasan suaminya.

Halaman 187
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
2. Permohonan mutasi pegawai dengan alasan mengikuti suami yang bekerja di luar Direktorat
Jenderal Perbendaharaan, dapat disetujui secara selektif dan hanya dapat diberikan
kesempatan 2 (dua) kali selama menjadi pegawai Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
3. Permohonan mutasi pegawai untuk menetap pada suatu daerah dengan alasan mengikuti
suami menetap, dapat disetujui dan diberikan kesempatan 1 (satu) kali selama menjadi
pegawai Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
4. Apabila formasi pada unit kerja sesuai dengan permohonan tidak memungkinkan, pegawai
yang bersangkutan dapat ditempatkan pada unit kerja lain terdekat dengan unit kerja yang
dituju.
5. Permohonan mutasi ke unit kerja yang tidak satu wilayah kota dengan unit kerja suami atau
yang terdekat hanya dapat disetujui dengan alasan dan persyaratan tertentu yang menurut
penilaian perlu diberikan kebijakan khusus.
6. Bagi wanita yang menduduki jabatan tertentu, pola mutasi yang bersangkutan mengikuti pola
mutasi jabatan karier sesuai ketentuan yang berlaku. Apabila pegawai dimaksud mengajukan
permohonan mutasi dengan alasan kepentingan pribadi, yang bersangkutan dapat
dimutasikan tanpa menduduki jabatan.
7. Bagi pegawai dengan status suami pegawai Direktorat Jenderal Perbendaharaan mendapatkan
mutasi karena dinas, dapat melaksanakan tugas di unit tujuan setelah mendapatkan
pesetujuan dari para Kepala Kantor Wilayah terkait.
8. Pengajuan permohonan pindah/mutasi pegawai dengan alasan mengikuti suami dilakukan
dengan mekanisme sebagai berikut:
a. Pegawai yang mengajukan surat permohonan pindah mengikuti suami di luar pegawai
Direktorat Jenderal Perbendaharaan harus mengajukan permohonan kepada Direktur
Jenderal Perbendaharaan u.p. Sekretaris Ditjen Perbendaharaan secara hirarkis, baik
untuk mutasi antar Kantor Wilayah maupun dalam lingkup Kantor Wilayah yang
bersangkutan.
b. Dokumen pendukung yang harus dilampirkan dalam permohonan pindah dimaksud
adalah :
- Fotokopi surat kepangkatan terakhir;
- Fotokopi sah surat keputusan pindah suami;
- Fotokopi surat/akta nikah;
- KP4;
- Surat pernyataan bersedia meletakkan jabatan (jika menjabat).
9. Dalam Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor S-182/PB.1/UP.10/2010 tanggal 25
Pebruari 2010, ditegaskan kembali hal-hal sebagai berikut :
Halaman 188
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
a. Seorang pegawai wanita yang suaminya merupakan pegawai DJPBN dan mutasi karena
dinas, maka berlaku :
1) Secara otomatis akan dimutasikan mengikuti suami dimana bertugas, tanpa harus
mengajukan surat permohonan pindah mengikuti suami;
2) Apabila pegawai tersebut tidak berkeinginan untuk pindah mengikuti suami atau
bermaksud pindah tetapi tidak satu kota dengan tempat tugas suami, maka yang
bersangkutan harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Sekretaris Ditjen
Perbendaharaan secara hierarkis;
3) Dalam waktu 1 (satu) bulan setelah tanggal surat keputusan mutasi suami diterbitkan,
jika tidak ada permohonan dari yang bersangkutan, maka pegawai tersebut akan
dimutasikan mengikuti suami;
4) Sementara menunggu terbitnya surat keputusan mutasi definitif, dengan persetujuan
Kepala Kantor Wilayah terkait, pegawai yang bersangkutan dapat melaksanakan
tugas di kota dimana suami bertugas. Namun apabila kota tujuan permohonan mutasi
berbeda dengan kota dimana suami bertugas, maka pegawai tersebut tidak
diperkenankan melaksanakan tugas di tempat tujuan sebelum adanya surat keputusan
mutasi yang definitif;
5) Apabila tempat tujuan pindah masih dalam lingkup satu Kantor Wilayah, Kepala
Kantor Wilayah dapat segera menerbitkan surat keputusan mutasi yang bersangkutan
b. Bagi pegawai wanita yang suaminya bertugas diluar DJPBN atau suaminya pegawai
DJPBN tetapi mutasi bukan karena dinas, maka berlaku :
1) Apabila hendak mengikuti suami, pegawai tersebut harus mengajukan permohonan
secara tertulis kepada Sekretaris Ditjen Perbendaharaan secara hierarkis;
2) Tidak diperkenankan melaksanakan tugas ke tempat tujuan sebelum terbitnya surat
keputusan mutasi yang definitif;
3) Permohonan pindah tersebut akan dipertimbangkan secara sangat selektif, sehingga
keputusan mutasi belum tentu sama dengan tempat tujuan dalam surat permohonan
yang bersangkutan;
4) Ketentuan sebagaimana tersebut diatas, berlaku bagi pegawai yang mengajukan
pindah ke unit kerja antar Kantor Wilayah maupun unit kerja lingkup satu Kantor
Wilayah.
c. Permohonan pindah untuk menetap sebagaimana disebutkan pada ketentuan umum
nomor 3 surat edaran dimaksud, hanya diberikan bagi pegawai yang suaminya telah
memasuki masa pensiun dan MPP (masa persiapan pensiun) atau kurang lebih satu tahun
menjelang pensiun, sedangkan apabila suaminya masih aktif bertugas dan belum
Halaman 189
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
mencapai masa MPP, berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud pada ketentuan umum
nomor 2 surat edaran tersebut.
d. Para pimpinan unit kerja agar memperhatikan/mempertimbangkan beban kerja dan
kebutuhan pegawai sebelum meneruskan usulan pindah pegawai yang suaminya bukan
pegawai DJPBN, sehingga tidak mengganggu pelaksanaan tugas pada unit yang
bersangkutan.

C. CONTOH FORMAT DOKUMEN

Halaman 190
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Surat Permohonan Pindah Mengikuti Suami Pegawai Ditjen Perbendaharaan yang
dipindahkan dari Kantor Pusat ke kantor vertikal Ditjen PBN

Kepada Yth.
Direktur Jenderal Perbendaharaan
u.p. Sekretaris Ditjen Perbendaharaan
melalui
Direktur ..

Yang bertandatangan dibawah ini :


Nama/NIP : ..
Pangkat/Gol. : ..
Jabatan : ..

Dengan ini mengajukan permohonan pindah ke dengan alasan mengikuti


suami yang bernama , NIP. , Jabatan , unit kerja
asal, yang dengan surat keputusan ..nomor :
.. tanggal .dialihtugaskan ke ...

Sebagai bahan pertimbangan, terlampir kami sampaikan :


- Fotokopi SK kepangkatan terakhir;
- Fotokopi sah SK pindah suami;
- Fotokopi surat/akta nikah;
- KP4;
- Surat pernyataan bersedia meletakkan jabatan (jika menjabat)

Selama proses penyelesaian permohonan ini, kiranya kepada kami dapat diberikan izin untuk
melaksanakan tugas di mendahului Surat Keputusan Direktur Jenderal
Perbendaharaan.

Demikian permohonan ini disampaikan, atas perkenan dan izin Bapak disampaikan terima kasih.

.(tempat), .(tanggal, bulan, tahun)


Pemohon,

.
NIP.

Tembusan :
1. Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan .. (yang dituju)
2. Kepala KPPN.. (yang dituju)

Halaman 191
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Surat Permohonan Pindah Mengikuti Suami Pegawai Ditjen Perbendaharaan yang
dipindahkan ke Kantor Pusat/antar Kantor Wilayah Ditjen PBN

Kepada Yth.
Direktur Jenderal Perbendaharaan
u.p. Sekretaris Ditjen Perbendaharaan
melalui
Kepala Kantor Wilayah ..
melalui
Kepala KPPN

Yang bertandatangan dibawah ini :


Nama/NIP : ..
Pangkat/Gol. : ..
Jabatan : ..

Dengan ini mengajukan permohonan pindah ke dengan alasan mengikuti


suami yang bernama , NIP. , Jabatan , unit kerja
asal, yang dengan surat keputusan ..nomor :
.. tanggal .dialihtugaskan ke ...

Sebagai bahan pertimbangan, terlampir kami sampaikan :


- Fotokopi SK kepangkatan terakhir;
- Fotokopi sah SK pindah suami;
- Fotokopi surat/akta nikah;
- KP4;
- Surat pernyataan bersedia meletakkan jabatan (jika menjabat)

Selama proses penyelesaian permohonan ini, kiranya kepada kami dapat diberikan izin untuk
melaksanakan tugas di mendahului Surat Keputusan Direktur Jenderal
Perbendaharaan.

Demikian permohonan ini disampaikan, atas perkenan dan izin Bapak disampaikan terima kasih.

.(tempat), .(tanggal, bulan, tahun)


Pemohon,

.
NIP.

Tembusan :
1. Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan .. (yang dituju)
2. Kepala KPPN.. (yang dituju)

Halaman 192
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Surat Permohonan Pindah Mengikuti Suami Pegawai Ditjen Perbendaharaan yang
dipindahkan dalam lingkup Kantor Wilayah Ditjen PBN

Kepada Yth.
Kepala Kantor Wilayah ..
Melalui
Kepala KPPN ..

Yang bertandatangan dibawah ini :


Nama/NIP : ..
Pangkat/Gol. : ..
Jabatan : ..

Dengan ini mengajukan permohonan pindah ke dengan alasan mengikuti


suami yang bernama , NIP. , Jabatan , unit kerja
asal, yang dengan surat keputusan ..nomor :
.. tanggal .dialihtugaskan ke ...

Sebagai bahan pertimbangan, terlampir kami sampaikan :


- Fotokopi SK kepangkatan terakhir;
- Fotokopi sah SK pindah suami;
- Fotokopi surat/akta nikah;
- KP4;
- Surat pernyataan bersedia meletakkan jabatan (jika menjabat)
Selama proses penyelesaian permohonan ini, kiranya kepada kami dapat diberikan izin untuk
melaksanakan tugas di mendahului Surat Keputusan Direktur Jenderal
Perbendaharaan.

Demikian permohonan ini disampaikan, atas perkenan dan izin Bapak disampaikan terima kasih.

.(tempat), .(tanggal, bulan, tahun)


Pemohon,

.
NIP.

Tembusan :
Sekretaris Ditjen Perbendaharaan

Halaman 193
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Surat Permohonan Pindah Mengikuti Suami di luar Pegawai Ditjen Perbendaharaan

Kepada Yth.
Direktur Jenderal Perbendaharaan
u.p. Sekretaris Ditjen Perbendaharaan
melalui
Kepala Direktur/Kantor Wilayah ..
Melalui
Kepala KPPN ..

Yang bertandatangan dibawah ini :


Nama/NIP : ..
Pangkat/Gol. : ..
Jabatan : ..

Dengan ini mengajukan permohonan pindah ke .dengan alasan mengikuti


suami yang bernama , NIP. , Jabatan , unit kerja
(sampai departemen).

Sebagai bahan pertimbangan, terlampir kami sampaikan :


- Fotokopi SK kepangkatan terakhir;
- Fotokopi sah SK pindah suami;
- Fotokopi surat/akta nikah;
- KP4;
- Surat pernyataan bersedia meletakkan jabatan (jika menjabat)

Demikian permohonan ini disampaikan, atas perkenan Bapak disampaikan terima kasih.

.(tempat), .(tanggal, bulan, tahun)


Pemohon,

.
NIP.

Halaman 194
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

[18]

PENETAPAN JABATAN DAN PERINGKAT PELAKSANA

A. DASAR HUKUM
1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 246/PMK.01/2011 tanggal 28 Desember 2011
2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 357/KMK.01/2011 tanggal 30 Desember 2011
3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 454/KMK.01/2011 tanggal 31 Oktober 2011

B. DASAR PENETAPAN
1. Penetapan jabatan dan peringkat bagi pelaksana didasarkan pada:
a. kompetensi teknis pelaksana;
b. pangkat dan golongan/ruang; dan
c. formasi jabatan pada unit kerja yang bersangkutan.
2. Penetapan jabatan dan peringkat bagi jabatan pelaksana khusus didasarkan pada:
a. kompetensi teknis pelaksana;
b. masa kerja; dan
c. formasi jabatan pada unit kerja yang bersangkutan.
3. Pelaksana khusus adalah pelaksana yang menduduki jabatan pelaksana khusus yang meliputi:
a. Bendahara;
b. Pengemudi Menteri Keuangan/Wakil Menteri Keuangan, Pengemudi Pimpinan Unit
Eselon I, Pengemudi Pimpinan Unit Eselon II Kantor Pusat, Pengemudi Pimpinan Unit
Eselon II Kantor Vertikal, Pengemudi Kepala Kantor Vertikal setingkat eselon III, dan
pengemudi jemputan;
c. Sekretaris Pimpinan Unit Eselon II Kantor Pusat, Sekretaris Pimpinan Unit Eselon II
Kantor Vertikal, Sekretaris Kepala Kantor Vertikal setingkat eselon III; dan

Halaman 195
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
d. Ajudan Menteri Keuangan/Wakil Menteri Keuangan dan Ajudan Pimpinan Unit Eselon I.

C. PENETAPAN PELAKSANA DALAM JABATAN DAN PERINGKAT


1. Penetapan Jabatan Dan Peringkat Untuk Pertama Kali
a. Pelaksana yang ditetapkan jabatan dan peringkatnya untuk pertama kali meliputi:
1) Calon Pegawai Negeri Sipil/pegawai pindahan dari luar Kementerian Keuangan yang
belum mempunyai jabatan dan peringkat dan menduduki jabatan pelaksana;
2) Pejabat fungsional yang diberhentikan dari jabatannya dan menjadi pelaksana;
3) Pelaksana/pelaksana yang menduduki jabatan pelaksana khusus/kelompok jabatan
awak kapal patroli yang dipekerjakan/diperbantukan yang belum memperoleh jabatan
dan peringkat dan kemudian kembali ke Kementerian Keuangan menjadi pelaksana.
b. Jabatan dan Peringkat bagi:
1) pelaksana sebagaimana dimaksud dalam butir a angka 1), ditetapkan 2 (dua) tingkat
di bawah peringkat maksimal pada pangkat dan golongan ruangnya.
2) pelaksana sebagaimana dimaksud dalam butir a angka 2), ditetapkan:
a) pada peringkat maksimal pada golongannya bagi pejabat fungsional dengan
peringkat jabatan 12 ke atas;
b) pada peringkat jabatan 2 (dua) peringkat di bawah peringkat maksimal bagi
pejabat fungsional dengan peringkat sampai dengan 12;
3) pelaksana sebagaimana dimaksud dalam butir a angka 3), ditetapkan 2 (dua) tingkat
di bawah peringkat maksimal pada pangkat dan golongan ruangnya.
2. Penetapan Kembali Jabatan Dan Peringkat
a. Pelaksana yang ditetapkan kembali dalam jabatan dan peringkatnya meliputi:
1) pelaksana yang dimutasi antar unit organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan
yang semula telah memiliki jabatan dan peringkat menjadi pelaksana;
2) pelaksana yang telah menduduki jabatan pelaksana khusus/kelompok jabatan awak
kapal patroli kemudian dimutasi baik antar unit organisasi menjadi pelaksana;
3) pelaksana yang mengalami kenaikan/penurunan jabatan dan peringkat berdasarkan
hasil penilaian;
4) pelaksana/pelaksana yang menduduki jabatan pelaksana khusus/ kelompok jabatan
awak kapal patroli yang semula telah memiliki jabatan dan peringkat kemudian
diperbantukan/dipekerjakan dan kembali ke Kementerian Keuangan sebagai
pelaksana;
5) pelaksana/pelaksana yang menduduki jabatan pelaksana khusus/kelompok
jabatan awak kapal patroli yang telah memiliki jabatan dan peringkat yang
Halaman 196
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
mengambil cuti di luar tanggungan negara kemudian kembali ke Kementerian
Keuangan sebagai pelaksana.
b. Jabatan dan Peringkat bagi:
1) pelaksana sebagaimana dimaksud dalam butir a angka 1), ditetapkan kembali
jabatannya pada peringkat jabatan yang sama dengan peringkat jabatan sebelum
dimutasi;
2) pelaksana sebagaimana dimaksud dalam butir a angka 2), ditetapkan dengan
memperhatikan golongan/ruang dan kompetensi teknis yang dibutuhkan dalam
jabatan yang akan diberikan;
3) pelaksana sebagaimana dimaksud dalam butir a angka 3), ditetapkan kembali sesuai
dengan kompetensi teknis yang dibutuhkan dalam jabatan yang akan diberikan dan
formasi jabatan yang ada dengan mempertimbangkan jabatan dan peringkat terakhir
dan ditetapkan melalui mekanisme sidang penilaian;
4) pelaksana sebagaimana dimaksud dalam butir a angka 4) dan 5), ditetapkan 2 (dua)
tingkat di bawah peringkat maksimal pada pangkat dan golongan/ruangnya.

D. PENETAPAN PELAKSANA KHUSUS DALAM JABATAN DAN PERINGKAT


1. Penetapan Jabatan Dan Peringkat Untuk Pertama Kali
a. Pelaksana khusus yang ditetapkan jabatan dan peringkatnya untuk pertama kali meliputi:
1) CPNS/pegawai pindahan dari luar Kementerian Keuangan yang pertama kali
menduduki jabatan pelaksana khusus;
2) pejabat fungsional yang diberhentikan dari jabatannya dan menjadi Pelaksana khusus;
3) pelaksana/pelaksana yang menduduki jabatan pelaksana khusus/kelompok jabatan
awak kapal patroli yang dipekerjakan/diperbantukan yang belum memperoleh jabatan
dan peringkat dan kemudian kembali ke Kementerian Keuangan menjadi pelaksana
khusus;
4) kelompok jabatan awak kapal patroli yang mengambil cuti di luar tanggungan negara
kemudian kembali ke Kementerian Keuangan menjadi pelaksana khusus.
b. Jabatan dan Peringkat bagi :
Pelaksana sebagaimana dalam butir 1), 2), 3) dan 4) penetapan jabatan dan peringkatnya
dilakukan sesuai dengan ketentuan dalam Keputusan Menteri Keuangan yang mengatur
tentang Peringkat Jabatan Pelaksana di Lingkungan Kementerian Keuangan yang
dihitung mulai dari 0 tahun.
2. Penetapan Kembali Jabatan Dan Peringkat
a. Pelaksana khusus yang ditetapkan kembali jabatan dan peringkatnya meliputi:
Halaman 197
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
1) pelaksana/kelompok jabatan awak kapal patroli yang dimutasi antar unit organisasi di
lingkungan Kementerian Keuangan yang semula telah memiliki jabatan dan peringkat
menjadi pelaksana khusus;
2) pelaksana yang menduduki jabatan pelaksana khusus dan kemudian dimutasi antar
unit organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan dan menduduki jabatan
pelaksana khusus yang sama;
3) pelaksana/pelaksana yang menduduki jabatan pelaksana khusus/kelompok jabatan
awak kapal patroli yang semula telah memiliki jabatan dan peringkat kemudian
diperbantukan/dipekerjakan dan kembali ke Kementerian Keuangan yang menduduki
jabatan pelaksana khusus;
4) pelaksana yang menduduki jabatan pelaksana khusus yang telah memenuhi syarat
masa kerja untuk kenaikan jabatan dan peringkat sesuai ketentuan dalam Keputusan
Menteri Keuangan yang mengatur mengenai Peringkat Jabatan Pelaksana di
Lingkungan Kementerian Keuangan;
5) pelaksana/pelaksana yang telah menduduki jabatan pelaksana khusus/kelompok
jabatan awak kapal patroli yang telah memiliki jabatan dan peringkat yang
mengambil cuti di luar tanggungan negara kemudian kembali ke Kementerian
Keuangan menjadi pelaksana dengan jabatan pelaksana khusus.
b. Jabatan dan Peringkat bagi:
1) pelaksana sebagaimana dimaksud dalam butir a angka 1), ditetapkan kembali
jabatannya pada peringkat jabatan sesuai dengan ketentuan dalam Keputusan Menteri
Keuangan yang mengatur tentang Peringkat Jabatan Pelaksana di Lingkungan
Kementerian Keuangan yang dihitung mulai dari 0 tahun;
2) pelaksana sebagaimana dimaksud dalam butir a angka 2), ditetapkan kembali
jabatannya pada peringkat jabatan yang sama dengan peringkat jabatan sebelum
dimutasi;
3) pelaksana sebagaimana dimaksud dalam butir a angka 3), ditetapkan kembali
jabatannya pada peringkat jabatan sesuai dengan ketentuan dalam Keputusan Menteri
Keuangan yang mengatur tentang Peringkat Jabatan Pelaksana di Lingkungan
Kementerian Keuangan yang dihitung mulai dari 0 tahun;
4) pelaksana sebagaimana dimaksud dalam butir a angka 4), ditetapkan kembali
jabatannya pada peringkat jabatan sesuai dengan ketentuan dalam Keputusan Menteri
Keuangan mengenai peringkat jabatan bagi pelaksana di lingkungan Kementerian
Keuangan;
5) pelaksana sebagaimana dimaksud dalam butir a angka 5), ditetapkan kembali
Halaman 198
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
jabatannya pada peringkat jabatan sesuai dengan ketentuan dalam Keputusan Menteri
Keuangan yang mengatur mengenai peringkat jabatan pelaksana di lingkungan
Kementerian Keuangan yang dihitung mulai dari 0 tahun.
6) Khusus bagi CPNS, selama menduduki jabatan pelaksana khusus, masa kerja sebagai
pelaksana khusus tidak dihitung sampai yang bersangkutan menjadi PNS.

E. PENETAPAN PELAKSANA TUGAS BELAJAR DALAM JABATAN DAN


PERINGKAT
1. Penetapan Jabatan Dan Peringkat Untuk Pertama Kali
a. Pegawai yang menduduki jabatan struktural yang melaksanakan tugas belajar paling
sedikit 6 (enam) bulan, jabatan dan peringkatnya ditetapkan pada peringkat jabatan
pelaksana tertinggi yaitu 12 (dua belas), berlaku mulai pada bulan pertama saat
melaksanakan tugas belajar.
b. Pegawai yang menduduki jabatan fungsional atau pelaksana yang melaksanakan tugas
belajar paling sedikit 6 (enam) bulan, jabatan dan peringkatnya ditetapkan sebagai
berikut:
1) bagi pelaksana diberikan peringkat yang sama, berlaku mulai pada bulan pertama saat
melaksanakan tugas belajar;
2) bagi pelaksana khusus diberikan peringkat maksimal pada golongannya dan tidak
dilakukan sidang penilaian selama yang bersangkutan melaksanakan Tugas Belajar;
3) bagi pejabat fungsional:
untuk yang semula mempunyai peringkat diatas 12, diberikan peringkat 12;
untuk yang semula mempunyai peringkat dibawah 12, diberikan peringkat yang
sama seperti ketika menjabat sebagai pejabat fungsional.
c. Bagi Pejabat Fungsional yang antara pangkat/golongannya tidak setara dengan peringkat
maksimal sebagaimana diatur KMK yang mengatur tentang peringkat jabatan pelaksana
di lingkungan Kementerian Keuangan dan melaksanakan Tugas Belajar, dapat diberikan
peringkat yang tidak sesuai dengan ketentuan peringkat maksimal pada
pangkat/golongannya. Bagi pejabat fungsional yang peringkatnya lebih tinggi daripada
peringkat maksimal pada golongannya, ketika ditetapkan sebagai Pelaksana Tugas
Belajar, dikecualikan untuk tidak di sidangkan/tidak dilakukan penilaian pada setiap 2
periode evaluasi.
d. Bagi Pejabat Struktural dan Fungsional yang memiliki peringkat diatas 12, karena
diberikan peringkat 12 pada saat Tugas Belajar, maka pegawai yang bersangkutan

Halaman 199
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
dikecualikan untuk tidak di sidangkan/tidak dilakukan penilaian pada setiap 2 periode
evaluasi.
e. Jabatan yang diberikan kepada pegawai yang melaksanakan tugas belajar adalah:
a. Pelaksana Tugas Belajar Tk. I untuk peringkat 12;
b. Pelaksana Tugas Belajar Tk. II untuk peringkat 11;
c. Pelaksana Tugas Belajar Tk. III untuk peringkat 10;
d. Pelaksana Tugas Belajar Tk. IV untuk peringkat 9;
e. Pelaksana Tugas Belajar Tk. V untuk peringkat 8;
f. Pelaksana Tugas Belajar Tk. VI untuk peringkat 7;
g. Pelaksana Tugas Belajar Tk. VII untuk peringkat 6;
h. Pelaksana Tugas Belajar Tk. VIII untuk peringkat 5;
f. Penetapan Jabatan dan Peringkat dilakukan setelah unit kerja menerima surat Sekretaris
Ditjen Perbendaharaan tentang tugas belajar pegawai (surat tugas belajar)
2. Penetapan Kembali Jabatan Dan Peringkat
a. Bagi pelaksana tugas belajar yang kembali aktif bekerja di lingkungan Kementerian
Keuangan ditetapkan kembali peringkat jabatannya sama dengan peringkat terakhir
sebelum kembali dari tugas belajar dan diberikan momenklatur jabatan yang sesuai
dengan formasi jabatan yang ada.
b. Penetapan jabatan dan peringkat dilakukan setelah unit kerja menerima surat Sekretaris
Ditjen Perbendaharaan tentang keterangan selesai tugas belajar bagi pegawai yang
bersangkutan
Jabatan dan peringkat bagi pelaksana tugas belajar ditetapkan oleh pejabat yang berwenang
menetapkan peringkat jabatan di unit kerja masing-masing.

F. EVALUASI PELAKSANA DALAM JABATAN DAN PERINGKAT


Atasan langsung pelaksana melakukan evaluasi terhadap pelaksana secara periodik.
Periode penilaian pada dasarnya berjangka waktu 1 (satu) tahun. Namun dalam hal terdapat
pegawai yang baru pertama kali diberikan peringkat yang telah melaksanakan tugasnya
berdasarkan kontrak kinerja paling sedikit 3 (tiga) bulan atau lebih dalam tahun berjalan
dianggap telah memenuhi satu periode penilaian, kecuali Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).
Evaluasi Pelaksana dalam jabatan dan peringkatnya dilakukan atas dasar NKP
sebagaimana di atur dalam Keputusan Menteri Keuangan mengenai Pengelolaan Kinerja di
Lingkungan Kementerian Keuangan.
1. Nilai Kinerja Pegawai (NKP)
Capaian kinerja Pelaksana dihitung berdasarkan realisasi atas target yang telah ditetapkan
Halaman 200
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
dalam kontrak kinerja. Tata cara penyusunan Kontrak Kinerja, penghitungan NKP, dan
mekanisme penilaian kinerja pegawai adalah sebagaimana telah diatur dalam Keputusan
Menteri Keuangan yang mengatur mengenai pengelolaan kinerja pegawai di lingkungan
Kementerian Keuangan.
2. Hasil Evaluasi
a. Kriteria total nilai tertimbang atas hasil evaluasi adalah sebagai berikut:
1) bernilai Baik, apabila memiliki NKP 90% sampai dengan 120%;
2) bernilai Sedang, apabila memiliki NKP 75% sampai dengan kurang dari 90%; dan
3) bernilai Kurang apabila memiliki NKP kurang dari 75%.
b. Hasil evaluasi bersifat rahasia dan hanya dapat diakses oleh :
1) Pejabat Penilai;
2) Pejabat yang menangani kepegawaian;
3) Atasan langsung;
4) Pegawai yang dinilai.
c. Terhadap hasil evaluasi, berlaku ketentuan:
1) Atasan langsung pelaksana menyampaikan kepada pimpinan unit organisasi
pelaksana yang bersangkutan secara berjenjang;
2) Monitoring capaian hasil evaluasi sementara disimpan oleh atasan langsung untuk
selanjutnya digunakan sebagai bahan penilaian pada akhir periode;
3) Hasil evaluasi disampaikan kepada pejabat yang menangani kepegawaian selambat-
lambatnya setiap tanggal 1 Februari;
4) Pejabat yang menangani bidang kepegawaian menyampaikan hasil evaluasi periode
pertama dan hasil evaluasi periode kedua kepada pejabat penilai untuk digunakan
sebagai bahan sidang penilaian.
d. Hasil evaluasi bagi pelaksana yang mengalami mutasi dan belum digunakan sebagai
dasar penilaian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam penilaian pada unit yang
baru.
e. Pelaksana yang mengambil cuti di luar tanggungan negara tidak dilakukan penilain,
sehingga capaian kinerja dan hasil evaluasi sebelum yang bersangkutan cuti tidak diakui.

G. PENILAIAN PELAKSANA DALAM JABATAN DAN PERINGKAT


Pejabat Penilai
1. Pejabat Penilai melakukan penilaian atas hasil evaluasi.
2. Dalam rangka penilaian, Pejabat Penilai mempunyai tugas sebagai berikut:
a. melakukan penilaian atas hasil evaluasi yang disampaikan oleh pimpinan unit yang
Halaman 201
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
menangani kepegawaian;
b. melakukan penilaian terhadap Pelaksana yang baru dimutasi antar unit eselon II;
c. merekomendasikan penetapan jabatan dan peringkat bagi Pelaksana.
3. Penilaian untuk pelaksana pada:
a. Kantor Pusat, dilakukan oleh Pejabat Penilai Kantor Pusat, yang terdiri dari:
1) Pejabat eselon II unit yang bersangkutan, sebagai pimpinan sidang;
2) Pejabat eselon III atasan Pelaksana yang bersangkutan;
3) Seluruh Pejabat eselon III lainnya dalam lingkup eselon II yang bersangkutan; dan
4) Pejabat eselon III yang membidangi urusan kepegawaian pada masing-masing unit
eselon I.
b. Instansi Vertikal, dilakukan oleh Pejabat Penilai Instansi Vertikal;
1) Pejabat Penilai Instansi Vertikal Untuk Pelaksana di lingkungan Instansi Vertikal
setingkat eselon II :
a) Pejabat eselon II unit yang bersangkutan sebagai pimpinan sidang;
b) Pejabat eselon III atasan Pelaksana yang bersangkutan;
c) Minimal 2 (dua) orang pejabat eselon III lainnya dalam lingkup eselon II yang
bersangkutan; dan
d) Pejabat eselon III yang membidangi urusan kepegawaian pada masing-masing
unit eselon II.
2) Untuk Pelaksana di lingkungan Instansi Vertikal setingkat eselon III :
a) Pejabat eselon III unit yang bersangkutan, sebagai pimpinan sidang;
b) Pejabat eselon IV atasan Pelaksana yang bersangkutan;
c) Minimal 2 (dua) orang pejabat eselon IV lainnya dalam lingkup eselon III yang
bersangkutan; dan
d) Pejabat eselon IV yang membidangi urusan kepegawaian padamasing-masing
unit eselon III.

Tata Cara Penilaian


1. Pejabat Penilai melakukan sidang penilaian 1 (satu) tahun sekali atas hasil evaluasi.
2. Sidang penilaian dapat dilaksanakan apabila dihadiri oleh paling kurang 50% + 1 dari jumlah
Pejabat Penilai.
3. Pejabat Penilai melakukan penilaian atas hasil evaluasi dalam sidang penilaian.
4. Hasil sidang penilaian oleh Pejabat Penilai dituangkan dalam format dan contoh Berita
Acara Hasil Penilaian dan Lampiran Berita Acara Hasil Penilaian sebagaimana format dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Keuangan ini.
Halaman 202
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
5. Berdasarkan hasil sidang penilaian, Pejabat Penilai menyusun surat rekomendasi penetapan
pelaksana untuk:
a. Kenaikan jabatan dan peringkat;
b. Penurunan jabatan dan peringkat;
c. atau Tetap pada jabatan dan peringkatnya.
bagi pelaksana yang telah dinilai.
6. Lembar asli hasil evaluasi yang telah dilakukan penilaian disimpan dalam dosir pegawai
yang bersangkutan, bersifat rahasia, dan tidak dapat diakses oleh siapapun kecuali pejabat
yang menangani kepegawaian pada unit tersebut dan Pejabat Penilai.

Surat Rekomendasi Pejabat Penilai


Pejabat Penilai wajib menyampaikan surat rekomendasi dengan dilampiri Berita Acara
Hasil Penilaian kepada pejabat yang berwenang menetapkan pelaksana dalam jabatan dan
peringkat sesuai ketentuan yang berlaku. Surat rekomendasi dibuat sesuai contoh Surat
Rekomendasi Pejabat Penilai sebagaimana format dalam Lampiran II yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Keuangan ini.

Hasil Rekomendasi Jabatan dan Peringkat bagi Pelaksana


1. Rekomendasi Kenaikan Jabatan dan Peringkat
a. Pelaksana direkomendasikan kenaikan jabatan dan peringkatnya setingkat lebih tinggi
oleh Pejabat Penilai apabila memenuhi kriteria umum dan kriteria khusus.
1) Kriteria umum yang harus dipenuhi oleh Pelaksana meliputi:
a) kompetensi teknis sesuai dengan kompetensi yang dipersyaratkan pada jabatan
yang diusulkan;
b) syarat jabatan pada jabatan yang diusulkan;
c) tersedianya formasi pada jabatan Pelaksana yang diusulkan;
d) telah melaksanakan tugas lebih dari 1 (satu) tahun pada peringkat
e) tidak sedang menjalani hukuman disiplin sedang atau berat pada saat Sidang
Penilaian.
2) Kriteria khusus yang harus dipenuhi adalah memiliki NKP bernilai Baik selama 2
(dua) periode evaluasi berturut-turut.
3) Pelaksana yang sedang tugas belajar dapat direkomendasikan naik/turun, setelah
memiliki NKP selama 2 tahun berturut-turut;
4) Pelaksana yang lulus UPKP dan telah memperoleh kenaikan pangkat dan golongan,
dapat direkomendasikan naik pada jabatan dan peringkatnya dalam sidang penilaian
Halaman 203
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
pada bulan Februari setelah yang bersangkutan memperoleh kenaikan pangkat apabila
1 (satu) periode terakhir memiliki NKP bernilai baik.
5) Bagi pelaksana yang dikenai hukuman disiplin berupa penurunan pangkat, selama
menjalani hukuman disiplin tersebut, pelaksana ybs tidak perlu diturunkan jabatan
dan peringkatnya dan tetap dilakukan evaluasi.
b. Pelaksana dapat diberikan kenaikan jabatan dan peringkat luar biasa 2 (dua) tingkat lebih
tinggi apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Telah aktif bekerja di Kementerian Keuangan minimal 4 (empat) tahun;
2) Diuji kompetensi dan dinilai cakap oleh Pejabat Penilai;
3) Memiliki NKP di atas 100% selama 2 tahun berturut-turut.
c. Pelaksana dapat diberikan kenaikan jabatan dan peringkat luar biasa 3 (tiga) tingkat lebih
tinggi apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Telah aktif bekerja di Kementerian Keuangan minimal 4 (empat) tahun;
2) Diuji kompetensi dan dinilai cakap oleh Pejabat Penilai;
3) Memiliki NKP di atas 120% selama 2 tahun berturut-turut.
d. Mekanisme uji kompetensi sebagaimana dalam huruf b dan c angka 2) diatur oleh
masing-masing unit eselon I dengan berpedoman pada hal-hal sebagai berikut:
1) Masing-masing unit eselon II (apabila ada) mengajukan calon pelaksana luar biasa
dengan nilai diatas 100% atau 120% selama 2 tahun berturut-turut kepada Sekretariat
Jenderal c.q. Biro Sumber Daya Manusia dan Sekretaris unit Eselon I c.q. Bagian
Kepegawaian Sekretariat Direktrorat Jenderal/Badan/Inspektorat Jenderal untuk unit
Eselon I lainnya;
2) Bagian Kepegawaian Sekretariat Direktrorat Jenderal/Badan/Inspektorat
Jenderal melakukan seleksi dan uji kompetensi teknis yang diatur oleh masing-
masing unit;
3) Bagian Kepegawaian Sekretariat Direktrorat Jenderal/Badan/ Inspektorat Jenderal
akan menentukan 0,5 persen dari jumlah pegawai pelaksana keseluruhan dalam unit
eselon I untuk kemudian diusulkan kepada Pimpinan Unit eselon I untuk ditetapkan
dan salinan disampaikan kepada 3 (tiga) Biro di Sekretariat Jenderal.
e. Kriteria Pelaksana yang diuji kompetensinya diatur oleh masing-masing unit eselon I
dengan berpedoman pada hal-hal sebagai berikut:
1) Nilai DP3 2 tahun berturut-turut mengalami kenaikan point.
2) Pekerjaan yang diberikan selalu pekerjaan yang berada pada grade yang lebih tinggi.
3) Mampu memberikan masukan yang bersifat terobosan/inisiatif baru dalam
melaksanakan pekerjaan.
Halaman 204
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
4) Selalu dilibatkan dalam pembahasan-pembahasan yang materinya bersifat strategis
dan selalu memberikan kontribusi.
5) Memiliki tingkat kedisiplinan kehadiran yang tinggi dalam satu tahun.
f. Pelaksanaan uji kompetensi diatur oleh masing-masing unit eselon I dengan berpedoman
pada hal-hal sebagai berikut, yaitu melalui:
1) Seleksi administratif/bukti pendukung;
2) Seleksi wawancara;
3) Penugasan pelaksanaan tugas tertentu;
4) Uji nilai perilaku kembali dengan pihak eksternal yang biasa terlibat (menggunakan
kuisioner perilaku).
2. Rekomendasi Penurunan Jabatan dan Peringkat
a. Pelaksana direkomendasikan penurunan jabatan dan peringkatnya setingkat lebih rendah
oleh Pejabat Penilai apabila NKP bernilai Kurang selama 2 (dua) periode evaluasi
berturut-turut.
b. Pelaksana pada butir (a) dapat direkomendasikan penurunan jabatan dan peringkatnya 2
(dua) tingkat lebih rendah apabila NKP selama 2 (dua) periode evaluasi berturut-turut
pada 2 (dua) tahun berikutnya bernilai Kurang.
3. Rekomendasi Tetap pada Jabatan dan Peringkatnya Pelaksana direkomendasikan tetap pada
jabatan dan peringkatnya, apabila:
a. Nilai Kinerja Individu selama 2 periode evaluasi berturut-turut tidak memenuhi syarat
untuk dinaikkan atau diturunkan;
b. 2 (dua) periode bernilai Baik namun jabatan dan peringkatnya udah maksimal pada
pangkat dan golongan/ruangnya;
c. 2 (dua) periode bernilai Baik namun tidak ada formasi pada jabatan/peringkat yang akan
didudukinya;
d. 2 (dua) periode bernilai Baik namun pada saat sidang sedang menjalani hukuman disiplin
sedang/berat.

Surat Keputusan Penetapan Jabatan dan Peringkat Pelaksana


1. Berdasarkan hasil rekomendasi, pejabat yang berwenang akan menetapkan Keputusan
mengenai penetapan jabatan dan peringkat bagi Pelaksana sesuai dengan format dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Keuangan ini.
2. Pejabat yang berwenang menetapkan adalah pimpinan unit eselon II atas nama pimpinan unit
eselon I.
3. Dalam hal pejabat yang berwenang berhalangan sementara maka untuk:
Halaman 205
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
a. Kantor Wilayah atau UPT, ditetapkan oleh Sekretaris unit eselon I;
b. Pimpinan unit eselon II pada Kantor Pusat, ditetapkan oleh Sekretaris unit eselon I;
c. Pimpinan unit eselon II pada Kantor Pusat di lingkungan Sekretariat Jenderal, ditetapkan
oleh Kepala Biro Sumber Daya Manusia;
Apabila Sekretaris unit eselon I dan Kepala Biro Sumber Daya Manusia berhalangan,
ditetapkan oleh pimpinan unit eselon I.

MEKANISME PENETAPAN JABATAN DAN PERINGKAT PELAKSANA


DI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KPPN KANWIL

Evaluasi Evaluasi
Penilaian Kinerja Penilaian Kinerja
Pelaksana Pelaksana

Atasan langsung Atasan langsung


melakukan melakukan
penilaian kinerja penilaian kinerja
pelaksana pelaksana

Nilai Kinerja Nilai Kinerja


Pegawai (NKP) Pegawai (NKP)

Pejabat Penilai : Pejabat Penilai :


Sidang penilaian Sidang penilaian
kinerja pelaksana kinerja pelaksana

Rekomendasi:
Naik/Tetap/
Turun
Rekomendasi:
Naik/Tetap/ Harmonisasi
Turun

Salinan SK Penetapan dikirim kpd:


Penetapan 1. Ka. Biro Renckeu
SK 2. Ka. Biro Organta
3. Ka. Biro SDM
4. Sekretaris Ditjen perbendaharaan

Halaman 206
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
MEKANISME PENETAPAN JABATAN DAN PERINGKAT PELAKSANA
DI LINGKUNGAN KANTOR PUSAT DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DIREKTORAT

Evaluasi Atasan langsung Pejabat Penilai : Rekomendasi:


Penilaian Kinerja melakukan Nilai Kinerja Sidang penilaian Naik/Tetap/ Penetapan
Pelaksana penilaian kinerja Pegawai (NKP) kinerja pelaksana Turun SK
pelaksana

SEKRETARIAT

Salinan SK Penetapan dikirim kpd:


1. Ka. Biro Renckeu
2. Ka. Biro Organta
3. Ka. Biro SDM
4. Sekretaris Ditjen
5. Para Kasubdit

Evaluasi Atasan langsung Pejabat Penilai : Rekomendasi: Penetapan


Penilaian Kinerja melakukan Sidang penilaian Naik/Tetap/ SK
Nilai Kinerja
Pelaksana penilaian kinerja Pegawai (NKP) kinerja pelaksana Turun
pelaksana

Salinan SK Penetapan dikirim


kpd:
1. Ka. Biro Renckeu
2. Ka. Biro Organta
3. Ka. Biro SDM
4. Para Kepala Bagian

Halaman 207
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

[19]

PENGELOLAAN KINERJA PEGAWAI

A. DASAR HUKUM
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 454/KMK.01/2011 tentang Pengelolaan Kinerja di
Lingkungan Kementerian Keuangan

B. LATAR BELAKANG

Penataan Dan Penajaman Fungsi


Reformasi Organisasi
Sistem Penilaian
Birokrasi Penyempurnaan Proses Bisnis
Kinerja
Peningkatan Kualitas Sdm

Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan dimulai secara efektif dengan terbitnya


Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2001 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Tujuan
reformasi birokrasi adalah mewujudkan tata kelola keuangan negara yang profesional, amanah,
dan tepat arah (good governance) serta membangun kepercayaan publik melalui peningkatan
pelayanan publik.
Untuk memastikan keberhasilan pencapaian tujuan reformasi birokrasi dan sejalan
dengan good governance itu sendiri, maka diperlukan suatu sistem penilaian kinerja sebagai
bagian dari pengelolaan kinerja di lingkungan Kementerian Keuangan dengan tujuan agar kinerja
menjadi terukur dan terarah. Penilaian kinerja meliputi seluruh organisasi dan seluruh pegawai di
lingkungan Kementerian Keuangan. Penilaian kinerja diharapkan menjadi early warning system

Halaman 208
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
bagi pimpinan organisasi, bagi para atasan, dan akhirnya bagi Kementerian Keuangan agar terus
antisipatif dan proaktif terhadap tantangan dan kesempatan yang ada demi mencapai tujuan
reformasi birokrasi.

C. TUJUAN PENILAIAN KINERJA


1. Organisasi
a. Membangun organisasi yang terus menerus mmelakukan penyempurnaan/perbaikan
(continuous improvement);
b. Membentuk keselarasan antar unit kerja;
c. Mengembangkan semangat kerja tim (teamwork);
d. Menjadi dasar untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi
2. Pegawai
a. Menjadi dasar penataan pegawai;
b. Menjadi dasar pertimbangan pemberian penghargaan bagi pegawai;
c. Mengembangkan iklim kerja yang kondusif dan kompetitif;
d. Mewujudkan pegawai yang kompeten dan memiliki motivasi tinggi serta memberikan
kontribusi maksimal kepada unit kerja;
e. Membangun komunikasi efektif dan hubungan yang harmonis antara bawahan dan atasan
f. Tumbuhnya tingkat kepuasan

D. KERANGKA UMUM PENILAIAN KINERJA PEGAWAI

Keterangan:

Halaman 209
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Pada setiap awal tahun masing-masing pegawai menetapkan kontark kinerja yang berisi
IKU, realisasi tahun sebelumnya, dan target capaian IKU pada akhir tahun. Kontrak
Kinerja ditandatangani oleh pegawai yang bersangkutan dengan atasan langsungnya.
Sepanjang tahun berjalan dilaksanakan kegiatan bimbingan dan konsultasi secara
berkala atas kinerja masing-masing pegawai secara berjenjang oleh masing-masing
atasan dengan memperhatikan hasil evaluasi kinerja. Selain itu, di tahun berjalan juga
dilakukan penilaian kinerja dan penilaian perilaku. Penilaian kinerja dilakuakan secara
triwulanan dan semesteran, sedangkan penilaian perilaku dilakukan secara semesteran.
Pada awal tahun berjalan berikutnya dilakukan penetapan hasil penilaian kinerja
pegawai tahunan. Hasil penilaian kinerja ini digunakan sebagai dasar penataan pegawai
dan pemberian penghargaan bagi pegawai.

E. PENGELOLAAN KINERJA PEGAWAI


1. Jenis Kontrak Kinerja

Kontrak Kontrak Kontrak


Kontrak
Kinerja Kinerja Kinerja Tugas
Kinerja Baru
Reguler Adendum Belajar

a. Kontrak Kinerja Reguler : Kontrak Kinerja yang tidak mengalami perubahan dalam
periode tahun berjalan
b. Kontrak Kinerja Adendum : Kontrak Kinerja yang mengalami perubahan dalam periode
tahun berjalan yang disebabkan oleh
1) Perubahan organisasi yang mengakibatkan perubahan tugas dan fungsi
2) Perubahan target
3) Perubahan volume pekerjaan aatau jenis pekerjaan sebagai akibat dari kebijakan
mutasi pegawai, pegawai dipekerjakan/diperbantukan, CLTN dan tugas belajar
c. Kontrak Kinerja Baru : Kontrak Kinerja yang dibuat pegawai selain kontrak kinerja
reguler yang dilakukan dalam hal:
1) Pegawai yang mutasi dalam lingkungan Kementerian Keuangan
2) Pegawai yang dipekerjakan/diperbantukan/tugas belajar
d. Kontrak Kinerja Tugas Belajar :Kontrak kinerja yang dibuat oleh pegawai yang akan
melaksanakan tugas belajar selama enam (6) bulan atau lebih
2. Ketentuan Umum Kontrak Kinerja
a. PNS yang wajib membuat kontrak kinerja
1) PNS yang akan mengambil cuti bersalin/cuti sakit/cuti besar/cuti karena alasan
penting;
Halaman 210
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
2) PNS yang mengambil cuti di luar tanggungan negara;
3) PNS yang diklat dan Tugas Belajar;
4) PNS yang diperbantukan/dipekerjakan di Kementerian Keuangan;
5) PNS yang akan memasuki masa pensiun;
6) PNS yang dijatuhi hukuman disiplin;
7) PNS yang dimutasi dalam lingkungan Kementerian Keuangan;
8) Pejabat Struktural/Fungsional yang merangkap jabatan struktural setingkat yang belum
ada pejabat definitifnya;
9) PNS Struktural/Fungsional yang menduduki jabatan struktural setingkat diatasnya dan
belum memenuhi syarat pangkat/golongan (Plt.)
10) PNS dari instansi lain yang beralih status menjadi PNS Kementerian Keuangan
b. PNS yang Tidak Wajib Membuat Kontrak Kinerja
1) CPNS
2) PNS yang mulai bertugas di Kementerian Keuangan pada 1 Nopember
3) PNS yang mengambil Cuti Di Luar Tanggungan Negara (CLTN) dimulai sebelum
batas waktu penandatanganan Kontrak Kinerja dan mulai bekerja pada 1 November
4) Staf Khusus Menteri Keuangan
5) Pegawai harian
c. Batas Waktu penetapan Kontrak Kinerja
1) Eselon I : Sebelum 1 Februari
2) Eselon II, III, IV, Fungsional dan Pelaksana : Sebelum 1 April
3. Komponen Penilaian Kinerja Pegawai

Capaian Kinerja Nilai Kinerja Pegawai


Pegawai (CKP) Nilai Perilaku (NP) (NKP)

Keterangan:
CKP = Nilai capaian IKU pada Kontrak Kinerja dari tiap-tiap pegawai.
NP = Nilai yang didasarkan pada penilaian terhadap perilaku sehari-hari setiap
pegawai yang ditunjukkan untuk mendukung kinerjanya.
NKP = Hasil penjumlahan antara CKP dengan NP setelah sebelumnya dilakukan
pembobotan terhadap CKP dan NP.
4. Perhitungan Capaian Kinerja Pegawai (CKP)
a. Capaian Kinerja Pegawai Pejabat Eselon I, Eselon II, dan Eselon III yang mempunyai
Peta Strategi = Nilai Kinerja Organisasi (NKO) yang dipimpinnya

Halaman 211
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

Ket:
Capaian IKU : Realisasi / Target (setelah polarisasi dikonversi menjadi
maximize)
NSS : (Capaian IKU x Bobot IKU)
NKp : (NSS / SS) x Bobot perspektif
NKO : NKp
b. Capaian Kinerja Pegawai selain pimpinan organisasi yang mempunyai peta strategi adalah
Capaian IKU nya masing-masing

Ket:
Capaian IKU : Realisasi / Target (setelah polarisasi dikonversi menjadi
maximize)
NV : (Capaian IKU x Bobot IKU)
CKP : (NV x Bobot Variabel)
Nilai Variabel : Variabel Cascading dan Variabel non-Cascading
c. Proses Perhitungan CKP

Pengisian Loogbook Penghitungan CKP CKP Akhir

1) Setiap Pegawai wajib mengisi Loogbook untuk mencatat aktivitas terkait dengan
proses pencapaian IKU yang menjadi tugasnya paling lambat setiap akhir pekan dan
direview untuk memperoleh persetujuan atasan langsungnya
2) CKP dihitung oleh atasan langsung secara semesteran
3) CKP Akhir merupakan penjumlahan total dari CKP Semester I dan CKP Semester II
d. Proses Keberatan atas CKP
Perhitungan ulang CKP jika materi keberatan bisa diterima

Perhitungan
ulang CKP jika
materi keberatan
bisa diterima
Pegawai mengajukan Atasan dari atasan
keberatan atas CKP langsung Penetapan
kepada atasan dari menyelesaikan CKP Final
atasan langsung keberatan jika materi
keberatan tidak
diterima maka
dilakukan
penandatanganan
hasil CKP

Halaman 212
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

5. Penilaian Perilaku (NP)


a. Pejabat dan Pegawai yang Dinilai (Evaluee) dan Evaluator-nya

b. Mekanisme Penunjukan Evaluator

Evaluee Atasan Atasan langusng Evaluator yang telah


mengusulkan langsung menetapkan ditetapkan
Evaluator memilih evaluator diluar melakukan penilaian

Keterangan:
Apabila calon evaluator hanya berjumlah 4 orang, maka seluruhnya dapat ditetapkan
sebagai evaluator.
Atasan dapat menetapkan seluruh usulan evaluator yang diajukan oleh evaluee
Bagi pejabat fungsional dan pelaksana, peers-nya 4 orang
Penilaian perilaku dilakukan setiap enam (6) bulan sekali / per semester
c. Bobot Nilai Perilaku
1) Evaluee adalah pejabat struktural
Evaluator Bobot (%) Jumlah Evaluator
Atasan Langsung 60 1 orang
Peers 15 2 orang
Bawahan 25 2 orang

Halaman 213
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Jumlah 100 5 orang
2) Evaluee adalah pejabat fungsional dan pelaksana
Evaluator Bobot (%) Jumlah Evaluator
Atasan Langsung
60 1 orang
(AL)
Peers 40 4 orang
Jumlah 100 5 orang
d. Perhitungan Nilai Perilaku
1) Formula Nilai Perilaku (NP) untuk Pejabat Struktural Kantor Pusat
NP = ( Nilai AL x Bobot ) + (Rata-rata Nilai Peer x Bobot ) + ( Rata-rata Nilai
Bawahan x Bobot)
2) Formula Nilai Perilaku untuk Pejabat Eselon II pada Instansi Vertikal Eselon II dan
Pejabat Eselon III pada Instansi Vertikal tingkat eselon III
NP = ( Nilai AL x Bobot ) + ( Rata-rata Nilai Bawahan x Bobot)
3) Formula Nilai Perilaku untuk Pejabat Eselon III di Lingkungan Kanwil dan Pejabat
eselon IV di Lingkungan Kanwil dan KPPN
NP = ( Nilai AL x Bobot ) + (Rata-rata Nilai Peer x Bobot ) + ( Rata-rata Nilai
Bawahan x Bobot)
4) Formula Nilai Perilaku untuk Pejabat Fungsional dan Pelaksana
NP = ( Nilai AL x Bobot ) + ( Rata-rata Nilai Peer x Bobot)
5) Total Nilai Perilaku
Nilai Perilaku = Rata-rata NP Semester 1 + NP Semester 2
6) Konversi Nilai Perlaku untuk Pejabat Struktural
Konversi NP = ((120/144) x a) x 100%
7) Konversi Nilai Perilaku untuk Pejabat Fungsional dan Pelaksana
Konversi NP = ((120/88) x a) x 100%
Keterangan :
144 dan 88 = Nilai maksimal hasil kuisoner perilaku
a = Nilai yan diperoleh berdasarkan hasil kuisioner perilaku
6. Bimbingan dan Konsultasi

Atasan langsung menemukan Atasan langsung melakukan tindak


Atasan langsung melakukan diskusi permasalahan yang menjadi faktor lanjut yang dibutuhkan apabila
dengan setiap pegawai tercapai/tidak tercapainya target terdapat permasalahan

Halaman 214
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

F. NILAI KINERJA PEGAWAI (NKP)


1. Bobot Komponen NKP
NILAI
JABATAN NILAI CKP
PERILAKU
ESELON I 70 30
ESELON II 70 30
ESELON III 70 75 25 - 30
ESELON IV 75 - 80 20 - 25
ESELON V 75 - 80 20 - 25
PELAKSANA 75 - 80 20 25
FUNGSIONAL 70 - 80 20 30
Ket:
Bobot CKP dan Nilai Perilaku Eselon III ke bawah ditetapkan oleh masing- masing
eselon I;
Apabila unit yang bersangkutan tidak menetapkan bobot nilai CKP dan Nilai Perilaku
maka diambil bobot nilai CKP yang terdepan.
2. Rumus Nilai Kinerja Pegawai (NKP)

NKP = (CKP x Bobot) + (NP x Bobot)

3. Kriteria NKP dan NKO

NKO KRITERIA NKP


X < 80% Rendah X < 75%
80% X < 100% Sedang 75% X < 90%
100% X 120% Tinggi 90% X 120%
Keterangan: NKO/CKP dan NKP yang diakui Maksimal 120%

Halaman 215
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

G. MEKANISME PENETAPAN NKP


Konsep Keputusan Menteri Keuangan mengenai
Penetapan NKP

Pejabat eselon III, Pejabat eselon III,


Pejabat Eselon IV
IV, Fungsional IV, Fungsional
Pejabat Eselon I Pejabat Eselon II Kepala KPPN dan Pelaksana
dan Pelaksana dan Pelaksana
pada KPPN
Kantor Pusat Kanwil

Disusun oleh Disusun oleh Disusun oleh Sub Disusun oleh Sub Disusun oleh Sub Disusun oleh Mitra
Manajer Kinerja Manajer Kinerja Manajer Kinerja Manajer Kinerja Manajer Kinerja Manajer Kinerja
Pegawai Pusat Pegawai (MKP) dan Pegawai (SMKP) Pegawai (SMKP) Pegawai (SMKP) Pegawai (MMKP)
(MKPP) dan ditandatangani dan masing-masing dan masing-masing dan masing-masing dan
ditetapkan oleh oleh Pejabat ditandatangani ditandatangani ditandatangani ditandatangani
Menteri keuangan Eselon I atas nama oleh Pejabat oleh Pejabat oleh Pejabat oleh Kepala Kantor
Menteri keuangan Eselon II atas nama Eselon II atas nama Eselon II atas nama Vertikal
Pejabat Eselon I Pejabat Eselon I Pejabat Eselon I

H. PERIODE PELAPORAN CKP, NP DAN NKP

Penyampaian Laporan Penyampaian Laporan Review terhadap hasil Penyusunan konsep


NP Semesteran CKP Tahunan penilaian NKP keputusan penetapan
nilai kinerja pegawai
(NKP)

Semester 1 : paling lambat 14 Paling lambat tanggal 20 Mekanisme review diatur Paling lambat tanggal 25
Juli tahun berjalan Januari tahun berikutnya oleh masing-masing unit Januari
Semester 2 : paling lambat 14 eselon I
Januari tahun berikutnya

I. TANGGUNG JAWAB PENGELOLA KINERJA PEGAWAI


Nomenklatur Pengelola Kinerja
Level Tanggung Jawab
Pegawai
Kementerian Keuangan Manajer Kinerja Pegawai Pusat a. Memastikan bahwa kuisioner
(MKPP) perilaku telah terisi oleh pegawai di
Eselon I Manajer Kinerja Pegawai (MKP) unit yang menjadi tanggung
Eselon II Sub-MKP jawabnya
Eselon III, IV, Sub MKP b. Menyampaikan laporan NKP
Fungsional dan kepada pimpinan unitnya
Pelaksana Kantor Pusat c. Mensosialisasikan aturan tentang
dan Kanwil NKP kepada para pegawai
Eselon III, IV, Mitra MKP d. Melakukan review dan validasi
Fungsional dan terhadap NKP pegawai sampai
Pelaksana Kantor dengan level pelaksana
Vertikal

Halaman 216
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

[20]

PENGUSULAN PENGANUGERAHAN PENGHARGAAN


SATYALANCANA KARYA SATYA

A. DASAR HUKUM
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1994 tentang Tanda Kehormatan
Tanda Satyalancana Karya Satya;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan
Tanda Kehormatan;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan
4. Keputusan Dirjen Perbendaharaan Nomor KEP-84/PB/2010 tentang tentang Pedoman
Pengusulan Penganugerahan Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya di Lingkungan
Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

B. PENGERTIAN
Tanda kehormatan Satyalancana Karya Satya adalah tanda kehormatan yang dianugerahkan
Pegawai Negeri Sipil yang dalam melaksanakan tugasnya telah menunjukkan kesetiaan,
pengabdian, kecakapan, kejujuran dan kedisiplinan, yang dibedakan dalam:
a. Satyalancana Karya Satya sepuluh tahun apabila telah bekerja secara terus-menerus
sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun;
b. Satyalancana Karya Satya dua puluh tahun apabila telah bekerja secara terus-menerus
sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) tahun;
Halaman 217
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
c. Satyalancana Karya Satya tiga puluh tahun apabila telah bekerja secara terus-menerus
sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun.
C. PERSYARATAN UMUM
Pegawai yang diusulkan untuk menerima tanda kehormatan Satyalancana Karya Satya wajib
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin baik tingkat ringan, sedang ataupun berat;
2. tidak pernah melanggar kode etik pegawai direktorat jenderal perbendaharaan;
3. memiliki kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran, dan kedisiplinan;
4. memiliki moralitas yang tinggi;
5. memiliki budi pekerti yang dapat diteladani;
6. nilai rata-rata DP3 tahun terakhir minimal 76 (baik), dengan nilai unsur kesetiaan minimal 91
(amat baik) dan nilai unsur kejujuran minimal 76 (baik).

D. PERSYARATAN KHUSUS
Persyaratan khusus dalam penilaian calon penerima sekaligus sebagai dokumen yang diperlukan
dalam pengusulan penerima penghargaan tanda kehormatan Satyalancana Karya Satya adalah
sebagai berikut:
1. Daftar Riwayat Hidup Singkat dimana kolom Riwayat Pekerjaan diisi secara kronologis
dimulai sejak diangkat sebagai pegawai bulanan/calon pegawai (Contoh Format 1 );
2. Surat Keputusan Pengangkatan Pertama sebagai pegawai bulanan/calon pegawai;
3. Surat Keputusan Kenaikan Pangkat Terakhir;
4. Surat Keputusan Pengangkatan dalam jabatan/mutasi terakhir (bila menjabat);
5. Fotokopi Piagam Satyalancana Karya Satya atau penghargaan lain yang pernah diterima,
baik dari dalam atau luar organisasi Kementerian Keuangan sehubungan dengan pekerjaan
atau pengalaman/pengabdian di masyarakat (apabila ada);
6. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) tahun terakhir;
7. Surat Pernyataan yang menyatakan kelayakan seorang pegawai untuk dijadikan calon
penerima penghargaan dari pimpinan unit organisasi (Contoh Format 2);
8. Surat Rekomendasi dari atasan langsung dan rekan sejawat (Contoh Format 3a & Format
3b);
9. Surat Pernyataan bahwa calon penerima tidak menggunakan/menguasai barang milik negara
secara tidak sah (Contoh Format 4);
10. Salinan Laporan Ketertiban Pegawai tiga bulan terakhir;
11. Kritik yang membangun dan usulan/ide/gagasan bagi kemajuan Ditjen Perbendaharaan
maksimal dua halaman dengan format terlampir (Contoh Format 5).
Halaman 218
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Untuk pengajuan usulan penerima satya lancana di tahun-tahun selanjutnya, agar
disampaikan pula softcopy kritik dan saran tersebut dalam format MS-Word ke
alamat email : tu.kepegawaian.djpbn@gmail.com yang akan dimanfaatkan untuk
penyusunan Buku Bunga Rampai Kritik dan Saran.

D. PROSES PENGUSULAN
A. Usulan calon penerima penghargaan merupakan kewajiban pihak atasan untuk mengusulkan
pegawai yang memenuhi persyaratan di lingkungannya masing-masing.
B. Usulan calon penerima penghargaan dikirimkan oleh unit kerja kepada unit eselon II yang
membawahinya. Khusus untuk Bagian-Bagian lingkup Setditjen Perbendaharaan agar
dikoordinasikan dengan Bagian Administrasi Kepegawaian. Usulan yang tidak melalui jalur
hirarkis tidak akan diproses.
C. Unit Eselon II kemudian berkewajiban melakukan seleksi administrasi terhadap daftar usulan
di lingkungan kerjanya dalam hal kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan. Untuk
menjamin kecermatan dan ketelitian, maka setiap satu usulan agar dimasukkan dalam satu
map tersendiri dan diperiksa kelengkapannya menggunakan lembar pengawasan/check list.
D. Hasil seleksi administrasi di tingkat eselon II kemudian dibuatkan Daftar Calon Penerima
yang disusun berdasarkan jenis tanda kehormatan Satyalancana Karya Satya dan diteruskan
bersama-sama dengan surat pengusulan ke Bagian Administrasi Kepegawaian, Sekretariat
Ditjen Perbendaharaan.
E. Selanjutnya Bagian Administrasi Kepegawaian, Sekretariat Ditjen Perbendaharaan
melakukan penilaian terhadap usulan tersebut dan meneruskannya ke Sekretariat Jenderal
Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

E. LAIN-LAIN
1. Dalam pelaksanaan penilaian ini, Sekretaris Ditjen Perbendaharaan akan membentuk suatu
tim penilai. Penilaian oleh tim dimaksud berdasarkan kriteria penilaian yang telah ditetapkan.
2. Keputusan Tim Penilai baik di tingkat daerah maupun pusat bersifat mutlak dan tidak dapat
diganggu gugat.

F. UMPAN BALIK
1. Apakah pegawai yang diusulkan untuk menerima tanda kehormatan Satyalancana Karya
Satya sudah memenuhi persyaratan umum dan khusus?
2. Apakah usulan calon penerima penghargaan diinisiasi dan diusulkan pihak atasan?

Halaman 219
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
3. Apakah Kanwil melakukan seleksi administrasi terhadap daftar usulan di lingkungan
kerjanya dalam hal kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan?
4. Apakah dalam proses seleksi administratif, setiap satu usulan dimasukkan dalam satu map
tersendiri dan diperiksa kelengkapannya menggunakan lembar pengawasan/check list?
5. Apakah hasil seleksi administrasi di tingkat Kanwil dibuatkan Daftar Calon Penerima yang
disusun berdasarkan jenis tanda kehormatan Satyalancana Karya Satya dan diteruskan
bersama-sama dengan surat pengusulan ke Bagian Administrasi Kepegawaian, Sekretariat
Ditjen Perbendaharaan?
6. Apakah penyampaian usulan Satyalancana Karya Satya untuk tahun bersangkutan tidak
melewati batas waktu yang ditentukan?
7. Apakah softcopy kritik dan saran (format MS-Word) dalam proses pengusulan satyalancana
karya satya, telah dikirimkan ke alamat email : tu.kepegawaian.djpbn@gmail.com?

G. CONTOH FORMAT DOKUMEN

Halaman 220
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Contoh Format 1
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP SINGKAT

I. KETERANGAN PERORANGAN
1. Nama Lengkap : ..
2. NIP : ..
3. Tempat / tanggal lahir : ..
4. Pangkat / Golongan ruang : ..
5. Jabatan terakhir : ..
6. Instansi : ..
7. Jenis kelamin : ..
8. Agama : ..
9. Alamat rumah : ..

10. Pendidikan terakhir : ..

II. RIWAYAT PEKERJAAN

NO. PANGKAT / JABATAN


GOL. RUANG
TERHITUNG NAMA PEJABAT NOMOR DAN
MULAI JABATAN YANG TANGGAL.
TANGGAL MENETAPKAN SKEP
1 2 3 4 5
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
III. TANDA KEHORMATAN YANG TELAH DIMILIKI

NO. NAMA BINTANG/ SURAT KEPUTUSAN NAMA NEGARA


SATYALANCANA / INSTANSI
TERHITUNG NOMOR TANGGAL YANG
MULAI MEMBERIKAN
TANGGAL
1 2 3 4 5

Halaman 221
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

IV. HUKUMAN DISIPLIN

NO. JENIS SURAT KEPUTUSAN PEJABAT


HUKUMAN YANG
NOMOR TANGG TERHIT MENETAPKAN
AL UNG
MULAI
TANGGA
L
1 2 3 4 5 6

,..
Kepala/Pejabat ..*)

(.)
NIP.
Keterangan:
*) Atasan langsung minimal eselon III

Halaman 222
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

Contoh Format 2

KOP SURAT

SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini Kepala ........................*), menyatakan dengan sesungguhnya


bahwa :
Nama :
NIP :
Pangkat/Golongan ruang :
Unit Organisasi :
Dengan ini dinyatakan bahwa yang bersangkutan :
1. Telah bekerja secara terus-menerus dan tidak terputus selama ............ tahun;
2. Tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingat sedang dan berat;
3. Telah melaksanakan tugas dengan menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan,
kejujuran dan kedisiplinan.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan dalam
rangka pengusulan penganugerahan Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya tahun
..............

.........................,..............................
Kepala ...........................*)

( )
NIP. ...........
Keterangan :
*) Atasan langsung minimal pejabat eselon III

Halaman 223
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Contoh Format 3a

SURAT REKOMENDASI ATASAN LANGSUNG

Hal Keterangan

Nama/NIP
Unit Kerja
Data Diri Calon Penerima
Jabatan

- (Sikap/perilaku/moralitas/budi pekerti)...

Alasan untuk dinominasikan


- (Prestasi/kecakapan melaksanakan tugas) ..
sebagai penerima Tanda

Kehormatan Satyalancana
Karya Satya *)

- (Hal positif lainnya) .


Atasan Langsung

Jabatan :
Nama :
NIP :

Tanda Tangan :
Tanggal :
*) Isi dengan uraian singkat

Halaman 224
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Contoh Format 3b

SURAT REKOMENDASI REKAN SETINGKAT

Hal Keterangan

Nama/NIP
Unit Kerja
Data Diri Calon Penerima
Jabatan

- (Sikap/perilaku/moralitas/budi pekerti)...

Alasan untuk dinominasikan


- (Prestasi/kecakapan melaksanakan tugas) ..
sebagai penerima Tanda

Kehormatan Satyalancana
Karya Satya *)

- (Hal positif lainnya) .


Rekan Setingkat

Jabatan :
Nama :
NIP :

Tanda Tangan :
Tanggal :
*) Isi dengan uraian singkat

Halaman 225
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

Contoh Format 4
KOP SURAT

SURAT PERNYATAAN
TIDAK MENGGUNAKAN/MENGUASAI BARANG MILIK NEGARA
SECARA TIDAK SAH

Yang bertandatangan di bawah ini:


Nama :
NIP :
Pangkat/Golongan Ruang :
Jabatan :
Unit Kerja :

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya tidak menggunakan/menguasai barang milik


negara secara tidak sah sampai dengan saat ini.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dan apabila pernyataan ini tidak
benar saya bersedia dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Tempat, tanggal
Mengetahui, Yang Menyatakan,
Atasan Langsung

(Nama) (Nama)
(NIP) (NIP)

Halaman 226
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

Contoh Format 5

Nama/NIP : .........................
Unit Kerja : .........................
Jabatan : .........................
Tanda Tangan :

Kritik & Gagasan


Bagi Kemajuan Ditjen Perbendaharaan

Kritik Membangun :
....................................
....................................
....................................
....................................

Usulan/Gagasan/Ide :
....................................
....................................
....................................
....................................

Halaman 227
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

[21]

KESEJAHTERAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

A. TABUNGAN HARI TUA (THT)

Program Tabungan Hari Tua (THT) adalah program asuransi yang terdiri dari asuransi
dwiguna yang dikaitkan dengan usia pensiun, ditambah dengan ASKEM. Sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1981, Taspen mengelola program THT yang merupakan
program asuransi terdiri dari asuransi dwiguna yang dikaitkan dengan usia pensiun ditambah
dengan asuransi kematian. Asuransi Dwiguna adalah jenis asuransi yang memberikan jaminan
keuangan kepada peserta pada saat mencapai usia pensiun atau bagi ahli warisnya apabila peserta
meninggal dunia sebelum mencapai usia pensiun.
Asuransi Kematian (askem) adalah jenis asuransi yang memberikan jaminan keuangan
bagi peserta apabila isteri/suami/anak meninggal dunia atau bagi ahli warisnya apabila peserta
meninggal dunia. Askem anak diberikan apabila belum berusia 21 tahun atau 25 tahun yang
masih sekolah dan belum menikah. Askem merupakan manfaat tambahan yang diberikan tanpa
dipungut iuran. Nampaknya masih banyak PNS maupun PNS purna bhakti (pensiun) yang belum
mengetahui bahwa mereka memiliki hak Askem atau asuransi kematian bagi PNS dan
keluarganya. Bahkan biasanya baru ketika pensiun, mereka tahu bahwa ada hak Askem yang
dimiliki selain hak pensiunan bulanan serta tabungan hari tua.
Kepesertaan program THT dimulai sejak yang bersangkutan diangkat sebagai
pegawai/pejabat negara sampai dengan pegawai/pejabat negara tersebut berhenti.
1. Tujuan
Meningkatkan kesejahteraan pegawai negeri sipil (PNS) dan keluarganya dengan memberikan
jaminan keuangan pada waktu mencapai usia pensiun atau bagi ahli warisnya
(suami/isteri/anak/orang tua) pada waktu peserta meninggal dunia sebelum usia pensiun.
Halaman 228
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
2. Peserta
a. PNS ( tidak termasuk PNS di lingkungan Kementerian Hankam)
b. Pejabat negara
c. Pegawai BUMN / BUMD yang terdaftar
3. Masa Kepesertaan
a. Sejak diangkat sebagai calon pegawai/pegawai tetap/pejabat negara.
b. Bagi PNS yang diangkat sebelum 1 Juli 1961 dihitung sejak 1 Juli 1961.
c. Bagi PNS daerah Propinsi Irian Jaya yang diangkat sebelum 1 Januari 1971, dihitung
sejak Januari 1971.
d. Bagi Eks PNS Propinsi Timor Timur yang diangkat sebelum 1 April 1979, dihitung sejak
April 1979.
e. Bagi pegawai BUMN/BUMD/BHMN sesuai dengan perjanjian kerja sama masing-
masing.
4. Kewajiban Peserta
a. Membayar iuran 3,25% dari penghasilan sebulan (gaji pokok + tunjangan keluarga)
setiap bulan berdasarkan Kepres No.8 tahun 1977.
b. Memberi keterangan data diri pribadi dan keluarganya.
c. Melaporkan perubahan data penghasilan, kenaikan pangkat/golongan dan perubahan gaji
pokok.
5. Pengurusan Hak
Pada umumnya, untuk memperoleh hak THT bersamaan dengan pengurusan pensiun pertama.
Persyaratan diperlukan sebagai berikut:
a. Mengisi formulir SP4A (asli), difotokopi 1 lembar
b. Asli petikan SK Pensiun berpas foto dan 1 lembar fotokopinya.
c. Asli tembusan SK Pensiun berpas foto untuk PT Taspen (Persero)
d. Asli SKPP yang diterbitkan untuk unit kerja yang disahkan oleh KPPN atau Pemda
berikut lembar kedua dan 1 lembar fotokopinya
e. Fotokopi SK pengangkatan pertama/Capeg/Karpeg/Kartu Peserta Taspen sebanyak 1
lembar
f. Pas foto pemohon 4 3 xm sebanyak 3 lembar
g. Pas foto istri/suami pemohon 34 cm sebanyak 2 lembar
h. Fotokopi KTP pemohon yang masih berlaku sebanyak 2 lembar
i. Fotokopi buku rekening bank/giro pos sebanyak 2 lembar (khusus yang menghendaki
haknya dibayar melalui bank/giro pos)

Halaman 229
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
j. Asli surat keterangan sekolah/kuliah bagi anak tertanggung yang masih sekolah/kuliah
dan belum bekerja yang telah berusia 21 hingga 25 tahun.
k. Mengisi formulir SP3R (Surat Pernyataan Pembayaran Pensiun Rekening) (asli)
difotokopi sebanyak 1 lembar (khusus pembayaran melalui bank/giro pos)

B. PROGRAM PENSIUN
Program Pensiun merupakan jaminan hari tua berupa pemberian uang setiap bulan
kepada Pegawai Negeri Sipil yang telah memenuhi kriteria. Program ini dikelola oleh PT Taspen
(Persero). Selain kepada pensiunan PNS, program pensiun juga dibayarkan kepada :
a. Penerima Pensiun Pejabat Negara
b. Penerima Tunjangan Perintis Kemerdekaan
c. Penerima Tunjangan Veteran
d. Penerima Pensiun Anggota TNI/POLRI yang pensiun sebelum April 1989
1. Tujuan
a. Untuk memberikan jaminan hari tua bagi pegawai negeri/peserta Taspen pada saat
mencapai usia pensiun.
b. Sebagai penghargaan atas jasa-jasa pegawai negeri/peserta setelah yang bersangkutan
memberikan pengabdian kepada Negara.
2. Peserta
a. Pegawai negeri sipil pusat dan daerah otonom.
b. Pejabat negara.
c. Anggota ABRI yang dinas dan pensiun sebelum 1 April 1989
d. Anggota veteran dan PKRI/KNIP
e. Pegawai KAI
3. Kelompok Pensiun yang diberikan
a. Pensiun PNS Pusat dan PNS Departemen Hankam yang pensiun sebelum 1 April 1989
b. Pensiun PNS Daerah Otonom
c. Pensiun Pejabat Negara
d. Pensiun ABRI yang diberhentikan dengan hak pensiun sebelum 1 April 1989
e. Pensiun PT KAI
f. Tunjangan Veteran.
g. Tunjangan PKRI/KNIP
h. Uang Tunggu PNS
4. Yang berhak menerima Pensiun (Jenis Pensiun)
a. Diri pensiun yang bersangkutan.
Halaman 230
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
b. Janda/duda pensiunan.
c. Yatim-piatu pensiunan.
d. Orang tua (bagi PNS yang tewas dan tidak meninggalkan isteri/suami/ anak).
5. Kewajiban Peserta
a. Membayar iuran 4,75% dari penghasilan sebulan (gaji pokok + tunjangan keluarga)
berdasarkan Kepres No.8 tahun 1977.
b. Memberi keterangan data diri pribadi dan keluarganya, serta melaporkan perubahan data
peserta dan keluarganya.
6. Hak Peserta
a. Pembayaran pensiun pertama dan pensiun bulanan
Pensiun sendiri yang diberikan ketika PNS/pejabat negara berhenti dengan hak pensiun dan
pembayarannya bersamaan dengan pemberian hak THT. Sedangkan pensiun bulanan adalah
pensiun yang dibayarkan pada setiap bulan melalui kantor bayar pensiun yang ditunjuk.
b. Pensiun Terusan
Merupakan pensiun almarhum/almarhumah yang meninggal dunia diteruskan kepada
isteri/suami/anak sebesar pensiun yang diterima almarhum/almarhumah semasa hidup, dalam
jangka waktu tertentu.
Untuk pensiun PNS/ Pejabat Negara/ Tunjangan Veteran 4 bulan berturut-turut.
Untuk pensiun Duta Besar 2 bulan berturut-turut.
Untuk pensiun ABRI 6 bulan berturut-turut. Bila ada bintang jasa (gerilya, sewindu dan
kartika ekapaksi) selama 12 bulan berturut-turut.
c. Uang Duka Wafat (UDW)
Diberikan kepada isteri/ suami/anak/ahli waris yang ditunjuk karena pensiunan meninggal
dunia sebanyak tiga kali penghasilan terakhir.
d. Pensiun bagi Janda/Duda/ Anak
Pensiun yang diberikan kepada janda/duda/anak karena pensiunan meninggal dunia.
e. Uang Kekurangan Pensiun (UKP)
Kekurangan pensiun yang belum dibayarkan kepada penerima pensiun akibat penyesuaian
pensiun pokok, penyesuaian table, adanya pangkat pengabdian karena penerbitan SK
terlambat, dsb.
f. Pensiun Lanjutan
Uang pensiun lanjutan akibat perpindahan kantor bayar antar Kantor Cabang PT Taspen
(Persero).

Halaman 231
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
7. Pengembalian Nilai Tunai Iuran Pensiun PNS Yang Diberhentikan Tanpa Hak Pensiun
Menurut Peraturan Menteri Keuangan RI No 71/KMK.02/2008 tanggal 8 Mei 2008
tentang Pengembalian Nilai Tunai Iuran Pensiun Pegawai Negeri Sipil
Yang Diberhentikan Tanpa Hak Pensiun, PNS yang berhenti tanpa hak pensiun, baik yang
diberhentikan dengan hormat, maupun tidak dengan hormat akan dibayarkan kembali nilai tunai
iuran asuransinya.
Secara yuridis, Keputusan Menteri Keuangan No. 45/KMK013/1992 tentang Persyaratan
Dan Besarnya Tabungan Hari Tua Bagi Pegawai Negeri Sipil telah dicabut dengan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 478/KMK 06/2002 tanggal 19 Nopember 2002. Keputusan itu mulai
berlaku surut tanggal 1 Januari 2001. Kemudian ketentuan tersebut diubah dengan Keputusan
Menteri Keuangan No 500/KMK06/2004 tanggal 9 Desember 2004 yang berlaku surut 1 Januari
2003.
Dalam pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1981 tentang Asuransi Sosial PNS
dinyatakan antara lain. PNS wajib membayar iuran 10% dari penghasilan sebulan (Gaji pokok
ditambah tunjangan keluarga) Iuran dimaksud diperuntukkan : 4,75% untuk pensiun;3,25%
untuk THT; dan 2% untuk asuransi kesehatan.
Pegawai yang berhak atas pengembalian nilai tunai tersebut adalah PNS Pusat dan PNS
Daerah termasuk CPNS, kecuali PNS di lingkungan Departemen Pertahanan dan Kepolisian RI,
yang berhenti mulai 1 Februari 1975 atau sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan.
Bagi PNS yang diberhentikan tanpa hak pensiun sebelum berlakunya Peraturan Menteri
Keuangan RI No 71/KMK.02/2008, diberikan nilai tunai dimaksud, ditambah hasil
pengembangan sebesar 9% pertahun yang dihitung sejak yang bersangkutan dibehentikan sampai
ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan tersebut, Besarnya pengembalian nilai tunai iuran
pensiun sekurang-kurangnya Rp 200.000 (dua ratus ribu rupiah).
PNS yang diberhentikan tanpa hak pensiun dapat mengajukan permohonan pengembalian
nilai tunai iuran kepada PT Taspen (Persero) dengan menyampaikan surat permintaan
pengembalian nilai tunai dengan melampirkan :
a. Surat Keputusan Pengangkatan Pertana sebagai CPNS atau PNS
b. Surat Keputusan Pemberhentian sebagai PNS
c. Fotokopi KTP yang masih berlaku
d. Surat keterangan penghentian pembayaran (SKPP)
Apabila PNS yang diberhentikan tanpa hak pensiun telah meninggal dunia, maka
pengembalian nilai tunai dapat diajukan oleh istri/suami/anak atau ahli warisnya yang sah
dengan menyampaikan persyaratan sebagaimana tersebut diatas, ditambah surat keterangan ahli
waris.
Halaman 232
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Pengembalian nilai tunai pensiun PNS yang diberhentikan tanpa hak pensiun merupakan
pelaksanaan Pasal 10 ayat (3) PP No 25 Tahun 1981 tentang Asuransi Sosial PNS, ayat ini
berbunyi Kepada peserta yang berhenti tanpa hak pensiun baik yang berhenti dengan hormat
maupun tidak dengan hormat dibayarkan kembali nilai tunai iuran asuransinya.

C. BANTUAN UANG MUKA


Bantuan Uang Muka (BUM) Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah bantuan yang
diberikan kepada PNS dalam rangka membantu uang muka pembelian rumah yang dilakukan
melalui fasilitas KPR.
Besarnya bantuan yang diberikan untuk masing-masing golongan yaitu :
Rp 1.200.000,- untuk PNS golongan I
Rp 1.500.000,- untuk PNS golongan II
Rp 1.800.000,- untuk PNS golongan III
Selain bantuan tersebut, PNS juga berhak memanfaatkan tambahan bantuan dana uang
muka dengan bunga 6 % annuitas per-tahun yang harus dikembalikan dengan jangka waktu
maksimal 5 tahun, yaitu :
Rp 13.800.000,- untuk PNS golongan I
Rp 13.500.000,- untuk PNS golongan II
Rp 13.200.000,- untuk PNS golongan III
Total Bantuan yang diterima PNS adalah Rp15.000.000,- (Lima Belas Juta Rupiah)
1. Persyaratan Umum
a. PNS aktif golongan I,II, dan III
b. Memiliki masa kerja paling singkat 5 tahun
c. Belum pernah menerima dan memanfaatkan layanan TAPERUM-PNS
d. Belum memiliki rumah
2. Persyaratan Pengajuan
a. Mengisi formulir permohonan tambahan BUM (dapat diperoleh melalui website
www.bapertarum-pns.co.id) yang kemudian dimintakan rekomendasi kepada atasan
langsung
b. Fotocopy KARPEG dan SK.Kepangkatan terakhir
c. Surat Pernyataan belum memiliki rumah
d. Berkas dokumen pengajuan kredit lainnya yang dipersyaratkan oleh bank pelaksana
3. Mekanisme Pengajuan
a. Proses pengajuan dilakukan melalui bank pelaksana yang telah bekerjasama dengan
BAPERTARUM-PNS
Halaman 233
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
b. Berkas dokumen pengajuan BUM yang telah dilengkapi oleh PNS diajukan bersamaan
dengan proses pengajuan KPR ke bank pelaksana
c. Bank pelaksana akan mencairkan dana BUM setelah menyetujui permohonan Kredit
Pemilikan Rumah (KPR) dan tambahan BUM yang diajukan oleh PNS
4. Bank Pelaksana
a. Bank Tabungan Negara (BTN)
b. Bank Bukopin
c. Bank Sumut
d. Bank Sumsel

D. PENGEMBALIAN TABUNGAN PERUMAHAN


Pengembalian Tabungan merupakan pengembalian seluruh iuran Tabungan Perumahan
Pegawai Negeri Sipil, kepada PNS yang berhenti bekerja karena pensiun, meninggal dunia atau
berhenti bekerja karena sebab-sebab lain, dimana selama dinas aktif nya belum pernah
memanfaatkan bantuan.
1. Persyaratan
a. Mengisi formulir yang kemudian dimintakan rekomendasi oleh pejabat kepegawaian
serta distempel instansi.
b. Fotocopy Kartu Pegawai (KARPEG) atau Kartu Identitas Pensiun (KARIP)
c. Fotocopy Surat Keputusan Golongan dimulai 1 (satu) tingkat dibawah tahun 1993, SK
Perubahan Golongan, dan SK Pensiun.
2. Tambahan Persyaratan
a. Bagi yang pengurusannya diwakilkan : Membawa Surat Kuasa (Asli) bermaterai dari
yang berhak kepada yang diberi hak.
b. Bagi yang meninggal dunia :
1) Fotocopy KTP ahli waris
2) Fotocopy 1 (satu) rangkap Surat Keterangan Penghentian Pembayaran gaji (SKPP).
3) Surat Keterangan Kematian dari Camat setempat.
4) Surat Keterangan Ahli Waris dari Camat setempat.
3. Prosedur Pencairan
a. PNS yang pensiun atau ahli waris atau yang diberi kuasa, mengambil formulir
Pengembalian Tabungan dikantor Bank BRI atau BKD atau Bagian Kepegawaian di
Instansi masing-masing atau download di website Bapertarum-PNS.
b. Mengisi formulir Pengembalian Tabungan dan kemudian meminta rekomendasi serta
stempel dari pejabat kepegawaian.
Halaman 234
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
c. Formulir Pengembalian Tabungan yang sudah diisi lengkap beserta berkas
kelengkapannya dibawa ke kantor Cabang Bank BRI terdekat.
d. Pencairan dana tabungan perumahan PNS dilakukan di kantor Bank BRI.
4. Perhitungan Dan Besaran Iuran
Perhitungan Pengembalian Tabungan merupakan akumulasi dari iuran tabungan yang
dipotong setiap bulannya dari gaji PNS sesuai dengan golongan, yaitu :
a. Golongan I : Rp 3.000,-
b. Golongan II : Rp 5.000,-
c. Golongan III : Rp 7.000,-
d. Golongan IV : Rp10.000,-

E. BANTUAN SEBAGIAN BIAYA MEMBANGUN


Bantuan Sebagian Biaya Membangun (BM) Kredit Membangun Rumah (KMR) adalah
bantuan yang diberikan kepada PNS dalam rangka membantu sebagian biaya membangun rumah
di atas tanah sendiri yang dilakukan melalui fasilitas KMR.
Besarnya bantuan yang diberikan untuk masing-masing golongan yaitu :
Rp 1.200.000,- untuk PNS golongan I
Rp 1.500.000,- untuk PNS golongan II
Rp 1.800.000,- untuk PNS golongan III
Selain bantuan tersebut, PNS juga berhak memanfaatkan tambahan bantuan dana uang
muka dengan bunga 6 % annuitas per-tahun yang harus dikembalikan dengan jangka waktu
maksimal 5 tahun, yaitu :
Rp 13.800.000,- untuk PNS golongan I
Rp 13.500.000,- untuk PNS golongan II
Rp 13.200.000,- untuk PNS golongan III
Total Bantuan yang diterima PNS adalah Rp15.000.000,- (Lima Belas Juta Rupiah)
1. Persyaratan Umum
a. PNS aktif golongan I,II, dan III
b. Memiliki masa kerja paling singkat 5 tahun
c. Belum pernah menerima dan memanfaatkan layanan TAPERUM-PNS
d. Belum memiliki rumah
e. Memiliki tanah yang dibuktkan dengan bukti kepemilikan hak atas tanah yang sah (sesuai
peraturan bank pelaksana)

Halaman 235
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
2. Persyaratan Pengajuan
a. Mengisi formulir permohonan tambahan BM (dapat diperoleh melalui website
www.bapertarum-pns.co.id) yang kemudian dimintakan rekomendasi kepada atasan
langsung
b. Fotocopy KARPEG dan SK.Kepangkatan terakhir
c. Surat Pernyataan belum memiliki rumah
d. Berkas dokumen pengajuan kredit lainnya yang dipersyaratkan oleh bank pelaksana
3. Mekanisme Pengajuan
a. Proses pengajuan dilakukan melalui bank pelaksana yang telah bekerjasama dengan
BAPERTARUM-PNS
b. Berkas dokumen pengajuan BM yang telah dilengkapi oleh PNS diajukan bersamaan
dengan proses pengajuan KMR ke bank pelaksana
c. Bank pelaksana akan mencairkan dana BM setelah menyetujui permohonan Kredit
Membangun Rumah (KMR) dan tambahan BM yang diajukan oleh PNS.
4. Bank Pelaksana
a. Bank Tabungan Negara (BTN)
b. Bank Bukopin
c. Bank Sumut
d. Bank Sumsel

F. ASKES SOSIAL
Program Asuransi Kesehatan Sosial merupakan penugasan Pemerintah kepada PT Askes
(Persero) melalui Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1991. Askes adalah asuransi kesehatan
bagi pns, penerima pensiun, veteran dan perintis kemerdekaan beserta keluarganya dan berlaku
nasional.
Peserta Askes harus memiliki kartu askes sebagai identitas atau bukti sah sebagai peserta
untuk ditunjukkan setiap kali berobat di fasilitas kesehatan yang ditunjuk oleh PT Askes dan
masing-masing peserta dan keluarga memiliki 1 (satu) kartu askes. Kartu askes dibuat di PT
Askes Kantor Cabang/PT Askes Kabupaten/Kota setempat sesuai dengan domisili peserta.
1. Siapa Peserta PT. Askes (Persero) Program Askes Sosial ?
Peserta program Askes Sosial adalah :
a. Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil (tidak termasuk PNS dan Calon
PNS di Kementrian pertahanan, TNI/Polri), Calon PNS, Pejabat Negara, Penerima
Pensiun (Pensiunan PNS, Pensiunan PNS di lingkungan Kementrian Pertahanan,

Halaman 236
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
TNI/Polri, Pensiunan Pejabat Negara), Veteran ( Tuvet dan Non Tuvet) dan Perintis
Kemerdekaan beserta anggota keluarga*) yang di tangggung.
b. Pegawai Tidak Tetap (Dokter/Dokter Gigi/Bidan PTT, melalui SK Menkes nomor
1540/MENKES/SK/XII/2002, tentang Penempatan Tenaga Medis Melalui Masa Bakti
Dan Cara Lain).
*) Anggota Keluarga adalah :
Isteri / suami yang sah dari peserta yang mendapat tunjangan istri/suami
(Daftar isteri / suami yang sah yang tercantum dalam daftar gaji / slip gaji, dan
termasuk dalam daftar penerima pensiun/carik Dapem).
Anak (anak kandung / anak tiri / anak angkat) yang sah dari peserta yang
mendapat tunjangan anak, yang tercantum dalam daftar gaji/slip gaji, termasuk
dalam daftar penerima pensiun/carik Dapem, belum berumur 21 tahun atau telah
berumur 21 tahun sampai 25 tahun bagi anak yang masih melanjutkan pendidikan
formal, dan tidak atau belum pernah kawin, tidak mempunyai penghasilan sendiri
serta masih menjadi tanggungan peserta.
Jumlah anak yang ditanggung maksimal 2 (dua) anak sesuai dengan urutan
tanggal lahir, termasuk didalamnya anak angkat maksimal satu orang.
2. Apa Hak Sebagai Peserta Askes Sosial ?
a. Memperoleh Kartu Peserta.
b. Memperoleh penjelasan/informasi tentang hak, kewajiban serta tata cara pelayanan
kesehatan
c. Mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan PT
Askes (Persero), sesuai dengan hak dan ketentuan yang berlaku.
d. Menyampaikan keluhan/pengaduan, kritik dan saran secara lisan atau tertulis ke Kantor
PT Askes (Persero).
3. Apa Kewajiban Sebagai Peserta Askes Sosial ?
a. Mengurus Kartu Peserta dan melaporkan perubahan data peserta.
b. Menjaga Kartu Peserta agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh orang yang tidak
berhak.
c. Melaporkan dan mengembalikan Kartu Peserta yang telah meninggal dunia ke Kantor PT
Askes (Persero)
d. Mengetahui dan mentaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan kesehatan
e. Membayar iuran sesuai dengan ketentuan pemerintah yang berlak
4. Apakah Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) PT Askes (Persero) ?
a. Pemberi Pelayanan Kesehatan Dasar , yaitu :
Halaman 237
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
1) Puskesmas
2) Dokter Keluarga / Dokter Gigi Keluarga
3) Poliklinik Milik Institusi
4) Klinik 24 Jam
b. Pemberi Pelayanan Kesehatan Lanjutan, yaitu:
1) Rumah Sakit Umum Pemerintah,
2) RS Khusus Pemerintah (Jantung, Paru, Orthopedi, Jiwa, Kusta, Mata, Infeksi, Kanker
dll)
3) Rumah Sakit TNI/POLRI
4) Rumah Sakit Swasta
5) Unit Pelayanan Transfusi Darah (UPTD)/PMI
6) Apotek / Instalasi Farmasi RS
7) Optikal
8) Balai Pengobatan Khusus (Paru, Mata, Indera, dll).
9) Laboratorium Kesehatan
10) Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya yang bekerja sama dengan PT Askes (Persero)
5. Apa Saja Jenis Pelayanan Kesehatan Yang Dijamin Oleh PT Askes (Persero) Bagi
Peserta Askes Sosial ?
a. Pelayanan Kesehatan Dasar :
1) Konsultasi, penyuluhan, pemeriksaan medis dan pengobatan.
2) Pemeriksaan dan pengobatan gigi.
3) Tindakan medis kecil/sederhana.
4) Pemeriksaan penunjang diagnostik sederhana
5) Pengobatan efek samping kontrasepsi
6) Pemberian obat pelayanan dasar dan bahan kesehatan habis pakai.
7) Pemeriksaan kehamilan dan persalinan sampai anak kedua hidup.
8) Pelayanan imunisasi dasar.
9) Pelayanan Rawat Inap di Puskesmas Perawatan/Puskesmas dengan Tempat Tidur.
b. Pelayanan Kesehatan Lanjutan :
1) Rawat Jalan
a) Konsultasi, pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter spesialis
b) Pemeriksaan Penunjang Diagnostik : Laboratorium, Rontgen/ Radiodiagnostik,
Elektromedik dan pemeriksaan alat kesehatan canggih sesuai ketentuan PT Askes
(Persero).
c) Tindakan medis poliklinik dan rehabilitasi medis
Halaman 238
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
d) Pelayanan obat sesuai Daftar dan Plafon Harga Obat (DPHO) dan ketentuan lain
yang ditetapkan oleh PT Askes (Persero)
2) Rawat Inap
a) Rawat Inap di ruang perawatan sesuai hak Peserta.
b) Pemeriksaan, pengobatan oleh dokter spesialis.
c) Pemeriksaan Penunjang Diagnostik : Laboratorium, Rontgen/ Radiodiagnostik,
Elektromedik dan pemeriksaan alat kesehatan canggih sesuai ketentuan PT Askes
(Persero).
d) Tindakan medis operatif.
e) Perawatan intensif (ICU, ICCU,HCU, NICU, PICU).
f) Pelayanan rehabilitasi medis.
g) Pelayanan obat sesuai Daftar dan Plafon Harga Obat (DPHO) dan ketentuan lain
yang ditetapkan oleh PT Askes (Persero)
c. Pemeriksaan kehamilan, gangguan kehamilan dan persalinan sampai anak kedua hidup.
d. Pelayanan Transfusi Darah dan Cuci Darah.
e. Cangkok (transplantasi) Organ.
f. Pelayanan Canggih sesuai ketentuan PT Askes (Persero)
g. Alat Kesehatan diberikan untuk Peserta dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Kacamata ( 1 kali /2 tahun)
2) Gigi Tiruan (1 kali /2 tahun)
3) Alat Bantu Dengar (1 kali /2 tahun)
4) Kaki / tangan tiruan
5) Implant (alat kesehatan yang ditanam dalam tubuh) antara lain:
a) IOL (lensa tanam di mata).
b) Pen & Screw (alat penyambung tulang).
c) Mesh (alat yang dipasang setelah operasi hernia)
6. Pelayanan Apa Saja Yang Tidak Dijamin Oleh PT. Askes (Persero) ?
a. Pelayanan kesehatan yang tidak mengikuti tata cara pelayanan yang ditetapkan PT Askes
(Persero)/Pelayanan kesehatan tanpa indikasi medis.
b. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas yang bukan jaringan pelayanan kesehatan
PT Askes (Persero), kecuali dalam keadaan gawat darurat (emergency) dan kasus
persalinan.
c. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri.
d. Obat-obatan diluar ketentuan PT Askes (Persero).
e. Bedah plastik kosmetik, termasuk obat-obatan.
Halaman 239
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
f. Semua jenis pelayanan imunisasi diluar imunisasi dasar bagi bayi dan balita (DPT,
Polio, BCG, Campak) dan bagi ibu hamil (TT) yang dilakukan di Puskesmas
g. Seluruh rangkaian pemeriksaan dalam usaha ingin mempunyai anak, termasuk alat dan
obat-obatnya.
h. Sirkumsisi tanpa indikasi medis.
i. Pemeriksaan kehamilan, gangguan kehamilan, tindakan persalinan, masa nifas pada anak
ketiga dan seterusnya.
j. Usaha meratakan gigi (Orthodontie), membersihkan karang gigi (scalling gigi) dan
pelayanan kesehatan gigi untuk kosmetik.
k. Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat, alkohol dan atau zat adiktif
lainnya.
l. Gangguan kesehatan/penyakit akibat usaha bunuh diri atau dengan sengaja menyakiti diri
sendiri.
m. Kursi roda, tongkat penyangga, korset dan elastic bandage.
n. Kosmetik, toilettries, makanan bayi, obat gosok, vitamin, susu.
o. Lain-lain:
1) Biaya perjalanan/transportasi
2) Biaya sewa ambulans
3) Biaya pengurusan jenazah
4) Biaya fotocopy
5) Biaya telekomunikasi
6) Biaya kartu berobat
7) Biaya administrasi

G. UANG PESANGON PINDAH


Pesangon pindah adalah bantuan yang diberikan kepada Pegawai Negeri berpangkat
golongan II/c (Pengatur) atau yang lebih tinggi yang dipindahkan/dimutasikan untuk
kepentingan dinas. Dasar pemberian Uang Pesangon Pindah adalah Surat Menteri Keuangan
Nomor B-295/MK/I/4/1974 tanggal 30 April 1974. Pengajuan pesangon pindah disampaikan
kepada Sekretaris Ditjen Perbendaharaan secara hierarkhis melalui pejabat Eselon II (Kepala
Kantor Wilayah/Direktur) masing-masing.
1. Dokumen Persyaratan
a. Fotocopy SK Mutasi;
b. Surat Keterangan Tidak Menempati Rumah Dinas di tempat lama;
c. Surat Keterangan Tidak Menempati Rumah Dinas di tempat baru;
Halaman 240
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
d. KP 4;
e. Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT);
f. SKPP Gaji
g. Kuitansi bermeterai Rp.6.000,00 kosong yang sudah ditandatangani pegawai
bersangkutan.
2. Tidak dapat diberikan uang pesangon pindah :
a. Pemindahan terjadi atas permintaan sendiri;
b. Pemindahan untuk mengikuti suatu pendidikan;
c. Pemindahan dalam rangka pengangkatan/penempatan pegawai baru;
d. Pegawai yang dipindahkan menolak penunjukkan perumahan yang disediakan untuknya;
e. Pemindahan kembali ke tempat semula sebelum masa 2 (dua) tahun yang bersangkutan
berdinas di tempat terakhir;
f. Ada pernyataan dari pegawai bersangkutan bahwa ia tidak menuntut uang pesangon
pindah;
g. Pemulangan pegawai yang pensiun ke tempat yang diinginkan (pindah menetap);
h. Pemindahan pegawai yang dilaksanakan pada lingkup Kantor Wilayah dimana biaya
perjalanan dinas mutasinya tidak dibebankan pada DIPA Kantor Pusat Ditjen
Perbendaharaan.

Halaman 241
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

[22]

LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARAN NEGARA

A. DASAR HUKUM
1. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi;
2. Surat Edaran Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor SE/01/M.PAN/1/2008
tanggal 9 Januari 2008 tentang Peningkatan Ketaatan LHKPN Untuk Pengangkatan PNS
Dalam Jabatan;
3. Keputusan Komisi Pemberantasan Korupsi RI Nomor KEP.07/IKPK/02/2005 Tanggal 18
Februari 2005 tentang Tata Cara Pendaftaran, Pengumuman dan Pemeriksaan Laporan Harta
Kekayaan Penyelenggara Negara;
4. Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 38/KMK.01/2011 tanggal 25 Januari 2011 tentang
Penyelenggara Negara di lingkungan Kementerian Keuangan yang wajib menyampaikan
Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara;
5. Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor S-4444/PB/2011 tanggal 29 April 2011
tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN)
Sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor 38/KMK.01/2011.

B. PELAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA


Dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi,
kolusi dan nepotisme, setiap Penyelenggara Negara (PN) di lingkungan Kementerian Keuangan
berkewajiban untuk melaporkan seluruh harta kekayaan yang dimilikinya sebelum, selama dan
setelah memangku jabatannya kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan mengisi
Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN).

Halaman 242
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Penyelenggara Negara (PN) di lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang wajib
menyampaikan LHKPN adalah :
a. Pejabat Eselon I : Direktur Jenderal Perbendaharaan;
b. Pejabat Eselon II : Direktur, Tenaga Pengkaji Perbendaharaan dan Kepala Kantor Wilayah;
c. Pejabat Eselon III : Kepala Bagian dan Kepala Subdirektorat pada Kantor Pusat, Kepala
Bidang pada Kantor Wilayah dan Kepala KPPN;
d. Kepala Bagian Keuangan;
e. Kepala Bagian Umum;
f. Pejabat Pembuat Komitmen;
g. Panitia Pengadaan Barang dan Jasa;
h. Bendahara.

Pengisian LHKPN dilakukan dengan menggunakan formulir LHKPN yang terdiri dari :
1. Formulir LHKPN Model KPK-A; diisi oleh PN yang untuk pertama kali melaporkan
kekayaannya dan disampaikan kepada KPK paling lambat 2 (dua) bulan setelah :
a. menduduki jabatan untuk pertama kalinya;
b. mengalami promosi/mutasi; dan
c. pensiun;
2. Formulir LHKPN Model KPK-B; diisi oleh PN yang sudah pernah menyampaikan LHKPN
menggunakan Formulir LHKPN Model KPK-A dan wajib menyampaikan kembali laporan
harta kekayaannya kepada KPK apabila :
a. selama 2 tahun menduduki jabatan yang sama;
b. mengalami promosi/mutasi;
c. pensiun; dan
d. atas permintaan KPK dalam rangka pemeriksaan LHKPN.

Pelaporan kekayaan menggunakan formulir LHKPN Model KPK-B dilaksanakan


selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah serah terima jabatan atau bagi PN yang akan dilakukan
pemeriksaan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah PN menerima formulir, dimana
pelaporannya dilaksanakan oleh yang bersangkutan sendiri atau oleh ahli warisnya apabila PN
yang bersangkutan meninggal dunia.

Formulir LHKPN diisi oleh PN sesuai dengan petunjuk pengisian.Surat Pernyataan dan
Surat Kuasa yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari LHKPN, wajib ditandatangani oleh PN
yang bersangkutan diatas meterai dandilampiri dengan fotokopi akta/bukti/surat kepemilikan
harta kekayaan. LHKPN yang telah selesai diisi, dibuat dalam rangkap 2 (dua), 1 (satu) berkas

Halaman 243
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
asli disampaikan kepada KPK dan 1 (satu) berkas fotokopi disimpan oleh PN yang bersangkutan
sebagai arsip.

Pengiriman LHKPN dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :


1. Secara langsung; PN menyampaikan LHKPN dengan mendatangi langsung kantor/gedung
KPK di Jakarta. Di kantor KPK, LHKPN akan diterima oleh petugas dan diperiksa
kebenaran pengisian/kelengkapan berkasnya.
2. Secara tidak langsung; PN menyampaikan LHKPN ke KPK melalui biro jasa
pengiriman/ekspedisi (PT. Pos Indonesia, Kerta Gaya Pusaka, Tiki, JNE, dsb). Sebagai tanda
terima, biro jasa ekspedisi akan menerbitkan Resi Bukti Kirim yang langsung diserahkan
ke PN bersangkutan.

LHKPN baik yang disampaikan secara langsung maupun tidak langsung, oleh petugas
KPK akan diteliti kebenaran pengisian dan kelengkapan berkasnya. Jika sudah benar dan
lengkap akan diterbitkan Tanda Terima Penyerahan LHKPN dan direkam di database KPK
sertaakan diproses lebih lanjut. Namun bila tidak benar/tidak lengkap, bagi yang menyampaikan
secara langsung, akan langsung dikembalikan ke PN bersangkutan supaya diperbaiki/dilengkapi
kekurangannya. Bagi yang menyampaikan secara tidak langsung, KPK akan mengembalikan ke
PN bersangkutan melalui Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

Tanda Terima Penyerahan LHKPN yang diterbitkan KPK, akan diserahkan


langsung ke PN bersangkutan bagi yang menyampaikan LHKPN secara langsung ke kantor
KPK. Sedangkan bagi yang menyampaikan secara tidak langsung, KPK akan menyerahkan
Tanda Terima Penyerahan LHKPNke masing-masing PN melalui Sekretaris Direktorat
Jenderal Perbendaharaan.

Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan menerima penyampaian pengembalian


LHKPN atau penyampaian Tanda Terima Penyerahan LHKPN dari KPK dan melakukan
perekaman ke database monitoring LHKPN untuk selanjutnya mengirimkan dokumen dimaksud
ke masing-masing PN.

PN yang telah menerima pengembalian LHKPN, wajib memperbaiki/melengkapi berkas


LHKPN sesuai petunjuk yang diberikan dari KPK untuk kemudian segera mengirimkannya
kembali ke KPK. Sedangkan bagi PN yang menerima Tanda Terima Penyerahan LHKPN,
wajib menyimpannya sebagai arsip.

PN yang menerima Tanda Terima Penyerahan LHKPN dari KPK (pengiriman LHKPN
secara langsung) dan Resi Bukti Kirimdari biro jasa ekspedisi, wajib menyampaikan fotokopi
dokumen tersebut kepada :
Halaman 244
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
1) Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
2) Kepala Biro Sumber Daya Manusia selaku Koordinator Pengelola Laporan Harta
Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) Kementerian Keuangan; dan
3) Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan.
Atas berkas LHKPN yang diterima dari masing-masing PN, KPK melakukan perekaman
pada database LHKPN dan mengumumkan pada Tambahan Berita Negara Republik Indonesia
(TBN RI). Untuk itu KPK menerbitkan pemberitahuan pengumuman pada TBN RI dan Poster
TBN RI. TBN RI dan Poster TBN RI disampaikan ke masing-masing PN melalui Sekretaris
Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
PN yang telah menerima TBN RI dan Poster TBN RI, wajib mengumumkan dengan
menempelkan dokumen dimaksud pada papan pengumuman resmi di instansi masing-masing
selama 30 hari berturut-turut, dan setelah melaksanakan kewajiban tersebut, PN wajib mengisi
Lembar Pemberitahuan Pengumuman LHKPN dan mengirimkannya ke KPK.
Penyelenggara Negara (PN) yang tidak menyampaikan laporan harta kekayaannya sesuai
tenggat waktu yang ditentukan, dianggap melanggar Pasal 3 angka 4 Peraturan Pemerintah
Nomor 53 Tahun 2010 sehingga akan dijatuhi hukuman disiplin ringan.
Para Direktur dan Kepala Kantor Wilayah wajib menyampaikan Laporan Semesteran
terkait Penyelenggara Negara di lingkungan masing-masing baik yang sudah maupun belum
menyampaikan LHKPN untuk disampaikan ke Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan cq.
Sekretariat Ditjen Perbendaharaan.

C. PENINGKATAN KETAATAN LHKPN UNTUK PENGANGKATAN PNS DALAM


JABATAN
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara telah menerbitkan Surat Edaran
No.SE/01/M.PAN/1/2008 tanggal 9 Januari 2008tentang Peningkatan Ketaatan LHKPN Untuk
Pengangkatan PNS Dalam Jabatan. Surat Edaran tersebut diterbitkan dalam rangka mendorong
peningkatan pelaporan ketaatan pelaporan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara
(LHKPN) bagi pejabat yang memangku jabatan strategis dan potensial/rawan KKN sesuai pasal
2 Undang-undang No.28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas
dari KKN serta sebagai tindak lanjut Instruksi Presiden No.5 tahun 2004 tentang Percepatan
Pemberantasan Korupsi.
Dalam Surat Edaran tersebut, Menpan mengharapkan agar :
1. Apabila akan mengangkat PNS dalam jabatan struktural atau fungsional, selain berpedoman
pada persyaratan pengangkatan jabatan, sebagaimana yang telah diatur dalam peraturan

Halaman 245
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
perundang-undangan yang berlaku juga mempertimbangkan unsur ketaatan dalam
penyampaian LHKPN kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
2. Menugaskan Badan Pertimbangan Jabatan Kepangkatan (Baperjakat) Instansi untuk
memperhatikan dan melaksanakan ketentuan tersebut di atas, serta tidak mengusulkan calon
pejabat yang tidak memenuhi persyaratan unsur ketaatan dalam penyampaian LHKPN.
3. Tidak mengusulkan PNS untuk menduduki jabatan Eselon I atau yang setara kepada Tim
Penilai Akhir (TPA) yang belum memenuhi persyaratan unsur ketaatan dalam penyampaian
LHKPN sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Dalam pengusulan PNS untuk jabatan struktural Eselon I atau yang setara kepada TPA agar
mencantumkan data/ informasi pemenuhan kewajiban LHKPN, berupa :
a. Nomor Harta Kekayaan (NHK) calon yang diusulkan;
b. Tanggal laporan (LHKPN) terakhir;
c. Jenis laporan (Form A atau Form B).
5. Tidak melantik PNS yang akan diangkat dalam jabatan, sebelum yang bersangkutan
menyampaikan LHKPN.

D. ALUR PELAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA


Proses penyampaian LHKPN dapat digambarkan secara sistematis sebagai berikut:

Halaman 246
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

PELAPORAN/PENYAMPAIAN LHKPN

Penyelenggara Setditjen Itjen


Jasa Pengiriman KPK Biro SDM
Negara Perbendaharaan Kemenkeu

6d
10 TBN RI
Pengisian Form dan Copy Tanda
LHKPN Poster Terima/Resi
Tanda
TBN RI
terima
1 6c
9

Tidak benar
Diterima
2a 5a Untuk
Metode
Monitoring
Pengiriman
langsung Diterima
dan Diteliti

Diterima utk
Tidak langsung

benar
2b 5b monitoring

4
6a Tanda
6b
Terima Diterima utk
monitoring
Diterima &

Resi
Dibuatkan Resi 7

Database
3

Memasang poster 8
TBN RI di papan TBN RI dan
pengumuman selama Poster TBN RI
30hr 11

Diarsip

KETERANGAN :
1 Penyelenggara Negara (PN) mengisi LHKPN menggunakan formulir yang sesuai. Formulir LHKPN Model KPK-A digunakan oleh PN yang baru
pertama kali menduduki jabatan/baru pertama kali melaporkan LHKPN. Formulir LHKPN Model KPK-B digunakan oleh PN yang sebelumnya
sudah pernah lapor LHKPN menggunakan form A/menduduki jabatan yang sama selama 2 tahun berturut-turut/mengalami promosi/mutasi.
Formulir LHKPN yang telah diisi, dibubuhi meterai, ditandatangani dan dilampiri dengan copy bukti kepemilikan harta, selanjutnya disampaikan
ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) selambat-lambatnya 2 bulan setelah menduduki jabatan/serah terima jabatan. Metode penyampaian/
pengiriman LHKPN ke KPK bisa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

2a Metode pengiriman LHKPN secara langsung dilakukan PN dengan mendatangi kantor KPK di Jakarta dan menyerahkan berkas LHKPN
kepada petugas.

2b Metode pengiriman LHKPN secara tidak langsung dilakukan PN dengan mengirim melalui biro jasa ekspedisi/pengiriman seperti Kantor Pos,
KGP, Tiki, JNE, dll.

3 Petugas pada biro jasa ekspedisi/pengiriman menerima berkas LHKPN dari PN untuk selanjutnya diterbitkan resi bukti kirim dan diserahkan ke
PN bersangkutan.

4 Setelah menerima berkas LHKPN dari PN dan menerbitkan resi bukti kirim, biro jasa ekspedisi segera mengirimkan berkas LHKPN ke kantor
KPK di Jakarta.

5a Petugas di kantor KPK menerima berkas LHKPN untuk selanjutnya diperiksa/diteliti kebenaran & kelengkapannya. Apabila ditemukan
ketidakbenaran/kekuranglengkapan baik dalam pengisian formulir maupun lampiran dokumen pendukung, maka petugas akan
mengembalikannya ke PN bersangkutan agar diperbaiki/dilengkapi untuk selanjutnya segera disampaikan kembali ke KPK (kembali ke no. 1
dan seterusnya).

5b Berkas LHKPN yang diteliti oleh petugas KPK dan dinyatakan benar/lengkap, akan dilakukan proses lebih lanjut.

6a Atas berkas LHKPN yang disampaikan dengan metode pengiriman langsung dan telah dinyatakan benar/lengkap, petugas KPK menerbitkan
Tanda Terima Penyerahan LHKPN yang disampaikan kepada PN bersangkutan.

6b Atas berkas LHKPN yang disampaikan dengan metode pengiriman tidak langsung (melalui biro jasa pengiriman/ekspedisi) dan telah
dinyatakan benar/lengkap, petugas KPK menerbitkan Tanda Terima Penyerahan LHKPN yang disampaikan kepada Sekretaris Direktorat
Jenderal Perbendaharaan untuk diteruskan ke masing-masing PN.

6c Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan menerima berkas Tanda Terima Penyerahan LHKPN dari KPK untuk selanjutnya dibuatkan
pengantar pengiriman/penerusan dokumen ke masing-masing PN.

6d Untuk keperluan monitoring, PN yang telah menerima resi bukti kirim dari biro jasa ekspedisi atau tanda terima penyerahan LHKPN dari KPK,
berkewajiban menyampaikan copy dokumen tersebut kepada Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kepala Biro Sumber Daya
Manusia Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan dan Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan.

7 Berkas LHKPN yang telah benar dan lengkap serta telah diterbitkan Tanda Terima Penyerahan LHKPN, selanjutnya akan diproses di
database KPK.

8 Berkas LHKPN yang telah benar dan lengkap, oleh KPK akan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia (TBN RI).
Selanjutnya KPK akan menerbitkan pemberitahuan terkait pengumuman dimaksud dengan disertai Poster TBN RI. Baik pemberitahuan
pengumuman pada TBN RI maupun Poster TBN RI disampaikan kepada Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan untuk diteruskan
kepada masing-masing PN.

9 Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan menerima pemberitahuan pengumuman TBN RI dan Poster TBN RI dan merekam dalam
database monitoring penyampaian LHKPN. Selanjutnya dokumen-dokumen dimaksud dibuatkan pengantar untuk diteruskan/disampaikan
kepada masing-masing PN.

10 PN yang telah menerima pemberitahuan pengumuman TBN RI dan Poster TBN RI dari KPK, berkewajiban mengumumkan LHKPN dengan
menempelkan Lembar TBN RI dan Poster TBN RI pada papan pengumuman instansi selama 30 hari berturut-turut.

11 Pengisian Lembar Pemberitahuan Pengumuman LHKPN bagi PN yang telah memenuhi kewajiban mengumumkan LHKPN di papan
pengumuman instansi dan selanjutnya mengirimkannya ke KPK.
Halaman 247
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
E. FAQ, FORMULIR DAN KONTAK LHKPN
Terkait LHKPN, masih banyak ditemui pertanyaan seputar proses pengisian maupun
penyampaian LHKPN. Beberapa Frequent Asked Questions (FAQ) bisa dilihat maupun diunduh
melalui direktori ftp website perbendaharaan dengan alamat :
ftp://ftp1.perbendaharaan.go.id/ToT LHKPN Maret 2011/FAQ.pdf
Untuk Formulir LHKPN, baik Formulir Model KPK-A maupun Model KPK-B juga bisa
diunduh melalui direktori ftp website perbendaharaan dengan alamat :
ftp://ftp1.perbendaharaan.go.id/ToT LHKPN Maret 2011/ToT Kemenkeu/Formulir Softcopy/
atau
ftp://ftp1.perbendaharaan.go.id/peraturan/skmenteri/2011/kmk_038_2011/Softcopy Formulir
LHKPN/
Bilamana terdapat pertanyaan atau permasalahan terkait LHKPN, bisa disampaikan ke
Sekretariat Ditjen Perbendaharaan cq. Bagian Administrasi Kepegawaian melalui surat atau
telepon dengan nomor (021) 3449230 psw. 5109 atau melalui email/chatting di alamat
tu.kepegawaian.djpbn@gmail.com.Selain itu dapat pula disampaikan melalui Helpdesk
Kepegawaian pada Intranet Portal SDM Ditjen Perbendaharaan (http://10.0.10.1/portalsdm/).

F. UMPAN BALIK
1. Apakah unit kerja memiliki data wajib LHKPN dan telah ditatausahakan dengan baik?
2. Apakah unit kerja telah menyampaikan himbauan kepada Wajib LHKPN tentang kewajiban
penyampaian LHKPN?
3. Apakah Penyelenggara Negara (PN) di unit kerja yang wajib menyampaikan LHKPN sudah
mengirimkan LHKPN ke KPK?
4. Apakah PN yang selama 2 tahun menduduki jabatan yang sama; yang baru mengalami
promosi/mutasi; dan pensiun sudah menyampaikan LHKPN kepada KPK paling lambat 2
bulan setelah dilantik/pensiun?
5. Apakah Formulir LHKPN yang digunakan sudah sesuai ketentuan?
6. Apakah fotokopi Tanda Terima/Bukti Kirim penyampaian LHKPN (berupa resi kirim dari
Kantor Pos, Tiki, KGP atau bentuk lainnya) telah disampaikan Wajib LHKPN kepada :
Sekretaris Ditjen Perbendaharaan; Kepala Biro Sumber Daya Manusia selaku Koordinator
Pengelola Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) Kementerian
Keuangan; dan Inspektur Jenderal?
7. Apakah Penyelenggara Negara yang telah menerima Tambahan Berita Negara (TBN) dari
KPK, sudah menempelkan Poster TBN pada papan pengumuman resmi di lingkungan
instansi masing-masing selama 30 hari berturut-turut?
Halaman 248
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

[23]

TUGAS BELAJAR/BEASISWA

A. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 18/PMK.01/2009 Tanggal 10 Februari 2009 Tentang
Tugas Belajar Di Lingkungan Kementerian Keuangan.

B. PENGERTIAN
1. Tugas belajar
Merupakan tugas yang diberikan kepada pegawai untuk menuntut ilmu, mendapat pendidikan
atau pelatihan keahlian, baik di dalam, maupun di luar negeri, dengan biaya negara atau dengan
biaya oleh instansi pemerintah lainnya, Pemerintah Negara Asing, atau Badan Internasional, atau
Badan Swasta Nasional/ Internasional, Lembaga Pendidikan Nasional/Internasional yang
meliputi program DIII, DIV, S1, S2 dan S3.
2. Laporan Perkembangan Studi
Surat pemberitahuan yang dibuat oleh Pegawai Negeri Sipil yang sedang mekaksanakan tugas
belajar mengenai perkembangan studi dan nilai studi setap akhir semester.
3. Laporan Telah Selesai Studi
Surat pemberitahuan yang dibuat oleh PNS yang telah selesai melaksanakan tugas belajar
dengan dilampiri fotocopy legalisisr ijazah dan nilai studi.

C. PENGAJUAN CALON PESERTA


1. Tawaran dari penyelenggara kepada Kementerian Keuangan;
2. Permintaan dari unit Eselon I;
Halaman 249
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
3. Secara mandiri yang diajukan secara hirarkis kepada Kepala Biro SDM sepanjang jurusan/
program yang ditempuh sesuai dengan kebutuhan organisasi.

D. PERSYARATAN CALON PESERTA PROGRAM TUGAS BELAJAR


1. Berstatus pegawai negeri sipil;
2. Syarat administrasi umum:

Kategori Masa Kerja


Gol Program
No Usia dlm Gol Ijazah Surat Tugas
(min) Pendidikan
(..tahun) (min..th)

1 25 II/a 2 SLTA/D1 DIII/ Sederajatnya Pej Es II


2 32 II/c 2 SLTA/D1/DIII DIV/S1/ Pej Es II (DIV) dan
Sederajatnya Sekretaris Unit Es I
(S1)
3 40 III/a 2 S1/DIV S2 Sekretaris Unit Es I
4 42 III/b 2 S2 S3 Pej Es I
3. Masa kerja minimal dua tahun sejak selesai mengikuti program tugas belajar sebelumnya;
4. Tidak sedang melanjutkan pendidikan S1 bagi lulusan DIII yang akan mengikuti program
tugas belajar DIV;
5. Tidak sedang dicalonkan dalam program beasiswa lainnya;
6. Memiliki DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam satu tahun terakhir;
7. Sehat jasmani dan rohani menurut keterangan dokter pemerintah;
8. Tidak sedang menjalani hukuman disiplin/ tidak sedang dalam proses pemeriksaan terkait
dengan pelanggaran disiplin dan tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin dengan ketentuan
yang telah ditetapkan;
9. Memenuhi persyaratan umum yang telah ditentukan oleh Kementerian Pendidikan Nasional
dan penyelenggara;
10. Untuk calon peserta beasiswa mandiri juga harus memenuhi syarat berupa ijin tertulis dari
Kepala Biro SDM.

E. MATERI SELEKSI CALON PESERTA PROGRAM TUGAS BELAJAR


1. Seleksi administratif;
2. Tes Potensial Akademik;
3. Psikotes;
4. Tes kemampuan bahasa asing.

F. HAK-HAK PEGAWAI DENGAN STATUS TUGAS BELAJAR


1. Diberikan gaji secara penuh;
2. TKPKN sesuai ketentuan yang berlaku;
Halaman 250
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
3. Masa kerja dihitung secara penuh;
4. Diberikan kenaikan pangkat sesuai ketentuan yang berlaku;
5. Diberikan perpanjangan masa tugas belajar paling lama 6 bulan apabila setelah masa tugas
belajar berakhir namun belum menyelesaikan program studinya;
6. Bantuan tambahan baik untuk tugas belajar dalam negeri maupun luar negeri sesuai
ketentuan yang berlaku.

G. KEWAJIBAN PEGAWAI DENGAN STATUS TUGAS BELAJAR


1. Sebelum menjalankan tugas belajar, wajib menandatangani surat perjanjian sesuai ketentuan
yang berlaku;
2. Selama menjalankan tugas belajar, wajib membuat laporan perkembangan studi;
3. Setelah menyelesaikan masa tugas belajar :
a. wajib membuat laporan telah selesai studi;
b. wajib segera kembali bekerja pada unit semula satu bulan setelah kelulusan.
4. Menjaga kehormatan dan nama baik Kementerian Keuangan;
5. Mematuhi segala ketentuan yang berlaku baik sebagai PNS maupun sebagai mahasiswa di
lingkungan universitas yang bersangkutan;
6. Pegawai yang telah dinyatakan lulus seleksi dan memperoleh surat tugas belajar wajib
melaksanakan tugas belajar, namun apabila pegawai ybs tidak melaksanakan tugas belajar
diberikan sanksi berupa tiga thun sejakk pengumuman lulus seleksi tidak boleh mendaftar
program beasiswa dan dijatuhi hukuman disiplin ringan berupa tegoran tertulis dikecualikan
apabila pembatalan berasal dari pejabat yang berwenang menetapkan surat tugas belajar.

H. CONTOH FORMAT DOKUMEN

Halaman 251
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Permohonan Untuk Mengikuti Program Beasiswa

Yth. Kepala Biro Sumber Daya Manusia


melalui
Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Jakarta

Kami yang bertanda tangan di bawah ini,

1. Nama/NIP :
2. Pangkat/Golongan :
3. Jabatan :
4. Unit :
5. Program Beasiswa :
6. Nama sekolah/ Perguruan Tinggi :
(Fakultas)/Program Studi dan
tempat kedudukannya

dengan ini mengajukan permohonan untuk mengikuti Program Beasiswa ............. dan dengan ini
kami lampirkan foto copy berkas penawaran dimaksud.

.................., .........................................

Mengetahui,
(atasan Langsung minimal pejabat Es. III)

......................................................... .........................................................
NIP NIP

Tembusan:
1. ......................;
2. Sekretaris BPPK

Halaman 252
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Surat Tugas Belajar

KOP SURAT

SURAT TUGAS BELAJAR


NOMOR ST-

Berdasarkan surat ........... tanggal ........ perihal ....................., kami (Pejabat yang diberi
wewenang) dengan ini memberikan Tugas Belajar kepada:

Nama :
NIP :
Pangkat/ Gol. :
Jabatan :
Unit :
Program Beasiswa :
Lama Tugas Belajar : ................ s.d ......................

dengan ketentuan:
1. Sebelum menjalankan Tugas Belajar, pegawai yang bersangkutan wajib menyerahkan
pekerjaan kepada atasan langsungnya;
2. Selama menjalankan Tugas Belajar, pegawai yang bersangkutan wajib membuat Laporan
Perkembangan Studi setiap akhir semester;
3. Setelah menyelesaikan masa Tugas Belajar, pegawai yang bersangkutan wajib membuat
Laporan Telah Selesai Studi;
4. Setelah menyelesaikan masa Tugas Belajar, pegawai yang bersangkutan wajib segera
kembali bekerja pada unit semula;
5. Menjaga kehormatan dan nama baik Kementerian Keuangan;
6. Mematuhi segala ketentuan yang berlaku baik sebagai Pegawai Negeri Sipil maupun sebagai
mahasiswa;
7. ...................................
Demikian surat tugas ini dibuat untukdiindahkan dan dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Ditetapkan di ..............................
Pada tanggal

(Pejabat yang diberi wewenang)

Nama
NIP
Tembusan:
1. ..............
2. Kepala Biro Sumber Daya Manusia
3. Sekretaris BPPK

Halaman 253
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Laporan Perkembangan Studi

Yth. Sekretaris Jenderal


u.p. Kepala Biro Sumber Daya Manusia
Jakarta

LAPORAN PERKEMBANGAN STUDI

1. Nama/NIP :
2. Pangkat/ Golongan :
3. Jabatan :
4. Unit :
5. Program Beasiswa :
6. Nama sekolah/ Perguruan Tinggi :
(Fakultas)/ Program Studi dan
tempat kedudukannya
7. Surat Tugas Belajar :
8. Pejabat yang memberikan ijin :
9. Saat mulai pendidikan :
10. Lama pendidikan :
11. Pada saat melapor duduk dalam :
semester
12. Lampiran : 1. Kartu Hasil Studi;
2. ....................

............................., ............................................

Mengetahui,
(Dekan/Ketua Program) Pegawai yang bersangkutan,

........................................................ ........................................................
NIP NIP

Tembusan:
1. .................................
2. Kepala Biro Sumber Daya Manusia;
3. Sekretaris BPPK

Halaman 254
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

Laporan Telah Selesai Studi

Yth. Sekretaris Jenderal


u.p. Kepala Biro Sumber Daya Manusia
Jakarta

LAPORAN TELAH SELESAI STUDI

Kami yang bertanda tangan di bawah ini,

1. Nama/ NIP :
2. Pangkat/ Golongan :
3. Jabatan :
4. Unit :
5. Program Beasiswa :
6. Nama sekolah/ Perguruan Tinggi :
(Fakultas)/ Program Studi dan
Tempat kedudukannya
7. Surat Tugas Belajar :
8. Pejabat yang memberikan ijin :
9. Saat mulai pendidikan :
10. Lama pendidikan :

Dengan ini melaporkan bahwa telah selesai melaksanakan Tugas Belajar pada Program Beasiswa
........ dan dengan ini kami laporkan Surat Tanda Lulus/ Ijazah (dilegalisir) guna kelengkapan
data kepegawaian.

............................., ............................................

Mengetahui,
(Dekan/Ketua Program) Pegawai yang bersangkutan,

........................................................ ........................................................
NIP NIP

Tembusan:
1. .................................
2. Kepala Biro Sumber Daya Manusia;
3. Sekretaris BPPK

Halaman 255
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

[24]

IZIN MENGIKUTI PENDIDIKAN DI LUAR KEDINASAN

A. DASAR HUKUM
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 148/PMK.01/2012 tanggal 19
September 2012 Tentang Izin Mengikuti Pendidikan Di Luar Kedinasan Untuk Pegawai Negeri
Sipil Di Lingkungan Kementerian Keuangan;

B. PENDAHULUAN
Kegiatan mengikuti pendidikan di luar kedinasan oleh Pegawai Negeri Sipil di
lingkungan Ditjen Perbendaharaan adalah dalam rangka meningkatkan kompetensi yang secara
nyata dibutuhkan oleh organisasi. Hal tersebut juga merupakan kegiatan yang dapat menunjang
pelaksanaan tugas dan fungsi Ditjen Perbendaharaan.
Terbitnya Peraturan Menteri Keuangan 148/PMK.01/2012 bertujuan agar pelaksanaan
Pendidikan di Luar Kedinasan oleh Pegawai dalam rangka meningkatkan kompetensi pribadi,
dapat sekaligus menunjang tugas dan fungsi Kementerian Keuangan serta sesuai dengan
Rencana Program Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Keuangan.

C. KETENTUAN UMUM
1. Pegawai adalah Pegawai Negeri Sipil Ditjen Perbendaharaan yang secara organik bekerja di
lingkungan Ditjen Perbendaharaan termasuk yang dipekerjakan/diperbantukan di luar
Kementerian Keuangan, kecuali yang masih berstatus sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil.
2. Ijazah adalah pernyataan tertulis yang diperoleh Pegawai setelah menyelesaikan
pendidikannya sebagai bentuk pengakuan terhadap prestasi belajar dan/atau penyelesaian
suatu jenjang pendidikan dari lembaga pendidikan yang terakreditasi sesuai peraturan
perundang-undangan.
Halaman 256
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
3. Pendidikan di Luar Kedinasan adalah kegiatan melanjutkan pendidikan yang dilakukan oleh
Pegawai atas inisiatif sendiri dengan menggunakan biaya sendiri dan dilakukan di luar jam
kerja.
4. Izin Mengikuti Pendidikan di Luar Kedinasan yang selanjutnya disebut Izin adalah izin yang
diberikan oleh pejabat yang berwenang kepada Pegawai untuk melanjutkan Pendidikan di
Luar Kedinasan.
5. Surat Laporan Perkembangan Mengikuti Pendidikan di Luar Kedinasan yang selanjutnya
disebut Surat Laporan Perkembangan adalah surat pemberitahuan yang dibuat oleh Pegawai
yang sedang melanjutkan Pendidikan di Luar Kedinasan mengenai perkembangan studi dan
nilai studi setiap semester.
6. Surat Laporan Telah Selesai Mengikuti Pendidikan di Luar Kedinasan yang selanjutnya
disebut Surat Laporan adalah surat pemberitahuan yang dibuat oleh Pegawai yang telah
selesai melanjutkan Pendidikan di Luar Kedinasan dengan dilampiri fotokopi ijazah dan
transkrip nilai yang telah dilegalisir.

D. PENYELENGGARA
Penyelenggara program Pendidikan di Luar Kedinasan adalah lembaga pendidikan dalam negeri
atau luar negeri dengan status :
1. lembaga pendidikan negeri;
2. lembaga pendidikan swasta dalam negeri, yaitu lembaga yang telah memiliki izin pendirian
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan memiliki akreditasi program studi paling
kurang B pada saat Pegawai mendaftar; atau
3. lembaga pendidikan luar negeri, yaitu lembaga yang berdomisili di luar yurisdiksi Indonesia
atau yang memiliki cabang/afiliasi yang didirikan secara sah di Indonesia sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan telah mendapat pengakuan dan/atau penyetaraan dari
kementerian yang membidangi pendidikan.
Dalam hal tidak terdapat lembaga pendidikan swasta dengan syarat akreditasi sebagaimana
dimaksud dalam angka 2 pada wilayah unit kerja Pegawai yang akan melanjutkan Pendidikan di
Luar Kedinasan, Pegawai yang bersangkutan diperbolehkan untuk melanjutkan Pendidikan di
Luar Kedinasan pada lembaga pendidikan swasta dengan akreditasi program studi tertinggi pada
wilayah unit kerja yang bersangkutan.

Halaman 257
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
E. PERSYARATAN
1. Pegawai yang akan melanjutkan Pendidikan di Luar Kedinasan, mengajukan permohonan
izin tertulis secara hierarki kepada pejabat yang berwenang memberikan Izin sesuai format
Lampiran I.
2. Permohonan izin tersebut disampaikan sebelum Pegawai yang bersangkutan melakukan
pendaftaran ke lembaga pendidikan yang dituju.
3. Pegawai yang melanjutkan Pendidikan di Luar Kedinasan, harus memenuhi syarat:
a. telah bekerja paling kurang 2 (dua) tahun sejak pengangkatannya sebagai Pegawai Negeri
Sipil;
b. memiliki pangkat paling rendah:
1) Pengatur Muda Tingkat I (II/b) bagi yang melanjutkan pendidikan ke tingkat DIII;
2) Pengatur (II/c) bagi yang melanjutkan pendidikan ke tingkat S1/DIV;
3) Penata Muda (III/a) bagi yang melanjutkan pendidikan ke tingkat S2; dan
4) Penata Muda Tingkat I (III/b) bagi yang melanjutkan pendidikan ke tingkat S3;
c. memiliki Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan paling kurang bernilai baik dalam 2
(dua) tahun terakhir;
d. sehat jasmani dan rohani;
e. tidak sedang menjalani hukuman disiplin tingkat berat dan/atau tidak sedang dalam
proses pemeriksaan terkait dengan pelanggaran disiplin berdasarkan Peraturan
Pemerintah mengenai kedisiplinan atau peraturan perundang-undangan lainnya;
f. tidak sedang menjalani pemberhentian sementara dari jabatan negeri;
g. tidak sedang menjalani Pendidikan di Luar Kedinasan dengan jenjang pendidikan yang
sama meliputi program studi yang sama;
h. program/jurusan yang diambil sesuai atau terkait dengan bidang tugas kedinasan dan
kebutuhan organisasi, yang dinyatakan dalam surat pernyataan pejabat atasan langsung
Pegawai yang bersangkutan dalam format Lampiran II;

F. PEMBERIAN IZIN
1. Dirjen/Sekretaris Ditjen/Kepala Kanwil/Kepala KPPN melakukan seleksi administrasi
terhadap Pegawai yang akan melanjutkan Pendidikan di Luar Kedinasan.
2. Pegawai yang lulus seleksi administrasi diberikan Izin sesuai format Lampiran III, dengan
ketentuan:
a. bagi yang melanjutkan pendidikan tingkat DIII, Izin ditetapkan oleh pejabat eselon III
(pimpinan unit kerja) selaku atasan Pegawai yang bersangkutan;

Halaman 258
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
b. bagi yang melanjutkan pendidikan tingkat S1, Izin ditetapkan oleh pejabat eselon II
atasan Pegawai yang bersangkutan;
c. bagi yang melanjutkan pendidikan tingkat S2, Izin ditetapkan oleh:
1) Kepala Kantor Wilayah tempat Pegawai yang bersangkutan bertugas untuk Pegawai
di lingkungan Kantor Wilayah;
2) Sekretaris Ditjen tempat Pegawai yang bersangkutan bertugas untuk Pegawai di
lingkungan Kantor Pusat;
d. bagi yang melanjutkan pendidikan tingkat S3, Izin ditetapkan oleh Dirjen
Perbendaharaan atasan Pegawai yang bersangkutan.
3. Izin yang diberikan oleh pejabat-pejabat tersebut, ditembuskan kepada Kepala Biro Sumber
Daya Manusia dan Sekretaris Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.

G. KEWAJIBAN DAN HAK


Kewajiban
1. Selama menjalani Pendidikan di Luar Kedinasan, Pegawai harus:
a. menjaga kehormatan dan nama baik Ditjen Perbendaharaan/Kementerian Keuangan;
b. mematuhi segala ketentuan yang berlaku baik sebagai Pegawai Negeri Sipil maupun
sebagai siswa/mahasiswa di lingkungan lembaga pendidikan yang bersangkutan;
c. tidak menyalahgunakan fasilitas kantor untuk kepentingan Pendidikan di Luar
Kedinasan;
d. membuat Surat Laporan Perkembangan setiap semester dengan disertai fotokopi lembar
kemajuan akademik/kartu hasil studi sesuai format Lampiran IV, yang ditujukan kepada
pejabat yang berwenang memberikan Izin;
e. membuat Surat Laporan dengan melampirkan fotokopi Ijazah dan transkrip nilai yang
telah dilegalisir sesuai format Lampiran V, yang ditujukan kepada pejabat yang
berwenang memberikan Izin.
2. Penyampaian laporan, ditembuskan kepada Kepala Biro Sumber Daya Manusia dan
Sekretaris Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.
Hak
Pegawai yang telah selesai menjalani Pendidikan di Luar Kedinasan dan telah menyampaikan
Surat Laporan, berhak:
1. mendapat penyesuaian jenjang pendidikan dalam data kepegawaian pada Ditjen
Perbendaharaan dan Biro Sumber Daya Manusia;
2. mendapat penyesuaian dan menyandang gelar dalam data kepegawaian bagi yang lulus
pendidikan tingkat DIII, S1, S2, dan S3.
Halaman 259
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
H. PENCABUTAN DAN PEMBATALAN IZIN
1. Pemberian Izin dicabut apabila Pegawai:
a. melanggar kewajiban sebagaimana tersebut diatas;
b. mengubah jurusan pendidikan yang telah disetujui sebelumnya tanpa persetujuan pejabat
yang berwenang memberikan Izin;
c. dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53
Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
2. Pemberian Izin dibatalkan apabila Pegawai tidak dapat menyelesaikan pendidikan sesuai
keterangan resmi dari lembaga pendidikan yang bersangkutan (drop out).
3. Pegawai yang dicabut atau dibatalkan Izinnya, dapat mengajukan izin kembali apabila
memulai perkuliahan yang baru.
4. Pencabutan atau pembatalan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang memberikan Izin dan
dibuat sesuai format Lampiran VI.
5. Hak Pegawai sebagaimana tersebut diatas dapat dibatalkan, dalam hal setelah menyelesaikan
melanjutkan Pendidikan di Luar Kedinasan diketahui bahwa pengajuan izin oleh Pegawai
yang bersangkutan tidak sesuai dengan ketentuan.

I. KETENTUAN BAGI PEGAWAI DIPEKERJAKAN/DIPERBANTUKAN, PEGAWAI


YANG MENGALAMI MUTASI, DAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL
Pegawai dengan Status Dipekerjakan/Diperbantukan
1. Pegawai dengan status dipekerjakan/diperbantukan yang akan melanjutkan Pendidikan di
Luar Kedinasan harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala Biro Sumber
Daya Manusia Kementerian Keuangan, dengan tembusan disampaikan kepada Sekretaris
Ditjen dan unit tempat Pegawai dipekerjakan/diperbantukan.
2. Seleksi administrasi dan pemberian izin belajar bagi Pegawai dengan status
dipekerjakan/diperbantukan dilakukan oleh Kepala Biro Sumber Daya Manusia.
Pegawai Yang Mengalami Mutasi
1. Pegawai yang berpindah tugas/mutasi dan karenanya menyebabkan jarak antara tempat kerja
Pegawai dengan tempat pendidikan menjadi jauh sehingga mempengaruhi efektifitas kerja
Pegawai, diharuskan untuk pindah ke lembaga pendidikan baru yang berada pada wilayah
unit kerja yang baru.
2. Dikecualikan dari angka 1 diatas, yaitu : Pegawai yang mengalami perpindahan/mutasi
namun sudah memasuki tahap penyusunan tugas akhir dan telah menyelesaikan seluruh mata
kuliah dalam Pendidikan di Luar Kedinasannya.

Halaman 260
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
3. Pegawai sebagaimana pada angka 1 dan angka 2, harus mengajukan permohonan Izin baru
kepada pejabat yang berwenang memberikan Izin di tempat kerja yang baru. Pejabat
dimaksud tidak diperkenankan menolak memberikan Izin apabila Pegawai yang
bersangkutan masih menempuh program/jurusan yang sama.
4. Ketentuan mengenai lembaga pendidikan baru sebagaimana dimaksud pada angka 1,
mengikuti ketentuan sebelumnya.
5. Bagi Pegawai yang mengalami perpindahan/mutasi yang tidak menyebabkan jarak antara
tempat kerja Pegawai dengan tempat pendidikan menjadi jauh, tetap melanjutkan pendidikan
pada lembaga pendidikan yang sedang ditempuh.
6. Pegawai sebagaimana dimaksud pada angka 5 tetap diharuskan mengajukan permohonan Izin
kepada pejabat yang berwenang memberikan Izin di tempat kerja yang baru, sepanjang
perpindahan/mutasi dimaksud menyebabkan perubahan pejabat yang berwenang memberikan
Izin. Pejabat yang berwenang memberikan Izin di tempat yang baru tidak diperkenankan
menolak permohonan Izin dari Pegawai.
Calon Pegawai Negeri Sipil
1. Calon Pegawai Negeri Sipil yang pada saat diterima di Ditjen Perbendaharaan Kementerian
Keuangan sedang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, dikecualikan dari
ketentuan persyaratan diatas.
2. Calon Pegawai Negeri Sipil yang pada saat diterima di Kementerian Keuangan telah
memiliki Ijazah yang lebih tinggi dengan program studi sebagaimana ketentuan diatas,
diberikan haknya.
3. Calon Pegawai Negeri Sipil harus membuat laporan dengan melampirkan fotokopi Ijazah dan
transkrip nilai yang dilegalisir dan dibuat sesuai format Lampiran VII.

J. KETENTUAN PERALIHAN
Pemberian Izin yang telah diberikan sebelum berlakunya Peraturan Menteri 148/PMK.01/2012,
dinyatakan tetap berlaku.

K. CONTOH FORMAT DOKUMEN

Halaman 261
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Lampiran 1

KOP SURAT

Yth. Kepala ..(pejabat yang berwenang memberikan izin)


Melalui
.(atasan langsung)
.

Kami yang bertanda tangan dibawah ini,


1. Nama/NIP :
2. Pangkat/Golongan :
3. Jabatan :
4. Unit :
5. Program Pendidikan :
6. Nama sekolah/Perguruan :
Tinggi (Fakultas)/Program
Studi dan tempat
Kedudukannya

dengan ini mengajukan permohonan untuk mengikuti pendidikan di luar kedinasan


program/jurusan . Pada dan dengan ini kami lampirkan brosur
lembaga pendidikan dimaksud (termasuk bukti akreditasi lembaga pendidikan).

, ..
Mengetahui,
(Atasan Langsung minimal pejabat eselon IV)

..
NIP.. NIP.

Tembusan :
1. Sekretaris Ditjen Perbendaharaan;
2. Kepala Biro SDM Setjen Kementerian Keuangan;
3. Sekretaris Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan;
4. .

Halaman 262
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Lampiran II

KOP SURAT

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa :


1. Nama/NIP :
2. Pangkat/Golongan :
3. Jabatan :
4. Unit :

Dengan surat tertanggal . Telah mengajukan permohonan untuk mengikuti Pendidikan


di Luar Kedinasan program/jurusan .. pada .. dan program dimaksud benar-
benar sesuai dan dibutuhkan oleh organisasi.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

.., .
(Atasan langsung minimal pejabat eselon IV)


NIP..

Tembusan :
1. Sekretaris Ditjen Perbendaharaan;
2. .(pejabat yang berwenang memberikan izin)
3. ..

Halaman 263
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Lampiran III

KOP SURAT

SURAT IZIN MENGIKUTI PENDIDIKAN DI LUAR KEDINASAN


NOMOR : SI-

Berdasarkan surat . Tanggal perihal ., kami


memberikan izin kepada :

Nama :
NIP :
Pangkat/Gol :
Jabatan :
Unit :
Program Pendidikan :
Lama Izin : .. s.d..

Dengan ketentuan :
1. Menjaga kehormatan dan nama baik Kementerian Keuangan;
2. Mematuhi segala ketentuan yang berlaku baik sebagai Pegawai Negeri Sipil maupun sebagai
siswa/mahasiswa di lingkungan lembaga pendidikan yang bersangkutan;
3. Tidak menyalahgunakan jam kerja untuk kegiatan mengikuti Pendidikan di Luar Kedinasan;
4. Membuat Surat Laporan Perkembangan Mengikuti Pendidikan di Luar Kedinasan setiap
semester disertai dengan fotokopi hasil studi;
5. Membuat Surat Laporan Telah Selesai Mengikuti Pendidikan di Luar Kedinasan;
6.

Demikian surat izin ini dibuat untuk diindahkan dan dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di
Pada tanggal..

(Pejabat yang berwenang memberikan izin)

Nama
NIP

Tembusan :
1. ..
2. Kepala Biro SDM Setjen Kementerian Keuangan;
3. Sekretaris BPPK.

Halaman 264
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Lampiran IV

Yth. . (pejabat yang berwenang memberikan izin)


..

LAPORAN PERKEMBANGAN MENGIKUTI PENDIDIKAN DI LUAR KEDINASAN

1. Nama/NIP :
2. Pangkat/Golongan :
3. Jabatan :
4. Unit :
5. Program Pendidikan :
6. Nama Sekolah/Perguruan Tinggi :
(Fakultas/Program Studi/Jurusan dan
Tempat kedudukannya)
7. Surat Izin :
8. Pejabat yang memberikan izin :
9. Saat mulai pendidikan :
10. Lama pendidikan :
11. Pada saat melapor duduk dalam :
semester
12. Lampiran : 1. Kartu Hasil Studi;
2. ..

, ..

Mengetahui,
(Dekan/Ketua Program/Jurusan) Pegawai yang bersangkutan,

.. ..
NIP NIP.

Tembusan :
1.
2. Kepala Biro SDM Setjen Kementerian Keuangan;
3. Sekretaris BPPK.

Halaman 265
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Lampiran V

Yth. (Pejabat yang berwenang memberikan izin)


.

LAPORAN TELAH SELESAI MENGIKUTI PENDIDIKAN DI LUAR KEDINASAN

Kami yang bertanda tangan di bawah ini,

1. Nama/NIP :
2. Pangkat/Golongan :
3. Jabatan :
4. Unit :
5. Program Pendidikan :
6. Nama Sekolah/Perguruan Tinggi :
(Fakultas/Program Studi/Jurusan dan
Tempat kedudukannya)
7. Surat Izin :
8. Pejabat yang memberikan izin :
9. Saat mulai pendidikan :
10. Lama pendidikan :

dengan ini melaporkan bahwa telah selesai melaksanakan Pendidikan di Luar Kedinasan pada
Program/Jurusan dan dengan ini kami lampirkan fotokopi Surat Keterangan
Lulus/Ijazah (dilegalisir) guna kelengkapan data kepegawaian.

.., .

Mengetahui,
(Dekan/Ketua Program) Pegawai yang bersangkutan,

.
NIP.. NIP..

Tembusan :
1.
2. Kepala Biro SDM Setjen Kementerian Keuangan;
3. Sekretaris BPPK.

Halaman 266
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Lampiran VI

KOP SURAT

SURAT PENCABUTAN/PEMBATALAN IZIN MENGIKUTI


PENDIDIKAN DI LUAR KEDINASAN
NOMOR S-

Kami yang bertanda tangan di bawah ini, bersama ini mencabut/membatalkan Surat Izin
Mengikuti Pendidikan di Luar Kedinasan Nomor :. Atas nama :

Nama :
NIP :
Pangkat/Gol. :
Jabatan :
Unit :
Program Pendidikan/ :
Jurusan

Karena telah melakukan pelanggaran *) :


1. Tidak menjaga kehormatan dan nama baik Kementerian Keuangan;
2. Tidak mematuhi segala ketentuan yang berlaku baik sebagai PNS maupun sebagai
siswa/mahasiswa di lingkungan lembaga pendidikan yang bersangkutan;
3. Pegawai mengubah jurusan pendidikan yang telah disetujui sebelumnya tanpa izin oejabat
yang berwenang memberikan izin;
4. Menyalahgunakan waktu kerja untuk kegiatan pendidikan;
5. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat berdasarkan PP Nomor 50 Tahun 2010 tentang
Disiplin PNS; dan/atau
6. Tidak dapat menyelesaikan pendidikan berdasarkan keterangan resmi dari lembaga
pendidikan yang bersangkutan (drop out)

Demikian surat pencabutan/pembatalan izin ini dibuat untuk diindahkan dan


dipergunakan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di
Pada tanggal..

(Pejabat yang berwenang memberikan izin)

Nama
NIP

Tembusan :
1.
2. Kepala Biro SDM Setjen Kementerian Keuangan;
3. Sekretaris BPPK.

Halaman 267
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Lampiran VII

Yth. Kepala ..(pejabat yang berwenang memberikan izin)


Melalui
.(atasan langsung)
.

Kami yang bertanda tangan dibawah ini,


1. Nama/NIP :
2. Pangkat/Golongan :
3. Jabatan :
4. Unit :
5. Program Pendidikan :
(saat diterima)
6. Nama sekolah/Perguruan :
Tinggi (Fakultas)/Program
Studi dan tempat
Kedudukannya

dengan ini melaporkan bahwa benar telah memiliki ijazah pendidikan yang lebih tinggi dengan
program/jurusan . pada (lembaga pendidikan) dan dengan ini
kami lampirkan legalisir ijazah sebagaimana dimaksud.

, ..
Mengetahui,
(Atasan Langsung minimal pejabat eselon IV)

..
NIP.. NIP.

Tembusan :
1. Sekretaris Ditjen Perbendaharaan;
2. Kepala Biro SDM Setjen Kementerian Keuangan;
3. Sekretaris Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan;
4. .

Halaman 268
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

[25]

STANDAR KOMPETENSI JABATAN

A. DASAR HUKUM
1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 47/PMK.01/2008 Tentang Assessment Center
Departemen Keuangan;
2. Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-109/MK.1/2010 Tanggal 23 Maret 2010;
3. Peraturan Sekjen Kementerian Keuangan Nomor: 55/SJ/2008 Tanggal 28 Juli 2008.

B. PENDAHULUAN
Dalam rangka pengembangan sumber daya manusia berbasis kompetensi, guna
meningkatkan kemampuan dan kompetensi pegawai dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi
organisasi, Kementerian Keuangan telah menetapkan standar kompetensi untuk setiap jabatan
yang terdapat dalam setiap Eselon I Kementerian Keuangan.

C. PENGERTIAN STANDAR KOMPETENSI


Standar kompetensi Jabatan merupakan persyaratan kompetensi yang harus dimiliki oleh
pejabat eselon dalam melaksanakan tugasnya dan digunakan sebagai dasar untuk menilai
kesesuaian profil kompetensi pejabat eselon di lingkungan Kementerian Keuangan. Standar
kompetensi tersebut agar dapat diwujudkan dalam perilaku sehari-hari perlu dijelaskan melalui
tingkat kemahiran yang dipersyaratkan untuk setiap jenjang struktural. Tingkat kemahiran
merupakan perilaku yang diharapkan mampu ditampilkan oleh seorang pegawai, agar ia dapat
memberikan kinerja terbaiknya.

Standar kompentensi jabatan dapat digunakan untuk : membantu dalam evaluasi/


penilaian karyawan dan pengembangannya, membantu dalam merekrut tenaga kerja,
mengembangkan program pelatihan sesuai dengan kebutuhan organisasi.

Halaman 269
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Di lingkungan Kementerian Keuangan, persyaratan kompetensi telah dibakukan menjadi
Kamus Kompetensi, sebagaimana tercantum pada Peraturan Sekretaris Jenderal Nomor 55/SJ/28
Tentang Pelaksanaan Assessment Center Kementerian keuangan.

Kompetensi diartikan sebagai kemapuan (capability) atau keahlian (expertise) yang lebih
dari sekedar keterampilan (skill) belaka, namun merupakan hasil dari pengalaman yang
melibatkan pemahaman/ pengetahuan, tindakan nyata serta proses mental yang terjadi dalam
jangka waktu tertentu serta berulang-ulang sehingga menghasilkan kemampuan/ keahlian dalam
bidang tertentu. Oleh karena itu, kompetensi dibentuk dari interaksi antara faktor pengalaman
dan faktor bawaan.

D. JENIS KOMPETENSI KEMENTERIAN KEUANGAN


Kompetensi dalam standar kompetensi jabatan dikelompokkan dalam 3 kelompok, yaitu
(1) Kompetensi Umum, yang merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap PNS
Kementerian Keuangan; (2) kompetensi inti, merupakan kompetensi yang harus dimiliki setiap
pejabat sesuai jenjang eseloneringnya; dan (3) kompetensi khusus, merupakan kompetensi yang
harus dimiliki masing-masing pejabat sesuai dengan jabatan yang dipangkunya.
Kamus kompetensi ini dikelompokkan dalam tiga cluster , yaitu kelompok kompetensi
yang berhubungan dengan thinking, working dan relating.

Thinking Working Relating

1. Visioning 9. Planning and Organizing 21. Team Work and Collaboration


2. Innovation 10. Driving for Results 22. Influencing and Persuading
3. In- Depth Problem 11. Delivering Results 23. Managing Others
Solving 12. Quality Focus 24. Team Leadership
4. Decisive Judgement 13. Continuous 25. Coaching and developing Other
5. Championing Change Improvement 26. Motivating Others
6. Adapting to change 14. Policies, Process and 27. Organizational Savvy
Procedures
7. Courage of Convictions 28. Relationship Management
8. Business Acumen 15. Safety*
29. Negotiation
16. Stakeholder Focus
30. Conflict Management
17. Stakeholder Service
31. Interpersonal Communication
18. Integrity
32. Written Communication
19. Resilience
33. Presentation Skill
20. Continuous Learning
34. Meeting Leadership
35. Meeting Contribution

Halaman 270
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
*safety tidak digunakan dalam Standar Kompetensi Jabatan Ditjen Perbendaharaan

Standar Kompetensi Jabatan Eselon II, III dan IV Lingkup Ditjen Perbendaharaan

KOMPETENSI UMUM INTI KHUSUS

Eselon II 1. Continuous 4. Visioning Sesuai


(13-16) improvement 5. In depth problem solving kebutuhan
2. Stakeholder & analysis jabatan
focus 6. Championing change
3. Integrity 7. Managing others
8. Relationship management

Eselon III 1. Continuous 4. In depth problem solving Sesuai


(10-12) improvement & analysis kebutuhan
2. Stakeholder 5. Planning & organizing jabatan
focus 6. Managing others
3. Integrity 7. Meeting leadership

Eselon IV 1. Continuous Terdiri dari 3 kompetensi Terdiri dari 2-


(8-9) improvement sesuai kebutuhan Unit 3-kompetensi
2. Stakeholder Eselon sesuai
focus kebutuhan
3. Integrity jabatan

E. JOB PERSON MATCH

Job Person Match merupakan indeks kesesuian antara kompetensi pejabat dengan
standar kompetensi jabatan. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-
1892/MK.1/2011 tentang Penetapan Nilai JPM Dalam Rangka Perencanaan Karir dan Mutasi
Jabatan di Lingkungan Kementerian Keuangan, indeks kesesuaian di lingkungan Kementerian
Keuangan ditetapkan minimal 72% pada jabatan yang didudukinya. Pejabat yang dimaksud
adalah pejabat eselon II, III, IV dan pelaksana di lingkungan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan.

Penghitungan JPM adalah Perbandingan antara jumlah rasio level kompetensi pejabat
terhadap standar kompetensi jabatan dengan jumlah standar kompetensi jabatan.

Rumus:

Level Capaian Pejabat


JPM : : SKJ X 100 %
Standar Kompetensi Jabatan

Halaman 271
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

[26]

KARTU : KARPEG, KARIS/KARSU, TASPEN DAN ASKES

A. KARTU PEGAWAI NEGERI SIPIL


1. Dasar Hukum
a. Keputusan Kepala BAKN Nomor 08/066/KEP/1974 tentang Kartu PNS
b. Keputusan Kepala BAKN Nomor 217 Tahun 1974 tentang Kartu PNS bagi PNS Daerah
c. Keputusan Kepala BAKN Nomor 01/KEP/1994 tentang Penetapan Kartu PNS
2. Pengertian
a. Kartu Pegawai adalah kartu identitas Pegawai Negeri Sipil yang berlaku selama yang
bersangkutan menjadi Pegawai Negeri Sipil. Apabila yang bersangkutan telah berhenti
sebagai Pegawai Negeri Sipil, maka Karpeg dengan sendirinya tidak berlaku lagi.
b. Kartu Pegawai diberikan kepada mereka yang telah berstatus sebagai Pegawai Negeri
Sipil atau dengan perkataan lain selama seseorang masih berstatus Calon Pegawai Negeri
Sipil kepadanya tidak diberikan kartu pegawai.
3. Tujuan
a. Sebagai kartu identitas selama yang bersangkutan menjadi pegawai negeri;
b. Untuk kenaikan pangkat pertama.
4. Persyaratan Untuk Mendapatkan Karpeg/ Pengurusan Baru
a. Foto Copy Surat keputusan CPNS yang telah dilegalisir rangkap 3 (tiga) lembar
b. Foto Copy Surat Keputusan PNS yang telah dilegalisir rangkap 3 (tiga) lembar
c. Pas photo hitam putih ukuran 3 x 4 cm rangkap 3 (tiga) lembar
5. Persyaratan Untuk Penggantian Karpeg :
a. Foto Copy Surat keputusan CPNS yang telah dilegalisir rangkap 3 (tiga) lembar
b. Foto Copy Surat Keputusan PNS yang telah dilegalisir rangkap 3 (tiga) lembar

Halaman 272
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
c. Foto Copy Surat Keputusan Pangkat terakhir yang telah dilegalisir rangkap 3 (tiga)
lembar
d. Pas photo hitam putih ukuran 3 x 4 rangkap 3 (tiga) lembar
e. Fotocopy Karpeg Lama dilegalisir
f. Surat Tanda Laporan Kehilangan Barang/Surat-Surat dari Kepolisian (Polsek)
g. Laporan Kehilangan Kartu Pegawai (Lampiran X SE BAKN No. 01/SE/1975)
h. Surat Pernyataan Hilang/Rusak dari PNS
i. Surat Permintaan Penggantian Kartu Pegawai (Lampiran XI SE BAKN No. 01/SE/1975)
6. Persyaratan Untuk Perbaikan / Ralat Karpeg
a. Asli Karpeg;
b. Foto Copy Surat keputusan CPNS yang telah dilegalisir rangkap 3 (tiga) lembar
c. Foto Copy Surat Keputusan PNS yang telah dilegalisir rangkap 3 (tiga) lembar
d. Pas photo hitam putih ukuran 3 x 4 rangkap 3 (tiga) lembar
7. Prosedur
a. Permintaan Karpeg untuk golongan III dan IV pegawai Ditjen Perbendaharaan diajukan
kepada Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian secara hierarkhis, yang selanjutnya
akan diteruskan kepada Kepala Biro SDM Setjen Kemenkeu.
b. Permintaan Karpeg untuk golongan I dan II pegawai Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan
diajukan kepada Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian secara hierarkhis, yang
selanjutnya akan diteruskan kepada Kepala Biro SDM Setjen Kemenkeu.
c. Permintaan Karpeg untuk golongan I dan II pegawai instansi vertikal Ditjen
Perbendaharaan (Kanwil dan KPPN) diajukan kepada Kepala Kantor Wilayah masing-
masing secara hierarkhis, yang selanjutnya diajukan kepada Kepala Kantor Regional
BKN setempat.
8. Contoh Format Dokumen

Halaman 273
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
LAMPIRAN X SURAT EDARAN KEPALA BADAN
ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN NEGARA
Nomor : 01/SE/1975
Tanggal : 9 Januari 1975

LAPORAN KEHILANGAN KARTU PEGAWAI (KARPEG)

, .......................................................
Kepada
Yth. Kepala Kantor ..*)
di

1. Yang bertanda tangan di bawah ini :


a. N a m a :
b. N I P :
c. Pangkat/Golongan ruang :
d. Jabatan :
e. Satuan organisasi :

dengan ini melaporkan dengan hormat, bahwa saya telah kehilangan KARPEG Nomor Seri
.................................................. berdasarkan surat laporan dari kepolisian
nomor....................................................................................................... pada tanggal
......................................................................... .
2. Keterangan tentang sebab-sebab kehilangan KARPEG saya itu adalah sebagai berikut :
a. .......................................................................................................................
b. .......................................................................................................................
c. .......................................................................................................................
3. Berhubung dengan itu, maka saya mengharapkan agar Bapak/Ibu dapat hendaknya
menyelesaikan penggantian KARPEG saya yang hilang itu, dan segala resiko yang timbul
sebagai akibat hilangnya KARPEG itu akan saya tanggung sebagaimana mestinya.
4. Demikian Laporan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk digunakan sebagaimana
mestinya.

Hormat saya,

.
NIP.

*) Pimpinan unit kerja pegawai ybs.

Halaman 274
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
LAMPIRAN XI SURAT EDARAN KEPALA BADAN
ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN NEGARA
Nomor : 01/SE/1975
Tanggal : 9 Januari 1975

KOP SURAT

Nomor :
Sifat :
Lampiran :
Perihal : Permintaan Penggantian Kartu Pegawai (KARPEG)

Kepada
Yth. Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara
Jl. ..
di .

1. Bersama ini kami beritahukan Kartu Pegawai (KARPEG) Pegawai Negeri Sipil :
a. Atas nama :
b. N I P :
c. Nomor KARPEG :
d. Nama dan alamat
Instansi tempat bekerja :
dengan surat laporan dari Kepolisian Nomor .. tanggal
dilaporkan telah hilang.
2. Setelah diteliti ternyata bahwa hilangnya KARPEG tersebut adalah di luar/atas *) kelalaian
Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan. Untuk jelasnya tembusan dari laporan kehilangan
KARPEG tersebut dilampirkan pada surat ini.
3. Sesuai dengan petunjuk yang tercantum dalam Surat Edaran Saudara Nomor 01/SE/1975
tanggal 9 Januari 1975 maka diminta agar kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan
dapat diberikan KARPEG pengganti.
4. Demikian untuk dimaklumi dan atas perhatian Saudara diucapkan terima kasih.

Kepala Kanwil../
Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian

..
NIP ...

Tembusan :
1. Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan;
2. Pertinggal.

*) Coret yang tidak perlu

Halaman 275
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini Pegawai Negeri Sipil :


Nama :................................
NIP :................................
Pangkat/Gol. Ruang :................................
Jabatan :................................
Unit Kerja :................................

dengan ini menyatakan, bahwa saya telah kehilangan Kartu Pegawai (KARPEG) Nomor seri
.................................................... atas nama ...............................................................................
berdasarkan surat laporan dari kepolisian nomor ......................................................................
tanggal ...................................

Adapun tentang sebab-sebab hilangnya kartu tersebut karena :


1. ......................................................................................................................................
2. ......................................................................................................................................
3. ......................................................................................................................................

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan sebenar-benarnya untuk
dapat digunakan sebagaimana mestinya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini ternyata tidak
benar, saya bersedia dituntut di muka pengadilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

, ...........................................
Yang membuat pernyataan,

Materai 6.000

( )
NIP. ..

Halaman 276
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
B. KARTU ISTRI / SUAMI (KARIS/KARSU)
1. Dasar Hukum :
a. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang Ijin Perkawinan dan Perceraian bagi
Pegawai Negeri Sipil (Lembar Negara Tahun 1983 Nomor 13, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3250);
b. Surat Keputusan Kepala BAKN Nomor 1158a/KEP/1983 tanggal 25 April 1983 tentang
Kartu Isteri / Suami Pegawai Negeri Sipil
2. Hal Penting Tentang KARIS/KARSU:
a. Karis/karsu adalah identitas istri/suami pegawai negeri sipil;
b. Karis/karsu berlaku selama yang bersangkutan menjadi istri/suami Pegawai Negeri Sipil
yang bersangkutan;
c. Apabila Pegawai Negeri Sipil berhenti sebagai Pegawai Negeri Sipil tanpa hak pensiun,
maka karis/karsu yang telah diberikan tidak berlaku lagi;
d. Apabila suami/istri PNS bercerai maka Karis/karsu tidak berlaku lagi;
e. Apabila suami/istri PNS yang bercerai rujuk/kawin kembali dengan bekas istri/suami
maka Karis/karsu berlaku kembali;
f. Apabila PNS berhenti dengan hormat dengan hak pensiun, maka Karis/karsu yang telah
diberikan kepada istri/suami tetap berlaku;
g. KARIS/KARSU yang telah ditetapkan oleh Badan Kepegawaian Negara dikirim kepada
instansi yang bersangkutan untuk disampaikan kepada istri/suami PNS yang
bersangkutan;
h. KARIS/KARSU disampaikan kepada istri/suami PNS yang bersangkutan secara tertulis.
3. Persyaratan Untuk Mendapatkan KARIS/KARSU :
a. Foto Copy Surat Nikah dilegalisir;
b. Laporan Perkawinan Pertama;
c. Pasfoto suami / istri warna hitam putih ukuran 3x4 sebanyak 3 (tiga) lembar;
d. Foto Copy SK CPNS dilegalisir
e. Foto Copy SK PNS dilegalisir
f. Foto Copy Surat Cerai/Surat Kematian istri/suami dilegalisir (bagi pernikahan
duda/janda)
4. Persyaratan Untuk Penggantian KARIS/KARSU:
a. Foto Copy Surat Nikah dilegalisir;
b. Laporan Perkawinan Pertama;
c. Pasfoto suami / istri warna hitam putih ukuran 3x4 sebanyak 3 (tiga) lembar;
d. Foto Copy SK CPNS dilegalisir
Halaman 277
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
e. Foto Copy SK PNS dilegalisir
a. Surat Tanda Laporan Kehilangan Barang/Surat-Surat dari Kepolisian (Polsek);
b. Laporan Kehilangan karis/karsu (untuk penggantian karena kehilangan);
c. Laporan Kerusakan karis/karsu (untuk penggantian karena kerusakan)
d. Karis/Karsu asli yang rusak (untuk penggantian karena kerusakan).
5. Prosedur
a. Permintaan KARIS/KARSU untuk golongan III dan IV pegawai Ditjen Perbendaharaan
diajukan kepada Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian secara hierarkhis, yang
selanjutnya akan diteruskan kepada Kepala Biro SDM Setjen Kemenkeu.
b. Permintaan KARIS/KARSU untuk golongan I dan II pegawai Kantor Pusat Ditjen
Perbendaharaan diajukan kepada Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian secara
hierarkhis, yang selanjutnya akan diteruskan kepada Kepala Biro SDM Setjen Kemenkeu.
c. Permintaan KARIS/KARSU untuk golongan I dan II pegawai instansi vertikal Ditjen
Perbendaharaan (Kanwil dan KPPN) diajukan kepada Kepala Kantor Wilayah masing-
masing secara hierarkhis, yang selanjutnya diajukan kepada Kepala Kantor Regional
BKN setempat.
6. Contoh Format Dokumen

Halaman 278
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
LAPORAN KEHILANGAN KARIS/KARSU

, ..
Kepada
Yth. Kepala Kantor
di .

1. Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :


a. Nama :
b. Alamat :
c. Suami/Isteri dari :
Nama :
NIP :
Pangkat/Gol. Ruang :
Jabatan/ Pekerjaan :
Satuan organisasi :

dengan ini melaporkan dengan hormat, bahwa saya telah kehilangan KARIS/KARSU Nomor
Seri pada tanggal..

2. Keterangan tentang sebab-sebab hilangnya KARIS/KARSU saya itu adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d. dan seterusnya

3. Berhubung dengan itu, maka saya mengharapkan agar dapat hendaknya diselesaikan
penggantian KARIS/KARSU yang hilang itu, dan segala resiko yang timbul sebagai akibat
hilangnya KARIS/KARSU itu akan saya tanggung sebagaimana mestinya.

4. Demikian laporan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk digunakan ssebagaimana
mestinya.

Hormat saya,

Halaman 279
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
LAPORAN KERUSAKAN KARIS/KARSU

., .
Kepada:
Yth. ..

..

1. Yang bertanda tangan di bawah ini :


a. Nama :
b. N I P :
c. Golongan ruang :
d. J a b a t a n :
e. Satuan organisasi :

dengan ini melaporkan dengan hormat, bahwa KARIS/KARSU atas nama isteri/suami saya
dengan Nomor Seri : . rusak.
2. Keterangan tentang sebab-sebab rusaknya KARIS/KARSU saya itu adalah sebagai berikut:
a.

b.

c.

d.

e. dst

3. Berhubung dengan itu, maka saya mengharapkan agar Bapak/Ibu dapat hendaknya
menyelesaikan penggantian KARIS/KARSU saya yang rusak itu dengan pejabat yang
berwenang dan segala resiko yang timbul sebagai akibat rusaknya KARIS/KARSU itu akan
saya pikul.

4. Atas perhatian Bapak/Ibu lebih dahulu saya ucapkan banyak terima kasih.

Hormat Saya,

Halaman 280
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
C. KARTU TASPEN
1. Pengantar
TASPEN merupakan kepanjangan dari Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri, yang
pengelolaannya dilakukan oleh P.T. TASPEN dengan fungsi menyelenggarakan Asuransi Sosial
termasuk Asuransi dana pensiun dan tabungan hari tua bagi Pegawai Negeri Sipil. Pencairan
dana Taspen sesuai tujuannya sebagai tabungan dan asuransi, baru dapat dicairkan ketika
anggotanya memasuki masa pensiun/meninggal dunia yaitu dengan menunjukan kartu anggota
(Kartu Taspen) dan bukti-bukti Pensiun PNS yang bersangkutan.
2. Syarat-Syarat Pembuatan Kartu Anggota TASPEN
a. Surat pengantar dari unit kerja yang ditujukan kepada PT. Taspen setempat;
b. Foto copy KARPEG atau SPMT (bagi yang belum memiliki Kartu Pegawai)
c. Foto copy SK CPNS dilegalisir
d. Foto copy SK PNS dilegalisir.
e. Foto copy Surat Keterangan Mendapat Tunjangan Keluarga (KP 4), dilegalisir
f. Asli surat keterangan kehilangan dari Kepolisian dan Foto copy Kartu Taspen yang
hilang (bagi yang mengajukan kembali karena kehilangan)

D. KARTU ASKES
1. Pengertian
a. Askes merupakan program pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil dan
keluarganya;
b. Kartu Askes adalah identitas / bukti sah yang wajib dimiliki oleh peserta dan anggota
keluarga yang tidak dapat dipindahtangankan dan berlaku nasional.
c. ASKES adalah Asuransi Kesehatan bagi PNS, Penerima Pensiun, Veteran dan Perintis
Kemerdekaan beserta keluarganya dan berlaku nasional.
d. Peserta ASKES harus memiliki kartu Askes sebagai identitas atau bukti sah sebagai
peserta untuk ditunjukan setiap kali berobat di fasilitas kesehatan yang ditunjuk oleh PT.
Askes dan masing-masing peserta dan keluarga memiliki 1 (satu) kartu Askes.
e. Kartu Askes dibuat di PT. Askes Cabang/PT. Askes Kabupaten/Kota setempat sesuai
dengan domisili peserta.
2. Apakah Kartu Askes Itu ?
a. Sebagai identitas Peserta.
b. Sebagai prasyarat untuk memperoleh pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang
bekerjasama dengan PT. Askes (Persero).
c. Setiap Peserta memiliki 1 (satu) Kartu Peserta dengan nomor yang unik dan tetap
Halaman 281
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
d. Berlaku secara Nasional.
e. Kartu Peserta berlaku selama Peserta masih mempunyai hak.
3. Bagaimana Cara Memperoleh Kartu Askes ?
Pengurusan Kartu Askes sangat mudah. Peserta bisa memperoleh Kartu Askes di Kantor
Askes terdekat dan mobil customer service yang kebetulan mengunjungi instansi. Untuk
memperoleh Kartu Askes tersebut, Peserta mengisi Daftar Isian Registrasi Peserta yang
bisa di peroleh di setiap Kantor Cabang Askes, Askes Center, mobil customer service Askes
atau download pada website PT Askes (Persero) pada menu layanan peserta submenu
formulir pendaftaran peserta. Pada saat pengurusan Kartu Askes, selain Daftar Isian
Registrasi Peserta, Peserta melampirkan pasfoto terbaru masing-masing 1 (satu) lembar
ukuran 3 x 4 cm, kecuali bagi anak usia balita dan menunjukkan:
a. Asli / fotokopi Surat Keputusan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
b. Fotokopi Daftar Gaji terakhir yang dilegalisir bagi PNS.
c. Fotokopi Surat Nikah, Akte Kelahiran Anak/Keterangan Lahir, Surat Keputusan
Pengadilan Negeri untuk Anak Angkat.
d. Surat Keterangan dari Sekolah/ Perguruan Tinggi (bagi anak berusia lebih dari 21 tahun
sampai dengan 25 tahun).
e. Asli / fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP).
4. Bagaimana Cara Penggantian Kartu Askes ?
a. Kartu Askes Hilang
1) Menyerahkan surat pernyataan hilang dari yang bersangkutan.
2) Menunjukkan KTP dan Asli / fotocopy Surat Keputusan sebagai Pegawai Negeri
Sipil.
b. Kartu Askes Rusak
1) Menyerahkan Kartu Peserta Askes yang rusak
2) Menunjukkan KTP dan Asli / fotocopy Surat Keputusan sebagai Pegawai Negeri
Sipil.

E. UMPAN BALIK
1. Apakah seluruh pegawai sudah memiliki Kartu Pegawai, Karis/Karsu, Kartu Taspen dan
Kartu Askes?
2. Apakah pimpinan kantor sudah menfasilitasi pembuatan Kartu Pegawai, Karis/Karsu, Kartu
Taspen dan Kartu Askes?
3. Apakah di dosir para pegawai sudah terarsip fotokopi Kartu Pegawai, Karis/Karsu, Kartu
Taspen dan Kartu Askes?
Halaman 282
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

[27]

KONVERSI NIP & KPE

A. KONVERSI NIP
Peraturan Kepala BKN Nomor 22 Tahun 2007 tentang Nomor Identitas PNS yang
disingkat NIP, dan Peraturan Kepala BKN Nomor 43 Tahun 2007 tentang Tata cara Permintaan,
Penetapan dan Penggunaan NIP, telah merubah ketentuan lama yang mengatur Nomor Induk
PNS (NIP) yang berlaku selama ini dirubah menjadi Nomor Identitas PNS (NIP).
Badan Kepegawaian Negara telah melakukan konversi NIP PNS dari NIP lama 9
(sembilan) angka menjadi NIP baru 18 (delapan belas) angka. NIP baru terdiri dari 18 angka
terdiri dari : 8 angka pertama menunjukan tahun,bulan dan tanggal lahir PNS, 6 angka
berikutnya menunjukan tahun dan bulan pengangkatan pertama CPNS/PNS, 1 angka berikutnya
menunjukan jenis kelamin PNS ( angka 1 = pria, angka 2 = wanita) dan 3 angka terakhir
menunjukan nomor urut PNS. Contoh : PNS bernama Amir, lahir pada 1 Agustus 1966, diangkat
CPNS pada 1 Maret 1988, jenis kelamin Pria. Dengan demikian NIP Sdr. Amir :
19660801.198803.1.001.
Apa Yang Perlu Dilakukan oleh Pengelola Kepegawaian?
1. Petikan SK Konversi yang sudah diterima dicopy 2 (dua) rangkap : asli disampaikan kepada
pegawai ybs, 1 copy disimpan dosir pegawai (dosir instansi/jalan) dan 1 copy disimpan
dalam dosir Kanwil;
2. Menghimbau para pegawai agar memeriksa SK Konversi NIP. Jika terjadi kesalahan agar
segera melapor kepada pengelola kepegawaian dengan melampirkan dokumen pendukung;
3. Segera mengajukan usul perbaikan NIP jika ada kesalahan dengan melampirkan dokumen
pendukung (SK CPNS, Ijazah, Akte Kelahiran, dll) yang telah dilegalisir.

Halaman 283
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Permasalahan Konversi NIP dan Tindaklanjutnya
Ada beberapa permasalahan terkait Konversi NIP dan tindaklanjut yang perlu dilakukan :
1. Berdasarkan data yang disampaikan Badan Kepegawaian Negara (BKN) Pusat terdapat
pegawai lingkup Ditjen Perbendaharaan yang belum mendapat konversi NIP baru karena
tidak mengisi form PUPNS atau formulir PUPNS tidak sampai ke BKN. Untuk permasalahan
ini, kepada pegawai tersebut wajib mengisi dan menyampaikan form PUPNS secara lengkap
dan disampaikan dengan surat pengantar kepada Kepala Biro SDM u.p.Kepala Bagian
Manajemen Informasi SDM dengan dilampiri:
a. Surat Pernyataan dari Sekretaris Ditjen Perbendaharaan yang menyatakan alasan tidak
mengisi formulir PUPNS tahun 2003;
b. Fotocopy Asli Daftar Gaji tahun terakhir (dilegalisir)
c. Fotocopy Surat Keputusan Pengangkatan sebagai CPNS;
d. Fotocopy Surat keputusan Pengangkatan sebagai PNS;
e. Fotocopy Surat Keputusan Kenaikan Pangkat terakhir;
f. Fotocopy Surat keputusan jabatan terakhir.
2. Berdasarkan hasil olah database kepegawaian Ditjen Perbendaharaan terdapat pegawai yang
NIP barunya tidak sesuai dengan elemen data pegawai yang membentuk kode/komposisi NIP
baru. Untuk itu kepada pengelola kepegawaian seluruh unit vertikal Ditjen Perbendaharaan
agar memeriksa NIP baru 18 angka yang tercantum pada database Kepegawaian (PBN Open),
Petikan Keputusan Kepala BKN tentang konversi NIP, dan Kartu Pegawai Elektronik/KPE
(jika sudah memiliki).
3. Bagi pegawai yang diangkat PNS setelah tahun 2003 tetapi SK NIP Konversinya belum
diterbitkan, maka, pegawai yang bersangkutan mengirim ulang data PNS tersebut dengan
surat pengantar kepada Kepala Biro SDM up. Kepala Bagian manajemen Informasi SDM.
4. Bagi pegawai yang sudah dikonversi NIP-nya tetapi belum menerima petikan SK NIP baru,
maka sepanjang data atau identitasnya sudah sesuai dengan NIP baru, maka NIP baru tersebut
sudah dapat digunakan untuk kepentingan mutasi kepegawaian yang bersangkutan. Untuk
memastikan kebenaran identitas pegawai dengan NIP konversinya dapat dilihat melalui
website www.bkn.go.id pada modul PROFIL PNS -- Pastikan Data Anda Benar.
5. Bagi pegawai yang konversi NIP barunya terdapat kesalahan maka perlu dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Apabila data identitas dalam konversi NIP nya telah sama dengan yang tercantum dalam
DRH, ijazah, Model D-2 yang digunakan saat melamar pertama sebagai CPNS, maka
identitas dalam konversi NIP sudah benar dan tidak perlu diadakan perbaikan.

Halaman 284
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
b. Apabila identitas tanggal lahir, TMT CPNS dan jenis kelamin yang tercantum dalam
Nota Persetujuan Kepala BKN/Model D-2 berbeda dengan yang tercantum dalam DRH
dan Ijazah yang digunakan saat melamar pertama sebagai CPNS, maka sebelum
mengajukan usul perbaikan identitas tanggal lahir, TMT CPNS, dan jenis kelamin yang
tercantum dalam konversi NIP agar terlebih dahulu mengajukan usul perbaikan identitas
yang tercantum dalam Nota Persetujuan Kepala BKN/Model D-2 kepada Kepala BKN
Jakarta dilampiri dengan fotocopy DRH dan Ijazah yang digunakan saat melamar sebagai
CPNS.
c. Apabila data identitas yang tercantum dalam konversi NIP salah/berbeda dengan yang
tercantum dalam DRH, ijazah, model D-2, agar mengajukan usul perbaikan identitas
dengan dilampiri fotocopy DRH, ijazah, dan model D-2.

Dokumen Kepegawaian
Yang Diperlukan Dalam Proses Perbaikan NIP Baru
No. JenisKesalahan Dokumen Yang Diperlukan
1. Nama a. Foto copy petikan Keputusan Kepala BKN tentang NIP
18 angka;
b. Foto copy SK CPNS;
c. Foto copy SK Kenaikan Pangkat terakhir;
d. Foto copy ijazah pendidikan terakhir saat diangkat
menjadi CPNS.
2. Tahun/Bulan/Tanggal Lahir a. Foto copy petikan Keputusan Kepala BKN tentang NIP
18 angka;
b. Foto copy SK CPNS;
c. Foto copy SK Kenaikan Pangkat terakhir;
d. Foto copy ijazah pendidikan terakhir saat diangkat
menjadi CPNS.
3. TMT CPNS a. Foto copy petikan Keputusan Kepala BKN tentang NIP
18 angka;
b. Foto copy SK CPNS.
4. Jenis Kelamin a. Foto copy petikan Keputusan Kepala BKN tentang NIP
18 angka;
b. Foto copy SK CPNS.

Halaman 285
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Lain-Lain
1. Penetapan konversi NIP dilakukan di BKN pusat.
2. Pencetakan dan penetapan SK Konversi NIP bagi PNS Pusat ditetapkan di BKN pusat.

B. Kartu PNS Elektronik (KPE)


Selama ini Kartu Pegawai Negeri Sipil, yang kita kenal dengan singkatan KARPEG yang
berlaku selama ini belum dapat dimanfaatkan untuk kemudahan pemberian pelayanan secara
multiguna kepada PNS, Penerima Pensiun, dan keluarganya. Untuk itu diciptakan Kartu PNS
Elektronik yang disingkat KPE yaitu kartu identitas PNS yang menggunakan teknologi
smartcard dan otintifikasi sidik jari, sehingga selain sebagai identitas, KPE juga dapat
dimanfatkan untuk berbagai layanan seperti perbankan, kesehatan,Taspen, Taperum, dan
aktivitas transaksi merchant, serta fungsi-fungsi lain dalam rangka meningkatkan kesejahteraan,
serta mendukung profesionalisme PNS. Dengan demikian KPE nantinya akan menggantikan
fungsi KARPEG yang selama digunakan.

Terkait dengan program ini, telah ditetapkan Peraturan Kepala BKN Nomor 7 Tahun
2008 tentang Kartu PNS Elektronik. Salah satu tujuan dari KPE adalah meningkatkan pelayanan
kepada PNS. Sejak tahun 2006 Badan Kepegawaian Negara (BKN) telah bekerja sama dengan
pihak swasta untuk Pembangunan, Penerapan Dan Pengembangan Kartu Pegawai Negeri Sipil
Elektronik Dalam Sistem Layanan Pegawai Negeri Sipil.
Dalam hal pembuatan KPE di lingkungan Kementerian Keuangan, dilaksanakan secara
bertahap. Sementara ini baru mencakup kota-kota besar. Mengingat Pembuatan KPE adalah
menjadi kewenangan BKN, maka pihak Kementerian Keuangan khususnya Ditjen
Perbendaharaan hanya sebatas menunggu jadwal pelaksanaannya saja, namun tetap membantu
dalam pelaksanaannya. Apabila jadwal pelaksanaan pemotretan dan pengambilan sidik jari pada
unit kerja telah diterima, Bagian Administrasi Kepegawaian akan segera menginformasikan
kepada pengelola kepegawaian unit kerja berkenaan.
Bagi pegawai yang telah memiliki KPE, agar diteliti dan diperiksa, apakah data-data
yang tertera di KPE sudah sesuai. Apabila ada data yang salah termasuk foto, agar segera
mengirimkan surat permohonan perbaikan kepada Bagian Administrasi Kepegawaian, dengan
dokumen pendukung sebagai berikut :

Halaman 286
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
No. Jenis Kesalahan Dokumen Yang Diperlukan
1. Nama a. Foto copy KPE;
b. Foto copy SK CPNS;
c. Foto copy SK Kenaikan Pangkat terakhir;
d. Foto copy ijazah pendidikan terakhir saat diangkat
menjadi CPNS.
2. Tahun/Bulan/Tanggal Lahir a. Foto copy KPE;
b. Foto copy SK CPNS;
c. Foto copy SK Kenaikan Pangkat terakhir;
d. Foto copy ijazah pendidikan terakhir saat diangkat
menjadi CPNS.
3. TMT CPNS a. Foto copy KPE;
b. Foto copy SK CPNS.
4. Jenis Kelamin a. Foto copy KPE;
b. Foto copy SK CPNS.
5. Foto Pegawai a. Fotokopi KPE
b. Softcopy foto pegawai

Halaman 287
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

[28]

SUMPAH/JANJI PEGAWAI NEGERI SIPIL

A. DASAR HUKUM
1. Berdasarkan UU Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 8 Tahun 1974
Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, pasal 26 ayat (1) dinyatakan bahwa Setiap Calon
Pegawai Negeri Sipil pada saat pengangkatannya menjadi Pegawai Negeri Sipil wajib
mengucapkan sumpah/janji.
2. PP Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, pasal 3 disebutkan bahwa
salah satu kewajiban setiap PNS adalah mengucapkan sumpah/janji PNS.

Apabila masih ada PNS di lingkungan Ditjen Perbendaharaan yang belum mengucapkan
sumpah/janji PNS, maka masing-masing unit kerja untuk segera melakukan pendataan para
pegawai yang belum mengucapkan sumpah/janji PNS dan melaksanakan kegiatan tersebut
serta segera melaporkan ke Bagian Administrasi Kepegawaian dengan lampiran nama-nama
para pegawai yang diambil sumpah/janji PNS.

B. TATA CARA PENGAMBILAN SUMPAH/JANJI PNS


1. Pengambilan sumpah/janji PNS dilakukan dalam suatu upacara khidmat. Pengambilan
sumpah/janji PNS dapat dilakukan secara perorangan atau secara bersama-sama.
2. Yang hadir dalam upacara tersebut adalah :
a. Pejabat yang mengambil sumpah/janji PNS, sebagai inspektur upacara
b. PNS yang mengangkat sumpah/janji
c. Saksi-saksi
d. Rohaniawan
e. Undangan

Halaman 288
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
3. PNS yang mengangkat sumpah/janji didampingi oleh seorang rohaniawan menurut
agama/kepercayaan masing-masing.
4. saksi-saksi terdiri dari PNS yang pangkatnya serendah-rendahnya sama dengan pangkat PNS
yang mengangkat sumpah/janji.
5. Pejabat yang mengambil sumpah/janji PNS mengucapkan susunan kata-kata sumpah/janji
PNS kalimat demi kalimat dan diikuti oleh PNS yang mengangkat sumpah/janji.
6. Pada waktu mengucapkan sumpah/janji PNS, semua orang yang hadir dalam upacara itu
berdiri.
7. Pejabat yang mengambil sumpah/janji PNS membuat berita acara tentang pengambilan
sumpah/janji tersebut sesuai contoh terlampir
8. Berita acara dimaksud dibuat rangkap tiga dan ditandatangani oleh pejabat yang mengambil
sumpah, PNS yang mengangkat sumpah, dua orang saksi dan rohaniawan.
a. Rangkap pertama untuk PNS yang mengangkat sumpah/janji
b. Rangkap kedua untuk BKN
c. Rangkap ketiga untuk arsip kantor
9. Pengucapan Sumpah/janji dilakukan menurut agama yang diakui Pemerintah, yakni :
a. diawali dengan ucapan Demi Allah untuk penganut agama Islam;
b. diakhiri dengan ucapan Semoga Tuhan menolong saya untuk penganut agama Kristen
Protestan/Katolik;
c. diawali dengan ucapan Om Atah Paramawisesa untuk penganut agama Hindu;
d. diawali dengan ucapan Demi Sang Hyang Adi Budha untuk penganut agama Budha.

C. CONTOH NASKAH PENGAMBILAN SUMPAH/JANJI PNS


Sebelum Saya Mulai Mengambil Sumpah, Saya Ingin Bertanya Kepada Saudara-Saudara
Yang Berdiri Di Hadapan Saya.

Apakah Saudara-Saudara Bersedia Diambil Sumpah?

Pertama-Tama Bagi Yang Beragama Islam, Ikuti Dan Ulangi Kata-Kata Saya :
Demi Allah, Saya Bersumpah

Bagi Yang Beragama Kristen Protestan Dan Katholik, Ikuti Dan Ulangi Kata-Kata Saya :
Saya Bersumpah

Bagi Yang Beragama Hindu, Ikuti Dan Ulangi Kata-Kata Saya :


Om Atah Paramawisesa, Saya Bersumpah

Untuk Seluruhnya, Ikuti Dan Ulangi Kata-Kata Saya :

Halaman 289
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

Bahwa Saya, Untuk Diangkat Menjadi Pegawai Negeri Sipil Akan Setia Dan Taat
Sepenuhnya Kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, Dan Pemerintah;

Bahwa Saya, Akan Mentaati Segala Peraturan Perundang-Undangan Yang Berlaku Dan
Melaksanakan Tugas Kedinasan Yang Dipercayakan Kepada Saya Dengan Penuh
Pengabdian, Kesadaran, Dan Tanggung Jawab;

Bahwa Saya, Akan Senantiasa Menjunjung Tinggi Kehormatan Negara, Pemerintah, Dan
Martabat Pegawai Negeri Serta Akan Senantiasa Mengutamakan Kepentingan Negara Dari
Pada Kepentingan Saya Sendiri, Seseorang Atau Golongan;

Bahwa Saya, Akan Memegang Rahasia Sesuatu Yang Menurut Sifatnya Atau Menurut
Perintah Harus Saya Rahasiakan;

Bahwa Saya Akan Bekerja Dengan Jujur, Tertib, Cermat, Dan Bersemangat Untuk
Kepentingan Negara.

Selanjutnya Khusus Bagi Yang Beragama Kristen Protestan Dan Katholik, Ikuti Dan Ulangi
Kata-Kata Saya :
Semoga Tuhan Menolong Saya.

D. CONTOH SUSUNAN ACARA PENGAMBILAN SUMPAH/JANJI PNS

PENGAMBILAN SUMPAH/JANJI PNS


LINGKUP KANTOR PUSAT DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

Sebelum acara dimulai terlebih dahulu kami beritahukan :


- Kepada para pegawai yang akan diambil sumpah agar menempati posisi sesuai
urutan agama yang telah disiapkan.
- Dimohon agar alat komunikasi telepon genggam atau sejenisnya untuk
dinonaktifkan sementara waktu agar tidak mengganggu pada saat acara
pengambilan sumpah berlangsung
- Para pegawai yang terdata untuk diambil sumpah sebanyak ......... pegawai terdiri
dari ......... pegawai beragama Islam, ......... pegawai beragama Kristen, ....... pegawai
beragama Katholik, dan ........ pegawai beragama Hindu.
Menyanyikan Lagu Padamu Negeri
Upacara Pengambilan Sumpah/Janji PNS dimulai
Sekretaris Ditjen Perbendaharaan mengambil Sumpah/Janji PNS
Kepada rohaniwan kami persilakan untuk mendampingi pegawai yang diambil sumpah
..
..
Kepada rohaniwan kami persilakan kembali ke tempat semula
Penandatanganan Berita Acara Sumpah secara simbolis
Bapak ................. , mewakili yang beragama Islam dengan saksi Bapak ................... dan
Bapak ................... dimohon ke meja naskah.
Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan dimohon ke meja naskah.
Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Bapak ............ dan Bapak ................,
dimohon tetap di tempat sampai dengan penandatanganan Berita Acara Sumpah secara
simbolis selesai.
Halaman 290
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Bapak ...................., dimohon kembali ke tempat semula.
Bapak ........................ mewakili yang beragama Kristen Protestan dengan saksi Bapak
............ dan Bapak ..............................
Bapak ...................... dimohon ke meja naskah.
Bapak ................... dan Bapak .......................... dimohon kembali ke tempat semula.
Bapak .................... mewakili yang beragama Katholik dengan saksi Bapak ..................
dan Bapak ................
Bapak ................ dan Bapak .................... dimohon ke meja naskah.
Bapak ..................... dimohon tetap di tempat
Bapak ....................... dimohon kembali ke tempat semula.
Ibu ...................... mewakili yang beragama Hindu dengan saksi saksi Bapak ..................
dan Bapak ..................
Ibu .................... dimohon ke meja naskah.
Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Bapak ...................., Bapak ....................
dan Ibu .................... dimohon kembali ke tempat semula.
Sambutan Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Pembacaan doa dipimpin oleh Bapak . dari ..
Yang kami hormati Bapak ..................... kami persilahkan.
Pemberian Ucapan Selamat
Bapak Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan berkenan untuk memberikan
ucapan selamat diikuti para pejabat eselon III Sekretariat Direktorat Jenderal
Perbendaharaan dan undangan lainnya.
Dengan berakhirnya pemberian ucapan selamat maka berakhir pula acara pada hari ini.
Kami atas nama Panitia Pelaksana mengucapkan terima kasih atas kehadiran Bapak dan
Ibu sekalian, serta mohon maaf apabila terdapat kekurangsempurnaan dalam pelaksanaan
acara pada hari ini.
Selanjutnya setelah selesai bersalam-salaman, kepada para peserta dimohon ke meja
panitia untuk penandatanganan Berita Acara Pengambilan Sumpah.

E. CONTOH BERITA ACARA PENGAMBILAN SUMPAH/JANJI PNS

Halaman 291
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

BERITA ACARA PENGAMBILAN SUMPAH PEGAWAI NEGERI SIPIL


NOMOR : BA-.........................

Pada hari ini, Kamis tanggal tujuh bulan April tahun dua ribu sebelas, dengan mengambil
tempat di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan, saya, nama ....................,
pangkat ............, NIP. ................, jabatan Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan,
berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, pasal 26 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 pasal 6, serta Keputusan Direktur Jenderal Anggaran
Nomor KEP-117/A.12/UP.2/1991 tanggal 31 Juli 1991 (SK Pengangkatan sebagai PNS)
dengan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi, masing-masing :
1. Nama ...................., NIP. .., pangkat ..........................
2. Nama ...................., NIP. .., pangkat .. (pangkat saksi harus
lebih tinggi)
telah mengambil sumpah pegawai negeri sipil nama ...................... pangkat .
NIP. ...........................
Pegawai negeri sipil yang mengangkat sumpah tersebut didampingi oleh seorang rohaniawan
nama , pangkat NIP. .
Pegawai negeri sipil yang mengangkat sumpah tersebut mengucapkan Sumpah Pegawai
Negeri Sipil, sebagai berikut :
Demi Allah, saya bersumpah :
Bahwa saya, untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil akan setia dan taat sepenuhnya
kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah;
Bahwa saya, akan mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada saya dengan penuh pengabdian,
kesadaran, dan tanggung jawab;
Bahwa saya, akan senantiasa menjunjung tinggi kehormatan Negara, Pemerintah, dan
martabat Pegawai Negeri serta akan senantiasa mengutamakan kepentingan Negara dari pada
kepentingan saya sendiri, seseorang atau golongan;
Bahwa saya, akan memegang rahasia sesuatu yang menurut sifatnya atau menurut perintah
harus saya rahasiakan;
Bahwa saya akan bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan
Negara.
Demikian, berita acara pengambilan sumpah ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat
digunakan sebagaimana mestinya.

Pegawai Negeri Sipil Pejabat


Yang Mengangkat Sumpah Yang Mengambil Sumpah

....................................... .........................................
NIP. .............................. NIP. ................................
Saksi-Saksi :

......................................... ..............................................
NIP. ................................ NIP. .
Halaman 292
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
F. UMPAN BALIK
1. Apakah setiap PNS sudah mengucapkan sumpah/janji PNS?
2. Apakah unit kerja sudah melakukan pendataan para pegawai yang belum mengucapkan
sumpah/janji PNS dan melaksanakan kegiatan pengambilan sumpah?
3. Apakah unit kerja sudah melaporkan ke Bagian Administrasi Kepegawaian dengan lampiran
nama-nama para pegawai yang diambil sumpah/janji PNS?
4. Apakah para pegawai yang diambil sumpah sudah dibuatkan BA sumpah dengan format
sesuai ketentuan?

Halaman 293
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

[29]

HARI LIBUR PILKADA

A. DASAR HUKUM :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, Pasal 4 ayat (3) : Pemungutan suara dilaksanakan pada hari libur atau hari
yang diliburkan secara nasional.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 17 tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan
Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
3. Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor SE-07/PB/2008 tanggal 31 Januari
2008 tentang Penetapan Hari Pemungutan Suara Sebagai Hari Yang Diliburkan.

B. PENETAPAN HARI LIBUR


1. Sesuai Pasal 70 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan
Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, dinyatakan
bahwa pemungutan suara dilakukan pada hari libur dan hari yang diliburkan.
2. Penetapan hari libur/hari yang diliburkan dalam rangka pemungutan suara dilakukan oleh
Kepala Daerah atas usulan Komisi Pemilihan Umum Daerah.
3. Sesuai ketentuan dalam Surat Edaran Dirjen Perbendaharaan tersebut diatas, Kepala Kantor
Wilayah diberi kewenangan untuk menetapkan hari libur bagi pegawai Direktorat Jenderal
Perbendaharaan di wilayahnya dalam rangka pemungutan suara pemilukada, tanpa perlu
mendapatkan ijin terlebih dahulu dari Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan, dan cukup

Halaman 294
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
melaporkan penetapan hari libur/hari yang diliburkan dimaksud kepada Dirjen
Perbendaharaan.

C. UMPAN BALIK
1. Apakah Kepala Kantor Wilayah telah menginformasikan kepada seluruh pegawai di wilayah
kerjanya tentang hari libur pemilukada?
2. Apakah Kepala Kantor Wilayah telah melaporkan penetapan hari libur/hari yang diliburkan
Pemilukada kepada Dirjen Perbendaharaan?

Halaman 295
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

[30]

NPWP, SPT PAJAK PENGHASILAN & LP2P

A. PENDAHULUAN
Semua Pejabat dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memenuhi persyaratan, wajib
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak
Penghasilan dengan benar, lengkap dan melaporkannya secara tepat waktu. Ketentuan ini diatur
dalam Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) Nomor :
SE/02/M.PAN/3/2009 tentang Kewajiban Pegawai Negeri Sipil Untuk Mematuhi Ketentuan
Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan.
Selain hal itu, juga diatur bahwa Pejabat yang bertanggung jawab di bidang pengelolaan
sumber daya manusia / kepegawaian agar memfasilitasi pendaftaran NPWP bagi Pejabat atau
PNS yang belum memilikinya, tata cara pengisian SPT Tahunan Pajak Penghasilan dan cara
melaporkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan.
Dalam surat edaran tersebut juga dinyatakan bahwa bagi Pejabat atau PNS yang tidak
mentaati peraturan perundang-undangan perpajakan agar dijatuhi hukuman disiplin sesuai
dengan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin PNS.

B. NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP)


Sebagai PNS dituntut untuk memilki NPWP. NPWP bukan hanya berfungsi sebagai
sekedar tanda pengenal saja, tapi kini NPWP telah memilki banyak manfaat. Seorang karyawan
swasta/PNS yang tidak memilki NPWP akan terkena potongan Pajak Penghasilan lebih tinggi
dari karyawan/PNS yang mempunyai NPWP, bahkan untuk permohonan kredit di Bank
persyaratannya juga harus memilki NPWP, selain itu masih banyak manfaat dari NPWP.
Cara Mendaftar NPWP :

Halaman 296
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
1. Datang Langsung Sendiri ke KPP Domisili sesuai KTP :
Datangi KPP domisili Anda
Minta formulir permohonan Registrasi NPWP
Isikan dengan benar
Berikan formulir tersebut beserta persyaratan kelengkapannya
Menunggu NPWP dicetak
2. Memberikan Kuasa kepada Orang Lain
Jika tidak memiliki waktu untuk pergi dan mengurus pembuatan NPWP, kita dapat
memberikan kuasa kepada orang lain.
3. Mendaftar NPWP Online
Tahapan yang harus dilalui untuk mendaftarkan NPWP Online:
Membuka website DJP : http://www.pajak.go.id
a. Klik menu sistem e-Registration http://ereg.pajak.go.id
b. Daftarkan Account baru pada menu e-Registration
c. Login ke menu e-Registration dengan memasukkan username dan password yang
sebelumnya telah dibuat
d. Tentukan jenis Wajib Pajak yang sesuai (OP,Badan atau Bendaharawan)
e. Mengisi formulir permohonan dengan lengkap dan benar dan kemudian klik tombol
daftar jika telah selesai diisi dengan benar dan lengkap
f. Mencetak formulir permohonan yang sudah diisi secara lengkap
g. Mencetak Surat Keterangan Terdaftar Sementara (SKTS)
h. Wajib Pajak dapat mengirim Formulir dan SKTS serta dokumen persyaratan baik
secara langsung maupun melalui Pos/Jasa Pengiriman.
i. Menerima SKT, NPWP dan/atau SPPKP dari KPP dimana Wajib Pajak Terdaftar
setelah dilakukan validasi
Dokumen Yang Harus Disiapkan:
Untuk wajib pajak orang pribadi (NPWP pribadi), dokumen yang perlu disiapkan adalah : Kartu
Tanda Penduduk (KTP) bagi Penduduk Indonesia, atau paspor bagi orang asing.

C. SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) PAJAK PENGHASILAN


Tata Cara Pengisian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi untuk Pejabat
Negara, PNS dan Anggota TNI :
1. Daftar penghasilan pejabat negara, PNS, dan anggota TNI yang dikeluarkan bendaharawan
gaji, berlaku sebagai bukti formulir SPT 1721.A1 dan dilampirkan pada SPT 1770 S

Halaman 297
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
2. Apabila PPh yang terutang lebih besar dari Kredit PPh Pasal 21, maka PPh yang
diperhitungkan sebagai kredit pajak adalah sebesar PPh yang seharusnya terutang/dipotong,
sedangkan apabila PPh yang terutang lebih kecil dari Kredit PPh Pasal 21, maka PPh yang
diperhitungkan sebagai kredit pajak adalah PPh yang terutang yang lebih kecil tersebut.
3. Penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan berupa tunjangan lainnya yang tidak melekat
pada gaji, misalnya honorarium atau imbalan jasa lainnya yang dananya disediakan dalam
DIPA kantor ybs adalah dengan menerapkan tarif Pasal 17 UU PPh atas PKP. Kemudian
Jumlah PPh yang diperoleh dikurangi dengan Kredit PPh Pasal 21 atas gaji dan tunjangan
yang termasuk dalam daftar gaji. Apabila terdapat kekurangan pembayaran pajaknya maka
harus dilunasi sendiri oleh pegawai tersebut.

Cara Menyampaikan SPT Tahunan


Ketentuan tentang Cara Menyampaikan SPT Tahunan telah diatur dalam Peraturan
Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-48/PJ/2011 tentang Tata Cara Penerimaan dan
Pengolahan Surat Pemberitahuan Tahunan, yang mulai berlaku sejak 30 Desember 2011. Dalam
peraturan tersebut, dijelaskan bahwa Wajib Pajak dapat menyampaikan SPT Tahunan dengan
cara :
1. Langsung
2. Melaui POS dengan bukti pengiriman surat ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat Wajib
Pajak terdaftar.
3. Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat ke Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) tempat Wajib Pajak terdaftar.
4. e-Filling melalui website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id) atau penyedia jasa
aplikasi/ Aplication Service Provider (ASP)
Penyampaian SPT Tahunan secara langsung bisa dilakukan dengan cara datang langsung
ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) terdekat dan menyampaikan SPT Tahunan melalui Tempat
Pelayanan Terpadu (TPT) atau menyampaikan SPT Tahunan secara langsung melalui Pojok
Pajak, Mobil Pajak, atau Drop Box dimana saja.
Dengan cara ini kita tidak perlu pulang kampung hanya untuk menyampaikan SPT
Tahunan. Misalnya kita terdaftar sebagai Wajib Pajak di KPP Bandung dan bekerja di Jakarta,
maka SPT Tahunan bisa disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang dekat dengan
tempat kita bekerja atau melalui Pojok Pajak, Mobil Pajak, ataupun Drop Box dimana saja.
SPT Tahunan yang disampaikan tersebut harus dalam Amplop tertutup yang telah
dilekati lembar informasi amplop SPT Tahunan yang berisi Nama WP, NPWP, Tahun Pajak,
Status SPT, Jenis SPT, Perubahan Data, Nomor Telepone, Pernyataan dan Tanda Tangan Wajib
Halaman 298
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Pajak (WP). Batas waktu penyampaian SPT Tahunan untuk Wajib Pajak Orang Peribadi adalah
31 Maret tahun berkenaan.

D. LAPORAN PAJAK-PAJAK PRIBADI (LP2P)


1. Dasar Hukum
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 7/KMK. 09/2011 Tentang Penyampaian Dan
Pengelolaan Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) Pejabat/Pegawai Di Lingkungan
Kementerian Keuangan, terakhir diubah dengan KMK 366/KMK.09/2012.
2. Tujuan
Dalam rangka meningkatkan integritas Pejabat/Pegawai di lingkungan Kementerian
Keuangan, serta sejalan dengan perkembangan organisasi unit-unit di lingkungan
Kementerian Keuangan.
3. Pejabat Wajib LP2P
Dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 7/KMK. 09/2011, menetapkan dan memintakan
kesediaan Pejabat/Pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan, yaitu:
a. Pejabat struktural;
b. Pejabat fungsional;
c. Pegawai Negeri Sipil yang memiliki pangkat Penata Muda (Golongan III/a) atau lebih
tinggi; atau
d. Pejabat/Pegawai lainnya yang tugasnya terkait dengan pelayanan publik yang ditetapkan
oleh pejabat eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan,
untuk menyampaikan Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) kepada Menteri Keuangan dengan
menggunakan format yang ditetapkan.
4. Penyampaian Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P)
a. Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) disampaikan kepada Menteri Keuangan melalui
Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan setiap tahun paling lambat tanggal 30 April
setelah tahun yang dilaporkan.
b. Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) dibuat dalam 2 (dua) rangkap, dengan rincian
sebagai berikut:
lembar kesatu disampaikan kepada Menteri Keuangan; dan
lembar kedua wajib disimpan oleh Pejabat/Pegawai yang bersangkutan.
Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) harus diisi oleh Pejabat/Pegawai secara benar,
lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan.
5. Kewajiban Pimpinan unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan

Halaman 299
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
a. menyampaikan daftar Pejabat/Pegawai yang ditetapkan dan dimintakan kesediaannya
untuk menyampaikan Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) kepada Inspektur Jenderal
Kementerian Keuangan setiap tahun paling lama pada akhir bulan Januari;
b. melakukan penatausahaan dan pengawasan atas penyampaian Laporan Pajak-Pajak
Pribadi (LP2P) oleh Pejabat/Pegawai di lingkungan masing-masing; dan
c. melaporkan secara tertulis kepada Menteri Keuangan dan menyampaikan tembusan
laporan tersebut kepada Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan, dalam hal terdapat
Pejabat/Pegawai yang tidak menyampaikan Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P).
6. Tugas Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan
a. menerima dan menatausahakan Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P);
b. melakukan penelitian dan penilaian Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) yang dlterima;
c. menyimpan Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat
dijamin ketertiban administrasi, keamanan, dan kerahasiaannya; dan
d. melaporkan kepada Menteri Keuangan hasil penelitian dan penilaian Laporan Pajak-
Pajak Pribadi (LP2P) secara berkala.
7. Kewenangan Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan
a. meminta keterangan atau penjelasan dari pimpinan unit eselon I atas Pejabat/Pegawai
yang tidak menyampaikan Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P);
b. meminta keterangan atau penjelasan dari Pejabat/Pegawai mengenai informasi Laporan
Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) yang disampaikan.
c. Dalam rangka melaksanakan tugas dan wewenang tersebut, Inspektur Jenderal
Kementerian Keuangan dibantu oleh tim yang terdiri dari Pejabat/Pegawai yang ditunjuk.
8. Dalam rangka pelaksanaan tugas dan wewenang pengelolaan Laporan Pajak-Pajak Pribadi
(LP2P), Inspektur Jenderal dan Pejabat/Pegawai yang ditunjuk di bawah sumpah wajib
menjaga kerahasiaan Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) serta informasi terkait lainnya.
9. Dalam hal data-data dalam Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) diperlukan oleh pihak yang
berwenang di luar Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan untuk kepentingan
pemeriksaan, penyelidikan, atau penyidikan, Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) dapat
diberikan setelah mendapat izin tertulis dari Menteri Keuangan dengan pemberitahuan
kepada yang bersangkutan.
10. Pejabat/Pegawai wajib LP2P yang tidak menyampaikan Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P)
atau terbukti mengisi Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) tidak sesuai dengan ketentuan,
dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian dan/atau
peraturan perundang-undangan lainnya.

Halaman 300
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
11. Inspektur Jenderal atau Pejabat/Pegawai yang ditunjuk yang diwajibkan menjaga kerahasiaan
Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) dan informasi terkait lainnya yang karena kealpaan atau
kesengajaan tidak memenuhi kewajiban menjaga kerahasiaan Laporan Pajak-Pajak Pribadi
(LP2P) dan informasi terkait lainnya, dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan di bidang kepegawaian dan/atau peraturan perundang-undangan lainnya.
12. Untuk keperluan penatausahaan, penelitian, dan/atau penilaian Laporan Pajak-Pajak Pribadi
(LP2P), Pejabat/Pegawai wajib LP2P di lingkungan Kementerian Keuangan diminta
kesediaannya untuk menyampaikan daftar harta kekayaan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. penyampaian daftar harta kekayaan dilakukan dengan mengisi dan menandatangani surat
pernyataan dan surat kuasa sesuai contoh format yang ditetapkan.
b. penyampaian daftar harta kekayaan dilakukan setiap tahun bersamaan dengan
penyampaian Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) paling lambat tanggal 30 April setelah
tahun yang dilaporkan, dengan menggunakan formulir sesuai contoh format yang
ditetapkan.
c. dalam hal surat pernyataan dan surat kuasa telah disampaikan pada pelaporan sebelumnya,
tidak perlu untuk menyampaikan kembali.
13. Penyampaian Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) termasuk Daftar Harta Kekayaan
dilakukan melalui media elektronik. Dalam hal Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) termasuk
daftar harta kekayaan tidak dapat disampaikan secara elektronik, maka penyampaian Laporan
Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) harus disertai dengan surat keterangan/penjelasan dari kepala
kantor/unit/satker yang bersangkutan. Tata cara penyampaian Laporan Pajak-Pajak Pribadi
(LP2P) termasuk Daftar Harta Kekayaan melalui media elektronik ditetapkan oleh Inspektur
Jenderal atas nama Menteri Keuangan.
14. Penyampaian Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) termasuk Daftar Harta Kekayaan bagi
Pejabat/ Pegawai wanita kawin, untuk :
a. wanita kawin yang suaminya wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi, dilaksanakan sesuai ketentuan sebagaimana
diatur dalam Pasal 3 ayat (2) Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1986;
b. wanita kawin yang suaminya tidak wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi, dilaksanakan sesuai ketentuan
sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (3) Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1986.

Halaman 301
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
E. UMPAN BALIK
1. Apakah semua pegawai sudah memiliki NPWP?
2. Apakah semua pegawai sudah menyampaikan SPT tahunan?
3. Apakah SPT disampaikan paling lambat tanggal 31 Maret?
4. Apakah unit kerja telah menyampaikan himbauan kepada semua pegawai tentang kewajiban
penyampaian SPT Tahunan?
5. Apakah unit kerja telah menatausahakan bukti tanda terima SPT semua pegawai dengan
baik?
6. Apakah unit kerja memiliki data wajib LP2P dan telah ditatausahakan dengan baik?
7. Apakah unit kerja telah menyampaikan himbauan kepada semua pegawai tentang kewajiban
penyampaian LP2P?
8. Apakah seluruh Pejabat Wajib LP2P pada unit kerja telah menyampaikan LP2P tahun
berkenaan?
9. Apakah penyampaian LP2P telah sesuai jadwal waktu yang telah ditentukan?

Halaman 302
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

[31]

PELAPORAN GRATIFIKASI

A. DASAR HUKUM
Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor : S-8650/PB/2009 tanggal 31 Desember 2009
tentang Mekanisme Pelaporan Gratifikasi.

B. PENGERTIAN GRATIFIKASI
1. Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat
(diskon), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan
wisata, pengobatan cuma-cuma dan fasilitas lainnya. Setiap gratifikasi kepada pegawai
negeri atau penyelenggara negara dianggap suap, apabila berhubungan dengan jabatannya
dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya.
2. Contoh-contoh Pemberian yang dapat dikategorikan sebagai Gratifikasi:
a. Pemberian hadiah atau uang sebagai ucapan terima kasih karena telah dibantu;
b. Hadiah atau sumbangan pada saat perkawinan anak dari pejabat oleh rekanan kantor
pejabat tersebut;
c. Pemberian tiket perjalanan kepada pejabat atau keluarganya untuk keperluan pribadi
secara cuma-cuma;
d. Pemberian potongan harga khusus bagi pejabat untuk pembelian barang atau jasa dari
rekanan;
e. Pemberian biaya atau ongkos naik haji dari rekanan kepada pejabat;
f. Pemberian hadiah ulang tahun atau pada acara-acara pribadi lainnya dari rekanan;
g. Pemberian hadiah atau souvenir kepada pejabat pada saat kunjungan kerja;

Halaman 303
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
h. Pemberian hadiah atau parsel kepada pejabat pada saat hari raya keagamaan, oleh
rekanan atau bawahannya.

C. TATA CARA PELAPORAN GRATIFIKASI:


1. Penerima gratifikasi wajib melaporkan penerimaannya selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)
hari kerja kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), terhitung sejak tanggal gratifikasi
tersebut diterima;
2. Laporan disampaikan secara tertulis dengan mengisi formulir sebagaimana ditetapkan oleh
KPK dengan melampirkan dokumen yang berkaitan dengan gratifikasi (formulir terlampir);
3. Formulir tersebut, sekurang-kurangnya memuat :
a. Nama dan alamat lengkap penerima dan pemberi gratifikasi;
b. Jabatan Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara;
c. Tempat dan waktu penerima gratifikasi;
d. Uraian jenis gratifikasi yang diterima;
e. Nilai gratifikasi yang diterima.

D. SANKSI BAGI PENERIMA GRATIFIKASI


Setiap Pegawai Negeri yang menerima gratifikasi dan tidak melaporkan kepada KPK terancam
sanksi sesuai Pasal 12B ayat (2) UU Nomor 31/1999 jo UU Nomor 20/2001, yaitu:
1. Pidana penjara seumur hidup atau;
2. Penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan Pidana
denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

E. UPAYA PENANGANAN GRATIFIKASI


1. Setiap pimpinan unit kerja diminta untuk memberikan fasilitasi kepada pegawai yang hendak
melaporkan gratifikasi kepada KPK, antara lain:
a. menyediakan formulir pelaporan gratifikasi;
b. menyediakan media komunikasi (faksimili/telepon) dan sarana lain yang dianggap perlu
untuk membantu pelaporan gratifikasi dan menyebarluaskan informasi tentang gratifikasi;
c. menunjuk Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian, Kepala Bagian Umum Kanwil
Ditjen Perbendaharaan dan Kepala Subbagian Umum untuk menangani hal-hal terkait
gratifikasi.
2. Setiap pimpinan unit kerja diminta agar melakukan monitoring dan evaluasi penanganan
gratifikasi sebagai berikut:
Halaman 304
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
a. Menghimpun copy pelaporan gratifikasi kepada KPK setiap triwulan dan menyampaikan
rekapitulasinya kepada Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan secara hirarkis (form laporan
terlampir);
b. Pimpinan unit kerja harus menjaga informasi dalam laporan gratifikasi dari pihak-pihak
yang secara dinas tidak berkepentingan.
3. Dalam hal terdapat permasalahan terkait dengan penanganan gratifikasi, dapat
dikonsultasikan dengan Bagian Administrasi Kepegawaian secara langsung melalui surat
atau telepon dengan nomor (021)3848909 serta melalui email ke alamat
kodeetikpegawai@perbendaharaan.go.id.
4. Setiap pimpinan unit kerja diminta untuk menyampaikan informasi sebagaimana dimaksud
dalm angka 1, 2 dan 3 di atas dalam berbagai kesempatan pertemuan dengan pihak eksternal
(mitra kerja). Selanjutnya setiap pimpinan unit kerja juga harus menyampaikan tersedianya
fasilitas pelaporan gratifikasi ke KPK, kepada setiap pegawai di unit kerjanya.

F. FORM UNTUK KPPN :

LAPORAN GRATIFIKASI YANG TELAH DILAPORKAN KEPADA KOMISI


PEMBERANTASAN KORUPSI
TAHUN. TRIWULAN
UNIT KERJA :.

No Nama/NIP pegawai yang Tanggal menerima Tanggal melapor Jenis gratifikasi


melapor gratifikasi ke KPK
1 2 3 4 5

..............,..............
Kepala KPPN

Nama
NIP

Halaman 305
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
G. FORM UNTUK KANWIL

LAPORAN GRATIFIKASI YANG TELAH DILAPORKAN KEPADA KOMISI


PEMBERANTASAN KORUPSI
TAHUN TRIWULAN

UNIT KERJA :.

No Nama/NIP Unit kerja Tanggal menerima Tanggal Jenis


pegawai yang gratifikasi melapor ke gratifikasi
melapor KPK
1 2 3 4 5 6

..............,..............
Kepala Kanwil

Nama
NIP

H. FORM UNTUK SETDITJEN/DIREKTORAT

LAPORAN GRATIFIKASI YANG TELAH DILAPORKAN KEPADA KOMISI


PEMBERANTASAN KORUPSI
TAHUN TRIWULAN

UNIT KERJA :.

No Nama/NIP pegawai Waktu menerima Tanggal melapor Jenis gratifikasi


yang melapor gratifikasi ke KPK
1 2 3 4 5

..............,..............
Sekretaris/Direktur

Nama
NIP

Halaman 306
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

[32]

PEGAWAI YANG DIPEKERJAKAN/DIPERBANTUKAN

A. DASAR HUKUM
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 256/KMK.01/2011 tanggal 3 Agustus 2011 tentang
Pegawai Negeri Sipil yang Dipekerjakan atau Diperbantukan di Luar Kementerian Keuangan.

B. DAMPAK KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR: 256/KMK.01/2011


TERHADAP PEGAWAI YANG DIPEKERJAKAN ATAU DIPERBANTUKAN
1. Masa tugas sebagai Pegawai Dipekerjakan atau Pegawai Diperbantukan paling lama 4
(empat) tahun, dan dapat diperpanjang untuk paling lama 4 (empat) tahun. Perpanjangan
masa tugas wajib dilaporkan kepada Menteri Keuangan u.p. Sekretaris Jenderal.
2. Terhitung sejak tanggal dimulainya penugasan, status kepegawaian Pegawai Dipekerjakan
atau Pegawai Diperbantukan berada di Setjen Kemenkeu c.q. Biro SDM. Selanjutnya, setelah
tanggal selesainya penugasan, statusnya sementara waktu berada di Setjen c.q. Biro SDM
sebelum dikembalikan ke unit eselon I dimana pegawai yang bersangkutan terakhir tercatat
sebagai pegawai.
3. Penugasan dan pengakhiran status sebagai Pegawai Dipekerjakan atau Pegawai
Diperbantukan ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.
4. Setelah selesai menjalani penugasan berhak diangkat kembali dalam jabatan yang setingkat
pada jabatan struktural/fungsional di unit eselon I dimana pegawai yang bersangkutan
terakhir tercatat sebagai pegawai. Jika belum dapat diangkat kembali, TKPKN dibayarkan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. bagi yang penugasan terakhirnya di Kemenkeu menduduki jabatan struktural , dibayarkan
TKPKN setara dengan TKPKN unsur Tunjangan Pokok peringkat 12 (dua belas);

Halaman 307
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
b. bagi yang penugasan terakhirnya di Kemenkeu menduduki jabatan fungsional dengan
peringkat 12 (dua belas) ke atas, dibayarkan TKPKN setara dengan TKPKN unsur
Tunjangan Pokok peringkat 12 (dua belas);
c. bagi yang penugasan terakhirnya di Kemenkeu menduduki jabatan fungsional dengan
peringkat di bawah 12 (dua belas), dibayarkan TKPKN setara dengan TKPKN pada
peringkat jabatan sebelum mendapat penugasan;
d. bagi yang penugasan terakhirnya di Kemenkeu tidak menduduki jabatan struktural atau
fungsional, dibayarkan TKPKN:
1) setara dengan TKPKN terakhir yang diterima sebelum penugasan;
2) setara dengan TKPKN pada dua tingkat di bawah peringkat maksimal sesuai pangkat
dan golongan ruangnya jika pada penugasan terakhir di Kemenkeu belum ditetapkan
peringkatnya.
5. Pegawai yang Dipekerjakan atau Diperbantukan wajib mengajukan usul pensiun 9
(sembilan) bulan sebelum mencapai Batas Usia Pensiun kepada Menteri Keuangan u.p.
Sekretaris Jenderal.
6. Bagi pegawai yang Dipekerjakan atau Diperbantukan yang mendapat penugasan sebelum
KMK No. 256/KMK.01/2011 ditetapkan, berlaku ketentuan berikut:
a. status kepegawaian tetap berada di unit eselon I;
b. pegawai yang statusnya ditetapkan sebelum sistem grading ditetapkan, pembayaran
TKPKN berpedoman pada KMK No. 572/KMK.01/2005;
c. pegawai yang statusnya ditetapkan setelah sistem grading ditetapkan, pembayaran
TKPKN berpedoman pada KMK No. 256/KMK.01/2011 ini.

C. PEGAWAI DIPEKERJAKAN
1. Berhak memperoleh gaji dan TKPKN sebesar TKPKN yang terakhir diterima sebelum
menjalani penugasan. TKPKN hanya dibayarkan dalam hal di tempat penugasan Pegawai
Dipekerjakan memperoleh tunjangan kinerja yang lebih kecil daripada TKPKN, sebesar
selisih kekurangannya.
2. Wajib menyampaikan DP3 kepada Menteri Keuangan u.p. Sekretaris Jenderal.
3. Wajib melaporkan kepada Menteri Keuangan u.p. Sekretaris Jenderal, dalam hal akan
dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi di tempat penugasan.

D. PEGAWAI DIPERBANTUKAN
1. Tidak berhak memperoleh TKPKN.

Halaman 308
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
2. Berhak memperoleh DP3 yang dibuat oleh pejabat penilai dan atasan pejabat penilai di unit
eselon I terakhir tercatat sebagai pegawai, dengan bahan dari atasan langsung di tempat
penugasannya, dengan ketentuan:
a. bagi yang sebelum penugasan menduduki jabatan eselon I, pejabat penilai dan atasan
pejabat penilai adalah Menteri Keuangan;
b. bagi yang sebelum penugasan menduduki jabatan eselon II, pejabat penilai adalah
Sekretaris Jenderal dan atasan pejabat penilai adalah Menteri Keuangan;
c. bagi yang sebelum penugasan menduduki jabatan eselon III ke bawah dan Pelaksana,
pejabat penilai adalah Kepala Biro SDM dan atasan pejabat penilai adalah Sekretaris
Jenderal.

Halaman 309
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

[33]

APLIKASI KEPEGAWAIAN

Informasi bidang kepegawaian merupakan salah satu elemen penting bagi pimpinan
dalam menentukan kebijakan organisasi khususnya terkait Sumber Daya Manusia. Sedemikian
pentingnya, maka kebenaran, keakuratan dan kemutakhiran informasi kepegawaian diupayakan
agar dapat disajikan secara terstruktur dan sistematis.
Seiring perkembangan teknologi informasi, data kepegawaian yang semula disusun dan
diolah secara manual, sekarang ini telah dilakukan melalui proses komputerisasi. Pemanfaatan
Teknologi Informasi yang semakin berkembang pesat dari waktu ke waktu menjadi salah satu
sarana untuk menyediakan informasi kepegawaian yang berguna bagi pimpinan, dengan
menciptakan sistem yang efisien dan terintegrasi, sehingga diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan akan ketersediaan informasi kepegawaian yang up to date, tepat waktu, tepat sasaran
dan tepat guna.
Di lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan, sistem yang diciptakan dan
dikembangkan oleh para pengelola teknologi informasi (programmer) telah menghasilkan
beberapa aplikasi di bidang kepegawaian yang sangat berguna bagi seluruh unit pengelola
kepegawaian untuk membantu mengumpulkan, mengolah dan mengelola data kepegawaian yang
selanjutnya disajikan dalam sebuah informasi kepegawaian yang akurat dan mutakhir. Beberapa
Aplikasi Kepegawaian yang telah digunakan antara lain : SIK, SILAP, SILK, PBNopen,

A. SIK (Sistem Informasi Kehadiran Pegawai)


Merupakan salah satu aplikasi bidang kepegawaian yang digunakan untuk
mengorganisir/menatausahakan data absensi elektronik pegawai yang berasal dari mesin

Halaman 310
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Handkey. Data transaksi absensi pegawai pada mesin handkey akan ditarik dan diproses oleh
aplikasi SIK. Melalui aplikasi SIK, operator dapat melakukan beberapa hal seperti pengaturan
pengguna, pengaturan handkey (konfigurasi, koneksi, jam dan tanggal), pengaturan jadwal jam
kerja, enroll data tangan pegawai, membaca/melihat data transaksi absensi pegawai,
dsb.Pengoperasian aplikasi SIK hanya dilakukan oleh operator yang telah ditunjuk. Berikut ini
adalah tampilan dari aplikasi SIK.

Aplikasi Sistem Informasi Kehadiran Pegawai

Aplikasi SIK telah beberapa kali dilakukan perubahan (update), yang terakhir dengan
update v.1.3. Penjelasan selengkapnya mengenai aplikasi SIK telah tercantum dalam Buku
Manual Sistem Informasi Kehadiran yang diterbitkan Sekretariat Ditjen Perbendaharaan. Begitu
juga terkait mesin absensi Handkey, telah terdapat pada Buku Manual Mesin Handkey.

B. SILAP (Sistem Informasi Laporan Absensi Pegawai)


Merupakan aplikasi yang digunakan untuk memproses/mengolah data transaksi absensi
pegawai yang telah ditarik/diproses oleh aplikasi SIK. Aplikasi SILAP mengacu pada Surat
Edaran Dirjen Perbendaharaan nomor SE-22/PB/2012 tanggal 2 Juli 2012 tentang Pedoman
Pelaporan Administrasi Kehadiran Pegawai di Lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
Aplikasi SILAP mempunyai fungsi utama untuk mencetak laporan absensi, dimana
didalamnya operator dapat melakukan perekaman data alasan absensi pegawai, pengaturan hari
& jam kerja/libur, perekaman pejabat penandatangan laporan dan pencetakan laporan. Adapun
tampilan dari aplikasi SILAP sebagai berikut.

Halaman 311
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

Jendela Login pada aplikasi SILAP

Aplikasi SILAP beserta menu-menu yang ada didalamnya


Seperti halnya SIK, aplikasi SILAP juga telah beberapa kali dilakukan perubahan
(update) dan yang terakhir dengan versi 1.1.6. Pada versi ini mengakomodir tambahan
pengaturan berkaitan dengan jam kerja selama bulan Ramadhan. Seperti halnya Handkey dan
SIK, penjelasan lengkap untuk aplikasi SILAP telah ada dalam buku manualnya.

C. SILK (Sistem Informasi Laporan Kepegawaian)


Merupakan aplikasi yang digunakan untuk membantu dalam proses perekaman,
pemutakhiran dan penyusunan laporan kepegawaian. Aplikasi SILK mengacu pada Surat Edaran
Dirjen Perbendaharaan nomor SE-40/PB/2011 tanggal 19 September 2011 tentang Pedoman
Penyusunan Laporan Kepegawaian di Lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Berikut
adalah tampilan dari aplikasi SILK.

Aplikasi SILK
Halaman 312
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia
Dengan beberapa pertimbangan dan masih terdapat kesulitan akses dari beberapa kantor
vertikal, maka dengan terbitnya surat Sekretaris Ditjen Perbendaharaan No. S-6596/PB.1/2012
tanggal 3 Agustus 2012 tentang Updating Data Kepegawaian, terhitung 1 Agustus 2012
penyusunan laporan kepegawaian melalui aplikasi SILK dihentikan. Sebagai gantinya setiap
pengelola kepegawaian berkewajiban melakukan updating data kepegawaian melalui modul
SILK pada aplikasi SIK (PbnOpen).

D. SIK PBNOPEN (Sistem Informasi Kepegawaian PBNOPEN)


Merupakan aplikasi induk bidang kepegawaian yang memuat informasi-informasi
kepegawaian seluruh pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Aplikasi SIK
PbnOpen hanya bisa diakses oleh pengelola kepegawaian di masing-masing unit (Direktorat,
Kanwil & KPPN) yang telah mempunyai username dan password. Berikut tampilan dari aplikasi
SIK PbnOpen.

Aplikasi SIK PbnOpen


Dalam aplikasi SIK PbnOpen terdapat beberapa modul yang dapat diakses dan digunakan
oleh operator pada unit pengelola kepegawaian, antara lain :
a. SILK PbnOpen; digunakan untuk updating data kepegawaian. Modul ini sesuai surat
Sekretaris Ditjen Perbendaharaan No. S-6596/PB.1/2012 tanggal 3 Agustus 2012
difungsikan sebagai pengganti aplikasi SILK. Beberapa menu yang terdapat dalam modul
SILK PbnOpen seperti : menu foto pegawai, kepangkatan, keluarga dan pendidikan. Setelah
melakukan perekaman/updating data (termasuk upload dokumen pendukung) pada menu-
menu tersebut, operator pada masing-masing unit pengelola kepegawaian wajib mencetak
rekapitulasi updating data dan setelah ditandatangani oleh pejabat berwenang wajib
menyampaikan softcopynya ke Bagian Administrasi Kepegawaian melalui sarana email ke
alamat tu.kepegawaian.djpbn@gmail.com. Selain menu-menu tersebut diatas, di masa
mendatang akan dibuka pula akses ke beberapa menu lainnya sehingga proses updating akan
menjadi semakin lengkap demi menjamin validitas data.

Halaman 313
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

Modul SILK PbnOpen

b. Usul Kenaikan Pangkat (UKP); digunakan dalam proses pengusulan kenaikan pangkat
pegawai. Menu yang terdapat dalam modul UKP ini meliputi menu perekaman data,
pemrosesan dan terakhir menu pencetakan.
c. Grading/Peringkat Jabatan; digunakan dalam proses terkait peringkat jabatan (grading).
Disamping modul-modul dan menu-menu sebagaimana telah disebut diatas, pada aplikasi
SIK PbnOpen dapat dijumpai beberapa informasi peraturan dan pengumuman terbaru terkait
kepegawaian, dimana hal ini akan sangat membantu para pengelola kepegawaian untuk
mengikuti/mengetahui informasi terkini seputar kepegawaian.
Aplikasi SIK PbnOpen memanfaatkan jalur intranet dan dapat diakses melalui web
browser (Internet Explorer, Mozilla Firefox, Opera, Google Chrome) dengan alamat
http://10.0.10.1/portalsdm.

E. SIMASTER (Sistem Informasi Assessment Center)


Merupakan aplikasi yang berkaitan dengan informasi seputar hasil penilaian assessment
center. Melalui aplikasi ini dapat diketahui nilai capaian kompetensi pejabat/pegawai di
lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Disamping itu beberapa aktivitas yang dapat
dilakukan pada aplikasi Simaster seperti perekaman data hasil assessment, menampilkan dan
mencetak data nilai capaian kompetensi pegawai, dsb.
Pejabat/pegawai yang telah memiliki username dan password dapat mengakses aplikasi
Simaster sesuai dengan tingkatan level yang diberikan, dimana tiap tingkat level menentukan
jenis kewenangan yang dapat dilakukan di aplikasi ini. Aplikasi Simaster dapat diakses melalui
intranet di alamat http://10.0.10.1/simaster. Informasi lengkap mengenai aplikasi Simaster ini
telah terdapat pada buku panduan yang diterbitkan Sekretariat Ditjen Perbendaharaan, dan
berikut adalah tampilan dari aplikasi Simaster.

Halaman 314
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

Aplikasi Simaster

F. HRC (Human Resource Center)


Merupakan aplikasi dalam bentuk website yang menyajikan berbagai informasi
terbaru/terkini seputar sumber daya manusia/kepegawaian. Informasi yang bisa diperoleh
misalnya berita, pengumuman, peraturan, artikel dan event kepegawaian. Semua disajikan
dengan transparan dan informatif. Bahkan tidak hanya itu, dalam HRC juga disediakan kolom
khusus seperti kolom download, gallery foto dan e-konseling. HRC dapat diakses melalui
intranet, semula beralamat di http://10.0.10.234/hrc namun mulai 1 Desember 2012 beralih ke
http://hrc.perbendaharaan.go.id. Berikut ini tampilan home screen HRC.

Human Resource Center (HRC)

Halaman 315
Panduan Layanan Sumber Daya Manusia

[34]
PENUTUP

Materi yang disajikan dalam buku ini telah dirancang sedemikian rupa agar kita dapat
mempelajarinya sekaligus mempraktikkannya. Diharapkan dengan mempelajari buku ini kita
akan memiliki pemahaman yang memadai dalam mengemban tugas di bidang pengelolaan
kepegawaian. Untuk itu keseriusan kita dalam mempelajari buku ini sangat menentukan
keberhasilan.
Buku ini memang tidak mampu memberikan materi yang banyak dalam pengelolaan
kepegawaian termasuk contoh-contohnya. Agar manfaat dari pembahasan dalam buku ini lebih
dapat kita rasakan, maka kita perlu membaca peraturan-peraturan yang memuat ketentuan
administrasi kepegawaian.
Untuk itu, setelah kita selesai mempelajari buku ini, kita perlu melakukan langkah-
langkah berikut ini untuk membantu mengembangkan diri dalam penguasaan materi administrasi
kepegawaian.
1. Evaluasi kembali proses pelaksanaan pekerjaan di bidang kepegawaian yang selama ini kita
lakukan, apakah sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Evaluasi secara terus menerus terhadap buku ini agar semakin baik dan sempurna.
3. Untuk menambah pengetahuan tentang pengelolaan kepegawaian, maka kita dapat membaca
buku-buku atau peraturan-peraturan tentang administrasi kepegawaian.
4. Untuk menambah ketrampilan dan pemahaman kita, maka usahakan untuk selalu membagi
pengetahuan tentang pengelolaan kepegawaian dengan seluruh pegawai di lingkungan kantor
kita.
Setelah kita menyelesaikan mempelajari buku ini, semestinya kita telah memiliki
pemahaman dan keterampilan dalam pengelolaan administrasi kepegawaian. Secara spesifik,
pengetahuan yang diharapkan dari buku ini adalah dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
menyangkut pengelolaan kepegawaian dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
***

Halaman 316

Anda mungkin juga menyukai