Pelindung
Direktur Jenderal Perbendaharaan
Pengarah
Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Ketua Tim
Ludiro
Dewan Editor
Heran Subagio
Bimanyu Eka Yuda
Raden Bagus Nursalim
Muhammad Arif
Kontributor
Koordinator
Sigid Mulyadi
Anggota
Nurmalindah
Ethica Wijayanti
Suyono
Ahmad Nurholis
Bambang Wisnugroho
Arif Setyawan
Hery Yulianto
Samsul Huda
Ari Indarti
Desainer Grafis
Ethica Wijayanti
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya Buku Panduan
Administrasi Kepegawaian ini dapat disusun.
Kami menyambut baik diterbitkannya Buku Panduan Administrasi Kepegawaian untuk
para pengelola kepegawaian khususnya dan bagi seluruh pegawai di lingkungan Ditjen
Perbendaharaan.
Kami menyampaikan terima kasih atas kerjasama serta partisipasi dari semua elemen di
lingkungan Sekretariat Ditjen Perbendaharaan. Buku ini dapat terwujud atas inisiatif Tim
Penyusun di Bagian Administrasi Kepegawaian, dengan tujuan agar buku ini dapat menjadi
panduan bagi para pengelola kepegawaian unit kerja terkait tugas pokok dan fungsinya.
Pengelolaan kepegawaian terkadang sering dianggap hal yang remeh oleh sebagian
orang, padahal hal tersebut merupakan hal yang sangat penting, mengingat pegawai merupakan
sumber daya terbesar organisasi kita, oleh karenanya patut dikelola dengan baik. Kepuasan
pegawai atas pengelolaan kepegawaian akan menghasilkan kinerja pegawai yang baik,
sebaliknya ketidakpuasan pegawai atas pengelolaan kepegawaian dapat menghasilkan penurunan
kinerja. Diharapkan dengan buku ini dapat terwujud keseragaman pemahaman mengenai
pengelolaan kepegawaian, sehingga para pengelola kepegawaian dapat memberikan pelayanan
yang lebih baik.
Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat, tidak hanya sebagai panduan bagi para
pengelola kepegawaian, tapi juga dampaknya terhadap seluruh pegawai Ditjen Perbendaharaan.
Ttd
Tata Suntara
Tim Penyusun
Pria diburu oleh keabadian, dan kita bertanya pada diri sendiri, …akankah sikap kita dikenang
hingga berabad kemudian? …akankah orang asing yang mendengar nama kita lama setelah kita
mati, ingin tahu siapa kita, betapa gagah berani kita berperang, betapa besar kita mencintai…”
(opening – film TROY)
Jika tinggal di Larissa......kau akan temukan kedamaian. Kau akan menemukan wanita cantik.
Kau akan punya putra dan putri dan mereka akan punya keturunan. Dan mereka akan
menyayangimu. Jika kau mati, mereka akan mengingatmu. Tapi jika anakmu mati, juga
keturunan mereka......namamu akan hilang.
Jika kau pergi ke Troya......kau akan mendapatkan kemuliaan. Selama ribuan tahun mereka akan
menulis cerita kemenanganmu. Dunia akan mengingat namamu. Tapi jika kau pergi ke
Troya......kau takkan pernah kembali. Karena kemuliaanmu berjalan seiring dengan
kematianmu. (Pesan untuk Achilles dari Ibunya)
Sebagai aparatur pemerintah, setiap Pegawai Negeri Sipil wajib mengetahui dan
memahami hak dan kewajibannya selama menjalankan tugas, sehingga dapat bekerja sesuai
dengan yang digariskan dalam peraturan perundang-undangan mengenai kepegawaian. Hal ini
juga menjadi tuntutan Direktorat Jenderal Perbendaharaan terhadap seluruh pegawainya. Beban
tugas Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang semakin berat harus didukung oleh sumber daya
manusia yang berkualitas, disamping memiliki kepribadian yang baik, etos kerja yang tinggi,
cakap, tanggap terhadap kondisi yang terjadi, kreatif dan inovatif, sehingga banyak berperan luas
dalam menunjang tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengelola kepegawaian di
lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan dalam memahami peraturan yang berkaitan
dengan hak dan kewajiban Pegawai Negeri Sipil maka disusunlah buku ini agar dapat menjadi
pedoman dalam pelaksanaan tugas sehari-hari.
Selama ini dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, pengelola kepegawaian di
lingkungan Ditjen Perbendaharaan dihadapkan pada sejumlah peraturan yang tersebar dan belum
dibukukan. Meski telah disusun SOP dalam pengelolaan tugas-tugas kepegawaian, tetapi
pedoman yang menjadi dasar pijakan pengelola kepagawaian masih harus dicari dan terkadang
tidak ada dalam kantor tersebut.
Di masing-masing lingkungan eselon I tentunya memiliki kekhasan masing-masing dalam
urusan administrasi kepegawaian. Terkadang beberapa pelaksanaan tugas kepegawaian belum
memiliki dasar peraturan yang diterbitkan Pemerintah dan BKN. Atau di lingkungan tersebut
telah menetapkan kriteria tertentu dalam pelaksanaan Peraturan Pemerintah di bidang
kepegawaian. Begitu juga dengan di Ditjen Perbendaharaan yang memiliki instansi vertikal yang
tersebar di seluruh nusantara.
Pengelolaan kepegawaian yang baik dan terstandar memiliki tujuan, diantaranya adalah
menjamin hak-hak para pegawai terkait penghasilan, validitas data-data kepegawaian yang
merupakan dasar untuk penetapan kebijakan karier seseorang dan tujuan-tujuan lainnya, seperti
penyeragaman pengelolaan yang memudahkan dalam proses evaluasi dan monitoring.
Berangkat dari gagasan bahwa harus ada yang dihasilkan dan menjadikan sesuatu yang
akan terus dikenang, Bagian Administrasi Kepegawaian memiliki kemauan besar untuk
mewujudkan dan menerbitkan sebuah buku pedoman administrasi kepegawaian bagi pengelola
kepegawaian baik di tingkat pusat maupun di daerah.
A. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan;
2. Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 01/SE/1975 tentang
Petunjuk Permintaan, Penetapan dan Penggunaan Nomor Induk Pegawai dan Kartu Pegawai
Negara Sipil.
B. KEARSIPAN
Fungsi arsip bagi organisasi sangat strategis, sebab dalam sebuah lembaga, segala
sesuatunya dimulai dengan surat sebagai alat komunikasi tertulis resmi. Arsip bukan saja sebagai
sarana komunikasi dan informasi belaka, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana mengelola
arsip itu berguna dalam mendukung dan menyusun perencanaan dan kebijakan organisasi.
Agar kegiatan administrasi dapat berjalan lancar dan teratur maka diperlukan sistem
kearsipan yang baik. Arsip-arsip yang dimiliki tidak semuanya akan terus digunakan. Ada arsip-
arsip tertentu yang harus dimusnahkan atau dipindah menjadi arsip inaktif. Dalam kegiatan
pengarsipan, terutama dalam proses penyimpanan dibutuhkan biaya yang cukup besar. Tenaga-
tenaga profesional juga dibutuhkan dalam kegiatan pengarsipan supaya arsip dapat
dengan mudah ditemukan jika sewaktu-waktu diperlukan.
Jika sistem kearsipan berjalan dengan baik maka kegiatan administrasi akan berjalan
dengan lancar. Dan sebaliknya jika sistem kearsipan kurang diperhatikan, maka kegiatan
adminstrasi akan sedikit terhambat. Hal ini dikarenakan arsip-arsip dan dokumen-dokumen yang
sulit ditemukan atau bahkan tidak diketahui keberadaannya.
Menurut Drs. The Liang Gie dalam bukunya Administrasi Perkantoran Modern, arsip
adalah suatu kumpulan dokumen yang disimpan secara sistematis karena mempunyai suatu
kegunaan agar setiap kali diperlukan dapat secara cepat ditemukan kembali. Menurut kamus
administrasi, kearsipan adalah suatu bentuk pekerjaan tata usaha yang berupa penyusunan
dokumen-dokumen secara sistematis sehingga bilamana diperlukan lagi, dokumen-dokumen itu
dapat ditemukan kembali secara cepat.
Arsip menurut fungsinya terbagi menjadi :
1. Arsip Statis, yaitu arsip yang dihasilkan oleh kementerian atau unit organisasi karena
memiliki nilai guna kesejarahan, yang telah diverifikasi secara langsung maupun tidak
langsung oleh Lembaga Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Contoh Arsip Statis :
C. DOSIR PEGAWAI
Dosir adalah berkas arsip yang disusun atas dasar kesamaan urusan atau kegiatan. Dalam
kegiatan administrasi yang dilakukan, pasti dihasilkan produk-produk kantor seperti surat,
formulir, dan laporan. Jadi, kegiatan administrasi pada dasarnya adalah menghasilkan, menerima,
mengolah, dan menyimpan berbagai surat, formulir laporan dan lain sebagainya. Kata "dosir"
sendiri berasal dari istilah Belanda "dossier" yang berarti kumpulan dokumen.
Penyelenggaraan tata usaha kepegawaian dapat diartikan merupakan segala rangkaian
kegiatan yang berhubungan dengan penerimaan, penelitian, pencatatan, penyimpanan,
pengolahan, penyusunan dan pemeliharaan setiap berkas mutasi kepegawaian perorangan
pegawai sesuai dengan Nomor Induk Pegawai.
Sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian
Negara Nomor 01/SE/1975 tentang Petunjuk Permintaan, Penetapan dan Penggunaan Nomor
Induk Pegawai dan Kartu Pegawai Negara Sipil, antara lain ditentukan bahwa satu NIP hanya
untuk satu pegawai negeri dan tidak boleh dialihkan, diantaranya berfungsi sebagai dasar
penyusunan dan memelihara Tata Usaha Kepegawaian.
A. DASAR HUKUM
1. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tanggal 10 November 2000 jo. PP No. 12
tahun 2002 tanggal 17 April 2002;
2. Keputusan Kepala BKN Nomor 12 Tahun 2002 tentang Ketentuan Pelaksanaan PP Nomor
99 Tahun 2000 jo PP Nomor 12 Tahun 2002;
3. Surat Edaran Kepala Biro Kepegawaian Setjen Depkeu Nomor SE-01/SJ.2/2005 tanggal 25
Juli 2005;
4. Surat Kepala Biro Sumber Daya Manusia Setjen Depkeu Nomor S-144/SJ.5/2010 tanggal 25
Januari 2010;
5. Surat Sekretaris Ditjen Perbendaharaan No. S-77/PB.1/UP.10/2010 tanggal 28 Januari 2010.
A. DASAR HUKUM
1. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 Tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil;
2. Keppres Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN.
KOP SURAT
Dengan ini diberitahukan, bahwa berhubung telah dipenuhinya masa kerja dan syarat-syarat
lainnya kepada :
1. Nama : .................................
2. NIP / No.Karpeg : ................................. / .................................
3. Pangkat : .................................
4. Jabatan : .................................
5. Unit Organisasi : .................................
6. Gaji Pokok Lama : Rp. .................................
(.................................)
(PP No. .................................)
atas dasar Surat Keputusan terakhir tentang gaji/pangkat yang ditetapkan :
a. oleh pejabat : .................................
b. tanggal : .................................
nomor : .................................
c. terhitung mulai tanggal : .................................
d. masa kerja golongan : .................................
pada tanggal tersebut
diberikan kenaikan gaji berkala hingga memperoleh :
7. Gaji Pokok Baru : Rp. .................................
(.................................)
(PP No. ................................. )
8. Berdasarkan masa kerja : .................................
9. Dalam Golongan : .................................
10. Terhitung Mulai Tanggal : .................................
Diharapkan agar sesuai dengan pasal 29 ayat (1) Keppres nomor 42 tahun 2002 kepada pegawai
tersebut dapat dibayarkan penghasilannya berdasarkan gaji pokok yang baru.
.................................
NIP .................................
KOP SURAT
Nota Rahasia
…………………………
……………………………… ……………………………
A. DASAR HUKUM
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1979 tentang Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil;
2. Surat Edaran Kepala BAKN Nomor SE-02/SE/1980 tanggal 11 Pebruari 1980 tentang
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil;
3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 256/KMK.01/2011 tanggal 3 Agustus 2011 tentang
Pegawai Negeri Sipil yang Dipekerjakan atau Diperbantukan di Luar Kementerian Keuangan.
B. UMUM
1. Unsur-unsur yang dinilai dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) adalah:
a. kesetiaan;
b. prestasi kerja;
c. tanggung jawab;
d. ketaatan;
e. kejujuran;
f. kerjasama;
g. prakarsa; dan
h. kepemimpinan.
Unsur kepemimpinan hanya dinilai bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berpangkat
Pengatur Muda golongan ruang II/a ke atas yang memangku suatu jabatan.
2. Pejabat penilai baru dapat melakukan penilaian pelaksanaan pekerjaan, apabila telah
membawahi PNS yang bersangkutan sekurang-kurangnya 6 bulan.
3. Apabila PNS yang dinilai berkeberatan atas nilai dalam DP3, maka dapat mengajukan
keberatan disertai dengan alasan-alasannya, kepada atasan pejabat penilai melalui hirarkis
dalam jangka waktu 14 hari sejak diterimanya DP3 tersebut.
G. PENGAJUAN KEBERATAN
1. PNS yang merasa keberatan atas nilai dalam DP3, baik secara keseluruhan maupun sebagian,
dapat mengajukan keberatan secara tertulis disertai dengan alasannya kepada atasan pejabat
penilai melalui hirarkis. Keberatan tersebut dituliskan dalam DP3 pada ruangan yang telah
disediakan.
2. Keberatan harus sdh diajukan dalam jangka waktu 14 hari terhitung mulai ia menerima DP3.
Keberatan yang melebihi batas waktu 14 hari menjadi kedaluwarsa, sehingga tidak dapat
dipertimbangkan lagi.
A. DASAR HUKUM
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor
43 Tahun 1999;
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai
Negeri Sipil;
3. Keputusan Bersama Tiga Menteri mengenai Cuti Bersama;
4. Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-3559 /MK.1/2009 tanggal 10 Desember 2009.
B. CUTI TAHUNAN
Cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang diijinkan dalam jangka waktu tertentu.
Tujuan pemberian cuti adalah dalam rangka usaha untuk menjamin kesegaran jasmani dan
rohani.
1. Hak Cuti Tahunan
a. Merupakan hak PNS, termasuk CPNS yang telah bekerja secara terus menerus selama 1
(satu) tahun.
b. CPNS hanya berhak atas cuti tahunan, kecuali ditentukan lain oleh pejabat yang
berwenang memberikan cuti berdasarkan pertimbangan kemanusiaan.
c. Selama menjalankan cuti tahunan, PNS/CPNS yang bersangkutan memperoleh TKPKN.
2. Penggunaan Cuti Tahunan
a. Penggunaan cuti tahunan dapat digabungkan dengan cuti bersama, dengan jumlah paling
sedikit menjadi 3 (tiga) hari kerja.
b. Cuti tahunan yang akan dijalankan di tempat yang sulit perhubungannya dapat ditambah
untuk paling lama 14 hari termasuk hari libur. Ketentuan ini tidak berlaku apabila cuti
tahunan yang diambil kurang dari 12 hari.
c. Cuti bersama yang tidak digunakan karena kepentingan dinas dan berdasarkan surat
tugas, tetap menjadi hak cuti tahunan PNS.
3. Penangguhan Cuti Tahunan yang Tersisa
a. Cuti tahunan yang tersisa 6 (enam) hari kerja atau kurang tetap menjadi hak PNS yang
bersangkutan.
C. CUTI BESAR
1. Hak Cuti Besar
a. Merupakan hak PNS yang telah bekerja paling kurang 6 (enam) tahun secara terus
menerus.
b. PNS yang akan/telah menjalani cuti besar tidak berhak lagi atas cuti tahunan dalam tahun
yang bersangkutan.
c. Selama menjalankan cuti besar, PNS yang bersangkutan tidak berhak atas tunjangan
jabatan dan tidak memperoleh TKPKN.
2. Penggunaan Cuti Besar
a. PNS perlu merencanakan penggunaan cuti besar sejak awal tahun.
b. Cuti besar dapat digunakan oleh PNS untuk
● memenuhi kewajiban agama;
D. CUTI SAKIT
1. Hak Cuti Sakit merupakan hak PNS dan/atau PNS/CPNS wanita yang mengalami gugur
kandungan.
2. Penggunaan Cuti Sakit
a. PNS yang menderita sakit lebih dari 2 (dua) hari harus melampirkan surat keterangan
dokter dari rumah sakit pemerintah/puskesmas.
b. PNS yang telah menggunakan cuti sakit untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun 6
(enam) bulan dan telah aktif bekerja kembali, berhak atas:
● cuti bersama;
● cuti tahunan pada tahun yang sedang berjalan dan cuti tahunan yang tersisa pada
tahun sebelum digunakan cuti sakit;
● cuti besar;
● cuti bersalin;
E. CUTI BERSALIN
1. Hak Cuti Bersalin
a. Merupakan hak PNS/CPNS wanita untuk persalinan anaknya yang pertama, kedua, dan
ketiga.
b. Cuti bersalin yang digunakan oleh CPNS wanita untuk persalinan anaknya yang pertama
akan mengurangi hak cuti persalinan setelah yang bersangkutan menjadi PNS.
2. Penggunaan Cuti Bersalin dan Cuti Lain untuk Bersalin
a. PNS yang telah menggunakan cuti bersalin, berhak atas:
● cuti bersama;
● cuti tahunan pada tahun yang sedang berjalan dan cuti tahunan yang tersisa pada
tahun sebelum digunakan cuti bersalin;
● cuti besar;
● cuti sakit;
A. DASAR HUKUM
1. Keputusan Menteri Keuangan nomor 180/KMK.01/2009 tanggal 12 Mei 2009 tentang
Pendelegasian Sebagian Wewenang Kepada Para Pejabat Eselon I Di Lingkungan
Departemen Keuangan Untuk Menandatangani Surat Keputusan Mutasi Kepegawaian Dan
Lain Sebagainya Di Bidang Kepegawaian;
2. Surat Edaran Menteri Keuangan RI nomor SE-49/MK.1/1999 tanggal 27 Agustus 1999;
3. Surat Kepala Biro Sumber Daya Manusia nomor S-1122/SJ.4/2007 tanggal 5 September
2007;
4. Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor SE-38/PB/2007 tanggal 2 Oktober
2007 tentang izin melakukan perjalanan ke luar negeri untuk kepentingan pribadi atau di luar
kedinasan.
Tempat, Tanggal/Bulan/Tahun
Yth. Menteri Keuangan R.I.
u.p. Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan
melalui
Direktur Jenderal Perbendaharaan
Jakarta
Mengetahui
Atasan Langsung Hormat saya,
............................. .......................
NIP...................... NIP.....................
Tembusan :
Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 40
BAB VIII
SURAT PERNYATAAN MELAKSANAKAN TUGAS,
SURAT PERNYATAAN PELANTIKAN DAN SURAT PERNYATAAN MASIH
MENDUDUKI JABATAN
A. DASAR HUKUM
1. Peraturan Kepala BKN Nomor 22 tahun 2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Calon Pegawai Negeri Sipil Tahun 2005;
2. Peraturan Kepala BKN Nomor 30 Tahun 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan CPNS;
3. Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 13 Tahun 2002 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai
Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002.
KOP SURAT
Demikian Surat Pernyataan Pelantikan ini saya buat dengan sesungguhnya, dengan mengingat
sumpah jabatan, dan apabila dikemudian hari isi pernyataan ini ternyata tidak benar, yang
mengakibatkan kerugian terhadap Negara, maka saya bersedia menanggung kerugian tersebut.
Asli surat pernyataan ini disampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
..............................
.............................
NIP .............................
KOP SURAT
Nama : .............................
NIP : .............................
Pangkat/Gol. : .............................
Jabatan : Direktur Jenderal Perbendaharaan
menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa Pegawai Negeri Sipil yang tersebut di bawah ini:
Nama : .............................
NIP : .............................
Pangkat/Gol. : .............................
Jabatan : Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi ..................
Eselon : II.A
Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dengan mengingat sumpah
jabatan dan apabila dikemudian hari isi pernyataan ini ternyata tidak benar, yang mengakibatkan
kerugian terhadap Negara, maka saya bersedia menanggung kerugian tersebut.
Asli surat pernyataan ini disampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
..........................
Direktur Jenderal,
.............................
NIP ..........................
KOP SURAT
Nama : ............................................................
NIP. : ............................................................
Pangkat/Golongan Ruang : ............................................................
Jabatan : ............................................................
Nama : ............................................................
NIP. : ............................................................
Pangkat/Golongan Ruang : ............................................................
Jabatan : ............................................................
Eselon : ............................................................
……………………., ………….
Pejabat yang membuat pernyataan
(……………………………………..)
KOP SURAT
menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa Calon Pegawai Negeri Sipil yang tersebut di bawah
ini:
Nama : ………………………
NIP : ………………………
Pangkat/Gol : ………………………
Jabatan : Pelaksana pada ………………………
……………………… ………………………
NIP ……………………… NIP ………………………
A. DASAR HUKUM
1. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2010 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Tata Naskah Dinas Ditjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan;
2. Surat Kepala BKN No.K.26-20/V.24-25/99 tanggal 10 Desember 2001 perihal Tata Cara
Pengangkatan PNS Sebagai Pelaksana Tugas;
3. Surat Kepala BKN No. K.26-3/V.5-10/99 tanggal 18 Januari 2002 perihal Penunjukan
Pejabat Pelaksana Harian.
KOP SURAT
SURAT PERINTAH
NOMOR PRIN- /PB/2011
MEMBERI PERINTAH
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal ....................
Direktur Jenderal,
.............................
NIP .............................
KOP SURAT
SURAT PERINTAH
NOMOR PRIN- /PB/2011
MEMBERI PERINTAH
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal .............................
Direktur Jenderal,
……………………...
NIP ………………….
A. DASAR HUKUM
Surat Edaran Dirjen Perbendaharaan Nomor SE-34/PB/2011 tentang Pedoman Administrasi
Kehadiran Pegawai di Lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
B. PENDAHULUAN
Salah satu kewajiban pegawai yang terkait dengan peningkatan disiplin Pegawai Negeri
Sipil di lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan adalah mematuhi tata tertib mengenai
jam masuk kerja, istirahat, pulang kantor, dan pemanfaatan jam kerja sesuai dengan ketentuan.
Dalam rangka penegakan disiplin, mendorong profesionalitas, dan meningkatkan kinerja
pegawai telah diatur ketentuan mengenai penegakan disiplin dalam kaitannya dengan pemberian
Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara kepada Pegawai Negeri Sipil di lingkungan
Kementerian Keuangan sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 41/PMK.01/2011 tentang Penegakan Disiplin Dalam Kaitannya Dengan Pemberian
Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara Kepada Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan
Kementerian Keuangan.
Guna melaksanakan fungsi ketertiban pegawai tersebut telah dilakukan penyempurnaan
aplikasi sistem kehadiran elektronik, untuk itu dipandang perlu diatur kembali petunjuk lebih
lanjut tentang Pedoman Administrasi Kehadiran Pegawai di Lingkungan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan.
I. KETENTUAN LAIN-LAIN
1. Petunjuk penggunaan Mesin Kehadiran Elektronik dan program aplikasinya agar
berpedoman pada buku manual yang diterbitkan oleh Sekretariat Direktorat Jenderal
Perbendaharaan.
2. Untuk memastikan data daftar hadir masuk/pulang kerja Pegawai telah terekam pada mesin,
pimpinan unit dapat menyediakan monitor/display data daftar hadir masuk/pulang kerja.
3. Bila terjadi kerusakan pada Mesin Kehadiran Elektronik dan/atau program aplikasi pada
instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Penanggung Jawab agar segera melapor
Kami yang bertanda tangan dibawah ini, dengan ini menerangkan bahwa telah ditugaskan
pejabat/pegawai atas nama:
No. Nama NIP Jabatan
1.
2.
3.
4.
Untuk ................................. terhitung mulai tanggal............ sampai dengan tanggal ............ pukul
.......... sampai dengan pukul .......... bertempat di .........................
Demikian untuk digunakan sebagaimana mestinya.
…………………., …………..
………………… (minimal pejabat es. III)
.................................
NIP...........................
................................... ...................................
NIP............................. NIP..............................
..................., ....................
............................. (atasan langsung) Yang menyatakan,
…………………… …………………
NIP NIP
KOP SURAT
Mengetahui *) ..........................,...................................
................................... (jabatan atasan langsung)
..................................... .........................................
NIP.............................. NIP..................................
Keterangan :
*) Khusus untuk pegawai pelaksana yang lupa absen pulang kantor, surat pernyataan perlu
diketahui oleh pejabat eselon III berkenaan.
KOP SURAT
Pada hari ................... tanggal …………….. pukul ........... sampai dengan pukul ........... telah
diperintahkan untuk melakukan kerja lembur menyelesaikan ....................................( sebutkan
pekerjaan yang dilakukan).
Untuk itu, kepada yang bersangkutan diberikan dispensasi melakukan pengisian daftar hadir
masuk kantor pada hari ..................... tanggal .................. (hari/tanggal esok harinya) sampai
dengan pukul 08.30 (waktu setempat).
Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
.................., ............................
Yang menyatakan,
(pejabat eselon III)
…………………
NIP
.................., ....................
(jabatan atasan langsung)
…………………
NIP
A. DASAR HUKUM
Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor SE-40/PB/2011 tentang Pedoman
Penyusunan Laporan Kepegawaian di Lingkungan Ditjen Perbendaharaan.
B. UMUM
Dalam upaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyampaian Laporan Kepegawaian
serta untuk meningkatkan akurasi dan validitas informasi kepegawaian guna memenuhi
kebutuhan penyusunan data kepegawaian yang mutakhir, maka diperlukan petunjuk penyusunan
Laporan Kepegawaian lingkup Direktorat Jenderal Perbendaharaan dalam suatu Sistem
Informasi Laporan Kepegawaian.
C. PENGERTIAN UMUM
1. Sistem Informasi Laporan Kepegawaian, yang selanjutnya disingkat SILK adalah
perekaman, pemutakhiran dan penyusunan Laporan Kepegawaian yang terintegrasi pada
database Kantor Pusat.
2. Aplikasi SILK adalah aplikasi yang dibuat untuk membantu dalam proses perekaman,
pemutakhiran dan penyusunan Laporan Kepegawaian.
3. Laporan Kepegawaian yang selanjutnya disingkat LK adalah laporan tentang kondisi
pegawai pada satuan kerja yang dibuat secara periodik serta disusun menurut bentuk yang
telah ditetapkan.
4. Laporan Kepegawaian Bulanan, yang selanjutnya disebut LK.1 adalah laporan yang
dihasilkan dari aplikasi SILK, yang berisi data tentang keadaan pegawai pada satuan kerja
tertentu pada bulan berkenaan. Contoh: Laporan Kepegawaian Bulan Januari 20X1 adalah
Laporan kondisi mulai 1 Januari 20X1 sampai dengan 31 Januari 20X1.
Penanggung Jawab
Entitas Pelaporan
Kasubbag Tata Usaha / Kasubbag
AKKP/ Kasubbag Kepegawaian/
Kasubbag Umum
E. KETENTUAN LAIN-LAIN
1. Untuk mempermudah pelaksanaan komputerisasi SILK, tata cara pengoperasian Aplikasi
SILK agar berpedomaan pada Buku/Modul Aplikasi SILK yang diterbitkan oleh
Sekretariat Ditjen Perbendaharaan.
Laporan Kepegawaian tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian intern yang
memadai, dan isinya telah menyajikan informasi data-data kepegawaian pada unit kerja
kami.
............., .......................
(.......................................)
A. DASAR HUKUM
1. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1967 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil
Republik Indonesia Tahun 1968 (PGPS Tahun 1968);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1980 tentang Perubahan Pertama Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil Mengenai
Perubahan Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1992 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil
4. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN.
................., ......................
Dengan hormat :
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
NIP :
Jabatan/Unit Kerja :
Tempat/Tanggal Lahir :
Agama :
Status :
Alamat :
Bersama ini mohon perkenan Bapak ........... untuk dapatnya memberikan izin pernikahan
pertama/kedua*) kami besok pada :
Hari :
Tanggal :
Tempat :
Nama :
Pekerjaan :
Tempat/Tanggal Lahir :
Status :
Alamat :
Demikian untuk menjadikan periksa dan atas perkenan Bapak kami ucapkan terima kasih dan
bersama ini pula kami lampirkan persyaratannya.
Mengetahui
Atasan Langsung Hormat Saya
(.......................................) (...............................)
NIP............................... NIP..........................
I. BAPAK KANDUNG
Nama :
Tempat/Tanggal Lahir :
Pekerjaan :
Agama :
Alamat :
IBU KANDUNG
Nama :
Tempat/Tanggal Lahir :
Pekerjaan :
Agama :
Alamat :
II.BAPAK MERTUA
Nama :
Tempat/Tanggal Lahir :
Pekerjaan :
Agama :
Alamat :
IBU MERTUA
Nama :
Tempat/Tanggal Lahir :
Pekerjaan :
Agama :
Alamat :
Mengetahui
Atasan Langsung Hormat Saya
(.......................................) (...............................)
NIP............................... NIP..........................
Lampiran :
1. Foto copy Kartu Susunan Keluarga (KSK) Orang Tua
2. Foto Copy KTP yang bersangkutan
3. Pas Foto ukuran 3 X 4
4. Masing-masing lampiran dibuat dalam rangkap 1 (satu) lembar
………………, ……………
Kepada
Yth. Bapak …………….
di –
…………………..
Hormat Saya
…………., ………………..
Kepada
Yth. Bapak………………….
di –
…………………..
Hormat Saya
..........................................
Kepada
Yth. ............………………….
di –
…………………..
LAPORAN PERCERAIAN
a. Nama :
b. NIP/Nomor Identitas *1) :
c. Pangkat/Golongan Ruang :
d. Jabatan :
e. Unit Organisasi :
f. Agama/Kepercayaan
terhadap Tuhan YME :
dengan ini melaporkan dengan hormat, bahwa sesuai Keputusan ......................*2) Nomor
.............. tanggal ................. tentang Pemberian Izin Perceraian dan Akta Perceraian dari
Pengadilan Agama/Pengadilan Negeri *3) .............................. Nomor ............... tanggal
............., saya telah melakukan perceraian dengan isteri/suami *3) saya:
a. Nama :
b. NIP/Nomor Identitas *1) :
c. Pangkat/Golongan Ruang *4) :
d. Jabatan *4) :
e. Unit Organisasi *4) :
f. Agama :
g. Tanggal Perkawinan :
h. Alamat :
2. Bersama ini saya lampirkan salinan sah surat cerai/akta perceraian dalam rangkap ......
(......................);
Hormat saya,
....................................................
NIP ..............................................
Catatan :
*1) Cantumkan NIP bagi PNS atau Nomor Identitas bagi pegawai lainnya (Non PNS);
*2) Cantumkan nama jabatan dari pejabat yang menerbitkan keputusan cerain;
*3) Coret yang tidak perlu;
*4) Hanya diisi apabila bersangkutan PNS.
KOP SURAT
Pada kesempatan ini kami beritahukan bahwa almarhum meninggalkan .... suami/isteri
..... anak dan telah bekerja pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan selama ...... tahun.
Selanjutnya, almarhum akan/telah *3) dikebumikan pada tanggal ... bulan ..... tahun ......
bertempat di .........................
....................................................
NIP ..............................................
Catatan :
*1) Rumah Sakit atau Kelurahan/Kecamatan tempat pegawai meninggal dunia;
*2) Penyebab meninggal dunia;
*3) Coret yang tidak perlu.
A. DASAR HUKUM
1. PP Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi PNS;
2. PP Nomor 45 Tahun 1990 tentang Perubahan PP Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin
Perkawinan dan Perceraian bagi PNS;
3. Surat Edaran BKN Nomor : 48/SE/1990 tanggal 22 Desember 1990 Hal Petunjuk
Pelaksanaan PP Nomor 45 Tahun 1990 tentang Perubahan PP Nomor 10 Tahun 1983 tentang
Izin Perkawinan dan Perceraian bagi PNS;
4. Instruksi Menteri Keuangan Nomor : 01/IMK.01/2009 tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan
Penegakan Disiplin PNS Di Lingkungan Departemen Keuangan;
5. Surat Edaran Sekretaris Jenderal Departemen Keuangan Nomor : SE-145/SJ/2008 tanggal 18
Februari 2008 tentang Kelengkapan Dokumen dalam Usul Penjatuhan Hukuman Disiplin,
Pensiun, Perceraian, Ralat Nama/Tahun Kelahiran dan Cuti Di Luar Tanggungan Negara.
B. IZIN PERCERAIAN
1. PNS yang akan melakukan perceraian wajib terlebih dahulu memperoleh izin atau surat
keterangan dari pejabat yang berwenang.
a. Izin Perceraian adalah surat izin perceraian dari pejabat berwenang bagi PNS pria/wanita
selaku penggugat.
b. Surat Keterangan untuk melakukan Perceraian adalah surat keterangan untuk melakukan
perceraian bagi PNS pria/wanita yang digugat cerai oleh isteri/suaminya.
2. Dalam hal terjadi gugatan cerai, maka :
a. PNS yang berkedudukan sebagai penggugat wajib mengajukan permohonan izin tertulis
kepada atasan untuk melakukan perceraian.
b. PNS yang berkedudukan sebagai tergugat wajib memberitahukan secara tertulis adanya
gugatan cerai dari isteri/suami.
3. Permohonan izin/keterangan disampaikan secara tertulis melalui saluran hirarkis, dengan
memuat alasan-alasan yang mendasari permohonan tersebut.
4. Atasan yang menerima permohonan izin wajib memberikan pertimbangan dan
meneruskannya kepada Pejabat yang berwenang melalui saluran hirarkis dalam jangka waktu
paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung mulai tanggal permohonan izin diterima.
Salah satu pihak telah meninggalkan pihak lain 2 Surat Pernyataan dari Lurah/Kepala Desa yang disahkan
(dua) tahun berturut-turut dengan tanpa izin dan oleh pejabat setempat, minimal Camat
alasan sah serta hal lain diluar kemampuannya
Salah satu pihak dihukum penjara 5 (lima) tahun Putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap
atau lebih secara terus menerus setelah
perkawinan berlangsung
Melakukan Kekerasan Dalam Rumah Tangga visum et repertum dari Dokter Pemerintah
(KDRT) atau penganiayaan berat
Terjadi perselisihan dan pertengkaran terus Surat Pernyataan dari Lurah/Kepala Desa yang disahkan
menerus yang tidak terdapat harapan untuk oleh pejabat setempat, minimal Camat
hidup berumah tangga secara rukun
…………, ……………………
Kepada
Yth. Pejabat Yang Berwenang
melalui
………………………………
......................
…………………………….
NIP ……………………….
……………..,………….
Kepada
Yth. .............................
di …………..
Yang Memberitahukan,
………………............
NIP .............................
SURAT PERNYATAAN
………,………………….. 2011
………………………………
Saksi-saksi :
1. ………………. :
2. ……………… :
Tanggal : Tanggal :
Nomor : Nomor :
Mengetahui Mengesahkan
Camat …………………… Kepala Desa/Lurah ……………
…………………………. …………………………
NIP NIP
KOP SURAT
SURAT PANGGILAN
Nomor : ……………………
Kepada Yth :
Sdr. …………………………
……………………………….
………………….
Hari / Tanggal :
Tempat :
Waktu :
Dikeluarkan di ................
Pada tanggal ………………...
Direktur/Kakanwil/Ka KPPN
…………………………
NIP …………………….
KOP SURAT
Pada hari ini, …………… tanggal …………. bulan …………. Tahun ………………….,
bertempat di ………………………………………., Tim Tim Penyelesaian Izin Perceraian yang
terdiri dari :
1. Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
2. Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
3. Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Sehubungan dengan Surat Permintaan Izin Untuk Melakukan Perceraian terhadap suami/isterinya
………………………………………… dengan hasil klarifikasi/permintaan keterangan sebagai
berikut :
1. Pertanyaan : Apakah Sdri. dalam kondisi sehat saat ini ?
Jawaban :
2. Pertanyaan : Apakah Sdri. mengetahui tujuan dipanggil saat ini ?
Jawaban :
3. Pertanyaan : Sebelum Sdri. menjawab pertanyaan yang diajukan Tim. Apakah
Sdri. bersedia memberikan keterangan dengan sejujurnya karena
pernyataan yang Sdri. sampaikan tidak hanya
dipertanggungjawabkan kepada Tim, tetapi juga
dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Jawaban :
4. Pertanyaan : Sudah berapa lama Sdri. menjalani usia perkawinan ? Apakah
Sdri. dikaruniai anak dari hasil perkawianan dimaksud ?
Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 92
Jawaban :
5. Pertanyaan : Menanggapi surat permintaan izin untuk melakukan perceraian
yang Sdri. ajukan tertanggal ……………… kepada Direktur
……………. Tim memerlukan keterangan guna melengkapi hal
dimaksud.
Apakah perceraian tersebut yang diperbolehkan Allah tapi tidak
disukai Allah tetap Sdri. laksanakan ?
Jawaban :
6. Pertanyaan : Dalam surat permintaan izin untuk melakukan perceraian, Sdri.
memberikan alasan sebagai berikut :
…………………………………………….
…………………………………………….
…………………………………………….
Bisakah Sdri. jelaskan secara rinci alasan tersebut diatas ?
Jawaban :
7. Pertanyaan : Selain alasan-alasan tersebut diatas, apakah ada hal-hal lain yang
mendorong Sdri. mengajukan surat permintaan izin untuk
melakukan perceraian ?
Jawaban :
22. Pertanyaan : Dari Surat Pernyataan yang anda buat, selain disahkan Kepala
Desa/Lurah dan diketahui Camat setempat ditandatangani juga
oleh saksi-saksi. Apa hubungan Sdri. dengan saksi-saksi tersebut?
Jawaban :
23. Pertanyaan : Sejauh mana saksi-saksi tersebut mengetahui kondisi rumah
tangga sdri dan suami ?
Jawaban :
24. Pertanyaan : Apakah Sdri. bersedia mendatangkan saksi-saksi tersebut
dihadapan Tim apabila diperlukan untuk dimintai keterangan ?
Jawaban :
25. Pertanyaan : Mengingat usia perkawinan yang telah Sdri jalani bersama suami
dan mempertimbangkan masa depan putra/putri Sdri., apakah
tidak lebih baik untuk memperbaiki kembali hubungan/ rukun
kembali dan tidak melanjutkan proses perceraian ?
Jawaban :
26. Pertanyaan : Apakah hal-hal lain yang ingi Sdri. kemukakan ?
Jawaban :
27. Pertanyaan : Apakah dalam memberikan keterangan ini Sdri. merasa ditekan ?
Jawaban :
28. Pertanyaan : Apakah Sdri. bersedia untuk dikonfrontir dengan suami ?
Jawaban :
29. Pertanyaan : Apakah sewaktu-waktu Sdri. bersedia untuk dimintai keterangan
lagi ?
Jawaban :
30. Pertanyaan : Apakah Sdri. bersedia menandatangani Berita Acara Permintaan
Keterangan ini ?
Jawaban :
Demikian berita acara ini dibuat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Yang Menerangkan
………………………………
NIP …………………………
A. DASAR HUKUM
1. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS;
2. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 21 Tahun 2010 tentang Ketentuan
Pelaksanaan PP Nomor 53 Tahun 2010;
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41/PMK.01/2011 tentang Penegakan Disiplin Dalam
Kaitannya Dengan Pemberian Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara Kepada PNS
di Lingkungan Kementerian Keuangan;
4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 174/KMK.01/2011 tentang Penunjukan Inspektur
Jenderal Sebagai Pejabat Yang Berwenang Untuk Membentuk Tim Pemeriksa Dalam Rangka
Penjatuhan Hukuman Disiplin Sedang dan Berat di Lingkungan Kementerian Keuangan;
5. Instruksi Menteri Keuangan Nomor 289/IMK.01/2011 tentang Pemberian atau Penolakan
Izin Masuk Bekerja dan Melaksanakan Tugas bagi PNS di Lingkungan Kementerian
Keuangan yang Dijatuhi Hukuman Disiplin Berupa Pemberhentian dan Mengajukan Banding
Administratif ke Badan Pertimbangan Kepegawaian;
6. Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor S-4921/PB/2011 tanggal 18 Mei 2011 hal
Tata Cara Penanganan Kasus Pelanggaran Disiplin.
b. Pemanggilan Pemeriksaan
1) PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin, dipanggil secara tertulis untuk
diperiksa oleh atasan langsung atau Tim Pemeriksa paling lambat 7 (tujuh) hari kerja
sebelum tanggal pemeriksaan;
2) Apabila PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin pada tanggal yang
seharusnya yang bersangkutan diperiksa tidak hadir, maka dilakukan pemanggilan
kedua paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal seharusnya yang bersangkutan
diperiksa pada pemanggilan pertama;
3) Apabila pada tanggal pemeriksaan yang ditentukan dalam surat pemanggilan kedua
PNS yang bersangkutan tidak hadir juga, maka pejabat yang berwenang menghukum
menjatuhkan hukuman disiplin berdasarkan alat bukti dan keterangan yang ada tanpa
dilakukan pemeriksaan.
c. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan dilakukan secara tertutup dan hasilnya dituangkan dalam Berita Acara
Pemeriksaan (BAP);
2) BAP setidaknya memuat fakta 5 W dan 1 H, yaitu Who, What, When, Where, Why,
dan How :
a. Siapa yang melakukan pelanggaran disiplin;
b. Apakah pelanggaran disiplin yang dilakukan;
c. Kapan terjadinya;
d. Dimana terjadinya;
e. Mengapa pegawai tersebut melakukan pelanggaran disiplin (faktor yang
mendorong);
f. Bagaimana pelanggaran disiplin tersebut terjadi (modusnya);
No. Lamanya tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah Jenis Sanksi
10. Selama 46 hari kerja atau lebih Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau
pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS
D. CONTOH KASUS
Untuk lebih memperjelas materi penegakan disiplin, berikut diberikan contoh penanganan
atas kasus pelanggaran disiplin terhadap kewajiban masuk kerja dan menaati ketentuan jam
kerja beserta contoh format dokumen administrasinya sebagai berikut:
Contoh I :
Sdr. Badu, NIP 197908041998011001 pangkat Penata Muda Tk. I (Gol. III/b) Pelaksana
pada Subbagian Umum KPPN xxxx. Yang bersangkutan tidak masuk kerja tanpa alasan sah
selama 4 (empat) hari kerja pada tanggal 29 Maret 2011 s.d. 01 April 2011.
Dalam hal demikian ketika yang bersangkutan telah tidak masuk kerja tanpa alasan sah
selama 4 (empat) hari kerja maka pada hari kerja berikutnya diberikan Peringatan Tertulis
oleh atasan langsung pegawai yang bersangkutan (contoh format nomor 2).
Contoh II :
Sdr. Badu, NIP 197908041998011001 pangkat Penata Muda Tk. I (Gol. III/b) Pelaksana
pada Subbagian Umum KPPN xxxx. Yang bersangkutan sebelumnya telah diberikan
Peringatan Tertulis karena tidak masuk kerja tanpa alasan sah selama 4 (empat) hari kerja,
yaitu tanggal 29 Maret 2011 s.d. 01 April 2011 namun pada tanggal 4 April 2011 yang
bersangkutan tidak masuk kerja lagi tanpa alasan sah sehingga secara kumulatif tidak masuk
kerja tanpa alasan sah selama 5 (lima) hari kerja.
a. Sdr. Badu dipanggil (panggilan pertama) oleh atasan langsungnya secara tertulis pada
tanggal 5 April 2011 untuk hadir dalam pemeriksaan pada tanggal 13 April 2011 (contoh
format nomor 3);
Kasus sama seperti pada contoh II, namun Sdr. Badu tidak hadir pada pemanggilan
pemeriksaan I dan II dan ketidakhadiran tersebut dilakukan secara terus menerus sejak
tanggal pemanggilan I sampai dengan pemanggilan II.
a. Sdr. Badu dipanggil (panggilan pertama) oleh atasan langsungnya secara tertulis pada
tanggal 5 April 2011 untuk hadir dalam pemeriksaan pada tanggal 13 April 2011;
b. Sdr. Badu tidak hadir dalam pemeriksaan pada tanggal 13 April 2011, maka pada tanggal
13 April 2011 atasan langsungnya melakukan pemanggilan kedua secara tertulis kepada
Sdr. Badu untuk hadir dalam pemeriksaan pada tanggal 21 April 2011 (contoh format
nomor 7);
c. Apabila pada tanggal 21 April 2011 pemeriksaan pemanggilan kedua, Sdr. Badu tidak
juga hadir, maka dijatuhi hukuman disiplin berdasarkan alat bukti dan keterangan yang
ada tanpa dilakukan pemeriksaan;
d. Dalam hal demikian jumlah ketidakhadiran tanpa alasan sah Sdr. Badu, yaitu secara
akumulatif selama 18 (delapan belas) hari kerja dari tanggal 29 Maret 2011 s.d. 21 April
2011, maka kepada Sdr. Badu diberikan hukuman disiplin tingkat sedang berupa
Penundaan Kenaikan Gaji Berkala Selama 1 (Satu) Tahun dan pejabat yang berwenang
menghukum adalah Kepala Kanwil (contoh format nomor 8);
................................... ...................................
NIP............................. NIP..............................
KOP SURAT
PERINGATAN TERTULIS
NOMOR : SP-......../........../2011
Dengan ini kepada Saudara diberikan PERINGATAN TERTULIS sesuai dengan Pasal 4
ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41/PMK.01/2011, karena Saudara pada tanggal 29
Maret 2011 sampai dengan tanggal 01 April 2011 telah tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah
selama 4 (empat) hari kerja dan diberlakukan pemotongan Tunjangan Khusus Pembinaan
Keuangan Negara (TKPKN) sebesar 10% (sepuluh perseratus) selama 1 (satu) bulan sesuai Pasal
12 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41/PMK.01/2011.
...............,...................2011
........................................... *)
NIP ....................................
Tembusan Yth.:
1) Direktur Jenderal Perbendaharaan;
2) Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan;
3) Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan;
4) Kepala Biro Sumber Daya Manusia Setjen Kementerian Keuangan;
5) Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan Setjen Kementerian Keuangan;
6) Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov........... (Pejabat Eselon II yang bersangkutan);
7) Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian Setditjen Perbendaharaan;
8) Kepala KPPN xxxxxx (atasan langsung pejabat penerbit surat peringatan)
9) Pejabat Pembuat Daftar Gaji.
KOP SURAT
RAHASIA
SURAT PANGGILAN I
NOMOR : .........................................
pada :
a) Hari : Rabu
b) Tanggal : 13 April 2011
c) Jam : ……………
d) Tempat : Ruang ..……….. 7 (tujuh) hari kerja
Untuk diperiksa/dimintai keterangan *) sehubungan dengan dugaan pelanggaran disiplin
berupa tidak masuk kerja tanpa alasan sah secara akumulatif selama 5 (lima) hari
kerja dari tanggal 29 Maret 2011 sampai dengan tanggal 04 April 2011 **).
Nama ...........................
NIP ..............................
Tembusan :
1. Sekretaris Ditjen Perbendaharaan
u.p. Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian;
2. Kepala Kanwil Ditjen PBN Prov. xxxxx;
3. Pejabat lain yang dianggap perlu.
KOP SURAT
RAHASIA
Menimbang : a. bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan dari pejabat pemeriksa tanggal 13 April
2011 tentang pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh Sdr. Badu NIP
197908041998011001 Pangkat Penata Muda Tk. I Golongan III/b pegawai pada
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara xxxxx, yang bersangkutan telah
melakukan perbuatan berupa tidak masuk kerja tanpa alasan sah selama 5 (lima)
hari kerja dari tanggal 29 Maret 2011 sampai dengan 04 April 2011;
b. bahwa perbuatan tersebut merupakan pelanggaran disiplin terhadap ketentuan
Pasal 3 Angka 11 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil;
c. bahwa untuk menegakan disiplin, perlu menjatuhkan hukuman disiplin yang
setimpal dengan pelanggaran yang dilakukannya;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
dan huruf c perlu menetapkan Keputusan Kepala Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara xxxxx tentang Hukuman Disiplin Teguran Lisan atas
nama Badu NIP 197908041998011001 Pelaksana pada Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara xxxxx;
MEMUTUSKAN :
Nama : Badu
NIP : 197908041998011001
Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk. I/III b
Jabatan : Pelaksana
Unit Organisasi : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara xxxxx
karena yang bersangkutan telah melakukan perbuatan yang melanggar ketentuan Pasal
3 angka 11 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil.
KELIMA Apabila terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini akan diadakan perbaikan
: sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di ………………..
………………………………
NIP ………………………….
KOP SURAT
RAHASIA
Pada hari ini Rabu tanggal Tiga Belas bulan April tahun Dua Ribu Sebelas bertempat di
ruang ................................, Saya/Tim Pemeriksa *):
Karena yang bersangkutan diduga telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal
3 angka 11 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 berupa tidak masuk kerja tanpa alasan
sah selama 5 (lima) hari kerja dari tanggal 29 Maret 2011 s.d. 04 April 2011. **)
1. Pertanyaan : Apakah Saudara mengetahui maksud dan tujuan Saudara diperiksa ?---
-------
Jawaban : ----------------------------
----------
2. Pertanyaan : Apakah saat ini Saudara dalam keadaan sehat jasmani dan rohani ? ----
-------
Jawaban : ----------------------------
----------
8. Pertanyaan : Selama kurun waktu meninggalkan tugas, Saudara berada di mana dan
apa yang Saudara lakukan? ----------------------------------------------------
------------------
Jawaban : ----------------------------
----------
11. Pertanyaan : Dengan tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah tersebut, berarti
Saudara telah melanggar ketentuan Pasal 3 angka 11, yaitu kewajiban
masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja, bagaimana tanggapan
Saudara? -------------
Jawaban : ----------------------------
----------
12. Pertanyaan : Apakah Saudara mengerti dan menyadari akibat perbuatan Saudara
13. Pertanyaan : Saudara telah mengetahui akibat atas perbuatan Saudara tersebut,
kenapa Saudara melakukannya ? ---------------------------------------------
-----------------------
Jawaban : ----------------------------
----------
15. dst.
16. Pertanyaan : Apakah Saudara menyesali semua perbuatan yang telah melanggar
disiplin pegawai Negeri Sipil tersebut ? -------------------------------------
-----------------------
Jawaban : ----------------------------
----------
17. Pertanyaan : Apakah mulai saat ini dan seterusnya Saudara bersedia dan berjanji
akan masuk kerja/ kantor dan melaksanakan tugas sesuai ketentuan
yang berlaku sebagaimana mestinya ? ---------------------------------------
-----------------------------
Jawaban : ----------------------------
----------
18. Pertanyaan : Apakah sebelumnya Saudara pernah menerima Peringatan Tertulis dan
atau dijatuhi hukuman disiplin? -----------------------------------------------
--------------------
Jawaban : ----------------------------
----------
19. Pertanyaan : Bersediakah Saudara untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut ? -----
--------
Jawaban : ----------------------------
---------
20. Pertanyaan : Apabila dikemudian hari ternyata Saudara mengulangi perbuatan tidak
masuk bekerja tanpa keterangan yang sah, maka Saudara akan
dikenakan hukuman disiplin lebih berat sesuai ketentuan Peraturan
Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil. Berikan tanggapan Saudara? -------------------------------------------
---
Jawaban : ----------------------------
21. Pertanyaan : Terhadap jawaban Saudara yang melibatkan orang lain, apakah
Saudara bersedia dikonfrontir atas kebenarannya dengan pihak lain
tersebut? -----------
Jawaban : ----------------------------
---------
23. Pertanyaan : Apakah ada hal-hal lain yang ingin Saudara sampaikan dalam
kesempatan ini? ---------
Jawaban : ----------------------------
----------
Demikian Berita Acara Pemeriksaan ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dapat
digunakan sebagaimana mestinya.
Nama : Nama :
NIP : NIP :
Tanda Tangan : Tanda Tangan :
KOP SURAT
RAHASIA
Dengan ini dilaporkan dengan hormat, bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan pada hari
Rabu tanggal Tiga Belas bulan April tahun Dua Ribu Sebelas, saya/Tim Pemeriksa telah
melakukan pemeriksaan terhadap :
Nama : Sdr. Badu
NIP : 197908041998011001
Pangkat : Penata Muda Tk. I (III/b)
Jabatan : Pelaksana pada Subbagian Umum
Unit Kerja : KPPN xxxxxxx
Berdasarkan hasil pemeriksaan, yang bersangkutan terbukti secara akumulatif tidak masuk kerja
tanpa alasan sah selama 5 (lima) hari kerja dari tanggal 29 Maret 2011 s.d. tanggal 4 April
2011.
Sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS dan
Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 21 Tahun 2010 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 maka kepada Sdr. Badu dijatuhi
hukuman disiplin tingkat ringan berupa Teguran Lisan dan kewenangan untuk menjatuhkan
hukuman disiplin kepada PNS tersebut merupakan kewenangan Kepala KPPN xxxx **).
Sehubungan dengan hal tersebut, bersama ini disampaikan Berita Acara Pemeriksaan
(BAP) terhadap PNS yang bersangkutan dan dokumen pendukungnya untuk digunakan sebagai
bahan untuk menjatuhkan hukuman disiplin kepada PNS yang bersangkutan.
Nama ......................
NIP .........................
Tembusan :
1. Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan
u.p. Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian;
2. Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. xxxxx;
3. Pejabat lain yang dianggap perlu.
KOP SURAT
RAHASIA
SURAT PANGGILAN II
NOMOR : .........................................
pada :
a) Hari : Kamis
…………………
b) Tanggal : 21 April 2011 7 (tujuh) hari kerja
c) Jam :
d) Tempat : Ruang .............
Untuk diperiksa/dimintai keterangan *) sehubungan dengan dugaan pelanggaran disiplin
berupa tidak masuk kerja tanpa alasan sah secara akumulatif selama 12 (dua belas)
hari kerja dari tanggal 29 Maret 2011 sampai dengan tanggal 13 April 2011 **).
Nama ...........................
NIP ..............................
Tembusan :
1. Sekretaris Ditjen Perbendaharaan
u.p. Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian;
2. Kepala Kanwil Ditjen PBN Prov.xxxxxx;
3. Pejabat lain yang dianggap perlu.
KOP SURAT
RAHASIA
Menimbang : a. bahwa berdasarkan daftar kehadiran pegawai**), Sdr. Badu NIP 197908041998011001
Pangkat Penata Muda Tk. I Golongan III/b pelaksana pada Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara xxxxx tidak masuk kerja tanpa alasan sah selama 18 (delapan
belas) hari kerja dari tanggal 29 April 2011 sampai dengan 21 Mei 2011, ;
b. bahwa sehubungan dengan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, untuk
melakukan pemeriksaan dan sebagai upaya pembinaan, Kepala Subbagian Umum Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara xxxxx selaku atasan langsung yang bersangkutan telah
melakukan pemanggilan untuk pemeriksaan, yaitu pemanggilan pertama tanggal 05 April
2011 dan pemanggilan kedua tanggal 13 April 2011, namun yang bersangkutan tidak hadir
untuk diperiksa;
c. bahwa berdasarkan laporan kewenangan penjatuhan hukuman disiplin dari atasan
langsung pegawai yang bersangkutan tanggal 25 April 2011 diusulkan untuk dijatuhi
hukuman disiplin penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun;
d. bahwa perbuatan sebagaimana dimaksud dalam huruf a merupakan pelanggaran terhadap
ketentuan Pasal 3 Angka 11 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil;
e. bahwa untuk menegakan disiplin, perlu menjatuhkan hukuman disiplin yang setimpal
dengan pelanggaran yang dilakukannya;
f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c,
huruf d, dan huruf e perlu menetapkan Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan Provinsi xxxxx tentang Hukuman Disiplin Penundaan Kenaikan
Gaji Berkala Selama 1 (Satu) Tahun atas nama Badu NIP 197908041998011001
Pelaksana pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara xxxxx;
PERTAMA : Menjatuhkan hukuman disiplin berupa Penundaan Kenaikan Gaji Berkala Selama 1 (Satu)
Tahun, kepada :
Nama : Badu
NIP : 197908041998011001
Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk. I/III b
Jabatan : Pelaksana
Unit Organisasi : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara xxxxx
karena yang bersangkutan telah melakukan perbuatan yang melanggar ketentuan Pasal 3
angka 11 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil.
KEDUA : Selama menjalani hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA,
kepada Sdr. Badu dikenakan pemotongan Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara
(TKPKN) secara proporsional sebesar 50% (lima puluh perseratus) selama 6 (enam) bulan.
KETIGA : Apabila tidak ada keberatan, maka Keputusan ini mulai berlaku pada hari ke-15 (lima belas)
terhitung mulai tanggal pegawai yang bersangkutan menerima keputusan ini.
KEEMPAT : Keputusan ini disampaikan kepada yang bersangkutan untuk dilaksanakan sebagaimana
mestinya.
KELIMA : Apabila terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.
Ditetapkan di ………………..
………………………………
NIP
*) Tulislah nama jabatan dari pejabat yang berwenang menghukum
Sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS dan
Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 21 Tahun 2010 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 maka kepada Sdr. Badu dijatuhi hukuman disiplin tingkat
sedang berupa Penundaan Kenaikan Gaji Berkala Selama 1 (Satu) Tahun. Untuk jenis hukuman tersebut
dan memperhatikan pangkat dan jabatan Sdr. Badu, ternyata kewenangan untuk menjatuhkan hukuman
disiplin kepada PNS tersebut merupakan kewenangan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan Provinsi xxxxxx **).
Sehubungan dengan hal tersebut, bersama ini disampaikan bukti dan dokumen pendukungnya
untuk digunakan sebagai bahan untuk menjatuhkan hukuman disiplin kepada PNS yang bersangkutan.
Nama ......................
NIP .........................
Tembusan :
1. Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan
u.p. Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian;
2. Pejabat lain yang dianggap perlu.
**) Isilah sesuai dengan pejabat yang berwenang menghukum
KOP SURAT
......................, .......................2011.
Kepada
Yth. Sdr. Badu
di
................
RAHASIA
….............................. *)
Nama ...........................
NIP ..............................
Tembusan :
1. Sekretaris Ditjen Perbendaharaan
u.p. Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian;
2. Pejabat lain yang dianggap perlu.
A. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda
Pegawai;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian PNS;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentian Sementara PNS.
c. PNS yang dikenakan pemberhentian sementara, pada saat ia mencapai batas usia pensiun,
dihentikan pembayaran gajinya.
jika ternyata tidak bersalah berdasarkan keputusan Pengadilan yang sudah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap, diberhentikan dengan hormat sebagai PNS
dengan mendapat hak-hak kepegawaian, terhitung sejak akhir bulan dicapainya
batas usia pensiun.
jika dipidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan Pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena melakukan suatu tindak pidana
melanggar sumpah janji atau penjara s.d 4 th, apabila diberhentikan dengan hormat
sebagai PNS, mendapat hak-hak kepegawaian, terhitung sejak akhir bulan
dicapainya batas usia pensiun.
KOP SURAT
SURAT KETERANGAN
Nomor : ..............................
Yang bertanda tangan dibawah ini, menerangkan dengan sebenarnya bahwa :
Nama :
NIP :
Pangkat/Golongan ruang :
Jabatan :
Instansi/Unit kerja :
selama menjadi Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan bekerja terus menerus, tidak
pernah terputus.
Apabila di kemudian hari Surat Keterangan ini ternyata tidak benar, yang mengakibatkan
kerugian bagi negara, maka saya bersedia menanggung kerugian tersebut.
.............., .............................
a.n. Direktur Jenderal Perbendaharaan
Direktur/Kepala Kanwil.............
..........................
NIP ....................
1. Nama :
2. NIP :
3. Tempat dan Tanggal Lahir :
4. Pangkat/Golongan Ruang/tmt. :
5. Jabatan/Eselon :
6. Agama :
7. Status perkawinan :
DARI
RIWAYAT GOL KETERA-
NO. TGL/BLN/TH S/D UNIT KERJA
PEKERJAAN RUANG NGAN
TGL.BLN/TH
………….., ……………………..
a.n. Direktur Jenderal Perbendaharaan
Direktur/Kepala Kanwil ……….
…………………………
NIP ……………………
KOP SURAT
SURAT PERNYATAAN
TIDAK PERNAH DIJATUHI HUKUMAN DISIPLIN
TINGKAT SEDANG ATAU BERAT
Nomor : ........................................
Nama :
NIP :
Pangkat/Golongan Ruang :
Jabatan :
Unit Organisasi :
dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa Pegawai Negeri Sipil,
Nama :
NIP :
Pangkat/Golongan Ruang :
Jabatan :
Unit Organisasi :
tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat dalam 1 (satu) tahun
terakhir.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dengan mengingat sumpah
jabatan dan apabila di kemudian hari ternyata isi surat pernyataan ini tidak benar yang
mengakibatkan kerugian bagi negara, maka saya bersedia menanggung kerugian tersebut.
............, .............................
a.n. Direktur Jenderal Perbendaharaan
Direktur/Kepala Kanwil................
.....................
NIP .................
Nomor : SPP-............................
Pada hari ini ........ tanggal ........ bulan ............ tahun ..........., saya yang bertanda-
tangan di bawah ini :
N a m a / NIP :
Pangkat/Gol. :
Jabatan :
Alamat :
berjanji dengan sesungguhnya bahwa ketika saya memasuki pensiun, setiap
barang milik negara yang saya kuasai atau gunakan akan saya kembalikan kepada Kepala
Kantor/Kepala Bagian Umum *) .............. sebagai Kuasa Pengguna Barang terhitung
mulai tanggal ................
Surat pernyataan ini, saya buat dalam keadaan sehat tanpa tekanan dari pihak-
pihak tertentu dan dapat digunakan untuk keperluan penyerahan barang milik negara
yang saya kuasai/gunakan.
bermaterai
...................... ............................
NIP................ NIP .....................
Mengetahui :
a.n. Direktur Jenderal Perbendaharaan
Sekretaris Ditjen/Kepala Kanwil ...........*)
..........................................
NIP ...................................
KOP SURAT
Kepada :
Yth. Menteri Keuangan
di Jakarta
dengan ini melaporkan dengan hormat bahwa Pegawai Negeri Sipil/Calon Pegawai Negeri Sipil :
Nama :
NIP :
Pangkat/Golongan Ruang :
Jabatan :
Unit Organisasi :
Adapun peristiwa yang mengakibatkan PNS/CPNS tersebut tewas, adalah sebagai berikut :
1. ………………….. *)
2. …………………..
dst
Kiranya perlu kami laporkan, bahwa menurut rencana Pegawai Negeri Sipil/Calon Pegawai Negeri Sipil
tersebut di atas akan dikebumikan pada :
Hari :
Tanggal :
Jam :
Tempat :
Demikian laporan ini dibuat dengan sesungguhnya dengan mengingat sumpah jabatan untuk dapat
digunakan sebagaimana mestinya.
………………..
NIP ……………
*) agar dijelaskan secara kronologis tentang tugas dan kegiatan yang sedang dilaksanakan pegawai ybs s.d. ybs meninggal
A. DASAR HUKUM
1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 77/PMK.01/2008 tentang Bantuan Hukum di
lingkungan Departemen Keuangan;
2. Surat Edaran DJA No : SE-25/A/1987 tanggal 8 Juni 1987 tentang Pemanggilan terhadap
pejabat/pegawai Direktorat Jenderal Anggaran oleh Pengadilan/Kejaksaan/Kepolisian.
B. BANTUAN HUKUM
Pengaturan mengenai bantuan hukum bertujuan untuk ketertiban dalam penanganan
bantuan hukum di luar pengadilan maupun masalah hukum berupa perkara atau sengketa di muka
pengadilan yang menyangkut Kementerian Keuangan. Koordinasi dan pelaksanaan penelaahan
kasus hukum, bantuan hukum, pendapat hukum, pertimbangan hukum yang berkaitan dengan
tugas Kementerian Keuangan dilakukan oleh Biro Bantuan Hukum Sekretriat Jenderal.
Direktorat Jenderal Perbendaharaan tidak memiliki unit (bantuan) hukum tersendiri, oleh karena
itu bantuan hukum untuk para pejabat/pegawai di lingkungan Ditjen Perbendaharaan dilakukan
oleh Biro Bantuan Hukum Sekretariat Jenderal.
Bantuan Hukum diberikan kepada unit dan/atau Menteri, Mantan Menteri, Pejabat,
dan/atau Pegawai Aktif maupun yang telah pensiun yang menghadapi masalah hukum dalam
pelaksanaan tugas dan fungsinya.
Bantuan Hukum meliputi bidang pidana yang mencakup pidana umum dan pidana
korupsi, bidang perdata, bidang niaga dan bidang tata usaha negara. Pemberian Bantuan Hukum
dimaksud dapat berupa sebagai berikut :
a. Nasihat hukum khususnya mengenai hak dan kewajiban saksi atau tersangka dan/atau
terdakwa dalam setiap tahapan pemeriksaan;
b. Konsultasi hukum yang berkaitan dengan materi tindak pidana umum;
c. Pemahaman tentang ketentuan hukum acara pidana yang harus diperhatikan oleh saksi, ahli,
tersangka dan/atau terdakwa;
d. Pendampingan saksi dan ahli di Kepolisian dan/atau Kejaksaan;
Kepada pejabat/pegawai aktif maupun yang telah pensiun yang telah ditetapkan menjadi
tersangka atau terdakwa dapat menggunakan jasa advokat. Penggunaan jasa advokat tersebut
diberitahukan kepada Sekretaris Direktorat Jenderal dengan tembusan kepada Biro Bantuan
Hukum dengan surat yang dilampiri dengan asli dokumen kontrak penggunaan jasa advokat.
Biaya jasa advokat dapat diberikan penggantian oleh negara apabila pejabat/pegawai aktif
maupun yang telah pensiun tersebut dinyatakan tidak bersalah dengan putusan yang telah
berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde). Mekanisme penggantian biaya jasa advokat
dimaksud diatur lebih lanjut dalam peraturan tersendiri.
ALUR PERMOHONAN
BANTUAN HUKUM
C. SAKSI/SAKSI AHLI
Saksi atau Saksi Fakta adalah pejabat/pegawai yang mengalami, melihat, mendengar
secara langsung kejadian.
1. Untuk pejabat/pegawai yang diminta sebagai saksi (fakta) dapat diberikan bantuan hukum dari
Biro Bantuan Hukum Setjen dengan mengajukan permohonan melalui Kantor Pusat
(Sekretariat Ditjen Perbendaharaan);
2. Dalam keadaan mendesak pejabat/pegawai ybs dapat mengontak langsung Biro Bantuan
Hukum dan kemudian tetap mengajukan permohonan tertulis secara hirarkis;
Saksi Ahli adalah orang yang dianggap kompeten dalam suatu permasalahan.
1. Sedapat mungkin ditunjuk pejabat/pegawai terkait setempat yang memiliki pengetahuan dan
kompetensi memadai;
3. Bantuan hukum dari Biro bantuan Hukum untuk Saksi Ahli tidak perlu dimintakan kecuali
dalam perkembangannya dirasakan perlu.
permintaan
penunjukan
saksi/ahli
permintaan Direkorat
saksi/ahli
Kanpus penunjukan
saksi/ahli
permintaan
penunjukan dan
DJPBN penugasan Kanwil/
saksi/ahli
KPPN
penugasan
saksi/ahli penugasan
saksi/ahli
(Surat Tugas)
penugasan saksi/ahli
(Surat Tugas)
Pejabat/
• Surat Tugas Pegawai
• Dokumen
(dilengkapi
Berita Acara)
penugasan
saksi/ahli
A. DASAR HUKUM
Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor SE-15/PB/2009 Tanggal 29 Mei 2009
tentang Pedoman dan Tata Cara Pengajuan Permohonan Pindah/Mutasi Pegawai dengan Alasan
Mengikuti Suami.
Kepada Yth.
Direktur Jenderal Perbendaharaan
u.p. Sekretaris Ditjen Perbendaharaan
melalui
Direktur …………………..
Selama proses penyelesaian permohonan ini, kiranya kepada kami dapat diberikan izin untuk
melaksanakan tugas di ……………………mendahului Surat Keputusan Direktur Jenderal
Perbendaharaan.
Demikian permohonan ini disampaikan, atas perkenan dan izin Bapak disampaikan terima kasih.
…………………………………….
NIP. …………………
Tembusan :
1. Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan ….. (yang dituju)
2. Kepala KPPN………….. (yang dituju)
Kepada Yth.
Direktur Jenderal Perbendaharaan
u.p. Sekretaris Ditjen Perbendaharaan
melalui
Kepala Kantor Wilayah …………………..
melalui
Kepala KPPN ……………………
Selama proses penyelesaian permohonan ini, kiranya kepada kami dapat diberikan izin untuk
melaksanakan tugas di ……………………mendahului Surat Keputusan Direktur Jenderal
Perbendaharaan.
Demikian permohonan ini disampaikan, atas perkenan dan izin Bapak disampaikan terima kasih.
…………………………………….
NIP. …………………
Tembusan :
1. Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan ….. (yang dituju)
2. Kepala KPPN………….. (yang dituju)
Kepada Yth.
Kepala Kantor Wilayah …………………..
Melalui
Kepala KPPN …………..
Demikian permohonan ini disampaikan, atas perkenan dan izin Bapak disampaikan terima kasih.
…………………………………….
NIP. …………………
Tembusan :
Sekretaris Ditjen Perbendaharaan
Kepada Yth.
Direktur Jenderal Perbendaharaan
u.p. Sekretaris Ditjen Perbendaharaan
melalui
Kepala Direktur/Kantor Wilayah …………………..
Melalui
Kepala KPPN …………..
Demikian permohonan ini disampaikan, atas perkenan Bapak disampaikan terima kasih.
…………………………………….
NIP. …………………
A. DASAR HUKUM
1. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 190/PMK.01/2008 tanggal 20 November 2008
Tentang Pedoman Penetapan, Evaluasi, Penilaian, Kenaikan Dan Penurunan Jabatan Dan
Peringkat Bagi Pemangku Jabatan Pelaksana Di Lingkungan Departemen Keuangan;
2. Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor SE-30/PB/2009 tentang Pelaksanaan
Penetapan, Evaluasi, Penilaian, Kenaikan Dan Penurunan Jabatan Dan Peringkat Bagi
Pemangku Jabatan Pelaksana di Lingkungan Ditjen Perbendaharaan;
3. Surat Sekretaris Ditjen Perbendaharaan Nomor S-5882/PB.1/2011 tanggal 16 Juni 2011;
4. Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor S-7268/PB/2011 tanggal 29 Juli 2011;
5. Surat Sekretaris Ditjen Perbendaharaan Nomor S-7649/PB.1/2011 tanggal 9 Agustus 2011.
HASIL EVALUASI
Nama/NIP :
Pangkat/gol ruang :
Jabatan/peringkat :
TMT Jabatan :
Unit :
Periode evaluasi :
A. Pelaksanaan Pekerjaan (bobot 40%)
No. Uraian Pekerjaan*) Target**) Realisasi Nilai Keterangan
Nilai tertimbang
Keterangan:
*) Uraian pekerjaan mengacu pada uraian jabatan dan berdasarkan petunjuk atasan
**) Untuk jabatan yang karena sifat tugasnya sulit ditentukan targetnya (misalnya jabatan
pengemudi dan protokol), penetapan target menggunakan angka kuantitatif relatif
(persentase)
1 Jumlah ketidakhadiran
Jumlah kehadiran tidak tepat
waktu/pulang sebelum waktunya
(PSW) dan terlambat (TL)
A. DASAR HUKUM
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1994 tentang Tanda Kehormatan
Tanda Satyalancana Karya Satya;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan
Tanda Kehormatan;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan
4. Keputusan Dirjen Perbendaharaan Nomor KEP-84/PB/2010 tentang tentang Pedoman
Pengusulan Penganugerahan Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya di Lingkungan
Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
B. PENGERTIAN
Tanda kehormatan Satyalancana Karya Satya adalah tanda kehormatan yang dianugerahkan
Pegawai Negeri Sipil yang dalam melaksanakan tugasnya telah menunjukkan kesetiaan,
pengabdian, kecakapan, kejujuran dan kedisiplinan, yang dibedakan dalam:
a. Satyalancana Karya Satya sepuluh tahun apabila telah bekerja secara terus-menerus
sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun;
b. Satyalancana Karya Satya dua puluh tahun apabila telah bekerja secara terus-menerus
sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) tahun;
c. Satyalancana Karya Satya tiga puluh tahun apabila telah bekerja secara terus-menerus
sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun.
C. PERSYARATAN UMUM
Pegawai yang diusulkan untuk menerima tanda kehormatan Satyalancana Karya Satya wajib
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin baik tingkat ringan, sedang ataupun berat;
2. tidak pernah melanggar kode etik pegawai direktorat jenderal perbendaharaan;
3. memiliki kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran, dan kedisiplinan;
4. memiliki moralitas yang tinggi;
5. memiliki budi pekerti yang dapat diteladani;
D. PERSYARATAN KHUSUS
Persyaratan khusus dalam penilaian calon penerima sekaligus sebagai dokumen yang diperlukan
dalam pengusulan penerima penghargaan tanda kehormatan Satyalancana Karya Satya adalah
sebagai berikut:
1. Daftar Riwayat Hidup Singkat dimana kolom Riwayat Pekerjaan diisi secara kronologis
dimulai sejak diangkat sebagai pegawai bulanan/calon pegawai (Contoh Format 1 );
2. Surat Keputusan Pengangkatan Pertama sebagai pegawai bulanan/calon pegawai;
3. Surat Keputusan Kenaikan Pangkat Terakhir;
4. Surat Keputusan Pengangkatan dalam jabatan/mutasi terakhir (bila menjabat);
5. Fotokopi Piagam Satyalancana Karya Satya atau penghargaan lain yang pernah diterima,
baik dari dalam atau luar organisasi Kementerian Keuangan sehubungan dengan pekerjaan
atau pengalaman/pengabdian di masyarakat (apabila ada);
6. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) tahun terakhir;
7. Surat Pernyataan yang menyatakan kelayakan seorang pegawai untuk dijadikan calon
penerima penghargaan dari pimpinan unit organisasi (Contoh Format 2);
8. Surat Rekomendasi dari atasan langsung dan rekan sejawat (Contoh Format 3a & Format
3b);
9. Surat Pernyataan bahwa calon penerima tidak menggunakan/menguasai barang milik negara
secara tidak sah (Contoh Format 4);
10. Salinan Laporan Ketertiban Pegawai tiga bulan terakhir;
11. Kritik yang membangun dan usulan/ide/gagasan bagi kemajuan Ditjen Perbendaharaan
maksimal dua halaman dengan format terlampir (Contoh Format 5).
D. PROSES PENGUSULAN
1. Usulan calon penerima penghargaan merupakan kewajiban pihak atasan untuk mengusulkan
pegawai yang memenuhi persyaratan di lingkungannya masing-masing.
2. Usulan calon penerima penghargaan dikirimkan oleh unit kerja kepada unit eselon II yang
membawahinya. Khusus untuk Bagian-Bagian lingkup Setditjen Perbendaharaan agar
dikoordinasikan dengan Bagian Administrasi Kepegawaian. Usulan yang tidak melalui jalur
hirarkis tidak akan diproses.
3. Unit Eselon II kemudian berkewajiban melakukan seleksi administrasi terhadap daftar usulan
di lingkungan kerjanya dalam hal kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan. Untuk
E. LAIN-LAIN
1. Dalam pelaksanaan penilaian ini, Sekretaris Ditjen Perbendaharaan akan membentuk suatu
tim penilai. Penilaian oleh tim dimaksud berdasarkan kriteria penilaian yang telah ditetapkan.
2. Keputusan Tim Penilai baik di tingkat daerah maupun pusat bersifat mutlak dan tidak dapat
diganggu gugat.
I. KETERANGAN PERORANGAN
1. Nama Lengkap : …………………………………………………………..
2. NIP : …………………………………………………………..
3. Tempat / tanggal lahir : …………………………………………………………..
4. Pangkat / Golongan ruang : …………………………………………………………..
5. Jabatan terakhir : …………………………………………………………..
6. Instansi : …………………………………………………………..
7. Jenis kelamin : …………………………………………………………..
8. Agama : …………………………………………………………..
9. Alamat rumah : …………………………………………………………..
……………………………………………………………
10. Pendidikan terakhir : …………………………………………………………..
………………………,…………………..
Kepala/Pejabat …………………..*)
(……………………….)
NIP.………………
Keterangan:
*) Atasan langsung minimal eselon III
KOP SURAT
SURAT PERNYATAAN
.........................,..............................
Kepala ...........................*)
( …………………………)
NIP. ………...........
Keterangan :
*) Atasan langsung minimal pejabat eselon III
Hal Keterangan
Nama/NIP
Unit Kerja
Data Diri Calon Penerima
Jabatan
- (Sikap/perilaku/moralitas/budi pekerti)…..…………….
……………………………………………………………
Atasan Langsung
Jabatan :
Nama :
NIP :
Tanda Tangan :
Tanggal :
*) Isi dengan uraian singkat
Hal Keterangan
Nama/NIP
Unit Kerja
Data Diri Calon Penerima
Jabatan
- (Sikap/perilaku/moralitas/budi pekerti)…..…………….
……………………………………………………………
Rekan Setingkat
Jabatan :
Nama :
NIP :
Tanda Tangan :
Tanggal :
*) Isi dengan uraian singkat
KOP SURAT
SURAT PERNYATAAN
TIDAK MENGGUNAKAN/MENGUASAI BARANG MILIK NEGARA
SECARA TIDAK SAH
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dan apabila pernyataan ini tidak
benar saya bersedia dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Tempat, tanggal
Mengetahui, Yang Menyatakan,
Atasan Langsung
(Nama) (Nama)
(NIP) (NIP)
Nama/NIP : .........................
Unit Kerja : .........................
Jabatan : .........................
Tanda Tangan :
Kritik Membangun :
....................................
....................................
....................................
....................................
Usulan/Gagasan/Ide :
....................................
....................................
....................................
....................................
A. DASAR HUKUM
1. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi;
2. Surat Edaran Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor SE/01/M.PAN/1/2008
tanggal 9 Januari 2008 tentang Peningkatan Ketaatan LHKPN Untuk Pengangkatan PNS
Dalam Jabatan;
3. Keputusan Komisi Pemberantasan Korupsi RI Nomor KEP.07/IKPK/02/2005 Tanggal 18
Februari 2005 tentang Tata Cara Pendaftaran, Pengumuman dan Pemeriksaan Laporan Harta
Kekayaan Penyelenggara Negara;
4. Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 38/KMK.01/2011 tanggal 25 Januari 2011 tentang
Penyelenggara Negara di lingkungan Kementerian Keuangan yang wajib menyampaikan
Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara;
5. Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor S-4444/PB/2011 tanggal 29 April 2011
tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN)
Sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor 38/KMK.01/2011.
Formulir LHKPN setelah diisi oleh PN sesuai dengan petunjuk pengisian, dilampiri
dengan fotokopi akta/bukti/surat kepemilikan harta kekayaan yang dimiliki dalam rangkap 2
(dua), 1 (satu) berkas asli disampaikan kepada KPK dan 1 (satu) berkas disimpan oleh PN yang
bersangkutan.
Surat Pernyataan dan Surat Kuasa yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari LHKPN,
ditandatangani oleh PN yang bersangkutan diatas meterai sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. LHKPN beserta lampiran yang telah diserahkan kepada KPK
merupakan dokumen resmi negara.
Fotokopi Tanda Terima/Bukti Kirim penyampaian LHKPN (berupa resi kirim dari Kantor
Pos, Tiki, KGP atau bentuk lainnya) wajib disampaikan oleh PN kepada :
1) Sekretaris Ditjen Perbendaharaan;
2) Kepala Biro Sumber Daya Manusia selaku Koordinator Pengelola Laporan Harta
Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) Kementerian Keuangan; dan
3) Inspektur Jenderal.
Untuk Formulir LHKPN, baik Formulir Model KPK-A maupun Model KPK-B juga bisa
diunduh melalui direktori ftp website perbendaharaan dengan alamat :
ftp://ftp1.perbendaharaan.go.id/ToT LHKPN Maret 2011/ToT Kemenkeu/Formulir Softcopy/
atau
ftp://ftp1.perbendaharaan.go.id/peraturan/skmenteri/2011/kmk_038_2011/Softcopy Formulir
LHKPN/
A. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 18/PMK.01/2009 Tanggal 10 Februari 2009 Tentang
Tugas Belajar Di Lingkungan Kementerian Keuangan.
B. PENGERTIAN
1. Tugas belajar
Merupakan tugas yang diberikan kepada pegawai untuk menuntut ilmu, mendapat pendidikan
atau pelatihan keahlian, baik di dalam, maupun di luar negeri, dengan biaya negara atau dengan
biaya oleh instansi pemerintah lainnya, Pemerintah Negara Asing, atau Badan Internasional, atau
Badan Swasta Nasional/ Internasional, Lembaga Pendidikan Nasional/Internasional yang
meliputi program DIII, DIV, S1, S2 dan S3.
2. Laporan Perkembangan Studi
Surat pemberitahuan yang dibuat oleh Pegawai Negeri Sipil yang sedang mekaksanakan tugas
belajar mengenai perkembangan studi dan nilai studi setap akhir semester.
3. Laporan Telah Selesai Studi
Surat pemberitahuan yang dibuat oleh PNS yang telah selesai melaksanakan tugas belajar
dengan dilampiri fotocopy legalisisr ijazah dan nilai studi.
1. Nama/NIP :
2. Pangkat/Golongan :
3. Jabatan :
4. Unit :
5. Program Beasiswa :
6. Nama sekolah/ Perguruan Tinggi :
(Fakultas)/Program Studi dan
tempat kedudukannya
dengan ini mengajukan permohonan untuk mengikuti Program Beasiswa ............. dan dengan ini
kami lampirkan foto copy berkas penawaran dimaksud.
.................., .........................................
Mengetahui,
(atasan Langsung minimal pejabat Es. III)
......................................................... .........................................................
NIP NIP
Tembusan:
1. ......................;
2. Sekretaris BPPK
KOP SURAT
Berdasarkan surat ........... tanggal ........ perihal ....................., kami (Pejabat yang diberi
wewenang) dengan ini memberikan Tugas Belajar kepada:
Nama :
NIP :
Pangkat/ Gol. :
Jabatan :
Unit :
Program Beasiswa :
Lama Tugas Belajar : ................ s.d ......................
dengan ketentuan:
1. Sebelum menjalankan Tugas Belajar, pegawai yang bersangkutan wajib menyerahkan
pekerjaan kepada atasan langsungnya;
2. Selama menjalankan Tugas Belajar, pegawai yang bersangkutan wajib membuat Laporan
Perkembangan Studi setiap akhir semester;
3. Setelah menyelesaikan masa Tugas Belajar, pegawai yang bersangkutan wajib membuat
Laporan Telah Selesai Studi;
4. Setelah menyelesaikan masa Tugas Belajar, pegawai yang bersangkutan wajib segera
kembali bekerja pada unit semula;
5. Menjaga kehormatan dan nama baik Kementerian Keuangan;
6. Mematuhi segala ketentuan yang berlaku baik sebagai Pegawai Negeri Sipil maupun sebagai
mahasiswa;
7. ...................................
Demikian surat tugas ini dibuat untukdiindahkan dan dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Ditetapkan di ..............................
Pada tanggal
Nama
NIP
Tembusan:
1. ..............
2. Kepala Biro Sumber Daya Manusia
3. Sekretaris BPPK
1. Nama/NIP :
2. Pangkat/ Golongan :
3. Jabatan :
4. Unit :
5. Program Beasiswa :
6. Nama sekolah/ Perguruan Tinggi :
(Fakultas)/ Program Studi dan
tempat kedudukannya
7. Surat Tugas Belajar :
8. Pejabat yang memberikan ijin :
9. Saat mulai pendidikan :
10. Lama pendidikan :
11. Pada saat melapor duduk dalam :
semester
12. Lampiran : 1. Kartu Hasil Studi;
2. ....................
............................., ............................................
Mengetahui,
(Dekan/Ketua Program) Pegawai yang bersangkutan,
........................................................ ........................................................
NIP NIP
Tembusan:
1. .................................
2. Kepala Biro Sumber Daya Manusia;
3. Sekretaris BPPK
1. Nama/ NIP :
2. Pangkat/ Golongan :
3. Jabatan :
4. Unit :
5. Program Beasiswa :
6. Nama sekolah/ Perguruan Tinggi :
(Fakultas)/ Program Studi dan
Tempat kedudukannya
7. Surat Tugas Belajar :
8. Pejabat yang memberikan ijin :
9. Saat mulai pendidikan :
10. Lama pendidikan :
Dengan ini melaporkan bahwa telah selesai melaksanakan Tugas Belajar pada Program Beasiswa
........ dan dengan ini kami laporkan Surat Tanda Lulus/ Ijazah (dilegalisir) guna kelengkapan
data kepegawaian.
............................., ............................................
Mengetahui,
(Dekan/Ketua Program) Pegawai yang bersangkutan,
........................................................ ........................................................
NIP NIP
Tembusan:
1. .................................
2. Kepala Biro Sumber Daya Manusia;
3. Sekretaris BPPK
A. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2. Surat Edaran Ditjen Perbendaharaan Nomor SE-30/PB/2006 Tanggal 21 April 2006 Tentang
Izin Belajar Atas Inisiatif Sendiri Bagi Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Direktorat
Jenderal Perbendaharaan;
3. Surat Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Nomor: S-571 /PP/2007 Tanggal 19
September 2007 Hal Larangan Mengikuti Pendidikan Kelas Jauh dan Kelas Sabtu Minggu.
Kepada Yth :
……………. (Pejabat yang berwenang menerbitkan Surat Izin Belajar)
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : ………………………………………………………………....
NIP : …………………………………………………………………
Pangkat/Gol. : …………………………………………………………………
Jabatan : …………………………………………………………………
Unit Organisasi : …………………………………………………………………
Dengan ini mengajukan permohonan untuk mendapatkan Surat Izin Belajar atas inisiatif sendiri
(AIS) di luar pendidikan yang diselenggarakan Kementerian Keuangan dengan data berikut:
Fakultas/Jurusan/Program Studi : ………………………………………………………….
Perguruan Tinggi/Lembaga Pendidikan : ………………………………………………………….
Lokasi/Tempat Pendidikan : ………………………………………………………….
SK Akreditasi/Izin Penyelenggaraan : ………………………………………………………….
Sebagai bahan pertimbangan, bersama ini saya lampirkan Surat Pernyataan tanggung
jawab/pekerjaan dinas sehari-hari di kantor.
Nama Lengkap
NIP ………….
SURAT PERNYATAAN
Kepada :
Yth. ….…….. (Eselon II atasan pegawai ybs)
di ……………………………………………
Tembusan:
1. Direktur Jenderal Perbendaharaan
2. Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
3. Kepala …………………………
Kepada :
Yth. ….…….. (Eselon II atasan pegawai ybs)
di ……………………………………………
Tembusan:
1. Direktur Jenderal Perbendaharaan
2. Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
3. Kepala …………………
KOP SURAT
Nama Lengkap
NIP ………….
Tembusan:
1. Sekretaris Ditjen Perbendaharaan
2. Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
3. Kepala ......................................
KOP SURAT
Nama Lengkap
NIP ………….
A. DASAR HUKUM
1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 47/PMK.01/2008 Tentang Assessment Center
Departemen Keuangan;
2. Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-109/MK.1/2010 Tanggal 23 Maret 2010;
3. Peraturan Sekjen Kementerian Keuangan Nomor: 55/SJ/2008 Tanggal 28 Juli 2008.
B. PENDAHULUAN
Dalam rangka pengembangan sumber daya manusia berbasis kompetensi, guna
meningkatkan kemampuan dan kompetensi pegawai dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi
organisasi, Kementerian Keuangan telah menetapkan standar kompetensi untuk setiap jabatan
yang terdapat dalam setiap Eselon I Kementerian Keuangan.
Kompetensi diartikan sebagai kemapuan (capability) atau keahlian (expertise) yang lebih
dari sekedar keterampilan (skill) belaka, namun merupakan hasil dari pengalaman yang
melibatkan pemahaman/ pengetahuan, tindakan nyata serta proses mental yang terjadi dalam
jangka waktu tertentu serta berulang-ulang sehingga menghasilkan kemampuan/ keahlian dalam
bidang tertentu. Oleh karena itu, kompetensi dibentuk dari interaksi antara faktor pengalaman
dan faktor bawaan.
Job Person Match merupakan indeks kesesuian antara kompetensi pejabat dengan
standar kompetensi jabatan. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-
1892/MK.1/2011 tentang Penetapan Nilai JPM Dalam Rangka Perencanaan Karir dan Mutasi
Jabatan di Lingkungan Kementerian Keuangan, indeks kesesuaian di lingkungan Kementerian
Keuangan ditetapkan minimal 72% pada jabatan yang didudukinya. Pejabat yang dimaksud
adalah pejabat eselon II, III, IV dan pelaksana di lingkungan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan.
Penghitungan JPM adalah Perbandingan antara jumlah rasio level kompetensi pejabat
terhadap standar kompetensi jabatan dengan jumlah standar kompetensi jabatan.
Rumus:
C. SUMPAH/JANJI PNS
1. Dasar Hukum :
a. Berdasarkan UU Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 8 Tahun
1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, pasal 26 ayat (1) dinyatakan bahwa Setiap
Calon Pegawai Negeri Sipil pada saat pengangkatannya menjadi Pegawai Negeri Sipil
wajib mengucapkan sumpah/janji.
b. PP Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, pasal 3 disebutkan
bahwa salah satu kewajiban setiap PNS adalah mengucapkan sumpah/janji PNS.
Apabila masih ada PNS di lingkungan Ditjen Perbendaharaan yang belum mengucapkan
sumpah/janji PNS, maka masing-masing unit kerja untuk segera melakukan pendataan para
pegawai yang belum mengucapkan sumpah/janji PNS dan melaksanakan kegiatan tersebut
serta segera melaporkan ke Bagian Administrasi Kepegawaian dengan lampiran nama-nama
para pegawai yang diambil sumpah/janji PNS.
2. Tata Cara Pengambilan Sumpah/Janji PNS :
a. Pengambilan sumpah/janji PNS dilakukan dalam suatu upacara khidmat. Pengambilan
sumpah/janji PNS dapat dilakukan secara perorangan atau secara bersama-sama.
SEBELUM SAYA MULAI MENGAMBIL SUMPAH, SAYA INGIN BERTANYA KEPADA SAUDARA-
SAUDARA YANG BERDIRI DI HADAPAN SAYA.
“……….”
PERTAMA-TAMA BAGI YANG BERAGAMA ISLAM, IKUTI DAN ULANGI KATA-KATA SAYA :
BAGI YANG BERAGAMA KRISTEN PROTESTAN DAN KATHOLIK, IKUTI DAN ULANGI KATA-
KATA SAYA :
“SAYA BERSUMPAH”
BAHWA SAYA, UNTUK DIANGKAT MENJADI PEGAWAI NEGERI SIPIL AKAN SETIA DAN TAAT
SEPENUHNYA KEPADA PANCASILA, UNDANG-UNDANG DASAR 1945, NEGARA, DAN
PEMERINTAH;
BAHWA SAYA, AKAN MEMEGANG RAHASIA SESUATU YANG MENURUT SIFATNYA ATAU
MENURUT PERINTAH HARUS SAYA RAHASIAKAN;
BAHWA SAYA AKAN BEKERJA DENGAN JUJUR, TERTIB, CERMAT, DAN BERSEMANGAT UNTUK
KEPENTINGAN NEGARA.
SELANJUTNYA KHUSUS BAGI YANG BERAGAMA KRISTEN PROTESTAN DAN KATHOLIK, IKUTI
DAN ULANGI KATA-KATA SAYA :
” SEMOGA TUHAN MENOLONG SAYA”.
pegawai beragama Hindu.
Menyanyikan Lagu Padamu Negeri
Upacara Pengambilan Sumpah/Janji PNS dimulai
Sekretaris Ditjen Perbendaharaan mengambil Sumpah/Janji PNS
Kepada rohaniwan kami persilakan untuk mendampingi pegawai yang diambil sumpah
……………………………………………..
……………………………………………..
Kepada rohaniwan kami persilakan kembali ke tempat semula
Penandatanganan Berita Acara Sumpah secara simbolis
Bapak ................. , mewakili yang beragama Islam dengan saksi Bapak ................... dan Bapak ...................
dimohon ke meja naskah.
Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan dimohon ke meja naskah.
Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Bapak ............ dan Bapak ................, dimohon tetap di
tempat sampai dengan penandatanganan Berita Acara Sumpah secara simbolis selesai.
Bapak ...................., dimohon kembali ke tempat semula.
Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 190
Bapak ........................ mewakili yang beragama Kristen Protestan dengan saksi Bapak ............ dan Bapak
..............................
Bapak ...................... dimohon ke meja naskah.
Bapak ................... dan Bapak .......................... dimohon kembali ke tempat semula.
Bapak .................... mewakili yang beragama Katholik dengan saksi Bapak .................. dan Bapak
................
Bapak ................ dan Bapak .................... dimohon ke meja naskah.
Bapak ..................... dimohon tetap di tempat
Bapak ....................... dimohon kembali ke tempat semula.
Ibu ...................... mewakili yang beragama Hindu dengan saksi saksi Bapak .................. dan Bapak
..................
Ibu .................... dimohon ke meja naskah.
Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Bapak ...................., Bapak .................... dan Ibu
.................... dimohon kembali ke tempat semula.
Sambutan Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Pembacaan do’a dipimpin oleh Bapak ………………. dari ……………………..
Yang kami hormati Bapak ..................... kami persilahkan.
Pemberian Ucapan Selamat
Bapak Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan berkenan untuk memberikan ucapan selamat diikuti
para pejabat eselon III Sekretariat Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan undangan lainnya.
Dengan berakhirnya pemberian ucapan selamat maka berakhir pula acara pada hari ini. Kami atas nama
Panitia Pelaksana mengucapkan terima kasih atas kehadiran Bapak dan Ibu sekalian, serta mohon maaf
apabila terdapat kekurangsempurnaan dalam pelaksanaan acara pada hari ini.
Selanjutnya setelah selesai bersalam-salaman, kepada para peserta dimohon ke meja panitia untuk
penandatanganan Berita Acara Pengambilan Sumpah.
Pada hari ini, Kamis tanggal tujuh bulan April tahun dua ribu sebelas, dengan mengambil tempat di Kantor
Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan, saya, nama ...................., pangkat ............, NIP. ................,
jabatan Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, pasal 26
dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 pasal 6, serta Keputusan Direktur Jenderal Anggaran Nomor
KEP-117/A.12/UP.2/1991 tanggal 31 Juli 1991 (SK Pengangkatan sebagai PNS) dengan disaksikan oleh 2
(dua) orang saksi, masing-masing :
1. Nama ...................., NIP. ……………….., pangkat ..........................
2. Nama ...................., NIP. ……………….., pangkat ……………….. (pangkat saksi harus lebih tinggi)
telah mengambil sumpah pegawai negeri sipil nama ...................... pangkat ……………. NIP. ...........................
Pegawai negeri sipil yang mengangkat sumpah tersebut didampingi oleh seorang rohaniawan nama
…………………, pangkat …………… NIP. ………………… .
Pegawai negeri sipil yang mengangkat sumpah tersebut mengucapkan Sumpah Pegawai Negeri Sipil, sebagai
berikut :
Demikian, berita acara pengambilan sumpah ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan sebagaimana
mestinya.
....................................... .........................................
NIP. .............................. NIP. ................................
Saksi-Saksi :
......................................... ..............................................
NIP. ................................ NIP. ……………………….
F. PELAPORAN GRATIFIKASI
1. Dasar Hukum :
Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor : S-8650/PB/2009 tanggal 31 Desember 2009
tentang Mekanisme Pelaporan Gratifikasi
2. Pengertian gratifikasi
Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat
(diskon), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan
wisata, pengobatan cuma-cuma dan fasilitas lainnya. Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri
atau penyelenggara negara dianggap suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang
berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya.
Contoh-contoh Pemberian yang dapat dikategorikan sebagai Gratifikasi:
Pemberian hadiah atau uang sebagai ucapan terima kasih karena telah dibantu;
pejabat tersebut;
Pemberian tiket perjalanan kepada pejabat atau keluarganya untuk keperluan pribadi secara
cuma-cuma;
Pemberian potongan harga khusus bagi pejabat untuk pembelian barang atau jasa dari
rekanan;
Pemberian biaya atau ongkos naik haji dari rekanan kepada pejabat;
Pemberian hadiah ulang tahun atau pada acara-acara pribadi lainnya dari rekanan;
Pemberian hadiah atau souvenir kepada pejabat pada saat kunjungan kerja;
Pemberian hadiah atau parsel kepada pejabat pada saat hari raya keagamaan, oleh rekanan
atau bawahannya.
3. Tata cara pelaporan gratifikasi:
a. Penerima gratifikasi wajib melaporkan penerimaannya selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)
hari kerja kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), terhitung sejak tanggal gratifikasi
tersebut diterima;
b. Laporan disampaikan secara tertulis dengan mengisi formulir sebagaimana ditetapkan oleh
KPK dengan melampirkan dokumen yang berkaitan dengan gratifikasi (formulir terlampir);
c. Formulir sebagaimana huruf b, sekurang-kurangnya memuat :
1. Nama dan alamat lengkap penerima dan pemberi gratifikasi;
2. Jabatan Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara;
3. Tempat dan waktu penerima gratifikasi;
4. Uraian jenis gratifikasi yang diterima;
5. Nilai gratifikasi yang diterima.
4. Sanksi bagi penerima gratifikasi
Setiap Pegawai Negeri yang menerima gratifikasi dan tidak melaporkan kepada KPK
terancam sanksi sesuai Pasal 12B ayat (2) UU Nomor 31/1999 jo UU Nomor 20/2001, yaitu:
a. Pidana penjara seumur hidup atau;
b. Penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan Pidana
denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
5. Berkaitan dengan upaya penanganan gratifikasi perlu dilakukan pengaturan sebagai berikut:
a. Setiap pimpinan unit kerja diminta untuk memberikan fasilitasi kepada pegawai yang
hendak melaporkan gratifikasi kepada KPK, antara lain:
i. menyediakan formulir pelaporan gratifikasi;
..............,..............
Kepala KPPN
Nama
NIP
No Nama/NIP pegawai Unit kerja Tanggal menerima Tanggal melapor Jenis gratifikasi
yang melapor gratifikasi ke KPK
1 2 3 4 5 6
..............,..............
Kepala Kanwil
Nama
NIP
No Nama/NIP pegawai yang Waktu menerima gratifikasi Tanggal melapor ke Jenis gratifikasi
melapor KPK
1 2 3 4 5
..............,..............
Sekretaris/Direktur
Nama
NIP
A. DASAR HUKUM
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 256/KMK.01/2011 tanggal 3 Agustus 2011 tentang
Pegawai Negeri Sipil yang Dipekerjakan atau Diperbantukan di Luar Kementerian Keuangan.
C. PEGAWAI DIPEKERJAKAN
1. Berhak memperoleh gaji dan TKPKN sebesar TKPKN yang terakhir diterima sebelum
menjalani penugasan. TKPKN hanya dibayarkan dalam hal di tempat penugasan Pegawai
Dipekerjakan memperoleh tunjangan kinerja yang lebih kecil daripada TKPKN, sebesar
selisih kekurangannya.
2. Wajib menyampaikan DP3 kepada Menteri Keuangan u.p. Sekretaris Jenderal.
3. Wajib melaporkan kepada Menteri Keuangan u.p. Sekretaris Jenderal, dalam hal akan
dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi di tempat penugasan.
D. PEGAWAI DIPERBANTUKAN
1. Tidak berhak memperoleh TKPKN.
2. Berhak memperoleh DP3 yang dibuat oleh pejabat penilai dan atasan pejabat penilai di unit
eselon I terakhir tercatat sebagai pegawai, dengan bahan dari atasan langsung di tempat
penugasannya, dengan ketentuan:
a. bagi yang sebelum penugasan menduduki jabatan eselon I, pejabat penilai dan atasan
pejabat penilai adalah Menteri Keuangan;
b. bagi yang sebelum penugasan menduduki jabatan eselon II, pejabat penilai adalah
Sekretaris Jenderal dan atasan pejabat penilai adalah Menteri Keuangan;
c. bagi yang sebelum penugasan menduduki jabatan eselon III ke bawah dan Pelaksana,
pejabat penilai adalah Kepala Biro SDM dan atasan pejabat penilai adalah Sekretaris
Jenderal.
Materi yang disajikan dalam buku ini telah dirancang sedemikian rupa agar kita dapat
mempelajarinya sekaligus mempraktikkannya. Diharapkan dengan mempelajari buku ini kita
akan memiliki pemahaman yang memadai dalam mengemban tugas di bidang pengelolaan
kepegawaian. Untuk itu keseriusan kita dalam mempelajari buku ini sangat menentukan
keberhasilan.
Buku ini memang tidak mampu memberikan materi yang banyak dalam pengelolaan
kepegawaian termasuk contoh-contohnya. Agar manfaat dari pembahasan dalam buku ini lebih
dapat kita rasakan, maka kita perlu membaca peraturan-peraturan yang memuat ketentuan
administrasi kepegawaian.
Untuk itu, setelah kita selesai mempelajari buku ini, kita perlu melakukan langkah-
langkah berikut ini untuk membantu mengembangkan diri dalam penguasaan materi administrasi
kepegawaian.
1. Evaluasi kembali proses pelaksanaan pekerjaan di bidang kepegawaian yang selama ini kita
lakukan, apakah sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Evaluasi secara terus menerus terhadap buku ini agar semakin baik dan sempurna.
3. Untuk menambah pengetahuan tentang pengelolaan kepegawaian, maka kita dapat membaca
buku-buku atau peraturan-peraturan tentang administrasi kepegawaian.
4. Untuk menambah ketrampilan dan pemahaman kita, maka usahakan untuk selalu membagi
pengetahuan tentang pengelolaan kepegawaian dengan seluruh pegawai di lingkungan kantor
kita.
Setelah kita menyelesaikan mempelajari buku ini, semestinya kita telah memiliki
pemahaman dan keterampilan dalam pengelolaan administrasi kepegawaian. Secara spesifik,
pengetahuan yang diharapkan dari buku ini adalah dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
menyangkut pengelolaan kepegawaian dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.