Anda di halaman 1dari 202

Tim Penyusun

Panduan Administrasi Kepegawaian

Pelindung
Direktur Jenderal Perbendaharaan

Pengarah
Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Ketua Tim
Ludiro

Dewan Editor
Heran Subagio
Bimanyu Eka Yuda
Raden Bagus Nursalim
Muhammad Arif

Kontributor
Koordinator
Sigid Mulyadi

Anggota
Nurmalindah
Ethica Wijayanti
Suyono
Ahmad Nurholis
Bambang Wisnugroho
Arif Setyawan
Hery Yulianto
Samsul Huda
Ari Indarti

Desainer Grafis
Ethica Wijayanti

Hak Cipta © 2011


Bagian Administrasi Kepegawaian Sekretariat Ditjen Perbendaharaan

Diterbitkan dan didistribusikan oleh


Sekretariat Ditjen Perbendaharaan
SAMBUTAN
SEKRETARIS DITJEN PERBENDAHARAAN

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya Buku Panduan
Administrasi Kepegawaian ini dapat disusun.
Kami menyambut baik diterbitkannya Buku Panduan Administrasi Kepegawaian untuk
para pengelola kepegawaian khususnya dan bagi seluruh pegawai di lingkungan Ditjen
Perbendaharaan.
Kami menyampaikan terima kasih atas kerjasama serta partisipasi dari semua elemen di
lingkungan Sekretariat Ditjen Perbendaharaan. Buku ini dapat terwujud atas inisiatif Tim
Penyusun di Bagian Administrasi Kepegawaian, dengan tujuan agar buku ini dapat menjadi
panduan bagi para pengelola kepegawaian unit kerja terkait tugas pokok dan fungsinya.
Pengelolaan kepegawaian terkadang sering dianggap hal yang remeh oleh sebagian
orang, padahal hal tersebut merupakan hal yang sangat penting, mengingat pegawai merupakan
sumber daya terbesar organisasi kita, oleh karenanya patut dikelola dengan baik. Kepuasan
pegawai atas pengelolaan kepegawaian akan menghasilkan kinerja pegawai yang baik,
sebaliknya ketidakpuasan pegawai atas pengelolaan kepegawaian dapat menghasilkan penurunan
kinerja. Diharapkan dengan buku ini dapat terwujud keseragaman pemahaman mengenai
pengelolaan kepegawaian, sehingga para pengelola kepegawaian dapat memberikan pelayanan
yang lebih baik.
Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat, tidak hanya sebagai panduan bagi para
pengelola kepegawaian, tapi juga dampaknya terhadap seluruh pegawai Ditjen Perbendaharaan.

Jakarta, September 2011


Sekretaris Ditjen Perbendaharaan

Ttd

Tata Suntara

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 1


KATA PENGANTAR

Selamat datang di Buku Panduan Administrasi Kepegawaian !!!


Kami harap Buku ini dapat membantu dan memudahkan Anda sebagai pengelola kepegawaian
dalam melaksanakan tugas rutin dalam urusan kepegawaian.
Buku Panduan Administrasi Kepegawaian ini merupakan hasil dari upaya kolaboratif
dari Tim Penyusun Bagian Administrasi Kepegawaian.
Dengan adanya Buku Panduan Administrasi Kepegawaian ini, maka pihak-pihak yang
terkait diharapkan lebih terarah dalam melaksanakan tugas-tugas pengelolaan kepegawaian,
sehingga tujuan yang diinginkan dapat dicapai.
Menyadari segala keterbatasan yang ada, kami mengharapkan segala saran untuk
penyempurnaan buku ini. Kami menyadari bahwa dinamika perubahan peraturan akan
berpengaruh kepada materi buku ini. Maka, kedepan buku ini akan terus dilakukan
penyempurnaan dan penyesuaian dengan ketentuan yang berlaku.

Jakarta, September 2011


Bagian Administrasi Kepegawaian

Tim Penyusun

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 2


KALIMAT INSPIRATIF

Pria diburu oleh keabadian, dan kita bertanya pada diri sendiri, …akankah sikap kita dikenang
hingga berabad kemudian? …akankah orang asing yang mendengar nama kita lama setelah kita
mati, ingin tahu siapa kita, betapa gagah berani kita berperang, betapa besar kita mencintai…”
(opening – film TROY)

Jika tinggal di Larissa......kau akan temukan kedamaian. Kau akan menemukan wanita cantik.
Kau akan punya putra dan putri dan mereka akan punya keturunan. Dan mereka akan
menyayangimu. Jika kau mati, mereka akan mengingatmu. Tapi jika anakmu mati, juga
keturunan mereka......namamu akan hilang.
Jika kau pergi ke Troya......kau akan mendapatkan kemuliaan. Selama ribuan tahun mereka akan
menulis cerita kemenanganmu. Dunia akan mengingat namamu. Tapi jika kau pergi ke
Troya......kau takkan pernah kembali. Karena kemuliaanmu berjalan seiring dengan
kematianmu. (Pesan untuk Achilles dari Ibunya)

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 3


DAFTAR ISI

Sambutan Sekretaris Ditjen Perbendaharaan 1


Kata Pengantar 2
Kalimat Inspiratif 3
Daftar Isi 4
Bab I Pendahuluan 5
Bab II Penatausahaan Dosir Pegawai 7
Bab III Usulan Kenaikan Pangkat 11
Bab IV Kenaikan Gaji Berkala 20
Bab V Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan 24
Bab VI Cuti Pegawai 29
Bab VII Cuti Yang Dijalankan Di Luar Negeri Dan Izin ke Luar Negeri 38
Bab VIII Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas, Surat Pernyataan Pelantikan,
dan Surat Pernyataan Masih Menduduki Jabatan 41
Bab IX Penunjukan Pelaksana Tugas dan Pelaksana Harian 49
Bab X Pedoman Administrasi Kehadiran Pegawai 54
Bab XI Pedoman Penyusunan Laporan Kepegawaian 68
Bab XII Surat Keterangan Untuk Mendapatkan Tunjangan Keluarga, Laporan
Perkawinan dan Perceraian Dan Laporan Pegawai Meninggal Dunia 75
Bab XIII Prosedur Teknis Izin Perceraian dan Surat Keterangan Untuk
Melakukan Perceraian 84
Bab XIV Penegakan Disiplin Pegawai 95
Bab XV Pemberhentian dan Pemensiunan Pegawai 117
Bab XVI Bantuan Hukum dan Saksi /Saksi Ahli 129
Bab XVII Mutasi Pegawai Mengikuti Suami 132
Bab XVIII Evaluasi dan Penilaian Jabatan dan Peringkat Bagi Pelaksana 138
Bab XIX Pengusulan Penganugerahan Penghargaan Satyalancana Karya Satya 149
Bab XX Kesejahteraan Pegawai 159
Bab XXI Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara 164
Bab XXII Tugas Belajar/Beasiswa 168
Bab XXIII Ijin Melanjutkan Pendidikan Atas Inisiatif Sendiri 175
Bab XXIV Standar Kompetensi Jabatan 184
Bab XXV Pelaksanaan Tugas Kepegawaian Lainnya (Kartu PNS, Karis/Karsu,
Sumpah PNS, Hari Libur Pilkada, LP2P dan Laporan Gratifikasi) 187
Bab XXVI Pegawai Yang Diperkerjakan/Diperbantukan 199
Bab XXVII Penutup 201

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 4


BAB I
PENDAHULUAN

Sebagai aparatur pemerintah, setiap Pegawai Negeri Sipil wajib mengetahui dan
memahami hak dan kewajibannya selama menjalankan tugas, sehingga dapat bekerja sesuai
dengan yang digariskan dalam peraturan perundang-undangan mengenai kepegawaian. Hal ini
juga menjadi tuntutan Direktorat Jenderal Perbendaharaan terhadap seluruh pegawainya. Beban
tugas Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang semakin berat harus didukung oleh sumber daya
manusia yang berkualitas, disamping memiliki kepribadian yang baik, etos kerja yang tinggi,
cakap, tanggap terhadap kondisi yang terjadi, kreatif dan inovatif, sehingga banyak berperan luas
dalam menunjang tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengelola kepegawaian di
lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan dalam memahami peraturan yang berkaitan
dengan hak dan kewajiban Pegawai Negeri Sipil maka disusunlah buku ini agar dapat menjadi
pedoman dalam pelaksanaan tugas sehari-hari.
Selama ini dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, pengelola kepegawaian di
lingkungan Ditjen Perbendaharaan dihadapkan pada sejumlah peraturan yang tersebar dan belum
dibukukan. Meski telah disusun SOP dalam pengelolaan tugas-tugas kepegawaian, tetapi
pedoman yang menjadi dasar pijakan pengelola kepagawaian masih harus dicari dan terkadang
tidak ada dalam kantor tersebut.
Di masing-masing lingkungan eselon I tentunya memiliki kekhasan masing-masing dalam
urusan administrasi kepegawaian. Terkadang beberapa pelaksanaan tugas kepegawaian belum
memiliki dasar peraturan yang diterbitkan Pemerintah dan BKN. Atau di lingkungan tersebut
telah menetapkan kriteria tertentu dalam pelaksanaan Peraturan Pemerintah di bidang
kepegawaian. Begitu juga dengan di Ditjen Perbendaharaan yang memiliki instansi vertikal yang
tersebar di seluruh nusantara.
Pengelolaan kepegawaian yang baik dan terstandar memiliki tujuan, diantaranya adalah
menjamin hak-hak para pegawai terkait penghasilan, validitas data-data kepegawaian yang
merupakan dasar untuk penetapan kebijakan karier seseorang dan tujuan-tujuan lainnya, seperti
penyeragaman pengelolaan yang memudahkan dalam proses evaluasi dan monitoring.
Berangkat dari gagasan bahwa harus ada yang dihasilkan dan menjadikan sesuatu yang
akan terus dikenang, Bagian Administrasi Kepegawaian memiliki kemauan besar untuk
mewujudkan dan menerbitkan sebuah buku pedoman administrasi kepegawaian bagi pengelola
kepegawaian baik di tingkat pusat maupun di daerah.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 5


Buku ini harus dibaca berdampingan dengan beberapa ketentuan/peraturan kepegawaian
yang berlaku selama ini. Buku ini dimaksudkan juga memberikan metode penyelenggaraan tata
usaha kepegawaian secara garis besar.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 6


BAB II
PENATAUSAHAAAN DOSIR PEGAWAI

A. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan;
2. Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 01/SE/1975 tentang
Petunjuk Permintaan, Penetapan dan Penggunaan Nomor Induk Pegawai dan Kartu Pegawai
Negara Sipil.

B. KEARSIPAN
Fungsi arsip bagi organisasi sangat strategis, sebab dalam sebuah lembaga, segala
sesuatunya dimulai dengan surat sebagai alat komunikasi tertulis resmi. Arsip bukan saja sebagai
sarana komunikasi dan informasi belaka, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana mengelola
arsip itu berguna dalam mendukung dan menyusun perencanaan dan kebijakan organisasi.
Agar kegiatan administrasi dapat berjalan lancar dan teratur maka diperlukan sistem
kearsipan yang baik. Arsip-arsip yang dimiliki tidak semuanya akan terus digunakan. Ada arsip-
arsip tertentu yang harus dimusnahkan atau dipindah menjadi arsip inaktif. Dalam kegiatan
pengarsipan, terutama dalam proses penyimpanan dibutuhkan biaya yang cukup besar. Tenaga-
tenaga profesional juga dibutuhkan dalam kegiatan pengarsipan supaya arsip dapat
dengan mudah ditemukan jika sewaktu-waktu diperlukan.
Jika sistem kearsipan berjalan dengan baik maka kegiatan administrasi akan berjalan
dengan lancar. Dan sebaliknya jika sistem kearsipan kurang diperhatikan, maka kegiatan
adminstrasi akan sedikit terhambat. Hal ini dikarenakan arsip-arsip dan dokumen-dokumen yang
sulit ditemukan atau bahkan tidak diketahui keberadaannya.
Menurut Drs. The Liang Gie dalam bukunya Administrasi Perkantoran Modern, arsip
adalah suatu kumpulan dokumen yang disimpan secara sistematis karena mempunyai suatu
kegunaan agar setiap kali diperlukan dapat secara cepat ditemukan kembali. Menurut kamus
administrasi, kearsipan adalah suatu bentuk pekerjaan tata usaha yang berupa penyusunan
dokumen-dokumen secara sistematis sehingga bilamana diperlukan lagi, dokumen-dokumen itu
dapat ditemukan kembali secara cepat.
Arsip menurut fungsinya terbagi menjadi :
1. Arsip Statis, yaitu arsip yang dihasilkan oleh kementerian atau unit organisasi karena
memiliki nilai guna kesejarahan, yang telah diverifikasi secara langsung maupun tidak
langsung oleh Lembaga Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Contoh Arsip Statis :

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 7


Arsip Pendirian, Arsip Mantan Pimpinan, Arsip Pembangunan Gedung Kantor, Arsip
Bantuan Pemerintah untuk pembangunan masjid, dsb.
2. Arsip Dinamis, yaitu arsip yang masih dipergunakan dalam proses penyelenggaraan
administrasi pada unit-unit organisasi dan disimpan selama jangka waktu tertentu. Contoh
Arsip Dinamis : Laporan Bulanan th. 2009 – 2010, Surat Edaran th. 2009 – 2010, dll.
Arsip Dinamis dibedakan lagi menjadi Arsip Aktif dan Arsip Inaktif.
Pengelompokkan arsip menurut subjek dan isinya dapat dibagi sebagai berikut :
1. Arsip Keuangan. Arsip keuangan adalah arsip yang berhubungan dengan masalah keuangan.
Contoh : laporan keuangan, bukti pembayaran, daftar gaji, bukti pembelian, surat perintah
membayar, dsb.
2. Arsip Kepegawaian. Arsip kepegawaian adalah arsip yang berhubungan dengan masalah-
masalah kepegawaian. Contoh : data riwayat hidup pegawai, surat lamaran, surat
pengangkatan pegawai, rekaman presensi, dsb.
3. Arsip Pemasaran. Arsip pemasaran adalah arsip yang berhubungan dengan masalah-masalah
pemasaran. Contoh : surat penawaran, surat pesanan, surat perjanjian penjualan, daftar
pelanggan, daftar harga, surat perjanjian sewa,dsb.
4. Arsip Pendidikan. Arsip pendidikan adalah arsip yang berhubungan dengan masalah-masalah
pendidikan. Contoh : kurikulum, satuan pelajaran, daftar hadir siswa, rapor,
transkrip mahasiswa, dsb.

C. DOSIR PEGAWAI
Dosir adalah berkas arsip yang disusun atas dasar kesamaan urusan atau kegiatan. Dalam
kegiatan administrasi yang dilakukan, pasti dihasilkan produk-produk kantor seperti surat,
formulir, dan laporan. Jadi, kegiatan administrasi pada dasarnya adalah menghasilkan, menerima,
mengolah, dan menyimpan berbagai surat, formulir laporan dan lain sebagainya. Kata "dosir"
sendiri berasal dari istilah Belanda "dossier" yang berarti kumpulan dokumen.
Penyelenggaraan tata usaha kepegawaian dapat diartikan merupakan segala rangkaian
kegiatan yang berhubungan dengan penerimaan, penelitian, pencatatan, penyimpanan,
pengolahan, penyusunan dan pemeliharaan setiap berkas mutasi kepegawaian perorangan
pegawai sesuai dengan Nomor Induk Pegawai.
Sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian
Negara Nomor 01/SE/1975 tentang Petunjuk Permintaan, Penetapan dan Penggunaan Nomor
Induk Pegawai dan Kartu Pegawai Negara Sipil, antara lain ditentukan bahwa satu NIP hanya
untuk satu pegawai negeri dan tidak boleh dialihkan, diantaranya berfungsi sebagai dasar
penyusunan dan memelihara Tata Usaha Kepegawaian.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 8


Dengan fungsi tersebut, penyimpanan, pemeliharaan, dan pembinaan segala mutasi
kepegawaian, harus dicantumkan NIP untuk mempermudah pengelolaan data kepegawaian.
Dalam hal ini mutasi kepegawaian merupakan setiap perubahan mengenai seseorang pegawai
negeri, sejak pengangkatan pertama kali sampai pegawai negeri tersebut berhenti, yang
dituangkan dalam suatu keputusan resmi dan sah, baik yang menyangkut kedinasan maupun
pribadi beserta keluarganya, yang pada hakekatnya adalah berupa perkembangan data
kepegawaian.
Dosir Kepegawaian adalah himpunan arsip dari seorang pegawai yang disusun secara
kronologis dari mulai lamaran sampai dengan pemberhentiannya. Dosir kepegawaian dapat
dikemas dalam sebuah map atau odner. Kadang-kadang, isi dosir diklasifikasi menurut
kelompok-kelompok, misalnya kelompok surat keputusan, kelompok DP3, dan sebagainya.
Untuk keseragaman, keindahan dan untuk mempermudah dalam proses pencarian, odner
dosir pegawai agar diberi label dengan mencantumkan data-data, seperti : nama pegawai, NIP,
tanggal lahir, tmt. CPNS dan tanggal pensiun serta ditempelkan foto pegawai.
Dokumen-dokumen kepegawaian yang harus ada dalam dosir pegawai, terdiri dari :
1. Surat Keputusan Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil;
2. Surat Keputusan Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil menjadi Pegawai Negeri Sipil;
3. Surat Pemberitahuan Kenaikan Gaji Berkala;
4. Surat Keputusan Kenaikan Pangkat;
5. Surat Keputusan Inpassing Gaji;
6. Surat Keputusan Pengangkatan/Pembebasan/Mutasi Jabatan;
7. Surat Keputusan Pemberhentian dan Pensiun;
8. Surat Keputusan Pemberian Uang Tunggu;
9. Surat Keputusan Hukuman Disiplin/Surat Peringatan;
10. Surat Tanda Lulus Pendidikan Formal & Sertifikat Diklat;
11. Surat Ijin Tugas Belajar/Surat Ijin Melanjutkan Pendidikan AIS;
12. Surat Nikah/Cerai;
13. Surat Izin Pernikahan/Perceraian/Melaksanakan perceraian;
14. Surat Kematian Pegawai Negeri Sipil dan keluarganya;
15. Akte Kelahiran Anak;
16. KP4 2 tahun terakhir;
17. Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil;
18. Sumpah Jabatan/Surat Pernyataan Pelantikan/menduduki jabatan dan SPMT;
19. DP3;
20. Tanda Penghargaan;

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 9


21. Surat izin cuti dan atau Surat Izin ke luar negeri;
22. Surat Keputusan Pengangkatan kembali untuk cuti di luar tanggungan negara;
23. Surat Keputusan Pelimpahan/Pencabutan perbantuan/dipekerjakan;
24. KARPEG, KARIS/KARSU, Kartu Taspen;
25. Surat Keputusan Peringkat Jabatan/Grading;
26. Evaluasi Kinerja terkait penilaian Peringkat Jabatan/Grading;
27. dan lain-lain yang menyangkut kepegawaian.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 10


BAB III
USULAN KENAIKAN PANGKAT

A. DASAR HUKUM
1. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tanggal 10 November 2000 jo. PP No. 12
tahun 2002 tanggal 17 April 2002;
2. Keputusan Kepala BKN Nomor 12 Tahun 2002 tentang Ketentuan Pelaksanaan PP Nomor
99 Tahun 2000 jo PP Nomor 12 Tahun 2002;
3. Surat Edaran Kepala Biro Kepegawaian Setjen Depkeu Nomor SE-01/SJ.2/2005 tanggal 25
Juli 2005;
4. Surat Kepala Biro Sumber Daya Manusia Setjen Depkeu Nomor S-144/SJ.5/2010 tanggal 25
Januari 2010;
5. Surat Sekretaris Ditjen Perbendaharaan No. S-77/PB.1/UP.10/2010 tanggal 28 Januari 2010.

B. JENIS-JENIS KENAIKAN PANGKAT


Berdasarkan PP Nomor 99 Tahun 2000 jo PP Nomor 12 Tahun 2002 kenaikan pangkat
dibagi menjadi 5 jenis yaitu : Pilihan, Reguler, Anumerta, Pengabdian dan Prajurit Wajib.
1. Kenaikan Pangkat Pilihan
Jenis Kenaikan Pengkat Pilihan :
a. PNS yang menduduki jabatan struktural
b. PNS yang menduduki jabatan fungsional tertentu
c. PNS yang menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya
d. PNS yang menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi Negara
e. PNS yang diangkat menjadi pejabat Negara
f. PNS yang memperoleh STTB/Ijazah
g. PNS yang melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya menduduki jabatan struktural
atau jabatan fungsional tertentu
h. PNS yang telah selesai dan lulus tugas belajar
i. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh diluar instansi induknya yang
diangkat dalam jabatan pimpinan yang telah ditetapkan persamaan eselonnya atau
jabatan fungsional tertentu
j. PNS yang menduduki jabatan tertentu yang pengangkatannya ditetapkan berdasarkan
Keputusan Presiden

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 11


a. Kenaikan Pangkat Pilihan Bagi PNS yang Menduduki Jabatan Struktural
Kenaikan pangkat pilihan bagi PNS yang menduduki jabatan dapat diberikan dalam
batas jenjang pangkat yang ditentukan untuk jabatan ybs. Jenjang Pangkat dalam
Jabatan tsb adalah sbb :
Jenjang Pangkat Golongan
No Eselon
Terendah Tertinggi
1 Ia IV/d IV/e
2 Ib IV/c IV/e
3 IIa IV/c IV/d
4 IIb IV/b IV/c
5 IIIa IV/a IV/b
6 IIIb III/d IV/a
7 IVa III/c III/d
8 IVb III/b III/c
1) PNS mempunyai pangkat yg masih satu tingkat di bawah jenjang pangkat
terendah suatu jabatan dapat dinaikkan pangkatnya apabila :
a) Telah 1 tahun dalam pangkat terakhir;
b) Telah 1 tahun dalam jabatan struktural yang didudukinya terhitung sejak
pelantikan, dan bersifat kumulatif tetapi tidak terputus dalam tingkat jabatan
struktural yang sama.
c) DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 tahun terakhir.
2) PNS telah mencapai jenjang pangkat terendah yang ditentukan untuk suatu
jabatan, dapat diberikan kenaikan pangkat apabila :
a) Sekurang-kurangnya telah 4 tahun dalam pangkat terakhir
b) Setiap unsur penilaian prestasi kerja/DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik
dalam 2 tahun terakhir.
3) Kelengkapan Administrasi :
a) copy sah SK pangkat terakhir;
b) copy sah SK jabatan terakhir;
c) Surat Pernyataan Pelantikan
d) copy sah DP-3 dalam 2 tahun terakhir
b. Kenaikan Pangkat Pilihan Bagi PNS yang Menduduki Jabatan Fungsional
tertentu
1) Syarat :
a) Telah 2 tahun dalam pangkat terakhir
b) Memenuhi angka kredit yang ditentukan

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 12


c) DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 tahun terakhir.
2) Kelengkapan Administrasi :
a) copy sah SK jabatan terakhir;
b) copy sah SK pangkat terakhir;
c) copy sah DP-3 dalam 2 tahun terakhir;
d) Asli penetapan angka kredit
c. Kenaikan Pangkat PNS Yang Menunjukkan Prestasi Kerja Luar Biasa Baiknya
1) Syarat :
a) Telah 1 tahun dalam pangkat terakhir
b) DP3 bernilai amat baik dalam 1 tahun terakhir.
2) Yang dimaksud perestasi kerja luar biasa baiknya adalah prestasi kerja yang
menonjol baiknya yang secara nyata diakui dalam lingkungan kerjanya, sehingga
PNS yang bersangkutan secara nyata menjadi teladan bagi pegawai lainnya.
3) Kenaikan pangkat bagi PNS yang menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya
diberikan tanpa terikat ketentuan ujian dinas.
4) Kenaikan pangkat bagi PNS yang menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya
dapat melampaui pangkat atasan langsungnya.
5) Kelengkapan Administrasi :
a) copy sah SK jabatan terakhir apabila menduduki jabatan
b) copy sah SK pangkat terakhir;
c) Tembusan keputusan yang ditandatangani asli oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian tentang penetapan prestasi kerja luar biasa baiknya
d) copy sah DP-3 dalam 1 tahun terakhir.
d. Kenaikan Pangkat Pilihan bagi PNS Yang Menemukan Penemuan Baru Yang
Bermanfaat Bagi Negara
1) Kenaikan pangkat dapat diberikan :
a) tanpa terikat dengan jenjang pangkat
b) tanpa terikat pada jabatan dan ketentuan ujian dinas.
c) dapat melampaui pangkat atasan langsungnya.
2) Syarat :
a) 1 tahun dalam pangkat terakhir
b) DP3 dalam 1 tahun terakhir rata-rata bernilai baik dengan ketentuan tidak ada
unsur penilaian prestasi kerja yang bernilai kurang.
3) Kriteria penemuan baru dan kriteria kemanfaatan terhadap Negara diatur dalam
Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1981 dan peraturan pelaksanaannya diatur

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 13


dengan SE Kepala BAKN dan Ketua LIPI Nomor 15/SE/1982 dan Nomor
704/KEP/J.10/1982 tanggal 27 Oktober 1982.
4) Kelengkapan Administrasi:
a) copy sah SK jabatan terakhir apabila menduduki jabatan
b) copy sah SK pangkat terakhir;
c) copy sah keputusan tentang penemuan baru yang bermanfaat bagi
Badan/Lembaga yang ditetapkan oleh Presiden;
d) copy sah DP-3 dalam 1 tahun terakhir.
e. Kenaikan Pangkat Pilihan Bagi PNS Yang Menjadi Pejabat Negara
1) Syarat :
a) Telah 4 tahun dalam pangkat terakhir
b) DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 tahun terakhir.
2) Kelengkapan Administrasi:
a) copy sah SK sebagai pejabat negara;
b) copy sah SK pangkat terakhir;
c) copy sah DP-3 dalam 1 tahun terakhir;
d) copy sah keputusan pemberhentian dari jabatan organiknya;
3) PNS yang diangkat menjadi Pejabat Negara tetapi tidak diberhentikan dari jabatan
organiknya, kenaikan pangkatnya dipertimbangkan berdasarkan jabatan
organiknya.
4) Kelengkapan Administrasi:
a) Bagi yang menduduki jabatan struktural/fungsional tertentu :
 copy sah SK jabatan terakhir;
 copy sah SK pangkat terakhir;
 copy sah DP-3 dalam 2 tahun terakhir;
 Asli penetapan angka kredit bagi PNS yang menduduki jabatan
fungsional.
b) Bagi yang tidak menduduki jabatan struktural/fungsional tertentu :
 copy sah SK pangkat terakhir;
 copy sah DP-3 dalam 2 tahun terakhir.
f. Kenaikan Pangkat PNS yang Memperoleh STTB/Ijazah/ Diploma
PNS yang memperoleh ijasah dapat dinaikkan pangkatnya sehingga menjadi :

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 14


No Ijazah Golongan
1 SLTP atau yang setingkat I/c
2 SLTA, Diploma I, atau yang setingkat II/a
3 Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa atau Diploma II Sarjana II/b
4 Muda, Akademi, atau Diploma III II/c
5 Sarjana (S1) atau Diploma IV III/a
6 Dokter, Ijazah Apoteker atau Ijazah Spesialis I dan Magister (S2) III/b
atau Ijazah lain yang setara
7 Doktor (S3) atau Ijazah Spesialis II III/c
1) Kenaikan pangkat diatas, dapat diberikan apabila :
a) Diangkat dalam jabatan/diberi tugas yang memerlukan pengetahuan/keahlian
yang sesuai Ijazah yang diperoleh;
b) Telah 1 tahun dalam pangkat terakhir;
c) DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 tahun terakhir;
d) Memenuhi jumlah angka kredit yang ditentukan bagi yang menduduki jabatan
fungsional
e) Lulus ujian kenaikan pangkat penyesuaian ijazah
2) Kelengkapan Administrasi :
a) copy sah STTB/Ijazah/Diploma;
b) copy sah SK pangkat terakhir;
c) copy sah DP-3 dalam 1 tahun terakhir;
d) Asli Penetapan Angka Kredit bagi PNS yang menduduki jabatan fungsional
e) Surat Keterangan Pejabat Pembina Kepegawaian serendah-rendahnya pejabat
eselon II tentang uraian tugas yang dibebankan kepada PNS yang
bersangkutan kecuali bagi yang menduduki jabatan fungsional tertentu;
f) copy sah surat tanda lulus ujian kenaikan pangkat penyesuaian ijazah kecuali
bagi yang menduduki jabatan fungsional tertentu.
g. Kenaikan Pangkat Bagi PNS yang Melaksanakan Tugas Belajar dan
Sebelumnya Menduduki Jabatan Struktural Atau Jabatan Fungsional Tertentu
1) Syarat :
a) Telah 4 tahun dalam pangkat terakhir
b) DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 tahun terakhir.
2) Kenaikan pangkat di atas, diberikan dalam batas jenjang pangkat yang ditentukan
dalam jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu yang terakhir
didudukinya sebelum melaksanakan tugas belajar.
3) Kelengkapan Administrasi :

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 15


a) copy sah SK jabatan terakhir;
b) copy sah SK pangkat terakhir;
c) copy sah keputusan/perintah tugas belajar;
d) copy sah DP-3 dalam 2 tahun terakhir.
h. Kenaikan Pangkat Pilihan Bagi PNS yang Telah Selesai Mengikuti dan Lulus
Tugas Belajar
PNS yang melaksanakan tugas belajar apabila telah lulus dan memperoleh ijasah
dapat dinaikkan pangkatnya menjadi :
No Ijazah Golongan
1 Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa atau Diploma II II/b
2 Sarjana Muda, Akademi, atau Diploma III II/c
3 Sarjana (S1) atau Diploma IV III/a
4 Dokter, Ijazah Apoteker atau Ijazah Spesialis I dan III/b
Magister (S2) atau Ijazah lain yang setara
5 Doktor (S3) atau Ijazah Spesialis II III/c
1) Syarat :
a) Telah 1 tahun dalam pangkat terakhir;dan
b) DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 tahun terakhir.
2) Kelengkapan Administrasi :
a) copy sah SK jabatan terakhir;
b) copy SK pangkat terakhir;
c) copy sah kepututusan/perintah untuk tugas belajar;
d) copy sah DP-3 dalam 1 tahun terakhir;
e) copy sah Ijazah/Diploma yang diperolehnya.
i. Kenaikan Pangkat Bagi PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di luar
Instansi Induknya dan diangkat dalam jabatan pimpinan
1) Syarat :
a) Telah 4 tahun dalam pangkat terakhir;
b) DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 tahun terakhir.
2) Kenaikan pangkat sebagaimana tersebut di atas dapat dipertimbangkan sesuai
jenjang pangkat yang ditetapkan untuk eselon jabatannya.
3) Kenaikan Pangkat Bagi PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di luar
Instansi Pemerintah hanya dapat diberikan sebanyak-banyaknya 3 kali kecuali
bagi yang dipekerjakan atau diperbantukan pada lembaga kependidikan, sosial,
kesehatan, dan perusahaan jawatan.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 16


4) PNS yang menduduki jabatan fungsional tertentu yang dipekerjakan di luar
instansi induknya, dapat diberikan kenaikan pangkat setiap kali setingkat lebih
tinggi.
5) Kelengkapan Administrasi :
a) copy sah SK jabatan terakhir;
b) copy sah SK pangkat terakhir;
c) copy sah keputusan tentang penugasan di luar instansi induknya;
d) Tembusan penetapan angka kredit bagi yang menduduki jabatan fungsional
e) copy sah DP-3 dalam 2 tahun terakhir.
2. Kenaikan Pangkat Reguler
a. Syarat kenaikan pangkat reguler :
1) Telah 4 tahun dalam pangkat terakhir;dan
2) DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 tahun terakhir.
3) Tidak melampaui pangkat atasan langsungnya
b. Batas tertinggi kenaikan pangkat reguler yang dapat dicapai berdasarkan ijasah yang
dimiliki PNS adalah sbb :
Golongan
No Bagi yang mempunyai Ijazah
Tertinggi
1 SD atau yang setingkat II/a
2 SLTP atau yang setingkat II/c
3 Sekolah Lanjutan Kejuruan Tingkat Pertama II/d
4 SLTA, Sekolah Lanjutan Kejuruan Tingkat Atas (3 tahun), Sekolah III/b
Lanjutan Kejuruan Tingkat Atas (4 tahun), Diploma I, Diploma II
5 Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa , Diploma III, Sarjana Muda, III/c
Akademi, Ijasah Bakaloreat
6 Sarjana (S1) atau Diploma IV III/d
7 Dokter, Ijazah Apoteker dan Magister (S2) atau Ijazah lain yang setara IV/a
8 Doktor (S3) IV/b
c. PNS yang Kenaikan Pangkat Regulernya mengakibatkan pindah golongan dari
golongan II menjadi golongan III dan golongan III menjadi golongan IV, harus telah
mengikuti dan lulus ujian dinas yang ditentukan, kecuali bagi PNS yang :
1) Telah mengikuti dan lulus Sepada/Adum/Sepala/Diklatpim Tingkat IV untuk
ujian dinas Tingkat I;
2) Telah mengikuti dan lulus Sepadya/Spama/Diklatpim Tingkat III untuk ujian
dinas Tingkat II;
3) Telah memperoleh Ijazah Sarjana (S1) atau Diploma IV untuk ujian dinas
Tingkat I;
Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 17
4) Telah memperoleh Ijazah Dokter, Ijazah Apoteker, Magister (S2) dan Ijazah lain
yang setara atau Doktor (S3), untuk ujian Dinas Tingkat I atau Ujian Dinas
Tingkat II.
d. Kelengkapan Administrasi :
1) copy sah SK pangkat terakhir;
2) copy sah DP-3 dalam 2 tahun terakhir;
3) copy sah STTB/Ijazah/Diploma bagi yang memperoleh peningkatan pendidikan;
4) copy sah SK mutasi lainnya apabila terjadi perubahan data kepegawaian
(misalnya SK Pindah Kerja, SK Alih Status, dan sebagainya).
5) copy sah surat perintah tugas belajar (Bagi PNS yang Melaksanakan Tugas
Belajar dan Sebelumnya Tidak Menduduki Jabatan Struktural atau Fungsional
Tertentu)
6) Surat penugasan dipekerjakan/diperbantukan di luar instansi induknya. (bagi PNS
yang dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh di luar Instansi Induk dan
tidak menduduki jabatan pimpinan yang telah ditetapkan persamaan eselonnya
atau jabatan fungsional tertentu)
3. Kenaikan Pangkat Anumerta
PNS yang dinyatakan tewas, diberikan kenaikan pangkat anumerta setingkat lebih tinggi.
yakni :
a. Meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya.
b. Meninggal dunia dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan dinasnya, sehingga
kematian itu disamakan dengan meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas
kewajibannya.
c. Meninggal dunia yang langsung diakibatkan oleh luka atau cacat jasmani atau cacat
rohani yang didapat dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya.
d. Meninggal dunia karena perbuatan anasir yang tidak bertanggung jawab ataupun
sebagai akibat tindakan terhadap anasir itu
4. Kenaikan Pangkat Pengabdian
Kenaikan pangkat pengabdian diberikan bagi PNS yang meninggal dunia atau akan
diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun karena mencapai batas usia pensiun,
dapat diberikan kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi, apabila :
a. Memiliki masa bekerja sebagai PNS selama :
1) 30 tahun secara terus-menerus dan telah 1 bulan dalam pangkat terakhir.
2) 20 tahun secara terus-menerus dan telah 1 tahun dalam pangkat terakhir.
3) 10 tahun secara terus-menerus dan telah 2 tahun dalam pangkat terakhir.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 18


b. DP3 bernilai baik dalam 1 tahun terakhir.
c. Tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat dalam 1 tahun
terakhir.
Kenaikan pangkat pengabdian juga diberikan kepada PNS yang oleh Tim Penguji
Kesehatan dinyatakan cacat karena dinas dan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan
negeri.
5. Kenaikan Pangkat Prajurit Wajib
PNS selama menjalani dinas prajurit wajib tidak diberikan kenaikan pangkat. Pemberian
pangkatnya dapat dipertimbangkan pada saat pengangkatan kembali pada instansi induknya
setelah ia selesai menjalankan dinas prajurit wajib dengan memperhitungkan penuh masa
kerja selama menjalankan dinas prajurit wajib dan dengan memperhatikan pangkat yang
dimilikinya sebagai prajurit wajib.

C. KELENGKAPAN TAMBAHAN USUL KENAIKAN PANGKAT


Untuk internal Ditjen Perbendaharaan, sesuai dengan Surat Sekretaris Ditjen
Perbendaharaan No. S-77/PB.1/UP.10/2010 tanggal 28 Januari 2010, terdapat tambahan
kelengkapan untuk usul kenaikan pangkat, yaitu:
1. copy sah surat keputusan jabatan terakhir atasan langsung pegawai yang diusulkan kenaikan
pangkatnya;
2. copy sah surat keputusan/surat/nota dinas penempatan terakhir pegawai yang diusulkan
kenaikan pangkatnya.
Bagi PNS yang lokasi pada saat memperoleh ijazah berbeda dengan tempat tugas saat
pengusulan kenaikan pangkat, maka usul kenaikan pangkat disertai pula dengan surat
keterangan kronologis penempatan yang dibuktikan dengan SK mutasi.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 19


BAB IV
KENAIKAN GAJI BERKALA

A. DASAR HUKUM
1. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 Tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil;
2. Keppres Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN.

B. KENAIKAN GAJI BERKALA


1. Kepada pegawai negeri sipil yang diangkat dalam suatu pangkat diberikan gaji pokok
berdasarkan golongan ruang yang ditetapkan untuk pangkat tersebut. Gaji calon pegawai
negeri sipil sebesar 80% dari gaji pokoknya;
2. Kenaikan gaji berkala adalah kenaikan gaji yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang
telah mencapai masa kerja golongan yang ditentukan untuk kenaikan gaji berkala yaitu setiap
2 (dua) tahun sekali dan apabila telah memenuhi persyaratan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
3. Kenaikan gaji berkala untuk pertama kali bagi seorang pegawai negeri sipil yang diangkat
dalam golongan I, II, III diberikan setelah mempunyai masa kerja 2 (dua) tahun sejak
diangkat menjadi calon pegawai negeri sipil dan selanjutnya 2 (dua) tahun sekali, kecuali
untuk pegawai negeri sipil yang pertama kali diangkat dalam golongan II/a diberikan
kenaikan gaji berkala pertama kali setelah mempunyai masa kerja 1 (satu) tahun dan
selanjutnya setiap 2 (dua) tahun sekali;
4. Pegawai Negeri Sipil mendapatkan kenaikan gaji berkala apabila :
a. telah mencapai masa kerja golongan yang ditentukan untuk kenaikan gaji berkala
b. penilaian pelaksanaan pekerjaan dengan nilai rata-rata sekurang-kurangnya “cukup”
5. Pemberian kenaikan gaji berkala dilakukan dengan surat pemberitahuan oleh kepala
kantor/satuan organisasi yang bersangkutan atas nama pejabat yang berwenang dan
diterbitkan 2 (dua) bulan sebelum kenaikan gaji berkala itu berlaku;
6. Keputusan kenaikan gaji berkala tidak dapat berlaku surut lebih dari 2 (dua) tahun;
7. Sebelum diterbitkan surat pemberitahuan kenaikan gaji berkala, agar dilakukan proses
penilaian dengan Nota Rahasia.

C. PENUNDAAN KENAIKAN GAJI BERKALA


1. Seorang Pegawai Negeri Sipil yang belum memenuhi syarat (nilai rata-rata DP-3 kurang dari
“cukup”), maka kenaikan gaji berkalanya ditunda paling lama untuk waktu 1 (satu) tahun;

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 20


2. Apabila dalam waktu penundaan 1 (satu) tahun tersebut Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan belum juga memenuhi syarat maka kenaikan gaji berkalanya ditunda lagi tiap-
tiap kali paling lama untuk 1 (satu) tahun;
3. Apabila tidak ada alasan lagi untuk penundaan, maka kenaikan gaji berkala tersebut
diberikan mulai bulan berikutnya dari masa penundaan itu;
4. Penundaan kenaikan gaji berkala dilakukan dengan surat keputusan pejabat yang berwenang;
5. Masa penundaan kenaikan gaji berkala dihitung penuh untuk kenaikan gaji berkala
berikutnya;
6. Penundaan kenaikan gaji berkala dimaksud bukan merupakan hukuman disiplin Pegawai
Negeri Sipil melainkan sebagai akibat tidak dipenuhinya persyaratan.

D. DOKUMEN YANG DIBUTUHKAN UNTUK KENAIKAN GAJI BERKALA


1. Foto copy sah keputusan dalam pangkat terakhir;
2. Foto copy sah berkala terakhir;
3. DP-3 1 (satu) tahun terakhir.

E. CONTOH FORMAT DOKUMEN

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 21


Surat Pemberitahuan Kenaikan Gaji Berkala

KOP SURAT

Nomor : PEM- ............. 2011


Lampiran :-
Hal : Kenaikan Gaji Berkala a.n.: .................................
NIP .................................

Yth. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara .................................


di .................................

Dengan ini diberitahukan, bahwa berhubung telah dipenuhinya masa kerja dan syarat-syarat
lainnya kepada :
1. Nama : .................................
2. NIP / No.Karpeg : ................................. / .................................
3. Pangkat : .................................
4. Jabatan : .................................
5. Unit Organisasi : .................................
6. Gaji Pokok Lama : Rp. .................................
(.................................)
(PP No. .................................)
atas dasar Surat Keputusan terakhir tentang gaji/pangkat yang ditetapkan :
a. oleh pejabat : .................................
b. tanggal : .................................
nomor : .................................
c. terhitung mulai tanggal : .................................
d. masa kerja golongan : .................................
pada tanggal tersebut
diberikan kenaikan gaji berkala hingga memperoleh :
7. Gaji Pokok Baru : Rp. .................................
(.................................)
(PP No. ................................. )
8. Berdasarkan masa kerja : .................................
9. Dalam Golongan : .................................
10. Terhitung Mulai Tanggal : .................................

Diharapkan agar sesuai dengan pasal 29 ayat (1) Keppres nomor 42 tahun 2002 kepada pegawai
tersebut dapat dibayarkan penghasilannya berdasarkan gaji pokok yang baru.

a.n. Direktur Jenderal Perbendaharaan


Kepala .................................

.................................
NIP .................................

Tembusan : (disesuaikan dengan pihak yang berkebutuhan)


………………………

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 22


Nota Rahasia

KOP SURAT

Nota Rahasia

Dari : Kepala Subbagian Umum …………….


Kepada : Yth. Kepala Seksi ……………

Dengan ini diberitahukan bahwa pegawai tersebut dibawah ini :


Nama : ………….
Pangkat : ………….
Sudah saatnya diberikan KENAIKAN PANGKAT/GAJI BERKALA/DIANGKAT SEBAGAI
PNS *) terhitung mulai tanggal ……………….
Diminta agar dapat diberikan penegasan mengenai daftar penilaian pegawai tersebut
dengan berpedoman pada pertanyaan sebagaimana tersebut dibawah ini :

Kepala Subbagian Umum

…………………………

Pertimbangan Kepala Seksi …………….


Mengenai Sdr………………………. NIP………………… Gol…………………..
a. Kecakapan teknis :
b. Kerajinan :
c. Kelakuan (Watak) :
d. Bakat kecakapan memimpin **) :
e. Hubungan pergaulan dengan :
Teman-teman sekerja (baik dg
Pimpinan atau bawahan)
Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas pegawai tersebut DAPAT/BELUM DAPAT *)
diberikan KENAIKAN PANGKAT/GAJI BERKALA/DIANGKAT SEBAGAI PNS *) terhitung
mulai tanggal ……………

Menyetujui/Tidak Menyetujui …………………………..


Kepala ……………………… Kepala Seksi ……………

……………………………… ……………………………

Pertimbangan agar dinyatakan dengan istilah :


1. Amat baik 4. Sedang
2. Baik 5. Kurang
3. Cukup

*) Coret yang tidak perlu


**) Hanya diisi untuk yang memangku jabatan

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 23


BAB V
DAFTAR PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

A. DASAR HUKUM
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1979 tentang Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil;
2. Surat Edaran Kepala BAKN Nomor SE-02/SE/1980 tanggal 11 Pebruari 1980 tentang
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil;
3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 256/KMK.01/2011 tanggal 3 Agustus 2011 tentang
Pegawai Negeri Sipil yang Dipekerjakan atau Diperbantukan di Luar Kementerian Keuangan.

B. UMUM
1. Unsur-unsur yang dinilai dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) adalah:
a. kesetiaan;
b. prestasi kerja;
c. tanggung jawab;
d. ketaatan;
e. kejujuran;
f. kerjasama;
g. prakarsa; dan
h. kepemimpinan.
Unsur kepemimpinan hanya dinilai bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berpangkat
Pengatur Muda golongan ruang II/a ke atas yang memangku suatu jabatan.
2. Pejabat penilai baru dapat melakukan penilaian pelaksanaan pekerjaan, apabila telah
membawahi PNS yang bersangkutan sekurang-kurangnya 6 bulan.
3. Apabila PNS yang dinilai berkeberatan atas nilai dalam DP3, maka dapat mengajukan
keberatan disertai dengan alasan-alasannya, kepada atasan pejabat penilai melalui hirarkis
dalam jangka waktu 14 hari sejak diterimanya DP3 tersebut.

C. PEJABAT PENILAI DP3


1. Pejabat penilai baru dapat memberikan penilaian apabila telah membawahi PNS yang
bersangkutan sekurang-kurangnya 6 bulan.
2. Apabila DP3 diperlukan, sedang pejabat penilai belum 6 bulan membawahi PNS yang
dinilai, maka pejabat penilai tersebut dapat melakukan penilaian dengan menggunakan
bahan-bahan yang ditinggalkan pejabat penilai yang lama.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 24


3. Pejabat yang berwenang membuat DP3 wajib membuat dan memelihara catatan tentang PNS
di lingkungannya.
4. Jangka waktu penilaian adalah mulai bulan Januari s.d bulan Desember dalam tahun yang
bersangkutan.

D. DP3 CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL


1. Bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), DP3 hanya dibuat dalam tahun yang bersangkutan
apabila sampai dengan bulan Desember telah mencapai 6 bulan menjadi CPNS. Apabila
CPNS dalam tahun yang bersangkutan belum 6 bulan menjadi CPNS, penilaian DP3
dilakukan dalam tahun berikutnya.
2. Contoh: seorang CPNS diangkat pada awal bulan Agustus 1980. Dalam hal ini, ia tidak dapat
dinilai dalam tahun 1980, tetapi baru dapat dinilai pada tahun 1981.
3. Bagi CPNS yang akan diangkat menjadi PNS, penilaian pelaksanaan pekerjaan dilakukan
setelah sekurang-kurangnya 1 tahun menjadi CPNS terhitung mulai melaksanakan tugas
secara nyata.
4. CPNS yang telah dibuat DP3-nya untuk kepentingan pengangkatan menjadi PNS, tidak usah
lagi dibuat DP3nya pada bulan Desember tahun yang bersangkutan.
5. Contoh: seorang diangkat menjadi CPNS terhitung mulai tanggal 1 Agustus 1980. Untuk
pengangkatan sebagai PNS, maka DP3 dibuat tanggal 1 September 1981. Dalam hal ini, DP3
tersebut berlaku untuk tahun 1982 atau DP3nya tidak usah dibuat lagi pada bulan Desember
1981.
6. Pada saat seseorang yang diangkat menjadi PNS tetapi DP3-nya belum 1 tahun, maka
pengangkatannya sebagai PNS tidak sah.

E. DP3 PEGAWAI TUGAS BELAJAR


1. DP3 bagi PNS yang sedang menjalankan tugas belajar, dibuat oleh pejabat penilai dengan
menggunakan bahan-bahan yang diberikan oleh pimpinan perguruan tinggi, sekolah atau
kursus yang bersangkutan.
2. Khusus bagi PNS yang menjalankan tugas belajar diluar negeri, bahan-bahan penilaian
pelaksanaan pekerjaan tersebut diberikan oleh Kepala Perwakilan Republik Indonesia di
negara yang bersangkutan.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 25


F. DP3 PEGAWAI DIPEKERJAKAN/PEGAWAI DIPERBANTUKAN
1. Pegawai Dipekerjakan yang penugasannya sebelum Keputusan Menteri Nomor
256/KMK.01/2011 ditetapkan, wajib menyampaikan DP3 kepada Direktur Jenderal
Perbendaharaan u.p. Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
2. Pegawai Dipekerjakan yang penugasannya setelah Keputusan Menteri Nomor
256/KMK.01/2011 ditetapkan, wajib menyampaikan DP3 kepada Menteri Keuangan u.p.
Sekretaris Jenderal.
3. DP3 bagi Pegawai Diperbantukan dibuat oleh pejabat penilai dan atasan pejabat penilai di
unit eselon I terakhir tercatat sebagai pegawai, dengan bahan dari atasan langsung di tempat
penugasannya, dengan ketentuan:
a. bagi yang sebelum penugasan menduduki jabatan eselon I, pejabat penilai dan atasan
pejabat penilai adalah Menteri Keuangan;
b. bagi yang sebelum penugasan menduduki jabatan eselon II, dan penugasannya sebelum
Keputusan Menteri Nomor 256/KMK.01/2011 ditetapkan, pejabat penilai adalah
Direktur Jenderal Perbendaharaan dan atasan pejabat penilai adalah Menteri Keuangan;
c. bagi yang sebelum penugasan menduduki jabatan eselon II, dan penugasannya setelah
Keputusan Menteri Nomor 256/KMK.01/2011 ditetapkan, pejabat penilai adalah
Sekretaris Jenderal dan atasan pejabat penilai adalah Menteri Keuangan;
d. bagi yang sebelum penugasan menduduki jabatan eselon III ke bawah dan Pelaksana,
dan penugasannya sebelum Keputusan Menteri Nomor 256/KMK.01/2011 ditetapkan,
pejabat penilai adalah Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan atasan pejabat
penilai adalah Direktur Jenderal Perbendaharaan;
e. bagi yang sebelum penugasan menduduki jabatan eselon III ke bawah dan Pelaksana,
dan penugasannya setelah Keputusan Menteri Nomor 256/KMK.01/2011 ditetapkan,
pejabat penilai adalah Kepala Biro SDM dan atasan pejabat penilai adalah Sekretaris
Jenderal.

G. PENGAJUAN KEBERATAN
1. PNS yang merasa keberatan atas nilai dalam DP3, baik secara keseluruhan maupun sebagian,
dapat mengajukan keberatan secara tertulis disertai dengan alasannya kepada atasan pejabat
penilai melalui hirarkis. Keberatan tersebut dituliskan dalam DP3 pada ruangan yang telah
disediakan.
2. Keberatan harus sdh diajukan dalam jangka waktu 14 hari terhitung mulai ia menerima DP3.
Keberatan yang melebihi batas waktu 14 hari menjadi kedaluwarsa, sehingga tidak dapat
dipertimbangkan lagi.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 26


3. Walaupun PNS yang dinilai keberatan, ia harus membubuhkan tanda tangan.
4. Setelah menerima keberatan, pejabat penilai membuat tanggapan secara tertulis pada ruangan
yang telah disediakan dalam DP3.
5. Atasan pejabat penilai wajib memeriksa dan memperhatikan keberatan dan tanggapan.
6. Apabila atasan pejabat penilai mempunyai alasan yang cukup, maka ia dapat mengadakan
perubahan terhadap nilai baik menaikan atau menurunkan nilai. Perubahan nilai yang
dilakukan oleh atasan pejabat penilai tidak dapat diganggu gugat dan tidak dapat lagi
diajukan keberatan.
7. Perubahan nilai dicantumkan dalam DP3 yang bersangkutan dengan mencoret nilai yang
lama dan mencantumkan nilai yang baru. Nilai lama yang dicoret harus tetap terbaca. Setiap
coretan harus diparaf oleh atasan pejabat penilai.
8. DP3 yang dibuat oleh pejabat penilai yang merangkap menjadi atasan pejabat penilai tidak
dapat diganggu gugat.

H. HAL-HAL PENTING LAINNYA


1. Tanggal penilaian DP3 tahun 20X1 (tanggal dibuat oleh pejabat penilai) adalah tanggal 31
Desember 20X1 tanpa dibatasi jam kerja atau hari libur. Sedangkan tanggal diterima pegawai
yang dinilai dan atasan pejabat penilai adalah setelah 31 Desember 20X1. Misalnya: tanggal
diterima pegawai yang dinilai: 5 Januari 20X2 dan tanggal diterima atasan pejabat penilai: 5
Januari 20X2.
2. Dalam Surat Edaran Kepala BAKN Nomor 02/SE/1980 angka romawi V perihal Tata Cara
Penilaian, angka 2 tentang Pedoman Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan diberikan contoh
bahwa setiap unsur penilaian selalu dinilai dengan angka bulat dan hasil penilaian pejabat
penilai selalu angka bulat. Sehingga apabila setelah dirata-rata dalam penilaian unsur yang
dinilai diperoleh angka pecahan < 0,50 (lebih kecil atau sama dengan 0,50) maka dibulatkan
ke bawah dan apabila mendapatkan angka pecahan >0,50 (lebih besar dari 0,50) maka
dibulatkan keatas.
3. Dalam rangka penilaian DP3, untuk para pejabat/pegawai yang pangkatnya lebih tinggi dari
pejabat penilai dan/atau pejabat penilai pangkatnya lebih tinggi dari atasan pejabat penilai,
maka pejabat penilai dan atasan pejabat penilai agar secara berjenjang ditarik naik satu
tingkat. Contoh:
a. untuk penilaian DP3 pejabat eselon IV (yang pangkatnya lebih tinggi daripada pejabat
eselon III), pejabat penilainya adalah Kepala Kanwil dan atasan pejabat penilai adalah
Direktur Jenderal Perbendaharaan;

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 27


b. untuk penilaian DP3 pelaksana (dimana pejabat penilai pangkatnya lebih tinggi dari
atasan pejabat penilai), atasan pejabat penilai adalah Kepala Bagian Umum Kanwil;
c. contoh tersebut berlaku juga bagi instansi yang pejabat eselon III definitif belum
ditetapkan (tidak ada). Pelaksana Tugas (Plt.)/Pelaksana Harian (Plh.) tidak berhak
memberikan penilaian DP3.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 28


BAB VI
CUTI PEGAWAI

A. DASAR HUKUM
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor
43 Tahun 1999;
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai
Negeri Sipil;
3. Keputusan Bersama Tiga Menteri mengenai Cuti Bersama;
4. Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-3559 /MK.1/2009 tanggal 10 Desember 2009.

B. CUTI TAHUNAN
Cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang diijinkan dalam jangka waktu tertentu.
Tujuan pemberian cuti adalah dalam rangka usaha untuk menjamin kesegaran jasmani dan
rohani.
1. Hak Cuti Tahunan
a. Merupakan hak PNS, termasuk CPNS yang telah bekerja secara terus menerus selama 1
(satu) tahun.
b. CPNS hanya berhak atas cuti tahunan, kecuali ditentukan lain oleh pejabat yang
berwenang memberikan cuti berdasarkan pertimbangan kemanusiaan.
c. Selama menjalankan cuti tahunan, PNS/CPNS yang bersangkutan memperoleh TKPKN.
2. Penggunaan Cuti Tahunan
a. Penggunaan cuti tahunan dapat digabungkan dengan cuti bersama, dengan jumlah paling
sedikit menjadi 3 (tiga) hari kerja.
b. Cuti tahunan yang akan dijalankan di tempat yang sulit perhubungannya dapat ditambah
untuk paling lama 14 hari termasuk hari libur. Ketentuan ini tidak berlaku apabila cuti
tahunan yang diambil kurang dari 12 hari.
c. Cuti bersama yang tidak digunakan karena kepentingan dinas dan berdasarkan surat
tugas, tetap menjadi hak cuti tahunan PNS.
3. Penangguhan Cuti Tahunan yang Tersisa
a. Cuti tahunan yang tersisa 6 (enam) hari kerja atau kurang tetap menjadi hak PNS yang
bersangkutan.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 29


b. Cuti tahunan yang tersisa lebih dari 6 (enam) hari kerja harus dimintakan penangguhan
oleh PNS/CPNS kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti, agar penangguhan
dimaksud dapat dilaksanakan tahun berikutnya.
c. Pejabat yang berwenang memberikan cuti dapat menangguhkan cuti tahunan paling
lambat akhir bulan Desember tahun yang berjalan.
d. Cuti tahunan dapat ditangguhkan pelaksanaannya oleh pejabat yang berwenang
memberikan cuti untuk paling lama 1 tahun, apabila kepentingan dinas mendesak.
4. Penggunaan Cuti Tahunan yang Tersisa
a. Cuti tahunan yang tersisa yang digabungkan penggunaannya dengan cuti tahunan tahun
yang sedang berjalan, dapat diambil untuk paling lama:
● 18 (delapan belas) hari kerja termasuk cuti tahunan yang sedang berjalan; dan
● 24 (dua puluh empat) hari kerja termasuk cuti tahunan yang sedang berjalan, apabila
cuti tahunan tidak diambil secara penuh dalam beberapa tahun.
b. Pengajuan permohonan cuti tahunan yang tersisa yang digabungkan penggunaannya
dengan cuti tahunan yang sedang berjalan harus mencantumkan jumlah cuti tahunan yang
tersisa dari cuti tahunan pada masing-masing tahun yang bersangkutan.
c. Tanpa adanya persetujuan penangguhan dari pejabat yang berwenang memberikan cuti,
lamanya cuti tahunan yang dapat diambil dalam tahun yang sedang berjalan menjadi
paling lama 18 (delapan belas) hari kerja.
d. Cuti tahunan yang ditangguhkan dapat diambil dalam tahun berikutnya selama 24 hari
kerja termasuk cuti tahunan dalam tahun yang sedang berjalan.

C. CUTI BESAR
1. Hak Cuti Besar
a. Merupakan hak PNS yang telah bekerja paling kurang 6 (enam) tahun secara terus
menerus.
b. PNS yang akan/telah menjalani cuti besar tidak berhak lagi atas cuti tahunan dalam tahun
yang bersangkutan.
c. Selama menjalankan cuti besar, PNS yang bersangkutan tidak berhak atas tunjangan
jabatan dan tidak memperoleh TKPKN.
2. Penggunaan Cuti Besar
a. PNS perlu merencanakan penggunaan cuti besar sejak awal tahun.
b. Cuti besar dapat digunakan oleh PNS untuk
● memenuhi kewajiban agama;

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 30


● persalinan anaknya yang keempat apabila PNS yang bersangkutan mempunyai
hak cuti besar menjelang persalinan; atau
● keperluan lainnya sesuai pertimbangan pejabat yang berwenang memberikan cuti.
c. PNS yang telah melaksanakan cuti tahunan dan akan mengambil cuti besar pada tahun
yang bersangkutan harus mengembalikan TKPKN yang diterimanya selama
melaksanakan cuti tahunan.
d. PNS yang akan/telah menggunakan cuti besar berhak atas:
● cuti bersama;
● cuti tahunan yang tersisa pada tahun sebelum digunakan cuti besar;
● cuti sakit;
● cuti bersalin untuk persalinan anaknya yang pertama, kedua, dan ketiga;
● cuti karena alasan penting.
e. Apabila kepentingan dinas mendesak cuti besar dapat ditangguhkan pelaksanaannya
pejabat yang berwenang untuk paling lama 2 tahun,.
f. Selama menjalankan cuti besar, PNS menerima penghasilan penuh namun tunjangan
jabatan tidak dibayarkan.
g. Cuti besar yang tidak diambil PNS yang bersangkutan tepat pada waktunya, dapat
diambil pada tahun-tahun berikutnya tetapi keterlambatan pengambilan cuti besar itu
tidak dapat diperhitungkan untuk pengambilan cuti besar yang berikutnya. Seseorang
diangkat sbg CPNS pada 1 April 2000. Pada tanggal 1 April 2001 ia diangkat menjadi
PNS. Pada tanggal 1 April 2006, PNS yang bersangkutan baru berhak atas cuti besar.

D. CUTI SAKIT
1. Hak Cuti Sakit merupakan hak PNS dan/atau PNS/CPNS wanita yang mengalami gugur
kandungan.
2. Penggunaan Cuti Sakit
a. PNS yang menderita sakit lebih dari 2 (dua) hari harus melampirkan surat keterangan
dokter dari rumah sakit pemerintah/puskesmas.
b. PNS yang telah menggunakan cuti sakit untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun 6
(enam) bulan dan telah aktif bekerja kembali, berhak atas:
● cuti bersama;
● cuti tahunan pada tahun yang sedang berjalan dan cuti tahunan yang tersisa pada
tahun sebelum digunakan cuti sakit;
● cuti besar;
● cuti bersalin;

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 31


● cuti karena alasan penting.
c. PNS yang sakit selama 1 atau 2 hari berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan, bahwa ia
harus memberitahukan kepada atasannya.
d. Cuti sakit lebih dari 2 hari sampai dengan 14 hari dapat diajukan dengan melampirkan
surat keterangan dokter
e. Cuti sakit lebih dari 14 hari dapat diajukan dengan melampirkan surat keterangan dokter
yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan.
f. Cuti sakit diberikan untuk waktu paling lama 1 tahun dan dapat ditambah untuk paling
lama 6 bulan apabila dipandang perlu berdasarkan surat keterangan dokter yang ditunjuk
oleh Menteri Kesehatan.
g. PNS yang tidak sembuh dari penyakitnya dalam jangka waktu sebagaimana tersebut di
atas, harus diuji kembali kesehatannya oleh dokter yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan.
Apabila berdasarkan hasil pengujian yang bersangkutan belum sembuh dari penyakitnya,
maka ia diberhentikan dengan hormat dari jabatannya karena sakit dengan mendapat uang
tunggu.
h. PNS wanita yang mengalami gugur kandungan berhak atas cuti sakit untuk paling lama 1
½ bulan. Permohonan cuti harus dilampiri surat keterangan dokter atau bidan.
i. PNS yang mengalami kecelakaan dalam dan oleh karena menjalankan tugas
kewajibannya sehingga ia perlu mendapat perawatan berhak atas cuti sakit sampai ia
sembuh dari penyakitnya. Selama menjalankan cuti sakit, PNS yang bersangkutan
menerima penghasilan penuh.

E. CUTI BERSALIN
1. Hak Cuti Bersalin
a. Merupakan hak PNS/CPNS wanita untuk persalinan anaknya yang pertama, kedua, dan
ketiga.
b. Cuti bersalin yang digunakan oleh CPNS wanita untuk persalinan anaknya yang pertama
akan mengurangi hak cuti persalinan setelah yang bersangkutan menjadi PNS.
2. Penggunaan Cuti Bersalin dan Cuti Lain untuk Bersalin
a. PNS yang telah menggunakan cuti bersalin, berhak atas:
● cuti bersama;
● cuti tahunan pada tahun yang sedang berjalan dan cuti tahunan yang tersisa pada
tahun sebelum digunakan cuti bersalin;
● cuti besar;
● cuti sakit;

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 32


● cuti karena alasan penting.
b. PNS wanita dapat diberikan cuti besar untuk persalinan anaknya yang keempat, apabila
yang bersangkutan mempunyai hak cuti besar menjelang persalinan.
c. PNS wanita yang akan/telah menggunakan cuti besar untuk persalinan anaknya yang
keempat tidak berhak lagi atas cuti tahunannya dalam tahun yang bersangkutan.
d. PNS wanita yang akan/telah menggunakan cuti besar tersebut berhak atas:
● cuti bersama;
● cuti tahunan yang tersisa pada tahun sebelum digunakan cuti besar;
● cuti sakit;
● cuti karena alasan penting.
e. PNS wanita dapat diberikan cuti di luar tanggungan negara untuk persalinan anaknya
yang kelima dan seterusnya.
f. PNS wanita yang telah menggunakan cuti di luar tanggungan negara tersebut, berhak
atas:
● cuti bersama;
● cuti tahunan pada tahun yang sedang berjalan dan cuti tahunan yang tersisa pada
tahun sebelum digunakan cuti di luar tanggungan negara;
● cuti besar setelah bekerja kembali paling kurang 6 (enam) tahun secara terus-
menerus;
● cuti sakit;
● cuti karena alasan penting.
g. Lamanya cuti bersalin adalah 1 bulan sebelum dan 2 bulan sesudah persalinan.
h. Selama menjalankan cuti bersalin PNS wanita yang bersangkutan menerima penghasilan
penuh.

F. CUTI KARENA ALASAN PENTING


1. Hak Cuti Karena Alasan Penting
a. Merupakan hak PNS.
b. Selama menjalankan cuti karena alasan penting, PNS yang bersangkutan tidak
memperoleh TKPKN.
2. Penggunaan Cuti Karena Alasan Penting
a. Yang dimaksud dengan cuti karena alasan penting adalah cuti karena:
● ibu, bapak, Isteri/suami, anak, adik, kakak, mertua, atau menantu sakit keras atau
meninggal dunia;

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 33


● salah seorang anggota keluarga yang dimaksud dalam huruf a meninggal dunia
dan menurut ketentuan hukum yang berlaku PNS yang bersangkutan harus
mengurus hak-hak dari anggota keluarganya yang meninggal dunia itu;
● melangsungkan perkawinan yang pertama;
● alasan penting lainnya yang ditetapkan kemudian oleh Presiden
b. Selain karena alasan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang
mengatur cuti PNS, PNS juga berhak atas cuti karena alasan penting karena terjadinya
kondisi force major, misalnya banjir, tanah longsor, kebakaran, dan gempa bumi.
c. PNS yang telah menggunakan cuti karena alasan penting, berhak atas:
● cuti bersama;
● cuti tahunan pada tahun yang sedang berjalan dan cuti tahunan yang tersisa pada
tahun sebelum digunakan cuti karena alasan penting;
● cuti besar;
● cuti sakit;
● cuti bersalin.
d. Cuti paling lama 2 bulan.
e. Selama menjalankan cuti menerima penghasilan penuh yakni gaji pokok dan penghasilan
lain yang berhak diterimanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
kecuali tunjangan jabatan pimpinan.

G. HAK CUTI BAGI PNS YANG SEDANG TUGAS BELAJAR


1. PNS yang sedang tugas belajar, berhak atas:
a. cuti bersama;
b. cuti bersalin;
c. cuti besar untuk persalinan anaknya yang keempat apabila yang bersangkutan mempunyai
hak cuti besar menjelang persalinan;
2. PNS yang sedang tugas belajar di dalam negeri atau di luar negeri yang akan menggunakan
cuti bersalin dan cuti besar untuk persalinan anaknya yang keempat (apabila yang
bersangkutan mempunyai hak cuti besar menjelang persalinan) harus mengajukan
permohonan cuti kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti melalui Pimpinan
Perguruan Tinggi atau Kepala Perwakilah Republik Indonesia di nagara yang bersangkutan.

H. HAK CUTI BAGI PNS YANG TELAH SELESAI TUGAS BELAJAR


1. PNS yang telah selesai tugas belajar dan bekerja kembali di lingkungan Kementerian
Keuangan berhak atas:

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 34


a. cuti bersama;
b. cuti besar untuk persalinan anaknya yang keempat apabila yang bersangkutan mempunyai
hak cuti besar menjelang persalinan;
c. cuti sakit;
d. cuti bersalin;
e. cuti karena alasan penting.
2. PNS yang telah selesai tugas belajar dan bekerja kembali di lingkungan Kementerian
Keuangan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan, berhak atas:
a. cuti tahunan pada tahun yang sedang berjalan;
b. cuti besar.

I. PENGAJUAN PERMOHONAN HAK CUTI


1. Permohonan cuti yang akan dijalankan di dalam negeri dan sudah mendapat persetujuan dari
pejabat yang berwenang memberikan cuti, harus disampaikan kepada pejabat yang
berwenang menetapkan surat izin cuti paling lama 7 (tujuh) hari kerja sebelum tanggal
pelaksanaan cuti, kecuali permohonan:
a. cuti sakit;
b. cuti karena alasan penting.
2. Cuti yang akan dijalankan di luar negeri harus mendapatkan izin dari Menteri Keuangan.
3. Permohonan cuti yang akan dijalankan di luar negeri dan izin ke luar negeri dibuat sesuai
ketentuan yang berlaku di lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan diajukan
kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Perbendaharaan secara hirarkis.

J. CUTI DI LUAR TANGGUNGAN NEGARA


1. PNS yang telah bekerja paling kurang 5 (lima) tahun secara terus-menerus dapat diberikan
cuti di luar tanggungan negara karena alasan-alasan pribadi yang penting dan mendesak.
2. Cuti di luar tanggungan negara dapat diberikan untuk paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat
diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun apabila ada alasan-alasan yang penting untuk
memperpanjangnya.
3. Alasan-alasan pribadi yang penting dan mendesak tersebut dapat dipertimbangkan oleh
atasan langsung PNS yang bersangkutan apabila disertai dengan bukti-bukti yang
mendukung.
4. PNS yang bekerja kembali di lingkungan Kementerian Keuangan setelah melaksanakan cuti
di luar tanggungan negara tidak berhak atas cuti tahunan yang tersisa dan berhak atas:
● cuti bersama;

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 35


● cuti tahunan pada tahun yang sedang berjalan setelah bekerja kembali paling kurang 3
(tiga) bulan;
● cuti besar, yaitu setelah bekerja kembali paling kurang 6 (enam) tahun secara terus-
menerus;
● cuti sakit;
● cuti bersalin;
● cuti karena alasan penting.
5. PNS ybs. dibebaskan dari jabatannnya, jabatan yang menjadi lowong tsb. dengan segera
dapat diisi. Kecuali cuti di luar tanggungan Negara untuk persalinan anak ke 4 dst ybs tidak
dibebaskan dari jabatannya.
6. Cuti diberikan dengan surat keputusan pejabat yang berwenang setelah mendapat persetujuan
dari Kepala Badan Kepegawaian Negara.
7. Selama cuti tidak berhak menerima penghasilan dari Negara.
8. Selama cuti tidak diperhitungkan sebagai masa kerja PNS.
9. PNS yang tidak melaporkan diri kembali kepada instansi induknya setelah habis masa
menjalankan cuti diberhentikan dengan hormat sebagai PNS.
10. PNS yang melaporkan diri kembali kepada instansi induknya setelah habis masa menjalankan
cuti, maka :
a. apabila ada lowongan di tempatkan kembali;
b. apabila tidak ada lowongan, maka pimpinan instansi yang bersangkutan melaporkannya
kepada kepala Badan Kepegawaian Negara untuk kemungkinan ditempatkan pada
instansi lain;
c. apabila penempatan yang dimaksud dalam huruf b tidak mungkin, maka PNS yang
bersangkutan diberhentikan dari PNS dengan mendapat hak-hak kepegawaian.

K. IZIN CUTI KURANG DARI 3 HARI


1. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti PNS menyatakan bahwa cuti
tahunan tidak dapat dipecah-pecah hingga jangka waktu yang kurang dari tiga hari kerja.
Terkait hal tersebut, Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor : SE-3559/MK.1/2009 tentang
Pelaksanaan Cuti di Lingkungan Kementerian Keuangan, juga menyatakan bahwa
penggunaan cuti tahunan dapat digabungkan dengan cuti bersama, dengan jumlah paling
sedikit menjadi tiga hari kerja.
2. Untuk itu, pelaksanaan cuti tahunan agar berpedoman pada ketentuan tersebut. Adapun ijin
cuti tahunan kurang dari tiga hari dapat diberikan kepada pegawai yang :
a. memang sisa hak cuti pada tahun berkenaan dengan jumlah kurang dari tiga hari

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 36


b. cuti tahunan tersebut disambung dengan cuti bersama, sehingga jumlah cuti tahunan
ditambah cuti bersama jumlahnya minimal 3 hari.
Contoh : Badu masih memiliki hak cuti 6 hari kerja. Cuti bersama idul fitri tahun 2011
adalah 3 hari yaitu 29 Agustus, 1 dan 2 September 2011. Dalam hal ini Badu dapat
diberikan ijin cuti satu hari pada tanggal 26 Agustus 2011 atau pada tanggal 4 September
2011. Atau dapat pula diberikan ijin cuti dua hari pada tanggal 26 Agustus dan 4
September, atau 25 – 26 Agustus, atau 4 – 5 September.
3. Untuk kepentingan dinas yang mendesak, pegawai yang sedang menjalankan cuti tahunan
dapat dipanggil untuk kembali masuk kerja. Sisa cuti yang belum dijalani tetap menjadi hak
pegawai yang bersangkutan dan dapat diambil kembali pada kesempatan selanjutnya.

L. PELAKSANAAN CUTI TAHUNAN DAN CUTI BERSAMA PADA HARI RAYA


IDUL FITRI
1. Pelaksanaan cuti tahunan dan cuti bersama dapat digabungkan sepanjang tidak mengganggu
kegiatan organisasi dan pelayanan kepada masyarakat. Pejabat yang berwenang memberikan
cuti mengatur pemberian cuti pegawai sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976
dan Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 01/SE/1977
tentang Permintaan dan Pemberian Cuti Pegawai Negeri Sipil serta Surat Edaran Menteri
Keuangan Nomor SE-3559/MK.1/2009;
2. Setiap pimpinan unit kerja/satuan organisasi yang berfungsi memberikan pelayanan langsung
kepada masyarakat di Pusat dan Daerah yang mencakup kepentingan masyarakat luas,
mengatur penugasan pegawai pada hari libur nasional dan cuti bersama yang ditetapkan,
sehingga pemberian pelayanan kepada masyarakat tetap berjalan sebagaimana mestinya;
3. Setiap pimpinan unit kerja melakukan pengaturan dan pemantauan terhadap pelaksanaan hari
libur nasional dan cuti bersama di lingkungannya masing-masing dan apabila ada pegawai
negeri sipil yang tidak masuk kerja/pulang sebelum waktunya/terlambat masuk kantor tanpa
alasan yang jelas sebelum dan sesudah melaksanakan cuti bersama, hendaknya diambil
langkah-langkah peningkatan disiplin pegawai sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 37


BAB VII
CUTI YANG DIJALANKAN DI LUAR NEGERI DAN
IZIN KE LUAR NEGERI

A. DASAR HUKUM
1. Keputusan Menteri Keuangan nomor 180/KMK.01/2009 tanggal 12 Mei 2009 tentang
Pendelegasian Sebagian Wewenang Kepada Para Pejabat Eselon I Di Lingkungan
Departemen Keuangan Untuk Menandatangani Surat Keputusan Mutasi Kepegawaian Dan
Lain Sebagainya Di Bidang Kepegawaian;
2. Surat Edaran Menteri Keuangan RI nomor SE-49/MK.1/1999 tanggal 27 Agustus 1999;
3. Surat Kepala Biro Sumber Daya Manusia nomor S-1122/SJ.4/2007 tanggal 5 September
2007;
4. Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor SE-38/PB/2007 tanggal 2 Oktober
2007 tentang izin melakukan perjalanan ke luar negeri untuk kepentingan pribadi atau di luar
kedinasan.

B. PERMOHONAN CUTI YANG DIJALANKAN DI LUAR NEGERI DAN IZIN KE


LUAR NEGERI
Dalam hal cuti yang dijalankan di luar negeri untuk kepentingan pribadi atau di luar
kedinasan, pengajuan permohonan dimaksud diatur dengan ketentuan sebagaimana dibawah ini.
1. Setiap Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Ditjen Perbendaharaan dan isteri/suaminya yang
akan melakukan perjalanan ke luar negeri tidak dalam rangka dinas diwajibkan untuk
mendapatkan izin terlebih dahulu dari pejabat yang berwenang.
2. Guna mendapatkan izin dimaksud, PNS yang bersangkutan mengajukan surat permohonan
kepada Menteri Keuangan RI u.p. Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan melalui Dirjen
Perbendaharaan dan disampaikan kepada Sekretaris Ditjen secara hirarkis.
3. Permohonan dimaksud agar mencantumkan keperluan cuti, tanggal pelaksanaan dan jenis
cuti yang digunakan (sesuai ketentuan mengenai cuti PNS yang berlaku) dengan contoh
format terlampir.
4. Permohonan tersebut diajukan sedini mungkin dengan maksud agar pada saat keberangkatan
ke luar negeri yang bersangkutan sudah menerima surat izin dimaksud.
5. Berkas permohonan tersebut agar sudah diterima di Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan
paling lambat 20 hari kerja sebelum saat pelaksanaan keberangkatan ke luar negeri (usulan
dalam keadaan lengkap), kecuali permohonan cuti sakit dan cuti karena alasan penting.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 38


6. Bagi PNS di lingkungan Ditjen Perbendaharaan dan isteri/suaminya, sebelum mendapatkan
izin secara tertulis dari Menteri Keuangan tidak diperkenankan berangkat ke luar negeri.
7. Permohonan dalam rangka ibadah haji dapat diajukan dengan menggunakan cuti besar
(maksimal 50 hari kalender) dan tidak diperkenankan menggunakan cuti karena alasan
penting.
8. Permohonan dalam rangka ibadah haji dapat diajukan dengan menggunakan cuti tahunan
apabila jangka waktu pelaksanaannya tidak melebihi jumlah maksimal hak cuti tahunan yang
diperkenankan pada tahun berkenaan dan pemohon masih memiliki hak tersebut.
9. Dalam hal di kemudian hari terjadi perbedaan atau perubahan jadwal pemberangkatan dan
pemulangan jamaah haji dari Kementerian Agama, agar tanggal pelaksanaan cuti pegawai
yang bersangkutan disesuaikan oleh Kepala Kantor masing-masing dengan jumlah hari cuti
sesuai permohonan awal;
10. Surat izin cuti besar untuk keperluan ibadah keagamaan yang dijalankan di luar negeri
lingkup Ditjen Perbendaharaan ditetapkan oleh Dirjen Perbendaharaan setelah surat izin ke
luar negeri berkenaan ditetapkan Menteri Keuangan. Untuk pelaksanaan cuti (kecuali cuti
besar untuk keperluan ibadah keagamaan) yang dijalankan di luar negeri termasuk cuti
tahunan untuk keperluan ibadah keagamaan, surat izin cuti akan ditetapkan oleh Menteri
Keuangan bersama dengan surat izin ke luar negerinya.
11. Dalam hal keadaan yang memaksa yakni hal-hal yang di luar rencana atau darurat dan
mengharuskan PNS yang bersangkutan ke luar negeri, segera memberitahukan dan
mengajukan izin kepada pejabat yang berwenang melalui saluran hirarkis.

C. CONTOH FORMAT DOKUMEN

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 39


Surat Permohonan

Tempat, Tanggal/Bulan/Tahun
Yth. Menteri Keuangan R.I.
u.p. Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan
melalui
Direktur Jenderal Perbendaharaan
Jakarta

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
NIP :
Pangkat/Golongan :
Jabatan :
Unit Kerja :
Masa Kerja Golongan :
Dengan ini mengajukan permohonan izin melakukan perjalanan keluar negeri selama
.......... untuk ....................... yang diperkirakan berangkat pada tanggal .............. dan kembali ke
tanah air pada tanggal ......................
Adapun untuk keperluan tersebut saya bermaksud menggunakan cuti .................
Selanjutnya perlu disampaikan pula bahwa perjalanan keluar negeri tersebut saya laksanakan
.......... (sendiri/bersama-sama dengan isteri/suami).
Demikian permohonan ini saya sampaikan, mohon kiranya Bapak
mempertimbangkannya.

Mengetahui
Atasan Langsung Hormat saya,

............................. .......................
NIP...................... NIP.....................

Tembusan :
Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 40
BAB VIII
SURAT PERNYATAAN MELAKSANAKAN TUGAS,
SURAT PERNYATAAN PELANTIKAN DAN SURAT PERNYATAAN MASIH
MENDUDUKI JABATAN

A. DASAR HUKUM
1. Peraturan Kepala BKN Nomor 22 tahun 2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Calon Pegawai Negeri Sipil Tahun 2005;
2. Peraturan Kepala BKN Nomor 30 Tahun 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan CPNS;
3. Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 13 Tahun 2002 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai
Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002.

B. SURAT PERNYATAAN MELAKSANAKAN TUGAS (SPMT) CPNS/PNS


Berdasarkan Peraturan Kepala BKN Nomor 30 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pelaksanaan CPNS, dalam Romawi II Huruf C angka 2 c, dinyatakan bahwa Surat Perintah
Melaksanakan Tugas ditetapkan tidak boleh berlaku surut dari tanggal penetapan Surat
Keputusan pengangkatan menjadi CPNS, dengan demikian SPMT seharunya dibuat setelah
tanggal ditetapkan SK CPNS.
Beberapa Ketentuan tentang SPMT dan Hak atas Gaji CPNS sesuai Peraturan Kepala
BKN Nomor : 22 tahun 2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Calon Pegawai Negeri
Sipil Tahun 2005, antara lain menyatakan :
CPNS yang telah menerima surat keputusan pengangkatan sebagai CPNS, segera diperintahkan
untuk melaksanakan tugas pada instansi pemerintah. CPNS yang telah melaksanakan tugas,
segera dibuat Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT) oleh pejabat pimpinan unit kerja
selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah yang bersangkutan melaksanakan tugas. SPMT
ditetapkan tidak boleh berlaku surut dari tanggal penetapan surat keputusan pengangkatan
menjadi CPNS. Gaji CPNS dibayarkan setelah yang bersangkutan dinyatakan telah
melaksanakan tugas berdasarkan SPMT.
Pelaksanaan tugas yang dimulai tanggal 1, maka gajinya dibayarkan pada bulan yang
bersangkutan/bulan berjalan. Dalam hal tanggal 1 bertepatan dengan hari libur sehingga
pelaksanaan tugasnya dilaksanakan pada tanggal berikutnya, maka gajinya dibayarkan mulai
bulan itu juga. Pelaksanaan tugas yang dimulai pada tanggal 2 (apabila tanggal 1 bukan hari

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 41


libur) dan seterusnya, maka gajinya dibayarkan mulai bulan berikutnya setelah dinyatakan
melaksanakan tugas.
Pegawai yang dimutasi dan telah melapor/bekerja ditempat tugas yang baru agar
dibuatkan SPMT terhitung sejak tanggal pegawai tersebut melapor. Begitu halnya dengan
pegawai yang telah selesai tugas belajar agar dibuatkan SPMT.

C. SURAT PERNYATAAN PELANTIKAN (SPP) DAN SPMT PEJABAT


STRUKTURAL
1. Ketentuan tentang Pelantikan
Jabatan struktural adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hak seorang PNS dalam rangka memimpin suatu organisasi negara. Seorang PNS
yang diangkat dalam jabatan struktural harus dilakukan pelantikan. Selain itu, pelantikan juga
menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan tunjangan jabatan struktural.
a. Tunjangan jabatan struktural dibayarkan terhitung mulai tanggal 1 bulan berikutnya setelah
PNS yang bersangkutan dilantik.
b. Apabila PNS ybs dilantik pada tanggal 1 maka tunjangan jabatan strukturalnya dibayarkan
pada bulan itu juga.
c. Dalam hal tanggal 1 merupakan hari libur, dan pelantikan dilakukan pada tanggal 2, maka
tunjangan jabatan strukturalnya dibayarkan pada bulan itu juga.
d. Untuk mengajukan usul permintaan pembayaran tunjangan jabatan struktural bersamaan
dengan permintaan gaji, harus dilampirkan SPP dan SPMT.
e. SPP dan SPMT dibuat dan ditandatangani oleh pimpinan instansi ybs atau pejabat lain yang
ditunjuk.
f. SPP dan SPMT sekurang-kurangnya dibuat dalam rangkap 5, dengan ketentuan asli
disampaikan kepada Kepala KPPN/Pemegang Kas/Kepala Biro/Bagian Keuangan ybs
sebagai dasar pembayaran, dan tembusannya kepada :
1) Kepala BKN up. Deputi Bidang Informasi Kepegawaian;
2) Kepala Kanreg BKN ybs;
3) Pejabat Pembuat Daftar Gaji ybs;
4) Pejabat lain yang dipandang perlu.
2. Pelaksanaan Pelantikan
Untuk pelaksanaan pelantikan, dokumen-dokumen yang perlu disiapkan dan agar dibuat
ceklist Dokumen Pelantikan, sebagai berikut :
a. Pra Acara
1) Surat Panggilan Pelantikan

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 42


2) Surat Undangan
3) Surat Permohonan Rohaniwan
4) Nota Dinas Para Saksi
5) Nota Dinas Petugas Pelantikan
6) Registrasi Peserta Pelantikan
7) Honor Rohaniwan
8) Honor Petugas Pelantikan bila dana tersedia
9) Nota Dinas Permohanan tempat, perlengkapan dan konsumsi ke unit yang menangani
b. Hari – H :
1) Berita Acara Pelantikan/Pengangkatan Sumpah Jabatan (BAP) masing-masing agama
2) Naskah Pelantikan
3) Naskah Sumpah
4) Ringkasan SK Plus Ringkasan Lampiran SK
5) Susunan Acara
6) Name Table (Rohaniwan, Saksi (Saksi,I+II), Undangan, Dirjen/Direktur/Kepala…. ,
Masing-Masing Agama, Petugas Pembawa Naskah)
c. Pasca Acara:
1) Nota Dinas Penandatangan BAP ke masing-masing saksi
2) Nota Dinas Penandatangan BAP ke Dirjen setelah ditandatangani oleh para saksi
3) Surat Pernyataan Pelantikan (SPP)
4) Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT)
5) Surat Pengantar ke KPKN dengan tembusan seperlunya
Secara umum tata tertib dalam pelaksanaan pelantikan adalah :
 Peserta, rohaniwan, undangan dan para saksi hadir 30 menit sebelum acara dimulai
 Pakaian Putih Hitam (Gelap), berdasi atau disesuaikan
 Barisan Peserta sesuai dengan kelompok agama masing-masing
 Ditunjuk peserta yang mewakili masing-masing agama untuk penandatanganan BAP secara
simbolis.
 BAP yang bukan simbolis sebaiknya ditandatangani segera setelah acara pelantikan. Untuk
itu, perlu diatur agar peserta pelantikan untuk menunggu dan tidak meninggalkan lokasi
acara terlebih dulu sebelum menandatangani BAP.

D. SURAT PERNYATAAN MASIH MENDUDUKI JABATAN (SPMMJ)


1. Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 13 Tahun 2002 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan
Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 43
Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural Sebagaimana Telah Diubah Dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002, dijelaskan bahwa setiap permulaan tahun
anggaran, pejabat yang berwenang atau pejabat yang ditunjuk membuat Surat Pernyataan
Masih Menduduki Jabatan (SPMMJ).
2. Untuk kepastian dan memperlancar pelaksanaan pembayaran tunjangan jabatan struktural,
diminta agar SPMMJ tahun berkenaan disampaikan kepada PPABP masing-masing
selambat-lambatnya minggu pertama bulan Januari tahun berkenaan dan tembusan kepada
Bagian Administrasi Kepegawaian.

E. PEJABAT YANG MENETAPKAN


Pejabat yang berwenang menetapkan SPMT CPNS/PNS, SPP/SPMT dan SPMMJ agar
berpedoman pada Keputusan Dirjen Perbendaharaan Nomor KEP-97/PB/2011 tanggal 27 Juni
2011 tentang Pemberian Kuasa Dari Dirjen Perbendaharaan kepada Para Pejabat Lingkup Ditjen
Perbendaharaan untuk atas nama Dirjen Perbendaharaan Menandatangani Surat Keputusan
Mutasi Kepegawaian dan Lain Sebagainya di Bidang Kepegawaian.

F. CONTOH FORMAT DOKUMEN

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 44


1. Contoh Surat Pernyataan Pelantikan

KOP SURAT

SURAT PERNYATAAN PELANTIKAN


NOMOR : S-.............................

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : .............................
NIP : .............................
Pangkat/Gol. : .............................
Jabatan : Direktur Jenderal Perbendaharaan

dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa :


Nama : .............................
NIP : .............................
Pangkat/Gol. : .............................
Jabatan : Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi .........................
Eselon : II.A

berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 26/KMK.01/UP.11/2011 tanggal 19 Januari


2011 telah diangkat dalam jabatan Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi
............................. dan telah dilantik oleh Menteri Keuangan pada tanggal 21 Januari 2011.

Demikian Surat Pernyataan Pelantikan ini saya buat dengan sesungguhnya, dengan mengingat
sumpah jabatan, dan apabila dikemudian hari isi pernyataan ini ternyata tidak benar, yang
mengakibatkan kerugian terhadap Negara, maka saya bersedia menanggung kerugian tersebut.

Asli surat pernyataan ini disampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
..............................

Jakarta, Januari 2011


Direktur Jenderal,

.............................
NIP .............................

Tembusan : (disesuaikan dengan pelaporan dan pihak-pihak yang berkebutuhan)


1. Kepala Badan Kepegawaian Negara;
2. Kepala Biro Sumber Daya Manusia Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan;
3. Kepala Bagian Umum Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi ..................;
4. Yang bersangkutan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 45


2. Contoh Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas

KOP SURAT

SURAT PERNYATAAN MELAKSANAKAN TUGAS


NOMOR : S- .............................

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : .............................
NIP : .............................
Pangkat/Gol. : .............................
Jabatan : Direktur Jenderal Perbendaharaan

menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa Pegawai Negeri Sipil yang tersebut di bawah ini:

Nama : .............................
NIP : .............................
Pangkat/Gol. : .............................
Jabatan : Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi ..................
Eselon : II.A

berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 26/KMK.01/UP.11/2011 tanggal 19 Januari


2011 telah nyata melaksanakan tugasnya sebagai Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan
Provinsi ............................. dan diberi tunjangan jabatan sebesar Rp 3.250.000,00 (tiga juta dua
ratus lima puluh ribu rupiah) setiap bulannya terhitung mulai tanggal 1 Februari 2011.

Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dengan mengingat sumpah
jabatan dan apabila dikemudian hari isi pernyataan ini ternyata tidak benar, yang mengakibatkan
kerugian terhadap Negara, maka saya bersedia menanggung kerugian tersebut.
Asli surat pernyataan ini disampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
..........................

Jakarta, Januari 2011

Direktur Jenderal,

.............................
NIP ..........................

Tembusan : (disesuaikan dengan pelaporan dan pihak-pihak yang berkebutuhan)


1. Kepala Badan Kepegawaian Negara;
2. Kepala Biro Sumber Daya Manusia Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan;
3. Kepala Bagian Umum Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi ................;
4. Yang bersangkutan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 46


Contoh Surat Pernyataan Masih Menduduki Jabatan

KOP SURAT

SURAT PERNYATAAN MASIH MENDUDUKI JABATAN


Nomor :…………………………………………

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ............................................................
NIP. : ............................................................
Pangkat/Golongan Ruang : ............................................................
Jabatan : ............................................................

dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa :

Nama : ............................................................
NIP. : ............................................................
Pangkat/Golongan Ruang : ............................................................
Jabatan : ............................................................
Eselon : ............................................................

pada tanggal 31 Desember …… telah menduduki jabatan ………………………… berdasarkan


Surat Keputusan …………………. Nomor ………………. tanggal ……………. dan pada
tanggal 1 Januari ……… masih menduduki jabatan tersebut.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dengan mengingat
sumpah jabatan dan apabila dikemudian hari isi pernyataan ini ternyata tidak benar, yang
mengakibatkan kerugian terhadap Negara, maka saya bersedia menanggung kerugian tersebut.
Asli surat pernyataan ini disampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
………………..

……………………., ………….
Pejabat yang membuat pernyataan

(……………………………………..)

Tembusan : (disesuaikan dengan pelaporan dan pihak-pihak yang berkebutuhan)


1. Kepala Badan Kepegawaian Negara;
2. Kepala Biro Sumber Daya Manusia Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan;
3. Kepala Bagian Keuangan Setditjen Perbendaharaan/Kepala Bagian Umum/Kepala Subbag
Umum ............................;
4. Yang bersangkutan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 47


3. Contoh Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas

KOP SURAT

SURAT PERNYATAAN MELAKSANAKAN TUGAS


Nomor :....................................

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : ………………………
NIP : ………………………
Pangkat/Gol. : ………………………
Jabatan : ………………………

menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa Calon Pegawai Negeri Sipil yang tersebut di bawah
ini:
Nama : ………………………
NIP : ………………………
Pangkat/Gol : ………………………
Jabatan : Pelaksana pada ………………………

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan nomor ……………………… tanggal


……………………… tentang Pengangkatan sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil, terhitung
mulai tanggal ……………………… telah nyata melaksanakan tugasnya sebagai Pelaksana pada
……………………… dengan catatan sejak yang bersangkutan melaksanakan tugasnya,
kepadanya belum/sudah dibayarkan upah harian/persekot gaji dari bulan.....................sampai
dengan bulan......................... sebesar Rp........................
dengan penjelasan :
a) Upah harian tersebut telah/akan dipertanggungjawabkan dalam spj setiap bulan;
b) Persekot gaji tersebut akan diperhitungkan dengan rapel gaji yang bersangkutan sejak
pengangkatannya sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil.
Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dengan mengingat sumpah
jabatan dan apabila dikemudian hari isi pernyataan ini ternyata tidak benar, yang mengakibatkan
kerugian terhadap Negara, maka saya bersedia menanggung kerugian tersebut.
Asli surat pernyataan ini disampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara ……………………….
.............., …………………
Mengetahui a.n. Direktur Jenderal Perbendaharaan
Calon Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan Kepala ……………………

……………………… ………………………
NIP ……………………… NIP ………………………

Tembusan : (disesuaikan dengan pelaporan dan pihak-pihak yang berkebutuhan)


1. Kepala Badan Kepegawaian Negara;
2. Kepala Biro Sumber Daya Manusia Kementerian Keuangan;
3. …………………………….;
4. Yang bersangkutan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 48


BAB IX
PENUNJUKAN PELAKSANA TUGAS DAN PELAKSANA HARIAN

A. DASAR HUKUM
1. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2010 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Tata Naskah Dinas Ditjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan;
2. Surat Kepala BKN No.K.26-20/V.24-25/99 tanggal 10 Desember 2001 perihal Tata Cara
Pengangkatan PNS Sebagai Pelaksana Tugas;
3. Surat Kepala BKN No. K.26-3/V.5-10/99 tanggal 18 Januari 2002 perihal Penunjukan
Pejabat Pelaksana Harian.

B. PENUNJUKAN PELAKSANA TUGAS DAN PELAKSANA HARIAN


Untuk menjaga kelancaran tugas dan fungsi di lingkungan Ditjen Perbendaharaan, apabila
terjadi kekosongan jabatan dalam hal pejabat yang bersangkutan karena suatu hal berhalangan
dan tidak dapat melaksanakan tugasnya, dilakukan penunjukan pejabat Pelaksana
Tugas/Pelaksana Harian dengan memperhatikan kedekatan dan kesesuaian tugas/fungsi antara
jabatan pejabat pengganti dengan jabatan kosong yang akan dirangkapnya.
Keadaan berhalangan dimaksud diatas dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Berhalangan sementara artinya jabatannya masih terisi akan tetapi karena sesuatu hal tidak
dapat melaksanakan tugas jabatannya. Misalnya berhalangan karena cuti tahunan, cuti
besar, cuti karena alasan penting, tugas dinas luar, tugas ke luar negeri yang tidak melebihi
enam bulan dan sebagainya. Dalam hal ini, maka perlu ditunjuk pejabat Pelaksana Harian
(Plh.).
2. Berhalangan tetap artinya jabatannya tidak terisi dan menimbulkan lowongan jabatan.
Misalnya karena seorang pajabat pensiun, meninggal dunia, perpindahan tugas ke luar
negeri yang melebihi enam bulan, cuti di luar tanggungan negara dan sebagainya. Dalam
hal ini, maka perlu ditunjuk pejabat Pelaksana Tugas (Plt.).
Berpedoman pada Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2010
tentang Petunjuk Pelaksanaan Tata Naskah Dinas Ditjen Perbendaharaan Kementerian
Keuangan, dijelaskan hal-hal sebagai berikut :
1. Untuk menjaga kelancaran tugas dan kelangsungan tanggung jawab dalam
menyelenggarakan pemerintahan di lingkungan Ditjen Perbendaharaan, apabila terjadi
kekosongan jabatan, maka dilakukan penunjukan Pelaksana Tugas (Plt.) atau Pelaksana
Harian (Plh.).

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 49


2. Ketentuan dan tata cara penunjukan seorang pejabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt.) dan
Pelaksana Harian (Plh.) diatur sebagai berikut :
a. Pelaksana Tugas (Plt.)
1) Pelaksana Tugas (Plt.) digunakan apabila pejabat yang berwenang menandatangani
naskah dinas belum ditetapkan karena menunggu ketentuan bidang kepegawaian
lebih lanjut.
2) Untuk tetap menjamin kelancaran pelaksanaan tugas, agar setiap atasan dari pejabat
definitif yang belum ditetapkan (jabatan kosong), menunjuk pejabat lain di
lingkungannya sebagai Pelaksana Tugas (Plt.), dengan ketentuan apabila pejabat
definitif yang belum ditetapkan tersebut adalah :
 Pejabat eselon II, maka Direktur Jenderal Perbendaharaan menunjuk seorang
pejabat eselon II lain atau seorang pejabat eselon III di unit kerja berkenaan;
 Pejabat eselon III, maka pejabat eselon II yang membawahi menunjuk seorang
pejabat eselon III lain atau seorang pejabat eselon IV di unit kerja berkenaan;
 Pejabat eselon IV, maka pejabat eselon III yang membawahi menunjuk seorang
pejabat eselon IV lain atau seorang staf/pelaksana di unit kerja berkenaan;
3) Pengangkatan sebagai Pelaksana Tugas ditetapkan dengan surat perintah.
4) Pelimpahan wewenang bersifat sementara, sampai dengan pejabat definitif
ditetapkan.
5) Penunjukan Pelaksana Tugas (Plt.) dalam hal ini tidak termasuk dalam pengaturan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 117/PMK.01/2009.
b. Pelaksana Harian (Plh.)
1) Pelaksana Harian (Plh.) dipergunakan apabila pejabat yang berwenang
menandatangani naskah dinas tidak berada di tempat sehingga untuk kelancaran
pelaksanaan pekerjaan sehari-hari perlu ada jabatan sementara yang
menggantikannya.
2) Untuk tetap menjamin kelancaran pelaksanaan tugas, agar setiap atasan dari pejabat
yang berhalangan, menunjuk pejabat lain di lingkungannya sebagai Pelaksana Harian
(Plh.), dengan ketentuan apabila pejabat yang berhalangan tersebut adalah :
 Pejabat eselon II, maka Direktur Jenderal Perbendaharaan menunjuk seorang
pejabat eselon II lain atau seorang pejabat eselon III di unit kerja berkenaan;
 Pejabat eselon III, maka pejabat eselon II yang membawahi menunjuk seorang
pejabat eselon III lain atau seorang pejabat eselon IV di unit kerja berkenaan;

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 50


 Pejabat eselon IV, maka pejabat eselon III yang membawahi menunjuk
seorang pejabat eselon IV lain atau seorang staf/pelaksana di unit kerja
berkenaan;
 Dalam hal yang berhalangan sementara adalah pimpinan instansi/unit kerja,
maka pimpinan instansi/unit kerja tersebut menunjuk seorang pejabat yang
kedudukannya setingkat lebih rendah di lingkungannya.
3) Pengangkatan sebagai Pelaksana Harian ditetapkan dengan surat perintah.
4) Dalam surat perintah agar disebutkan tugas-tugas yang dapat dilakukan selama
pejabat definitif berhalangan sementara.
5) Pelimpahan wewenang bersifat sementara, sampai dengan pejabat yang definitif
kembali di tempat.
6) Pelaksana Harian (Plh.) tidak memiliki kewenangan untuk mengambil atau
menetapkan keputusan yang mengikat yaitu pembuatan DP-3, penetapan surat
keputusan, penjatuhan hukuman disiplin, dan lain-lain keputusan yang menyebabkan
pengeluaran negara.
3. Cap stempel yang digunakan untuk menyertai tanda tangan pejabat yang bertindak sebagai
Pelaksana Tugas (Plt.) atau Pelaksana Harian (Plh.) adalah cap stempel instansi.

C. CONTOH FORMAT DOKUMEN

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 51


Surat Perintah Penunjukan Plh.

KOP SURAT

SURAT PERINTAH
NOMOR PRIN- /PB/2011

Menimbang : 1. bahwa Sdr. ………………………, Direktur ………………………


mendapat tugas melakukan perjalanan dinas ke ……………………… mulai
tanggal .... s.d ………………………;
2. bahwa dalam rangka efektivitas penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi
Direktorat ………………………, perlu ditunjuk Pelaksana Harian (Plh.)
Direktur ………………………;

Dasar : 1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.01/2010 tentang Pedoman Tata


Naskah Dinas Kementerian;
2. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2010 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Tata Naskah Dinas Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Kementerian Keuangan;

MEMBERI PERINTAH

Kepada : Nama : ………………………………….


NIP : ……………………...
Pangkat/Golongan : …………………….............
Jabatan : Direktur …………….
Untuk : Melaksanakan tugas sebagai “Pelaksana Harian (Plh.)” Direktur …………….
terhitung mulai tanggal .................. sampai dengan pejabat definitif bertugas
kembali, disamping melaksanakan tugas pokok sebagai Direktur ……………..

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal ....................
Direktur Jenderal,

.............................
NIP .............................

Tembusan : (disesuaikan dengan pelaporan dan pihak-pihak yang berkebutuhan)


1 ................................................

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 52


Surat Perintah Penunjukan Plt.

KOP SURAT

SURAT PERINTAH
NOMOR PRIN- /PB/2011

Menimbang : 3. bahwa Sdr. ……………., NIP………….., Pangkat ………………, Kepala


Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi …………… segera
memasuki masa pensiun terhitung mulai tanggal ………………;
4. bahwa dalam rangka efektivitas penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi
Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi …………., perlu ditunjuk
Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi
…………………..;

Dasar : 3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.01/2010 tentang Pedoman Tata


Naskah Dinas Kementerian;
4. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2010 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Tata Naskah Dinas Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Kementerian Keuangan;

MEMBERI PERINTAH

Kepada : Nama : ……………………...


NIP : ……………………
Pangkat/Golongan :……………………...
Jabatan : Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan
Provinsi ……………………...
Untuk : Melaksanakan tugas sebagai “Pelaksana Tugas (Plt.)” Kantor Wilayah Ditjen
Perbendaharaan Provinsi ……………………... terhitung mulai tanggal
……………………... sampai dengan ditunjuk pejabat definitif, disamping
melaksanakan tugas pokok sebagai Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan
Provinsi ……………………....

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal .............................
Direktur Jenderal,

……………………...
NIP ………………….

Tembusan : (disesuaikan dengan pelaporan dan pihak-pihak yang berkebutuhan)


1 ................................................

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 53


BAB X
PEDOMAN ADMINISTRASI KEHADIRAN PEGAWAI

A. DASAR HUKUM
Surat Edaran Dirjen Perbendaharaan Nomor SE-34/PB/2011 tentang Pedoman Administrasi
Kehadiran Pegawai di Lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

B. PENDAHULUAN
Salah satu kewajiban pegawai yang terkait dengan peningkatan disiplin Pegawai Negeri
Sipil di lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan adalah mematuhi tata tertib mengenai
jam masuk kerja, istirahat, pulang kantor, dan pemanfaatan jam kerja sesuai dengan ketentuan.
Dalam rangka penegakan disiplin, mendorong profesionalitas, dan meningkatkan kinerja
pegawai telah diatur ketentuan mengenai penegakan disiplin dalam kaitannya dengan pemberian
Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara kepada Pegawai Negeri Sipil di lingkungan
Kementerian Keuangan sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 41/PMK.01/2011 tentang Penegakan Disiplin Dalam Kaitannya Dengan Pemberian
Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara Kepada Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan
Kementerian Keuangan.
Guna melaksanakan fungsi ketertiban pegawai tersebut telah dilakukan penyempurnaan
aplikasi sistem kehadiran elektronik, untuk itu dipandang perlu diatur kembali petunjuk lebih
lanjut tentang Pedoman Administrasi Kehadiran Pegawai di Lingkungan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan.

C. Maksud dan Tujuan


1. Maksud
Pedoman Administrasi Kehadiran Pegawai di Lingkungan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan dimaksudkan sebagai acuan bagi seluruh unit organisasi di lingkungan
Direktorat Jenderal Perbendaharaan dalam pelaksanaan administrasi kehadiran pegawai.
2. Tujuan
Pedoman Administrasi Kehadiran Pegawai di Lingkungan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan bertujuan untuk meningkatkan ketertiban dan kedisiplinan pegawai dalam
rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 54


D. PENGERTIAN UMUM
Pengertian umum dalam Pedoman Administrasi Kehadiran Pegawai di Lingkungan
Direktorat Jenderal Perbendaharaan ini meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Pegawai Negeri Sipil, yang selanjutnya disebut Pegawai adalah Pegawai Negeri Sipil di
lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan, termasuk Calon Pegawai Negeri Sipil.
2. Sistem Kehadiran Elektronik adalah perekaman data kehadiran Pegawai dengan
menggunakan perangkat keras dan didukung oleh suatu program aplikasi.
3. Mesin Kehadiran Elektronik adalah perangkat keras yang digunakan untuk merekam salah
satu dimensi anggota tubuh sebagai bukti kehadiran Pegawai.
4. Program Aplikasi Sistem Informasi Laporan Absensi Pegawai, yang selanjutnya disebut
SILAP adalah program aplikasi yang digunakan untuk keperluan pelaporan kehadiran
Pegawai.
5. Penanggung Jawab Sistem Kehadiran Elektronik Unit Kerja, yang selanjutnya disebut
Penanggung Jawab adalah Kepala Bagian Umum Sekretariat Direktorat Jenderal
Perbendaharaan, Kepala Subbagian Tata Usaha Direktorat, Kepala Bagian Umum Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan, dan Kepala Subbagian Umum Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara.
6. Operator adalah Pegawai yang ditunjuk dengan surat keputusan yang diterbitkan oleh paling
rendah pejabat eselon III, yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan
pengelolaan Sistem Kehadiran Elektronik di bawah pengawasan Penanggung Jawab.
7. Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara, yang selanjutnya disingkat TKPKN adalah
penghasilan selain gaji yang diberikan kepada Pegawai yang aktif berdasarkan kompetensi
dan kinerja.
8. Laporan Absensi Pegawai adalah laporan yang dihasilkan dari SILAP, yang meliputi:
a. Laporan Bulanan Kehadiran Pegawai (LB.1), yaitu laporan bulanan pada suatu unit kerja
terkait dengan penghitungan TKPKN, dengan periode pelaporan dimulai sejak tanggal 23
sampai dengan tanggal 22 bulan berikutnya;
b. Laporan Bulanan Ketertiban Pegawai (LB.2), yaitu laporan bulanan yang memuat data
kehadiran seluruh Pegawai pada suatu unit kerja dengan periode pelaporan dimulai sejak
tanggal 1 sampai dengan akhir bulan berkenaan;
c. Laporan Bulanan Perorangan (LB.3), yaitu laporan bulanan yang berisi data kehadiran per
Pegawai pada suatu unit kerja sejak tanggal 1 sampai dengan akhir bulan;
d. Laporan Harian Kehadiran Pegawai (LH.1), yaitu laporan harian yang berisi data
Pegawai yang melakukan absensi;

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 55


e. Laporan Harian Ketidakhadiran Pegawai (LH.2), yaitu laporan harian yang berisi data
pegawai yang tidak melakukan absensi.
9. Alasan yang sah adalah alasan yang dapat diterima akal sehat dan dapat
dipertanggungjawabkan yang disampaikan secara tertulis dan disetujui oleh atasan langsung.
10. Subbagian Dukungan Teknis, yang selanjutnya disebut Subbag Duktek adalah Subbagian
Dukungan Teknis pada Bagian Umum Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan,
yang dalam hal ini bertanggung jawab melakukan koordinasi dan monitoring terhadap
kondisi Mesin Kehadiran Elektronik dan aplikasi Sistem Kehadiran Elektronik pada seluruh
unit kerja di lingkup kantor wilayah berkenaan.

E. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB


1. Tugas dan Tanggung Jawab Penanggung Jawab
Penanggung Jawab, bertugas dan bertanggung jawab di lingkungan unit kerja masing-
masing, untuk:
a. Melakukan koordinasi proses perekaman, registrasi, dan pemutakhiran data Pegawai
pada database Mesin Kehadiran Elektronik pada masing-masing kantor;
b. Melakukan pemeriksaan terhadap LH.1 dan LH.2, apabila ditemukan Pegawai yang
terlambat masuk kerja (TL) dan/atau pulang sebelum waktunya (PSW) atau tidak
melakukan pengisian daftar hadir masuk/pulang kerja, segera memberitahukan kepada
atasan langsung Pegawai berkenaan untuk ditindaklanjuti;
c. Melakukan pemeriksaan LB.1 untuk perhitungan pembayaran TKPKN;
d. Melakukan pemeriksaan LB.2 untuk disampaikan kepada Bagian Administrasi
Kepegawaian;
e. Menyampaikan informasi mengenai akumulasi penghitungan terhadap Pegawai yang
tidak masuk kerja, terlambat masuk bekerja, dan/atau pulang sebelum waktunya tanpa
alasan sah kepada atasan langsung Pegawai berkenaan;
f. Melakukan perawatan terhadap Mesin Kehadiran Elektronik secara berkala.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Penanggung Jawab dibantu oleh seorang
Operator.
2. Tugas dan Tanggung Jawab Operator
a. Melakukan perekaman data setiap Pegawai pada database Mesin Kehadiran Elektronik
pada masing-masing kantor;
b. Melakukan registrasi pegawai (enroll) ke dalam Mesin Kehadiran Elektronik seluruh
Pegawai di lingkungan masing-masing pada awal pelaksanaan dan atau setiap ada
Pegawai yang baru melaksanakan tugas karena mutasi dan/atau sebab lainnya;

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 56


c. Melakukan pemutakhiran data Pegawai pada Sistem Kehadiran Elektronik;
d. Mencetak dan melakukan pengarsipan LH.1 dan LH.2 di lingkungan unit kerja masing-
masing secara harian dan disampaikan kepada Penanggung Jawab untuk dilakukan
pemeriksaan. Selanjutnya laporan tersebut ditandatangani oleh pimpinan unit kerja;
e. Melakukan pemeriksaan terhadap LH.1 dan LH.2, apabila ditemukan Pegawai yang
terlambat masuk kerja (TL) dan/atau pulang sebelum waktunya (PSW) atau tidak
melakukan pengisian daftar hadir masuk/pulang kerja, segera memberitahukan kepada
Penanggung Jawab untuk ditindaklanjuti;
f. Melakukan pengarsipan dan perekaman bukti ketidakhadiran pegawai, berupa: Surat
Tugas, Surat Izin Cuti, Surat Pernyataan, Surat Keterangan, dan Surat Permohonan
Izin/Pemberitahuan pada Sistem Kehadiran Elektronik;
g. Mencetak dan memeriksa LB.1 untuk perhitungan pembayaran TKPKN;
h. Mencetak dan memeriksa LB.2 untuk disampaikan kepada Bagian Administrasi
Kepegawaian;
i. Membuat dan mencetak akumulasi penghitungan terhadap Pegawai yang tidak masuk
kerja, terlambat masuk bekerja, dan/atau pulang sebelum waktunya tanpa alasan sah.
3. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian
Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian bertugas dan bertanggung jawab untuk:
a. Melakukan koordinasi pelaksanaan Sistem Kehadiran Elektronik pada Direktorat
Jenderal Perbendaharaan;
b. Menatausahakan dan melakukan verifikasi atas Laporan Bulanan Ketertiban Pegawai
(LB.2).
c. Melakukan monitoring pelaksanaan Sistem Kehadiran Elektronik dan pemeriksaan
Laporan Absensi Pegawai pada unit kerja secara periodik.

F. ADMINISTRASI KEHADIRAN DAN TATA CARA PELAKSANAAN SISTEM


KEHADIRAN ELEKTRONIK
Pegawai wajib mengisi daftar hadir masuk/pulang kerja dengan menggunakan Mesin
Kehadiran Elektronik dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Hari dan jam kerja normal di lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan mengacu pada
ketentuan hari dan jam kerja yang berlaku di lingkungan Kementerian Keuangan, yaitu:
a. Jam masuk kerja adalah pukul 07.30 waktu setempat;
b. Jam istirahat pada hari Senin sampai dengan hari Kamis adalah pukul 12.15 sampai
dengan pukul 13.00 waktu setempat;

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 57


c. Jam istirahat pada hari Jumat adalah pukul 11.30 sampai dengan pukul 13.15 waktu
setempat;
d. Jam pulang kantor adalah pukul 17.00 waktu setempat.
2. Hari dan jam kerja pada bulan Ramadhan mengacu pada ketentuan yang berlaku di
lingkungan Kementerian Keuangan yang diatur dengan peraturan tersendiri.
3. Pengisian daftar hadir masuk/pulang kerja dilakukan sebanyak 2 (dua) kali yaitu pada saat
masuk kerja dan pada saat pulang kerja.
4. Setiap Pegawai wajib mengisi daftar hadir masuk/pulang kerja meskipun datang terlambat
dan/atau pulang sebelum waktunya.
5. Pencatatan pada Mesin Kehadiran Elektronik dimulai pukul 06.00 dan berakhir pada pukul
19.00 waktu setempat.
6. Pengisian daftar hadir masuk/pulang kerja, baik pada waktu masuk kerja maupun pulang
kerja cukup dilakukan satu kali input. Apabila dilakukan lebih dari satu kali, maka data
masuk kerja yang dipakai adalah input yang terakhir sedangkan data pulang kerja yang
dipakai adalah input yang pertama.
7. Pengisian daftar hadir masuk/pulang kerja dapat dilakukan secara manual dalam hal:
a. Sistem Kehadiran Elektronik mengalami kerusakan/tidak berfungsi;
b. Pegawai belum terdaftar dalam Sistem Kehadiran Elektronik;
c. Dimensi telapak tangan tidak terekam dalam Sistem Kehadiran Elektronik;
d. Terjadi keadaan kahar (force majeure).
8. Apabila diperlukan, pada jam sebelum dan sesudah istirahat, Pegawai dapat diperintahkan
untuk melakukan pengisian daftar hadir manual di hadapan atasan Pegawai bersangkutan.
9. Pegawai yang mendapat tugas detasering, melakukan pengisian daftar hadir masuk/pulang
kerja di unit kerja tempat tugasnya.
10. Mengingat tanggung jawab dan kewenangannya, kewajiban melakukan pengisian daftar
hadir masuk/pulang kerja tidak berlaku untuk pejabat eselon I dan pejabat eselon II, dengan
ketentuan tetap menjaga kode etik pegawai.

G. PENGENAAN POTONGAN TKPKN


1. Terhitung mulai tanggal 1 Januari 2011 berlaku ketentuan mengenai pengenaan potongan
TKPKN yang disebabkan karena keterlambatan (TL) dan/atau pulang sebelum waktunya
(PSW). Ketentuan dimaksud diatur sebagai berikut:
No. Tingkatan Lama Waktu % Potongan TKPKN
1. TL1/PSW1 1 s.d. 30 menit 0,5%
2. TL2/PSW2 31 s.d. 60 menit 1%
3. TL3/PSW3 61 s.d. 90 menit 1,25%
4. TL4/PSW4 > 90 menit atau 2,5%
tidak mengisi daftar hadir masuk kerja/pulang kerja

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 58


2. Ketentuan potongan TKPKN sebagaimana dimaksud pada angka 1 berlaku kumulatif untuk
TL dan PSW pada hari yang sama.
3. Pegawai yang tidak masuk kerja diberlakukan pemotongan TKPKN sebesar 5% (lima
persen) untuk tiap satu hari tidak masuk kerja kecuali ditentukan lain menurut ketentuan
yang berlaku.
4. Pegawai yang melaksanakan tugas di luar kantor pada hari dan jam kerja (tidak mendapat
surat tugas melakukan perjalanan dinas dalam/luar kota) yang karena satu dan lain hal tidak
memungkinkan untuk mengisi daftar hadir masuk/pulang kerja, dapat diberikan surat
keterangan (SK.1).
5. Surat keterangan tersebut selanjutnya disampaikan kepada Penanggung Jawab untuk dipakai
sebagai dasar penyesuaian status kehadiran menjadi normal.
6. Pegawai yang mendapat surat tugas melakukan perjalanan dinas dalam/luar kota dan
mendapatkan biaya yang dibebankan pada APBN/APBD/pihak lain, tidak melakukan
pengisian daftar hadir masuk/pulang kerja.
7. Pegawai yang berstatus TL, PSW, atau izin tidak masuk kantor karena alasan penting, wajib
membuat surat permohonan izin/pemberitahuan (ST.1). Surat permohonan tersebut harus
mendapatkan persetujuan dari atasan langsung, untuk selanjutnya disampaikan kepada
Penanggung Jawab.
8. Pegawai yang lupa mengisi daftar hadir masuk/pulang kerja, diatur ketentuan sebagai
berikut:
a. Bagi Pegawai yang lupa mengisi daftar hadir masuk kantor, wajib membuat surat
keterangan (SK.2).
Hal tersebut untuk menghindari kemungkinan penyalahgunaan alasan lupa mengisi daftar
hadir masuk kantor, terhadap Pegawai tersebut tetap dianggap TL dan dilakukan
pemotongan TKPKN dengan besaran maksimal TL. Dengan adanya surat keterangan
tersebut, kepada pegawai yang bersangkutan tidak dikenakan sanksi
disiplin/administratif.
b. Bagi Pegawai yang lupa mengisi daftar hadir pulang kantor, diberi kesempatan untuk
membuktikan kehadirannya melalui kesaksian dari atasan langsung Pegawai berkenaan
yang dibuktikan dengan surat pernyataan (ST.2).
Dengan adanya kesaksian tersebut, terhadap Pegawai yang bersangkutan tidak dilakukan
pemotongan TKPKN. Dalam hal ini, pengertian lupa mengisi daftar hadir pulang kantor
termasuk suatu kondisi dimana Pegawai baru teringat melakukan pengisian daftar hadir
pulang kantor melebihi batas waktu yang telah ditentukan.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 59


9. Pegawai yang melaksanakan kerja lembur di kantor atas perintah atasan Pegawai berkenaan
(paling rendah pejabat eselon III) sampai dengan lebih pukul 22.00 waktu setempat dapat
diberikan dispensasi masuk kerja esok harinya sampai dengan pukul 08.30 waktu setempat.
Pegawai yang mendapatkan dispensasi tersebut dibuktikan dengan surat keterangan (SK.3)
dan kepada Pegawai tersebut tidak dikenakan potongan TKPKN.
10. Pegawai yang tidak memenuhi ketentuan pelaksanaan daftar hadir masuk/pulang kerja tanpa
alasan yang sah, dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
11. Pegawai yang akan meninggalkan kantor selama jam kerja wajib meminta izin dari atasan
langsung Pegawai bersangkutan dengan menggunakan surat izin (SIKK).
12. Hasil monitoring pengisian daftar hadir masuk/pulang kerja, khusus Pegawai yang tidak
mematuhi ketentuan dapat diumumkan secara terbuka.

H. PELAPORAN KETERTIBAN PEGAWAI


1. Kepala Bagian Umum Sekretariat Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan atasan langsung
Kepala Subbagian Tata Usaha Direktorat menyampaikan LB.1 di lingkungan unit kerja
masing-masing kepada Kepala Bagian Keuangan paling lambat 1 (satu) hari setelah akhir
periode pelaporan LB.1.
2. Kepala Bagian Umum Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan Kepala
Subbagian Umum Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) menyampaikan LB.1
kepada Petugas Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai unit kerja masing-masing paling
lambat 1 (satu) hari setelah akhir periode pelaporan LB.1.
3. Dalam rangka monitoring ketertiban dan kedisiplinan pegawai, setiap unit kerja wajib
menyampaikan LB.2 kepada Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian u.p. Kepala
Subbagian Penegakan Disiplin dan Pemberhentian Pegawai paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya.

I. KETENTUAN LAIN-LAIN
1. Petunjuk penggunaan Mesin Kehadiran Elektronik dan program aplikasinya agar
berpedoman pada buku manual yang diterbitkan oleh Sekretariat Direktorat Jenderal
Perbendaharaan.
2. Untuk memastikan data daftar hadir masuk/pulang kerja Pegawai telah terekam pada mesin,
pimpinan unit dapat menyediakan monitor/display data daftar hadir masuk/pulang kerja.
3. Bila terjadi kerusakan pada Mesin Kehadiran Elektronik dan/atau program aplikasi pada
instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Penanggung Jawab agar segera melapor

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 60


kepada Subbag Duktek masing-masing. Atas laporan tersebut Subbag Duktek wajib
menindaklanjutinya.
4. Subbag Duktek dapat berkoordinasi dengan Tim Helpdesk Sekretariat Direktorat Jenderal
Perbendaharaan.
5. Kepala Bagian Umum Sekretariat Direktorat Jenderal Perbendaharaan melakukan koordinasi
pelaksanaan tugas Tim Helpdesk Sistem Kehadiran Elektornik Sekretariat Direktorat
Jenderal Perbendaharaan.

J. CONTOH FORMAT DOKUMEN

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 61


Surat Keterangan (SK.1)
KOP SURAT

SURAT KETERANGAN (SK.1)


NOMOR . .................................

Kami yang bertanda tangan dibawah ini, dengan ini menerangkan bahwa telah ditugaskan
pejabat/pegawai atas nama:
No. Nama NIP Jabatan
1.
2.
3.
4.

Untuk ................................. terhitung mulai tanggal............ sampai dengan tanggal ............ pukul
.......... sampai dengan pukul .......... bertempat di .........................
Demikian untuk digunakan sebagaimana mestinya.

…………………., …………..
………………… (minimal pejabat es. III)

.................................
NIP...........................

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 62


Surat Permohonan Izin/Pemberitahuan (ST.1)

SURAT PERMOHONAN IZIN/PEMBERITAHUAN*) (ST.1)

Yang bertanda tangan dibawah ini, kami:


Nama :
NIP :
Pangkat/Gol. :
Jabatan :
Unit Kerja :
dengan ini mengajukan permohonan izin untuk tidak masuk bekerja/izin pulang sebelum
waktunya/pemberitahuan terlambat masuk bekerja*) selama ........... hari/jam/menit*), pada hari
....................... tanggal ......................... dengan alasan, yaitu ................................................... .
Demikian disampaikan kiranya menjadi maklum.

Menyetujui/Tidak Menyetujui *) Hormat kami


............................. (atasan langsung)

................................... ...................................
NIP............................. NIP..............................

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 63


Surat Keterangan (SK.2)

SURAT KETERANGAN (SK.2)

Yang bertanda tangan dibawah ini menerangkan bahwa:


Nama :
NIP :
Jabatan :
Unit Kerja :
Pada hari ................ tanggal ………………….. tidak melakukan pengisian daftar hadir masuk
kantor dengan alasan lupa.
Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

..................., ....................
............................. (atasan langsung) Yang menyatakan,

…………………… …………………
NIP NIP

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 64


Surat Pernyataan (ST.2)

KOP SURAT

SURAT PERNYATAAN (ST.2)


NOMOR ..................................

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama :
NIP :
Pangkat/Gol. :
Jabatan : (jabatan atasan langsung)
Unit Kerja :
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa pejabat/pegawai dibawah ini:
Nama :
NIP :
Pangkat/Gol. :
Jabatan :
Unit Kerja :
pada hari ............ tanggal ............... benar-benar hadir pada jam kerja dan pulang pukul ...........
Surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dengan mengingat sumpah jabatan,
dan apabila dikemudian hari, isi pernyataan ini ternyata tidak benar, yang mengakibatkan
kerugian terhadap Negara, maka saya bersedia menanggung kerugian tersebut dan dikenakan
sanksi sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil.
Demikian untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Mengetahui *) ..........................,...................................
................................... (jabatan atasan langsung)

..................................... .........................................
NIP.............................. NIP..................................

Keterangan :
*) Khusus untuk pegawai pelaksana yang lupa absen pulang kantor, surat pernyataan perlu
diketahui oleh pejabat eselon III berkenaan.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 65


Surat Keterangan (SK.3)

KOP SURAT

SURAT KETERANGAN (SK.3)


NOMOR ...................................

Yang bertanda tangan dibawah ini menerangkan bahwa:

No. Nama NIP Jabatan


1.
2.
3.
4.

Pada hari ................... tanggal …………….. pukul ........... sampai dengan pukul ........... telah
diperintahkan untuk melakukan kerja lembur menyelesaikan ....................................( sebutkan
pekerjaan yang dilakukan).
Untuk itu, kepada yang bersangkutan diberikan dispensasi melakukan pengisian daftar hadir
masuk kantor pada hari ..................... tanggal .................. (hari/tanggal esok harinya) sampai
dengan pukul 08.30 (waktu setempat).
Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

.................., ............................
Yang menyatakan,
(pejabat eselon III)

…………………
NIP

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 66


Surat Izin Keluar Kantor (SIKK)

SURAT IZIN KELUAR KANTOR (SIKK)

Yang bertanda tangan dibawah ini, memberikan izin kepada:


Nama :
NIP :
Jabatan :
Unit Kerja :
Untuk melaksanakan keperluan pribadi, yaitu: ………………………………. (sebutkan nama
keperluannya) pada jam kerja, yaitu pada pukul ……………. sampai dengan pukul ……………
Demikian untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

.................., ....................
(jabatan atasan langsung)

…………………
NIP

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 67


BAB XI
PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEPEGAWAIAN

A. DASAR HUKUM
Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor SE-40/PB/2011 tentang Pedoman
Penyusunan Laporan Kepegawaian di Lingkungan Ditjen Perbendaharaan.

B. UMUM
Dalam upaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyampaian Laporan Kepegawaian
serta untuk meningkatkan akurasi dan validitas informasi kepegawaian guna memenuhi
kebutuhan penyusunan data kepegawaian yang mutakhir, maka diperlukan petunjuk penyusunan
Laporan Kepegawaian lingkup Direktorat Jenderal Perbendaharaan dalam suatu Sistem
Informasi Laporan Kepegawaian.

C. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Maksud
Sebagai acuan bagi seluruh unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan
dalam pelaksanaan penyusunan Laporan Kepegawaian.
2. Tujuan
Untuk meningkatkan ketertiban pengiriman Laporan Kepegawaian yang mutakhir.

C. PENGERTIAN UMUM
1. Sistem Informasi Laporan Kepegawaian, yang selanjutnya disingkat SILK adalah
perekaman, pemutakhiran dan penyusunan Laporan Kepegawaian yang terintegrasi pada
database Kantor Pusat.
2. Aplikasi SILK adalah aplikasi yang dibuat untuk membantu dalam proses perekaman,
pemutakhiran dan penyusunan Laporan Kepegawaian.
3. Laporan Kepegawaian yang selanjutnya disingkat LK adalah laporan tentang kondisi
pegawai pada satuan kerja yang dibuat secara periodik serta disusun menurut bentuk yang
telah ditetapkan.
4. Laporan Kepegawaian Bulanan, yang selanjutnya disebut LK.1 adalah laporan yang
dihasilkan dari aplikasi SILK, yang berisi data tentang keadaan pegawai pada satuan kerja
tertentu pada bulan berkenaan. Contoh: Laporan Kepegawaian Bulan Januari 20X1 adalah
Laporan kondisi mulai 1 Januari 20X1 sampai dengan 31 Januari 20X1.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 68


5. Laporan Kepegawaian Semesteran, yang selanjutnya disebut LK.2 adalah laporan yang
dihasilkan dari aplikasi SILK, yang berisi data tentang keadaan pegawai di satuan kerja
tertentu pada semester berkenaan. Contoh: Laporan Kepegawaian Semester I Tahun 20X1
adalah Laporan kondisi mulai 1 Januari 20X1 sampai dengan 30 Juni 20X1.
6. Unit Kerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan adalah Sekretariat, Direktorat, Kantor
Wilayah, dan KPPN.
7. Entitas Pelaporan Kepegawaian adalah suatu struktur pada unit kerja Ditjen Perbendaharaan
yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan SILK.
8. Penanggung Jawab Entitas Pelaporan Kepegawaian, adalah pejabat eselon III dan eselon IV
yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan SILK.
9. Petugas Perekaman Data adalah pegawai yang ditunjuk dengan Surat Keputusan yang
diterbitkan oleh minimal pejabat eselon III, yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk
melaksanakan pengelolaan SILK di bawah pengawasan penanggung jawab.
10. Mutasi Data Kepegawaian adalah perubahan data yang mencakup seluruh atribut data
seorang pegawai.
11. Dokumen sumber adalah dokumen yang menjadi dasar mutasi data kepegawaian.

D. TATA CARA PENYUSUNAN LAPORAN KEPEGAWAIAN


Unit kerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan selaku pengguna sumber daya manusia/
pegawai negeri sipil menyelenggarakan pelaporan kepegawaian atas seluruh perubahan/mutasi
data pegawai negeri sipil yang berada dalam tanggung jawab manajemennya. Direktur Jenderal
Perbendaharaan selaku Pembina Kepegawaian berwenang menetapkan Sistem Pelaporan
Kepegawaian serta mengatur Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM). Direktur Jenderal
Perbendaharaan juga menghimpun Laporan Kepegawaian dari seluruh unit kerja Direktorat
Jenderal Perbendaharaan untuk menyusun Laporan Kepegawaian Direktorat Jenderal
Perbendaharaan sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam pengelolaan sumber daya manusia.
Laporan Kepegawaian unit kerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang digunakan
sebagai pertanggungjawaban pengelolaan SDM meliputi Laporan Kepegawaian Bulanan (LK.1),
dan Laporan Kepegawaian Semesteran (LK.2) yang disertai dengan Pernyataan Tanggung Jawab
yang ditandatangani oleh pejabat eselon III (Kasubdit/ Kabag Administrasi Kepegawaian/ Kabag
Umum Kanwil/ Kepala KPPN).

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 69


1. Struktur, Tugas dan Tanggung Jawab Entitas Pelaporan Kepegawaian
a. Struktur Entitas Pelaporan Kepegawaian Unit Kerja Direktorat Jenderal
Perbendaharaan

Kasubdit (atasan langsung Kasubbag


TU) / Kabag Adm Kepeg/ Kabag
Umum/ Kepala KPPN

Penanggung Jawab
Entitas Pelaporan
Kasubbag Tata Usaha / Kasubbag
AKKP/ Kasubbag Kepegawaian/
Kasubbag Umum

Petugas Perekaman Data

b. Tugas dan Tanggung Jawab Penanggung Jawab Entitas Pelaporan Kepegawaian


Penanggung jawab entitas pelaporan kepegawaian bertugas dan bertanggung jawab
di lingkungan unit kerja masing-masing untuk :
1) Mengkoordinasikan pelaksanaan SILK;
2) Menunjuk dan menetapkan petugas perekaman data;
3) Menyelenggarakan pemutakhiran data kepegawaian;
4) Menelaah kesesuaian antar Laporan Kepegawaian;
5) Menandatangani Laporan Kepegawaian dan Pernyataan Tanggung Jawab
(format sesuai lampiran);
6) Menyampaikan Laporan Kepegawaian kepada Bagian Administrasi
Kepegawaian;
7) Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi Laporan Kepegawaian dengan
Bagian Administrasi Kepegawaian setiap semester.
c. Tugas dan Tanggung Jawab Petugas Perekaman Data
Petugas perekaman data bertugas dan bertanggung jawab di lingkungan unit kerja
masing-masing untuk :
1) Menerima dokumen sumber mutasi data kepegawaian dari para pegawai;
2) Menginput dokumen sumber ke dalam aplikasi SILK;
3) Melakukan verifikasi atas tampilan cetakan yang dihasilkan aplikasi SILK
dengan dokumen sumber;
4) Melakukan rekonsiliasi internal antar Laporan Kepegawaian serta melakukan
koreksi apabila ditemukan kesalahan;

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 70


5) Melakukan pencetakan Laporan Kepegawaian;
6) Menyiapkan konsep Pernyataan Tanggung Jawab;
7) Melakukan pengiriman Laporan Kepegawaian;
8) Memelihara dokumen sumber dan Laporan Kepegawaian;
9) Melakukan rekonsiliasi dengan Bagian Administrasi Kepegawaian setiap
semester serta melakukan koreksi apabila ditemukan kesalahan.
2. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian
Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian selaku pelaksana Pembina Kepegawaian Unit
Eselon I Ditjen Perbendaharaan bertugas dan bertanggung jawab untuk :
a. Membina dan memantau pelaksanaan SILK pada unit kerja Ditjen Perbendaharaan;
b. Melakukan konsolidasi/penggabungan seluruh Laporan Kepegawaian dalam suatu
laporan statistik kepegawaian;
c. Mengkoordinasikan pelaksanaan SILK dengan unit kerja dukungan teknis
komunikasi data;
d. Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi Laporan Kepegawaian;
e. Melakukan pemeliharaan database kepegawaian.
3. Jenis Laporan Kepegawaian
Jenis Laporan Kepegawaian yang harus disusun dengan menggunakan Aplikasi SILK
adalah Laporan Kepegawaian Bulanan (LK.1) dan Laporan Kepegawaian Semesteran
(LK.2) sebagai berikut:
a. Laporan Kepegawaian Bulanan (LK.1) terdiri dari :
1) Laporan Perubahan Kepangkatan dan Kenaikan Gaji Berkala (LK.1.1)
Berisi data pegawai yang mendapat mutasi kepangkatan (kenaikan
pangkat/kenaikan gaji berkala).
LK.1.1 disusun berdasarkan hasil penggabungan data hasil perekaman data
Kepangkatan/Kenaikan Gaji Berkala pada aplikasi SILK.
2) Laporan Perubahan Jabatan (LK.1.2)
Berisi data pegawai yang mendapat mutasi jabatan termasuk pelaksana.
LK.1.2 disusun berdasarkan hasil penggabungan data hasil perekaman data
Konfigurasi Pegawai dan Jabatan pada aplikasi SILK.
3) Laporan Perubahan Data Keluarga (LK.1.3)
Berisi data pegawai yang mengalami perubahan susunan keluarga.
LK.1.3 disusun berdasarkan hasil penggabungan data hasil perekaman data
Keluarga pada aplikasi SILK.
4) Laporan Bulanan Daftar Pegawai (LK.1.4)

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 71


Berisi data seluruh pegawai pada suatu satuan kerja dengan keadaan akhir bulan
berkenaan.
LK.1.4 disusun berdasarkan hasil penggabungan data hasil perekaman data
Konfigurasi Pegawai, Detail Data Induk Pegawai, Kepangkatan, Jabatan,
Pendidikan Formal dan Data Diperbantukan/dipekerjakan pada aplikasi SILK.
5) Laporan Pegawai yang Diperbantukan/Dipekerjakan dan Dipindahkan Pada
Instansi Lain Di Luar Direktorat Jenderal Perbendaharaan (LK.1.5)
Berisi data pegawai yang diperbantukan/dipekerjakan dan dipindahkan pada
bulan berkenaan.
LK.1.5 disusun berdasarkan hasil penggabungan data hasil perekaman data
Diperbantukan/dipekerjakan pada aplikasi SILK.
b. Laporan Kepegawaian Semesteran (LK.2) terdiri dari :
1) Laporan Perubahan Data Domisili Pegawai (LK.2.1)
Berisi data domisili seluruh pegawai.
LK.2.1 disusun berdasarkan hasil penggabungan data hasil perekaman data Detail
Data Pribadi pada aplikasi SILK.
2) Laporan Penerima Tanda Jasa/Penghargaan (LK.2.2)
Berisi nama pegawai yang menerima piagam penghargaan pada semester
berkenaan.
LK.2.2 disusun berdasarkan hasil penggabungan data hasil perekaman data Tanda
Jasa pada aplikasi SILK.
4. Prosedur Penyusunan Laporan Kepegawaian
Prosedur pada Entitas pelaporan Kepegawaian pada unit kerja Direktorat Jenderal
Perbendaharaan:
a. Petugas Perekaman Data melakukan perekaman dokumen sumber berupa:
1) Dokumen Data Induk Pegawai;
2) Dokumen Data Pribadi Pegawai;
3) Dokumen Data Keluarga;
4) Dokumen Data Cuti;
5) Dokumen Data Jabatan;
6) Dokumen Data Kepangkatan;
7) Dokumen Data Tanda Jasa;
8) Dokumen Data Pegawai Diperbantukan/dipekerjakan;
9) Dokumen Data DP3;
10) Dokumen Data LHKPN.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 72


b. Dokumen sumber wajib dipindai (scan) dan diunggah (upload) pada aplikasi SILK
sebagai dokumen pendukung.
c. Hasil proses perekaman dilakukan verifikasi dengan dokumen sumbernya, sehingga
seluruh transaksi dipastikan sudah diproses sesuai dengan dokumen sumber.
d. Selanjutnya petugas perekaman data melakukan proses posting untuk menghasilkan
laporan. Proses posting dilakukan dengan tata cara sebagai berikut:
1) Untuk laporan bulanan, periode posting dipilih sesuai bulan data. Selanjutnya
proses cetak laporan sesuai dengan bulan posting.
Contoh: Untuk cetak laporan bulan Mei 20X1 yang berisi data laporan sampai
dengan akhir bulan Mei 20X1, lakukan posting dan cetak laporan pada bulan Mei
20X1.
2) Untuk laporan semesteran, periode posting dipilih pada periode semester
berkenaan. Selanjutnya proses cetak laporan sesuai dengan periode posting.
Contoh: Untuk cetak laporan Semester I 20X1, lakukan posting dan cetak laporan
dipilih pada periode Semester I 20X1. Untuk cetak laporan Semester II 20X1,
lakukan posting dan cetak laporan pada periode Semester II 20X1.
e. Laporan Kepegawaian dikirim ke Kantor Pusat secara periodik bulanan dan
semesteran. Setelah dilakukan posting, arsip data komputer (ADK) secara otomatis
akan terkirim ke database Kantor Pusat. Pengiriman Laporan Kepegawaian disertai
dengan Pernyataan Tanggung Jawab yang ditandatangani oleh pejabat eselon III.
Hardcopy dokumen sumber tidak perlu dilampirkan pada Laporan Kepegawaian.
f. Unit kerja Ditjen Perbendaharaan melakukan rekonsiliasi data dan Laporan
Kepegawaian dengan Bagian Administrasi Kepegawaian setiap semester. Mekanisme
pelaksanaan rekonsiliasi akan diatur oleh Bagian Administrasi Kepegawaian.
5. Waktu Penyampaian Laporan
Laporan Kepegawaian disampaikan kepada Bagian Administrasi Kepegawaian, dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. LK bulanan selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya.
b. LK semester I selambat-lambatnya tanggal 10 bulan Juli dan LK semester II
selambat-lambatnya tanggal 10 bulan Januari tahun berikutnya.

E. KETENTUAN LAIN-LAIN
1. Untuk mempermudah pelaksanaan komputerisasi SILK, tata cara pengoperasian Aplikasi
SILK agar berpedomaan pada Buku/Modul Aplikasi SILK yang diterbitkan oleh
Sekretariat Ditjen Perbendaharaan.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 73


2. Apabila terjadi hambatan dalam proses penyusunan laporan kepegawaian agar
penanggung jawab entitas pelaporan kepegawaian segera melakukan koordinasi dengan
Bagian Administrasi Kepegawaian.

F. CONTOH FORMAT DOKUMEN

Pernyataan Tanggung Jawab


KOP SURAT

Pernyataan Tanggung Jawab

Laporan Kepegawaian Bulan/Semester*)................. Tahun ………….. Direktorat/


Kanwil/KPPN *) ............. yang terdiri dari :
(a) Hardcopy Laporan
(b) Softcopy Laporan
(c) Dokumen Sumber **)
dan telah ter-update dalam Aplikasi SILK adalah sepenuhnya tanggung jawab kami.

Laporan Kepegawaian tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian intern yang
memadai, dan isinya telah menyajikan informasi data-data kepegawaian pada unit kerja
kami.

............., .......................

Kepala Subdit/Bagian Umum/


KPPN*)

(.......................................)

*) coret yang tidak perlu.


**) hardcopy dokumen sumber tidak perlu dilampirkan.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 74


BAB XII
SURAT KETERANGAN UNTUK MENDAPATKAN TUNJANGAN KELUARGA,
LAPORAN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN DAN LAPORAN PEGAWAI
MENINGGAL DUNIA

A. DASAR HUKUM
1. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1967 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil
Republik Indonesia Tahun 1968 (PGPS Tahun 1968);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1980 tentang Perubahan Pertama Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil Mengenai
Perubahan Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1992 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil
4. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN.

B. SURAT KETERANGAN UNTUK MENDAPATKAN TUNJANGAN KELUARGA


(FORMULIR DA.01.04 / KP.4)
1. Setiap awal tahun anggaran dan atau setiap ada perubahan anggota keluarga (termasuk
suami/isteri/anak meninggal dunia), seluruh pegawai negeri (termasuk calon pegawai)
diwajibkan melaporkan susunan keluarganya untuk memperoleh tunjangan keluarga dengan
mengisi formulir DA.01.04 (KP4);
2. Seluruh anggota keluarga (anak kandung/tiri/angkat) agar dimasukkan dalam formulir
DA.01.04 (KP4) meskipun jumlah anak yang ditanggung hanya satu atau dua orang anak;
3. Mengingat batas usia anak yang berhak memperoleh tunjangan, maksimum adalah 20 tahun,
maka bagi pegawai yang mempunyai anak berusia 21 sampai 25 tahun dan masih mengikuti
pendidikan serta masih dimintakan tunjangan anak, diwajibkan melampirkan surat
keterangan dari sekolah/perguruan tinggi/kursus di tempat yang bersangkutan;
4. Formulir DA.01.04 (KP4) tersebut agar terlebih dahulu diperiksa dan ditandatangani oleh
atasan yang bersangkutan serendah-rendahnya pejabat eselon III. Formulir tersebut agar
disampaikan kepada Petugas Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai (PPABP) masing-
masing selambat-lambatnya tanggal 5 Januari tiap tahunnya dan tembusan disampaikan
kepada Bagian Administrasi Kepegawaian;
5. Perlu diingatkan bahwa kepada pegawai yang terlambat atau tidak menyampaikan formulir
DA.01.04 (KP4) tersebut, akan mengakibatkan diberhentikannya pembayaran tunjangan
keluarga.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 75


6. Anak kandung/tiri/angkat yang telah berusia 21 tahun hingga 25 tahun dapat ditanggung dan
mendapatkan tunjangan anak, dengan persyaratan sebagai berikut :
a. Melampirkan surat pernyataan dari Kepala Sekolah/Kursus/Perguruan Tinggi yang
menyatakan anak tersebut masih sekolah/kursus/kuliah;
b. Masa pelajaran pada sekolah/kursus/perguruan tinggi tersebut sekurang-kurangnya satu
tahun;
c. Belum pernah kawin;
d. Tidak mempunyai penghasilan sendiri;
e. Nyata-nyata menjadi tanggungan orang tuanya;
f. Tidak menerima beasiswa.

C. LAPORAN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN


1. Pegawai yang melaksanakan perkawinan pertama, wajib memberitahukan perihal
perkawinan tersebut secara tertulis kepada Sekretaris Ditjen Perbendaharaan melalui saluran
hirarkis selambat-lambatnya satu tahun setelah perkawinan dilaksanakan (format terlampir);
2. Ketentuan pada angka 1 berlaku pula bagi pegawai yang telah menjadi duda/janda yang
melaksanakan perkawinan berikutnya (format terlampir);
3. Pegawai yang akan melakukan perceraian wajib memperoleh Izin Perceraian (Pegawai
sebagai Penggugat) atau Surat Keterangan untuk Melakukan Perceraian (Pegawai sebagai
Tergugat) terlebih dahulu dari pejabat berwenang, yaitu :
a. Menteri Keuangan untuk pegawai golongan III/a keatas;
b. Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan untuk pegawai golongan II/d kebawah
lingkup Kantor Pusat dan Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan golongan II/d kebawah
untuk pegawai lingkup kantor wilayah berkenaan;
4. Pegawai Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang telah bercerai berdasarkan putusan
Pengadilan Agama atau Pengadilan Negeri, wajib melaporkan perceraiannya kepada
pimpinan unit kerja dan kepada Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan u.p. Bagian
Administrasi Kepegawaian selambat-lambatnya satu bulan sejak diterbitkannya Akta
Perceraian (format terlampir);
5. Laporan perceraian dibuat dalam rangkap 4 (empat) yang disampaikan untuk Pejabat yang
mengeluarkan Keputusan Izin Perceraian, Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan u.p.
Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian, atasan langsung pegawai yang bersangkutan dan
Badan Kepegawaian Negara.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 76


D. LAPORAN PEGAWAI MENINGGAL DUNIA
1. Pegawai yang meninggal dunia wajib dilaporkan oleh pimpinan unit kerja secara hirarkis
kepada Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Kepala Bagian Administrasi
Kepegawaian (format terlampir);
2. Laporan meninggal dunia, sekurang-kurangnya memuat informasi sebagai berikut :
a. Identitas pegawai (Nama, NIP, Pangkat/Golongan, Jabatan, Unit Organisasi)
b. Keterangan meninggal (penyebab, tempat dan waktu meninggal dunia);
c. Keterangan mengenai anggota keluarga yang ditinggalkan;
d. Informasi mengenai tempat pemakaman/penguburan.
3. Pegawai yang meninggal dunia mendapat hak-hak kepegawaian dan keuangan sesuai
ketentuan yang berlaku.

E. CONTOH FORMAT DOKUMEN

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 77


Permohonan Izin Perkawinan

................., ......................

Perihal : Permohonan Izin Kepada


Perkawinan Yth. Bapak Kepala .............
di
……………………

Dengan hormat :
Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :
NIP :
Jabatan/Unit Kerja :
Tempat/Tanggal Lahir :
Agama :
Status :
Alamat :

Bersama ini mohon perkenan Bapak ........... untuk dapatnya memberikan izin pernikahan
pertama/kedua*) kami besok pada :

Hari :
Tanggal :
Tempat :

Dengan seorang wanita/pria*)

Nama :
Pekerjaan :
Tempat/Tanggal Lahir :
Status :
Alamat :

Demikian untuk menjadikan periksa dan atas perkenan Bapak kami ucapkan terima kasih dan
bersama ini pula kami lampirkan persyaratannya.

Mengetahui
Atasan Langsung Hormat Saya

(.......................................) (...............................)
NIP............................... NIP..........................

*) Coret yang tidak perlu

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 78


BIODATA ORANG TUA

I. BAPAK KANDUNG
Nama :
Tempat/Tanggal Lahir :
Pekerjaan :
Agama :
Alamat :

IBU KANDUNG
Nama :
Tempat/Tanggal Lahir :
Pekerjaan :
Agama :
Alamat :

II.BAPAK MERTUA
Nama :
Tempat/Tanggal Lahir :
Pekerjaan :
Agama :
Alamat :

IBU MERTUA
Nama :
Tempat/Tanggal Lahir :
Pekerjaan :
Agama :
Alamat :

Mengetahui
Atasan Langsung Hormat Saya

(.......................................) (...............................)
NIP............................... NIP..........................

Lampiran :
1. Foto copy Kartu Susunan Keluarga (KSK) Orang Tua
2. Foto Copy KTP yang bersangkutan
3. Pas Foto ukuran 3 X 4
4. Masing-masing lampiran dibuat dalam rangkap 1 (satu) lembar

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 79


Laporan Perkawinan Pertama

………………, ……………

Kepada
Yth. Bapak …………….
di –
…………………..

LAPORAN PERKAWINAN PERTAMA

1. Yang bertanda tangan di bawah ini :


a. Nama :
b. NIP :
c. Pangkat/Gol Ruang :
d. Jabatan/Pekerjaan :
e. Satuan Organisasi :
f. Instansi :
g. Jenis Kelamin :
h. Tempat/Tanggal Lahir :
i. Agama :
j. Alamat :

Dengan ini diberitahukan dengan hormat, bahwa saya :


a. Pada tanggal :
b. Di :
Telah melangsungkan perkawinan yang pertama dengan pria/wanita*) sebagai berikut
di bawah ini:
a. Nama :
b. NIP :
c. Pangkat/Gol Ruang :
d. Jabatan/Pekerjaan :
e. Satuan Organisasi :
f. Instansi :
g. Tempat/Tanggal Lahir :
h. Agama :
i. Alamat :

2. Sebagai tanda bukti bersama ini saya lampirkan :


a. Salinan sah Surat Nikah dalam rangkap 5;
b. Pas Foto Isteri/Suami*), ukuran 3 X 4 cm sebanyak 5 lembar;
3. Berhubungan dengan itu, maka saya mengharapkan agar :
a. Dicatat perkawinan tersebut dalam Daftar Keluarga saya.
b. Diselesaikan pemberian karis/karsu*) bagi isteri/suami*) saya
4. Demikian laporan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk dapat digunakan sebagaimana
mestinya.

Hormat Saya

*) Coret yang tidak perlu


.....................................
Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 80
Laporan Perkawinan Janda/Duda

…………., ………………..

Kepada
Yth. Bapak………………….
di –
…………………..

LAPORAN PERKAWINAN JANDA/DUDA

1. Yang bertanda tangan di bawah ini :


a. Nama :
b. NIP :
c. Pangkat/Gol Ruang :
d. Jabatan/Pekerjaan :
e. Satuan Organisasi :
f. Instansi :
g. Jenis Kelamin :
h. Tempat/Tanggal Lahir :
i. Agama :
j. Alamat :

Dengan ini diberitahukan dengan hormat, bahwa saya :


a. Pada tanggal :
b. Di :
Telah melangsungkan perkawinan yang ……… dengan pria/wanita*) sebagai berikut
di bawah ini :
a. Nama :
b. NIP :
c. Pangkat/Gol Ruang :
d. Jabatan/Pekerjaan :
e. Satuan Organisasi :
f. Instansi :
g. Tempat/Tanggal Lahir :
h. Agama :
i. Alamat :

2. Sebagai tanda bukti bersama ini saya lampirkan :


a. Salinan sah Surat Nikah dalam rangkap 3 lembar
b. Pas Foto Isteri/Suami*), ukuran 3 X 4 cm sebanyak 3 lembar
3. Berhubungan dengan itu, maka saya mengharapkan agar :
a. Dicatat perkawinan tersebut dalam Daftar Keluarga saya.
b. Diselesaikan pemberian karis/karsu*) bagi isteri/suami*) saya
4. Demikian laporan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk dapat digunakan sebagaimana
mestinya.

Hormat Saya

*) Coret yang tidak perlu

..........................................

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 81


Laporan Perceraian
....……., ………………..

Kepada
Yth. ............………………….
di –
…………………..

LAPORAN PERCERAIAN

1. Yang bertandatangan dibawah ini :

a. Nama :
b. NIP/Nomor Identitas *1) :
c. Pangkat/Golongan Ruang :
d. Jabatan :
e. Unit Organisasi :
f. Agama/Kepercayaan
terhadap Tuhan YME :

dengan ini melaporkan dengan hormat, bahwa sesuai Keputusan ......................*2) Nomor
.............. tanggal ................. tentang Pemberian Izin Perceraian dan Akta Perceraian dari
Pengadilan Agama/Pengadilan Negeri *3) .............................. Nomor ............... tanggal
............., saya telah melakukan perceraian dengan isteri/suami *3) saya:

a. Nama :
b. NIP/Nomor Identitas *1) :
c. Pangkat/Golongan Ruang *4) :
d. Jabatan *4) :
e. Unit Organisasi *4) :
f. Agama :
g. Tanggal Perkawinan :
h. Alamat :

2. Bersama ini saya lampirkan salinan sah surat cerai/akta perceraian dalam rangkap ......
(......................);

3. Demikian untuk dimaklumi dan digunakan sebagaimana mestinya.

Hormat saya,

....................................................
NIP ..............................................
Catatan :
*1) Cantumkan NIP bagi PNS atau Nomor Identitas bagi pegawai lainnya (Non PNS);
*2) Cantumkan nama jabatan dari pejabat yang menerbitkan keputusan cerain;
*3) Coret yang tidak perlu;
*4) Hanya diisi apabila bersangkutan PNS.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 82


Laporan Meninggal Dunia

KOP SURAT

Nomor : .................., ...............................


Sifat :
Lampiran :
Hal : Laporan Meninggal Dunia a.n.
........................ NIP ...................................

Yth. Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan


u.p. Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian
Jakarta

Berkenaan dengan Surat Keterangan Kematian dari *1)..............................................,


dengan ini kami beritahukan bahwa pada tanggal ... bulan ..... tahun ...... bertempat di
........................ telah meninggal dunia karena *2).......................... pegawai dengan data sebagai
berikut :
a. Nama :
b. NIP :
c. Pangkat/Golongan Ruang :
d. Jabatan :
e. Unit Organisasi :

Pada kesempatan ini kami beritahukan bahwa almarhum meninggalkan .... suami/isteri
..... anak dan telah bekerja pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan selama ...... tahun.
Selanjutnya, almarhum akan/telah *3) dikebumikan pada tanggal ... bulan ..... tahun ......
bertempat di .........................

Demikian kami laporkan, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Direktur/Kepala Kanwil/Kepala KPPN .........

....................................................
NIP ..............................................

Catatan :
*1) Rumah Sakit atau Kelurahan/Kecamatan tempat pegawai meninggal dunia;
*2) Penyebab meninggal dunia;
*3) Coret yang tidak perlu.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 83


BAB XIII
PROSEDUR TEKNIS IZIN PERCERAIAN DAN
SURAT KETERANGAN UNTUK MELAKUKAN PERCERAIAN

A. DASAR HUKUM
1. PP Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi PNS;
2. PP Nomor 45 Tahun 1990 tentang Perubahan PP Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin
Perkawinan dan Perceraian bagi PNS;
3. Surat Edaran BKN Nomor : 48/SE/1990 tanggal 22 Desember 1990 Hal Petunjuk
Pelaksanaan PP Nomor 45 Tahun 1990 tentang Perubahan PP Nomor 10 Tahun 1983 tentang
Izin Perkawinan dan Perceraian bagi PNS;
4. Instruksi Menteri Keuangan Nomor : 01/IMK.01/2009 tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan
Penegakan Disiplin PNS Di Lingkungan Departemen Keuangan;
5. Surat Edaran Sekretaris Jenderal Departemen Keuangan Nomor : SE-145/SJ/2008 tanggal 18
Februari 2008 tentang Kelengkapan Dokumen dalam Usul Penjatuhan Hukuman Disiplin,
Pensiun, Perceraian, Ralat Nama/Tahun Kelahiran dan Cuti Di Luar Tanggungan Negara.

B. IZIN PERCERAIAN
1. PNS yang akan melakukan perceraian wajib terlebih dahulu memperoleh izin atau surat
keterangan dari pejabat yang berwenang.
a. Izin Perceraian adalah surat izin perceraian dari pejabat berwenang bagi PNS pria/wanita
selaku penggugat.
b. Surat Keterangan untuk melakukan Perceraian adalah surat keterangan untuk melakukan
perceraian bagi PNS pria/wanita yang digugat cerai oleh isteri/suaminya.
2. Dalam hal terjadi gugatan cerai, maka :
a. PNS yang berkedudukan sebagai penggugat wajib mengajukan permohonan izin tertulis
kepada atasan untuk melakukan perceraian.
b. PNS yang berkedudukan sebagai tergugat wajib memberitahukan secara tertulis adanya
gugatan cerai dari isteri/suami.
3. Permohonan izin/keterangan disampaikan secara tertulis melalui saluran hirarkis, dengan
memuat alasan-alasan yang mendasari permohonan tersebut.
4. Atasan yang menerima permohonan izin wajib memberikan pertimbangan dan
meneruskannya kepada Pejabat yang berwenang melalui saluran hirarkis dalam jangka waktu
paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung mulai tanggal permohonan izin diterima.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 84


5. Pejabat yang menerima permohonan izin wajib memperhatikan alasan yang dikemukakan
PNS dan pertimbangan yang disampaikan atasan PNS sebelum mengambil keputusan
dan/atau apabila diperlukan meminta keterangan tambahan dari isteri/suami PNS yang
mengajukan permohonan izin atau dari pihak lain yang berkompeten sebagai bentuk
kewajiban merukunkan kembali kedua belah pihak.
6. Untuk membantu Pejabat dalam melaksanakan kewajibannya agar dibentuk Tim Pelaksana
Peraturan PP No. 10 Tahun 1983 dan PP No. 45 Tahun 1990.
7. Pejabat yang berwenang memberikan atau menolak izin perceraian atau surat keterangan
untuk melakukan peceraian adalah sebagai berikut :
a. Bagi PNS berpangkat Juru Muda (Gol/ I/a) sampai dengan Pengatur Tk. I (Gol. II/d)
adalah kewenangan Pejabat Eselon II (Setditjen Perbendaharaan untuk lingkup Kantor
Pusat atau Kepala Kanwil untuk wilayah kerja kantor wilayahnya)
b. Bagi PNS berpangkat Penata Muda (Gol. III/a) keatas adalah kewenangan Menteri
Keuangan.
8. PNS hanya dapat melakukan peceraian apabila ada alasan yang sah, yakni salah satu atau
lebih sebagai berikut :
Alasan Dasar Pembuktian
 Putusan Pengadilan
 Surat Pernyataan (ditandatangani paling sedikit 2
Salah satu pihak berzina

orang saksi dewasa dan disahkan pejabat setempat

 Diketahui oleh salah satu pihak dengan tertangkap


minimal Camat)

 Surat Pernyataan (ditandatangani paling sedikit 2


tangan
Salah satu pihak pemabok, pemadat, atau
penjudi yang sulit disembuhkan orang saksi dewasa dan disahkan pejabat setempat

 Surat Keterangan dari Dokter Pemerintah atau Polisi


minimal Camat)

Salah satu pihak telah meninggalkan pihak lain 2 Surat Pernyataan dari Lurah/Kepala Desa yang disahkan
(dua) tahun berturut-turut dengan tanpa izin dan oleh pejabat setempat, minimal Camat
alasan sah serta hal lain diluar kemampuannya
Salah satu pihak dihukum penjara 5 (lima) tahun Putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap
atau lebih secara terus menerus setelah
perkawinan berlangsung
Melakukan Kekerasan Dalam Rumah Tangga visum et repertum dari Dokter Pemerintah
(KDRT) atau penganiayaan berat

Terjadi perselisihan dan pertengkaran terus Surat Pernyataan dari Lurah/Kepala Desa yang disahkan
menerus yang tidak terdapat harapan untuk oleh pejabat setempat, minimal Camat
hidup berumah tangga secara rukun

9. Izin untuk bercerai hanya dapat diberikan apabila :


a. Tidak bertentangan dengan ajaran agama/kepercayaan yang dianut PNS bersangkutan;
b. Memenuhi salah satu persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka 8;
c. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan/atau;
d. Alasan yang dikemukakan tidak bertentangan dengan akal sehat.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 85


10. Permohonan izin perceraian hanya ditolak apabila :
a. Bertentangan dengan ajaran agama/kepercayaan yang dianut PNS bersangkutan;
b. Tidak memenuhi salah satu persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka 8;
c. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan/atau;
d. Alasan yang dikemukakan bertentangan dengan akal sehat.
11. Permohonan cerai tidak diberikan apabila didasarkan pada alasan bahwa salah satu pihak
mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajiban
sebagai suami/isteri.
12. Kelengkapan dokumen yang harus dipenuhi antara lain sebagai berikut :
A. Izin Perceraian
a. Permohonan izin cerai yang bersangkutan
b. Usul unit
c. Surat Keterangan Lurah yang diketahui serendah-rendahnya oleh Camat
(untuk alasan pertengkaran dan suami/isteri meninggalkan pasangannya lebih dari 2
tahun berturut-turut)
d. Surat putusan pengadilan (untuk alasan Suami/Isteri ditahan)
e. Visum et repertum dari dokter pemerintah
f. Surat keterangan Dokter/Polisi
(e & f untuk alasan Kekerasan Dalam Rumah Tangga/KDRT)
g. Surat Keterangan 2 (dua) orang saksi dewasa yang diketahui Camat setempat
h. Putusan Pengadilan
(g & h untuk alasan salah satu pihak pemabuk/pemadat/penjudi)
i. Pernyataan minimal 2 (dua) orang saksi dewasa yang diketahui camat
j. Laporan tertulis salah satu pihak (Suami/isteri)
(i& j untuk alasan perzinahan)
k. BAP (Berita Acara Permintaan Keterangan)
B. Surat Keterangan untuk melakukan perceraian
a. Surat Pemberitahuan adanya gugatan cerai
b. Usul unit
c. BAP (Berita Acara Permintaan Keterangan)
d. Relaas dari Pengadilan Agama/Pengadilan Negeri
13. Keputusan Pejabat yang berwenang untuk menetapkan pemberian atau penolakan izin kepada
PNS untuk melakukan perceraian ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung mulai
tanggal permohonan izin diterima.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 86


14. Pejabat yang berwenang dijatuhi hukuman disiplin berat, apabila yang bersangkutan lalai
dalam mengambil keputusan pemberian izin/penolakan kepada PNS untuk melakukan
perceraian.
15. Setelah melakukan perceraian, PNS wajib melaporkan perceraian paling lambat 1 (satu)
bulan terhitung mulai tanggal perceraian.
16. Bagi PNS yang melakukan perceraian tanpa memperoleh izin/keterangan dari pejabat yang
berwenang dijatuhi salah satu hukumam disiplin berat.

C. CONTOH FORMAT DOKUMEN

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 87


Surat Permintaan Izin Untuk Melakukan Perceraian

…………, ……………………

Kepada
Yth. Pejabat Yang Berwenang
melalui
………………………………
......................

SURAT PERMINTAAN IZIN UNTUK MELAKUKAN PERCERAIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


a. Nama :
b. N I P :
c. Pangkat/Golongan :
d. Jabatan :
e. Unit Organisasi :
f. Tempat/Tgl. Lahir :
g. Agama :
h. Alamat :
Dengan ini mengajukan permintaan agar saya diizinkan untuk melakukan perceraian dengan
suami/isteri *) saya :
1. Nama :
2. N I P **) :
3. Pangkat/Golongan **) :
4. Jabatan **) :
5. Unit Organisasi **) :
6. Tempat/Tgl. Lahir :
7. Agama :
8. Alamat :
Adapun alasan yang mendasari permintaan izin untuk melakukan perceraian adalah :
1. ……………………………………………………..
2. ……………………………………………………..
3. ……………………………………………………..
Demikian surat permintaan izin ini saya buat dengan sesungguhnya dan agar dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Yang meminta Izin

…………………………….
NIP ……………………….

*) Coret yang tidak perlu;


**) Hanya diisi apabila bersangkutan PNS.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 88


Surat Pemberitahuan Adanya Gugatan Perceraian

……………..,………….

Kepada
Yth. .............................
di …………..

SURAT PEMBERITAHUAN ADANYA GUGATAN PERCERAIAN

1. Yang bertanda-tangan dibawah ini :


a. Nama :
b. NIP/Nomor Identitas :
c. Pangkat/Gol ruang :
d. Jabatan :
e. Satuan Organisasi :
f . Tanggal Lahir :
g. Agama :
h. Alamat :
memberitahukan dengan hormat, bahwa saya telah digugat dalam perkara perceraian oleh
suami/isteri *) saya :
a. Nama :
b. NIP/No. Identitas **) :
c. Pangkat/Gol ruang **) :
d. Jabatan **) :
e. Agama :
f. Alamat :
2. Sebagai bahan pertimbangan maka bersama ini saya lampirkan :
a. Surat gugatan perceraian
b. Relaas Pengadilan …….………………………………
Demikian pemberitahuan adanya gugatan perceraian ini agar dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Yang Memberitahukan,

………………............
NIP .............................

*) Coret yang tidak perlu;


**) Hanya diisi apabila bersangkutan PNS.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 89


Surat Pernyataan Gugatan Cerai

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Tempat/Tanggal Lahir :
Alamat :
Dengan ini saya mengajukan gugatan cerai kepada suami :
Nama :
Tempat/Tanggal Lahir :
Alamat :

Dikarenakan suami telah


………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………….

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

………,………………….. 2011

………………………………

Saksi-saksi :

1. ………………. :

2. ……………… :

Tanggal : Tanggal :
Nomor : Nomor :

Mengetahui Mengesahkan
Camat …………………… Kepala Desa/Lurah ……………

…………………………. …………………………
NIP NIP

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 90


Surat Panggilan

KOP SURAT

SURAT PANGGILAN
Nomor : ……………………

Kepada Yth :
Sdr. …………………………
……………………………….
………………….

Sehubungan dengan Surat Permintaan Izin Untuk Melakukan Perceraian


Sdr. …………………. NIP. ………… pegawai Direktorat/Kanwil/KPPN
………………………………, dengan ini kami memanggil Saudara untuk datang menemui kami
selaku Tim Penyelesaian Izin Perceraian pada :

Hari / Tanggal :
Tempat :
Waktu :

Demikian untuk diketahui dan dilaksankan dengan penuh kesadaran.

Dikeluarkan di ................
Pada tanggal ………………...
Direktur/Kakanwil/Ka KPPN

…………………………
NIP …………………….

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 91


Berita Acara Permintaan Keterangan

KOP SURAT

BERITA ACARA PERMINTAAN KETERANGAN


Nomor : BA- ………………….

Pada hari ini, …………… tanggal …………. bulan …………. Tahun ………………….,
bertempat di ………………………………………., Tim Tim Penyelesaian Izin Perceraian yang
terdiri dari :
1. Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :

2. Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :

3. Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :

Berdasarkan Surat Keputusan/Nota Dinas Direktur ………………………… Nomor :


…………………………….. tanggal ……………….. dan Surat Panggilan Direktur Nomor :
…………………………….. tanggal ……………….. melakukan klarifikasi/permintaan
keterangan kepada :

Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :

Sehubungan dengan Surat Permintaan Izin Untuk Melakukan Perceraian terhadap suami/isterinya
………………………………………… dengan hasil klarifikasi/permintaan keterangan sebagai
berikut :
1. Pertanyaan : Apakah Sdri. dalam kondisi sehat saat ini ?
Jawaban :
2. Pertanyaan : Apakah Sdri. mengetahui tujuan dipanggil saat ini ?
Jawaban :
3. Pertanyaan : Sebelum Sdri. menjawab pertanyaan yang diajukan Tim. Apakah
Sdri. bersedia memberikan keterangan dengan sejujurnya karena
pernyataan yang Sdri. sampaikan tidak hanya
dipertanggungjawabkan kepada Tim, tetapi juga
dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Jawaban :
4. Pertanyaan : Sudah berapa lama Sdri. menjalani usia perkawinan ? Apakah
Sdri. dikaruniai anak dari hasil perkawianan dimaksud ?
Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 92
Jawaban :
5. Pertanyaan : Menanggapi surat permintaan izin untuk melakukan perceraian
yang Sdri. ajukan tertanggal ……………… kepada Direktur
……………. Tim memerlukan keterangan guna melengkapi hal
dimaksud.
Apakah perceraian tersebut yang diperbolehkan Allah tapi tidak
disukai Allah tetap Sdri. laksanakan ?
Jawaban :
6. Pertanyaan : Dalam surat permintaan izin untuk melakukan perceraian, Sdri.
memberikan alasan sebagai berikut :
…………………………………………….
…………………………………………….
…………………………………………….
Bisakah Sdri. jelaskan secara rinci alasan tersebut diatas ?
Jawaban :
7. Pertanyaan : Selain alasan-alasan tersebut diatas, apakah ada hal-hal lain yang
mendorong Sdri. mengajukan surat permintaan izin untuk
melakukan perceraian ?
Jawaban :

8. Pertanyaan : (Pertanyaan dapat dikembangkan sesuai kebutuhan)


Jawaban :
9. Pertanyaan :
Jawaban :
10. Pertanyaan :
Jawaban :
11. Pertanyaan :
Jawaban :
12. Pertanyaan :
Jawaban :
13. Pertanyaan : Apakah masih terjalin komunikasi antara suami dan Sdri. ? hal-
hal apa saja yang biasanya dibicarakan ?
Jawaban :
14. Pertanyaan : Apakah suami telah mengetahui bahwa Sdri. telah mengajukan
surat permintaan izin untuk melakukan perceraian ?
Jawaban :
15. Pertanyaan : Bila suami sudah mengetahui hal tersebut, bagaimana tanggapan
yang bersangkutan ?
Jawaban :
16. Pertanyaan : Bagaimana tanggapan putra/putri Sdri. mengenai niat perceraian
antara Sdri. dan suami ? apakah mereka mendukung hal tersebut ?
Jawaban :
17. Pertanyaan : Dari putra/putri Sdri dan suami, siapakah yang membela Sdri. ?
Jawaban :
18. Pertanyaan : Ha-hal apa saja yang telah suami upayakan untuk memperbaiki
rumah tangga ?
Jawaban :
19. Pertanyaan : Setelah dilakukan upaya dimaksud, apakah suami Sdri.
menginginkan perceraian tersebut ?
Jawaban :
20. Pertanyaan : Apakah selama ini antara Sdri. dan suami sering terjadi
kecekcokan/pertengkaran ?

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 93


Jawaban :
21. Pertanyaan : Bila masih sering terjadi pertengkaran, apa penyebabnya ?
Jawaban :

22. Pertanyaan : Dari Surat Pernyataan yang anda buat, selain disahkan Kepala
Desa/Lurah dan diketahui Camat setempat ditandatangani juga
oleh saksi-saksi. Apa hubungan Sdri. dengan saksi-saksi tersebut?
Jawaban :
23. Pertanyaan : Sejauh mana saksi-saksi tersebut mengetahui kondisi rumah
tangga sdri dan suami ?
Jawaban :
24. Pertanyaan : Apakah Sdri. bersedia mendatangkan saksi-saksi tersebut
dihadapan Tim apabila diperlukan untuk dimintai keterangan ?
Jawaban :
25. Pertanyaan : Mengingat usia perkawinan yang telah Sdri jalani bersama suami
dan mempertimbangkan masa depan putra/putri Sdri., apakah
tidak lebih baik untuk memperbaiki kembali hubungan/ rukun
kembali dan tidak melanjutkan proses perceraian ?
Jawaban :
26. Pertanyaan : Apakah hal-hal lain yang ingi Sdri. kemukakan ?
Jawaban :
27. Pertanyaan : Apakah dalam memberikan keterangan ini Sdri. merasa ditekan ?
Jawaban :
28. Pertanyaan : Apakah Sdri. bersedia untuk dikonfrontir dengan suami ?
Jawaban :
29. Pertanyaan : Apakah sewaktu-waktu Sdri. bersedia untuk dimintai keterangan
lagi ?
Jawaban :
30. Pertanyaan : Apakah Sdri. bersedia menandatangani Berita Acara Permintaan
Keterangan ini ?
Jawaban :

Demikian berita acara ini dibuat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Yang Menerangkan

………………………………
NIP …………………………

Tim Penyelesaian Izin Perceraian

……………………… …………………… ……………………


NIP NIP NIP

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 94


BAB XIV
PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI

A. DASAR HUKUM
1. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS;
2. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 21 Tahun 2010 tentang Ketentuan
Pelaksanaan PP Nomor 53 Tahun 2010;
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41/PMK.01/2011 tentang Penegakan Disiplin Dalam
Kaitannya Dengan Pemberian Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara Kepada PNS
di Lingkungan Kementerian Keuangan;
4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 174/KMK.01/2011 tentang Penunjukan Inspektur
Jenderal Sebagai Pejabat Yang Berwenang Untuk Membentuk Tim Pemeriksa Dalam Rangka
Penjatuhan Hukuman Disiplin Sedang dan Berat di Lingkungan Kementerian Keuangan;
5. Instruksi Menteri Keuangan Nomor 289/IMK.01/2011 tentang Pemberian atau Penolakan
Izin Masuk Bekerja dan Melaksanakan Tugas bagi PNS di Lingkungan Kementerian
Keuangan yang Dijatuhi Hukuman Disiplin Berupa Pemberhentian dan Mengajukan Banding
Administratif ke Badan Pertimbangan Kepegawaian;
6. Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor S-4921/PB/2011 tanggal 18 Mei 2011 hal
Tata Cara Penanganan Kasus Pelanggaran Disiplin.

B. PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI


1. Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS yang tidak menaati
kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin PNS, baik yang dilakukan di
dalam maupun di luar jam kerja.
2. Tata cara pemanggilan, pemeriksaan, penjatuhan dan penyampaian keputusan hukuman
disiplin sebagai berikut:
a. Umum

1) Sebelum menjatuhkan hukuman disiplin, atasan langsung wajib memeriksa lebih


dahulu PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin;
2) Untuk ancaman hukuman disiplin sedang dan berat dapat dibentuk Tim Pemeriksa
yang terdiri dari atasan langsung, unsur pengawasan, dan unsur kepegawaian atau
pejabat lain yang ditunjuk;
3) Tim Pemeriksa dibentuk oleh Pejabat Pembina Kepegawaian (Menteri) atau pejabat
lain yang ditunjuk (Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan);

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 95


4) Tujuan pemeriksaan adalah untuk mengetahui apakah PNS yang bersangkutan benar
atau tidak melakukan pelanggaran disiplin, dan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mendorong atau menyebabkan PNS yang bersangkutan melakukan pelanggaran
disiplin serta untuk mengetahui dampak atau akibat dari pelanggaran disiplin tersebut;
5) Pemeriksaan harus dilakukan dengan teliti dan obyektif, sehingga pejabat yang
berwenang menghukum dapat mempertimbangkan dengan seksama tentang jenis
hukuman disiplin yang akan dijatuhkan kepada PNS yang bersangkutan.

b. Pemanggilan Pemeriksaan

1) PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin, dipanggil secara tertulis untuk
diperiksa oleh atasan langsung atau Tim Pemeriksa paling lambat 7 (tujuh) hari kerja
sebelum tanggal pemeriksaan;
2) Apabila PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin pada tanggal yang
seharusnya yang bersangkutan diperiksa tidak hadir, maka dilakukan pemanggilan
kedua paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal seharusnya yang bersangkutan
diperiksa pada pemanggilan pertama;
3) Apabila pada tanggal pemeriksaan yang ditentukan dalam surat pemanggilan kedua
PNS yang bersangkutan tidak hadir juga, maka pejabat yang berwenang menghukum
menjatuhkan hukuman disiplin berdasarkan alat bukti dan keterangan yang ada tanpa
dilakukan pemeriksaan.
c. Pemeriksaan

1) Pemeriksaan dilakukan secara tertutup dan hasilnya dituangkan dalam Berita Acara
Pemeriksaan (BAP);
2) BAP setidaknya memuat fakta 5 W dan 1 H, yaitu Who, What, When, Where, Why,
dan How :
a. Siapa yang melakukan pelanggaran disiplin;
b. Apakah pelanggaran disiplin yang dilakukan;
c. Kapan terjadinya;
d. Dimana terjadinya;
e. Mengapa pegawai tersebut melakukan pelanggaran disiplin (faktor yang
mendorong);
f. Bagaimana pelanggaran disiplin tersebut terjadi (modusnya);

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 96


3) Apabila diperlukan, untuk mendapatkan keterangan yang lebih lengkap dan dalam
upaya menjamin obyektifitas dalam pemeriksaan, atasan langsung, tim pemeriksa atau
pejabat yang berwenang menghukum dapat meminta keterangan dari orang lain;
4) BAP harus ditandatangani oleh atasan langsung atau Tim Pemeriksa dan PNS yang
diperiksa;
5) Apabila PNS yang diperiksa tidak bersedia menandatangani BAP, maka BAP tersebut
cukup ditandatangani oleh pemeriksa, dengan memberikan catatan dalam BAP,
bahwa PNS yang diperiksa tidak bersedia menandatangani BAP dan BAP tetap
dijadikan dasar untuk menjatuhkan hukuman disiplin;
6) PNS yang telah diperiksa berhak mendapat foto kopi BAP;
d. Penjatuhan hukuman disiplin

1) Setiap penjatuhan hukuman disiplin ditetapkan dengan keputusan pejabat yang


berwenang menghukum dan dalam keputusan hukuman disiplin dimaksud harus
disebutkan pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh PNS yang bersangkutan;
2) Pejabat yang berwenang menghukum adalah pejabat yang diberi wewenang
menjatuhkan hukuman disiplin kepada PNS yang melakukan pelanggaran disiplin
sesuai Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010;
3) Apabila menurut hasil pemeriksaan, ternyata kewenangan untuk menjatuhkan
hukuman disiplin kepada PNS tersebut merupakan kewenangan :
a) atasan langsung yang bersangkutan, maka atasan langsung tersebut wajib
menjatuhkan hukuman disiplin;
b) pejabat yang lebih tinggi, maka atasan langsungnya wajib melaporkan secara
hirarkis disertai dokumen sebagai berikut:
 Surat Panggilan Pemeriksaan I dan II;
 Berita Acara Pemeriksaan (BAP);
 Laporan kewenangan penjatuhan hukuman disiplin dari atasan langsung;
 Salinan sah keputusan CPNS dan pangkat terakhir;
 Bukti-bukti pelanggaran disiplin
Contoh : Daftar Kehadiran Pegawai dan lain lain.
e. Penyampaian hukuman disiplin

1) Keputusan hukuman disiplin disampaikan secara tertutup oleh pejabat yang


berwenang menghukum atau pejabat lain yang ditunjuk paling lambat 14 (empat
belas) hari kerja sejak keputusan ditetapkan, dengan ketentuan bahwa pejabat yang
Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 97
ditunjuk dimaksud jabatan dan pangkatnya tidak boleh lebih rendah dari PNS yang
bersangkutan;
2) PNS yang bersangkutan dipanggil secara tertulis untuk hadir menerima keputusan
hukuman disiplin;
3) Dalam hal PNS yang dijatuhi hukuman disiplin tidak hadir pada saat penyampaian
keputusan, maka keputusan hukuman disiplin dikirim kepada yang bersangkutan
melalui alamat terakhir yang diketahui dan tercatat di unit kerjanya.

C. KETENTUAN MASUK KERJA DAN MENAATI KETENTUAN JAM KERJA


1. Pegawai yang tidak masuk bekerja, terlambat masuk bekerja (TL), dan/atau pulang sebelum
waktunya (PSW) tanpa alasan yang sah dikenakan sanksi yang diatur sebagai berikut:
a. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41/PMK.01/2011 tentang Penegakan
Disiplin Dalam Kaitannya Dengan Pemberian Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan
Negara Kepada Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Kementerian Keuangan, yaitu:

No. Lamanya tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah Jenis Sanksi

1. Selama 4 hari kerja Peringatan Tertulis

Peringatan Tertulis diberikan oleh atasan langsung pegawai yang bersangkutan.


b. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil, yaitu:
Lamanya tidak masuk kerja
No. Jenis Hukuman Disiplin
tanpa alasan yang sah

Hukuman Disiplin Tingkat Ringan


1. Selama 5 hari kerja Teguran lisan
2. Selama 6 s.d. 10 hari kerja Teguran tertulis
3. Selama 11 s.d. 15 hari kerja Pernyataan tidak puas secara tertulis
Hukuman Disiplin Tingkat Sedang
4. Selama 16 s.d. 20 hari kerja Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun
5. Selama 21 s.d. 25 hari kerja Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun
6. Selama 26 s.d. 30 hari kerja Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun
Hukuman Disiplin Tingkat Berat
7. Selama 31 s.d. 35 hari kerja Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun
Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih
8. Selama 36 s.d. 40 hari kerja
rendah
9. Selama 41 s.d. 45 hari kerja Pembebasan dari jabatan

10. Selama 46 hari kerja atau lebih Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau
pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 98


2. Alasan yang sah adalah alasan yang dapat dipertanggungjawabkan yang disampaikan secara
tertulis dan dituangkan dalam surat keterangan serta disetujui oleh atasan langsung (contoh
format nomor 1).
3. Pelanggaran terhadap kewajiban masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja sebagaimana
tersebut pada huruf a di atas, dihitung secara kumulatif sampai dengan akhir tahun berjalan.
Keterlambatan masuk kerja dan/atau pulang kerja sebelum waktunya tanpa alasan sah
dihitung secara kumulatif dan dikonversi 7 ½ (tujuh setengah) jam sama dengan 1 (satu) hari
tidak masuk kerja.
4. Pegawai yang tidak mengisi daftar hadir masuk kerja atau daftar hadir pulang kerja tanpa
alasan sah, diperhitungkan sebagai keterlambatan masuk bekerja atau pulang sebelum
waktunya selama 3 ¾ (tiga tiga per empat) jam.

D. CONTOH KASUS

Untuk lebih memperjelas materi penegakan disiplin, berikut diberikan contoh penanganan
atas kasus pelanggaran disiplin terhadap kewajiban masuk kerja dan menaati ketentuan jam
kerja beserta contoh format dokumen administrasinya sebagai berikut:

Contoh I :
Sdr. Badu, NIP 197908041998011001 pangkat Penata Muda Tk. I (Gol. III/b) Pelaksana
pada Subbagian Umum KPPN xxxx. Yang bersangkutan tidak masuk kerja tanpa alasan sah
selama 4 (empat) hari kerja pada tanggal 29 Maret 2011 s.d. 01 April 2011.
Dalam hal demikian ketika yang bersangkutan telah tidak masuk kerja tanpa alasan sah
selama 4 (empat) hari kerja maka pada hari kerja berikutnya diberikan Peringatan Tertulis
oleh atasan langsung pegawai yang bersangkutan (contoh format nomor 2).
Contoh II :
Sdr. Badu, NIP 197908041998011001 pangkat Penata Muda Tk. I (Gol. III/b) Pelaksana
pada Subbagian Umum KPPN xxxx. Yang bersangkutan sebelumnya telah diberikan
Peringatan Tertulis karena tidak masuk kerja tanpa alasan sah selama 4 (empat) hari kerja,
yaitu tanggal 29 Maret 2011 s.d. 01 April 2011 namun pada tanggal 4 April 2011 yang
bersangkutan tidak masuk kerja lagi tanpa alasan sah sehingga secara kumulatif tidak masuk
kerja tanpa alasan sah selama 5 (lima) hari kerja.
a. Sdr. Badu dipanggil (panggilan pertama) oleh atasan langsungnya secara tertulis pada
tanggal 5 April 2011 untuk hadir dalam pemeriksaan pada tanggal 13 April 2011 (contoh
format nomor 3);

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 99


b. Sdr. Badu hadir dalam pemeriksaan pada tanggal 13 April 2011 dan berdasarkan hasil
pemeriksaan yang dituangkan dalam BAP, yang bersangkutan mengaku tidak masuk
kerja tanpa alasan sah selama 5 (lima) hari kerja dari tanggal 29 Maret 2011 s.d. 4 April
2011;
c. Dalam hal demikian kepada Sdr. Badu diberikan hukuman disiplin tingkat ringan berupa
Teguran Lisan dan pejabat yang berwenang menghukum adalah Kepala KPPN xxxx
(contoh format nomor 4)
d. Mengingat keputusan hukuman disiplin dimaksud merupakan kewenangan Kepala KPPN
xxxxx, maka atasan langsung Sdr. Badu menyampaikan kepada Kepala KPPN disertai
dokumen berupa:

 Surat Panggilan Pemeriksaan I;


 Berita Acara Pemeriksaan (BAP) (contoh format nomor 5);
 Laporan kewenangan penjatuhan hukuman disiplin (contoh format nomor 6);
 Bukti-bukti pelanggaran disiplin
Contoh : daftar kehadiran Pegawai dan lain lain.
Contoh III :

Kasus sama seperti pada contoh II, namun Sdr. Badu tidak hadir pada pemanggilan
pemeriksaan I dan II dan ketidakhadiran tersebut dilakukan secara terus menerus sejak
tanggal pemanggilan I sampai dengan pemanggilan II.
a. Sdr. Badu dipanggil (panggilan pertama) oleh atasan langsungnya secara tertulis pada
tanggal 5 April 2011 untuk hadir dalam pemeriksaan pada tanggal 13 April 2011;
b. Sdr. Badu tidak hadir dalam pemeriksaan pada tanggal 13 April 2011, maka pada tanggal
13 April 2011 atasan langsungnya melakukan pemanggilan kedua secara tertulis kepada
Sdr. Badu untuk hadir dalam pemeriksaan pada tanggal 21 April 2011 (contoh format
nomor 7);
c. Apabila pada tanggal 21 April 2011 pemeriksaan pemanggilan kedua, Sdr. Badu tidak
juga hadir, maka dijatuhi hukuman disiplin berdasarkan alat bukti dan keterangan yang
ada tanpa dilakukan pemeriksaan;
d. Dalam hal demikian jumlah ketidakhadiran tanpa alasan sah Sdr. Badu, yaitu secara
akumulatif selama 18 (delapan belas) hari kerja dari tanggal 29 Maret 2011 s.d. 21 April
2011, maka kepada Sdr. Badu diberikan hukuman disiplin tingkat sedang berupa
Penundaan Kenaikan Gaji Berkala Selama 1 (Satu) Tahun dan pejabat yang berwenang
menghukum adalah Kepala Kanwil (contoh format nomor 8);

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 100


e. Mengingat keputusan hukuman disiplin dimaksud merupakan kewenangan Kepala
Kanwil, maka atasan langsung melaporkan secara hirarkis kepada Kepala Kanwil disertai
dokumen sebagai berikut:
 Pemanggilan Pemeriksaan I dan II;
 Berita Acara Pemeriksaan tidak ada karena tidak ada pemeriksaan;
 Laporan kewenangan penjatuhan hukuman disiplin dari atasan langsung (contoh
format nomor 9);
 Salinan sah keputusan CPNS dan pangkat terakhir;
 Bukti-bukti pelanggaran disiplin, antara lain daftar kehadiran pegawai.
f. Apabila keputusan penjatuhan hukuman disiplin terhadap Sdr. Badu telah ditetapkan
Kepala Kanwil pada tanggal 09 Mei 2011, maka paling lambat 14 (empat belas) hari
kerja sejak keputusan ditetapkan, yaitu pada tanggal 27 Mei 2011 disampaikan kepada
Sdr. Badu oleh pejabat yang berwenang menghukum atau pejabat lain yang ditunjuk
(contoh format nomor 10).

E. CONTOH FORMAT DOKUMEN

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 101


1. Contoh Surat Keterangan tidak masuk kerja/terlambat/pulang sebelum waktunya

SURAT PERMOHONAN IZIN/PEMBERITAHUAN*) (ST.1)

Yang bertanda tangan dibawah ini, kami:


Nama :
NIP :
Pangkat/Gol. :
Jabatan :
Unit Kerja :
dengan ini mengajukan permohonan izin untuk tidak masuk bekerja/izin pulang sebelum
waktunya/pemberitahuan terlambat masuk bekerja*) selama ........... hari/jam/menit*), pada hari
....................... tanggal ......................... dengan alasan, yaitu ................................................... .
Demikian disampaikan kiranya menjadi maklum.

Menyetujui/Tidak Menyetujui *) Hormat kami


............................. (atasan langsung)

................................... ...................................
NIP............................. NIP..............................

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 102


2. Peringatan Tertulis

KOP SURAT

PERINGATAN TERTULIS
NOMOR : SP-......../........../2011

Nama : Sdr. Badu


NIP : 197908041998011001
Pangkat/ Gol : Penata Muda Tk. I (III/b)
Jabatan : Pelaksana pada Subbagian Umum
Unit Organisasi : KPPN xxxxxx

Dengan ini kepada Saudara diberikan PERINGATAN TERTULIS sesuai dengan Pasal 4
ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41/PMK.01/2011, karena Saudara pada tanggal 29
Maret 2011 sampai dengan tanggal 01 April 2011 telah tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah
selama 4 (empat) hari kerja dan diberlakukan pemotongan Tunjangan Khusus Pembinaan
Keuangan Negara (TKPKN) sebesar 10% (sepuluh perseratus) selama 1 (satu) bulan sesuai Pasal
12 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41/PMK.01/2011.

...............,...................2011

........................................... *)
NIP ....................................
Tembusan Yth.:
1) Direktur Jenderal Perbendaharaan;
2) Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan;
3) Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan;
4) Kepala Biro Sumber Daya Manusia Setjen Kementerian Keuangan;
5) Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan Setjen Kementerian Keuangan;
6) Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov........... (Pejabat Eselon II yang bersangkutan);
7) Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian Setditjen Perbendaharaan;
8) Kepala KPPN xxxxxx (atasan langsung pejabat penerbit surat peringatan)
9) Pejabat Pembuat Daftar Gaji.

*) Tulislah nama atasan langsung pegawai yang bersangkutan

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 103


3. Surat Panggilan Pemeriksaan I oleh atasan langsung

KOP SURAT

RAHASIA

SURAT PANGGILAN I
NOMOR : .........................................

1. Bersama ini diminta dengan hormat kehadiran Saudara :

Nama : Sdr. Badu


NIP : 197908041998011001
Pangkat/ Gol : Penata Muda Tk. I (III/b)
Jabatan : Pelaksana pada Subbagian Umum
Unit Kerja : KPPN xxxxx
Untuk menghadap kepada :
Nama : ………………….. (atasan langsungnya)
NIP : …………………...
Pangkat/ Gol : …………………..
Jabatan : Kepala Subbagian Umum

pada :
a) Hari : Rabu
b) Tanggal : 13 April 2011
c) Jam : ……………
d) Tempat : Ruang ..………..  7 (tujuh) hari kerja
Untuk diperiksa/dimintai keterangan *) sehubungan dengan dugaan pelanggaran disiplin
berupa tidak masuk kerja tanpa alasan sah secara akumulatif selama 5 (lima) hari
kerja dari tanggal 29 Maret 2011 sampai dengan tanggal 04 April 2011 **).

2. Demikian untuk dilaksanakan.


......................., 05 April 2011
Atasan Langsung/Ketua Tim Pemeriksa *)

Nama ...........................
NIP ..............................
Tembusan :
1. Sekretaris Ditjen Perbendaharaan
u.p. Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian;
2. Kepala Kanwil Ditjen PBN Prov. xxxxx;
3. Pejabat lain yang dianggap perlu.

*) Coret yang tidak perlu


**) Diisi pelanggaran disiplin yang diduga dilakukan oleh PNS yang bersangkutan

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 104


4. Keputusan Hukuman Disiplin Teguran Lisan

KOP SURAT

RAHASIA

KEPUTUSAN KEPALA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA XXXXX *)


NOMOR : KEP-…………/……..…/2011
TENTANG

HUKUMAN DISIPLIN TEGURAN LISAN ATAS NAMA BADU NIP 197908041998011001


PELAKSANA PADA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA XXXXX.
KEPALA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA XXXXXX *),

Menimbang : a. bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan dari pejabat pemeriksa tanggal 13 April
2011 tentang pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh Sdr. Badu NIP
197908041998011001 Pangkat Penata Muda Tk. I Golongan III/b pegawai pada
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara xxxxx, yang bersangkutan telah
melakukan perbuatan berupa tidak masuk kerja tanpa alasan sah selama 5 (lima)
hari kerja dari tanggal 29 Maret 2011 sampai dengan 04 April 2011;
b. bahwa perbuatan tersebut merupakan pelanggaran disiplin terhadap ketentuan
Pasal 3 Angka 11 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil;
c. bahwa untuk menegakan disiplin, perlu menjatuhkan hukuman disiplin yang
setimpal dengan pelanggaran yang dilakukannya;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
dan huruf c perlu menetapkan Keputusan Kepala Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara xxxxx tentang Hukuman Disiplin Teguran Lisan atas
nama Badu NIP 197908041998011001 Pelaksana pada Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara xxxxx;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3890);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135);
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41/PMK.01/2011 tentang Penegakan
Disiplin Dalam Kaitannya Dengan Pemberian Tunjangan Khusus Pembinaan
Keuangan Negara Kepada Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Kementerian
Keuangan;
4. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 21 Tahun 2010 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN


NEGARA XXXXX TENTANG HUKUMAN DISIPLIN TEGURAN LISAN ATAS
NAMA BADU NIP 197908041998011001 PELAKSANA PADA KANTOR
PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA XXXXX.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 105


PERTAMA : Menjatuhkan hukuman disiplin berupa teguran lisan kepada :

Nama : Badu
NIP : 197908041998011001
Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk. I/III b
Jabatan : Pelaksana
Unit Organisasi : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara xxxxx
karena yang bersangkutan telah melakukan perbuatan yang melanggar ketentuan Pasal
3 angka 11 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil.

KEDUA : Selama menjalani hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Diktum


PERTAMA, kepada Sdr. Badu dikenakan pemotongan Tunjangan Khusus Pembinaan
Keuangan Negara (TKPKN) secara proporsional sebesar 25% (dua puluh lima
perseratus) selama 2 (dua) bulan.

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

KEEMPAT : Keputusan ini disampaikan kepada yang bersangkutan untuk dilaksanakan


sebagaimana mestinya.

KELIMA Apabila terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini akan diadakan perbaikan
: sebagaimana mestinya.

Salinan Keputusan ini disampaikan kepada:


1. Menteri Keuangan RI;
2. Direktur Jenderal Perbendaharaan;
3. Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan;
4. Deputi Bidang Informasi Kepegawaian BKN Jakarta;
5. Kepala Biro Sumber Daya Manusia Setjen Kementerian Keuangan;
6. Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan Setjen Kementerian Keuangan;
7. Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov.xxxxx;
8. Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian Setditjen Perbendaharaan;
9. Pejabat lain yang dianggap perlu.

Ditetapkan di ………………..

Pada tanggal 23 2011

KEPALA KANTOR PELAYANAN


PERBENDAHARAAN NEGARA
XXXXX*)

………………………………
NIP ………………………….

*) Tulislah nama jabatan dari pejabat yang berwenang menghukum

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 106


5. Berita Acara Pemeriksaan (BAP) oleh atasan langsung

KOP SURAT

RAHASIA

BERITA ACARA PEMERIKSAAN

Pada hari ini Rabu tanggal Tiga Belas bulan April tahun Dua Ribu Sebelas bertempat di
ruang ................................, Saya/Tim Pemeriksa *):

Nama : ………………… (atasan langsungnya)


NIP : …………………
Pangkat : …………………
Jabatan : ........................
Unit Kerja : ........................

Berdasarkan wewenang yang ada pada saya/Surat Perintah *) telah melakukan


pemeriksaan terhadap :

Nama : Sdr. Badu


NIP : 197908041998011001
Pangkat/ Gol : Penata Muda Tk. I (III/b)
Jabatan : Pelaksana pada Subbagian Umum
Unit Kerja : KPPN xxxxx

Karena yang bersangkutan diduga telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal
3 angka 11 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 berupa tidak masuk kerja tanpa alasan
sah selama 5 (lima) hari kerja dari tanggal 29 Maret 2011 s.d. 04 April 2011. **)

Atas pertanyaan yang diajukan, maka didapat jawaban sebagai berikut :

1. Pertanyaan : Apakah Saudara mengetahui maksud dan tujuan Saudara diperiksa ?---
-------
Jawaban : ----------------------------
----------

2. Pertanyaan : Apakah saat ini Saudara dalam keadaan sehat jasmani dan rohani ? ----
-------
Jawaban : ----------------------------
----------

3. Pertanyaan : Apakah Saudara bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan secara


jujur dengan penuh rasa tanggungjawab serta menanggung resiko
hukum terhadap jawaban yang Saudara berikan ? --------------------------
-------------------
Jawaban : ----------------------------
----------

4. Pertanyaan : Sebutkan Identitas Saudara! --------------------------------------------------


-------------

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 107


Jawaban : Nama :
NIP :
Pangkat/Golongan :
Jabatan :
Unit Kerja :

5. Pertanyaan : Sejak kapan Saudara bertugas di KPPN xxxx ? ----------------------------


-----------
Jawaban : ----------------------------
----------

6. Pertanyaan : Berdasarkan data berupa daftar kehadiran absensi, Saudara melakukan


pelanggaran ketentuan disiplin kerja berupa tidak masuk kerja tanpa
alasan sah selama 5 (lima) hari kerja, yaitu pada tanggal 29 Maret 2011
sampai dengan tanggal 04 April 2011.Berikan penjelasan Saudara? ----
------------------
Jawaban : ----------------------------
----------

7. Pertanyaan : Mengapa Saudara melakukan pelanggaran ketentuan disiplin kerja


berupa tidak masuk kerja tanpa alasan sah selama 5 (lima) hari kerja,
yaitu pada tanggal 29 Maret 2011 sampai dengan tanggal 04 April
2011 tersebut? --------
Jawaban : ----------------------------
----------

8. Pertanyaan : Selama kurun waktu meninggalkan tugas, Saudara berada di mana dan
apa yang Saudara lakukan? ----------------------------------------------------
------------------
Jawaban : ----------------------------
----------

9. Pertanyaan : Apakah Saudara selama meninggalkan tugas pernah melapor atau


memberitahukan kepada atasan atau pegawai lain ? -----------------------
---------
Jawaban : ----------------------------
----------

10. Pertanyaan : Mengapa Saudara tidak pernah melaporkan atau memberitahukan


kepada atasan atau pegawai lain? ---------------------------------------------
----------------------
Jawaban : ----------------------------
----------

11. Pertanyaan : Dengan tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah tersebut, berarti
Saudara telah melanggar ketentuan Pasal 3 angka 11, yaitu kewajiban
masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja, bagaimana tanggapan
Saudara? -------------
Jawaban : ----------------------------
----------

12. Pertanyaan : Apakah Saudara mengerti dan menyadari akibat perbuatan Saudara

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 108


berupa tidak masuk kerja tanpa alasan sah tersebut, Saudara dijatuhi
hukuman disiplin sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 53
Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil ? ----------------------
----------------------------
Jawaban : ----------------------------
----------

13. Pertanyaan : Saudara telah mengetahui akibat atas perbuatan Saudara tersebut,
kenapa Saudara melakukannya ? ---------------------------------------------
-----------------------
Jawaban : ----------------------------
----------

14. Pertanyaan : Apa yang mendorong Saudara bertugas kembali ? -------------------------


----------
Jawaban : ----------------------------
----------

15. dst.

16. Pertanyaan : Apakah Saudara menyesali semua perbuatan yang telah melanggar
disiplin pegawai Negeri Sipil tersebut ? -------------------------------------
-----------------------
Jawaban : ----------------------------
----------

17. Pertanyaan : Apakah mulai saat ini dan seterusnya Saudara bersedia dan berjanji
akan masuk kerja/ kantor dan melaksanakan tugas sesuai ketentuan
yang berlaku sebagaimana mestinya ? ---------------------------------------
-----------------------------
Jawaban : ----------------------------
----------

18. Pertanyaan : Apakah sebelumnya Saudara pernah menerima Peringatan Tertulis dan
atau dijatuhi hukuman disiplin? -----------------------------------------------
--------------------
Jawaban : ----------------------------
----------

19. Pertanyaan : Bersediakah Saudara untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut ? -----
--------
Jawaban : ----------------------------
---------

20. Pertanyaan : Apabila dikemudian hari ternyata Saudara mengulangi perbuatan tidak
masuk bekerja tanpa keterangan yang sah, maka Saudara akan
dikenakan hukuman disiplin lebih berat sesuai ketentuan Peraturan
Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil. Berikan tanggapan Saudara? -------------------------------------------
---
Jawaban : ----------------------------

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 109


----------

21. Pertanyaan : Terhadap jawaban Saudara yang melibatkan orang lain, apakah
Saudara bersedia dikonfrontir atas kebenarannya dengan pihak lain
tersebut? -----------
Jawaban : ----------------------------
---------

22. Pertanyaan : Apakah Saudara bersedia apabila sewaktu-waktu dipanggil untuk


diperiksa kembali sehubungan dengan permasalahan ini ? ----------------
---------------------
Jawaban : ----------------------------
----------

23. Pertanyaan : Apakah ada hal-hal lain yang ingin Saudara sampaikan dalam
kesempatan ini? ---------
Jawaban : ----------------------------
----------

24. Pertanyaan : Apakah Saudara dalam memberikan keterangan ini merasa


ditekan/dipaksa?-----------
Jawaban : ----------------------------
----------

25. Pertanyaan : Apakah Saudara bersedia menandatangani Berita Acara Pemeriksaan


ini ?--
Jawaban : ----------------------------
----------

Demikian Berita Acara Pemeriksaan ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dapat
digunakan sebagaimana mestinya.

Yang …………………., ……………………….


diperiksa: Pejabat Pemeriksa/Tim Pemeriksa*)

Nama : Nama :
NIP : NIP :
Tanda Tangan : Tanda Tangan :

*) coret yang tidak perlu


**) Diisi jenis pelanggaran disiplin yang dilakukan

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 110


6. Laporan Kewenangan Penjatuhan Hukuman Disiplin

KOP SURAT

…………, 5 April 2011


Yth. Kepala KPPN xxxxxx **)
di
..................

RAHASIA

Dengan ini dilaporkan dengan hormat, bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan pada hari
Rabu tanggal Tiga Belas bulan April tahun Dua Ribu Sebelas, saya/Tim Pemeriksa telah
melakukan pemeriksaan terhadap :
Nama : Sdr. Badu
NIP : 197908041998011001
Pangkat : Penata Muda Tk. I (III/b)
Jabatan : Pelaksana pada Subbagian Umum
Unit Kerja : KPPN xxxxxxx

Berdasarkan hasil pemeriksaan, yang bersangkutan terbukti secara akumulatif tidak masuk kerja
tanpa alasan sah selama 5 (lima) hari kerja dari tanggal 29 Maret 2011 s.d. tanggal 4 April
2011.
Sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS dan
Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 21 Tahun 2010 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 maka kepada Sdr. Badu dijatuhi
hukuman disiplin tingkat ringan berupa Teguran Lisan dan kewenangan untuk menjatuhkan
hukuman disiplin kepada PNS tersebut merupakan kewenangan Kepala KPPN xxxx **).

Sehubungan dengan hal tersebut, bersama ini disampaikan Berita Acara Pemeriksaan
(BAP) terhadap PNS yang bersangkutan dan dokumen pendukungnya untuk digunakan sebagai
bahan untuk menjatuhkan hukuman disiplin kepada PNS yang bersangkutan.

Demikan disampaikan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Yang melaporkan (Atasan Langsung),


Kepala Subbagian Umum (Jabatan)

Nama ......................
NIP .........................
Tembusan :
1. Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan
u.p. Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian;
2. Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. xxxxx;
3. Pejabat lain yang dianggap perlu.

**) Isilah sesuai dengan pejabat yang berwenang menghukum

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 111


7. Surat Panggilan Pemeriksaan II oleh atasan langsung

KOP SURAT

RAHASIA

SURAT PANGGILAN II
NOMOR : .........................................

1. Bersama ini diminta dengan hormat kehadiran Saudara :

Nama : Sdr. Badu


NIP : 197908041998011001
Pangkat/ Gol : Penata Muda Tk. I (III/b)
Jabatan : Pelaksana pada Subbagian Umum
Unit Kerja : KPPN xxxxxx
Untuk menghadap kepada :
Nama : ………………….. (atasan Langsungnya)
NIP : …………………...
Pangkat/ Gol : …………………..
Jabatan : Kepala Subbagian Umum

pada :
a) Hari : Kamis

…………………
b) Tanggal : 21 April 2011 7 (tujuh) hari kerja
c) Jam :
d) Tempat : Ruang .............
Untuk diperiksa/dimintai keterangan *) sehubungan dengan dugaan pelanggaran disiplin
berupa tidak masuk kerja tanpa alasan sah secara akumulatif selama 12 (dua belas)
hari kerja dari tanggal 29 Maret 2011 sampai dengan tanggal 13 April 2011 **).

2. Demikian untuk dilaksanakan.


......................., 13 April 2011
Atasan Langsung/Ketua Tim Pemeriksa *)

Nama ...........................
NIP ..............................
Tembusan :
1. Sekretaris Ditjen Perbendaharaan
u.p. Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian;
2. Kepala Kanwil Ditjen PBN Prov.xxxxxx;
3. Pejabat lain yang dianggap perlu.

*) Coret yang tidak perlu


**) Diisi pelanggaran disiplin yang diduga dilakukan oleh PNS yang bersangkutan

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 112


8. Keputusan Hukuman Disiplin Penundaan KGB Selama 1 (Satu) Tahun
Keterangan: Tidak ada Pemeriksaan (Berita Acara Pemeriksaan) karena
pegawai yang dipanggil tidak hadir dalam pemeriksaan

KOP SURAT

RAHASIA

KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL


PERBENDAHARAAN PROVINSI XXXXX*)
NOMOR : KEP-…………/……..…/2011
TENTANG
HUKUMAN DISIPLIN PENUNDAAN KENAIKAN GAJI BERKALA SELAMA 1 (SATU) TAHUN
ATAS NAMA BADU NIP 197908041998011001
PELAKSANA PADA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA XXXXX.

KEPALA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PROVI XXXX*),

Menimbang : a. bahwa berdasarkan daftar kehadiran pegawai**), Sdr. Badu NIP 197908041998011001
Pangkat Penata Muda Tk. I Golongan III/b pelaksana pada Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara xxxxx tidak masuk kerja tanpa alasan sah selama 18 (delapan
belas) hari kerja dari tanggal 29 April 2011 sampai dengan 21 Mei 2011, ;
b. bahwa sehubungan dengan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, untuk
melakukan pemeriksaan dan sebagai upaya pembinaan, Kepala Subbagian Umum Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara xxxxx selaku atasan langsung yang bersangkutan telah
melakukan pemanggilan untuk pemeriksaan, yaitu pemanggilan pertama tanggal 05 April
2011 dan pemanggilan kedua tanggal 13 April 2011, namun yang bersangkutan tidak hadir
untuk diperiksa;
c. bahwa berdasarkan laporan kewenangan penjatuhan hukuman disiplin dari atasan
langsung pegawai yang bersangkutan tanggal 25 April 2011 diusulkan untuk dijatuhi
hukuman disiplin penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun;
d. bahwa perbuatan sebagaimana dimaksud dalam huruf a merupakan pelanggaran terhadap
ketentuan Pasal 3 Angka 11 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil;
e. bahwa untuk menegakan disiplin, perlu menjatuhkan hukuman disiplin yang setimpal
dengan pelanggaran yang dilakukannya;
f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c,
huruf d, dan huruf e perlu menetapkan Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan Provinsi xxxxx tentang Hukuman Disiplin Penundaan Kenaikan
Gaji Berkala Selama 1 (Satu) Tahun atas nama Badu NIP 197908041998011001
Pelaksana pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara xxxxx;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5135);
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41/PMK.01/2011 tentang Penegakan Disiplin Dalam
Kaitannya Dengan Pemberian Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara Kepada
Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Kementerian Keuangan;
4. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 21 Tahun 2010 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil;

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 113


MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL


PERBENDAHARAAN PROVINSI XXXXX TENTANG HUKUMAN DISIPLIN
PENUNDAAN KENAIKAN GAJI BERKALA SELAMA 1 (SATU) TAHUN ATAS
NAMA BADU NIP 197908041998011001 PELAKSANA PADA KANTOR
PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA XXXXX.

PERTAMA : Menjatuhkan hukuman disiplin berupa Penundaan Kenaikan Gaji Berkala Selama 1 (Satu)
Tahun, kepada :

Nama : Badu
NIP : 197908041998011001
Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk. I/III b
Jabatan : Pelaksana
Unit Organisasi : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara xxxxx

karena yang bersangkutan telah melakukan perbuatan yang melanggar ketentuan Pasal 3
angka 11 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil.

KEDUA : Selama menjalani hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA,
kepada Sdr. Badu dikenakan pemotongan Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara
(TKPKN) secara proporsional sebesar 50% (lima puluh perseratus) selama 6 (enam) bulan.

KETIGA : Apabila tidak ada keberatan, maka Keputusan ini mulai berlaku pada hari ke-15 (lima belas)
terhitung mulai tanggal pegawai yang bersangkutan menerima keputusan ini.

KEEMPAT : Keputusan ini disampaikan kepada yang bersangkutan untuk dilaksanakan sebagaimana
mestinya.

KELIMA : Apabila terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Salinan Keputusan ini disampaikan kepada:


1. Menteri Keuangan RI;
2. Direktur Jenderal Perbendaharaan;
3. Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan;
4. Deputi Bidang Informasi Kepegawaian Badan Kepegawaian Negara Jakarta;
5. Kepala Biro Sumber Daya Manusia Setjen Kementerian Keuangan;
6. Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan Setjen Kementerian Keuangan;
7. Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian Setditjen Perbendaharaan;
8. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara xxxxx;
9. Pejabat lain yang dianggap perlu.

Ditetapkan di ………………..

Pada tanggal 09 Mei 2011

KEPALA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL


PERBENDAHARAAN PROVINSI XXXXX*)

………………………………
NIP
*) Tulislah nama jabatan dari pejabat yang berwenang menghukum

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 114


9. Laporan Kewenangan Penjatuhan Hukuman Disiplin (untuk pegawai yang dipanggil
pemeriksaan 2 kali tidak juga hadir)
KOP SURAT
…………, 25 April 2011

Yth. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi xxxxxx**)


melalui Kepala KPPN xxxxx
…………..
RAHASIA
Dengan ini dilaporkan dengan hormat, bahwa saya selaku atasan langsung telah melakukan
pemanggilan sebanyak 2 (dua) kali terhadap :
Nama : Sdr. Badu
NIP : 197908041998011001
Pangkat : Penata Muda Tk. I (III/b)
Jabatan : Pelaksana pada Subbagian Umum
Unit Kerja : KPPN xxxxxxx
untuk hadir dalam pemeriksaan sehubungan dengan pelanggaran disiplin berupa tidak masuk kerja tanpa
alasan sah dengan surat panggilan sebagai berikut :
a. Surat panggilan I tanggal 05 April 2011 untuk hadir dalam pemeriksaan tanggal 13 April 2011;
b. Surat panggilan II tanggal 13 April 2011 untuk hadir dalam pemeriksaan tanggal 21 April 2011.
Bahwa yang bersangkutan setelah dilakukan pemanggilan pemeriksaan I dan II, tidak juga hadir untuk
memenuhinya dan berdasarkan bukti-bukti yang ada berupa daftar kehadiran pegawai/laporan ketertiban
pegawai, yang bersangkutan dinyatakan secara akumulatif tidak masuk kerja tanpa alasan sah selama 18
(delapan belas) hari kerja dari tanggal 29 Maret 2011 s.d. 21 April 2011.

Sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS dan
Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 21 Tahun 2010 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 maka kepada Sdr. Badu dijatuhi hukuman disiplin tingkat
sedang berupa Penundaan Kenaikan Gaji Berkala Selama 1 (Satu) Tahun. Untuk jenis hukuman tersebut
dan memperhatikan pangkat dan jabatan Sdr. Badu, ternyata kewenangan untuk menjatuhkan hukuman
disiplin kepada PNS tersebut merupakan kewenangan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan Provinsi xxxxxx **).

Sehubungan dengan hal tersebut, bersama ini disampaikan bukti dan dokumen pendukungnya
untuk digunakan sebagai bahan untuk menjatuhkan hukuman disiplin kepada PNS yang bersangkutan.

Demikan disampaikan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Yang melaporkan (Atasan Langsung),


Kepala Subbagian Umum (Jabatan)

Nama ......................
NIP .........................
Tembusan :
1. Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan
u.p. Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian;
2. Pejabat lain yang dianggap perlu.
**) Isilah sesuai dengan pejabat yang berwenang menghukum

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 115


10. Surat Panggilan Untuk Menerima Keputusan Hukuman Disiplin

KOP SURAT

......................, .......................2011.

Kepada
Yth. Sdr. Badu
di
................
RAHASIA

Dengan ini diminta kehadiran Saudara, untuk menghadap kepada:

Nama : ........................... (pejabat yang berwenang menghukum


atau pejabat yang ditunjuk)
NIP : …………………..
Pangkat/ Gol : …………………..
Jabatan : …………………..
Unit Kerja : …………………..
Pada :
Hari : Jum’at  < 14 hari kerja
Tanggal : 27 Mei 2011
Jam : ...........................
Tempat : Ruang ...............

Untuk menerima Keputusan ……………………. Nomor ………………….. tanggal 09 Mei


2011 tentang penjatuhan hukuman disiplin berupa Penundaan Kenaikan Gaji Berkala
Selama 1 (Satu) Tahun kepada Sdr. Badu

Demikian disampaikan untuk dilaksanakan.

….............................. *)

Nama ...........................
NIP ..............................
Tembusan :
1. Sekretaris Ditjen Perbendaharaan
u.p. Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian;
2. Pejabat lain yang dianggap perlu.

*) Tulislah nama jabatan dari pejabat yang menandatangani surat panggilan

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 116


BAB XV
PEMBERHENTIAN DAN PEMENSIUNAN PEGAWAI

A. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda
Pegawai;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian PNS;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentian Sementara PNS.

B. PEMBERHENTIAN DAN PEMENSIUNAN PEGAWAI


1. Pemberhentian karena Batas Usia Pensiun (BUP)
a. Batas usia pensiun adalah 56 tahun dan dapat diperpanjang bagi PNS yang memangku
jabatan tertentu.
b. Hak atas pensiun pegawai diatur dalam Undang – Undang Nomor 11 Thn.1969 pasal 9.
Pegawai yang diberhentikan dengan hormat sebagai PNS berhak menerima pensiun
pegawai, jika ia pada saat pemberhentiannya sebagai pegawai :
1) Telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 tahun dan mempunyai masa kerja untuk
pensiun sekurang-kurangnya 20 Tahun.
2) Mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 4 tahun dan oleh badan / pejabat yang
oleh departemen kesehatan berdasarkan peraturan tentang pengujian kesehatan
pegawai negeri, dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun juga
karena keadaan jasmani atau rohani yang tidak disebabkan oleh dan karena ia
menjalankan kewajiban jabatannya.
c. PNS diberhentikan dengan hormat sebagai PNS karena mencapai BUP, berhak atas
pensiun apabila ia telah memiliki masa kerja pensiun sekurang-kurangnya 10 tahun
d. PNS yang akan mencapai BUP dapat dibebaskan dari jabatannya (Masa Persiapan
Pensiun/MPP) untuk paling lama 1 tahun dengan mendapat penghasilan berdasarkan
peraturan perundangan yang berlaku kecuali tunjangan jabatan
2. Daftar kelengkapan administrasi pensiun pegawai atau pensiun janda/duda pegawai
negeri sipil dan kenaikan pangkat pengabdian atau anumerta
a. Kelengkapan administrasi permohonan pensiun pegawai karena mencapai batas usia
pensiun (BUP) :
1) Data Perorangan Calon Penerima Pensiun (DPCP);
2) Surat Permintaan Pembayaran Pensiun Pertama Model A (SP4-A);
3) Surat Keterangan Penghentian Pembayaran Sementara (SKPPS);

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 117


4) Salinan sah Surat Keputusan Pengangkatan Pertama sebagai Calon Pegawai
Negeri Sipil;
5) Salinan sah Surat Keputusan Pangkat dan Kenaikan Gaji Berkala terakhir;
6) Salinan sah Akta Nikah/Akta Perkawinan dan Akta Kelahiran anak kandung;
7) Surat Pernyataan Pengembalian Barang Milik Negara (SPP-BMN);
8) Pas foto pegawai bersangkutan ukuran 4 x 6 sebanyak 5 (lima) lembar.
b. Kelengkapan administrasi permohonan pensiun janda/duda Pegawai Negeri Sipil :
1) Data Perorangan Calon Penerima Pensiun (DPCP) yang ditandatangani
janda/duda pegawai bersangkutan;
2) Surat Permintaan Pembayaran Pensiun Pertama Model B (SP4-B);
3) Surat Keterangan Penghentian Pembayaran Sementara (SKPPS);
4) Surat Keterangan Kejandaan/Kedudaan dari Kepala Kelurahan/Desa;
5) Surat Keterangan Kematian dari Kepala Kelurahan/Desa;
6) Salinan sah Surat Keputusan Pengangkatan Pertama sebagai Calon Pegawai
Negeri Sipil;
7) Salinan sah Surat Keputusan Pangkat dan Kenaikan Gaji Berkala terakhir;
8) Salinan sah Daftar Susunan Keluarga, Akta Nikah/Akta Perkawinan, dan Akta
Kelahiran anak kandung;
9) Surat Pernyataan Pengembalian Barang Milik Negara (SPP-BMN);
10) Pas foto janda/duda pegawai bersangkutan ukuran 4 x 6 sebanyak 5 (lima)
lembar.
Dalam hal pegawai yang mencapai batas usia pensiun atau meninggal dunia memenuhi
syarat untuk diberikan kenaikan pangkat pengabdian, maka usulan pensiun diajukan
sekaligus dengan usulan kenaikan pangkat pengabdian. Berkas usulan pensiun pegawai
atau janda/duda pegawai bersangkutan perlu dilengkapi dengan :
1) Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) tahun terakhir;
2) Surat Pernyataan Tidak Pernah Dikenakan Hukuman Disiplin Tingkat
Sedang/Berat Dalam 1 (Satu) Tahun Terakhir;
3) Surat Keterangan Telah Bekerja Terus Menerus Tidak Pernah Terputus
dilengkapi dengan Daftar Riwayat Pekerjaan (DRP).
Apabila pegawai yang meninggal dunia dinyatakan tewas dan memenuhi syarat untuk
diberikan kenaikan pangkat anumerta, maka usulan pensiun janda/duda diajukan
sekaligus dengan usulan kenaikan pangkat anumerta. Berkas usulan pensiun janda/duda
dimaksud dilengkapi dengan :

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 118


1) Berita Acara dari pejabat yang berwajib tentang kejadian yang mengakibatkan
yang bersangkutan meninggal dunia;
2) Visum et repertum dari dokter;
3) Salinan sah surat perintah penugasan atau surat keterangan yang menerangkan
bahwa CPNS/PNS tersebut meninggal dunia dalam rangka menjalankan tugas
kedinasan;
4) Laporan dari pimpinan unit kerja serendah-rendahnya eselon III kepada Pejabat
Pembina Kepegawaian (Menteri) tentang peristiwa yang mengakibatkan
pegawai bersangkutan tewas; dan
5) Salinan sah Surat Keputusan Sementara Kenaikan Pangkat Anumerta.
c. Kelengkapan administrasi permohonan pensiun karena telah memenuhi syarat usia
50 tahun dan masa kerja pensiun 20 tahun (pensiun dini):
1) Surat permohonan pensiun dari pegawai bersangkutan kepada Menteri Keuangan
(Gol. IV/b ke bawah) atau kepada Presiden R.I. (Gol. IV/c ke atas);
2) Data Perorangan Calon Penerima Pensiun (DPCP) khusus bagi Gol. IV/c ke
atas;
3) Surat Permintaan Pembayaran Pensiun Pertama (SP4-A);
4) Surat Keterangan Penghentian Pembayaran Sementara (SKPPS);
5) Salinan sah Surat Keputusan Pengangkatan Pertama sebagai Calon Pegawai
Negeri Sipil;
6) Salinan sah Surat Keputusan Pangkat dan Kenaikan Gaji Berkala terakhir;
7) Salinan sah Akta Nikah/Akta Perkawinan dan Akta Kelahiran anak kandung;
8) Daftar Riwayat Pekerjaan;
9) Surat Pernyataan Pengembalian Barang Milik Negara (SPP-BMN);
10) Pas foto pegawai bersangkutan ukuran 4 x 6 sebanyak 5 (lima) lembar.
d. Kelengkapan administrasi permohonan pensiun karena keuzuran jasmani/rohani :
1) Surat permohonan pensiun karena uzur dari pegawai bersangkutan kepada
Menteri Keuangan (Gol. IV/b ke bawah) atau kepada Presiden R.I. (Gol. IV/c ke
atas);
2) Data Perorangan Calon Penerima Pensiun (DPCP) khusus bagi Gol. IV/c ke
atas;
3) Surat Permintaan Pembayaran Pensiun Pertama (SP4-A);
4) Surat Keterangan Penghentian Pembayaran Sementara (SKPPS);
5) Salinan sah Surat Keputusan Pengangkatan Pertama sebagai Calon Pegawai
Negeri Sipil/Pegawai Negeri Sipil;

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 119


6) Salinan sah Surat Keputusan Pangkat dan Kenaikan Gaji Berkala terakhir;
7) Salinan sah Akta Nikah/Akta Perkawinan dan Akta Kelahiran anak kandung;
8) Daftar Riwayat Pekerjaan;
9) Surat Keterangan dari Tim Penguji Kesehatan;
10) Surat Pernyataan Pengembalian Barang Milik Negara (SPP-BMN);
11) Pas foto pegawai bersangkutan ukuran 4 x 6 sebanyak 5 (lima) lembar.
3. Pemberhentian Karena Adanya Penyederhanaan Organisasi
Apabila ada penyederhanaan suatu satuan organisasi Negara yang mengakibatkan
adanya kelebihan PNS, maka PNS yang kelebihan itu disalurkan kepada satuan organisasi
lainnya.
Apabila penyaluran tidak mungkin dilaksanakan, maka PNS yang kelebihan itu
diberhentikan dengan hormat sebagai PNS atau dari Jabatan Negeri dengan mendapat hak-
hak kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yakni :
a. diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan hak pensiun, apabila telah mencapai
usia sekurang-kurangnya 50 tahun dan memiliki masa kerja pensiun sekurang-kurangnya
10 tahun;
b. diberhentikan dengan hormat dari jabatan Negeri dengan mendapat uang tunggu, apabila
belum memenuhi syarat-syarat usia dari masa kerja sebagaimana dimaksud dalam huruf
a.
4. Pemberhentian Karena Melakukan Pelanggaran/Tindak Pidana/Penyelewengan
PNS dapat diberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS karena :
a. melanggar Sumpah/Janji PNS,Sumpah/Janji Jabatan Negeri atau Peraturan Disiplin PNS;
atau
b. dihukum penjara, berdasarkan keputusan Pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan
hukum yang tetap, karena dengan sengaja melakukan suatu tindakan pidana kejahatan
yang diancam dengan pidana penjara setinggi-tingginya 4 tahun, atau diancam dengan
pidana yang lebih berat.
PNS diberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS apabila dipidana penjara atau
kurungan berdasarkan keputusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang
tetap, karena :
a. melakukan suatu tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada
hubungannya dengan jabatan; atau
b. melakukan suatu tindak pidana kejahatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 104 sampai
dengan Pasal 161 Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 120


PNS diberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS apabila ternyata melakukan
usaha atau kegiatan yang bertujuan mengubah Pancasila dan atau Undang-Undang Dasar
1945 atau terlibat dalam gerakan atau melakukan kegiatan yang menentang Negara dan atau
Pemerintah.
5. Pemberhentian Karena Tidak Cakap Jasmani atau Rohani
PNS diberhentikan dengan hormat dengan mendapat hak-hak kepegawaian
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku apabila berdasarkan surat
keterangan Team Penguji Kesehatan dinyatakan :
a. tidak dapat bekerja lagi dalam semua Jabatan Negeri karena kesehatanya, diberhentikan
dengan hormat sebagai PNS dengan hak pensiun, dengan ketentuan :
 tanpa terikat pada masa kerja pensiun, apabila oleh Team Penguji Kesehatan
dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam semua Jabatan Negeri, karena kesehatannya
yang disebabkan oleh dan karena ia menjalankan kewajiban jabatan;
 jika telah memiliki masa kerja pensiun sekurang-kurangnya 4 tahun, apabila oleh
Team Penguji Kesehatan dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam semua Jabatan
Negeri, karena kesehatannya yang bukan disebabkan oleh dan karena ia menjalankan
kewajiban jabatan.
b. menderita penyakit atau kelainan yang berbahaya bagi dirinya sendiri dan atau
lingkungan kerjanya, kepada pegawai tsb :
 diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan hak pensiun, apabila telah
mencapai usia sekurang-kurangnya 50 tahun dan memiliki masa kerja pensiun
sekurang-kurangnya 10 tahun;
 diberhentikan dengan hormat dari jabatan Negeri dengan mendapat uang tunggu,
apabila belum memenuhi syarat-syarat usia dari masa kerja sebagaimana dimaksud
dalam hruf a.
c. setelah berakhirnya cuti sakit, belum mampu bekerja kembali.
6. Pemberhentian Karena Meninggal Dunia Atau Hilang
a. PNS yang meninggal dunia dengan sendirinya dianggap diberhentikan dengan hormat
sebagai PNS.
b. PNS yang hilang selama 12 bulan, dianggap sebagai PNS yang masih tetap bekerja, oleh
sebab itu gaji dan penghasilan lainnya yang berhak diterimanya diterimakan kepada
keluarganya, yaitu: isteri, suami, atau anak yang sah. Apabila setelah jangka waktu l2
bulan PNS yang hilang itu belum juga diketemukan, maka ia dianggap telah meninggal
dunia pada akhir bulan kedua belas dan kepada keluarganya diberikan uang duka wafat
atau uang duka tewas dan hak-hak kepegawaian lainnya berdasarkan peraturan perundang
Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 121
- undangan yang berlaku. Pernyataan hilang dibuat oleh pejabat yang berwenang
berdasarkan surat keterangan atau berita acara dari pejabat yang berwajib.
c. PNS yang dinyatakan hilang kemudian diketemukan kembali dan masih hidup,diangkat
kembali sebagai PNS, dan gajinya dibayar penuh terhitung sejak dianggap meninggal
dunia dengan memperhitungkan hak-hak kepegawaian yang telah diterima oleh
keluarganya. Hak-hak kepegawaian yang diperhitungkan tidak termasuk uang duka wafat
atau uang duka tewas.
7. Uang Tunggu
a. Uang tunggu diberikan paling lama 1 tahun dan dapat diperpanjang tiap-tiap kali paling
lama 1 tahun.
b. Pemberian uang tunggu tidak boleh lebih dari 5 tahun.
c. Besarnya uang tunggu adalah :
 80% dari gaji pokok, untuk tahun pertama;
 75% dari gaji pokok untuk tahun selanjutnya.
d. PNS yang menerima uang tunggu, diwajibkan :
 melaporkan diri kepada pejabat yang berwenang, setiap kali selambat-lambatnya
sebulan sebelum berakhirnya pemberian uang tunggu;
 Senantiasa bersedia diangkat kembali pada suatu jabatan Negeri;
 Meminta izin lebih dahulu kepada pimpinan instansinya, apabila mau pindah alamat
diluar wilayah pembayaran.
e. PNS yang menerima uang tunggu, diangkat kembali dalam suatu Jabatan Negeri Apabila
ada lowongan.
f. PNS yang menerima uang tunggu yang menolak untuk diangkat kembali dalam suatu
Jabatan Negeri, diberhentikan dengan hormat sebagai PNS pada akhir bulan yang
bersangkutan menolak untuk diangkat kembali.
g. PNS yang menerima uang tunggu yang diangkat kembali dalam suatu jabatan
Negeri,dicabut pemberian uang tunggunya terhitung sejak menerima penghasilan penuh
kembali sebagai PNS.
h. Apabila pada waktu berakhirnya masa pemberian uang tunggu, PNS yang bersangkutan
telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 tahun dan telah memiliki masa kerja pensiun
sekurang-kurangnya 10 tahun, maka ia diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan
hak pensiun.
i. Apabila pada waktu berakhirnya masa pemberian uang tunggu, PNS tersebut telah
memiliki masa kerja pensiun sekurang-kurangnya 10 tahun, tetapi belum mencapai usia

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 122


sekurang-kurangnya 50 tahun, maka ia diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dan
pemberian pensiunnya ditetapkan pada saat ia mencapai usia 50 tahun
j. Apabila pada waktu berakhirnya masa pemberian uang tunggu, PNS tersebut belum
memiliki masa kerja pensiun sekurang-kurangnya 10 tahun, maka ia diberhentikan
dengan hormat sebagai PNS tanpa hak pensiun.
k. Penerima uang tunggu masih tetap berstatus sebagai PNS,oleh sebab itu kepadanya
diberikan kenaikan gaji berkala, tunjangan keluarga, tunjangan pangan, dan tunjangan
lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penilaian pelaksanaan
pekerjaan yang digunakan sebagai dasar untuk pemberian kenaikan gaji berkala adalah
penilaian pelaksanaan pekerjaan terakhir sebelum PNS yang bersangkutan diberhentikan
dengan hormat dari Jabatan Negeri.
l. Gaji Pokok terakhir setelah mendapat kenaikan gaji berkala digunakan sebagai dasar
pemberian uang tunggu.
m. Penghasilan yang diterima adalah semua penghasilan sebagai PNS, kecuali tunjangan
jabatan.
8. Pemberhentian Sementara
a. Untuk kepentingan peradilan seorang pegawai negeri yang didakwa telah melakukan
suatu kejahatan/pelanggaran jabatan atau hukum pidana yang tidak menyangkut jabatan
dan berhubung dengan itu oleh pihak yang berwajib dikenakan tahanan sementara, mulai
saat penahanannya harus dikenakan pemberhentian sementara.
b. Selama PNS yang bersangkutan dikenakan pemberhentian sementara, ia menerima
bahagian gajinya.

c. PNS yang dikenakan pemberhentian sementara, pada saat ia mencapai batas usia pensiun,
dihentikan pembayaran gajinya.
 jika ternyata tidak bersalah berdasarkan keputusan Pengadilan yang sudah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap, diberhentikan dengan hormat sebagai PNS
dengan mendapat hak-hak kepegawaian, terhitung sejak akhir bulan dicapainya
batas usia pensiun.
 jika dipidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan Pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena melakukan suatu tindak pidana
melanggar sumpah janji atau penjara s.d 4 th, apabila diberhentikan dengan hormat
sebagai PNS, mendapat hak-hak kepegawaian, terhitung sejak akhir bulan
dicapainya batas usia pensiun.

C. CONTOH FORMAT DOKUMEN


Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 123
Surat Keterangan Bekerja Terus Menerus

KOP SURAT

SURAT KETERANGAN
Nomor : ..............................
Yang bertanda tangan dibawah ini, menerangkan dengan sebenarnya bahwa :

Nama :
NIP :
Pangkat/Golongan ruang  : 
Jabatan :
Instansi/Unit kerja :

selama menjadi Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan bekerja terus menerus, tidak
pernah terputus.

Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sesungguhnya berdasarkan data


kepegawaian yang bersangkutan, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Apabila di kemudian hari Surat Keterangan ini ternyata tidak benar, yang mengakibatkan
kerugian bagi negara, maka saya bersedia menanggung kerugian tersebut.

.............., .............................
a.n. Direktur Jenderal Perbendaharaan
Direktur/Kepala Kanwil.............

..........................
NIP ....................

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 124


Daftar Riwayat Pekerjaan (DRP)

DAFTAR RIWAYAT PEKERJAAN

1. Nama :
2. NIP :
3. Tempat dan Tanggal Lahir :
4. Pangkat/Golongan Ruang/tmt. :
5. Jabatan/Eselon :
6. Agama :
7. Status perkawinan :

DARI
RIWAYAT GOL KETERA-
NO. TGL/BLN/TH S/D UNIT KERJA
PEKERJAAN RUANG NGAN
TGL.BLN/TH

………….., ……………………..
a.n. Direktur Jenderal Perbendaharaan
Direktur/Kepala Kanwil ……….

…………………………
NIP ……………………

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 125


1. Surat Pernyataan Tidak Pernah Dijatuhi Hukuman Disiplin Tingkat Sedang/Berat

KOP SURAT

SURAT PERNYATAAN
TIDAK PERNAH DIJATUHI HUKUMAN DISIPLIN
TINGKAT SEDANG ATAU BERAT

Nomor : ........................................

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :
NIP :
Pangkat/Golongan Ruang :
Jabatan :
Unit Organisasi :
dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa Pegawai Negeri Sipil,
Nama :
NIP :
Pangkat/Golongan Ruang :
Jabatan :
Unit Organisasi :
tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat dalam 1 (satu) tahun
terakhir.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dengan mengingat sumpah
jabatan dan apabila di kemudian hari ternyata isi surat pernyataan ini tidak benar yang
mengakibatkan kerugian bagi negara, maka saya bersedia menanggung kerugian tersebut.

............, .............................
a.n. Direktur Jenderal Perbendaharaan
Direktur/Kepala Kanwil................

.....................
NIP .................

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 126


2. Surat Pernyataan Pengembalian Barang Milik Negara (SPP-BMN)

SURAT PERNYATAAN PENGEMBALIAN BARANG MILIK NEGARA (SPP-BMN)

Nomor : SPP-............................

Pada hari ini ........ tanggal ........ bulan ............ tahun ..........., saya yang bertanda-
tangan di bawah ini :
N a m a / NIP :
Pangkat/Gol. :
Jabatan :
Alamat :
berjanji dengan sesungguhnya bahwa ketika saya memasuki pensiun, setiap
barang milik negara yang saya kuasai atau gunakan akan saya kembalikan kepada Kepala
Kantor/Kepala Bagian Umum *) .............. sebagai Kuasa Pengguna Barang terhitung
mulai tanggal ................

Surat pernyataan ini, saya buat dalam keadaan sehat tanpa tekanan dari pihak-
pihak tertentu dan dapat digunakan untuk keperluan penyerahan barang milik negara
yang saya kuasai/gunakan.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dan dapat dipergunakan sebagaimana


mestinya.

Kepala Kantor/Kabag Umum *)................... Yang menyatakan

bermaterai

...................... ............................
NIP................ NIP .....................

Mengetahui :
a.n. Direktur Jenderal Perbendaharaan
Sekretaris Ditjen/Kepala Kanwil ...........*)

..........................................
NIP ...................................

*) coret yang tidak perlu

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 127


3. Laporan dari pimpinan unit kerja serendah-rendahnya eselon III kepada Pejabat
Pembina Kepegawaian (Menteri) tentang peristiwa yang mengakibatkan pegawai
bersangkutan tewas

KOP SURAT

Nomor : Lap- /…../…./20….. ………, ………….. 20….


Sifat : Amat Segera
Perihal : Laporan Pegawai Negeri Sipil/
Calon Pegawai Negeri Sipil yang
Tewas

Kepada :
Yth. Menteri Keuangan
di Jakarta

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
NIP :
Pangkat/Golongan Ruang :
Jabatan :

dengan ini melaporkan dengan hormat bahwa Pegawai Negeri Sipil/Calon Pegawai Negeri Sipil :
Nama :
NIP :
Pangkat/Golongan Ruang :
Jabatan :
Unit Organisasi :

Adapun peristiwa yang mengakibatkan PNS/CPNS tersebut tewas, adalah sebagai berikut :
1. ………………….. *)
2. …………………..
dst

Dengan ini kami mengusulkan agar kepada:


a. Pegawai Negeri Sipil tersebut diberikan kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi secara anumerta sesuai
dengan ketentuan Pasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 jo. Peraturan Pemerintah
Nomor 12 Tahun 2002
b. Calon Pegawai Negeri Sipil tersebut diangkat menjadi PNS dan diberikan kenaikan pangkat setingkat
lebih tinggi secara anumerta sesuai dengan ketentuan Pasal 22 dan Pasal 23 Peraturan Pemerintah
Nomor 99 Tahun 2000 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002

Kiranya perlu kami laporkan, bahwa menurut rencana Pegawai Negeri Sipil/Calon Pegawai Negeri Sipil
tersebut di atas akan dikebumikan pada :
Hari :
Tanggal :
Jam :
Tempat :

Demikian laporan ini dibuat dengan sesungguhnya dengan mengingat sumpah jabatan untuk dapat
digunakan sebagaimana mestinya.

Pejabat yang melaporkan


Kepala Kantor

………………..
NIP ……………

*) agar dijelaskan secara kronologis tentang tugas dan kegiatan yang sedang dilaksanakan pegawai ybs s.d. ybs meninggal

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 128


BAB XVI
BANTUAN HUKUM DAN SAKSI/SAKSI AHLI

A. DASAR HUKUM
1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 77/PMK.01/2008 tentang Bantuan Hukum di
lingkungan Departemen Keuangan;
2. Surat Edaran DJA No : SE-25/A/1987 tanggal 8 Juni 1987 tentang Pemanggilan terhadap
pejabat/pegawai Direktorat Jenderal Anggaran oleh Pengadilan/Kejaksaan/Kepolisian.

B. BANTUAN HUKUM
Pengaturan mengenai bantuan hukum bertujuan untuk ketertiban dalam penanganan
bantuan hukum di luar pengadilan maupun masalah hukum berupa perkara atau sengketa di muka
pengadilan yang menyangkut Kementerian Keuangan. Koordinasi dan pelaksanaan penelaahan
kasus hukum, bantuan hukum, pendapat hukum, pertimbangan hukum yang berkaitan dengan
tugas Kementerian Keuangan dilakukan oleh Biro Bantuan Hukum Sekretriat Jenderal.
Direktorat Jenderal Perbendaharaan tidak memiliki unit (bantuan) hukum tersendiri, oleh karena
itu bantuan hukum untuk para pejabat/pegawai di lingkungan Ditjen Perbendaharaan dilakukan
oleh Biro Bantuan Hukum Sekretariat Jenderal.

Bantuan Hukum diberikan kepada unit dan/atau Menteri, Mantan Menteri, Pejabat,
dan/atau Pegawai Aktif maupun yang telah pensiun yang menghadapi masalah hukum dalam
pelaksanaan tugas dan fungsinya.

Penanganan Bantuan Hukum terdiri dari :


a. Penanganan Bantuan Hukum yang mengarah pada proses pengadilan;
b. Penanganan Bantuan Hukum yang mengarah sedang dalam proses pengadilan;
c. Penanganan Bantuan Hukum setelah adanya putusan pengadilan.

Bantuan Hukum meliputi bidang pidana yang mencakup pidana umum dan pidana
korupsi, bidang perdata, bidang niaga dan bidang tata usaha negara. Pemberian Bantuan Hukum
dimaksud dapat berupa sebagai berikut :
a. Nasihat hukum khususnya mengenai hak dan kewajiban saksi atau tersangka dan/atau
terdakwa dalam setiap tahapan pemeriksaan;
b. Konsultasi hukum yang berkaitan dengan materi tindak pidana umum;
c. Pemahaman tentang ketentuan hukum acara pidana yang harus diperhatikan oleh saksi, ahli,
tersangka dan/atau terdakwa;
d. Pendampingan saksi dan ahli di Kepolisian dan/atau Kejaksaan;

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 129


e. Bantuan menyusun/menyiapkan materi tertulis untuk kepentingan kesaksian;
f. Bantuan menyiapkan saksi dan alat bukti bagi tersangka guna kepentingan pembelaan;
g. Hal-hal lain yang berkaitan dengan pemberian bantuan hukum.

Kepada pejabat/pegawai aktif maupun yang telah pensiun yang telah ditetapkan menjadi
tersangka atau terdakwa dapat menggunakan jasa advokat. Penggunaan jasa advokat tersebut
diberitahukan kepada Sekretaris Direktorat Jenderal dengan tembusan kepada Biro Bantuan
Hukum dengan surat yang dilampiri dengan asli dokumen kontrak penggunaan jasa advokat.

Biaya jasa advokat dapat diberikan penggantian oleh negara apabila pejabat/pegawai aktif
maupun yang telah pensiun tersebut dinyatakan tidak bersalah dengan putusan yang telah
berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde). Mekanisme penggantian biaya jasa advokat
dimaksud diatur lebih lanjut dalam peraturan tersendiri.

ALUR PERMOHONAN
BANTUAN HUKUM

C. SAKSI/SAKSI AHLI
Saksi atau Saksi Fakta adalah pejabat/pegawai yang mengalami, melihat, mendengar
secara langsung kejadian.

1. Untuk pejabat/pegawai yang diminta sebagai saksi (fakta) dapat diberikan bantuan hukum dari
Biro Bantuan Hukum Setjen dengan mengajukan permohonan melalui Kantor Pusat
(Sekretariat Ditjen Perbendaharaan);

2. Dalam keadaan mendesak pejabat/pegawai ybs dapat mengontak langsung Biro Bantuan
Hukum dan kemudian tetap mengajukan permohonan tertulis secara hirarkis;

Saksi Ahli adalah orang yang dianggap kompeten dalam suatu permasalahan.

1. Sedapat mungkin ditunjuk pejabat/pegawai terkait setempat yang memiliki pengetahuan dan
kompetensi memadai;

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 130


2. Apabila pejabat/pegawai yang diminta secara khusus telah dimutasi keluar daerah maka
diupayakan diganti oleh pejabat ex officio atau pegawai lainnya;

3. Bantuan hukum dari Biro bantuan Hukum untuk Saksi Ahli tidak perlu dimintakan kecuali
dalam perkembangannya dirasakan perlu.

Apabila dalam pemberian keterangan diperlukan/dimintakan berkas/dokumen yang


berhubungan dengan tugas pekerjaan pada unit kerja berkenaan, berkas maupun dokumen yang
diperlukan oleh instansi penyidik dalam perkara tersebut hanya dapat dilihat/diperiksa di
tempat/kantor dan tidak diperbolehkan dibawa keluar kantor. Namun demikian, bila hal tersebut
tidak dimungkinkan, dapat diberikan fotokopi dari dokumen maupun berkas tersebut dan dalam
penyerahannya harus dibuatkan berita acaranya.

ALUR PENUNJUKAN/PENUGASAN SAKSI/AHLI

permintaan
penunjukan
saksi/ahli
permintaan Direkorat
saksi/ahli

Kanpus penunjukan
saksi/ahli
permintaan
penunjukan dan
DJPBN penugasan Kanwil/
saksi/ahli
KPPN
penugasan
saksi/ahli penugasan
saksi/ahli
(Surat Tugas)

penugasan saksi/ahli
(Surat Tugas)
Pejabat/
• Surat Tugas Pegawai
• Dokumen
(dilengkapi
Berita Acara)
penugasan
saksi/ahli

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 131


BAB XVII
MUTASI PEGAWAI MENGIKUTI SUAMI

A. DASAR HUKUM
Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor SE-15/PB/2009 Tanggal 29 Mei 2009
tentang Pedoman dan Tata Cara Pengajuan Permohonan Pindah/Mutasi Pegawai dengan Alasan
Mengikuti Suami.

B. MUTASI PEGAWAI MENGIKUTI SUAMI


Dalam rangka menciptakan suasana kerja yang nyaman dan kondusif, meningkatkan
konsentrasi kerja pegawai, menjamin kepastian kebijakan, serta menjaga keselarasan antara
kepentingan pegawai dan kebutuhan organisasi, Direktorat Jenderal Perbendaharaan merasa
perlu untuk melakukan pengaturan bagi pegawai yang mengajukan pindah dengan alasan
mengikuti suami.
Ketentuan umum terkait mutasi pegawai dengan alasan mengikuti suami seperti diatur
dalam Surat Edaran tersebut adalah :
1. Pegawai wanita Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang suaminya berstatus sebagai
pegawai Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan mendapatkan mutasi karena dinas, tidak
perlu mengajukan permohonan mutasi, kecuali bila kota yang dituju berbeda dengan kota
penugasan suaminya.
2. Permohonan mutasi pegawai dengan alasan mengikuti suami yang bekerja di luar Direktorat
Jenderal Perbendaharaan, dapat disetujui secara selektif dan hanya dapat diberikan
kesempatan 2 (dua) kali selama menjadi pegawai Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
3. Permohonan mutasi pegawai untuk menetap pada suatu daerah dengan alasan mengikuti
suami menetap, dapat disetujui dan diberikan kesempatan 1 (satu) kali selama menjadi
pegawai Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
4. Apabila formasi pada unit kerja sesuai dengan permohonan tidak memungkinkan, pegawai
yang bersangkutan dapat ditempatkan pada unit kerja lain terdekat dengan unit kerja yang
dituju.
5. Permohonan mutasi ke unit kerja yang tidak satu wilayah kota dengan unit kerja suami atau
yang terdekat hanya dapat disetujui dengan alasan dan persyaratan tertentu yang menurut
penilaian perlu diberikan kebijakan khusus.
6. Bagi wanita yang menduduki jabatan tertentu, pola mutasi yang bersangkutan mengikuti pola
mutasi jabatan karier sesuai ketentuan yang berlaku. Apabila pegawai dimaksud mengajukan

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 132


permohonan mutasi dengan alasan kepentingan pribadi, yang bersangkutan dapat
dimutasikan tanpa menduduki jabatan.
7. Bagi pegawai dengan status suami pegawai Direktorat Jenderal Perbendaharaan mendapatkan
mutasi karena dinas, dapat melaksanakan tugas di unit tujuan setelah mendapatkan
pesetujuan dari para Kepala Kantor Wilayah terkait.
Pengajuan permohonan pindah/mutasi pegawai dengan alasan mengikuti suami dilakukan
dengan mekanisme sebagai berikut:
1. Pegawai yang mengajukan surat permohonan pindah mengikuti suami di luar pegawai
Direktorat Jenderal Perbendaharaan harus mengajukan permohonan kepada Direktur
Jenderal Perbendaharaan u.p. Sekretaris Ditjen Perbendaharaan secara hirarkis, baik untuk
mutasi antar Kantor Wilayah maupun dalam lingkup Kantor Wilayah yang bersangkutan.
2. Dokumen pendukung yang harus dilampirkan dalam permohonan pindah dimaksud adalah :
- Fotokopi surat kepangkatan terakhir;
- Fotokopi sah surat keputusan pindah suami;
- Fotokopi surat/akta nikah;
- KP4;
- Surat pernyataan bersedia meletakkan jabatan (jika menjabat).

C. CONTOH FORMAT DOKUMEN

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 133


Contoh Format
Surat Permohonan Pindah Mengikuti Suami Pegawai Ditjen Perbendaharaan yang dipindahkan dari Kantor
Pusat ke kantor vertikal Ditjen PBN

Kepada Yth.
Direktur Jenderal Perbendaharaan
u.p. Sekretaris Ditjen Perbendaharaan
melalui
Direktur …………………..

Yang bertandatangan dibawah ini :


Nama/NIP : ………………………………………..
Pangkat/Gol. : ………………………………………..
Jabatan : ………………………………………..

Dengan ini mengajukan permohonan pindah ke ………………………dengan alasan mengikuti


suami yang bernama …………… , NIP. …………………, Jabatan ………………, unit kerja
asal……………………, yang dengan surat keputusan ……………………..nomor :
…………………….. tanggal …………….dialihtugaskan ke …..………………………….

Sebagai bahan pertimbangan, terlampir kami sampaikan :


- Fotokopi SK kepangkatan terakhir;
- Fotokopi sah SK pindah suami;
- Fotokopi surat/akta nikah;
- KP4;
- Surat pernyataan bersedia meletakkan jabatan (jika menjabat)

Selama proses penyelesaian permohonan ini, kiranya kepada kami dapat diberikan izin untuk
melaksanakan tugas di ……………………mendahului Surat Keputusan Direktur Jenderal
Perbendaharaan.

Demikian permohonan ini disampaikan, atas perkenan dan izin Bapak disampaikan terima kasih.

…………….(tempat), ……………….(tanggal, bulan, tahun)


Pemohon,

…………………………………….
NIP. …………………

Tembusan :
1. Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan ….. (yang dituju)
2. Kepala KPPN………….. (yang dituju)

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 134


Contoh Format
Surat Permohonan Pindah Mengikuti Suami Pegawai Ditjen Perbendaharaan yang dipindahkan ke Kantor
Pusat/antar Kantor Wilayah Ditjen PBN

Kepada Yth.
Direktur Jenderal Perbendaharaan
u.p. Sekretaris Ditjen Perbendaharaan
melalui
Kepala Kantor Wilayah …………………..
melalui
Kepala KPPN ……………………

Yang bertandatangan dibawah ini :


Nama/NIP : ………………………………………..
Pangkat/Gol. : ………………………………………..
Jabatan : ………………………………………..

Dengan ini mengajukan permohonan pindah ke ………………………dengan alasan mengikuti


suami yang bernama …………… , NIP. …………………, Jabatan ………………, unit kerja
asal……………………, yang dengan surat keputusan ……………………..nomor :
…………………….. tanggal …………….dialihtugaskan ke …..………………………….

Sebagai bahan pertimbangan, terlampir kami sampaikan :


- Fotokopi SK kepangkatan terakhir;
- Fotokopi sah SK pindah suami;
- Fotokopi surat/akta nikah;
- KP4;
- Surat pernyataan bersedia meletakkan jabatan (jika menjabat)

Selama proses penyelesaian permohonan ini, kiranya kepada kami dapat diberikan izin untuk
melaksanakan tugas di ……………………mendahului Surat Keputusan Direktur Jenderal
Perbendaharaan.

Demikian permohonan ini disampaikan, atas perkenan dan izin Bapak disampaikan terima kasih.

……………….(tempat), ……………….(tanggal, bulan, tahun)


Pemohon,

…………………………………….
NIP. …………………

Tembusan :
1. Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan ….. (yang dituju)
2. Kepala KPPN………….. (yang dituju)

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 135


Contoh Format
Surat Permohonan Pindah Mengikuti Suami Pegawai Ditjen Perbendaharaan yang dipindahkan dalam
lingkup Kantor Wilayah Ditjen PBN

Kepada Yth.
Kepala Kantor Wilayah …………………..
Melalui
Kepala KPPN …………..

Yang bertandatangan dibawah ini :


Nama/NIP : ………………………………………..
Pangkat/Gol. : ………………………………………..
Jabatan : ………………………………………..

Dengan ini mengajukan permohonan pindah ke ………………………dengan alasan mengikuti


suami yang bernama …………… , NIP. …………………, Jabatan ………………, unit kerja
asal……………………, yang dengan surat keputusan ……………………..nomor :
…………………….. tanggal …………….dialihtugaskan ke …..………………………….

Sebagai bahan pertimbangan, terlampir kami sampaikan :


- Fotokopi SK kepangkatan terakhir;
- Fotokopi sah SK pindah suami;
- Fotokopi surat/akta nikah;
- KP4;
- Surat pernyataan bersedia meletakkan jabatan (jika menjabat)
Selama proses penyelesaian permohonan ini, kiranya kepada kami dapat diberikan izin untuk
melaksanakan tugas di ……………………mendahului Surat Keputusan Direktur Jenderal
Perbendaharaan.

Demikian permohonan ini disampaikan, atas perkenan dan izin Bapak disampaikan terima kasih.

…………….(tempat), ……………….(tanggal, bulan, tahun)


Pemohon,

…………………………………….
NIP. …………………

Tembusan :
Sekretaris Ditjen Perbendaharaan

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 136


Contoh Format
Surat Permohonan Pindah Mengikuti Suami di luar Pegawai Ditjen Perbendaharaan

Kepada Yth.
Direktur Jenderal Perbendaharaan
u.p. Sekretaris Ditjen Perbendaharaan
melalui
Kepala Direktur/Kantor Wilayah …………………..
Melalui
Kepala KPPN …………..

Yang bertandatangan dibawah ini :


Nama/NIP : ………………………………………..
Pangkat/Gol. : ………………………………………..
Jabatan : ………………………………………..

Dengan ini mengajukan permohonan pindah ke …………………….dengan alasan mengikuti


suami yang bernama …………… , NIP. …………………, Jabatan ………………, unit kerja
…………………… (sampai departemen).

Sebagai bahan pertimbangan, terlampir kami sampaikan :


- Fotokopi SK kepangkatan terakhir;
- Fotokopi sah SK pindah suami;
- Fotokopi surat/akta nikah;
- KP4;
- Surat pernyataan bersedia meletakkan jabatan (jika menjabat)

Demikian permohonan ini disampaikan, atas perkenan Bapak disampaikan terima kasih.

………….(tempat), ……………….(tanggal, bulan, tahun)


Pemohon,

…………………………………….
NIP. …………………

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 137


BAB XVIII
EVALUASI DAN PENILAIAN JABATAN DAN PERINGKAT
BAGI PELAKSANA

A. DASAR HUKUM
1. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 190/PMK.01/2008 tanggal 20 November 2008
Tentang Pedoman Penetapan, Evaluasi, Penilaian, Kenaikan Dan Penurunan Jabatan Dan
Peringkat Bagi Pemangku Jabatan Pelaksana Di Lingkungan Departemen Keuangan;
2. Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor SE-30/PB/2009 tentang Pelaksanaan
Penetapan, Evaluasi, Penilaian, Kenaikan Dan Penurunan Jabatan Dan Peringkat Bagi
Pemangku Jabatan Pelaksana di Lingkungan Ditjen Perbendaharaan;
3. Surat Sekretaris Ditjen Perbendaharaan Nomor S-5882/PB.1/2011 tanggal 16 Juni 2011;
4. Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor S-7268/PB/2011 tanggal 29 Juli 2011;
5. Surat Sekretaris Ditjen Perbendaharaan Nomor S-7649/PB.1/2011 tanggal 9 Agustus 2011.

B. PENETAPAN PELAKSANA DALAM JABATAN DAN PERINGKATNYA


1. Penetapan jabatan dan peringkat bagi Pelaksana terdiri dari:
a. Penetapan jabatan dan peringkat untuk pertama kali, meliputi:
1) Calon Pegawai Negeri Sipil atau Pegawai Negeri Sipil di lingkungan
Kementerian Keuangan yang tidak menduduki jabatan struktural ataupun jabatan
fungsional dan belum mempunyai jabatan dan peringkat;
2) Pegawai pindahan dari luar Kementerian Keuangan;
3) Pejabat struktural/fungsional yang non job karena hukuman yang menjadi
Pelaksana;
4) Pegawai yang dimutasi dari jabatan struktural/fungsional menjadi Pelaksana; dan
5) Pegawai Kementerian Keuangan yang dipekerjakan/diperbantukan yang belum
memperoleh jabatan dan peringkat dan kemudian kembali ke Kementerian
Keuangan.
b. Penetapan kembali dalam jabatan dan peringkatnya, meliputi:
1) Pelaksana yang dimutasi antar unit organisasi di lingkungan Kementerian
Keuangan yang semula telah memiliki jabatan dan peringkat;
2) Pelaksana yang semula telah memiliki jabatan dan peringkat kemudian
diperbantukan/dipekerjakan dan kembali ke Kementerian Keuangan;
3) Pelaksana yang mengalami kenaikan/penurunan jabatan dan peringkat
berdasarkan hasil penilaian;

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 138


4) Pelaksana yang terkena hukuman disiplin penurunan pangkat; dan
5) Pejabat struktural, Pejabat fungsional, atau Pelaksana yang telah memiliki jabatan
dan peringkat yang mengambil cuti di luar tanggungan negara kemudian kembali
ke Kementerian Keuangan.
2. Pejabat struktural/fungsional yang non job karena hukuman yang menjadi Pelaksana
jabatan dan peringkatnya ditetapkan:
a. pada peringkat 12, bagi mantan pejabat eselon I dan eselon II;
b. dua tingkat di bawah peringkat maksimal, bagi mantan pejabat eselon III, eselon IV,
dan pejabat fungsional,
3. Pelaksana yang dimutasi dalam lingkup 1 (satu) unit eselon II di lingkungan Kementerian
Keuangan diberikan peringkat jabatan yang sama dengan peringkat jabatan sebelumnya.
4. Pegawai yang menduduki jabatan struktural yang melaksanakan tugas belajar lebih dari 6
(enam) bulan, jabatan dan peringkatnya ditetapkan pada peringkat jabatan Pelaksana tertinggi
yaitu 12 (dua belas), berlaku mulai pada bulan pertama saat melaksanakan tugas belajar.
5. Pegawai yang menduduki jabatan fungsional dan Pelaksana yang melaksanakan tugas belajar
lebih dari 6 (enam) bulan, jabatan dan peringkatnya ditetapkan sebagai berikut:
a. bagi Pelaksana diberikan peringkat yang sama, berlaku mulai pada bulan pertama saat
melaksanakan tugas belajar;
b. bagi pejabat fungsional yang telah ditetapkan peringkatnya sampai dengan peringkat 12
(dua belas), diberikan peringkat yang sama dengan peringkat sebelumnya,berlaku mulai
pada bulan pertama saat melaksanakan tugas belajar;
c. bagi pejabat fungsional yang telah ditetapkan peringkatnya di atas peringkat 12 (dua
belas), diberikan peringkat 12 (dua belas), berlaku mulai pada bulan pertama saat
melaksanakan tugas belajar.

C. EVALUASI PELAKSANA DALAM JABATAN DAN PERINGKATNYA


1. Atasan langsung Pelaksana melakukan evaluasi terhadap Pelaksana setiap 6 (enam) bulan
secara periodik, yaitu pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni dan bulan Juli sampai
dengan bulan Desember.
2. Evaluasi Pelaksana dalam jabatan dan peringkatnya dilakukan atas dasar penilaian 3 (tiga)
komponen yang meliputi :
a. Pelaksanaan Pekerjaan dengan bobot penilaian 40%;
b. Disiplin Kehadiran dengan bobot penilaian 30%; dan
c. Sikap dan Perilaku Terhadap Pekerjaan dengan bobot penilaian 30%.
3. Pada awal periode evaluasi, setiap atasan langsung wajib menetapkan rencana kinerja bagi

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 139


pelaksana yang akan dievaluasi, dengan menggunakan tabel pelaksanaan pekerjaan pada
huruf A pada format hasil evaluasi.
4. Penilaian terhadap komponen Pelaksanaan Pekerjaan dilakukan berdasarkan indikator
pencapaian atau realisasi atas rencana kinerja yang telah ditetapkan.
5. Penilaian terhadap komponen Disiplin Kehadiran dilakukan berdasarkan 2 (dua) indikator
Kedisiplinan sesuai dengan tabel Disiplin Kehadiran pada huruf B format evaluasi.
6. Hasil evaluasi bagi Pelaksana yang mengalami mutasi dan belum digunakan sebagai dasar
penilaian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam penilaian pada unit yang baru.
7. Indikator kedisiplinan meliputi:
a. Ketidakhadiran:
1) tanpa keterangan yang sah untuk satu hari kerja, nilainya dikurangi 5% dan setiap
keterlambatan (TL) atau pulang sebelum waktunya (PSW) masing-masing nilainya
dikurangi 1,25%;
2) dengan keterangan yang sah, yang meliputi:
a) alasan sakit dibuktikan dengan surat keterangan dokter;
b) ijin/TL/PSW secara tertulis karena alasan penting yang disetujui atasan
langsung, dengan menggunakan format ijin tertulis.
b. Kepatuhan selama jam kerja, dinilai dari keberadaan di tempat tugas, diberikan nilai:
1) 100, apabila selalu berada di tempat tugas;
2) 70 – 99, apabila sangat sering berada di tempat tugas;
3) 40 – 69, apabila sering berada di tempat tugas;
4) 1 – 39, apabila kadang-kadang berada di tempat tugas
5) 0, apabila tidak pernah berada di tempat tugas.
8. Penilaian terhadap komponen sikap dan perilaku terhadap pekerjaan dilakukan berdasarkan
rata-rata dari 4 (empat) indikator sikap dan perilaku terhadap pekerjaan sesuai dengan sikap
dan perilaku terhadap pekerjaan pada huruf C format hasil evaluasi di atas.
9. Indikator Sikap dan Perilaku Terhadap Pekerjaan terdiri dari:
a. Tanggung jawab terhadap pekerjaan, diberikan nilai:
1) 100, apabila selalu menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan tepat waktu;
2) 70 – 99, apabila sangat sering menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan tepat
waktu;
3) 40 – 69, apabila sering menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan tepat waktu;
4) 1 – 39, apabila kadang-kadang menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan tepat
waktu;
5) 0, apabila tidak pernah menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan tepat waktu;

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 140


b. Kerjasama dalam melaksanakan tugas, diberikan nilai:
1) 100, apabila selalu mampu bekerjasama dengan orang lain untuk mewujudkan hasil;
2) 70 – 99, apabila sangat sering mampu bekerjasama dengan orang lain untuk
mewujudkan hasil;
3) 40 – 69, apabila sering mampu bekerjasama dengan orang lain untuk mewujudkan
hasil
4) 1 – 39, apabila selalu mampu bekerjasama dengan orang lain untuk mewujudkan
hasil
5) 0, apabila tidak pernah mampu bekerjasama dengan orang lain untuk mewujudkan
hasil
c. Prakarsa/inisiatif dalam bekerja, diberikan nilai:
1) 100, apabila selalu memiliki gagasan, inisiatif, dan terobosan terhadap pekerjaan;
2) 70 – 99, apabila sangat sering memiliki gagasan, inisiatif, dan terobosan terhadap
pekerjaan;
3) 40 – 69, apabila sering memiliki gagasan, inisiatif, dan terobosan terhadap pekerjaan;
4) 1 – 39, apabila kadang-kadang memiliki gagasan, inisiatif, dan terobosan terhadap
pekerjaan;
5) 0, apabila tidak pernah memiliki gagasan, inisiatif, dan terobosan terhadap pekerjaan;
d. Integritas, secara kualitatif rata-rata dinilai dari indikator:
1) 100, apabila selalu mempertahankan kejujuran dan memegang teguh kode etik;
2) 70 – 99, apabila sangat sering mempertahankan kejujuran dan memegang teguh kode
etik;
3) 40 – 69, apabila sering mempertahankan kejujuran dan memegang teguh kode etik;
4) 1 – 39, apabila kadang-kadang mempertahankan kejujuran dan memegang teguh
kode etik;
5) 0, apabila tidak pernah mempertahankan kejujuran dan memegang teguh kode etik;
10. Kriteria total nilai tertimbang atas hasil evaluasi adalah sebagai berikut:
a. bernilai baik, apabila memiliki nilai antara 90 sampai dengan 100;
b. bernilai sedang, apabila memiliki nilai antara 70 sampai dengan 89; dan
c. bernilai kurang apabila memiliki nilai 69 ke bawah.
11. Hasil evaluasi bersifat rahasia dan tidak dapat diakses oleh siapapun, kecuali pejabat yang
menangani kepegawaian pada unit tersebut dan Pejabat Penilai.
12. Terhadap hasil evaluasi berlaku ketentuan:
a. atasan langsung pelaksana menyampaikan kepa pimpinan unit organisasi pelaksana yang
bersangkutan secara berjenjang;

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 141


b. hasil evaluasi disimpan untuk sementara pada unit yang menangani kepegawaian
sebahgai bahan penilaian oleh Pejabat Penilai;
c. hasil evaluasi disampaikan kepada Pejabat Penilai oleh pimpinan yang menangani
kepegawaian, setelah melalui 2 (dua) periode evaluasu.
13. Hasil evaluasi bagi Pelaksana yang mengalami mutasi dan belum digunakan sebagai dasar
penilaian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam penilaian pada unit yang baru.

D. PENILAIAN PELAKSANA DALAM JABATAN DAN PERINGKATNYA


1. Pejabat Penilai melakukan penilaian atas hasil evaluasi dan mempunyai tugas:
a. melakukan penilaian atas hasil evaluasi yang disampaikan oleh pimpinan unit yang
menangani kepegawaian;
b. melakukan penilaian terhadap Pelaksana yang baru dimutasi antar unit eselon II; dan
c. merekomendasikan penetapan jabatan dan peringkat bagi pelaksana
2. Penilaian untuk Pelaksana pada Kantor Pusat dilakukan oleh Pejabat Penilai Kantor Pusat
yang terdiri dari:
a. Pejabat Eselon II unit yang bersangkutan, sebagai pimpinan sidang;
b. Pejabat Eselon III atasan Pelaksana yang bersangkutan;
c. Seluruh Pejabat Eselon III lainnya dalam lingkup Eselon II yang bersangkutan; dan
d. Pejabat Eselon III yang membidangi urusan kepegawaian pada masing-masing unit
eselon I.
3. Penilaian untuk Pelaksana pada instansi vertikal setingkat eselon II, dilakukan oleh Pejabat
Penilai Instansi Vertikal yang terdiri dari:
a. Pejabat Eselon II unit yang bersangkutan, sebagai pimpinan sidang;
b. Pejabat Eselon III atasan Pelaksana yang bersangkutan;
c. Minimal 2 (dua) orang Pejabat Eselon III lainnya dalam lingkup Eselon II yang
bersangkutan; dan
d. Pejabat Eselon III yang membidangi urusan kepegawaian pada masing-masing unit
eselon II.
4. Penilaian untuk Pelaksana pada instansi vertikal setingkat eselon III, dilakukan oleh Pejabat
Penilai Instansi Vertikal yang terdiri dari:
a. Pejabat Eselon III unit yang bersangkutan, sebagai pimpinan sidang;
b. Pejabat Eselon IV atasan Pelaksana yang bersangkutan;
c. Minimal 2 (dua) orang Pejabat Eselon IV lainnya dalam lingkup Eselon III yang
bersangkutan; dan
d. Pejabat Eselon IV yang membidangi urusan kepegawaian pada masing-masing unit

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 142


eselon III.
5. Tata Cara Penilaian:
a. Pejabat Penilai melakukan sidang penilaian sesuai dengan kebutuhan, paling kurang 1
(satu) tahun sekali atas hasil evaluasi;
b. Sidang penilaian dapat dilaksanakan apabila dihadiri oleh paling kurang 50% + 1 dari
jumlah Pejabat Penilai;
c. Pejabat Penilai melakukan penilaian atas hasil evaluasi dalam sidang penilaian
d. Hasil sidang penilaian Pejabat Penilai Pejabat Penilai tersebut dituangkan dalam format
Berita Acara Hasil Penilaian dan Lampirannya;
e. Berdasarkan hasil sidang penilaian, Pejabat Penilai menyusun surat rekomendasi
penetapan pelaksana untuk:
1) kenaikan jabatan dan peringkat bagi Pelaksana yang telah dievaluasi;
2) penurunan jabatan dan peringkat bagi Pelaksana yang telah dievaluasi; atau
3) Pelaksana tetap pada jabatan dan peringkatnya.
f. Lembar asli hasil evaluasi yang telah dilakukan penilaian disimpan dalam dosir pegawai
yang bersangkutan, bersifat rahasia dan tidak dapat diakses oleh siapapun kecuali pejabat
yang menangani kepegawaian pada unit tersebut dan Pejabat Penilai.
6. Pejabat Penilai wajib menyampaikan surat rekomendasi dengan dilampiri Berita Acara Hasil
Penilaian kepda pejabat yang berwenang menetapkan pelaksana dalam jabatan dan peringkat
sesuai ketentuan yang berlaku.
7. Khusus rekomendasi yang disampaikan oleh Pejabat Penilai Instansi Vertikal setingkat
Eselon III dan eselon IV, perlu diharmonisasikan oleh Pejabat eselon III yang menangani
bidang kepegawaian di lingkungan Kantor Wilayah yang bersangkutan.
8. Pelaksana dapat direkomendasikan kenaikan jabatan dan peringkatnya setingkat lebih tinggi;
oleh Pejabat Penilai apabila memenuhi kriteria umum dan kriteria khusus.
9. Kriteria umum meliputi:
a. kompetensi teknis sesuai dengan kompetensi yang dipersyaratkan pada jabatan yang
diusulkan;
b. syarat jabatan pada jabatan yang diusulkan;
c. telah melaksanakan tugas paling kurang 2 (dua) tahun pada peringkat jabatan yang lama;
d. tidak sedang menjalani hukuman disiplin.
10. Kriteria khusus mengacu pada:
a. penilaian 3 (tiga) komponen yang meliputi pelaksanaan pekerjaan, disiplin kehadiran,
sikap dan prilaku terhadap pekerjaan.
b. jumlah total nilai tertimbang bernilai baik yaitu antara 90 sampai dengan 100

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 143


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, selama 4 (empat) periode evaluasi berturut-turut.
11. Bagi pelaksana yang lulus Ujian Penyesuaian Kenaikan Pangkat (UPKP), atau Diploma III
atau IV Kedinasan, atau Tugas Belajar (S2/S3) dapat dinaikan jabatan dan peringkatnya 1
(satu) tingkat lebih tinggi apabila 1 (satu) tahun setelah lulus UPKP, atau Diploma III atau IV
kedinasan, atau Tugas Belajar (S2/S3) dan memiliki total nilai tertimbang bernilai baik yaitu
antara 90 sampai dengan 100. Kenaikan jabatan dan peringkat ini tetap memperhatikan
periode evaluasi kinerja dalam satu tahun (dua kali periode evaluasi).
12. Periode evaluasi bagi pelaksana yang telah selesai tugas belajar dihitung sejak yang
bersangkutan melaksanakan tugas kembali sehingga memiliki minimal dua kali periode
evaluasi (1 periode pertama minimal dua bulan).
Contoh: Pelaksana yang telah selesai tugas belajar dan kembali melaksanakan tugas pada
bulan Oktober 2010, maka perhitungan periode evaluasinya adalah:
- Periode I : November – Desember 2010
- Periode II : Januari – Juni 2011
13. Pelaksana dapat direkomendasikan penurunan jabatan dan peringkatnya setingkat lebih
rendah oleh Pejabat Penilai apabila nilai rata-rata setiap komponen pada kriteria khusus
bernilai 69 ke bawah selama 4 (empat) kali periode penilaian atau evaluasi berturut-turut.
14. Rekomendasi penetapan Pelaksana yang baru dimutasi antar unit eselon II dilakukan dengan
mempertimbangkan jabatan dan peringkat terakhir dan hasil evaluasi pada unit eselon II
sebelumnya.

E. KENAIKAN DAN PENURUNAN JABATAN DAN PERINGKAT BAGI


PELAKSANA
1. Pelaksana dapat dinaikkan atau diturunkan jabatan dan peringkatnya.
2. Dalam menetapkan kenaikan atau penurunan jabatan dan peringkat pelaksana, pejabat yang
berwenang wajib memperhatikan rekomendasi dari Pejabat Penilai dan formasi yang ada.
3. Penetapan kenaikan atau penurunan jabatan dan peringkat pelaksana bersifat final.
4. Kenaikan/penurunan/tetap jabatan dan peringkat pelaksana ditetapkan dalam bentuk
keputusan.

F. HAL-HAL PENTING LAINNYA


1. Sesuai pasal 28 ayat 1 PMK 190/PMK.01/2008 bahwa semua keputusan mengenai jabatan
dan peringkat pelaksana (naik/tetap/turun) yang telah ditetapkan sebelum berlakunya PMK
tersebut dinyatakan berlaku.
2. Semua keputusan mengenai jabatan dan peringkat pelaksana yang dibuat setelah berlakunya

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 144


PMK 190/PMK.01/2008 harus merujuk kepada PMK tersebut.
3. Pegawai yang ditetapkan jabatan dan peringkatnya dengan ketetapan naik/tetap/turun pada
Januari 2010, sesuai dengan pasal 27 PMK 190/PMK.01/2008 adalah pegawai yang
ditetapkan jabatan dan peringkatnya sebelumnya sampai dengan periode 31 Desember 2007
dengan dua kali periode evaluasi di tahun 2009 (Januari s.d Juni 2009 dan Juli s.d Desember
2009).
4. Bagi pelaksana yang ditetapkan jabatan dan peringkatnya (naik/tetap/turun) pada tahun 2008
sebelum berlakunya PMK 190/PMK.01/2008, maka peninjauan jabatan dan peringkat
berikutnya dilaksanakan pada periode Januari 2011 setelah empat kali periode evaluasi
kinerja yaitu Januari s.d Juni 2009, Juli s.d Desember 2009, Januari s.d Juni 2010, dan Juli
s.d Desember 2010.
5. Pelaksana yang telah memenuhi empat periode evaluasi kinerja dengan rekomendasi
naik/tetap/turun harus ditetapkan dalam suatu keputusan dan penetapan tersebut akan
menjadi dasar penentuan periode penetapan penilaian jabatan dan peringkat berikutnya.
6. Dikecualikan dari ketentuan diatas adalah bagi pegawai pelaksana yang lulus UPKP, atau
Diploma III atau IV Kedinasan atau Tugas Belajar (S2/S3) dapat dinaikkan jabatan dan
peringkatnya satu tingkat lebih tinggi apabila satu tahun setelah lulus UPKP, atau Diploma
III atau IV Kedinasan atau Tugas Belajar (S2/S3) dan memiliki total nilai tertimbang bernilai
baik yaitu antara 90 sampai dengan 100, dan ijazah tugas belajar/STLUPKP dimaksud adalah
yang diterbitkan setelah berlakunya PMK 190/PMK.01/2008 serta berdasarkan hasil
penilaian dua kali periode evaluasi kinerja (2 semester) yang belum digunakan sebagai dasar
penilaian penetapan jabatan dan peringkat sebelumnya (pasal 23 ayat 4 PMK
190/PMK.01/2008).
7. Setelah berlakunya PMK 190/PMK.01/2008, tidak ada penetapan tahun 2009 kecuali
penetapan jabatan dan peringkat CPNS tahun 2009 dan pegawai yang selesai tugas
diperbantukan pada BRR pada tahun 2009.
8. Pegawai yang sedang tugas belajar dan tidak mempunyai periode evaluasi kinerja yang
dimiliki sebelum tugas belajar, tidak dapat ditetapkan dalam surat keputusan (selama tugas
belajar tidak ada kinerja yang dievaluasi).
9. Naik/turun peringkat hanya satu level kecuali sebelum berlakunya PMK 190/PMK.01/2008.
10. Apabila terdapat penetapan yang tidak sesuai dengan ketentuan, maka penetapan tersebut
harus dibatalkan/diralat. Penetapan surat keputusan jabatan dan peringkat selanjutnya agar
menyesuaikan dengan kondisi setelah dilakukan perbaikan berupa pembatalan/perubahan.
11. Surat Keputusan ralat / pembatalan ditetapkan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal untuk
lingkup Kantor Pusat dan Kepala Kantor Wilayah untuk Kantor Wilayah berkenaan dimana

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 145


PNS saat ini definitif.
12. Penetapan kenaikan/penurunan/tetap jabatan dan peringkat pelaksana ditetapkan dalam
bentuk keputusan sebagai bentuk penguatan atas rekomendasi terhadap hasil evaluasi
penilaian kinerja pelaksana.
13. Pelaksana yang direkomendasikan tetap dapat direkomendasikan kembali dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Bagi pelaksana yang telah direkomendasikan tetap pada peringkat dan jabatannya
karena salah satu/beberapa periode penilaiannya (dari 4 periode penilaian) ada yang
bernilai sedang/kurang, maka pelaksana yang bersangkutan baru dapat ditetapkan
kembali jabatan dan peringkatnya setelah memiliki 4 periode penilaian yang baru;
b. Bagi pelaksana yang telah direkomendasikan tetap karena syarat kepangkatan pada
peringkat jabatannya telah maksimal walaupun 4 periode penilaiannya bernilai baik dan
kompetensinya memenuhi, maka pelaksana yang bersangkutan dapat ditetapkan
kembali peringkat dan jabatannya setelah memperoleh kenaikan pangkat/golongan
dalam sidang penilaian berikutnya dengan syarat harus mempunyai minimal 2 bulan
dalam satu periode evaluasi antara (Januari  -  Juni) dan (Juli  - Desember) yang
bersangkutan aktif bekerja. 
14. Pelaksana yang telah ditetapkan jabatan dan peringkatnya (naik/tetap/turun) pada tahun 2008
kemudian ditetapkan kembali dengan penetapan naik pada tahun 2010, maka pelaksana
tersebut harus menyetor atas kelebihan pembayaran TKPKN pada jabatan dan peringkat
barunya dengan berpedoman pada ketentuan sebagai berikut :
a. Jangka waktu pengembalian kelebihan pembayaran TKPKN maksimal sampai
dengan 30 bulan;
b. Bagi pegawai yang akan memasuki masa pensiun dalam waktu kurang dari 30 bulan,
dapat diberikan pilihan mengembalikan kelebihan pembayaran tersebut dengan :
 Membayar angsuran setiap bulan hingga lunas sampai dengan masa baktinya
selesai, atau;
 Membayar angsuran sebanyak 30 bulan, yang terdiri dari pembayaran
angsuran setiap bulan selama masih bertugas, sedangkan sisa angsuran
diperhitungkan pada SKPP.

G. CONTOH FORMAT DOKUMEN

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 146


Format Hasil Evaluasi
KOP SURAT

HASIL EVALUASI
Nama/NIP :
Pangkat/gol ruang :
Jabatan/peringkat :
TMT Jabatan :
Unit :
Periode evaluasi :
A. Pelaksanaan Pekerjaan (bobot 40%)
No. Uraian Pekerjaan*) Target**) Realisasi Nilai Keterangan

Nilai tertimbang

Keterangan:
*) Uraian pekerjaan mengacu pada uraian jabatan dan berdasarkan petunjuk atasan
**) Untuk jabatan yang karena sifat tugasnya sulit ditentukan targetnya (misalnya jabatan
pengemudi dan protokol), penetapan target menggunakan angka kuantitatif relatif
(persentase)

B. Disiplin Kehadiran (bobot 30%)


No. Kedisiplinan Jumlah/Kondite Nilai Keterangan

1  Jumlah ketidakhadiran
 Jumlah kehadiran tidak tepat
waktu/pulang sebelum waktunya
(PSW) dan terlambat (TL)

2 Kepatuhan selama jam kerja


Nilai tertimbang

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 147


Keterangan:
 1 hari ketidakhadiran mengurangi nilai 5
 1 kali PSW/TL mengurangi nilai 1,25
 Nilai= 100-(((jml ketidakhadiran x 5) + (Jml kehadiran tidak tepat waktu x 1,25))/6 bulan)
C. Sikap dan Perilaku Terhadap Pekerjaan (bobot 30%)
No. Sikap dan Perilaku Terhadap Pekerjaan Nilai Keterangan
1. Tanggung jawab terhadap pekerjaan
2. Kerjasama dalam melaksanakan tugas
3. Prakarsa/inisiatif dalam bekerja
4. Integritas
Nilai tertimbang

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 148


BAB XIX
PENGUSULAN PENGANUGERAHAN PENGHARGAAN
SATYALANCANA KARYA SATYA

A. DASAR HUKUM
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1994 tentang Tanda Kehormatan
Tanda Satyalancana Karya Satya;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan
Tanda Kehormatan;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan
4. Keputusan Dirjen Perbendaharaan Nomor KEP-84/PB/2010 tentang tentang Pedoman
Pengusulan Penganugerahan Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya di Lingkungan
Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

B. PENGERTIAN
Tanda kehormatan Satyalancana Karya Satya adalah tanda kehormatan yang dianugerahkan
Pegawai Negeri Sipil yang dalam melaksanakan tugasnya telah menunjukkan kesetiaan,
pengabdian, kecakapan, kejujuran dan kedisiplinan, yang dibedakan dalam:
a. Satyalancana Karya Satya sepuluh tahun apabila telah bekerja secara terus-menerus
sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun;
b. Satyalancana Karya Satya dua puluh tahun apabila telah bekerja secara terus-menerus
sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) tahun;
c. Satyalancana Karya Satya tiga puluh tahun apabila telah bekerja secara terus-menerus
sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun.

C. PERSYARATAN UMUM
Pegawai yang diusulkan untuk menerima tanda kehormatan Satyalancana Karya Satya wajib
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin baik tingkat ringan, sedang ataupun berat;
2. tidak pernah melanggar kode etik pegawai direktorat jenderal perbendaharaan;
3. memiliki kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran, dan kedisiplinan;
4. memiliki moralitas yang tinggi;
5. memiliki budi pekerti yang dapat diteladani;

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 149


6. nilai rata-rata dp3 tahun terakhir minimal 76 (baik), dengan nilai unsur kesetiaan minimal 91
(amat baik) dan nilai unsur kejujuran minimal 76 (baik).

D. PERSYARATAN KHUSUS
Persyaratan khusus dalam penilaian calon penerima sekaligus sebagai dokumen yang diperlukan
dalam pengusulan penerima penghargaan tanda kehormatan Satyalancana Karya Satya adalah
sebagai berikut:
1. Daftar Riwayat Hidup Singkat dimana kolom Riwayat Pekerjaan diisi secara kronologis
dimulai sejak diangkat sebagai pegawai bulanan/calon pegawai (Contoh Format 1 );
2. Surat Keputusan Pengangkatan Pertama sebagai pegawai bulanan/calon pegawai;
3. Surat Keputusan Kenaikan Pangkat Terakhir;
4. Surat Keputusan Pengangkatan dalam jabatan/mutasi terakhir (bila menjabat);
5. Fotokopi Piagam Satyalancana Karya Satya atau penghargaan lain yang pernah diterima,
baik dari dalam atau luar organisasi Kementerian Keuangan sehubungan dengan pekerjaan
atau pengalaman/pengabdian di masyarakat (apabila ada);
6. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) tahun terakhir;
7. Surat Pernyataan yang menyatakan kelayakan seorang pegawai untuk dijadikan calon
penerima penghargaan dari pimpinan unit organisasi (Contoh Format 2);
8. Surat Rekomendasi dari atasan langsung dan rekan sejawat (Contoh Format 3a & Format
3b);
9. Surat Pernyataan bahwa calon penerima tidak menggunakan/menguasai barang milik negara
secara tidak sah (Contoh Format 4);
10. Salinan Laporan Ketertiban Pegawai tiga bulan terakhir;
11. Kritik yang membangun dan usulan/ide/gagasan bagi kemajuan Ditjen Perbendaharaan
maksimal dua halaman dengan format terlampir (Contoh Format 5).

D. PROSES PENGUSULAN
1. Usulan calon penerima penghargaan merupakan kewajiban pihak atasan untuk mengusulkan
pegawai yang memenuhi persyaratan di lingkungannya masing-masing.
2. Usulan calon penerima penghargaan dikirimkan oleh unit kerja kepada unit eselon II yang
membawahinya. Khusus untuk Bagian-Bagian lingkup Setditjen Perbendaharaan agar
dikoordinasikan dengan Bagian Administrasi Kepegawaian. Usulan yang tidak melalui jalur
hirarkis tidak akan diproses.
3. Unit Eselon II kemudian berkewajiban melakukan seleksi administrasi terhadap daftar usulan
di lingkungan kerjanya dalam hal kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan. Untuk

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 150


menjamin kecermatan dan ketelitian, maka setiap satu usulan agar dimasukkan dalam satu
map tersendiri dan diperiksa kelengkapannya menggunakan lembar pengawasan/check list.
4. Hasil seleksi administrasi di tingkat eselon II kemudian dibuatkan Daftar Calon Penerima
yang disusun berdasarkan jenis tanda kehormatan Satyalancana Karya Satya dan diteruskan
bersama-sama dengan surat pengusulan ke Bagian Administrasi Kepegawaian, Sekretariat
Ditjen Perbendaharaan.
5. Selanjutnya Bagian Administrasi Kepegawaian, Sekretariat Ditjen Perbendaharaan
melakukan penilaian terhadap usulan tersebut dan meneruskannya ke Sekretariat Jenderal
Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

E. LAIN-LAIN
1. Dalam pelaksanaan penilaian ini, Sekretaris Ditjen Perbendaharaan akan membentuk suatu
tim penilai. Penilaian oleh tim dimaksud berdasarkan kriteria penilaian yang telah ditetapkan.
2. Keputusan Tim Penilai baik di tingkat daerah maupun pusat bersifat mutlak dan tidak dapat
diganggu gugat.

F. CONTOH FORMAT DOKUMEN

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 151


Contoh Format 1
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP SINGKAT

I. KETERANGAN PERORANGAN
1. Nama Lengkap : …………………………………………………………..
2. NIP : …………………………………………………………..
3. Tempat / tanggal lahir : …………………………………………………………..
4. Pangkat / Golongan ruang : …………………………………………………………..
5. Jabatan terakhir : …………………………………………………………..
6. Instansi : …………………………………………………………..
7. Jenis kelamin : …………………………………………………………..
8. Agama : …………………………………………………………..
9. Alamat rumah : …………………………………………………………..
……………………………………………………………
10. Pendidikan terakhir : …………………………………………………………..

II. RIWAYAT PEKERJAAN

NO. PANGKAT / JABATAN


GOL. RUANG
TERHITUNG NAMA PEJABAT NOMOR DAN
MULAI JABATAN YANG TANGGAL.
TANGGAL MENETAPKAN SKEP
1 2 3 4 5
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
III. TANDA KEHORMATAN YANG TELAH DIMILIKI

NO. NAMA BINTANG/ SURAT KEPUTUSAN NAMA NEGARA


SATYALANCANA / INSTANSI
TERHITUNG NOMOR TANGGAL YANG
MULAI MEMBERIKAN
TANGGAL
1 2 3 4 5

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 152


IV. HUKUMAN DISIPLIN

NO. JENIS SURAT KEPUTUSAN PEJABAT


HUKUMAN YANG
NOMOR TANGG TERHIT MENETAPKAN
AL UNG
MULAI
TANGGA
L
1 2 3 4 5 6

………………………,…………………..
Kepala/Pejabat …………………..*)

(……………………….)
NIP.………………
Keterangan:
*) Atasan langsung minimal eselon III

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 153


Contoh Format 2

KOP SURAT

SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini Kepala ........................*), menyatakan dengan sesungguhnya


bahwa :
Nama :
NIP :
Pangkat/Golongan ruang :
Unit Organisasi :
Dengan ini dinyatakan bahwa yang bersangkutan :
1. Telah bekerja secara terus-menerus dan tidak terputus selama ............ tahun;
2. Tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingat sedang dan berat;
3. Telah melaksanakan tugas dengan menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan,
kejujuran dan kedisiplinan.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan dalam
rangka pengusulan penganugerahan Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya tahun
..............

.........................,..............................
Kepala ...........................*)

( …………………………)
NIP. ………...........
Keterangan :
*) Atasan langsung minimal pejabat eselon III

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 154


Contoh Format 3a

SURAT REKOMENDASI ATASAN LANGSUNG

Hal Keterangan

Nama/NIP
Unit Kerja
Data Diri Calon Penerima
Jabatan

- (Sikap/perilaku/moralitas/budi pekerti)…..…………….
……………………………………………………………

Alasan untuk dinominasikan


- (Prestasi/kecakapan melaksanakan tugas) ……………..
sebagai penerima Tanda
……………………………………………………………
Kehormatan Satyalancana
Karya Satya *)

- (Hal positif lainnya) …………………………………….


……………………………………………………………

Atasan Langsung

Jabatan :
Nama :
NIP :

Tanda Tangan :
Tanggal :
*) Isi dengan uraian singkat

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 155


Contoh Format 3b

SURAT REKOMENDASI REKAN SETINGKAT

Hal Keterangan

Nama/NIP
Unit Kerja
Data Diri Calon Penerima
Jabatan

- (Sikap/perilaku/moralitas/budi pekerti)…..…………….
……………………………………………………………

Alasan untuk dinominasikan


- (Prestasi/kecakapan melaksanakan tugas) ……………..
sebagai penerima Tanda
……………………………………………………………
Kehormatan Satyalancana
Karya Satya *)

- (Hal positif lainnya) …………………………………….


……………………………………………………………

Rekan Setingkat

Jabatan :
Nama :
NIP :

Tanda Tangan :
Tanggal :
*) Isi dengan uraian singkat

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 156


Contoh Format 4

KOP SURAT

SURAT PERNYATAAN
TIDAK MENGGUNAKAN/MENGUASAI BARANG MILIK NEGARA
SECARA TIDAK SAH

Yang bertandatangan di bawah ini:


Nama :
NIP :
Pangkat/Golongan Ruang :
Jabatan :
Unit Kerja :

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya tidak menggunakan/menguasai barang milik


negara secara tidak sah sampai dengan saat ini.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dan apabila pernyataan ini tidak
benar saya bersedia dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Tempat, tanggal
Mengetahui, Yang Menyatakan,
Atasan Langsung

(Nama) (Nama)
(NIP) (NIP)

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 157


Contoh Format 5

Nama/NIP : .........................
Unit Kerja : .........................
Jabatan : .........................
Tanda Tangan :

Kritik & Gagasan


Bagi Kemajuan Ditjen Perbendaharaan

Kritik Membangun :
 ....................................
 ....................................
 ....................................
 ....................................

Usulan/Gagasan/Ide :
 ....................................
 ....................................
 ....................................
 ....................................

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 158


BAB XX
KESEJAHTERAAN PEGAWAI

A. TABUNGAN HARI TUA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL


1. Kepesertaan
Kepesertaan program THT dimulai sejak yang bersangkutan diangkat sebagai
pegawai/pejabat negara sampai dengan pegawai/pejabat negara tersebut berhenti.
2. Tujuan
Meningkatkan kesejahteraan pegawai negeri sipil (PNS) dan keluarganya dengan
memberikan jaminan keuangan pada waktu mencapai usia pensiun atau bagi ahli warisnya
(suami/isteri/anak/orang tua) pada waktu peserta meninggal dunia sebelum usia pensiun.
3. Peserta
 PNS ( tidak termasuk PNS di lingkungan Kementerian Hankam)
 Pejabat negara
 Pegawai BUMN / BUMD yang terdaftar
4. Masa Kepesertaan
 Sejak diangkat sebagai calon pegawai/pegawai tetap/pejabat negara.
 Bagi PNS yang diangkat sebelum 1 Juli 1961 dihitung sejak 1 Juli 1961.
 Bagi PNS daerah Propinsi Irian Jaya yang diangkat sebelum 1 Januari 1971, dihitung
sejak Januari 1971.
 Bagi Eks PNS Propinsi Timor Timur yang diangkat sebelum 1 April 1979, dihitung sejak
April 1979.
 Bagi pegawai BUMN/BUMD/BHMN sesuai dengan perjanjian kerja sama masing-
masing.
5. Kewajiban Peserta
 Membayar iuran 3,25% dari penghasilan sebulan (gaji pokok + tunjangan keluarga)
setiap bulan berdasarkan Kepres No.8 tahun 1977.
 Memberi keterangan data diri pribadi dan keluarganya.
 Melaporkan perubahan data penghasilan, kenaikan pangkat/golongan dan perubahan gaji
pokok.
6. Pengurusan Hak
Untuk memperoleh hak THT dan pensiun pertama, diperlukan persyaratan sebagai
berikut:
a. Mengisi formulir SP4A (asli), difotokopi 1 lembar
b. Asli petikan SK Pensiun berpas foto dan 1 lembar fotokopinya.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 159


c. Asli tembusan SK Pensiun berpas foto untuk PT Taspen (Persero)
d. Asli SKPP yang diterbitkan untuk unit kerja yang disahkan oleh KPPN atau Pemda
berikut lembar kedua dan 1 lembar fotokopinya
e. Fotokopi SK pengangkatan pertama/Capeg/Karpeg/Kartu Peserta Taspen sebanyak 1
lembar
f. Pas foto pemohon 4× 3 xm sebanyak 3 lembar
g. Pas foto istri/suami pemohon 3×4 cm sebanyak 2 lembar
h. Fotokopi KTP pemohon yang masih berlaku sebanyak 2 lembar
i. Fotokopi buku rekening bank/giro pos sebanyak 2 lembar (khusus yang menghendaki
haknya dibayar melalui bank/giro pos)
j. Asli surat keterangan sekolah/kuliah bagi anak tertanggung yang masih sekolah/kuliah
dan belum bekerja yang telah berusia 21 hingga 25 tahun.
k. Mengisi formulir SP3R (asli) difotokopi sebanyak 1 lembar (khusus pembayaran melalui
bank/giro pos)
7. Yang berhak menerima Pensiun (Jenis Pensiun)
 Diri pensiun yang bersangkutan.
 Janda/duda pensiunan.
 Yatim-piatu pensiunan.
 Orang tua (bagi PNS yang tewas dan tidak meninggalkan isteri/suami/ anak).
8. Kartu TASPEN
Pencairan dana Taspen sesuai tujuannya sebagai tabungan dan asuransi, baru dapat dicairkan
ketika anggotanya memasuki masa pensiun/meninggal dunia yaitu dengan menunjukan kartu
anggota dan bukti-bukti Pensiun PNS yang bersangkutan. Syarat-syarat pembuatan kartu
anggota TASPEN:
 Surat pengantar dari unit kerja;
 Fotocopi KARPEG;
 Fotocopi SK CPNS;
 Fotocopi SK PNS.

B. BANTUAN UANG MUKA KPR


Bantuan Uang Muka KPR adalah bantuan yang diberikan dalam rangka membantu
sebagian uang muka pembelian rumah yang dilakukan melalui KPR. Besarnya bantuan yang
diberikan dibedakan berdasarkan golongan PNS.
1. Persyaratan Pengajuan
 PNS aktif dan belum memanfaatkan bantuan atau pinjamanTabungan Perumahan.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 160


 PNS yang telah memiliki masa menabung Tabungan Perumahan minimal 5 tahun.
 PNS yang belum memiliki rumah.
 PNS aktif golongan I,II, dan III dengan akad KPR yang berlaku sejak 1 Januari 2006.
 Tidak dalam Masa Persiapan Pensiun atau 1 tahun sebelum batas usia pensiun.
2. Dokumen Persyaratan
 Fotocopy Kartu Pegawai (KARPEG) dan SK Kepangkatan terakhir.
 Fotocopy (lampirkan salah satu dari) :
 Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (dilegalisir penerbit).
 Surat Alih Debitur (dilegalisir penerbit).
 Surat Perjanjian Sewa Beli Rumah Negara.(dilegalisir penerbit)
 Fotocopy buku tabungan atas nama pemohon.
 Surat Kuasa Pencairan (Standing Instruction) bagi pengembang yang mengurus Bantuan
Uang Muka KPR.
3. Prosedur Pengajuan
 Mengisi formulir permohonan (dapat di download dari web Bapertarum-PNS).
 Formulir yang telah diisi, dilampiri dengan dokumen persyaratan.
 Berkas lengkap dikirim melalui pos atau dikirim langsung ke alamat : Wisma
Iskandarsyah Blok B2 – B3, Jalan Iskandarsyah Raya Kav. 12-14, Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan – 12160.

C. PENGEMBALIAN TABUNGAN PERUMAHAN


Pengembalian Tabungan merupakan pengembalian seluruh iuran Tabungan Perumahan
Pegawai Negeri Sipil, kepada PNS yang berhenti bekerja karena pensiun, meninggal dunia atau
berhenti bekerja karena sebab-sebab lain, dimana selama dinas aktif nya belum pernah
memanfaatkan bantuan.
1. Persyaratan
 Mengisi formulir yang kemudian dimintakan rekomendasi oleh pejabat kepegawaian
serta distempel instansi.
 Fotocopy Kartu Pegawai (KARPEG) atau Kartu Identitas Pensiun (KARIP)
 Fotocopy Surat Keputusan Golongan dimulai 1 (satu) tingkat dibawah tahun 1993, SK
Perubahan Golongan, dan SK Pensiun.
2. Tambahan Persyaratan
 Bagi yang pengurusannya diwakilkan : Membawa Surat Kuasa (Asli) bermaterai dari
yang berhak kepada yang diberi hak.
 Bagi yang meninggal dunia :

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 161


1. Fotocopy KTP ahli waris
2. Fotocopy 1 (satu) rangkap Surat Keterangan Penghentian Pembayaran gaji
(SKPP).
3. Surat Keterangan Kematian dari Camat setempat.
4. Surat Keterangan Ahli Waris dari Camat setempat.
3. Prosedur Pencairan
 PNS yang pensiun atau ahli waris atau yang diberi kuasa, mengambil formulir
Pengembalian Tabungan dikantor Bank BRI atau BKD atau Bagian Kepegawaian di
Instansi masing-masing atau download di website Bapertarum-PNS.
 Mengisi formulir Pengembalian Tabungan dan kemudian meminta rekomendasi serta
stempel dari pejabat kepegawaian.
 Formulir Pengembalian Tabungan yang sudah diisi lengkap beserta berkas
kelengkapannya dibawa ke kantor Cabang Bank BRI terdekat.
 Pencairan dana tabungan perumahan PNS dilakukan di kantor Bank BRI.

D. BANTUAN BIAYA MEMBANGUN


Bantuan Biaya Membangun adalah bantuan untuk sebagian biaya membangun rumah
bagi PNS yang memiliki tanah atas nama yang bersangkutan/pasangan serta belum ada
bangunannya dan akan dibangun rumah. Besarnya bantuan yang diberikan dibedakan
berdasarkan golongan PNS.
1. Persyaratan Pengajuan
 PNS aktif dan belum memanfaatkan bantuan atau pinjaman Tabungan Perumahan.
 PNS yang telah memiliki masa menabung Tabungan Perumahan minimal 5 tahun.
 PNS yang belum memiliki rumah.
 PNS aktif golongan I,II, dan III dengan akad Kredit Pembangunan Rumah Swadaya
(KPRS).
 Tidak dalam Masa Persiapan Pensiun atau 1 tahun sebelum batas usia pensiun.
2. Dokumen Persyaratan
 Fotocopy Kartu Pegawai (KARPEG) dan SK Kepangkatan terakhir.
 Fotocopy Perjanjian Kredit Pembangunan Rumah Swadaya (KPRS) (dilegalisir bank
penerbit).
 Fotocopy buku tabungan atas nama pemohon.
3. Prosedur Pengajuan
 Mengisi formulir permohonan (dapat di download dari web Bapertarum-PNS).
 Formulir yang telah diisi, dilampiri dengan dokumen persyaratan.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 162


 Berkas lengkap dikirim melalui pos atau dikirim langsung ke alamat : Wisma
Iskandarsyah Blok B2 – B3, Jalan Iskandarsyah Raya Kav. 12-14, Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan – 12160.

E. UANG PESANGON PINDAH


Pesangon pindah adalah bantuan yang diberikan kepada Pegawai Negeri berpangkat
golongan II/c (Pengatur) atau yang lebih tinggi yang dipindahkan/dimutasikan untuk
kepentingan dinas. Dasar pemberian Uang Pesangon Pindah adalah Surat Menteri Keuangan
Nomor B-295/MK/I/4/1974 tanggal 30 April 1974. Pengajuan pesangon pindah disampaikan
kepada Sekretaris Ditjen Perbendaharaan secara hierarkhis melalui pejabat Eselon II (Kepala
Kantor Wilayah/Direktur) masing-masing.
1. Dokumen Persyaratan
 Fotocopy SK Mutasi;
 Surat Keterangan Tidak Menempati Rumah Dinas di tempat lama;
 Surat Keterangan Tidak Menempati Rumah Dinas di tempat baru;
 KP 4;
 Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT);
 SKPP Gaji
 Kuitansi bermeterai Rp.6.000,00 kosong yang sudah ditandatangani pegawai
bersangkutan.
2. Tidak dapat diberikan uang pesangon pindah :
 Pemindahan terjadi atas permintaan sendiri;
 Pemindahan untuk mengikuti suatu pendidikan;
 Pemindahan dalam rangka pengangkatan/penempatan pegawai baru;
 Pegawai yang dipindahkan menolak penunjukkan perumahan yang disediakan untuknya;
 Pemindahan kembali ke tempat semula sebelum masa 2 (dua) tahun yang bersangkutan
berdinas di tempat terakhir;
 Ada pernyataan dari pegawai bersangkutan bahwa ia tidak menuntut uang pesangon
pindah;
 Pemulangan pegawai yang pension ke tempat yang diinginkan (pindah menetap);
 Pemindahan pegawai yang dilaksanakan pada lingkup Kantor Wilayah dimana biaya
perjalanan dinas mutasinya tidak dibebankan pada DIPA Kantor Pusat Ditjen
Perbendaharaan.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 163


BAB XXI
LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARAN NEGARA

A. DASAR HUKUM
1. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi;
2. Surat Edaran Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor SE/01/M.PAN/1/2008
tanggal 9 Januari 2008 tentang Peningkatan Ketaatan LHKPN Untuk Pengangkatan PNS
Dalam Jabatan;
3. Keputusan Komisi Pemberantasan Korupsi RI Nomor KEP.07/IKPK/02/2005 Tanggal 18
Februari 2005 tentang Tata Cara Pendaftaran, Pengumuman dan Pemeriksaan Laporan Harta
Kekayaan Penyelenggara Negara;
4. Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 38/KMK.01/2011 tanggal 25 Januari 2011 tentang
Penyelenggara Negara di lingkungan Kementerian Keuangan yang wajib menyampaikan
Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara;
5. Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor S-4444/PB/2011 tanggal 29 April 2011
tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN)
Sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor 38/KMK.01/2011.

B. PELAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA


Dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi,
kolusi dan nepotisme, maka setiap Penyelenggara Negara (PN) di lingkungan Kementerian
Keuangan berkewajiban untuk melaporkan seluruh harta kekayaan yang dimilikinya sebelum,
selama dan setelah memangku jabatannya kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan
mengisi Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN).
Pengisian LHKPN dilakukan dengan menggunakan formulir LHKPN yang terdiri dari :
1. Formulir LHKPN Model KPK-A; diisi oleh PN yang untuk pertama kali melaporkan
kekayaannya dan disampaikan kepada KPK paling lambat 2 (dua) bulan setelah :
a. menduduki jabatan untuk pertama kalinya;
b. mengalami promosi/mutasi; dan
c. pensiun;
2. Formulir LHKPN Model KPK-B; diisi oleh PN yang sudah pernah menyampaikan LHKPN
menggunakan Formulir LHKPN Model KPK-A dan wajib menyampaikan kembali laporan
harta kekayaannya kepada KPK apabila :
a. selama 2 tahun menduduki jabatan yang sama;
b. mengalami promosi/mutasi;

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 164


c. pensiun; dan
d. atas permintaan KPK dalam rangka pemeriksaan LHKPN.

Pelaporan kekayaan menggunakan formulir LHKPN Model KPK-B dilaksanakan


selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah serah terima jabatan atau bagi PN yang akan dilakukan
pemeriksaan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah PN menerima formulir, dimana
pelaporannya dilaksanakan oleh yang bersangkutan sendiri atau oleh ahli warisnya apabila PN
yang bersangkutan meninggal dunia.

Formulir LHKPN setelah diisi oleh PN sesuai dengan petunjuk pengisian, dilampiri
dengan fotokopi akta/bukti/surat kepemilikan harta kekayaan yang dimiliki dalam rangkap 2
(dua), 1 (satu) berkas asli disampaikan kepada KPK dan 1 (satu) berkas disimpan oleh PN yang
bersangkutan.

Surat Pernyataan dan Surat Kuasa yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari LHKPN,
ditandatangani oleh PN yang bersangkutan diatas meterai sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. LHKPN beserta lampiran yang telah diserahkan kepada KPK
merupakan dokumen resmi negara.

Penyelenggara Negara (PN) di lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang wajib


menyampaikan LHKPN adalah :
a. Pejabat Eselon I : Direktur Jenderal Perbendaharaan;
b. Pejabat Eselon II : Direktur, Tenaga Pengkaji Perbendaharaan dan Kepala Kantor Wilayah;
c. Pejabat Eselon III : Kepala Bagian dan Kepala Subdirektorat pada Kantor Pusat, Kepala
Bidang pada Kantor Wilayah dan Kepala KPPN;
d. Kepala Bagian Keuangan;
e. Kepala Bagian Umum;
f. Pejabat Pembuat Komitmen;
g. Panitia Pengadaan Barang dan Jasa;
h. Bendahara;

Fotokopi Tanda Terima/Bukti Kirim penyampaian LHKPN (berupa resi kirim dari Kantor
Pos, Tiki, KGP atau bentuk lainnya) wajib disampaikan oleh PN kepada :
1) Sekretaris Ditjen Perbendaharaan;
2) Kepala Biro Sumber Daya Manusia selaku Koordinator Pengelola Laporan Harta
Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) Kementerian Keuangan; dan
3) Inspektur Jenderal.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 165


Penyelenggara Negara yang telah menerima Tambahan Berita Negara (TBN) dari KPK,
wajib menempelkan Poster TBN pada papan pengumuman resmi di lingkungan instansi masing-
masing selama 30 hari berturut-turut.
Penyelenggara Negara (PN) yang tidak menyampaikan laporan harta kekayaannya sesuai
tenggat waktu yang ditentukan, dianggap melanggar Pasal 3 angka 4 Peraturan Pemerintah
Nomor 53 Tahun 2010 sehingga akan dijatuhi hukuman disiplin ringan.
Para Direktur dan Kepala Kantor Wilayah wajib menyampaikan Laporan Semesteran
terkait Penyelenggara Negara di lingkungan masing-masing baik yang sudah maupun belum
menyampaikan LHKPN untuk disampaikan ke Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan cq.
Sekretariat Ditjen Perbendaharaan.

C. PENINGKATAN KETAATAN LHKPN UNTUK PENGANGKATAN PNS


DALAM JABATAN

Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara telah menerbitkan Surat Edaran


No.SE/01/M.PAN/1/2008 tanggal 9 Januari 2008 tentang Peningkatan Ketaatan LHKPN Untuk
Pengangkatan PNS Dalam Jabatan. Surat Edaran tersebut diterbitkan dalam rangka mendorong
peningkatan pelaporan ketaatan pelaporan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara
(LHKPN) bagi pejabat yang memangku jabatan strategis dan potensial/rawan KKN sesuai pasal
2 Undang-undang No.28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas
dari KKN serta sebagai tindak lanjut Instruksi Presiden No.5 tahun 2004 tentang Percepatan
Pemberantasan Korupsi.
Dalam Surat Edaran tersebut, Menpan mengharapkan agar :
1. Apabila akan mengangkat PNS dalam jabatan struktural atau fungsional, selain berpedoman
pada persyaratan pengangkatan jabatan, sebagaimana yang telah diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku juga mempertimbangkan unsur ketaatan dalam
penyampaian LHKPN kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
2. Menugaskan Badan Pertimbangan Jabatan Kepangkatan (Baperjakat) Instansi untuk
memperhatikan dan melaksanakan ketentuan tersebut di atas, serta tidak mengusulkan calon
pejabat yang tidak memenuhi persyaratan unsur ketaatan dalam penyampaian LHKPN.
3. Tidak mengusulkan PNS untuk menduduki jabatan Eselon I atau yang setara kepada Tim
Penilai Akhir (TPA) yang belum memenuhi persyaratan unsur ketaatan dalam penyampaian
LHKPN sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Dalam pengusulan PNS untuk jabatan struktural Eselon I atau yang setara kepada TPA agar
mencantumkan data/ informasi pemenuhan kewajiban LHKPN, berupa :
 Nomor Harta Kekayaan (NHK) calon yang diusulkan;
Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 166
 Tanggal laporan (LHKPN) terakhir;
 Jenis laporan (Form A atau Form B).
5. Tidak melantik PNS yang akan diangkat dalam jabatan, sebelum yang bersangkutan
menyampaikan LHKPN.

D. FAQ, FORMULIR DAN KONTAK LHKPN


Terkait LHKPN, masih banyak ditemui pertanyaan seputar proses pengisian maupun
penyampaian LHKPN. Beberapa Frequent Asked Questions (FAQ) bisa dilihat maupun diunduh
melalui direktori ftp website perbendaharaan dengan alamat :
ftp://ftp1.perbendaharaan.go.id/ToT LHKPN Maret 2011/FAQ.pdf

Untuk Formulir LHKPN, baik Formulir Model KPK-A maupun Model KPK-B juga bisa
diunduh melalui direktori ftp website perbendaharaan dengan alamat :
ftp://ftp1.perbendaharaan.go.id/ToT LHKPN Maret 2011/ToT Kemenkeu/Formulir Softcopy/
atau
ftp://ftp1.perbendaharaan.go.id/peraturan/skmenteri/2011/kmk_038_2011/Softcopy Formulir
LHKPN/

Bilamana terdapat pertanyaan atau permasalahan terkait LHKPN, bisa disampaikan ke


Sekretariat Ditjen Perbendaharaan cq. Bagian Administrasi Kepegawaian melalui surat atau
telepon dengan nomor (021) 3449230 psw. 5109 atau melalui email di alamat
tu.kepegawaian.djpbn@gmail.com.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 167


BAB XXII
TUGAS BELAJAR/BEASISWA

A. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 18/PMK.01/2009 Tanggal 10 Februari 2009 Tentang
Tugas Belajar Di Lingkungan Kementerian Keuangan.

B. PENGERTIAN
1. Tugas belajar
Merupakan tugas yang diberikan kepada pegawai untuk menuntut ilmu, mendapat pendidikan
atau pelatihan keahlian, baik di dalam, maupun di luar negeri, dengan biaya negara atau dengan
biaya oleh instansi pemerintah lainnya, Pemerintah Negara Asing, atau Badan Internasional, atau
Badan Swasta Nasional/ Internasional, Lembaga Pendidikan Nasional/Internasional yang
meliputi program DIII, DIV, S1, S2 dan S3.
2. Laporan Perkembangan Studi
Surat pemberitahuan yang dibuat oleh Pegawai Negeri Sipil yang sedang mekaksanakan tugas
belajar mengenai perkembangan studi dan nilai studi setap akhir semester.
3. Laporan Telah Selesai Studi
Surat pemberitahuan yang dibuat oleh PNS yang telah selesai melaksanakan tugas belajar
dengan dilampiri fotocopy legalisisr ijazah dan nilai studi.

C. PENGAJUAN CALON PESERTA


1. Tawaran dari penyelenggara kepada Kementerian Keuangan;
2. Permintaan dari unit Eselon I;
3. Secara mandiri yang diajukan secara hirarkis kepada Kepala Biro SDM sepanjang jurusan/
program yang ditempuh sesuai dengan kebutuhan organisasi.

D. PERSYARATAN CALON PESERTA PROGRAM TUGAS BELAJAR


1. Berstatus pegawai negeri sipil;
2. Syarat administrasi umum:

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 168


Kategori Masa Kerja
Gol Program
No Usia dlm Gol Ijazah Surat Tugas
(min) Pendidikan
(≤..tahun) (min..th)
1 25 II/a 2 SLTA/D1 DIII/ Sederajatnya Pej Es II
2 32 II/c 2 SLTA/D1/DIII DIV/S1/ Pej Es II (DIV)
Sederajatnya dan Sekretaris
Unit Es I (S1)
3 40 III/a 2 S1/DIV S2 Sekretaris Unit
Es I
4 42 III/b 2 S2 S3 Pej Es I
3. Masa kerja minimal dua tahun sejak selesai mengikuti program tugas belajar sebelumnya;
4. Tidak sedang melanjutkan pendidikan S1 bagi lulusan DIII yang akan mengikuti program
tugas belajar DIV;
5. Tidak sedang dicalonkan dalam program beasiswa lainnya;
6. Memiliki DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam satu tahun terakhir;
7. Sehat jasmani dan rohani menurut keterangan dokter pemerintah;
8. Tidak sedang menjalani hukuman disiplin/ tidak sedang dalam proses pemeriksaan terkait
dengan pelanggaran disiplin dan tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin dengan ketentuan
yang telah ditetapkan;
9. Memenuhi persyaratan umum yang telah ditentukan oleh Kementerian Pendidikan Nasional
dan penyelenggara;
10. Untuk calon peserta beasiswa mandiri juga harus memenuhi syarat berupa ijin tertulis dari
Karo SDM.

E. MATERI SELEKSI CALON PESERTA PROGRAM TUGAS BELAJAR


1. Seleksi administratif;
2. Tes Potensial Akademik;
3. Psikotes;
4. Tes kemampuan bahasa asing.

F. HAK-HAK PEGAWAI DENGAN STATUS TUGAS BELAJAR


1. Diberikan gaji secara penuh;
2. TKPKN sesuai ketentuan yang berlaku;
3. Masa kerja dihitung secara penuh;
4. Diberikan kenaikan pangkat sesuai ketentuan yang berlaku;
5. Diberikan perpanjangan masa tugas belajar paling lama 6 bulan apabila setelah masa tugas
belajar berakhir namun belum menyelesaikan program studinya;
Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 169
6. Bantuan tambahan baik untuk tugas belajar dalam negeri maupun luar negeri sesuai
ketentuan yang berlaku.

G. KEWAJIBAN PEGAWAI DENGAN STATUS TUGAS BELAJAR


1. Sebelum menjalankan tugas belajar, wajib menandatangani surat perjanjian sesuai ketentuan
yang berlaku;
2. Selama menjalankan tugas belajar, wajib membuat laporan perkembangan studi;
3. Setelah menyelesaikan masa tugas belajar :
 wajib membuat laporan telah selesai studi;
 wajib segera kembali bekerja pada unit semula satu bulan setelah kelulusan.
4. Menjaga kehormatan dan nama baik Kementerian Keuangan;
5. Mematuhi segala ketentuan yang berlaku baik sebagai PNS maupun sebagai mahasiswa di
lingkungan universitas yang bersangkutan;
6. Pegawai yang telah dinyatakan lulus seleksi dan memperoleh surat tugas belajar wajib
melaksanakan tugas belajar, namun apabila pegawai ybs tidak melaksanakan tugas belajar
diberikan sanksi berupa tiga thun sejakk pengumuman lulus seleksi tidak boleh mendaftar
program beasiswa dan dijatuhi hukuman disiplin ringan berupa tegoran tertulis dikecualikan
apabila pembatalan berasal dari pejabat yang berwenang menetapkan surat tugas belajar.

H. CONTOH FORMAT DOKUMEN

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 170


Permohonan Untuk Mengikuti Program Beasiswa

Yth. Kepala Biro Sumber Daya Manusia


melalui
Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Jakarta

Kami yang bertanda tangan di bawah ini,

1. Nama/NIP :
2. Pangkat/Golongan :
3. Jabatan :
4. Unit :
5. Program Beasiswa :
6. Nama sekolah/ Perguruan Tinggi :
(Fakultas)/Program Studi dan
tempat kedudukannya

dengan ini mengajukan permohonan untuk mengikuti Program Beasiswa ............. dan dengan ini
kami lampirkan foto copy berkas penawaran dimaksud.

.................., .........................................

Mengetahui,
(atasan Langsung minimal pejabat Es. III)

......................................................... .........................................................
NIP NIP

Tembusan:
1. ......................;
2. Sekretaris BPPK

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 171


Surat Tugas Belajar

KOP SURAT

SURAT TUGAS BELAJAR


NOMOR ST-

Berdasarkan surat ........... tanggal ........ perihal ....................., kami (Pejabat yang diberi
wewenang) dengan ini memberikan Tugas Belajar kepada:

Nama :
NIP :
Pangkat/ Gol. :
Jabatan :
Unit :
Program Beasiswa :
Lama Tugas Belajar : ................ s.d ......................

dengan ketentuan:
1. Sebelum menjalankan Tugas Belajar, pegawai yang bersangkutan wajib menyerahkan
pekerjaan kepada atasan langsungnya;
2. Selama menjalankan Tugas Belajar, pegawai yang bersangkutan wajib membuat Laporan
Perkembangan Studi setiap akhir semester;
3. Setelah menyelesaikan masa Tugas Belajar, pegawai yang bersangkutan wajib membuat
Laporan Telah Selesai Studi;
4. Setelah menyelesaikan masa Tugas Belajar, pegawai yang bersangkutan wajib segera
kembali bekerja pada unit semula;
5. Menjaga kehormatan dan nama baik Kementerian Keuangan;
6. Mematuhi segala ketentuan yang berlaku baik sebagai Pegawai Negeri Sipil maupun sebagai
mahasiswa;
7. ................................... 
Demikian surat tugas ini dibuat untukdiindahkan dan dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Ditetapkan di ..............................
Pada tanggal

(Pejabat yang diberi wewenang)

Nama
NIP
Tembusan:
1. ..............
2. Kepala Biro Sumber Daya Manusia
3. Sekretaris BPPK

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 172


Laporan Perkembangan Studi

Yth. Sekretaris Jenderal


u.p. Kepala Biro Sumber Daya Manusia
Jakarta

LAPORAN PERKEMBANGAN STUDI

1. Nama/NIP :
2. Pangkat/ Golongan :
3. Jabatan :
4. Unit :
5. Program Beasiswa :
6. Nama sekolah/ Perguruan Tinggi :
(Fakultas)/ Program Studi dan
tempat kedudukannya
7. Surat Tugas Belajar :
8. Pejabat yang memberikan ijin :
9. Saat mulai pendidikan :
10. Lama pendidikan :
11. Pada saat melapor duduk dalam :
semester
12. Lampiran : 1. Kartu Hasil Studi;
2. ....................

............................., ............................................

Mengetahui,
(Dekan/Ketua Program) Pegawai yang bersangkutan,

........................................................ ........................................................
NIP NIP

Tembusan:
1. .................................
2. Kepala Biro Sumber Daya Manusia;
3. Sekretaris BPPK

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 173


Laporan Telah Selesai Studi

Yth. Sekretaris Jenderal


u.p. Kepala Biro Sumber Daya Manusia
Jakarta

LAPORAN TELAH SELESAI STUDI

Kami yang bertanda tangan di bawah ini,

1. Nama/ NIP :
2. Pangkat/ Golongan :
3. Jabatan :
4. Unit :
5. Program Beasiswa :
6. Nama sekolah/ Perguruan Tinggi :
(Fakultas)/ Program Studi dan
Tempat kedudukannya
7. Surat Tugas Belajar :
8. Pejabat yang memberikan ijin :
9. Saat mulai pendidikan :
10. Lama pendidikan :

Dengan ini melaporkan bahwa telah selesai melaksanakan Tugas Belajar pada Program Beasiswa
........ dan dengan ini kami laporkan Surat Tanda Lulus/ Ijazah (dilegalisir) guna kelengkapan
data kepegawaian.

............................., ............................................

Mengetahui,
(Dekan/Ketua Program) Pegawai yang bersangkutan,

........................................................ ........................................................
NIP NIP

Tembusan:
1. .................................
2. Kepala Biro Sumber Daya Manusia;
3. Sekretaris BPPK

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 174


BAB XXIII
IJIN MELANJUTKAN PENDIDIKAN ATAS INISIATIF SENDIRI

A. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2. Surat Edaran Ditjen Perbendaharaan Nomor SE-30/PB/2006 Tanggal 21 April 2006 Tentang
Izin Belajar Atas Inisiatif Sendiri Bagi Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Direktorat
Jenderal Perbendaharaan;
3. Surat Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Nomor: S-571 /PP/2007 Tanggal 19
September 2007 Hal Larangan Mengikuti Pendidikan Kelas Jauh dan Kelas Sabtu Minggu.

B. PENDIDIKAN ATAS INISIATIF SENDIRI


1. Pendidikan atas inisiatif sendiri adalah pendidikan yang diikuti di luar pendidikan yang
diselenggarakan oleh Kementerian Keuangan/Kedinasan yang tidak mengganggu tugas/
pekerjaan dinas sehari-hari baik atas biaya sendiri atau sumber lain.
2. Pegawai yang diperkenankan mengikuti pendidikan atas inisiatif sendiri harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Telah berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS);
b. Telah ditempatkan secara definitif pada kantor/unit kerja Ditjen Perbendaharaan (tidak
sedang magang atau penempatan sementara);
c. Tidak sedang menjalani cuti di luar tanggungan negara;
d. Khusus bagi pegawai yang berasal dari lulusan program diploma (Prodip) Sekolah Tinggi
Akuntansi Negara (STAN) minimal telah 2 (dua) tahun lulus dari pendidikan
sebelumnya;
e. Minimal golongan III/a atau telah lulus UPKP V bagi pegawai yang akan mengambil
program magister (S2), dan III/b atau telah lulus UPKP VI bagi program doktor (S3);
f. Para pegawai yang akan mengambil pendidikan atas inisiatif sendiri sebaiknya
menghindari perguruan tinggi yang status izin penyelenggaraan program studinya masih
dipermasalahkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional, seperti
pendidikan/program/kelas jarak jauh.
g. Pegawai yang mendapatkan ijazah/gelar yang tidak memenuhi ketentuan di atas, tidak
diberikan dampak kepegawaian (civil effect).
h. Pegawai yang ingin melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi diharapkan
memperhatikan ketentuan diantaranya sebagai berikut:
1) Perkulihan dilaksanakan pada hari kerja (Senin s.d Jum’at) dan di luar jam kerja;

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 175


2) Perguruan tinggi penyelenggara pendidikan harus berada ditempat (kota) dimana
pegawai yang bersangkutan ditempatkan, kecuali Universitas Terbuka;
3) Perguruan tinggi penyelenggara pendidikan harus sudah mendapat izin dari Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional.
3. Jurusan/program studi pada perguruan tinggi yang diikuti harus sesuai dengan bidang tugas
pokok dan fungsi Ditjen Perbendaharaan dengan konsentrasi pada bidang Ekonomi,
Keuangan Sektor Publik, Hukum, Teknologi Informasi, Administrasi, dengan ketentuan:
a. Telah memiliki akreditasi program studi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan
Tinggi (BAN-PT) Kementerian Pendidikan Nasional yang masih berlaku; dan/atau
b. Telah memiliki izin penyelenggaraan program studi dari Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional yang masih berlaku.
4. Kepada pegawai yang mengikuti pendidikan atas inisiatif sendiri yang memenuhi persyaratan
akan diterbitkan Surat Izin Belajar, yang diatur sebagai berikut:
a. Pendidikan jenjang Sarjana (S1) ke bawah, diterbitkan oleh atasan pegawai bersangkutan
dengan jabatan serendah-rendahnya Eselon II baik untuk Kantor Pusat maupun untuk
Kantor Wilayah dan KPPN;
b. Pendidikan jenjang pascasarjana, program magister (S2) dan doktor (S3), diterbitkan oleh
Sekretaris Ditjen Perbendaharaan;
c. Izin belajar harus diajukan sebelum mengikuti pendidikan atau di awal pendidikan pada
tahun pertama.
5. Pegawai yang mengikuti pendidikan atas inisiatif sendiri berkewajiban untuk:
a. Mengajukan permohonan izin dengan melampirkan dokumen sebagai berikut:
1) Surat Permohonan Izin Belajar;
2) Surat Pernyataan;
3) Daftar Melanjutkan Pendidikan Pertama Kali;
4) Fotokopi hasil akreditasi BAN-PT dan/atau surat izin penyelenggaraan program studi
dari Kementerian Pendidikan Nasional yang masih berlaku, yang dilegalisir oleh
pejabat Perguruan Tinggi yang berwenang;
5) Surat keterangan telah diterima atau lulus seleksi sebagai mahasiswa dari perguruan
tinggi dimana pegawai akan mengikuti pendidikan.
6) Berkas ini kemudian disampaikan kepada Sekretaris Ditjen Perbendaharaan c.q.
Bagian Pengembangan Pegawai secara hirarkis.
b. Melaporkan perkembangan studinya secara rutin (per tahun akademik) kepada Sekretaris
Ditjen Perbendaharaan c.q. Bagian Pengembangan Pegawai secara hirarkis.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 176


c. Melaporkan kepada Sekretaris Ditjen Perbendaharaan c.q. Bagian Pengembangan
Pegawai secara hirarkis setelah menyelesaikan pendidikannya dengan melampirkan :
1) Fotokopi Surat Izin Belajar yang telah dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang;
2) Fotokopi Ijazah dan Transkrip Nilai Akademik yang yang telah dilegalisasi oleh
pejabat Perguruan Tinggi yang berwenang.
6. Pejabat yang berwenang menerbitkan Surat Izin Belajar berkewajiban untuk:
a. Meneliti surat permohonan penerbitan Surat Izin Belajar yang diajukan oleh pegawai
bersangkutan sesuai dengan persyaratan yang ditentukan, dengan memperhatikan lokasi
perguruan tinggi dan tempat tugas;
b. Menerbitkan Surat Izin Belajar;
c. Memonitor penyelesaian tugas/pekerjaan sehari-hari yang menjadi tanggung jawab
pegawai bersangkutan. Kegiatan belajar atas inisiatif sendiri (AIS) tidak boleh
mengurangi konsentrasi, energi, dan waktu kerja yang diperlukan untuk melaksanakan
tugas/pekerjaan dinas sehari-hari.
7. Pendidikan harus dilakukan secara benar dan bertanggung jawab.

C. DAFTAR JURUSAN/ PROGRAM STUDI/ KONSENTRASI


1. Yang Direkomendasikan:
a. Akuntansi
b. Manajemen Keuangan
c. Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
d. Administrasi Negara
e. Administrasi Fiskal
f. Hukum Perdata
g. Hukum Ekonomi
h. Hukum Internasional
i. Teknik Informatika
j. Teknik Komputer
k. Manajemen Informatika
l. Komputerisasi Akuntansi
m. Sistem Informasi
2. Yang Dipertimbangkan :
a. Manajemen Sumber Daya Manusia
b. Sastra
c. Sistem Komputer

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 177


Daftar jurusan/program studi/konsentrasi yang dipertimbangkan dapat diizinkan untuk
diambil setelah memperhatikan tingkat kebutuhan organisasi.

D. CONTOH FORMAT DOKUMEN

Surat Permohonan Izin Belajar

SURAT PERMOHONAN IZIN BELAJAR

Kepada Yth :
……………. (Pejabat yang berwenang menerbitkan Surat Izin Belajar)

Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : ………………………………………………………………....
NIP : …………………………………………………………………
Pangkat/Gol. : …………………………………………………………………
Jabatan : …………………………………………………………………
Unit Organisasi : …………………………………………………………………

Dengan ini mengajukan permohonan untuk mendapatkan Surat Izin Belajar atas inisiatif sendiri
(AIS) di luar pendidikan yang diselenggarakan Kementerian Keuangan dengan data berikut:
Fakultas/Jurusan/Program Studi : ………………………………………………………….
Perguruan Tinggi/Lembaga Pendidikan : ………………………………………………………….
Lokasi/Tempat Pendidikan : ………………………………………………………….
SK Akreditasi/Izin Penyelenggaraan : ………………………………………………………….

Sebagai bahan pertimbangan, bersama ini saya lampirkan Surat Pernyataan tanggung
jawab/pekerjaan dinas sehari-hari di kantor.

Atas dikabulkannya permohonan ini, saya ucapkan terima kasih.

…………………….., …………… (Kota & Tgl)


Yang Membuat Surat Permohonan

Nama Lengkap
NIP ………….

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 178


Surat Pernyataan

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : ………………………………………………………………....
NIP : …………………………………………………………………
Pangkat/Gol. : …………………………………………………………………
Jabatan : …………………………………………………………………
Unit Organisasi : …………………………………………………………………
Dengan ini membuat pernyataan sebagai berikut:
a. Bahwa saya selama melanjutkan pelajaran/pendidikan di luar pendidikan yang
diselenggarakan oleh Kementerian Keuangan pada Fakultas …..………….……..
Jurusan/Program Studi ………...………… di Perguruan Tinggi/Lembaga Pendidikan
……………………………………………. tidak akan mengganggu pelaksanaan
tugas/pekerjaan dinas sehari-hari di kantor;

b. Bahwa saya selama melanjutkan pelajaran/pendidikan tersebut akan lebih mengutamakan


kepentingan dinas maupun tugas/pekerjaan kantor.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan penuh tanggung jawab.

..…………………, ….…………… (Kota & Tgl)


Mengetahui/Menyetujui, Yang Membuat Surat Permohonan
(Minimal eselon II atasan pegawai ybs)

Nama Lengkap Nama Lengkap


NIP …………. NIP …………

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 179


Daftar Melanjutkan Pendidikan Pertama Kali

DAFTAR MELANJUTKAN PENDIDIKAN PERTAMA KALI

Kepada :
Yth. ….…….. (Eselon II atasan pegawai ybs)
di ……………………………………………

Daftar laporan melanjutkan pelajaran pada Sekolah/Universitas/Kursus di luar pendidikan yang


diselenggarakan oleh Kementerian Keuangan.
1. Nama/NIP :
2. Tempat dan Tanggal Lahir :
3. Pangkat / Golongan serta Jabatan :
4. Unit Organisasi (Kantor/Direktorat)
Kota Tempat Bekerja :
5. Nama Sekolah/Universitas (Fakultas)/
Kursus dan Tempat Kedudukannya :
6. Saat Mulai Melanjutkan Pelajaran :
7. Lamanya Pendidikan :
8. Pada saat melaporkan duduk dalam kelas/
Tingkat :
9. Dalam satu minggu, pelajaran/kuliah diberikan
Pada hari-hari dan antara jam :
10. Melanjutkan pelajaran telah diperoleh
Persetujuan/seizin : (minimal eselon III atasan pegawai ybs)
11. Keterangan :

Mengetahui/Menyetujui, …, ….…………… (Kota & Tgl)


......... (Minimal eselon III atasan pegawai ybs) Yang Membuat Surat Permohonan

Nama Lengkap Nama Lengkap


NIP …………. NIP …………

Tembusan:
1. Direktur Jenderal Perbendaharaan
2. Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
3. Kepala …………………………

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 180


Laporan Perkembangan Pendidikan

LAPORAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN

Kepada :
Yth. ….…….. (Eselon II atasan pegawai ybs)
di ……………………………………………

Daftar laporan melanjutkan pelajaran pada Sekolah/Universitas/Kursus di luar pendidikan yang


diselenggarakan oleh Kementerian Keuangan.
1. Nama/NIP :
2. Tempat dan Tanggal Lahir :
3. Pangkat / Golongan serta Jabatan :
4. Unit Organisasi (Kantor/Direktorat)
Kota Tempat Bekerja :
5. Nama Sekolah/Universitas (Fakultas)/
Kursus dan Tempat Kedudukannya :
6. Saat Mulai Melanjutkan Pelajaran :
7. Lamanya Pendidikan :
8. Pada saat melaporkan duduk dalam kelas/
Tingkat :
9. Dalam satu minggu, pelajaran/kuliah diberikan
Pada hari-hari dan antara jam :
10. Melanjutkan pelajaran telah diperoleh
Persetujuan/seizin : (minimal eselon III atasan pegawai ybs)
11. Keterangan :

Mengetahui/Menyetujui, …………, ….…………… (Kota & Tgl)


......... (Minimal eselon III atasan pegawai ybs) Yang Membuat Surat Permohonan

Nama Lengkap Nama Lengkap


NIP …………. NIP …………

Tembusan:
1. Direktur Jenderal Perbendaharaan
2. Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
3. Kepala …………………

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 181


Surat Izin Belajar S1

KOP SURAT

SURAT IZIN BELAJAR


Nomor :

………..……………. (Minimal eselon II atasan ybs) menerangkan bahwa :


Nama : ………………………………………………………………....
NIP : …………………………………………………………………
Pangkat/Gol. : …………………………………………………………………
Jabatan : …………………………………………………………………
Unit Organisasi : …………………………………………………………………
Diberikan izin untuk melanjutkan pendidkan atas inisiatif sendiri diluar pendidikan yang
diselenggarakan oleh Kementerian Keuangan Indonesia pada:
Fakultas/Jurusan/Program Studi : ………………………………………………………….
Perguruan Tinggi/Lembaga Pendidikan : ………………………………………………………….
Lokasi/Tempat Pendidikan : ………………………………………………………….
SK Akreditasi/Izin Penyelenggaraan : ………………………………………………………….
sesuai dengan Surat Permohonan dan Surat Pernyataan yang bersangkutan.

Demikian surat izin ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

…………………….., …………… (Kota & Tgl)


(Minimal eselon II atasan ybs)

Nama Lengkap
NIP ………….
Tembusan:
1. Sekretaris Ditjen Perbendaharaan
2. Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
3. Kepala ......................................

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 182


Surat Izin Belajar S2/S3

KOP SURAT

SURAT IZIN BELAJAR


Nomor :
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : ……………………………………….
NIP : …………………………………….....
Pangkat/Gol. : ……………………………………….
Jabatan : Sekretaris Ditjen Perbendaharaan
Unit Organisasi : Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Memberikan izin untuk melanjutkan pendidikan studi magister (S2) / doctor (S3) kepada:
Nama/NIP : …………………………………….....
Pangkat/Gol. : ……………………………………….
Jabatan : ……………………………………….
Unit Organisasi : ……………………………………….
Program Studi : ……………………………………….
Perguruan Tinggi : ……………………………………….
SK Akreditasi/Izin Penyelenggaraan : ……………………………………….
dengan ketentuan sebagai berikut:
1.Selama mengikuti pendidkan tidak mengurangi konsentrasi pekerjaan dan jam dinas kantor.
2.Surat izin melanjutkan pendidikan tidak terkait dengan pola kebijakan mutasi.
3.Setiap surat izin hanya berlaku untuk satu program studi dan tidak berlaku surut.

…………………….., …………… (Kota & Tgl)


Pejabat yang berwenang,

Nama Lengkap
NIP ………….

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 183


BAB XXIV
STANDAR KOMPETENSI JABATAN

A. DASAR HUKUM
1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 47/PMK.01/2008 Tentang Assessment Center
Departemen Keuangan;
2. Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-109/MK.1/2010 Tanggal 23 Maret 2010;
3. Peraturan Sekjen Kementerian Keuangan Nomor: 55/SJ/2008 Tanggal 28 Juli 2008.

B. PENDAHULUAN
Dalam rangka pengembangan sumber daya manusia berbasis kompetensi, guna
meningkatkan kemampuan dan kompetensi pegawai dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi
organisasi, Kementerian Keuangan telah menetapkan standar kompetensi untuk setiap jabatan
yang terdapat dalam setiap Eselon I Kementerian Keuangan.

C. PENGERTIAN STANDAR KOMPETENSI


Standar kompetensi Jabatan merupakan persyaratan kompetensi yang harus dimiliki oleh
pejabat eselon dalam melaksanakan tugasnya dan digunakan sebagai dasar untuk menilai
kesesuaian profil kompetensi pejabat eselon di lingkungan Kementerian Keuangan. Standar
kompetensi tersebut agar dapat diwujudkan dalam perilaku sehari-hari perlu dijelaskan melalui
tingkat kemahiran yang dipersyaratkan untuk setiap jenjang struktural. Tingkat kemahiran
merupakan perilaku yang diharapkan mampu ditampilkan oleh seorang pegawai, agar ia dapat
memberikan kinerja terbaiknya.

Standar kompentensi jabatan dapat digunakan untuk : membantu dalam evaluasi/


penilaian karyawan dan pengembangannya, membantu dalam merekrut tenaga kerja,
mengembangkan program pelatihan sesuai dengan kebutuhan organisasi.

Di lingkungan Kementerian Keuangan, persyaratan kompetensi telah dibakukan menjadi


Kamus Kompetensi, sebagaimana tercantum pada Peraturan Sekretaris Jenderal Nomor 55/SJ/28
Tentang Pelaksanaan Assessment Center Kementerian keuangan.

Kompetensi diartikan sebagai kemapuan (capability) atau keahlian (expertise) yang lebih
dari sekedar keterampilan (skill) belaka, namun merupakan hasil dari pengalaman yang
melibatkan pemahaman/ pengetahuan, tindakan nyata serta proses mental yang terjadi dalam
jangka waktu tertentu serta berulang-ulang sehingga menghasilkan kemampuan/ keahlian dalam
bidang tertentu. Oleh karena itu, kompetensi dibentuk dari interaksi antara faktor pengalaman
dan faktor bawaan.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 184


D. JENIS KOMPETENSI KEMENTERIAN KEUANGAN
Kompetensi dalam standar kompetensi jabatan dikelompokkan dalam 3 kelompok, yaitu
(1) Kompetensi Umum, yang merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap PNS
Kementerian Keuangan; (2) kompetensi inti, merupakan kompetensi yang harus dimiliki setiap
pejabat sesuai jenjang eseloneringnya; dan (3) kompetensi khusus, merupakan kompetensi yang
harus dimiliki masing-masing pejabat sesuai dengan jabatan yang dipangkunya.
Kamus kompetensi ini dikelompokkan dalam tiga cluster , yaitu kelompok kompetensi
yang berhubungan dengan thinking, working dan relating.

Thinking Working Relating

1. Visioning 9. Planning and Organizing 21. Team Work and Collaboration


2. Innovation 10. Driving for Results 22. Influencing and Persuading
3. In- Depth Problem Solving 11. Delivering Results 23. Managing Others
4. Decisive Judgement 12. Quality Focus 24. Team Leadership
5. Championing Change 13. Continuous Improvement 25. Coaching and developing Other
6. Adapting to change 14. Policies, Process and 26. Motivating Others
Procedures
7. Courage of Convictions 27. Organizational Savvy
15. Safety*
8. Business Acumen 28. Relationship Management
16. Stakeholder Focus
29. Negotiation
17. Stakeholder Service
30. Conflict Management
18. Integrity
31. Interpersonal Communication
19. Resilience
32. Written Communication
20. Continuous Learning
33. Presentation Skill
34. Meeting Leadership
35. Meeting Contribution

*safety tidak digunakan dalam Standar Kompetensi Jabatan Ditjen Perbendaharaan

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 185


Standar Kompetensi Jabatan Eselon II, III dan IV Lingkup Ditjen Perbendaharaan

KOMPETENSI UMUM INTI KHUSUS

Eselon II 1. Continuous 4. Visioning Sesuai


(13-16) improvement 5. In depth problem solving & kebutuhan
2. Stakeholder focus analysis jabatan
3. Integrity 6. Championing change
7. Managing others
8. Relationship management

Eselon III 1. Continuous 4. In depth problem solving & Sesuai


(10-12) improvement analysis kebutuhan
2. Stakeholder focus 5. Planning & organizing jabatan
3. Integrity 6. Managing others
7. Meeting leadership

Eselon IV 1. Continuous Terdiri dari 3 kompetensi Terdiri dari 2-3-


(8-9) improvement sesuai kebutuhan Unit Eselon kompetensi
2. Stakeholder focus sesuai kebutuhan
3. Integrity jabatan

E. JOB PERSON MATCH

Job Person Match merupakan indeks kesesuian antara kompetensi pejabat dengan
standar kompetensi jabatan. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-
1892/MK.1/2011 tentang Penetapan Nilai JPM Dalam Rangka Perencanaan Karir dan Mutasi
Jabatan di Lingkungan Kementerian Keuangan, indeks kesesuaian di lingkungan Kementerian
Keuangan ditetapkan minimal 72% pada jabatan yang didudukinya. Pejabat yang dimaksud
adalah pejabat eselon II, III, IV dan pelaksana di lingkungan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan.

Penghitungan JPM adalah Perbandingan antara jumlah rasio level kompetensi pejabat
terhadap standar kompetensi jabatan dengan jumlah standar kompetensi jabatan.

Rumus:

Level Capaian Pejabat


JPM : ∑ : ∑ SKJ X 100 %
Standar Kompetensi Jabatan

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 186


BAB XXV
PELAKSANAAN TUGAS KEPEGAWAIAN LAINNYA

A. KARTU PEGAWAI NEGERI SIPIL


1. Dasar Hukum :
a. Keputusan Kepala BAKN No. 066/KEP/1974;
b. Keputusan Kepala BAKN No.1 Tahun 1994.
2. Tujuan :
a. Sebagai kartu identitas;
b. Berlaku selama yang bersangkutan menjadi pegawai negeri;
c. KARPEG diberikan kepada mereka yang berstatus Pegawai Negeri Sipil;
d. Untuk kenaikan pangkat pertama. 
3. Persyaratan untuk mendapatkan KARPEG :
a. SK Pegawai Negeri Sipil;
b. Pas foto hitam putih satu lembar ukuran 2 x 3 cm dengan kelihatan kedua telinga sebanyak 2
lembar.
4. Persyaratan untuk penggantian KARPEG :
a. Surat kehilangan dari kepolisian;
b. Lampiran X SE. BAKN Nomor : 01/SE/1975
c. Pas foto hitam putih satu lembar ukuran 2 x 3 cm dengan kelihatan kedua telinga sebanyak 2
lembar.
5. Persyaratan untuk perbaikan / ralat KARPEG
a. Foto copy SK CPNS;
b. Asli KARPEG;
c. Pas foto hitam putih satu lembar ukuran 2 x 3 cm dengan kelihatan kedua telinga sebanyak 2
lembar.

B. KARTU ISTRI / SUAMI (KARIS/KARSU)


1. Dasar Hukum :
a. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983;
b. Keputusan Kepala BAKN No.1158A/KEP/1983.
2. Hal Penting Tentang KARIS/KARSU:
a. Karis/karsu adalah identitas istri/suami pegawai negeri sipil;
b. Karis/karsu berlaku selama yang bersangkutan menjadi istri/suami Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan;
c. Apabila Pegawai Negeri Sipil berhenti sebagai Pegawai Negeri Sipil tanpa hak pensiun, maka
karis/karsu yang telah diberikan tidak berlaku lagi;
d. Apabila suami/istri PNS bercerai maka Karis/karsu tidak berlaku lagi;
Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 187
e. Apabila suami/istri PNS yang bercerai rujuk/kawin kembali dengan bekas istri/suami maka
Karis/karsu berlaku kembali;
f. Apabila PNS berhenti dengan hormat dengan hak pensiun, maka Karis/karsu yang telah diberikan
kepada istri/suami tetap berlaku;
g. KARIS/KARSU yang telah ditetapkan oleh Badan Kepegawaian Negara dikirim kepada
instansi yang bersangkutan untuk disampaikan kepada istri/suami PNS yang
bersangkutan;
h. KARIS/KARSU disampaikan kepada istri/suami PNS yang bersangkutan secara tertulis.
3. Persyaratan untuk mendapatkan KARIS/KARSU :
a. Akte nikah;
b. Laporan Perkawinan Pertama;
c. Pas foto hitam putih satu lembar ukuran 2 x 3 cm dengan kelihatan kedua telinga sebanyak 3
lembar.
4. Persyaratan untuk penggantian KARIS/KARSU:
a. Surat laporan kehilangan dari kepolisian;
b. Istri/Suami PNS yang kehilangan KARIS/KARSU wajib lapor tertulis kepada atasan langsung
istri/suami serendah-rendahnya pejabat eselon IV;
c. Pas foto hitam putih satu lembar ukuran 2 x 3 cm dengan kelihatan kedua telinga sebanyak 2
lembar.

C. SUMPAH/JANJI PNS
1. Dasar Hukum :
a. Berdasarkan UU Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 8 Tahun
1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, pasal 26 ayat (1) dinyatakan bahwa Setiap
Calon Pegawai Negeri Sipil pada saat pengangkatannya menjadi Pegawai Negeri Sipil
wajib mengucapkan sumpah/janji.
b. PP Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, pasal 3 disebutkan
bahwa salah satu kewajiban setiap PNS adalah mengucapkan sumpah/janji PNS.
Apabila masih ada PNS di lingkungan Ditjen Perbendaharaan yang belum mengucapkan
sumpah/janji PNS, maka masing-masing unit kerja untuk segera melakukan pendataan para
pegawai yang belum mengucapkan sumpah/janji PNS dan melaksanakan kegiatan tersebut
serta segera melaporkan ke Bagian Administrasi Kepegawaian dengan lampiran nama-nama
para pegawai yang diambil sumpah/janji PNS.
2. Tata Cara Pengambilan Sumpah/Janji PNS :
a. Pengambilan sumpah/janji PNS dilakukan dalam suatu upacara khidmat. Pengambilan
sumpah/janji PNS dapat dilakukan secara perorangan atau secara bersama-sama.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 188


b. Yang hadir dalam upacara tersebut adalah :
 Pejabat yang mengambil sumpah/janji PNS, sebagai inspektur upacara
 PNS yang mengangkat sumpah/janji
 Saksi-saksi
 Rohaniawan
 Undangan
c. PNS yang mengangkat sumpah/janji didampingi oleh seorang rohaniawan menurut
agama/kepercayaan masing-masing.
d. saksi-saksi terdiri dari PNS yang pangkatnya serendah-rendahnya sama dengan pangkat
PNS yang mengangkat sumpah/janji.
e. Pejabat yang mengambil sumpah/janji PNS mengucapkan susunan kata-kata sumpah/janji
PNS kalimat demi kalimat dan diikuti oleh PNS yang mengangkat sumpah/janji.
f. Pada waktu mengucapkan sumpah/janji PNS, semua orang yang hadir dalam upacara itu
berdiri.
g. Pejabat yang mengambil sumpah/janji PNS membuat berita acara tentang pengambilan
sumpah/janji tersebut sesuai contoh terlampir
h. Berita acara dimaksud dibuat rangkap tiga dan ditandatangani oleh pejabat yang
mengambil sumpah, PNS yang mengangkat sumpah, dua orang saksi dan rohaniawan.
 Rangkap pertama untuk PNS yang mengangkat sumpah/janji
 Rangkap kedua untuk BKN
 Rangkap ketiga untuk arsip kantor
i. Pengucapan Sumpah/janji dilakukan menurut agama yang diakui Pemerintah, yakni :
 diawali dengan ucapan “Demi Allah” untuk penganut agama Islam;
 diakhiri dengan ucapan “ Semoga Tuhan menolong saya” untuk penganut agama
Kristen Protestan/Katolik;
 diawali dengan ucapan “Om Atah Paramawisesa” untuk penganut agama Hindu;
 diawali dengan ucapan “Demi Sang Hyang Adi Budha” untuk penganut agama
Budha.
3. Contoh Naskah Pengambilan Sumpah/Janji PNS :

SEBELUM SAYA MULAI MENGAMBIL SUMPAH, SAYA INGIN BERTANYA KEPADA SAUDARA-
SAUDARA YANG BERDIRI DI HADAPAN SAYA.

“APAKAH SAUDARA-SAUDARA BERSEDIA DIAMBIL SUMPAH?”

“……….”

PERTAMA-TAMA BAGI YANG BERAGAMA ISLAM, IKUTI DAN ULANGI KATA-KATA SAYA :

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 189


“DEMI ALLAH, SAYA BERSUMPAH”

BAGI YANG BERAGAMA KRISTEN PROTESTAN DAN KATHOLIK, IKUTI DAN ULANGI KATA-
KATA SAYA :
“SAYA BERSUMPAH”

BAGI YANG BERAGAMA HINDU, IKUTI DAN ULANGI KATA-KATA SAYA :


“OM ATAH PARAMAWISESA, SAYA BERSUMPAH”

UNTUK SELURUHNYA, IKUTI DAN ULANGI KATA-KATA SAYA :

BAHWA SAYA, UNTUK DIANGKAT MENJADI PEGAWAI NEGERI SIPIL AKAN SETIA DAN TAAT
SEPENUHNYA KEPADA PANCASILA, UNDANG-UNDANG DASAR 1945, NEGARA, DAN
PEMERINTAH;

BAHWA SAYA, AKAN MENTAATI SEGALA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG


BERLAKU DAN MELAKSANAKAN TUGAS KEDINASAN YANG DIPERCAYAKAN KEPADA SAYA
DENGAN PENUH PENGABDIAN, KESADARAN, DAN TANGGUNG JAWAB;

BAHWA SAYA, AKAN SENANTIASA MENJUNJUNG TINGGI KEHORMATAN NEGARA,


PEMERINTAH, DAN MARTABAT PEGAWAI NEGERI SERTA AKAN SENANTIASA
MENGUTAMAKAN KEPENTINGAN NEGARA DARI PADA KEPENTINGAN SAYA SENDIRI,
SESEORANG ATAU GOLONGAN;

BAHWA SAYA, AKAN MEMEGANG RAHASIA SESUATU YANG MENURUT SIFATNYA ATAU
MENURUT PERINTAH HARUS SAYA RAHASIAKAN;

BAHWA SAYA AKAN BEKERJA DENGAN JUJUR, TERTIB, CERMAT, DAN BERSEMANGAT UNTUK
KEPENTINGAN NEGARA.

SELANJUTNYA KHUSUS BAGI YANG BERAGAMA KRISTEN PROTESTAN DAN KATHOLIK, IKUTI
DAN ULANGI KATA-KATA SAYA :
” SEMOGA TUHAN MENOLONG SAYA”.

4. Contoh Susunan Acara Pengambilan Sumpah/Janji PNS :

PENGAMBILAN SUMPAH/JANJI PNS


LINGKUP KANTOR PUSAT DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

 Sebelum acara dimulai terlebih dahulu kami beritahukan :


- Kepada para pegawai yang akan diambil sumpah agar menempati posisi sesuai urutan agama yang
telah disiapkan.
- Dimohon agar alat komunikasi telepon genggam atau sejenisnya untuk dinonaktifkan sementara
waktu agar tidak mengganggu pada saat acara pengambilan sumpah berlangsung
- Para pegawai yang terdata untuk diambil sumpah sebanyak ......... pegawai terdiri dari ......... pegawai
beragama Islam, ......... pegawai beragama Kristen, ....... pegawai beragama Katholik, dan ........


pegawai beragama Hindu.


Menyanyikan Lagu Padamu Negeri
Upacara Pengambilan Sumpah/Janji PNS dimulai
Sekretaris Ditjen Perbendaharaan mengambil Sumpah/Janji PNS
Kepada rohaniwan kami persilakan untuk mendampingi pegawai yang diambil sumpah
……………………………………………..
……………………………………………..


Kepada rohaniwan kami persilakan kembali ke tempat semula
Penandatanganan Berita Acara Sumpah secara simbolis
Bapak ................. , mewakili yang beragama Islam dengan saksi Bapak ................... dan Bapak ...................
dimohon ke meja naskah.
Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan dimohon ke meja naskah.
Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Bapak ............ dan Bapak ................, dimohon tetap di
tempat sampai dengan penandatanganan Berita Acara Sumpah secara simbolis selesai.
Bapak ...................., dimohon kembali ke tempat semula.
Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 190
Bapak ........................ mewakili yang beragama Kristen Protestan dengan saksi Bapak ............ dan Bapak
..............................
Bapak ...................... dimohon ke meja naskah.
Bapak ................... dan Bapak .......................... dimohon kembali ke tempat semula.
Bapak .................... mewakili yang beragama Katholik dengan saksi Bapak .................. dan Bapak
................
Bapak ................ dan Bapak .................... dimohon ke meja naskah.
Bapak ..................... dimohon tetap di tempat
Bapak ....................... dimohon kembali ke tempat semula.
Ibu ...................... mewakili yang beragama Hindu dengan saksi saksi Bapak .................. dan Bapak
..................
Ibu .................... dimohon ke meja naskah.
Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Bapak ...................., Bapak .................... dan Ibu


.................... dimohon kembali ke tempat semula.


Sambutan Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Pembacaan do’a dipimpin oleh Bapak ………………. dari ……………………..


Yang kami hormati Bapak ..................... kami persilahkan.
Pemberian Ucapan Selamat
Bapak Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan berkenan untuk memberikan ucapan selamat diikuti


para pejabat eselon III Sekretariat Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan undangan lainnya.
Dengan berakhirnya pemberian ucapan selamat maka berakhir pula acara pada hari ini. Kami atas nama
Panitia Pelaksana mengucapkan terima kasih atas kehadiran Bapak dan Ibu sekalian, serta mohon maaf


apabila terdapat kekurangsempurnaan dalam pelaksanaan acara pada hari ini.
Selanjutnya setelah selesai bersalam-salaman, kepada para peserta dimohon ke meja panitia untuk
penandatanganan Berita Acara Pengambilan Sumpah.

5. Contoh Berita Acara Pengambilan Sumpah/Janji PNS :

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

BERITA ACARA PENGAMBILAN SUMPAH PEGAWAI NEGERI SIPIL


NOMOR : BA- /PB.1/2011

Pada hari ini, Kamis tanggal tujuh bulan April tahun dua ribu sebelas, dengan mengambil tempat di Kantor
Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan, saya, nama ...................., pangkat ............, NIP. ................,
jabatan Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, pasal 26
dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 pasal 6, serta Keputusan Direktur Jenderal Anggaran Nomor
KEP-117/A.12/UP.2/1991 tanggal 31 Juli 1991 (SK Pengangkatan sebagai PNS) dengan disaksikan oleh 2
(dua) orang saksi, masing-masing :
1. Nama ...................., NIP. ……………….., pangkat ..........................
2. Nama ...................., NIP. ……………….., pangkat ……………….. (pangkat saksi harus lebih tinggi)
telah mengambil sumpah pegawai negeri sipil nama ...................... pangkat ……………. NIP. ...........................
Pegawai negeri sipil yang mengangkat sumpah tersebut didampingi oleh seorang rohaniawan nama
…………………, pangkat …………… NIP. ………………… .
Pegawai negeri sipil yang mengangkat sumpah tersebut mengucapkan Sumpah Pegawai Negeri Sipil, sebagai
berikut :

“Demi Allah, saya bersumpah :


Bahwa saya, untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil akan setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah;
Bahwa saya, akan mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas
kedinasan yang dipercayakan kepada saya dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;
Bahwa saya, akan senantiasa menjunjung tinggi kehormatan Negara, Pemerintah, dan martabat Pegawai Negeri
serta akan senantiasa mengutamakan kepentingan Negara dari pada kepentingan saya sendiri, seseorang atau
golongan;
Bahwa saya, akan memegang rahasia sesuatu yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus saya
rahasiakan;

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 191


Bahwa saya akan bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan Negara”.

Demikian, berita acara pengambilan sumpah ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan sebagaimana
mestinya.

Pegawai Negeri Sipil Pejabat


Yang Mengangkat Sumpah Yang Mengambil Sumpah

....................................... .........................................
NIP. .............................. NIP. ................................

Saksi-Saksi :

......................................... ..............................................
NIP. ................................ NIP. ……………………….

D. HARI LIBUR PILKADA


1. Dasar Hukum :
Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor SE-07/PB/2008 tanggal 31 Januari
2008 tentang Penetapan Hari Pemungutan Suara Sebagai Hari Yang Diliburkan.
2. Ketentuan :
a. Sesuai Pasal 70 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2005 tentang Pemilihan,
Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah,
dinyatakan bahwa pemungutan suara dilakukan pada hari libur dan hari yang
diliburkan.
b. Penetapan hari libur/hari yang diliburkan dalam rangka pemungutan suara dilakukan oleh
Kepala Daerah atas usulan Komisi Pemilihan Umum Daerah.
c. Sesuai ketentuan dalam Surat Edaran Dirjen Perbendaharaan tersebut diatas, Kepala
Kantor Wilayah diberi kewenangan untuk menetapkan hari libur bagi pegawai Direktorat
Jenderal Perbendaharaan di wilayahnya dalam rangka pemungutan suara pemilukada,
tanpa perlu mendapatkan ijin terlebih dahulu dari Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan,
dan cukup melaporkan penetapan hari libur/hari yang diliburkan dimaksud kepada Dirjen
Perbendaharaan.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 192


E. LAPORAN PAJAK-PAJAK PRIBADI (LP2P)
1. Dasar Hukum :
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 7/KMK. 09/2011 Tentang Penyampaian Dan
Pengelolaan Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) Pejabat/Pegawai Di Lingkungan
Kementerian Keuangan
2. Tujuan :
Dalam rangka meningkatkan integritas Pejabat/Pegawai di lingkungan Kementerian
Keuangan, serta sejalan dengan perkembangan organisasi unit-unit di lingkungan
Kementerian Keuangan.
3. Pejabat Wajib LP2P :
Dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 7/KMK. 09/2011, menetapkan dan memintakan
kesediaan Pejabat/Pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan, yaitu:
a. Pejabat struktural;
b. Pejabat fungsional;
c. Pegawai Negeri Sipil yang memiliki pangkat Penata Muda (Golongan III/a) atau lebih
tinggi; atau
d. Pejabat/Pegawai lainnya yang tugasnya terkait dengan pelayanan publik yang ditetapkan
oleh pejabat eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan,  
untuk menyampaikan Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) kepada Menteri Keuangan.
Dengan menggunakan formulir sesuai format terlampir.
4. Penyampaian Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) :
a. Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) disampaikan kepada Menteri Keuangan melalui
Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan setiap tahun paling lama tanggal 30 April
setelah tahun yang dilaporkan.
b. Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) dibuat dalam 2 (dua) rangkap, dengan rincian
sebagai berikut:
 lembar kesatu disampaikan kepada Menteri Keuangan; dan
 lembar kedua wajib disimpan oleh Pejabat/Pegawai yang bersangkutan.
Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) harus diisi oleh Pejabat/Pegawai secara benar dan
dapat dipertanggungjawabkan.
5. Kewajiban Pimpinan unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan :
a. menyampaikan daftar Pejabat/Pegawai yang ditetapkan dan dimintakan kesediaannya
untuk menyampaikan Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) kepada Inspektur Jenderal
Kementerian Keuangan setiap tahun paling lama pada akhir bulan Januari;

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 193


b. melakukan penatausahaan dan pengawasan atas penyampaian Laporan Pajak-Pajak
Pribadi (LP2P) oleh Pejabat/Pegawai di lingkungan masing-masing; dan
c. melaporkan secara tertulis kepada Menteri Keuangan dan menyampaikan tembusan
laporan tersebut kepada Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan, dalam hal terdapat
Pejabat/Pegawai yang tidak menyampaikan Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P).
6. Tugas Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan :
a. menerima dan menatausahakan Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P);
b. melakukan penelitian dan penilaian Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) yang dlterima;
c. menyimpan Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat
dijamin ketertiban administrasi, keamanan, dan kerahasiaannya; dan
d. melaporkan kepada Menteri Keuangan hasil penelitian dan penilaian Laporan Pajak-
Pajak Pribadi (LP2P) secara berkala.
7. Kewenangan Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan :
a. meminta keterangan atau penjelasan dari pimpinan unit eselon I atas Pejabat/Pegawai
yang tidak menyampaikan Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P);
b. meminta keterangan atau penjelasan dari Pejabat/Pegawai mengenai informasi Laporan
Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) yang disampaikan.
c. Dalam rangka melaksanakan tugas dan wewenang tersebut, Inspektur Jenderal
Kementerian Keuangan dibantu oleh tim yang terdiri dari Pejabat/Pegawai yang ditunjuk.
8. Dalam rangka pelaksanaan tugas dan wewenang pengelolaan Laporan Pajak-Pajak Pribadi
(LP2P), Inspektur Jenderal dan Pejabat/Pegawai yang ditunjuk di bawah sumpah wajib
menjaga kerahasiaan Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) serta informasi terkait lainnya.
9. Dalam hal Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) diperlukan oleh pihak yang berwenang di
luar Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan untuk kepentingan pemeriksaan,
penyelidikan, atau penyidikan, Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) dapat diberikan setelah
mendapat izin tertulis dari Menteri Keuangan dengan pemberitahuan kepada yang
bersangkutan.
10. Pejabat/Pegawai wajib LP2P yang tidak menyampaikan Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P)
atau terbukti mengisi Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) tidak sesuai dengan ketentuan,
dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian dan/atau
peraturan perundang-undangan lainnya.
11. Inspektur Jenderal atau Pejabat/Pegawai yang ditunjuk yang diwajibkan menjaga kerahasiaan
Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) dan informasi terkait lainnya yang karena kealpaan atau
kesengajaan tidak memenuhi kewajiban menjaga kerahasiaan Laporan Pajak-Pajak Pribadi

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 194


(LP2P) dan informasi terkait lainnya, dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan di bidang kepegawaian dan/atau peraturan perundang-undangan lainnya.
12. Untuk keperluan penatausahaan, penelitian, dan/atau penilaian Laporan Pajak-Pajak Pribadi
(LP2P), Pejabat/Pegawai wajib LP2P di lingkungan Kementerian Keuangan dimintakan
kesediaannya untuk menyampaikan daftar harta kekayaan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. penyampaian daftar harta kekayaan dilakukan dengan mengisi dan menandatangani surat
pernyataan dan surat kuasa sesuai format sebagaimana terlampir
b. penyampaian daftar harta kekayaan dilakukan setiap tahun bersamaan dengan
penyampaian Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) paling lama tanggal 30 April setelah
tahun yang dilaporkan, dengan menggunakan formulir sesuai format terlampir.
13. Penyampaian Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) termasuk Daftar Harta Kekayaan dapat
dilakukan melalui media elektronik. Tata cara penyampaian Laporan Pajak-Pajak Pribadi
(LP2P) termasuk Daftar Harta Kekayaan melalui media elektronik ditetapkan oleh Sekretaris
Jenderal atas nama Menteri Keuangan.
14. Penyampaian Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) termasuk Daftar Harta Kekayaan bagi
Pejabat/ Pegawai wanita kawin, untuk :
a. wanita kawin yang suaminya wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi, dilaksanakan sesuai ketentuan sebagaimana
diatur dalam Pasal 3 ayat (2) Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1986;
b. wanita kawin yang suaminya tidak wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi, dilaksanakan sesuai ketentuan
sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (3) Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1986.

F. PELAPORAN GRATIFIKASI
1. Dasar Hukum :
Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor : S-8650/PB/2009 tanggal 31 Desember 2009
tentang Mekanisme Pelaporan Gratifikasi
2. Pengertian gratifikasi
Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat
(diskon), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan
wisata, pengobatan cuma-cuma dan fasilitas lainnya. Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri
atau penyelenggara negara dianggap suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang
berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya.
Contoh-contoh Pemberian yang dapat dikategorikan sebagai Gratifikasi:
 Pemberian hadiah atau uang sebagai ucapan terima kasih karena telah dibantu;

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 195


 Hadiah atau sumbangan pada saat perkawinan anak dari pejabat oleh rekanan kantor

pejabat tersebut;
 Pemberian tiket perjalanan kepada pejabat atau keluarganya untuk keperluan pribadi secara

cuma-cuma;
 Pemberian potongan harga khusus bagi pejabat untuk pembelian barang atau jasa dari

rekanan;
 Pemberian biaya atau ongkos naik haji dari rekanan kepada pejabat;

 Pemberian hadiah ulang tahun atau pada acara-acara pribadi lainnya dari rekanan;

 Pemberian hadiah atau souvenir kepada pejabat pada saat kunjungan kerja;

 Pemberian hadiah atau parsel kepada pejabat pada saat hari raya keagamaan, oleh rekanan

atau bawahannya.
3. Tata cara pelaporan gratifikasi:
a. Penerima gratifikasi wajib melaporkan penerimaannya selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)
hari kerja kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), terhitung sejak tanggal gratifikasi
tersebut diterima;
b. Laporan disampaikan secara tertulis dengan mengisi formulir sebagaimana ditetapkan oleh
KPK dengan melampirkan dokumen yang berkaitan dengan gratifikasi (formulir terlampir);
c. Formulir sebagaimana huruf b, sekurang-kurangnya memuat :
1. Nama dan alamat lengkap penerima dan pemberi gratifikasi;
2. Jabatan Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara;
3. Tempat dan waktu penerima gratifikasi;
4. Uraian jenis gratifikasi yang diterima;
5. Nilai gratifikasi yang diterima.
4. Sanksi bagi penerima gratifikasi
Setiap Pegawai Negeri yang menerima gratifikasi dan tidak melaporkan kepada KPK
terancam sanksi sesuai Pasal 12B ayat (2) UU Nomor 31/1999 jo UU Nomor 20/2001, yaitu:
a. Pidana penjara seumur hidup atau;
b. Penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan Pidana
denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
5. Berkaitan dengan upaya penanganan gratifikasi perlu dilakukan pengaturan sebagai berikut:
a. Setiap pimpinan unit kerja diminta untuk memberikan fasilitasi kepada pegawai yang
hendak melaporkan gratifikasi kepada KPK, antara lain:
i. menyediakan formulir pelaporan gratifikasi;

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 196


ii. menyediakan media komunikasi (faksimili/telepon) dan sarana lain yang dianggap
perlu untuk membantu pelaporan gratifikasi dan menyebarluaskan informasi tentang
gratifikasi;
iii. menunjuk Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian, Kepala Bagian Umum Kanwil
Ditjen Perbendaharaan dan Kepala Subbagian Umum untuk menangani hal-hal terkait
gratifikasi.
b. Setiap pimpinan unit kerja diminta agar melakukan monitoring dan evaluasi penanganan
gratifikasi sebagai berikut:
i. Menghimpun copy pelaporan gratifikasi kepada KPK setiap triwulan dan
menyampaikan rekapitulasinya kepada Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan secara
hirarkis (form laporan terlampir);
ii. Pimpinan unit kerja harus menjaga informasi dalam laporan gratifikasi dari pihak-pihak
yang secara dinas tidak berkepentingan.
6. Dalam hal terdapat permasalahan terkait dengan penanganan gratifikasi, dapat dikonsultasikan
dengan Bagian Administrasi Kepegawaian secara langsung melalui surat atau telepon dengan
nomor (021)3848909 serta melalui email ke alamat kodeetikpegawai@perbendaharaan.go.id.
7. Setiap pimpinan unit kerja diminta untuk menyampaikan informasi sebagaimana dimaksud
dalm angka 1, 2 dan 3 di atas dalam berbagai kesempatan pertemuan dengan pihak eksternal
(mitra kerja). Selanjutnya setiap pimpinan unit kerja juga harus menyampaikan tersedianya
fasilitas pelaporan gratifikasi ke KPK, kepada setiap pegawai di unit kerjanya.
8. Form untuk KPPN :

LAPORAN GRATIFIKASI YANG TELAH DILAPORKAN KEPADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI


TAHUN……. TRIWULAN …
UNIT KERJA :…………………………………………….

No Nama/NIP pegawai yang Tanggal menerima Tanggal melapor ke Jenis gratifikasi


melapor gratifikasi KPK
1 2 3 4 5

..............,..............
Kepala KPPN

Nama
NIP

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 197


9. Form untuk Kanwil :

LAPORAN GRATIFIKASI YANG TELAH DILAPORKAN KEPADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI


TAHUN… TRIWULAN …

UNIT KERJA :…………………………………………….

No Nama/NIP pegawai Unit kerja Tanggal menerima Tanggal melapor Jenis gratifikasi
yang melapor gratifikasi ke KPK
1 2 3 4 5 6

..............,..............
Kepala Kanwil

Nama
NIP

10. Form untuk Setditjen/Direktorat :

LAPORAN GRATIFIKASI YANG TELAH DILAPORKAN KEPADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI


TAHUN… TRIWULAN …

UNIT KERJA :…………………………………………….

No Nama/NIP pegawai yang Waktu menerima gratifikasi Tanggal melapor ke Jenis gratifikasi
melapor KPK
1 2 3 4 5

..............,..............
Sekretaris/Direktur

Nama
NIP

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 198


BAB XXVI
PEGAWAI YANG DIPEKERJAKAN/DIPERBANTUKAN

A. DASAR HUKUM
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 256/KMK.01/2011 tanggal 3 Agustus 2011 tentang
Pegawai Negeri Sipil yang Dipekerjakan atau Diperbantukan di Luar Kementerian Keuangan.

B. DAMPAK KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR: 256/KMK.01/2011


TERHADAP PEGAWAI YANG DIPEKERJAKAN ATAU DIPERBANTUKAN
1. Masa tugas sebagai Pegawai Dipekerjakan atau Pegawai Diperbantukan paling lama 4
(empat) tahun, dan dapat diperpanjang untuk paling lama 4 (empat) tahun. Perpanjangan
masa tugas wajib dilaporkan kepada Menteri Keuangan u.p. Sekretaris Jenderal.
2. Terhitung sejak tanggal dimulainya penugasan, status kepegawaian Pegawai Dipekerjakan
atau Pegawai Diperbantukan berada di Setjen Kemenkeu c.q. Biro SDM. Selanjutnya, setelah
tanggal selesainya penugasan, statusnya sementara waktu berada di Setjen c.q. Biro SDM
sebelum dikembalikan ke unit eselon I dimana pegawai yang bersangkutan terakhir tercatat
sebagai pegawai.
3. Penugasan dan pengakhiran status sebagai Pegawai Dipekerjakan atau Pegawai
Diperbantukan ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.
4. Setelah selesai menjalani penugasan berhak diangkat kembali dalam jabatan yang setingkat
pada jabatan struktural/fungsional di unit eselon I dimana pegawai yang bersangkutan
terakhir tercatat sebagai pegawai. Jika belum dapat diangkat kembali, TKPKN dibayarkan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. bagi yang penugasan terakhirnya di Kemenkeu menduduki jabatan struktural , dibayarkan
TKPKN setara dengan TKPKN unsur Tunjangan Pokok peringkat 12 (dua belas);
b. bagi yang penugasan terakhirnya di Kemenkeu menduduki jabatan fungsional dengan
peringkat 12 (dua belas) ke atas, dibayarkan TKPKN setara dengan TKPKN unsur
Tunjangan Pokok peringkat 12 (dua belas);
c. bagi yang penugasan terakhirnya di Kemenkeu menduduki jabatan fungsional dengan
peringkat di bawah 12 (dua belas), dibayarkan TKPKN setara dengan TKPKN pada
peringkat jabatan sebelum mendapat penugasan;
d. bagi yang penugasan terakhirnya di Kemenkeu tidak menduduki jabatan struktural atau
fungsional, dibayarkan TKPKN:
1) setara dengan TKPKN terakhir yang diterima sebelum penugasan;

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 199


2) setara dengan TKPKN pada dua tingkat di bawah peringkat maksimal sesuai pangkat
dan golongan ruangnya jika pada penugasan terakhir di Kemenkeu belum ditetapkan
peringkatnya.
5. Pegawai yang Dipekerjakan atau Diperbantukan wajib mengajukan usul pensiun 9
(sembilan) bulan sebelum mencapai Batas Usia Pensiun kepada Menteri Keuangan u.p.
Sekretaris Jenderal.
6. Bagi pegawai yang Dipekerjakan atau Diperbantukan yang mendapat penugasan sebelum
KMK No. 256/KMK.01/2011 ditetapkan, berlaku ketentuan berikut:
a. status kepegawaian tetap berada di unit eselon I;
b. pegawai yang statusnya ditetapkan sebelum sistem grading ditetapkan, pembayaran
TKPKN berpedoman pada KMK No. 572/KMK.01/2005;
c. pegawai yang statusnya ditetapkan setelah sistem grading ditetapkan, pembayaran
TKPKN berpedoman pada KMK No. 256/KMK.01/2011 ini.

C. PEGAWAI DIPEKERJAKAN
1. Berhak memperoleh gaji dan TKPKN sebesar TKPKN yang terakhir diterima sebelum
menjalani penugasan. TKPKN hanya dibayarkan dalam hal di tempat penugasan Pegawai
Dipekerjakan memperoleh tunjangan kinerja yang lebih kecil daripada TKPKN, sebesar
selisih kekurangannya.
2. Wajib menyampaikan DP3 kepada Menteri Keuangan u.p. Sekretaris Jenderal.
3. Wajib melaporkan kepada Menteri Keuangan u.p. Sekretaris Jenderal, dalam hal akan
dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi di tempat penugasan.

D. PEGAWAI DIPERBANTUKAN
1. Tidak berhak memperoleh TKPKN.
2. Berhak memperoleh DP3 yang dibuat oleh pejabat penilai dan atasan pejabat penilai di unit
eselon I terakhir tercatat sebagai pegawai, dengan bahan dari atasan langsung di tempat
penugasannya, dengan ketentuan:
a. bagi yang sebelum penugasan menduduki jabatan eselon I, pejabat penilai dan atasan
pejabat penilai adalah Menteri Keuangan;
b. bagi yang sebelum penugasan menduduki jabatan eselon II, pejabat penilai adalah
Sekretaris Jenderal dan atasan pejabat penilai adalah Menteri Keuangan;
c. bagi yang sebelum penugasan menduduki jabatan eselon III ke bawah dan Pelaksana,
pejabat penilai adalah Kepala Biro SDM dan atasan pejabat penilai adalah Sekretaris
Jenderal.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 200


BAB XXVII
PENUTUP

Materi yang disajikan dalam buku ini telah dirancang sedemikian rupa agar kita dapat
mempelajarinya sekaligus mempraktikkannya. Diharapkan dengan mempelajari buku ini kita
akan memiliki pemahaman yang memadai dalam mengemban tugas di bidang pengelolaan
kepegawaian. Untuk itu keseriusan kita dalam mempelajari buku ini sangat menentukan
keberhasilan.
Buku ini memang tidak mampu memberikan materi yang banyak dalam pengelolaan
kepegawaian termasuk contoh-contohnya. Agar manfaat dari pembahasan dalam buku ini lebih
dapat kita rasakan, maka kita perlu membaca peraturan-peraturan yang memuat ketentuan
administrasi kepegawaian.
Untuk itu, setelah kita selesai mempelajari buku ini, kita perlu melakukan langkah-
langkah berikut ini untuk membantu mengembangkan diri dalam penguasaan materi administrasi
kepegawaian.
1. Evaluasi kembali proses pelaksanaan pekerjaan di bidang kepegawaian yang selama ini kita
lakukan, apakah sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Evaluasi secara terus menerus terhadap buku ini agar semakin baik dan sempurna.
3. Untuk menambah pengetahuan tentang pengelolaan kepegawaian, maka kita dapat membaca
buku-buku atau peraturan-peraturan tentang administrasi kepegawaian.
4. Untuk menambah ketrampilan dan pemahaman kita, maka usahakan untuk selalu membagi
pengetahuan tentang pengelolaan kepegawaian dengan seluruh pegawai di lingkungan kantor
kita.
Setelah kita menyelesaikan mempelajari buku ini, semestinya kita telah memiliki
pemahaman dan keterampilan dalam pengelolaan administrasi kepegawaian. Secara spesifik,
pengetahuan yang diharapkan dari buku ini adalah dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
menyangkut pengelolaan kepegawaian dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

Panduan Administrasi Kepegawaian Halaman 201

Anda mungkin juga menyukai