Integritas
Objektivit
as
Kerahasia
an
Kompeten
si
2
Sumber: na.theiia.org
INTEGRITAS
Internal auditor harus:
1. Melaksanakan tugas dengan jujur, rajin, dan
bertanggungjawab.
2. Memahami hukum dan membuat pengungkapan
sesuai ketentuan hukum dan profesi.
3. Tidak dengan sengaja menjadi bagian dari aktivitas
ilegal, atau melakukan tindakan yang
mendiskreditkan profesi internal audit atau
organisasi.
4. Menghormati dan memberikan kontribusi dalam
upaya pencapaian tujuan yang legal dan etis dari
organisasi.
OBJEKTIVITAS
Internal auditor harus:
1. Tidak berpartisipasi dalam aktivitas apapun, atau
berhubungan dengan, yang dipandang bisa
menurunkan objektifitas penilaian (assessment).
Pengertian berpartisipasi mencakup aktivitas atau
hubungan yang berpotensi menimbulkan konflik
dengan kepentingan organisasi.
2. Menerima apapun yang dipandang bisa
menurunkan kualitas pertimbangan profesional
auditor internal.
3. Mengungkapkan seluruh fakta-fakta penting
diketahuinya, yang jika tidak diungkapkan bisa
mendistorsi pelaporan aktivitas yang sedang
4
direviu.
KERAHASIAAN
Internal auditor harus:
1. Bijak dalam menggunakan dan menjaga informasi
yang diperoleh dari hasil audit.
2. Tidak menggunakan informasi untuk kepentingan
pribadi atau untuk hal-hal yang bertentangan
dengan hukum, atau berpotensi merusak legitimasi
dan nilai-nilai etika yang harus dijaga oleh
organisasi.
KOMPETENSI
pengawasan.
perundang-undangan.
10
Secara umum aturan perilaku menurut IIA dan AAIPI adalah sama, namun
AAIPI memuat beberapa hal lain diantaranya:
11
12
KASUS
1. Phar Mor Inc, termasuk perusahaan terbesar di Amerika Serikat yang
dinyatakan bangkrut pada bulan Agustus 1992 berdasarkan undangundang U.S. Bangkruptcy Code. Phar mor merupakan perusahaan retail
yang menjual produk yang cukup bervariasi, mulai dari obat-obatan,
furniture, elektronik, pakaian olah raga hingga videotape.
Pada masa puncak kejayaannya, Phar Mor mempunyai 300 outlet besar di
hampir seluruh negara bagian dan memperkerjakan 23,000 orang
karyawan yang berpusat di Youngstown, Ohio, United States. Phar-Mor
didirikan oleh Michael I. Monus atau biasa disebut Mickey Monus dan
David S. Shapira di tahun 1982.
2. Eksekutif Phar Mor sengaja melakukan fraud untuk mendapat keuntungan
financial yang masuk ke dalam saku pribadi individu di jajaran top
manajemen
perusahaan.
Dalam melakukan fraud, top manajemen Phar Mor membuat dua laporan
keuangan yakni, laporan inventory dan laporan bulanan keuangan
(monthly financial report). Dan kedua laporan ini kemudian dibuat ganda
oleh pihak manajemen. Satu set laporan inventory berisi laporan inventory
yang benar (true report,), sedangkan satu set laporan lainnya berisi
13
informasi tentang inventory yang di adjusment dan ditujukan untuk
14
perusahaan
telah
KASUS
Kasus mark up (penggelembungan) laba bersih 2001
PT Kimia Farma Tbk. (KAEF)
1. PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik
pemerintah di Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001,
manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp
132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta &
Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam
menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung
unsur rekayasa.
2. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan
keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena
telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan
keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp
99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7%
dari laba awal yang dilaporkan.
15
Sanksi:
1. Direksi Lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 Juni 2002
diwajibkan membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah)
untuk disetor ke Kas Negara, karena melakukan kegiatan praktek
penggelembungan atas laporan keuangan per 31 Desember 2001.
2. Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku
auditor PT Kimia Farma (Persero) Tbk. diwajibkan membayar sejumlah
Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk disetor ke Kas Negara,
karena atas risiko audit yang tidak berhasil mendeteksi adanya
penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT Kimia Farma (Persero)
Tbk. tersebut, meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai dengan
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), dan tidak diketemukan
adanya unsur kesengajaan. Tetapi, KAP HTM tetap diwajibkan membayar
denda karena dianggap telah gagal menerapkan Persyaratan Profesional
yang disyaratkan di SPAP SA Seksi 110 Tanggung Jawab & Fungsi
Auditor Independen, paragraf 04 Persyaratan Profesional, dimana
disebutkan bahwa persyaratan profesional yang dituntut dari auditor
independen adalah orang yang memiliki pendidikan dan pengalaman
berpraktik sebagai auditor independen.
17
18
TERIMA KASIH
19