Anda di halaman 1dari 78

PUSAT PEMBINAAN, PENDIDIKAN,

DAN PELATIHAN PERENCANA


(PUSBINDIKLATREN)

KONSEP ORGANISASI DAN TATA KERJA


PENILAIAN ANGKA KREDIT PERENCANA KE DEPAN

oleh:
Dr. Guspika, M.B.A.
Kepala Pusat Pembinaan, Pendidikan,
dan Pelatihan Perencana
Kementerian PPN/Bappenas

DISAMPAIKAN DALAM WORKSHOP TIM PENILAI


ANGKA KREDIT PERENCANA PUSAT DAN DAERAH

Yogyakarta, 18 September 2018


Latar Belakang (Aturan)

KEPMENPAN NOMOR: 16/03/2001


1 tentang Jabatan Fungsional Perencana dan Angka Kreditnya

KEPMENPPN/KEPALA BAPPENAS NOMOR: KEP.266/ M.PPN/06/2002


2 tentang Petunjuk Teknis Organisasi dan Tata Kerja Tim Penilai Angka Kredit
Perencana

2
Penilaian Saat Ini

SAAT INI KONSEP USULAN PERUBAHAN

a. UNSUR UTAMA a. UNSUR UTAMA


- pendidikan : disesuaikan - pendidikan : disesuaikan
- perencanaan : by process - perencanaan : by output
- pengembangan profesi : by output - pengembangan profesi : by output

b. UNSUR PENUNJANG : by output b. UNSUR PENUNJANG : by output

3
Mekanisme Penilaian
dan Penetapan Angka Kredit 1

SAAT INI KONSEP USULAN PERUBAHAN

a. Penilaian terhadap prestasi kerja perencana a. Idem


oleh Tim Penilai dilakukan setelah menurut
perhitungan sementara pejabat yang
bersangkutan telah memenuhi jumlah angka
kredit yang disyaratkan untuk kenaikan
pejabat/jabatan setingkat lebih tinggi.

b. Penetapan angka kredit perencana oleh Tim b. Penetapan angka kredit perencana oleh Tim
Penilai dilakukan sekurang-kurangnya 4 Penilai dilakukan sekurang-kurangnya 2
(empat) kali dalam satu tahun, yaitu 3 (tiga) (dua) kali dalam satu tahun, yaitu 6 (enam)
bulan sebelum kenaikan pangkat Pegawai bulan sebelum kenaikan pangkat Pegawai
Negeri Sipil. Negeri Sipil.

4
Mekanisme Penilaian
dan Penetapan Angka Kredit 2

SAAT INI KONSEP USULAN PERUBAHAN


c. Anggota Tim Penilai Pusat, Tim Penilai c. Anggota Tim Penilai Pusat, Tim Penilai Bappenas, Tim
Bappenas, Tim Penilai Instansi, Tim Penilai Instansi, Tim Penilai Provinsi, Tim Penilai
Penilai Provinsi, Tim Penilai Kabupaten/Kota adalah perencana dan pejabat lain
Kabupaten/Kota adalah perencana dan yang bertugas di bidang perencanaan pembangunan,
pejabat lain yang bertugas di bidang dengan kriteria atau ketentuan:
perencanaan pembangunan, dengan 1) jabatan/pangkat serendah-rendahnya sama
kriteria atau ketentuan: dengan jabatan/pangkat perencana yang dinilai,
1) jabatan/pangkat serendah- minimal untuk menjadi anggota tim penilai
rendahnya sama dengan berpangkat Pembina, golongan IV/a;
jabatan/pangkat perencana yang 2) memiliki keahlian atau kemampuan di bidang
dinilai; perencanaan (dibuktikan dengan memiliki
2) memiliki keahlian atau kemampuan sertifikat workshop tim penilai) yang dikeluarkan
di bidang perencanaan; dan oleh Pusbindiklatren Bappenas; dan
3) dapat aktif melakukan penilaian. 3) dapat aktif melakukan penilaian.

5
Mekanisme Usulan Penilaian
Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK) 1
LAMA KONSEP USULAN PERUBAHAN
a. Apabila Tim Penilai Instansi, Provinsi, Kabupaten/Kota a. idem
belum terbentuk maka penilaian DUPAK Perencana
dilakukan oleh Tim Penilai Pusat.

b. Apabila Tim Penilai Instansi Kementerian/ Lembaga


b. idem
belum terbentuk maka penilaian DUPAK Perencana
dilakukan oleh Tim Penilai Pusat.
c. Apabila Tim Penilai Provinsi belum terbentuk maka c. idem
penilaian DUPAK Perencana dilakukan di Tim Penilai
Pusat.
d. Apabila Tim Penilai Kabupaten/Kota belum terbentuk, d. Khusus untuk Tim Penilai Provinsi dan Kabupaten/Kota,
namun di Provinsi sudah terbentuk maka penilaian penilaian Angka Kredit Perencana dapat juga dilakukan
DUPAK Perencana dapat dilakukan di Tim Penilai oleh Tim Penilai Daerah lain yang setara atau setingkat
Provinsi. lebih tinggi dan terdekat secara geografis.
e. Pejabat Fungsional Perencana Utama penilaian e. Bagi calon Fungsional Perencana (FP) Utama yang sudah
dilakukan oleh Tim Penilai Pusat. mengikuti pelatihan FP Utama dan berpangkat minimal
Pembina Utama Muda/golongan IV/c maka penilaian
dilakukan oleh Tim Penilai Pusat
Mekanisme Usulan Penilaian
Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK)
2
LAMA KONSEP USULAN
a. Perencana maksimal 5 tahun tidak mengumpulkan angka kredit untuk kenaikan pangkat a. Dalam waktu 1 (satu) tahun PFP wajib
maka akan dibebaskan sementara. mengumpulkan (bukan hasil penilaian) angka
kredit dari sub-unsur Kegiatan Perencanaan dan
Pengembangan Profesi dengan jumlah Angka
Kredit paling kurang (minimal):
1) 10 untuk Perencana Ahli Pertama;
2) 15 untuk Perencana Ahli Muda;
3) 20 untuk Perencana Ahli Madya; dan
4) 25 untuk Perencana Ahli Utama.

b. Komposisi angka kredit kenaikan pangkat, yaitu 80% unsur utama dan 20% unsur penunjang, b. Jumlah Angka Kredit sebagaimana dimaksud
dengan komposisi sebagai berikut. pada butir a dapat dijadikan dasar untuk
GOLONGAN III/b—III/d: penilaian SKP.
• Kegiatan perencanaan sekurang-kurangnya 30%
• Kegiatan pengembangan profesi sebanyak-banyaknya 70% dan sekurang-kurangnya
10 angka kredit.
GOLONGAN IV/a—IV/d:
• Kegiatan perencanaan sekurang-kurangnya 30%
• Kegiatan pengembangan profesi sebanyak-banyaknya 70% dan sekurang-kurangnya
12 angka kredit
GOLONGAN IV/e:
• Kegiatan perencanaan sekurang-kurangnya 25% dari 25 angka kredit
• Kegiatan pengembangan profesi sebanyak-banyaknya 75% dari 25 angka kredit
7
Mekanisme
Pembebasan Sementara

SAAT INI KONSEP USULAN PERUBAHAN


Pejabat Fungsional Perencana (PFP) Tidak ada lagi “Pembebasan Sementara”,
apabila dalam jangka 5 (lima) tahun tidak adanya langsung “Pemberhentian”
dapat mengumpulkan angka kredit, sebagaimana yang tertuang dalam
maka akan dikeluarkan SK Pembebasan Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun
Sementara 2017 tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil.

8
Pengangkatan dan Pemberhentian dalam Jabatan
(PP NOMOR 11/2017 TENTANG MANAJEMEN PNS PASAL 94 AYAT 1 DAN 2)

1. Perencana diberhentikan dari Jabatan Fungsional Perencana apabila:

a. Mengundurkan diri dari jabatan;

b. Diberhentikan sementara sebagai PNS;

c. Menjalani cuti di luar tanggungan negara;

d. Menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan;

e. Ditugaskan secara penuh di luar jabatan; atau

f. Tidak memenuhi persyaratan jabatan.

2. Pengangkatan kembali dalam jabatan

Perencana yang diberhentikan dari jabatan karena alasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1
huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e dapat diangkat kembali sesuai dengan jenjang jabatan
terakhir apabila tersedia lowongan jabatan.
9
Mekanisme Usulan
Pelatihan Fungsional Perencana
SAAT INI KONSEP USULAN PERUBAHAN
a. Usulan pelatihan fungsional perencana banyak a. Usulan pelatihan usulan fungsional perencana
yang diusulkan oleh atasan langsungnya, misalnya harus diusulkan dari pejabat yang membidangi
kepala badan/dinas (daerah) dan kepegawaian minimal pejabat eselon II, contoh:
Direktur/Karo/Kapus (pusat) - Kepala BKD (Pemprov/Pemkab/Pemkot )
- Kepala Biro yang membawahi SDM/
Kepegawaian (Kementerian/Lembaga)
b. Usulan pelatihan tidak melampirkan formasi b. Usulan pelatihan harus melampirkan kebutuhan
kebutuhan jabatan fungsional perencana formasi jabatan fungsional perencana yang
tersedia.
c. Usulan pelatihan tidak melampirkan surat c. Usulan pelatihan harus melampirkan surat
rekomendasi bahwa sekurangnya-kurangnya rekomendasi dari pejabat yang menangani
6 (enam) bulan setelah lulus pelatihan dan uji kepegawaian yang menyatakan bahwa
kompetensi perencana maka peserta harus sekurangnya-kurang nya 6 (enam) bulan setelah
diangkat ke dalam jabatan fungsional perencana lulus pelatihan dan uji kompetensi perencana
maka peserta harus diangkat ke dalam jabatan
fungsional perencana
10
Mekanisme Pasca-Pelatihan
Fungsional Perencana
SAAT INI KONSEP USULAN PERUBAHAN
a. Masih adanya “kebingungan” dari instansi/peserta a. Bagi peserta yang sudah memiliki tim penilai
bahwa BAPAK (berita acara penilaian angka kredit) maka BAPAK pascapelatihan dikeluarkan
pascapelatihan yang mengeluarkan adalah oleh Tim Penilai masing-masing peserta.
Pusbindiklatren Bappenas, meskipun peserta Pusbindiklatren hanya mengeluarkan surat
sudah memiliki tim penilai. rekomendasi penilaian angka kredit.
b. Bagi peserta yang belum memiliki tim penilai maka b. Idem
BAPAK (berita acara penilaian angka kredit)
pascapelatihan yang mengeluarkan adalah
Pusbindiklatren Bappenas.
c. Usulan PAK (Penetapan Angka Kredit) adalah c. Idem
pejabat atasan peserta minimal eselon II ke Pejabat
yang membidangi kepegawaian minimal eselon II
untuk ditandatangani oleh PPK (Pejabat Pembina
Kepegawaian) atau minimal satu tingkat di
bawahnya.
11
Terima Kasih

PUSAT PEMBINAAN, PENDIDIKAN, DAN PELATIHAN PERENCANA (PUSBINDIKLATREN)


KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

Jalan Proklamasi 70, Jakarta 10320 www.pusbindiklatren.bappenas.go.id Pusbindiklatren Bappenas

(021) 31928280, 31928285 pusbindiklatren@bappenas.go.id @pusbindiklatren

12
KUALITAS DOKUMEN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
(Studi Kasus Penyusunan Indeks Pembangunan Ekonomi Inklusif)

Haryanto
Asosasi Perencana Pemerintah Indonesia (AP2I)
OUTLINE PRESENTASI
PENGERTIAN, JENIS-JENIS DAN KUALITAS DOKUMEN PERENCANAAN
Membahas tentang pengertian, jenis-jenis, dan kualitas dokumen perencanaan pembangunan pada
tataran implementatsi

PROSES KAJIAN TEKNOKRATIS PERENCANAAN


Membahas tentang bagaiman sebuah kajian teknokratis/background study sebagai bahan
penyusunan dokumen perencanaan

INTEGRASI HASIL KAJIAN TEKNOKRATIS KE DALAM DOKUMEN PERENCANAAN


Membahas tentang proses integrasi hasil kajian teknokratis dintegrasikan sebagai kebijakan
dalam dokumen perencanaan

DOKUMEN PERENCANAAN DALAM PERSPEKTIF JFP


Membahas tentang bagaimana sebuah kajian teknokratis/background study di-klaim sebagai
angka kredit perencana 2
PENGERTIAN, JENIS-JENIS DAN KUALITAS DOKUMEN PERENCANAAN
PENGERTIAN, JENIS-JENIS, DAN KUALITAS DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Dokumen perencanaan untuk Dokumen perencanaan Nasional untuk periode 1 (satu) tahun
periode 5 (lima) tahun
Dokumen perencanaan untuk
periode 20 (dua puluh) tahun Dokumen perencanaan yang memuat
proses sistematis untuk mengevaluasi
Dokumen perencanaan yg berkualitas konsekuensi lingkungan hidup dari suatu
adalah dokumen prcn yg dapat usulan kebijakan, rencana, atau
digunakan sbg dasar pembuatan dan program sebagai upaya untuk menjamin
implementasi kebijakan, disusun atas bahwa konsekuensi dimaksud telah
dasar fakta (isu strategis) dan dipertimbangkan dan dimasukan sedini
pemikiran yg rasional, disusun secara mungkin dalam proses pengambilan
ilmiah dan dapat dipertanggung keputusan paralel dengan pertimbangan
jawabkan, untuk pencapain kemajuan sosial dan ekonomi
dan kesejahteraan masyarakat banyak
pada masa yang akan datang.
Arahan kebijakan dan strategi
Dokumen perencanaan yang disusun pemanfaatan ruang wilayah negara
berdasarkan data, fakta, metode dan yang dijadikan acuan untuk
kerangka berfikir ilmiah sebagai perencanaan jangka panjang
dasar dalam penyususan kebijakan
perencanaan pembangunan
DOKUMEN PERENCANAAN
Naskah tertulis yang memuat satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan sebagai acuan bagi unsur penyelenggara negara
dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
PROSES KAJIAN TEKNOKRATIS PERENCANAAN
KAJIAN PENGEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN EKONOMI INKLUSIF
ROADMAP KAJIAN PRAKARSA STRATEGIS PENYUSUNAN INDEKS
PERTUMBUHAN EKONOMI INKLUSIF

FGD 1 (Feb 2017) INTERNATIONAL WORKSHOP


(Mar 2017) FGD 2 (Apr 2017) FGD 3 (Mei 2017)
• Brainstorming
• International Best Practices Definisi Pertumbuhan Pilar Pertumbuhan
• Diskusi dengan
BPS dan para • Paper dan isu lainnya tentang Ekonomi Inklusif Ekonomi Inklusif
Pakar pertumbuhan inklusif

1. Pemahaman awal Kesepahaman bersama Kesepakatan rumusan


tentang pertumbuhan tentang pentingnya pertumbuhan ekonomi
HASIL inklusif Pemerintah Indonesia inklusif
2. Sharing informasi dan merumuskan indeks
pengalaman pertumbuhan ekonomi
perhitungan oleh BPS inklusif 9
TAHAPAN DALAM PENYUSUNAN INDEKS PERTUMBUHAN EKONOMI INKLUSIF
DEFINISI PERTUMBUHAN EKONOMI INKLUSIF MENURUT WORLD ECONOMIC FORUM

Definisi
Pilar 1

Pertumbuhan yang fokus Produktivitas Tenaga Kerja Diskusi


Identifikasi Indikator Memilih Imputasi Missing Data
dan perluasan Melakukan Uji
pada skalamelakukan
kemudian Realibilitas, Uji Validitas, Mendalam
Penyusun Indeks Merektrurisasi
ekonomi, memperluas
Indikator (Pembuatan Uji Statistik dan Analisis
Pilar 2 Korelasi
dengan Para
aksesFGD)
terhadap aset Ahli (Expert
Database setelah
Judgement)
perekonomian dan
berhasil memperluas Pemerataan dari Distribusi Pendapatan  Ketimpangan
pasar serta menciptakan
pemerataan peluang Pilar 3
untuk generasi
selanjutnya. Membentuk Tata Kelola Pemerintahan yang Baik 
Perancangan
Diseminasi Hasil Periksa Korelasi dan Back to detail, Good Governance
Wawancara Mendalam Kuisoner
Melakukan FGD Memeriksa Kembali dengan Responden dengan
dengan Para Ahli Hasil Analisis (Pembobotan) metode AHP
(Penyampaian Hasil AHP/Pembobotan
Sementara)
Sumber: BPS dan dimodifikasi sesuai dengan
kebutuhan dari Bappenas, 2017
LATAR BELAKANG
Pembangunan ekonomi merupakan strategi untuk mendorong dan meningkatkan
1 kesejahteraan masyarakat. Hal itu berkorelasi erat dengan makro ekonomi dimana
bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan daya dukung hidup masyarakat.

Perekonomian Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun terakhir menunjukkan tren


2 positif dengan laju pertumbuhan mencapai 5.5 persen dan ditandai dengan
penurunan angka kemiskinan sebesar 11.1 persen di tahun 2016.

Namun dalam pelaksanaannya, ketidakmerataan peran serta masyarakat dalam


3 pembangunan ekonomi menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tidak
berkualitas.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga memberikan efek terhadap kesenjangan


4 pendapatan dimana ditunjukkan dengan rasio Gini yang meningkat menjadi 0.394
di tahun 2016.
4
KONSEP PERTUMBUHAN EKONOMI INKLUSIF INDONESIA

Pertumbuhan ekonomi yang menciptakan akses TOTAL INDIKATOR


dan kesempatan yang luas bagi seluruh lapisan
masyarakat secara berkeadilan, meningkatkan
kesejahteraan, dan mengurangi kesenjangan
antar kelompok dan wilayah. 21
PILAR I : PILAR II : PILAR III:
Pertumbuhan Pemerataan Perluasan Akses
Ekonomi Tinggi Pendapatan dan dan Kesempatan DATA
Pengurangan
Kemiskinan
Data per Provinsi di
Indonesia untuk
Sub-Pilar: Sub-Pilar: Sub-Pilar: tahun 2015-2017
1. Pertumbuhan Ekonomi 1. Ketımpangan 1. Kapabilitas Manusia (34 PROVINSI)
2. Kesempatan Kerja 2. Kemiskinan 2. Infrastruktur Dasar
3. Infrastruktur Ekonomi 3. Keuangan Inklusif
INDIKATOR PENYUSUN INDEKS PERTUMBUHAN EKONOMI INKLUSIF

PILAR I

PERTUMBUHAN EKONOMI TINGGI

INDIKATOR:

PERTUMBUHAN EKONOMI KESEMPATAN KERJA INFRASTRUKTUR EKONOMI


1. Pertumbuhan PDRB Riil Per Kapita 1. Tingkat Kesempatan Kerja 1. Persentase Rumah Tangga yang
2. Share Sektor Manufaktur terhadap 2. Persentase Penduduk Bekerja dengan menggunakan listrik/PLN
PDRB Jam Kerja ≥ 35 jam per Minggu 2. Persentase Penduduk yang
3. Rasio Kredit Perbankan terhadap 3. Persentase Tenaga Kerja dengan Memiliki /Menguasai Telepon
PDRB Nominal Tingkat Pendidikan Menengah ke Genggam
Atas 3. Total Jalan dengan Kondisi Baik dan
Sedang dibagi dengan Luas Wilayah
INDIKATOR PENYUSUN INDEKS PERTUMBUHAN EKONOMI INKLUSIF

PILAR II
PEMERATAAN PENDAPATAN DAN PENGURANGAN KEMISKINAN
INDIKATOR:

KETIMPANGAN KEMISKINAN
1. Rasio Gini 1. Persentase Penduduk Miskin (P0)
2. Sumbangan Pendapatan Perempuan 2. Rata-rata Konsumsi Protein per Kapita per Hari
3. Rasio Rata-rata Pengeluaran Rumah Tangga Desa terhadap
Kota
INDIKATOR PENYUSUN INDEKS PERTUMBUHAN EKONOMI INKLUSIF

PILAR III
PERLUASAN AKSES DAN KESEMPATAN
INDIKATOR:

KAPABILITAS MANUSIA INFRASTRUKTUR DASAR KEUANGAN INKLUSIF


1.Harapan Lama Sekolah 1.Persentase Rumah Tangga 1.Rasio Jumlah Rekening DPK
2.Persentase Balita yang dengan Sumber Air Minum dibagi dengan Jumlah
mendapat Imunisasi Dasar Layak Penduduk Usia Produktif
Lengkap 2.Persentase Rumah Tangga 2.Rasio Jumlah Rekening Kredit
3.Persentase Penduduk yang dengan Fasilitas Tempat Buang Perbankan UMKM
Memiliki Jaminan Kesehatan Air Besar Sendiri

Pilar dan Indikator selengkapnya


LAUNCHING INDEKS PEMBANGUNAN EKONOMI INKLUSIF

(LIHAT VIDEO)
INTEGRASI HASIL KAJIAN TEKNOKRATIS KE DALAM DOKUMEN PERENCANAAN
KASUS INDEKS PEMBANGUNAN EKONOMI INKLUSIF
BACKGROUND
PERTAMA KETIGA
Fenomena yg terjadi di NSB, pertumbuhan ekonomi
Isu pembangunan ekonomi inklusif
yang tinggi, setidaknya melampaui negara-negara
maju pada tahap awal pembangunan, memang banyak di’mention’ dlm RPJMN 2015-
dapat dicapai; namun, dibarengi dengan masalah- 2019; namun, kineja capaiannya
masalah seperti pengangguran, kemiskinan di tidak terpetakan secara jelas
perdesaan, distribusi pendapatan yang timpang, dan mengingat pembangunan ekonomi
ketidakseimbangan struktural. Hal inilah yang inklusif belum dijabarkan dalam
memperkuat keyakinan bahwa pertumbuhan bentuk indikator yang terukur.
ekonomi merupakan syarat yang
diperlukan (necessary) tetapi tidak mencukupi
(sufficient) bagi proses pembangunan.

KEDUA KEEMPAT
Bappenas (2017) telah merilis IPEI, dan
Untuk itu, paradigma pembangunan menyusun definisi pembanguan ekonomi
ekonomi saat ini tidak lagi hanya Inklusif sebagai pertumbuhan ekonomi
memusatkan kepada pencapaian GNP yang menciptakan akses dan kesempatan
yang tinggi sebagai sasaran yang luas bagi seluruh lapisan masyarakat
pembangunan, namun harus pula secara berkeadilan, meningkatkan
memperhatikan pada kualitas dari kesejahteraan, dan mengurangi
proses pembangunan (Inklusif). kesenjangan antar kelompok dan wilayah.
15
Apakah Pembangunan Ekonomi Indonesia Sudah Inklusif?
Pembangunan Ekonomi Inklusif Indonesia dalam Perspective Peers
7
Indeks Pertumbuhan dan Pembangunan Inklusif di  WEF (2018) melaporakan bahwa Indonesia berada pada level moderat dgn
6 Berbagai Negara di Asia Tahun 2017 dan 2018 nilai Indek Pembangunan Inklusif (IDI) sebesar 3,95 (2018), turun
5
dibandingkan tahun 2017 yang mencapai 4,29.
 Indonesia secara keseluruhan berada pada peringkat 36 dari 74 negara
4
2017 berkembang
3 2018  Secara umum, pilar inklusif Indonesia berada pada level terendah
2 dibandingkan dengan pilar yang lainnya. Meskipun kemiskinan menurun
drastis sejak tahun 2012, namun ketimpangan (yang diukur dengan rasio gini)
1
terus naik hingga mencapai level tertinggi sejak tahun 2012. Ketimpangan
0 pendapatan menjadi masalah dan faktor utama penurunan
Indonesia Malaysia Thailand Vietnam Filipina

Sumber: WEF 2018

Indikator Utama IDI Pilar Pertumbuhan dan Pembangunan


Kualitas pertumbuhan dan pembangunan ekonomi inklusif di
Komponen Inklusif 2018
Indonesia pada tahun 2018 berada pada level menengah dan jika
Indonesia Malaysia Thailand Vietnam Filipina
Pertumbuhan PDB per dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara, posisi Indonesia
4.0 3.3 3.0 4.8 4.9 masih berada di bawah Malaysia (peringkat 13), Thailand (peringkat
Kapita
Pertumbuhan 17) dan Vietnam (peringkat 33) namun masih lebih baik
3.5 2.4 2.4 4.7 4.0
Produktivitas Tenaga Kerja dibandingkan dengan Filipina (peringkat 38)
Tren Rasio Gini 1.3 -0.9 -1.0 -0.4 -0.3
Tren Tingkat Kemiskinan -14.6 -0.3 -1.9 -5.7 -5.0
Pertumbuhan dan Pembangunan
Tren Pendapatan
0.9 0.9 0.9 1.1 0.6
Menengah
IDI WEF Inklusif
Tren Rasio Utang Publik 4.9 1.7 0.3 14.5 -6.9
Tren Rasio Ketergantungan -1.3 -2.5 0.7 0.5 -2.1 Berkelanjutan dan Ekuitas Intergenerasi
Sumber: WEF 2018
Masalah Pembangunan Ekonomi Inklusif di Indonesia

 Tahun 2017, Kedeputian Ekonomi mengembangkan IPEI dengan menggunakan 3 pilar, 8 sub pilar dan 21 indikator
 IPEI disusun berdasarkan kondisi ideal yang lebih mencerminkan keadaan dan kebutuhan pembangunan inklusif di dalam
negeri serta ketersediaan data untuk variabel /indikator PEI
 Hasil perhitungan IPEI terlihat bahwa sebagian besar provinsi di Indonesia berada dibawah nilai IPEI Nasional (23
provinsi). Hal ini memperlihatkan bahwa masih terjadi deviasi (ketimpangan) yang cukup besar dalam hal IPEI antara
provinsi di Indonesia.
 Dari sisi kualitas IPEI, ketika diperhatikan per- pilar, ternyata provinsi yang IPEI nya tinggi belum tentu nilai indek per
pilarnya juga secara otomatis tinggi
 DIY misalnya, tahun 2017 mempunyai peringkat IPEI ke 3, namun jika diperhatikan kontribusi per pilar, maka pilar ke II
(Pemerataan dan Pengurangan Kemiskinan) berada peringkat ke 20 (di bawah angka nasional). Artinya, dalam hal
pembangunan ekonomi inklusif, DIY mempunyai permasalahan pada pilar II (pemerataan dan pengurangan kemiskinan)
 Inilah isu-isu menarik yang perlu mendapatkan perhatian oleh para pembuat kebijakan (pusat dan daerah), sehingga
strategi dan arah kebijakan pembangunan pusat dan daerah (provinsi) dapat lebih berkualitas (inklusif).
Integrasi PEI dalam Isu Strategis Pembangunan Ekonomi 2020 - 2024
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akar Pemasalahan Dampak Isu Strategis

Regulasi yang tumpang tindih Tidak Berjalannya Transformasi


dan birokrasi yang menghambat Struktural
Rendahnya kualitas SDM dan Indikator:
produktivitas tenaga kerja Pertumbuhan
Kontribusi manufaktur Ekonomi Stagnan
Kualitas infrastruktur Rendahnya menurun
yang masih rendah Inovasi dan Kontribusi dan Defisit Transaksi
Intermediasi sektor keuangan Kualitas produktivitas tenaga kerja Berjalan
rendah, dan pasar keuangan Investasi manufaktur relatif stagnan Meningkat
yang dangkal Konstribusi ekspor
Sistem dan Besarnya Penerimaan Pajak manufaktur terhadap
Belum Cukup Memadai untuk
Mendorong Pertumbuhan dan Stabilitas total ekspor rendah
Pembangunan
Sistem inovasi yang tidak efektif
ekonomi tdk mampu Ketimpangan dan Kemiskinan Pertumbuhan
menciptakan akses Ekonomi Belum
Keterkaitan hulu-hilir yang Tinggi , serta terbatasnya akses
dan kesempatan yang Inklusif
lemah
luas bagi seluruh
dan kesempatan
INDIKATOR 04 06 08 lapisan masyarakat
PADA SUB
N secara berkeadilan
E
PILAR 05 07 X
ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN EKONOMI INKLUSIF
1. Perluasan akses daerah sulit (pemerataan)
1. Pengangguran menurun tapi pengangguran usia
terutama daerah NTT dan Papua
muda masih tinggi
2. Pembangunan infrastruktur telekomunikasi seluler
2. Masih didominasi tenaga kerja informal di daearah yang belum merata
3. Disparitas akses pendidikan tingkat menengah
02 03 3. Pemeliharan jalan yang terkendala aturan
dan tinggi antar daerah anggaran yang kaku

1. Iklim investasi yang belum kondusif


2. Produktivitas TK sektor manufaktur stagnan
1. Tingkat kecepatan pertumbuhan
3. Efisiensi perbankan Msh rendah --> interest
rate spread tinggi
01 04 pendapatan 20 persen teratas lebih tinggi
dibandingkan dengan 40 persen terbawah
2. Rendahnya TPAK perempuan
3. Kesempatan kerja yang terbatas di desa
1. Variasi antar daerah yang masih tinggi
(jawa vs non jawa dan barat vs timur) PEMBANGUNAN
2. Akses UMKM terhadap kredit EKONOMI INKLUSIF 1. Kemampuan growth dalam menurunkan
perbankan masih rendah karena kemiskinan tidak efektif karena redistribusi
masalah agunan, prosedur, dan
ketakutan terhadap bank 08 05 2.
yang belum optimal
Pertumbuhan konsumsi 40 persen
terbawah lambat

1. Tata kelola air bersih yang tidak baik (ketersediaan dan


pemeliharaan infrastruktur air bersih yang terbatas dan 1. Kesenjangan tingkat pendidikan antara si kaya dan
Pengalihan sumber air bersih untuk pengairan sawah) 07 06 si miskin masih tinggi
2. Keterbatasan anggaran dan lahan untuk pembangunan 2. Ada kampanye anti imunisasi/vaksin
fasilitas buang air besar sendiri 3. Target keikutsertaan JKN untuk sektor informal
belum tercapai
PILAR SUB PILAR
Back PILAR, SUB PILAR, DAN INDIKATOR INDEKS PERTUMBUHAN EKONOMI INKLUSIF
PILAR 1 (0,50 PILAR 3 (0,25)
Pembangunan ekonomi yang
01 Pertumbuhan Ekonomi (0,33) menciptakan akses dan kesempatan 06 Kapabilitas Manusia (0,3)
Nama Indikator Bobot
yang luas bagi seluruh lapisan
Nama Indikator Bobot
masyarakat secara berkeadilan,
Pertumbuhan PDRB Riil per Kapita 0.50 Harapan Lama Sekolah 0.40
meningkatkan kesejahteraan, dan
Share Sektor Manufaktur terhadap PDRB 0.25 Persentase Balita yang Mendapat Imunisasi 0.30
mengurangi kesenjangan antar
Rasio Kredit Perbankan terhadap PDRB 0.25 Dasar Lengkap
kelompok dan wilayah.
Nominal Persentase Penduduk yang Memiliki Jaminan 0.30
Kesehatan
02 Kesempatan Kerja (0,33)
07 Infrastruktur Dasar (0,3)
Nama Indikator Bobot
PILAR 2 (0,25)
Tingkat Kesempatan Kerja 0.34 04 Ketimpangan (0,5)
Nama Indikator Bobot

Persentase Penduduk Bekerja dengan Jam 0.33 Persentase Rumah Tangga dengan Sumber 0.50
Nama Indikator Bobot Air Minum Layak
Kerja ≥ 35 jam per Minggu
Rasio Gini 0.41 Persentase Rumah Tangga dengan Fasilitas 0.50
Presentase Tenaga Kerja dengan Tingkat 0.33
Pendidikan Menengah ke Atas Sumbangan Pendapatan Perempuan 0.26 Tempat Buang Air Besar Sendiri

03 Infrastruktur Ekonomi (0,33)


Rasio Rata-Rata Pengeluaran Rumah Tangga
Desa dan Kota
0.33 08 Keuangan Inklusif (0,3)

Nama Indikator Bobot Nama Indikator Bobot


Persentase RT yang menggunakan listrik/PLN 0.41 05 Kemiskinan (0,5)
Rasio Jumlah Rekening DPK dibagi dengan 0.40
Nama Indikator Bobot Jumlah Penduduk Usia Produktif
Persentase Penduduk yang 0.26 Persentase Penduduk Miskin (P0) 0.50 Rasio Jumlah Rekening Kredit Perbankan 0.60
Memiliki/Menguasai Telepon Genggam UMKM terhadap Rekening Kredit secara
Rata-rata Konsumsi Protein Per Kapita Per 0.50 Keseluruhan
Total Jalan dengan kondisi baik dan 0.33 Hari
sedang/luas wilayah
Pilar (Exopet Judgment/Agregasi Geometrik), Subpilar (Equal Wieght/Agregasi Geometrik), Indikator (AHP/ Agregasi Aritmatik)
DOKUMEN PERENCANAAN DALAM PERSPEKTIF JFP
Pelaporan dan Pengemasan Dokumen Perencanaan ke dalam Kegiatan dan Angka Kredit JFP
Pengemasan Dokumen Perencanaan ke dalam Kegiatan Perencanaan (SPMK)
Pengemasan Dokumen Perencanaan untuk Klaim Kegiatan Pengembangan Profesi dan Penunjang

Bisa Diklaim dengan butir IV. D.A: Mengikuti


Dibidang perencanaan pembangunan sebagai
Pembahas (Nilai 3 AK)

Bukti SURAT UNDANGAN ini dilampiri dengan


MAKALAH tentang topik yang dibahas, maka
dapat dijadikan sbg bukti fisik utk klaim
butir: III.A.5: Menyampaikan Prasaran
berupa tinjauan gagasan atau
usulan ilmiah dalam pertemuan
ilmiah dibidang perencanaan (Nilai 2,5)

26
Terima kasih
Sekretariat Pengurus Nasional AP2I:
Gedung Pusbindiklatren-Bappenas, Lantai 4. Jl. Proklamasi No. 70, Jakarta Pusat 10320, Tilp (021) 31928280,
31928285, 31928279 ext. 410 Fax (021) 3103705. Web: http://ap2i-nasional.or.id/
Email: ap2i_2007@yahoo.co.id atau ap2i.domain@gmail.com
Direct Call/SMS/WA: Surinta (Bendahara PN AP2I) - HP/WA: 0812 8514 654,
Ali Sahbana: 0815 1651 985, Hening Bayu Anggoro (Sekjen PN AP2I) - HP/WA: 0815 7400 2231

SUKSESKAN MUNAS AP2I 2018 - 6 NOVEMBER 2018


JAKARTA – HOTEL RED TOP
SEGERA SELESAIKAN KEWAJIBAN SEBAGAI ANGGOTA AP2I TAHUN 2017 DAN 2018
DAN GUNAKAN HAK DIPILIH DAN HAK MEMILIH DALAM MUNAS AP2I 2018
(HUBUNGI SEKRETARIAT)
Jabatan Fungsional
Perencana: Tantangan dan Peluang
Pengembangan Karier

Oleh:
Aba Subagja
Asisten Deputi Standardisasi Jabatan dan Pengembangan
Karier SDM Aparatur

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi


2018
Perkembangan PUU
1. UU No. 8 /1974 jo. UU No. 43/199
ASN SEBAGAI PROFESI
2. PP No. 16/1994 jo PP No. 40/2010
3. Keprres No. 87/1999 jo Perpres 97/1999
4. Keputusan Menteri PAN No. • PP No. 70 Tahun 2015 ttg Jaminan
16/KEP/M.PAN/3/2001 Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan
Kematian (JKM) PNS jo. PP No. 66
Tahun 2017
• PP No. 11 Tahun 2017 Tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil

1. Peraturan Menteri PANRB ttg Standar


Kompetensi Jabatan
2. Peraturan Menteri PANRB ttg Sistem
Merit ASN
3. Peraturan Menteri PANRB ttg Jabatan
Pelaksana
4. Peraturan Menteri PANRB ttg Penugasan
Khusus
PNS DIANGKAT DALAM 5. Peraturan Menteri PANRB ttg Inpassing JF
PANGKAT DAN JABATAN 6. SE Pengisian JPT (I.b. II.b. III.b)
SISTEM KARIER
PNS DIANGKAT DALAM PANGKAT DAN
JABATAN
• kedudukan yang
menunjukkan JPT
fungsi, tugas,
tanggung jawab,
wewenang, dan
Jabatan hak seorang
pegawai ASN
JA
dalam suatu
satuan
organisasi.
JF
SEKOLAH KADER ASN
• PEMENUHAN KEBUTUHAN JABATAN
DAN KOMPETENSI
• SELEKSI ADM, KOMPETENSI DASAR &
KOMPETENSI BIDANG
• MENGIKUTI & LULUS DIKLAT
TERINTEGRASI
• MASA PERCOBAAN=PRAJABATAN
• DIKLAT DIIKUTI 1 KALI

JF AHLI
PELAKSANA PERTAMA
SANGAT MEMUASKAN
Sekolah Kader
adalah sistem pengembangan kompetensi yang
bertujuan untuk menyiapkan pejabat
administrator melalui jalur percepatan
peningkatan jabatan.
JF PEMULA DAN
JF TERAMPIL

ADMINISTRATOR
POLA KARIER
JABATAN FUNGSIONAL DAN JABATAN PELAKSANA

JF

JENJANG JABATAN
NOMENKLATUR
KELAS
JABATAN JABATAN

JF JP
PENGEMBANGAN KARIER JABATAN
PELAKSANA

NOMENKLATUR KELAS
JABATAN PELAKSANA JABATAN

ANALIS
• PENGAWAS HASIL EVALUASI
PENYUSUN • JABFUNG JABATAN
PENGELOLA
JENJANG JABATAN DAN PANGKAT
JABATAN FUNGSIONAL
JPT UTAMA
JPT MADYA
JPT PRATAMA
ADMINSTRATOR
PENGAWAS

PERENCANA
AHLI
UTAMA
Peta
AHLI
AHLI
MUDA
MADYA Jabatan
AHLI
PERTAMA

IVa-IV/b- PERENCANAN
III/a-III/b III/c-III/d IV/c IV/d-IV/e
BUP 58 BUP 58 BUP 60 BUP 65
PENETAPAN
KEBUTUHAN/FORMASI
JABATAN
AHLI
Penetapan Angka Kredit Jabatan
Fungsional saat ini dilakukan dengan 3
skema:
• Penetapan AK berdasarkan Penilaian
AK per satuan kegiatan (159 JF)
• Penetapan AK berdasarkan Sistem Penilaian Kinerja Jabatan
Konversi Angka Kredit (11 JF) Fungsional
• Penetapan AK berdasarkan Integrasi
dengan SKP (4 JF) Penilaian Kinerja Jabatan
Fungsional ditetapkan
berdasarkan Penilaian dan
Penetapan Angka Kredit

9
PENGISIAN
KEBUTUHAN JF

JF AHLI
PELAKSANA PERTAMA

JF PEMULA DAN
JF TERAMPIL • PEMBENTUKAN
• PEMENUHAN
KOMPETENSI
Penetapan Kebutuhan
Nasional 2018 (Zero
Grouth)

• Instansi
51.271 Pusat Prioritas :
a. bidang pendidikan;
b. bidang kesehatan;
c. bidang infrastruktur;
238.015 JUMLAH FORMASI
d. Jabatan Fungsional;
• Instansi dan
e. jabatan teknis lain.
186.744. Daerah
JENIS PENETAPAN KEBUTUHAN
(FORMASI) DAN JABATAN
1. Putra/Putri Lulusan Terbaik
Berpredikat Dengan Pujian
(Cumlaude);
UMUM 2. Penyandang Disabilitas;
3. Putra/Putri Papua dan Papua
Barat;
JENIS 4. Diaspora;
5. Olahragawan Berprestasi
Internasional; dan
KHUSUS 6. Tenaga Pendidik dan Tenaga
Kesehatan dari Eks Tenaga
Honorer Kategori-II yang
memenuhi persyaratan.
PENGISIAN KEBUTUHAN DARI JABATAN LAIN
(INTERNAL & EKSTERNAL)

JABATAN JABATAN
ADMINISTRASI FUNGSIONAL

JABATAN PIMPINAN
TINGGI
EVALUASI JABATAN &
HASILNYA 1. REKAPITULASI KELAS
JABATAN DAN PERSEDIAAN
PEGAWAI
2. DAFTAR NAMA JABATAN
STRUKTURAL, KELAS
JABATAN DAN PERSEDIAAN
PEGAWAI
3. DAFTAR NAMA JABATAN
FUNGSIONAL DAN
JABATAN LAINNYA, KELAS
Kelas Jabatan adalah kedudukan yang JABATAN DAN PERSEDIAAN
Evaluasi Jabatan adalah suatu
menunjukkan tingkat seorang
proses untuk menilai suatu Pegawai Negeri dalam rangkaian PEGAWAI
jabatan secara sistematis susunan instansi pemerintah yang 4. TABEL HASIL EVALUASI
dengan menggunakan kriteria- meskipun berbeda dalam hal jenis
kriteria yang disebut sebagai pekerjaan, tetapi cukup setara dalam JABATAN STRUKTURAL
faktor jabatan terhadap hal tingkat kesulitan dan tanggung- 5. TABEL HASIL EVALUASI
jawab, dan tingkat persyaratan
informasi faktor jabatan untuk JABATAN FUNGSIONAL
kualifikasi pekerjaan, dan digunakan
menentukan kelas jabatan. sebagai dasar penggajian. DAN JABATAN LAINNYA
6. PETA JABATAN
7. INFORMASI FAKTOR
JABATAN STRUKTURAL
8. INFORMASI FAKTOR
JABATAN FUNGSIONAL
1. Lakukan inventarisasi setiap jabatan baik
struktural ataupun fungsional pada masing-
PETA JABATAN masing unit kerja (paling tinggi eselon II).
2. Susun seluruh jabatan tersebut secara vertikal
dan horisontal berdasarkan kedudukan setiap
Peta Jabatan adalah susunan jabatan dalam unit kerja (paling tinggi eselon II).
jabatan yang digambarkan secara Gunakan struktur organisasi yang ada.
vertikal maupun horizontal menurut 3. Susun jumlah pegawai untuk setiap jabatan yang
struktur kewenangan, tugas, dan termasuk dalam unit kerja (paling tinggi eselon II).
tanggung jawab jabatan serta
persyaratan jabatan. Peta jabatan 4. Peta jabatan yang tersusun akan menjelaskan
menggambarkan seluruh jabatan susunan dan hubungan kerja setiap jabatan dalam
yang ada dan kedudukannya dalam unit kerja (paling tinggi eselon II)
unit kerja.

1. Unit kerja menyusun Peta Jabatan pada unit kerjanya


masing-masing dengan mencantumkan nama jabatan pada
Peta Jabatan.
2. Unit kerja menuliskan Tugas Pokok dan Fungsi masing-
masing jabatan (Struktural & Fungsional) pada Formulir
TAHAPAN
yang disediakan.
PENYUSUNAN DAN
EVALUASI 3. Tim Direktorat Kepegawaian bekerjasama dengan unit kerja
melakukan evaluasi jabatan menyangkut perumusan
Informasi Jabatan dan Nilai Jabatan (Job Value).
4. Tahap akhir, dilakukan Workshop finalisasi Nilai Jabatan (Job
Value) dan penentuan Kelas Jabatan (Job Class).
PENYUSUNAN PETA JABATAN DAN
KEBUTUHAN PEGAWAI

2 ANALISIS
JABATAN
5 ANALISIS BEBAN KERJA

TUGAS
POKOK DAN 3 INFORMASI
JABATAN
6 KEBUTUHAN
PEGAWAI

FUNGSI

1 1. NAMA JABATAN
7
PETA JABATAN +
KEBUTUHAN PEGAWAI
4 2. IKHTISAR JABATAN
3. URAIAN TUGAS
PENGATURAN JABATAN FUNGSIONAL

JABATAN ASN
KEDUDUKAN
PENGANGKATAN
PELANTIKAN DAN
PENGAMBILAN SUMPAH
PEMBERHENTIAN
ORGANISASI PROFESI
9/20/2018 18
Inpassing/Penyesuaian JF
Nasional
1
PNS yang menduduki JA 2
dan JPT yang telah
melaksanakan tugas-tugas
JF sebelum Peraturan
a. 2 (dua) tahun 3
untuk masa Terhitung sejak tanggal
Pemerintah ini mulai Peraturan Pemerintah ini
berlaku dapat diangkat persiapan; mulai berlaku, dengan
dalam JF melalui mempertimbangkan
penyesuaian b. 2 (dua) tahun kebutuhan instansi,
untuk masa kualifikasi, dan kompetensi
serta dilaksanakan sesuai
pelaksanaan, pedoman yang ditetapkan
oleh Menteri PANRB

PERATURAN MENTERI PANRB NOMOR 26 TAHUN 2016


SD 31 DESEMBER 2018
Evaluasi Pelaksanaan
Inpassing JF

IP terlambat Persyaratan Jadwal uji


menetapkan yang dipandang kompetensi
Juknis terlalu sulit yang terbatas

Peta jabatan
Terbatasnya
yang belum
formasi
diperbaharui
FOKUS PERBAIKAN MANAJEMEN ASN
MENGHADAPI ERA INDUSTRI 4.0
TERIMA KASIH
PEMBINAAN PERENCANA DI DIY
UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBANGUNAN

Disampaikan oleh:
Kepala BAPPEDA DIY

YOGYAKARTA, 18 September 2018


Gambaran Umum Kondisi Jabatan Fungsional Perencana
BAPPEDA DIY
(JFP) di BAPPEDA DIY

• Kebutuhan JFP berdasarkan Peraturan Gubernur DIY


No 85 Th 2017: 25 orang

• Kondisi eksisting per bulan September 2018: 19 orang


1. JFP Madya : 2 orang
2. JFP Muda : 7 orang
3. JFP Pertama : 10 orang
4. Calon JFP : 6 orang
Gambaran Umum Kondisi Fungsional Perencana di DIY
BAPPEDA DIY

• Kondisi eksisting JFP pada BAPPEDA Kab/Kota di DIY:

1. Fungsional Perencana di BAPPEDA Kota Yogyakarta : 2 orang


2. Fungsional Perencana di BAPPEDA Kab. Bantul : 1 orang
3. Fungsional Perencana di BAPPEDA Kab. Sleman : 5 orang
4. Fungsional Perencana di BAPPEDA Kab. Kulon Progo : 2 orang
5. Fungsional Perencana di BAPPEDA Kab. Gunungkidul : -
Peran JFP dan Pelibatan JFP di BAPPEDA
BAPPEDA DIY

 Strategis dan penting karena inti dari tusi BAPPEDA adalah perencanaan
program baik sektoral maupun kewilayahan

 Selama ini JFP dilibatkan dalam berbagai penyusunan dokumen


perencanaan seperti penyusunan RPJMD, RKPD, Renstra, LAKIP, LKJIP, RAD
SDGs, Evaluasi Dok Perencanaan Kab/Kota dan dokumen yang lain serta
melaksanakan perintah dari Kepala Bappeda DIY

 Kebijakan penempatan JFP di BAPPEDA DIY adalah Non inklusi pada unit
tertentu, JFP ditempatkan ke bidang-bidang bertujuan agar akses informasi
dari struktural lebih cepat ( karena akses untuk menghadiri rapat lebih
sedikit dibanding struktural) sehingga tidak menghambat kinerja JFP dan
dapat terlibat langsung dengan dinamika bidang (menjadi bagian pelaksana
tugas fungsi bidang) dan harapannya distribusi tugas lancar dan merata

6
Pembinaan JFP
BAPPEDA DIY

• Pembentukan Tim Penilai Angka Kredit di lingkungan DIY:


a) Untuk memfasilitasi penilaian angka kredit JFP BAPPEDA baik tingkat provinsi maupun
Kab/Kota yang belum memiliki Tim PAK
b) Tim Penilai melibatkan Sekda DIY dan anggota Tim lainnya yang kompeten baik dari
BAPPEDA maupun BKD DIY

• Fasilitasi pertemuan/rapat kerja Asosiasi Perencana Pemerintah Indonesia (AP2I)


Komisariat Wilayah DIY
• Penerbitan Jurnal Perencanaan:
a) Sebagai wadah bagi JFP untuk mempublikasikan karya tulis
b) Tahun 2018 sedang dalam proses penerbitan Volume ke-4
c) JFP yang tergabung dalam AP2I Komwil DIY didorong untuk terlibat dalam penulisan
artikel pada Jurnal
7
Pembinaan JFP
BAPPEDA DIY

• Mengikutsertakan diklat fungsional dan teknis baik dengan anggaran Bappenas maupun
dana APBD DIY

• Pembinaan internal secara berkala kepada JFP meliputi:


a) Pembinaan rutin dari Sekretaris Bappeda dan pembinaan oleh Kepala BAPPEDA
b) Surat Edaran tentang jadwal penilaian angka kredit ( dalam setahun dilakukan 2x
penilaian AK)
c) Teguran bagi JFP yang tidak rutin mengumpulkan angka kredit, baik lisan maupun
melalui Nota Dinas;

• Punishment terhadap JFP yang tidak memenuhi angka kredit mengacu pada Kepmenpan
Nomor 16/KEP/M.PAN/3/2001 tentang JFP dan angka kreditnya melalui mekanisme
pembebasan sementara dan pemberhentian sebagai JFP

8
Penilaian Angka Kredit, dan kendalanya
BAPPEDA DIY

Angka Kredit (AK) merupakan tolok ukur kinerja JFP dan merupakan
prasyarat untuk kenaikan pangkat dan golongan.

Masih ada multi tafsir terhadap Buku Petunjuk Teknis Peraturan


Jabatan Fungsional Perencana dan Angka Kredit, sehingga masih
ditemukan kekeliruan dalam mengajukan klaim angka kredit
maupun dalam menyertakan bukti fisik kegiatan.

9
Lanjutan ……………….
BAPPEDA DIY

• Mengacu pada Kep.Men PPN/Kepala BAPPENAS No. Kep. 235/M.PPN/04/2002 tentang Juknis
Penilaian AK, beberapa catatan dalam proses penilaian angka kredit dapat disikapi sbb (Hasil
konsultasi Penilaian Angka Kredit dengan Dr. Haryanto, SE, MA):
1
Landasan hukum suatu kegiatan dinilaikan sebagai Boleh, tapi dijelaskan kurang lebih 2 (dua)
studi pustaka halaman
2
Foto-foto dokumentasi dinilaikan sebagai Tidak boleh
pembuatan diagram/tabel
3
Penyusunan makalah tidak sesuai dengan tata Harus sesuai dengan Tata Naskah dan Harus
naskah karya tulis ilmiah dan tidak ada bukti ada undangan presentasi
presentasi

4
Klaim suatu kegiatan tanpa ada disposisi atau surat Kegiatan Perencanaan harus ada disposisi
perintah tugas dan untuk profesi tanpa disposisi
10
5
Kegiatan tidak sesuai dengan surat perintah tugas, contoh Harus disesuaikan antara butir dengan kegiatan riil
a. SPT untuk menyusun KAK namun yang diklaimkan
laporan swakelola b. SPT untuk menyiapkan bahan
paparan yang diklaimkan sebagai Narasumber

6
Klaim pengolahan data namun hanya mengcopy data dari Tidak boleh, harus beda
BPS atau sumber lain
7
Klaim suatu kegiatan yang tidak logis dilakukan seorang diri. Sebaiknya yang diklaimkan kontribusinya dalam
contoh : menyusun RKPD penyusunan RKPD

8
Menyalin suatu dokumen yang telah ada sebelumnya Tidak boleh, kalau tanpa dianalisis
sebagai karya pribadi, contoh Nawa Cita, bagian dari
peraturan perundang-undangan, visi, Misi Gubernur,
template penyusunan laporan
9
Notulen diklaimkan sebagai laporan perencanaan Sebaiknya dikembangkan dalam bentuk laporan
perencanaan
10
Sambutan Narasumber diklaimkan sebagai analisa Sebaiknya dikembangkan dalam bentuk analisa
permasalahan permasalahan
11
Kegiatan yang dinilaikan cenderung duplikasi, hanya Sebaiknya keterangan yang dimodifikasi
menambah lokus, contoh mengambil suatu data dari
beberapa tempat 11
12
Klaim tentang prosedure pelaksanaan namun yang Jangan hanya daftar isi tapi diuraikan.
ditulis adalah sistimatika pelaporan
13
Redaksional yang sama dalam beberapa laporan yang Sebaiknya keterangan yang dimodifikasi
berbeda hanya angka. Contoh : laporan monev bulanan,
raport instansi
14
Butir kegiatan tidak sama dengan bukti fisik. contoh : Tidak boleh
klaim memberikan saran namun tidak saran, klaim
mengevaluasi data namun tidak ada evaluasi, klaim
menganalisis hasil-hasil pembangunan namun tidak ada
analisis
15
Klaim ganda untuk satu bahan presentasi karena Tidak boleh bahan yang sama diklaimkan double
dipaparkan di tempat yang berbeda
16
Bukti kegiatan diklaimkan dalam bentuk bahan jadi (buku) Sebaiknya yang dinilaikan adalah file final dari
meskipun yang ditugaskan adalah menyusun suatu bagian karya yang bersangkutan untuk mempemudah
buku tersebut penilaian dengan catatan Buku harus ada ISBN,
Buku tidak perlu Surat Tugas yang penting ada
Penerbit ISBN

12
Konsultasi Penilaian Angka Kredit dengan Dr. Haryanto, SE, MA
BAPPEDA DIY

• Jumlah AK kumulatif minimal dipenuhi JFP untuk diangkat dan naik


pangkat/jabatan sekurangnya 80 % angka kredit dari unsur utama dan
sebanyak-banyaknya 20% dari unsur penunjang, jika belum memenuhi
pengajuannya ditunda sampai komposisi terpenuhi, apabila diajukan ke BKN
akan ditolak;
• Tata Kala Pengajuan DUPAK Semester I semula paling lambat 10 Juni untuk
kenaikan pangkat TMT 1 Oktober dirubah paling lambat 10 April dan untuk
semester II tetap paling lambat 10 Oktober untuk kenaikan pangkat TMT 1
April;
• Dalam pengajuan DUPAK , JFP boleh menilaikan kegiatan diluar jenjang
jabatannya, satu tingkat diatas atau satu tingkat dibawah jenjang jabatannya
berdasarkan penugasan tertulis dari pimpinan unit kerja yang bersangkutan;
13
Nota Dinas kepada JFP dalam rangka DUPAK Smt 1 TH 2018
BAPPEDA DIY

• Pengajuan DUPAK bersifat wajib;


• Hasil penilaian angka kredit digunakan untuk rekomendasi naik jabatan atau
pangkat bagi yang sudah memenuhi syarat;
• DUPAK diserahkan kepada Sekretariat Tim PAK paling lambat pada tanggal 8
Juni 2018;
• Komposisi klaim AK pada Unsur Penunjang maksimal 20% dari total klaim AK
pada Unsur Pendidikan, Unsur Perencanaan dan Unsur Pengembangan Profesi;
• Surat Pernyataan Melakukan Kegiatan (SPMK) pada tiap unsur diparaf oleh
Sekretaris atau Kepala Bidang/Balai selanjutnya ditandatangani Kepala
BAPPEDA DIY;

14
Lanjutan…………….
BAPPEDA DIY

• Kelengkapan pengajuan DUPAK meliputi: surat permohonan penilaian AK


(ditujukan kepada Ketua Tim PAK c.q. Kepala Sekretariat Tim PAK), form DUPAK,
SPMK, dan dokumen bukti kegiatan.
• Contoh Form DUPAK dan SPMK terdapat pada Lampiran I dan II Keputusan
Bersama Kepala Bappenas dan Kepala BKN No. Kep.1106/Ka/08/2001 dan No.
34A Tahun 2001 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Perencana
dan Angka Kreditnya;
• Kegiatan yang dapat diklaimkan adalah kegiatan yang dilakukan setelah TMT
pengangkatan pertama kali sebagai Pejabat Fungsional Perencana.

15
PENUTUP
BAPPEDA DIY

Agar JFP semakin berkontribusi dalam Meningkatkan Kualitas Perencanaan


Pembangunan , maka diharapkan :
• Tim Penilai Angka Kredit jangan asal meloloskan klaim. AK bukan hanya sekedar
untuk Kenaikan Pangkat dan Kenaikan Jabatan. Penilaian harus lebih ketat. Perlu
fungsi verifikasi atasan langsung (dalam hal ini Kepala Bidang BAPPEDA)
terhadap dokumen perencanaan yang diklaimkan
• JFP dalam melakukan kegiatan bukan hanya berorientasi untuk memperoleh
AK saja tetapi memberi kontribusi dalam meningkatkan kualitas output
perencanaan
• JFP dapat lebih fokus pada substansi perencanaan bukan melaksanakan
kegiatan yang bersifat administratif.
BAPPEDA DIY

matur nuwun

Anda mungkin juga menyukai