oleh:
Dr. Guspika, M.B.A.
Kepala Pusat Pembinaan, Pendidikan,
dan Pelatihan Perencana
Kementerian PPN/Bappenas
2
Penilaian Saat Ini
3
Mekanisme Penilaian
dan Penetapan Angka Kredit 1
b. Penetapan angka kredit perencana oleh Tim b. Penetapan angka kredit perencana oleh Tim
Penilai dilakukan sekurang-kurangnya 4 Penilai dilakukan sekurang-kurangnya 2
(empat) kali dalam satu tahun, yaitu 3 (tiga) (dua) kali dalam satu tahun, yaitu 6 (enam)
bulan sebelum kenaikan pangkat Pegawai bulan sebelum kenaikan pangkat Pegawai
Negeri Sipil. Negeri Sipil.
4
Mekanisme Penilaian
dan Penetapan Angka Kredit 2
5
Mekanisme Usulan Penilaian
Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK) 1
LAMA KONSEP USULAN PERUBAHAN
a. Apabila Tim Penilai Instansi, Provinsi, Kabupaten/Kota a. idem
belum terbentuk maka penilaian DUPAK Perencana
dilakukan oleh Tim Penilai Pusat.
b. Komposisi angka kredit kenaikan pangkat, yaitu 80% unsur utama dan 20% unsur penunjang, b. Jumlah Angka Kredit sebagaimana dimaksud
dengan komposisi sebagai berikut. pada butir a dapat dijadikan dasar untuk
GOLONGAN III/b—III/d: penilaian SKP.
• Kegiatan perencanaan sekurang-kurangnya 30%
• Kegiatan pengembangan profesi sebanyak-banyaknya 70% dan sekurang-kurangnya
10 angka kredit.
GOLONGAN IV/a—IV/d:
• Kegiatan perencanaan sekurang-kurangnya 30%
• Kegiatan pengembangan profesi sebanyak-banyaknya 70% dan sekurang-kurangnya
12 angka kredit
GOLONGAN IV/e:
• Kegiatan perencanaan sekurang-kurangnya 25% dari 25 angka kredit
• Kegiatan pengembangan profesi sebanyak-banyaknya 75% dari 25 angka kredit
7
Mekanisme
Pembebasan Sementara
8
Pengangkatan dan Pemberhentian dalam Jabatan
(PP NOMOR 11/2017 TENTANG MANAJEMEN PNS PASAL 94 AYAT 1 DAN 2)
Perencana yang diberhentikan dari jabatan karena alasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1
huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e dapat diangkat kembali sesuai dengan jenjang jabatan
terakhir apabila tersedia lowongan jabatan.
9
Mekanisme Usulan
Pelatihan Fungsional Perencana
SAAT INI KONSEP USULAN PERUBAHAN
a. Usulan pelatihan fungsional perencana banyak a. Usulan pelatihan usulan fungsional perencana
yang diusulkan oleh atasan langsungnya, misalnya harus diusulkan dari pejabat yang membidangi
kepala badan/dinas (daerah) dan kepegawaian minimal pejabat eselon II, contoh:
Direktur/Karo/Kapus (pusat) - Kepala BKD (Pemprov/Pemkab/Pemkot )
- Kepala Biro yang membawahi SDM/
Kepegawaian (Kementerian/Lembaga)
b. Usulan pelatihan tidak melampirkan formasi b. Usulan pelatihan harus melampirkan kebutuhan
kebutuhan jabatan fungsional perencana formasi jabatan fungsional perencana yang
tersedia.
c. Usulan pelatihan tidak melampirkan surat c. Usulan pelatihan harus melampirkan surat
rekomendasi bahwa sekurangnya-kurangnya rekomendasi dari pejabat yang menangani
6 (enam) bulan setelah lulus pelatihan dan uji kepegawaian yang menyatakan bahwa
kompetensi perencana maka peserta harus sekurangnya-kurang nya 6 (enam) bulan setelah
diangkat ke dalam jabatan fungsional perencana lulus pelatihan dan uji kompetensi perencana
maka peserta harus diangkat ke dalam jabatan
fungsional perencana
10
Mekanisme Pasca-Pelatihan
Fungsional Perencana
SAAT INI KONSEP USULAN PERUBAHAN
a. Masih adanya “kebingungan” dari instansi/peserta a. Bagi peserta yang sudah memiliki tim penilai
bahwa BAPAK (berita acara penilaian angka kredit) maka BAPAK pascapelatihan dikeluarkan
pascapelatihan yang mengeluarkan adalah oleh Tim Penilai masing-masing peserta.
Pusbindiklatren Bappenas, meskipun peserta Pusbindiklatren hanya mengeluarkan surat
sudah memiliki tim penilai. rekomendasi penilaian angka kredit.
b. Bagi peserta yang belum memiliki tim penilai maka b. Idem
BAPAK (berita acara penilaian angka kredit)
pascapelatihan yang mengeluarkan adalah
Pusbindiklatren Bappenas.
c. Usulan PAK (Penetapan Angka Kredit) adalah c. Idem
pejabat atasan peserta minimal eselon II ke Pejabat
yang membidangi kepegawaian minimal eselon II
untuk ditandatangani oleh PPK (Pejabat Pembina
Kepegawaian) atau minimal satu tingkat di
bawahnya.
11
Terima Kasih
12
KUALITAS DOKUMEN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
(Studi Kasus Penyusunan Indeks Pembangunan Ekonomi Inklusif)
Haryanto
Asosasi Perencana Pemerintah Indonesia (AP2I)
OUTLINE PRESENTASI
PENGERTIAN, JENIS-JENIS DAN KUALITAS DOKUMEN PERENCANAAN
Membahas tentang pengertian, jenis-jenis, dan kualitas dokumen perencanaan pembangunan pada
tataran implementatsi
Definisi
Pilar 1
PILAR I
INDIKATOR:
PILAR II
PEMERATAAN PENDAPATAN DAN PENGURANGAN KEMISKINAN
INDIKATOR:
KETIMPANGAN KEMISKINAN
1. Rasio Gini 1. Persentase Penduduk Miskin (P0)
2. Sumbangan Pendapatan Perempuan 2. Rata-rata Konsumsi Protein per Kapita per Hari
3. Rasio Rata-rata Pengeluaran Rumah Tangga Desa terhadap
Kota
INDIKATOR PENYUSUN INDEKS PERTUMBUHAN EKONOMI INKLUSIF
PILAR III
PERLUASAN AKSES DAN KESEMPATAN
INDIKATOR:
(LIHAT VIDEO)
INTEGRASI HASIL KAJIAN TEKNOKRATIS KE DALAM DOKUMEN PERENCANAAN
KASUS INDEKS PEMBANGUNAN EKONOMI INKLUSIF
BACKGROUND
PERTAMA KETIGA
Fenomena yg terjadi di NSB, pertumbuhan ekonomi
Isu pembangunan ekonomi inklusif
yang tinggi, setidaknya melampaui negara-negara
maju pada tahap awal pembangunan, memang banyak di’mention’ dlm RPJMN 2015-
dapat dicapai; namun, dibarengi dengan masalah- 2019; namun, kineja capaiannya
masalah seperti pengangguran, kemiskinan di tidak terpetakan secara jelas
perdesaan, distribusi pendapatan yang timpang, dan mengingat pembangunan ekonomi
ketidakseimbangan struktural. Hal inilah yang inklusif belum dijabarkan dalam
memperkuat keyakinan bahwa pertumbuhan bentuk indikator yang terukur.
ekonomi merupakan syarat yang
diperlukan (necessary) tetapi tidak mencukupi
(sufficient) bagi proses pembangunan.
KEDUA KEEMPAT
Bappenas (2017) telah merilis IPEI, dan
Untuk itu, paradigma pembangunan menyusun definisi pembanguan ekonomi
ekonomi saat ini tidak lagi hanya Inklusif sebagai pertumbuhan ekonomi
memusatkan kepada pencapaian GNP yang menciptakan akses dan kesempatan
yang tinggi sebagai sasaran yang luas bagi seluruh lapisan masyarakat
pembangunan, namun harus pula secara berkeadilan, meningkatkan
memperhatikan pada kualitas dari kesejahteraan, dan mengurangi
proses pembangunan (Inklusif). kesenjangan antar kelompok dan wilayah.
15
Apakah Pembangunan Ekonomi Indonesia Sudah Inklusif?
Pembangunan Ekonomi Inklusif Indonesia dalam Perspective Peers
7
Indeks Pertumbuhan dan Pembangunan Inklusif di WEF (2018) melaporakan bahwa Indonesia berada pada level moderat dgn
6 Berbagai Negara di Asia Tahun 2017 dan 2018 nilai Indek Pembangunan Inklusif (IDI) sebesar 3,95 (2018), turun
5
dibandingkan tahun 2017 yang mencapai 4,29.
Indonesia secara keseluruhan berada pada peringkat 36 dari 74 negara
4
2017 berkembang
3 2018 Secara umum, pilar inklusif Indonesia berada pada level terendah
2 dibandingkan dengan pilar yang lainnya. Meskipun kemiskinan menurun
drastis sejak tahun 2012, namun ketimpangan (yang diukur dengan rasio gini)
1
terus naik hingga mencapai level tertinggi sejak tahun 2012. Ketimpangan
0 pendapatan menjadi masalah dan faktor utama penurunan
Indonesia Malaysia Thailand Vietnam Filipina
Tahun 2017, Kedeputian Ekonomi mengembangkan IPEI dengan menggunakan 3 pilar, 8 sub pilar dan 21 indikator
IPEI disusun berdasarkan kondisi ideal yang lebih mencerminkan keadaan dan kebutuhan pembangunan inklusif di dalam
negeri serta ketersediaan data untuk variabel /indikator PEI
Hasil perhitungan IPEI terlihat bahwa sebagian besar provinsi di Indonesia berada dibawah nilai IPEI Nasional (23
provinsi). Hal ini memperlihatkan bahwa masih terjadi deviasi (ketimpangan) yang cukup besar dalam hal IPEI antara
provinsi di Indonesia.
Dari sisi kualitas IPEI, ketika diperhatikan per- pilar, ternyata provinsi yang IPEI nya tinggi belum tentu nilai indek per
pilarnya juga secara otomatis tinggi
DIY misalnya, tahun 2017 mempunyai peringkat IPEI ke 3, namun jika diperhatikan kontribusi per pilar, maka pilar ke II
(Pemerataan dan Pengurangan Kemiskinan) berada peringkat ke 20 (di bawah angka nasional). Artinya, dalam hal
pembangunan ekonomi inklusif, DIY mempunyai permasalahan pada pilar II (pemerataan dan pengurangan kemiskinan)
Inilah isu-isu menarik yang perlu mendapatkan perhatian oleh para pembuat kebijakan (pusat dan daerah), sehingga
strategi dan arah kebijakan pembangunan pusat dan daerah (provinsi) dapat lebih berkualitas (inklusif).
Integrasi PEI dalam Isu Strategis Pembangunan Ekonomi 2020 - 2024
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akar Pemasalahan Dampak Isu Strategis
Persentase Penduduk Bekerja dengan Jam 0.33 Persentase Rumah Tangga dengan Sumber 0.50
Nama Indikator Bobot Air Minum Layak
Kerja ≥ 35 jam per Minggu
Rasio Gini 0.41 Persentase Rumah Tangga dengan Fasilitas 0.50
Presentase Tenaga Kerja dengan Tingkat 0.33
Pendidikan Menengah ke Atas Sumbangan Pendapatan Perempuan 0.26 Tempat Buang Air Besar Sendiri
26
Terima kasih
Sekretariat Pengurus Nasional AP2I:
Gedung Pusbindiklatren-Bappenas, Lantai 4. Jl. Proklamasi No. 70, Jakarta Pusat 10320, Tilp (021) 31928280,
31928285, 31928279 ext. 410 Fax (021) 3103705. Web: http://ap2i-nasional.or.id/
Email: ap2i_2007@yahoo.co.id atau ap2i.domain@gmail.com
Direct Call/SMS/WA: Surinta (Bendahara PN AP2I) - HP/WA: 0812 8514 654,
Ali Sahbana: 0815 1651 985, Hening Bayu Anggoro (Sekjen PN AP2I) - HP/WA: 0815 7400 2231
Oleh:
Aba Subagja
Asisten Deputi Standardisasi Jabatan dan Pengembangan
Karier SDM Aparatur
JF AHLI
PELAKSANA PERTAMA
SANGAT MEMUASKAN
Sekolah Kader
adalah sistem pengembangan kompetensi yang
bertujuan untuk menyiapkan pejabat
administrator melalui jalur percepatan
peningkatan jabatan.
JF PEMULA DAN
JF TERAMPIL
ADMINISTRATOR
POLA KARIER
JABATAN FUNGSIONAL DAN JABATAN PELAKSANA
JF
JENJANG JABATAN
NOMENKLATUR
KELAS
JABATAN JABATAN
JF JP
PENGEMBANGAN KARIER JABATAN
PELAKSANA
NOMENKLATUR KELAS
JABATAN PELAKSANA JABATAN
ANALIS
• PENGAWAS HASIL EVALUASI
PENYUSUN • JABFUNG JABATAN
PENGELOLA
JENJANG JABATAN DAN PANGKAT
JABATAN FUNGSIONAL
JPT UTAMA
JPT MADYA
JPT PRATAMA
ADMINSTRATOR
PENGAWAS
PERENCANA
AHLI
UTAMA
Peta
AHLI
AHLI
MUDA
MADYA Jabatan
AHLI
PERTAMA
IVa-IV/b- PERENCANAN
III/a-III/b III/c-III/d IV/c IV/d-IV/e
BUP 58 BUP 58 BUP 60 BUP 65
PENETAPAN
KEBUTUHAN/FORMASI
JABATAN
AHLI
Penetapan Angka Kredit Jabatan
Fungsional saat ini dilakukan dengan 3
skema:
• Penetapan AK berdasarkan Penilaian
AK per satuan kegiatan (159 JF)
• Penetapan AK berdasarkan Sistem Penilaian Kinerja Jabatan
Konversi Angka Kredit (11 JF) Fungsional
• Penetapan AK berdasarkan Integrasi
dengan SKP (4 JF) Penilaian Kinerja Jabatan
Fungsional ditetapkan
berdasarkan Penilaian dan
Penetapan Angka Kredit
9
PENGISIAN
KEBUTUHAN JF
JF AHLI
PELAKSANA PERTAMA
JF PEMULA DAN
JF TERAMPIL • PEMBENTUKAN
• PEMENUHAN
KOMPETENSI
Penetapan Kebutuhan
Nasional 2018 (Zero
Grouth)
• Instansi
51.271 Pusat Prioritas :
a. bidang pendidikan;
b. bidang kesehatan;
c. bidang infrastruktur;
238.015 JUMLAH FORMASI
d. Jabatan Fungsional;
• Instansi dan
e. jabatan teknis lain.
186.744. Daerah
JENIS PENETAPAN KEBUTUHAN
(FORMASI) DAN JABATAN
1. Putra/Putri Lulusan Terbaik
Berpredikat Dengan Pujian
(Cumlaude);
UMUM 2. Penyandang Disabilitas;
3. Putra/Putri Papua dan Papua
Barat;
JENIS 4. Diaspora;
5. Olahragawan Berprestasi
Internasional; dan
KHUSUS 6. Tenaga Pendidik dan Tenaga
Kesehatan dari Eks Tenaga
Honorer Kategori-II yang
memenuhi persyaratan.
PENGISIAN KEBUTUHAN DARI JABATAN LAIN
(INTERNAL & EKSTERNAL)
JABATAN JABATAN
ADMINISTRASI FUNGSIONAL
JABATAN PIMPINAN
TINGGI
EVALUASI JABATAN &
HASILNYA 1. REKAPITULASI KELAS
JABATAN DAN PERSEDIAAN
PEGAWAI
2. DAFTAR NAMA JABATAN
STRUKTURAL, KELAS
JABATAN DAN PERSEDIAAN
PEGAWAI
3. DAFTAR NAMA JABATAN
FUNGSIONAL DAN
JABATAN LAINNYA, KELAS
Kelas Jabatan adalah kedudukan yang JABATAN DAN PERSEDIAAN
Evaluasi Jabatan adalah suatu
menunjukkan tingkat seorang
proses untuk menilai suatu Pegawai Negeri dalam rangkaian PEGAWAI
jabatan secara sistematis susunan instansi pemerintah yang 4. TABEL HASIL EVALUASI
dengan menggunakan kriteria- meskipun berbeda dalam hal jenis
kriteria yang disebut sebagai pekerjaan, tetapi cukup setara dalam JABATAN STRUKTURAL
faktor jabatan terhadap hal tingkat kesulitan dan tanggung- 5. TABEL HASIL EVALUASI
jawab, dan tingkat persyaratan
informasi faktor jabatan untuk JABATAN FUNGSIONAL
kualifikasi pekerjaan, dan digunakan
menentukan kelas jabatan. sebagai dasar penggajian. DAN JABATAN LAINNYA
6. PETA JABATAN
7. INFORMASI FAKTOR
JABATAN STRUKTURAL
8. INFORMASI FAKTOR
JABATAN FUNGSIONAL
1. Lakukan inventarisasi setiap jabatan baik
struktural ataupun fungsional pada masing-
PETA JABATAN masing unit kerja (paling tinggi eselon II).
2. Susun seluruh jabatan tersebut secara vertikal
dan horisontal berdasarkan kedudukan setiap
Peta Jabatan adalah susunan jabatan dalam unit kerja (paling tinggi eselon II).
jabatan yang digambarkan secara Gunakan struktur organisasi yang ada.
vertikal maupun horizontal menurut 3. Susun jumlah pegawai untuk setiap jabatan yang
struktur kewenangan, tugas, dan termasuk dalam unit kerja (paling tinggi eselon II).
tanggung jawab jabatan serta
persyaratan jabatan. Peta jabatan 4. Peta jabatan yang tersusun akan menjelaskan
menggambarkan seluruh jabatan susunan dan hubungan kerja setiap jabatan dalam
yang ada dan kedudukannya dalam unit kerja (paling tinggi eselon II)
unit kerja.
2 ANALISIS
JABATAN
5 ANALISIS BEBAN KERJA
TUGAS
POKOK DAN 3 INFORMASI
JABATAN
6 KEBUTUHAN
PEGAWAI
FUNGSI
1 1. NAMA JABATAN
7
PETA JABATAN +
KEBUTUHAN PEGAWAI
4 2. IKHTISAR JABATAN
3. URAIAN TUGAS
PENGATURAN JABATAN FUNGSIONAL
JABATAN ASN
KEDUDUKAN
PENGANGKATAN
PELANTIKAN DAN
PENGAMBILAN SUMPAH
PEMBERHENTIAN
ORGANISASI PROFESI
9/20/2018 18
Inpassing/Penyesuaian JF
Nasional
1
PNS yang menduduki JA 2
dan JPT yang telah
melaksanakan tugas-tugas
JF sebelum Peraturan
a. 2 (dua) tahun 3
untuk masa Terhitung sejak tanggal
Pemerintah ini mulai Peraturan Pemerintah ini
berlaku dapat diangkat persiapan; mulai berlaku, dengan
dalam JF melalui mempertimbangkan
penyesuaian b. 2 (dua) tahun kebutuhan instansi,
untuk masa kualifikasi, dan kompetensi
serta dilaksanakan sesuai
pelaksanaan, pedoman yang ditetapkan
oleh Menteri PANRB
Peta jabatan
Terbatasnya
yang belum
formasi
diperbaharui
FOKUS PERBAIKAN MANAJEMEN ASN
MENGHADAPI ERA INDUSTRI 4.0
TERIMA KASIH
PEMBINAAN PERENCANA DI DIY
UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBANGUNAN
Disampaikan oleh:
Kepala BAPPEDA DIY
Strategis dan penting karena inti dari tusi BAPPEDA adalah perencanaan
program baik sektoral maupun kewilayahan
Kebijakan penempatan JFP di BAPPEDA DIY adalah Non inklusi pada unit
tertentu, JFP ditempatkan ke bidang-bidang bertujuan agar akses informasi
dari struktural lebih cepat ( karena akses untuk menghadiri rapat lebih
sedikit dibanding struktural) sehingga tidak menghambat kinerja JFP dan
dapat terlibat langsung dengan dinamika bidang (menjadi bagian pelaksana
tugas fungsi bidang) dan harapannya distribusi tugas lancar dan merata
6
Pembinaan JFP
BAPPEDA DIY
• Mengikutsertakan diklat fungsional dan teknis baik dengan anggaran Bappenas maupun
dana APBD DIY
• Punishment terhadap JFP yang tidak memenuhi angka kredit mengacu pada Kepmenpan
Nomor 16/KEP/M.PAN/3/2001 tentang JFP dan angka kreditnya melalui mekanisme
pembebasan sementara dan pemberhentian sebagai JFP
8
Penilaian Angka Kredit, dan kendalanya
BAPPEDA DIY
Angka Kredit (AK) merupakan tolok ukur kinerja JFP dan merupakan
prasyarat untuk kenaikan pangkat dan golongan.
9
Lanjutan ……………….
BAPPEDA DIY
• Mengacu pada Kep.Men PPN/Kepala BAPPENAS No. Kep. 235/M.PPN/04/2002 tentang Juknis
Penilaian AK, beberapa catatan dalam proses penilaian angka kredit dapat disikapi sbb (Hasil
konsultasi Penilaian Angka Kredit dengan Dr. Haryanto, SE, MA):
1
Landasan hukum suatu kegiatan dinilaikan sebagai Boleh, tapi dijelaskan kurang lebih 2 (dua)
studi pustaka halaman
2
Foto-foto dokumentasi dinilaikan sebagai Tidak boleh
pembuatan diagram/tabel
3
Penyusunan makalah tidak sesuai dengan tata Harus sesuai dengan Tata Naskah dan Harus
naskah karya tulis ilmiah dan tidak ada bukti ada undangan presentasi
presentasi
4
Klaim suatu kegiatan tanpa ada disposisi atau surat Kegiatan Perencanaan harus ada disposisi
perintah tugas dan untuk profesi tanpa disposisi
10
5
Kegiatan tidak sesuai dengan surat perintah tugas, contoh Harus disesuaikan antara butir dengan kegiatan riil
a. SPT untuk menyusun KAK namun yang diklaimkan
laporan swakelola b. SPT untuk menyiapkan bahan
paparan yang diklaimkan sebagai Narasumber
6
Klaim pengolahan data namun hanya mengcopy data dari Tidak boleh, harus beda
BPS atau sumber lain
7
Klaim suatu kegiatan yang tidak logis dilakukan seorang diri. Sebaiknya yang diklaimkan kontribusinya dalam
contoh : menyusun RKPD penyusunan RKPD
8
Menyalin suatu dokumen yang telah ada sebelumnya Tidak boleh, kalau tanpa dianalisis
sebagai karya pribadi, contoh Nawa Cita, bagian dari
peraturan perundang-undangan, visi, Misi Gubernur,
template penyusunan laporan
9
Notulen diklaimkan sebagai laporan perencanaan Sebaiknya dikembangkan dalam bentuk laporan
perencanaan
10
Sambutan Narasumber diklaimkan sebagai analisa Sebaiknya dikembangkan dalam bentuk analisa
permasalahan permasalahan
11
Kegiatan yang dinilaikan cenderung duplikasi, hanya Sebaiknya keterangan yang dimodifikasi
menambah lokus, contoh mengambil suatu data dari
beberapa tempat 11
12
Klaim tentang prosedure pelaksanaan namun yang Jangan hanya daftar isi tapi diuraikan.
ditulis adalah sistimatika pelaporan
13
Redaksional yang sama dalam beberapa laporan yang Sebaiknya keterangan yang dimodifikasi
berbeda hanya angka. Contoh : laporan monev bulanan,
raport instansi
14
Butir kegiatan tidak sama dengan bukti fisik. contoh : Tidak boleh
klaim memberikan saran namun tidak saran, klaim
mengevaluasi data namun tidak ada evaluasi, klaim
menganalisis hasil-hasil pembangunan namun tidak ada
analisis
15
Klaim ganda untuk satu bahan presentasi karena Tidak boleh bahan yang sama diklaimkan double
dipaparkan di tempat yang berbeda
16
Bukti kegiatan diklaimkan dalam bentuk bahan jadi (buku) Sebaiknya yang dinilaikan adalah file final dari
meskipun yang ditugaskan adalah menyusun suatu bagian karya yang bersangkutan untuk mempemudah
buku tersebut penilaian dengan catatan Buku harus ada ISBN,
Buku tidak perlu Surat Tugas yang penting ada
Penerbit ISBN
12
Konsultasi Penilaian Angka Kredit dengan Dr. Haryanto, SE, MA
BAPPEDA DIY
14
Lanjutan…………….
BAPPEDA DIY
15
PENUTUP
BAPPEDA DIY
matur nuwun