Anda di halaman 1dari 69

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 1480/KM.1/2021

TENTANG

PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 663/KM.1/2020


TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BERTAUTAN
KEMENTERIAN KEUANGAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan kualitas pelayanan, kinerja


organisasi, dan koordinasi antar unit organisasi di lingkungan
Kementerian Keuangan, telah ditetapkan standar operasional
prosedur bertautan Kementerian Keuangan berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 663/KM.1/2020 tentang
Standar Operasional Prosedur Bertautan Kementerian
Keuangan;

b. bahwa sehubungan dengan adanya penambahan beberapa


standar operasional prosedur bertautan baru untuk
mendukung kelancaran proses bisnis di lingkungan
Kementerian Keuangan, perlu dilakukan penyesuaian
terhadap Keputusan Menteri Keuangan Nomor
663/KM.1/2020 tentang Standar Operasional Prosedur
Bertautan Kementerian Keuangan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan
Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 663/KM.1/2020 tentang Standar
Operasional Prosedur Bertautan Kementerian Keuangan;
Mengingat : 1. Keputusan Presiden Nomor 36/TPA Tahun 2021;
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118/PMK.01/2021 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 1031);
3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 663/KM.1/2020 tentang
Standar Operasional Prosedur Bertautan Kementerian
Keuangan;
- 2 - llii

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN ATAS


KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 663/KM.1/2020
TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BERTAUTAN
KEMENTERIAN KEUANGAN.

PERTAMA : Mengubah Lampiran Keputusan Menteri Keuangan Nomor


663/KM.1/2020 tentang Standar Operasional Prosedur Bertautan
Kementerian Keuangan dengan menambahkan 8 (delapan) Standar
Operasional Prosedur Bertautan Kementerian Keuangan yakni:

58. Permohonan dan Pengelolaan Informasi terkait Clearance


Pegawai Kementerian Keuangan;
59. Penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA) dan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Induk BA-015 Kementerian
Keuangan;
60. Penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara (RKBMN)
BA-015 Kementerian Keuangan;
61. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Inspektorat
Jenderal;
62. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Auditor Eksternal
(Kinerja dan Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu);
63. Penyusunan Laporan Efektivitas Pengendalian Intern di
Lingkungan Kementerian Keuangan;
64. Penyelesaian Barang Milik Negara (BMN) Eks Kepabeanan dan
Cukai; dan
65. Pelayanan Dokumen PPFTZ-03 dalam rangka Pemberian
Fasilitas PPN Tidak Dipungut,
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.

KEDUA : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Salinan Keputusan Menteri ini disampaikan kepada:


1. Menteri Keuangan;
2. Wakil Menteri Keuangan;
3. Sekretaris Jenderal, para Direktur Jenderal, Inspektur Jenderal,
dan para Kepala Badan di lingkungan Kementerian Keuangan;
4. Staf Ahli Bidang Organisasi, Birokrasi, dan Teknologi Informasi,
Kementerian Keuangan;
-

3 - llii

5. Kepala Lembaga National Single Window;


6. Para Kepala Biro, para Kepala Pusat, para Sekretaris Direktorat
Jenderal, Sekretaris Inspektorat Jenderal, dan para Sekretaris
Badan di lingkungan Kementerian Keuangan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 17 Desember 2021
a.n. MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
SEKRETARIS JENDERAL,

Ditandatangani secara elektronik


HERU PAMBUDI
LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR /KMK.01/2021
TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN
MENTERI KEUANGAN NOMOR 663/KM.1/2020
TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
BERTAUTAN KEMENTERIAN KEUANGAN

58. SOP Link Permohonan dan Pengelolaan Informasi terkait Clearance Pegawai
Kementerian Keuangan

A. Deskripsi

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


Permohonan dan Pengelolaan Informasi terkait Clearance Pegawai
Kementerian Keuangan

Nomor SOP-58/Link/2021
Tanggal Penetapan: Desember 2021

Merupakan proses kesinambungan antar SOP terkait (SOP-Link) pada


masing-masing unit organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan dalam
rangka permohonan dan pengelolaan informasi terkait clearance terhadap
pegawai dalam proses mutasi, promosi, seleksi jabatan, manajemen talenta,
kenaikan pangkat/jabatan, izin belajar, dan lainnya.

B. Daftar Istilah
1. Clearance adalah proses penelusuran rekam jejak terkait integritas yang
meliputi penelusuran catatan hukuman disiplin, sanksi atas pelanggaran
kode etik dan kode perilaku pegawai, pengaduan, serta bila diperlukan
dapat dimintakan informasi kepatuhan pelaporan perpajakan dan harta
kekayaan pegawai, transaksi keuangan mencurigakan, dan digital
footprint.
2. Pegawai Negeri Sipil, yang selanjutnya disebut Pegawai, adalah Pegawai
Negeri Sipil atau Calon Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di lingkungan
Kementerian Keuangan.
3. Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan
Pegawai yang tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan
ketentuan disiplin Pegawai, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar
jam kerja.
4. Hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada Pegawai
karena melanggar peraturan disiplin Pegawai.
5. Pelanggaran Kode Etik adalah segala bentuk ucapan, tulisan, gambar
dan/atau perbuatan pegawai yang bertentangan dengan Kode Etik.
6. Sanksi Kode Etik adalah sanksi moral yang dijatuhkan oleh Pejabat yang
Berwenang karena melakukan pelanggaran Kode Etik.
7. Pengaduan adalah informasi yang disampaikan oleh Pelapor
(whistleblower) sehubungan dengan adanya pelanggaran.
-2-

8. Temuan adalah sekumpulan data dan/atau informasi terkait dugaan


pelanggaran yang diperoleh dari hasil pengawasan atau monitoring yang
dilakukan oleh atasan langsung, Unit Kepatuhan Internal, dan/atau
Inspektorar Jenderal.
9. Informasi kepatuhan pelaporan perpajakan dan harta kekayaan adalah
informasi mengenai kepatuhan pelaporan pajak-pajak pribadi dan harta
kekayaan melalui ALPHA serta e-LHKPN.
10. Transaksi Keuangan Mencurigakan adalah:
a. Transaksi Keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau
kebiasaan pola Transaksi dari Pengguna Jasa yang bersangkutan;
b. Transaksi Keuangan oleh Pengguna Jasa yang patut diduga dilakukan
dengan tujuan untuk menghindari pelaporan Transaksi yang
bersangkutan yang wajib dilakukan oleh Pihak Pelapor sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang;
c. Transaksi Keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan
menggunakan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak
pidana; atau
d. Transaksi Keuangan yang diminta oleh PPATK untuk dilaporkan oleh
Pihak Pelapor karena melibatkan Harta Kekayaan yang diduga berasal
dari hasil tindak pidana.
11. Digital footprint adalah jejak elektronik yang ditinggalkan pegawai saat
menggunakan internet.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup SOP Clearance meliputi tahapan proses yang terdiri dari:
1. Permintaan informasi terkait clearance pegawai Kementerian Keuangan
yang ditujukan ke Inspektorat Jenderal dari pemohon informasi terkait
clearance, yang mencakup informasi:
a. tujuan permintaan informasi,
b. jabatan target untuk permintaan clearance terkait mutasi/promosi,
c. daftar pegawai yang dimintakan informasi dilengkapi dengan catatan
hukuman disiplin, pengaduan, temuan, penjatuhan/pemberian
sanksi kode etik yang dimiliki serta dikelola oleh unit pengusul, dan
catatan pengaduan secara lisan/proses investigasi terkait
pelanggaran kode etik yang bersifat berulang, dan
d. informasi yang dibutuhkan. Jenis informasi yang dapat diminta, yaitu:

Tujuan Permintaan
No. Informasi yang Dapat Dimintakan
Informasi
1. Proses mutasi, promosi, • catatan hukuman disiplin,
seleksi jabatan untuk level • penjatuhan/pemberian sanksi kode
jabatan struktural Eselon etik, dan
I, II, III, jabatan fungsional • catatan pengaduan.
-3-
Tujuan Permintaan
No. Informasi yang Dapat Dimintakan
Informasi
setaranya, dan jabatan Dan bila diperlukan dapat
non Eselon setaranya. dimintakan:
• informasi kepatuhan pelaporan
perpajakan dan harta kekayaan
pegawai,
• catatan transaksi keuangan
mencurigakan, dan
• catatan digital footprint.

2. Proses mutasi, promosi, • catatan hukuman disiplin, dan


seleksi jabatan untuk level • catatan pengaduan.
jabatan struktural eselon
IV, jabatan fungsional ahli
muda, ahli pertama,
jabatan fungsional
terampil, dan jabatan non
Eselon setaranya.

3. Manajemen Talenta • catatan hukuman disiplin,


tingkat pusat yang • penjatuhan/pemberian sanksi kode
dikelola oleh Sekretariat etik, dan
Jenderal cq. Biro Sumber • catatan pengaduan.
Daya Manusia.
Dan bila diperlukan dapat
dimintakan:
• informasi kepatuhan pelaporan
perpajakan dan harta kekayaan
pegawai
• catatan transaksi keuangan
mencurigakan, dan
• catatan digital footprint.

4. Surat Keterangan Bebas • catatan hukuman disiplin, dan


Temuan dalam rangka • catatan pengaduan.
mutasi.

5. Kenaikan pangkat, izin • catatan hukuman disiplin,


belajar, dan lainnya. • catatan pengaduan, dan/atau
• catatan digital footprint (khusus
untuk kenaikan pangkat luar biasa).

2. Proses tindak lanjut permintaan informasi clearance mengacu pada SOP


Penanganan Permintaan Informasi terkait Clearance Pegawai pada
Inspektorat Jenderal. Untuk permintaan clearance unit organisasi untuk
keperluan pengusulan dalam rangka Zona Integritas WBK/WBBM, diatur
dalam Keputusan Menteri Keuangan tersendiri.
-4-
3. Pengelolaan database dan tindak lanjut pengamanan informasi terkait
clearance yang diterima dari Inspektorat Jenderal pada masing-masing
unit Eselon I dan Lembaga National Single Window.

D. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;
2. Undang-Undang Nomor Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Dan
Transaksi Elektronik;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil;
4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2014 Tentang Tata Cara
Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Secara Terbuka di Lingkungan
Instansi Pemerintah;
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 39/PMK.01/2009 tentang Pola
Mutasi Jabatan Karier di Lingkungan Departemen Keuangan;
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 60/PMK.01/2016 tentang
Manajemen Talenta Kementerian Keuangan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 161/PMK.01/2017;
7. Peraturan Menteri Keuangan nomor 190/PMK.01/2018 tentang Kode Etik
dan Kode Perilaku Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kementerian
Keuangan;
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 224/PMK.01/2020 tentang
Manajemen Karier di Lingkungan Kementerian Keuangan;
9. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 342/KMK.09/2011 tentang
Penugasan kepada Inspektur Jenderal untuk Mengoordinasikan
Permintaan Informasi Transaksi Keuangan Mencurigakan
Pejabat/Pegawai Kementerian Keuangan Kepada Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan; dan
10. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 277/KMK.09/2017 tentang
Mekanisme Penyampaian Laporan Harta Kekayaan dan Pajak-Pajak
Pribadi Pejabat/Pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan.

E. Pihak yang terlibat


1. Inspektorat Jenderal; dan
2. Pemohon informasi terkait clearance:
a. Menteri Keuangan,
b. Wakil Menteri Keuangan,
c. Pimpinan unit Eselon I/Non Eselon yang bertanggungjawab langsung
kepada Menteri Keuangan,
d. Kepala Biro Sumber Daya Manusia sebagai pengelola Sumber Daya
Manusia di level Kementerian,
-5-
e. Pimpinan unit Eselon II yang menangani bidang kepegawaian di
lingkungan unit Eselon I/Non Eselon yang bertanggungjawab
langsung kepada Menteri Keuangan dhi. Biro Umum Sekretariat
Jenderal, Sekretariat Direktorat Jenderal, Sekretariat Inspektorat
Jenderal, Sekretariat Badan, dan Sekretariat Lembaga National Single
Window (LNSW), serta
f. Unit Kepatuhan Internal Eselon I dan LNSW.

F. Keluaran (Output)
Keluaran akhir SOP ini adalah Nota Dinas Penyampaian Informasi atau atau
Nota Dinas/Surat Penolakan Pemberian Informasi Clearance Pegawai terkait
Clearance Pegawai Kementerian Keuangan, dan pada masing-masing
tahapan proses mempunyai keluaran antara lain sebagai berikut:

No. Tahapan Proses Keluaran Keterangan


1. Permintaan ND Permintaan Pemohon informasi terkait
Informasi dari Informasi clearance mengirimkan ND tujuan
Pemohon. permintaan informasi, daftar
pegawai yang dimintakan
informasi, serta informasi yang
dibutuhkan, dengan
memperhatikan waktu pengusulan
permintaan informasi Clearance.
2. Penanganan a. ND Sesuai dengan SOP Penanganan
Permintaan Penyampaian Permintaan Informasi terkait
Informasi terkait Informasi Clearance Pegawai.
Clearance Clearance
Pegawai. b. ND Penolakan
Clearance

3. Pengelolaan 1. Database Setelah menerima informasi terkait


database dan informasi terkait clearance dari Inspektorat Jenderal,
tindak lanjut clearance masing- unit pemohon informasi clearance
pengamanan masing unit mengelola informasi ke dalam
informasi terkait Eselon I/LNSW database dan memastikan
clearance. keamanan informasi terkait
clearance pegawai di unitnya.

Database ini juga digunakan secara


berkesinambungan oleh unit
pengelola kepegawaian masing-
masing unit Eselon I/LNSW untuk
pertimbangan awal dalam
pengusulan mutasi/promosi dan
penelusuran rekam jejak/clearance
berikutnya.
-6-
G. Jangka Waktu Penyelesaian Kegiatan

Jangka waktu penyelesaian SOP Clearance, antara lain:

No. Tahapan Proses Waktu penyelesaian Keterangan


1. Permintaan Usulan dengan jumlah pegawai yang *) sebagaimana
Informasi dari diajukan sampai dengan 50 (lima tabel dibawah
Pemohon. puluh) pegawai paling tidak ini.
disampaikan 5 (lima) hari kerja
efektif sebelum tenggat waktu yang
ditetapkan oleh peminta informasi.
Bila dalam 1 (satu) permintaan
clearance terdapat lebih dari 50 (lima
puluh) pegawai yang dimintakan
informasinya, maka waktu
pengajuan menyesuaikan jumlah
kelipatannya. *)
2. Penanganan Lima hari kerja efektif untuk setiap Sesuai dengan
Permintaan 50 (lima puluh) pegawai yang SOP
Informasi terkait dimintakan clearance, terhitung Penanganan
Clearance sejak Nota Dinas beserta e-mail Permintaan
Pegawai. softcopy Permintaan Informasi Informasi terkait
diterima. Bila dalam 1 (satu) Clearance
permintaan clearance terdapat lebih Pegawai.
dari 50 (lima puluh) pegawai yang
dimintakan informasinya, maka
waktu pengajuan menyesuaikan
jumlah kelipatannya.
3. Pengelolaan a. Pengelolaan database dilakukan
database dan segera setelah informasi terkait
tindak lanjut clearance diterima oleh unit
pengamanan pengelola kepegawaian unit Eslon
informasi terkait I/LNSW;
clearance. b. Pengamanan informasi terkait
clearance dilakukan secara
berkesinambungan/terus
menerus.

*) Keterangan Waktu Penyelesaian pada Tahapan Proses nomor 1.

No Jumlah Pegawai Norma Waktu


1 Sampai dengan 50 5 hari kerja
2 51 s.d. 100 10 hari kerja
3 101 s.d. 150 15 hari kerja
4 151 s.d. 200 20 hari kerja
5 201 s.d. 250 dst. dengan 25 hari kerja dst. bertambah 5 hari
kelipatan 50 pegawai kerja setiap kelipatan 50 pegawai
-7-
H. Bagan arus (Flowchart)

Pemohon Informasi
terkait Clearance

Permintaan dan Pengelolaan


Informasi terkait Clearance
Pegawai Kementerian
Keuangan

Penanganan Permintaan
Informasi terkait Clearance
Permintaan informasi Pegawai
clearance pegawai Pengelolaan database dan
Permintaan informasi terkait tindak lanjut pengamanan
clearance pegawai informasi terkait clearance
Kementerian Keuangan yang diterima dari
Penanganan Permintaan
Inspektorat Jenderal
Informasi terkait unit
organisasi untuk keperluan
Permintaan informasi clearance unit organisasi untuk keperluan pengusulan dalam rangka
pengusulan dalam rangka Zona Integritas WBK/WBBM Zona Integritas WBK/WBBM

Unit Eselon I dan Unit


Pemohon Informasi 9.9 Inspektorat Bidang Organisasi non Eselon Yang
terkait Clearance Investigasi Bertanggung Jawab Langsung
Kepada Menteri Keuangan
-8-
59. SOP Link Penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA) dan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Induk BA-015 Kementerian Keuangan
A. Deskripsi

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)


Penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA) dan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) Induk BA-015 Kementerian Keuangan
Nomor SOP-59/Link/2021
Tanggal Penetapan: Desember 2021

Merupakan proses kesinambungan antar SOP terkait (SOP-Link) pada masing-


masing unit organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan dalam rangka
menyusun Penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA) dan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Induk BA-015 Kementerian Keuangan.

B. Daftar Istilah
1. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-K/L) BA-
015 Kementerian Keuangan adalah dokumen rencana keuangan tahunan
Kementerian/Lembaga yang disusun menurut bagian anggaran
Kementerian/Lembaga.
2. Rencana Pembangunan Tahunan Kementerian Negara/Lembaga atau
Rencana Kerja Kementerian/Lembaga yang selanjutnya disebut Renja K/L
adalah dokumen perencanaan Kementerian/Lembaga untuk periode 1 (satu)
tahun.
3. Pagu Indikatif adalah ancar-ancar pagu anggaran yang diberikan kepada
Kementerian/Lembaga sebagai pedoman dalam penyusunan Renja-K/L.
4. Pagu Anggaran adalah batas tertinggi anggaran yang dialokasikan kepada
Kementerian/ Lembaga dalam rangka penyusunan RKA-K/L.
5. Alokasi Anggaran adalah batas tertinggi anggaran pengeluaran yang
dialokasikan kepada Kementerian/Lembaga berdasarkan hasil pembahasan
Rancangan APBN yang dituangkan dalam berita acara hasil kesepakatan
Pembahasan Rancangan APBN antara Pemerintah dan DPR.
6. Kinerja adalah prestasi kerja berupa keluaran dari suatu kegiatan atau hasil
dari suatu program dengan kuantitas dan kualitas terukur.
7. Program adalah penjabaran kebijakan kementerian/ lembaga di bidang
tertentu yang dilaksanakan dalam bentuk upaya yang berisi satu atau
beberapa kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan
untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misinya yang
-9-
dilaksanakan instansi atau masyarakat dalam koordinasi
Kementerian/Lembaga yang bersangkutan.
8. Kegiatan adalah nomenklatur yang menggambarkan aktivitas yang
dilakukan oleh unit kerja Kementerian/Lembaga yang bersangkutan untuk
menunjang Program yang telah ditentukan.
9. Reviu RKA-K/L adalah penelaahan atas penyusunan dokumen rencana
keuangan yang bersifat tahunan berupa RKA-K/L oleh auditor APIP K/L
yang kompeten, untuk memberikan keyakinan terbatas (limited assurance)
bahwa RKAK/L telah disusun berdasarkan Pagu Anggaran K/L dan/atau
Alokasi Anggaran K/L yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan Menteri
PPN/Kepala Bappenas, Renja K/L, RKP hasil kesepakatan pemerintah
dengan DPR-RI dalam pembicaraan pendahuluan rancangan APBN, standar
biaya, dan kebijakan pemerintah lainnya serta memenuhi kaidah
perencanaan penganggaran dalam upaya membantu Menteri/Pimpinan
Lembaga untuk menghasilkan RKA-K/L yang berkualitas.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup SOP Penyusunan Rencana Kerja Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga (RKA-K/L) BA-015 Kementerian Keuangan dimaksud sebagai
berikut:
1. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang
bertanggungjawab langsung kepada Menteri Keuangan melaksanakan Joint
Planning Session;
2. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Kementerian PPN/Bappenas
melaksanakan Bilateral Meeting dalam rangka penyusunan Rancangan Awal
Renja (Forward Estimate dan review Struktur Renja);
3. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang
bertanggungjawab langsung kepada Menteri Keuangan melaksanakan
pemutakhiran dan pembahasan Angka Dasar Kementerian Keuangan TA
yang direncanakan;
4. Biro Perencanaan dan Keuangan bersama Biro dan/atau Pusat selaku
Resource Owner melaksanakan Resource Forum;
5. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang
bertanggungjawab langsung kepada Menteri Keuangan melaksanakan one
on one meeting pembahasan usulan Kegiatan Strategis TA yang
direncanakan;
6. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang
bertanggungjawab langsung kepada Menteri Keuangan melaksanakan
Bilateral Meeting TA yang direncanakan;
7. Biro Perencanaan dan Keuangan, DJA, dan Kementerian PPN/Bappenas
melaksanakan Trilateral Meeting Pagu Indikatif Kementerian Keuangan TA
yang direncanakan;
8. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang
bertanggungjawab langsung kepada Menteri Keuangan melaksanakan
perbaikan Rancangan Awal Renja K/L Kementerian Keuangan TA yang
direncanakan berdasarkan kesepakatan Trilateral Meeting;
9. Kementerian Keuangan melaksanakan Raker dengan Komisi XI DPR
pembahasan Pagu Indikatif Kementerian Keuangan TA yang direncanakan
(Rapim);
- 10 -
10. Menteri Keuangan dan Menteri PPN/Kepala Bappenas melaksanakan
penyusunan dan penyampaian Surat Bersama Menteri Keuangan dan
Menteri PPN/Kepala Bappenas tentang Pagu Anggaran Kementerian
Keuangan TA yang direncanakan kepada Kementerian Keuangan;
11. Biro Perencanaan dan Keuangan, DJA, Menteri PPN/Kepala Bappenas
melaksanakan Trilateral Meeting Pagu Anggaran Kementerian Keuangan TA
yang direncanakan;
12. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang
bertanggungjawab langsung kepada Menteri Keuangan melaksanakan
Pemutakhiran Rancangan Rencana Kerja Kementerian Lembaga menjadi
Rencana Kerja Kementerian/Lembaga Kementerian Keuangan TA yang
direncanakan;
13. Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang bertanggungjawab langsung kepada
Menteri Keuangan melaksanakan penyusunan RKA-K/L Pagu Anggaran
Kementerian Keuangan TA yang direncanakan;
14. Biro Perencanaan dan Keuangan melaksanakan penelitian RKA-K/L Pagu
Anggaran Kementerian Keuangan TA yang direncanakan;
15. Inspektorat Jenderal melaksanakan reviu RKAK/L Pagu Anggaran
Kementerian Keuangan TA yang direncanakan;
16. Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang bertanggungjawab langsung kepada
Menteri Keuangan melaksanakan perbaikan atau penyesuaian RKA-K/L
Pagu Anggaran TA yang direncanakan berdasarkan catatan hasil reviu RKA-
K/L Kementerian Keuangan oleh Inspektorat Jenderal dan catatan hasil
penelitian oleh Biro Perencanaan dan Keuangan;
17. Menteri Keuangan menandatangani dan menyampaikan RKA-K/L Pagu
Anggaran Kementerian Keuangan TA yang direncanakan oleh Menteri
Keuangan selaku Pimpinan Kementerian/Lembaga;
18. Kementerian Keuangan (Biro Perencanaan dan Keuangan dan Unit Eselon
I/Unit Non Eselon yang bertanggungjawab langsung kepada Menteri
Keuangan) melaksanakaan penelaahan RKA-K/L Pagu Anggaran
Kementerian Keuangan TA yang direncanakan bersama Direktorat Jenderal
Anggaran dan Kementerian PPN/Bappenas;
19. Kementerian Keuangan melaksanakan Raker dengan Komisi XI DPR RI
membahas RKA K/L Pagu Anggaran Kementerian Keuangan TA yang
direncanakan, disertai dengan pendalaman RKA masing-masing Unit Eselon
I/Unit Non Eselon yang bertanggungjawab langsung kepada Menteri
Keuangan;
20. Biro Perencanaan dan Keuangan, DJA, dan Menteri PPN/Kepala Bappenas
melaksanakan Trilateral Meeting Alokasi Anggaran Kementerian Keuangan;
21. Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang bertanggungjawab langsung kepada
Menteri Keuangan melaksanakan Penyusunan RKA-K/L Pagu Alokasi
Anggaran Kementerian Keuangan TA yang direncanakan;
22. Biro Perencanaan dan Keuangan melaksanakan Penelitian RKA-K/L Pagu
Alokasi Anggaran Kementerian Keuangan TA yang direncanakan;
23. Inspektorat Jenderal melaksanakan reviu RKA K/L Pagu Alokasi Anggaran
Kementerian Keuangan TA yang direncanakan;
24. Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang bertanggungjawab langsung kepada
Menteri Keuangan melaksanakan perbaikan atau penyesuaian RKA-K/L
Pagu Alokasi Anggaran Kementerian Keuangan TA yang direncanakan
berdasarkan catatan hasil reviu RKA-K/L oleh Inspektorat Jenderal dan
catatan hasil penelitian oleh Biro Perencanaan dan Keuangan;
- 11 -
25. Menteri Keuangan menandatangani dan menyampaikan RKA-K/L Pagu
Alokasi Anggaran Kementerian Keuangan TA yang direncanakan oleh
Menteri
Keuangan selaku Pimpinan Kementerian/Lembaga;
26. Kementerian Keuangan (Biro Perencanaan dan Keuangan dan Unit Eselon
I/Unit Non Eselon yang bertanggungjawab langsung kepada Menteri
Keuangan) melaksanakan penelaahan RKA-K/L Pagu Alokasi Anggaran
Kementerian Keuangan TA yang direncanakan bersama Direktorat Jenderal
Anggaran dan Kementerian PPN/Bappenas;
27. Kementerian Keuangan melaksanakan Raker dengan Komisi XI DPR RI
membahas RKA K/L Pagu Alokasi Anggaran Kementerian Keuangan TA yang
direncanakan;
28. DJA menyusun DHP RKA-K/L Kementerian Keuangan TA yang
direncanakan;
29. Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang bertanggungjawab langsung kepada
Menteri Keuangan menyusun dan menandatangani DIPA Induk menurut
Bagian Anggaran TA yang direncanakan;
30. DJA melaksanakan Validasi DIPA Induk Kementerian Keuangan TA yang
direncanakan;
31. DJA melaksanakan pengesahan DIPA TA yang direncanakan untuk Bagian
Anggaran Kementerian Keuangan.

D. Dasar Hukum
1. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 1 Tahun 2021 tentang Tata
Cara Penyusunan, Penelaahan, dan Perubahan Rencana Kerja Kementerian/
Lembaga;
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 208/PMK.02/2019 tentang Petunjuk
Penyusunan Dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga dan Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran;
3. PER-5/AG/2020 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penelaahan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga dan Pengesahan Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran.

E. Pihak yang terlibat


1. Menteri Keuangan;
2. Menteri PPN/Kepala Bappenas;
3. Unit Eselon I dan Unit Non Eselon yang bertanggungjawab langsung kepada
Menteri Keuangan;
4. Inspektorat VI, Inspektorat Jenderal;
5. Biro Perencanaan dan Keuangan, Sekretariat Jenderal;
6. Direktorat Anggaran Bidang Perekonomian dan Kemaritiman, Direktorat
Jenderal Anggaran;
7. Direktorat Keuangan Negara dan Analisis Moneter, Kementerian
PPN/Bappenas.
- 12 -

F. Keluaran (Output)
Keluaran akhir SOP ini adalah Rencana Kerja Anggaran (RKA) dan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Induk BA-015 Kementerian Keuangan, dan pada
masing-masing tahapan proses mempunyai keluaran antara lain sebagai
berikut:

No Tahapan Proses Keluaran Keterangan


1. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Laporan Hasil
Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang Pelaksanaan
bertanggungjawab langsung kepada Joint
Planning
Menteri Keuangan melaksanakan Joint
Session.
Planning Session.
2. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Matriks
Kementerian PPN/Bappenas Forward
melaksanakan Bilateral Meeting dalam Estimate dan
review Struktur
rangka penyusunan Rancangan Awal
Renja.
Renja (Forward Estimate dan review
Struktur Renja).
3. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Naskah Dinas
Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang Penyampaian
bertanggungjawab langsung kepada Angka Dasar
Menteri Keuangan melaksanakan Kementerian
pemutakhiran dan pembahasan Angka Keuangan TA
Dasar Kementerian Keuangan TA yang yang
direncanakan. direncanakan.
4. Biro Perencanaan dan Keuangan Kebijakan
bersama Biro dan/atau Pusat selaku Umum
Resource Owner melaksanakan penyusunan
Resource Forum. Rencana Kerja
Kementerian
Keuangan TA.
5. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Rekapitulasi
Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang Usulan
bertanggungjawab langsung kepada Kegiatan
Strategis yang
Menteri Keuangan melaksanakan one
disetujui.
on one meeting pembahasan usulan
Kegiatan Strategis TA yang
direncanakan.
6. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Nota Dinas
Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang Laporan
bertanggungjawab langsung kepada Pelaksanaan
Bilateral
Menteri Keuangan melaksanakan
Meeting.
Bilateral Meeting TA yang
direncanakan.
- 13 -
No Tahapan Proses Keluaran Keterangan
7. Biro Perencanaan dan Keuangan, DJA, Berita Acara
dan Kementerian PPN/Bappenas Trilateral
melaksanakan Trilateral Meeting Pagu Meeting.
Indikatif Kementerian Keuangan TA
yang direncanakan.
8. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Catatan
Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang Penelaahan
bertanggungjawab langsung kepada RKA-K/L Pagu
Anggaran.
Menteri Keuangan melaksanakan
perbaikan Rancangan Awal Renja K/L
Kementerian Keuangan TA yang
direncanakan berdasarkan
kesepakatan Trilateral Meeting.
9. Kementerian Keuangan melaksanakan Laporan
Raker dengan Komisi XI DPR Singkat
pembahasan Pagu Indikatif (Lapsing) Raker
Kementerian Keuangan TA yang DPR
direncanakan (Rapim). Pagu Indikatif
Kementerian
Keuangan TA
yang
direncanakan.
10. Menteri Keuangan dan Menteri Surat Bersama
PPN/Kepala Bappenas melaksanakan Menteri
penyusunan dan penyampaian Surat Keuangan dan
Menteri
Bersama Menteri Keuangan dan
PPN/Kepala
Menteri PPN/Kepala Bappenas tentang Bappenas
Pagu Anggaran Kementerian tentang Pagu
Keuangan TA yang direncanakan Anggaran
kepada Kementerian Keuangan. kepada
Kementerian
Keuangan.
11. Biro Perencanaan dan Keuangan, DJA, Berita Acara
Menteri PPN/Kepala Bappenas Trilateral
melaksanakan Trilateral Meeting Pagu Meeting.
Anggaran Kementerian Keuangan TA
yang direncanakan.
12. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Renja.
Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang
bertanggungjawab langsung kepada
Menteri Keuangan melaksanakan
Pemutakhiran Rancangan Rencana
Kerja Kementerian Lembaga menjadi
Rencana Kerja Kementerian/Lembaga
- 14 -
No Tahapan Proses Keluaran Keterangan
Kementerian Keuangan TA yang
direncanakan.
13. Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang RKA-K/L Pagu
bertanggungjawab langsung kepada Anggaran.
Menteri Keuangan melaksanakan
penyusunan RKA-K/L Pagu Anggaran
Kementerian Keuangan TA yang
direncanakan.
14. Biro Perencanaan dan Keuangan Catatan Hasil
melaksanakan penelitian RKA-K/L Penelitian Pagu
Pagu Anggaran Kementerian Anggaran.
Keuangan TA yang direncanakan
15. Inspektorat Jenderal melaksanakan Hasil Reviu Disampaikan
reviu RKAK/L Pagu Anggaran Pagu Anggaran. oleh Inspektur
Kementerian Keuangan TA yang VI ke pemohon
direncanakan. (Kepala Biro
Perencanaan
dan
Keuangan/
Sekretaris UE
I/ Sekretaris
LNSW)
ditembuskan
ke Kepala Biro
Perencanaan
dan Keuangan.
16. Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang Perbaikan RKA-
bertanggungjawab langsung kepada K/L Pagu
Menteri Keuangan melaksanakan Anggaran.
perbaikan atau penyesuaian RKA-K/L
Pagu Anggaran TA yang direncanakan
berdasarkan catatan hasil reviu RKA-
K/L Kementerian Keuangan oleh
Inspektorat Jenderal dan catatan hasil
penelitian oleh Biro Perencanaan dan
Keuangan.
17. Menteri Keuangan menandatangani Surat
dan menyampaikan RKA-K/L Pagu Penyampaian
Anggaran Kementerian Keuangan TA RKA-K/L Pagu
Anggaran.
yang direncanakan oleh Menteri
Keuangan selaku Pimpinan
Kementerian/Lembaga.
- 15 -
No Tahapan Proses Keluaran Keterangan
18. Kementerian Keuangan (Biro Catatan
Perencanaan dan Keuangan dan Unit Penelaahan
Eselon I/Unit Non Eselon yang RKA-K/L Pagu
Anggaran.
bertanggungjawab langsung kepada
Menteri Keuangan) melaksanakaan
penelaahan RKA-K/L Pagu Anggaran
Kementerian Keuangan TA yang
direncanakan bersama Direktorat
Jenderal Anggaran dan Kementerian
PPN/Bappenas.
19. Kementerian Keuangan melaksanakan Laporan
Raker dengan Komisi XI DPR RI Singkat
membahas RKA K/L Pagu Anggaran (Lapsing) Raker
Kementerian Keuangan TA yang DPR
direncanakan, disertai dengan Pagu Anggaran.
pendalaman RKA masing-masing Unit
Eselon I/Unit Non Eselon yang
bertanggungjawab langsung kepada
Menteri Keuangan.
20. Biro Perencanaan dan Keuangan, DJA, Berita Acara
dan Menteri PPN/Kepala Bappenas Trilateral
melaksanakan Trilateral Meeting Meeting.
Alokasi Anggaran Kementerian
Keuangan.
21. Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang RKA-K/L Pagu
bertanggungjawab langsung kepada Alokasi
Menteri Keuangan melaksanakan Anggaran.
Penyusunan RKA-K/L Pagu Alokasi
Anggaran Kementerian Keuangan TA
yang direncanakan .
22. Biro Perencanaan dan Keuangan Catatan Hasil
melaksanakan Penelitian RKA-K/L Penelitian Pagu
Pagu Alokasi Anggaran Kementerian Alokasi
Anggaran.
Keuangan TA yang direncanakan.
23. Inspektorat Jenderal melaksanakan Catatan Hasil
reviu RKA K/L Pagu Alokasi Anggaran Reviu Pagu
Kementerian Keuangan TA yang Alokasi
Anggaran.
direncanakan.
24. Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang Perbaikan RKA-
bertanggungjawab langsung kepada K/L Pagu
Menteri Keuangan melaksanakan Alokasi
Anggaran.
perbaikan atau penyesuaian RKA-K/L
Pagu Alokasi Anggaran Kementerian
- 16 -
No Tahapan Proses Keluaran Keterangan
Keuangan TA yang direncanakan
berdasarkan catatan hasil reviu RKA-
K/L oleh Inspektorat Jenderal dan
catatan hasil penelitian oleh Biro
Perencanaan dan Keuangan.
25. Menteri Keuangan menandatangani Surat
dan menyampaikan RKA-K/L Pagu Penyampaian
Alokasi Anggaran Kementerian RKA-K/L Pagu
Keuangan TA yang direncanakan oleh Alokasi
Menteri Keuangan selaku Pimpinan Anggaran.
Kementerian/Lembaga.
26. Kementerian Keuangan (Biro Catatan
Perencanaan dan Keuangan dan Unit Penelaahan
Eselon I/Unit Non Eselon yang RKA-K/L Pagu
Alokasi
bertanggungjawab langsung kepada
Anggaran.
Menteri Keuangan) melaksanakan
penelaahan RKA-K/L Pagu Alokasi
Anggaran Kementerian Keuangan TA
yang direncanakan bersama
Direktorat Jenderal Anggaran dan
Kementerian PPN/Bappenas.
27. Kementerian Keuangan melaksanakan Laporan
Raker dengan Komisi XI DPR RI Singkat
membahas RKA K/L Pagu Alokasi (Lapsing) Raker
DPR Alokasi
Anggaran Kementerian Keuangan TA
Anggaran
yang direncanakan. (Rapim).
28. DJA menyusun DHP RKA-K/L DHP RKA-K/L.
Kementerian Keuangan TA yang
direncanakan.
29. Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang DIPA Induk
bertanggungjawab langsung kepada menurut
Menteri Keuangan menyusun dan Bagian
menandatangani DIPA Induk menurut Anggaran yang
Bagian Anggaran TA yang dikuasainya.
direncanakan.
30. DJA melaksanakan Validasi DIPA DIPA Induk
Induk Kementerian Keuangan TA yang yang telah
direncanakan. tervalidasi.
31. DJA melaksanakan pengesahan DIPA DIPA untuk
TA yang direncanakan untuk Bagian Bagian
Anggaran Kementerian Keuangan. Anggaran
Kementerian/
Lembaga yang
telah disahkan.
- 17 -

G. Jangka Waktu Penyelesaian Kegiatan


Jangka waktu penyelesaian SOP Penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA)
dan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Induk BA-015 Kementerian
Keuangan, antara lain:

Waktu
No Tahapan Proses Keterangan
Penyelesaian
1. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Desember TA
Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang 20xx-2.
bertanggungjawab langsung kepada
Menteri Keuangan melaksanakan
Joint Planning Session.
2. Biro Perencanaan dan Keuangan dan November TA Waktu
Kementerian PPN/Bappenas 20xx-2 – pelaksanaan
melaksanakan Bilateral Meeting Februari TA kegiatan sesuai
20xx-1.
dalam rangka penyusunan dengan jadwal
Rancangan Awal Renja (Forward dari Bappenas
Estimate dan review Struktur Renja). dan DJA.
3. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Januari -
Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang Maret TA
bertanggungjawab langsung kepada 20xx-1.
Menteri Keuangan melaksanakan
pemutakhiran dan pembahasan
Angka Dasar Kementerian Keuangan
TA yang direncanakan.
4. Biro Perencanaan dan Keuangan Februari –
bersama Biro dan/atau Pusat selaku Maret TA
Resource Owner melaksanakan 20xx-1.
Resource Forum.
5. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Maret – April
Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang TA 20xx-1.
bertanggungjawab langsung kepada
Menteri Keuangan melaksanakan one
on one meeting pembahasan usulan
Kegiatan Strategis TA yang
direncanakan.
6. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Maret – April
Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang TA 20xx-1.
bertanggungjawab langsung kepada
Menteri Keuangan melaksanakan
Bilateral Meeting TA yang
direncanakan.
- 18 -
Waktu
No Tahapan Proses Keterangan
Penyelesaian
7. Biro Perencanaan dan Keuangan, Maret – April Waktu
DJA, dan Kementerian TA 20xx-1. pelaksanaan
PPN/Bappenas melaksanakan kegiatan sesuai
Trilateral Meeting Pagu Indikatif dengan jadwal
Kementerian Keuangan TA yang dari Bappenas
direncanakan. dan DJA.
8. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Maret – April
Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang TA 20xx-1.
bertanggungjawab langsung kepada
Menteri Keuangan melaksanakan
perbaikan Rancangan Awal Renja
K/L Kementerian Keuangan TA yang
direncanakan berdasarkan
kesepakatan Trilateral Meeting.
9. Kementerian Keuangan April – Mei TA Waktu
melaksanakan Raker dengan Komisi 20xx-1. pelaksanaan
XI DPR pembahasan Pagu Indikatif kegiatan sesuai
Kementerian Keuangan TA yang dengan jadwal
direncanakan (Rapim). Komisi XI.
10. Menteri Keuangan dan Menteri Juli - Agustus Waktu
PPN/Kepala Bappenas melaksanakan TA 20xx-1. pelaksanaan
penyusunan dan penyampaian Surat kegiatan sesuai
Bersama Menteri Keuangan dan dengan jadwal
Menteri PPN/Kepala Bappenas dari Bappenas.
tentang Pagu Anggaran Kementerian
Keuangan TA yang direncanakan
kepada Kementerian Keuangan.
11. Biro Perencanaan dan Keuangan, Juli - Agustus Waktu
DJA, Menteri PPN/Kepala Bappenas TA 20xx-1. pelaksanaan
melaksanakan Trilateral Meeting kegiatan sesuai
Pagu Anggaran Kementerian dengan jadwal
Keuangan TA yang direncanakan. dari Bappenas.
12. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Juli - Agustus
Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang TA 20xx-1.
bertanggungjawab langsung kepada
Menteri Keuangan melaksanakan
Pemutakhiran Rancangan Rencana
Kerja Kementerian Lembaga menjadi
Rencana Kerja
Kementerian/Lembaga Kementerian
Keuangan TA yang direncanakan.
- 19 -
Waktu
No Tahapan Proses Keterangan
Penyelesaian
13. Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang Juli - Agustus
bertanggungjawab langsung kepada TA 20xx-1.
Menteri Keuangan melaksanakan
penyusunan RKA-K/L Pagu
Anggaran Kementerian Keuangan TA
yang direncanakan.
14. Biro Perencanaan dan Keuangan Juli - Agustus
melaksanakan penelitian RKA-K/L TA 20xx-1.
Pagu Anggaran Kementerian
Keuangan TA yang direncanakan.
15. Inspektorat Jenderal melaksanakan Maksimal 20
reviu RKAK/L Pagu Anggaran hari kerja pada
Kementerian Keuangan TA yang Juli - Agustus
direncanakan. TA 20xx-1.
16. Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang Juli - Agustus
bertanggungjawab langsung kepada TA 20xx-1.
Menteri Keuangan melaksanakan
perbaikan atau penyesuaian RKA-
K/L Pagu Anggaran TA yang
direncanakan berdasarkan catatan
hasil reviu RKA-K/L Kementerian
Keuangan oleh Inspektorat Jenderal
dan catatan hasil penelitian oleh Biro
Perencanaan dan Keuangan.
17. Menteri Keuangan menandatangani Juli - Agustus Waktu
dan menyampaikan RKA-K/L Pagu TA 20xx-1. pelaksanaan
Anggaran Kementerian Keuangan TA kegiatan sesuai
yang direncanakan oleh Menteri dengan jadwal
Keuangan selaku Pimpinan dari DJA.
Kementerian/Lembaga.
18. Kementerian Keuangan (Biro Juli - Agustus
Perencanaan dan Keuangan dan Unit TA 20xx-1.
Eselon I/Unit Non Eselon yang
bertanggungjawab langsung kepada
Menteri Keuangan) melaksanakaan
penelaahan RKA-K/L Pagu Anggaran
Kementerian Keuangan TA yang
direncanakan bersama Direktorat
Jenderal Anggaran dan Kementerian
PPN/Bappenas.
- 20 -
Waktu
No Tahapan Proses Keterangan
Penyelesaian
19. Kementerian Keuangan Juli - Agustus Waktu
melaksanakan Raker dengan Komisi TA 20xx-1. pelaksanaan
XI DPR RI membahas RKA K/L Pagu kegiatan sesuai
Anggaran Kementerian Keuangan TA dengan jadwal
yang direncanakan, disertai dengan dari Komisi XI
pendalaman RKA masing-masing DPR RI.
Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang
bertanggungjawab langsung kepada
Menteri Keuangan.
20. Biro Perencanaan dan Keuangan, September - Waktu
DJA, dan Menteri PPN/Kepala Oktober TA pelaksanaan
Bappenas melaksanakan Trilateral 20xx-1. kegiatan sesuai
Meeting Alokasi Anggaran dengan jadwal
Kementerian Keuangan. dari Bappenas .
21. Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang September -
bertanggungjawab langsung kepada Oktober TA
Menteri Keuangan melaksanakan 20xx-1.
Penyusunan RKA-K/L Pagu Alokasi
Anggaran Kementerian Keuangan TA
yang direncanakan.
22. Biro Perencanaan dan Keuangan September -
melaksanakan Penelitian RKA-K/L Oktober TA
Pagu Alokasi Anggaran Kementerian 20xx-1.
Keuangan TA yang direncanakan.
23. Inspektorat Jenderal melaksanakan September -
reviu RKA K/L Pagu Alokasi Oktober TA
Anggaran Kementerian Keuangan TA 20xx-1.
yang direncanakan.
24. Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang September -
bertanggungjawab langsung kepada Oktober TA
Menteri Keuangan melaksanakan 20xx-1.
perbaikan atau penyesuaian RKA-
K/L Pagu Alokasi Anggaran
Kementerian Keuangan TA yang
direncanakan berdasarkan catatan
hasil reviu RKA-K/L oleh Inspektorat
Jenderal dan catatan hasil penelitian
oleh Biro Perencanaan dan
Keuangan.
25. Menteri Keuangan menandatangani September - Waktu
dan menyampaikan RKA-K/L Pagu Oktober TA pelaksanaan
Alokasi Anggaran Kementerian 20xx-1. kegiatan sesuai
Keuangan TA yang direncanakan
- 21 -
Waktu
No Tahapan Proses Keterangan
Penyelesaian
oleh Menteri Keuangan selaku dengan jadwal
Pimpinan Kementerian/Lembaga. dari DJA.
26. Kementerian Keuangan (Biro September -
Perencanaan dan Keuangan dan Unit Oktober TA
Eselon I/Unit Non Eselon yang 20xx-1.
bertanggungjawab langsung kepada
Menteri Keuangan) melaksanakan
penelaahan RKA-K/L Pagu Alokasi
Anggaran Kementerian Keuangan TA
yang direncanakan bersama
Direktorat Jenderal Anggaran dan
Kementerian PPN/Bappenas.
27. Kementerian Keuangan September - Waktu
melaksanakan Raker dengan Komisi Oktober TA pelaksanaan
XI DPR RI membahas RKA K/L Pagu 20xx-1. kegiatan sesuai
Alokasi Anggaran Kementerian dengan jadwal
Keuangan TA yang direncanakan. dari Komisi XI
DPR RI.
28. DJA menyusun DHP RKA-K/L Oktober -
Kementerian Keuangan TA yang November TA
direncanakan. 20xx-1.
29. Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang November - Waktu
bertanggungjawab langsung kepada Desember TA pelaksanaan
Menteri Keuangan menyusun dan 20xx-1. kegiatan sesuai
menandatangani DIPA Induk dengan jadwal
menurut Bagian Anggaran TA yang
direncanakan. dari DJA.
30. DJA melaksanakan Validasi DIPA November -
Induk Kementerian Keuangan TA Desember TA
yang direncanakan. 20xx-1.
31. DJA melaksanakan pengesahan DIPA November -
TA yang direncanakan untuk Bagian Desember TA
Anggaran Kementerian Keuangan. 20xx-1.
- 22 -
H. Bagan arus (Flowchart)

Bilateral Meeting dalam


rangka penyusunan Rancangan
Awal Renja (Forward Estimate
dan review Struktur Renja)

Pemutakhiran dan Trilateral Meeting Pagu


One on one meeting
pembahasan Angka Indikatif Kementerian
pembahasan usulan Bilateral Meeting TA
Joint Plannning Session Dasar Kementerian
Kegiatan Strategis TA yang direncanakan
Keuangan TA yang A
Keuangan TA yang direncanakan bersama
yang direncanakan
direncanakan Kementerian PPN/Bappenas

Resource Forum

Unit Eselon I dan Unit 2.3. Direktorat


Organisasi non Eselon Yang Resource Owner (Biro 1.1 Biro Perencanaan Anggaran Bidang
Bertanggung Jawab Langsung dan/atau Pusat) dan Keuangan Perekonomian dan
Kepada Menteri Keuangan Kemaritiman
- 23 -

Penyusunan dan penyampaian Surat Pemutakhiran Rancangan Rencana


Trilateral Meeting Pagu
Perbaikan Rancangan Awal Renja Pembahasan Pagu Bersama Menteri Keuangan dan Kerja Kementerian Lembaga Penyusunan RKA-K/L
Anggaran Kementerian
K/L Kementerian Keuangan TA Indikatif Kementerian Menteri PPN/Kepala Bappenas menjadi Rencana Kerja Pagu Anggaran
A yang direncanakan berdasarkan Keuangan TA yang tentang Pagu Anggaran Kementerian
Keuangan TA yang
Kementerian/Lembaga Kementerian Keuangan B
direncanakan bersama
kesepakatan Trilateral Meeting direncanakan (Rapim) Keuangan TA yang direncanakan Kementerian Keuangan TA yang TA yang direncanakan
Kementerian PPN/Bappenas
kepada Kementerian Keuangan direncanakan

2.3. Direktorat Unit Eselon I dan Unit


Anggaran Bidang 1.1 Biro Perencanaan Organisasi non Eselon Yang
Menteri Keuangan
Perekonomian dan dan Keuangan Bertanggung Jawab Langsung
Kemaritiman Kepada Menteri Keuangan
- 24 -

Raker dengan Komisi XI DPR RI membahas


Menandatangani dan
Perbaikan atau penyesuaian RKA- Penelaahan RKA-K/L Pagu RKA K/L Pagu Anggaran Kementerian
Penelitian RKA-K/L Pagu Reviu RKA-K/L Pagu menyampaikan RKA-K/L Pagu
K/L Pagu Anggaran TA yang Anggaran Kementerian Keuangan Keuangan TA yang direncanakan, disertai
Anggaran Kementerian Anggaran Kementerian Anggaran Kementerian Keuangan
B Keuangan TA yang Keuangan TA yang
direncanakan berdasarkan catatan
TA yang direncanakan oleh
TA yang direncanakan bersama dengan pendalaman RKA masing-masing C
hasil reviu Itjen dan catatan hasil DJA dan Kementerian PPN/ Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang
direncanakan direncanakan Menteri Keuangan selaku
penelitian Biro Cankeu Bappenas bertanggungjawab langsung kepada
Pimpinan K/L
Menteri Keuangan

Unit Eselon I dan Unit 2.3. Direktorat


Organisasi non Eselon Yang 1.1 Biro Perencanaan Anggaran Bidang
9.7 Inspektorat VI Menteri Keuangan
Bertanggung Jawab Langsung dan Keuangan Perekonomian dan
Kepada Menteri Keuangan Kemaritiman
- 25 -

Perbaikan atau penyesuaian RKA- Menandatangani dan


Trilateral Meeting Alokasi
Penyusunan RKA-K/L Penelitian RKA-K/L Pagu Reviu RKA-K/L Pagu K/L Pagu Alokasi Anggaran TA menyampaikan RKA-K/L Pagu
Anggaran Kementerian
Pagu Alokasi Anggaran Alokasi Anggaran Alokasi Anggaran yang direncanakan berdasarkan Alokasi Anggaran Kementerian
C Keuangan TA yang
Kementerian Keuangan Kementerian Keuangan Kementerian Keuangan catatan hasil reviu Itjen dan Keuangan TA yang direncanakan D
direncanakan bersama
TA yang direncanakan TA yang direncanakan TA yang direncanakan catatan hasil penelitian Biro oleh Menteri Keuangan selaku
Kementerian PPN/Bappenas
Cankeu Pimpinan K/L

2.3. Direktorat Unit Eselon I dan Unit


Anggaran Bidang 1.1 Biro Perencanaan Organisasi non Eselon Yang
9.7 Inspektorat VI Menteri Keuangan
Perekonomian dan dan Keuangan Bertanggung Jawab Langsung
Kemaritiman Kepada Menteri Keuangan
- 26 -

Penelaahan RKA-K/L Pagu Alokasi


Raker dengan Komisi XI DPR RI Penyusunan DHP RKA- Penyusunan dan Pengesahan DIPA TA
Anggaran Kementerian Keuangan Validasi DIPA Induk
membahas RKA K/L Pagu Alokasi K/L Kementerian penandatanganan DIPA Induk yang direncanakan
D TA yang direncanakan bersama
Anggaran Kementerian Keuangan Keuangan TA yang menurut Bagian Anggaran TA
Kementerian Keuangan
untuk Bagian Anggaran
DJA dan Kementerian PPN/ TA yang direncanakan
TA yang direncanakan direncanakan yang direncanakan Kementerian Keuangan
Bappenas

Unit Eselon I dan Unit 2.3. Direktorat


Organisasi non Eselon Yang Anggaran Bidang 1.1 Biro Perencanaan
Bertanggung Jawab Langsung Perekonomian dan dan Keuangan
Kepada Menteri Keuangan Kemaritiman
- 27 -
60. SOP Link Penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara (RKBMN) BA-015
Kementerian Keuangan
A. Deskripsi

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)


Penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara (RKBMN) BA-015
Kementerian Keuangan
Nomor SOP-60/Link/2021
Tanggal Penetapan: Desember 2021
Merupakan proses kesinambungan antar SOP terkait (SOP-Link) pada masing-
masing unit organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan dalam rangka
menyusun Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara (RKBMN) BA-015
Kementerian Keuangan.

B. Daftar Istilah
1. Barang Milik Negara, yang selanjutnya disingkat BMN, adalah semua barang
yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
2. Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab
menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan BMN,
yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.
3. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan BMN
Kementerian Keuangan, yang dilaksanakan oleh Biro Manajemen Barang
Milik Negara dan Pengadaan, Sekretariat Jenderal.
4. Pembantu Pengguna Barang Eselon I (PPB Eselon I) adalah pejabat di
lingkungan Unit Organisasi Eselon I Kementerian Keuangan, yaitu Sekretaris
Jenderal/Inspektur Jenderal/Direktur Jenderal/Kepala Badan/Kepala
Lembaga National Single Window, atau pejabat lain di lingkungan Unit
Organisasi Eselon I Kementerian Keuangan yang mendapatkan kewenangan
sebagai Pembantu Pengguna Barang Eselon I sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di lingkungan Kementerian Keuangan.
5. Pembantu Pengguna Barang Wilayah/Koordinator Wilayah (PPB Wilayah)
adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan BMN di lingkungan
Kementerian Keuangan, yaitu Kepala Kantor Wilayah.
6. Kuasa Pengguna Barang (KPB) adalah kepala satuan kerja (satker) atau
pejabat yang ditunjuk oleh Pengguna Barang untuk menggunakan barang
yang berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya.
7. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) adalah unit yang secara
fungsional melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian
- 28 -
Keuangan, yang dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian
Keuangan, serta bertanggungjawab langsung kepada Menteri Keuangan.
8. Perencanaan Kebutuhan BMN adalah kegiatan merumuskan rincian
kebutuhan BMN untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu
dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan
tindakan yang akan datang.
9. Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara (RKBMN), adalah dokumen
perencanaan BMN untuk periode 1 (satu) tahun.
10. Rencana Kebutuhan Pengadaan Barang Milik Negara (RKBMN Pengadaan)
adalah dokumen yang memuat daftar BMN yang direncanakan untuk
dilakukan pengadaan, yang telah terdapat standar barang dan standar
kebutuhan.
11. Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Negara(RKBMN
Pemeliharaan) adalah dokumen yang memuat daftar BMN yang direncanakan
untuk dilakukan pemeliharaan.
12. Laporan Hasil Review adalah hasil review APIP atas kebenaran dan
kelengkapan usulan RKBMN serta kepatuhan terhadap penerapan ketentuan
Perencanaan Kebutuhan BMN.
13. Hasil Penelitian RKBMN adalah dokumen hasil penelitian rencana kebutuhan
pengadaan dan pemeliharaan BMN yang disampaikan oleh Pengguna Barang
kepada Pengelola Barang.
14. Hasil Penelaahan RKBMN adalah dokumen penelaahan RKBMN antara
Pengguna Barang dan Pengelola Barang.
15. Reviu RKBMN adalah penelaahan atas penyusunan dokumen rencana
kebutuhan BMN yang bersifat tahunan berupa RKBMN oleh Auditor APIP K/L
yang kompeten, memberi keyakinan terbatas (limited assurance) bahwa
RKBMN telah disusun sesuai dengan ketentuan perencanaan kebutuhan
BMN.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup SOP Bertautan Penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik
Negara (RKBMN) BA-015 Kementerian Keuangan terdiri dari tahapan proses
sebagai berikut:
1. Kuasa Pengguna Barang (KPB) menyusun usulan RKBMN pengadaan dan
pemeliharaan serta menyampaikan kepada Pengguna Barang secara
berjenjang melalui Pembantu Pengguna Barang (PPB) Wilayah dan/atau PPB
Eselon I.
2. PPB Eselon I melakukan pengecekan dan analisis usulan RKBMN. Dalam hal
usulan:
a. Tidak lengkap dan/atau tidak benar, meminta Kuasa Pengguna Barang
untuk melengkapi dan/atau memperbaiki usulan RKBMN;
b. Lengkap, dilakukan analisis terhadap usulan RKBMN berdasarkan
ketentuan yang berlaku, dan menyampaikan kepada Pengguna Barang.
3. Menteri Keuangan c.q. Biro Manajemen Barang Milik Negara dan Pengadaan
selaku Pengguna Barang melakukan penelitian atas usulan RKBMN. Dalam
hal usulan:
- 29 -
a. Tidak lengkap dan/atau tidak benar, meminta PPB Eselon I untuk
melengkapi dan/atau memperbaiki usulan RKBMN;
b. Lengkap, dilakukan penelitian terhadap usulan RKBMN Kuasa Pengguna
Barang berdasarkan ketentuan yang berlaku, dan menyampaikan kepada
Inspektorat Jenderal selaku APIP Kementerian Keuangan.
4. APIP melakukan review atas usulan RKBMN dan menyampaikan Laporan
Hasil Review kepada Pengguna Barang.
5. Pengguna Barang menyampaikan Hasil Penelitian RKBMN kepada Pengelola
Barang.
6. Pengelola Barang melakukan penelaahan atas Hasil Penelitian RKBMN dan
menyampaikan Hasil Penelaahan RKBMN kepada Pengguna Barang.
7. Pengguna Barang menyampaikan Hasil Penelahaan RKBMN Pengadaan dan
Pemeliharaan BA-015 Kementerian Keuangan kepada:
a. Unit Eselon I;
b. Biro Perencanaan dan Keuangan.

D. Dasar Hukum
1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 150/PMK.06/2014 tentang Perencanaan
Kebutuhan Barang Milik Negara;
2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 450/KM.6/2014 tentang Modul
Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara Untuk Penyusunan Rencana
Kebutuhan Barang Milik Negara;
3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 174/KM.6/2016 tentang Perubahan
Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 450/KM.6/2014 tentang Modul
Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara Untuk Penyusunan Rencana
Kebutuhan Barang Milik Negara;
4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 332/KM.6/2016 tentang Modul Tata
Cara Reviu Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara Oleh Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah Kementerian/Lembaga;
5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 577/KM.6/2017 tentang Modul
Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara Untuk Penyusunan Rencana
Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas
Operasional Jabatan Di Dalam Negeri;
6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 622/KMK.01/2019 tentang Pedoman
Penyusunan, Penelitian, dan Penyampaian Rencana Kebutuhan Barang Milik
Negara Di Lingkungan Kementerian Keuangan;
7. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 32/KMK.01/2020 tentang Pelimpahan
Kewenangan Menteri Keuangan Selaku Pengguna Barang Dalam Bentuk
Mandat Kepada Para Pejabat Di Lingkungan Kementerian Keuangan;

E. Pihak yang terlibat


1. Kuasa Pengguna Barang/KPB;
2. Pembantu Pengguna Barang Wilayah/Eselon I (PPB Wilayah/UE 1);
3. Pengguna Barang;
4. APIP;
5. Pengelola Barang.
- 30 -

F. Keluaran (Output)
Keluaran SOP Bertautan Penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara
(RKBMN) BA-015 Kementerian Keuangan pada masing-masing tahapan proses
sebagai berikut:

No. Tahapan Proses Keluaran Keterangan


1. Penyusunan dan penyampaian Usulan RKBMN
usulan RKBMN tingkat KPB tingkat KPB.
secara berjenjang melalui PPB
Wilayah dan/atau PPB Unit
Eselon I.
2. Penelitian usulan RKBMN oleh Usulan RKBMN SOP
PPB Eselon I dan penyampaian tingkat Unit Eselon I. Penyusunan
kepada Pengguna Barang. RKBMN UE I.
3. Penelitian usulan RKBMN oleh Usulan RKBMN SOP Biro
Pengguna Barang dan tingkat Kementerian. Manajemen
penyampaian kepada APIP. BMN dan
Pengadaan:
1. SOP-1/SJ.7;
2. SOP-3/SJ.7.
4. Pelaksanaan reviu atas usulan 1. Laporan Hasil SOP Reviu
RKBMN tingkat Kementerian Review yang Usulan RKBMN
oleh APIP. dilampiri dengan Kementerian
Catatan Hasil Keuangan.
Reviu (CHR);
2. Pernyataan Telah Diunggah pada
Direviu (PTD); aplikasi SIMAN
3. Nota Dinas Hasil (Untuk Poin 1
Reviu RKBMN. dan 2).
Disampaikan
oleh Inspektur
VI ke Pengguna
Barang (Kepala
Biro
Manajemen
BMN dan
Pengadaan) dan
ditembuskan ke
Direktur BMN
DJKN dan
Kepala Biro
Perencanaan
dan Keuangan
(untuk poin 3).
- 31 -
No. Tahapan Proses Keluaran Keterangan
5. Penyusunan Laporan Hasil Laporan Hasil Review
Review atas usulan RKBMN (LHR).
tingkat Kementerian oleh APIP.
6. Penyampaian hasil penelitian Hasil Penelitian
RKBMN Pengguna Barang RKBMN.
kepada Pengelola Barang.
7. Penelaahan hasil penelitian Hasil Penelaahan SOP
RKBMN, penetapan, dan RKBMN. Penelaahan
penyampaian hasil penelaahan atas hasil
RKBMN oleh Pengelola Barang penelitian
kepada Pengguna Barang. RKBMN
Pengguna
Barang,
disampaikan
melalui Surat
Dirjen
Kekayaan
Negara atas
nama Menteri
Keuangan
kepada Menteri
Keuangan
selaku
Pengguna
Barang,
tembusan
kepada DJA
dan APIP.
8. Penyampaian Hasil Penelaahan Nota Dinas
RKBMN oleh Pengguna Barang Penyampaian Hasil
kepada Unit Eselon I dan Biro Penelaahan RKBMN
Perencanaan dan Keuangan.

G. Jangka Waktu Penyelesaian Kegiatan


Jangka waktu penyelesaian SOP Bertautan Penyusunan Rencana Kebutuhan
Barang Milik Negara (RKBMN) BA-015 Kementerian Keuangan, antara lain:

No. Tahapan Proses Waktu Penyelesaian Keterangan


1. Penyusunan dan a. Penyampaian
penyampaian usulan tingkat KPB paling
RKBMN tingkat KPB secara lambat minggu
berjenjang melalui PPB pertama bulan Juli;
- 32 -
No. Tahapan Proses Waktu Penyelesaian Keterangan
Wilayah dan/atau PPB Unit b. Penyampaian
Eselon I. kompilasi tingkat
koordinator
wilayah/PPB
Wilayah paling
lambat minggu
kedua bulan Juli.
2. Penelitian usulan RKBMN Paling lambat minggu
oleh PPB Eselon I dan kedua bulan Agustus.
penyampaian kepada
Pengguna Barang.
3. Penelitian usulan RKBMN 25 hari kerja. Sejak usulan
oleh Pengguna Barang dan RKBMN tingkat
penyampaian kepada APIP. PPB Eselon I
diterima.
4. Pelaksanaan reviu atas Maksimal 20 hari Sejak RKBMN
usulan RKBMN tingkat kerja. tingkat
Kementerian oleh APIP. Kementerian
diterima.
5. Penyusunan Laporan Hasil 20 hari kerja. Sejak
Review atas usulan RKBMN pelaksanaan
tingkat Kementerian oleh reviu.
APIP.
6. Penyampaian hasil penelitian 5 hari kerja. Sejak LHR
RKBMN Pengguna Barang diterima.
kepada Pengelola Barang.
7. Penelaahan hasil penelitian 30 hari kerja. Paling lambat
RKBMN, penetapan, dan minggu ketiga
penyampaian hasil bulan Februari
penelaahan RKBMN oleh tahun anggaran
Pengelola Barang kepada sebelumnya,
Pengguna Barang. sejak RKBMN
tingkat
Kementerian
diterima.
8. Penyampaian Hasil 10 hari kerja. Sejak hasil
Penelaahan RKBMN oleh penelaahan
Pengguna Barang kepada RKBMN diterima
Unit Eselon I dan Biro oleh Pengguna
Perencanaan dan Keuangan. Barang.
- 33 -
H. Bagan arus (Flowchart)

Permintaan kepada PPB


Permintaan kepada KPB
Eselon I untuk melengkapi
untuk melengkapi dan/atau
dan/atau memperbaiki
Usulan tidak lengkap memperbaiki usulan RKBMN Usulan tidak lengkap usulan RKBMN
dan/atau tidak benar dan/atau tidak benar
Penyusunan usulan RKBMN
Analisis terhadap usulan
pengadaan dan pemeliharaan serta Penelitian terhadap usulan
RKBMN berdasarkan
penyampaian kepada Pengguna Pengecekan atas usulan Penelitian atas usulan RKBMN KPB berdasarkan
Barang secara berjenjang melalui RKBMN
ketentuan yang berlaku, dan
RKBMN ketentuan yang berlaku, dan A
Usulan lengkap penyampaian kepada Usulan lengkap
Pembantu Pengguna Barang (PPB) penyampaian kepada Itjen
dan benar Pengguna Barang dan benar
Wilayah dan/atau PPB Eselon I

Pembantu Pengguna
Kuasa Pengguna Barang 1.7 Biro Manajemen
Barang Wilayah/Eselon
(KPB) BMN dan Pengadaan
I (PPB Wilayah/UE 1)
- 34 -

Penelaahan atas Hasil Penyampaian Hasil Penelahaan


Review atas usulan RKBMN
Penyampaian Hasil Penelitian RKBMN dan RKBMN Pengadaan dan
dan penyampaian Laporan
A Hasil Review kepada
Penelitian RKBMN kepada penyampaian Hasil Pemeliharaan BA-015
Pengelola Barang Penelaahan RKBMN kepada Kementerian Keuangan kepada
Pengguna Barang
Pengguna Barang UE I dan Biro Cankeu

1.7 Biro Manajemen 6.2. Direktorat Barang


9.7 Inspektorat VI
BMN dan Pengadaan Milik Negara
- 35 -
61. SOP Link Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Inspektorat Jenderal
A. Deskripsi

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)


Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Inspektorat Jenderal
Nomor SOP-61/Link/2021
Tanggal Penetapan: Desember 2021

Merupakan proses kesinambungan antar SOP terkait (SOP-Link) pada masing-


masing unit organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan dalam rangka
memantau tindak lanjut hasil pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat
Jenderal terhadap unit Eselon I dan non Eselon sebagai Klien Pengawasan.

B. Daftar Istilah
1. Pengawasan Intern adalah kegiatan yang independen dan objektif oleh
Inspektorat Jenderal dalam bentuk pemberian keyakinan/asurans (assurance
activities) dan konsultansi (consulting activities), antara lain berupa audit,
reviu, evaluasi, dan pemantauan, dan konsultansi (consulting activities) antara
lain berupa asistensi, fasilitasi, dan pelatihan, yang dirancang untuk memberi
nilai tambah dan meningkatkan efektivitas dari proses tata kelola, manajemen
risiko, dan pengendalian intern.
2. Pemantauan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pengawasan Inspektorat
Jenderal (Pemantauan TLRHP Itjen) adalah rangkaian kegiatan yang
dilaksanakan secara sistematis meliputi tahapan penyampaian tindak lanjut
Klien Pengawasan, penilaian terhadap tindak lanjut Klien Pengawasan,
penentuan dan penetapan status penyelesaian tindak Ianjut, dan pelaporan
hasil pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan.
3. Klien Pengawasan adalah unit kerja eselon I yang menjadi objek pelaksanaan
Pengawasan Intern oleh Inspektorat Jenderal.
4. Sistem Manajemen Pengawasan Intern (SMPI) adalah sistem informasi/
aplikasi yang dikembangkan/ digunakan oleh Inspektorat Jenderal untuk
mengelola pelaksanaan Pengawasan Intern.
5. Unit Kepatuhan Internal (UKI) adalah unit kerja pada masing-masing eselon I
yang ditunjuk/memiliki tugas untuk membantu manajemen dalam
melaksanakan pemantauan pengendalian intern sebagaimana dimaksud
dalam peraturan tentang pengendalian intern di lingkungan Kementerian
Keuangan.
- 36 -
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup SOP Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Inspektorat
Jenderal dimaksud sebagai berikut:
1. pelaksanaan tindak lanjut dan penyampaian tindak lanjut Klien Pengawasan
kepada Inspektorat Jenderal melalui SMPI atau nota dinas;
2. penilaian, penentuan, dan penetapan status penyelesaian tindak Ianjut oleh
Inspektorat Jenderal melalui SMPI, dan
3. pelaporan hasil pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan oleh Inspektur
kepada Inspektur Jenderal dan Unit Kepatuhan Internal Unit Eselon I/non
Eselon setiap triwulan, serta Inspektur Jenderal kepada Menteri Keuangan
setiap semester.

D. Dasar Hukum
1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 237/PMK.09/2016 tentang Tata Kelola
Pengawasan Intern di Lingkungan Kementerian Keuangan;
2. Peraturan Inspektur Jenderal Nomor PER-2/IJ/2011 tentang Percepatan
Penerapan Aplikasi CCH Teammate dalam Penyelenggaraan Manajemen
Pengawasan Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan;
3. Peraturan Inspektur Jenderal Nomor PER-2/IJ/2012 tentang Tata Cara dan
Langkah-Langkah Penerapan Aplikasi CCH Teammate sebagaimana diubah
terakhir dengan PER-4/IJ/2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Inspektur Jenderal Nomor PER-02/IJ/2012 tentang Tata Cara dan Langkah-
Langkah Penerapan Aplikasi CCH Teammate.
4. Peraturan Inspektur Jenderal Nomor PER-6/IJ/2020 tentang Pedoman
Pemantauan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pengawasan Inspektorat
Jenderal.

E. Pihak yang terlibat


1. Menteri Keuangan;
2. Inspektorat Jenderal;
3. Unit Eselon I/non Eselon sebagai Klien Pengawasan; dan
4. Unit Kepatuhan Internal unit Eselon I/non Eselon.
- 37 -
F. Keluaran (Output)
Keluaran akhir SOP Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Inpektorat
Jenderal adalah Updating Status Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pengawasan
Itjen pada sistem manajemen Pengawasan Intern (SMPI) dan penyampaian
pelaporan dari Inspektur ke Unit Kepatuhan Internal unit Eselon I/non Eselon
dan Inspektur Jenderal, serta Inspektur Jenderal ke Menteri Keuangan, pada
masing-masing tahapan proses mempunyai keluaran antara lain:

No. Tahapan Proses Keluaran Keterangan


1. Pelaksanaan tindak Nota Disampaikan oleh Klien
lanjut hasil dinas/notifikasi Pengawasan kepada
pengawasan dan tindak lanjut hasil Inspektorat Jenderal
penyampaian nota pengawasan dengan membuat uraian
dinas/notifikasi tindak penjelasan tindak lanjut
lanjut hasil yang memadai dan
pengawasan. mengunggah bukti
dokumen tindak lanjut
yang relevan sebelum
berakhirnya batas waktu
yang ditentukan dalam
LHA atau SMPI.
2. Penilaian, penentuan, Updating Status Dilaksanakan oleh
dan penetapan status Tindak Lanjut Inspektorat Jenderal.
tindak lanjut hasil Rekomendasi Hasil
pengawasan di Pengawasan
lingkungan unit Eselon Inspektorat
I/non Eselon, baik Jenderal pada
melalui sistem sistem manajemen
manajemen Pengawasan Intern
Pengawasan Intern (SMPI) Inspektorat
(SMPI) maupun di luar Jenderal.
aplikasi.
3. Pelaporan hasil Nota dinas Disampaikan oleh
pemantauan tindak rekapitulasi hasil Inspektur ke Unit
lanjut hasil pemantauan tindak Kepatuhan Internal unit
pengawasan. lanjut hasil Eselon I/non Eselon dan
pengawasan Inspektur Jenderal serta
Inspektorat oleh Inspektur Jenderal
Jenderal. ke Menteri Keuangan.
- 38 -
G. Jangka Waktu Penyelesaian Kegiatan
Jangka waktu penyelesaian SOP Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan
Inspektorat Jenderal, antara lain:

No. Tahapan Proses Waktu Penyelesaian Keterangan


1. Pelaksanaan tindak Sesuai batas waktu yang -
lanjut hasil ditentukan dalam LHA
pengawasan dan atau SMPI termasuk juga
penyampaian nota memperhatikan
dinas/notifikasi tindak perubahan jangka waktu
lanjut hasil (revised date) yang
pengawasan. disepakati bersama
antara Klien Pengawasan
dengan Auditor
Inspektorat Jenderal
sebelum jangka waktu
semula (estimated date)
berakhir.
2. Penilaian, penentuan, 15 hari kerja atau sesuai Sejak 1 hari setelah
dan penetapan status IKU yang ditetapkan tindak lanjut hasil
tindak lanjut hasil pada tahun pengawasan dari
Klien Pengawasan
pengawasan di bersangkutan.
diterima
lingkungan unit Eselon (Implemented-Final
I/non Eselon, baik Client Approved
melalui sistem dan Close Verified
manajemen dalam hal tindak
Pengawasan Intern lanjut telah
(SMPI) maupun di luar menjawab
rekomendasi).
aplikasi.
3. Pelaporan hasil a. 7 hari kerja sejak a. Inspektur ke
pemantauan tindak berakhirnya triwulan/ Unit Kepatuhan
lanjut hasil semester untuk Internal unit
Eselon I/non
pengawasan. pelaporan Unit
Eselon dan
Kepatuhan Internal Inspektur
unit Eselon I/non Jenderal (setiap
Eselon; triwulan);
b. 7 hari kerja sejak data b. Inspektur
terkumpul dari Jenderal ke
Inspektorat dan/atau Menteri
Keuangan
mengikuti jangka
(setiap
waktu penyelesaian semester).
progress report.
- 39 -
H. Bagan arus (Flowchart)

Klien Pengawasan

Nota Dinas Hasil


Penilaian Tindak Lanjut
Hasil Pengawasan

Pelaksanaan tindak lanjut dan Penilaian, penentuan, dan Pelaporan hasil pemantauan Pelaporan hasil pemantauan
penyampaian tindak lanjut penetapan status tindak lanjut hasil pengawasan tindak lanjut hasil
Klien Pengawasan kepada penyelesaian tindak Ianjut oleh Inspektur kepada Inspektur pengawasan oleh Inspektur
Inspektorat Jenderal melalui oleh Inspektorat Jenderal Jenderal dan UKI UE I/non Eselon Jenderal kepada Menteri
SMPI atau nota dinas melalui SMPI setiap triwulan Keuangan setiap semester

Klien Pengawasan 9.2 Inspektorat I 9.3 Inspektorat II 9.4 Inspektorat III 9.5 Inspektorat IV 9.6 Inspektorat V 9.7 Inspektorat VI 9.8 Inspektorat VII Inspektur Jenderal
- 40 -
62. SOP Link Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Auditor Eksternal (Kinerja
dan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu)
A. Deskripsi

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)


Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Auditor Eksternal (Kinerja
dan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu)
Nomor SOP-62/Link/2021
Tanggal Penetapan: Desember 2021

Merupakan proses kesinambungan antar SOP terkait (SOP-Link) pada masing-


masing unit organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan dalam rangka
memantau tindak lanjut hasil pemeriksaan kinerja Auditor Eksternal (BPK RI
dan BPKP) kepada Kementerian Keuangan.

B. Daftar Istilah
1. Pemeriksaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh Auditor Eksternal
untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan yang dilakukan
Auditi telah dilakukan secara ekonomis, efisien, dan efektif.
2. Auditor Eksternal adalah Auditor Pemerintah yang berada di luar lingkup
organisasi Kementerian Keuangan.
3. BPK RI adalah Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.
4. BPKP adalah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
5. Laporan Hasil Pemeriksaan kinerja (LHP) adalah hasil akhir dari proses
penilaian kebenaran, kepatuhan, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan
data/informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan
Standar Pemeriksaan yang diberikan dan dikomunikasikan kepada Auditi
dengan memperhatikan aspek Ekonomis, Efisien, dan Efektif.
6. Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan (TLRHP) adalah suatu proses
yang dilakukan oleh auditi atas tindakan-tindakan koreksi dan perbaikan
terhadap rekomendasi dari hasil pemeriksaan Auditor Eksternal.
7. Laporan Pemantauan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan
(TLRHP) adalah laporan Hasil penelaahan yang dilakukan Auditor Eksternal
untuk menentukan apakah tindak lanjut telah dilakukan sesuai dengan
rekomendasi.
8. Unit Kepatuhan Internal adalah unit kerja pada masing-masing eselon I dan
noneselon yang ditunjuk/memiliki tugas untuk membantu manajemen dalam
melaksanakan pemantauan pengendalian intern sebagaimana dimaksud
dalam peraturan tentang pengendalian intern di lingkungan Kementerian
- 41 -
Keuangan serta menjadi koordinator di tiap-tiap unit Eselon I selaku
penanggung jawab temuan.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Auditor Eksternal
(Kinerja dan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu) dimaksud sebagai berikut:
1. Permintaan tanggapan pertama terhadap diterimanya LHP dari Auditor
Eksternal;
2. Pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan dan penyampaian nota dinas
tanggapan/penjelasan/tindak lanjut hasil pemeriksaaan berikut bukti
pendukung dari Unit Eselon I terkait/atau Unit Non Eselon yang menjadi
klien pengawasan dan obyek pemeriksaan BPK RI kepada Inspektorat
Jenderal;
3. Pembahasan dan penelitian dokumen pendukung tanggapan pertama yang
disampaikan oleh Unit Eselon I dan Unit Non Eselon terkait;
4. Penyusunan tanggapan pertama atas LHP yang dilakukan Kementerian
Keuangan kepada Auditor Eksternal yang bersangkutan, mengacu pada SOP
Inspektorat Jenderal yang terdiri dari:
i. Penyusunan Tanggapan Pertama Kementerian dari Unit Eselon I, dan
ii. Penyusunan Tanggapan Pertama Kementerian dari Inspektorat Jenderal;
5. Pemantauan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan (TLRHP) Auditor
Eksternal mengacu pada SOP Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
Auditor Eksternal di Inspektorat Jenderal;
6. Pembahasan tindak lanjut temuan eksternal antara Inspektorat Jenderal,
UKI, unit teknis, serta BPK RI/BPKP, mengacu pada SOP Pembahasan Tindak
Lanjut Hasil Pemeriksaan/Pengawasan Auditor Eksternal di Inspektorat
Jenderal.

D. Dasar Hukum
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara;
6. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 2 Tahun 2017 tentang
Pemantauan Pelaksanaan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan
Badan Pemeriksa Keuangan;
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 237/PMK.09/2016 tentang Tata Kelola
Pengawasan Intern di Lingkungan Kementerian Keuangan.

E. Pihak yang terlibat


5. Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia;
6. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan;
7. Inspektorat Jenderal;
8. Unit Eselon I dan Unit Non Eselon sebagai Klien Pengawasan dan Obyek
Pemeriksaan; dan
9. Unit Kepatuhan Internal unit Eselon I.
- 42 -
F. Keluaran (Output)
Keluaran akhir SOP Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Auditor
Eksternal adalah Berita Acara Hasil Pembahasan antara Kementerian Keuangan
dengan BPK RI atau BPKP, dan pada masing-masing tahapan proses mempunyai
keluaran antara lain:

No. Tahapan Proses Keluaran Keterangan


1. Permintaan tanggapan Nota dinas Disampaikan oleh
pertama atas diterimanya Permintaan Inspektorat Jenderal
LHP Auditor Eksternal. tanggapan kepada Unit Eselon I/
pertama. Non Eselon lain
selaku
penanggungjawab
temuan.
2. Penyampaian nota dinas Nota dinas Disampaikan oleh
tanggapan/penjelasan/ tanggapan/ Unit Eselon I dan
tindak lanjut hasil penjelasan/tindak Unit Non Eselon
pemeriksaaan disertai lanjut hasil terkait kepada
dengan bukti pendukung pemeriksaaan/ Inspektorat Jenderal.
oleh Unit Eselon I. pengawasan
berikut bukti
pendukung.
3. Pembahasan dan Penelitian Notula hasil rapat Disampaikan oleh
dokumen pendukung pelaksanaan Inspektorat Jenderal
tanggapan pertama. tanggapan kepada Unit Eselon I/
pertama. Non Eselon lain
selaku
penanggungjawab
temuan.
4. Penyusunan dan Surat Mengacu pada SOP
penyampaian tanggapan penyampaian Penyusunan
pertama atas Laporan Hasil tanggapan Tanggapan Pertama
Pemeriksaan (LHP) yang pertama atas Kementerian dari Unit
dilakukan Kementerian Laporan Hasil Eselon I, Non Eselon
Keuangan. Pemeriksaan/Pen dan Inspektorat
gawasan (LHP). Jenderal.
Disampaikan oleh
Inspektorat Jenderal
kepada Auditor
Eksternal yang
bersangkutan.
- 43 -
No. Tahapan Proses Keluaran Keterangan
5. Berdasarkan arahan Notula Hasil Mengacu pada SOP
pimpinan dan atau Rapat dan Pemantauan Tindak
terbitnya Laporan Updated Matriks Lanjut Hasil
Pemantauan TLRHP Auditor Pemantauan Pemeriksaan/
Eksternal Tindak Lanjut. Pengawasan Auditor
Pemantauan tindak lanjut Eksternal di
rekomendasi hasil Inspektorat Jenderal.
pemeriksaan (TLRHP)
Auditor Eksternal:
a. one on one meeting; atau
b. visitasi.
6. Pembahasan tindak lanjut Berita Acara Hasil Mengacu pada SOP
temuan eksternal antara Pembahasan Pembahasan Tindak
Inspektorat Jenderal, UKI, TLRHP antara Lanjut Hasil
unit teknis, serta BPK Kementerian Pemeriksaan/
RI/BPKP. Keuangan dengan Pengawasan Auditor
BPK RI atau Eksternal di
BPKP. Inspektorat Jenderal.

G. Jangka Waktu Penyelesaian Kegiatan


Jangka waktu penyelesaian SOP Pemantauan Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaan/Pengawasan Auditor Eksternal, antara lain:

Waktu
No. Tahapan Proses Keterangan
Penyelesaian
1. Permintaan tanggapan 2 hari. Sejak disposisi
pertama atas diterimanya diterima dari Kepala
LHP Auditor Eksternal. Bagian Organisasi
dan Analisis Hasil
Pengawasan.

2. Penyampaian nota dinas 44 hari. Disampaikan Unit


tanggapan/penjelasan/ Eselon I kepada
tindak lanjut hasil Inspektorat
pemeriksaaan disertai Jenderal.
dengan bukti pendukung
oleh Unit Eselon I.
3. Pembahasan dan Penelitian a. 2 hari dalam hal Sejak penyampaian
dokumen pendukung tanggapan tanggapan pertama
tanggapan pertama. memadai; dari Unit Eselon.
b. 5 hari dalam hal
tanggapan tidak
memadai.
- 44 -
Waktu
No. Tahapan Proses Keterangan
Penyelesaian
4. Penyusunan dan 2 hari. Sejak dilakukan
penyampaian tanggapan pembahasan dan
pertama atas Laporan Hasil penelitian.
Pemeriksaan (LHP) yang
dilakukan Kementerian Disampaikan Sejak LHP diterima
Keuangan. kepada Auditor Menteri Keuangan.
Eksternal
maksimal 60 hari
kalender.
5. Berdasarkan arahan a. pelaksanaan one Sesuai dengan
pimpinan dan atau on one meeting jadwal pemantauan.
terbitnya Laporan (1 hari per unit
Pemantauan TLRHP Auditor eselon I);
Eksternal b. visitasi (sesuai
Pemantauan tindak lanjut dengan jumlah
rekomendasi hasil hari pada surat
pemeriksaan (TLRHP) tugas).
Auditor Eksternal:
a. one on one meeting; atau
b. visitasi.
6. Pembahasan tindak lanjut Sesuai dengan Sesuai dengan
temuan eksternal antara jumlah hari pada Undangan dan Surat
Inspektorat Jenderal, UKI, Surat Tugas Tugas Pembahasan
unit teknis, serta BPK Inspektur Jenderal. Tindak Lanjut Hasil
RI/BPKP. Pemeriksaan dari
BPK RI/BPKP.
- 45 -

H. Bagan arus (Flowchart)

Klien Pengawasan

Berita Acara Hasil


Pemantauan

Pelaksanaan tindak lanjut hasil


pemeriksaan dan penyampaian nota Pembahasan dan penelitian Penyusunan tanggapan pertama Pembahasan tindak lanjut
Permintaan tanggapan Pemantauan Tindak Lanjut
dinas tanggapan/penjelasan/tindak lanjut dokumen pendukung tanggapan atas LHP yang dilakukan temuan eksternal antara
pertama terhadap Rekomendasi Hasil
hasil pemeriksaaan berikut bukti pertama yang disampaikan oleh Kementerian Keuangan kepada Inspektorat Jenderal, UKI,
diterimanya LHP dari Pemeriksaan (TLRHP)
pendukung dari klien pengawasan dan Unit Eselon I dan unit Non Auditor Eksternal yang unit teknis, serta BPK RI/
Auditor Eksternal Auditor Eksternal
obyek pemeriksaan BPK RI kepada Eselon terkait bersangkutan BPKP
Inspektorat Jenderal

9.1 Sekretariat
Klien Pengawasan Unit Kepatuhan Internal
Inspektorat Jenderal
- 46 -

63. SOP Link Penyusunan Laporan Efektivitas Pengendalian Intern di Lingkungan


Kementerian Keuangan

A. Deskripsi

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


Penyusunan Laporan Efektivitas Pengendalian Intern di Lingkungan
Kementerian Keuangan
Nomor SOP-63/Link/2021
Tanggal Penetapan: Desember 2021

Merupakan proses kesinambungan antar SOP terkait (SOP-Link) pada masing-


masing unit organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan dalam rangka
penyusunan Laporan Efektivitas Pengendalian Intern di Lingkungan
Kementerian Keuangan.

B. Daftar Istilah
1. UKI adalah unit kepatuhan internal di lingkungan Kementerian Keuangan.
2. Simpulan efektivitas pengendalian intern adalah simpulan akhir yang
diperoleh berdasarkan hasil pemantauan pengendalian intern, baik tingkat
entitas maupun tingkat aktivitas.
3. Pengendalian Intern Efektif adalah simpulan efektivitas pengendalian intern
yang menunjukkan tidak adanya defisiensi signifikan dan kelemahan
material.
4. Pengendalian Intern Efektif dengan Pengecualian adalah simpulan efektivitas
pengendalian intern yang menunjukkan adanya satu atau lebih defisiensi
signifikan yang apabila digabungkan tidak mengakibatkan kelemahan
material.
5. Pengendalian Intern Mengandung Kelemahan Material simpulan efektivitas
pengendalian intern yang menunjukkan adanya satu atau lebih kelemahan
material atau terdapat gabungan defisiensi signifikan yang mengakibatkan
kelemahan material.
6. Laporan Efektivitas Pengendalian Intern adalah laporan mengenai penerapan
pengendalian intern pada masing-masing unit Eselon I dan Lembaga National
Single Window (LNSW) Kementerian Keuangan.
7. Laporan Efektivitas Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian
Keuangan adalah laporan mengenai penerapan pengendalian intern di
Kementerian Keuangan.
- 47 -

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup SOP Penyusunan Laporan Efektivitas Pengendalian Intern di
Lingkungan Kementerian Keuangan dimaksud sebagai berikut:
1. Penyusunan Laporan Efektivitas Pengendalian Intern Tingkat Eselon I dan
LNSW;
2. Penyusunan Pernyataan Manajemen Mengenai Efektivitas Pengendalian
Intern Tingkat Eselon I dan LNSW;
3. Penyampaian Laporan Efektivitas Pengendalian Intern yang dilampiri dengan
Pernyataan Manajemen Mengenai Efektivitas Pengendalian Intern Tingkat
Eselon I dan LNSW kepada Inspektur Jenderal;
4. Penyusunan Laporan Efektivitas Pengendalian Intern di Lingkungan
Kementerian Keuangan, dengan rincian kegiatan sebagai berikut:
a. analisis atas jumlah dan rincian proses bisnis yang dipantau UKI pada
masing-masing unit Eselon I dan LNSW;
b. analisis atas simpulan efektivitas pengendalian intern pada masing-
masing unit Eselon I dan LNSW;
c. dalam hal simpulan efektivitas pengendalian intern adalah Pengendalian
Intern Efektif dengan Pengecualian, analisis juga dilakukan terhadap atas
kelemahan (defisiensi) signifikan;
d. dalam hal simpulan efektivitas pengendalian intern adalah Pengendalian
Intern Mengandung Kelemahan Material, analisis juga dilakukan terhadap
kelemahan material dan/atau kelemahan (defisiensi) signifikan; dan
e. analisis atas hasil program penguatan UKI yang signifikan dan layak
untuk dilaporkan kepada Menteri Keuangan.
5. Penetapan Laporan Efektivitas Pengendalian Intern di Lingkungan
Kementerian Keuangan oleh Inspektur Jenderal, dilanjutkan dengan
penyampaian laporan kepada Menteri Keuangan.

D. Dasar Hukum
1. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah;
2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 940/KMK.09/2017 tentang Kerangka
Kerja Penerapan Pengendalian Intern dan Pedoman Pemantauan
Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian Keuangan.

E. Pihak yang terlibat


1. Inspektorat Jenderal; dan
2. UKI tingkat Eselon I dan LNSW.
- 48 -

F. Keluaran (Output)
Keluaran akhir SOP ini adalah Laporan Efektivitas Pengendalian Intern di
Lingkungan Kementerian Keuangan, dan pada masing-masing tahapan proses
mempunyai keluaran antara lain sebagai berikut:

No. Tahapan Proses Keluaran Keterangan


1. Penyusunan Laporan Laporan Efektivitas Disusun oleh UKI
Efektivitas Pengendalian Pengendalian Intern tingkat Eselon I
Intern Tingkat Eselon I dan Tingkat Eselon I dan dan LNSW.
LNSW. LNSW.
2. Penyusunan Pernyataan Pernyataan
Manajemen Mengenai Manajemen
Efektivitas Pengendalian Mengenai Efektivitas
Intern Tingkat Eselon I dan Pengendalian Intern
LNSW. Tingkat Eselon I dan
LNSW.
3. Penyampaian Laporan Laporan Efektivitas
Efektivitas Pengendalian Pengendalian Intern
Intern yang dilampiri yang dilampiri
dengan Pernyataan dengan Pernyataan
Manajemen Mengenai Manajemen
Efektivitas Pengendalian Mengenai Efektivitas
Intern di tingkat unit Eselon Pengendalian Intern
I dan LNSW kepada Tingkat Eselon I dan
Inspektur Jenderal. LNSW.
4. Penyusunan Laporan Rancangan Laporan Disusun oleh
Efektivitas Pengendalian Efektivitas Inspektorat VII.
Intern di Lingkungan Pengendalian Intern
Kementerian Keuangan. di Lingkungan
Kementerian
Keuangan.
5. Penetapan dan Laporan Efektivitas Ditetapkan oleh
penyampaian Laporan Pengendalian Intern Inspektur Jenderal,
Efektivitas Pengendalian di Lingkungan untuk kemudian
Intern di Lingkungan Kementerian disampaikan
Kementerian Keuangan. Keuangan. kepada Menteri
Keuangan.
- 49 -

G. Jangka Waktu Penyelesaian Kegiatan


Jangka waktu penyelesaian SOP Penyusunan Laporan Efektivitas Pengendalian
Intern di Lingkungan Kementerian Keuangan, antara lain:

Waktu
No. Tahapan Proses Keterangan
Penyelesaian
4. Penyusunan Laporan Paling lambat Bila tanggal
Efektivitas Pengendalian tanggal 14 Januari tersebut jatuh pada
Intern Tingkat Eselon I dan tahun berikutnya. hari libur maka
batas akhir
LNSW.
penyusunan
adalah hari kerja
pertama sesudah
tanggal tersebut.
5. Penyusunan Pernyataan Paling lambat Bila tanggal
Manajemen Mengenai tanggal 15 Januari tersebut jatuh pada
Efektivitas Pengendalian tahun berikutnya. hari libur maka
batas akhir
Intern Tingkat Eselon I dan
penyusunan
LNSW. adalah hari kerja
pertama sesudah
tanggal tersebut.
6. Penyusunan dan Paling lambat 5 hari Bila tanggal
penyampaian Laporan kalender setelah tersebut jatuh pada
Efektivitas Pengendalian tanggal 14 Januari hari libur maka
batas akhir
Intern yang dilampiri tahun berikutnya.
penyampaian
dengan Pernyataan adalah hari kerja
Manajemen Mengenai pertama sesudah
Efektivitas Pengendalian tanggal tersebut.
Intern di tingkat Unit Eselon
I dan LNSW kepada
Inspektorat Jenderal.
7. Penyusunan Laporan 12 hari kalender. Setelah Laporan
Efektivitas Pengendalian Efektivitas
Intern di Lingkungan Pengendalian
Intern diterima dari
Kementerian Keuangan.
seluruh unit
Eselon I dan LNSW.
8. Penetapan dan 1 hari kerja. Dalam hal
penyampaian Laporan diperlukan,
Efektivitas Pengendalian Inspektur Jenderal
dapat minta
Intern di Lingkungan
dilakukan
Kementerian Keuangan. pemaparan,
sebelum
penetapan.
- 50 -

H. Bagan arus (Flowchart)

Menteri Keuangan

Laporan Efektivitas
Pengendalian Intern

Penyampaian Laporan Efektivitas


Penyusunan Pernyataan Penetapan Laporan Efektivitas
Penyusunan Laporan Pengendalian Intern yang dilampiri Penyusunan Laporan
Manajemen Mengenai Pengendalian Intern di
Efektivitas Pengendalian dengan Pernyataan Manajemen Efektivitas Pengendalian
Efektivitas Pengendalian Lingkungan Kementerian
Intern Tingkat Eselon I dan Mengenai Efektivitas Pengendalian Intern di Lingkungan
Intern Tingkat Eselon I dan Keuangan dan penyampaian
LNSW Intern Tingkat Eselon I dan LNSW Kementerian Keuangan
LNSW kepada Menteri Keuangan
kepada Inspektur Jenderal

9.1 Sekretariat
Unit Kepatuhan Internal Inspektur Jenderal
Inspektorat Jenderal
- 51 -

64. SOP Link Penyelesaian Barang Milik Negara (BMN) Eks Kepabeanan dan Cukai

A. Deskripsi

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)


Penyelesaian Barang Milik Negara (BMN) Eks Kepabeanan dan Cukai
Nomor SOP- 64/Link/2021
Tanggal Penetapan: Desember 2021

Merupakan proses kesinambungan antar SOP yang bertautan (SOP Link) pada
masing-masing unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan mengenai
prosedur penyelesaian Barang Milik Negara (BMN) Eks Kepabeanan dan Cukai.

B. Daftar Istilah
1. Barang yang Menjadi Milik Negara, yang selanjutnya disingkat dengan BMN,
adalah:
a. barang yang dinyatakan tidak dikuasai yang merupakan barang yang
dilarang untuk diekspor atau diimpor, kecuali terhadap barang dimaksud
ditetapkan lain berdasarkan peraturan perundang-undangan;
b. barang yang dinyatakan tidak dikuasai yang merupakan barang yang
dibatasi untuk diekspor atau diimpor, yang tidak diselesaikan oleh
pemiliknya dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari terhitung sejak
disimpan di tempat penimbunan pabean atau tempat lain yang berfungsi
sebagai tempat penimbunan pabean, kecuali terhadap barang dimaksud
ditetapkan lain berdasarkan peraturan perundang-undangan;
c. barang dan/atau sarana pengangkut yang ditegah oleh pejabat Bea dan
Cukai yang berasal dari tindak pidana yang pelakunya tidak dikenal;
d. barang dan/atau sarana pengangkut yang ditinggalkan di kawasan pabean
oleh pemilik yang tidak dikenal yang tidak diselesaikan dalam jangka
waktu 30 (tiga puluh) hari sejak disimpan di tempat penimbunan pabean
atau tempat lain yang berfungsi sebagai tempat penimbunan pabean;
e. barang yang dikuasai negara yang merupakan barang yang dilarang atau
dibatasi untuk diimpor atau diekspor;
f. barang dan/atau sarana pengangkut yang berdasarkan putusan hakim
yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, dinyatakan dirampas
untuk negara;
- 52 -

g. barang kena cukai dan barang lain yang berasal dari pelanggar tidak
dikenal yang dikuasai negara dan berada di bawah pengawasan Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai, dan apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas)
hari sejak dikuasai negara pelanggarnya tetap tidak diketahui;
h. barang kena cukai yang pemiliknya tidak diketahui, dikuasai negara dan
berada di bawah pengawasan serta yang wajib diumumkan secara resmi
oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk diselesaikan oleh yang
bersangkutan dalam waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak dikuasai
negara, dan apabila dalam jangka waktu dimaksud yang bersangkutan
tidak menyelesaikan kewajibannya yang telah ditetapkan oleh Kepala
Kantor Bea dan Cukai, maka barang tersebut menjadi barang milik
negara.Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak dalam Rangka Impor yang
selanjutnya disingkat SSPCP adalah surat setoran atas penerimaan negara
dalam rangka impor berupa bea masuk, bea masuk berasal dari SPM
Hibah, denda administrasi, penerimaan pabean lainnya, cukai, penerimaan
cukai lainnya, jasa pekerjaan, bunga, dan PPh Pasal 22 Impor, PPN Impor,
serta PPnBM Impor.
2. Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai (BTD) adalah:
a. barang yang ditimbun di TPS yang melebihi jangka waktu 30 (tiga puluh)
hari sejak penimbunannya;
b. barang yang tidak dikeluarkan dari TPB yang telah dicabut izinnya dalam
jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak pencabutan izinnya; atau
c. barang yang dikirim melalui Penyelenggara Pos yang Ditunjuk:
1) yang ditolak oleh alamat yang dituju dan tidak dapat dikirim kembali
kepada pengirim di luar Daerah Pabean; atau
2) dengan tujuan luar Daerah Pabean yang diterima kembali karena
ditolak atau tidak dapat disampaikan kepada alamat yang dituju dan
tidak diselesaikan oleh pengirim dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)
hari sejak diterimanya pemberitahuan dari Penyelenggara Pos yang
Ditunjuk.
3. Barang yang Dikuasai Negara (BDN) adalah:
a. barang yang dilarang atau dibatasi untuk diimpor atau diekspor yang
tidak diberitahukan atau diberitahukan secara tidak benar dalam
Pemberitahuan Pabean, kecuali terhadap barang dimaksud ditetapkan lain
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. barang dan/atau sarana pengangkut yang ditegah oleh Pejabat Bea
dan Cukai; atau
c. barang dan/ atau sarana pengangkut yang ditinggalkan di Kawasan
Pabean oleh pemilik yang tidak dikenal.
4. Penilaian adalah suatu proses kegiatan untuk memberikan suatu opini nilai
atas suatu objek penilaian pada suatu saat tertentu.
- 53 -

5. Direktur Penindakan dan Penyidikan, Kepala Kantor Wilayah DJBC, Kepala


Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai atau Kepala Kantor Pengawasan dan
Pelayanan Bea dan Cukai mengajukan usulan peruntukan BMN dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Permohonan dengan perkiraan nilai sampai dengan Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah) diajukan kepada Kepala Kantor Pelayanan
Kekayaan Negara dan Lelang;
b. Permohonan dengan perkiraan nilai di atas Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) sampai dengan Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
diajukan kepada Kepala Kantor Wilayah DJKN;
c. Permohonan dengan perkiraan nilai di atas Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah) sampai dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah) diajukan kepada Direktur pada DJKN;
d. Permohonan dengan perkiraan nilai di atas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah) diajukan kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara.
6. Jenis permohonan peruntukan BMN terdiri dari:
a. permohonan untuk dilakukan penjualan secara Lelang;
b. permohonan untuk dilakukan Penetapan Status Penggunaan;
c. permohonan untuk dilakukan Hibah;
d. permohonan untuk dilakukan Pemusnahan; atau
e. permohonan untuk dilakukan Penghapusan.
7. Persetujuan usulan peruntukan BMN oleh DJKN dapat diberikan dengan
didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:
a. Usulan penjualan secara Lelang dapat disetujui apabila:
1) secara ekonomis lebih menguntungkan bagi negara; dan
2) tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Usulan Penetapan Status Penggunaan dapat disetujui apabila:
1) diperlukan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi
kementerian/lembaga; atau
2) diperlukan untuk dioperasikan oleh pihak lain dalam rangka
menjalankan pelayanan.
c. Usulan Hibah dapat disetujui apabila:
1) diperlukan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja
perangkat daerah;
2) diperlukan untuk kepentingan sosial, kebudayaan, keagamaan,
kemanusiaan, dan penyelenggaraan pemerintahan negara/daerah;
atau
3) tidak mengganggu Kesehatan, Keamanan, Keselamatan, Lingkungan
dan Moral Bangsa (K3LM).
d. Usulan Pemusnahan dapat disetujui apabila:
1) BMN tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan dan tidak dapat
dihibahkan;
2) dilarang diekspor atau diimpor;
3) tidak mempunyai nilai ekonomis; atau
- 54 -

4) berdasarkan peraturan perundang-undangan harus dimusnahkan.


e. Usulan Penghapusan dapat disetujui apabila:
1) terjadi penyusutan; atau
2) hilang.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup SOP penyelesaian Barang Milik Negara (BMN) Eks Kepabeanan dan
Cukai meliputi tahapan proses yang terdiri dari:
1. Penerbitan Keputusan mengenai Penetapan BMN atas BTD/BDN yang
dilakukan oleh Direktur Penindakan dan Penyidikan/Kepala Kantor
Wilayah/Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPU/KPPBC).
2. Pengajuan Penilaian BMN dari Direktur Penindakan dan Penyidikan/Kepala
Kantor Wilayah DJBC/Kepala Kantor Pelayanan DJBC (KPU/KPPBC) kepada
Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL).
3. Penilaian BMN eks. Kepabeanan dan Cukai dilakukan oleh Penilai Pemerintah
sesuai dengan kewenangan yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
4. Pengajuan Peruntukan BMN Eks Kepabeanan dan Cukai yang dilakukan oleh
Direktur Penindakan dan Penyidikan/Kepala Kantor Wilayah DJBC/Kepala
Kantor Pelayanan DJBC (KPU/KPPBC) kepada Direktur Jenderal Kekayaan
Negara/Kepala Kantor Wilayah DJKN/Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan
Negara dan Lelang (KPKNL).
5. Persetujuan Peruntukan BMN Eks Kepabeanan dan Cukai oleh Direktur
Jenderal Kekayaan Negara/Kepala Kantor Wilayah DJKN/Kepala Kantor
Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL).
6. Tindak Lanjut Persetujuan Peruntukan BMN Eks Kepabeanan dan Cukai yang
dilakukan oleh Direktur Penindakan dan Penyidikan/Kepala Kantor Wilayah
DJBC/Kepala Kantor Pelayanan DJBC meliputi:
a. Penjualan secara lelang;
b. Penetapan Status Pengguna;
c. Hibah;
d. Pemusnahan; atau
e. Penghapusan.

D.Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006.
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah sebagaimana telah diubah dalam Peraturan Pemerintah Nomor
28 Tahun 2020.
- 55 -

4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 240/PMK.06/2012 tentang Tata Cara


Pengelolaan Barang Milik Negara yang Berasal dari Aset eks Kepabeanan dan
Cukai.
5. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 39/PMK.04/2014
tentang Tata Cara Penyelesaian Barang Kena Cukai dan Barang-Barang Lain
yang Dirampas untuk Negara atau yang Dikuasai Negara.
6. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 178/PMK.04/2019
tentang Penyelesaian Terhadap Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai,
Barang yang Dikuasai Negara, dan Barang yang Menjadi Milik Negara.
7. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 51/PMK.06/2021
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara yang Berasal dari Aset Eks
Kepabeanan dan Cukai.

E. Pihak yang Terlibat


1. Direktur Jenderal Kekayaan Negara;
2. Direktur Penindakan dan Penyidikan;
3. Kantor Wilayah DJKN;
4. Kantor Wilayah DJBC;
5. KPU/KPPBC;
6. KPKNL.

F. Output
Keluaran akhir SOP ini adalah Naskah Dinas Persetujuan Peruntukan BMN dan
Tindak Lanjut atas Persetujuan, dan masing-masing tahapan proses mempunyai
keluaran antara lain sebagai berikut:

No. Tahapan Proses Keluaran Keterangan


1. Penetapan BMN atas Keputusan Penetapan BMN
BTD/BDN. atas BTD/BDN.
2. Permohonan Penilaian Naskah Dinas Permohonan
BMN Eks Kepabeanan Penilaian BMN Eks
dan Cukai. Kepabeanan dan Cukai.
3. Pelaksanaan Penilaian Laporan Penilaian.
dan penyampaian hasil
penilaian BMN Eks
Kepabeanan dan Cukai.
4. Permohonan Naskah Dinas Permohonan
Peruntukan BMN Eks Peruntukan BMN Eks
Kepabeanan dan Cukai. Kepabeanan dan Cukai.
5. Persetujuan Naskah Dinas Persetujuan
Peruntukan BMN Eks Peruntukan BMN Eks
Kepabeanan dan Cukai. Kepabeanan dan Cukai.
6. Tindak Lanjut - Risalah Pelelangan;
Peruntukan. - BA Pemusnahan/ Laporan
Pemusnahan;
- 56 -

No. Tahapan Proses Keluaran Keterangan


- BA Serah Terima Hibah;
- BA Serah Terima Penetapan
Status Pengguna; atau
- BA Penghapusan.

G. Jangka Waktu Penyelesaian Kegiatan


Jangka waktu penyelesaian SOP penyelesaian Barang Milik Negara (BMN) Eks
Kepabeanan dan Cukai, antara lain:

No. Tahapan Proses Waktu Keterangan


Penyelesaian
1. Penetapan BMN atas 5 (lima) hari Sejak penyusunan konsep
BTD/BDN. kerja. keputusan penetapan BMN
s.d. penandatanganan
keputusan penetapan.
2. Permohonan 5 (lima) hari DJBC.
Penilaian BMN Eks kerja.
Kepabeanan dan
Cukai.
3. Penilaian BMN Eks DJKN.
25 (dua puluh
Kepabeanan dan
lima) hari kerja.
Cukai.
4. Permohonan 5 (lima) hari DJBC.
Peruntukan BMN kerja.
Eks Kepabeanan dan
Cukai.
5. Persetujuan - 5 (lima) hari DJKN.
Peruntukan BMN kerja untuk
Eks Kepabeanan dan penyelesaian
Cukai. oleh Direktur,
Kanwil, dan
KPKNL;
- 7 (tujuh) hari
kerja untuk
penyelesaian
oleh Direktur
Jenderal.
6. Tindak Lanjut Penjualan Secara Sejak penerimaan Naskah
Persetujuan Lelang: paling Dinas Persetujuan
Peruntukan BMN lama 4 (empat) Peruntukan untuk
Eks Kepabeanan dan bulan. Dilakukan Penjualan
Cukai. Secara Lelang sampai
dengan penerbitan Risalah
Lelang/Laporan
Pelaksanaan Lelang.
- 57 -

Penetapan Sejak penerimaan Naskah


Status Dinas Persetujuan
Penggunaan: Peruntukan untuk
paling lama Penetapan Status
1 (satu) bulan. Penggunaan sampai dengan
penerbitan Berita Acara/
Laporan Pelaksanaan
Penetapan Status
Penggunaan.
Hibah: Sejak penerimaan Naskah
paling lama Dinas Persetujuan
1 (satu) bulan. Peruntukan untuk Hibah
sampai dengan penerbitan
Berita Acara/Laporan
Pelaksanaan Hibah.
Pemusnahan: - Sejak penerimaan Naskah
paling lama Dinas Persetujuan
1 (satu) tahun. Peruntukan untuk
Pemusnahan sampai
dengan penerbitan Berita
Acara/Laporan
Pelaksanaan
Pemusnahan;
- Pelaksanaan
pemusnahan
menyesuaikan dengan
prioritas BMN yang akan
dimusnahkan dan
ketersediaan anggaran
pemusnahan.
Penghapusan: Sejak penerimaan Naskah
paling lama Dinas Persetujuan
1 (satu) hari Peruntukan untuk
kerja. Penghapusan sampai
dengan penerbitan Berita
Acara/Laporan
Penghapusan.
- 58 -

H. Bagan Arus (Flowchart)

[BPC] (SOP Link) Penyelesaian Barang Milik Negara (BMN) Eks Kepabeanan dan Cukai
AM3.0 ArchiMate Diagram Template VERSION: AUTHOR: 8/31/2021 by Tim Organta (Afrizal Rizky Barkah) VERSION AUTHOR: 8/31/2021 by Tim Organta (Afrizal Rizky Barkah)

Penetapan BMN atas Barang


Permohonan Peruntukan Prosedur Persetujuan Prosedur Tindak Lanjut
Tidak Dikuasai (BTD) atau Permohonan Penilaian BMN Prosedur Penilaian BMN Eks
BMN Eks Kepabeanan dan Peruntukan BMN Eks Persetujuan BMN Eks
Penetapan BMN atas Barang Eks Kepabeanan dan Cukai Kepabeanan dan Cukai
Cukai Kepabeanan dan Cukai Kepabeanan dan Cukai
Dikuasai Negara (BDN)

4. Direktorat Jenderal Bea 6. Direktorat Jenderal


dan Cukai Kekayaan Negara
- 59 -
DIRJEN KEKAYAAN

PROSEDUR
NEGARA

PERSETUJUAN
PERUNTUKAN
BMN EKS KC

DIATAS Rp 10.000.000.000
Kekayaan Negara dan
Direktur Pengelolaan

Sistem Informasi

PROSEDUR
PERSETUJUAN
PERUNTUKAN
BMN EKS KC
> Rp 1.000.000.000
S.D.
Rp 10.000.000.000
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KANWIL DJKN

PROSEDUR
PERSETUJUAN
PERUNTUKAN
BMN EKS KC
> Rp 500.000.000
S.D.
Rp 1.000.000.000

PROSEDUR
PROSEDUR
PENILAIAN BMN
KPKLN

PERSETUJUAN
EKS
PERUNTUKAN
KEPABEANAN
BMN EKS KC
DAN CUKAI

S.D. Rp 500.000.000
DIREKTORAT P2/KANWIL DJBC/KPU/KPPBC

NASKAH DINAS NASKAH DINAS


PERMOHONAN PERMOHONAN
PENILAIAN BMN PERUNTUKAN
EKS KC BMN EKS KC

MENERIMA
PENETAPAN PERMOHONAN PERMOHONAN
HASIL PROSEDUR
BMN ATAS BTD PENILAIAN BMN PERUNTUKAN
PENILAIAN BMN TINDAK LANJUT
ATAU EKS BMN EKS
EKS PERSETUJUAN
PENETAPAN KEPABEANAN KEPABEANAN
MULAI KEPABEANAN BMN EKS KC SELESAI
BMN ATAS BDN DAN CUKAI DAN CUKAI
DAN CUKAI NILAI BMN
INDEPENDEN
PENILAI

PROSEDUR
PENILAIAN
BARANG
- 60 -

65. SOP Link Pelayanan Dokumen PPFTZ-03 dalam rangka Pemberian Fasilitas PPN
dan PPnBM Tidak Dipungut

A. Deskripsi

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)


Pelayanan Dokumen PPFTZ-03 dalam rangka Pemberian Fasilitas PPN dan
PPnBM Tidak Dipungut
Nomor SOP- 65/Link/2021
Tanggal Penetapan: Desember 2021
Merupakan proses kesinambungan antar SOP yang bertautan (SOP Link)
pada masing-masing unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan
(DJBC dan DJP) mengenai prosedur Pelayanan Dokumen PPFTZ-03 atas
barang yang dimasukkan dari Tempat Lain Dalam Daerah Pabean (TLDDP)
ke Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) dalam rangka
Pemberian Fasilitas PPN dan PPnBM Tidak Dipungut.

B. Daftar Istilah
1. PPFTZ dengan kode 03 yang selanjutnya disebut PPFTZ-03 adalah
Pemberitahuan Pabean untuk pemasukan barang ke KPBPB dari TLDDP.
2. SKP DJBC adalah Sistem Komputer Pelayanan yang digunakan oleh
Kantor Pelayanan DJBC dalam rangka pengawasan dan pelayanan
kepabeanan.
3. SKP DJP adalah Sistem Komputer Pelayanan yang digunakan oleh Kantor
Pelayanan Pajak dalam rangka pengawasan dan pelayanan perpajakan.
4. Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha
Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau
penyerahan Jasa Kena Pajak.
5. Dokumen Pelengkap Pabean adalah semua dokumen yang digunakan
sebagai pelengkap Pemberitahuan Pabean, misalnya Invoice, Packing List,
Bill of Lading/Airway Bill, dan dokumen lainnya yang dipersyaratkan.
6. Tanda pengaman adalah tanda pengaman dalam rangka PPN tidak
dipungut yang disediakan oleh DJP.
7. Endorsement adalah pernyataan mengetahui dari pejabat/pegawai
Direktorat Jenderal Pajak atas pemasukan Barang Kena Pajak dari
TLDDP ke KPBPB, berdasarkan penelitian formal atas dokumen yang
terkait dengan pemasukan Barang Kena Pajak tersebut.
- 61 -

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup SOP Pelayanan Dokumen PPFTZ-03 atas barang yang
dimasukkan dari TLDDP ke KPBPB dalam rangka Pemberian Fasilitas PPN
dan PPnBM Tidak Dipungut meliputi tahapan proses yang terdiri dari:
1. Pengusaha di KPBPB membuat dan menyampaikan PPFTZ-03 melalui
SKP DJBC.
2. SKP DJBC:
a. Melakukan validasi kelengkapan dokumen pelengkap PPFTZ-03.
b. Melakukan validasi manifes (BC 1.1).
c. Dalam hal dinyatakan tidak valid, memberikan respon penolakan
kepada Pengusaha.
d. Meneruskan data PPFTZ-03 ke SKP DJP untuk proses Endorsement.
e. Melakukan cek penjaluran ke SKP DJP;
f. Dalam hal PPFTZ-03 mendapatkan jalur hijau, memberikan nomor
dan tanggal pendaftaran serta respon SPPB;
g. Dalam hal PPFTZ-03 mendapatkan jalur merah, memberikan nomor
dan tanggal pendaftaran serta respon Surat Pemeriksaan Fisik (SPF);
h. Memberikan respon SPPB Jalur Merah dalam hal Pengusaha telah
merekam kesiapan barang untuk pemeriksaan fisik.
3. SKP DJP:
a. Memberikan (service) data Faktur Pajak kode transaksi 07 ke SKP
DJBC;
b. Memberikan respon penjaluran ke SKP DJBC.
4. Dalam hal terdapat Nota Hasil Intelijen (NHI) DJBC, dilakukan prosedur
pengawasan oleh unit pengawasan DJBC.
5. Dalam hal terdapat Nota Intelijen (NI) DJP, dilakukan prosedur
pengawasan oleh unit pemeriksa DJP.
6. Petugas Gate DJBC:
a. Melakukan perekaman Gate Out ke dalam SKP DJBC;
b. Dalam hal PPFTZ-03 mendapatkan jalur merah, melakukan pelekatan
tanda pengaman pada saat pengeluaran barang dari Kawasan Pabean.
7. SKP DJBC meneruskan data PPFTZ-03 dan Gate Out ke SKP DJP.
8. Dalam hal PPFTZ-03 mendapatkan jalur merah:
a. Pemeriksa Barang DJP dan Pemeriksa Barang DJBC bersama-sama
melakukan pemeriksaan dan melakukan pelepasan tanda pengaman;
b. Pemeriksa Barang DJP dan Pemeriksa Barang DJBC melakukan
pemeriksaan fisik barang bersama;
c. Pemeriksa Barang DJP menuangkan hasilnya dalam Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) yang ditandatangani bersama dengan Pemeriksa
Barang DJBC.
9. SKP DJP:
a. Melakukan penelitian kelengkapan dokumen PPFTZ-03, Gate Out, dan
Faktur Pajak kode transaksi 07;
- 62 -

b. Dalam hal dokumen lengkap, SKP memberikan respon Dapat


Diberikan Fasilitas PPN dan PPnBM Tidak Dipungut;
c. Dalam hal dokumen belum lengkap, SKP memberikan respon Tidak
Diberikan Fasilitas PPN dan PPnBM Tidak Dipungut.
10. Dalam hal keadaan kahar pada sistem DJBC maka petugas Gate Bea
Cukai melakukan pencatatan tanggal pengeluaran barang pada Surat
Persetujuan Pengeluaran Barang. Pengusaha di KPBPB menyampaikan
dokumen PPFTZ-03, Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB), dan
Faktur Pajak kode transaksi 07 kepada Kantor Pelayanan Pajak untuk
dilakukan penelitian oleh petugas.
11. Dalam hal sistem endorsement secara elektronik belum tersedia, terdapat
gangguan pada sistem, dan/atau dalam keadaan kahar pada sistem DJP
maka Pengusaha di KPBPB menyampaikan dokumen PPFTZ-03 dan
Faktur Pajak kode transaksi 07 kepada Kantor Pelayanan Pajak untuk
dilakukan penelitian oleh petugas. Petugas KPP melakukan konfirmasi
tanggal pencatatan pengeluaran barang pada KPPBC.
12. SKP DJP menyampaikan feedback kepada SKP DJBC dalam hal Fasilitas
PPN dan/atau PPnBM tidak dipungut diberikan atau tidak diberikan.

D. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2006.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.04/2021 tentang
Pemasukan dan Pengeluaran Barang ke dan dari Kawasan yang Telah
Ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.03/2021 tentang Tata
Cara Pembayaran, Pelunasan, dan Pengadministrasian Pajak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah atas Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
Kena Pajak dari dan/atau ke Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas.

E. Pihak yang Terlibat


1. Pengusaha di KPBPB;
2. Kantor Pelayanan Utama/Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan
Cukai (KPU/KPPBC) yang terdiri dari Petugas Gate DJBC dan Petugas
Pemeriksa Barang DJBC;
3. Kantor Pelayanan Pajak (KPP), yang terdiri dari Petugas Pemeriksa Barang
DJP dan Petugas Endorsement DJP;
4. SKP pada DJBC dan DJP.
- 63 -

F. Output
Keluaran akhir SOP ini adalah Respon Dapat Diberikan Fasilitas PPN dan
PPnBM Tidak Dipungut atau Respon Tidak Diberikan Fasilitas PPN dan
PPnBM Tidak Dipungut, dan masing-masing tahapan proses mempunyai
keluaran antara lain sebagai berikut:

No. Tahapan Proses Keluaran Keterangan


1. Pengusaha membuat PPFTZ-03.
dan menyampaikan
PPFTZ-03 melalui SKP
DJBC.
2. SKP DJBC melakukan - Respon Penolakan;
verifikasi dan - Respon Penyampaian ke
penelitian. SKP DJP.
3. SKP DJP melakukan Respon Penjaluran PPFTZ-03.
validasi faktur dan
memberikan respon
penjaluran.
4. SKP DJBC menerima - Respon SPPB (Jalur
penjaluran dari SKP Hijau);
DJP. - Respon SPPB (Jalur
Merah);
- Respon Surat
Pemeriksaan Fisik (SPF)
(Jalur Merah).
5. Pengeluaran Barang - Perekaman gate out pada
PPFTZ-03 dari Kawasan SKP DJBC;
Pabean. - Pelekatan Tanda
Pengaman (dari DJP)
dalam hal Jalur Merah.
6. Pemeriksaan Barang Laporan Hasil Pemeriksaan
PPFTZ-03. (LHP).
7. Pemeriksaan Dokumen - Respon Dapat Diberikan
PPFTZ-03. Fasilitas PPN dan PPnBM
Tidak Dipungut; atau
- Respon Tidak Diberikan
Fasilitas PPN dan PPnBM
Tidak Dipungut.
8. Proses dilakukan Pencatatan tanggal
secara manual dalam pengeluaran barang pada
kondisi kahar/ Surat Persetujuan
gangguan sistem pada Pengeluaran Barang.
DJBC.
9. Proses dilakukan Konfirmasi tanggal
secara manual dalam pencatatan pengeluaran
kondisi kahar/ barang pada KPPBC.
gangguan sistem pada
DJP.
- 64 -

G. Jangka Waktu Penyelesaian Kegiatan


Jangka waktu penyelesaian SOP Pelayanan Dokumen PPFTZ-03 dalam
rangka Pemberian Fasilitas PPN dan PPnBM Tidak Dipungut, antara lain:

No. Tahapan Proses Waktu Penyelesaian Keterangan


1. SKP DJBC melakukan Paling lama 1 (satu)
verifikasi dan penelitian. menit.
2. SKP DJP melakukan Paling lama 1 (satu)
validasi faktur dan menit.
memberikan respon
penjaluran.
3. SKP DJBC menerbitkan Paling lama 1 (satu)
respon atas penjaluran menit.
dari SKP DJP.
4. Perekaman dan pelekatan Paling lama 1 (satu)
tanda pengaman (Jalur jam.
merah) pada saat
Pengeluaran Barang
PPFTZ-03 dari Kawasan
Pabean.
5. Pemeriksaan Barang Paling lama 10 a. menyesuaikan
PPFTZ-03 (Pemeriksaan (sepuluh) hari kerja. dengan jumlah
Bersama antara DJP dan dan jenis
DJBC). barang;
b. menyesuaikan
dengan Laporan
Hasil
Pemeriksaan
(LHP) yang
harus
diterbitkan
dalam jangka
waktu tersebut.
6. Penelitian Kelengkapan Paling lama 1 (satu)
Dokumen PPFTZ-03 oleh jam.
DJP.
7. Proses dilakukan secara Paling lama 30 (tiga Sejak menerima
manual dalam kondisi puluh) menit. informasi terdapat
kahar/gangguan sistem gangguan sistem/
pada DJBC. truk tidak dapat
melewati gate
secara otomatis.
8. Proses dilakukan secara Paling lama 7 (tujuh) Terhitung sejak
manual dalam kondisi hari kerja. dokumen lengkap
kahar/gangguan sistem telah diterima oleh
pada DJP. KPP.
- 65 -

H. Bagan arus (Flowchart)

[BPC] (SOP Link) Pelayanan Dokumen PPFTZ-03 dalam rangka Pemberian Fasilitas PPN dan PPnBM Tidak Dipungut
AM3.0 Business Process Cooperation Viewpoint VERSION: AUTHOR: 11/3/2021 by Tim Organta (Afrizal Rizky Barkah) VERSION AUTHOR: 11/5/2021 by Tim Organta (Afrizal Rizky Barkah)

PENGAWASAN OLEH UNIT


PEMERIKSA DJP
MEMBERIKAN RESPON
MENYAMPAIKAN DATA
SURAT PERSETUJUAN NI
MENERUSKAN KEPADA SKP PPFTZ-03 DAN GATE
PENGELUARAN
DJP, MELAKUKAN OUT KE SKP DJP
BARANG (SPPB) DAN
PENGECEKAN PENJALURAN SERTA MEMBERIKAN
RESPON SURAT
DAN MENERIMA RESPON NOMOR DAN TANGGAL
Jalur Merah PEMERIKSAAN FISIK NHI
PENJALURAN PENDAFTARAN PENGAWASAN OLEH UNIT
(SPF) PENERBITAN NI/NHI
Ya PENGAWASAN DJBC.

MENGIRIMKAN RESPON
PENELITIAN ENDORSEMENT
DIBERIKAN ATAU TIDAK
MELAKUKAN VALIDASI Terdapat NI/NHI DOKUMEN PPFTZ-03
Pemberian Respon Penjaluran DIBERIKAN FASILITAS PPN
INWARD MANIFES (BC 1.1) TERMASUK PROSES
Jalur Hijau DAN PPNBM TIDAK
MENYAMPAIKAN DATA PERMINTAAN KLARIFIKASI
Jalur Hijau DIPUNGUT
PPFTZ-03 DAN GATE MEMBERIKAN RESPON
OUT KE SKP DJP SURAT PERSETUJUAN Tidak
PROSEDUR GATE OUT
SERTA MEMBERIKAN PENGELUARAN
NOMOR DAN TANGGAL BARANG (SPPB)
PENDAFTARAN PEMERIKSAAN BARANG
MENYAMPAIKAN RESPON PPFTZ-03 (PEMERIKSAAN
PENOLAKAN BERSAMA DJP DAN DJBC)
Jalur Merah

4. Direktorat Jenderal Bea dan


Direktorat Jenderal Pajak
Cukai
- 66 -

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


HIJAU
PENELITIAN
ENDORSEMENT
PEMERIKSAAN

KPP
DOKUMEN PPF TZ-03,
PENERBITAN NI BARANG PPFTZ- GATE OUT, DAN
03 PADA DJP FAKTUR PAJAK
SELESAI KODE TRANS AKSI 07
SELESAI

TERDAPAT NI

KPU/KPPBC
PEMERIKSAAN
PENERBITAN PROSEDUR
BARANG PPFTZ-
NHI GATE OUT
MERAH 03 PADA DJBC
SELESAI
JALUR

TERDAPAT NHI

Data PPF TZ-03


dan Dokumen TIDAK TERDAPAT NI ATAU NHI
SKP DJP

MEMB ERI KAN Pelengkap Pa bean


MENGIRIMKAN
(SERVICE) DATA TERDAPAT NI
RESPON
FAKTUR PAJAK 07 & ATAU NHI
RESPON
PENJALUR AN

MENERUSKAN MEMBERIKAN NOMOR DAN


KEPADA SKP TANGGAL PENDAFTARAN PPFTZ-03
DJP, SERTA MENYAMPAIKAN DATA
SKP

MELAKUKAN PPFTZ-03 DAN GATE OUT KE SKP


PENGECEKAN DJP KEMUDIAN MEMBERIKAN
VALID PENJALURAN MERAH RESPON SURAT PEMERIKSAAN
DAN MENERIMA FISIK (SPF) DAN RESPON SURAT
MELAKUKAN RESPON PERSETUJUAN PENGELUARAN
SKP DJBC

VALIDASI PENJALURAN BARANG (SPPB) MENGIRIMKAN


INWARD JALUR RESPON
MANIFES (BC MEMBERIKAN NOMOR DAN
MULAI 1.1) TANGGAL PENDAFTARAN PPFTZ-03
DAN SPPB SERTA MENYAMPAIKAN
DATA PPFTZ-03 DAN GATE OUT KE
MENYAMPAIKAN HIJAU SKP DJP KEMUDIAN MEMBERIKAN
RESPON RESPON SURAT PERSETUJUAN
TIDAK VALID
PENOLAKAN PENGELUARAN BARANG (SPPB)
SELESAI
PENGUSAHA FTZ

MEMBUAT DAN
MENYAMPAIKAN RESPON RESPON
PPFTZ-03 DIBERIKAN TIDAK
FASILITAS DIBERIKAN
RESPON SPF SPPB
PPN TIDAK FASILITAS
PENOLAKAN
DIPUNGUT PPN TIDAK
DIPUNGUT

a.n. MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


SEKRETARIS JENDERAL,

Ditandatangani secara elektronik


HERU PAMBUDI

Anda mungkin juga menyukai