NOMOR 1480/KM.1/2021
TENTANG
MEMUTUSKAN:
3 - llii
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 17 Desember 2021
a.n. MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
SEKRETARIS JENDERAL,
58. SOP Link Permohonan dan Pengelolaan Informasi terkait Clearance Pegawai
Kementerian Keuangan
A. Deskripsi
Nomor SOP-58/Link/2021
Tanggal Penetapan: Desember 2021
B. Daftar Istilah
1. Clearance adalah proses penelusuran rekam jejak terkait integritas yang
meliputi penelusuran catatan hukuman disiplin, sanksi atas pelanggaran
kode etik dan kode perilaku pegawai, pengaduan, serta bila diperlukan
dapat dimintakan informasi kepatuhan pelaporan perpajakan dan harta
kekayaan pegawai, transaksi keuangan mencurigakan, dan digital
footprint.
2. Pegawai Negeri Sipil, yang selanjutnya disebut Pegawai, adalah Pegawai
Negeri Sipil atau Calon Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di lingkungan
Kementerian Keuangan.
3. Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan
Pegawai yang tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan
ketentuan disiplin Pegawai, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar
jam kerja.
4. Hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada Pegawai
karena melanggar peraturan disiplin Pegawai.
5. Pelanggaran Kode Etik adalah segala bentuk ucapan, tulisan, gambar
dan/atau perbuatan pegawai yang bertentangan dengan Kode Etik.
6. Sanksi Kode Etik adalah sanksi moral yang dijatuhkan oleh Pejabat yang
Berwenang karena melakukan pelanggaran Kode Etik.
7. Pengaduan adalah informasi yang disampaikan oleh Pelapor
(whistleblower) sehubungan dengan adanya pelanggaran.
-2-
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup SOP Clearance meliputi tahapan proses yang terdiri dari:
1. Permintaan informasi terkait clearance pegawai Kementerian Keuangan
yang ditujukan ke Inspektorat Jenderal dari pemohon informasi terkait
clearance, yang mencakup informasi:
a. tujuan permintaan informasi,
b. jabatan target untuk permintaan clearance terkait mutasi/promosi,
c. daftar pegawai yang dimintakan informasi dilengkapi dengan catatan
hukuman disiplin, pengaduan, temuan, penjatuhan/pemberian
sanksi kode etik yang dimiliki serta dikelola oleh unit pengusul, dan
catatan pengaduan secara lisan/proses investigasi terkait
pelanggaran kode etik yang bersifat berulang, dan
d. informasi yang dibutuhkan. Jenis informasi yang dapat diminta, yaitu:
Tujuan Permintaan
No. Informasi yang Dapat Dimintakan
Informasi
1. Proses mutasi, promosi, • catatan hukuman disiplin,
seleksi jabatan untuk level • penjatuhan/pemberian sanksi kode
jabatan struktural Eselon etik, dan
I, II, III, jabatan fungsional • catatan pengaduan.
-3-
Tujuan Permintaan
No. Informasi yang Dapat Dimintakan
Informasi
setaranya, dan jabatan Dan bila diperlukan dapat
non Eselon setaranya. dimintakan:
• informasi kepatuhan pelaporan
perpajakan dan harta kekayaan
pegawai,
• catatan transaksi keuangan
mencurigakan, dan
• catatan digital footprint.
D. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;
2. Undang-Undang Nomor Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Dan
Transaksi Elektronik;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil;
4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2014 Tentang Tata Cara
Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Secara Terbuka di Lingkungan
Instansi Pemerintah;
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 39/PMK.01/2009 tentang Pola
Mutasi Jabatan Karier di Lingkungan Departemen Keuangan;
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 60/PMK.01/2016 tentang
Manajemen Talenta Kementerian Keuangan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 161/PMK.01/2017;
7. Peraturan Menteri Keuangan nomor 190/PMK.01/2018 tentang Kode Etik
dan Kode Perilaku Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kementerian
Keuangan;
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 224/PMK.01/2020 tentang
Manajemen Karier di Lingkungan Kementerian Keuangan;
9. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 342/KMK.09/2011 tentang
Penugasan kepada Inspektur Jenderal untuk Mengoordinasikan
Permintaan Informasi Transaksi Keuangan Mencurigakan
Pejabat/Pegawai Kementerian Keuangan Kepada Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan; dan
10. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 277/KMK.09/2017 tentang
Mekanisme Penyampaian Laporan Harta Kekayaan dan Pajak-Pajak
Pribadi Pejabat/Pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan.
F. Keluaran (Output)
Keluaran akhir SOP ini adalah Nota Dinas Penyampaian Informasi atau atau
Nota Dinas/Surat Penolakan Pemberian Informasi Clearance Pegawai terkait
Clearance Pegawai Kementerian Keuangan, dan pada masing-masing
tahapan proses mempunyai keluaran antara lain sebagai berikut:
Pemohon Informasi
terkait Clearance
Penanganan Permintaan
Informasi terkait Clearance
Permintaan informasi Pegawai
clearance pegawai Pengelolaan database dan
Permintaan informasi terkait tindak lanjut pengamanan
clearance pegawai informasi terkait clearance
Kementerian Keuangan yang diterima dari
Penanganan Permintaan
Inspektorat Jenderal
Informasi terkait unit
organisasi untuk keperluan
Permintaan informasi clearance unit organisasi untuk keperluan pengusulan dalam rangka
pengusulan dalam rangka Zona Integritas WBK/WBBM Zona Integritas WBK/WBBM
B. Daftar Istilah
1. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-K/L) BA-
015 Kementerian Keuangan adalah dokumen rencana keuangan tahunan
Kementerian/Lembaga yang disusun menurut bagian anggaran
Kementerian/Lembaga.
2. Rencana Pembangunan Tahunan Kementerian Negara/Lembaga atau
Rencana Kerja Kementerian/Lembaga yang selanjutnya disebut Renja K/L
adalah dokumen perencanaan Kementerian/Lembaga untuk periode 1 (satu)
tahun.
3. Pagu Indikatif adalah ancar-ancar pagu anggaran yang diberikan kepada
Kementerian/Lembaga sebagai pedoman dalam penyusunan Renja-K/L.
4. Pagu Anggaran adalah batas tertinggi anggaran yang dialokasikan kepada
Kementerian/ Lembaga dalam rangka penyusunan RKA-K/L.
5. Alokasi Anggaran adalah batas tertinggi anggaran pengeluaran yang
dialokasikan kepada Kementerian/Lembaga berdasarkan hasil pembahasan
Rancangan APBN yang dituangkan dalam berita acara hasil kesepakatan
Pembahasan Rancangan APBN antara Pemerintah dan DPR.
6. Kinerja adalah prestasi kerja berupa keluaran dari suatu kegiatan atau hasil
dari suatu program dengan kuantitas dan kualitas terukur.
7. Program adalah penjabaran kebijakan kementerian/ lembaga di bidang
tertentu yang dilaksanakan dalam bentuk upaya yang berisi satu atau
beberapa kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan
untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misinya yang
-9-
dilaksanakan instansi atau masyarakat dalam koordinasi
Kementerian/Lembaga yang bersangkutan.
8. Kegiatan adalah nomenklatur yang menggambarkan aktivitas yang
dilakukan oleh unit kerja Kementerian/Lembaga yang bersangkutan untuk
menunjang Program yang telah ditentukan.
9. Reviu RKA-K/L adalah penelaahan atas penyusunan dokumen rencana
keuangan yang bersifat tahunan berupa RKA-K/L oleh auditor APIP K/L
yang kompeten, untuk memberikan keyakinan terbatas (limited assurance)
bahwa RKAK/L telah disusun berdasarkan Pagu Anggaran K/L dan/atau
Alokasi Anggaran K/L yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan Menteri
PPN/Kepala Bappenas, Renja K/L, RKP hasil kesepakatan pemerintah
dengan DPR-RI dalam pembicaraan pendahuluan rancangan APBN, standar
biaya, dan kebijakan pemerintah lainnya serta memenuhi kaidah
perencanaan penganggaran dalam upaya membantu Menteri/Pimpinan
Lembaga untuk menghasilkan RKA-K/L yang berkualitas.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup SOP Penyusunan Rencana Kerja Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga (RKA-K/L) BA-015 Kementerian Keuangan dimaksud sebagai
berikut:
1. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang
bertanggungjawab langsung kepada Menteri Keuangan melaksanakan Joint
Planning Session;
2. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Kementerian PPN/Bappenas
melaksanakan Bilateral Meeting dalam rangka penyusunan Rancangan Awal
Renja (Forward Estimate dan review Struktur Renja);
3. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang
bertanggungjawab langsung kepada Menteri Keuangan melaksanakan
pemutakhiran dan pembahasan Angka Dasar Kementerian Keuangan TA
yang direncanakan;
4. Biro Perencanaan dan Keuangan bersama Biro dan/atau Pusat selaku
Resource Owner melaksanakan Resource Forum;
5. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang
bertanggungjawab langsung kepada Menteri Keuangan melaksanakan one
on one meeting pembahasan usulan Kegiatan Strategis TA yang
direncanakan;
6. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang
bertanggungjawab langsung kepada Menteri Keuangan melaksanakan
Bilateral Meeting TA yang direncanakan;
7. Biro Perencanaan dan Keuangan, DJA, dan Kementerian PPN/Bappenas
melaksanakan Trilateral Meeting Pagu Indikatif Kementerian Keuangan TA
yang direncanakan;
8. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang
bertanggungjawab langsung kepada Menteri Keuangan melaksanakan
perbaikan Rancangan Awal Renja K/L Kementerian Keuangan TA yang
direncanakan berdasarkan kesepakatan Trilateral Meeting;
9. Kementerian Keuangan melaksanakan Raker dengan Komisi XI DPR
pembahasan Pagu Indikatif Kementerian Keuangan TA yang direncanakan
(Rapim);
- 10 -
10. Menteri Keuangan dan Menteri PPN/Kepala Bappenas melaksanakan
penyusunan dan penyampaian Surat Bersama Menteri Keuangan dan
Menteri PPN/Kepala Bappenas tentang Pagu Anggaran Kementerian
Keuangan TA yang direncanakan kepada Kementerian Keuangan;
11. Biro Perencanaan dan Keuangan, DJA, Menteri PPN/Kepala Bappenas
melaksanakan Trilateral Meeting Pagu Anggaran Kementerian Keuangan TA
yang direncanakan;
12. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang
bertanggungjawab langsung kepada Menteri Keuangan melaksanakan
Pemutakhiran Rancangan Rencana Kerja Kementerian Lembaga menjadi
Rencana Kerja Kementerian/Lembaga Kementerian Keuangan TA yang
direncanakan;
13. Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang bertanggungjawab langsung kepada
Menteri Keuangan melaksanakan penyusunan RKA-K/L Pagu Anggaran
Kementerian Keuangan TA yang direncanakan;
14. Biro Perencanaan dan Keuangan melaksanakan penelitian RKA-K/L Pagu
Anggaran Kementerian Keuangan TA yang direncanakan;
15. Inspektorat Jenderal melaksanakan reviu RKAK/L Pagu Anggaran
Kementerian Keuangan TA yang direncanakan;
16. Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang bertanggungjawab langsung kepada
Menteri Keuangan melaksanakan perbaikan atau penyesuaian RKA-K/L
Pagu Anggaran TA yang direncanakan berdasarkan catatan hasil reviu RKA-
K/L Kementerian Keuangan oleh Inspektorat Jenderal dan catatan hasil
penelitian oleh Biro Perencanaan dan Keuangan;
17. Menteri Keuangan menandatangani dan menyampaikan RKA-K/L Pagu
Anggaran Kementerian Keuangan TA yang direncanakan oleh Menteri
Keuangan selaku Pimpinan Kementerian/Lembaga;
18. Kementerian Keuangan (Biro Perencanaan dan Keuangan dan Unit Eselon
I/Unit Non Eselon yang bertanggungjawab langsung kepada Menteri
Keuangan) melaksanakaan penelaahan RKA-K/L Pagu Anggaran
Kementerian Keuangan TA yang direncanakan bersama Direktorat Jenderal
Anggaran dan Kementerian PPN/Bappenas;
19. Kementerian Keuangan melaksanakan Raker dengan Komisi XI DPR RI
membahas RKA K/L Pagu Anggaran Kementerian Keuangan TA yang
direncanakan, disertai dengan pendalaman RKA masing-masing Unit Eselon
I/Unit Non Eselon yang bertanggungjawab langsung kepada Menteri
Keuangan;
20. Biro Perencanaan dan Keuangan, DJA, dan Menteri PPN/Kepala Bappenas
melaksanakan Trilateral Meeting Alokasi Anggaran Kementerian Keuangan;
21. Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang bertanggungjawab langsung kepada
Menteri Keuangan melaksanakan Penyusunan RKA-K/L Pagu Alokasi
Anggaran Kementerian Keuangan TA yang direncanakan;
22. Biro Perencanaan dan Keuangan melaksanakan Penelitian RKA-K/L Pagu
Alokasi Anggaran Kementerian Keuangan TA yang direncanakan;
23. Inspektorat Jenderal melaksanakan reviu RKA K/L Pagu Alokasi Anggaran
Kementerian Keuangan TA yang direncanakan;
24. Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang bertanggungjawab langsung kepada
Menteri Keuangan melaksanakan perbaikan atau penyesuaian RKA-K/L
Pagu Alokasi Anggaran Kementerian Keuangan TA yang direncanakan
berdasarkan catatan hasil reviu RKA-K/L oleh Inspektorat Jenderal dan
catatan hasil penelitian oleh Biro Perencanaan dan Keuangan;
- 11 -
25. Menteri Keuangan menandatangani dan menyampaikan RKA-K/L Pagu
Alokasi Anggaran Kementerian Keuangan TA yang direncanakan oleh
Menteri
Keuangan selaku Pimpinan Kementerian/Lembaga;
26. Kementerian Keuangan (Biro Perencanaan dan Keuangan dan Unit Eselon
I/Unit Non Eselon yang bertanggungjawab langsung kepada Menteri
Keuangan) melaksanakan penelaahan RKA-K/L Pagu Alokasi Anggaran
Kementerian Keuangan TA yang direncanakan bersama Direktorat Jenderal
Anggaran dan Kementerian PPN/Bappenas;
27. Kementerian Keuangan melaksanakan Raker dengan Komisi XI DPR RI
membahas RKA K/L Pagu Alokasi Anggaran Kementerian Keuangan TA yang
direncanakan;
28. DJA menyusun DHP RKA-K/L Kementerian Keuangan TA yang
direncanakan;
29. Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang bertanggungjawab langsung kepada
Menteri Keuangan menyusun dan menandatangani DIPA Induk menurut
Bagian Anggaran TA yang direncanakan;
30. DJA melaksanakan Validasi DIPA Induk Kementerian Keuangan TA yang
direncanakan;
31. DJA melaksanakan pengesahan DIPA TA yang direncanakan untuk Bagian
Anggaran Kementerian Keuangan.
D. Dasar Hukum
1. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 1 Tahun 2021 tentang Tata
Cara Penyusunan, Penelaahan, dan Perubahan Rencana Kerja Kementerian/
Lembaga;
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 208/PMK.02/2019 tentang Petunjuk
Penyusunan Dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga dan Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran;
3. PER-5/AG/2020 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penelaahan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga dan Pengesahan Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran.
F. Keluaran (Output)
Keluaran akhir SOP ini adalah Rencana Kerja Anggaran (RKA) dan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Induk BA-015 Kementerian Keuangan, dan pada
masing-masing tahapan proses mempunyai keluaran antara lain sebagai
berikut:
Waktu
No Tahapan Proses Keterangan
Penyelesaian
1. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Desember TA
Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang 20xx-2.
bertanggungjawab langsung kepada
Menteri Keuangan melaksanakan
Joint Planning Session.
2. Biro Perencanaan dan Keuangan dan November TA Waktu
Kementerian PPN/Bappenas 20xx-2 – pelaksanaan
melaksanakan Bilateral Meeting Februari TA kegiatan sesuai
20xx-1.
dalam rangka penyusunan dengan jadwal
Rancangan Awal Renja (Forward dari Bappenas
Estimate dan review Struktur Renja). dan DJA.
3. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Januari -
Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang Maret TA
bertanggungjawab langsung kepada 20xx-1.
Menteri Keuangan melaksanakan
pemutakhiran dan pembahasan
Angka Dasar Kementerian Keuangan
TA yang direncanakan.
4. Biro Perencanaan dan Keuangan Februari –
bersama Biro dan/atau Pusat selaku Maret TA
Resource Owner melaksanakan 20xx-1.
Resource Forum.
5. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Maret – April
Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang TA 20xx-1.
bertanggungjawab langsung kepada
Menteri Keuangan melaksanakan one
on one meeting pembahasan usulan
Kegiatan Strategis TA yang
direncanakan.
6. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Maret – April
Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang TA 20xx-1.
bertanggungjawab langsung kepada
Menteri Keuangan melaksanakan
Bilateral Meeting TA yang
direncanakan.
- 18 -
Waktu
No Tahapan Proses Keterangan
Penyelesaian
7. Biro Perencanaan dan Keuangan, Maret – April Waktu
DJA, dan Kementerian TA 20xx-1. pelaksanaan
PPN/Bappenas melaksanakan kegiatan sesuai
Trilateral Meeting Pagu Indikatif dengan jadwal
Kementerian Keuangan TA yang dari Bappenas
direncanakan. dan DJA.
8. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Maret – April
Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang TA 20xx-1.
bertanggungjawab langsung kepada
Menteri Keuangan melaksanakan
perbaikan Rancangan Awal Renja
K/L Kementerian Keuangan TA yang
direncanakan berdasarkan
kesepakatan Trilateral Meeting.
9. Kementerian Keuangan April – Mei TA Waktu
melaksanakan Raker dengan Komisi 20xx-1. pelaksanaan
XI DPR pembahasan Pagu Indikatif kegiatan sesuai
Kementerian Keuangan TA yang dengan jadwal
direncanakan (Rapim). Komisi XI.
10. Menteri Keuangan dan Menteri Juli - Agustus Waktu
PPN/Kepala Bappenas melaksanakan TA 20xx-1. pelaksanaan
penyusunan dan penyampaian Surat kegiatan sesuai
Bersama Menteri Keuangan dan dengan jadwal
Menteri PPN/Kepala Bappenas dari Bappenas.
tentang Pagu Anggaran Kementerian
Keuangan TA yang direncanakan
kepada Kementerian Keuangan.
11. Biro Perencanaan dan Keuangan, Juli - Agustus Waktu
DJA, Menteri PPN/Kepala Bappenas TA 20xx-1. pelaksanaan
melaksanakan Trilateral Meeting kegiatan sesuai
Pagu Anggaran Kementerian dengan jadwal
Keuangan TA yang direncanakan. dari Bappenas.
12. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Juli - Agustus
Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang TA 20xx-1.
bertanggungjawab langsung kepada
Menteri Keuangan melaksanakan
Pemutakhiran Rancangan Rencana
Kerja Kementerian Lembaga menjadi
Rencana Kerja
Kementerian/Lembaga Kementerian
Keuangan TA yang direncanakan.
- 19 -
Waktu
No Tahapan Proses Keterangan
Penyelesaian
13. Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang Juli - Agustus
bertanggungjawab langsung kepada TA 20xx-1.
Menteri Keuangan melaksanakan
penyusunan RKA-K/L Pagu
Anggaran Kementerian Keuangan TA
yang direncanakan.
14. Biro Perencanaan dan Keuangan Juli - Agustus
melaksanakan penelitian RKA-K/L TA 20xx-1.
Pagu Anggaran Kementerian
Keuangan TA yang direncanakan.
15. Inspektorat Jenderal melaksanakan Maksimal 20
reviu RKAK/L Pagu Anggaran hari kerja pada
Kementerian Keuangan TA yang Juli - Agustus
direncanakan. TA 20xx-1.
16. Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang Juli - Agustus
bertanggungjawab langsung kepada TA 20xx-1.
Menteri Keuangan melaksanakan
perbaikan atau penyesuaian RKA-
K/L Pagu Anggaran TA yang
direncanakan berdasarkan catatan
hasil reviu RKA-K/L Kementerian
Keuangan oleh Inspektorat Jenderal
dan catatan hasil penelitian oleh Biro
Perencanaan dan Keuangan.
17. Menteri Keuangan menandatangani Juli - Agustus Waktu
dan menyampaikan RKA-K/L Pagu TA 20xx-1. pelaksanaan
Anggaran Kementerian Keuangan TA kegiatan sesuai
yang direncanakan oleh Menteri dengan jadwal
Keuangan selaku Pimpinan dari DJA.
Kementerian/Lembaga.
18. Kementerian Keuangan (Biro Juli - Agustus
Perencanaan dan Keuangan dan Unit TA 20xx-1.
Eselon I/Unit Non Eselon yang
bertanggungjawab langsung kepada
Menteri Keuangan) melaksanakaan
penelaahan RKA-K/L Pagu Anggaran
Kementerian Keuangan TA yang
direncanakan bersama Direktorat
Jenderal Anggaran dan Kementerian
PPN/Bappenas.
- 20 -
Waktu
No Tahapan Proses Keterangan
Penyelesaian
19. Kementerian Keuangan Juli - Agustus Waktu
melaksanakan Raker dengan Komisi TA 20xx-1. pelaksanaan
XI DPR RI membahas RKA K/L Pagu kegiatan sesuai
Anggaran Kementerian Keuangan TA dengan jadwal
yang direncanakan, disertai dengan dari Komisi XI
pendalaman RKA masing-masing DPR RI.
Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang
bertanggungjawab langsung kepada
Menteri Keuangan.
20. Biro Perencanaan dan Keuangan, September - Waktu
DJA, dan Menteri PPN/Kepala Oktober TA pelaksanaan
Bappenas melaksanakan Trilateral 20xx-1. kegiatan sesuai
Meeting Alokasi Anggaran dengan jadwal
Kementerian Keuangan. dari Bappenas .
21. Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang September -
bertanggungjawab langsung kepada Oktober TA
Menteri Keuangan melaksanakan 20xx-1.
Penyusunan RKA-K/L Pagu Alokasi
Anggaran Kementerian Keuangan TA
yang direncanakan.
22. Biro Perencanaan dan Keuangan September -
melaksanakan Penelitian RKA-K/L Oktober TA
Pagu Alokasi Anggaran Kementerian 20xx-1.
Keuangan TA yang direncanakan.
23. Inspektorat Jenderal melaksanakan September -
reviu RKA K/L Pagu Alokasi Oktober TA
Anggaran Kementerian Keuangan TA 20xx-1.
yang direncanakan.
24. Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang September -
bertanggungjawab langsung kepada Oktober TA
Menteri Keuangan melaksanakan 20xx-1.
perbaikan atau penyesuaian RKA-
K/L Pagu Alokasi Anggaran
Kementerian Keuangan TA yang
direncanakan berdasarkan catatan
hasil reviu RKA-K/L oleh Inspektorat
Jenderal dan catatan hasil penelitian
oleh Biro Perencanaan dan
Keuangan.
25. Menteri Keuangan menandatangani September - Waktu
dan menyampaikan RKA-K/L Pagu Oktober TA pelaksanaan
Alokasi Anggaran Kementerian 20xx-1. kegiatan sesuai
Keuangan TA yang direncanakan
- 21 -
Waktu
No Tahapan Proses Keterangan
Penyelesaian
oleh Menteri Keuangan selaku dengan jadwal
Pimpinan Kementerian/Lembaga. dari DJA.
26. Kementerian Keuangan (Biro September -
Perencanaan dan Keuangan dan Unit Oktober TA
Eselon I/Unit Non Eselon yang 20xx-1.
bertanggungjawab langsung kepada
Menteri Keuangan) melaksanakan
penelaahan RKA-K/L Pagu Alokasi
Anggaran Kementerian Keuangan TA
yang direncanakan bersama
Direktorat Jenderal Anggaran dan
Kementerian PPN/Bappenas.
27. Kementerian Keuangan September - Waktu
melaksanakan Raker dengan Komisi Oktober TA pelaksanaan
XI DPR RI membahas RKA K/L Pagu 20xx-1. kegiatan sesuai
Alokasi Anggaran Kementerian dengan jadwal
Keuangan TA yang direncanakan. dari Komisi XI
DPR RI.
28. DJA menyusun DHP RKA-K/L Oktober -
Kementerian Keuangan TA yang November TA
direncanakan. 20xx-1.
29. Unit Eselon I/Unit Non Eselon yang November - Waktu
bertanggungjawab langsung kepada Desember TA pelaksanaan
Menteri Keuangan menyusun dan 20xx-1. kegiatan sesuai
menandatangani DIPA Induk dengan jadwal
menurut Bagian Anggaran TA yang
direncanakan. dari DJA.
30. DJA melaksanakan Validasi DIPA November -
Induk Kementerian Keuangan TA Desember TA
yang direncanakan. 20xx-1.
31. DJA melaksanakan pengesahan DIPA November -
TA yang direncanakan untuk Bagian Desember TA
Anggaran Kementerian Keuangan. 20xx-1.
- 22 -
H. Bagan arus (Flowchart)
Resource Forum
B. Daftar Istilah
1. Barang Milik Negara, yang selanjutnya disingkat BMN, adalah semua barang
yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
2. Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab
menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan BMN,
yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.
3. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan BMN
Kementerian Keuangan, yang dilaksanakan oleh Biro Manajemen Barang
Milik Negara dan Pengadaan, Sekretariat Jenderal.
4. Pembantu Pengguna Barang Eselon I (PPB Eselon I) adalah pejabat di
lingkungan Unit Organisasi Eselon I Kementerian Keuangan, yaitu Sekretaris
Jenderal/Inspektur Jenderal/Direktur Jenderal/Kepala Badan/Kepala
Lembaga National Single Window, atau pejabat lain di lingkungan Unit
Organisasi Eselon I Kementerian Keuangan yang mendapatkan kewenangan
sebagai Pembantu Pengguna Barang Eselon I sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di lingkungan Kementerian Keuangan.
5. Pembantu Pengguna Barang Wilayah/Koordinator Wilayah (PPB Wilayah)
adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan BMN di lingkungan
Kementerian Keuangan, yaitu Kepala Kantor Wilayah.
6. Kuasa Pengguna Barang (KPB) adalah kepala satuan kerja (satker) atau
pejabat yang ditunjuk oleh Pengguna Barang untuk menggunakan barang
yang berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya.
7. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) adalah unit yang secara
fungsional melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian
- 28 -
Keuangan, yang dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian
Keuangan, serta bertanggungjawab langsung kepada Menteri Keuangan.
8. Perencanaan Kebutuhan BMN adalah kegiatan merumuskan rincian
kebutuhan BMN untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu
dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan
tindakan yang akan datang.
9. Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara (RKBMN), adalah dokumen
perencanaan BMN untuk periode 1 (satu) tahun.
10. Rencana Kebutuhan Pengadaan Barang Milik Negara (RKBMN Pengadaan)
adalah dokumen yang memuat daftar BMN yang direncanakan untuk
dilakukan pengadaan, yang telah terdapat standar barang dan standar
kebutuhan.
11. Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Negara(RKBMN
Pemeliharaan) adalah dokumen yang memuat daftar BMN yang direncanakan
untuk dilakukan pemeliharaan.
12. Laporan Hasil Review adalah hasil review APIP atas kebenaran dan
kelengkapan usulan RKBMN serta kepatuhan terhadap penerapan ketentuan
Perencanaan Kebutuhan BMN.
13. Hasil Penelitian RKBMN adalah dokumen hasil penelitian rencana kebutuhan
pengadaan dan pemeliharaan BMN yang disampaikan oleh Pengguna Barang
kepada Pengelola Barang.
14. Hasil Penelaahan RKBMN adalah dokumen penelaahan RKBMN antara
Pengguna Barang dan Pengelola Barang.
15. Reviu RKBMN adalah penelaahan atas penyusunan dokumen rencana
kebutuhan BMN yang bersifat tahunan berupa RKBMN oleh Auditor APIP K/L
yang kompeten, memberi keyakinan terbatas (limited assurance) bahwa
RKBMN telah disusun sesuai dengan ketentuan perencanaan kebutuhan
BMN.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup SOP Bertautan Penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik
Negara (RKBMN) BA-015 Kementerian Keuangan terdiri dari tahapan proses
sebagai berikut:
1. Kuasa Pengguna Barang (KPB) menyusun usulan RKBMN pengadaan dan
pemeliharaan serta menyampaikan kepada Pengguna Barang secara
berjenjang melalui Pembantu Pengguna Barang (PPB) Wilayah dan/atau PPB
Eselon I.
2. PPB Eselon I melakukan pengecekan dan analisis usulan RKBMN. Dalam hal
usulan:
a. Tidak lengkap dan/atau tidak benar, meminta Kuasa Pengguna Barang
untuk melengkapi dan/atau memperbaiki usulan RKBMN;
b. Lengkap, dilakukan analisis terhadap usulan RKBMN berdasarkan
ketentuan yang berlaku, dan menyampaikan kepada Pengguna Barang.
3. Menteri Keuangan c.q. Biro Manajemen Barang Milik Negara dan Pengadaan
selaku Pengguna Barang melakukan penelitian atas usulan RKBMN. Dalam
hal usulan:
- 29 -
a. Tidak lengkap dan/atau tidak benar, meminta PPB Eselon I untuk
melengkapi dan/atau memperbaiki usulan RKBMN;
b. Lengkap, dilakukan penelitian terhadap usulan RKBMN Kuasa Pengguna
Barang berdasarkan ketentuan yang berlaku, dan menyampaikan kepada
Inspektorat Jenderal selaku APIP Kementerian Keuangan.
4. APIP melakukan review atas usulan RKBMN dan menyampaikan Laporan
Hasil Review kepada Pengguna Barang.
5. Pengguna Barang menyampaikan Hasil Penelitian RKBMN kepada Pengelola
Barang.
6. Pengelola Barang melakukan penelaahan atas Hasil Penelitian RKBMN dan
menyampaikan Hasil Penelaahan RKBMN kepada Pengguna Barang.
7. Pengguna Barang menyampaikan Hasil Penelahaan RKBMN Pengadaan dan
Pemeliharaan BA-015 Kementerian Keuangan kepada:
a. Unit Eselon I;
b. Biro Perencanaan dan Keuangan.
D. Dasar Hukum
1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 150/PMK.06/2014 tentang Perencanaan
Kebutuhan Barang Milik Negara;
2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 450/KM.6/2014 tentang Modul
Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara Untuk Penyusunan Rencana
Kebutuhan Barang Milik Negara;
3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 174/KM.6/2016 tentang Perubahan
Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 450/KM.6/2014 tentang Modul
Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara Untuk Penyusunan Rencana
Kebutuhan Barang Milik Negara;
4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 332/KM.6/2016 tentang Modul Tata
Cara Reviu Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara Oleh Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah Kementerian/Lembaga;
5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 577/KM.6/2017 tentang Modul
Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara Untuk Penyusunan Rencana
Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas
Operasional Jabatan Di Dalam Negeri;
6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 622/KMK.01/2019 tentang Pedoman
Penyusunan, Penelitian, dan Penyampaian Rencana Kebutuhan Barang Milik
Negara Di Lingkungan Kementerian Keuangan;
7. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 32/KMK.01/2020 tentang Pelimpahan
Kewenangan Menteri Keuangan Selaku Pengguna Barang Dalam Bentuk
Mandat Kepada Para Pejabat Di Lingkungan Kementerian Keuangan;
F. Keluaran (Output)
Keluaran SOP Bertautan Penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara
(RKBMN) BA-015 Kementerian Keuangan pada masing-masing tahapan proses
sebagai berikut:
Pembantu Pengguna
Kuasa Pengguna Barang 1.7 Biro Manajemen
Barang Wilayah/Eselon
(KPB) BMN dan Pengadaan
I (PPB Wilayah/UE 1)
- 34 -
B. Daftar Istilah
1. Pengawasan Intern adalah kegiatan yang independen dan objektif oleh
Inspektorat Jenderal dalam bentuk pemberian keyakinan/asurans (assurance
activities) dan konsultansi (consulting activities), antara lain berupa audit,
reviu, evaluasi, dan pemantauan, dan konsultansi (consulting activities) antara
lain berupa asistensi, fasilitasi, dan pelatihan, yang dirancang untuk memberi
nilai tambah dan meningkatkan efektivitas dari proses tata kelola, manajemen
risiko, dan pengendalian intern.
2. Pemantauan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pengawasan Inspektorat
Jenderal (Pemantauan TLRHP Itjen) adalah rangkaian kegiatan yang
dilaksanakan secara sistematis meliputi tahapan penyampaian tindak lanjut
Klien Pengawasan, penilaian terhadap tindak lanjut Klien Pengawasan,
penentuan dan penetapan status penyelesaian tindak Ianjut, dan pelaporan
hasil pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan.
3. Klien Pengawasan adalah unit kerja eselon I yang menjadi objek pelaksanaan
Pengawasan Intern oleh Inspektorat Jenderal.
4. Sistem Manajemen Pengawasan Intern (SMPI) adalah sistem informasi/
aplikasi yang dikembangkan/ digunakan oleh Inspektorat Jenderal untuk
mengelola pelaksanaan Pengawasan Intern.
5. Unit Kepatuhan Internal (UKI) adalah unit kerja pada masing-masing eselon I
yang ditunjuk/memiliki tugas untuk membantu manajemen dalam
melaksanakan pemantauan pengendalian intern sebagaimana dimaksud
dalam peraturan tentang pengendalian intern di lingkungan Kementerian
Keuangan.
- 36 -
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup SOP Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Inspektorat
Jenderal dimaksud sebagai berikut:
1. pelaksanaan tindak lanjut dan penyampaian tindak lanjut Klien Pengawasan
kepada Inspektorat Jenderal melalui SMPI atau nota dinas;
2. penilaian, penentuan, dan penetapan status penyelesaian tindak Ianjut oleh
Inspektorat Jenderal melalui SMPI, dan
3. pelaporan hasil pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan oleh Inspektur
kepada Inspektur Jenderal dan Unit Kepatuhan Internal Unit Eselon I/non
Eselon setiap triwulan, serta Inspektur Jenderal kepada Menteri Keuangan
setiap semester.
D. Dasar Hukum
1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 237/PMK.09/2016 tentang Tata Kelola
Pengawasan Intern di Lingkungan Kementerian Keuangan;
2. Peraturan Inspektur Jenderal Nomor PER-2/IJ/2011 tentang Percepatan
Penerapan Aplikasi CCH Teammate dalam Penyelenggaraan Manajemen
Pengawasan Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan;
3. Peraturan Inspektur Jenderal Nomor PER-2/IJ/2012 tentang Tata Cara dan
Langkah-Langkah Penerapan Aplikasi CCH Teammate sebagaimana diubah
terakhir dengan PER-4/IJ/2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Inspektur Jenderal Nomor PER-02/IJ/2012 tentang Tata Cara dan Langkah-
Langkah Penerapan Aplikasi CCH Teammate.
4. Peraturan Inspektur Jenderal Nomor PER-6/IJ/2020 tentang Pedoman
Pemantauan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pengawasan Inspektorat
Jenderal.
Klien Pengawasan
Pelaksanaan tindak lanjut dan Penilaian, penentuan, dan Pelaporan hasil pemantauan Pelaporan hasil pemantauan
penyampaian tindak lanjut penetapan status tindak lanjut hasil pengawasan tindak lanjut hasil
Klien Pengawasan kepada penyelesaian tindak Ianjut oleh Inspektur kepada Inspektur pengawasan oleh Inspektur
Inspektorat Jenderal melalui oleh Inspektorat Jenderal Jenderal dan UKI UE I/non Eselon Jenderal kepada Menteri
SMPI atau nota dinas melalui SMPI setiap triwulan Keuangan setiap semester
Klien Pengawasan 9.2 Inspektorat I 9.3 Inspektorat II 9.4 Inspektorat III 9.5 Inspektorat IV 9.6 Inspektorat V 9.7 Inspektorat VI 9.8 Inspektorat VII Inspektur Jenderal
- 40 -
62. SOP Link Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Auditor Eksternal (Kinerja
dan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu)
A. Deskripsi
B. Daftar Istilah
1. Pemeriksaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh Auditor Eksternal
untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan yang dilakukan
Auditi telah dilakukan secara ekonomis, efisien, dan efektif.
2. Auditor Eksternal adalah Auditor Pemerintah yang berada di luar lingkup
organisasi Kementerian Keuangan.
3. BPK RI adalah Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.
4. BPKP adalah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
5. Laporan Hasil Pemeriksaan kinerja (LHP) adalah hasil akhir dari proses
penilaian kebenaran, kepatuhan, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan
data/informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan
Standar Pemeriksaan yang diberikan dan dikomunikasikan kepada Auditi
dengan memperhatikan aspek Ekonomis, Efisien, dan Efektif.
6. Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan (TLRHP) adalah suatu proses
yang dilakukan oleh auditi atas tindakan-tindakan koreksi dan perbaikan
terhadap rekomendasi dari hasil pemeriksaan Auditor Eksternal.
7. Laporan Pemantauan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan
(TLRHP) adalah laporan Hasil penelaahan yang dilakukan Auditor Eksternal
untuk menentukan apakah tindak lanjut telah dilakukan sesuai dengan
rekomendasi.
8. Unit Kepatuhan Internal adalah unit kerja pada masing-masing eselon I dan
noneselon yang ditunjuk/memiliki tugas untuk membantu manajemen dalam
melaksanakan pemantauan pengendalian intern sebagaimana dimaksud
dalam peraturan tentang pengendalian intern di lingkungan Kementerian
- 41 -
Keuangan serta menjadi koordinator di tiap-tiap unit Eselon I selaku
penanggung jawab temuan.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Auditor Eksternal
(Kinerja dan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu) dimaksud sebagai berikut:
1. Permintaan tanggapan pertama terhadap diterimanya LHP dari Auditor
Eksternal;
2. Pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan dan penyampaian nota dinas
tanggapan/penjelasan/tindak lanjut hasil pemeriksaaan berikut bukti
pendukung dari Unit Eselon I terkait/atau Unit Non Eselon yang menjadi
klien pengawasan dan obyek pemeriksaan BPK RI kepada Inspektorat
Jenderal;
3. Pembahasan dan penelitian dokumen pendukung tanggapan pertama yang
disampaikan oleh Unit Eselon I dan Unit Non Eselon terkait;
4. Penyusunan tanggapan pertama atas LHP yang dilakukan Kementerian
Keuangan kepada Auditor Eksternal yang bersangkutan, mengacu pada SOP
Inspektorat Jenderal yang terdiri dari:
i. Penyusunan Tanggapan Pertama Kementerian dari Unit Eselon I, dan
ii. Penyusunan Tanggapan Pertama Kementerian dari Inspektorat Jenderal;
5. Pemantauan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan (TLRHP) Auditor
Eksternal mengacu pada SOP Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
Auditor Eksternal di Inspektorat Jenderal;
6. Pembahasan tindak lanjut temuan eksternal antara Inspektorat Jenderal,
UKI, unit teknis, serta BPK RI/BPKP, mengacu pada SOP Pembahasan Tindak
Lanjut Hasil Pemeriksaan/Pengawasan Auditor Eksternal di Inspektorat
Jenderal.
D. Dasar Hukum
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara;
6. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 2 Tahun 2017 tentang
Pemantauan Pelaksanaan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan
Badan Pemeriksa Keuangan;
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 237/PMK.09/2016 tentang Tata Kelola
Pengawasan Intern di Lingkungan Kementerian Keuangan.
Waktu
No. Tahapan Proses Keterangan
Penyelesaian
1. Permintaan tanggapan 2 hari. Sejak disposisi
pertama atas diterimanya diterima dari Kepala
LHP Auditor Eksternal. Bagian Organisasi
dan Analisis Hasil
Pengawasan.
Klien Pengawasan
9.1 Sekretariat
Klien Pengawasan Unit Kepatuhan Internal
Inspektorat Jenderal
- 46 -
A. Deskripsi
B. Daftar Istilah
1. UKI adalah unit kepatuhan internal di lingkungan Kementerian Keuangan.
2. Simpulan efektivitas pengendalian intern adalah simpulan akhir yang
diperoleh berdasarkan hasil pemantauan pengendalian intern, baik tingkat
entitas maupun tingkat aktivitas.
3. Pengendalian Intern Efektif adalah simpulan efektivitas pengendalian intern
yang menunjukkan tidak adanya defisiensi signifikan dan kelemahan
material.
4. Pengendalian Intern Efektif dengan Pengecualian adalah simpulan efektivitas
pengendalian intern yang menunjukkan adanya satu atau lebih defisiensi
signifikan yang apabila digabungkan tidak mengakibatkan kelemahan
material.
5. Pengendalian Intern Mengandung Kelemahan Material simpulan efektivitas
pengendalian intern yang menunjukkan adanya satu atau lebih kelemahan
material atau terdapat gabungan defisiensi signifikan yang mengakibatkan
kelemahan material.
6. Laporan Efektivitas Pengendalian Intern adalah laporan mengenai penerapan
pengendalian intern pada masing-masing unit Eselon I dan Lembaga National
Single Window (LNSW) Kementerian Keuangan.
7. Laporan Efektivitas Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian
Keuangan adalah laporan mengenai penerapan pengendalian intern di
Kementerian Keuangan.
- 47 -
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup SOP Penyusunan Laporan Efektivitas Pengendalian Intern di
Lingkungan Kementerian Keuangan dimaksud sebagai berikut:
1. Penyusunan Laporan Efektivitas Pengendalian Intern Tingkat Eselon I dan
LNSW;
2. Penyusunan Pernyataan Manajemen Mengenai Efektivitas Pengendalian
Intern Tingkat Eselon I dan LNSW;
3. Penyampaian Laporan Efektivitas Pengendalian Intern yang dilampiri dengan
Pernyataan Manajemen Mengenai Efektivitas Pengendalian Intern Tingkat
Eselon I dan LNSW kepada Inspektur Jenderal;
4. Penyusunan Laporan Efektivitas Pengendalian Intern di Lingkungan
Kementerian Keuangan, dengan rincian kegiatan sebagai berikut:
a. analisis atas jumlah dan rincian proses bisnis yang dipantau UKI pada
masing-masing unit Eselon I dan LNSW;
b. analisis atas simpulan efektivitas pengendalian intern pada masing-
masing unit Eselon I dan LNSW;
c. dalam hal simpulan efektivitas pengendalian intern adalah Pengendalian
Intern Efektif dengan Pengecualian, analisis juga dilakukan terhadap atas
kelemahan (defisiensi) signifikan;
d. dalam hal simpulan efektivitas pengendalian intern adalah Pengendalian
Intern Mengandung Kelemahan Material, analisis juga dilakukan terhadap
kelemahan material dan/atau kelemahan (defisiensi) signifikan; dan
e. analisis atas hasil program penguatan UKI yang signifikan dan layak
untuk dilaporkan kepada Menteri Keuangan.
5. Penetapan Laporan Efektivitas Pengendalian Intern di Lingkungan
Kementerian Keuangan oleh Inspektur Jenderal, dilanjutkan dengan
penyampaian laporan kepada Menteri Keuangan.
D. Dasar Hukum
1. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah;
2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 940/KMK.09/2017 tentang Kerangka
Kerja Penerapan Pengendalian Intern dan Pedoman Pemantauan
Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian Keuangan.
F. Keluaran (Output)
Keluaran akhir SOP ini adalah Laporan Efektivitas Pengendalian Intern di
Lingkungan Kementerian Keuangan, dan pada masing-masing tahapan proses
mempunyai keluaran antara lain sebagai berikut:
Waktu
No. Tahapan Proses Keterangan
Penyelesaian
4. Penyusunan Laporan Paling lambat Bila tanggal
Efektivitas Pengendalian tanggal 14 Januari tersebut jatuh pada
Intern Tingkat Eselon I dan tahun berikutnya. hari libur maka
batas akhir
LNSW.
penyusunan
adalah hari kerja
pertama sesudah
tanggal tersebut.
5. Penyusunan Pernyataan Paling lambat Bila tanggal
Manajemen Mengenai tanggal 15 Januari tersebut jatuh pada
Efektivitas Pengendalian tahun berikutnya. hari libur maka
batas akhir
Intern Tingkat Eselon I dan
penyusunan
LNSW. adalah hari kerja
pertama sesudah
tanggal tersebut.
6. Penyusunan dan Paling lambat 5 hari Bila tanggal
penyampaian Laporan kalender setelah tersebut jatuh pada
Efektivitas Pengendalian tanggal 14 Januari hari libur maka
batas akhir
Intern yang dilampiri tahun berikutnya.
penyampaian
dengan Pernyataan adalah hari kerja
Manajemen Mengenai pertama sesudah
Efektivitas Pengendalian tanggal tersebut.
Intern di tingkat Unit Eselon
I dan LNSW kepada
Inspektorat Jenderal.
7. Penyusunan Laporan 12 hari kalender. Setelah Laporan
Efektivitas Pengendalian Efektivitas
Intern di Lingkungan Pengendalian
Intern diterima dari
Kementerian Keuangan.
seluruh unit
Eselon I dan LNSW.
8. Penetapan dan 1 hari kerja. Dalam hal
penyampaian Laporan diperlukan,
Efektivitas Pengendalian Inspektur Jenderal
dapat minta
Intern di Lingkungan
dilakukan
Kementerian Keuangan. pemaparan,
sebelum
penetapan.
- 50 -
Menteri Keuangan
Laporan Efektivitas
Pengendalian Intern
9.1 Sekretariat
Unit Kepatuhan Internal Inspektur Jenderal
Inspektorat Jenderal
- 51 -
64. SOP Link Penyelesaian Barang Milik Negara (BMN) Eks Kepabeanan dan Cukai
A. Deskripsi
Merupakan proses kesinambungan antar SOP yang bertautan (SOP Link) pada
masing-masing unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan mengenai
prosedur penyelesaian Barang Milik Negara (BMN) Eks Kepabeanan dan Cukai.
B. Daftar Istilah
1. Barang yang Menjadi Milik Negara, yang selanjutnya disingkat dengan BMN,
adalah:
a. barang yang dinyatakan tidak dikuasai yang merupakan barang yang
dilarang untuk diekspor atau diimpor, kecuali terhadap barang dimaksud
ditetapkan lain berdasarkan peraturan perundang-undangan;
b. barang yang dinyatakan tidak dikuasai yang merupakan barang yang
dibatasi untuk diekspor atau diimpor, yang tidak diselesaikan oleh
pemiliknya dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari terhitung sejak
disimpan di tempat penimbunan pabean atau tempat lain yang berfungsi
sebagai tempat penimbunan pabean, kecuali terhadap barang dimaksud
ditetapkan lain berdasarkan peraturan perundang-undangan;
c. barang dan/atau sarana pengangkut yang ditegah oleh pejabat Bea dan
Cukai yang berasal dari tindak pidana yang pelakunya tidak dikenal;
d. barang dan/atau sarana pengangkut yang ditinggalkan di kawasan pabean
oleh pemilik yang tidak dikenal yang tidak diselesaikan dalam jangka
waktu 30 (tiga puluh) hari sejak disimpan di tempat penimbunan pabean
atau tempat lain yang berfungsi sebagai tempat penimbunan pabean;
e. barang yang dikuasai negara yang merupakan barang yang dilarang atau
dibatasi untuk diimpor atau diekspor;
f. barang dan/atau sarana pengangkut yang berdasarkan putusan hakim
yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, dinyatakan dirampas
untuk negara;
- 52 -
g. barang kena cukai dan barang lain yang berasal dari pelanggar tidak
dikenal yang dikuasai negara dan berada di bawah pengawasan Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai, dan apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas)
hari sejak dikuasai negara pelanggarnya tetap tidak diketahui;
h. barang kena cukai yang pemiliknya tidak diketahui, dikuasai negara dan
berada di bawah pengawasan serta yang wajib diumumkan secara resmi
oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk diselesaikan oleh yang
bersangkutan dalam waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak dikuasai
negara, dan apabila dalam jangka waktu dimaksud yang bersangkutan
tidak menyelesaikan kewajibannya yang telah ditetapkan oleh Kepala
Kantor Bea dan Cukai, maka barang tersebut menjadi barang milik
negara.Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak dalam Rangka Impor yang
selanjutnya disingkat SSPCP adalah surat setoran atas penerimaan negara
dalam rangka impor berupa bea masuk, bea masuk berasal dari SPM
Hibah, denda administrasi, penerimaan pabean lainnya, cukai, penerimaan
cukai lainnya, jasa pekerjaan, bunga, dan PPh Pasal 22 Impor, PPN Impor,
serta PPnBM Impor.
2. Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai (BTD) adalah:
a. barang yang ditimbun di TPS yang melebihi jangka waktu 30 (tiga puluh)
hari sejak penimbunannya;
b. barang yang tidak dikeluarkan dari TPB yang telah dicabut izinnya dalam
jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak pencabutan izinnya; atau
c. barang yang dikirim melalui Penyelenggara Pos yang Ditunjuk:
1) yang ditolak oleh alamat yang dituju dan tidak dapat dikirim kembali
kepada pengirim di luar Daerah Pabean; atau
2) dengan tujuan luar Daerah Pabean yang diterima kembali karena
ditolak atau tidak dapat disampaikan kepada alamat yang dituju dan
tidak diselesaikan oleh pengirim dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)
hari sejak diterimanya pemberitahuan dari Penyelenggara Pos yang
Ditunjuk.
3. Barang yang Dikuasai Negara (BDN) adalah:
a. barang yang dilarang atau dibatasi untuk diimpor atau diekspor yang
tidak diberitahukan atau diberitahukan secara tidak benar dalam
Pemberitahuan Pabean, kecuali terhadap barang dimaksud ditetapkan lain
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. barang dan/atau sarana pengangkut yang ditegah oleh Pejabat Bea
dan Cukai; atau
c. barang dan/ atau sarana pengangkut yang ditinggalkan di Kawasan
Pabean oleh pemilik yang tidak dikenal.
4. Penilaian adalah suatu proses kegiatan untuk memberikan suatu opini nilai
atas suatu objek penilaian pada suatu saat tertentu.
- 53 -
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup SOP penyelesaian Barang Milik Negara (BMN) Eks Kepabeanan dan
Cukai meliputi tahapan proses yang terdiri dari:
1. Penerbitan Keputusan mengenai Penetapan BMN atas BTD/BDN yang
dilakukan oleh Direktur Penindakan dan Penyidikan/Kepala Kantor
Wilayah/Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPU/KPPBC).
2. Pengajuan Penilaian BMN dari Direktur Penindakan dan Penyidikan/Kepala
Kantor Wilayah DJBC/Kepala Kantor Pelayanan DJBC (KPU/KPPBC) kepada
Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL).
3. Penilaian BMN eks. Kepabeanan dan Cukai dilakukan oleh Penilai Pemerintah
sesuai dengan kewenangan yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
4. Pengajuan Peruntukan BMN Eks Kepabeanan dan Cukai yang dilakukan oleh
Direktur Penindakan dan Penyidikan/Kepala Kantor Wilayah DJBC/Kepala
Kantor Pelayanan DJBC (KPU/KPPBC) kepada Direktur Jenderal Kekayaan
Negara/Kepala Kantor Wilayah DJKN/Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan
Negara dan Lelang (KPKNL).
5. Persetujuan Peruntukan BMN Eks Kepabeanan dan Cukai oleh Direktur
Jenderal Kekayaan Negara/Kepala Kantor Wilayah DJKN/Kepala Kantor
Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL).
6. Tindak Lanjut Persetujuan Peruntukan BMN Eks Kepabeanan dan Cukai yang
dilakukan oleh Direktur Penindakan dan Penyidikan/Kepala Kantor Wilayah
DJBC/Kepala Kantor Pelayanan DJBC meliputi:
a. Penjualan secara lelang;
b. Penetapan Status Pengguna;
c. Hibah;
d. Pemusnahan; atau
e. Penghapusan.
D.Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006.
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah sebagaimana telah diubah dalam Peraturan Pemerintah Nomor
28 Tahun 2020.
- 55 -
F. Output
Keluaran akhir SOP ini adalah Naskah Dinas Persetujuan Peruntukan BMN dan
Tindak Lanjut atas Persetujuan, dan masing-masing tahapan proses mempunyai
keluaran antara lain sebagai berikut:
[BPC] (SOP Link) Penyelesaian Barang Milik Negara (BMN) Eks Kepabeanan dan Cukai
AM3.0 ArchiMate Diagram Template VERSION: AUTHOR: 8/31/2021 by Tim Organta (Afrizal Rizky Barkah) VERSION AUTHOR: 8/31/2021 by Tim Organta (Afrizal Rizky Barkah)
PROSEDUR
NEGARA
PERSETUJUAN
PERUNTUKAN
BMN EKS KC
DIATAS Rp 10.000.000.000
Kekayaan Negara dan
Direktur Pengelolaan
Sistem Informasi
PROSEDUR
PERSETUJUAN
PERUNTUKAN
BMN EKS KC
> Rp 1.000.000.000
S.D.
Rp 10.000.000.000
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
KANWIL DJKN
PROSEDUR
PERSETUJUAN
PERUNTUKAN
BMN EKS KC
> Rp 500.000.000
S.D.
Rp 1.000.000.000
PROSEDUR
PROSEDUR
PENILAIAN BMN
KPKLN
PERSETUJUAN
EKS
PERUNTUKAN
KEPABEANAN
BMN EKS KC
DAN CUKAI
S.D. Rp 500.000.000
DIREKTORAT P2/KANWIL DJBC/KPU/KPPBC
MENERIMA
PENETAPAN PERMOHONAN PERMOHONAN
HASIL PROSEDUR
BMN ATAS BTD PENILAIAN BMN PERUNTUKAN
PENILAIAN BMN TINDAK LANJUT
ATAU EKS BMN EKS
EKS PERSETUJUAN
PENETAPAN KEPABEANAN KEPABEANAN
MULAI KEPABEANAN BMN EKS KC SELESAI
BMN ATAS BDN DAN CUKAI DAN CUKAI
DAN CUKAI NILAI BMN
INDEPENDEN
PENILAI
PROSEDUR
PENILAIAN
BARANG
- 60 -
65. SOP Link Pelayanan Dokumen PPFTZ-03 dalam rangka Pemberian Fasilitas PPN
dan PPnBM Tidak Dipungut
A. Deskripsi
B. Daftar Istilah
1. PPFTZ dengan kode 03 yang selanjutnya disebut PPFTZ-03 adalah
Pemberitahuan Pabean untuk pemasukan barang ke KPBPB dari TLDDP.
2. SKP DJBC adalah Sistem Komputer Pelayanan yang digunakan oleh
Kantor Pelayanan DJBC dalam rangka pengawasan dan pelayanan
kepabeanan.
3. SKP DJP adalah Sistem Komputer Pelayanan yang digunakan oleh Kantor
Pelayanan Pajak dalam rangka pengawasan dan pelayanan perpajakan.
4. Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha
Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau
penyerahan Jasa Kena Pajak.
5. Dokumen Pelengkap Pabean adalah semua dokumen yang digunakan
sebagai pelengkap Pemberitahuan Pabean, misalnya Invoice, Packing List,
Bill of Lading/Airway Bill, dan dokumen lainnya yang dipersyaratkan.
6. Tanda pengaman adalah tanda pengaman dalam rangka PPN tidak
dipungut yang disediakan oleh DJP.
7. Endorsement adalah pernyataan mengetahui dari pejabat/pegawai
Direktorat Jenderal Pajak atas pemasukan Barang Kena Pajak dari
TLDDP ke KPBPB, berdasarkan penelitian formal atas dokumen yang
terkait dengan pemasukan Barang Kena Pajak tersebut.
- 61 -
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup SOP Pelayanan Dokumen PPFTZ-03 atas barang yang
dimasukkan dari TLDDP ke KPBPB dalam rangka Pemberian Fasilitas PPN
dan PPnBM Tidak Dipungut meliputi tahapan proses yang terdiri dari:
1. Pengusaha di KPBPB membuat dan menyampaikan PPFTZ-03 melalui
SKP DJBC.
2. SKP DJBC:
a. Melakukan validasi kelengkapan dokumen pelengkap PPFTZ-03.
b. Melakukan validasi manifes (BC 1.1).
c. Dalam hal dinyatakan tidak valid, memberikan respon penolakan
kepada Pengusaha.
d. Meneruskan data PPFTZ-03 ke SKP DJP untuk proses Endorsement.
e. Melakukan cek penjaluran ke SKP DJP;
f. Dalam hal PPFTZ-03 mendapatkan jalur hijau, memberikan nomor
dan tanggal pendaftaran serta respon SPPB;
g. Dalam hal PPFTZ-03 mendapatkan jalur merah, memberikan nomor
dan tanggal pendaftaran serta respon Surat Pemeriksaan Fisik (SPF);
h. Memberikan respon SPPB Jalur Merah dalam hal Pengusaha telah
merekam kesiapan barang untuk pemeriksaan fisik.
3. SKP DJP:
a. Memberikan (service) data Faktur Pajak kode transaksi 07 ke SKP
DJBC;
b. Memberikan respon penjaluran ke SKP DJBC.
4. Dalam hal terdapat Nota Hasil Intelijen (NHI) DJBC, dilakukan prosedur
pengawasan oleh unit pengawasan DJBC.
5. Dalam hal terdapat Nota Intelijen (NI) DJP, dilakukan prosedur
pengawasan oleh unit pemeriksa DJP.
6. Petugas Gate DJBC:
a. Melakukan perekaman Gate Out ke dalam SKP DJBC;
b. Dalam hal PPFTZ-03 mendapatkan jalur merah, melakukan pelekatan
tanda pengaman pada saat pengeluaran barang dari Kawasan Pabean.
7. SKP DJBC meneruskan data PPFTZ-03 dan Gate Out ke SKP DJP.
8. Dalam hal PPFTZ-03 mendapatkan jalur merah:
a. Pemeriksa Barang DJP dan Pemeriksa Barang DJBC bersama-sama
melakukan pemeriksaan dan melakukan pelepasan tanda pengaman;
b. Pemeriksa Barang DJP dan Pemeriksa Barang DJBC melakukan
pemeriksaan fisik barang bersama;
c. Pemeriksa Barang DJP menuangkan hasilnya dalam Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) yang ditandatangani bersama dengan Pemeriksa
Barang DJBC.
9. SKP DJP:
a. Melakukan penelitian kelengkapan dokumen PPFTZ-03, Gate Out, dan
Faktur Pajak kode transaksi 07;
- 62 -
D. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2006.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.04/2021 tentang
Pemasukan dan Pengeluaran Barang ke dan dari Kawasan yang Telah
Ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.03/2021 tentang Tata
Cara Pembayaran, Pelunasan, dan Pengadministrasian Pajak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah atas Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
Kena Pajak dari dan/atau ke Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas.
F. Output
Keluaran akhir SOP ini adalah Respon Dapat Diberikan Fasilitas PPN dan
PPnBM Tidak Dipungut atau Respon Tidak Diberikan Fasilitas PPN dan
PPnBM Tidak Dipungut, dan masing-masing tahapan proses mempunyai
keluaran antara lain sebagai berikut:
[BPC] (SOP Link) Pelayanan Dokumen PPFTZ-03 dalam rangka Pemberian Fasilitas PPN dan PPnBM Tidak Dipungut
AM3.0 Business Process Cooperation Viewpoint VERSION: AUTHOR: 11/3/2021 by Tim Organta (Afrizal Rizky Barkah) VERSION AUTHOR: 11/5/2021 by Tim Organta (Afrizal Rizky Barkah)
MENGIRIMKAN RESPON
PENELITIAN ENDORSEMENT
DIBERIKAN ATAU TIDAK
MELAKUKAN VALIDASI Terdapat NI/NHI DOKUMEN PPFTZ-03
Pemberian Respon Penjaluran DIBERIKAN FASILITAS PPN
INWARD MANIFES (BC 1.1) TERMASUK PROSES
Jalur Hijau DAN PPNBM TIDAK
MENYAMPAIKAN DATA PERMINTAAN KLARIFIKASI
Jalur Hijau DIPUNGUT
PPFTZ-03 DAN GATE MEMBERIKAN RESPON
OUT KE SKP DJP SURAT PERSETUJUAN Tidak
PROSEDUR GATE OUT
SERTA MEMBERIKAN PENGELUARAN
NOMOR DAN TANGGAL BARANG (SPPB)
PENDAFTARAN PEMERIKSAAN BARANG
MENYAMPAIKAN RESPON PPFTZ-03 (PEMERIKSAAN
PENOLAKAN BERSAMA DJP DAN DJBC)
Jalur Merah
KPP
DOKUMEN PPF TZ-03,
PENERBITAN NI BARANG PPFTZ- GATE OUT, DAN
03 PADA DJP FAKTUR PAJAK
SELESAI KODE TRANS AKSI 07
SELESAI
TERDAPAT NI
KPU/KPPBC
PEMERIKSAAN
PENERBITAN PROSEDUR
BARANG PPFTZ-
NHI GATE OUT
MERAH 03 PADA DJBC
SELESAI
JALUR
TERDAPAT NHI
MEMBUAT DAN
MENYAMPAIKAN RESPON RESPON
PPFTZ-03 DIBERIKAN TIDAK
FASILITAS DIBERIKAN
RESPON SPF SPPB
PPN TIDAK FASILITAS
PENOLAKAN
DIPUNGUT PPN TIDAK
DIPUNGUT