Jakarta - Akhirnya penetapan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas (Free Trade
Zone) di Batam, Bintan, dan Karimun secara resmi efektif mulai 1 April 2009.
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas adalah suatu kawasan yang berada dalam
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terpisah dari Daerah Pabean sehingga
bebas dari pengenaan bea masuk, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah,
dan cukai. (Confirm SE - 39/PJ/2009).
Di Indonesia, hanya ada dua yg mendapat fasilitas ini, yaitu Kota Sabang (Sejak tahun 2000) dan
Kepulauan Riau sejak 1 April lalu. Untuk ketiga kawasan FTZ masing-masing berlaku selama 70
tahun. Wilayah Batam meliputi Pulau Batam, Pulau Tonton, Pulau Setokok, Pulau Nipah, Pulau
Rempang, Pulau Galang, dan Pulau Galang Baru.
Untuk wilayah Bintan di Kabupaten Bintan, meliputi kawasan industri Galang Batang, kawasan
industri maritim dan Pulau Lobam. Sebagian kota Tanjungpinang meliputi kawasan industri
Senggarang dan kawasan industri Dompak Darat. Untuk kawasan Karimun meliputi sebagian
Pulau Karimun, dan seluruh Pulau Karimun Anak. Termasuk juga Batam beserta pulau-pulau
kecil di sekitarnya, Bintan ataupun Karimun beserta pulau-pulau kecil di sekitarnya, juga
dianggap memenuhi kriteria sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.
Benefitnya menjadi FTZ adalah semua barang yang masuk dari luar negeri dibebaskan bea
masuknya. Importir tidak akan dikenakan pajak apapun, tetapi hanya wajib melaporkan barang
yang akan dibawa masuk. Karena jika seratus persen tanpa melaporkan, eksesnya yaitu senjata,
narkoba bisa ikut masuk. Mobil mewah boleh masuk, tetapi tidak boleh dibawa keluar wilayah
FTZ. Jika ketahuan akan dikenakan bea masuk dan pajak yang normal.
Tujuan awal dibuatnya Undang-Undang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
adalah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, khususnya di Batam, Bintan dan Karimun.
Sebab dengan adanya investasi dipastikan akan mampu menyerap ratusan ribu tenaga kerja. Dan
seluruh sektor akan bergerak dan berputar yang pada akhirnya akan memberikan kesejahtaraan
pada masyarakat luas. Apabila dunia usaha bergairah dan investor banyak yang masuk, bisa
dipastikan sektor riil juga akan bergerak. Usaha-usaha kecil akan hidup dan semarak.
Untuk itulah berbagai fasilitas perpajakan diberikan kepada para Pengusaha yang berada di
Kawasan Bebas adalah sebagai berikut:
1. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam Kawasan Bebas
dan dari Kawasan Bebas ke Kawasan Bebas lainnya, dibebaskan dari pengenaan PPN atau PPN
dan PPnBM.
2. Pemasukan BKP berwujud dari luar Daerah Pabean ke Kawasan Bebas dibebaskan dari
pengenaan PPN atau PPN dan PPnBM serta tidak dipungut PPh Pasal 22.
3. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dan JKP dari luar Daerah Pabean di Kawasan Bebas di
bebaskan dari pengenaan PPN.
4. Pemasukan BKP dari Tempat Lain Dalam Daerah Pabean atau dari Tempat Penimbunan
Berikat ke Kawasan Bebas yang melalui pelabuhan atau bandar udara yang ditunjuk tidak
dipungut PPN atau PPN dan PPnBM.
5. Penyerahan JKP dan/atau BKP tidak berwujud dari Tempat Lain Dalam Daerah Pabean ke
Kawasan Bebas tidak dipungut PPN. (dan tidak perlu melalui endorsement dari pejabat/pegawai
Direktorat Jenderal Pajak).
6. Pengeluaran BKP dari Kawasan Bebas ke Tempat Penimbunan Berikat dalam hal barang
merupakan barang asal luar Daerah Pabean, dibebaskan dari pengenaan PPN dan tidak dipungut
Pajak Penghasilan Pasal 22.
7. Fasilitas PPN atau PPN dan PPnBM tidak dipungut atas penyerahan BKP dari Tempat Lain
Dalam Daerah Pabean ke Kawasan Bebas, yang diberikan apabila BKP tersebut telah benar-
benar masuk ke Kawasan Bebas, yang dibuktikan dengan Pemberitahuan Pabean FTZ-03 yang
telah di-endorse oleh petugas Direktorat Jenderal Pajak yang ditempatkan di Kantor pabean di
Kawasan Bebas.
Namun yang menjadi permasalahan adalah dalam Angka 1 Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-
37/PJ./2009, diatur bahwa sejak tanggal 1 April 2009 Pengusaha di Kawasan Bebas tidak perlu
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan Pengusaha Kena Pajak yang telah dikukuhkan
sebelum tanggal 1 April 2009 akan dicabut pengukuhannya secara bertahap. Pertanyaan
bagaimana dengan lawan transaksi dari pengusaha ybs, tanpa Nomor Pokok Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak (NPPKP), Faktur Pajak Sederhana tidak dapat dibuat. Artinya, pembeli
akan membayar harga beli yg lebih besar tanpa bisa mengkreditkannya.
Untuk kemudahan akses, akan dikembangkan lewat udara, selain laut. Bandara sudah ada 5,
yang terbesar di Batam (Internasional). Begitu pula wilayah yang jauh tapi punya potensi
ekonomis, akan dibuka landasan perintis. Tujuannya agar bisa menumbuh kemangkan
perekonomian di pulau-pulau lainnya.
Harapannya FTZ Batam akan mengembalikan keunggulan yang pernah dimiliki Batam. Berbagai
insentif fiskal dan perpajakan yang pernah diberikan pemerintah pusat untuk mendukung dunia
usaha dan iklim investasi akan diberlakukan kembali di Batam.
Dasar hukum :