Anda di halaman 1dari 88

SALINAN

BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN


PELABUHAN BEBAS BATAM
BATAM CENTRE, PULAU BATAM
KOTAK POS 151; TELEPON (0778) 462047, 462048; FAKSIMILE (0778) 462240, 462456

KEPALA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS


DAN PELABUHAN BEBAS BATAM
PERATURAN
KEPALA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS
DAN PELABUHAN BEBAS BATAM
NOMOR

15

TAHUN 2012

TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN DAN TARIF
PELAYANAN ALAT DAN PENUNJANG KEGIATAN KEPELABUHANAN
DI LINGKUNGAN PELABUHAN BATAM
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS
DAN PELABUHAN BEBAS BATAM,
Menimbang

Mengingat

: a.

bahwa dalam rangka mengakomodir perubahan pola


pengelompokan tarif, serta dalam rangka meningkatkan
kualitas pelayanan kepelabuhanan di pelabuhan Batam
khususnya pelayanan alat dan penunjang kegiatan
kepelabuhanan, maka dipandang perlu menyesuaikan
tarif pelayanan alat dan penunjang kegiatan
kepelabuhanan di lingkungan pelabuhan Batam;

b.

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Kepala Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam;

: 1.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang


Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 251, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4053), sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2007
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2007 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan

Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas menjadi


Undang-Undang menjadi Undang-Undang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 130,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4775);
2.

UndangUndang Nomor 17 Tahun 2008 tentang


Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4849 );

3.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009, tentang


Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang Berlaku pada Departemen Perhubungan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4227);

4.

Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang


Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5070);

5.

Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2007 tentang


Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Batam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4757), sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun
2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 46 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 16, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5195);

6.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2011 tentang


Pengelolaan Keuangan Badan Pengusahaan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5196);

7.

Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2008 tentang


Dewan Nasional Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas;

8.

Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2008 tentang


Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas Batam;

9.

Surat Keputusan Bersama Menteri Perdagangan Nomor


149/Kpb/V.77, Menteri Keuangan Nomor 150/KMK/77
dan Menteri Perhubungan Nomor KM.119/Phb-77,
tentang Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan di
Pulau Batam;

10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 77 Tahun


2009 tentang Rencana Induk Pelabuhan Batam;
11. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 65 tahun
2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Pelabuhan Batam sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 47 Tahun
2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor KM 65 tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelabuhan Batam;
12. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun
2011 tentang Terminal Khusus dan Terminal untuk
Kepentingan Sendiri;
13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 153/PMK.05/2012
tentang Tarif Layanan Badan Layanan Umum Badan
Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas Batam;
14. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 54 Tahun
2002 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut;
15. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 50 Tahun
2003 tentang Jenis, Struktur dan Golongan Tarif
Pelayanan Jasa Kepelabuhanan untuk Pelabuhan Laut
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor KM 72 Tahun 2005 tentang
Perubahan atas Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor KM 50 Tahun 2003 tentang Jenis, Struktur dan
Golongan Tarif Pelayanan Jasa Kepelabuhanan untuk
Pelabuhan Laut;
16. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 39 Tahun
2004 tentang Mekanisme Penetapan Tarif dan
Formulasi
Perhitungan
Tarif
Pelayanan
Jasa
Kepelabuhanan pada Pelabuhan yang diselenggarakan
oleh Badan Usaha Pelabuhan;
17. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 45 Tahun
2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jenis dan Tarif atas
Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku
pada Direktorat Jenderal Perhubungan Laut;

18. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 330 Tahun


2009 tentang Penetapan Pelabuhan Bebas pada
Kawasan Perdagangan Bebas di Batam, Bintan dan
Karimun;
19. Peraturan Ketua Dewan Kawasan Perdagangan Bebas
dan Pelabuhan Bebas Batam Nomor 3 Tahun 2008
tentang Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Ketua Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas Batam Nomor 3 Tahun 2011 tentang
Perubahan Ketiga atas Peraturan Ketua Dewan
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Batam Nomor 3 Tahun 2008 tentang Badan
Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas Batam;
20. Keputusan Ketua Dewan Kawasan Perdagangan Bebas
dan Pelabuhan Bebas Batam Nomor Kpts/6/DK/IX/2008
tentang Penetapan Personel Badan Pengusahaan
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Batam, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan
Keputusan
Ketua
Dewan
Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
Nomor Kpts 19/DK-BTM/X/2010 tentang Penetapan
Personel Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam;
21. Peraturan Kepala Badan Pengusahaan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
Nomor 10 Tahun 2011 tentang Struktur Organisasi dan
Tata Kerja Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam;
22. Keputusan Kepala Kantor Pelabuhan Batam Nomor
04/KPTS/PL/6/2010 Tentang Penetapan Pembagian
Wilayah Kerja Operasional Kantor Pelabuhan Batam;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan

: PERATURAN KEPALA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN


PERDAGANGAN BEBAS DAN
PELABUHAN BEBAS
BATAM TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN DAN TARIF
PELAYANAN ALAT DAN PENUNJANG KEGIATAN
KEPELABUHANAN DI LINGKUNGAN PELABUHAN BATAM.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan:
1.

Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas


Batam, untuk selanjutnya disebut Badan Pengusahaan Batam, adalah
lembaga/instansi pemerintah pusat yang dibentuk oleh Dewan Kawasan
dengan tugas dan wewenang melaksanakan pengelolaan, pengembangan,
dan pembangunan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Batam;

2.

Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di


sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat
kapal bersandar, berlabuh, naik dan/atau turun penumpang, dan/atau
bongkar muat barang, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan
pelayaran, dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
perpindahan intra dan antar moda transportasi;

3.

Pelabuhan Batam adalah pelabuhan yang berada di wilayah kerja Badan


Pengusahaan Batam dan diselenggarakan oleh Badan Pengusahaan
Batam, yang terdiri dari Terminal Umum, Terminal untuk Kepentingan
Sendiri, Terminal Khusus, dan Perairan Pelabuhan Batam;

4.

Perairan Pelabuhan Batam adalah wilayah perairan berdasarkan batas


yang ditetapkan melalui peraturan perundang-undangan, yaitu peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan batas wilayah Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, batas wilayah
berdasarkan Rencana Induk Pelabuhan Batam dan batas wilayah Daerah
Lingkungan Kerja Pelabuhan, dan Daerah Lingkungan Kepentingan
Pelabuhan yang ditetapkan Pemerintah;

5.

Kepala Kantor Pelabuhan Laut adalah pimpinan pelabuhan di lingkungan


Badan Pengusahaan Batam;

6.

Tarif Jasa Kepelabuhanan adalah penerimaan yang diperoleh atas


pelayanan jasa kapal, jasa barang, jasa pelayanan alat, dan jasa
penunjang kepelabuhanan di pelabuhan yang di selenggarakan oleh BP
Batam, yang terdiri dari Terminal Umum, Terminal untuk Kepentingan
Sendiri, Terminal Khusus, dan perairan pelabuhan Batam;

7.

Terminal khusus yang selanjutnya disebut Tersus adalah terminal yang


terletak di luar Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan
Kepentingan (DLKp) pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan
terdekat untuk melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha
pokoknya;

8.

Terminal untuk kepentingan sendiri yang selanjutnya disebut TUKS adalah


terminal yang terletak dalam daerah lingkungan kerja (DLKr) dan daerah
lingkungan kepentingan (DLKp) pelabuhan yang merupakan bagian dari
palabuhan untuk melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha
pokoknya;

9.

Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun yang
digerakkan dengan tenaga mekanik, tenaga mesin atau ditunda, termasuk
kendaraan air yang berdaya dukung dinamis, kendaraan dibawah
permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak
berpindah-pindah;

10.

Kapal melakukan kegiatan niaga adalah kapal yang selama berkunjung di


pelabuhan melakukan kegiatan bongkar muat kargo berupa barang,
penumpang dan hewan, termasuk kapal Pemerintah, Tentara Nasional
Indonesia (TNI) atau Kepolisian Republik Indonesia (POLRI);

11.

Kapal tidak melakukan kegiatan niaga adalah kapal yang selama


berkunjung di pelabuhan tidak melakukan kegiatan bongkar muat kargo
berupa barang, penumpang dan hewan, yaitu kapal dalam rangka kegiatan
bunker, mengambil perbekalan serta keperluan lain yang digunakan dalam
melanjutkan perjalanannya, menambah/mengganti anak buah kapal,
mendapat pertolongan dokter, pertolongan dalam kebakaran, tank cleaning
serta pembasmian hama (fumigasi);

12.

Kapal lay-up adalah kapal yang dilabuhkan di tempat yang ditetapkan


sebagai area lay-up sesuai peraturan perundang-undangan dan tidak
dipergunakan dalam kegiatan pengangkutan kargo/penumpang, dengan
perlakuan ketentuan jumlah awak kapal berdasarkan klasifikasi kegiatan
lay-up nya (hot lay-up, semi cold stacking, cold stacking) dan disampaikan
sebagai kapal lay-up pada saat kedatangan kepada Syahbandar;

13.

Terminaling adalah kapal yang bertindak sebagai terminal, dan berlabuh


secara tetap pada titik koordinat yang ditentukan;

14.

Kapal Yacht dan sejenisnya adalah kapal yang dilengkapi secara khusus
untuk berekreasi/olahraga/melakukan perlombaan-perlombaan di laut, baik
yang digerakkan dengan pesawat pendorong, layar, atau pun dengan caracara lain;

15.

Angkutan Laut Luar Negeri adalah kegiatan angkutan laut dari pelabuhan

Indonesia ke pelabuhan luar negeri atau sebaliknya, termasuk melanjutkan


kunjungan antar pelabuhan di wilayah perairan laut Indonesia yang
diselenggarakan oleh perusahaan angkutan laut;
16.

Angkutan Laut Dalam Negeri adalah kegiatan angkutan laut antar


pelabuhan yang dilakukan di wilayah Perairan Laut Indonesia di luar
ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 14 Pasal ini, yang
diselenggarakan oleh perusahaan angkutan laut;

17.

Angkutan Laut Perintis adalah kegiatan angkutan laut antar pelabuhan di


wilayah Indonesia yang dilakukan dengan trayek tetap dan teratur, untuk
menghubungkan daerah terpencil dan belum berkembang;

18.

Pelayaran Rakyat adalah kegiatan angkutan laut antar pelabuhan di


wilayah Indonesia dengan menggunakan kapal layar atau kapal layar
motor yang berukuran sampai dengan 400 (empat ratus) GT dan kapal
motor yang berukuran sampai dengan 35 (tiga puluh lima) GT;

19.

Kapal Yang Melakukan Kegiatan Tetap adalah kapal yang melakukan


kegiatan secara tetap dan tinggal tetap di dalam daerah lingkungan kerja
dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan;

20.

Pemanduan adalah kegiatan pandu dalam membantu Nakhoda agar olah


gerak kapal dapat dilaksanakan dengan selamat, tertib dan lancar;

21.

Penundaan adalah pekerjaan mendorong, mengawal, menjaga, menarik


atau mengandeng kapal yang berolah gerak, untuk bertambat ke atau
untuk melepas dari tambatan dermaga, breasting dolphin, pelampung dan
kapal lainnya dengan menggunakan kapal tunda;

22.

Pengepilan adalah pekerjaan mengikat, melepas, menarik tali temali kapal


yang berolah gerak untuk bertambat ke atau untuk melepas dari dermaga,
breasting dolphin, pelampung dan kapal lainnya dengan menggunakan
atau tidak menggunakan motor kepil;

23.

Peralatan bongkar muat mekanik adalah peralatan yang tersedia di


pelabuhan atau di stasiun pengiriman untuk menangani kargo seperti
crane darat (mobil crane), fork-lift, truck/truck trailer, truck crane, top-loader
primover trailer ;

24.

Peralatan bongkar muat non mekanik adalah alat pokok penunjang


pekerjaan bongkar muat yang meliputi jala-jala lambung kapal (shipside
net), tali baja (wire sling), tali rami manila (rope sling), jala-jala baja (wire
net), jala-jala tali manila (rope net), gerobak dorong, palet;

25.

Kargo adalah semua jenis barang/hewan muatan kapal yang


dibongkar/dimuat dari dan ke kapal yang diangkut dari pelabuhan asal ke
pelabuhan tujuan, dapat berupa angkutan antar pulau atau impor/ekspor;

26.

Kargo dalam kemasan adalah barang yang menggunakan kemasan


petikemas (container), atau menggunakan pallet dan unitisasi;

27.

Kargo tidak dalam kemasan adalah barang selain sebagaimana dimaksud


pada angka 25 Pasal ini dalam bentuk urai, antara lain berupa break bulk,
bag cargo, barang curah kering, barang curah cair dan hewan;

28.

Gudang adalah merupakan suatu tempat atau bangunan beratap yang


diperuntukan untuk menimbun, menyimpan dan mengerjakan barang
dengan tujuan agar barang tersebut terhindar dari kerusakan dan
kehilangan karena ulah manusia, hewan, serangga maupun karena cuaca;

29.

Gudang transito adalah gudang lini I (satu) dimana barang yang


dimasukan ke dalam gudang tersebut telah siap untuk diteruskan ke
tempat tujuan, baik untuk diekspor maupun diteruskan ke tempat
pemiliknya atau consignee dalam waktu yang tidak lama/sementara;

30.

Throughput Fee adalah pungutan yang dikenakan terhadap setiap barang


curah yang dibongkar/dimuat melalui pipa yang melintas pada lokasi
terminal di dalam daerah lingkungan kerja daratan dan daerah lingkungan
kepentingan pelabuhan;

31.

Roll OnRoll Off adalah moda dalam pengangkutan barang yang bisa
memuat/membongkar kargo masuk/keluar kapal dengan penggeraknya
sendiri, menggunakan kapal yang dilengkapi ramp door ;

32.

Iklan adalah alat penting dalam pencapaian informasi suatu produk/jasa


kepada konsumen, melalui media:
-

Billboard
Neon boks
Gerai.
Pasal 2

(1)

Pembayaran nota pelayanan kepelabuhanan harus dilakukan selambatlambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal nota terbit pada bank mitra
yang ditunjuk;

(2)

Apabila pengguna layanan lalai melakukan pelunasan nota pelayanan


kepelabuhanan, maka pelayanan kepelabuhanan dan pelayaran lainnya
akan ditangguhkan termasuk penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (SPB);

(3)

Pengajuan keberatan atas nota pelayanan kepelabuhanan dapat diterima


paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak penerbitan nota, dengan
menyampaikan surat keberatan yang menjelaskan keberatannya, dan
melampirkan copy nota dan data pendukung lainnya;

(4)

Nilai tagihan pelayanan kepelabuhanan dalam mata uang rupiah per nota
tagihan minimal sebesar Rp50.000,- (lima puluh ribu rupiah);

(5)

Nilai tagihan pelayanan kepelabuhanan dalam mata uang dollar Amerika


Serikat per nota tagihan minimal sebesar US$ 5,00 (lima Dollar Amerika
Serikat).
BAB II
PELAYANAN SEWA DAN IMBALAN PELAYANAN ALAT-ALAT MEKANIK
Pasal 3

(1)

Penyedia layanan bongkar/muat yang mengoperasikan alat-alat mekanik


bongkar/muat dan alat bantu bongkar/muat milik Kantor Pelabuhan Laut
dan melakukan kegiatan di Terminal Umum, wajib membayar imbalan
pelayanan alat;

(2)

Penyedia layanan bongkar/muat yang mengoperasikan alat-alat mekanik


bongkar/muat dan alat bantu bongkar/muat milik sendiri dan melakukan
kegiatan di Terminal Umum, wajib membayar imbalan pelayanan alat.
Pasal 4

Sewa alat-alat mekanik bongkar/muat dan alat bantu bongkar/muat dihitung


dengan satuan per jam.
Pasal 5
(1)

Jam pemakaian sewa alat-alat mekanik bongkar/muat terhitung mulai jam


pemberangkatan alat-alat dari tempat penyimpanan, selama penggunaan
ditempat pekerjaan sampai jam kembali di tempat penyimpanan;

(2)

Sewa pemakaian alat-alat mekanik bongkar/muat sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) paling sedikit 4 (empat) jam ditambah dengan waktu
perjalanan pergi dan pulang dari atau ke tempat penyimpanan.
Pasal 6

(1)

Tarif sewa alat-alat mekanik yang tercantum dalam Peraturan ini


merupakan pedoman untuk penetapan tarif yang disepakati bersama
antara penyedia layanan alat-alat mekanik bongkar/muat dengan pemakai
layanan;

(2)

Sewa alat-alat mekanik yang belum ditetapkan tarifnya dalam Peraturan


ini, dapat ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara penyedia layanan
dengan pemakai layanan;

(3)

Kantor Pelabuhan Laut dan/atau penyedia layanan alat-alat mekanik dapat


melakukan kesepakatan bersama mengenai tarif dengan satuan hitungan
sewa lainnya.

Pasal 7
Penyedia layanan bongkar/muat yang tidak mengoperasikan alat-alat mekanik
miliknya dan alat-alat tersebut berada di dalam daerah pelabuhan, dikenakan tarif
pelayanan penumpukan dengan perhitungan 250% (dua ratus lima puluh persen)
dari tarif dasar.
Pasal 8
(1)

Waktu sewa alat-alat mekanik bongkar/muat dan alat bantu bongkar/muat


milik Kantor Pelabuhan Laut minimal 4 (empat) jam;

(2)

Apabila sewa lebih dari 4 (empat) jam untuk selanjutnya dilakukan


pembulatan sebagai berikut:
a.

kurang dari (setengah) jam menjadi (setengah) jam;

b.

diatas (setengah) jam sampai 1 (satu) menjadi 1 (satu) jam.


Pasal 9

Tarif sewa dan imbalan layanan alat-alat mekanik bongkar/muat dan alat bantu
bongkar/muat sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1 Peraturan ini.
BAB III
PELAYANAN SEWA TANAH, RUANGAN, DAN BANGUNAN
Pasal 10
(1)

Badan usaha atau orang perorangan yang berminat menyewa tanah,


ruangan atau bangunan di lingkungan Pelabuhan Batam wajib mengajukan
permohonan penggunaan tanah, ruangan atau bangunan kepada Kepala
Kantor Pelabuhan Laut;

(2)

Permohonan penggunaan tanah, ruangan atau bangunan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) melampirkan dokumen antara lain:

(3)

a.

Surat permohonan;

b.

Copy Kartu Identitas;

c.

Copy Nomor Pokok Wajib Pajak;

d.

Copy Keterangan domisili;

Penggunaan tanah, ruangan atau bangunan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) diatur lebih lanjut dalam perjanjian sewa menyewa dengan Kantor
Pelabuhan Laut.

Pasal 11
Tarif sewa tanah di Pelabuhan Batam memperhatikan:
a.

Harga dasar tanah, ditetapkan oleh Badan Pengusahaan Batam


berdasarkan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang berlaku;

b.

Wilayah pelabuhan adalah seluruh wilayah (letak obyek pajak) yang


termasuk dalam lingkungan kerja Pelabuhan Batam.
Pasal 12

Tarif pengguna bagian-bagian lahan darat per m2 (meter persegi) per tahun
ditetapkan sebagai berikut:
a.

Tarif sewa tanah sebesar 10% (sepuluh persen) dari Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP) yang berlaku;

b.

Besaran NJOP akan ditinjau setiap tahun selama masa perjanjian sewamenyewa tanah.
Pasal 13

Tarif sewa ruangan/bangunan aset Pelabuhan Batam memperhatikan:


a.

Harga dasar bangunan berdasarkan Biaya Perhitungan Sendiri (BPS) yang


ditetapkan oleh Badan Pengusahaan Batam;

b.

Tarif untuk ruangan/bangunan kantor sebesar 5% (lima persen) dari harga


Biaya Perhitungan Sendiri (BPS) bangunan per m2 (meter persegi) per
bulan yang ditetapkan oleh Badan Pengusahaan Batam.
Pasal 14

Penggunaan rak pipa/area pelabuhan untuk meletakkan jalur pipa dikenakan tarif
sewa sebagaimana tercantum dalam Lampiran 2 Peraturan ini.
Pasal 15
Tarif iklan dan promosi barang/jasa sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3
Peraturan ini.
Pasal 16
Tarif sewa ruangan dan insidentil sebagaimana tercantum dalam Lampiran 4
Peraturan ini.

BAB IV
PELAYANAN AIR BERSIH, LISTRIK, DAN SAMPAH/KEBERSIHAN
Pasal 17
(1)

Tarif pungutan kebersihan di pelabuhan, dikenakan kepada Perusahaan


Bongkar/Muat, dan dibayarkan bersama-sama dengan pelayanan
dermaga;

(2)

Besaran pungutan kebersihan di pelabuhan ditetapkan sebesar 25% (dua


puluh lima persen) dari tarif pelayanan dermaga sebagaimana tercantum
dalam Peraturan yang mengatur mengenai petunjuk pelaksanaan dan tarif
pelayanan barang.
Pasal 18

Tarif pelayanan air bersih untuk usaha di pelabuhan, dikenakan dalam mata uang
Rupiah (IDR).
Pasal 19
Pelayanan air bersih untuk usaha di pelabuhan dikenakan sesuai tarif yang berlaku
dari perusahaan penyedia air bersih, ditambah biaya pelayanan 20% (dua puluh
persen).
Pasal 20
Tarif pelayanan listrik untuk usaha di pelabuhan, dikenakan dalam mata uang
Rupiah (IDR).
Pasal 21
Pelayanan listrik untuk usaha di pelabuhan dikenakan sesuai tarif yang berlaku
dari perusahaan penyedia listrik, ditambah biaya pelayanan 20% (dua puluh
persen).
Pasal 22
Tarif pungutan kebersihan di pelabuhan, dikenakan terhadap setiap kegiatan
bongkar dan/atau muat pada terminal umum.
Pasal 23
Tarif pungutan kebersihan di pelabuhan, dikenakan dalam mata uang Rupiah
(IDR).

Pasal 24
(1)

Pengelolaan kebersihan di areal Terminal Umum dapat dilaksanakan oleh


pihak ketiga melalui mekanisme lelang;

(2)

Persyaratan dan ketentuan lelang pengelolaan kebersihan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) diatur oleh Kepala Kantor Pelabuhan Laut.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 25

Pada saat Peraturan ini mulai berlaku,


a.

Pasal 33 sampai dengan Pasal 35 Keputusan Ketua Otorita


Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam Nomor 19/KPTS/KA/IV/2004
tentang Tarif Jasa Kepelabuhanan di Lingkungan Pelabuhan Batam
Rempang-Galang (Barelang);

b.

Keputusan Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam


Nomor 55/KPTS/KA/VII/2007 tentang Tarif Iklan, Promosi Barang & Jasa,
Shooting Film, Pemotretan, Sewa Ruangan, dan Tarif Insidentil Terminal
Domestik SekupangBatam;

c.

Keputusan Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam


Nomor 116/KPTS/KA/XII/2007 tentang Perubahan Pertama atas
Keputusan Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam
Nomor 044/KPTS/KA/IV/2005 tentang Perubahan Dan Tambahan Surat
Keputusan Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam Nomor
19/KPTS/KA/IV/2004 Tentang Tarif Jasa Kepelabuhanan di Lingkungan
Pelabuhan BatamRempangGalang (Barelang).

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.


Pasal 26
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Batam
pada tanggal 12 Desember 2012

Salinan sesuai dengan aslinya


Karo. Sekretariat dan Protokol,

KEPALA BADAN PENGUSAHAAN


KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS
DAN PELABUHAN BEBAS BATAM,
ttd

A.Gani Lasya

MUSTOFA WIDJAJA

SALINAN
BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS
DAN PELABUHAN BEBAS BATAM
BATAM CENTRE, PULAU BATAM
KOTAK POS 151; TELEPON (0778) 462047, 462048; FAKSIMILE (0778) 462240, 462456

KEPALA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS


DAN PELABUHAN BEBAS BATAM
PERATURAN
KEPALA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS
DAN PELABUHAN BEBAS BATAM
NOMOR 16 TAHUN 2012
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN DAN TARIF PELAYANAN KAPAL
DI LINGKUNGAN PELABUHAN BATAM
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
KEPALA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS
DAN PELABUHAN BEBAS BATAM,
Menimbang

Mengingat

: a.

bahwa dalam rangka penataan tarif untuk meningkatkan daya


saing pelabuhan Batam dan industri jasa maritim di Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, serta untuk
meningkatkan
kualitas
pelayanan
kepelabuhanan
di
Pelabuhan Batam khususnya pelayanan kapal, maka
dipandang perlu menyesuaikan tarif pelayanan kapal di
lingkungan Pelabuhan Batam;

b.

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan
Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas Batam;

: 1.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan


Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 251, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4053)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 44
Tahun 2007 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2007 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas menjadi Undang-Undang
menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 130, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4775);

2.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4849);

3.

Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang


Perkapalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2002 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4227);

4.

Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2007 tentang


Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4757) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 5 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2007 tentang
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 16,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5195);

5.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009, tentang Jenis dan


Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku
pada Departemen Perhubungan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 95, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4227);

6.

Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang


Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5070);

7.

Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang


Kenavigasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5093);

8.

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang


Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5108) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010
tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5208);

9.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2011 tentang


Pengelolaan Keuangan Badan Pengusahaan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 17, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5196);

10.

Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2008 tentang Dewan


Nasional Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas;

11.

Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2008 tentang Dewan


Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam;

12.

Surat Keputusan Bersama Menteri Perdagangan Nomor


149/Kpb/V.77, Menteri Keuangan Nomor 150/KMK/77 dan
Menteri Perhubungan Nomor KM.119/Phb-77 tentang
Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan di Pulau Batam;

13.

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 77 Tahun 2009


tentang Rencana Induk Pelabuhan Batam;

14.

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2011


tentang Terminal Khusus dan Terminal untuk Kepentingan
Sendiri;

15.

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 65 Tahun 2010


tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelabuhan Batam
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 47 Tahun 2011 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 65 Tahun
2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelabuhan
Batam;

16.

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 53 Tahun 2001


tentang Pemanduan;

17.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 153/PMK.05/2012


tentang Tarif Layanan Badan Layanan Umum Badan
Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas Batam;

18.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 33 Tahun 2011


tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut;

19.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 54 Tahun 2002


tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut;

20.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 33 Tahun 2003


tentang Pemberlakuan Amandemen SOLAS 1974 tentang
Pengamanan Kapal dan Fasilitas Pelabuhan (International
Ship and Port Facility/I SPS Code) di Wilayah Indonesia;

21.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 50 Tahun 2003


tentang Jenis, Struktur dan Golongan Tarif Pelayanan Jasa
Kepelabuhanan untuk Pelabuhan Laut sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 72
Tahun 2005 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor KM 50 Tahun 2003 tentang Jenis,
Struktur dan Golongan Tarif Pelayanan Jasa Kepelabuhanan
untuk Pelabuhan Laut;

22.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 39 Tahun 2004


tentang Mekanisme Penetapan Tarif dan Formulasi
Perhitungan Tarif Pelayanan Jasa Kepelabuhanan pada
Pelabuhan yang diselenggarakan oleh Badan Usaha
Pelabuhan;

23.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 45 tahun 2009


tentang Petunjukan Pelaksanaan Jenis dan Tarif atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Direktorat
Jenderal Perhubungan Laut;

24.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 330 Tahun 2009


tentang Penetapan Pelabuhan Bebas pada Kawasan
Perdagang Bebas di Batam, Bintan dan Karimun;

25.

Peraturan Ketua Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan


Pelabuhan Bebas Batam Nomor 3 Tahun 2008 tentang Badan
Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas Batam, sebagaimana telah diubah beberapakali terakhir
dengan Peraturan Ketua Dewan Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam Nomor 3 Tahun 2011
tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Ketua Dewan
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
Nomor 3 Tahun 2008 tentang Badan Pengusahaan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam;

26.

Keputusan Ketua Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan


Pelabuhan Bebas Batam Nomor Kpts/6/DK/IX/2008 tentang
Penetapan
Personel
Badan
Pengusahaan
Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
sebagaimana telah diubah beberapakali terakhir dengan
Keputusan Ketua Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas Batam Nomor Kpts 19/DK-BTM/X/2010
tentang Penetapan Personel Badan Pengusahaan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam;

27.

Peraturan
Kepala
Badan
Pengusahaan
Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam Nomor 10
Tahun 2011 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Badan
Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas Batam;

28.

Keputusan Kepala Kantor Pelabuhan Batam Nomor


4/KPTS/PL/6/2010 tentang Penetapan Pembagian Wilayah
Kerja Operasional Kantor Pelabuhan Batam.
MEMUTUSKAN:

Menetapkan

: PERATURAN KEPALA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN


PERDAGANGAN BEBAS DAN
PELABUHAN BEBAS BATAM
TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN DAN TARIF PELAYANAN
KAPAL DI LINGKUNGAN PELABUHAN BATAM.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan:


1.

Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam,


untuk selanjutnya disebut Badan Pengusahaan Batam, adalah lembaga/instansi
pemerintah pusat yang dibentuk oleh Dewan Kawasan dengan tugas dan
wewenang melaksanakan pengelolaan, pengembangan, dan pembangunan
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam;

2.

Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya
dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik
dan/atau turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan pelayaran, dan kegiatan penunjang pelabuhan serta
sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi;

3.

Pelabuhan Batam adalah pelabuhan yang berada di wilayah kerja Badan


Pengusahaan Batam dan diselenggarakan oleh Badan Pengusahaan Batam, yang
terdiri dari Terminal Umum, Terminal Untuk Kepentingan Sendiri, Terminal Khusus,
dan Perairan Pelabuhan Batam;

4.

Perairan Pelabuhan Batam adalah wilayah perairan berdasarkan batas yang


ditetapkan peraturan perundang-undangan, yaitu peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan batas wilayah Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas Batam, batas wilayah berdasarkan Rencana Induk Pelabuhan
Batam dan batas wilayah daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan, dan daerah
Lingkungan Kepentingan Pelabuhan yang ditetapkan Pemerintah;

5.

Kepala Kantor Pelabuhan Laut adalah pimpinan pelabuhan di lingkungan Badan


Pengusahaan Batam;

6.

Tarif Pelayanan Kepelabuhanan adalah penerimaan yang diperoleh atas pelayanan


kapal, pelayanan barang, pelayanan alat, dan pelayanan penunjang
kepelabuhanan di pelabuhan yang diselenggarakan oleh Badan Pengusahaan
Batam, yang terdiri dari Terminal Umum, Terminal Untuk Kepentingan Sendiri,
Terminal Khusus, dan perairan pelabuhan Batam;

7.

Terminal khusus yang selanjutnya disebut Tersus adalah terminal yang terletak di
luar daerah Lingkungan kerja (DLKr) dan daerah Lingkungan kepentingan (DLKp)
pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan terdekat untuk melayani
kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya;

8.

Terminal untuk kepentingan sendiri yang selanjutnya disebut TUKS adalah terminal
yang terletak dalam daerah lingkungan kerja (DLKr) dan daerah lingkungan
kepentingan (DLKp) pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan untuk
melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya;

9.

Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun yang digerakkan
dengan tenaga mekanik, tenaga mesin atau ditunda, termasuk kendaraan air yang
berdaya dukung dinamis, kendaraan dibawah permukaan air, serta alat apung dan
bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah;

10. Kapal melakukan kegiatan niaga adalah kapal yang selama berkunjung di
pelabuhan melakukan kegiatan bongkar muat kargo berupa barang, penumpang
dan hewan, termasuk kapal Pemerintah, Tentara Nasional Indonesia (TNI) atau
Kepolisian Republik Indonesia (POLRI);
11. Kapal tidak melakukan kegiatan niaga adalah kapal yang selama berkunjung di
pelabuhan tidak melakukan kegiatan bongkar muat kargo berupa barang,
penumpang dan hewan, yaitu kapal dalam rangka kegiatan bunker, mengambil
perbekalan serta keperluan lain yang digunakan dalam melanjutkan perjalanannya,
menambah/mengganti anak buah kapal, mendapat pertolongan dokter, pertolongan
dalam kebakaran, tank cleaning serta pembasmian hama (fumigasi);
12. Kapal lay-up adalah kapal yang dilabuhkan di tempat yang ditetapkan sebagai area
lay-up sesuai peraturan perundang-undangan dan tidak dipergunakan dalam
kegiatan pengangkutan kargo/penumpang, dengan perlakuan ketentuan jumlah
awak kapal berdasarkan klasifikasi kegiatan lay-up nya (hot lay-up, semi cold
stacking, cold stacking) dan disampaikan sebagai kapal lay-up pada saat
kedatangan kepada syahbandar;
13. Terminaling, adalah kapal yang bertindak sebagai terminal, dan berlabuh secara
tetap pada titik koordinat yang ditentukan;

14. Kapal Yacht dan sejenisnya adalah kapal yang dilengkapi secara khusus untuk
melakukan rekreasi/olahraga atau melakukan perlombaan-perlombaan di laut, baik
yang digerakkan dengan pesawat pendorong, layar, atau dengan cara-cara lain;
15. Angkutan Laut Luar Negeri adalah kegiatan angkutan laut dari pelabuhan
Indonesia ke pelabuhan luar negeri atau sebaliknya, termasuk melanjutkan
kunjungan antar pelabuhan di wilayah perairan laut Indonesia yang
diselenggarakan oleh perusahaan angkutan laut;
16. Angkutan Laut Dalam Negeri adalah kegiatan angkutan laut antar pelabuhan yang
dilakukan di wilayah Perairan Laut Indonesia di luar ketentuan sebagaimana
dimaksud pada angka 14 Pasal ini, yang diselenggarakan oleh perusahaan
angkutan laut;
17. Angkutan Laut Perintis adalah kegiatan angkutan laut antar pelabuhan di wilayah
Indonesia yang dilakukan dengan trayek tetap dan teratur, untuk menghubungkan
daerah terpencil dan belum berkembang;
18. Pelayaran Rakyat adalah kegiatan angkutan laut antar pelabuhan di wilayah
Indonesia dengan menggunakan kapal layar atau kapal layar motor yang
berukuran sampai dengan 400 (empat ratus) GT dan kapal motor yang berukuran
sampai dengan 35 (tiga puluh lima) GT;
19. Kapal yang melakukan kegiatan tetap adalah kapal yang melakukan kegiatan
secara tetap dan tinggal tetap di dalam daerah lingkungan kerja dan daerah
lingkungan kepentingan pelabuhan;
20. Pemanduan adalah kegiatan pandu dalam membantu Nakhoda agar olah gerak
kapal dapat dilaksanakan dengan selamat, tertib dan lancar;
21. Penundaan adalah pekerjaan mendorong, mengawal, menjaga, menarik atau
mengandeng kapal yang berolah gerak, untuk bertambat ke atau untuk melepas
dari tambatan dermaga, breasting dolphin, pelampung dan kapal lainnya dengan
menggunakan kapal tunda;
22. Pengepilan adalah pekerjaan mengikat, melepas, menarik tali temali kapal yang
berolah gerak untuk bertambat ke atau untuk melepas dari dermaga, breasting
dolphin, pelampung dan kapal lainnya dengan menggunakan atau tidak
menggunakan motor kepil;
23. Gross Tonage, selanjutnya disebut GT, adalah perhitungan volume semua ruang
yang terletak dibawah geladak kapal ditambah dengan volume ruangan tertutup
yang terletak diatas geladak ditambah dengan isi ruangan beserta semua ruangan
tertutup yang terletak diatas geladak paling atas (superstructure), tonase kotor
dinyatakan dalam ton yaitu suatu unit volume sebesar 100 (seratus) kaki kubik
yang setara dengan 2,83 (dua koma delapan tiga) kubik meter;
24. Etmal adalah satuan untuk menghitung lamanya kapal berada di pelabuhan;
25. Perbulan kalender adalah perhitungan bulan dihitung sejak tanggal 1 sampai
dengan tanggal berakhirnya bulan tersebut yaitu tanggal 30 atau 31, kecuali bulan
Februari sampai dengan tanggal 28 atau 29.
Pasal 2
(1)

Pelayanan kapal yang berkunjung ke pelabuhan Batam harus memenuhi ketentuan


peraturan perundang-undangan, diantaranya:
a.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

(2)

b.

Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan;

c.

SOLAS 1974 (Safety Of Life At Sea);

d.

Marpol 1983 (Marine Polution);

e.

Konvensi internasional lainnya yang telah diratifikasi, serta ketentuanketentuan yang berlaku dari Kementerian Perhubungan dan Badan
Pengusahaan Batam;

Perusahaan pelayaran/kapten kapal harus menyampaikan Pernyataan Umum


Kedatangan Kapal (General Declaration) selambat-lambatnya 24 (dua puluh
empat) jam sejak kedatangan kapal, dalam format yang disediakan ke Pusat
Pelayanan Administrasi Terpadu (PPAT), dengan alamat sebagai berikut:
Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Kantor Pelabuhan Batam
Jalan Yos Sudarso Nomor 3
Batu Ampar-Batam
Pasal 3

(1)
(2)

(3)

(4)

Kapal Angkutan Laut Dalam Negeri dikenakan tarif pelayanan kapal dalam mata
uang Rupiah (IDR);
Kapal Angkutan Laut Luar Negeri yang menyinggahi satu atau beberapa pelabuhan
di Indonesia termasuk kapal perang negara lain, dikenakan tarif pelayanan kapal
dalam mata uang Dollar Amerika Serikat (US$);
Kapal-kapal berbendera asing yang memiliki izin melakukan kegiatan angkutan laut
dalam negeri ditetapkan tarif pelayanan kepelabuhanan dalam Dollar Amerika
(US$);
Kapal-kapal angkutan laut berbendera Indonesia:
a.

yang tidak melakukan kegiatan angkutan dari dan/atau ke luar negeri,


ditetapkan tarif pelayanan kepelabuhanan dalam Rupiah (IDR);

b.

yang melakukan kegiatan angkutan dari dan/atau ke luar negeri, ditetapkan


tarif pelayanan kepelabuhanan dalam Dollar Amerika (US$).
Pasal 4

Kantor Pelabuhan Laut akan menerbitkan nota pelayanan kepelabuhanan dengan


syarat-syarat sebagai berikut:
a.

Kapal yang berada di Pelabuhan Batam lebih dari 1 (satu) bulan sampai dengan 3
(tiga) bulan, nota pelayanan kepelabuhanannya akan diterbitkan setiap bulan;

b.

Kapal yang berada di Pelabuhan Batam lebih dari 3 (tiga) bulan, nota pelayanan
kepelabuhanannya akan diterbitkan setiap 3 (tiga) bulan;
Pasal 5

(1)

Pembayaran nota pelayanan kepelabuhanan harus dilakukan selambat-lambatnya


7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal nota terbit pada bank mitra yang ditunjuk;

(2)

Apabila pengguna layanan lalai melakukan pelunasan nota pelayanan


kepelabuhanan, maka pelayanan kepelabuhanan dan pelayaran lainnya akan
ditangguhkan termasuk penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (SPB);

(3)

Pengajuan keberatan atas nota pelayanan kepelabuhanan dapat diterima paling


lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak penerbitan nota, dengan menyampaikan

surat keberatan yang menjelaskan keberatannya, dan melampirkan copy nota dan
data pendukung lainnya;
(4)

Nilai tagihan pelayanan kepelabuhanan dalam mata uang rupiah per nota tagihan
minimal sebesar Rp.50.000,- (lima puluh ribu rupiah);

(5)

Nilai tagihan pelayanan kepelabuhanan dalam mata uang dollar Amerika Serikat
per nota tagihan minimal sebesar US$ 5,00 (lima Dollar Amerika Serikat).
Pasal 6

(1)

(2)

Pelayanan kapal meliputi:


a.

Pelayanan Labuh;

b.

Pelayanan Pandu;

c.

Pelayanan Tunda;

d.

Pelayanan Tambat;

e.

Pelayanan Angkutan Laut Perintis;

f.

Pelayanan Kapal Yacht;

Pelayanan Air Bersih.


BAB II
PELAYANAN LABUH
Bagian Kesatu
Tarif Pelayanan Labuh
Pasal 7

(1)

Tarif pelayanan labuh dikenakan terhadap setiap kapal yang berkunjung dan
menggunakan perairan pelabuhan di dalam daerah lingkungan kerja dan daerah
lingkungan kepentingan pelabuhan;

(2)

Kapal yang berkunjung ke pelabuhan dikenakan tarif pelayanan labuh per


kunjungan yang didasarkan pada GT kapal dengan berpedoman pada surat ukur
kapal atau surat ukur kapal sementara;

(3)

Kapal yang berkunjung dan berada di pelabuhan untuk melakukan kegiatan lebih
dari 10 (sepuluh) hari, dikenakan tambahan tarif pelayanan labuh untuk setiap
masa 10 (sepuluh) hari berikutnya sebesar tarif perkunjungannya.
Pasal 8

Kapal yang berkunjung dalam rangka kegiatan niaga, dikenakan tarif labuh dengan
sistem perhitungan dari tarif dasar, sebagai berikut:
a.

Kapal melakukan bongkar/muat kargo di terminal umum

100%

b.

Kapal melakukan kegiatan Ship to Ship Transfer:


1. 1-10 hari
2. Lebih dari 10 hari
Kapal yang bertindak sebagai terminaling

50%
100%
25%

c.

Pasal 9
Kapal penumpang yang berkunjung dalam rangka kegiatan angkutan penumpang,
dikenakan tarif labuh dengan sistem perhitungan dari tarif dasar, sebagai berikut:
Kurang dari 15 kunjungan per bulan, dihitung sesuai jumlah kunjungan
100%
a.
b.

Lebih dari 15 kunjungan per bulan, dihitung paling banyak 15


kunjungan setiap bulannya

100%

Pasal 10
Kapal yang berada di Tersus/TUKS dalam rangka kegiatan bongkar/muat,
repair/docking, atau standby, dikenakan tarif labuh dengan sistem perhitungan dari tarif
dasar, sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.

1-30 hari
31-180 hari

100%
25%

181-365 hari

50%

Lebih dari 365 hari

100%

Pasal 11
Kapal yang berkunjung dalam rangka kegiatan bukan niaga, dikenakan tarif labuh
dengan sistem perhitungan dari tarif dasar, sebagai berikut:
a.

b.

c.

Kapal yang berkunjung untuk kegiatan bunker, mengambil perbekalan serta


keperluan
lain
yang
digunakan
dalam
melanjutkan
perjalanannya,
menambah/mengganti anak buah kapal, mendapat pertolongan dokter, pertolongan
dalam kebakaran, tank cleaning, pembasmian hama serta kapal yang menunggu
muatan/waiting order:
1.

1-30 hari

2.

Lebih dari 30 hari

25%
100%

Kapal yang berkunjung dalam rangka lay-up:


1.

Di area yang ditetapkan oleh Kementerian Perhubungan:

2.

Tidak di area yang ditetapkan oleh Kementerian Perhubungan:


a.

Sampai dengan 30 hari

b.

Lebih dari 30 hari

12,5%
25%
100%

Kapal jenis Rig/anjungan lepas pantai

150%

Pasal 12
Kapal pelayaran rakyat yang berkunjung ke pelabuhan dikenakan tarif pelayanan labuh
kapal niaga angkutan laut dalam negeri dengan sistem perhitungan dari tarif dasar,
sebagai berikut:
a.

Kapal layar atau kapal layar motor yang berukuran sampai dengan 400
(empat ratus) GT dan kapal motor yang berukuran sampai dengan 35
(tiga puluh lima) GT

75%

b.

Kapal pelayaran rakyat dengan ukuran diluar ketentuan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 1 angka 18

100%

Pasal 13
Kapal tangkapan, dikenakan tarif labuh dengan perhitungan sebagai berikut:
a. 1-90 hari
b. Lebih dari 90 hari

50%
100%
Pasal 14

(1)

Kapal bangunan baru yang belum memiliki surat ukur kapal dikenakan tarif labuh
bukan niaga dalam mata uang IDR terhitung sejak kapal diluncurkan;

(2)

Setelah surat ukur kapal diterbitkan oleh Syahbandar, maka kapal dikenakan tarif
labuh sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10.
Pasal 15

(1)

Pemilik alat-alat apung berupa floating dock untuk kegiatan docking kapal/repair
harus mengajukan izin penetapan perairan kepada Syahbandar dan mempunyai
perjanjian kerjasama dengan Kantor Pelabuhan Laut;

(2)

Alat-alat apung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan tarif labuh bukan
niaga dalam mata uang IDR yang diperhitungkan sebagaimana tercantum dalam
Pasal 4.
Bagian Kedua
Pembebasan Tarif Pelayanan Labuh
Pasal 16

Pembebasan tarif pelayanan labuh untuk kapal angkutan laut dalam negeri, diberikan
kepada:
a.

kapal perang Republik Indonesia, kapal syahbandar, kapal navigasi, kapal patroli
kesatuan penjagaan laut dan pantai (KPLP), kapal Bea dan Cukai, kapal
penelitian, kapal Palang Merah, kapal pemerintah daerah, kapal Kepolisian Negara
Republik Indonesia (POLRI), kapal yang tidak bertindak sebagai kapal niaga serta
kapal yang melaksanakan tugas Search and Rescue (SAR);

b.

kapal yang berlayar melintasi perairan pelabuhan;

c.

kapal yang sesuai ketentuan instansi yang berwenang tidak wajib register;

d.

kapal sedang diatas dock.


Pasal 17

Pembebasan tarif pelayanan labuh untuk kapal angkutan laut luar negeri, diberikan
kepada:
a.

kapal yang berlayar melintasi perairan pelabuhan;

b.

kapal sedang diatas dock.


Pasal 18

Tarif dasar pelayanan labuh untuk kapal angkutan laut dalam negeri sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 1 Peraturan ini.
Pasal 19

Tarif dasar pelayanan labuh untuk kapal angkutan laut luar negeri sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 2 Peraturan ini.
BAB III
PELAYANAN PANDU
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 20
Kapal yang berukuran 500 (lima ratus) GT atau lebih, wajib menggunakan layanan
pemanduan pada waktu berlayar di perairan wajib pandu.
Pasal 21
(1)

Setiap kapal wajib pandu yang akan masuk atau meninggalkan perairan wajib
pandu Pelabuhan Batam, yaitu Batu Ampar, Sekupang, Kabil, dan Tanjung
Uncang, wajib mengajukan permintaan pandu secara tertulis kepada Pejabat
Urusan Kepanduan Kantor Pelabuhan Laut, dengan tembusan disampaikan
kepada Pengawas Pemanduan atau Syahbandar selambat-lambatnya 2 (dua) jam
sebelum kegiatan;

(2)

Keterlambatan permintaan pandu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk


jangka waktu lebih dari 2 (dua) jam dikenakan sanksi berupa denda dengan
perhitungan 20% (dua puluh persen) dari tarif dasar.
Pasal 22

(1)

Kapal wajib pandu yang akan mengajukan pembatalan atau perubahan waktu
pemanduan memberitahukan kepada Kantor Pelabuhan Laut selambat-lambatnya
2 (dua) jam sebelum gerakan;

(2)

Keterlambatan pembatalan atau perubahan waktu pemanduan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) untuk jangka waktu lebih dari 2 (dua) jam dikenakan sanksi
berupa denda dengan perhitungan 10% (sepuluh persen) dari tarif dasar.
Pasal 23

Pemberian dispensasi tanpa petugas pandu terhadap kapal yang dikenakan wajib pandu
dan berlayar di perairan wajib pandu dapat diberikan oleh Kantor Pelabuhan Laut atau
Syahbandar, dengan memperhatikan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh
nakhoda sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pasal 24
Apabila terjadi kecelakaan dalam proses pemanduan kapal yang mengakibatkan
rusaknya fasilitas dermaga atau rusaknya kapal lain di perairan bandar, maka nakhoda
atau petugas pandu harus membuat laporan dan berita acara kerusakan untuk proses
ganti rugi akibat kecelakaan tersebut.
Pasal 25
(1)

Kapal wajib pandu harus melakukan gerakan tepat sejak petugas pandu naik di atas
kapal;

(2)

Keterlambatan gerakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk jangka waktu

lebih dari 30 (tiga puluh) menit sampai dengan 1 (satu) jam dikenakan sanksi
berupa denda dengan perhitungan 10% (sepuluh persen) dari tarif dasar;
(3)

Keterlambatan gerakan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) untuk jangka waktu
lebih dari 1 (satu) jam dikenakan sanksi berupa denda dengan perhitungan 100%
(seratus persen) dari tarif dasar.
Pasal 26

Pelayanan pemanduan untuk kapal konvoi 1 (satu) gerakan pemanduan yang dilakukan
oleh petugas pandu yang berada di atas kapal terdepan atau petugas pandu tetap
berada di atas kapal pandu/tunda, dikenakan tarif pelayanan pemanduan sebesar 100%
(seratus persen) dari tarif dasar terhadap masing-masing kapal konvoi.
Pasal 27
Kapal wajib pandu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 yang masuk ke atau keluar
dari dan/atau melakukan gerakan tersendiri di daerah perairan wajib pandu tanpa izin
dari pejabat yang berwenang, dikenakan tambahan tarif pelayanan pemanduan sebesar
200% (dua ratus persen) dari tarif dasar.
Pasal 28
Kapal yang menggunakan pelayanan pemanduan diluar batas perairan wajib pandu dan
perairan pandu luar biasa, dikenakan tarif pelayanan pemanduan pada perairan wajib
pandu pelabuhan terdekat dengan ketentuan biaya transportasi dan akomodasi
pemanduan menjadi beban pemakai layanan yang besarnya ditetapkan oleh Kepala
Kantor Pelabuhan Laut.
Pasal 29
Kapal kargo tertentu seperti kapal yang mengangkut liquified natural gas (LNG), liquid
petroleum gas (LPG) atau bertekanan tinggi (condensate) yang masuk ke atau keluar
dari dan/atau melakukan gerakan tersendiri di daerah perairan wajib pandu, dikenakan
tambahan tarif pelayanan pemanduan sebesar 100% (seratus persen) dari tarif dasar.
Pasal 30
Pengenaan tarif pelayanan pemanduan bagi kapal tunda yang menggandeng
tongkang/alat apung lainnya diatur sebagai berikut:
a.

Tongkang/alat apung lainnya yang ditunda/dikawal/didorong/digandeng oleh kapal


tunda milik Kantor Pelabuhan Laut, dikenakan tarif pelayanan pemanduan sebesar
GT tongkang/alat apung yang bersangkutan, sedangkan penggunaan kapal tunda
tersebut dikenakan tarif pelayanan tunda yang berlaku sesuai dengan Peraturan
ini;

b.

Tongkang/alat apung lainnya yang ditunda/dikawal/didorong/digandeng oleh kapal


tunda bukan milik Kantor Pelabuhan Laut, dikenakan tarif pelayanan pemanduan
sebesar GT kapal tunda ditambah GT tongkang/alat apung yang bersangkutan.
Bagian Kedua
Tarif Pelayanan Pandu
Pasal 31

Tarif dasar pelayanan pemanduan adalah jumlah total tarif tetap per kapal per gerakan
ditambah dengan tarif variabel per GT per kapal per gerakan.
Pasal 32
Tarif dasar pelayanan pemanduan untuk kapal angkutan laut dalam negeri sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 3 Peraturan ini.
Pasal 33
Tarif dasar pelayanan pemanduan untuk kapal angkutan laut luar negeri sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 4 Peraturan ini.
Pasal 34
Besaran tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 dan Pasal 33, ditetapkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a.

Tarif pelayanan pemanduan pada waktu melayani masuk/keluar kapal di perairan


wajib pandu, dikenakan 100% (seratus persen) dari tarif dasar;

b.

Tarif pelayanan pemanduan pada waktu melayani gerakan tersendiri di perairan


wajib pandu, dikenakan 75% (tujuh puluh lima persen) dari tarif dasar;

c.

Tarif pelayanan pemanduan pada waktu melayani pemanduan kapal di luar batas
perairan wajib pandu dan di perairan pandu luar biasa, dikenakan 200% (dua ratus
persen) dari tarif dasar, ditambah biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28;

d.

Apabila perhitungan biaya pemanduan kapal angkutan laut dalam negeri kurang
dari Rp.750.000,- (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) per gerakan, maka biaya
pemanduan dikenakan biaya minimal, sebesar Rp.750.000,- (tujuh ratus lima puluh
ribu rupiah) per gerakan;

e.

Apabila perhitungan biaya pemanduan kapal angkutan laut luar negeri kurang dari
US$ 175.00 (seratus tujuh puluh lima dollar Amerika Serikat) per gerakan, maka
biaya pemanduan dikenakan biaya minimal, sebesar US$ 175.00 (seratus tujuh
puluh lima dollar Amerika Serikat) per gerakan.
Pasal 35

Pelayanan pemanduan gerakan tersendiri didalam perairan wajib pandu untuk keperluan
shifting kapal pada pelabuhan tertentu yang jarak pelayanan pemanduannya melebihi
jarak pemanduan pada pelabuhan setempat dikenakan 75% (tujuh puluh lima persen)
dari tarif dasar.
Bagian Ketiga
Pembebasan Tarif Pelayanan Pandu
Pasal 36
Kapal angkutan laut dalam negeri yang dibebaskan dari tarif pelayanan pemanduan
yaitu:
a.
b.

kapal rumah sakit dalam keadaan perang;


kapal perang Republik Indonesia atau kapal negara Republik Indonesia untuk

tugas pemerintahan;
c.

kapal yang mengujungi pelabuhan hanya dengan maksud meminta pertolongan


kemanusiaan dalam hal pengobatan atau penyelamatan terhadap bencana laut;

d.

kapal yang berpindah dari tambatan atas perintah Superintendent dan atau atas
perintah Kepala Kantor Pelabuhan Laut untuk kepentingan operasional pelabuhan;

e.

kapal yang menyeberang secara tetap dan teratur menyinggahi pelabuhan yang
sama lebih dari 1 (satu) kali dalam 24 (dua puluh empat) jam di perairan wajib
pandu tertentu.
Pasal 37

Kapal angkutan laut luar negeri yang dibebaskan dari tarif pelayanan pemanduan yaitu:
a.

kapal rumah sakit dalam keadaan perang;

b.

kapal yang mengunjungi pelabuhan hanya dengan maksud meminta pertolongan


kemanusiaan dalam hal pengobatan atau penyelamatan terhadap bencana laut;

c.

kapal yang berpindah dari tambatan atas perintah otoritas pelabuhan untuk
kepentingan operasional pelabuhan.
Pasal 38

(1)

Kapal-kapal yang mengalami kelambatan gerakan atas rekomendasi pandu karena


pasang surut, gangguan cuaca, atau kejadian luar biasa lainnya, dibebaskan dari
pembayaran tambahan tarif pelayanan pemanduan;

(2)

Pembebasan pembayaran tambahan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diberikan oleh Kepala Kantor Pelabuhan Laut.
BAB IV
PELAYANAN TUNDA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 39

(1)

Zona operasi kapal tunda sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan Undang-Undang


Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dan Loodsdienst Ordonantic Tahun 1927
dimana penggunaan kapal tunda atau waktu gerakan dihitung mulai dari atau
sampai batas pemanduan;

(2)

Jam kerja efektif adalah waktu yang dihitung sejak kapal tunda mulai mendekati
kapal yang akan ditunda (walaupun belum menerima tali dari kapal tersebut),
sampai kapal tunda selesai melaksanakan penundaan (melepas tali kapal yang
ditunda/hingga saat kapal selesai sandar/in-position);

(3)

Waktu rata-rata dari dan ke pangkalan adalah waktu rata-rata yang diperlukan
kapal mulai berangkat dari dan ke pangkalan.
Pasal 40

(1)

Ketentuan penghitungan waktu rata-rata kapal tunda berangkat dan kembali ke


pangkalan di Pelabuhan Batam:
a.

penetapan pangkalan kapal tunda:

b.

1.

Pelabuhan Batu Ampar;

2.

Pelabuhan Kabil;

jam pemakaian kapal tunda dihitung selama menunda kapal ditambah waktu
rata-rata di kolam pelabuhan;

(2)

Jam pemakaian kapal tunda dari pangkalan lain selain sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a dihitung waktu rata-rata yang diperlukan kapal tunda sejak
berangkat dari pangkalan ke lokasi kerja/kapal;

(3)

Perhitungan jarak aktual yaitu olah gerak ditambah jam pemakaian kapal tunda
selama menunda kapal, terhitung sejak mulai sampai dengan selesai.
Pasal 41

(1)

Kantor Pelabuhan Batam menerbitkan tagihan langsung kepada agen/perusahaan


pelayaran atas pelayanan penundaan yang diberikan;

(2)

Pembayaran tagihan atas pelayanan penundaan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) disetorkan ke rekening Badan Pengusahaan Batam.
Pasal 42

Pedoman keselamatan pelayaran dalam pelayanan penundaan bagi kapal dengan


panjang 70 (tujuh puluh) meter atau lebih yang berolah gerak di perairan wajib pandu,
diatur sebagai berikut:
a.

kapal dengan panjang 70 (tujuh puluh) meter sampai dengan 100 (seratus) meter
dapat ditunda dengan 1 (satu) kapal tunda yang mempunyai daya minimal 800
(delapan ratus) PK;

b.

kapal dengan panjang lebih dari 100 (seratus) meter sampai dengan 150 (seratus
lima puluh) meter, dapat ditunda 2 (dua) kapal tunda dengan jumlah daya 1.600
(seribu enam ratus) PK;

c.

kapal dengan panjang lebih dari 150 (seratus lima puluh) sampai dengan 200 (dua
ratus) meter, dapat ditunda 2 (dua) kapal tunda dengan jumlah daya 3.400 (tiga
ribu empat ratus) PK;

d.

kapal dengan panjang lebih dari 200 (dua ratus) meter sampai dengan 300 (tiga
ratus) meter, dapat ditunda 3 (tiga) kapal tunda dengan jumlah daya 5.000 (lima
ribu) PK;

e.

kapal dengan panjang lebih dari 300 (tiga ratus) meter, dapat ditunda 3 (tiga) kapal
tunda dengan jumlah daya minimal 10.000 (sepuluh ribu) PK.
Bagian Kedua
Tarif Pelayanan Tunda
Pasal 43

Pengenaan tarif pelayanan penundaan kapal diperairan wajib pandu, ditetapkan sebagai
berikut:
a.

Pemakaian kapal tunda dikenakan tarif pelayanan penundaan sebesar tarif dasar;

b.

Pembatalan permintaan kapal tunda yang telah dikirim ke lokasi kapal, dikenakan
tarif pelayanan penundaan sesuai tarif dasar minimal untuk pemakaian 1 (satu)
jam.
Pasal 44

(1)

Jam pemakaian kapal tunda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 dihitung sejak
kapal tunda tiba di lokasi kapal yang ditunda sampai dengan selesai menunda
ditambah jumlah jam keberangkatan dari dan kembali ke pangkalan;

(2)

Jumlah jam keberangkatan dari pangkalan dan jam kembali ke pangkalan bagi
kapal tunda secara rata-rata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung dengan
ketentuan sebagaimana tercantum dalam Lampiran 5 Peraturan ini.
Pasal 45

Kapal tunda milik swasta dapat menunda kapal sebagai sarana bantu penundaan
apabila diperlukan dan wajib membayar sebesar 20% (dua puluh persen) dari tarif yang
berlaku dalam Peraturan ini.
Pasal 46
Penundaan kapal yang dilayani secara bersama-sama oleh kapal tunda milik Pelabuhan
Batam dan kapal tunda milik swasta, maka pendapatan pelayanan penundaannya
ditetapkan sebagai berikut:
a.

dibagi berdasarkan perbandingan jumlah daya kuda (PK) dari masing-masing kapal
tunda yang digunakan; dan

b.

operator kapal swasta wajib membayar pada Kantor Pelabuhan Laut dengan
besaran sesuai bagi hasil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45.
Pasal 47

(1)

Jam pemakaian kapal tunda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 untuk


penggunaan kapal tunda kurang dari 1 (satu) jam dibulatkan dan dihitung menjadi 1
(satu) jam;

(2)

Pembulatan untuk selebihnya:


a.
b.

kurang dari (setengah) jam dihitung menjadi (setengah) jam;


lebih dari (setengah) jam dihitung menjadi 1 (satu) jam.
Pasal 48

Tarif dasar pelayanan penundaan adalah penjumlahan tarif tetap per kapal yang ditunda
per jam dengan tarif variabel per GT per kapal yang ditunda perjam.
Pasal 49
Tarif dasar pelayanan penundaan untuk kapal angkutan laut dalam negeri sebagaimana
tercantum dalam Lampiran VI Peraturan ini.
Pasal 50
Tarif dasar pelayanan penundaan untuk kapal angkutan laut luar negeri sebagaimana
tercantum dalam Lampiran VII Peraturan ini.
Pasal 51
Apabila perhitungan biaya penundaan kurang dari Rp1.000.000,- (satu juta rupiah) per
gerakan, maka biaya penundaan dikenakan biaya minimal, sebesar Rp1.000.000,- (satu
juta rupiah) per gerakan.

Pasal 52
(1)

Atas dasar pertimbangan keselamatan pelayaran di perairan bandar/kolam


pelabuhan terminal umum, setiap tongkang yang akan sandar diwajibkan
menggunakan tambahan 1 (satu) unit kapal tunda dan dikenakan tarif sesuai
dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 atau Pasal 51;

(2)

Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi tongkang yang
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (1).
Pasal 53

Kapal dengan ukuran panjang kurang dari 70 (tujuh puluh) meter yang memerlukan
pelayanan penundaan dikenakan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 atau
Pasal 51.
BAB V
PELAYANAN TAMBAT
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 54
(1)

Perusahaan pelayaran harus mengajukan permohonan pelayanan tambat paling


lambat 24 (dua puluh empat) jam sebelum pelaksanaan kegiatan bongkar/muat
dengan melampirkan:
a.

Ships Particular (Surat Ukur Kapal)

b.

Bill Of Loading (B/L) dan/atau Manifest;

c.

Data Kegiatan bongkar/muat;

d.

Stowage Plane;

(2)

Perusahaan/agen pelayaran harus mengajukan pembatalan atau perubahan


permohonan pelayanan tambat pada terminal umum secara tertulis selambatlambatnya 6 (enam) jam sebelum waktu pelayanan yang telah ditetapkan;

(3)

Kapal yang bertambat tanpa mengajukan permohonan tertulis, tanpa persetujuan


serta mengalami keterlambatan waktu pelaksanaan gerakan perubahan
posisi/geser, dikenakan sanksi administrasi sesuai ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 71.
Pasal 55

Pelayanan tambat pada terminal umum diberikan kepada kapal yang pertama kali tiba di
perairan pelabuhan (First Come First Service) yang disesuaikan dengan penataan lay
out pelabuhan yang telah ditetapkan (bila tidak ada ruang dermaga, akan disandarkan
pada dermaga yang sedang tidak ada kegiatan).

Bagian Kedua
Waktu Pelayanan Tambat
Pasal 56
Pemberian waktu pelayanan tambat bagi kapal yang akan melaksanakan kegiatan

bongkar/muat pada terminal umum:


a. Disesuaikan dengan jumlah barang yang akan dibongkar/dimuat;
b. Diberikan tambahan waktu persiapan 4 (empat) jam untuk
bongkar/muat dan persiapan dokumen administrasi kapal.

persiapan

Pasal 57
,

(1)

Kapal diberikan waktu 4 (empat) jam untuk penerimaan muatan setelah selesai
bongkar/muat;

(2)

Apabila dalam batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kapal tidak dapat
melaksanakan pemuatan, maka kapal harus keluar untuk berlabuh/lego jangkar.
Pasal 58

(1)

Perusahaan/agen pelayaran harus mengajukan perpanjangan waktu tambat


apabila belum tibanya barang yang akan dimuat akibat kelalaian pemilik
barang/cargodoring/stevedoring.

(2)

Kantor Pelabuhan Laut akan memberikan perpanjangan waktu tambat dengan


pengenaan tambahan tarif sesuai waktu perpanjangan;

(3)

Apabila perusahaan/agen pelayaran tidak mengajukan perpanjangan waktu tambat


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), akan dikenakan sanksi berupa denda
dengan perhitungan 200% (dua ratus persen) dari tarif dasar.
Pasal 59

(1)

Perusahaan/agen pelayaran harus mengajukan pemberitahuan perubahan bagi


kapal yang terlambat atau lebih cepat bertambat dari waktu yang telah ditetapkan;

(2)

Pemberitahuan perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan


selambat-lambatnya 2 (dua) jam setelah pelaksanaan tambat.
Pasal 60

(1)

Perusahaan/agen pelayaran harus mengajukan perubahan penggunaan tambatan


pada terminal umum yang melebihi dari waktu yang telah ditetapkan;

(2)

Pengajuan perubahan penggunaan tambatan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) dilakukan secara tertulis selambat-lambatnya 6 (enam) jam sebelum batas
waktu tambat berakhir.
Bagian Ketiga
Tarif Pelayanan Tambat
Pasal 61

(1)

Tarif pelayanan tambat dikenakan terhadap setiap kapal yang bertambat pada
tambatan dermaga (beton, besi dan kayu), breasting dolphin/pelampung serta
kapal yang merapat pada kapal lain yang sedang sandar/tambat;

(2)

Pengenaan tarif pelayanan tambat sebagaimana dimaksud ayat (1), didasarkan


pada GT kapal berpedoman pada surat ukur kapal dengan masa tambat
menggunakan satuan etmal.
Pasal 62

(1)

Kapal yang bertambat di terminal umum diberi batas waktu yang ditetapkan oleh
Kepala Kantor Pelabuhan Laut berdasarkan kesepakatan dengan asosiasi
pengguna layanan terkait, berpedoman pada pola perhitungan jumlah muatan per
kapal dibagi loading/discharging rate.

(2)

Kelebihan waktu tambat dari batas waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
dikenakan tambahan tarif pelayanan tambat sebesar 100% (seratus persen) dari
tarif dasar.
Pasal 63

(1)

Pelampung tambat/buoy milik swasta dapat digunakan sebagai fasilitas tambat


bouy pada perairan terminal umum apabila diperlukan;

(2)

Penggunaan pelampung tambat/buoy sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilakukan berdasarkan izin tertulis yang diberikan oleh Kepala Kantor Pelabuhan
Laut;

(3)

Pemilik pelampung tambat/buoy sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib


membayar sharing sebesar 20% (dua puluh persen) dari tarif yang berlaku
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 dan Pasal 67.
Pasal 64

(1)

Kapal yang bertambat pada lebih dari satu jenis tambatan, yaitu tambatan dermaga
(beton, besi dan kayu) atau bertambat pada lambung kapal lain yang sedang
bertambat, perhitungan masa tambatnya didasarkan pada penjumlahan waktu dari
penggunaan beberapa tambatan (tidak termasuk waktu bertambat pada breasting
dolphin, pelampung dan pinggiran) dan dikenakan tarif tambatan tertinggi;

(2)

Kapal yang bertambat pada lambung kapal lain yang sedang bertambat di terminal
umum, dikenakan tarif pelayanan tambat sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif
dasar sesuai tambatan yang dipergunakan;

(3)

Kapal yang bertambat di terminal umum pada tambatan dermaga (beton, besi dan
kayu) yang dilengkapi breasting dolphin atau pelampung, dikenakan tarif pelayanan
tambat dermaga (beton, besi dan kayu).
Pasal 65

Tarif pelayanan tambat dihitung sekurang-kurangnya untuk (seperempat) etmal atau 6


(enam) jam dengan pembulatan sebagai berikut:
a.

pemakaian tambat sampai dengan 6 (enam) jam dihitung (seperempat) etmal;

b.

pemakaian tambat lebih dari 6 (enam) jam sampai dengan 12 (dua belas) jam
dihitung (setengah) etmal;

c.

pemakaian tambat lebih dari 12 (dua belas) jam sampai dengan 18 (delapan belas)
jam dihitung (tiga perempat) etmal;

d.

pemakaian tambat lebih dari 18 (delapan belas) jam sampai dengan 24 (dua puluh
empat) jam dihitung 1 (satu) etmal.
Pasal 66

Tarif dasar pelayanan tambat untuk kapal angkutan laut dalam negeri adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 8 Peraturan ini.
Pasal 67

Tarif dasar pelayanan tambat untuk kapal angkutan laut luar negeri adalah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 9 Peraturan ini.

Pasal 68
Terhadap kapal yang berkunjung ke terminal umum dalam rangka kegiatan niaga,
dikenakan tarif tambat dengan sistem perhitungan dari tarif dasar, sebagai berikut:
a.

Kapal melakukan bongkar/muat kargo

100%

b.

Kapal melakukan pengisian air

100%
Pasal 69

Terhadap kapal penumpang yang berkunjung dalam rangka kegiatan angkutan


penumpang, dikenakan tarif tambat di setiap terminal penumpang yang dikunjungi
dengan ketentuan sebagai berikut:
a.
b.

Kurang dari 20 (dua puluh) kunjungan setiap bulan, dihitung sesuai


jumlah kunjungannya;
Lebih dari 20 (dua puluh) kunjungan setiap bulan, dihitung hanya 20
(dua puluh) kunjungan saja setiap bulannya.

100%
100%

Pasal 70
(1)

Terhadap kapal yang berada di Tersus/TUKS dalam rangka kegiatan


bongkar/muat, repair/docking, standby, dikenakan tarif tambat dengan sistem
perhitungan dari tarif dasar, sebagai berikut:
a.

110 etmal

50%

b.

1190 etmal

25%

c.

91180 etmal

d.

Lebih dari 180 etmal

12.5%
25%

(2)

Kapal bangunan baru yang belum memiliki surat ukur kapal dikenakan tarif
pelayanan tambat 50% (lima puluh persen) dari tarif dasar dalam mata uang IDR
terhitung sejak kapal diluncurkan;

(3)

Setelah surat ukur kapal diterbitkan oleh Syahbandar, maka kapal dikenakan tarif
pelayanan tambat sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1);

(4)

Pembebasan tarif pelayanan tambat diberikan kepada kapal yang sedang diatas
dock.
Bagian Keempat
Sanksi Administrasi dan Tarif Tambahan
Pasal 71

Kapal yang berangkat tanpa menyelesaikan administrasi nota tagihan pelayanan


kepelabuhanan akan dikenakan sanksi berupa denda 100% (seratus persen) dari
seluruh etmal ditambah sanksi administrasi sebesar Rp500.000,- (lima ratus ribu rupiah)
untuk kapal pelayaran dalam negeri dan US$200 (dua ratus Dollar Amerika Serikat)
untuk kapal pelayaran luar negeri.

Pasal 72

Kapal Ro-Ro/tongkang/ferry yang bertambat pada tambatan umum, apabila


menggunakan rampdoor dikenakan tarif tambahan sebesar 25% (dua puluh lima persen)
dari tarif pelayanan tambat.
Pasal 73
(1)

Kapal-kapal yang bertambat pada terminal umum harus sesuai dengan posisi yang
telah ditetapkan dengan toleransi penggunaan batas jarak maksimum 10 (sepuluh)
meter.

(2)

Perubahan posisi pemakaian tambatan pada terminal umum harus diajukan oleh
perusahaan/agen pelayaran secara tertulis selambat-lambatnya 4 (empat) jam
setelah kapal tambat, atau 4 (empat) jam sebelum pelaksanaan perubahan
tambatan;

(3)

Perubahan posisi/geser dilakukan selambat-lambatnya 2 (dua) jam dari shifting


order yang ditetapkan;

(4)

Keterlambatan pengajuan pembatalan atau perubahan waktu/posisi tambat dan


pembatalan atau perubahan waktu tambat tanpa pemberitahuan tertulis,
perusahaan/agen pelayaran dikenakan sanksi sebesar (setengah) etmal dari tarif
dasar;

(5)

Keterlambatan pengajuan perpanjangan waktu tambat dan perubahan posisi


tambat, perusahaan/agen pelayaran dikenakan tambahan tarif pelayanan 100%
(seratus persen) dari tarif yang berlaku atas kelebihan waktu dan atau perubahan
posisi.
Pasal 74

(1)

Perubahan rencana penggunaan tambatan kurang dari 6 (enam) jam dari rencana
tambat yang telah disetujui, perhitungan waktu tambat dikenakan terhitung sejak
waktu tambat yang disetujui;

(2)

Perubahan rencana tambat lebih dari 6 (enam) jam dianggap sebagai pembatalan
penetapan tambahan semula, dengan tetap dikenakan perhitungan jam tambat
(setengah) etmal.
Pasal 75

(1)

Kapal/tongkang angkutan barang regular ditetapkan dengan persyaratan sebagai


berikut:
a.

melayani rute BatamSingapura PP dalam rangka kegiatan niaga;

b.

melakukan lebih dari 10 (sepuluh) kunjungan per bulan kalender ke terminal


umum;

c.
(2)

diageni perusahaan pelayaran yang sama dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan
berturut-turut;
Kapal/tongkang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan ketentuan tarif
sebagai berikut:
a.

(3)

tarif pelayanan labuh dan pelayanan tambat sebesar 50% (lima puluh persen)
dari tarif dasar;
b.
tarif pelayanan tunda sebesar US$75 (tujuh puluh lima Dollar Amerika
Serikat) per kunjungan.
Terhadap kapal pengganti tidak berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a dan b, kecuali kapal dimaksud memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan c;

(4)

Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2) dan (3) tidak berlaku bagi
kapal yang melayani angkutan Roll on-Roll off rute Batam-Singapura PP.
\

Pasal 76
Ketentuan tentang tata cara pelayanan kapal dan pelabuhan diatur lebih lanjut dalam
peraturan tentang standar operasional prosedur pelayanan pelabuhan.
BAB VI
PELAYANAN KAPAL ANGKUTAN LAUT PERINTIS
Pasal 77
(1)

Kapal angkutan laut perintis dikenakan tarif pelayanan kepelabuhanan yang


berlaku untuk kapal pelayaran rakyat;

(2)

Kapal angkutan laut perintis yang beroperasi tidak sesuai dengan trayeknya
dikenakan tarif pelayanan kapal niaga angkutan laut dalam negeri.
BAB VII
PELAYANAN KAPAL YACHT
Pasal 78

(1)

Terminal yang ditetapkan untuk kegiatan sandar kapal yacht dan sejenisnya di
Pelabuhan Batam adalah:
a.

Terminal Nongsa Point Marina di Nongsa;

b.

Terminal Marina Water Front City di Teluk Senimba;

(2)

Kapal yacht dan sejenisnya yang berbendera asing yang berkunjung ke Batam
harus dilengkapi Clearance Approval for Indonesian Territory (CAIT) dan Sailing
Registration Booklet dari Pemerintah Indonesia yang masih berlaku serta Surat Izin
Berlayar (Port Clearance) dari pelabuhan keberangkatan terakhir;

(3)

Kapal yacht berbendera asing yang datang tanpa dilengkapi dokumen CAIT
/Booklet yang masih berlaku, diwajibkan mengurus CAIT dari instansi yang
berwenang;

(4)

Kapal yacht yang datang tidak mempunyai Surat Izin Berlayar (SPB/ Port
Clearance) dari pelabuhan keberangkatan terakhir diwajibkan menyelesaikan
sesuai ketentuan yang berlaku di bidang kesyahbandaran;

(5)

Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dipenuhi, kapal
yacht diberi batas waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari untuk berada di
pelabuhan Batam, serta tidak dibenarkan berlayar ke perairan Indonesia lainnya.
Pasal 79

(1)

Kapal yacht berbendera asing yang menyinggahi Pelabuhan Batam, dikenakan tarif
pelayanan kapal dalam mata uang Dollar Amerika Serikat (US$);

(2)

Kapal yacht berbendera Indonesia yang datang dari atau berangkat ke luar negeri
dikenakan tarif pelayanan kapal dalam mata uang Dollar Amerika Serikat (US$);

(3)

Kapal yacht berbendera Indonesia yang berlayar hanya di wilayah perairan dalam
negeri dikenakan tarif pelayanan kapal dalam mata uang Rupiah (IDR).

Pasal 80
(1)

Tarif pelayanan labuh dan pelayanan tambat bagi kapal yacht dan sejenisnya
digabung menjadi satu tarif yang disebut sebagai Call Rates (tarif kunjungan),
dengan besaran sebagaimana tercantum dalam Lampiran 10 Peraturan ini;

(2)

Pengenaan tarif pelayanan bagi kapal yacht sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
didasarkan pada masa tambat (hari).
BAB VIII
PELAYANAN AIR BERSIH
Pasal 81

Tata cara pelaksanaan pelayanan air bersih oleh pihak swasta ke kapal-kapal yang
melakukan pengambilan air di daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan
kepentingan Pelabuhan Batam adalah sebagai berikut:
a.

Perusahaan/agen pelayaran mengajukan permohonan kepada petugas Pelabuhan


Batam mengeni keperluan air bersih bagi kapalnya yang sedang berlabuh atau
melakukan kegiatan di daerah lingkungan perairan Batam;

b.

Perusahaan swasta terlebih dahulu harus mendapatkan izin dari Kantor Pelabuhan
Laut sebelum melaksanakan pengiriman/pengisian air untuk kapal-kapal
sebagaimana dimaksud pada huruf a;

c.

Kantor Pelabuhan Laut tidak akan melayani pengisian air bersih di pelabuhan bagi
perusahaan/agen pelayaran maupun perusahaan swasta yang tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b;

d.

Perusahaan swasta yang mempunyai sumber air bersih sendiri, dalam


melaksanakan pengiriman/pengisian air bersih ke kapal-kapal harus dilengkapi
dengan dokumen pendukung yang diterbitkan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan
yang menyatakan mutu dan kualitas air tersebut bersih;

e.

Permintaan pelayanan air bersih di dermaga dilaksanakan dengan ketentuan


permintaan minimal 5 m3 (lima meter kubik);

f.

Pembatalan permohonan pelayanan air bersih tanpa pemberitahuan terlebih


dahulu dikenakan tagihan sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari total
permohonan, kecuali untuk pelayanan air dengan kapal supply dikenakan tagihan
sebesar 100% (seratus persen) dari total permohonan.
Pasal 82

(1)

Tarif pelayanan air bersih untuk kapal dan usaha di pelabuhan, dikenakan dalam
mata uang Rupiah (IDR);

(2)

Pelayanan air bersih untuk kapal dan usaha di pelabuhan dikenakan sesuai tarif
yang berlaku dari perusahaan penyedia air bersih, ditambah biaya pelayanan 20%
(dua puluh persen).
BAB IX
LAIN-LAIN
Pasal 83

Pembulatan GT kurang dari 1 (satu) GT dihitung menjadi 1 (satu) GT.


Pasal 84
Besaran tarif pelayanan kapal dalam Peraturan ini belum termasuk pajak-pajak yang
berlaku.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 85
Pada saat Peraturan ini mulai berlaku,
a.

Pasal 1 huruf a sampai dengan huruf o, Pasal 2 sampai dengan Pasal 14, Pasal 36
sampai dengan Pasal 38, Pasal 43 dan Pasal 44 ayat (1), (2) dan (3) Keputusan
Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam Nomor
19/KPTS/KA/IV/2004 tentang Tarif Jasa Kepelabuhanan di Lingkungan Pelabuhan
Batam-Rempang-Galang (Barelang);

b.

Pasal 1 sampai dengan Pasal 7, Pasal 11, Pasal 12 sampai dengan Pasal 15
Keputusan Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam Nomor
20/KPTS/KA/IV/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Operasional Kepelabuhanan
di Lingkungan Pelabuhan Batam-Rempang-Galang (Barelang);

c.

Keputusan Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam Nomor


044/KPTS/KA/IV/2005 tentang Perubahan Dan Tambahan Surat Keputusan Otorita
Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam Nomor 19/KPTS/KA/IV/2004 Tentang
Tarif Jasa Kepelabuhanan di Lingkungan Pelabuhan Batam-Rempang-Galang
(Barelang);

d.

Keputusan Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam Nomor


73/KPTS/KA/X/2006 tentang Perubahan dan Penambahan atas Surat Keputusan
Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam Nomor
20/KPTS/KA/IV/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Operasional Kepelabuhanan
di Lingkungan Pelabuhan Batam-Rempang-Galang (Barelang);

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.


Pasal 86
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Batam
pada tanggal 12 Desember 2012
KEPALA BADAN PENGUSAHAAN
KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS
DAN PELABUHAN BEBAS BATAM,
ttd
MUSTOFA WIDJAJA
Salinan sesuai dengan aslinya
Karo. Sekretariat dan Protokol,

A. Gani Lasya

SALINAN
BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS
DAN PELABUHAN BEBAS BATAM
BATAM CENTRE, PULAU BATAM
KOTAK POS 151; TELEPON (0778) 462047, 462048; FAKSIMILE (0778) 462240, 462456

KEPALA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS


DAN PELABUHAN BEBAS BATAM
PERATURAN
KEPALA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS
DAN PELABUHAN BEBAS BATAM
NOMOR 17 TAHUN 2012
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN DAN TARIF PELAYANAN BARANG
DI LINGKUNGAN PELABUHAN BATAM
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS
DAN PELABUHAN BEBAS BATAM,
Menimbang

Mengingat

: a.

bahwa dalam rangka mengakomodir perubahan pola


pengelompokan tarif, serta dalam rangka meningkatkan
kualitas pelayanan kepelabuhanan di Pelabuhan Batam
khususnya pelayanan barang, maka dipandang perlu
menyesuaikan petunjuk pelaksanaan dan tarif pelayanan
barang di lingkungan Pelabuhan Batam;

b.

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan
Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas Batam;

: 1.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan


Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 251, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4053)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 44
Tahun 2007 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2007 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas menjadi Undang-Undang
menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 130, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4775);

2.

3.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4849);
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2007 tentang
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4757) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 5 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2007 tentang
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 16,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5195);

4.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009, tentang Jenis dan


Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang
Berlaku pada Departemen Perhubungan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 95, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4227);

5.

Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang


Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5070);

6.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2011 tentang


Pengelolaan Keuangan Badan Pengusahaan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 17, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5196);

7.

Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2008 tentang Dewan


Nasional Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas;

8.

Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2008 tentang Dewan


Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam;

9.

Surat Keputusan Bersama Menteri Perdagangan Nomor


149/Kpb/V.77, Menteri Keuangan Nomor 150/KMK/77, dan
Menteri Perhubungan Nomor KM.119/Phb-77,
tentang
Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan di Pulau Batam;

10.

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 77 Tahun 2009


tentang Rencana Induk Pelabuhan Batam;

11.

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 65 Tahun 2010


tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelabuhan Batam
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 47 Tahun 2011 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 65 Tahun
2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelabuhan
Batam;

12.

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2011


tentang Terminal Khusus dan Terminal untuk Kepentingan
Sendiri;

13.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 153/PMK.05/2012


tentang Tarif Layanan Badan Layanan Umum Badan
Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas Batam;

14.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 17 Tahun 2000


tentang Pedoman Penanganan Bahan/Barang Berbahaya
dalam Kegiatan Pelayaran di Indonesia;

15.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 14 Tahun 2002


tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Bongkar Muat
Barang dari dan ke Kapal;

16.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 54 Tahun 2002


tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut;

17.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 50 Tahun 2003


tentang Jenis, Struktur dan Golongan Tarif Pelayanan Jasa
Kepelabuhanan untuk Pelabuhan Laut sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 72
Tahun 2005 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor KM 50 Tahun 2003 tentang Jenis,
Struktur dan Golongan Tarif Pelayanan Jasa Kepelabuhanan
untuk Pelabuhan Laut;

18.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 39 Tahun 2004


tentang Mekanisme Penetapan Tarif dan Formulasi
Perhitungan Tarif Pelayanan Jasa Kepelabuhanan pada
Pelabuhan yang Diselenggarakan oleh Badan Usaha
Pelabuhan;

19.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 45 Tahun 2009


tentang Petunjuk Pelaksanaan Jenis dan Tarif atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut;

20.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 330 Tahun 2009


tentang Penetapan Pelabuhan Bebas pada Kawasan
Perdagangan Bebas di Batam, Bintan dan Karimun;

21.

Peraturan Ketua Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan


Pelabuhan Bebas Batam Nomor 3 Tahun 2008 tentang Badan
Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas Batam, sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Ketua Dewan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam Nomor 3
Tahun 2011 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Ketua
Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Batam Nomor 3 Tahun 2008 tentang Badan Pengusahaan
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam;

22.

Keputusan Ketua Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan


Pelabuhan Bebas Batam Nomor Kpts/6/DK/IX/2008 tentang
Penetapan
Personel
Badan
Pengusahaan
Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Keputusan Ketua Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas Batam Nomor Kpts 19/DK-BTM/X/2010
tentang Penetapan Personel Badan Pengusahaan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam;

23.

Peraturan
Kepala
Badan
Pengusahaan
Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam Nomor 10
Tahun 2011 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Badan
Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas Batam;

24.

Keputusan Kepala Kantor Pelabuhan Batam Nomor


4/KPTS/PL/6/2010 tentang Penetapan Pembagian Wilayah
Kerja Operasional Kantor Pelabuhan Batam;
MEMUTUSKAN:

Menetapkan

: PERATURAN KEPALA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN


PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM
TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN DAN TARIF PELAYANAN
BARANG DI LINGKUNGAN PELABUHAN BATAM.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan:


1.

Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam,


untuk selanjutnya disebut Badan Pengusahaan Batam, adalah lembaga/instansi
pemerintah pusat yang dibentuk oleh Dewan Kawasan dengan tugas dan
wewenang melaksanakan pengelolaan, pengembangan, dan pembangunan
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam;

2.

Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya
dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik
dan/atau turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan pelayaran, dan kegiatan penunjang pelabuhan serta
sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi;

3.

Pelabuhan Batam adalah pelabuhan yang berada di wilayah kerja Badan


Pengusahaan Batam dan diselenggarakan oleh Badan Pengusahaan Batam, yang
terdiri dari Terminal Umum, Terminal untuk Kepentingan Sendiri, Terminal Khusus,
dan Perairan Pelabuhan Batam;

4.

Perairan Pelabuhan Batam adalah wilayah perairan berdasarkan batas yang


ditetapkan melalui peraturan perundang-undangan, yaitu peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan batas wilayah Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas Batam, batas wilayah berdasarkan Rencana Induk Pelabuhan
Batam dan batas wilayah Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan, dan Daerah
Lingkungan Kepentingan Pelabuhan yang ditetapkan Pemerintah;

5.

Kepala Kantor Pelabuhan Laut adalah pimpinan pelabuhan di lingkungan Badan


Pengusahaan Batam;

6.

Tarif Pelayanan Kepelabuhan adalah penerimaan yang diperoleh atas pelayanan


kapal, pelayanan barang, pelayanan alat, dan pelayanan penunjang
kepelabuhanan di pelabuhan yang di selenggarakan oleh Badan Pengusahaan
Batam, yang terdiri dari Terminal Umum, Terminal Untuk Kepentingan Sendiri,
Terminal Khusus, dan perairan pelabuhan Batam;

7.

Terminal khusus yang selanjutnya disebut Tersus adalah terminal yang terletak di
luar Daerah Lingkungan kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan kepentingan (DLKp)
pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan terdekat untuk melayani
kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya;

8.

Terminal untuk kepentingan sendiri yang selanjutnya disebut TUKS adalah terminal
yang terletak dalam daerah lingkungan kerja (DLKr) dan daerah lingkungan
kepentingan (DLKp) pelabuhan yang merupakan bagian dari palabuhan untuk
melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya;

9.

Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun yang digerakkan
dengan tenaga mekanik, tenaga mesin atau ditunda, termasuk kendaraan air yang
berdaya dukung dinamis, kendaraan dibawah permukaan air, serta alat apung dan
bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah;

10. Kapal melakukan kegiatan niaga adalah kapal yang selama berkunjung di
pelabuhan melakukan kegiatan bongkar muat kargo berupa barang, penumpang
dan hewan, termasuk kapal pemerintah/Tentara Nasional Indonesia (TNI)/Kepolian
Negara Republik Indonesia (POLRI);
11. Kapal tidak melakukan kegiatan niaga adalah kapal yang selama berkunjung di
pelabuhan tidak melakukan kegiatan bongkar muat kargo berupa barang,
penumpang dan hewan, yaitu kapal dalam rangka kegiatan bunker, mengambil
perbekalan serta keperluan lain yang digunakan dalam melanjutkan perjalanannya,
menambah/mengganti anak buah kapal, mendapat pertolongan dokter, pertolongan
dalam kebakaran, tank cleaning serta pembasmian hama (fumigasi);
12. Kapal lay-up adalah kapal yang dilabuhkan di tempat yang ditetapkan sebagai area
lay-up sesuai peraturan perundang-undangan dan tidak dipergunakan dalam
kegiatan pengangkutan kargo/penumpang, dengan perlakuan ketentuan jumlah
awak kapal berdasarkan klasifikasi kegiatan lay-up nya (hot lay-up, semi cold
stacking, cold stacking) dan disampaikan sebagai kapal lay-up pada saat
kedatangan kepada syahbandar;
13. Terminaling adalah kapal yang bertindak sebagai terminal, dan berlabuh secara
tetap pada titik koordinat yang ditentukan;
14. Kapal Yacht dan sejenisnya adalah kapal yang dilengkapi secara khusus untuk
berekreasi/olah raga/melakukan perlombaan-perlombaan di laut, baik yang
digerakkan dengan pesawat pendorong, layar, ataupun dengan cara-cara lain;

15. Angkutan Laut Luar Negeri adalah kegiatan angkutan laut dari pelabuhan
Indonesia ke pelabuhan luar negeri atau sebaliknya, termasuk melanjutkan
kunjungan antar pelabuhan di wilayah perairan laut Indonesia yang
diselenggarakan oleh perusahaan angkutan laut;
16. Angkutan Laut Dalam Negeri adalah kegiatan angkutan laut antar pelabuhan yang
dilakukan di wilayah Perairan Laut Indonesia di luar ketentuan sebagaimana
dimaksud pada angka 14 Pasal ini, yang diselenggarakan oleh perusahaan
angkutan laut;
17. Angkutan Laut Perintis adalah kegiatan angkutan laut antar pelabuhan di wilayah
Indonesia yang dilakukan dengan trayek tetap dan teratur, untuk menghubungkan
daerah terpencil dan belum berkembang;
18. Pelayaran Rakyat adalah kegiatan angkutan laut antar pelabuhan di wilayah
Indonesia dengan menggunakan kapal layar atau kapal layar motor yang
berukuran sampai dengan 400 (empat ratus) GT dan kapal motor yang berukuran
sampai dengan 35 (tiga puluh lima) GT;
19. Kapal yang melakukan kegiatan tetap adalah kapal yang melakukan kegiatan
secara tetap dan tinggal tetap di dalam daerah lingkungan kerja dan daerah
lingkungan kepentingan pelabuhan;
20. Pemanduan adalah kegiatan pandu dalam membantu Nakhoda agar olah gerak
kapal dapat dilaksanakan dengan selamat, tertib dan lancar;
21. Penundaan adalah pekerjaan mendorong, mengawal, menjaga, menarik atau
mengandeng kapal yang berolah gerak, untuk bertambat ke atau untuk melepas
dari tambatan dermaga, breasting dolphin, pelampung dan kapal lainnya dengan
menggunakan kapal tunda;
22. Pengepilan adalah pekerjaan mengikat, melepas, menarik tali temali kapal yang
berolah gerak untuk bertambat ke atau untuk melepas dari dermaga, breasting
dolphin, pelampung dan kapal lainnya dengan menggunakan atau tidak
menggunakan motor kepil;
23. Kargo adalah semua jenis barang/hewan muatan kapal yang dibongkar/dimuat dari
dan ke kapal yang diangkut dari pelabuhan asal ke pelabuhan tujuan, dapat berupa
angkutan antar pulau atau impor/ekspor;
24. Kargo dalam kemasan adalah barang yang menggunakan kemasan petikemas
(container), atau menggunakan pallet dan unitisasi;
25. Kargo tidak dalam kemasan adalah barang selain sebagaimana dimaksud pada
angka 23 Pasal ini dalam bentuk urai, antara lain berupa break bulk, bag cargo,
barang curah kering, barang curah cair dan hewan;
26. Gudang adalah merupakan suatu tempat atau bangunan beratap yang
diperuntukan untuk menimbun, menyimpan dan mengerjakan barang dengan
tujuan agar barang tersebut terhindar dari kerusakan dan kehilangan yang
diakibatkan oleh manusia, hewan, serangga maupun karena cuaca;
27. Gudang transito adalah gudang lini I (satu) dimana barang yang dimasukan ke
dalam gudang tersebut telah siap untuk diteruskan ke tempat tujuan, baik untuk
diekspor maupun diteruskan ke tempat pemiliknya atau consignee dalam waktu
yang tidak lama/sementara;

28. Throughput Fee adalah pungutan yang dikenakan terhadap setiap barang curah
yang dibongkar/dimuat melalui pipa yang melintas pada lokasi terminal di dalam
daerah lingkungan kerja daratan dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan;
29. Roll On-Roll Off adalah moda dalam pengangkutan barang yang bisa
memuat/membongkar kargo masuk/keluar kapal dengan penggeraknya sendiri,
menggunakan kapal yang dilengkapi ramp door;
30. Gross Tonage, selanjutnya disebut GT, adalah perhitungan volume semua ruang
yang terletak dibawah geladak kapal ditambah dengan volume ruangan tertutup
yang terletak diatas geladak ditambah dengan isi ruangan beserta semua ruangan
tertutup yang terletak diatas geladak paling atas (superstructure), tonase kotor
dinyatakan dalam ton yaitu suatu unit volume sebesar 100 (seratus) kaki kubik
yang setara dengan 2,83 (dua koma delapan tiga) kubik meter;
31. Container Freight Station yang selanjutnya disebut CFS adalah kawasan yang
digunakan untuk menimbun petikemas LCL, melaksanakan stuffing/unstuffing, dan
untuk menimbun break-bulk cargo yang akan di-stuffing ke petikemas atau diunstuffing dari petikemas;
32. Less than Container Load yang selanjutnya disebut LCL adalah petikemas yang
berisi muatan dari beberapa shiper dan penerimanya terdiri dari beberapa
consignee;
33. Full Container Load yang selanjutnya disebut FCL adalah petikemas yang berisi
muatan satu shiper dan penerimanya satu consignee.
Pasal 2
(1)

Pembayaran nota pelayanan kepelabuhanan harus dilakukan selambat-lambatnya


7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal nota terbit pada bank mitra yang ditunjuk;

(2)

Apabila pengguna layanan lalai melakukan pelunasan nota pelayanan


kepelabuhanan, maka pelayanan kepelabuhanan dan pelayaran lainnya akan
ditangguhkan termasuk penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (SPB);

(3)

Pengajuan keberatan atas nota pelayanan kepelabuhanan dapat diterima paling


lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak penerbitan nota, dengan menyampaikan
surat keberatan yang menjelaskan keberatannya, dan melampirkan copy nota dan
data pendukung lainnya;

(4)

Nilai tagihan pelayanan kepelabuhanan dalam mata uang rupiah per nota tagihan
minimal sebesar Rp50.000,- (lima puluh ribu rupiah);

(5)

Nilai tagihan pelayanan kepelabuhanan dalam mata uang dollar Amerika Serikat
per nota tagihan minimal sebesar US$5,00 (lima Dollar Amerika Serikat).
BAB II
PELAYANAN BONGKAR/MUAT BARANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 3

(1)

Perusahaan Bongkar/Muat harus mengajukan secara tertulis permohonan kegiatan


bongkar/muat segera menerima informasi dari perusahaan/agen pelayaran tentang
rencana kedatangan kapal dan rencana sandar kapal;

(2)

(3)

Permohonan kegiatan bongkar/muat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diajukan menggunakan Formulir 1.B, dengan melampirkan persyaratan sebagai
berikut:
a.

Surat penunjukan pelaksanaan bongkar/muat dari pemilik barang (kontrak


kerja bongkar/muatstevedoring);

b.

Copy Bill Of Loading;

c.

Copy Manifest;

d.

Jumlah dan jenis muatan, untuk penentuan peralatan bongkar/muat;

e.

Jumlah buruh yang dibutuhkan sesuai dengan waktu yang ditentukan (sesuai
produktifitas bongkar/muat);

f.

Kesiapan angkutan darat/jumlah truk yang disiapkan untuk pelaksanaan


angkutan darat ke gudang penerimaan.

Persyaratan tambahan sebagai berikut:


a.

Bila muatan termasuk barang berbahaya, Perusahaan Bongkar/Muat harus


mengajukan permohonan izin bongkar/muat barang berbahaya kepada
Syahbandar;

b.

Bila muatan termasuk untuk tujuan ekspor, Perusahaan Bongkar/Muat harus


melampirkan Shipping Order/Shipping Instruction dengan menyebutkan
pelabuhan tujuan.
Pasal 4

Perusahaan Bongkar/Muat harus melaksanakan kegiatan bongkar/muat selama 24 (dua


puluh empat) jam.
Pasal 5
(1)

Perusahaan pelayaran diberi waktu 2 (dua) jam setelah kegiatan bongkar/muat


selesai untuk penyelesaian administrasi dan kesiapan keberangkatan kapal;

(2)

Apabila kapal masih menunggu muatan balik, maka kapal diberikan tenggang
waktu paling lama 4 (empat) jam;

(3)

Apabila dalam waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kapal tidak siap, maka
kapal harus keluar untuk lego jangkar.
Pasal 6

(1)

Dermaga bukan sebagai tempat penumpukan barang/muatan;

(2)

Perusahaan Bongkar/Muat harus mengajukan secara tertulis permohonan area


pembongkaran muatan sementara;

(3)

Kantor Pelabuhan Laut memberikan izin penggunaan area pembongkaran muatan


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk paling lama 3 (tiga) jam, dan setelah
itu barang/muatan harus dibawa ke lokasi penumpukan atau lokasi pemilik;

(4)

Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan


denda sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) per jam.

Bagian Kedua
Perusahaan Bongkar/Muat (PBM) dan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL)
Pasal 7
(1)

Selambat-lambatnya 2 (dua) jam setelah kapal bersandar, PBM/EMKL harus


segera melaksanakan kegiatan sesuai fungsinya;

(2)

Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan


sanksi berupa denda sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) per 2 (dua) jam
keterlambatan.
Pasal 8

(1)

(2)

PBM yang mengoperasikan Crane diwajibkan memakai alas kaki dengan ukuran
sebagai berikut:
Tebal

5 cm (lima sentimeter)

Lebar

2 x 40 cm (dua kali empat puluh sentimeter)

Panjang

100 cm (seratus sentimeter)

Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan


sanksi berupa denda sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) per
pelanggaran.
Pasal 9

(1)

PBM/EMKL dapat melakukan penumpukan stuffing dan/atau unstuffing kontainer di


gudang CFS;

(2)

Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan


sanksi berupa denda sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) per kontainer.
Pasal 10

(1)

PBM/EMKL dalam melaksanakan kegiatan harus sesuai dengan standar


produktifitas yang telah ditetapkan di Pelabuhan Batam;

(2)

Standar produktifitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan


kesepakatan dengan keputusan Kepala Kantor Pelabuhan Laut;

(3)

Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan


sanksi berupa denda tambahan tarif pelayanan dermaga sebesar 200% (dua ratus
persen) dari tarif dasar.
Pasal 11

PBM harus menyediakan alat bantu pengaman bongkar/muat seperti jala-jala di lambung
kapal untuk kegiatan bongkar/muat barang jenis bag cargo (karung) seperti beras dan
semen non-pallet.
Pasal 12
Petugas pengawas bongkar/muat dari PBM dan wakilnya harus secara terus menerus
berada di daerah kerjanya untuk memantau kegiatan bongkar/muat dan berkoordinasi
dengan petugas Pelabuhan Laut bila terjadi hambatan.

Pasal 13
(1)

PBM/EMKL dilarang menempatkan chassis atau chassis bermuatan di areal


pelabuhan;

(2)

Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenakan


sanksi berupa penguncian roda dan denda sebesar Rp. 250.000,- (dua ratus lima
puluh ribu rupiah) per unit.
Pasal 14

PBM/EMKL yang menyebabkan tumpahnya minyak dari alat bongkar/muat di atas


landasan dermaga dikenakan sanksi berupa denda sebesar Rp. 250.000,- (dua ratus
lima puluh ribu rupiah) per m2 (meter persegi) per kejadian.
Pasal 15
Perusahaan pelayanan pelabuhan yang menyebabkan kerusakan instalasi di daerah
kerja pelabuhan dikenakan sanksi senilai biaya yang timbul atas kerusakan tersebut.
Pasal 16
(1)

Parkir kendaraan kerja (truk dan trailler) harus pada tempat yang telah disediakan;

(2)

Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenakan


sanksi berupa penguncian roda dan denda sebesar Rp. 250.000,- (dua ratus lima
puluh ribu rupiah) per alat angkut/alat bongkar muat.
Pasal 17

PBM/EMKL yang melaksanakan kerja bongkar muat atau pengangkutan barang tanpa
izin tertulis dikenakan sanksi berupa denda sebesar Rp. 250.000,- (dua ratus lima puluh
ribu rupiah) per alat bongkar/muat.
Pasal 18
PBM dan EMKL yang melakukan kegiatan landing menggunakan rampdoor tongkang di
dermaga tanpa izin dikenakan sanksi berupa denda sebesar Rp1.000.000,- (satu juta
rupiah).
BAB III
PELAYANAN DERMAGA
Pasal 19
Tarif pelayanan dermaga dikenakan bagi setiap barang yang dibongkar/dimuat dari atau
ke kapal/tongkang yang bertambat di tambatan maupun yang tidak bertambat yang
lokasi kegiatannya berada di dalam daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan
kepentingan pelabuhan.
Pasal 20
Barang yang dimuat/dibongkar melalui dermaga ke maupun dari kapal/tongkang di
terminal umum dikenakan tarif pelayanan dermaga sebesar tarif dasar.

Pasal 21
Barang yang dimuat melalui dermaga ke tongkang/kapal dan selanjutnya langsung ke
tongkang/kapal lain atau sebaliknya (rede transport) di terminal umum, dikenakan satu
kali tarif pelayanan dermaga sebesar tarif dasar.
Pasal 22
Barang yang dimuat melalui dermaga ke kapal/tongkang yang bersandar pada
kapal/tongkang lain yang sedang bertambat pada tambatan atau sebaliknya di terminal
umum, dikenakan tarif pelayanan dermaga sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) dari
tarif dasar.
Pasal 23
Barang dari tongkang yang dimuat ke kapal yang sedang bertambat pada tambatan
tanpa melalui dermaga atau sebaliknya, dikenakan tarif pelayanan dermaga sebesar
50% (lima puluh persen) dari tarif dasar.
Pasal 24
Barang yang dibongkar dan dimuat antar kapal atau antara kapal dengan alat apung
lainnya tanpa melalui dermaga didalam daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan
kepentingan perairan pelabuhan dipungut biaya alih muatan sebesar 25% (dua puluh
lima persen) per ton atau per m (meter kubik) dari tarif dasar dan dipungut dari kapal
yang dibongkar dan kapal yang memuat.
Pasal 25
Barang yang dimuat/dibongkar melalui dermaga ke maupun dari kapal/tongkang di
terminal khusus/terminal untuk kepentingan sendiri, dikenakan tarif pelayanan dermaga
sebagai berikut:
a.

untuk barang milik sendiri, yang digunakan dalam rangka menunjang industrinya,
serta dibuktikan dengan dokumen manifest, dibebaskan dari pelayanan dermaga;

b.

untuk barang milik pihak ketiga, dikenakan sebesar 50% (lima puluh persen) dari
tarif dasar.
Pasal 26

Tarif pelayanan dermaga untuk barang dalam petikemas yang berstatus LCL
dibebankan kepada masing-masing pengirim/penerima/pemilik barang sesuai dengan
ukuran dan jenis barangnya.
Pasal 27
Tarif pelayanan dermaga untuk petikemas yang berukuran kurang dari 20 (dua puluh
feet) dikenakan berdasarkan berat/volume barang dengan satuan ton atau m (meter
kubik).
Pasal 28
Tarif pelayanan dermaga untuk barang yang berada diatas truck dan atau chassis yang
diangkut dengan kapal Ro-Ro dikenakan terhadap barang tersebut termasuk
volume/berat alat angkutnya, kecuali alat angkut tersebut berfungsi sebagai alat
mekanik/peralatan kapal bersangkutan.

Pasal 29
Tarif pelayanan dermaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ditetapkan dalam
satuan unit yang berpedoman pada klasifikasi alat angkutnya berdasarkan kesepakatan
dengan pengguna layanan.
Pasal 30
Tarif pelayanan dermaga untuk barang tidak dalam kemasan (barang impor) antar pulau
dikenakan sebesar tarif dasar.
Pasal 31
Tarif pelayanan dermaga untuk petikemas overheight/overwidth/overlength, dikenakan
tambahan sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif dasar.
Pasal 32
(1)

Barang yang sifatnya menganggu/merusak fasilitas dermaga atau fasilitas lainnya


serta kesehatan manusia sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1 Peraturan ini;

(2)

Tarif pelayanan dermaga untuk barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dikenakan tambahan sebesar 50% (limapuluh persen) dari tarif dasar.
Pasal 33

Pelayanan dermaga untuk barang berbahaya sebagaimana diatur dalam International


Maritime Dangerous Goods Code (IMDG Code) dikenakan tarif dengan ketentuan
sebagai berikut:
a.

terhadap barang berbahaya, dikenakan tambahan sebesar 100% (seratus persen)


dari tarif dasar;

b.

barang berbahaya yang tidak diberi tanda khusus (label) sebagaimana ketentuan
IMDG Code, dikenakan tambahan sebesar 200% (dua ratus persen) dari tarif
dasar.
Pasal 34

Tarif dasar pelayanan dermaga sebagaimana tercantum dalam Lampiran 2 Peraturan ini.
BAB IV
PELAYANAN CHASSIS DENGAN ROLL ON-ROLL OFF (RO-RO)
Pasal 35
Kegiatan bongkar petikemas diatas chassis (pemasukan chassis) dari luar negeri
dengan sistem Roll On-Roll Off yang diangkut kapal dilengkapi rampdoor, dikenakan
pelayanan chassis fee.
Pasal 36
Barang yang berada diatas truck dan/atau chassis yang diangkut dengan kapal Ro-Ro
dikenakan tarif pelayanan dermaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28.

Pasal 37
Tarif dasar pelayanan chassis fee dengan roll on - roll off adalah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 3 Peraturan ini.
BAB V
PELAYANAN PERGUDANGAN (WAREHOUSING)
Pasal 38
Pemakaian gudang dilakukan sesuai prosedur yang telah ditentukan dan berdasarkan
kepada tarif yang berlaku.
Pasal 39
(1)

Pelaksanaan pengaturan/penataan barang yang akan ditumpuk di gudang diatur


oleh supervisi/petugas gudang;

(2)

Pekerjaan quay transfer operations sampai di gudang dari kegiatan bongkar muat
dilaksanakan oleh PBM atau EMKL;

(3)

Penyusunan/pengaturan barang di gudang dilakukan setelah mendapat


disposisi/area penumpukan dari supervisi atau petugas gudang dimana barang
tersebut harus ditempatkan.
Pasal 40

(1)

Perusahaan Bongkar/Muat harus melaksanakan kegiatan bongkar muat selama 24


(dua puluh empat) jam dalam sehari;

(2)

Apabila barang bongkar/muat tidak dapat diangkut langsung keluar dikarenakan


kurang moda transportasi lanjutan maka PBM wajib menumpuk barang tersebut di
gudang atau di lapangan penumpukan di pelabuhan.
Pasal

41

Batas waktu pemakaian gudang transito adalah 10 (sepuluh) hari sejak dimasukkan
barang yang akan ditumpuk dalam gudang dan apabila penumpukan barang di gudang
lewat 10 (sepuluh) hari maka pihak gudang tidak bertanggung jawab terhadap
kehilangan/kerusakan dan barang tersebut akan dikeluarkan dari gudang dan dianggap
tidak ada pemilik.
Pasal 42
Tarif pelayanan penumpukan di gudang dikenakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a.

untuk barang yang dibongkar dari kapal, hari penumpukan dihitung mulai hari
pembongkaran pertama dari party barang yang bersangkutan sampai dengan
barang di keluarkan dari tempat penumpukan;

b.

untuk barang yang dimuat ke kapal, hari penumpukan dihitung mulai hari
penumpukan pertama dari party barang yang bersangkutan di tempat penumpukan
sampai dengan hari selesai pemuatan keseluruhan muatan kapal yang
bersangkutan.

Pasal 43
Tarif pelayanan pergudangan untuk barang yang dibongkar/muat dari kapal (impor dan
bongkar atau ekspor dan muat antar pulau) dikenakan dengan perhitungan sebagai
berikut:
a.

Hari I

1 (satu) sampai dengan 24 (dua puluh empat) jam dikenakan tarif


pelayanan pergudangan 1 (satu) hari dari tarif dasar;

b.

Hari II

25 (duapuluh lima) sampai dengan 48 (empat puluh delapan) jam dan


seterusnya dihitung perharinya dikenakan sebesar 200% (dua ratus
persen) dari tarif dasar.
Pasal 44

Tarif pelayanan penumpukan untuk barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat
(1) dikenakan perhitungan sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif dasar.
Pasal 45
Tarif pelayanan penumpukan untuk barang berbahaya sebagaimana di atur dalam
International Maritime Dengerous Goods Code (IMDG Code) dikenakan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a.

terhadap barang berbahaya yang disimpan dalam gudang/lapangan penumpukan


atau tempat lain serta barang berbahaya dalam peti kemas dikenakan tambahan
sebesar 100% (seratus persen) dari tarif dasar;

b.

terhadap barang berbahaya yang tidak diberi tanda khusus (label) sebagaimana
ketentuan IMDG Code, dikenakan tambahan sebesar 200% (dua ratus persen) dari
tarif dasar;

c.

barang berbahaya disesuaikan dengan ketentuan IMDG Code untuk kelas I (satu)
dan IV (empat) tidak diperbolehkan ditumpuk di gudang/lapangan penumpukan.
BAB VI
PELAYANAN LAPANGAN PENUMPUKAN
Pasal 46

Tarif pelayanan penumpukan di lapangan penumpukan/CFS dikenakan ketentuan


sebagai berikut:
a.

untuk barang yang dibongkar dari kapal, hari penumpukan dihitung mulai hari
pembongkaran pertama dari party barang yang bersangkutan sampai dengan
barang dikeluarkan dari tempat penumpukan;

b.

untuk barang yang dimuat ke kapal, hari penumpukan dihitung mulai hari
penumpukan pertama dari party barang yang bersangkutan di tempat penumpukan
sampai dengan hari selesai pemuatan keseluruhan muatan kapal yang
bersangkutan.

Pasal 47
Tarif pelayanan penumpukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46, dikenakan
dengan perhitungan sebagai berikut:
a.

b.

Untuk barang yang dibongkar dari kapal (impor dan bongkar antar pulau):
1.

Masa I

sampai dengan hari ke-5 dikenakan tarif pelayanan penumpukan


1 (satu) hari dari tarif dasar dan hari ke-6 sampai dengan hari ke10 dihitung perhari sebesar tarif dasar;

2.

Masa II

hari ke-11 dan seterusnya dihitung perharinya sebesar 200% (dua


ratus persen) dari tarif dasar.

Untuk barang yang dimuat ke kapal (ekspor dan muat antar pulau):
1.

Masa I

sampai dengan hari ke-7 dikenakan tarif pelayanan penumpukan


1 (satu) hari dari tarif dasar dan hari ke-8 sampai dengan hari ke14 dihitung perharinya sebesar tarif dasar;

2.

Masa II

hari ke-15 dan seterusnya dihitung perharinya 200% (dua ratus


persen) dari tarif dasar.
Pasal 48

Pelayanan penumpukan untuk barang berbahaya sebagaimana diatur dalam


International Maritime Dangerous Goods Code (IMDG Code), dikenakan tarif dengan
ketentuan sebagaimana berikut:
a.

terhadap barang berbahaya yang disimpan dalam gudang/lapangan penumpukan


atau tempat lain serta barang berbahaya dalam petikemas, dikenakan tambahan
sebesar 100% (seratus persen) dari tarif dasar;

b.

terhadap barang berbahaya yang tidak diberi tanda khusus (label) sebagaimana
ketentuan IMDG Code, dikenakan tambahan sebesar 200% (dua ratus persen) dari
tarif dasar;

c.

barang berbahaya sesuai ketentuan IMDG Code untuk kelas I dan VII tidak
diperbolehkan ditumpuk di gudang/lapangan penumpukan.
Pasal 49

Tarif pelayanan pelayanan penumpukan barang transhipment:


a.

barang transhipment (through cargo) dibebaskan dari pengenaan tarif pelayanan


penumpukan selama 14 (empat belas) hari terhitung mulai hari selesai
pembongkaran dari kapal pengangkut
pertama (1stcarrier) sampai dengan
selesainya pemuatan barang tersebut ke atas kapal pengangkut kedua (2nd carrier);

b.

barang transhipment yang ditumpuk melebihi batas waktu sebagaimana dimaksud


pada huruf a, dikenakan tarif penumpukan sebesar 200% (dua ratus persen) dari
tarif dasar per hari, dihitung mulai hari ke-15 dan seterusnya.
Pasal 50

Tarif pelayanan penumpukan untuk petikemas berstatus LCL, dikenakan terhadap


barang yang bersangkutan berdasarkan ukuran, jenis dan tempat penumpukan barang.

Pasal 51
Tarif pelayanan penumpukan untuk petikemas berstatus FCL ekspor/impor, petikemas
domestik (antar pulau) isi dan petikemas kosong, ditentukan sebagai berikut:
a.

Masa I

sampai dengan hari ke-5 dikenakan tarif penumpukan 1 (satu) hari dari
tarif dasar dan hari ke-6 sampai dengan hari ke-10 dihitung per hari
sebesar tarif dasar;

b.

Masa II

Hari ke-11 dan seterusnya dihitung per harinya sebesar 200% (dua
ratus persen) dari tarif dasar.
Pasal 52

Tarif pelayanan penumpukan untuk petikemas yang berukuran kurang dari 20 (duapuluh
feet) dikenakan berdasarkan berat/volume barang dengan satuan ton atau m (meter
kubik).
Pasal 53
Tarif dasar pelayanan penumpukan adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran 4
Peraturan ini.
BAB VII
PELAYANAN PETIKEMAS
Pasal 54
Tarif paket pelayanan bongkar/muat petikemas dengan status FCL sudah termasuk
pelayanan dermaga, dikenakan atas rangkaian kegiatan:
a.

membongkar petikemas isi atau kosong dari kapal, mengangkut, menurunkan


langsung dan menyusun di lapangan penumpukan Terminal Petikemas;

b.

mengangkat petikemas isi atau kosong dari lapangan penumpukan Terminal


Petikemas, mengangkut dan memuat ke kapal.
Pasal 55

Tarif paket pelayanan bongkar/muat petikemas dengan status LCL tidak termasuk
pelayanan dermaga, dikenakan atas rangkaian kegiatan:
a.

membongkar petikemas isi dari kapal, mengangkut, menurunkan langsung dan


menyusun di lapangan penumpukan Terminal Petikemas, mengangkat dan
mengangkut ke CFS, mengeluarkan barang dari dalam petikemas kosong ke
lapangan penumpukan Terminal Petikemas;

b.

memindahkan petikemas kosong dari lapangan penumpukan ke CFS,


memindahkan dan menyusun barang dalam petikemas serta memindahkannya ke
lapangan penumpukan Terminal Petikemas, dan selanjutnya mengangkat dan
mengangkut petikemas tersebut ke dermaga serta memuat ke kapal.
Pasal 56

Pembongkaran atau pemuatan petikemas kosong dikenakan tarif 90% (sembilan puluh
persen) dari tarif FCL.

Pasal 57
Tarif petikemas ukuran diatas 40 (empatpuluh feet), dikenakan tambahan tarif sebesar
25% (dua puluh lima persen) dari tarif ukuran 40 (empat puluh feet).
Pasal 58
Petikemas yang tidak melengkapi status FCL atau LCL, ditetapkan sebagai status FCL
dan berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54.
Pasal 59
(1)

Perubahan status dari FCL menjadi LCL dikenakan tarif FCL ditambah selisih
antara tarif LCL dan tarif FCL, serta ditambah tarif gerakan ekstra;

(2)

Perubahan status dari LCL menjadi FCL dikenakan tarif LCL, apabila petikemas
yang dibongkar dari kapal telah ditempatkan di lapangan penumpukan petikemas
ditambah tarif gerakan ekstra;

(3)

Tarif perubahan status sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dibebankan
kepada pihak yang mengajukan perubahan.
Pasal 60

Tarif uncontainerized cargo dikenakan atas pelayanan pekerjaan membongkar atau


memuat barang yang hanya dapat dikerjakan dengan tambahan alat khusus, yang
dibedakan menurut beratnya, yaitu:
a.

berat kotor sampai dengan 20 (dua puluh) ton;

b.

berat kotor diatas 20 (dua puluh) ton sampai dengan 35 (tiga puluh lima) ton;

c.

berat kotor diatas 35 (tiga puluh lima) ton.


Pasal 61

Tarif uncontainerized cargo dengan berat kotor diatas 35 (tiga puluh lima) ton
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 huruf c, dikenakan tarif tersendiri yang
besarannya ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara Pengelola Terminal Petikemas
dengan pengguna layanan yang bersangkutan.
Pasal 62
Pelayanan petikemas alih kapal (transhipment) adalah kegiatan membongkar petikemas
alih kapal dari kapal
pengangkut pertama, disusun dan ditumpuk dilapangan
penumpukan dan mengapalkannya ke kapal pengangkut ke-2 (dua), dengan ketentuan
sebagai berikut:
a.

Kegiatan membongkar dan memuat petikemas alih kapal tersebut dilaksanakan di


Terminal Petikemas yang sama;

b.

Petikemas alih kapal tersebut harus dilaporkan secara tertulis selambat-lambatnya


24 (dua puluh empat) jam sebelum kapal pengangkut pertama sandar dengan
menyebutkan kapal pengangkut ke-2 (dua).
Pasal 63

Tarif pelayanan petikemas alih kapal (transhipment) sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 62, dikenakan 2 (dua) kali tarif dasar, yaitu untuk pelayanan membongkar dan
muat petikemas alih kapal.

Pasal 64
Kegiatan pelayanan petikemas alih kapal (transhipment) yang dibongkar dan dimuat di
Terminal Petikemas yang tidak sama, maka ketentuan pelayanan dan besaran tarifnya
diatur berdasarkan kesepakatan antar pengelola Terminal Petikemas.
Pasal 65
Tarif pelayanan shifting petikemas, dikenakan atas pekerjaan memindahkan petikemas
dari satu tempat ke tempat lain dalam petak kapal yang sama atau ke petak kapal yang
lain dalam kapal yang sama ke dermaga dan kemudian menempatkan kembali ke kapal
yang sama.
Pasal 66
Dalam hal terjadi shifting petikemas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65, tetapi
dilakukan dengan landing ke lapangan penumpukan petikemas, dikenakan tarif sebesar
125% (seratus dua puluh lima persen) dari tarif pelayanan shifting petikemas dengan
landing dan reshipping operation.
Pasal 67
Tarif pelayanan membuka dan menutup palka, dikenakan terhadap kegiatan membuka
dan menutup palka baik landing atau tanpa landing di dermaga.
Pasal 68
Petikemas yang dibongkar/dimuat dari maupun ke kapal petikemas, kapal konvensional,
tongkang dan jenis angkutan laut lainnya pada Terminal Petikemas, diberlakukan tarif
pelayanan bongkar muat petikemas sebagaimana tercantum dalam Lampiran 5
Peraturan ini.
Pasal 69
(1)

Pelayanan bongkar/muat pada Terminal Umum diusahakan dan dikelola oleh


Kantor Pelabuhan Laut, dan untuk pelaksanaannya dapat dilakukan oleh
perusahaan bongkar/muat yang memenuhi standar Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3);

(2)

Pelayanan bongkar/muat sebagaimana tercantum pada ayat (1), dikenakan


imbalan layanan bongkar/muat sebesar 10% (sepuluh persen) dari tarif layanan
bongkar/muat sebagaimana tercantum dalam Pasal 68.
Pasal 70

Tarif pelayanan gerakan ekstra petikemas, dikenakan untuk setiap gerakan petikemas
atas permintaan perusahaan angkutan laut atau pemilik barang dan menjadi beban yang
bersangkutan.
Pasal 71
Tarif pelayanan lift on/lift off petikemas, dikenakan atas pelayanan mengangkat
petikemas dengan kegiatan sebagai berikut:
a.

dari tempat penumpukan ke atas chassis penerima petikemas; atau

b.

dari chassis terminal petikemas ke chassis petikemas; atau

c.

dari chassis pengirim petikemas ketempat penumpukan.

Pasal 72
(1)

Petikemas yang sudah masuk di Terminal Petikemas yang dibatalkan


pemuatannya ke kapal yang telah ditentukan sebelumnya atau ditarik ke luar dari
Terminal Petikemas, dikenakan tarif pembatalan muat petikemas;

(2)

Petikemas yang telah dimuat ke kapal kemudian dibatalkan, dikenakan tarif


pelayanan pemuatan dan pembongkaran petikemas FCL/LCL ditambah tarif
pembatalan muat petikemas dan tarif shifting bila terjadi shifting di atas kapal;

(3)

Pengeluaran petikemas pembatalan muat dari Terminal Petikemas, dikenakan


tambahan tarif lift on petikemas pada saat penyerahan.
BAB VIII
LAIN-LAIN
Pasal 73

(1)

(2)

Pembulatan ukuran barang:


a.

Kurang dari 1 (satu) ton dibulatkan menjadi 1 (satu) ton;

b.

Kurang dari 1 (ton) atau m (meter kubik) dibulatkan menjadi 1 (satu) m


(meter kubik);

Perhitungan kelebihan barang yang berukuran kurang dari 1 (satu) ton atau m
(meter kubik), dibulatkan menjadi 1 (satu) ton atau m (meter kubik).
Pasal 74

Kepala Kantor Pelabuhan Laut dapat memberikan kebijakan pengenaan tarif pelayanan
penumpukan 1 (satu) hari untuk peti kemas ekspor di terminal petikemas yang ditumpuk
sampai dengan 10 (sepuluh) hari, dengan syarat bahwa lamanya petikemas ekspor
tersebut berada di lapangan penumpukan bukan karena kesalahan pemilik
barang/eksportir, berdasarkan pertimbangan:
a.

keterlambatan kedatangan kapal lebih 3 (tiga) hari dari SAL (Sailing Arrival List);

b.

keterlambatan menambatkan kapal di dermaga lebih dari 3 (tiga) hari sejak kapal
tiba di pelabuhan.
Pasal 75

Pelayanan throughput dikenakan terhadap setiap barang curah yang dibongkar/dimuat


melalui pipa yang melintas pada lokasi terminal di dalam daerah lingkungan kerja
daratan dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan.
Pasal 76
Tarif pelayanan throughput sebagaimana tercantum dalam Lampiran 6 Peraturan ini.
Pasal 77
Penetapan jenis barang yang dikenakan tarif pelayanan dermaga dan tarif pelayanan
penumpukan atas dasar satuan ton atau m (meter kubik) adalah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 7 Peraturan ini.

Pasal 78
Besaran tarif pelayanan barang dalam Peraturan ini belum termasuk pajak-pajak yang
berlaku.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 79
Pada saat Peraturan ini mulai berlaku,
a.

Pasal 1 huruf p sampai dengan huruf v, Pasal 15 sampai dengan Pasal 32, Pasal
39 sampai dengan Pasal 42, dan Pasal 44 ayat (4) Keputusan Ketua Otorita
Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam Nomor 19/KPTS/KA/IV/2004 tentang
Tarif Jasa Kepelabuhanan di Lingkungan Pelabuhan Batam-Rempang-Galang
(Barelang);

b.

Pasal 8 sampai dengan Pasal 10 Keputusan Ketua Otorita Pengembangan Daerah


Industri Pulau Batam Nomor 20/KPTS/KA/IV/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Operasional Kepelabuhanan di Lingkungan Pelabuhan Batam-Rempang-Galang
(Barelang).

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.


Pasal 80
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Batam
pada tanggal 12 Desember 2012
KEPALA BADAN PENGUSAHAAN
KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS
DAN PELABUHAN BEBAS BATAM,
ttd
MUSTOFA WIDJAJA
Salinan sesuai dengan aslinya
Karo. Sekretariat dan Protokol,

A. Gani Lasya

Lampiran 1 Peraturan Kepala Badan Pengusahaan Kawasan


Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
Nomor
: 15 Tahun 2012
Tanggal : 12 Desember 2012

TARIF DASAR PELAYANAN SEWA DAN IMBALAN PELAYANAN


ALAT MEKANIK DAN ALAT LAINNYA
NO
A.

JENIS PELAYANAN

TARIF (IDR)

KETERANGAN

Pedoman Tarif Sewa Alat-Alat Mekanik


1.

Crane darat (Mobile Crane)


a.

s/d 20 ton

200.000

Per jam

b. 21 ton s/d 40 ton

225.000

Per jam

c. 41 ton s/d 60 ton

250.000

Per jam

d. 61 ton s/d 80 ton

300.000

Per jam

e. 81 ton s/d 100 ton

350.000

Per jam

f.

400.000

Per jam

500.000

Per jam

s/d 2 ton

56.000

Per jam

b. 3 ton s/d 5 ton

80.000

Per jam

c. 5.5 ton s/d 7 ton

104.000

Per jam

d. 7.5 ton s/d 15 ton

200.000

Per jam

e. 15.5 ton s/d 25 ton

360.000

Per jam

a. Kapasitas 3 ton (truk)

80.000

Per jam

Kapasitas 6 ton (truk)

100.500

Per jam

b. Kapasitas 3 ton (dump truk)

80.000

Per jam

Kapasitas 6 ton (dump truk)

100.000

Per jam

Kapasitas 10 ton (dump truk)

200.000

Per jam

c. Kapasitas 15 ton (trailer)

250.000

Per jam

Kapasitas 30 ton (trailer)

300.000

Per jam

101 ton s/d 130 ton

g. > 130 ton


2.

Forklift
a.

3.

Truck/truck trailer

B.

4.

Truck crane kapasitas 6 ton

125.000

Per jam

5.

Top loader

200.000

Per jam

6.

Prime mover kapasitas 30 ton

300.000

Per jam

s/d 20 ton

3.750

Per jam

b. 21 ton s/d 40 ton

8.750

Per jam

c. 41 ton s/d 60 ton

13.750

Per jam

d. 61 ton s/d 80 ton

25.000

Per jam

e. 81 ton s/d 130 ton

31.250

Per jam

f.

40.000

Per jam

s/d 2 ton

2.800

Per jam

b. 3 ton s/d 5 ton

4.000

Per jam

c. 5.5 ton s/d 7 ton

5.200

Per jam

d. 7.5 ton s/d 15 ton

10.000

Per jam

e. 15. 5 ton s/d 25 ton

18.000

Per jam

Imbalan pelayanan alat-alat mekanik yang


beroperasi di dalam pelabuhan
1.

Crane darat (Mobile Crane)


a.

2.

> 130 ton

Forklift
a.

3.

Alat-alat lainnya

20% dari tarif


persewaan alat
yang berlaku per
jam

KEPALA BADAN PENGUSAHAAN


KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS
DAN PELABUHAN BEBAS BATAM,
ttd

MUSTOFA WIDJAJA
Salinan sesuai dengan aslinya
Karo. Sekretariat dan Protokol,

A.Gani Lasya

Lampiran 2 Peraturan Kepala Badan Pengusahaan Kawasan


Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
Nomor
: 15 Tahun 2012
Tanggal : 12 Desember 2012

TARIF SEWA RAK/AREA PELABUHAN UNTUK JALUR PIPA


NO
1

JENIS PELAYANAN

TARIF (IDR)

KETERANGAN

10.000

Sewa penggunaan rak pipa

Per m2/tahun

KEPALA BADAN PENGUSAHAAN


KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS
DAN PELABUHAN BEBAS BATAM,
ttd

MUSTOFA WIDJAJA
Salinan sesuai dengan aslinya
Karo. Sekretariat dan Protokol,

A.Gani Lasya

Lampiran 3 Peraturan Kepala Badan Pengusahaan Kawasan


Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
Nomor
: 15 Tahun 2012
Tanggal : 12 Desember 2012

TARIF IKLAN DAN PROMOSI BARANG & JASA

JENIS PELAYANAN

NO
1

SATUAN

TARIF
(IDR)

KETERANGAN

Sewa Tempat Reklame


a.

Satu Muka

per m2/bulan

80.000

b.

Dua Muka

per m2/bulan

60.000

Kursi

per unit/bulan

8.000

Asbak

per unit/bulan

8.000

Tempat Sampah

per unit/bulan

8.000

Billboard

per m2/bulan

80.000

Spanduk

per unit/minggu

100.000 maks. 1 X 9 m2

Umbul-Umbul

per unit/minggu

25.000 maks. 1 X 6 m2

Baliho

per unit/minggu

25.000

Stiker

per m/bulan

20.000 maks. lebar 40cm

10

Penempatan Booklet

per eksemplar

100 min. 1.000 eks

11

Penempatan Leaflet/brosur

per eksemplar

50 min. 2.000 eks

14

Neon Boks

per m2/bulan

25.000

15

Sign Ad (rambu-rambu)

per m2/bulan

25.000

16

17

Balon Udara
a.

Minimal 7 hari

b.

Hari ke 8 dan seterusnya

per lokasi unit

150.000

per lokasi
unit/hari

20.000

Per 7 hari

150.000

Per 7 hari

20.000

Per 7 hari

100.000

Per 7 hari

15.000

Promosi
a.

b.

Dengan Konter
-

Minimal 7 hari

Hari
ke
seterusnya

dan

Tanpa Konter
-

Minimal 7 hari

Hari
ke
seterusnya

dan

KEPALA BADAN PENGUSAHAAN


KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS
DAN PELABUHAN BEBAS BATAM,
ttd

MUSTOFA WIDJAJA
Salinan sesuai dengan aslinya
Karo. Sekretariat dan Protokol,

A.Gani Lasya

Lampiran 4 Peraturan Kepala Badan Pengusahaan Kawasan


Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
Nomor
: 15 Tahun 2012
Tanggal : 12 Desember 2012

TARIF SEWA RUANGAN DAN INSIDENTIL


PADA TERMINAL PENUMPANG DOMESTIK
NO

JENIS PELAYANAN

TARIF (IDR) KETERANGAN

per m2/bulan

160.000

a. Perbankan

per unit/bulan

160.000

b. Money Changer

per unit/bulan

60.000

c. Pertokoan

per m2/bulan

60.000

per m /bulan

60.000

Ruangan Perkantoran

Ruang Usaha

d. Restoran

SATUAN

e. Snack shop/Snack bar

per m /bulan

60.000

f. ATM

per m2/bulan

200.000

per bulan

300.000

Konter
a. Niaga
b. Penjemputan

per konter/jam

25.000 min. 2 jam

KEPALA BADAN PENGUSAHAAN


KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS
DAN PELABUHAN BEBAS BATAM,
ttd

MUSTOFA WIDJAJA
Salinan sesuai dengan aslinya
Karo. Sekretariat dan Protokol,

A.Gani Lasya

Lampiran 1 Peraturan Kepala Badan Pengusahaan Kawasan


Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
Nomor
: 16 Tahun 2012
Tanggal
: 12 Desember 2012
TARIF DASAR PELAYANAN LABUH KAPAL
UNTUK KAPAL ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI
JENIS PELAYANAN

TARIF (IDR)

KETERANGAN

Pelayanan Labuh
a.

Kapal Niaga

48

per GT/kunjungan

b.

Kapal bukan Niaga

24

per GT/kunjungan

KEPALA BADAN PENGUSAHAAN


KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN
PELABUHAN BEBAS BATAM,

ttd

MUSTOFA WIDJAJA

Salinan sesuai dengan aslinya


Karo. Sekretariat dan Protokol,

A. Gani Lasya

Lampiran 2 Peraturan Kepala Badan Pengusahaan Kawasan


Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
Nomor
: 16 Tahun 2012
Tanggal
: 12 Desember 2012
TARIF DASAR PELAYANAN LABUH KAPAL
UNTUK KAPAL ANGKUTAN LAUT LUAR NEGERI
JENIS PELAYANAN

TARIF (US $)

KETERANGAN

Pelayanan Labuh
a.

Kapal Niaga

0.082

per GT/kunjungan

b.

Kapal bukan Niaga

0.082

per GT/kunjungan

KEPALA BADAN PENGUSAHAAN


KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS
DAN PELABUHAN BEBAS BATAM,

ttd

MUSTOFA WIDJAJA

Salinan sesuai dengan aslinya


Karo. Sekretariat dan Protokol,

A. Gani Lasya

Lampiran 3 Peraturan Kepala Badan Pengusahaan Kawasan


Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
Nomor
: 16 Tahun 2012
Tanggal
: 12 Desember 2012
TARIF DASAR PELAYANAN PEMANDUAN
UNTUK KAPAL ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI
NO

JENIS PELAYANAN

1.

Tarif Tetap

2.

Tarif Variabel

TARIF (IDR)

KETERANGAN

40.000
14

per kapal per gerakan


per GT kapal per gerakan

KEPALA BADAN PENGUSAHAAN


KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS
DAN PELABUHAN BEBAS BATAM,

ttd

MUSTOFA WIDJAJA

Salinan sesuai dengan aslinya


Karo. Sekretariat dan Protokol,

A. Gani Lasya

Lampiran 4 Peraturan Kepala Badan Pengusahaan Kawasan


Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
Nomor
: 16 Tahun 2012
Tanggal
: 12 Desember 2012
TARIF DASAR PELAYANAN PEMANDUAN
UNTUK KAPAL ANGKUTAN LAUT LUAR NEGERI
NO

JENIS PELAYANAN

TARIF (US $)

KETERANGAN

1.

Tarif Tetap

40.00

per kapal per gerakan

2.

Tarif Variabel

0.026

per GT kapal per gerakan

KEPALA BADAN PENGUSAHAAN


KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS
DAN PELABUHAN BEBAS BATAM,

ttd

MUSTOFA WIDJAJA

Salinan sesuai dengan aslinya


Karo. Sekretariat dan Protokol,

A. Gani Lasya

Lampiran 6 Peraturan Kepala Badan Pengusahaan Kawasan


Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
Nomor
: 16 Tahun 2012
Tanggal
: 12 Desember 2012
TARIF DASAR PELAYANAN PENUNDAAN
UNTUK KAPAL ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI

NO
1.

JENIS PELAYANAN

TARIF
( IDR )

KETERANGAN

Penundaan untuk kapal angkutan laut dalam


negeri di perairan wajib pandu
a. Kapal ukuran s/d 3.500 GT
-

Tarif Tetap

Tarif Variabel

186.000
8

per kapal yang


ditunda/jam
per GT kapal yang
ditunda/jam

b. Kapal ukuran 3.501 s/d 8.000 GT


-

Tarif Tetap

Tarif Variabel

465.000
8

per kapal yang


ditunda/jam
per GT kapal yang
ditunda/jam

c. Kapal ukuran 8.001 s/d 14.000 GT


-

Tarif Tetap

Tarif Variabel

736.250
8

per kapal yang


ditunda/jam
per GT kapal yang
ditunda/jam

d. Kapal ukuran 14.001 s/d 18.000 GT


-

Tarif Tetap

Tarif Variabel

968.750
8

per kapal yang


ditunda/jam
per GT kapal yang
ditunda/jam

e. Kapal ukuran 18.001 s/d 26.000 GT

f.

Tarif Tetap

Tarif Variabel

1.550.000
8

per kapal yang


ditunda/jam
per GT kapal yang
ditunda/jam

Kapal ukuran 26.001 s/d 40.000 GT


-

Tarif Tetap

Tarif Variabel

1.550.000
8

per kapal yang


ditunda/jam
per GT kapal yang
ditunda/jam

g. Kapal ukuran 40.001 s/d 75.000 GT


-

1.550.000

Tarif Tetap

per kapal yang


ditunda/jam

Tarif Variabel

per GT kapal yang


ditunda/jam

h. Kapal ukuran diatas 75.000 GT

2.

Tarif Tetap

Tarif Variabel

2.092.500

per kapal yang


ditunda/jam

per GT kapal yang


ditunda/jam

Penundaan kapal angkutan laut dalam negeri


di luar batas perairan wajib pandu dan perairan
pandu luar biasa
a. Dalam keadaan menggandeng/menunda

b.

Untuk kapal tunda ukuran s/d 800 PK

470.000

Untuk kapal tunda ukuran 801 s/d


1.200 PK

675.000

Untuk kapal tunda ukuran 1.201 s/d


2.200 PK

970.000

Untuk kapal tunda ukuran 2.201 s/d


3.500 PK

1.265.000

Untuk kapal tunda ukuran 3.501 s/d


5.000 PK

1.670.000

Per kapal tunda/jam


Per kapal tunda/jam
Per kapal tunda/jam
Per kapal tunda/jam
Per kapal tunda/jam

Dalam keadaan tidak


menggandeng/menunda (kosong)
-

Untuk kapal tunda ukuran s/d 800 PK

405.000

Untuk kapal tunda ukuran 801 s/d


1.200 PK

605.000

Untuk kapal tunda ukuran 1.201 s/d


2.200 PK

735.000

Untuk kapal tunda ukuran 2.201 s/d


3.500 PK

1.125.000

Untuk kapal tunda ukuran 3.501 s/d


5.000 PK

1.490.000

Per kapal tunda/jam


Per kapal tunda/jam
Per kapal tunda/jam
Per kapal tunda/jam
Per kapal tunda/jam

KEPALA BADAN PENGUSAHAAN


KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS
DAN PELABUHAN BEBAS BATAM
Salinan sesuai dengan aslinya
Karo Sekretariat dan Protokol,
ttd
A. Gani Lasya

MUSTOFA WIDJAJA

Lampiran 7 Peraturan Kepala Badan Pengusahaan Kawasan


Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
Nomor
: 16 Tahun 2012
Tanggal
: 12 Desember 2012
TARIF DASAR PELAYANAN PENUNDAAN
UNTUK KAPAL ANGKUTAN LAUT LUAR NEGERI
NO
1.

JENIS PELAYANAN

TARIF
(US $)

KETERANGAN

Penundaan untuk kapal angkutan laut luar


negeri di perairan wajib pandu
a. Kapal ukuran s/d 3.500 GT
-

Tarif Tetap

Tarif Variabel

163.12
0.008

per kapal yang ditunda/jam


per GT kapal yang
ditunda/jam

b. Kapal ukuran 3.501 s/d 8.000 GT


-

Tarif Tetap

Tarif Variabel

421.88
0.008

per kapal yang ditunda/jam


per GT kapal yang
ditunda/jam

c. Kapal ukuran 8.001 s/d 14.000 GT


-

Tarif Tetap

Tarif Variabel

641.25
0.008

per kapal yang ditunda/jam


per GT kapal yang
ditunda/jam

d. Kapal ukuran 14.001 s/d 18.000 GT


-

Tarif Tetap

Tarif Variabel

866.25
0.008

per kapal yang ditunda/jam


per GT kapal yang
ditunda/jam

e. Kapal ukuran 18.001 s/d 26.000 GT

f.

Tarif Tetap

Tarif Variabel

1,372.50
0.008

per kapal yang ditunda/jam


per GT kapal yang
ditunda/jam

Kapal ukuran 26.001 s/d 40.000 GT


-

Tarif Tetap

Tarif Variabel

1,372.50
0.008

per kapal yang ditunda/jam


per GT kapal yang
ditunda/jam

g. Kapal ukuran 40.001 s/d 75.000 GT


-

Tarif Tetap

Tarif Variabel

1,462.50
0.005

per kapal yang ditunda/jam


per GT kapal yang
ditunda/jam

h. Kapal ukuran diatas 75.000 GT


-

Tarif Tetap

Tarif Variabel

1,912.50
0.005

per kapal yang ditunda/jam


per GT kapal yang
ditunda/jam

2.

Penundaan kapal angkutan laut luar negeri di


luar batas perairan wajib pandu dan perairan
pandu luar biasa
a. Dalam keadaan menggandeng/menunda

b.

Untuk kapal tunda ukuran s/d 800


PK

94.00

Untuk kapal tunda ukuran 801 s/d


1.200 PK

135.00

Untuk kapal tunda ukuran 1.201 s/d


2.200 PK

194.00

Untuk kapal tunda ukuran 2.201 s/d


3.500 PK

253.00

Untuk kapal tunda ukuran 3.501 s/d


5.000 PK

334.00

Per kapal tunda/jam


Per kapal tunda/jam
Per kapal tunda/jam
Per kapal tunda/jam
Per kapal tunda/jam

Dalam keadaan tidak


menggandeng/menunda (kosong)
-

Untuk kapal tunda ukuran s/d 800


PK

81.00

Untuk kapal tunda ukuran 801 s/d


1.200 PK

121.00

Untuk kapal tunda ukuran 1.201 s/d


2.200 PK

147.00

Untuk kapal tunda ukuran 2.201 s/d


3.500 PK

225.00

Untuk kapal tunda ukuran 3.501 s/d


5.000 PK

298.00

Per kapal tunda/jam


Per kapal tunda/jam
Per kapal tunda/jam
Per kapal tunda/jam
Per kapal tunda/jam

KEPALA BADAN PENGUSAHAAN


KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS
DAN PELABUHAN BEBAS BATAM,

ttd

MUSTOFA WIDJAJA

Salinan sesuai dengan aslinya


Karo. Sekretariat dan Protokol,

A. Gani Lasya

Lampiran 8 Peraturan Kepala Badan Pengusahaan Kawasan


Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
Nomor
: 16 Tahun 2012
Tanggal
: 12 Desember 2012
TARIF DASAR PELAYANAN TAMBAT KAPAL
UNTUK KAPAL ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI
JENIS PELAYANAN

TARIF (IDR)

KETERANGAN

Pelayanan Tambat
a.

Dermaga (beton, besi, kayu)

39

per GT/etmal

b.

Breasting dolphin dan pelampung

20

per GT/etmal

KEPALA BADAN PENGUSAHAAN


KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS
DAN PELABUHAN BEBAS BATAM

ttd

MUSTOFA WIDJAJA

Salinan sesuai dengan aslinya


Karo. Sekretariat dan Protokol,

A. Gani Lasya

Lampiran 9 Peraturan Kepala Badan Pengusahaan Kawasan


Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
Nomor
: 16 Tahun 2012
Tanggal
: 12 Desember 2012
TARIF DASAR PELAYANAN TAMBAT KAPAL
UNTUK KAPAL ANGKUTAN LAUT LUAR NEGERI
JENIS PELAYANAN

TARIF (US $)

KETERANGAN

Pelayanan Tambat
a.

Dermaga (beton, besi, kayu)

0.088

per GT/etmal

b.

Breasting dolphin dan pelampung

0.043

per GT/etmal

KEPALA BADAN PENGUSAHAAN


KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS
DAN PELABUHAN BEBAS BATAM,

ttd

MUSTOFA WIDJAJA

Salinan sesuai dengan aslinya


Karo. Sekretariat dan Protokol,

A. Gani Lasya

Lampiran 10 Peraturan Kepala Badan Pengusahaan Kawasan


Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
Nomor
: 16 Tahun 2012
Tanggal : 12 Desember 2012
TARIF DASAR PELAYANAN KAPAL YACHT DAN SEJENISNYA

NO

JENIS PELAYANAN

1.

Tarif Pelayanan Kapal Yacht

DALAM NEGERI
(IDR)

LUAR NEGERI
(US $)

25.000

KETERANGAN

5,00 per hari

KEPALA BADAN PENGUSAHAAN


KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN
PELABUHAN BEBAS BATAM,

ttd

MUSTOFA WIDJAJA

Salinan sesuai dengan aslinya


Karo. Sekretariat dan Protokol,

A. Gani Lasya

Lampiran 5 Peraturan Kepala Badan Pengusahaan Kawasan


Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
Nomor
: 16 Tahun 2012
Tanggal
: 12 Desember 2012
WAKTU RATA-RATA KAPAL TUNDA
BERANGKAT DAN KEMBALI KE PANGKALAN
WAKTU JARAK TERPILIH KE
ZONA

DARI

BATU
AMPAR

BATU AMPAR

SEKUPANG

010 10 24 LU
1040 00 06
BT

TANJUNG
UNCANG

KABIL

2 X 7 NM

2 X 22 NM

2 X 12 NM

2 X 60

2 X 120

2 X 60

2 X 7 NM

01 07- 54 LU
1030 55 30 BT

2 X 28 NM

2 X 7 NM

2 X 60

2 X 15

2 X 120

2 X 60
2 X 33 NM

2 X 20
0

SEKUPANG

KETERANGAN
Penetapan waktu dari
dan keberangkatan
dihitung berdasarkan
jarak dan diambil waktu
tempuh rata-rata

KABIL

2 X 22 NM

2 X 28 NM

01 03 45 LU
1040 00 06 BT

2 X 120

2 X 120

2 X 20

2 X 180
0

TANJUNG
UNCANG

2 X 12 NM

2 X 7 NM

2 X 33 NM

01 03 05 LU
1030 55 31 BT

2 X 20

2 X 60

2 X 80

2 X 35
KEPALA BADAN PENGUSAHAAN
KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS
DAN PELABUHAN BEBAS BATAM;

Salinan sesuai dengan aslinya


Karo. Sekretariat dan Protokol,
ttd

A. Gani Lasya

MUSTOFA WIDJAJA

Lampiran 1 Peraturan Kepala Badan Pengusahaan Kawasan


Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
Nomor
: 17 Tahun 2012
Tanggal : 12 Desember 2012
DAFTAR BARANG-BARANG YANG SIFATNYA MENGGANGGU/MERUSAK KONDISI
DERMAGA DAN FASILITAS LAINNYA SERTA KESEHATAN MANUSIA
NO

JENIS BARANG MENGGANGGU/MERUSAK

1.

Bahan makanan manusia: garam, terasi, ikan asin, udang kering dan sejenisnya,
cabai/lombok, bawang dan sejenisnya, merica/lada dan sejenisnya, minyak goreng
dan lemak.

2.

Bahan makanan ternak: gaplek, bungkil, dedak beras, dedak gandum, dan
sejenisnya.

3.

Berasal dari hewan: Kulit, tulang, tanduk dan sejenisnya

4.

Berasal dari tanaman: kopra, arang, tepung tapioka, ampas tebu dan sejenisnya.

5.

Barang berasal dari hewan atau tanaman yang membusuk dan harus dimusnahkan.

6.

Barang bekas: besi tua/scrap iron, kertas bekas.

7.

Barang galian: belerang, gypsum, batubara, batu kapur, batu pecah, pasir batu
pecah, pasir gelas/ silican, pasir besi, pasir dan batu kali.

8.

Bahan kimia, bukan barang berbahaya berbentuk tepung atau butiran dalam karung:
Alumunium potash, alumunium bicabonat, aluminium hydroxide activated carbon,
dosium, sulfat, sodium trifoly phosfate, sodium carboxy methyl cellulox (CMC).
Pupuk produksi industri kimia: pupuk, semen, dan sejenisnya.

9.

Produksi industri minyak bumi: aspal, gemuk, minyak pelumas dan sejenisnya.

10.

Kayu hasil hutan: kayu gelondongan (logs), kulit basah.

11.

Barang besi dan baja.

12.

Barang logam dan batangan lainnya.


KEPALA BADAN PENGUSAHAAN
KAWASAN PERDAGANGANBEBAS
DAN PELABUHAN BEBAS BATAM,
ttd

Salinan sesuai dengan aslinya


Karo. Sekretariat dan Protokol,

A. Gani Lasya

MUSTOFA WIDJAJA

Lampiran 2 Peraturan Kepala Badan Pengusahaan Kawasan


Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
Nomor
: 17 Tahun 2012
Tanggal : 12 Desember 2012
TARIF DASAR PELAYANAN DERMAGA
NO
1.

JENIS PELAYANAN

KETERANGAN

Barang dalam kemasan


a.

Petikemas di dermaga konvensional


1)

2)

b.
2.

TARIF (IDR)

20
a)

Kosong

13.650

Per boks

b)

Isi

27.300

Per boks

a)

Kosong

20.475

Per boks

b)

Isi

40.950

Per boks

40

Palet dan unitisasi

715

Per ton/m3

Barang tidak dalam kemasan


a.

Tidak menggunakan alat khusus/mekanis;

895

Per ton/m3

b.

Menggunakan alat khusus/mekanis


(conveyer/pipa/pompa/wheel loader dan
sejenisnya);

715

Per ton/m3

c.

Hewan (sapi, kerbau, kambing, babi dan


sejenisnya).

910

Per ekor

KEPALA BADAN PENGUSAHAAN


KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS
DAN PELABUHAN BEBAS BATAM,
ttd
MUSTOFA WIDJAJA
Salinan sesuai dengan aslinya
Karo. Sekretariat dan Protokol,

A. Gani Lasya

Lampiran 3 Peraturan Kepala Badan Pengusahaan Kawasan


Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
Nomor
: 17 Tahun 2012
Tanggal : 12 Desember 2012
TARIF CHASSIS FEE
NO

JENIS PELAYANAN

TARIF (US $)

KETERANGAN

1.

Ukuran 20 isi

12.00

per unit

2.

Ukuran 40 isi

24.00

per unit

3.

Petikemas kosong

50% dari tarif 1 dan 2

per unit

KEPALA BADAN PENGUSAHAAN


KAWASAN PERDAGANGANBEBAS
DAN PELABUHAN BEBAS BATAM
ttd
MUSTOFA WIDJAJA

Salinan sesuai dengan aslinya


Karo. Sekretariat dan Protokol,

A. Gani Lasya

Lampiran 4 Peraturan Kepala Badan Pengusahaan Kawasan


Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
Nomor
: 17 Tahun 2012
Tanggal : 12 Desember 2012
TARIF DASAR PELAYANAN PENUMPUKAN

NO

1.

Gudang

2.

Lapangan non peti kemas

3.

TARIF
(IDR)

JENIS PELAYANAN

a.

Barang umum/curah/pallet/unitisasi;

b.

Hewan (sapi, kerbau, kambing, babi dan


sejenisnya).

KETERANGAN

950

per ton atau


m3/hari

550

per ton atau


m3/hari

5.500

per ekor/hari

Lapangan petikemas
a.

b.

Peti kemas ukuran 20 '


1)

Kosong

7.750

per box/hari

2)

Isi

16.500

per box/hari

3)

Overheight/overlength/overwidth

40.000

per box/hari

4)

Peti kemas reefer

40.000

per box/hari

Peti kemas ukuran 40 '


1)

Kosong

16.500

per box/hari

2)

Isi

34.000

per box/hari

3)

Overheight/overlength/overwidht

81.000

per box/hari

4)

Peti kemas reefer

81.000

per box/hari

KEPALA BADAN PENGUSAHAAN


KAWASAN PERDAGANGANBEBAS
DAN PELABUHAN BEBAS BATAM,
Salinan sesuai dengan aslinya
Karo. Sekretariat dan Protokol,

ttd
MUSTOFA WIDJAJA

A. Gani Lasya

Lampiran 5 Peraturan Kepala Badan Pengusahaan Kawasan


Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
Nomor
: 17 Tahun 2012
Tanggal : 12 Desember 2012
TARIF DASAR PELAYANAN PETIKEMAS DAN BARANG

NO
1

JENIS PELAYANAN

TARIF (RP)
Ukuran 20

Ukuran 40

KETER
ANGAN

PETIKEMAS FCL
Termasuk uang dermaga

a.

Isi

384.300

576.000

Per boks

b.

Kosong

288.000

432.350

Per boks

627.300

936.000

Per boks

259.200

430.875 Per boks

PETIKEMAS LCL
Tidak termasuk uang dermaga

PETIKEMAS TRANSHIPMENT
Tidak termasuk uang dermaga

SHIFTING PETIKEMAS
a.

Tanpa landing dan reshipping operation;

146.700

218.700 Per boks

b.

Dengan landing dan reshipping operation.

555.300

832.500 Per boks

UNCONTAINERIZED CARGO
a.

Uncontainerized cargo (tidak termasuk


uang dermaga)
Dibongkar keatas chassis/trailer,
1)
atau dimuat dari chassis/trailer
pengguna jasa
2)

994.950

1.493.775 Per unit

994.950

1.493.775 Per unit

1.481.400

2.222.100 Per unit

Shifting
a)

Tanpa landing dan reshipping


operation

b)

Dengan landing dan reshipping


operation

b.

Lift on/lift off

91.000

136.000 Per unit

c.

Penumpukan uncontainerized cargo

11.700

23.400 Per unit


Berat Kotor
20 s/d 35
ton

Berat Kotor
s/d 20 ton
6

PETIKEMAS OVER HEIGHT/OVER


WIDTH/OVER LENGTH
a.

FCL (termasuk uang dermaga)

+ 25%

+ 25%

Per boks

b.

LCL (tidak termasuk uang dermaga)

+ 25%

+ 25%

Per boks

c.

Transhipment

+ 25%

+ 25%

Per boks

d.

7
8

10

11

Shifting
-

Tanpa landing dan reshipping


operation

+ 25%

+ 25%

Per boks

Dengan landing dan reshipping


operation

+ 25%

+ 25%

Per boks

281.000

281.000

Per palka

DN

LN

MEMBUKA DAN MENUTUP PALKA


TARIF JASA PELAYANAN B/M
a.

Curah Kering (lewat pipa)

3.000

6.000 Per Ton

b.

Curah Cair

3.360

6.180 Per Ton

c.

Breakbulk via gudang

11.700

23.400 Per Ton

d.

Breakbulk via angkutan langsung

11.700

23.400 Per Ton

GERAKAN EKSTRA
a.

Yang dikenakan dengan alat khusus atau


top loader tanpa alat khusus/sling

214.950

322.400 Per boks

b.

Yang dikenakan dengan alat khusus atau


top loader ditambah alat khusus/sling

348.250

470.150 Per boks

139.300

208.950 Per boks

69.650

104.475 Per boks

LIFT ON atau LIFT OFF


a.

Petikemas isi

b.

Petikemas kosong

c.

Barang umum/curah/pallet/unitisasi cargo

10.550

Per ton

d.

Trucking free on truck

10.550

Per ton

PEMBATALAN MUAT
a.

Petikemas isi

71.500

107.250

Per boks

b.

Petikemas kosong

35.750

53.950

Per boks

KEPALA BADAN PENGUSAHAAN


KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN
PELABUHAN BEBAS BATAM,
ttd
MUSTOFA WIDJAJA
Salinan sesuai dengan aslinya
Karo. Sekretariat dan Protokol,

A. Gani Lasya

Lampiran 6 Peraturan Kepala Badan Pengusahaan Kawasan


Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
Nomor
: 17 Tahun 2012
Tanggal : 12 Desember 2012

TARIF THROUGHPUT FEE BONGKAR/MUAT KARGO CURAH


NO

JENIS JASA

TARIF (IDR)

KETERANGAN

1.

Bongkar

1.750

per MT

2.

Muat

1.750

per MT

KEPALA BADAN PENGUSAHAAN


KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS
DAN PELABUHAN BEBAS BATAM,
ttd
MUSTOFA WIDJAJA
Salinan sesuai dengan aslinya
Karo. Sekretariat dan Protokol,

A. Gani Lasya

Lampiran 7 Peraturan Kepala Badan Pengusahaan Kawasan


Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
Nomor
: 17 Tahun 2012
Tanggal : 12 Desember 2012
DAFTAR JENIS DAN NAMA BARANG YANG DIKENAKAN
TARIF PELAYANAN DERMAGA DAN PELAYANAN PENUMPUKAN
DIHITUNG ATAS DASAR SATUAN TON ATAU m3
NO
1.

JENIS DAN NAMA BARANG


MUATAN KARUNGAN
a.

BAHAN MAKANAN POKOK DAN SEJENISNYA


Beras, bulgur, jagung, tepung terigu, gula pasir, garam, tepung tapioca,
gaplek glondong, tepung gaplek dan gandum;

ton

b.

BAHAN MAKANAN TERNAK


Dedak, katul, beras katul gandum, bungkil kopra, bungkil kacang,
bungkil kelapa sawit dan bungkil jenis lainnya (dipres atau serpih);

ton

c.

BUAH/BIJI BERMINYAK DAN LAIN SEJENISNYA.


Kopra, biji kelapa sawit, biji tengkawang, biji kapuk, biji bunga matahari;

ton

d.

PUPUK
Pupuk alam, pupuk buatan dan lain sejenisnya;

ton

e.

SEMEN DAN LAIN SEJENISNYA.


Semen, mud;

ton

f.

KOPI, AKAR-AKARAN OBAT, DAN BAHAN REMPAH-REMPAH


- Kopi lada, pala, cinamon, gambir, jahe, lengkuas, kunyit, biji wijen;

ton

- Fuli, daun salam, daun sureh, rotan, daun siong, lombok kering.

m3

KACANG-KACANGAN
Kacang tanah, kacang ijo, kedelai, kacang merah, biji mete, kacang
beras, dan kacang sejenisnya.
MUATAN CURAH

ton

a.

ton

g.

2.

SATUAN

BARANG GALIAN
Biji timah, biji besi, biji nekel, granite, tanah liat, porselin, china clay,
dan lain sejenisnya, biji manga, batu kerikil, pasir, gelas, cilica, batu
bara dan pasir besi;

b.

CURAH CAIR
Gula tetes, minyak goreng, aspal dan sejenisnya;

ton

c.

CURAH KERING

ton

Gandum, bungkil dan lain sejenisnya;


d.

HASIL INDUSTRI
Semen.

ton

3.

BARANG BESI DAN BAJA


a.

Metal dasar dan sejenisnya

ton

- Pig Iron, steel ingots, steel billets, steel blooms


b.

Material dari besi dan baja

ton

- Tin plates, steel plates, ware in coils, iron sheepers, profile iron,
pails, bars iron, cast iron, woop iron, steel slabs,
strips iron/steel
c.

Hasil dari besi/baja dan lain sejenisnya

ton

- Concrete iron beams, landing mats metal, pipes & tubes, profile
electric poles & piles, rails, steels sheet (loseO, barted wire in coils
d.

Besi bekas dan lain-lain sejenisnya

ton

- Scrap iron
4.

LOGAM DAN BATANGAN LAINNYA


Timah putih (lead), timah hitam (tin), zink dalam batangan (ingots),
tembaga batangan, plat dan besi, alumunium, bronzo dan magnesium
dalam balok batangan

5.

BARANG-BARANG DAN PERKAKAS LISTRIK


Perkakas, motor, kawat, radio, pesawat TV, loudspeaker, microhone,
amplifier, mesin cuci, lemari pendingin (refrigerator), alat pemanas air
(water heater), projectors, mesin copy, dan onderdilnya

6.

9.

ton

MESIN-MESIN DAN PERKAKAS KANTOR


Mesin hitung, mesin jumlah, mesin alamat, mesin perangko, mesin tik,
mesin stensil, dan mesin-mesin lainnya.

8.

ton

MESIN-MESIN DAN LAIN-LAIN BARANG SEJENISNYA


Onderdilnya kendaraan bermotor, mesin-mesin/perkakas dan
onderdilnya, alat-alat bermesin dan perlengkapannya, mesin motor,
pelor roda (bearing), onderdil mesin terbuat dari besi dan logam,
instalasi generator lengkap, ketel uap (boiler), mesin
penumbuk/penghimpit (crusher), mesin pengaduk, mesin-mesin yang
sejenisnya

7.

ton

ton

BARANG-BARANG DARI GELAS DAN KERAMIK


-

Barang-barang dari gelas, isolator dan sejenisnya, pelat gelas, kaca


jendela/pintu, kaca cermin dan lain sejenisnya

m3

Porselin

m3

INSTRUMEN/ALAT OPTIK DAN PRESISI LAIN YANG SEJENISNYA


Instrumen/alat-alat kedokteran, (medical instruments), perlengkapan
laboratorium (laboratory equipment) alat-alat potret film (cinema
camera)

ton

10.

11.

MUATAN DIDINGINKAN DAN DIBEKUKAN


- Didinginkan diatas 0 C (telur, buah-buahan, sayur mayur, hasil-hasil
pabrik susu)

m3

- Dibekukan dibawah 0 C (daging, ikan, udang, kodok, dan lain


sejenisnya)

m3

KAYU
Kayu gergajian, kayu papan, kayu bantalan, kayu berlapis, triplek, kayu
lapis, hati kayu (corestock), kayu gelondongan (log)

12.

13.

14.

15.

16.

MUATAN DALAM DRUM DAN TONG


- Aspal, bahan kimia (tidak berbahaya), minyak mineral, minyak ikan,
minyak hewani, minyak nabati, minyak lemak, minyak dan lemak
sejenisnya

ton

- Drum dan tong kosong

m3

KENDARAAN/ALATALAT BERAT BERMOTOR DAN SEJENISNYA


- Tractor, forklift, kran, crade, csraper, loader, road roller, container
stacker, locomotive, wagon kereta api dan sejenisnya

ton

- Mobil, truck, bus dan kendaraan bermotor roda dua

m3

HASIL PERIKANAN
- Ikan kering, udang kering, dan lain sejenisnya

m3

- Terasi dan petis

m3

FIBRE
- Kapuk, kapas/katun, wool, pulp, dan lain sejenisnya

ton

- Barang-barang lainnya

m3

MUATAN DALAM KERANJANG


Buah-buahan, sayur-sayuran, dan lain sejenisnya.

17.

m3

ton

MUATAN DALAM BAL/ROL


m3

Kertas, textile dan lain sejenisnya.


KEPALA BADAN PENGUSAHAAN
KAWASAN PERDAGANGANBEBAS
DAN PELABUHAN BEBAS BATAM,
ttd
MUSTOFA WIDJAJA
Salinan sesuai dengan aslinya
Karo. Sekretariat dan Protokol,

A. Gani Lasya

Anda mungkin juga menyukai