15
TAHUN 2012
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN DAN TARIF
PELAYANAN ALAT DAN PENUNJANG KEGIATAN KEPELABUHANAN
DI LINGKUNGAN PELABUHAN BATAM
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS
DAN PELABUHAN BEBAS BATAM,
Menimbang
Mengingat
: a.
b.
: 1.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun yang
digerakkan dengan tenaga mekanik, tenaga mesin atau ditunda, termasuk
kendaraan air yang berdaya dukung dinamis, kendaraan dibawah
permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak
berpindah-pindah;
10.
11.
12.
13.
14.
Kapal Yacht dan sejenisnya adalah kapal yang dilengkapi secara khusus
untuk berekreasi/olahraga/melakukan perlombaan-perlombaan di laut, baik
yang digerakkan dengan pesawat pendorong, layar, atau pun dengan caracara lain;
15.
Angkutan Laut Luar Negeri adalah kegiatan angkutan laut dari pelabuhan
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
Roll OnRoll Off adalah moda dalam pengangkutan barang yang bisa
memuat/membongkar kargo masuk/keluar kapal dengan penggeraknya
sendiri, menggunakan kapal yang dilengkapi ramp door ;
32.
Billboard
Neon boks
Gerai.
Pasal 2
(1)
Pembayaran nota pelayanan kepelabuhanan harus dilakukan selambatlambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal nota terbit pada bank mitra
yang ditunjuk;
(2)
(3)
(4)
Nilai tagihan pelayanan kepelabuhanan dalam mata uang rupiah per nota
tagihan minimal sebesar Rp50.000,- (lima puluh ribu rupiah);
(5)
(1)
(2)
(2)
(1)
(2)
(3)
Pasal 7
Penyedia layanan bongkar/muat yang tidak mengoperasikan alat-alat mekanik
miliknya dan alat-alat tersebut berada di dalam daerah pelabuhan, dikenakan tarif
pelayanan penumpukan dengan perhitungan 250% (dua ratus lima puluh persen)
dari tarif dasar.
Pasal 8
(1)
(2)
b.
Tarif sewa dan imbalan layanan alat-alat mekanik bongkar/muat dan alat bantu
bongkar/muat sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1 Peraturan ini.
BAB III
PELAYANAN SEWA TANAH, RUANGAN, DAN BANGUNAN
Pasal 10
(1)
(2)
(3)
a.
Surat permohonan;
b.
c.
d.
Pasal 11
Tarif sewa tanah di Pelabuhan Batam memperhatikan:
a.
b.
Tarif pengguna bagian-bagian lahan darat per m2 (meter persegi) per tahun
ditetapkan sebagai berikut:
a.
Tarif sewa tanah sebesar 10% (sepuluh persen) dari Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP) yang berlaku;
b.
Besaran NJOP akan ditinjau setiap tahun selama masa perjanjian sewamenyewa tanah.
Pasal 13
b.
Penggunaan rak pipa/area pelabuhan untuk meletakkan jalur pipa dikenakan tarif
sewa sebagaimana tercantum dalam Lampiran 2 Peraturan ini.
Pasal 15
Tarif iklan dan promosi barang/jasa sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3
Peraturan ini.
Pasal 16
Tarif sewa ruangan dan insidentil sebagaimana tercantum dalam Lampiran 4
Peraturan ini.
BAB IV
PELAYANAN AIR BERSIH, LISTRIK, DAN SAMPAH/KEBERSIHAN
Pasal 17
(1)
(2)
Tarif pelayanan air bersih untuk usaha di pelabuhan, dikenakan dalam mata uang
Rupiah (IDR).
Pasal 19
Pelayanan air bersih untuk usaha di pelabuhan dikenakan sesuai tarif yang berlaku
dari perusahaan penyedia air bersih, ditambah biaya pelayanan 20% (dua puluh
persen).
Pasal 20
Tarif pelayanan listrik untuk usaha di pelabuhan, dikenakan dalam mata uang
Rupiah (IDR).
Pasal 21
Pelayanan listrik untuk usaha di pelabuhan dikenakan sesuai tarif yang berlaku
dari perusahaan penyedia listrik, ditambah biaya pelayanan 20% (dua puluh
persen).
Pasal 22
Tarif pungutan kebersihan di pelabuhan, dikenakan terhadap setiap kegiatan
bongkar dan/atau muat pada terminal umum.
Pasal 23
Tarif pungutan kebersihan di pelabuhan, dikenakan dalam mata uang Rupiah
(IDR).
Pasal 24
(1)
(2)
b.
c.
A.Gani Lasya
MUSTOFA WIDJAJA
SALINAN
BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS
DAN PELABUHAN BEBAS BATAM
BATAM CENTRE, PULAU BATAM
KOTAK POS 151; TELEPON (0778) 462047, 462048; FAKSIMILE (0778) 462240, 462456
Mengingat
: a.
b.
: 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
Peraturan
Kepala
Badan
Pengusahaan
Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam Nomor 10
Tahun 2011 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Badan
Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas Batam;
28.
Menetapkan
2.
Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya
dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik
dan/atau turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan pelayaran, dan kegiatan penunjang pelabuhan serta
sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi;
3.
4.
5.
6.
7.
Terminal khusus yang selanjutnya disebut Tersus adalah terminal yang terletak di
luar daerah Lingkungan kerja (DLKr) dan daerah Lingkungan kepentingan (DLKp)
pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan terdekat untuk melayani
kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya;
8.
Terminal untuk kepentingan sendiri yang selanjutnya disebut TUKS adalah terminal
yang terletak dalam daerah lingkungan kerja (DLKr) dan daerah lingkungan
kepentingan (DLKp) pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan untuk
melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya;
9.
Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun yang digerakkan
dengan tenaga mekanik, tenaga mesin atau ditunda, termasuk kendaraan air yang
berdaya dukung dinamis, kendaraan dibawah permukaan air, serta alat apung dan
bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah;
10. Kapal melakukan kegiatan niaga adalah kapal yang selama berkunjung di
pelabuhan melakukan kegiatan bongkar muat kargo berupa barang, penumpang
dan hewan, termasuk kapal Pemerintah, Tentara Nasional Indonesia (TNI) atau
Kepolisian Republik Indonesia (POLRI);
11. Kapal tidak melakukan kegiatan niaga adalah kapal yang selama berkunjung di
pelabuhan tidak melakukan kegiatan bongkar muat kargo berupa barang,
penumpang dan hewan, yaitu kapal dalam rangka kegiatan bunker, mengambil
perbekalan serta keperluan lain yang digunakan dalam melanjutkan perjalanannya,
menambah/mengganti anak buah kapal, mendapat pertolongan dokter, pertolongan
dalam kebakaran, tank cleaning serta pembasmian hama (fumigasi);
12. Kapal lay-up adalah kapal yang dilabuhkan di tempat yang ditetapkan sebagai area
lay-up sesuai peraturan perundang-undangan dan tidak dipergunakan dalam
kegiatan pengangkutan kargo/penumpang, dengan perlakuan ketentuan jumlah
awak kapal berdasarkan klasifikasi kegiatan lay-up nya (hot lay-up, semi cold
stacking, cold stacking) dan disampaikan sebagai kapal lay-up pada saat
kedatangan kepada syahbandar;
13. Terminaling, adalah kapal yang bertindak sebagai terminal, dan berlabuh secara
tetap pada titik koordinat yang ditentukan;
14. Kapal Yacht dan sejenisnya adalah kapal yang dilengkapi secara khusus untuk
melakukan rekreasi/olahraga atau melakukan perlombaan-perlombaan di laut, baik
yang digerakkan dengan pesawat pendorong, layar, atau dengan cara-cara lain;
15. Angkutan Laut Luar Negeri adalah kegiatan angkutan laut dari pelabuhan
Indonesia ke pelabuhan luar negeri atau sebaliknya, termasuk melanjutkan
kunjungan antar pelabuhan di wilayah perairan laut Indonesia yang
diselenggarakan oleh perusahaan angkutan laut;
16. Angkutan Laut Dalam Negeri adalah kegiatan angkutan laut antar pelabuhan yang
dilakukan di wilayah Perairan Laut Indonesia di luar ketentuan sebagaimana
dimaksud pada angka 14 Pasal ini, yang diselenggarakan oleh perusahaan
angkutan laut;
17. Angkutan Laut Perintis adalah kegiatan angkutan laut antar pelabuhan di wilayah
Indonesia yang dilakukan dengan trayek tetap dan teratur, untuk menghubungkan
daerah terpencil dan belum berkembang;
18. Pelayaran Rakyat adalah kegiatan angkutan laut antar pelabuhan di wilayah
Indonesia dengan menggunakan kapal layar atau kapal layar motor yang
berukuran sampai dengan 400 (empat ratus) GT dan kapal motor yang berukuran
sampai dengan 35 (tiga puluh lima) GT;
19. Kapal yang melakukan kegiatan tetap adalah kapal yang melakukan kegiatan
secara tetap dan tinggal tetap di dalam daerah lingkungan kerja dan daerah
lingkungan kepentingan pelabuhan;
20. Pemanduan adalah kegiatan pandu dalam membantu Nakhoda agar olah gerak
kapal dapat dilaksanakan dengan selamat, tertib dan lancar;
21. Penundaan adalah pekerjaan mendorong, mengawal, menjaga, menarik atau
mengandeng kapal yang berolah gerak, untuk bertambat ke atau untuk melepas
dari tambatan dermaga, breasting dolphin, pelampung dan kapal lainnya dengan
menggunakan kapal tunda;
22. Pengepilan adalah pekerjaan mengikat, melepas, menarik tali temali kapal yang
berolah gerak untuk bertambat ke atau untuk melepas dari dermaga, breasting
dolphin, pelampung dan kapal lainnya dengan menggunakan atau tidak
menggunakan motor kepil;
23. Gross Tonage, selanjutnya disebut GT, adalah perhitungan volume semua ruang
yang terletak dibawah geladak kapal ditambah dengan volume ruangan tertutup
yang terletak diatas geladak ditambah dengan isi ruangan beserta semua ruangan
tertutup yang terletak diatas geladak paling atas (superstructure), tonase kotor
dinyatakan dalam ton yaitu suatu unit volume sebesar 100 (seratus) kaki kubik
yang setara dengan 2,83 (dua koma delapan tiga) kubik meter;
24. Etmal adalah satuan untuk menghitung lamanya kapal berada di pelabuhan;
25. Perbulan kalender adalah perhitungan bulan dihitung sejak tanggal 1 sampai
dengan tanggal berakhirnya bulan tersebut yaitu tanggal 30 atau 31, kecuali bulan
Februari sampai dengan tanggal 28 atau 29.
Pasal 2
(1)
(2)
b.
c.
d.
e.
Konvensi internasional lainnya yang telah diratifikasi, serta ketentuanketentuan yang berlaku dari Kementerian Perhubungan dan Badan
Pengusahaan Batam;
(1)
(2)
(3)
(4)
Kapal Angkutan Laut Dalam Negeri dikenakan tarif pelayanan kapal dalam mata
uang Rupiah (IDR);
Kapal Angkutan Laut Luar Negeri yang menyinggahi satu atau beberapa pelabuhan
di Indonesia termasuk kapal perang negara lain, dikenakan tarif pelayanan kapal
dalam mata uang Dollar Amerika Serikat (US$);
Kapal-kapal berbendera asing yang memiliki izin melakukan kegiatan angkutan laut
dalam negeri ditetapkan tarif pelayanan kepelabuhanan dalam Dollar Amerika
(US$);
Kapal-kapal angkutan laut berbendera Indonesia:
a.
b.
Kapal yang berada di Pelabuhan Batam lebih dari 1 (satu) bulan sampai dengan 3
(tiga) bulan, nota pelayanan kepelabuhanannya akan diterbitkan setiap bulan;
b.
Kapal yang berada di Pelabuhan Batam lebih dari 3 (tiga) bulan, nota pelayanan
kepelabuhanannya akan diterbitkan setiap 3 (tiga) bulan;
Pasal 5
(1)
(2)
(3)
surat keberatan yang menjelaskan keberatannya, dan melampirkan copy nota dan
data pendukung lainnya;
(4)
Nilai tagihan pelayanan kepelabuhanan dalam mata uang rupiah per nota tagihan
minimal sebesar Rp.50.000,- (lima puluh ribu rupiah);
(5)
Nilai tagihan pelayanan kepelabuhanan dalam mata uang dollar Amerika Serikat
per nota tagihan minimal sebesar US$ 5,00 (lima Dollar Amerika Serikat).
Pasal 6
(1)
(2)
Pelayanan Labuh;
b.
Pelayanan Pandu;
c.
Pelayanan Tunda;
d.
Pelayanan Tambat;
e.
f.
(1)
Tarif pelayanan labuh dikenakan terhadap setiap kapal yang berkunjung dan
menggunakan perairan pelabuhan di dalam daerah lingkungan kerja dan daerah
lingkungan kepentingan pelabuhan;
(2)
(3)
Kapal yang berkunjung dan berada di pelabuhan untuk melakukan kegiatan lebih
dari 10 (sepuluh) hari, dikenakan tambahan tarif pelayanan labuh untuk setiap
masa 10 (sepuluh) hari berikutnya sebesar tarif perkunjungannya.
Pasal 8
Kapal yang berkunjung dalam rangka kegiatan niaga, dikenakan tarif labuh dengan
sistem perhitungan dari tarif dasar, sebagai berikut:
a.
100%
b.
50%
100%
25%
c.
Pasal 9
Kapal penumpang yang berkunjung dalam rangka kegiatan angkutan penumpang,
dikenakan tarif labuh dengan sistem perhitungan dari tarif dasar, sebagai berikut:
Kurang dari 15 kunjungan per bulan, dihitung sesuai jumlah kunjungan
100%
a.
b.
100%
Pasal 10
Kapal yang berada di Tersus/TUKS dalam rangka kegiatan bongkar/muat,
repair/docking, atau standby, dikenakan tarif labuh dengan sistem perhitungan dari tarif
dasar, sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
1-30 hari
31-180 hari
100%
25%
181-365 hari
50%
100%
Pasal 11
Kapal yang berkunjung dalam rangka kegiatan bukan niaga, dikenakan tarif labuh
dengan sistem perhitungan dari tarif dasar, sebagai berikut:
a.
b.
c.
1-30 hari
2.
25%
100%
2.
b.
12,5%
25%
100%
150%
Pasal 12
Kapal pelayaran rakyat yang berkunjung ke pelabuhan dikenakan tarif pelayanan labuh
kapal niaga angkutan laut dalam negeri dengan sistem perhitungan dari tarif dasar,
sebagai berikut:
a.
Kapal layar atau kapal layar motor yang berukuran sampai dengan 400
(empat ratus) GT dan kapal motor yang berukuran sampai dengan 35
(tiga puluh lima) GT
75%
b.
100%
Pasal 13
Kapal tangkapan, dikenakan tarif labuh dengan perhitungan sebagai berikut:
a. 1-90 hari
b. Lebih dari 90 hari
50%
100%
Pasal 14
(1)
Kapal bangunan baru yang belum memiliki surat ukur kapal dikenakan tarif labuh
bukan niaga dalam mata uang IDR terhitung sejak kapal diluncurkan;
(2)
Setelah surat ukur kapal diterbitkan oleh Syahbandar, maka kapal dikenakan tarif
labuh sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10.
Pasal 15
(1)
Pemilik alat-alat apung berupa floating dock untuk kegiatan docking kapal/repair
harus mengajukan izin penetapan perairan kepada Syahbandar dan mempunyai
perjanjian kerjasama dengan Kantor Pelabuhan Laut;
(2)
Alat-alat apung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan tarif labuh bukan
niaga dalam mata uang IDR yang diperhitungkan sebagaimana tercantum dalam
Pasal 4.
Bagian Kedua
Pembebasan Tarif Pelayanan Labuh
Pasal 16
Pembebasan tarif pelayanan labuh untuk kapal angkutan laut dalam negeri, diberikan
kepada:
a.
kapal perang Republik Indonesia, kapal syahbandar, kapal navigasi, kapal patroli
kesatuan penjagaan laut dan pantai (KPLP), kapal Bea dan Cukai, kapal
penelitian, kapal Palang Merah, kapal pemerintah daerah, kapal Kepolisian Negara
Republik Indonesia (POLRI), kapal yang tidak bertindak sebagai kapal niaga serta
kapal yang melaksanakan tugas Search and Rescue (SAR);
b.
c.
kapal yang sesuai ketentuan instansi yang berwenang tidak wajib register;
d.
Pembebasan tarif pelayanan labuh untuk kapal angkutan laut luar negeri, diberikan
kepada:
a.
b.
Tarif dasar pelayanan labuh untuk kapal angkutan laut dalam negeri sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 1 Peraturan ini.
Pasal 19
Tarif dasar pelayanan labuh untuk kapal angkutan laut luar negeri sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 2 Peraturan ini.
BAB III
PELAYANAN PANDU
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 20
Kapal yang berukuran 500 (lima ratus) GT atau lebih, wajib menggunakan layanan
pemanduan pada waktu berlayar di perairan wajib pandu.
Pasal 21
(1)
Setiap kapal wajib pandu yang akan masuk atau meninggalkan perairan wajib
pandu Pelabuhan Batam, yaitu Batu Ampar, Sekupang, Kabil, dan Tanjung
Uncang, wajib mengajukan permintaan pandu secara tertulis kepada Pejabat
Urusan Kepanduan Kantor Pelabuhan Laut, dengan tembusan disampaikan
kepada Pengawas Pemanduan atau Syahbandar selambat-lambatnya 2 (dua) jam
sebelum kegiatan;
(2)
(1)
Kapal wajib pandu yang akan mengajukan pembatalan atau perubahan waktu
pemanduan memberitahukan kepada Kantor Pelabuhan Laut selambat-lambatnya
2 (dua) jam sebelum gerakan;
(2)
Pemberian dispensasi tanpa petugas pandu terhadap kapal yang dikenakan wajib pandu
dan berlayar di perairan wajib pandu dapat diberikan oleh Kantor Pelabuhan Laut atau
Syahbandar, dengan memperhatikan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh
nakhoda sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pasal 24
Apabila terjadi kecelakaan dalam proses pemanduan kapal yang mengakibatkan
rusaknya fasilitas dermaga atau rusaknya kapal lain di perairan bandar, maka nakhoda
atau petugas pandu harus membuat laporan dan berita acara kerusakan untuk proses
ganti rugi akibat kecelakaan tersebut.
Pasal 25
(1)
Kapal wajib pandu harus melakukan gerakan tepat sejak petugas pandu naik di atas
kapal;
(2)
Keterlambatan gerakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk jangka waktu
lebih dari 30 (tiga puluh) menit sampai dengan 1 (satu) jam dikenakan sanksi
berupa denda dengan perhitungan 10% (sepuluh persen) dari tarif dasar;
(3)
Keterlambatan gerakan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) untuk jangka waktu
lebih dari 1 (satu) jam dikenakan sanksi berupa denda dengan perhitungan 100%
(seratus persen) dari tarif dasar.
Pasal 26
Pelayanan pemanduan untuk kapal konvoi 1 (satu) gerakan pemanduan yang dilakukan
oleh petugas pandu yang berada di atas kapal terdepan atau petugas pandu tetap
berada di atas kapal pandu/tunda, dikenakan tarif pelayanan pemanduan sebesar 100%
(seratus persen) dari tarif dasar terhadap masing-masing kapal konvoi.
Pasal 27
Kapal wajib pandu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 yang masuk ke atau keluar
dari dan/atau melakukan gerakan tersendiri di daerah perairan wajib pandu tanpa izin
dari pejabat yang berwenang, dikenakan tambahan tarif pelayanan pemanduan sebesar
200% (dua ratus persen) dari tarif dasar.
Pasal 28
Kapal yang menggunakan pelayanan pemanduan diluar batas perairan wajib pandu dan
perairan pandu luar biasa, dikenakan tarif pelayanan pemanduan pada perairan wajib
pandu pelabuhan terdekat dengan ketentuan biaya transportasi dan akomodasi
pemanduan menjadi beban pemakai layanan yang besarnya ditetapkan oleh Kepala
Kantor Pelabuhan Laut.
Pasal 29
Kapal kargo tertentu seperti kapal yang mengangkut liquified natural gas (LNG), liquid
petroleum gas (LPG) atau bertekanan tinggi (condensate) yang masuk ke atau keluar
dari dan/atau melakukan gerakan tersendiri di daerah perairan wajib pandu, dikenakan
tambahan tarif pelayanan pemanduan sebesar 100% (seratus persen) dari tarif dasar.
Pasal 30
Pengenaan tarif pelayanan pemanduan bagi kapal tunda yang menggandeng
tongkang/alat apung lainnya diatur sebagai berikut:
a.
b.
Tarif dasar pelayanan pemanduan adalah jumlah total tarif tetap per kapal per gerakan
ditambah dengan tarif variabel per GT per kapal per gerakan.
Pasal 32
Tarif dasar pelayanan pemanduan untuk kapal angkutan laut dalam negeri sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 3 Peraturan ini.
Pasal 33
Tarif dasar pelayanan pemanduan untuk kapal angkutan laut luar negeri sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 4 Peraturan ini.
Pasal 34
Besaran tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 dan Pasal 33, ditetapkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a.
b.
c.
Tarif pelayanan pemanduan pada waktu melayani pemanduan kapal di luar batas
perairan wajib pandu dan di perairan pandu luar biasa, dikenakan 200% (dua ratus
persen) dari tarif dasar, ditambah biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28;
d.
Apabila perhitungan biaya pemanduan kapal angkutan laut dalam negeri kurang
dari Rp.750.000,- (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) per gerakan, maka biaya
pemanduan dikenakan biaya minimal, sebesar Rp.750.000,- (tujuh ratus lima puluh
ribu rupiah) per gerakan;
e.
Apabila perhitungan biaya pemanduan kapal angkutan laut luar negeri kurang dari
US$ 175.00 (seratus tujuh puluh lima dollar Amerika Serikat) per gerakan, maka
biaya pemanduan dikenakan biaya minimal, sebesar US$ 175.00 (seratus tujuh
puluh lima dollar Amerika Serikat) per gerakan.
Pasal 35
Pelayanan pemanduan gerakan tersendiri didalam perairan wajib pandu untuk keperluan
shifting kapal pada pelabuhan tertentu yang jarak pelayanan pemanduannya melebihi
jarak pemanduan pada pelabuhan setempat dikenakan 75% (tujuh puluh lima persen)
dari tarif dasar.
Bagian Ketiga
Pembebasan Tarif Pelayanan Pandu
Pasal 36
Kapal angkutan laut dalam negeri yang dibebaskan dari tarif pelayanan pemanduan
yaitu:
a.
b.
tugas pemerintahan;
c.
d.
kapal yang berpindah dari tambatan atas perintah Superintendent dan atau atas
perintah Kepala Kantor Pelabuhan Laut untuk kepentingan operasional pelabuhan;
e.
kapal yang menyeberang secara tetap dan teratur menyinggahi pelabuhan yang
sama lebih dari 1 (satu) kali dalam 24 (dua puluh empat) jam di perairan wajib
pandu tertentu.
Pasal 37
Kapal angkutan laut luar negeri yang dibebaskan dari tarif pelayanan pemanduan yaitu:
a.
b.
c.
kapal yang berpindah dari tambatan atas perintah otoritas pelabuhan untuk
kepentingan operasional pelabuhan.
Pasal 38
(1)
(2)
(1)
(2)
Jam kerja efektif adalah waktu yang dihitung sejak kapal tunda mulai mendekati
kapal yang akan ditunda (walaupun belum menerima tali dari kapal tersebut),
sampai kapal tunda selesai melaksanakan penundaan (melepas tali kapal yang
ditunda/hingga saat kapal selesai sandar/in-position);
(3)
Waktu rata-rata dari dan ke pangkalan adalah waktu rata-rata yang diperlukan
kapal mulai berangkat dari dan ke pangkalan.
Pasal 40
(1)
b.
1.
2.
Pelabuhan Kabil;
jam pemakaian kapal tunda dihitung selama menunda kapal ditambah waktu
rata-rata di kolam pelabuhan;
(2)
Jam pemakaian kapal tunda dari pangkalan lain selain sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a dihitung waktu rata-rata yang diperlukan kapal tunda sejak
berangkat dari pangkalan ke lokasi kerja/kapal;
(3)
Perhitungan jarak aktual yaitu olah gerak ditambah jam pemakaian kapal tunda
selama menunda kapal, terhitung sejak mulai sampai dengan selesai.
Pasal 41
(1)
(2)
kapal dengan panjang 70 (tujuh puluh) meter sampai dengan 100 (seratus) meter
dapat ditunda dengan 1 (satu) kapal tunda yang mempunyai daya minimal 800
(delapan ratus) PK;
b.
kapal dengan panjang lebih dari 100 (seratus) meter sampai dengan 150 (seratus
lima puluh) meter, dapat ditunda 2 (dua) kapal tunda dengan jumlah daya 1.600
(seribu enam ratus) PK;
c.
kapal dengan panjang lebih dari 150 (seratus lima puluh) sampai dengan 200 (dua
ratus) meter, dapat ditunda 2 (dua) kapal tunda dengan jumlah daya 3.400 (tiga
ribu empat ratus) PK;
d.
kapal dengan panjang lebih dari 200 (dua ratus) meter sampai dengan 300 (tiga
ratus) meter, dapat ditunda 3 (tiga) kapal tunda dengan jumlah daya 5.000 (lima
ribu) PK;
e.
kapal dengan panjang lebih dari 300 (tiga ratus) meter, dapat ditunda 3 (tiga) kapal
tunda dengan jumlah daya minimal 10.000 (sepuluh ribu) PK.
Bagian Kedua
Tarif Pelayanan Tunda
Pasal 43
Pengenaan tarif pelayanan penundaan kapal diperairan wajib pandu, ditetapkan sebagai
berikut:
a.
Pemakaian kapal tunda dikenakan tarif pelayanan penundaan sebesar tarif dasar;
b.
Pembatalan permintaan kapal tunda yang telah dikirim ke lokasi kapal, dikenakan
tarif pelayanan penundaan sesuai tarif dasar minimal untuk pemakaian 1 (satu)
jam.
Pasal 44
(1)
Jam pemakaian kapal tunda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 dihitung sejak
kapal tunda tiba di lokasi kapal yang ditunda sampai dengan selesai menunda
ditambah jumlah jam keberangkatan dari dan kembali ke pangkalan;
(2)
Jumlah jam keberangkatan dari pangkalan dan jam kembali ke pangkalan bagi
kapal tunda secara rata-rata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung dengan
ketentuan sebagaimana tercantum dalam Lampiran 5 Peraturan ini.
Pasal 45
Kapal tunda milik swasta dapat menunda kapal sebagai sarana bantu penundaan
apabila diperlukan dan wajib membayar sebesar 20% (dua puluh persen) dari tarif yang
berlaku dalam Peraturan ini.
Pasal 46
Penundaan kapal yang dilayani secara bersama-sama oleh kapal tunda milik Pelabuhan
Batam dan kapal tunda milik swasta, maka pendapatan pelayanan penundaannya
ditetapkan sebagai berikut:
a.
dibagi berdasarkan perbandingan jumlah daya kuda (PK) dari masing-masing kapal
tunda yang digunakan; dan
b.
operator kapal swasta wajib membayar pada Kantor Pelabuhan Laut dengan
besaran sesuai bagi hasil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45.
Pasal 47
(1)
(2)
Tarif dasar pelayanan penundaan adalah penjumlahan tarif tetap per kapal yang ditunda
per jam dengan tarif variabel per GT per kapal yang ditunda perjam.
Pasal 49
Tarif dasar pelayanan penundaan untuk kapal angkutan laut dalam negeri sebagaimana
tercantum dalam Lampiran VI Peraturan ini.
Pasal 50
Tarif dasar pelayanan penundaan untuk kapal angkutan laut luar negeri sebagaimana
tercantum dalam Lampiran VII Peraturan ini.
Pasal 51
Apabila perhitungan biaya penundaan kurang dari Rp1.000.000,- (satu juta rupiah) per
gerakan, maka biaya penundaan dikenakan biaya minimal, sebesar Rp1.000.000,- (satu
juta rupiah) per gerakan.
Pasal 52
(1)
(2)
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi tongkang yang
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (1).
Pasal 53
Kapal dengan ukuran panjang kurang dari 70 (tujuh puluh) meter yang memerlukan
pelayanan penundaan dikenakan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 atau
Pasal 51.
BAB V
PELAYANAN TAMBAT
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 54
(1)
b.
c.
d.
Stowage Plane;
(2)
(3)
Pelayanan tambat pada terminal umum diberikan kepada kapal yang pertama kali tiba di
perairan pelabuhan (First Come First Service) yang disesuaikan dengan penataan lay
out pelabuhan yang telah ditetapkan (bila tidak ada ruang dermaga, akan disandarkan
pada dermaga yang sedang tidak ada kegiatan).
Bagian Kedua
Waktu Pelayanan Tambat
Pasal 56
Pemberian waktu pelayanan tambat bagi kapal yang akan melaksanakan kegiatan
persiapan
Pasal 57
,
(1)
Kapal diberikan waktu 4 (empat) jam untuk penerimaan muatan setelah selesai
bongkar/muat;
(2)
Apabila dalam batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kapal tidak dapat
melaksanakan pemuatan, maka kapal harus keluar untuk berlabuh/lego jangkar.
Pasal 58
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(1)
(2)
(1)
Tarif pelayanan tambat dikenakan terhadap setiap kapal yang bertambat pada
tambatan dermaga (beton, besi dan kayu), breasting dolphin/pelampung serta
kapal yang merapat pada kapal lain yang sedang sandar/tambat;
(2)
(1)
Kapal yang bertambat di terminal umum diberi batas waktu yang ditetapkan oleh
Kepala Kantor Pelabuhan Laut berdasarkan kesepakatan dengan asosiasi
pengguna layanan terkait, berpedoman pada pola perhitungan jumlah muatan per
kapal dibagi loading/discharging rate.
(2)
Kelebihan waktu tambat dari batas waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
dikenakan tambahan tarif pelayanan tambat sebesar 100% (seratus persen) dari
tarif dasar.
Pasal 63
(1)
(2)
(3)
(1)
Kapal yang bertambat pada lebih dari satu jenis tambatan, yaitu tambatan dermaga
(beton, besi dan kayu) atau bertambat pada lambung kapal lain yang sedang
bertambat, perhitungan masa tambatnya didasarkan pada penjumlahan waktu dari
penggunaan beberapa tambatan (tidak termasuk waktu bertambat pada breasting
dolphin, pelampung dan pinggiran) dan dikenakan tarif tambatan tertinggi;
(2)
Kapal yang bertambat pada lambung kapal lain yang sedang bertambat di terminal
umum, dikenakan tarif pelayanan tambat sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif
dasar sesuai tambatan yang dipergunakan;
(3)
Kapal yang bertambat di terminal umum pada tambatan dermaga (beton, besi dan
kayu) yang dilengkapi breasting dolphin atau pelampung, dikenakan tarif pelayanan
tambat dermaga (beton, besi dan kayu).
Pasal 65
b.
pemakaian tambat lebih dari 6 (enam) jam sampai dengan 12 (dua belas) jam
dihitung (setengah) etmal;
c.
pemakaian tambat lebih dari 12 (dua belas) jam sampai dengan 18 (delapan belas)
jam dihitung (tiga perempat) etmal;
d.
pemakaian tambat lebih dari 18 (delapan belas) jam sampai dengan 24 (dua puluh
empat) jam dihitung 1 (satu) etmal.
Pasal 66
Tarif dasar pelayanan tambat untuk kapal angkutan laut dalam negeri adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 8 Peraturan ini.
Pasal 67
Tarif dasar pelayanan tambat untuk kapal angkutan laut luar negeri adalah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 9 Peraturan ini.
Pasal 68
Terhadap kapal yang berkunjung ke terminal umum dalam rangka kegiatan niaga,
dikenakan tarif tambat dengan sistem perhitungan dari tarif dasar, sebagai berikut:
a.
100%
b.
100%
Pasal 69
100%
100%
Pasal 70
(1)
110 etmal
50%
b.
1190 etmal
25%
c.
91180 etmal
d.
12.5%
25%
(2)
Kapal bangunan baru yang belum memiliki surat ukur kapal dikenakan tarif
pelayanan tambat 50% (lima puluh persen) dari tarif dasar dalam mata uang IDR
terhitung sejak kapal diluncurkan;
(3)
Setelah surat ukur kapal diterbitkan oleh Syahbandar, maka kapal dikenakan tarif
pelayanan tambat sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1);
(4)
Pembebasan tarif pelayanan tambat diberikan kepada kapal yang sedang diatas
dock.
Bagian Keempat
Sanksi Administrasi dan Tarif Tambahan
Pasal 71
Pasal 72
Kapal-kapal yang bertambat pada terminal umum harus sesuai dengan posisi yang
telah ditetapkan dengan toleransi penggunaan batas jarak maksimum 10 (sepuluh)
meter.
(2)
Perubahan posisi pemakaian tambatan pada terminal umum harus diajukan oleh
perusahaan/agen pelayaran secara tertulis selambat-lambatnya 4 (empat) jam
setelah kapal tambat, atau 4 (empat) jam sebelum pelaksanaan perubahan
tambatan;
(3)
(4)
(5)
(1)
Perubahan rencana penggunaan tambatan kurang dari 6 (enam) jam dari rencana
tambat yang telah disetujui, perhitungan waktu tambat dikenakan terhitung sejak
waktu tambat yang disetujui;
(2)
Perubahan rencana tambat lebih dari 6 (enam) jam dianggap sebagai pembatalan
penetapan tambahan semula, dengan tetap dikenakan perhitungan jam tambat
(setengah) etmal.
Pasal 75
(1)
b.
c.
(2)
diageni perusahaan pelayaran yang sama dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan
berturut-turut;
Kapal/tongkang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan ketentuan tarif
sebagai berikut:
a.
(3)
tarif pelayanan labuh dan pelayanan tambat sebesar 50% (lima puluh persen)
dari tarif dasar;
b.
tarif pelayanan tunda sebesar US$75 (tujuh puluh lima Dollar Amerika
Serikat) per kunjungan.
Terhadap kapal pengganti tidak berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a dan b, kecuali kapal dimaksud memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan c;
(4)
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2) dan (3) tidak berlaku bagi
kapal yang melayani angkutan Roll on-Roll off rute Batam-Singapura PP.
\
Pasal 76
Ketentuan tentang tata cara pelayanan kapal dan pelabuhan diatur lebih lanjut dalam
peraturan tentang standar operasional prosedur pelayanan pelabuhan.
BAB VI
PELAYANAN KAPAL ANGKUTAN LAUT PERINTIS
Pasal 77
(1)
(2)
Kapal angkutan laut perintis yang beroperasi tidak sesuai dengan trayeknya
dikenakan tarif pelayanan kapal niaga angkutan laut dalam negeri.
BAB VII
PELAYANAN KAPAL YACHT
Pasal 78
(1)
Terminal yang ditetapkan untuk kegiatan sandar kapal yacht dan sejenisnya di
Pelabuhan Batam adalah:
a.
b.
(2)
Kapal yacht dan sejenisnya yang berbendera asing yang berkunjung ke Batam
harus dilengkapi Clearance Approval for Indonesian Territory (CAIT) dan Sailing
Registration Booklet dari Pemerintah Indonesia yang masih berlaku serta Surat Izin
Berlayar (Port Clearance) dari pelabuhan keberangkatan terakhir;
(3)
Kapal yacht berbendera asing yang datang tanpa dilengkapi dokumen CAIT
/Booklet yang masih berlaku, diwajibkan mengurus CAIT dari instansi yang
berwenang;
(4)
Kapal yacht yang datang tidak mempunyai Surat Izin Berlayar (SPB/ Port
Clearance) dari pelabuhan keberangkatan terakhir diwajibkan menyelesaikan
sesuai ketentuan yang berlaku di bidang kesyahbandaran;
(5)
Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dipenuhi, kapal
yacht diberi batas waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari untuk berada di
pelabuhan Batam, serta tidak dibenarkan berlayar ke perairan Indonesia lainnya.
Pasal 79
(1)
Kapal yacht berbendera asing yang menyinggahi Pelabuhan Batam, dikenakan tarif
pelayanan kapal dalam mata uang Dollar Amerika Serikat (US$);
(2)
Kapal yacht berbendera Indonesia yang datang dari atau berangkat ke luar negeri
dikenakan tarif pelayanan kapal dalam mata uang Dollar Amerika Serikat (US$);
(3)
Kapal yacht berbendera Indonesia yang berlayar hanya di wilayah perairan dalam
negeri dikenakan tarif pelayanan kapal dalam mata uang Rupiah (IDR).
Pasal 80
(1)
Tarif pelayanan labuh dan pelayanan tambat bagi kapal yacht dan sejenisnya
digabung menjadi satu tarif yang disebut sebagai Call Rates (tarif kunjungan),
dengan besaran sebagaimana tercantum dalam Lampiran 10 Peraturan ini;
(2)
Pengenaan tarif pelayanan bagi kapal yacht sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
didasarkan pada masa tambat (hari).
BAB VIII
PELAYANAN AIR BERSIH
Pasal 81
Tata cara pelaksanaan pelayanan air bersih oleh pihak swasta ke kapal-kapal yang
melakukan pengambilan air di daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan
kepentingan Pelabuhan Batam adalah sebagai berikut:
a.
b.
Perusahaan swasta terlebih dahulu harus mendapatkan izin dari Kantor Pelabuhan
Laut sebelum melaksanakan pengiriman/pengisian air untuk kapal-kapal
sebagaimana dimaksud pada huruf a;
c.
Kantor Pelabuhan Laut tidak akan melayani pengisian air bersih di pelabuhan bagi
perusahaan/agen pelayaran maupun perusahaan swasta yang tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b;
d.
e.
f.
(1)
Tarif pelayanan air bersih untuk kapal dan usaha di pelabuhan, dikenakan dalam
mata uang Rupiah (IDR);
(2)
Pelayanan air bersih untuk kapal dan usaha di pelabuhan dikenakan sesuai tarif
yang berlaku dari perusahaan penyedia air bersih, ditambah biaya pelayanan 20%
(dua puluh persen).
BAB IX
LAIN-LAIN
Pasal 83
Pasal 1 huruf a sampai dengan huruf o, Pasal 2 sampai dengan Pasal 14, Pasal 36
sampai dengan Pasal 38, Pasal 43 dan Pasal 44 ayat (1), (2) dan (3) Keputusan
Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam Nomor
19/KPTS/KA/IV/2004 tentang Tarif Jasa Kepelabuhanan di Lingkungan Pelabuhan
Batam-Rempang-Galang (Barelang);
b.
Pasal 1 sampai dengan Pasal 7, Pasal 11, Pasal 12 sampai dengan Pasal 15
Keputusan Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam Nomor
20/KPTS/KA/IV/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Operasional Kepelabuhanan
di Lingkungan Pelabuhan Batam-Rempang-Galang (Barelang);
c.
d.
A. Gani Lasya
SALINAN
BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS
DAN PELABUHAN BEBAS BATAM
BATAM CENTRE, PULAU BATAM
KOTAK POS 151; TELEPON (0778) 462047, 462048; FAKSIMILE (0778) 462240, 462456
Mengingat
: a.
b.
: 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
Peraturan
Kepala
Badan
Pengusahaan
Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam Nomor 10
Tahun 2011 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Badan
Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas Batam;
24.
Menetapkan
2.
Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya
dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik
dan/atau turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan pelayaran, dan kegiatan penunjang pelabuhan serta
sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi;
3.
4.
5.
6.
7.
Terminal khusus yang selanjutnya disebut Tersus adalah terminal yang terletak di
luar Daerah Lingkungan kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan kepentingan (DLKp)
pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan terdekat untuk melayani
kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya;
8.
Terminal untuk kepentingan sendiri yang selanjutnya disebut TUKS adalah terminal
yang terletak dalam daerah lingkungan kerja (DLKr) dan daerah lingkungan
kepentingan (DLKp) pelabuhan yang merupakan bagian dari palabuhan untuk
melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya;
9.
Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun yang digerakkan
dengan tenaga mekanik, tenaga mesin atau ditunda, termasuk kendaraan air yang
berdaya dukung dinamis, kendaraan dibawah permukaan air, serta alat apung dan
bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah;
10. Kapal melakukan kegiatan niaga adalah kapal yang selama berkunjung di
pelabuhan melakukan kegiatan bongkar muat kargo berupa barang, penumpang
dan hewan, termasuk kapal pemerintah/Tentara Nasional Indonesia (TNI)/Kepolian
Negara Republik Indonesia (POLRI);
11. Kapal tidak melakukan kegiatan niaga adalah kapal yang selama berkunjung di
pelabuhan tidak melakukan kegiatan bongkar muat kargo berupa barang,
penumpang dan hewan, yaitu kapal dalam rangka kegiatan bunker, mengambil
perbekalan serta keperluan lain yang digunakan dalam melanjutkan perjalanannya,
menambah/mengganti anak buah kapal, mendapat pertolongan dokter, pertolongan
dalam kebakaran, tank cleaning serta pembasmian hama (fumigasi);
12. Kapal lay-up adalah kapal yang dilabuhkan di tempat yang ditetapkan sebagai area
lay-up sesuai peraturan perundang-undangan dan tidak dipergunakan dalam
kegiatan pengangkutan kargo/penumpang, dengan perlakuan ketentuan jumlah
awak kapal berdasarkan klasifikasi kegiatan lay-up nya (hot lay-up, semi cold
stacking, cold stacking) dan disampaikan sebagai kapal lay-up pada saat
kedatangan kepada syahbandar;
13. Terminaling adalah kapal yang bertindak sebagai terminal, dan berlabuh secara
tetap pada titik koordinat yang ditentukan;
14. Kapal Yacht dan sejenisnya adalah kapal yang dilengkapi secara khusus untuk
berekreasi/olah raga/melakukan perlombaan-perlombaan di laut, baik yang
digerakkan dengan pesawat pendorong, layar, ataupun dengan cara-cara lain;
15. Angkutan Laut Luar Negeri adalah kegiatan angkutan laut dari pelabuhan
Indonesia ke pelabuhan luar negeri atau sebaliknya, termasuk melanjutkan
kunjungan antar pelabuhan di wilayah perairan laut Indonesia yang
diselenggarakan oleh perusahaan angkutan laut;
16. Angkutan Laut Dalam Negeri adalah kegiatan angkutan laut antar pelabuhan yang
dilakukan di wilayah Perairan Laut Indonesia di luar ketentuan sebagaimana
dimaksud pada angka 14 Pasal ini, yang diselenggarakan oleh perusahaan
angkutan laut;
17. Angkutan Laut Perintis adalah kegiatan angkutan laut antar pelabuhan di wilayah
Indonesia yang dilakukan dengan trayek tetap dan teratur, untuk menghubungkan
daerah terpencil dan belum berkembang;
18. Pelayaran Rakyat adalah kegiatan angkutan laut antar pelabuhan di wilayah
Indonesia dengan menggunakan kapal layar atau kapal layar motor yang
berukuran sampai dengan 400 (empat ratus) GT dan kapal motor yang berukuran
sampai dengan 35 (tiga puluh lima) GT;
19. Kapal yang melakukan kegiatan tetap adalah kapal yang melakukan kegiatan
secara tetap dan tinggal tetap di dalam daerah lingkungan kerja dan daerah
lingkungan kepentingan pelabuhan;
20. Pemanduan adalah kegiatan pandu dalam membantu Nakhoda agar olah gerak
kapal dapat dilaksanakan dengan selamat, tertib dan lancar;
21. Penundaan adalah pekerjaan mendorong, mengawal, menjaga, menarik atau
mengandeng kapal yang berolah gerak, untuk bertambat ke atau untuk melepas
dari tambatan dermaga, breasting dolphin, pelampung dan kapal lainnya dengan
menggunakan kapal tunda;
22. Pengepilan adalah pekerjaan mengikat, melepas, menarik tali temali kapal yang
berolah gerak untuk bertambat ke atau untuk melepas dari dermaga, breasting
dolphin, pelampung dan kapal lainnya dengan menggunakan atau tidak
menggunakan motor kepil;
23. Kargo adalah semua jenis barang/hewan muatan kapal yang dibongkar/dimuat dari
dan ke kapal yang diangkut dari pelabuhan asal ke pelabuhan tujuan, dapat berupa
angkutan antar pulau atau impor/ekspor;
24. Kargo dalam kemasan adalah barang yang menggunakan kemasan petikemas
(container), atau menggunakan pallet dan unitisasi;
25. Kargo tidak dalam kemasan adalah barang selain sebagaimana dimaksud pada
angka 23 Pasal ini dalam bentuk urai, antara lain berupa break bulk, bag cargo,
barang curah kering, barang curah cair dan hewan;
26. Gudang adalah merupakan suatu tempat atau bangunan beratap yang
diperuntukan untuk menimbun, menyimpan dan mengerjakan barang dengan
tujuan agar barang tersebut terhindar dari kerusakan dan kehilangan yang
diakibatkan oleh manusia, hewan, serangga maupun karena cuaca;
27. Gudang transito adalah gudang lini I (satu) dimana barang yang dimasukan ke
dalam gudang tersebut telah siap untuk diteruskan ke tempat tujuan, baik untuk
diekspor maupun diteruskan ke tempat pemiliknya atau consignee dalam waktu
yang tidak lama/sementara;
28. Throughput Fee adalah pungutan yang dikenakan terhadap setiap barang curah
yang dibongkar/dimuat melalui pipa yang melintas pada lokasi terminal di dalam
daerah lingkungan kerja daratan dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan;
29. Roll On-Roll Off adalah moda dalam pengangkutan barang yang bisa
memuat/membongkar kargo masuk/keluar kapal dengan penggeraknya sendiri,
menggunakan kapal yang dilengkapi ramp door;
30. Gross Tonage, selanjutnya disebut GT, adalah perhitungan volume semua ruang
yang terletak dibawah geladak kapal ditambah dengan volume ruangan tertutup
yang terletak diatas geladak ditambah dengan isi ruangan beserta semua ruangan
tertutup yang terletak diatas geladak paling atas (superstructure), tonase kotor
dinyatakan dalam ton yaitu suatu unit volume sebesar 100 (seratus) kaki kubik
yang setara dengan 2,83 (dua koma delapan tiga) kubik meter;
31. Container Freight Station yang selanjutnya disebut CFS adalah kawasan yang
digunakan untuk menimbun petikemas LCL, melaksanakan stuffing/unstuffing, dan
untuk menimbun break-bulk cargo yang akan di-stuffing ke petikemas atau diunstuffing dari petikemas;
32. Less than Container Load yang selanjutnya disebut LCL adalah petikemas yang
berisi muatan dari beberapa shiper dan penerimanya terdiri dari beberapa
consignee;
33. Full Container Load yang selanjutnya disebut FCL adalah petikemas yang berisi
muatan satu shiper dan penerimanya satu consignee.
Pasal 2
(1)
(2)
(3)
(4)
Nilai tagihan pelayanan kepelabuhanan dalam mata uang rupiah per nota tagihan
minimal sebesar Rp50.000,- (lima puluh ribu rupiah);
(5)
Nilai tagihan pelayanan kepelabuhanan dalam mata uang dollar Amerika Serikat
per nota tagihan minimal sebesar US$5,00 (lima Dollar Amerika Serikat).
BAB II
PELAYANAN BONGKAR/MUAT BARANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 3
(1)
(2)
(3)
b.
c.
Copy Manifest;
d.
e.
Jumlah buruh yang dibutuhkan sesuai dengan waktu yang ditentukan (sesuai
produktifitas bongkar/muat);
f.
b.
(2)
Apabila kapal masih menunggu muatan balik, maka kapal diberikan tenggang
waktu paling lama 4 (empat) jam;
(3)
Apabila dalam waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kapal tidak siap, maka
kapal harus keluar untuk lego jangkar.
Pasal 6
(1)
(2)
(3)
(4)
Bagian Kedua
Perusahaan Bongkar/Muat (PBM) dan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL)
Pasal 7
(1)
(2)
(1)
(2)
PBM yang mengoperasikan Crane diwajibkan memakai alas kaki dengan ukuran
sebagai berikut:
Tebal
5 cm (lima sentimeter)
Lebar
Panjang
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
PBM harus menyediakan alat bantu pengaman bongkar/muat seperti jala-jala di lambung
kapal untuk kegiatan bongkar/muat barang jenis bag cargo (karung) seperti beras dan
semen non-pallet.
Pasal 12
Petugas pengawas bongkar/muat dari PBM dan wakilnya harus secara terus menerus
berada di daerah kerjanya untuk memantau kegiatan bongkar/muat dan berkoordinasi
dengan petugas Pelabuhan Laut bila terjadi hambatan.
Pasal 13
(1)
(2)
Parkir kendaraan kerja (truk dan trailler) harus pada tempat yang telah disediakan;
(2)
PBM/EMKL yang melaksanakan kerja bongkar muat atau pengangkutan barang tanpa
izin tertulis dikenakan sanksi berupa denda sebesar Rp. 250.000,- (dua ratus lima puluh
ribu rupiah) per alat bongkar/muat.
Pasal 18
PBM dan EMKL yang melakukan kegiatan landing menggunakan rampdoor tongkang di
dermaga tanpa izin dikenakan sanksi berupa denda sebesar Rp1.000.000,- (satu juta
rupiah).
BAB III
PELAYANAN DERMAGA
Pasal 19
Tarif pelayanan dermaga dikenakan bagi setiap barang yang dibongkar/dimuat dari atau
ke kapal/tongkang yang bertambat di tambatan maupun yang tidak bertambat yang
lokasi kegiatannya berada di dalam daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan
kepentingan pelabuhan.
Pasal 20
Barang yang dimuat/dibongkar melalui dermaga ke maupun dari kapal/tongkang di
terminal umum dikenakan tarif pelayanan dermaga sebesar tarif dasar.
Pasal 21
Barang yang dimuat melalui dermaga ke tongkang/kapal dan selanjutnya langsung ke
tongkang/kapal lain atau sebaliknya (rede transport) di terminal umum, dikenakan satu
kali tarif pelayanan dermaga sebesar tarif dasar.
Pasal 22
Barang yang dimuat melalui dermaga ke kapal/tongkang yang bersandar pada
kapal/tongkang lain yang sedang bertambat pada tambatan atau sebaliknya di terminal
umum, dikenakan tarif pelayanan dermaga sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) dari
tarif dasar.
Pasal 23
Barang dari tongkang yang dimuat ke kapal yang sedang bertambat pada tambatan
tanpa melalui dermaga atau sebaliknya, dikenakan tarif pelayanan dermaga sebesar
50% (lima puluh persen) dari tarif dasar.
Pasal 24
Barang yang dibongkar dan dimuat antar kapal atau antara kapal dengan alat apung
lainnya tanpa melalui dermaga didalam daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan
kepentingan perairan pelabuhan dipungut biaya alih muatan sebesar 25% (dua puluh
lima persen) per ton atau per m (meter kubik) dari tarif dasar dan dipungut dari kapal
yang dibongkar dan kapal yang memuat.
Pasal 25
Barang yang dimuat/dibongkar melalui dermaga ke maupun dari kapal/tongkang di
terminal khusus/terminal untuk kepentingan sendiri, dikenakan tarif pelayanan dermaga
sebagai berikut:
a.
untuk barang milik sendiri, yang digunakan dalam rangka menunjang industrinya,
serta dibuktikan dengan dokumen manifest, dibebaskan dari pelayanan dermaga;
b.
untuk barang milik pihak ketiga, dikenakan sebesar 50% (lima puluh persen) dari
tarif dasar.
Pasal 26
Tarif pelayanan dermaga untuk barang dalam petikemas yang berstatus LCL
dibebankan kepada masing-masing pengirim/penerima/pemilik barang sesuai dengan
ukuran dan jenis barangnya.
Pasal 27
Tarif pelayanan dermaga untuk petikemas yang berukuran kurang dari 20 (dua puluh
feet) dikenakan berdasarkan berat/volume barang dengan satuan ton atau m (meter
kubik).
Pasal 28
Tarif pelayanan dermaga untuk barang yang berada diatas truck dan atau chassis yang
diangkut dengan kapal Ro-Ro dikenakan terhadap barang tersebut termasuk
volume/berat alat angkutnya, kecuali alat angkut tersebut berfungsi sebagai alat
mekanik/peralatan kapal bersangkutan.
Pasal 29
Tarif pelayanan dermaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ditetapkan dalam
satuan unit yang berpedoman pada klasifikasi alat angkutnya berdasarkan kesepakatan
dengan pengguna layanan.
Pasal 30
Tarif pelayanan dermaga untuk barang tidak dalam kemasan (barang impor) antar pulau
dikenakan sebesar tarif dasar.
Pasal 31
Tarif pelayanan dermaga untuk petikemas overheight/overwidth/overlength, dikenakan
tambahan sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif dasar.
Pasal 32
(1)
(2)
Tarif pelayanan dermaga untuk barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dikenakan tambahan sebesar 50% (limapuluh persen) dari tarif dasar.
Pasal 33
b.
barang berbahaya yang tidak diberi tanda khusus (label) sebagaimana ketentuan
IMDG Code, dikenakan tambahan sebesar 200% (dua ratus persen) dari tarif
dasar.
Pasal 34
Tarif dasar pelayanan dermaga sebagaimana tercantum dalam Lampiran 2 Peraturan ini.
BAB IV
PELAYANAN CHASSIS DENGAN ROLL ON-ROLL OFF (RO-RO)
Pasal 35
Kegiatan bongkar petikemas diatas chassis (pemasukan chassis) dari luar negeri
dengan sistem Roll On-Roll Off yang diangkut kapal dilengkapi rampdoor, dikenakan
pelayanan chassis fee.
Pasal 36
Barang yang berada diatas truck dan/atau chassis yang diangkut dengan kapal Ro-Ro
dikenakan tarif pelayanan dermaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28.
Pasal 37
Tarif dasar pelayanan chassis fee dengan roll on - roll off adalah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 3 Peraturan ini.
BAB V
PELAYANAN PERGUDANGAN (WAREHOUSING)
Pasal 38
Pemakaian gudang dilakukan sesuai prosedur yang telah ditentukan dan berdasarkan
kepada tarif yang berlaku.
Pasal 39
(1)
(2)
Pekerjaan quay transfer operations sampai di gudang dari kegiatan bongkar muat
dilaksanakan oleh PBM atau EMKL;
(3)
(1)
(2)
41
Batas waktu pemakaian gudang transito adalah 10 (sepuluh) hari sejak dimasukkan
barang yang akan ditumpuk dalam gudang dan apabila penumpukan barang di gudang
lewat 10 (sepuluh) hari maka pihak gudang tidak bertanggung jawab terhadap
kehilangan/kerusakan dan barang tersebut akan dikeluarkan dari gudang dan dianggap
tidak ada pemilik.
Pasal 42
Tarif pelayanan penumpukan di gudang dikenakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a.
untuk barang yang dibongkar dari kapal, hari penumpukan dihitung mulai hari
pembongkaran pertama dari party barang yang bersangkutan sampai dengan
barang di keluarkan dari tempat penumpukan;
b.
untuk barang yang dimuat ke kapal, hari penumpukan dihitung mulai hari
penumpukan pertama dari party barang yang bersangkutan di tempat penumpukan
sampai dengan hari selesai pemuatan keseluruhan muatan kapal yang
bersangkutan.
Pasal 43
Tarif pelayanan pergudangan untuk barang yang dibongkar/muat dari kapal (impor dan
bongkar atau ekspor dan muat antar pulau) dikenakan dengan perhitungan sebagai
berikut:
a.
Hari I
b.
Hari II
Tarif pelayanan penumpukan untuk barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat
(1) dikenakan perhitungan sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif dasar.
Pasal 45
Tarif pelayanan penumpukan untuk barang berbahaya sebagaimana di atur dalam
International Maritime Dengerous Goods Code (IMDG Code) dikenakan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a.
b.
terhadap barang berbahaya yang tidak diberi tanda khusus (label) sebagaimana
ketentuan IMDG Code, dikenakan tambahan sebesar 200% (dua ratus persen) dari
tarif dasar;
c.
barang berbahaya disesuaikan dengan ketentuan IMDG Code untuk kelas I (satu)
dan IV (empat) tidak diperbolehkan ditumpuk di gudang/lapangan penumpukan.
BAB VI
PELAYANAN LAPANGAN PENUMPUKAN
Pasal 46
untuk barang yang dibongkar dari kapal, hari penumpukan dihitung mulai hari
pembongkaran pertama dari party barang yang bersangkutan sampai dengan
barang dikeluarkan dari tempat penumpukan;
b.
untuk barang yang dimuat ke kapal, hari penumpukan dihitung mulai hari
penumpukan pertama dari party barang yang bersangkutan di tempat penumpukan
sampai dengan hari selesai pemuatan keseluruhan muatan kapal yang
bersangkutan.
Pasal 47
Tarif pelayanan penumpukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46, dikenakan
dengan perhitungan sebagai berikut:
a.
b.
Untuk barang yang dibongkar dari kapal (impor dan bongkar antar pulau):
1.
Masa I
2.
Masa II
Untuk barang yang dimuat ke kapal (ekspor dan muat antar pulau):
1.
Masa I
2.
Masa II
b.
terhadap barang berbahaya yang tidak diberi tanda khusus (label) sebagaimana
ketentuan IMDG Code, dikenakan tambahan sebesar 200% (dua ratus persen) dari
tarif dasar;
c.
barang berbahaya sesuai ketentuan IMDG Code untuk kelas I dan VII tidak
diperbolehkan ditumpuk di gudang/lapangan penumpukan.
Pasal 49
b.
Pasal 51
Tarif pelayanan penumpukan untuk petikemas berstatus FCL ekspor/impor, petikemas
domestik (antar pulau) isi dan petikemas kosong, ditentukan sebagai berikut:
a.
Masa I
sampai dengan hari ke-5 dikenakan tarif penumpukan 1 (satu) hari dari
tarif dasar dan hari ke-6 sampai dengan hari ke-10 dihitung per hari
sebesar tarif dasar;
b.
Masa II
Hari ke-11 dan seterusnya dihitung per harinya sebesar 200% (dua
ratus persen) dari tarif dasar.
Pasal 52
Tarif pelayanan penumpukan untuk petikemas yang berukuran kurang dari 20 (duapuluh
feet) dikenakan berdasarkan berat/volume barang dengan satuan ton atau m (meter
kubik).
Pasal 53
Tarif dasar pelayanan penumpukan adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran 4
Peraturan ini.
BAB VII
PELAYANAN PETIKEMAS
Pasal 54
Tarif paket pelayanan bongkar/muat petikemas dengan status FCL sudah termasuk
pelayanan dermaga, dikenakan atas rangkaian kegiatan:
a.
b.
Tarif paket pelayanan bongkar/muat petikemas dengan status LCL tidak termasuk
pelayanan dermaga, dikenakan atas rangkaian kegiatan:
a.
b.
Pembongkaran atau pemuatan petikemas kosong dikenakan tarif 90% (sembilan puluh
persen) dari tarif FCL.
Pasal 57
Tarif petikemas ukuran diatas 40 (empatpuluh feet), dikenakan tambahan tarif sebesar
25% (dua puluh lima persen) dari tarif ukuran 40 (empat puluh feet).
Pasal 58
Petikemas yang tidak melengkapi status FCL atau LCL, ditetapkan sebagai status FCL
dan berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54.
Pasal 59
(1)
Perubahan status dari FCL menjadi LCL dikenakan tarif FCL ditambah selisih
antara tarif LCL dan tarif FCL, serta ditambah tarif gerakan ekstra;
(2)
Perubahan status dari LCL menjadi FCL dikenakan tarif LCL, apabila petikemas
yang dibongkar dari kapal telah ditempatkan di lapangan penumpukan petikemas
ditambah tarif gerakan ekstra;
(3)
Tarif perubahan status sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dibebankan
kepada pihak yang mengajukan perubahan.
Pasal 60
b.
berat kotor diatas 20 (dua puluh) ton sampai dengan 35 (tiga puluh lima) ton;
c.
Tarif uncontainerized cargo dengan berat kotor diatas 35 (tiga puluh lima) ton
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 huruf c, dikenakan tarif tersendiri yang
besarannya ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara Pengelola Terminal Petikemas
dengan pengguna layanan yang bersangkutan.
Pasal 62
Pelayanan petikemas alih kapal (transhipment) adalah kegiatan membongkar petikemas
alih kapal dari kapal
pengangkut pertama, disusun dan ditumpuk dilapangan
penumpukan dan mengapalkannya ke kapal pengangkut ke-2 (dua), dengan ketentuan
sebagai berikut:
a.
b.
Pasal 64
Kegiatan pelayanan petikemas alih kapal (transhipment) yang dibongkar dan dimuat di
Terminal Petikemas yang tidak sama, maka ketentuan pelayanan dan besaran tarifnya
diatur berdasarkan kesepakatan antar pengelola Terminal Petikemas.
Pasal 65
Tarif pelayanan shifting petikemas, dikenakan atas pekerjaan memindahkan petikemas
dari satu tempat ke tempat lain dalam petak kapal yang sama atau ke petak kapal yang
lain dalam kapal yang sama ke dermaga dan kemudian menempatkan kembali ke kapal
yang sama.
Pasal 66
Dalam hal terjadi shifting petikemas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65, tetapi
dilakukan dengan landing ke lapangan penumpukan petikemas, dikenakan tarif sebesar
125% (seratus dua puluh lima persen) dari tarif pelayanan shifting petikemas dengan
landing dan reshipping operation.
Pasal 67
Tarif pelayanan membuka dan menutup palka, dikenakan terhadap kegiatan membuka
dan menutup palka baik landing atau tanpa landing di dermaga.
Pasal 68
Petikemas yang dibongkar/dimuat dari maupun ke kapal petikemas, kapal konvensional,
tongkang dan jenis angkutan laut lainnya pada Terminal Petikemas, diberlakukan tarif
pelayanan bongkar muat petikemas sebagaimana tercantum dalam Lampiran 5
Peraturan ini.
Pasal 69
(1)
(2)
Tarif pelayanan gerakan ekstra petikemas, dikenakan untuk setiap gerakan petikemas
atas permintaan perusahaan angkutan laut atau pemilik barang dan menjadi beban yang
bersangkutan.
Pasal 71
Tarif pelayanan lift on/lift off petikemas, dikenakan atas pelayanan mengangkat
petikemas dengan kegiatan sebagai berikut:
a.
b.
c.
Pasal 72
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
b.
Perhitungan kelebihan barang yang berukuran kurang dari 1 (satu) ton atau m
(meter kubik), dibulatkan menjadi 1 (satu) ton atau m (meter kubik).
Pasal 74
Kepala Kantor Pelabuhan Laut dapat memberikan kebijakan pengenaan tarif pelayanan
penumpukan 1 (satu) hari untuk peti kemas ekspor di terminal petikemas yang ditumpuk
sampai dengan 10 (sepuluh) hari, dengan syarat bahwa lamanya petikemas ekspor
tersebut berada di lapangan penumpukan bukan karena kesalahan pemilik
barang/eksportir, berdasarkan pertimbangan:
a.
keterlambatan kedatangan kapal lebih 3 (tiga) hari dari SAL (Sailing Arrival List);
b.
keterlambatan menambatkan kapal di dermaga lebih dari 3 (tiga) hari sejak kapal
tiba di pelabuhan.
Pasal 75
Pasal 78
Besaran tarif pelayanan barang dalam Peraturan ini belum termasuk pajak-pajak yang
berlaku.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 79
Pada saat Peraturan ini mulai berlaku,
a.
Pasal 1 huruf p sampai dengan huruf v, Pasal 15 sampai dengan Pasal 32, Pasal
39 sampai dengan Pasal 42, dan Pasal 44 ayat (4) Keputusan Ketua Otorita
Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam Nomor 19/KPTS/KA/IV/2004 tentang
Tarif Jasa Kepelabuhanan di Lingkungan Pelabuhan Batam-Rempang-Galang
(Barelang);
b.
A. Gani Lasya
JENIS PELAYANAN
TARIF (IDR)
KETERANGAN
s/d 20 ton
200.000
Per jam
225.000
Per jam
250.000
Per jam
300.000
Per jam
350.000
Per jam
f.
400.000
Per jam
500.000
Per jam
s/d 2 ton
56.000
Per jam
80.000
Per jam
104.000
Per jam
200.000
Per jam
360.000
Per jam
80.000
Per jam
100.500
Per jam
80.000
Per jam
100.000
Per jam
200.000
Per jam
250.000
Per jam
300.000
Per jam
Forklift
a.
3.
Truck/truck trailer
B.
4.
125.000
Per jam
5.
Top loader
200.000
Per jam
6.
300.000
Per jam
s/d 20 ton
3.750
Per jam
8.750
Per jam
13.750
Per jam
25.000
Per jam
31.250
Per jam
f.
40.000
Per jam
s/d 2 ton
2.800
Per jam
4.000
Per jam
5.200
Per jam
10.000
Per jam
18.000
Per jam
2.
Forklift
a.
3.
Alat-alat lainnya
MUSTOFA WIDJAJA
Salinan sesuai dengan aslinya
Karo. Sekretariat dan Protokol,
A.Gani Lasya
JENIS PELAYANAN
TARIF (IDR)
KETERANGAN
10.000
Per m2/tahun
MUSTOFA WIDJAJA
Salinan sesuai dengan aslinya
Karo. Sekretariat dan Protokol,
A.Gani Lasya
JENIS PELAYANAN
NO
1
SATUAN
TARIF
(IDR)
KETERANGAN
Satu Muka
per m2/bulan
80.000
b.
Dua Muka
per m2/bulan
60.000
Kursi
per unit/bulan
8.000
Asbak
per unit/bulan
8.000
Tempat Sampah
per unit/bulan
8.000
Billboard
per m2/bulan
80.000
Spanduk
per unit/minggu
100.000 maks. 1 X 9 m2
Umbul-Umbul
per unit/minggu
25.000 maks. 1 X 6 m2
Baliho
per unit/minggu
25.000
Stiker
per m/bulan
10
Penempatan Booklet
per eksemplar
11
Penempatan Leaflet/brosur
per eksemplar
14
Neon Boks
per m2/bulan
25.000
15
Sign Ad (rambu-rambu)
per m2/bulan
25.000
16
17
Balon Udara
a.
Minimal 7 hari
b.
150.000
per lokasi
unit/hari
20.000
Per 7 hari
150.000
Per 7 hari
20.000
Per 7 hari
100.000
Per 7 hari
15.000
Promosi
a.
b.
Dengan Konter
-
Minimal 7 hari
Hari
ke
seterusnya
dan
Tanpa Konter
-
Minimal 7 hari
Hari
ke
seterusnya
dan
MUSTOFA WIDJAJA
Salinan sesuai dengan aslinya
Karo. Sekretariat dan Protokol,
A.Gani Lasya
JENIS PELAYANAN
per m2/bulan
160.000
a. Perbankan
per unit/bulan
160.000
b. Money Changer
per unit/bulan
60.000
c. Pertokoan
per m2/bulan
60.000
per m /bulan
60.000
Ruangan Perkantoran
Ruang Usaha
d. Restoran
SATUAN
per m /bulan
60.000
f. ATM
per m2/bulan
200.000
per bulan
300.000
Konter
a. Niaga
b. Penjemputan
per konter/jam
MUSTOFA WIDJAJA
Salinan sesuai dengan aslinya
Karo. Sekretariat dan Protokol,
A.Gani Lasya
TARIF (IDR)
KETERANGAN
Pelayanan Labuh
a.
Kapal Niaga
48
per GT/kunjungan
b.
24
per GT/kunjungan
ttd
MUSTOFA WIDJAJA
A. Gani Lasya
TARIF (US $)
KETERANGAN
Pelayanan Labuh
a.
Kapal Niaga
0.082
per GT/kunjungan
b.
0.082
per GT/kunjungan
ttd
MUSTOFA WIDJAJA
A. Gani Lasya
JENIS PELAYANAN
1.
Tarif Tetap
2.
Tarif Variabel
TARIF (IDR)
KETERANGAN
40.000
14
ttd
MUSTOFA WIDJAJA
A. Gani Lasya
JENIS PELAYANAN
TARIF (US $)
KETERANGAN
1.
Tarif Tetap
40.00
2.
Tarif Variabel
0.026
ttd
MUSTOFA WIDJAJA
A. Gani Lasya
NO
1.
JENIS PELAYANAN
TARIF
( IDR )
KETERANGAN
Tarif Tetap
Tarif Variabel
186.000
8
Tarif Tetap
Tarif Variabel
465.000
8
Tarif Tetap
Tarif Variabel
736.250
8
Tarif Tetap
Tarif Variabel
968.750
8
f.
Tarif Tetap
Tarif Variabel
1.550.000
8
Tarif Tetap
Tarif Variabel
1.550.000
8
1.550.000
Tarif Tetap
Tarif Variabel
2.
Tarif Tetap
Tarif Variabel
2.092.500
b.
470.000
675.000
970.000
1.265.000
1.670.000
405.000
605.000
735.000
1.125.000
1.490.000
MUSTOFA WIDJAJA
JENIS PELAYANAN
TARIF
(US $)
KETERANGAN
Tarif Tetap
Tarif Variabel
163.12
0.008
Tarif Tetap
Tarif Variabel
421.88
0.008
Tarif Tetap
Tarif Variabel
641.25
0.008
Tarif Tetap
Tarif Variabel
866.25
0.008
f.
Tarif Tetap
Tarif Variabel
1,372.50
0.008
Tarif Tetap
Tarif Variabel
1,372.50
0.008
Tarif Tetap
Tarif Variabel
1,462.50
0.005
Tarif Tetap
Tarif Variabel
1,912.50
0.005
2.
b.
94.00
135.00
194.00
253.00
334.00
81.00
121.00
147.00
225.00
298.00
ttd
MUSTOFA WIDJAJA
A. Gani Lasya
TARIF (IDR)
KETERANGAN
Pelayanan Tambat
a.
39
per GT/etmal
b.
20
per GT/etmal
ttd
MUSTOFA WIDJAJA
A. Gani Lasya
TARIF (US $)
KETERANGAN
Pelayanan Tambat
a.
0.088
per GT/etmal
b.
0.043
per GT/etmal
ttd
MUSTOFA WIDJAJA
A. Gani Lasya
NO
JENIS PELAYANAN
1.
DALAM NEGERI
(IDR)
LUAR NEGERI
(US $)
25.000
KETERANGAN
ttd
MUSTOFA WIDJAJA
A. Gani Lasya
DARI
BATU
AMPAR
BATU AMPAR
SEKUPANG
010 10 24 LU
1040 00 06
BT
TANJUNG
UNCANG
KABIL
2 X 7 NM
2 X 22 NM
2 X 12 NM
2 X 60
2 X 120
2 X 60
2 X 7 NM
01 07- 54 LU
1030 55 30 BT
2 X 28 NM
2 X 7 NM
2 X 60
2 X 15
2 X 120
2 X 60
2 X 33 NM
2 X 20
0
SEKUPANG
KETERANGAN
Penetapan waktu dari
dan keberangkatan
dihitung berdasarkan
jarak dan diambil waktu
tempuh rata-rata
KABIL
2 X 22 NM
2 X 28 NM
01 03 45 LU
1040 00 06 BT
2 X 120
2 X 120
2 X 20
2 X 180
0
TANJUNG
UNCANG
2 X 12 NM
2 X 7 NM
2 X 33 NM
01 03 05 LU
1030 55 31 BT
2 X 20
2 X 60
2 X 80
2 X 35
KEPALA BADAN PENGUSAHAAN
KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS
DAN PELABUHAN BEBAS BATAM;
A. Gani Lasya
MUSTOFA WIDJAJA
1.
Bahan makanan manusia: garam, terasi, ikan asin, udang kering dan sejenisnya,
cabai/lombok, bawang dan sejenisnya, merica/lada dan sejenisnya, minyak goreng
dan lemak.
2.
Bahan makanan ternak: gaplek, bungkil, dedak beras, dedak gandum, dan
sejenisnya.
3.
4.
Berasal dari tanaman: kopra, arang, tepung tapioka, ampas tebu dan sejenisnya.
5.
Barang berasal dari hewan atau tanaman yang membusuk dan harus dimusnahkan.
6.
7.
Barang galian: belerang, gypsum, batubara, batu kapur, batu pecah, pasir batu
pecah, pasir gelas/ silican, pasir besi, pasir dan batu kali.
8.
Bahan kimia, bukan barang berbahaya berbentuk tepung atau butiran dalam karung:
Alumunium potash, alumunium bicabonat, aluminium hydroxide activated carbon,
dosium, sulfat, sodium trifoly phosfate, sodium carboxy methyl cellulox (CMC).
Pupuk produksi industri kimia: pupuk, semen, dan sejenisnya.
9.
Produksi industri minyak bumi: aspal, gemuk, minyak pelumas dan sejenisnya.
10.
11.
12.
A. Gani Lasya
MUSTOFA WIDJAJA
JENIS PELAYANAN
KETERANGAN
2)
b.
2.
TARIF (IDR)
20
a)
Kosong
13.650
Per boks
b)
Isi
27.300
Per boks
a)
Kosong
20.475
Per boks
b)
Isi
40.950
Per boks
40
715
Per ton/m3
895
Per ton/m3
b.
715
Per ton/m3
c.
910
Per ekor
A. Gani Lasya
JENIS PELAYANAN
TARIF (US $)
KETERANGAN
1.
Ukuran 20 isi
12.00
per unit
2.
Ukuran 40 isi
24.00
per unit
3.
Petikemas kosong
per unit
A. Gani Lasya
NO
1.
Gudang
2.
3.
TARIF
(IDR)
JENIS PELAYANAN
a.
Barang umum/curah/pallet/unitisasi;
b.
KETERANGAN
950
550
5.500
per ekor/hari
Lapangan petikemas
a.
b.
Kosong
7.750
per box/hari
2)
Isi
16.500
per box/hari
3)
Overheight/overlength/overwidth
40.000
per box/hari
4)
40.000
per box/hari
Kosong
16.500
per box/hari
2)
Isi
34.000
per box/hari
3)
Overheight/overlength/overwidht
81.000
per box/hari
4)
81.000
per box/hari
ttd
MUSTOFA WIDJAJA
A. Gani Lasya
NO
1
JENIS PELAYANAN
TARIF (RP)
Ukuran 20
Ukuran 40
KETER
ANGAN
PETIKEMAS FCL
Termasuk uang dermaga
a.
Isi
384.300
576.000
Per boks
b.
Kosong
288.000
432.350
Per boks
627.300
936.000
Per boks
259.200
PETIKEMAS LCL
Tidak termasuk uang dermaga
PETIKEMAS TRANSHIPMENT
Tidak termasuk uang dermaga
SHIFTING PETIKEMAS
a.
146.700
b.
555.300
UNCONTAINERIZED CARGO
a.
994.950
994.950
1.481.400
Shifting
a)
b)
b.
91.000
c.
11.700
Berat Kotor
s/d 20 ton
6
+ 25%
+ 25%
Per boks
b.
+ 25%
+ 25%
Per boks
c.
Transhipment
+ 25%
+ 25%
Per boks
d.
7
8
10
11
Shifting
-
+ 25%
+ 25%
Per boks
+ 25%
+ 25%
Per boks
281.000
281.000
Per palka
DN
LN
3.000
b.
Curah Cair
3.360
c.
11.700
d.
11.700
GERAKAN EKSTRA
a.
214.950
b.
348.250
139.300
69.650
Petikemas isi
b.
Petikemas kosong
c.
10.550
Per ton
d.
10.550
Per ton
PEMBATALAN MUAT
a.
Petikemas isi
71.500
107.250
Per boks
b.
Petikemas kosong
35.750
53.950
Per boks
A. Gani Lasya
JENIS JASA
TARIF (IDR)
KETERANGAN
1.
Bongkar
1.750
per MT
2.
Muat
1.750
per MT
A. Gani Lasya
ton
b.
ton
c.
ton
d.
PUPUK
Pupuk alam, pupuk buatan dan lain sejenisnya;
ton
e.
ton
f.
ton
- Fuli, daun salam, daun sureh, rotan, daun siong, lombok kering.
m3
KACANG-KACANGAN
Kacang tanah, kacang ijo, kedelai, kacang merah, biji mete, kacang
beras, dan kacang sejenisnya.
MUATAN CURAH
ton
a.
ton
g.
2.
SATUAN
BARANG GALIAN
Biji timah, biji besi, biji nekel, granite, tanah liat, porselin, china clay,
dan lain sejenisnya, biji manga, batu kerikil, pasir, gelas, cilica, batu
bara dan pasir besi;
b.
CURAH CAIR
Gula tetes, minyak goreng, aspal dan sejenisnya;
ton
c.
CURAH KERING
ton
HASIL INDUSTRI
Semen.
ton
3.
ton
ton
- Tin plates, steel plates, ware in coils, iron sheepers, profile iron,
pails, bars iron, cast iron, woop iron, steel slabs,
strips iron/steel
c.
ton
- Concrete iron beams, landing mats metal, pipes & tubes, profile
electric poles & piles, rails, steels sheet (loseO, barted wire in coils
d.
ton
- Scrap iron
4.
5.
6.
9.
ton
8.
ton
7.
ton
ton
m3
Porselin
m3
ton
10.
11.
m3
m3
KAYU
Kayu gergajian, kayu papan, kayu bantalan, kayu berlapis, triplek, kayu
lapis, hati kayu (corestock), kayu gelondongan (log)
12.
13.
14.
15.
16.
ton
m3
ton
m3
HASIL PERIKANAN
- Ikan kering, udang kering, dan lain sejenisnya
m3
m3
FIBRE
- Kapuk, kapas/katun, wool, pulp, dan lain sejenisnya
ton
- Barang-barang lainnya
m3
17.
m3
ton
A. Gani Lasya