Oleh:
Kelompok 3
Kami jauh dari kesempurnaan dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran
yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi saya pada
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Fenomena globalisasi ini juga secara tidak langsung mendorong merebaknya konglomerasi
dan divisionalisasi/departementasi perusahaan. Dalam lingkungan perusahaan multinasional dan
konglomerasi serta divisionalisasi terjadi berbagai transaksi antar anggota (divisi) yang meliputi
penjualan barang dan jasa, lisensi hak dan harta tak berwujud lainnya, penyediaan pinjaman dan lain
sebagainya. Transaksitransaksi yang terjadi dalam lingkungan perusahaan seperti ini nantinya akan
menyulitkan dalam penentuan harga yang harus ditransfer. Penentuan harga atas berbgai transaksi
antar anggota atau divisi tersebut lazim disebut dengan transfer pricing.
Praktek transfer pricing ini dulunya hanya dilakukan oleh perusahaan sematamata hanya untuk
menilai kinerja antar anggota atau divisi perusahaan, tetapi seiring dengan perkembangan zaman
praktek transfer pricing sering juga dipakai untuk manajemen pajak yaitu sebuah usaha untuk
meminimalkan jumlah pajak yang harus di bayar.
1. 2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada hal-hal yang telah diuraikan dalam latar belakang di atas, maka rumusan
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah, sebagai berikut:
1. 3. Tujuan
Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dibuat diatas, maka tujuan penulisan makalah
ini adalah, sebagaiberikut:
PEMBAHASAN
2. 1. Cost Plus Method (CPM)
Metode biaya-plus (Cost Plus Method / CPM) adalah metode penentuan harga transfer yang
dilakukan dengan menambahkan tingkat laba kotor wajar yang diperoleh perusahaan yang sama dari
transaksi dengan pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa atau tingkat laba kotor wajar yang
diperoleh perusahaan lain dari transaksi sebanding dengan pihak yang tidak mempunyai hubungan
istimewa pada harga pokok penjualan yang telah sesuai dengan prinsip kewajaran dan kelaziman
usaha.
Kondisi yang tepat dalam menerapkan metode biaya plus atau cost plus method antara lain
adalah:
1. Barang setengah jadi dijual kepada pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
2. Terdapat kontrak/perjanjian penggunaan fasilitas bersama (joint facility agreement) atau
kontrak jual-beli jangka panjang (long term buy and supply agreement) antaa pihak-pihak
yang mempunyai hubungan istimewa.
3. Bentuk transaksi adalah penyediaan jasa.
Cost Plus Method atau CPM memfokuskan tested party (pihak yang di uji) pada pihak
pabrikasi dalam menentukan analisis transfer pricing. CPM dimulai dengan menilai cost yang terjadi
pada pemasok (supplier) sebagai perusahaan afiliasi dalam memproduksi produk. Setelah didapat
harga pokok pembuatan produk, kemudian ditambahkan unsur mark up terhadap harga pokok
tersebut. Contoh:
Dari penjualan PT Y terlihat bahwa persentase laba kotor dari biaya adalah sebesar 30
: 60 = 50 %. Dengan cost-plus method, dapat diketahui bahwa harga wajar penjualan PT A
ke PT B adalah: Rp500.000 + (50% x Rp500.000) = Rp750.000. Jadi, bisa dianggap bahwa
harga beli PT B lebih mahal dari yang seharusnya dan dapat dikoreksi biayanya oleh kantor
pajak.
Metode pembagian laba atau profit split method secara khusus hanya dapat diterapkan oleh
dalam kondisi sebagai berikut:
a. Transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubunngan istimewa sangat terkait satu
sama lain sehingga tidak dimungkinkan untuk dilakukan kajian secara terpisah; atau
b. Terdapat barang tidak berwujud yang unik antara pihak-pihak yang bertransaksi yang
menyebabkan kesulitan dalam menemukan data pembanding yang tepat.
Mekanisme perhitungan Profit Split Method (PSM) yang tidak memiliki hubungan istimewa
dibagi menjadi dua metode, yaitu:
Untuk Tahun Pajak 2010, PT STU sedang dilakukan pemeriksaan oleh KPP BPC. Setelah
dilakukan pencarian pembanding pada database komersial, diketahui bahwa tidak ditemukan
perusahaan pembanding. Untuk menerapkan Contribution Profit Split Method, digunakan
analisis fungsi sebagai media untuk memberi bobot pada fungsi-fungsi yang dilakukan kedua
belah pihak afiliasi yang saling bertransaksi.
Berikut adalah hasil pembobotan yang dilakukan terhadap fungsi kedua belah pihak afiliasi
yang saling bertransaksi (berdasarkan data dan Analisis fungsi kedua belah pihak).
STU
Fungsi Bobot PT STU
Corp.
Pemasaran 10 6 4
Transportasi 5 4 1
Intangible Property 10 10 0
Akuntansi 5 1 4
Penjualan 10 8 2
Daftar pelanggan 10 6 4
Logistik 5 3 2
Pergudangan 5 0 5
Warranty 5 3 2
Sales support 5 2 3
Training 5 5 0
Total 75 48 27
Profit Split 64.0% 36.0%
Koreksi positif atas net operating income diatribusikan kepada transaksi afiliasi yang terjadi
yaitu transaksi pembelian sehingga penyesuaian positif atas pembelian PT STU = USD
100,000.00 - USD 5,920.00 = USD 94,080.00
Peyesuaian atas laba bersih usaha BGS Corp. = USD 15,000.00 + USD 28,648.00
= USD 43,648.00
Koreksi positif atas net operating income diatribusikan kepada transaksi afiliasi yang terjadi
yaitu transaksi pembelian sehingga penyesuaian positif atas pembelian PT BGS = USD
56,352.00 - USD 40,000.00 = USD 16,352.00
BAB III
PENUTUP
3. 1. Kesimpulan
Transfer pricing sering juga disebut dengan intracompany pricing, intercorporate pricing,
interdivisional atau internal pricing yang merupakan harga yang diperhitungkan untuk keperluan
pengendalian manajemen atas transfer barang dan jasa antar anggota (grup perusahaan). Tujuan
transfer pricing adalah untuk mentransmisikan data keuangan di antara departemen-departemen atau
divisi-divisi perusahaan pada waktu mereka saling menggunakan barang dan jasa satu sama lain.
Selain tujuan tersebut, transfer pricing juga digunakan untuk mengevaluasi kinerja divisi dan
memotivasi manajer divisi penjual dan divisi pembeli menuju keputusan-keputusan yang serasi
dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan. Praktik transfer pricing sering digunakan oleh banyak
perusahaan sebagai alat untuk meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar. Adanya hubungan
istimewa merupakan kunci dari dilakukannya praktik transfer pricing dalam bidang perpajakan.
Hubungan istimewa juga ditandai dengan adanya hubungan keluarga baik sedarah dan semenda
dalam garis keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, A. M. (2015). Buku pintar transfer pricing untuk kepentingan pajak. Andi
Offset.
Pohan, C. A. (2019). Pedoman Lengkap Pajak Internasional Ed. Revisi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Setiawan, H. (2014). Transfer pricing dan risikonya terhadap penerimaan negara. Diakses
dari http://kemekeu. go. id.
Tampubolon, K., & Al Farizi, Z. (2018). Transfer Pricing & Cara Membuat TP Doc.
Deepublish.