Anda di halaman 1dari 48

BLOG MAHASISWA PGSD

Kamis, 17 November 2016

Dinamika Negara Kebangsaan Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya sehingga makalah ini
dapat kami susun dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa manusia menuju jalan kebenaran.

Kami menyadari bahwa makalah ini dalam penyusunan jauh dari sempurna, baik dari segi
penyusunan, bahasan, atau pun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun sebagai acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang
akan datang.

Semoga makalah ini memberikan informasi tentang Dinamika Negara Kebangsaan Indonesia.
Serta dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan peningkatan ilmu pengetahuan kepada pembaca.

Bangkinang, 9 September 2016


Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dinamika Indonesia sebagai suatu bangsa banyak membawa perubahan dalam berbagai aspek, yang
membawa perubahan yang sifatnya positif atau pun yang bersifat negatif. Karena pada hakikatnya
bahwa dinamika suatu bangsa itu pastilah terjadi karena zaman pun akan terus dan selalu berkembang,
sehingga setiap bangsa pastilah terpengaruh dan terbawa dalam perubahan zaman yang terjadi.

Namun jika kita melihat kondisi bangsa Indonesia saat ini, Indonesia dengan potensi baik sumber daya
alam dan sumber daya manusia yang begitu baik justru mengalami suatu kemunduran. Konflik-konflik
masih sering terjadi dan seperti menjadi agenda rutin bangsa Indonesia.

B. Rumusan Masalah

a. Jelaskan pengertian dinamika negara kebangsaan Indonesia?

b. Jelaskan sejarah dinamika negara kebangsaan Indonesia?

c. Sebutkan sembilan dinamika kehidupan Negara bangsa Indonesia pada masa sentralisasi,
khususnya pada masa orde baru?

C. Tujuan

Sebagai warga negara Indonesia yang baik sangat pentinglah bagi kita untuk mengetahui dan memahami
dinamika negara kebangsaan Indonesia. Untuk memberikan pemahaman itulah maka makalah ini kami
sajikan.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian dinamika kebangsaan indonesia

Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan
dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan. Dinamika juga berarti adanya interaksi dan
interdependensi antara masyarakat dengan masyarakat lain dalam sebuah negara secara keseluruhan.
Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada masyarakat, semangat kelompok masyarakat terus-
menerus ada dalam masyarakat itu, oleh karena itu masyarakat negara tersebut bersifat dinamis, artinya
setiap saat masyarakat yang bersangkutan dapat berubah.

B. Dinamika kebudayaan dan kebangsaan Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau yang begitu banyak, dan secara geografis
letak Indonesia berada dalam posisi yang strategis karena berada dalam jalur perdagangan dunia. Dan
di sadari atau tidak bahwa dengan masuknya para pedagang asing ke Indonesia pastilah mampu
membawa suatu perubahan di Indonesia.

Namun jika kita melihat kondisi bangsa Indonesia saat ini, Indonesia dengan potensi baik sumber daya
alam dan sumber daya manusia yang begitu baik justru mengalami suatu kemunduran. Konflik-konflik
masih sering terjadi dan seperti menjadi agenda rutin bangsa Indonesia dengan adanya gerakan
pemberontakan yang terjadi di berbagai daerah. Meskipun ini bukanlah hal yang baru bagi bangsa
Indonesia, kalau kita melihat pada zaman orde lama ada berbagai macam pemberontakan gerakan 30
september, di susul oleh DI/TII, GAM, RMS, dan lainnya.

C. Sembilan dinamika kehidupan negara bangsa Indonesia pada masa sentralisasi, khususnya pada
masa orde baru sebagai berikut:

1. Pembangunan ekonomi dalam artian pertumbuhan ekonomi berjalan baik. Pemerintah orde baru
berhasil memperbaiki situasi ekonomi dari keterpurukan pada akhir masa orde lama, ditandai oleh
pertumbuhan ekonomi yang pesat, menaiknya pendapatan perkapita penduduk dan menurunnya angka
kemiskinan secara berarti (Penjelasan lebih jauh, baca Booth 2000).

2. Walaupun pertumbuhan ekonomi tinggi dan angka kemiskinan menurun, pemerataan ekonomi
tidak terjadi. Hal yang terjadi adalah ketimpangan ekonomi yang besar. Terjadi ketimpangan ekonomi
antara perkotaan dengan perdesaan (Booth 2000, hal. 75-77), dan antara pulau jawa dengan luar pulau
jawa.

3. Ciri yang menonjol lain semasa sentralisasi utamanya semasa orde baru adalah terciptanya
keamanan yang kuat, ditandai oleh beberapa hal. Pertama, konflik-konflik agraria tidak banyak terjadi
dan apabila terjadi hanya dalam waktu yang tidak lama. Akibatnya, para investor perkebunan,
pertambangan aman dari gangguan penduduk tempatan. Kedua, konflik antara buruh dengan
perusahaan juga jarang terjadi, sehingga perusahaan aman dari gangguan buruh. Ketiga, konflik SARA
hampir tidak terjadi. Pada saat itu terkesan terjadi integrasi yang baik. Akan tetapi, benarlah kritikan
para ahli pada masa itu bahwa ketiadaan konflik yang berarti hanyalah integrasi semu. Terbukti ketika
negara lemah pada tahun 1998, konflik-konflik menjamur bak cendawan tumbuh setelah musim
penghujan. Ternyata keamanan yang tercipta pada zaman orde baru adalah situasi yang dipaksakan
dengan kekerasan yang dilakukan oleh tentara dan polisi, bukan atas kesepakatan bersama dan dengan
kesukarelaan.

4. Pada masa sentralisasi, perencanaan pembangunan terpusat di pemerintah pusat dengan kekuatan
yang lemah dari pemerintah kabupaten/kota dan provinsi terhadap kebijakan yang dibuat. Akibatnya,
muncul kebijakan pemerintah yang tidak responsif terhadap situasi lokalitas. Hal ini disebut oleh Schiler
(2002, hal. 4), seorang ahli politik lokal dari australia, sebagai ketidakpekaan yang tersentralisasi.
Formula-formula pembangunan semua mengalir dari pusat ke daerah-daerah. Tidak berarti pemerintah
daerah pasif, tetapi kreativitas aparatur pemerintah lokal hanya terbatas pada implementasi kebijakan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat (Lih. Schiller 1996 dan Hidayat 2000).

5. Pada masa sentralisasi, kontrol sosial oleh pemerintah lokal terhadap situasi lokal lemah. Kontrol
pada dasarnya berada ditangan instansi-instansi pemerintah pusat.

6. Di daerah terbuka hanya sedikit kesempatan bagi orang-orang awam untuk mengekspresikan
perasaan mereka tentang kesenjangan kelas, agama dan etnisitas. Hal ini disebabkan oleh penyampaian
aspirasi mereka diredam dengan kekerasan oleh pemerintah.

7. Terjadi pengikisan lokalitas secara terstruktur. Cara-cara pengelolaan kehidupan lokalitas tidak
diakui dan bahkan disingkirkan dengan strategi homogenisasi, upaya penyeragaman di seluruh daerah.
Penerapan Undang-undang Pemerintah Daerah No.5/1979 adalah salah satu contoh penyeragaman
tersebut. Diberlakukannya penyeragaman organisasi pegawai negari (KORPRI), Karang Taruna sebagai
organisasi pemuda, PKK sebagai organisasi perempuan dan P3A sebagai organisasi petani pengguna air
dengan struktur yang sama merupakan contoh-contoh lain dari penyeragaman tersebut.

8. Ciri lain era sentralisasi yaitu, lemahnya masyarakat sipil. Tidak ada perlawanan yang berarti dari
rakyat atas kebijakan dan perbuatan aparatur negara. Walaupun terjadi gejolak pada awal 1990an,
gejolak tersebut sebentar dan tidak menggoyahkan kekuasaan pemerintah. Sepertinya semua orang
tidak peduli terhadap pemerintah. Media menjadi penyalur informasi dari pemerintah dan organisasi
masyarakat sipil tidak berkembang. Walaupun berkembang pekerjaan mereka lebih terfokus kepada
pembangunan dan penyaluran bantuan (lih Eldrige 1999). Memakai istilah Schiller (2001), negara pada
saat itu menjadi penentu daya. Dalam situasi seperti ini, tercipta suasana yang sangat aman bagi
pemerintah.

9. Ciri yang lain adalah pekerjaan aparatur pemerintah berkualitas rendah. Pada masa itu muncul
sinyalemen bahwa pekerjaan aparatur pemerintnah ABS (Asal Bapak Senang) yang berarti pekerjaan
dilakukan untuk memuaskan atasan bukan rakyat sebagai orang yang dilayani. Semua orang hanya
berusaha untuk menyenangkan atasan dengan melakukan apapun termasuk apa yang disebut sebagai
“menjilat” untuk menyenangkan atasan mereka. Konsekeuensinya, kualitas pelayanan publik dan
pembangunan tidak menjadi pertimbangan utama aparatur pemerintah.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan
dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan. Dinamika juga berarti adanya interaksi dan
interdependensi antara masyarakat dengan masyarakat lain dalam sebuah negara secara keseluruhan.
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau yang begitu banyak, dan secara geografis
letak Indonesia berada dalam posisi yang strategis karena berada dalam jalur perdagangan dunia. Dan
di sadari atau tidak bahwa dengan masuknya para pedagang asing ke Indonesia pastilah mampu
membawa suatu perubahan di Indonesia.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini, kami sadar bahwa masih banyak kekurangan di dalamnya dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun kami harapkan kepada
pembaca agar ke depannya lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Majelis Diklitbang PP Muhammadiyah. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Lembaga


Penelitian&Pengembangan Pendidika UNY

MGMP PKN, Team. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Boyolalai:

CV Mustika Prima.

Adib. Mohammad. Dkk. 2014. Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan


RESUME

Dinamika negara kebangsaan Indonesia sebagai suatu bangsa yang banyak membawa perubahan
dalam berbagai aspek, baik perubahan yang positif maupun perubahan yang negatif. Indonesia
merupakan negara kepulauan yang jumlah pulaunya banyak dan secara geografis letak Indonesia berada
dalam jalur perdagangan dunia. Dengan masuknya para pedagang asing ke Indonesia pastilah mampu
membawa suatu perubahan di Indonesia.

Namun jika lihat kondisi Indonesia saat ini, Indonesia merupakan potensi sumber daya alam yang
terbaik dan sebaliknya Indonesia merupakan sumber daya manusia yang justru mengalami kemunduran
atau yang kurang baik.

TANGGAPAN

Indonesia merupakan salah satu negara yang letaknya dijalur perdagangan dunia, dengan letak
Indonesia yang berada dalam perdagangan dunia akan membawa Indonesia semakin maju, Namun
sebaliknya Indonesia mengalami kemunduran pada sumber daya manusia. Konflik-konflik pun terjadi
dimana-mana seakan menjadi agenda rutin setiap tahun bagi bangsa Indonesia, meskipun ini bukanlah
hal yang baru bagi bangsa Indonesia.

PERTANYAAN

Bagaimana cara pemerintah menghadapi konflik-konflik bangsa indonesia yang menjadi agenda rutin
setiap tahun bagi bangsa Indonesia?

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i

DAFTAR ISI........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah........................................................................................ 1

C. Tujuan.......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 2

A. Pengertian Dinamika Kebangsaan............................................................... 2

B. Dinamika Kebudayaan................................................................................ 2

C. Sembilan Dinamika Kehidupan Negara Bangsa Indonesia, Khususnya

Pada Masa Orde Baru.................................................................................. 3

BAB III PENUTUP................................................................................................ 6

A. Kesimpulan.................................................................................................. 6

B. Saran............................................................................................................ 6

DAFTAR PUSTAKA

Unknown di 17.14

Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

Lihat versi web

Diberdayakan oleh Blogger.

Sang Pembeda

Makalah DINAMIKA NEGARA KEBANGSAAN INDONESIA

sangpembedauniat sangpembedauniat

4 years ago

Advertisements
DINAMIKA NEGARA KEBANGSAAN INDONESIA

Makalah

Diajukan kepada Bapak Andi Juardi, M. A, M. H

Sebagai syarat penilaian mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Disusun Oleh :

AHSANUL FIKRI

ALDI TRI KURNIAWAN

NUR AZIZAH

NUR LAILA

JURUSAN TARBIYAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM ATTAHIRIYAH


JAKARTA

2014 M / 1435 H

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dinamika perkembangan kebangsaan dapat dibagi menjadi beberapa periode, sejak masa Prolamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sampai sekarang. Walaupun sebenarnya tonggak kebangsaan Indonesia
telah ada jauh sebelum proklamasi. Secara formal periode kebangsaan atau ketatanegaraan itu dapat
dirincikan sebagai berikut :

Periode berlakunya UUD 1945 (Agustus 1945-Desember1949)

Periode berlakunya Konstitusi RIS 1949 (27 Desember 1949-17 Agustus 1950)

Periode berlakunya UUD 1950 (17 Agustus 1950-5 Juli 1959)

Periode berlakunya kembali UUD 1945 (5 Juli 1959-sekarang). Pada periode ini pun menjadi beberapa
periode, yaitu :

Periode Orde Lama (5 Juli 1959-11 Maret 1966)

Periode Orda Baru (11 Maret 1966-21 Mei 1998)

Periode Reformasi (21 Mei 1998-sekarang)

Pembelajaran mengenai dinamika ketatanegaraan ini sangat penting, khususnya bagi mahasiswa dan
pemuda agar menumbuhkan semangat nasionalisme, kecintaan tanah air, membentuk kepribadian
bangsa pada dirinya sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa dan agama. Sehingga mahasiswa bisa ikut
serta berperan baik secara aktif atau pun tidak menjunjung tinggi cinta tanah air melalui dinamika yang
sudah sedemikian panjang dalam catatan sejarah Indonesia.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis akan mengemukakan beberapa rumusan
masalah dalam penulisan makalah dengan tujuan agar lebih sistematis dan terarah. Adapun rumusan
masalah sebagai berikut :

Apa saja yang sistem yang berlaku pada setiap periode?,

Bagaimana kondisi Indonesia setelah Prolamasi?,

Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai persyaratan mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
yang diharapkan kepada mahasiswa/i khususnya yang berada dalam ruang lingkup jurusan Tarbiyyah,
Fakultas Agama Islam, Universitas Islam Attahiriyyah Jakarta (UNIAT) mengetahui dengan pasti semua
hal yang berkaitan dengan dinamika kebangsaan Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949 (Masa Kemerdekaan)

Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 ternyata bangsa Indonesia masih menghadapi
kekuatan Sekutu yang berupaya menanam kembali kekuasaan Belanda di Indonesia, yaitu pemaksaan
untuk mengakui NICA (Nica Indies Civil Administration). selain itu Belanda secara licik
mempropagandakan dunia luar bahwa negara Proklamasi RI hadiah Fasis Jepang.[1]

Bentuk negara Republik Indonesia pada kurun waktu 18 Agustus 1945 sampai dengan 27 Desember
1949 adalah Negara Kesatuan.[2] Landasan yuridis negara kesatuan Indonesia antara lain sebagai
berikut :

Pembukaan UUD aline 4 yang berbunyi :

“ ….. melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia … “
Hal tersebut menunjukkan satu kesatuan bangsa Indonesia dan satu kesatuan wilayah Indonesia.

Pasal 1 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi :

“ Negara Republik Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk Republik.” Kata kesatuan dalam
pasal tersebut menunjukkan bentuk negara, sedangkan Republik menunjukkan pemerintahan. UUD
1945 tidak menganut teori pemisahan kekuasaan secara murni.

Seperti yang diajarkan Montesquieu dalam ajaran Trias Politika. UUD 1945 lebih cenderung menganut
prinsip Pembagian Kekuasaan (Distribution of Power). Dalam prinsip pembagian kekuasaan antara
lembaga yang satu dengan yang lainnya masih dimungkinkan adanya kerja sama menjalankan tugas-
tugasnya.

Menurut UUD 1945, seperti yang telah disebutkan di atas bahwa kekuasaan-kekuasaan dalam negara
dikelola oleh lima lembaga yaitu :

Legislatif, yang dilakukan oleh DPR.

Eksekutif, yang dijalankan oleh presiden.

Konsultatif, yang dijalankan oleh DPA[3].

Eksaminatif (mengevaluasi), kekuasaan inspektif (mengontrol, dan kekuasaan auditatif (memeriksa),


yang dijalankan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

Yudikatif, yang dijalankan oleh Mahkamah Agung.

Namun pembagian kekuasaan pada masa UUD 1945 kurun waktu 18 Agustus 1945 sampai dengan 27
Desember 1949 belum berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan belum terbentuknya
lembaga-lembaga negara seperti yang dikehendaki UUD 1945.

Seperti kita ketahui, pada kurun waktu itu Indonesia hanya ada presiden, wakil presiden, dan menteri-
menteri, serta KNIP[4]. Oleh karena itu, sejak tanggal 18 Agustus 1945 sampai 16 Oktober 1945 segala
kekuasaan (eksekutif, kegislatif, dan yudikatif) dijalankan oleh satu badan atau lembaga, yaitu presiden
dibantu oleh KNIP. Jadi dapat dikatakan belum ada pembagian kekuasaan. Kekuasaan presiden yang
demikian luas itu berdasarkan Pasal IV aturan peralihan UUD 1945.
Namun, setelah munculnya Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, terjadi pembagian
kekuasaan dalam dua badan, yaitu kekuasaan legislatif (MPR dan DPR) dijalankan oleh KNIP dan
kekuasaan-kekuasaan lainnya masih tetap dipegang oleh presiden sampai tanggal 14 November 1945.

Maklumat Pemerintah pada tanggal 3 Nopember 1945, tentang pembentukan partai politik yang
sebanyak-banyaknya oleh rakyat. Hal ini sebagai akibat anggapan pada saat itu bahwa salah satu ciri
demokrasi adalah multi partai. Maklumat tersebut juga sebagai upaya agar dunia Barat menilai bahwa
Negara Proklamasi sebagai negara Demokrasi.[5]

Dengan keluarnya Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945 yang intinya Maklumat ini
mengubah sistem Kabinet Presidensial menjadi Parlementer. Kekuasaan eksekutif yang semula
dijalankan oleh presiden beralih ke tangan perdana menteri sebagai konsekuensi dari dibentuknya
sistem pemerintahan parlementer berdasarkan asas demokrasi liberal.

Untuk melawan propaganda Belanda pada dunia Internasional, pemerintah Republik Indonesia
mengeluarkan 3 buah Maklumat seperti yang di atas tersebut.

Mengingat keadaan pada masa awal kemerdekaan negara kita masih berada masa peralihan hukum
pemerintahan, pelaksanaan ketatanegaraan seperti yang diamanatkan oleh UUD 1945 belum dapat
sepenuhnya dilaksanakan. Namun, penjelasan UUD 1945 telah mengantisipasi keadaaan itu. Menurut
Pasal IV Aturan Peralihan, bahwa sebelum MPR, DPR, dan DPA dibentuk menurut UUD 1945, segala
kekuasaan negara dijalankan oleh presiden dengan bantuan sebuah komite nasional.

Namun dalam perkembangannya KNIP yang dibentuk itu menurut kekuasaan legislatif kepada
pemerintah/presiden sehingga keluarlah Maklumat Wakil Presiden No. X, yang memberikan
kewenangan kepada KNIP untuk menjalankan kekuasaan legislatif (DPR/MPR).

Penyimpangan kekuasaan KNIP menjadi lembaga legislatif (parlemen) waktu itu dimungkinkan setelah
keluarnya Maklumat Pemerintah pada 14 November 1945, yang menyatakan bahwa prinsip
pertanggungjawaban menteri-menteri kepada KNIP secara resmi diakui. Akibatnya, dibentuklah kabinet
baru yang dipimpin oleh Sutan Syahrir sebagai Perdana Menterinya.

Periode Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) 1949.


Sebagai hasil darin Konferensi Meja Bundar (KMB) maka ditandatangani suatu persetujuan
(Mantelresolusi) oleh Ratu Belanda Yuliana dan Wakil Pemerintah RI di kota Den Haag pada tanggal 27
Desember 1949, maka berlaku pulalah secara otomatis anak-anak persetujuan hasil KMB lainnya dengan
Konstitusi RIS, antara lain :

Konstitusi RIS menentukan bentuk negara serikat (federalis) yaitu 16 negara bagian.

Konstitusi RIS menemukan sifat pemerintahan berdasarkan asas demokrasi liberal dimana menteri-
menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah kepada parlemen.

Mukadimah Konstitusi RIS telah menghapus sama sekali jiwa dan semangat maupun isi Pembukaan UUD
1945, Proklamasi Kemerdekaan sebagai naskah Proklamasi yang terinci.[6]

Menurut ketentuan pasal-pasal yang tercantum dalam Konstitusi RIS, sistem pemerintahan yang dianut
adalah sistem pemerintahan perlementer. Pada sistem ini, kabinet bertanggung jawab kepada parlemen
(Dewan Perwakilan Rakyat), dan apabila pertanggungjawaban itu tidak diterima oleh Dewan Perwakilan
Rakyat maka dapat menyebabkan bubarnya kabinet. Jadi kedudukan kabinet bergantung kepada DPR.

Sistem pemerintahan parlementer mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

Perdana menteri bersama para menteri baik secara bersama ataupun sendiri-sendiri bertanggung jawab
kepada parlemen.

Pembentukan kabinet didasarkan pada kekuatan-kekuatan yang ada dalam parlemen.

Para anggota kabinet mungkin seluruh atau sebagian mencerminkan kekuatan yang ada pada parlemen.

Kabinet dapat dijatuhkan setiap saat oleh parlemen dan sebaliknya kepala negara dengan saran perdana
menteri dapat membubarkan parlemen dan memerintahkan diadakannya pemilihan umum.

Lamanya masa jabatan kabinet tidak dapat ditemukan dengan pasti.

Kedudukan kepala negara tidak dapat diganggu gugat atau diminta pertanggungjawaban atas jalannya
pemerintahan.

Dengan demikian, yang membedakan sistem pemerintahan predensial dengan parlementer adalah
sebgai berikut :

Sistem pemerintahan presidensial yang menjadi kepala negara pasti seorang presiden, sedangkan dalam
pemerintahan parlementer yang menjadi kepala negara bisa presiden, raja atau kaisar.
Sistem pemerintahan parlementer, pemerintah bertanggung jawab dan berada di bawah pengawasan
parlemen, sedangkan dalam sistem pemerintahan presidensial pemerintah tidak bertanggung jawab
kepada parlemen / DPR.

Sejarah sistem pemerintahan parlementer di Indonesia telah dimulai sejak periode berlakunya Undang-
Undang Dasar 1945 yang pertama. Tepatnya sejak dikeluaran Maklumat Pemerintah tanggal 14
November 1945. Akibatnya, kekuasaan pemerintahan bergeser dari tangan presiden kepada menteri
atau menteri-menteri. Setiap undang-undang yang dikeluarkan harus terdapat tanda tangan menteri
(contra sign ministry). Dengan demikian, presiden tidak dapat di ganggu gugat. Oleh karena itu, yang
bertanggung jawab dalam penetapan suatu undang-undang adlah para menteri, baik sendiri-sendiri
maupun bersama-sama.

Berdasarkan ketentuan-ketentuan Konstitusi RIS 1949, dpat disimpulkan bahwa Konstitusi RIS 1949,
dipengaruhi oleh Montesquieu, namaun tidak menganut teori tersebut secara murni. Konstitusi RIS 1949
menganut Pembagian Kekuasaan sedangkan Mostesquieu menganjurkan Pemisahan Kekuasaan. Selain
itu, kekuasaan negara bukan hanya terbagi dalam tiga kekuasaan / lembaga, tetapi terbagi dalam 6
lembaga negara.

Berikut ini keenam lembaga negara sebagai alat-alat perlengkapan federal RIS, yaitu sebagai berikut :

Presiden,

Menteri-menteri,

Senat,

Dewan Perwakilan Rakyat,

Mahkamah Agung Indonesia, dan

Dewan Pengawas Keuangan.

Di antara badan-badan tersebut, terdapat hubungan yang bersifat kerja sama dan pengawasan.
Pembagian kekuasaan yang dimaksudkan itu adalah sebagai berikut :

Kekuasaan pembentukan perundang-undangan (legislatif) yang dijalankan oleh pemerintah bersama-


sama dengan DPR dan senat.
Kekuasaan melaksanakan perundang-undangan atau pemerintahan negara (eksekutif) yang dilakukan
oleh pemerintah.

Kekuasaan mengadili pelanggaran perundang-undangan (yudikatif) yang dilakukan oleh Mahkamah


Agung.

Menurut Konstitusi RIS 1949 bahwa kekuasaan pembentukan perundang-undangan federal dilakukan
oleh pemerintah secara bersama-sama dengan DPR dan senat terhadap undang-undang yang isinya
melibatkan beberapa negara/daerah bagian atau antara pemerintah federal dengan negara/daerah
bagian. Untuk undang-undang yang isinya di luar itu, cukup dilakuan oleh pemerintah bersama-sama
dengan DPR.

Oleh karena itu, agar suatu undang-undang mempunyai kekuatan mengikat maka harus disetujui oleh
DPR dan senat serta disahkan oleh pemerintah. Dalam pengesahan ini suatu undang-undang selain
ditanda tangani oleh presiden juga ditandatangani oleh menteri yang bertanggung jawab terhadap
materi undang-undang tersebut.

Dengan demikian pemerintah, Dewan Perwakilan Rakyat dan senat dalam melaksanakan kekuasaan
legislatif harus bekerja sama. Demikian pula pemerintah, dalam melaksanakan kekuasaan pemerintahan
harus benar-benar memperhatikan suara Dewan Perwakilan Rakyat. Jadi, dalam hal ini antara
pemerintah, DPR dan senat terdapat hubungan kerja sama.

Mahkamah Agung berfungsi sebagai penilai masalah penerapan atau pelanggaran hukum dan peradilan
tingkat kasasi[7]. Kedudukan Mahkamah Agung sebagai peradilan federasi tertinggi yang berwenang
melakukan pengawasan tertinggi atas perbuatan-perbuatan baik pengadilan federal maupun pengadilan
negara/daerah bagian. Di samping itu, Mahkamah Agung berhak memberi nasihat kepada presiden yang
berkenaan dengan pemberian hukuman yang telah dijatuhkan oleh pengadilan.

Konstitusi RIS yang bersifat liberal federalistik tidak sesuai dengan semangat Proklamasi Kemerdekaan
17 Agustus 1945, Pancasila dan Kepribadian Bangsa Indonesia. Oleh karena itu, mucullah berbagai reaksi
dan unjuk rasa dari negara-negara bagian menuntut pembubaran negara RIS dan kembali ke Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Atas desakan itu maka tanggal 8 Maret 1950, pemerintah federal
mengeluarkan Undang-Undang Darurat Nomor 11 Tahun 1950, yang isinya mengatur tata cara
perubahan susunan kenegaraan RIS. Dengan adanya undang-undang tersebut hampir semua negara
bagian RIS menggabungkan diri dengan Republik Indonesia yang berpusat di Yoyakarta. Akhirnya, negara
RIS hanya memiliki negara bagian, yaitu Negara bagian Republik Indonesia Proklamasi, Negara Indonesia
Timur dan Negara Sumatera Timur.
Keadaan itu mendorong negara RIS berunding dengan RI untuk membentuk negara kesatuan. Pada 19
Mei 1950, dicapai kesepakatan membentuk kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
dituangkan dalam sebuah piagam persetujuan. Disebutkan pula bahwa Negara Kesatuan itu akan
berdasarkan undang-undang dasar baru yang merupakan gabungan unsur-unsurUUD 1945 dengan
Konstitusi RIS yang menghasilkan UUDS 1950. Negara Kesatuan RI secara resmi berdiri pada tanggal 17
Agustus 1950 dan Ir. Soekarno terpilih sebagai Presiden dan Drs. Mohammad Hatta sebagai Wakil
Presiden. Sejak saat iyu pula pemerintah menjalankan pemerintahan dengan menggunakan UUDS 1950.

Periode UUDS 1950

Bentuk negara yang dianut Indonesia pada masa berlakunya bentuk UUDS 1950 adalah negara kesatuan.
Hal tersebut ditegaskan dalam pasal 1 ayat 1 Indonesia Indonesia merdeka dan berdaulat ialah negara
hukum yang demokratis dan berbentuk kesatuan.”

Bentuk negara kesatuan merupakan kehendak rayat Indonesia. Hal ini dikemukakan dalam UU No. 7
Thaun 1950. Selain itu, pada bagian Mukaddimah UUDS 1950 alinea 4 disebutkan : “Maka demi ini kami
menyusun kemerdekaan kami itu dalam suatu Piagam Negara yang berbentuk Republik Kesatuan …”

Sistem pemerintahan yang dianut oleh UUDS 1950 adalah sistem pemerintahan perlementer. Dengan
demikian, sistem pemerintahan yang digunakan pada masa Konstitusi RIS 1949 masih dipertahankan
oleh UUDS 1950 mengatur sistem pemerintahan parlementer, dapat dilihat pada ketentuan-ketentuan
berikut ini.

Dalam pasal 45 disebutkan “Presiden ialah Kepala Negara”. Karena presiden sebagai kepala negara, ia
tidak dapat diminta pertanggung jawaban atas pelaksanaan pemerintahan. Pernyataan pasal 45
tersebut kemudian dipertegas oleh pasal 83 ayat 1 dan 2 tang berbunyi :

Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat dianggu gugat;

Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah, baik bersama-sama untuk
seluruhnya, maupun masing-masing untuk bagiannya sendiri-sendiri.

Berdasarkan pasal tersebut, jelaslah bahwa yang bertanggung jawab bahwa yang bertanggung jawab
atas seluruh kebijaksanaan pemerintah adalah menteri-menteri. Menteri-menteri tersebut harus
bertanggung jawab atas kebijakannya kepada parlementer DPR.
Masa berlakunya UUDS 1950 diisi dengan jatuh bangunnya kabinet sehingga pemerintahan tidak stabil.
Hal tersebut disebabkan oleh hal-hal berikut.

Adanya sistem pemerintahan parlementer yang disertai sistem multi partai (banyak partai). berakibat
silih bergantinya kabinet yang rata-rata hanya berumur 6 atau 8 bulan. Hal ini berakibat tidak
mempunyai pemerintah untuk menyusun program serta tidak mampu menyalurkan dinamika
masyarakat ke arah pembangunan, bahkan menimbulkan pertentangan-pertengan, gangguan keamanan
serta penyelewengan dalam masyarakat.

Perjuangan partai-partai politik hanya untuk kepentingan partainya.

Pelaksanaan sistem demokrasi yang tidak sehat.

Secara ideologis Mukadimah Konstitusi Sementara 1950, tidak berhasil mendekati perumusan otentik
Pembukaan UUD 1945.[8]

Oleh karena itu, baik UUD RIS maupun UUDS 1950 menggunakan Pancasila sebagai dasar negara hanya
dalam ketentuan formal, sedangkan jiwa kekeluargaannya belum mampu dilaksanakan secara
operasional karena masih berorientasi pada pemerintah yang berasas demokrasi liberal.

Dektrit Presiden 5 Juli 1959

Keadaan negara yang semakin gawat dan tidak terkendali yang mengancam persatuan dan kesatuan
bangsa negara Indonesia. Karena pemilu tahun 1955 dalam kenyataannya tidak dapat memenuhi
harapan dan keinginan masyarakat bahkan mengakibatkan ketidakstabilan pada bidang politik, ekonomi,
sosial maupun pertahanan dan kemanan.

Badan Konstituate yang diserahi tugas membuat undang-undang dasar baru tetap tidak dapat
menjalankan tugasnya. Walau pun telah bersidang selama dua setengah tahun. Bahkan separuh anggota
sidang menyatakan tidak akan hadir dalam petemuan-pertemuan Konstituante. Hal ini disebabkan
Konstituate yang seharusnya bertugas untuk membuat UUD negara RI ternyata membahas kembali
dasar negara. Atas dasar itu, maka Presiden sebagai badan yang harus bertanggung jawab
mengeluarkan Dektrit atau pernyataan pada tanggal 5 Juli 1959, yang isinya :

Membubarkan Konstituate.

Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950.
Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu sesingkat-singkatnya.

Berdasakan Dektrit Presiden tersebut maka UUD 1945 berlaku kembali di Negara Kesatuan Republik
Indonesia hingga saat ini.

Dektrit adalah suatu putusan dari organ tertinggi (kepala negara atau organ lain) yang merupakan
penjelmaan kehendak yang sifatnya sepihak. Dektrik dilakuan bila mana negara dalam keadaan darurat,
keselamatan bangsa dan negara terancam oleh bahaya.

Periode Orde Lama (5 Juli 1959-11 Maret 1966)

Setelah Dektrik Presiden 5 Juli 1959 keadaan tata negara Indonesia sudah mulai berangsur-angsur stabil.
Dengan berlakunya kembali UUD 1945 dan berlaku demokrasi terpimpin. Istilah demokrasi terpimpin
pertama kali diperkenalkan Ir. Soekarno pada 10 November 1956, ketika sidang pertama konstituate
dibuka di Bandung. Sebelum Ir. Soekarno mengeluarkan Dektrit Presiden, pada 22 April 1959 Ir.
Soekarno menyampaikan amanat kepada konstituate untuk kembali ke UUD dan menegaskan pula
pokok-pokok Demokrasi Terpimin sebagai berikut :

Demokrasi Terpimpin bukanlah diklator, berlainan dengan Demokrasi Sentralisme dan berbeda pula
dengan Demokrasi Liberal yang dipraktikkan selama ini.

Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi yang cocok dengan kepribadian dan dasar hidup bangsa
Indonesia.

Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi di segala soal kenegaraan dan kemasyarakatan yang meliputi
bidang-bidang politik dan sosial.

Inti daripimpinan dalam Demokrasi Terpimpin adalah permusyawaratan yang “dipimpin oleh hikmat,
bukan oleh penyiasatan dan perdebatan yang diakhiri dengan pengaduan kekuatan dan perhitungan pro
dan kontra.”

Oposisi dalam arti meahirkan pendapat yang sehat dan yang membangun dihaluskan dalam alam
Demokrasi Terpimpin.

Demokrasi Terpimpin merupakan alat bukan tujuan.

Tujuan melaksanakan Demokrasi Terpimpin adalah mencapai sesuatu masyarakat yang adil dan
makmur, yang penuh dengan kebahagiaan materil dan spiritual, sesuai dengan cita-cita proklamasi 17
Agustus 1945.

Sebagai alat, mengenal kebebasan berpikir dan berbicara, tetapi dalam batas-batas tertentu.
Nampaknya keadaan yang demikian dimanfaatkan oleh kalangan komunis bahkan dalam pemerintahan
juga tidak luput dari bahaya tersebut yaitu dengan menanamkan ideologi bahwa ideologi belum selesai
dan bahkan ditekankan tidak akan selesai sebelum tercapainya masyarakat yang adil dan makmur. Maka
revolusi permanen merupakan suatu nilai ideologis tertinggi negara. Maka dengan keadaan yang
demikian, berlakulah hukum-hukum revolusi. Akibatnya terjadilah pemusatan di bidang hukum misalnya
:

Presiden dengan Penetapan Presiden membekukan DPR hasil Pemilu 1955, yang emudian disusul
dengan pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong yang anggota-anggotanya ditunjuk oleh
Presiden sendiri.

Dengan sebuah Penpres dibentuklah MPRS sesuai dengan perintah Dektrit bahkan pembentukan MPRS
harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya yaitu berdasarkan Penpres no. 2/1959.

Pembentukan Dewan Pertimbangan Agung oleh Presiden berdasarkan Penetapan Presiden No. 3 Tahun
1959.

Reorganisasi kabinet badan-badan negara tertinggi secara piramida di dalam tubuh kabinet, yaitu
dibentuknya Menko (Mentri Koordinator) dan Presiden dapat mengendalikan langsung secara sentral
dengan melewati Menko, hal itu dilakukan dalam reorganisasi ‘100 menteri’.

Puncak peristiwa yang dirancang oleh komunis yang dirancang oleh PKI. Meletusnya pemberontakan
Gestapu PKI atau dikenal G 30 S PKI pada tanggal 30 September 1965 untuk merebut kekuasaan yang
sah negara RI yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945 disertai dengan pembunuhan keji dari
jenderal yang tidak berdosa. Pemberontakan PKI tersebut berupaya untuk mengganti secara paksa
ideologi dan dasar filsafat egara Pancasila dengan ideologi Marxis.

Puncak dari peristiwa ini adalah jatuhnya legitimasi presiden Soekarno, dan semakin terpuruk dengan
dikeluarkannya surat perintah 11 Maret (Supersemar) yang hakikatnya merupakan perintah dan
presiden kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil segala tindakan dalam menjamin
keamanan dan ketentraman serta stabilitas jalannya pemerintahan.

Periode Orde Baru (11 Maret 1966-21 Mei 1998)

Tatanan masyarakat dan pemerintah setelah meletusnya pemberontakan G 30 S PKI dalam sejarah
Indonesia disebut sebagai Orde Baru, yaitu suatu tatanan masyarakat dan pemerintah yang menuntut
dilaksanakannya Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Munculnya Orde Baru diawali
dengan munculnya aksi-aksi dari seluruh masyarakat antara lain Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar
Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI) dan
lain sebagainya. Gelombang aksi rayat tersebut muncul dimana-mana dengan suatu tuntutan yang
terkenal dengan ‘Tritura’ atau Tiga Tuntutan Hati Nurani Rakyat sebagai perwujudan dari tuntutan rasa
keadilan dan kebenaran. Adapun isinya adalah sebagai berikut :

Pembubaran PKI dan ormas-ormasnya,

Pembersihan Kabinet dari unsur-unsur G 30 S PKI, dan

Penurunan harga.

Menindak lanjuti Surat Perintah 11 Maret 2966, maka dikuatkan pada sidang MPRS IV/1966 dengan Tap.
No. IX/MPRS/1966. Hal ini berarti semenjak itu Super Semar tidak lagi bersumberkan Hukum Tata
Negara Darurat akan tetapi bersuber pada kedaulatan rakyat. Pemerintah Orde Baru kemudian
melaksanaan Pemilu pada tahun 1973 dan terbentuknya MPR tahun 1973. Adapun misi yang harus
diemban berdasarkan Tap. No. X/MPR/1973 meliputi :

Melanjutkan pembangunan lima tahun dan menyusun serta melaksakan Rencana Lima Tahun II dalam
rangka GBHN.

Membina kehidupan masyarakat agar sesuai dengan demokrasi Pancasila.

Melaksanakan politik luar negeri yang bebas dan aktif dengan orientasi pada kepentingan nasional.

Sistem ketatanegaraan dan format politik pada era Orde Baru memiliki sisi yang menonjol yaitu :

Adanya konsep dwi fungsi ABRI,

Pengutamaan Golongan Karya,

Magnifikasi kekuasaan di tangan eksekutif,

Diteruskannya sistem pengangkatan dalam lembaga-lembaga perwakilan rakyat,

Kebijaksanaan depolitisasi khususnya masyarakat pedesaan melalui konsep massa mengambang,

Kontrol atas kehidupan pers.

Karena pada masa ini terjadi pemasungan hak-hak politik bagi warga negara, khususnya dalam hal
mengemukakan pendapat baik tertulis maupun lisan dan adanya ketimpangan politik, dimana setiap
pemilihan umum selalu Partai Golongan Karya yang menang dan setiap pemilihan presiden Soeharto
selalu dapat terpilih secara aklamasi. Krisis ekonomi menjadi alasan terkuat, menyebabkan demonstrasi,
terlebih setelah Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998 yang semakin menyorok kepemimpinan Soeharto.
Puncaknya pada tanggal 13-14 Mei 1998 kerusuhan dan aksi unjuk rasa dari berbagai kalangan agar
Soeharto turun. Akhirnya 20 Mei 1998 presidan Soekarno meletakkan jabatannya dan digantikan oleh
wakil presiden B. J Habibie.

Periode Reformasi (21 Mei 1998-sekarang)

Reformasi menghendaki adanya perubahan kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik secara
konstitusional dalam bidang ekonomi, sosial, politik, pendidikan, budaya dan bidang lainnya. Dengan
gerakan reformasi ini, yang dipelopori mahasiswa dengan tujuan memperbaharui tatanan kehidupan
masyarakat yang lebih baik sesuai dengan cita-cita bangsa dan Pancasila.[9]

Dengan di angkatnya B. J Habibie sebagai Presiden sebagai awal semula reformasi Indonesia, yang
kemudian sampai kini. Pengukuhan rezim demokrasi secara terbuka dimulai dengan dilaksankannya
Pemilu tahun 1999 dengan sistem multi partai. Dalam pemilu ini terpilih presiden dan wakil presiden
yakni Abdurrahman Wahid atau yang lebih populer dipanggil Gur Dur dengan Megawati Soekarno Putri
sebagai wakilnya.

Banyak perubahan yang dilakukan pada era reformasi ini salah satunya pada bidang politik bahwa
Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatannya selama masa lima tahun, dan sesudahnya bisa
dipilih kembali. Lalu menteri-menteri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dan Dewan Perwakilan
Rakyat memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang.

Berdasarkan mekanisme perubahan yang sangat menonjol pada era ini dapat diilustrasikan sebagai
berikut.

Sistem pemerintahan negara mempergunakan sistem presidensial murni.

Presiden dan/atau wakil presiden serta parlemen yang terdiri atas dua kamar dipilih langsung oleh
rakyat melalui pemilihan umum.

Di bidang politik, kedudukan presiden dan/atau wakil presiden serta parlemen sama-sama kuat. Artinya
antara kedua lembaga ini tidak bisa saling menjatuhkan.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Kurun waktu berlakunya UUD 1945 pertama yaitu periode 18 Agustus 1945-27 Desember 1949), yaitu :

Bentuk negara kesatuan,

Bentuk pemerintahan Republik, dan

Sistem pemerintahan kabinet presidensial.

Kurun waktu berlakunya Konstitusi RIS, periode 27 Desember 1949-17 Agustus 1950, yaitu :

Bentuk negara federasi atau serikat,

Bentuk pemerintah republik,

Sistem pemerintahan kabinet parlementer

Kurun waktu berlakunya UUDS 1950, periode17 Agustus 1950-5 Juli 1959), yaitu :

Bentuk negara kesatuan,

Bentuk negara republik,

Sistem pemerintahan kabinet parlementer.

Kurun waktu UUD kedua, periode 5 Juli 1959-sekarang, yaitu :

Orde Lama (5 Juli 1959-11 Maret 1966)

Orde Baru (11 Maret 1966-21 Mei 1998)

Reformasi (21 Mei 1998-sekarang)

Saran

Pada pembahasan ini tidak lepas dari histori. Sejarah tentunya selalu memiliki nuansa pelajaran dan
kesan tersendiri. Biar bagaimana pun buruknya sejarah bangsa kita yang sudah tercatat, harus ada nilai
positif yang bisa dijadikan motivasi agar tidak terulang kembali kesalahan yang dilakukan oleh orang-
orang sebelum kita. Saran kami buat pembaca yang budiman dari penjelasan di atas menenai Dinamika
Negara Kebangsaan Indonesia untuk membaca lebih banyak melaui referensi yang lebih lengkap dan
bisa menjadi warga negara yang cinta kepada tanah air.

DAFTAR PUSTAKA

Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua. Jakarta : Balai Pustaka, 1994.

Prof. Dr. Kaelan, M.S, Pendidikan Pancasila. Jogjakarta : Paradigma, 2010.

http://riahnee.blogspot.com/2012/05/sejarah-ketatanegaraan-indonesia.html Diakses pada 20 Maret


2014 pada jam 06.19

http://suwandi-sejarah.blogspot.com/2012/11/reformasi-indonesia_5278.html Diakses pada Sabtu, 22


Maret 2014 pada jam 08.38

[1] Prof. Dr. Kaelan, M.S, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Jogjakarta, 2010, hlm. 49

[2] http://riahnee.blogspot.com/2012/05/sejarah-ketatanegaraan-indonesia.html Diakses pada 20


Maret 2014 pada jam 06.19

[3] DPA adalah Dewan Pertimbangan Agung, merupakan bekas lembaga tinggi negara Indonesia
menurut UUD45 fungsinya memberi masukan atau pertimbangan kepada presiden.
[4]KNIP adalah Komite Nasional Indonesia Pusat. Merupakan badan pembantu presiden, yang
keanggotaannya terdiri dari berbagai golongan. Dilantik mulai seja tanggal 29 Agustus 1945 sampai
Februari 1950. Lihat http://id.m.wikipedia.org/wiki/Komite_Nasional_Indonesia_Pusat

[5] Prof. Dr. Kaelan, M. S, op.cit., hlm. 49

[6] Ibid., hlm. 50

[7] Kasasi adalah pembatalan atau pernyataan tidak sah oleh Mahamah Agung terhadap putusan hakim
karena keputusan itu menyalahi atau tidak sesuai benar dengan undang-undang. Lihat KBBI, Balai
Pustaka, Jakarta, 1994, hlm. 449

[8] Prof. Dr. Kaelan, M. S, op.cit., hlm. 51

[9] http://suwandi-sejarah.blogspot.com/2012/11/reformasi-indonesia_5278.html Diakses pada Sabtu,


22 Maret 2014 pada jam 08.38

Advertisements

Share this:

Related

MAKALAH PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH…

October 2, 2015

In "Pancasila"

ISIS

LOGO_UNIAT
October 18, 2015

In "AMDI"

Makalah Manusia dan Agama Mata Kuliah Pengantar Studi Islam

October 2, 2015

In "Pengantar Studi Islam"

Categories: Pendidikan Kewarganegaraan

Tags: DINAMIKA NEGARA KEBANGSAAN INDONESIA

Leave a Comment

Sang Pembeda

Back to top

Advertisements

BLOG INSPIRASI GURU SD

Senin, 17 Oktober 2016

DINAMIKA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I

PENDAHULUAN

Hasil gambar untuk gambar animasi dinamika negara republik indonesia

A. Latar Belakang masalah

Di zaman sekarang ini rasa nasionalisme yang dimilki oleh masyarakat mulai berkurang. Berkurangnya
rasa nasionalisme masyarakat salah satunya di sebabkan oleh Negara kita yang sudah merdeka dari
penjajahan, sehingga masysrakat tidak merasakan bagaimana usaha para pejuang untuk membela
Negara kita dan membentuk Negara ini sehingga menjadi seperti sekarang. Didalam makalah ini akan
diuraikan tentang dinamika kehidupan Bangsa Indonesia sejak Proklamasi hingga sekarang, yang melaui
banyak periode. Periode 17 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, periode 27 Desember 1949 sampai
17 Agustus 1950, periode 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959, periode 5 Juli 1959 sampai 11 Maret
1966 (Orde lama), periode 11 Maret 1966 sampai 21 Mei 1998 (Orde baru), periode 21 Mei 1998
sampai sekarang ini.

Dengan di jelaskannya dinamika kehhidupan Bangsa Indonesia sejak Proklamasi hingga sekarang,
diharapkan meningkatnya rasa nasionalisme yang dimilki oleh masyarakat khususnya generasi muda.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana Dinamika negara kebangsaan indonesia?

2. Bagaimana kondisi Negara RI sejak Proklamasi hingga dewasa ini?

3. Bagaimana dinamika kehidupan negara kebangsaan indonesia?

C. Tujuan Penulisan

Diharapkan dengan pembuatan makalah ini, kita kiranya dapat mengetahui bagaimana dinamika negara
kebangsaan indonesia dan bagaimana kondisi RI sejak Proklamasi hingga dewasa ini.

D. Manfaat Penulisan

Dalam makalah ini dapat digunakan sebagai bahan yang mendukung pengetahuan kita tentang
bagaiman dinamika negara kebangsaan indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Dinamika Negara RI sejak Proklamasi hingga dewasa ini

Dinamika kehidupan bangsa Indonesia didalamnya juga menyangkut penjelasan tentang bentuk Negara,
bentuk pemerintahan dan sistem pemerintahan Negara. Sembilan dinamika kehidupan negara-bangsa
Indonesia pada masa sentralisasi khususnya masa Orde Baru sebagai berikut.

Pertama, pembangunan ekonomi dalam artian pertumbuhan ekonomi berjalan baik.


Pemerintah Orde Baru berhasil memperbaiki situasi ekonomi dari keterpurukan pada akhir masa Orde
Lama, ditandai oleh pertumbuhan ekonomi yang pesat, menaiknya pendapatan perkapita penduduk dan
menurunnya angka kemiskinan secara berarti lebih jauh,

Kedua, walaupun pertumbuhan ekonomi tinggi dan angka kemiskinan menurun, pemerataan ekonomi
tidak terjadi. Hal yang terjadi adalah ketimpangan ekonomi yang besar. Terjadi ketimpangan ekonomi
antara perkotaan dengan perdesaan (Booth 2000, hal. 75-77), dan antara Pulau Jawa dengan luar Pulau
Jawa.

Ketiga, ciri yang menonjol lain semasa sentralisasi utamanya semasa Orde Baru adalah terciptanya
keamanan yang kuat, ditandai oleh beberapa hal. Pertama, konflik-konflik agraria tidak banyak terjadi
dan apabila terjadi hanya dalam waktu yang tidak lama. Akibatnya, para investor perkebunan,
pertambangan dan real estate aman dari gangguan penduduk tempatan. Kedua, konflik antara buruh
dengan perusahaan juga jarang terjadi, sehingga perusahaan aman dari gangguan buruh. Ketiga, konflik
SARA hampir tidak terjadi. Pada saat itu terkesan terjadi integrasi yang baik. Akan tetapi, benarlah
kritikan para ahli pada masa itu bahwa ketiadaan konflik yang berarti hanyalah integrasi semu.

Terbukti ketika negara lemah pada tahun 1998, konflik-konflik menjamur bak cendawan tumbuh setelah
musim penghujan. Ternyata keamanan yang tercipta pada zaman Orde Baru adalah situasi yang
dipaksakan dengan kekerasan yang dilakukan oleh tentara dan polisi, bukan atas kesepakatan bersama
dan dengan kesukarelaan.

Keempat, pada masa sentralisasi, perencanaan pembangunan terpusat di pemerintah pusat dengan
kekuatan tawar yang lemah dari pemerintah kabupaten/kota dan provinsi terhadap kebijakan yang
dibuat. Akibatnya, muncul kebijakan pemerintah yang tidak responsif terhadap situasi lokalitas. Hal ini
disebut oleh Schiler (2002, hal. 4), seorang ahli politik lokal dari Australia, sebagai ketidakpekaan yang
tersentralisasi. Formula-formula pembangunan semua mengalir dari pusat ke daerah-daerah. Tidak
berarti pemerintah daerah pasif, tetapi kreativitas aparatur pemerintah lokal hanya terbatas pada
implementasi kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat (Lih. Schiller 1996 dan Hidayat
2000).

Kelima, pada masa sentralisasi, kontrol sosial oleh pemerintah lokal terhadap situasi lokal lemah. Kontrol
pada dasarnya berada ditangan instansi-instansi pemerintah pusat.

Keenam, di daerah terbuka hanya sedikit kesempatan bagi orang-orang awam untuk mengekspresikan
perasaan mereka tentang kesenjangan kelas, agama dan etnisitas. Hal ini disebabkan oleh penyampaian
aspirasi mereka diredam dengan kekerasan oleh pemerintah.

Ketujuh, terjadi pengikisan lokalitas secara terstruktur. Cara-cara pengelolaan kehidupan ala lokalitas
tidak diakui dan bahkan disingkirkan dengan strategi homogenisasi, upaya penyeragaman di seluruh
daerah. Penerapan Undang-undang Pemerintah Daerah No.5/1979 adalah salah satu contoh
penyeragaman tersebut. Diberlakukannya penyeragaman organisasi pegawai negari (KORPRI), Karang
Taruna sebagai organisasi pemuda, PKK sebagai organisasi perempuan dan P3A sebagai organisasi
petani pengguna air dengan struktur yang sama merupakan contoh-contoh lain dari penyeragaman
tersebut.

Kedelapan, ciri lain era sentralisasi yaitu, lemahnya masyarakat sipil. Tidak ada perlawanan yang berarti
dari rayat atas kebijakan dan perbuatan aparatur negara. Walaupun terjadi gejolak pada awal 1990an,
gejolak tersebut sebentar dan tidak menggoyahkan kekuasaan pemerintah. Sepertinya semua orang
manut dan cuek terhadap pemerintah. Media menjadi penyalur informasi dari pemerintah dan
organisasi masyarakat sipil tidak berkembang. Kalaupun berkembang, pekerjaan mereka lebih terfokus
kepada pembangunan dan penyaluran bantuan (lih Eldrige 1999). Memakai istilah Schiller (2001),
negara pada saat itu menjadi penentu daya. Dalam situasi seperti ini, tercipta suasana yang sangat
mengenakkan bagi pemerintah. Berbuatlah apa yang kamu suka, kamu akan aman, karena masyarakat
akan diam.

Ke sembilan, ciri yang lain adalah pekerjaan aparatur pemerintah berkualitas rendah. Pada masa itu
muncul sinyalemen bahwa pekerjaan aparatur pemerintnah ABS (Asal Bapak Senang) yang berarti
pekerjaan dilakukan untuk memuaskan atasan bukan rakyat sebagai orang yang dilayani. Semua orang
hanya berusaha untuk menyenangkan atasan dengan melakukan apapun termasuk apa yang disebut
sebagai “menjilat” untuk menyenangkan atasan mereka. Konsekeuensinya, kualitas pelayanan publik
dan pembangunan tidak menjadi pertimbangan utama aparatur pemerintah.

B. Kondisi Negara RI sejak Proklamasi hingga dewasa ini

1. Dinamika Negara RI periode 17 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949.

a. Kedatangan tentara sekutu dan NICA

Setelah Proklamasi, RI masih sibuk menata kehidupan bernegara. Keputusan rapat PPKI tanggal 18
Agustus 1945 tentang pengesahan Pembukaan UUD serta pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.

b. Belanda membonceng pada tentara sekutu untuk berusaha menjajah Indonesia kembali.

1. Tentara sekutu menduduki kota besar di Indonesia.

2. Tentara belanda meneror penduduk dan memaksa penduduk untuk mengakui NICA.

3. Kekacauan dan gangguan keamanan, sehingga ibukota RI hijrah ke Yogyakarta.

c. Taktik RI enghadapi NICA

1. Dikeluarkannya Maklumat wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945.

2. Maklumat wakil Presiden tanggal 3 November 1945

3. Maklumat pemerintah 14 November 1945.d

d. Instabilitas keamanan
1. Ditandai dengan dibentuknya beberapa cabinet.

2. Agresi Belanda I 21 juli 1947. Belanda menghianati Linggarjati

3. Persetujuan Renville.

4. Pemberontakan PKI di madiun tangal 18 september 1948.

5. Agresi belanda II tanggal 18 desember 1948. Belanda menghianati Renville.

6. KMB (konfrensi meja bundar)

2. Dinamika Negara RI periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950.

a. Negara bagian tidak setuju dengan bentuk Negara federal karena tidak sesuai dengan cita – cita
perjuangan kemerdekaan. Kemudian Negara – Negara bagian tersebut mengabungkan diri dengan
Yogyakarta jadi RIS hanya berumur 8 bulan.

b. Persetujuan RI Proklamasi dengan RIS (19/05/1950).

c. Perubahan konstitusi RIS dengan menambah esensialia UUD 1945, antara lain Pasal 27,29, dan 33
menjadi UUDS 1950 berdasarkan atas UU No.7/1950 yang mulai berlaku 17/08/1950 (Yamin, 1958: 41).
Bentuk Negara federal berubah menjadi kesatua akan tetapi sistem pemerintahannya tetap parlementer
(demokrasi liberal). Dengan demikian UUD 1945 untuk sementara waktu menjadi kehilangan
fungsinya(Joeniarto, 1982:80).

3. Dinamika Negara RI periode 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959.

a. Diadakannya pemilihan umum tahun 1955 yang diikuti oleh 172 partai. Pemilu berjalan dengan
tertib, aman langsung, umum, bebas, dan rahasia tanpa kekerasan, dan politik uang.

b. Setelah pemilu diadakan, dibentuk badan konstituante yang dilantik pada tanggal 10 Nopember
1956 dengan tugas menetapkan UUD pengganti UUDS 1950.

c. Adanya pertentangan antara golongan Nasionalis, Islam, dan golongan komunis mengenai dasar
Negara di konstituante.

d. Akibat pertentangan - pertentangan tersebut terjadi Instabilitas politik, keamanan dan


pemerintahan. Instabilitas poltik dan pemerintahan terjadi akibat umur kabinet yang terlampau singkat
sehingga tidak dapat melaksanakan programnya dan bersumber dari banyaknya partai poltik, yang tidak
bersedia bekerja sama dengan kokoh dan konsisten.

e. Presiden pun memberi anjuran kepada konstituante pada 29 April 1959 untuk kembali pada UUD
1945.

4. Dinamika Negara RI periode 5 Juli 1959 sampai 11 Maret 1966 (Orde lama).
a. Ir. Soekarno selaku Presiden Republik Indonesia/Panglima Tertinggi Angkatan Perang
mengeluarkan dekrit, isi dari Dekrit Presiden 5 juli 1959, adalah sebagai berikut:

1. Membubarkan Konstituante.

2. Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945.

3. Menetapkan tidak berlakunya UUDS 1950.

4. Segera membentuk MPRS dan DPAS

Dekrit ini juga mendapat dukungan dari DPRGR secara aklamasi dalam sidangnya tanggal 22 April 1959.
Dengan adanya dekrit ini, maka UUD 1945 sudah bersifat tetap, karena isi Dekrit sebagaimana
disebutkan diatas tidak memuat aturan peralihan bahwa nantinya akan dibentuk UUD yang baru.
Dengan Penetapan Presiden No.1/1959, maka DPR yang ada supaya menjalankan tugasnya menurut
UUD 1945. Dan setelah MPRS terbentuk, maka dengan Tap MPRS No.1/MPRS/1960 ditetapkanlah
Manifesto Politik Republik Indonesia sebagai GBHN. Periode 1959 – 1960 ini disebut dengan Orde Lama
dengan Demokrasi Terpimpin.

b. Adapun gimnastik revolusioner PKI untuk menggalang kekuatan.

c. TRIKORA pada tanggal 19 Desember 1961. Berawal dari kenginan Belanda untuk mencengkram
Irian Barat dilakukan dengan usaha membentuk Negara Papua. Oleh karena itu lewat pidatonya di
Yogyakarta Presiden mengucapkan TRIKORA, yaitu: 1) Gagalkan Negara Papua. 2) Kibarkan bendera
merah putih di daerah Irian Barat. Dan 3)Bersiap – siaplah untuk mobilisasi umum. Dengan adanya
TRIKORA ini dan didesak oleh PBB, barulah Belanda mau mengadakan perjanjian,yang disebut sebagai
perjanjian New York tanggal 15 Agustus 1962. Belanda bersedai mengakhiri pemerintahannya di Irian
Barat, sementara pemerintahan dipegang oleh PBB dan akan diserahkan kepada Indonesia tanggal 1 Mei
1963, dan memberikan kesempatan kepada penduduk Irian barat untuk menentukan nasibnya
sendiri(plebisit). Rakyat Irian Barat tetap memilih bergabung dalam NKRI dengan demikian, baik secara
de jure maupun de facto seluruh wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke sudah menjadi satu
dalam NKRI.

d. Dwikora tanggal 3 mei 1964. Isi dwikora adalah perhebat pertahanan revolusi dan bantu
perjuangan revolusioner rakyat Malaya.

e. masih terjadi penyelewengan terhadap UUD 1945, yaitu:

1. Lembaga tinggi dan lembaga tertinggi Negara bersifat sementara .

2. Kekacauan pembagian kekuasaan diantara lembaga tinggi Negara (yudikatif,eksekutif, dan


legislatif),seperti ketua DPRGR menjadi menteri, ketua mahkamah agung menjadi menteri,dsb.

3. Tap MPRS tentang pemimpin besar revolusi

4. Tap MPRS tentang Presiden seumur hidup.


5. Adanya Penetapan Presiden(Penpres) dan peraturan Presiden (Perpres) yang bertentangan
dengan hierarki peraturan perundang - undangan, bahkan dikatakan bersumber dari hokum revolusi.

6. Terjadinya G.30.S.PKI(30/09/1965).

7. Gagasan demokrasi terpimpin sebagai reaksi terhadap Demokrasi Liberalyang menyebabkan


instabilitas politik dan pemerintahan, dalam praktiknya menjurus kearah kekuasaan yang otoriter
sehingga menyumbat saluran aspirasi dan ABS.

f. Lahirnya Supersemar (10/03/1966) dan lahirnya orde baru,demokrasinya disebut demokrasi


Pancasila. Kekacauan politik, keamanan dan ekonomi terjadi setelah G.30.S/PKI, dan kondisi Presiden
yang terganggu, maka terbitlah Surat Perintah Sebelas Maret 1966 dari Presiden kepada Letjen
Soeharto,Menteri Angkatan Darat. Adapun isi perintah itu adalah untuk atas nama Presiden/Panglima
Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi : (1) Mengambil segala tindakan yang dianggap perlu, untuk
terjaminnya keamanan dan ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintahan dan jalannya revolusi,
serta menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar
Revolusi/Mandataris MPRS demi untuk keutuhan Bangsa dan Negara Republik Indonesia, dan
melaksanakan dengan pasti segala ajaran Pemimpin Besar Revolusi; (2) Mengadaan koordinasi
pelaksanaan perintah dengan Panglima Angkatan lain dengan sebaik – baiknya; (3) Supaya melaporkan
segala sesuatu yang bersangkut – paut dalam tugas dan tanggungjawabnya seperti tersebut diatas.
Supersemar ini kemudian dikukuhkan dan ditingkatkan status hukumnya menjadi Tap MPRS RI
No.IX/MPRS/1966, tanggal 21 Juni 1966.

g. Kemudian dikeluarkan lagi Tap MPRS-RI No.XXXIII/MPRS/1967 tanggal 12 Maret 1967 tentang
pencabutan kekuasaan Pemerintah Negara dari Presiden Soekarno.

h. Setelah keluarnya Tap tadi kemudian dikeluarkan Tap MPRS-RI No.XLIV/1968 tentang
pengangkatan pengemban Tap MPRS No.IX/MPRS/1966 sebagai Presiden Republik Indonesia.

i. dalam keadaan sakit Bung Karno mengucapkan selamat kepada Presiden Soeharto.

5. Dinamika Negara RI periode 11 Maret 1966 sampai 21 Mei 1998 (Orde baru).

a. Tap MPRS No.XX/MPRS/1966 tentang memorandum DPR GR mengenai sumber tertib hukum RI dan
Tata Urutan Peraturan Perudangan RI.

b. Tap MPRS-RI No.XXV/MPRS/1966 tanggal 5 juli 1966 tentang pembubaran partai komunis Indonesia,
pernyataan sebagai organisasi terlarang diseluruh wilayah Negara Republik Indonesia bagi Partai
komunis Indonesia dan larangan setiap kegiatan untuk menyebar atau mengembangkan paham atau
ajaran Komunisme/Marxisme/Leninisme.

c. Instruksi Presiden No.12/1968 tentang Tata Urutan dan Perumusan Pancasila sesuai dengan
Pembukaan UUD 1945.

d. Pembentukan MPR, DPR, DPA, BPK, dan MA sesuai dengan UUD 1945.

f. Kedudukan dan Hubungan Tata Kerja Lembaga tinggi Negara (Tap MPR No.III/MPR/1978)

g. Pemilu 1971 diikuti oleh 10 partai politik, sedangkan pemilu 1977, 1982, 1992, 1997 diikuti oleh 3
partai politik.

h. Sidang dan Tap MPR 1973,1978,1983,1988,1993,1998.

I Tap MPR No. II/MPR/1978 tentang P4.

j. Pancasia sebagai satu satunya asas bagi organisasi sosial politik (Tap MPR No. II/MPR/1983)
beserta UU No.3/1985 dan UU No.08/1985.

k. Pembatasan penggunaan Pasal 3 dan 37 UUD 1945 melalui referendum (Tap MPR
No.IV/MPR/1983) dan UU No. 05/1985 sebagai upaya pelestarian Pancasila dan UUD 1945.

l. Stabilitas Politik dan Pemerintahan.

m. Krisis moneter, ekonomi dan politik serta tuntutan reformasi.

1. Krisis moneter menjelang akhir tahun 1997 telah menyulut krisis ekonomi dan lebih jauh
menimbulkan krisis legitimasi pemerintahan.

2. Terjadi demonstrasi yang dipelopori oleh mahasiswa tanpa dukungan dari TNI atau POLRI dan
menuntut Presiden lengser keprabon.

3. Akibat penembakan mahasiswa Trisakti, 12 Mei 1998 oleh aparat keamanan, kerusuhan makin
meluas, bukan hanya di Jakarta, tetapi didaerah lain. Sampai dengan 17 Mei 1998 telah jatuh banyak
korban tewas sebanyak 499 orang, di samping ribuan yang terluka dan lebih dari 4.000 gedung hancur
atau terbakar akibat kerusuhan. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai Mei kelabu.

4. Ribuan mahasiswa menduduki kompleks gedung MPR/DPR (18 Mei 1998) dan ketua MPR/DPR
Harmoko meminta Presiden Soeharto mundur.

5. Presiden Soeharto mengundurkan diri (21Mei 1998) dan menyerahkan kekuasaannya pada B.J.
Habibie

6. Orde Baru yang semula bertekad hendak melaksanakan Pancasila secara murni dan konsekuen,
dalam kenyataannya tergelincir pada sentralisme, otoriterisme dan KKN, sehingga akhirnya jatuh secara
tidak terhormat.
6. Dinamika Negara RI periode 21 Mei 1998 sampai sekarang ini.

a. B.J. Habibie membentuk Kabinet Reformasi Pembangunan (21/05/1998 – 20/10/1999).

b. Penolakan MPR terhadap pertanggungjawaban Presiden B.J. Habibie (Tap MPR No.III/MPR/1999
tanggal 19 Oktober 1999).

c. Diadakannya Pemilu tanggal 7 Juni 1999 yang diikuti oleh 48 partai politik dan berjalan dengan baik.

d. Presiden Abdurachman Wahid dan Wakil Presiden Megawati Soekarno Putri (20 Oktober 1999 sampai
23 Juli 2001). Kemudian Presiden Abdurachman Wahid diberhentikan karena konflik antara DPR dengan
Presiden.

e. Presiden Megawati Soekarno Putri dengan Wakil Presiden Hamzah Haz (23 Juli 2001 Sampai 20
Oktober 2004).

f. Amandemen pertama UUD 1945 pada 19 Oktober 1999, amandemen kedua UUD 1945 pada 18
Agustus 2000, amandemen ketiga UUD 1945 pada 9 November 2001 dan amandemen keempat UUD
1945 pada 10 Agustus 2002.

g. Pemilu 5 April 2004 diikuti oleh 24 partai politik.

h. Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden pada tanggal 20 Oktober 2004 dimenangkan oleh Susilo
Bambang Yudhoyono sebagai Presiden dan Yusuf Kalla sebagai Wakil Presiden.

i. Terjadi berbagai konflik baik di daerah maupun di lembaga tinggi.

j. Terjadi krisis moral dan krisis hukum.

k. Pemilu 2009 yang diikuti oleh 44 partai politik nasional dan 6 partai politik daerah Nangroe Aceh
Darussalam.

C. Dinamika Kehidupan Negara Kesatuan Indonesia

1. Konsep nkri menurut uud 1945

Perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengukuhkan keberadaan Indonesia sebagai
negara kesatuan dan menghilangkan keraguan terhadap pecahnya Negara Kesatuan Republik
Indonesia.Pasal-pasal dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah
memperkukuh prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tidak sedikit pun mengubah Negara
Kesatuan Republik Indonesia menjadi negara federal.

Pasal 1 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan naskah asli mengandung
prinsip bahwa ”Negara Indonesia ialah negara kesatuan,yang berbentuk Republik.”Pasal yang
dirumuskan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia tersebut merupakan tekad bangsa Indonesia
yang menjadi sumpah anak bangsa pada 1928 yang dikenal dengan Sumpah Pemuda,yaitu satu
nusa,satu bangsa,satu bahasa persatuan,satu tanah air yaitu Indonesia.Makna negara Indonesia juga
dapat dipandang dari segi kewilayahan. Pasal 25 A UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menentukan bahwa “Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri
nucsantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan oleh undang-undang”.Istilah
Nusantara dalam ketentuan tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
bentuk final negara bagi bangsa Indonesia.

Kesepakatan untuk tetap mempertahankan bentuk negara kesatuan didasari pertimbangan bahwa
negara kesatuan adalah bentuk yang ditetapkan sejak awal berdirinya negara Indonesia dan dipandang
paling tepat untuk mewadahi ide persatuan sebuah bangsa yang majemuk ditinjau dari berbagai latar
belakang (dasar pemikiran).UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945secara nyata mengandung
semangat agar Indonesia ini bersatu,baik yang tercantum dalam Pembukaan maupun dalam pasal-pasal
yang langsung menyebutkan tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam lima Pasal, yaitu: Pasal
1 ayat (1),Pasal 18 ayat (1),Pasal 18B ayat (2),Pasal 25A dan pasal 37 ayat (5) UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 serta rumusan pasal-pasal yang mengukuhkan Negara Kesatuan Republik
Indonesia,dan keberadaan lembaga-lembaga dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.Prinsip kesatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dipertegas dalam alinea
keempat Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu “…. dalam upaya membentuk
suatu Pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia”.

2. Keunggulan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Negara Indonesia memiliki berbagai keunggulan.Keunggulan-keunggulan tersebut menurut Dadang


Sundawa dalam tulisannya yang berjudul Kerangka Sosial Budaya Masyarakat Indonesia (2007:20 – 22)
diantaranya adalah:

Jumlah dan potensi penduduknya yang cukup besar, yaitu menempati urutan keempat di dunia setelah
RRC,India,dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk yang besar merupakan potensi yang tidak ternilai
harganya dalam upaya mengisi dan mempertahankan kemerdekaan, termasuk sebagai modal dasar
dalam melaksanakan pembanagunan dalam upaya menyejahterakan bangsa.

Memiliki keanekaragaman dalam berbagai aspek kehidupan sosial budaya,seperti adat


istiadat,bahasa,agama,kesenian,dan sebagainya. Perbedaan atau keanekaragaman tersebut tidak
menjadikan bangsa Indonesia bercerai-berai, namun justru merupakan potensi untuk mnengembangkan
dirinya menjadi bangsa yang besar.Hal ini juga didorong oleh adanya semangat persatuan dan kesatuan
sehingga sekalipun terdapat perbedaan, namun bukan perbedaan yang ditonjolkan tetapi justru
persamaannya.

Dalam pengembangan wilayah, kita mempunyai konsep Wawasan Nusantara sehingga sekalipun
terdapat berbagai keanekaragaman namun prinsipnya kita teteap satu pandangan, yaitu yang
memandang bangsa Indonesia merupakan satu kesatuan ideologi,politik,ekonomi, sosial budaya,dan
hankam.
Semangat sumpah pemuda yang selalu merasuki jiwa dan kalbu bangsa Indonesia. Dengan menunjukkan
bahwa kita sama-sama memahami satu wilayah negara dan tanah air yang sama,yaitu Indonesia; sama-
sama merasa berbangsa yang satu bangsa Indonesia, dan sama-sama menggunakan bahasa yang sama,
yaitu bahasa Indonesia serta memiliki sejarah yang sama,yaitu sejarah Indonesia.Dalam pergaulan yang
ditonjolkan adalah bangsa Indonesianya,bukan dari mana asal daerahnya.

Memiliki tata krama atau keramahtamahan,sejak dahulu bangsa Indonesia sangat terkenal akan
keramahan dan kesopanannya sehingga sangat menarik bangsa-bangsa lain di dunia untuk datang ke
Indonesia. Namun demikian, akhir-akhir inii ini kesopanan dan keramahan bangsa Indonesia agak
tercemar oleh ulah segelintir manusia yang tidak bertanggungjawab,terutama yang gemar membuat
kerusuhan, kerusakan dan perangai-perangai lain yang justru membuat bangsa lain takut datang ke
Indonesia.

Letak wilayahnya yang amat strategis, yaitu diposisi silang dunia sehingga membuat Negara Indonesia
menjadi wilayah yang amat ramai dan mudah untuk dikunjungi dan disinggahi oleh bangsa-bangsa lain.

Keindahan alam Indonesia tidak disangsikan lagi, seperti pantai-pantai di Bali (Pantai Kuta, Pantai Sanur
dan sebagainya),Sumatra (Danau Toba),Jawa Barat (Pantai Pangandaran,Pantai Carita,Gunung
Tangkuban Perahu). Keanekaragamann flora dan faunanya membuat bangsa Indonesia juga sering
dikunjungi oleh bangsa-bangsa lain.

3. Konsep Negara Federal Dalam Konteks NKRI

Bentuk pemerintahan adalah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk pada rangkaian institusi politik
serta digunakan untuk mengorganisasikan suatu Negara demi penegakan kekuasayannya atas suatu
komunitas politik. Federal adalah kata sifat (Adjektif) dari kata Federasi. Biasanya kata ini merujuk pada
pemerintahan pusat atau pemerintahan pada tingkat nasional. Federasi dari Bahasa Belanda, Federatie
berasal dari Bahasa latin foeduratio yang artinya perjanjian. Federasi pertama dari arti ini adalah
perjanjian dari pada kerajaan Romawi dengan suku bangsa. Jerman yang lalu menetap di Provinsi Belgia,
kira – kira pada abad ke – 4 Masehi. Kala itu, mereka berjanji untuk tidak memerangi sesama, tetapi
untuk bekerja sama saja. Dalam federasi atau Negara serikat (Bondstaat, Bundesstaat), dua atau lebih
kesatuan politik yang sudah atau belum berstatus Negara berjanji untuk bersatu dalam suatu ikatan
politik, ikatan dimana akan mewakili mereka seagai keseluruhan.

Federasi adalah Negara. Anggota – anggota sesuatu federasi tidak berdaulat dalam arti yang
sesungguhnya. Anggota – anggota federasi disebut Negara-bagian, yang di dalam Bahasa asing dapat
dinamakan deelstaat, state, canton atau linder. Dalam pengertian modern, sebuah federasi adalah
sebuah bentuk pemerintahan di mana beberapa Negara bagian bekerja sama dan membentuk Negara
kesatuan. Masing – masing Negara bagian memiliki beberapa otonomi khusus dan pemerintahan pusat
mengatur beberapa urusan yang dianggap nasional. Dalam sebuah federasi setiap Negara bagian
biasanya memiliki otonomi yang tinggi dan bisa mengatur pemerintahan dengan cukup bebas. Federasi
mungkin multietnik, atau melingkup wilayah yang luas dari sebuah wilayah, meskipun keduanya bukan
suatu keharusan. Federasi modern termasuk Australia, Brazil, Kanada, India, Rusia, dan Amerika Serikat.
Bentuk pemerintahan atau struktur konstitusional ditemukan dalam federasi dikenal sebagai
federalisme.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat penulis simpulkan bahwa bangsa Indonesia
mengalami banyakperistiwa dalam menjalani kehidupan bernegara. Setelah Proklamasi Indonesia masih
sibuk menata kehidupan bernegara, termasuk melengkapi lembaga-lembaga dan badan penyelenggara
Negara. Namun pemerintah menghadapi banyak masalah, Belanda ingin kembali menguasai Indonesia,
Kekacauan dan gangguan keamanan yang menyebabkan ibu kota hijrah ke Yogyakarta.

Untuk menghadapi propaganda dan gangguan, maka pemerintah mengambil kebijakan untuk
menghadapi NICA. Berdirinya RIS yang hanya seumur jagung. Untuk menata kehidupan Negara, maka
diadakan pemilu pada tahun 1955. Demi keutuhan dan persatuan bangsa , maka dikeluarkannya dekrit
Presiden tanggal 5 Juli 1959 yang menetapkan pembubaran konsituante.

Stabilitas politik dan pemerintah cukup lama dapt dipertahankan oleh pemerintah Orde Baru. Dengan
adanya krisis moneter terjadi demonstrasi yang nidpelopori oleh mahasiswa. Akhirnya Presiden Suharto
mundur dan mulailah periode reformasi yang dipimpin oleh B.J. Habibie. Pertanggungjawaban B.J.
Habibie ditolak oleh MPR dan dilanjutkan oleh Abdul Rahman Wahid dengan wakil Megawati Soekarno
Putri. Sayang Abdul Rahman Wahid konflik dengan DPR, sehingga ia diganti oleh Megawati Soekarno
Putri dengan Hamzah Haz sebagai wakil. Pada 5 April 2004 pemilu untuk legislatif dan dilanjutkan
pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung yang dimenangkan oleh Susilo Bambang
Yudhoyono dan Yusuf Kalla. Keadan Negara belum stabil karena gangguan dari dalam maupun luar
negri. Pada 9 April 2009 diadakan pemilu untuk legislative dan dilanjutkan pemilihan Presiden dan Wakil
Presiden.

B. Saran-saran

Dengan membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami isi dari makalah ini tentang
dinamika kehidupan bangsa Indonesia sejak Proklamasi hingga sekarang. Dengan memahami dinamika
kehidupan bangsa diharapkan meningkatnya rasa nasionalisme pembaca.
RESUME MAKALAH

A. Dinamika Negara RI sejak Proklamasi hingga dewasa ini

Dinamika kehidupan bangsa Indonesia didalamnya juga menyangkut penjelasan tentang bentuk Negara,
bentuk pemerintahan dan sistem pemerintahan Negara. Sembilan dinamika kehidupan negara-bangsa
Indonesia pada masa sentralisasi khususnya masa Orde Baru sebagai berikut. Pertama, pembangunan
ekonomi dalam artian pertumbuhan ekonomi berjalan baik.

Pertama, pembangunan ekonomi dalam artian pertumbuhan ekonomi berjalan baik.

Kedua, walaupun pertumbuhan ekonomi tinggi dan angka kemiskinan menurun, pemerataan ekonomi
tidak terjadi.

Ketiga, ciri yang menonjol lain semasa sentralisasi utamanya semasa Orde Baru adalah terciptanya
keamanan yang kuat.

Keempat, pada masa sentralisasi, perencanaan pembangunan terpusat di pemerintah pusat dengan
kekuatan tawar yang lemah dari pemerintah kabupaten/kota dan provinsi terhadap kebijakan yang
dibuat. Akibatnya, muncul kebijakan pemerintah yang tidak responsif terhadap situasi lokalitas.

Kelima, pada masa sentralisasi, kontrol sosial oleh pemerintah lokal terhadap situasi lokal lemah.
Kontrol pada dasarnya berada ditangan instansi-instansi pemerintah pusat.

Keenam, di daerah terbuka hanya sedikit kesempatan bagi orang-orang awam untuk mengekspresikan
perasaan mereka tentang kesenjangan kelas, agama dan etnisitas. Hal ini disebabkan oleh penyampaian
aspirasi mereka diredam dengan kekerasan oleh pemerintah.

Ketujuh, terjadi pengikisan lokalitas secara terstruktur. Cara-cara pengelolaan kehidupan ala lokalitas
tidak diakui dan bahkan disingkirkan dengan strategi homogenisasi, upaya penyeragaman di seluruh
daerah.

Kedelapan, ciri lain era sentralisasi yaitu, lemahnya masyarakat sipil. Tidak ada perlawanan yang berarti
dari rayat atas kebijakan dan perbuatan aparatur Negara.

Ke sembilan, ciri yang lain adalah pekerjaan aparatur pemerintah berkualitas rendah. Pada masa itu
muncul sinyalemen bahwa pekerjaan aparatur pemerintnah ABS (Asal Bapak Senang) yang berarti
pekerjaan dilakukan untuk memuaskan atasan bukan rakyat sebagai orang yang dilayani.

B. Kondisi Negara RI sejak Proklamasi hingga dewasa ini

1. Dinamika Negara RI periode 17 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949.

2. Dinamika Negara RI periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950.

3. Dinamika Negara RI periode 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959.

4. Dinamika Negara RI periode 5 Juli 1959 sampai 11 Maret 1966 (Orde lama).

5. Dinamika Negara RI periode 11 Maret 1966 sampai 21 Mei 1998 (Orde baru).

6. Dinamika Negara RI periode 21 Mei 1998 sampai sekarang ini.


C. Dinamika Kehidupan Negara Kesatuan Indonesia

1. Konsep nkri menurut uud 1945

Pasal 1 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan naskah asli mengandung
prinsip bahwa ”Negara Indonesia ialah negara kesatuan,yang berbentuk Republik.”Pasal yang
dirumuskan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia tersebut merupakan tekad bangsa Indonesia
yang menjadi sumpah anak bangsa pada 1928 yang dikenal dengan Sumpah Pemuda,yaitu satu
nusa,satu bangsa,satu bahasa persatuan,satu tanah air yaitu Indonesia.Makna negara Indonesia juga
dapat dipandang dari segi kewilayahan. Pasal 25 A UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menentukan bahwa “Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri
nucsantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan oleh undang-undang”.Istilah
Nusantara dalam ketentuan tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
bentuk final negara bagi bangsa Indonesia.

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945secara nyata mengandung semangat agar Indonesia ini
bersatu,baik yang tercantum dalam Pembukaan maupun dalam pasal-pasal yang langsung menyebutkan
tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam lima Pasal, yaitu: Pasal 1 ayat (1),Pasal 18 ayat
(1),Pasal 18B ayat (2),Pasal 25A dan pasal 37 ayat (5) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta
rumusan pasal-pasal yang mengukuhkan Negara Kesatuan Republik Indonesia,dan keberadaan lembaga-
lembaga dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Keunggulan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Dalam pengembangan wilayah, kita mempunyai konsep Wawasan Nusantara sehingga sekalipun
terdapat berbagai keanekaragaman namun prinsipnya kita teteap satu pandangan, yaitu yang
memandang bangsa Indonesia merupakan satu kesatuan ideologi,politik,ekonomi, sosial budaya,dan
hankam.

Semangat sumpah pemuda yang selalu merasuki jiwa dan kalbu bangsa Indonesia. Dengan menunjukkan
bahwa kita sama-sama memahami satu wilayah negara dan tanah air yang sama,yaitu Indonesia; sama-
sama merasa berbangsa yang satu bangsa Indonesia, dan sama-sama menggunakan bahasa yang sama,
yaitu bahasa Indonesia serta memiliki sejarah yang sama,yaitu sejarah Indonesia.Dalam pergaulan yang
ditonjolkan adalah bangsa Indonesianya,bukan dari mana asal daerahnya.

Keindahan alam Indonesia tidak disangsikan lagi, seperti pantai-pantai di Bali (Pantai Kuta, Pantai Sanur
dan sebagainya),Sumatra (Danau Toba),Jawa Barat (Pantai Pangandaran,Pantai Carita,Gunung
Tangkuban Perahu). Keanekaragamann flora dan faunanya membuat bangsa Indonesia juga sering
dikunjungi oleh bangsa-bangsa lain.

3. Konsep Negara Federal Dalam Konteks NKRI

Federasi dari Bahasa Belanda, Federatie berasal dari Bahasa latin foeduratio yang artinya perjanjian.
Federasi pertama dari arti ini adalah perjanjian dari pada kerajaan Romawi dengan suku bangsa. Jerman
yang lalu menetap di Provinsi Belgia, kira – kira pada abad ke – 4 Masehi. Kala itu, mereka berjanji untuk
tidak memerangi sesama, tetapi untuk bekerja sama saja. Dalam federasi atau Negara serikat
(Bondstaat, Bundesstaat), dua atau lebih kesatuan politik yang sudah atau belum berstatus Negara
berjanji untuk bersatu dalam suatu ikatan politik, ikatan dimana akan mewakili mereka seagai
keseluruhan.

Federasi adalah Negara. Anggota – anggota sesuatu federasi tidak berdaulat dalam arti yang
sesungguhnya. Anggota – anggota federasi disebut Negara-bagian, yang di dalam Bahasa asing dapat
dinamakan deelstaat, state, canton atau linder. Dalam pengertian modern, sebuah federasi adalah
sebuah bentuk pemerintahan di mana beberapa Negara bagian bekerja sama dan membentuk Negara
kesatuan.

Untuk menghadapi propaganda dan gangguan, maka pemerintah mengambil kebijakan untuk
menghadapi NICA. Berdirinya RIS yang hanya seumur jagung. Untuk menata kehidupan Negara, maka
diadakan pemilu pada tahun 1955. Demi keutuhan dan persatuan bangsa , maka dikeluarkannya dekrit
Presiden tanggal 5 Juli 1959 yang menetapkan pembubaran konsituante.

TANGGAPAN MAKALAH
Di dalam makalah ini cukup untuk menjelaskan dinamika negara kebangsaan indonesia dari awal
proklamasi sampai keadaan kondisi sekarang ini. Kalau kita amati perjalanan indonesia sejak proklamasi
sampai sekarang kita telah menyaksikan perjalanan bangsa indonesia cukup berliku, mulai dari sistem
politik yang terus berubah seiring pergantian penguasa dan kabinet-kabinet.

Tidak konsistennya pola pikir sementara pemimpin politik dan pakar ilmu politik dan hukum dengan cita-
cita kenegaraan yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 ini, menurut pandangan saya,
merupakan akar dari kemelut politik dan sukarnya membangun sistem politik yang stabil.

Kemudian di dalam makalah juga di jelaskan peristiwa-peristiwa yang terjadi yang mengundang lagi
keprihatinan kita terhadap bangsa indonesia yang tidak ada titik terang nya, pemberontakan nya yang
menyebabkan banyak hal terjadi yang bisa menambah ketidak percayaan kita terhadap pemerintah.

Setidaknya perubahan-perubahan yang terjadi bisa meningkat kan rasa nasionalisme kita terhadap
bangsa kita sendiri, bangsa yang besar akan perjuangan yang akan membawa kita untuk persatuan yang
besar.Perubahan yang terjadi di indonesia ini pun meliputi berbagai aspek kehidupan, baik itu aspek
sosial, budaya, ekonomi, politik dan lain-lain, semua itu telah di jelaskan ecara garis besar di dalam
makalah ini sehingga kita bisa mengetahuia peristiwa apa saja yang di alami bangsa kita ini. Semua itu
tergantung bagaimana kita memaknai dinamika atau perubahan itu sendiri dalam kehidupan kita,
setidak nya dengan perubahan-perubahan yang di jelaskan di dalam makalah ini bisa memotivasi kita
untuk mempunyai semangat nasionalisme kita yang tinggi terhadap negara kita indonesia.

PERTANYAAN & JAWABAN

Pertanyaan : Di dalam dinamika atau perubahan yang telah terjadi terhadap bangsa kita, kita sebagai
pemuda-pemudi bangsa dewasa ini harus lah mempunyai pola pikir apa terhadap perubahan yang telah
terjadi sampai sekarang ini...?

Jawaban : pola pikir kita terhadap perubahan yang terjadi menurut saya kita harus berpikir
kontemplatif dan menjadikan sebuah renungan atas nasib yang melenceng dari yang seharus nya di
pijak oleh negara kita, sebuah titik lonjak yang harus menjadi lecutan bersama, sebuah pelajaran yang
harus mendidik dan mencerdaskan bangsa kita demi perubahan yang mengarah ke kemajuan.Kita
sebagai pemuda-pemudi dewasa ini haruslah yakin bahwa kita bukan saja menjadi generasi penerus
yang hanya meneruskan kultur usang nan lusuh, tetapi kita adalah generasi yang mengembalikan
perubahan yang tidak seharusnya terjadi yang siap menghantarkan indonesia ke persinggahan atas
sebuah titik perubahan yang ideal bagi bangsa indonesia yang besar ini.

Unknown di 00.24

Berbagi

7 komentar:

Unknown17 Oktober 2016 00.38

makasih yurni,atas infonya ,

Balas

Unknown17 Oktober 2016 00.39

makasih. sangat bermanfaat

Balas

Unknown17 Oktober 2016 00.45


makasih atas infonya,sangat bermanfaat..

Balas

Unknown17 Oktober 2016 00.49

makasi, sangat bermanfaat bagi saya..

Balas

Unknown17 Oktober 2016 01.29

makasih infonya

Balas

Unknown22 Januari 2018 03.22

ada daftas pustakanya kah

Balas

OBAT TELAT BULAN TERMANJUR22 Februari 2019 07.40

obat aborsi

jual obat telat bulan

obat penggugur
jual obat aborsi

obat aborsi termurah

obat penggugur kandungan

jual obat penggugur kandungan

jual obat aborsi termanjur

obat penggugur termurah

obat telat bulan

jual obat telat bulan

klinik obat telat bulan

obat telat bulan termanjur

Balas

Beranda

Lihat versi web

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai