Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

FOREIGN DIRECT INVESTMENT


Mata Kuliah: Manajemen Keuangan Internasional – F
Dosen Pengampu: Muhammad Sulhan, SE., MM.

Disusun Oleh:

Nita Sari 200501110123


Aisy Nafisatul Mahbubah 200501110123
Diniyatul Islamiah 200501110256

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami diberikan waktu dan kesempatan untuk menyelesaikan makalah
ini guna untuk memenuhi tugas kelompok 5 mata kuliah Manajemen Keuangan Intenasional
kelas F dengan judul "Foregin Direct Investment”.

Terima kasih kami ucapkan kepada teman-teman dan seluruh pihak yang telah
berpartisipasi dalam mencari bahan-bahan dan menyumbangkan pikirannya untuk penyusunan
makalah ini, sehingga dapat terselesaikannya makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat
dan mudah dipahami untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca mengenai investasi
asing langsung.

Kami menyadari keterbatasan dan pengetahuan kelompok kami tentang investasi asing
langsung. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat
kami harapkan untuk kesempurnaan makalah agar lebih baik kedepannya.

Malang, 08 Mei 2023

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ I


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... II
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
1.3 Tujuan .................................................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 4
2.1 Perusahaan Go-Internasional .............................................................................................. 4
2.2 Sumber daya kekuatan saing ............................................................................................. 11
2.3 Model investasi luar negeri ................................................................................................ 14
BAB III................................................................................................................................................. 18
PENUTUP............................................................................................................................................ 18
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 19

II
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mankiw (2007) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu
indikator penting untuk melihat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara.
Indonesia merupakan negara yang bersifat terbuka pada sistem ekonominya.
Dalam rangka ikut serta dan menjaga kestabilan pertumbuhan ekonomi, kebijakan
ekonomi pemerintah menerima campur tangan pihak dalam negeri maupun luar negeri
secara terbuka. Sebagai pemicu pembangunan negara, kebutuhan terkait investasi
adalah sangat penting. Pentingnya investasi adalah agar mencapai pembangunan
ekonomi yang diinginkan ketika terjadi keterbatasan dana yang dimiliki suatunegara.
Salah satu bentuk investasi yaitu investasiasing langsung atau FDI (ForeignDirect
Investment) yang berdampak signifikan dibandingkan investasi berbentuk portofolio.
Foreign Direct Investment (FDI) merupakan sumber pembiayaan luar negeri yang
paling potensial dibandingkan dengan sumber lain, karena sumber arus modal (capital
inflow) asing ini sebagian besar di negara berkembang akibat kesenjangan modal
(Claessens et al. 2006). Arti lain Foreign Direct Investment (FDI) adalah investasi
langsung oleh suatu perusahaan atau individu dari satu negara ke negara lain dengan
tujuan untuk memperoleh kontrol atas suatu perusahaan atau aset di negara tujuan
investasi. FDI adalah salah satu bentuk investasi asing yang sangat penting dalam
perekonomian global.
Penanaman Modal di Indonesia diatur dengan Undang-Undang Nomor 25 tahun
2007 tentang Penanaman Modal. Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan
Penanaman Modal Asing atau FDI adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam
modal asing, baik menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan
dengan penanam modal dalam negeri (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 tahun
2007 tentang Penanaman Modal). Pengertian modal asing dalam undang – undang
tersebut adalah:
1. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan
devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan
perusahaan di Indonesia.

1
2. Alat-alat untuk perusahaan, termasuk penemuan-penemuan baru milik orang
asing dan bahan-bahan, yang dimasukkan dari luar ke dalam wilayah Indonesia,
selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan devisa Indonesia.
3. Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan undang – undang ini
keuntungan yang diperkenankan ditransfer, tetapi dipergunakan untuk membiayai
perusahaan di Indonesia.
FDI telah menjadi faktor penting dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi di
banyak negara di seluruh dunia. FDI membantu mengurangi kesenjangan ekonomi
antara negara maju dan negara berkembang dengan mempercepat transfer teknologi,
membuka lapangan kerja, dan meningkatkan daya saing perusahaan-perusahaan lokal.
Selain itu, FDI juga memungkinkan perusahaan untuk memperluas pasar mereka
di luar negeri, meningkatkan efisiensi produksi, dan memperoleh keuntungan yang
lebih besar. Dalam beberapa kasus, FDI juga dapat memberikan akses ke sumber daya
alam dan bahan baku yang lebih murah.
Namun, FDI juga dapat menyebabkan masalah seperti transfer pricing, di mana
perusahaan multinasional dapat memindahkan keuntungan mereka ke negara dengan
pajak yang lebih rendah. Selain itu, FDI juga dapat menciptakan ketergantungan
terhadap investasi asing dan mengurangi kendali lokal atas perekonomian.
Oleh karena itu, regulasi dan pengawasan yang ketat diperlukan untuk memastikan
bahwa FDI memberikan manfaat bagi negara tujuan investasi dan tidak merugikan
kepentingan nasional.
Secara keseluruhan, FDI adalah fenomena penting dalam perekonomian global.
Meskipun ada manfaat dan risiko yang terkait dengan FDI, regulasi yang baik dapat
memastikan bahwa FDI memberikan manfaat bagi negara tujuan investasi dan tidak
merugikan kepentingan nasional.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana perusahaan Go-Internasional?
2. Bagaimana sumber daya kekuatan saing?
3. Apa saja model investasi asing langsung?
1.3 Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalahnya, makalah ini bertujuan untuk:

2
1. Mengetahui perusahaan Go-Internasional.
2. Mengetahui sumber daya kekuatan saing.
3. Mengetahui model-model investasi asing langsung.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perusahaan Go-Internasional


Salah satu teori yang berusaha menjelaskan jawaban terhadap perta- nyaan tersebut
adalah ketidaksempurnaan pasar, yang berasal dari teori orga- nisasi industri (industrial
organization). Menurut teori tersebut, perusahaan mul- tinasional muncul karena ingin
memanfaatkan ketidaksempumaan pasar/ produk atau ketidaksempurnaan pasar keuangan. Jika
pasar sempuma, maka investasi secara tidak langsung (melalui surat berharga) merupakan
alternatif yang paling baik. Investasi secara langsung melibatkan risiko dan biaya yang cukup
besar, sehingga hanya apabila keuntungan yang tinggi akan diperoleh, maka investasi secara
langsung layak dilakukan. Keuntungan yang tinggi tersebut hanya mungkin diperoleh dengan
memanfaatkan ketidaksempurnaan pasar.

Ketidaksempurnaan bisa muncul secara alamiah, tetapi juga dan seringkali muncul
karena berbagai peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah berbagai negara di dunia. Contoh
yang pertama, adalah tingkat upah tenaga kerja yang berbeda satu sama lain. Tingkat upah yang
berbeda tersebut barangkali disebabkan oleh faktor sosial-ekonomi-politik yang berada di luar
kendali pemerintah, meskipun pemerintah mempunyai kendali sampai tingkat tertentu. Contoh
yang kedua, berbagai peraturan ditetapkan oleh berbagai negara untuk menarik investor asing.
Misal, negara membebaskan pajak untuk beberapa tahun awal agar investor tertarik
menanamkan dananya di negara tersebut. Perusahaan multinasional kemudian pergi ke luar
negeri untuk me manfaatkan ketidaksempumaan semacam itu. Manfaat dari eksploitasi keti-
daksempumaan tersebut harus lebih besar dibandingkan dengan biaya yang berkaitan dengan
kehadiran perusahaan multinsional di pasar asing. Contoh manfaat tersebut adalah
penghematan atau keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan memasuki pasar luar
negeri. Contoh biaya tersebut adalah kekurangan pengetahuan terhadap pasar lokal
dibandingkan perusahaan lokal, biaya pengendalian yang semakin besar, risiko politik yang
lebih besar. Jika hal tersebut tidak terjadi, perusahaan multinasional tidak akan ber- kembang.
Jika manfaat tersebut tidak lebih besar dibandingkan dengan keun- tungan yang diperoleh oleh
perusahaan lokal (dengan risiko yang sama), kehadiran perusahaan multinasional secara
langsung tidak mempunyai jus- tifikasi yang kuat. Metode ekspansi yang lain (seperti ekspor)
akan lebih sesuai dalam hal ini.

4
Dua bagian berikut akan menjelaskan teori yang didasarkan pada ketidaksempumaan
pasar yang kemudian diikuti dengan motivasi yang lebih spesifik, dan diteruskan dengan teori
lain yang tidak langsung berkaitan dengan teori ketidaksempurnaan pasar.

2.1.1 Teori Aset Tidak Kelihatan (Intangible Asset)


Teori ini merupakan pengembangan lebih lanjut teori ketidaksempumaan pasar.
Perusahaan multinasional muncul memanfaatkan ketidaksempumaan pasar produk/input.
Tetapi persaingan dari perusahaan lokal akan mematikan perusahaan multinasional jika
perusahaan multinasional tidak mempunyai kelebihan atau daya saing tertentu. Daya saing
tertentu tersebut memperta- hankan eksistensi perusahaan multinasional di pasar luar negeri.
Dua sumber daya saing yang sering disebutkan adalah iklan dan riset dan pengembangan. Dua
sumber hal tersebut akan membentuk aset tidak kelihatan, yang kemudian menjadi sumber daya
saing perusahaan multinasional. Perusahaan multina sional yang mempunyai keahlian iklan
dan riset dan pengembangan akan mempunyai kemungkinan bertahan dan berkembang, karena
iklan menjamin loyalitas konsumen dan riset dan pengembangan memungkinkan perusahaan
melakukan diferensiasi yang cukup kreatif. Iklan dan riset dan pengembangan juga sering
disebutkan sebagai berperi-laku seperti public goods, yaitu nilainya menjadi semakin tinggi
dengan semakin besarnya perusahaan. Perusahaan multinasional yang besar akan bisa
memanfaatkan dua sumber daya saing tersebut dengan lebih efektif.

Menurut teori ini, perusahaan multinasional mempunyai aset tidak keli- hatan
(intangible assets), seperti trademark, paten, keahlian riset dan pengem- bangan, keahlian
manajemen, atau keahlian pemasaran. Jika aset tersebut bisa diwujudkan ke dalam suatu
produk tanpa memerlukan perubahan, metode ekspor biasanya dipilih untuk penetrasi pasar.
Jika aset tersebut bisa dipin- dahkan melalui teknologi produk atau proses yang bisa dituliskan
atau dipin- dahkan secara obyektif, lisensi merupakan cara yang bisa dipilih.

Seringkali aset tidak kelihatan tersebut tidak bisa dipisahkan dari per- usahaan itu
sendiri. Keahlian mengelola organisasi, pemasaran, produksi, manajemen kualitas, dan
semacamnya tidak bisa dipindahkan begitu saja ke pihak lain. Situasi semacam itu merupakan
contoh ketidaksempumaan pasar. Dalam situasi tersebut, kehadiran perusahaan di luar negeri
(disebut juga sebagai internalisasi pasar) menjadi pilihan untuk penetrasi pasar luar negeri.
Perusahaan kemudian bisa mendirikan cabang atau anak perusahaan di luar negeri. Dengan
datang secara langsung ke pasar luar negeri, perusahaan mem- peroleh manfaat dari

5
menghindari ketidaksempurnaan pasar. Tetapi ada biaya yang berkaitan dengan upaya tersebut
seperti biaya pengendalian dan biaya administrasi lainnya. Sepanjang manfaat tersebut
melebihi biaya, maka keha- diran perusahaan di luar negeri bisa dibenarkan.

2.1.2 Ketidaksempurnaan Pasar Keuangan


Ketidaksempumaan pasar keuangan merupakan alternatif lain yang bisa menjelaskan
kenapa perusahaan multinasional muncul. Perusahaan multinasional mempunyai keunggulan
dalam hal pemanfaatan sumberdaya keuangan. Pertama, perusahaan multinasional mempunyai
jaringan yang luas sehingga bisa memanfaatkan sumber dana yang menguntungkan di bagian
du- nia yang tersebar. Kedua, perusahaan multinasional bisa memanfaatkan asi- metri pajak
antara negara, misal melalui proses transfer pricing. Keunggulan semacam itu membuat
perusahaan multinasional mampu meningkatkan nilainya.

Perusahaan multinasional juga mampu melakukan diversifikasi Interna- sional dengan


beroperasi di beberapa negara. Sepanjang korelasi antar aliran kas antar negara tidak sempuma
searah (+1), perusahaan bisa memperoleh manfaat diversifikasi melalui pengurangan risiko
aliran kas. Manfaat tersebut akan dinilai oleh investor sepanjang investor tidak bisa melakukan
diversifikasi secara langsung (pada tingkat personal). Bab portofolio internasional membica-
rakan diversifikasi intemasional untuk portofolio internasional. Ada kecen- derungan bahwa
investor segan melakukan diversifikasi internasional secara langsung, tetapi beberapa
penelitian menunjukkan bahwa diversifikasi oleh perusahaan multinasional tidak memberikan
manfaat yang lebih tinggi dibandingkan dengan diversifikasi secara langsung. Nampaknya
belum ada kesimpulan yang pasti dan konklusif mengenai manfaat diversifikasi oleh perusa-
haan multinasional.

2.1.3 Motif Strategis


Di samping teori ketidaksempurnaan yang dihubungkan dengan aset intangible dan
ketidaksempurnaan pasar keuangan seperti yang dibicarakan di muka, perusahaan
multinasional berkembang untuk memanfaatkan ketidaksempurnaan yang lebih spesifik,
meliputi ketidaksempurnaan pasar tena- ga kerja, perdagangan internasional, bahan baku, pasar
produk, penge- tahuan, dan keamanan politik.

Biaya Murah. Motif menurunkan biaya merupakan motif yang jelas dan lang- sung.
Perusahaan multinasional tidak hanya memfokuskan pada satu input saja untuk menurunkan
biaya produksi, tetapi memfokuskan pada beberapa input sekaligus dan keterkaitannya untuk
mencapai efisiensi produksi. Perusa- haan multinasional bisa mengembangkan kemampuan

6
pencarian global (global scanning capability), di mana perusahaan aktif mencari sumberdaya-
sumberdaya yang murah. Disain produksi dibuat sedemikian rupa sehingga mempunyai
fleksibilitas yang tinggi untuk memanfaatkan sumberdaya murah tersebut. Salah satu contoh
adalah memusatkan pabrik untuk tahap produksi tertentu di negara dengan input yang murah.
Misal, pemrosesan bahan baku perusahaan pakaian dipusatkan di Indonesia karena Indonesia
mempunyai bahan baku dan tenaga kerja murah. Kegiatan disain difokuskan di Eropa, ka- rena
Eropa mempunyai kelebihan dalam hal disain pakaian. Kegiatan pema- saran dipusatkan di
Amerika Serikat, karena AS merupakan pasar yang po- tensial.

Tenaga kerja. Upah tenaga kerja bervariasi cukup tajam dari satu negara ke negara lainnya.
Sebagai contoh, pada tahun 1994, upah tenaga kerja perjam di Jennan adalah US$27,37, yang
merupakan upah tertinggi di dunia. Negara maju lainnya mempunyai upah sebesar US$22,91
(Belgia), US$21,38 (Je- pang), US$18,81 (Swedia), dan US$17,10 (AS). Negara berkembang
seperti Taiwan, Hongkong, dan Meksiko mempunyai upah yang lebih rendah, yaitu US$5,47,
US$4,79, dan US$2,57 berturut-turut. Berbeda dengan uang yang bisa berpindah cepat, tenaga
kerja merupakan contoh input yang mempunyai mobilitas yang rendah. Sebagai contoh, tenaga
kerja Indonesia tidak bisa de- ngan mudah dipindahkan ke AS. Ketidaksempumaan semacam
itu mendorong insentif mendirikan pabrik di negara dengan upah tenaga kerja murah. Negara
berkembang seperti Indonesia menjadi sasaran investasi dengan motivasi se. macam itu.
Perusahaan multinasional --seperti Sony, IBM, Toyota -mendi- rikan pabrik di Indonesia,
Malaysia, dan negara berkembang lainnya.

Perdagangan Internasional. Perdagangan internasional tidak sepenuhnya sempuma karena


pemerintah negara-negara di dunia mengenakan berbagai peraturan yang mengendalikan
perdagangan negara tersebut dengan dunia luar. Misal, pemerintah menetapkan tarif, kuota,
pajak atas perpindahan mo- dal, pembatasan modal, pembatasan ekspor dan impor. Perusahaan
bisa mela- kukan ekspansi luar negeri dengan tujuan menghindari hambatan-hambatan
tersebut. Sebagai contoh, pemerintah AS mengenakan tarif dan kuota terha- dap mobil impor.
Perusahaan mobil Jepang kemudian mendirikan pabrik mobil di AS. Mobil yang diproduksi di
AS mempunyai perlakuan yang berbeda dengan mobil yang diimpor dari luar.

Bahan baku. Bahan baku merupakan alasan "klasik" kenapa perusahaan pergi ke luar negeri.
Perusahaan multinasional jaman dulu biasanya didorong oleh motivasi ini, seperti VOC
Belanda yang mencari rempah-rempah ke Indonesia. Perusahaan multinasional modem yang
mempunyai paralelisasi se- perti itu adalah perusahaan pertambangan seperti minyak atau batu

7
bara. Bahan baku mentah tersebut tidak akan efisien jika dibawa ke kantor pusat. Mendirikan
pabrik di negara di mana bahan baku berada merupakan cara yang lebih efisien menjalankan
operasi. Bahan baku mencakup bahan mentah, bahan setengah jadi (yang akan diolah lagi
menjadi produk jadi).

Pasar produk. Perusahaan pergi ke luar negeri untuk mendekati pasar potensial. Banyak
perusahaan mendirikan pabrik di Indonesia untuk meman- faatkan pasar Indonesia yang besar.
Perusahaan mobil Jepang mendirikan pabrik di AS dengan tujuan lebih mendekati pasar
(konsumen) AS. Seringkali tujuan tersebut bersamaan dengan tujuan lain. Sebagai contoh,
perusahaan mendirikan pabrik untuk memanfaatkan tenaga kerja murah dan sekaligus
mendekati pasar potensial di Indonesia.

Pengetahuan. Perusahaan mendirikan perusahaan di luar negeri dengan tujuan memanfaatkan


kemajuan pengetahuan di negara tertentu. Perusahaan Jepang mendirikan pabrik dengan pusat
riset dan pengembangan di AS dengan tujuan ingin memperoleh pengetahuan di AS di bidang
tertentu, yang lebih maju dibandingkan dengan Jepang. Philips (Belanda), Siemens (Jerman),
dan NEC (Jepang) melakukan akusisi perusahaan sirkuit dan semi-konduktor AS, yang
semuanya berlokasi di daerah San Fransisco, yang merupakan pusat kemajuan industri
elektronika.

Keamanan politik. Perusahaan pergi ke luar negeri dengan tujuan memper- oleh jaminan
keamanan eksistensi perusahaan. Sebagai contoh, perusahaan Hongkong melakukan investasi
yang cukup besar di negara AS, Australia, Kanada, sebagai antisipasi pengambilalihan
Hongkong oleh Cina pada tahun 1997. Tujuan mencari keamanan seringkali berkaitan dengan
tujuan lain, misal tujuan memperoleh dana. Perusahaan menjual sahamnya di luar negeri de-
ngan tujuan, di samping memperoleh dana, melibatkan investor asing. Negara mana
perusahaan tersebut berada akan berfikir dua kali apabila melakukan tindakan politik, karena
akan berhadapan tidak hanya dengan investor do- mestik, tetapi juga investor internasional.

2.1.4 Investasi Defensif


Product Life Cycle (PLC). Menurut teori ini, kehadiran perusahaan multinasional di
pasar luar negeri merupakan konsekuensi logis dari perkem- bangan suatu produk, diciptakan,
berkembang, dan kemudian mati. Pertama produk tercipta di pasar dalam negeri. Faktor
persaingan, riset dan pengem- bangan, mendorong terciptanya produk tersebut. Produk tersebut
pertama kali diproduksi dan dipasarkan di dalam negeri. Produksi dalam negeri dipilih karena

8
lebih dekat dengan konsumen (yaitu dalam negeri). Keuntungan produk tersebut cukup besar
karena konsumen relatif tidak begitu sensitif terhadap harga produk baru.

Semakin lama semakin banyak persaingan. Pada tahap kedewasaan dalam negeri,
konsumen menjadi semakin sensitif terhadap harga. Persaingan harga menurunkan tingkat
keuntungan. Perusahaan kemudian mencari pasar luar negeri dengan mengekspor produknya.
Permintaan lokal semakin me- ningkat sehingga mendorong perusahaan tersebut mendirikan
pabrik di luar negeri. Di samping itu perusahaan bisa memanfaatkan tenaga kerja murah di luar
negeri. Pabrik didirikan di luar negeri. Perusahaan berharap bisa menjaga marjin
keuntungannya dengan memperoleh input yang lebih murah. Produk yang dihasilkan tersebut
kemudian dieskpor kembali ke negara asal. Produk tersebut mempunyai biaya yang lebih
murah karena menggunakan komponen tenaga kerja yang lebih kecil upahnya di luar negeri.

Kehadiran perusahaan keluar negeri didorong oleh strategi defensif yaitu untuk
menjaga keuntungannya. Pada waktu produk mencapai tahap kede- wasaan, dan persaingan
harga menjadi semakin penting, perusahaan melaku- kan investasi langsung ke luar negeri.
Teori tersebut juga memprediksi bahwa negara yang melakukan investasi langsung ke luar
negeri pada akhimya menjadi pengimpor barang yang dihasilkan tersebut. Sebagai contoh,
pabrik komputer dan elektronik AS mendirikan pabrik di luar negeri untuk meman- faatkan
tenaga kerja murah di Taiwan, Korea Selatan, Malaysia, Thailand. Kemudian pada akhimya,
AS mengimpor komputer atau komponen komputer atau produk elektronika dari negara-negara
berkembang tersebut.

Sekarang ini kegiatan riset dan pengembangan relatif lebih tersebar di beberapa negara,
tidak seperti ketika teori tersebut dikembangkan (tahun 1960-an). Karena itu pabrik luar negeri
mempunyai kemampuan yang hamper sama dengan pabrik dalam negeri perusahaan
multinasional dalam meluncurkan produk baru. Dengan demikian tahapan siklus produk tidak
perlu mengikuti teori tersebut. Perkembangan produk sekarang sudah jauh lebih kompleks
dibandingkan dengan apa yang dibayangkan oleh teori tersebut.

Mengikuti Pimpinan. Variasi lain dari strategi defensif seperti yang dijelaskan sebelumnya
adalah strategi mengikuti pimpinan. Menurut teori ini, jika suatu perusahaan melakukan
investasi langsung di luar negeri, perusahaan pesaing akan merasa terancam. Karena itu
perusahaan pesaing akan ikut me- lakukan investasi langsung ke luar negeri. Dengan cara
semacam itu, perusa- haan pesaing akan paling tidak mempertahankan daya saing
perusahaannya dibandingkan perusahaan pertama. Banyak contoh kegiatan investasi luar ne-

9
geri yang sesuai dengan teori tersebut. Sebagai contoh, Honda mendirikan pa- brik mobil di
AS, yang kemudian diikuti oleh pabrik mobil Jepang lainnya, seperti Nissan dan Toyota.
CocaCola mendirikan pabrik pembotolan di luar negeri, yang kemudian diikuti oleh Pepsi
(pesaing utamanya), sehingga terke- san dua perusahaan tersebut bersaing di mana-mana, tidak
hanya di AS.

Teori tersebut nampaknya tidak bisa menjelaskan motivasi perusahaan pemimpin, yaitu
perusahaan yang pertama kali melakukan investasi luar negeri. Meskipun kita bisa
berargumentasi, bahwa perusahaan yang pertama kali melakukan investasi juga mempunyai
motivasi yang serupa, yaitu ingin menjaga daya saingnya terhadap pesaingnya.

Seringkali investasi luar negeri secara terpisah tidak menguntungkan. Tetapi


perusahaan multinasional melakukan hal tersebut dalam konteks per- saingan. Sebagai contoh,
perusahaan multinasional sering mendirikan cabang di negara di mana perusahaan
multinasional dari negara tersebut menjadi pe- saingnya. Tujuannya adalah untuk merusak
pangsa pasar perusahaan multi- nasional pesaing di negaranya, misal dengan mendorong
pangsa pasar pesaing menjadi lebih kecil, sehingga pesaing mengalami kesulitan untuk
memperoleh skala ekonomi yang cukup. Kegiatan semacam itu dengan demikian bisa mem-
bendung pesaing potensial. Nampaknya cara yang cukup efektif untuk melawan pesaing adalah
dengan menyerang pesaing di negara pesaing. Investasi semacam itu sering disebut sebagai
investasi silang (cross-investment). Dalam konteks semacam itu, meskipun investasi
internasional secara individual tidak menguntungkan, tetapi dalam konteks persaingan yang
lebih menyeluruh, investasi tersebut merupakan investasi yang menarik.

Perusahaan multinasional seringkali berusaha mencapai skala ekonomi melalui


kegiatan integrasi, baik vertikal maupun horisontal. Perusahaan yang menguasai bahan baku
yang berarti melakukan integrasi vertikal ke belakang- - akan memperoleh keuntungan karena
mempunyai daya saing dalam hal per- olehan bahan baku dibandingkan pesaingnya. Hal yang
sama juga melandasi integrasi vertikal ke depan, yaitu ingin memperoleh akses yang lebih baik
ke pasar. Perusahaan ritel banyak yang sudah mulai menjual barang dengan menggunakan
merek mereka sendiri, bukan merek produsen nasional/inter- nasional. Perusahaan ritel berani
melakukan hal tersebut karena mereka mem- punyai akses yang lebih besar terhadap
konsumen. Perusahaan ritel, misal, bisa menempatkan produknya di tempat yang strategis di
tokonya, agar bisa mudah dilihat oleh konsumen. Perusahaan yang mempunyai rangkaian yang
lebih penuh, dari hulu sampai hilir, akan lebih stabil dan kuat dalam kegiatan operasinya

10
dibandingkan dengan perusahaan yang hanya menguasai satu tahapan saja dalam kegiatan
proses produksi.

2.2 Sumber Daya Kekuatan Saing


2.2.1 Skala (Scale) dan Cakupan (Scope) Ekonomi
Skala ekonomi merupakan salah sumber kekuatan dalam persaingan. Skala
ekonomi bisa diperoleh untuk bidang pemasaran, produksi, maupun keuangan. Sebagai
contoh, dengan memproduksi lebih banyak, biaya produksi per unit menjadi lebih kecil,
yang berarti perusahaan bisa beroperasi menjadi lebih efisien. Karena biaya produksi
menjadi kecil, harga per unit bisa ditetapkan menjadi lebih rendah. Dalam bidang
pemasaran, jaringan distribusiyang lebih luas, iklan yang lebih besar skalanya,
memungkinkan biaya pemasaran per-unit menjadi lebih kecil. Istilah skala dunia - yang
mencerminkan ukuran yang mendunia, tidak hanya nasional - menjadi populer.
Perusahaan multinasional bisa memperoleh efisiensi melalui skala dunia tersebut
dengan jalan ekspansi internasional.
Jika konsep skala ekonomi mengacu pada ukuran, konsep cakupan eko- nomi
(economies of scope) mengacu pada sinergi antar produk. Melalui cakupan ekonomi,
sumberdaya yang sama bisa dipakai untuk beberapa produk sekaligus Sebagai contoh,
perusahaan yang memproduksi barang yang ber- kaitan, misal sepatu, tas, dan pakaian,
bisa menggunakan jaringan distribusi yang sama, karena konsumen untuk ketiga jenis
produk tersebut relatif homo- gen (sama). Perusahaan bisa menggunakan ritel (toko)
yang sarna, publikesi yang sama (untuk iklan) untuk produk-produk tersebut.
Bandingkan misalnya dengan perusahaan yang memproduksi semen dengan sepatu.
Kedua produk tersebut tidak berkaitan, dan mempunyai karakteristik yang sangat
berbeda, yang tidak mungkin ditempatkan dalam satu atap. Merek Panasonic ada di
beberapa produk, dari televisi, radio, telepon, monitor komputer. Dengan mengiklankan
salah satu produk saja, konsumen disadarkan oleh adanya merek Panasonic untuk
beberapa produk sekaligus. Perusahaan multinasional bisa mencapai cakupan ekonomi
melalui produksi beberapa barang sekaligus untuk mengefisienkan penggunaan
sumberdaya.
Strategi lain yang berkaitan adalah leaming curve (kurva belajar). Strategi
tersebut mempunyai paralesisasi dengan dunia nyata, yaitu belajar sambil me-
ngerjakan. Pada waktu kita memproduksi barang yang pertama, biaya pro- duksi akan
tinggi. Produksi barang yang kedua menghasilkan biaya produksi yang lebih rendah,

11
karena kita sudah mempunyai pengalaman. Produksi barang yang ketiga, keempat, dan
seterusnya mempunyai efek yang sama. Dengan mengerjakan kegiatan produksi
dengan volume yang besar, perusa- haan multinasional, tidak hanya mencapai skala
ekonomi, tetapi juga menca- pal leaming curve yang lebih baik, yang kemudian akan
membuat produksi menjadi lebih efisien.
llustrasi berikut ini menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan membangun
halangan untuk masuk (barrier to entry) di pasar global.
Goodyear Tire and Rubber Company, perusahaan pembuat ban AS, merupakan
perusahaan ban nomor satu sebelum Michellin mengakuisisi Uniroyal Goodrich.
Perusahaan tersebut bersaing di pasar global. Untuk menjaga kepemimpinannya di
Industri ban, Goodyear menghabiskan sekitar $1 miliar untuk membangun fasilitas
pembuatan ban yang paling otomatis dan secara agresif melakukan ekspansi toko ban
yang dimilikinya. Goodyear juga banyak menghabiskan dananya untuk riset dan
pengembangan, sehingga Goodyear dikenal sebagai perusahaan terdepan dalam
teknologi pembuatan ban. Dengan inovasi produk dan iklan yang gencar, Goodyear
mendominasi segmen atas pasar ban, khususnya di Amerika Serikat.
Goodyear menciptakan beberapa halangan untuk masuk (barriers to entry).
Ukurannya yang besar mampu mendorong skala ekonomi, menurunkan biaya per unit.
Teknologi maju dan otomatis memungkinkan Goodyear bereaksi cepat terhadap
perubahan pasar. Dengan memiliki toko (jaringan distribusinya sendiri, Goodyear
mempunyai akses yang kuat terhadap pasar. Riset dan pengembangan memungkinkan
inovasi dan diferensiasi serta reputasi yang baik. Di samping itu, secara alamiah, ban
tidak begitu gampang di- pindahkan ke negara lain. Biaya pengangkutan ban cukup
mahal, relatif terhadap margin keuntungannya.
Salah satu pesaing utama adalah Bridgestone, perusahaan ban Jepang. Goodyear
tidak berdiam saja terhadap Bridgestone. Goodyear mendirikan pabrik di Jepang,
sehingga memungkinkan Goodyear menyerang Bridgestone di pasar Jepang, misal
memotong harga, jika Bridgestone akan menyerang pasar ban Amerika Serikat. Di
samping itu, pabrik mobil Jepang mulai mendi- rikan pabrik di Amerika Serikat.
Dengan pendirian pabrik tersebut, Goodyear berharap bisa menjalin hubungan dengan
pabrik mobil Jepang mulal dari Jepang itu sendiri. Jika hubungan tersebut semakin baik,
pabrik mobil Jepang di AS diharapkan akan bersedia mengguhakan ban
produksi Goodyear.

12
2.2.2 Keahlian Pemasaran dan Manajerial
Perusahaan multinasional biasanya mempunyai keahlian manajerial dan
pemasaran yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan lokal. Keahlian tersebut
berkembang dari akumulasi pengalaman baik dari waktu ke waktu maupun dari
beberapa negara yang berbeda. Dengan pengalaman yang lebih beragam semacam itu,
perusahaan multinasional mempunyai keuntungan dibandingkan perusahaan lokal,
meskipun perusahaan lokal mempunyal pengetahuan yang lebih baik mengenai
kondisi lokalnya.

2.2.3 Teknologi dan Inovasi


Teknologi merupakan salah satu keunggulan perusahaan multinasional,
khususnya perusahaan yang berasal dari negara maju. Penelitian menunjukkan bahwa
teknologi merupakan karakteristik penting perusahaan multinasional, Dengan
teknologi yang lebih baik, kemampuan perusahaan memproduksi ba rang akan menjadi
semakin baik, lebih baik dibandingkan dengan perusahaan lokal.
Di samping itu, kekuatan teknologi disertai kekuatan pemasaran, bisa
mendorong perusahaan multinasional melakukan Inovasi, yang selanjutnya bisa
mendorong diferensiasi produk. Diferensiasi dan Inovasi merupakan salah satu
kekuatan perusahaan multinasional yang sulit ditiru oleh perusahaan domestik.
Perusahaan seperti 3M (AS, yang memproduksi peralatan perkantoran), Philips
(Belanda), atau Sony (Jepang) menciptakan halangan untuk masuk melalui diferensiasi
dan peluncuran produk baru yang terus-menerus Perusahaan semacam itu
mengeluarkan dana yang cukup besar untuk kegiatan riset dan pengembangan.

2.2.4 Kekuatan Keuangan


Karena ukuran yang besar, perusahaan multinasional bisa memanfaatkan skala
ekonomi keuangan, di samping mereka mempunyai akses ke pasar keuangan dunia.
Akses semacam itu memungkinkan perusahaan multinasional memperoleh informasi
dana murah di berbagai pasar dunia. Ukuran yang besar biasanya disertai dengan modal
yang besar, yang juga merupakan ke- kuatan persaingan. Aset yang besar
memungkinkan naiknya kapasitas pin- jaman utang, karena pinjaman biasanya
dikaitkan dengan aset. Pinjaman utang yang semakin besar, sampai titik tertentu,
menguntungkan perusahaan melalui penghematan pajak.

13
2.2.5 Persaingan Dalam Negeri
Menurut Michael Porter, lingkungan dalam negeri yang kompetitif akan
mendorong daya saing organisasi yang berasal dari negara tersebut. Daya saing yang
berasal dari kompetisi dalam negeri tersebut mempunyai empat komponen: (1) Kondisi
input, (2) Kondisi pasar, (3) industri pendukung dan yang barkaitan, dan (4) Strategi
perusahaan, stuktur, dan persaingan.
Input menentukan daya saing suatu negara. Negara dengan tenaga kerja terdidik
akan mempunyai daya saing yang lebih baik jika bergerak di industri teknologi. Negara
dengan tenaga kerja murah akan mempunyai daya saing yang lebih baik jika bergerak
di industri yang padat kerja. Kondisi permintaan dalam negeri juga bisa meningkatkan
daya saing perusahaan. Sebagai contoh, negara yang mempunyai konsumen yang kritis
dan banyak menuntut akan belajar banyak bagaimana cara memenuhi permintaan
konsumen. Pengeta huan tersebut akan bermanfaat jika kemudian mereka melakukan
eskpansi ke luar negeri. Jika negara mempunyai koordinasi yang baik antar industri
pen- dukung dan industri lain yang berkaitan, negara tersebut cenderung mempu nyal
daya saing yang lebih baik. Perusahaan Jepang mempunyal koordinasi yang baik
dengan perusahaan pendukungnya, sehingga mampu melaksanakan metode
pengendalian persediaan just-in-time.

2.3 Model investasi luar negeri


Meneladani Anogara (1995), bahwasanya Foreign Direct Investment atau
Investasi Asing Langsung dapat dilakukan di Indonesia dalam dua bentuk investasi,
sebagai berikut :

a. Investasi Portofolio

Investasi portofolio dapat dilaksanakan melalui pasar modal dengan media surat
berharga seperti saham maupun obligasi. Pada investasi portofolio, dana yang masuk
terhadap perusahaan yang menerbitkan surat berharga (emiten) belum tentu adanya
lapangan pekerjaan.

b. Investasi Langsung

Foreign direrct investment atau penanaman modal asing lebih banyak memiliki
kelebihan daripada kekurangan. Penanaman modal asing mempunyai sifat permanen

14
atau jangka panjang, selain itu penanaman modal asing memberi andil pada teknologi,
keterampilan manajemen serta membuka adanya lapangan kerja.

Perusahaan multinasional dapat mencapai pasar luar negeri melalui berbagai cara,
sebagai berikut :

1. Usaha patungan (joint venture)


Joint venture adalah kerjasama yang dilakukan oleh perusahaan multinasional
dan perusahaan lokal. Joint venture merupakan persekutuan berbadan hukum yang
mengkombinasikan sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing perusahaan,
untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun keunggulan dan kekurangan joint venture
sebagai berikut:
 Keunggulan
- Partner lokal mengerti kondisi lokal lebih baik. Memahami kondisi lokal
memerlukan waktu yang lama jika perusahaan multinasional langsung
memasuki pasar luar negeri
- Perusahaan lokal bisa memasok kebutuhan tenaga manajemen, khususnya
manajemen tingkat menengah.
- Negara lokal biasanya lebih menyukai bentuk kerjasama dibandingkan
dengan anak perusahaan yang 100% dimiliki oleh perusahaan
multinasional.
- Kerjasama yang dijalankan akan meningkatkan reputasi perusahaan
multinasional di mata investor lokal dan komunitas bisnis pada umumnya.
 Kelemahan
- Risiko politik akan meningkat, khususnya jika partner yang dipilih ternyata
“salah”. Partner yang mempunyai koneksi politik akan bermanfaat jika
penguasa yang terkait masih memegang kekuasaan, tetapi jika penguasa
tersebut turun atau jatuh partner semacam itu cenderung menjadi masalah.
- perusahaan multinasional dan partner lokal bisa terlibat dalam pertikaian
dengan pembagian keuntungan atau kebijakan perusahaan lainnya.
- kebijakan penetapan harga internal (transfer pricing) bisa menimbulkan
konflik kepentingan.

15
- kebijakan yang ditentukan oleh kantor pusat bisa bertentangan dengan
kepentingan konflik, perusahaan multinasional tidak bisa memanfaatkan
rasionalisasi produksi berdasarkan standar global.
2. Merger atau akuisisi
Akuisisi terjadi apabila suatu perusahaan memiliki saham biasa perusahaan lain.
Dengan kata lain, perusahaan menginvestasikan uangnya dalam jangka panjang di
perusahaan lain. Adapun kekurangan dan kelebihan merger sebagai berikut:
 Kelebihan
- Alternatif yang cepat untuk memasuki pasar.
- Alternatif yang murah untuk menguasai teknologi dibandingkan
pengembangan secara manual.
- Alternatif yang murah pada negara yang melemah nilai tukar uangnya.
 Kekurangan
- Perbedaan budaya nilai dan kebiasaan dari dua negara yang berbeda akan
menyebabkan kesulitan melakukan penggabungan dengan lancar.
- harga pembelian bisa menjadi mahal sehingga menghilangkan keuntungan
penggabungan usaha.
- kebijakan internal perusahaan lokal bisa berbeda dengan kebijakan internal
perusahaan multinasional yang mengakibatkan kesulitan dalam
penggabungan usaha.
3. Lisensi dan kontrak manajemen
Lisensi merupakan metode yang popular bagi perusahaan untuk mengadakan
ekspansi pemasaran internasional. Metode ini biasanya dilakukan oleh perusahaan
non-multinasional dimana perusahaan dapat memperoleh keuntungan tanpa perlu
mengeluarkan dana dalam jumlah yang besar.
Kontrak manajemen merupakan kontrak yang diberikan perusahaan
multinasional kepada perusahaan lokal dengan cara menjual keahlian manajemen
dan pengetahuan mengenai produk dan pasar. Perusahaan multinasional dapat
membeli saham dari perusahaan lokal yang diberi kontrak.
Adapun kelebihan lisensi dan kontrak manajemen sebagai berikut:
 Kelebihan
- Eksposur politik bisa diminimalkan karena perusahaan tidak mempunyai
investasi yang signifikan di pasar lokal.

16
- Keuntungan relatif bisa tinggi karena investasi yang diperlukan tidak
signifikan.
 Kekurangan
- Fee akan cenderung lebih rendah dibandingkan kalau perusahaan multi-
nasional mendirikan cabang secara langsung.
- Perusahaan lokal bisa mencuri teknologi dari lisensi, dan kemudian menjadi
pesaing perusahaan multinasional.
- Kemungkinan untuk mendirikan pabrik secara langsung menjadi semakin
kecil.

17
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori ketidaksempumaan pasar nampaknya merupakan teori yang
menjanjikan. Menurut teori ini, jika pasar sempuma, maka investasi secara langsung
tidak perlu dilakukan. Investasi secara langsung dilakukan untuk memanfaatkan
ketidaksempurnaan pasar, yang memungkinkan diperolehnya keuntungan yang lebih
besar. Teori lain juga berkembang untuk menjawab pertanyaan ituantara lain, teori
investasi defensil yang mencakup teoni Product Life Cycle dan teori Mengikuti
Pimpinan.

Agar bisa bertahan, perusahaan multinasional harus mempunyai daya saing


yang tidak mudah ditiru oleh perusahaan lokal. Sumber daya saing ter-sebut antara
lain skala dan cakupan ekonomi, teknologi dan inovasi, kekuatan keuangan, dan
persaingan dalam negeri yang lebih kompetitif.

Perusahaan multinasional bisa melakukan gointemasional melalui joint


venture, penggabungan usaha, lisensi dan kontrak manajemen, di samping secara
langsung mendirikan pabrik di luar negeri. Masing-masing mempunyai keuntungan
dan kelemahan sendiri. Jepang merupakan contoh negara yang sukses memasuki
pasar Amerika Serikat dengan jalan memasuk segmen bawah dan selalu mencoba dan
memperbaiki lagi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Claessens, S. 2006. Corporate Governance and Development The World Bank Research
Observer Advance Access. Published by Oxford University Press.

Hanafi, Mamduh. (2018). “Manajemen Keuangan Internasional”, BPFE, Yogyakarta.

Jufrida, F, Syechalad, M, N, Nasire, M. “Analisis Pengaruh Investasi Asing Langsung (Fdi)


Dan Investasi Dalam Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Jurnal
Perspektif Ekonomi Darussalam, Volume 2 Nomor 1, 2016.

Mankiw, N.Gregory. 2007. Makroekonomi, Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga

Nisa Elis Laili Khoirun dan JUliprijanto, Whinarko. “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi
Investasi Asing Langsung Di Indonesia Pada Tahun 1989-2019”. Jurnal Transekonomi:
Akuntansi, Bisnis dan Keuangan, Volume 2 Issue 1, 2022.

19

Anda mungkin juga menyukai