Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL

STRUKTUR MODAL INTERNASIONAL

(Makalah ini Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan
Internasional yang Dibina oleh Hj. Evaliati Amaniyah, S.E.,M,S.M)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

1. Safinatunnajah (190211100019)
2. Rani Yulia Efrianti (190211100022)
3. Putri Regita P.S (190211100024)
4. Dita Nur Dwi Yanti Putri (190211100034)
5. Ita Izzakah (190211100043)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Struktur Modal Internasional”. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keuangan Internasional. Selain itu kami
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai “Struktur
Modal Internasional” bagi pembaca.

Penyusunan makalah ini dapat terlaksana dengan baik berkat kerjasama yang dimiliki
seluruh anggota kelompok. Dalam menyusun makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, dan masihh banyak kekurangan. Hal ini dosebabkan karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam penulisan makalah dan penyusunan makalah

Sebagai akhir kata, kami mengharapkan bimbingan, kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca demi penyempurnaan makalah ini dan dijadikan pedoman untuk
menyusun makalah-makalah selanjutnya.

Bangkalan,23 Mei 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................................... 1
1.1. LATAR BELAKANG.......................................................................................................................... 1
1.2. RUMUSAN MASALAH .................................................................................................................... 3
1.3. TUJUAN ......................................................................................................................................... 3
1.4. MANFAAT ...................................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................................... 1
2.1. PENGERTIAN STRUKTUR MODAL .................................................................................................. 1
2.2. TEORI STRUKTUR MODAL ............................................................................................................. 1
2.3. KOMPONEN STRUKTUR MODAL ................................................................................................... 4
2.4. FAKTOR STRUKTUL MODAL .......................................................................................................... 6
2.5. KARAKTERISTIK MNC YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL.............................................. 8
2.6. DAMPAK STRUKTUR MODAL INTERNASIONAL PERUSAHAAN................................................... 10
STUDI KASUS............................................................................................................................................... 14
BAB III PENUTUP......................................................................................................................................... 20
3.1. KESIMPULAN ............................................................................................................................... 20
3.2. SARAN ......................................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................... 22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Perkembangan dunia bisnis di era globalisasi ini sangatlah pesat. Banyak perusahaan
yang tumbuh dan berkembang di masing-masing bidang usaha yang mereka jalani. Sehingga
perusahaan harus mempunyai upaya untuk mengatasi persaingan yang semakin tajam seperti
sekarang. Upaya tersebut menjadi permasalahan yang khusus bagi perusahaan, sehingga harus
bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas agar dapat bersaing dengan baik. Setiap perusahaan
memerlukan dana yang besar agar mampu menghasilkan produk produk yang berkualitas
sehingga tetap unggul dan dapat bertahan dalam persaingan bisnis. Apabila suatu perusahaan
dalam memenuhi kebutuhan dananya mengutamakan sumber dari dalam perusahaan, maka akan
sangat mengurangi ketergantungan kepada pihak luar. Manajer harus bisa mengambil keputusan
yang baik untuk mengambil sumber dana serta seberapa besar dana yang digunakan untuk
membiayai perusahaan. Dalam memenuhi keputusan kebutuhan dana tercakup beberapa
pertimbangan pembelanjaan yang baik atau penentuan struktur modal yang optimal.

Modal memiliki peranan penting bagi sebuah perusahaan dalam menjalankan kegiatan
operasionalnya. Modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh perusahaan yang
ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan, atau kelebihan nilai
aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya (Munawir, 2004:19).
Modal memiliki keterkaitan dengan struktur modal. Dalam hal ini dibutuhkan kebijakan struktur
modal yang merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk menentukan komposisi pendanaan
yang akan digunakan perusahaan. Komposisi pendanaan ini berasal dari dua sumber yaitu
sumber eksternal dan internal dimana antara hutang dengan ekuitas (Brigham dan Houston,
2006).

Pemenuhan kebutuhan dana dari sumber internal, yaitu sumber dana yang dibentuk atau
dihasilkan sendiri didalam perusahaan, misalnya dana yang berasal dari keuntungan yang tidak
dibagikan atau keuntungan yang ditahan didalam perusahaan, sehingga dapat dikatakan
perusahaan tersebut melakukan pembelanjaan dari pendanaan intern (internal financing). Makin
besar dana intern yang berasal dari laba ditahan akan semakin memperkuat posisi keuangan

1
perusahaan dalam menghadapi kesulitan keuangan di waktu-waktu mendatang. Laba ditahan ini
dapat digunakan oleh perusahaan sebagai cadangan untuk menghadapi kerugian yang timbul di
masa datang, untuk melunasi hutang

Adanya pasar modal di Indonesia memberikan kesempatan kepada perusahaan-


perusahaan Indonesia untuk mengatasi masalah yang paling sering dihadapi oleh mereka, yaitu
struktur modal yang sangat timpang. Bursa Efek Indonesia sebagai salah satu pasar modal yang
dapat dijadikan alternatif pendanaan bagi semua sektor perusahaan di Indonesia. Pasar modal
menyediakan fasilitas pemindahan dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana kepada
pihak yang membutuhkan dana. Setelah adanya pasar modal memungkinkan perusahaan
Indonesia untuk memiliki modal yang lebih besar dari hutang. Menurut Agus Harjito dan
Martono (2014;256), struktur modal (capital structure) adalah perbandingan atau imbalan
pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka
panjang terhadap modal sendiri. Sumber dana terbagi dua yaitu sumber dana internal (intern
financing) dan sumber dana eksternal (extern financing). Sumber dana internal yang ada di
perusahaan terdiri atas laba yang tidak dibagi (laba ditahan) dan depresiasi. Sedangkan sumber
dana eksternal berasal dari hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal sendiri.

Jika dalam pendanaan perusahaan yang berasal dari modal sendiri masih mengalami
kekurangan (defisit) maka perlu dipertimbangkan pendanaan perusahaan yang berasal dari luar,
yaitu hutang (debt financing). Namun dalam pemenuhan kebutuhan dana, perusahaan harus
mencari alternatif-alternatif pendanaan yang efisien. Pendanaan yang efisien akan terjadi apabila
perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal dapat
diartikan sebagai struktur modal yang dapat meminimalkan biaya penggunaan modal
keseluruhan atau biaya modal rata-rata, sehingga akan memaksimalkan nilai perusahaan.

2
1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan Struktur Modal Internasional ?


2. Apa saja teori-teori Struktur Modal Internasional ?
3. Apa tujuan Struktur Modal Internasional ?
4. Apa saja faktor Struktur Modal Internasional ?
5. Bagaimana cara menciptakan target Struktur Modal ?
6. Bagaimana Struktur Modal di berbagai negara ?
7. Bagaimana permasalahan Struktur Modal bagi perusahaan multinasional?
8. Bagaimana dampak Struktur Modal Internasional?
1.3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Struktur Modal Internasional
2. Untuk mengetahui teori Struktur Modal Internasional
3. Untuk mengetahui tujuan Struktur Modal Internasional
4. Untuk mengetahui faktor-faktor Struktur Modal Internasional
5. Untuk mengetahui cara menciptakan target Struktur Modal
6. Untuk mengetahui Struktur Modal di berbagai negara
7. Untuk mengetahui permasalahan Struktur Modal bagi perusahaan multinasional
8. Untuk mengetahui dampak Struktur Modal Internasional

1.4. MANFAAT
Penulisan makalah ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Memberikan wawasan kepada penulis dan pembaca mengenai Struktur Modal
Internasional
2. Memberikan informasi dan bahan referensi kepada pihak yang berkepentingan
dalam membahas dan memperoleh pengetahuan mengenai Struktur Modal
Internasional

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN STRUKTUR MODAL


Struktur modal adalah kombinasi atau perimbangan antara hutang dan modal sendiri
(saham preferen dan saham biasa) yang digunakan perusahaan untuk merencanakan
mendapatkan modal (Ambarwati, 2010). Struktur modal merupakan cerminan dari kebijakan
perusahaan dalam menentukan jenis yang ditentukan. Struktur modal perusahaan merupakan
bagian dari struktur keuangan perusahaan yang mengulas tentang cara perusahaan mendanai
aktivanya, dengan demikian terkait fungsi mendapatkan dana dari manajemen keuangan.
Pernyataan bahwa struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan perusahaan
didasarkan pada cakupan struktur keuangan yang lebih luas dibandingkan struktur modal.
Struktur keuangan perusahaan menggambarkan bagaimana cara perusahaan mendanai
aktivanya, baik dengan utang jangka pendek, utang jangka Panjang ataupun modal pemegang
saham.Penting bagi manajer untuk memahami struktur modal karena berkaitan dengan
pengambilan keputusan dalam memilih jenis sumber dana, baik yang diperoleh dari dalam
perusahaan sendiri (berupa laba ditahan) maupun dari luar perusahaan yang bersifat
uncontrollable, menentukan jumlah dana setiap sumber dana tersebut atau mencari
kombinasinya, mengantisipasi konsekuensinya pada tingkat biaya modal yang ditanggung
perusahaan, memperhatikan pengaruhnya terhadap nilai perusahaan yang maksimal.
2.2. TEORI STRUKTUR MODAL
Teori struktur modal menjelaskan apakah kebijakan pembelanjaan jangka panjang dapat
mempengaruhi nilai perusahaan, biaya modal perusahaan. Jika kebijakan pembelanjaan
perusahaan dapat memengaruhi faktor tersebut, sehingga bagaimana kombinasi utang jangka
panjang dan modal sendiri dapat memaksimumkan nilai perusahaan, atau meminimumkan
biaya modal perusahaan (Sudana, 2015:164).Berikut ini adalah teori-teori yang berkaitan
dengan struktur modal perusahaan adalah sebagai berikut (Sudana, 2015:172) :

1. Trade Off TheoryTeori trade off ini menjelaskan tentang keseimbangan antara
penggunaan utang dengan keseimbangan antara pengehematan pajak dan biaya
kebangkrutan atas penggunaan utang. Ketika perusahaan menggunkan hutang dalam

1
jumlah banyak pada awalnya akan meningkatkan nilai perusahaan, hal ini terjadi karena
pengaruh penghematan pajak yang berdampak pada nilai perusahaan lebih besar dari
pada pengaruh biaya kebangkrutannya. Namun seiring dengan penggunaan hutang yang
terlalu besar dan sudah melampaui batas atau titik tertentu maka hutan akan
menurunkan nilai perusahaan. Hal ini terjadi karena pengaruh penghematan pajak yang
meningkatkan nilai perusahaan lebih kecil dibandingkan dengan biaya kebangkrutan
sehingga justru akan menurunkan nilai perusahaan.

2. Signaling TheoryTeori sinyal ini mengemukakan tentang bagaimana perusahaan dalam


memberikan sinyal kepada pihak-pihak pengguna laporan keuangan, karena pada teori
ini menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dengan
pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan tersebut. Berdasarkan teori
sinyal perusahaan yang mampu menghasilkan laba akan mengggunakan utang lebih
banyak. Suatu perusahaan yang memprediksi labanya rendah cenderung akan
menggunakan tingkat utang yang rendah, mengapa hal ini terjadi karena jika perusahaan
menggunakan utang yang tinggi perusahaan akan menghadapi kesulitan keuangan.
Sebaliknya perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi akan menggunakan
lebih banyak utang, karena perusahaan dapat menggunakan bunga untuk mengurangi
pajak atas laba perusahaan yang besar. Semakin aman perusahaan dari segi pembiayaan,
tanbahan utang hanya akan meningkatkan sedikit resiko kebangkrutan. Dengan kata lain
perusahaan yang rasional akan menambah utang jika tambahan utang dapat
meningkatkan laba (Sudana, 2015: 174). Keputusan perusahaan dalam menggunakan
utang didasarkan pada keseimbangan antara penghematan pajak dan biaya
kebangkrutan yang ditimbulkan dari penggunaan utang tersebut.

3. Pecking Order TheoryMyers (1984) menyatakan bahwa terdapat hirarki pilahan


penggunaan dana oleh perusahaan. Perusahaan dalam menggunakan dana lebih
mengutamakan modal yang berasal dari internal perusahaan dengan menggunakan laba
ditahan, kemudian ketika perusahaan membutuhkan pendanaan dari eksternal perushaan
maka perusahaan akan memilih utang, kemudian menerbitkan saham baru. Hutang
dipilih terlebih dahulu dari penerbitan saham baru karena biaya modalnya lebih murah

2
utang dibandingkan dengan penerbitan saham baru, ketika perusahaan menggunakan
dana eksternal perusahaan harus mengungkapkan sejumlah informasi dalam prospektus
perusahaan. Pada teori ini perusahaan akan mengutamakan pendanaan dari internal
perusahaan karena biaya modalnya lebih murah dan perusahaan tidak perlu
mengungkapkan sejumlah informasi perusahaan.

4. Agency Theory Pada dasarnya setiap perusahaan di kelola oleh manajemen perusahaan.
Manajemen perusahaan terdiri dari orang-oran yang menjalankan kegiatan perusahaan.
Pada teori ini menyatakan bahwa para manajer memiliki tujuan pribadi yang
bertentangan dengan tujuan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham
perusahaa,sehingga hal ini bisa menimbulkan konflik antara manajer dengan pemegang
saham perusahaan. Selain itu konflik juga muncul antara manajer dengan kreditur.
Konflik antara manajer dengan pemegang saham yaitu berkaitan dengan perbedaan
tujuan dalam kepentingan perusahaan, pemegang saham menginginkan kesejahteraan
bagai mereka sedangkan para manajer tidak selalu bertindak untuk kepentingan
pemegang saham, namun untuk kepentingan dirinya sendiri, sehingga hal ini
menyebabkan para pemegang saham menanggung biaya untuk memantau kegiatan
pihak manajemen agar bertindak sesuai dengan tujuan perusahaan. Konflik antara
manajemen dengan kreditur berkaitan dengan bunga yang harus dibayarkan perusahaan
kepada pihak kreditur. Kreditur akan memperoleh sejumlah dana tetap dari perusahaan,
namun kessejahteraan pemegang saham berasal ari laba perusahaan. Pihak kreditur
hanya memikirkan kemampuan perusahaan dalam membayat kewajiban yang harus
dibayarkan kepada pihak kreditu, sedangkan pemegang saham menginginkan
manajemen perusahaan untuk memperhatikan kemampuan perusahaan dalam
memeroleh laba. Hanya saha ketika perusahaan menginginkan perolehan laba yang
besar perusahaan harus melakukan investasi pada proyek-proyek yang beresiko. Apabila
proyek berhasil kreditur tidak akan ikut menikmati hasil dari investasi tersebut, namun
jikaproyek gagal kreditur akan menanggung akibatnya, sehingga hal inilah yang
membuat kreditur untuk memastikan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya, salah satu caranya yaitu melalui pembatasan penggunaan utang.

3
2.3. KOMPONEN STRUKTUR MODAL

Komponen Struktur Modal untuk memahami tentang struktur modal maka perlu
mengetahui komponen atau pembagian dari struktur modal itu sendiri. Riyanto (2001)
menyatakan pada dasarnya struktur modal suatu perusahaan terdiri dari dua komponen, yaitu
modal asing atau hutang jangka panjang dan modal sendiri (shareholder equity). Berikut ini
beberapa penjelasan komponen struktur modal, yaitu:

1. Hutang jangka panjang atau modal asing


Hutang jangka panjang yang merupakan sumber dana eksternal yang didapat
perusahaan adalah jenis hutang yang jangka waktunya panjang atau memiliki jatuh
tempo lebih dari satu tahun. Jenis pembiayaan dari hutang jangka panjang ini pada
umumnya digunakan oleh perusahaan untuk membelanjai kegiatan-kegiatannya,
seperti melakukan perluasan usaha (ekspansi pasar) dan pengembangan produk
karena membutuhkan jumlah dana (modal) yang besar. Ada berbagai jenis dari
hutang jangka panjang suatu perusahaan, antara lain seperti:
a) Hutang Obligasi
Obligasi (bond) merupakan salah satu jenis surat berharga atau bentuk surat
utang yang dikenakan bunga dan nilai nominalnya harus dibayarkan kembali
pada tanggal jatuh tempo yang ditentukan, biasanya lebih dari satu tahun
(Reeve, 2010:219). Obligasi ini juga merupakan sertifikat yang menunjukkan
pengakuan bahwa perusahaan meminjam uang dan telah menyetujui untuk
membayarnya kembali dalam jangka waktu tertentu. Pembayaran kembali atau
pelunasan obligasi ini dapat diambil dari penyusutan asset tetap yang dibelanjai
perusahaan dengan pinjaman obligasi tersebut dan dari keuntungan yang
diperoleh perusahaan (Riyanto, 2001).
b) Hutang Hipotik (Mortgage)
Hutang hipotik adalah jenis hutang jangka panjang yang dijamin
pembayarannya dengan aset tetap atau aset tidak bergerak, seperti tanah dan
bangunan.
c) Kewajiban sewa guna usaha jangka panjang (hutang sewa pembiayaan)

4
Kewajiban ini termasuk bagian dari hutang jangka panjang. Menurut Stice dan
Skousen (2010), beberapa jenis kegiatan sewa guna usaha perusahaan atas
property, pabrik, dan peralatan pada hakikatnya merupakan pembelian yang
didanai dengan hutang.
2. Modal sendiri (Equity Capital)

Modal sendiri atau ekuitas pemegang saham merupakan modal yang diperoleh atau
berasal dari pemilik/pemegang saham perusahaan itu sendiri dan modal tersebut
tertanam dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak tertentu batasnya
(Riyanto, 2001). Sumber modal sendiri yang diperoleh perusahaan ada dua macam,
yaitu dari sumber intern dan sumber ekstern. Sumber intern ini diperoleh dari
keuntungan (laba) yang dihasilkan perusahaan dari aktivitas operasinya, sedangkan
sumber ekstern modal sendiri perusahaan diperoleh atau berasal dari
pemilik/pemegang saham perusahaan, yaitu modal saham.

3. Modal saham

Saham menunjukkan bukti kepemilikan yang diterbitkan oleh perusahaan. Saham


adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu perseroan
terbatas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa saham adalah tanda bukti kepemilikan
atau pengambil bagian dalam suatu usaha. Ada dua sumber utama dari modal
saham, yaitu :

a) Modal saham preferen, memberikan para pemegang sahamnya beberapa hak


istimewa yang menjadikannya lebih senior atau lebih diprioritaskan dari pada
pemegang saham biasa. Oleh karena itu, perusahaan tidak memberikan saham
preferen yang banyak. Saham preferen bentuk komponen modal jangka panjang
yang merupakan kombinasi antar modal sendiri dengan hutang jangka panjang.
b) Modal saham biasa, pemilik perusahaan adalah pemegang saham biasa
menginvestasikan uangnya dengan harapan mendapat pengembalian dimasa
yang akan datang. Saham biasa adalah bentuk komponen modal jangka panjang
yang ditanam oleh investor, dengan membeli saham ini berarti ia membeli
prospek dan siap menanggung segala risiko sebesar dana yang ditanamkan.

5
2.4. FAKTOR STRUKTUL MODAL
Faktor-faktor yang mempunyai pengaruh terhadap struktur modal perusahaan (Brigham
dan Houston, 2001 : 39-41) yaitu:
1. Stabilitas penjualan. Jika penjualan relatif stabil, perusahaan dapat secara aman
menggunakan hutang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang
penjualannya tidak stabil.
2. Struktur aktiva. Apabila aktiva perusahaan cocok digunakan untuk dijadikan
agunan kredit perusahaan tersebut cenderung menggunakan banyak hutang.
3. Leverage keuangan. Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan dengan leverage
operasi yang lebih kecil cenderung lebih mampu memperbesar leverage keuangan
karena ia akan mempunyai risiko bisnis yang lebih kecil.
4. Tingkat pertumbuhan. Perusahaan-perusahaan yang mempunyai tingkat
pertumbuhan lebih cepat, akan membutuhkan dana dari sumber ekstern yang lebih
besar.
5. Profitabilitas. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi,
menggunakan hutang yang relatif kecil. Laba ditahannya yang tinggi sudah
memadai membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan.
6. Pajak. Bunga merupakan biaya yang dapat mengurangi pajak perusahaan,
sedangkan deviden tidak. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat pajak
perusahaan, semakin besar keuntungan dari penggunaan pajak semakin besar daya
tarik penggunaan hutang.
7. Pengendalian. Pengaruh hutang lawan saham terhadap posisi pengendalian
manajemen bisa mampengaruhi struktur modal.
8. Sifat manajemen. Sifat manajemen akan mempengaruhi dalam pengambilan
keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan dana.
9. Sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilaian peringkat. Tanpa memperhatikan
analisis para manajer atas faktor-faktor leverage yang tepat bagi perusahaan
mereka, sikap pemberi pinjaman dan perusahaan penilaian seringkali
mempengaruhi keputusan struktur keuangan.
10. Keadaan pasar modal. Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan dalam
menjual sekuritas harus menyesuaikan dengan pasar modal tersebut.

6
11. Kondisi internal perusahaan. Apabila perusahaan memperoleh keuntungan yang
rendah sehingga tidak menarik bagi investor, maka perusahaan lebih menyukai
pembelanjaan dengan hutang daripada mengeluarkan saham.

Selain itu, terdapat juga faktor-faktor hasil temuan penelitian empiris mengenai struktur
modal yang menghasilkan sejumlah temuan dan diantaranya tercakup banyak faktor yang
berpengaruh terhadap keputusan struktur modal, yaitu risiko bisnis, fleksibilitas finansial, posisi
pajak yang dimiliki perusahaan, sikap manajemen, stabilitas penjualan, struktur asset,
profitabilitas, dan ukuran perusahaan, faktor-faktor tersebut yaitu:

1. Risiko bisnis yang dimiliki perusahaan adalah tingkat risiko yang melekat pada
operasi perusahaan apabila menggunakan hutang. Semakin tinggi risiko bisnis
suatu perusahaan, semakin rendah rasio hutangnya. Perusahaan dengan risko bisnis
atau volatilitas asset yang tinggi mempunyai rasio hutang yang rendah (Myers,
2001).
2. Fleksibilitas finansial adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh modal
dengan syarat-syarat yang tidak memberatkan dalam kondisi-kondisi yang buruk
sekalipun.
3. Tarif pajak, yaitu semakin tinggi tarif pajak, maka akan semakin terdorong untuk
menggunakan hutang. Hal ini disebabkan bunga hutang yang merupakan biaya
dapat mengurangi penghasilan (EBIT) sehingga akan sangat besar artinya bagi
perusahaan yang memiliki tarif pajak yang tinggi.
4. Sikap manajemen, yaitu semakin agesif sikap seseorang manajer, maka akan
semakin terdorong untuk menggunakan hutang dalam upaya untuk meraih laba.
5. Stabilitas penjualan, yaitu perusahaan yang memiliki penjualan yang stabil akan
dapat dengan aman melakukan hutang dan mengeluarkan biaya tetap yang lebih
tinggi dibandingkan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.
6. Struktur asset, yaitu perusahan yang asetnya dapat dijadikan jaminan untuk hutang
mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk menggunakan modal hutang
7. Profitabilitas, yaitu perusahaan dengan return on investment (ROI) yang tinggi
biasanya menggunakan relatif sedikit hutang.

7
8. Ukuran perusahaan, yaitu perusahaan yang berskala besar pada umumnya lebih
mudah memperoleh hutang dibandingkan dari perusahaan kecil karena terkait
dengan tingkat kepercayaan kreditur pada perusahaan-perusahaan besar.
Perusahaan besar juga cenderung lebih terdiversifikasi dan lebih tahan terhadap
risiko kebangkrutan.
2.5. KARAKTERISTIK MNC YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL

Menurut Madura (2001: 189) Di samping karakteristik yang khusus terkait dengan
MNC sendiri, karakteristik khusus. negara juga mempengaruhi keputusan untuk menggunakan
pembiyaan hutang vs ekuitas, dan dengan demikian, mempengaruhi struktur modal MNC.
Karakteristik-karakteristik khusus negara yang bisa mempengaruhi keputusan pembiyaan MNC
di anataranya adalah :
1. Restriksi Investasi di Negara Tamu
Investor-investor di sejumlah negara dibatsi oleh pemerintah mereka untuk
berinvestasi dalam saham-saham negara lain. Bahkan, sekalipun mereka
diperbolehkan investasi di negara lain, mereka mungkin tidak memperoleh
informasi yang memadai mengenai perusahaan di luar negara mereka. Ini
merupakan salah satu kendala implisit bagi investasi antar negara. Kendala-
kendala investasi internasional menyebabkan sejumlah investor memiliki lebih
sedikit. peluang investasi daripada investor-investor lain. Konsekuensinya, sebuah
perusahaan multinasional yang beroperasi di negara yang investor-investomya
memiliki lebih sedikit peluang investasi bisa menyerap ekuitas di negara yang
dimaksud dengan biaya yang relatif murah. Hal ini mendorong MNC-MNC untuk
menggunakan lebih banyak ekuitas dalam struktur modal mereka.
2. Suku bunga di Negara Tamu
Keberadaan hambatan-hambatan arus modal yang dimunculkan oleh
pemerintah, bersama-sama dengan fluktuasi nilai tukar, ketentuan ketentuan
perpajakan, dan risiko Negara, menyebabkan dana kredit tidak mengalir ke tempat
yang paling dibutuhkan. Jadi, harga dari kredit (yaitu, suku bunga) bervariasi dari
satu Negara ke Negara lain. Perusahaan multinasional mungkin bisa mendapatkan
kredit (hutang) dengan biaya yang relatif murah di Negara-Negara tertentu,

8
sementara biaya dari hutang di Negara-negara lain mungkin jauh lebih tinggi.
Konsekuensinya, preferensi MNC terhadap hutang tergantung pada suku bunga di
Negara tempat MNC beroperasi.
3. Kuat-Lemahnya Valuta di Negara Tamu
Jika mengkhawatirkan kemungkinan depresiasi valuta dari Negara-negara tamu,
sebuah perusahaan multi- nasional dapat membiayai sebagian besar operasi-operasi
luar negerinya dengan valuta-valuta dari Negara tempat dimana anak perusahaan
berlokasi (bukan menggunakan dana perusahaan induk). Dengan cara begini,
jumlah laba yang akan dipulangkan ke induk oleh perusahaan anak akan berkurang
karena harus disisihkan untuk melakukan pembayaran pembayaran bunga periodic.
Strategi ini mengurangi exposure MNC terhadap risiko nilai tukar. Jadi, bentuk
pembiayaan hutang ini bisa menjadi pilihan yang menguntungkan jika anak
perusahaan sangat terekspos terhadap risiko nilai tukar.
4. Country risk di Negara Tamu
Jika sebuah perusahaan multinasional terekspos terhadap country risk yang
tinggi, perusahaan dapat menggunakan pembiayaan hutang di Negara tamu. Dalam
hal ini, kreditor local yang telah meminjamkan uang mereka kepada MNC akan
berkepentingan untuk menjamin bahwa MNC diperlakukan secara adil oleh
pemerintah mereka. Selain itu, jika operasi-operasi MNC di Negara asing
dihentikan oleh pemerintah tamu, perusahaan tidak akan rugi banyak karena
operasi-operasinya dibiayai oleh kreditor local. Dalam situasi semacam ini,
kreditor local harus melakukan negoisasi dengan pemerintah mereka untuk
mendapatkan kembali seluruh atau sebagian dana yang telah mereka pinjamkan
setelah pemerintah mereka melikuidasi asset-aset yang disita dari MNC.

Bentuk risiko Negara yang tidak begitu berbahaya adalah kemungkinan pemerintah
tamu memblokir pemulangan dana dari anak perusahaan ke induk secara temporer. Perusahaan
anak yang dilarang memulangkan dana ke induk mereka sepanjang suatu periode mungkin lebih
suka menggunakan pembiayaan hutang lokal. Strategi ini akan mengurangi jumlah dana yang
akan diblokir karena harus disisihkan untuk melakukan pembayaran-pembayaran bunga. Jadi,
bentuk pembiayaan hutang ini cocok jika MNC mengkhawatirkan risiko Negara.

9
a. Undang-undang pajak di Negara Tamu.
Perusahaan anak luar negeri dari sebuah perusahaan multinasional biasanya terkena
withholding tax saat mereka memulangkan laba ke induk. Dengan menggunakan
pembiayaan dari sumber lokal (bukan pembiayaan dari induk), jumlah yang akan
dipulangkan secara periodic
b. Ikhtisar karakteristik Negara
Secara keseluruhan, perusahaan multinasional lebih cenderung menggunakan hutang
ketika perusahaan anak luar negeri mereka berahadapan dengan suku bunga yang
rendah, valuta lokal yang (diperkirakan) akan melemah, country risk yang tinggi, dan
tarif pajak yang tinggi. Karena karakteristik ini bervariasi antar Negara, perusahaan
anak dari sejumlah MNC akan diuntungkan oleh ungkitan keuangan yang tinggi,
sementara perusahaan anak lain akan dirugikan.

Untuk mengilustrasikan bagaimana suatu Negara mempengaruhi komposisi modal


perusahaan multinasional, pertimbangkan sebuah perusahaan multinasional AS yang berencana
mendirikan anak perusahaan di sebuah Negara Amerika Latin. Secara historis, Negara-negara
Amerika Latin memiliki laju inflasi yang tinggi, suku bunga tinggi, dan valuta yang lemah. Jika
anak perusahaan dibiayai dengan hutang lokal, suku bunga yang ditanggung akan tinggi.
Tetapi, jpembiayan hutang akan membantu mengisolasi pemegang-pemegang saham MNC AS
dari risiko Negara, karena akan meminimisasi investasi induk dalam perusahaan anak. Di
samping itu, pemakaian hutang lokal menciptakan aliran kas keluar masa depan (yaitu,
pembayaran- pembayaran bunga periodik) dalam valuta yang sama dengan valuta dari aliran
arus kas yang diterima anak perusahaan. Jadi, pemakaian hutang tidak hanya meminimisasi
investasi ekuitas.

2.6. DAMPAK STRUKTUR MODAL INTERNASIONAL PERUSAHAAN

1. Dampak Dari Kenaikan Pembiayaan Eksternal

Menurut Madura (2001: 208) Jika kondisi global menyebabkan meningkatnya


pemakaian pembiayaan eksternal oleh anak perusahaan, jumlah pembiayaan internal yang

10
dibutuhkan oleh anak perusahaan tentu berkurang. Karena dana internal yang tidak terpakai
akan dipulangkan ke induk, induk akan memiliki lebih banyak dana internal bagi pembiayaan.
Jika diasumsikan bahwa pembiayaan induk menyerap semua dana internal yang tersedia dan
hanya membutuhkan sedikit pembiayaan eksternal, terjadi dampak yang saling menhilangkan
atas struktur modal dari anak perusahaan dan perusahaan induk. Meningkatnya pemakaian dana
hutang eksternal oleh anak perusahaan ditutupi oleh berkurangnya pemakaian dana hutang
eksternal induk. Tetapi, biaya modal bagi perusahaan multinasional secara keseluruhan
mungkin berubah untuk dua alasan Pertama, berubahnya komposisi hutang dapat
mempengaruhi bunga yang dikenakan atas hutang. Kedua, perubahan tersebut dapat
mempengaruhi exposure MNC secara keseluruhan terhadap risiko nilai tukar, dan dengan
demikian, mempengaruhi premium risiko yang dikenakan atas modal.
Ada situasi-situasi di mana peningkatan pemakaian hutang pada anak perusahaan tidak
akan ditutupi oleh menurunnya pemakaian hutang oleh induk. Jika operasi-operasi perusahaan
induk dapat sepenuhnya dibiayai dengan dana internal, perusahaan induk tidak akan
menggunakan dana ekstemal. Dalam hal ini, kondisi internasional yang mendorong
meningkatnya pemakaian hutang oleh anak perusahaan akan menimbulkan struktur modal
padat-hutang bagi perusahaan multinasional secara keseluruhan. Sekali lagi, biaya modal
perusahaan multinasional dapat dipengaruhi oleh meningkatnya pemakaian dana internal, untuk
alasan-alasan yang telah disebutkan. Dan, alasan tambahan di sini adalah meningkatnya
proporsi pembiayaan hutang.
2. Dampak Menurunnya Pembiayaan Eksternal

Jika kondisi global menurunkan jumlah pembiayaan eksternal oleh anak perusahaan,
jumlah dana internal yang dibutuhkan oleh anak perusahaan akan meningkat. Konsekuensinya,
jumlah dana internal yang tersedia bagi induk akan berkurang. Jika operasi-operasi perusahaan
induk menyerap semua dana internal yang ada dan bahkan membutuhkan dana eksternal, terjadi
dampak yang saling menghilangkan atas struktur modal anak perusahaan dan perusahaan induk.
Penurunan pembiayaan hutang pada anak perusahaan diimbangi oleh peningkatan pemakaian
hutang oleh perusahaan induk Biaya modal MNC secara keseluruhan bisa berubah sekalipun
struktur modalnya tidak berubah, untuk alasan-alasan yang telah disampaikan sebelumnya. Jika
operasi-operasi induk dapat sepenuhnya dibiayai dengan dana internal induk tentu tidak perlu

11
menggunakan dana eksternal. Jadi,penurunan pembiayaan eksternal oleh anak perusahaan tidak
diimbangi dengan meningkatnya pemakaian dana ekstemal oleh induk, dan struktur modal
MNC keseluruhan menjadi lebih padat-ekuitas.
a. Kondisi-kondisi yang Mendorong Pemakaian Ekuitas Eksternal
Pembahasan kita sejauh ini mengasumsikan bahwa kebutuhan kebutuhan
dana bagi operasi perusahaan induk dapat dipenuhi oleh dana internal atau
sejumlah hutang eksternal. Jadi perusahaan induk belum memerlukan ekuitas
eksternal. Baru kemudian, bagi sebuah perusahaan multinasional yang tidak bisa
memenuhi semua kebutuhan pembiayaan dengan dana hutang eksternal, dana
ekuitas eksternal akan menjadi pilihan berikutnya sesuai dengan peck- ing order.
Akan tetapi,ada beberapa kondisi global yang bisa mendorong perusahaan
multinasional untuk menggunakan ekuitas eksternal sebelum hutang eksternal
yang akan dibahas berikut ini.
Agency Cost. Jika anak perusahaan di negara tamu tidak dapat dengan
mudah diawasi oleh investor-investor dari negara induk, agency) cost menjadi
lebih tinggi. Anak perusahaan di negara tamu bisa dipaksa oleh induk untuk
menerbitkan saham, bukan instrumen hutang, dalam pasar saham lokal, sehingga
manajer-manajer anak perusahaan akan terawasi dalam rangka menjamin proses
maksimisasi harga saham perusahaan.

b. Pendaftaran Saham pada Bursa Asing


Sebuah perusahaan multinasional dapat meningkatkan citra global jika
saham-sahamnya didaftarkan pada bursa saham luar negeri, bukan dengan
menerbitkan instrumen-instrumen hutang. Pembiayaan ekuitas eksternal menjadi
prioritas yang lebih tinggi daripada pembiayaan hutang dalam situasi-situasi
semacam ini. Jika anak perusahaan memilih menggunakan ekuitas
ekstemal.bukan hutang eksternal, struktur modal MNC secara keseluruhan akan
menjadi lebih padat-ekuitas, kecuali kalan perusahaan induk mengubah jika
saham-sahamnya didaftarkan pada bursa saham luar negeri, bukan dengan
menerbitkan instrumen-instrumen hutang. Pembiayaan ekuitas eksternal menjadi
prioritas yang lebih tinggi daripada pembiayaan hutang dalam situasi-situasi

12
semacam ini. Jika anak perusahaan memilih menggunakan ekuitas eksternal.
bukan hutang eksternal, struktur modal MNC secara keseluruhan akan menjadi
lebih padat-ekuitas, kecuali kalau perusahaan induk mengubah komposisi
modalnya. Menurunnya pemakaian hutang eksternal oleh anak perusahaan dapat
menaikkan kapasitas hutang perusahaan induk yang memungkinkan perusahaan
induk untuk meminjam lebih banyak dana. Pada dasarnya, meningkatnya
pemakaian ekuitas eksternal oleh anak perusahaan dapat menurunkan jumlah
dana ekuitas eksternal yang bisa dipakai oleh induk.

13
STUDI KASUS

DETERMINAN STRUKTUR MODAL (Studi Komparatif pada Manufacture


Multinational Corporation dan Domestic Corporation di BEI

Globalisasi telah membuka gerbang pasar bebas di Indonesia, salah satunya adalah
dengan keikutsertaan Indonesia sebagai negara yang turut andil dalam Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA). Menurut Lumbantobing (2008) perekonomian Indonesia sedang memasuki era
pasar bebas, yang kemudian menjadikan kegiatan ekonomi Indonesia ditopang oleh berbagai
jenis industri. Secara garis besar industri di Indonesia dijalankan oleh perusahaan-perusahaan
yang dibagi ke dalam dua kelompok yaitu perusahaan multinasional dan perusahaan domestik.
Keputusan struktur modal perusahaan adalah salah satu keputusan keuangan sebagai kunci yang
mencerminkan bagaimana sebuah perusahaan menjalankan bisnisnya. Struktur modal dapat
terdiri dari hutang, ekuitas, atau kombinasi dari keduanya (Masnoon dan Saeed, 2014).

Struktur modal perusahaan dapat berbeda-beda, bahkan perusahaan pada industri yang
sama juga akan memiliki struktur modal yang berbeda secara signifikan (Brigham dan Houston,
2011:154). Perbedaan rata-rata struktur modal manufacture MNc dan DMc di Indonesia bahwa
secara umum manufacture DMc memiliki rata-rata debt ratio yang lebih tinggi dibandingkan
dengan manufacture MNc. manufacture MNc mengalami penurunan rata-rata struktur modal,
yaitu turun sebesar 2,35 persen ditahun 2012 dibandingkan tahun 2011, dan kemudian
mengalami kenaikan hingga 0,38 persen ditahun 2013.

Secara rata-rata manufacture MNc menggunakan hutang paling banyak pada tahun 2011
dibandingkan tahun 2012 dan tahun 2013. Sementara itu, struktur modal manufacture DMc
secara rata-rata turun sebesar 0,57 persen pada tahun 2012 dibandingkan tahun 2011 dan
kemudian mengalami kenaikan sebesar 4,56 persen pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Nilai debt ratio kedua jenis perusahaan ini tidak melebihi 100 persen yang
menunjukkan bahwa baik manufacture MNc maupun manufacture DMc sama-sama tidak
menggunakan hutang yang melebihi ekuitasnya. Hal ini sesuai dengan teori struktur modal
optimal menurut Riyanto (2001:294), yaitu tercapai apabila jumlah hutang perusahaan tidak
lebih besar daripada jumlah ekuitas. Madura, Abdullah, Eiteman dan Stonehill (dalam Burgman,

14
1996) memprediksi bahwa MNc memiliki leverage lebih tinggi daripada perusahaan DMc. Hal
ini dikarenakan arus kas dari perusahaan multinasional yang terdiversifikasi internasional
sehingga MNc berada dalam posisi yang lebih baik daripada DMc untuk mendukung rasio
hutang yang lebih tinggi (Lee dan Kwok, 1988). Penelitian mengenai perbedaan struktur modal
MNc dengan DMc diantaranya diteliti di Amerika Serikat oleh Lee dan Kwok (1988), dan
Burgman (1996); di Australia oleh Akhtar (2005); di Jepang oleh Akhtar dan Oliver (2009); dan
di Taiwan oleh Lin dan Hung (2012). Penelitian tersebut menunjukkan adanya perbedaan hasil
penelitian Chen et al. (1997), Burgman (1996), Akhtar dan Oliver (2009), Aggarwal dan Kyaw
(2011), serta Lin dan Hung (2012) menemukan bahwa, leverage perusahaan multinasional secara
signifikan lebih rendah dibandingkan leverage perusahaan domestik. Sementara itu, Akhtar
(2005), menunjukkan bahwa leverage MNc tidak berbeda secara signifikan dengan DMc.

Di Indonesia, penelitian yang sama juga dilakukan oleh Putera (2006) yang juga
menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan antara struktur modal MNc dan DMc. MNc dan
DMc yang ada di Indonesia memeliki peluang dan ancaman yang sama sehingga memiliki
struktur modal yang sama. Penelitian dari Perwitasari (2011) dan Lumbantobing (2008) justru
menemukan bahwa terdapat perbedaan struktur modal MNc dan DMc di Indonesia. Penelitian
tersebut sejalan dengan hasil penelitian dari Vera, dkk. (2005) bahwa leverage MNc berbeda
dengan leverage DMc di Indonesia. Semakin besar biaya kebangkrutan maka semakin lebar
perbedaan tingkat struktur modal perusahaan MNc dan DMc, demikian juga profitabilitas yang
semakin tinggi akan memperlebar perbedaan tingkat struktur modal antara MNc dan DMc.
Perusahaan yang profitable akan memiliki rasio hutang yang tinggi. Perusahaan akan memilih
menggunakan banyak hutang untuk memperoleh manfaat penghematan pajak, ketika profit yang
diperoleh tinggi (Hadianto, 2008). Hasil berbeda ditemukan oleh Lumbantobing (2008) bahwa
ketika perusahaan memiliki profit yang sedikit maka alternatif sumber pendanaan melalui hutang
akan dipilih oleh perusahaan, dan ketika perusahaan memperoleh laba dalam jumlah yang besar
maka laba akan digunakan untuk mendanasi operasi perusahaan, sehingga jumlah hutang akan
menurun.

Liquidity merupakan kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang jangka pendeknya


(Wiagustini, 2010:76). Liquidity berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal (Jong et
al., 2008; Sari dan Haryanto, 2013; dan Masnoon, dan Saeed, 2014). Hasil berbeda justru

15
ditemukan oleh Rachmawardani (2007), yaitu likuiditas berpengaruh positif terhadap struktur
modal.

Asset tangibility merupakan faktor yang penting dalam menentukan keputusan struktur
modal, karena besarnya fixed asset dapat dijadikan jaminan oleh kreditor (Joni dan Lina, 2010).
Tangibility berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal (Hossain dan Ali, 2012;
Indrajaya, dkk., 2011). Hasil berbeda ditemukan oleh Wijaya dan Hadianto (2008) bahwa aset
berwujud berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Business risk adalah risiko yang dialami
perusahaan saat menjalankan bisnisnya. Trade-off theory menyatakan bahwa tingkat risiko
berbanding terbalik dengan jumlah hutang yang digunakan oleh perusahaan (Jong et al. (2008),
Sharif et al. (2012), Lim (2012), dan Pontoh dan Ilat (2013). Namun, hasil penelitian Perwitasari
(2011) justru menumukan bahwa risiko bisnis berpengaruh positif terhadap struktur modal.

Business risk adalah risiko yang dialami perusahaan saat menjalankan bisnisnya. Trade-
off theory menyatakan bahwa tingkat risiko berbanding terbalik dengan jumlah hutang yang
digunakan oleh perusahaan (Jong et al. (2008), Sharif et al. (2012), Lim (2012), dan Pontoh dan
Ilat (2013). Namun, hasil penelitian Perwitasari (2011) justru menumukan bahwa risiko bisnis
berpengaruh positif terhadap struktur modal.

masalah dalam studi ini yaitu apakah struktur modal manufatuure MNc dan DMc berbeda
nyata? Apakah profitability, liquidity, asset tangibility, dan business risk memiliki pengaruh
nyata terhadap struktur modal? serta meneliti kembali faktor-faktor (profitability, liquidity, asset
tangibility, dan business risk) yang mempengaruhi struktur modal MNc dan DMc di Indonesia.

Sumber data dalam studi ini berasal dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
Dependent variable dalam penelitian ini adalah struktur modal, sementara itu independent
variable yang digunakan yaitu profitability, liquidity, asset tangibility, dan business risk. Rumus
untuk setiap proksi adalah sebagai berikut:

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑒𝑏𝑡
1. Struktur modal, Debt Ratio = x 100%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡
𝐸𝐴𝑇
2. Profitability, ROE = x 100%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
𝑐𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
3. Liquidity, Current Ratio = 𝑐𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 x 100%

16
𝑓𝑖𝑥𝑒𝑑 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
4. Asset tangibility, Tangibility = x 100%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡
% 𝑐ℎ𝑎𝑛𝑔𝑒 𝑖𝑛 𝐸𝐵𝐼𝑇
5. Bussines risk, DOL = x 100%
% 𝑐ℎ𝑎𝑛𝑔𝑒 𝑖𝑛 𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠

untuk mengetahui pengaruh profitability, liquidity, asset tangibility dan business


risk terhadap struktur modal, dengan model regresi sebagai berikut:
1. Model Regresi Linier Berganda MNc :
YM = a1+ b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
2. Model Regresi Linier Berganda DMc :
YD = a2+ b5X1 + b6X2 + b7X3 + b8X4 + e

Keterangan :
YM,YD = struktur modal MNc dan Struktur Modal DMc
a1, a2 = Konstanta
b1--- b8 = Koefisien regresi
X1 = profitability
X2 = liquidity
X3 = assets tangibility
X4 = bussines risk
e = error term

Teori pecking order menjelaskan bahwa MNc yang memiliki profitabilitas lebih tinggi
daripada DMc, akan memilih menggunakan pendanaan internal sebagai sumber pendanaannya,
sehingga rasio hutang MNc lebih rendah dari pada DMc (Burgman, 1996). Lee dan Kwok (1988)
menyatakan bahwa MNc memiliki tingkat internasionalisasi yang tinggi, sehingga memiliki
peluang untuk memperoleh income yang lebih tinggi, dan memiliki peluang bisnis yang lebih
besar daripada DMc. Sumber pendapatan dan peluang bisnis yang lebih baik ini merupakan
sumber dana internal bagi MNc, yang kemudian menjadikan ketergantungan pada dana eksternal
akan semakin kecil. Hal ini kemudian mengakibatkan MNc memiliki struktur modal yang lebih
rendah daripada DMc.

17
Hasil penelitian Rachmawardani (2007) juga menemukan bahwa profitability
berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal manufacture MNc, Profitability memiliki
pengaruh positif terhadap struktur modal manakala perusahaan melakukan ekspansi yang
membutuhkan banyak dana, sehingga selain menggunakan internal financing perusahaan juga
menggunakan external financing dalam bentuk hutang. Sedangkan Profitability memiliki
pengaruh negatif tidak nyata terhadap struktur modal manufacture DMc, hasil penelitian ini
mendukung pecking order theory, bahwa DMc yang ada di Indonesia merupakan perusahaan
yang memiliki profit dalam jumlah yang besar, sehingga perusahaan lebih memilih
menggunakan internal financing melalui laba ditahan untuk mendanai kegiatan operasinya.
Namun, tinggi rendahnya profit tidak mampu menjamin besarnya jumlah hutang yang akan
digunakan oleh DMc. Ketidakstabilan profit ini menjadikan DMc kurang memperhatikan jumlah
hutang dalam struktur modalnya, sehingga profitability tidak memiliki pengaruh terhadap
struktur modal.

Liquidity bepengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal manufacture MNc dan
struktur modal manufacture DMc. anufacture MNc dan DMc mempunyai likuiditas yang tinggi,
artinya bahwa manufacture MNc dan DMc yang ada di Indonesia mampu melunasi kewajiban
jangka pendeknya, sehingga perusahan cenderung meminimalkan jumlah hutang yang kemudian
menjadikan struktur modalnya semakin rendah. Asset tangibility bepengaruh negatif dan
signifikan terhadap struktur modal manufacture MNc. Pilihan sumber pendanaan yang berasal
dari hutang masih memberikan tambahan manfaat (return) yang lebih besar dibandingkan biaya
modal yang dibutuhkan karena ketidakpastian bisnis. Viandgo (2013) menyatakan bahwa
peningkatan risiko bisnis pada umumnya terkait dengan peningkatan peluang investasi (high risk
high return). Terkait dengan hal tersebut, peningkatan risiko bisnis merupakan tantangan bagi
manajer untuk merealisasikan investasi yang menguntungkan (high return) melalui peningkatan
pembiayaan dengan hutang. Business risk tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal yang
tidak signifikan. Perusahaan memiliki business risk yang rendah, sehingga dalam penentuan
penggunaan hutang risiko bisnis kurang diperhatikan oleh pihak manajemen perusahaan.

18
Kesimpulan Studi Kasus Di Atas

Berdasarkan hasil analisis mengenai struktur modal, dan pengaruh profitability, liquidity,
asset tangibility, dan business risk terhadap struktur modal manufacture MNc dan DMc, maka
simpulan dalam penelitian ini dapat diringkas sebagai berikut :

1. Struktur modal manufacture MNc berbeda secara signifikan dengan


struktur modal manufacture DMc, serta struktur modal manufacture MNc
lebih rendah daripada struktur modal manufacture DMc.
2. Profitability memiliki pengaruh positif signifikan terhadap struktur modal
manufacture MNc, dan profitability tidak memiliki pengaruh terhadap
struktur modal manufacture DMc.
3. Liquidity memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal
manufacture MNc, dan liquidity memiliki pengaruh negatif signifikan
terhadap struktur modal manufacture DMc.
4. Asset tangibility memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap struktur
modal manufacture MNc, dan asset tangibility memiliki pengaruh negatif
signifikan terhadap struktur modal manufacture DMc.
5. Business risk memiliki pengaruh positif signifikan terhadap struktur modal
manufacture MNc, dan business risk tidak memiliki pengaruh terhadap
struktur modal manufacture DMc.

19
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Struktur modal perusahaan merupakan bagian dari struktur keuangan perusahaan yang
mengulas tentang cara perusahaan mendanai aktivanya, dengan demikian terkait fungsi
mendapatkan dana dari manajemen keuangan. Di dalam struktur modal perusahaan juga
terdapat beberapa teori yaitu Trade Off TheoryTeori, Signaling TheoryTeori , Pecking Order
TheoryMyers, dan Agency Theory. Teori struktur modal menjelaskan apakah kebijakan
pembelanjaan jangka panjang dapat mempengaruhi nilai perusahaan, biaya modal perusahaan.
Jika kebijakan pembelanjaan perusahaan dapat memengaruhi faktor tersebut, sehingga
bagaimana kombinasi utang jangka panjang dan modal sendiri dapat memaksimumkan nilai
perusahaan, atau meminimumkan biaya modal perusahaan.
Pernyataan bahwa struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan perusahaan
didasarkan pada cakupan struktur keuangan yang lebih luas dibandingkan struktur modal.
Struktur keuangan perusahaan menggambarkan bagaimana cara perusahaan mendanai
aktivanya, baik dengan komponen yaitu pertama modal asing (hutang jangka panjang )
merupakan sumber dana eksternal yang didapat perusahaan adalah jenis hutang yang jangka
waktunya panjang atau memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun seperti hutang obligasi ,
hutang hipotik dan kewajiban sewa guna usaha hutang jangka panjang. Kedua, modal sendiri
merupakan modal yang diperoleh atau berasal dari pemilik/pemegang saham perusahaan itu
sendiri dan modal tersebut tertanam dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak tertentu
batasnya (Riyanto,2001).
Profitabilitas berpengaruh negatif signifikan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi profit
perusahaan, maka semakin sedikit utang yang digunakan, dimana dengan profit yang tinggi
maka perusahaan akan dapat memiliki laba ditahan dalam jumlah besar. Laba ditahan ini
merupakan cadangan utama yang akan digunakan bila perusahaan akan melakukan investasi
untuk pengembangan usaha. Ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif signifikan, yang
berarti semakin besar ukuran perusahaan maka utang yang dipergunakan akan semakin
meningkat. Perusahaan yang memiliki ukuran besar, akan mudah memperoleh pendanaan dari
sektor perbankan dibandingkan dengan perusahaan kecil. bahwa perusahaan dengan aset
berwujud yang besar, akan dapat menggunakannya sebagai jaminan ke bank. Hubungan positif

20
ini didukung dari beberapa penelitian yang dilakukan di negara-negara maju. Sedangkan
penelitian di negara berkembang, di Thailand, dan Um (2001) di Korea menemukan hasil
terdapatanya hubungan positif antara aset nyata dan utang.

3.2. SARAN
Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi seluruh pembaca agar
dapat mengetahui tentang struktur modal internasional dan juga dapat menambah wawasan bagi
rekan-rekan mahasiswa. Untuk itu kepada para pembaca di mohon agar dapat memberikan
kritik dan saran atau komentarnya guna menyempurnakan makalah ini. Atas perhatiannya kami
ucapkan terimakasih.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ali ahmad,Agustin Sasi. 2015. Pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas pada perusahaan
telekomunikasi. Sekolah Tinggi ilmu Ekonomi Indonesia (Stiesia). Surabaya. VOL 4(9).
Brigham, Eugene F., dan Houston Joel F. 2011. Dasar- Dasar Manajemen Keuangan, Jakarta:
Salemba Empat.

Handayani Anita. 2015.Struktur Modal Perusahaan Multinasional dan Perusahaan Domestik


pada indeks LQ 45. Universitas Muhammadiyah Gresik.

Kurniasari widuri,wibowo B Junianto.2017. Manajemen Pembiayaan dan Ekuitas. Universitas


Katolik soegijapranata. Semarang.

Madura, jeff. 2001. Manajemen Keuangan internasional edisi 4. Erlangga: Jakarta.

Murhadi Werner Ria. 2011. Determinan Struktur Modal: Studi di Asia Tenggara. Universitas
Surabaya. VOL.13(2).

Sinthayani Dian, Sedana Ida Bagus Panji. 2015. Determinan Struktur Modal (Studi Komparatif
pada Manufacture Multinational Corporation dan Domestic Corporation di BEI).
Universitas Udayana, Bali, Indonesia. VOL.4(10).

Wirajaya Ari, Dewi Ayu Sri Mahatma. 2013. Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas Dan
Ukuran Perusahaan Pada Nilai Perusahaan. Universitas Udayana. VOL 4(2).

22

Anda mungkin juga menyukai