iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah keuangan internasional yang berjudul “Perdagangan
Internasional” dengan baik dan tepat waktu, makalah ini merupakan salah satu tugas dan
persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Manajemen Keuangan Internasioanl.
Penyusunan makalah ini dapat terlaksana dengan baik berkat kerjasama yang dimiliki seluruh
anggota kelompok. Dalam menyusun makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna, dan tidal jauh dari kekurangan. Hal ini dosebabkan karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman dalam penulisan makalah dan penyusunan makalah ini.
Sebagai akhir kata, kami harapkan bimbingan, kritik dan saran yang bersifat membangun
dari para pembaca demi penyempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1
1.1. LATAR BELAKANG ............................................................................................ 1
1.2. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................ 2
1.3. TUJUAN .................................................................................................................. 2
1.4. MANFAAT ............................................................................................................ 2
BAB II ........................................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................................. 3
2.1. PENGERTIAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL .................................... 3
2.2. TEORI-TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL.................................... 3
2.3. MANFAAT DAN HAMBATAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL ........ 7
2.4. SEBAB-SEBAB TERJADINYA PERDAGANGAN INTERNASIONAL ........ 8
2.5. KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL ....................................... 9
2.6. DAMPAK PERDAGANGAN INTERNASIONAL TERHADAP
PEREKONOMIAN INDONESIA ........................................................................................ 12
BAB III ....................................................................................................................................... 15
PENUTUP .................................................................................................................................. 15
3.1. KESIMPULAN ......................................................... Error! Bookmark not defined.
3.2. SARAN .................................................................................................................. 15
STUDI KASUS........................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan oleh suatu
negara untuk menilai dan mengevaluasi kondisi pembangunan ekonomi. Pertumbuhan
ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara
berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan
ekonomi dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat. Salah satu yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi suatu negara, yaitu kegiatan perdagangan internasional. Perdagangan
internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan
penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa
antar perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara
atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara, perdagangan
internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP. Perdagangan
internasional pun turut mendorong industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi dan
kehadiran perusahaan multinasional. Perdangangan Internasional sangat mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Jika suatu negara lebih banyak melakukan ekspor
daripada impor maka pendapatan nasional negara tersebut akan naik sehingga nantinya
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Manfaat dari perdagangan internasional dapat berupa kenaikan pendapatan negara,
cadangan devisa, transaksi modal dan bertambahnya kesempatan kerja. Salah satu indikator
pertumbuhan ekonomi adalah dengan Produk Domestik Bruto (PDB). PDB merupakan
indikator kesejahteraan perekonomian di suatu negara dan dapat menjadi rujukan untuk
mengukur kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan tingkat pendapatan (income). Maka
semakin meningkat ekspor suatu negara, pendapatan masyarakat akan meningkat pula. Produk
Domestik Bruto (PDB) adalah nilai pasar dari seluruh barang dan jasa yang diproduksi di suatu
negara pada periode tertentu (Gregory Mankiw, 2012:6). Produk Domestik Bruto (PDB) adalah
nilai pasar dari seluruh barang dan jasa yang diproduksi di suatu negara pada periode tertentu
(Gregory Mankiw, 2012:6). Komposisi PDB dari sisi pembelanjaan dimana PDB (yang
dilambangkan dengan Y) dibagi menjadi empat komponen,yaitu konsumsi (C), investasi (I),
belanja pemerintah (G), dan ekspor neto.
(NX). Y = C + I + G + NX (X-M)
1
Selama dua dekade yang lalu, fokus perhatian ekonomi dunia ditunjukkan pada
berbagai macam upaya guna meningkatkan pertumbuhan pendapatan nasional rill, para
ekonom memandang bahwa pertumbuhan pendapatan nasional rill dapat digunakan sebagai
sebuah ukuran kinerja (performance) perekonomian suatu negara. Konsep pembangunan
seringkali dikaitkan dengan proses industrialisasi, hal tersebut dikarenakan pengertiannya
dianggap sama, pembangunan ekonomi juga perlu sebagai suatu proses agar pola keterkaitan
dan saling mempengaruhi antara faktor- faktor dalam pembangunan ekonomi diamati dan
dianalisis, dengan cara tersebut dapat diketahui alur peristiwa yang terjadi dan dampaknya
pada peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat dari suatu tahap
pembangunan ketahap pembangunan berikutnya.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Beberapa masalah yang melandasi pembuatan makalah ini antara lain :
1. Apa yang dimaksud dengan Perdagangan Internasional?
2. Apa saja teori-teori Perdagangan Internasional?
3. Apa saja manfaat dan factor penghambat Perdagangan Internasional?
4. Apakah sebab-sebab timbulnya Perdagangan Internasional?
5. Apa saja kebijakan Perdagangan Internasional?
6. Bagaimana dampak Perdagangan Internasional terhadap Perekonomian Indonesia?
1.3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Perdagangan Internasional.
2. Untuk mengetahui teori-teori Perdagangan Internasional.
3. Untuk mengetahui manfaat dan factor hambat Perdagangan Internasional.
4. Untuk mengetahui sebab-sebab timbulnya Perdagangan Internasional.
5. Untuk mengetahui kebijakan Perdagangan Internasional.
6. Untuk mengetahui dampak Perdagangan Internasional terhadap Perekonomian
Indonesia.
1.4. MANFAAT
Penulisan makalah ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Memberikan wawasan kepada penulis dan pembaca mengenai Perdagangan
Internasional.
2. Memberikan informasi dan bahan referensi kepada pihak yang berkepentingan dalam
membahas dan memperdalam pengetahuan yang berhubungan dengan Perdagangan
Internasional.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PENGERTIAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Menurut Tambunan (2001:1), perdagangan internasionl didefinisikan sebagai
perdagangan antarnegara yang mencakup ekspor dan impor meliputi perdagangan barang dan
jasa. Menurut Putong (2013:361) perdagangan internasional merupakan perdagangan
antarnegara yang memiliki kesatuan hukum dan kedaulatan berbeda. Perdagangan
internasional didasarkan pada perjanjian yang telah disepakati bersama dan berlaku secara
internasional dapat dilakukan oleh perorangan, perusahaan ataupun antarnegara. Sedangkan
menurut Hady (2001:14) perdagangan internasional merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang
mempelajari dan mengalisa terkait dengan transaksi dan permasalahan ekspor dan impor,
perdagangan, moneter, dan kerjasama antarnegara. Menurut Hestanto (2020), perdagangan
internasional merupakan perdagangan yang dilakukan antarpedagang berbeda negara yang
dilandasi atas kesepakatan bersama. Sedangkan yang dimaksud pedagang dapat diartikan
antarpedagang, perusahaan atau antarpemerintah. Secara global perdagangan internasional
menjadi salah satu yang sangat diharapkan untuk meningkatkan pendapatan nasional.
Perkembangan terakhir dengan adanya perdagangan internasional dapat mendorong terjadinya
industrialisasi, globalisasi, perkembangan transportasi, dan tumbuh dan berkembangnya
perusahaan multinasional.
3
keterampilan dan efisiensi tenagakerja yang lebih dalam proses produksi. Suatu
negara dikatakan memiliki keuntungan absolut dalam produksi jenis barang
tertentu jika negara tersebut mampu memproduksi barang dengan biaya lebih
rendah dibanding dengan barang tersebut diproduksi di negara lain. Pada
akhirnya, negara yang memilii keuntungan absolut akan melakukan ekspor.
Selanjutnya dalam teori keunggulan absolut, suatu negara memiliki keunggulan
absolut jika negara dapat melakukan spesialisasi dalam produksi komoditi
tertentu.
Ada beberapa asumsi yang dipersyaratkan dalam teori keunggulan absolut,
yakni:
1. Faktor produksi diperhitungkan adalah tenaga kerja
2. Kualitas barang yang diproduksi relatif sama
3. Pertukaran barang tidak menggunakan uang sebagai alat tukar
4. Biaya transportasi dianggap nol.
Teori keunggulan absolut untuk variabel yang diperhitungkan merupakan
variabel riil non moneter. Teori keunggulan absolut disebut juga sebagai teori
murni perdagangan internasional. Dalam perkembangnya, teori perdagangan
internasional tentang teori keunggulan absolut berdampak besar terhadap dunia.
Dampak tersebut dapat ke arah era globalisasi secara lebih cepat dan masif.
b. Teori Keunggulan Komparatif
Teori keunggulan komparatif diperkenalkan oleh David Ricardo yang
mengajukan asumsi perdagangan internasional dapat terjadi walaupun suatu
negara tidak memiliki keunggulan absolut tetapi memiliki keunggulan
komperatif. Menurut teori David Ricardo, perdagangan internasional
menguntungkan antarnegara jika negara tidak memiliki keunggulan absolut,
tetapi memiliki keunggulan komparatif harga komoditi yang berbeda.
David Ricardo dalam bukunya Principles of Political Economy and Taxation
(1817) menyampaikan bahwa keunggulan komparatif berawal dari kelemahan
teori keunggulan absolut yang menyatakan perdagangan internasional terjadi
jika setiap negara yang terlibat dalam perdagangan internasional mempunyai
keunggulan absolut. Menurut Ricardo, kelemahan pola pikir keunggulan
absolut karena ketika hanya satu negara yang memiliki
4
keunggulan absolut untuk barang tertentu yang dihasilkan, maka tidak akan
terjadi perdagangan internasional yang menguntungkan. Karenanya, kelemahan
ini lalu disempurnakan oleh David Ricardo lewat teori keunggulan komparatif.
Dalam teori keunggulan komparatif, negara yang mempunyai keunggulan
mutlak dalam memproduksi semua barang itu harus mengekspor barang yang
mempunyai keunggulan komparatif tinggi dan mengimpor barang yang
mempunyai keunggulan komparatif rendah.
c. Teori Heckscher-Ohlin (H-O)
Teori Heckscher-Ohlin (H-O) disampaikan oleh Eli Heckscher dan Bertil
Ohlin. Teori H-O menyatakan bahwa pola perdagangan internasional ditandai
oleh banyak negara cenderung melaksanakan ekspor barang yang dimiliki
terutama faktor produksi yang melimpah dan diproduksi secara secara intensif.
Ekspor barang ini karena adanya perbedaan produktivitas yang disebabkan
adanya perbedaan proporsi faktor produksi seperti modal, tenaga kerja, dan
lahan yang dimiliki. Teori H-O disebut juga The Proportional Factor Theory.
Asumsi yang digunakan dalam teori H-O adalah negara yang memiliki
faktor produksi yang relatif banyak dan murah akan melakukan spesialisasi
produksi untuk mencapai target ekspor yang tinggi. Sedangkan negara dengan
faktor produksi yang sedikit dan mahal memilih melakukan impor untuk
produk-produk tertentu. Pola perdagangan internasional yang sering terjadi
banyak negara mengekspor barang dan menggunakan faktor produksi melimpah
secara intensif sehingga menghasilkan produk-produk tertentu.
Terdapat banyak faktor yang mendorong negara melakukan perdagangan
internasional, meliputi:
1. Pemenuhan konsumsi terhadap barang/jasa dalam negeri
2. Perbedaan kemampuan dan penguasaan iptek dalam mengolah sumber
daya ekonomi yang dimiliki
3. Meningkat keuntungan dan pendapatan negara
4. Kelebihan produksi di dalam negeri sehingga perlu adanya pasar ekspor.
Dengan adanya perbedaan dalam penguasaan sumber daya alam, tenaga
kerja, jumlah penduduk, kondisi iklim, dan budaya akan terjadinya perbedaan
hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi sehingga akan terjadinya
perdagangan internasional antarnegara.
5
d. Teori Faktor Spesifik
Teori faktor spesifik merupakan teori yang diperkenalkan oleh JacobViner
dan merupakan turunan teori keunggulan absolut karya David Ricardo. Secara
matematik diformulasikan oleh Ronald Jones pada tahun 1971 dan Michael
Mussa pada tahun 1974. Teori faktor spesifik menganggap adanya satu faktor
produksi yang spesifik. Faktor produksi ada yang dianggap tidak dapat
dipindahkan antarindustri. Pada teori faktor spesifik dianggap dalam suatu
perekonomian ada dua golongan faktor produksi, satu faktor produksi spesifik
dan faktor produksi dapat berpindah. Faktor produksi spesifik seperti modal dan
lahan, sedangkan faktor produksi yang dapat berpindah seperti Sumber Daya
Manusia (SDM). Dalam prakteknya, teori faktor spesifik sering dimanfaatkan
untuk menjelaskan pengaruh perdagangan yang ada satu faktor produksi
spesifik. Peningkatan perdagangan internasional secara bebas terhadap barang
tertentu akan menguntungkan pemilik dari faktor produksi spesifik barang
tertentu tersebut. Sedangkan pemilik dari faktor produksi tenaga kerja
cenderung memiliki keinginan berbeda dengan pemilik lahan dan pemilik
modal.
Dalam prakteknya industri hampir di banyak negara, pemilik modal dan
pemilik lahan dirasakan sangat dominan perannya dalam menjalankan politik
industri. Sedangkan SDM dalam politik industri sepertinya dianggap sebagai
pelengkap. Hal ini sangat dirasakan untuk menentapkan politik industri SDM
jarang sekali dilibatkan. Kasus di Indonesia, tenaga kerja (buruh) biasanya
hanya terlibat dalam penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP) dalam
perundingan tri partid antara perwakilan pengusaha, tenaga kerja (buruh), dan
pemeritah.
e. Teori Gravitasi Perdagangan
Teori gravitasi perdagangan sebenarnya diinspirasi oleh teori fisika tentang
gravitasi yang diciptakan oleh Isaac Newton. Teori gravitasi perdagangan
menerangkan perdagangan antarnegara dapat diprediksikan dengan
memanfaatkan persamaan gravitasi Isaac Newton. Persamaan teori gravitasi
dapat digunakan untuk memprediksi hubungan perdagangan internasional,
bahwa besar suatu negara dapat dilihat dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB)
dan biaya transportasi perdagangan antarnegara. Teori
6
gravitasi perdagangan dapat dimanfaatkan untuk membantu analisa pola
perdagangan dan membuat prediksi perdagangan internasional dengan
memperhitungkan jarak geografis dan hubungan perdagangan antarnegara.
Model ini meniru hukum gravitasi Newton yang juga memperhitungkan jarak
dan ukuran fisik diantara dua benda atau produk. Model ini telah terbukti secara
empiris dalam pemanfaatan analisa ekonometri. Faktor lain seperti tingkat
pendapatan, hubungan diplomatik, dan kebijakan perdagangan juga dimasukkan
dalam versi lebih besar dari model tersebut.
7
umumnya kedua negara menggunakan mata uang asing lain yang biasa digunakan
sebagai pembayaran internasional seperti dolar atau euro.
3. Adanya konflik besar di suatu negara.
Dalam hal ini, konflik merujuk pada situasi politik dalam negeri seperti kerusuhan etnis,
peperangan, kudeta, dan sebagainya. Risiko keamanan yang tidak terjamin berpengaruh
terhadap proses transaksi jual beli.
4. Birokrasi yang bertele-tele.
Setiap kegiatan ekspor dan impor harus melalui birokrasi pemerintahan.Semakin pelik
sistem birokrasi, maka semakin lama waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan
ekspor dan impor. Sebagai imbasnya, kepercayaan penjual dan pembeli akan menurun
hingga menghambat aktivitas perdagangan.
5. Rendahnya kualitas SDM.
Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kualitas produksi. Jika suatu negara kaya
akan hasil alam namun tidak memiliki SDM yang memadai untuk mengolahnya, maka
produk yang dihasilkan juga akan bernilai rendah. Hal itu tentu akan berdampakpada
nilai jual hingga sulit bersaing dengan produk serupa yang diproduksi negara lain.
6. Organisasi ekonomi pada regional tertentu.
Hambatan perdagangan internasional lainnya disebabkan karena perdagangan
dikhususkan atau terbatas bagi negara anggota anggota organisasi. Dengan begitu,
negara luar yang memiliki kualitas produk bagus tidak bisa menjual produknya ke
negara anggota tersebut, begitu pula sebaliknya.
8
digitalisasi pemrosesan data, berkembangnya peralatan komunikasi serta masih
banyak lagi.
2. Interdependensi Kebutuhan
Masing-masing negara memiliki keunggulan serta kelebihan di masing-masing
aspek, bisa di tinjau dari sumber daya alam, manusia, serta teknologi. Kesemuanya itu
akan berdampak pada ketergantungan antara negara yang satu dengan yang lainnya.
3. Liberalisasi Ekonomi
Kebebasan dalam melakukan transaksi serta melakukan kerjasama memiliki
implikasi bahwa masing-masing negara akan mencari peluang dengan berinteraksi
melalui perdagangan antar negara.
4. Asas Keunggulan Komparatif
Keunikan suatu negara tercermin dari apa yang dimiliki oleh negara tersebut yang
tidak dimiliki oleh negara lain. Hal ini akan membuat negara memiliki keunggulan yang
dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan bagi negara tersebut.
5. Kebutuhan Devisa
Perdagangan internasional juga dipengaruhi oleh faktor kebutuhan akan devisa suatu
negara. Dalam memenuhi segala kebutuhannya setiap negara harus memiliki cadangan
devisa yang digunakan dalammelakukan pembangunan, salah satu sumber devisa
adalah pemasukan dari perdagangan internasional.
9
2. Subsidi Ekspor.
Subsidi ekspor adalah pembayaran sejumlah tertentu kepada perusahaan atau
perseorangan yang menjual barang ke luar negeri, seperti tariff, subsidi ekspor dapat
berbentuk spesifik (nilai tertentu per unit barang) atau Od Valorem (presentase dari
nilai yang diekspor). Jika pemerintah memberikan subsidi ekspor, pengirim akan
mengekspor, pengirim akan mengekspor barang sampai batas dimana selisih harga
domestic dan harga luar negeri sama dengan nilai subsidi. Dampak dari subsidi
ekspor adalah meningkatkan harga dinegara pengekspor sedangkan di negara
pengimpor harganya turun.
3. Pembatasan Impor.
Pembatasan impor (Import Quota) merupakan pembatasan langsung atas jumlah
barang yang boleh diimpor. Pembatasan ini biasanya diberlakukan dengan
memberikan lisensi kepada beberapa kelompok individu atau perusahaan.
Misalnya, Amerika Serikat membatasi impor keju. Hanya perusahaan-perusahaan
dagang tertentu yang diizinkan mengimpor keju, masing-masing yang diberikan
jatah untuk mengimpor sejumlah tertentu setiap tahun, tak boleh melebihi jumlah
maksimal yang telah ditetapkan. Besarnya kuota untuk setiap perusahaan
didasarkan pada jumlah keju yang diimpor tahun-tahun sebelumnya.
4. Pengekangan Ekspor Sukarela.
Bentuk lain dari pembatasan impor adalah pengekangan sukarela (Voluntary Export
Restraint), yang juga dikenal dengan kesepakatan pengendalian sukarela
(Voluntary Restraint Agreement=ERA). VER adalah suatu pembatasan (Kuota atas
perdagangan yang dikenakan oleh pihak negara pengekspor dan bukan pengimpor.
VER mempunyai keuntungan-keuntungan politis dan legal yang membuatnya
menjadi perangkat kebijakan perdagangan yang lebih disukai dalam beberapa tahun
belakangan. Namun dari sudut pandang ekonomi, pengendalian ekspor sukarela
persis sama dengan kuota impor dimana lisensi diberikan kepada pemerintah asing
dan karena itu sangat mahal bagi negara pengimpor. VER selalu lebih mahal bagi
negara pengimpor dibandingan dengan tariff yang membatasi
10
impor dengan jumlah yang sama. Bedanya apa yang menjadi pendapatan
pemerintah dalam tarif menjadi (rent) yang diperoleh pihak asing dalam VER,
sehingga VER nyata-nyata mengakibatkan kerugian.
5. Persyaratan Kandungan Lokal.
Persyaratan kandungan lokal (local content requirement) merupakan pengaturan
yang mensyaratkan bahwa bagian-bagian tertentu dari unit-unit fisik, seperti kuota
impor minyak AS ditahun 1960-an. Dalam kasus lain, persyaratan ditetapkan dalam
nilai, yang mensyaratkan pangsa minimum tertentu dalam harga barang berawal
dari nilali tambah domestic. Ketentuan kandungan local telah digunakan secara luas
oleh negara berkembang yang beriktiar mengalihkan basis manufakturanya dari
perakitan kepada pengolahan bahan-bahan antara (intermediate goods). Di amerika
serikat rancangan undang-undang kandungan local untuk kendaraan bermotor
diajukan tahun 1982 tetapi hingga kini berlum diberlakukan.
6. Subsidi Kredit Ekspor.
Subsidi kredit ekspor ini semacam subsidi ekspor, hanya saja wujudnya dalam
pinjaman yang di subsidi kepada pembeli. Amerika Serikat seperti juga kebanyakan
negara, memilki suatu lembaga pemerintah, export-import bank (bank Ekspor-
impor) yang diarahkan untuk paling tidak memberikan pinjaman-pinjaman yang
disubsidi untuk membantu ekspor.
7. Pengendalian Pemerintah (National Procurement).
Pembelian-pembelian oleh pemerintah atau perusahaan-perusahaan yang diatur
secara ketat dapat diarahkan pada barang-barang yang diproduksi di dalam negeri
meskipun barang-barang tersebut lebih mahal daripada yang diimpor. Contoh yang
klasik adalah industri telekomunikasi Eropa. Negara-negara mensyaratkan eropa
pada dasarnya bebas berdagang satu sama lain. Namun pembeli-pembeli utama dari
peralatan telekomunikasi adalah perusahaan-perusahaan telepon dan di Eropa
perusahaan-perusahaan ini hingga kini dimiliki pemerintah, pemasok domestic
meskipun jika para pemasok tersebut mengenakan harga yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pemasok-pemasok lain. Akibatnya adalah hanya sedikit
perdagangan peralatan komunikasi di Eropa.
11
8. Hambatan-Hambatan Birokrasi (Red Tape Barriers).
Terkadang pemerintah ingin membatasi impor tanpa melakukannya secara formal.
Untungnya atau sayangnya, begitu mudah untuk membelitkan standar kesehatan,
keamanan, dan prosedur pabean sedemikian rupa sehingga merupakan perintang
dalam perdagangan. Contoh klasiknya adalah Surat Keputusan Pemerintah Perancis
1982 yang mengharuskan seluruh alat perekam kaset video melalui jawatan pabean
yang kecil di Poltiers yang secara efektif membatasi realiasisampai jumlah yang
relatif amat sedikit.
Dampak positif dari perdagangan internasional bagi perekonomian Indonesia yang patut
diketahui:
1. Sumber Devisa.
Dampak positif perdagangan internasional bagi perekonomian Indonesia yang
pertama adalah sebagai sumber devisa negara. Selain mendapatkannya dari TKA,
devisa juga dapat diperoleh dengan melakukan perdagangan internasional karena
dengan melakukannya negara bisa mendapatkan mata uang asing.
Perdagangan internasional juga akan membuat kebutuhan terpenuhi dan membuat
pendapatan menjadi meningkat. Sehingga dengan adanya peningkatan pendapatan
negaraakan meningkatkan kemakmuran suatu negara yang bersangkutan.
12
2. Memperluas peluang pekerjaan.
Dampak positif perdagangan internasional bagi perekonomian Indonesia yang
kedua adalah untuk membantu memperluas peluang pekerjaan. Proses perdagangan
internasional khususnya ekspor membutuhkan tenaga kerja. Perdagangan
internasional membantu menghasilkan lebih banyak lapangan pekerjaan melalui
pembangunan industri-industri baru guna memenuhi permintaan produk di
berbagai negara. Hal ini turut serta dalam menekan angka pengangguran.
3. Meningkatkan kualitas konsumsi.
Dampak positif perdagangan internasional bagi perekonomian Indonesia yang
ketiga adalah untuk meningkatkan kualitas konsumsi masyarakat. Perdagangan
internasional memungkinkan industri dalam negeri untuk meningkatkan kualitas
barang agar bisa bersaing di pasar bebas. Hal ini pun dengan sendirinya akan
meningkatkan standar masyarakat terhadapsuatu barang dan jasa.
4. Memperluas pasar dan keuntungan.
Dampak positif perdagangan internasional bagi perekonomian Indonesia yang ke
empat adalah untuk memperluas pasar dan keuntungan. Dengan adanya
perdagangan internasional, pengusaha bisa menjalankan mesin-mesinproduksinya
secara maksimal dan menjual kelebihan produk yang dihasilkan ke luar negeri.
Dengan begitu, tingginya produktivitas akan meningkatkan pendapatan dan tentu
saja keuntungan yang lebih dari biasanya.
5. Peningkatan teknologi.
Dampak positif perdagangan internasional bagi perekonomian Indonesia yang
kelima adalah untuk peningkatan teknologi. Di negara berkembang, teknologi yang
dimiliki biasanya belum berkembang sepesat negara maju. Oleh karena itu, dengan
adanya perdagangan internasional hal tersebut memungkinkan untuk melakukan
pelatihan sehingga dapat mengejar ketertinggalan teknologi negara itu sendiri.
13
6. Hubungan baik antar negara.
Manfaat perdagangan internasional bagi ekonomi indonesia lainnya yang bisa
dirasakan adalah terjalinnya hubungan baik antar negara yang ada gilirannya juga
akan berpengaruh pada hubungan kerjasama ekonomi. Hubungan baik tentu akan
dibuat oleh negara-negara yang berpartisipasi. Setelah itu, kerjasama-kerjasama
lainnya juga bisa dijalankan oleh negara tersebut.
14
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPOULAN
Perdagangan internasional dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat. Salah satu
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Terdapat beberapa teori yang ada
dalam perdagangan internasional. Suatu negara akan mendapatkan beberapa manfaat apabila
melakukan perdagangan internasional. Dalam pelaksanaannya perdagangan internasional
memiliki kebijakan-kebijakan yang harus dilakukan. Di Indonesia perdagangan internasional
memberikan beberapa dampak yaitu dampak posotif dan dampak negatif.
3.2. SARAN
Adapun saran dari penulis dalam penulisan makalah ini adalah Pemerintah lebih
memperhatikan lagi dampak negatif dari perdagangan internasional. Sehingga dapat
memberikan kebijakan untuk menanggulangi masalah-masalah tersebut. Bentuklah suatu
peraturan-peraturan tentang bagaimana cara pembayaran antar negara agar tercipta negara yang
damai dan jika kebutuhan penduduknya terpenuhi, suatu negara harus melakukan perdagangan
internasional yaitu kegiatan ekspor dan impor dan jika seseorang ingin membeli barang yang
tidak bisa dihasikannya maka dia harus mempunyai daya beli.
15
STUDI KASUS
16
Ketika aturan COOL diresmikan pada tanggal 23 Mei 2013 yang berlaku
kepada seluruh retailer ternyata aturan tersebut hanya efektif sampai bulan September 2013,
dimana aturan ini hanyalah bisa mewajibkan adanya identifikasi dan verifikasi terhadap urat
daging yang memiliki asal berbeda terutama ketika daging itu disembelih. Akan tetapi pada 23
November 2013 para pengecer sudah diminta menunjukan asal muasal dan identifikasi
terhadap daging yang mereka dagangkan.Pengecer harus mengidentifikasi negara tertentu di
mana hewan itu lahir, diternakkan dan disembelih. Aturan pelabelan mencakup pemotongan
otot dari daging sapi, ayam, babi, domba, dan kambing, serta yang sementara diproses di luar
daging olahan. Sementara pihak Kanada sedang mengajukan banding tentang hukum tersebut
yang akan dipanelkan pada 9 Januari 2014 diPeradilan Federal. Asumsi diberlakukannya
hukum COOL ini agar setiap konsumen yang ada di AS mengetahui dengan jelas produk yang
mereka konsumsi. Tetapi bisa juga aturan tersebut hanyalah alasan AS bahwa warga AS hanya
bisa mengkonsumsi daging yang diternakkan atau dikembangkan di negara itu (protection for
domestic policy product).
Kemunculan Canadian Cattlemen’s Association, Canadian Pork Council, The
American Association of Meat Processors, American Meat Institute (AMI), North American
Meat Association, and Southwest Meat Association,National Cattlemen’s Beef Association,
National Pork Producers Council,merupakan sejumlah pihak yang kurang setuju dengan
diberlakukanya hukum COOL. Secara sederhana pemberlakuan COOL akan menguntungkan
konsumen akan tetapi bagi pengusaha dan pebisnis akan cenderung menyulitkan untuk
mencampurkan produk olahan daging yang berasal dari negara lain dan mengakibatkan industri
ternak cenderung sulit berkembang. Oleh sebab itu mereka mengajukan tindakan
peradilan.Kemudian Kanada sebagai pihak yang dirugikan mengatakan terjadi pelanggaran
terhadapperjanjian perdagangandanmengajukanbanding atas aturan COOL milik USDA
kepada WTO. Pada tahun 2011, WTO sebagai rezim yang bertanggung jawab atas konflik
perdagangan menyetujui hal itu dan memberikan perintah kepada AS untuk bisa membuktikan
segala tuduhannya terhadap proteksionisme impor daging Kanada terkait munculnya aturan
COOL oleh USDA.
Dalam rivalitas model negosiasi yang terjadi kedua negara akhirnya mampu
merubah style masing-masing yang menitik beratkan pada style konstruktif, dimanakedua
negara sepakat untuk tetap meninjau kembali aturan tersebut sehingga tidak merugikan Kanada
dan dari sisi AS juga tidak merugikan industri dalam negerinya.
17
Kesimpulan dan Saran
Kebijakan proteksionisme negara terhadap negara lain pada dasarnya melanggar konstitusi
GATT yang sekarang menjadi WTO. Kebijakan proteksionisme ini ditujukan untuk
melindungi industri muda yang ada dalam pasar domestik agar ke depan bisa bersaing dengan
industri asing. Namun segi pragmatis kebijakan tersebut justru dimanfaatkan oleh
sejumlah aktor/perusahaan untuk menjadikan kapitalisme semu negara. Artinya tidak ada
konsistensi negara terhadap komitmen untuk menjadikan pasar sebagai tujuan utama ekonomi
politik. Oleh karena itu disadari bahwa proteksionisme memang diperlukan namun yang
harus di sadari adalah proteksionisme yang bersifat selektif. Maksudnya adalah harus ada
periodisasi tentang munculnya kebijakan tersebut. Sebab jika tidak, justru menjadi sebaliknya
yaitu industri dalam negara akan manja sebab selalu dilindungi oleh negara.
Kebijakan proteksionisme seharusnya disikapi sebagai cara untuk menjadikan
integrasi ekonomi dan industrialisai yang lebih kompetitif dan inovatif yang jika dipandang
positif justru kebijakan ini tidak merusak tatanan ekonomi politik terhadap pasar. Yang perlu
dilakukan adalah menghasilkan produk yang bersaing, kompetitif, inovatif, memperbaiki
infrastruktur, tata kelola admistrasi negara, tata kelola manajemen perusahaan agar ketika
muncul kebijakan proteksi negara dengan sejumlah pandangan dan asumsinya bisa menjadi
pelajaran agar setiap infant industrymempersiapkan diri dan produk terbaiknya untuk di impor
atau di ekspor keluar. Karena pada dasarnya hukum ekonomi politik setiap negara bisa menjadi
pelaku ekspor dan juga bisa menjadi pelaku impor.
Proteksionisme yang dilakukan oleh AS terhadap Kanada merupakan upaya
mendiskriminasi perdagangan sebagai upaya untuk menghindari kompetisi industri pasar
bebas. AS yang selalu lantang menyuarakan pasar bebas ternyata dalam beberapa kasus
perdagangan internasional tidak menunjukkan konsistensinya sebagai negara demokrasi dalam
bidang perdagangan internasional. Walaupun terkesan memang sangat pragmatis akan tetapi
negara sebesar AS seharusnya tidak perlu takut dengan kompetisi pasar bebas. Hal tersebut
membuktikan bahwa ada konflik dalam ekonomi politik internasional terutama dalam bidang
perdagangan. AS dengan segala kemampuan hegemoninya berupaya menerobos aturan
GATT/WTO yang sudah menjadi rezim internasional dalam perdagangan global. Keterlibatan
WTO melalui pendekatan negosiasi dalam menyelesaikan sengketa perdagangan merupakan
upaya WTO dalam menciptakan
18
siklus perdagangan internasional yang kompetitif, adil, bebas tanpa ada diskriminasi. Namun
sebagai intervensionis seharusnya WTO berani memberikan sangsi hukum kepada AS sebagai
negara yang selalu melanggar konstitusi perdagangan. Sebab hal ini bisa menjadi preseden
buruk bagi negara lainya dalam menciptakan siklus yang sama dalam perdagangan
internasional. Sengketa COOL antara AS dan Kanada hanyalah sebagian kecil dari
banyaknya sengketa dagang yang dilakukan oleh beberapa negara. Dalam publikasidata
WTO,AS merupakan salah satu negara yang paling banyak melakukan proteksi produk dan
terlibat dengan beberapa negara. Oleh karena itu pendekatan negosiasi sampai saat ini masih
menjadi pendekatan yangpaling efektif dalam menyelesaikan sengketa dagang di antara
negara-negara anggota WTO.
19
DAFTAR PUSTAKA
iii