Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA
PANCASILA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA INDONESIA
Dosen Pembimbing :

Oleh :
Asya Maharani Puteri (2001026089)

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdullillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena


atas rahmat dan inayahnya akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “PERDAGANGAN INTERNASIONAL DI MASA PANDEMI COVID-
19” dengan tepat pada waktunya.
Selanjutnya shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah buat baginda
nabi besar Muhammad SAW, semoga kita semua mendapat syafa’atnya, amin ya
rabbal ‘alamin.
Makalah ini disajikan sebagai proses belajar mengajar pada mata kuliah
”BISNIS”. Dalam kesempatan berbahagia ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada dosen pengampu mata kuliah yaitu Bapak Dr.Jawatir Pardosi, M.Si,
rekan, keluarga, sahabat yang telah membimbing dan membantu penulis dalam
menyelesaikan tugas makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan serta kesalahan baik dalam penulisan dan
penyusunannya. Untuk itu di harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan tugas makalah ini.

Samarinda, 11 Maret 2021

PENULIS

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................4
C. Tujuan.....................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Dampak Negatif dari Bisnis atau Perdagangan Internasional
Bagi Perekonomian Indonesia ................................................5
B. Bisnis Internasional di Indonesia Pada Masa Pandemi
Covid – 19 ...............................................................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................11
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya, tak ada satu negara pun yang bisa memenuhi semua
kebutuhan penduduknya sendiri. Hal ini lah yang memicu suatu negara
untuk melakukan kerja sama perdagangan dengan negara lain atau yang
biasa disebut perdagangan internasional. Perdagangan internasional
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan suatu negara akan barang atau jasa
yang tidak dapat dihasilkan di dalam negeri karena faktor – faktor tertentu.
Menurut Wahono Diphayana (2018), perdagangan internasional
juga dapat didefinisikan sebagai transaksi bisnis antara pihak – pihak dari
lebih satu negara. Contoh, transaksi bisnis itu adalah ekspor impor produk,
pembelian bahan baku dari luar negeri, hingga investasi di negara lain.
Kegiatan perdagangan internasional bisa dilakukan penduduk suatu negara
dengan warga negara lain, individu – individu berlainan negara, individu
dengan pemerintah negara lain atau pemerintah satu negara dengan negara
yang lain.
Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting
dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan
internasional, perekonomian akan saling terjalin dan tercipta suatu
hubungan ekonomi yang saling mempengaruho suatu negara dengan
negara lain serta lalu lintas barang dan jasa akan membentuk perdagangan
antar bangsa. Perdagangan internasional merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara.
Perdagangan internasional sangat mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi suatu negara, karena dalam perdagangan internasional semua
negara bersaing di pasar internasional. Salah satu keuntungan perdagangan
internasional adalah memungkinkan suatu negara untuk berspesialisasi
dalam menghasilkan barang dan jasa secara murah, baik dari segi bahan
maupun dari cara berproduksi. Akan tetapi, manfaat nyata dari

1
perdagangan internasional dapat berupa kenaikan pendapatan, cadangan
devisa, transfer modal, dan luasnya kesempatan kerja. Adanya
pertumbuhan ekonomi juga merupakan indikasi keberhasilan
pembangunan ekonomi di suatu negara, pertumbuhan ekonomi yang stabil
atau cenderung meningkat menandakan keberhasilan pemerintah negara
tersebut dalam meningkatkan perekonomian negaranya (Deviyantini,
2012).
Pertumbuhan ekonomi merupakan sumber utama dalam upaya
meningkatkan standar hidup masyarakat. Nanga (2005:273)
mendefinisikan pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kemampuan
dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa.
Pertumbuhan ekonomi lebih menunjukkan pada perubahan yang bersifat
kuantitatif dan biasanya diukur dengan menggunakan data produk
domestik bruto (GDP) atau pendapatan per kapita. Murni (2006:175)
menjelaskan tujuan utama dari perhitungan pertumbuhan ekonomi adalah
untuk melihat apakah kondisi perekonomian semakin membaik atau
sebaliknya. Ukuran baik buruknya dapat dilihat dari struktur produksi dan
daerah asal produksi.
Namun, beberapa saat lalu kegiatan ekonomi baik perdagangan
internasional maupun perdagangan di dalam negeri sempat mengalami
kendala. Hal ini karena disebabkannya muncul wabah penyakit yang
menjangkit hampir di seluruh dunia. Wabah ini disebut Corona Virus
Disease – 19 (Covid -19).
Tanggal 31 Desember 2019 WHO (World Health Organization)
China Country Office melaporkan telah ditemukan kasus Pneumonia yang
belum diketahui etologinya di kota Wuhan-China. Setelah diidentifikasi
akhirnya pada 7 Januari 2020 WHO mengumumkan pneumonia yang
tidak diketahui ini merupakan jenis baru dari pneumonia yaitu corona
virus (corona virus disease atau covid-19) (Susilo, Adityo, DKK, 2020).
Tanggal 12 Maret 2020 WHO menetapkan wabah covid-19 sebagai
pandemic global dan menetapkan status gawat darurat karena penyebaran
virus yang sangat cepat mencapai 118.000 kasus di 114 negara dan

2
mengakibatkan 4.291 orang meninggal dunia (World Health Organization,
2020).
Tanggal 3 Maret 2020 Presiden Joko Widodo di Istana
Kepresidenan Indonesia mengumumkan Indonesia menjadi negara
terdampak covid-19 dengan kasus yang menimpa dua warga Depok, Jawa
Barat (Nasional Kompas, 2020). Indonesia sampai dengan 31 Desember
2020 jumlah kasus virus corona bertambah 8.074 kasus, total kasus positif
menjadi 743.198, sembuh 611.097 dan meninggal 22.138 (Detik, 2020).
Penyebaran virus ini yang sangat cepat dan sulit untuk diidentifikasi
memaksa dunia internasional harus berpikir cepat dan tepat untuk
mengambil kebijakan publik. Karena dampak dari virus ini telah
menyebabkan keadaan darurat kesehatan masyarakat (Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat) (Hairi, 2020).
Di Indonesia berlandaskan pertimbangan epidemologis, sumber
daya, ekonomi, sosial dan budaya, keamanan, dan besarnya ancaman
efektifitas, Presiden Joko Widodo mulai menetapkan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) (Nasional Kompas, 2020), melalui PP No. 21
tahun 2020 yang dilandasi Pasal 60 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018
tentang karantina Kesehatan sejak tanggal 9 Maret. PSBB adalah
pembatasan kegiatan tertentu pada penduduk dalam suatu wilayah yang
diduga terinfeksi penyakit atau terkontaminasi sedemikian rupa untuk
mencegah kemungkinan penyebaran penyakit tersebut (Hairi, 2020).
Kebijakan PSBB diterapkan antara lain melakukan kegiatan
pembelajaran/persekolahan dari rumah, pembatasan kegiatan keagamaan
dan pembatasan kegiatan lainnya di tempat umum seperti penutupan mall
dan arena bermain anak. Kebijakan ini tentunya memiliki efek samping
dibidang perekonomian khususnya bagi para pelaku usaha dan masyarakat
lainnya yang menyebabkan sejumlah industri mati dan mata pencaharian
menjadi tersendat bagi masyarakat yang bekerja di sektor informal
(Arkadia Digital Media, 2020).
Menurut Sihaloho (2020), Covid-19 berpengaruh terhadap
ekonomi di Indonesia secara kompleks. Salah satu indikator yang diukur

3
adalah terjadinya pelemahan Rupiah terhadap USD dan mata uang asing
seiring bertambahnya kasus Covid-19. Indikator lain yang diukur adalah
dari IHSG dimana sebelum adanya pandemi Covid-19 berada dikisaran
6000-an, tetapi setelah mewabahnya pandemi Covid-19 berada di kisaran
4000-an.
Hal ini diperkuat oleh penelitian Damuri dkk tahun 2020 yang
memprediksi secara umum adanya dampak Covid-19 secara signifikan
yang mempengaruhi perekonomian Indonesia. Hal ini diiringi dengan
perlambatan kinerja industri manufaktur dan melambatnya perekonomian
secara global, mampu mengakibatkan penurunan permintaan pada pasar.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada dampak negatif dari bisnis atau perdagangan internasional
bagi perekonomian Indonesia?
2. Bagaimana bisnis internasional di Indonesia pada masa pandemi covid
19 seperti ini?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dampak negatif dari bisnis atau perdagangan
internasional bagi perekonomian Indonesia.
2. Untuk mengetahui keadaan bisnis internasional di Indonesia pada masa
pandemi covid-19.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dampak Negatif Dari Bisnis Atau Perdagangan Internasional Bagi


Perekonomian Indonesia
Aktivitas perdagangan internasional sebenarnya telah berjalan
sejak ribuan tahun sebelum masehi. Seiring berkembangnya teknologi
komunikasi dan transportasi, kegiatan perdagangan antar negara menjadi
semakin lancar. Maka, saat ini perdagangan internasional menjadi aspek
penting dalam pertumbuhan ekonomi setiap negara, banyak negara
memanfaatkan perdagangan internasional guna meningkatkan Gross
Domestic Product (GDP).
Indonesia memiliki letak yang strategis secara geografis, yakni di
antara Benua Asia dan Benua Australia. Selain itu diapit oleh dua
samudera yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Posisi tersebut
memberikan keuntungan bagi Indonesia untuk melakukan hubungan
perdagangan internasional dengan negara lain di dunia. Selain itu,
Indonesia memiliki tanah yang subur.
Menurut Sadono Sukirno, manfaat perdagangan internasional
adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri.
Banyak faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap
negara. Faktor-faktor tersebut diantaranya kondisi geografis, iklim,
tingkat penguasaan iptek, dll. Dengan adanya perdagangan
internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak
diproduksi sendiri.
2. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi. Sebab utama kegiatan
perdagangan adalah untuk memperoleh keuntungan yang diwujudkan
oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu

5
barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara lain,
tetapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor
barang tersebut dari luar negeri.
3. Memperluas pasar dan menambah keuntungan. Terkadang para
pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat produksinya)
dengan maksimal karena khawatir akan terjadi kelebihan produksi,
yang mengakibatkan turunnya harga produk mereka. Dengan adanya
perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan mesin-
mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan produk tersebut ke
luar negeri.
4. Transfer teknologi modern. Perdagangan luar negeri memungkinkan
suatu negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih efisien dan
cara – cara manajemen yang lebih modern.
Dalam perdagangan internasional ada yang disebut negara
pengekspor dan negara pengimpor. Negara pengekspor adalah negara yang
menjual hasil produksinya ke luar negeri, sedangkan negara pengimpor
adalah negara yang membeli hasil produksi dari negara pengekspor.
Tentunya negara pengekspor ataupun negara pengimpor akan
mendapatkan keuntungan dari perdagangan internasional. Negara
pengekspor memperoleh pasar serta negara pengimpor memperoleh
kemudahan untuk dapat mendapatkan barang yang dibutuhkan.
Dengan adanya perdagangan internasional ini juga membawa
dampak positif yang cukup luas bagi perekonomian pada suatu negara.
Dampak positif tersebut menurut Nazzarudin Malik (2017) antara lain:
1. Terbentuknya hubungan persahabatan antar negara
Perdagangan antar negara pun bermanfaat untuk membentuk
relasi persahabatan dengan negara – negara lainnya. Apabila hubungan
antar negara berjalan dengan baik, besar kemungkinan kerja sama
keduanya akan berkembang ke banyak sektor dan tidak terbatas dalam
perdagangan. Kerja sama itu bisa pula merambah bidang lainnya
seperti budaya, politik, pendidikan, militer maupun teknologi.
2. Menciptakan efisiensi dan spesialisasi

6
Berlangsungnya perdagangan internasional akan membuat satu
negara memiliki spesialisasi dalam satu sektor ekonomi. Dalam artian,
negara maupun penduduknya akan memiliki keahlian khusus yang
berbeda dengan negara lainnya dalam menghasilkan produk barang
dan jasa.
3. Meningkatkan kemakmuran negara
Indikator kemakmuran sebuah negara dapat dilihat dari
aktivitas pelaku ekonomi meliputi produsen, konsumen dan
pemerintah. Dengan adanya aktivitas perdagangan internasional, akan
membawa kemakmuran bagi setiap pelaku ekonomi tersebut.
Para produsen akan mengalami kemakmuran jika bisa
meningkatkan profit yang dimiliki dengan mengerek angka penjualan
barang atau jasa ke berbagai negara dengan sedikit hambatan tarif
ataupun non tariff.
Sedangkan bagi konsumen, akan mengalami kemakmuran bila
telah meningkatkan utility dengan meningkatkan konsumsi tanpa
terhalang kesulitan memperoleh barang atau jasa yang tidak diproduksi
dalam negaranya.
Pemerintah juga mendapat keuntungan jika melakukan
perdagangan internasional karena sumber pemasukan devisa negara
akan semakin meningkat apabila nilai ekspor semakin tinggi.
4. Berkurangnya pengangguran
Apabila pasar perdagangan luar negeri semakin meluas maka
kegiatan produksi barang ataupun jasa di suatu negara juga akan
semakin meningkat. Karena hal ini, kebutuhan akan tenaga kerja juga
ikut meningkat di berbagai sektor. Jika hal itu terjadi, dengan
sendirinya angka pengangguran juga semakin berkurang.
5. Transfer ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
Perdagangan internasional juga berperan sebagai alat
mobilisasi IPTEK, terutama dari negara maju ke negara berkembang.
Perdagangan internasional akan memungkinkan suatu negara
mengekspor barang yang berbasis kecanggihan teknologi seperti mesin

7
dan alat-alat modern pada negara yang lebih membutuhkan. Maka
dengan demikian, akan semakin cepat mobilisasi teknologi pada
negara pengimpor tersebut.

6. Menstabilkan harga
Perdagangan internasional secara tidak langsung juga bisa
mengendalikan harga yang terdapat di pasar domestik suatu negara.
Dengan adanya perdagangan internasional, kelangkaan barang yang
mengakibatkan harga mahal bisa diatasi melalui impor untuk
menambah stok di pasar domestik. Sebaliknya apabila negara memiliki
stok berlebih yang menyebabkan harga barang menjadi murah maka
kegiatan ekspor bisa dilakukan untuk mengurangi barang.
Walaupun kerja sama perdagangan internasional mendatangkan
banyak manfaat bagi negara yang terlibat, tetapi aktivitas ekonomi ini juga
dapat membawa dampak negatif. Nazzarudin Malik (2017) dalam bukunya
menyebutkan sejumlah dampak negative dari perdagangan internasional
adalah sebagai berikut:
1. Produk dalam negeri semakin menurun
Adanya perdagangan internasional ini akan turut menimbulkan
persaingan industri antar negara. Apabila industri di suatu negara
memiliki kualitas produksi barang yang rendah dan harga yang relatif
mahal dibandingkan dengan negara lainnya, maka negara tersebut akan
mengalami penurunan jumlah permintaan. Ini karena konsumen
cenderung mencari barang dengan kualitas bagus dan harga terjangkau.
2. Ketergantungan terhadap negara – negara maju
Dari sisi produksi barang, negara berkembang dan miskin
memiliki ketergantungan yang cukup tinggi terhadap negara maju
dalam faktor produksi, khususnya yang berkaitan dengan teknologi.
Sedangkan dari sisi konsumsi barang, pengembangan barang
elektronik serta otomotif sampai saat ini makin dikuasai oleh negara-
negara maju. Akibatnya negara miskin dan berkembang mayoritas
masih sebagai konsumen saja.

8
3. Industri kecil kesulitan untuk bersaing
Keterbatasan modal sering kali jadi hambatan bagi industri-
industri kecil untuk mengembangkan diri. Aktivitas perdagangan
internasional berpotensi semakin membatasi ruang gerak industri kecil
karena harus bersaing dengan industri nasional maupun multinasional
yang memiliki modal lebih besar.
4. Persaingan tidak sehat
Langkah pemerintah suatu negara untuk memenangkan
persaingan di perdagangan internasional, dengan membuat sejumlah
kebijakan seperti dumping dan praktik tarif impor, adalah tidak tepat.
Strategi itu merusak esensi dari perdagangan internasional yang
seharusnya didasarkan kepada prinsip persaingan usaha yang sehat.

B. Bisnis Internasional Di Indonesia Pada Masa Pandemi Covid 19


Pandemi Covid-19 telah menggemparkan seluruh dunia dengan
kemunculannya pertama kali di kota Wuhan, China. Pandemi
menyebabkan kemunduran berbagai sektor terutama sektor ekonomi di
seluruh dunia termasuk Indonesia. Perkembangan ekonomi Indonesia
mengalami penurunan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 pada awal
tahun 2020. Kondisi ini memicu penurunan perdagangan bahkan
perdagangan internasional dimana perekonomian dunia menurun sebesar
7%, terparah sejak perang dunia kedua.
Hal tersebut berpengaruh pada perkembangan ekonomi Indonesia
sebab dengan adanya pembatasan kegiatan distribusi maka upaya dalam
peningkatan produk ekspor Indonesia akan sulit dilakukan. Beberapa
negara yang menjadi pasar tujuan ekspor andalan Indonesia seperti AS,
China, Singapura dan Eropa juga tidak terlepas untuk melakukan
perlindungan industri dalam negerinya. Hal tersebut menyebabkan
ancaman baru secara global. Ada pula sejumlah negara yang melakukan
penambahan standar-standar tertentu, yang artinya barang impor
diperbolehkan masuk, akan tetapi harus memenuhi syarat yang dipersulit
terlebih dahulu.

9
Lesunya kondisi itu sejalan dengan penurunan konsumsi
masyarakat. Argumentasi itu dapat terlihat dari grafik pertumbuhan
konsumsi rumah tangga yang turun tajam dari yang biasanya 5% menjadi
2,83% pada Kuartal II – 2020. Di tengah ketidakpastian situasi ekonomi
dan kesehatan, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan sepanjang
2020 posisi neraca perdagangan Indonesia masih surplus senilai 2,25
miliar dolar AS. Adapun catatan defisit sebesar 0,35 miliar dolar AS
terjadi pada April 2020 berasal dari nilai ekspor yang hanya sebesar 12,19
miliar dolar AS. Dari catatan tersebut menunjukkan bahwa masih ada
gerak kecil pertumbuhan ekonomi Indonesia walaupun terjadi di tengah
wabah pandemi Covid-19 yang mengharuskan pembatasan sosial dan
penuruan aktivitas ekonomi masyarakat.
Kinerja perdagangan Indonesia di masa pandemi ini terus
memproleh surplus, tercatat Indonesia surplus 3,61 miliar dolar AS pada
Oktober 2020. Dengan demikian, ini adalah kali ke enam neraca
perdagangan Indonesia mengalami surplus secara berturut – turut pada
tahun 2020.
Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Mohammad
Dian Revindo menilai, surplus dagang terjadi karena kinerja ekspor tetap
solid ditengah pandemi Covid-19. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS), nilai ekspor pada Oktober 2020 mencapai 14,39 miliar dolar AS
yang merupakan nilai terbesar sepanjang tahun 2020. Kinerja ekspor
Oktober tumbuh 3,09 persen dibandingkan September 2020. Sementara
bila dibandingkan Oktober 2019, nilai ekspor hanya terkontraksi 3,29
persen.
Menurut Revindo, membaiknya kinerja ekspor karena Indonesia
diuntungkan dengan adanya perang dagang Amerika Serikat dan China.
Dengan adanya perang dagang, Indonesia menjadi negara pemasok
kebutuhan AS yang tadinya dipasok dari China. Jadi Indonesia masuk ke
Amerika menggantikan produk China. Makanan, minuman, alat
kelistrikan, beberapa tekstil masuk ke As menggantikan produk China.

10
Namun demikian, pemerintah tidak boleh berpuas diri. Pemerintah harus
bisa meningkatkan kualitas barang-barang dalam negeri agar memiliki
daya saing yang tinggi.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada dasarnya, tak ada satu negara pun yang bisa memenuhi semua
kebutuhan penduduknya sendiri. Hal ini lah yang memicu suatu negara
untuk melakukan kerja sama perdagangan dengan negara lain atau yang
biasa disebut perdagangan internasional. Perdagangan internasional
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan suatu negara akan barang atau jasa
yang tidak dapat dihasilkan di dalam negeri karena faktor – faktor tertentu.
Dampak positif perdagangan internasional:
1. Terbentuknya hubungan persahabatan antar negara
2. Menciptakan efisiensi dan spesialisasi
3. Meningkatkan kemakmuran negara
4. Berkurangnya pengangguran
5. Transfer ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
6. Menstabilkan harga
Dampak negative dari perdagangan internasional adalah sebagai
berikut:
1. Produk dalam negeri semakin menurun
2. Ketergantungan terhadap negara – negara maju
3. Industri kecil kesulitan untuk bersaing
4. Persaingan tidak sehat
Kondisi perekonomian Indonesia pada masa pandemi Covid-19
mengalami fluktuasi. Memang pada masa awal pandemi ekonomi
Indonesia mengalami penurunan termasuk sektor ekspor dan impor.

11
Namun, seiring berjalannya waktu dan masyarakat mulai sedikit demi
sedikit pulih maka kegiatan perdagangan internasional Indonesia mulai
mengalami surplus besar, terutama ekspor komoditi pertanian dan
pertambangan.
Karena beberapa negara maju masih berproduksi untuk konsumsi
dalam negeri, dan dana yang digunakan berupa hutang negara untuk
cadangan memenuhi kebutuhan di masa pandemi Covid-19 terutama
makanan, buaha-buahan, sedangkan harga komoditi Indonesia mempunyai
keunggulan harga yang lebih murah dari negara lain, sehingga ekspor kita
mengalami surplus. Surplus juga terjadi karena adanya perang dagang
antara AS dan China.

12
DAFTAR PUSTAKA

Arkadia Digital Media. 2020. https://www.suara.com/yoursay/2020/04/16/17009/


efek-samping-psbb-terhadap-masyarakat. Diakses Pada 11 Maret 2021.
Badan Pusat Statistik
Detik Finance. 2020. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d
5367409/dampak-positif-dan-negatif-perdagangan-internasional-bagi
indonesia. Diakses Pada 11 Maret 2021
Deviyantini. 2012. Dampak Foreign Direct Investment dan Kinerja Ekspor-Impor
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Nasional: Studi Komparatif Negara
Maju
dan Negara Berkembang. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Diphayana, Wahono. 2018. Perdagangan Internasional. Yogyakarta: Deepublish
Hairi, P. J. 2020. Implikasi Hukum Pembatasan Sosial Berskala Besar Terkait
Pencegahan Virus Covid-19. Bidang Hukum Info Singkat, XII (7), 1 – 6.
https://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-XII-7-I
P3DI-April-2020-240.pdf. Diakses Pada 11 Maret 2021
Kumparan. 2021. https://m-kumparan-com.cdn.ampproject.org/dampak-covid-19-
bagi-perdagangan-indonesia-di-sektor-global. Diakses Pada 11 Maret 2021
Liputan 6. 2020. https://m.liputan6.com/bisnis/read/4401550/pandemi-bikin-
kekuatan-perdagangan-internasional-hilang. Diakses Pada 11 Maret 2021
Malik, Nazzarudin. 2017. Ekonomi Internasional. Malang: UMM Press
Murni, Asfia. 2006. Ekonomika Makro. Jakarta: PT. Refika Aditama
Nanga, Muana. 2005. Makro Ekonomi: Teori, Masalah dan Kebijakan. Jakarta:
PT.

13
Grafindo Persada
Nasional Kompas. 2020. https://nasional.kompas.com/read/2020/03/03/06314981/
fakta-lengkap-kasus-pertama-virus-corona-di-indonesia?page=all. Diakses
Pada 11 Maret 2021
Parta, Setiawan. 2021. https://www.gurupendidikan.co.id/perdagangan-inter-
nasional. Diakses Pada 11 Maret 2021.
Sari, Deanita. 2020. Fenomena Ekonomi dan Perdagangan Indonesia di Masa
Pandemic Corona Virus Disease-19 (Covid-19). Jurnal Akuntansi dan
Investasi, Vol. 4 No. 1.
Sihaloho, E. D. 2020. Dampak Covid-19 Terhadap Perekonomian Indonesia.
Researchgate.
Sukirno, S. 2011. Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta:
Rajawali
Pers
Susilo, Adityo DKK. 2020. Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur
Terkini.
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 07(01), : 45-67.
Tirto.id. 2021. https://amp-tirto-
id.cdn.ampproject.org/v/amp.tirto.id/perdagangan-
Internasional-pengertian-manfaat-dampak-negatifnya. Diakses Pada 11
Maret 2021.
Tripta, Vindhya. 2013. Makalah Perdagangan Internasional. https://www.slide
share.net/mobile/vindyhatripta/makalah-perdagangan-internasional.
Diakses Pada 11 Maret 2021.
World Health Organization. 2020. https://www.who.int/dg/speeches/detail/who
director-general-s-opening-remarks-at-the-media-briefing-on-covid-19.
Diakses pada 11 Maret 2021.

14

Anda mungkin juga menyukai