Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL

“BANTUAN ASING”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir semester.

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Irma Indrayani, M.Si

DISUSUN OLEH :
Viola Angela Putri Ajawaila
183112350750120

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah yang mengusung judul “Bantuan Asing” dalam mata kuliah
ekonomi politik internasional.
Penulis berharap bahwa tulisan ini dapat memberikan manfaat serta wawasan bagi
para pembaca. Namun, tiada gading yang tak retak, demikian makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan dengan
senang hati ditampung oleh penulis untuk penyempurnaan makalah ini.

Jakarta, 13 Juli 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................... Error! Bookmark not defined.


Daftar isi .................................................................................................. Error! Bookmark not defined.
Bab I Pendahuluan ................................................................................... Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang ............................................................................... Error! Bookmark not defined.
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... Error! Bookmark not defined.
1.3 Tujuan Makalah ............................................................................. Error! Bookmark not defined.
Bab II Pembahasan .................................................................................. Error! Bookmark not defined.
2.1 Pengertian Bantuan Asing.............................................................. Error! Bookmark not defined.
2.2 Jenis-jenis Bantuan Asing .............................................................. Error! Bookmark not defined.
2.3 Penyebab/Motif Bantuan Asing ..................................................... Error! Bookmark not defined.
2.4 Mekanisme Bantuan Asing ............................................................ Error! Bookmark not defined.
2.5 Contoh Kasus Bantuan Asing ........................................................ Error! Bookmark not defined.
Bab III Penutup ........................................................................................ Error! Bookmark not defined.
3.1 Kesimpulan .................................................................................... Error! Bookmark not defined.
3.2 Saran .............................................................................................. Error! Bookmark not defined.

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekonomi Politik Internasional (EPI) menurut DR. Mohtar Mas’oed dalam bukunya
Ekonomi Politik Internasional 1989/1990, didefinisikan sebagai studi tentang saling
hubungan antara ekonomi dan politik dalam arena internasional. Salah satu jenis dari
pelaksanaan ekonomi politik internasional yaitu bantuan luar negeri. Bantuan luar negeri
menjadi instrument dalam pencapaian suatu pembangunan ataupunpertumbuhan
dengan dibantu oleh pihak lain seperti negara ataupun organisasi. Bervariasi jenis
bantuan yang ada dan diberikan termasuk kepada Indonesia. Dan Indonesia adalah
n e g a r a ya n g s e d a n g b e r k e m b a n g m e n u j u k e a r a h k e m a j u a n . U n t u k
m e n c a p a i t u j u a n t e r s e b u t , diperlukan struktur dan juga infrastruktur yang
memadai. Dengan kondisi sepertis s e k a r a n g , m a s i h s a n g a t s u l i t b a g i
n e g a r a I n d o n e s i a u n t u k m e m b a n g u n s t r u k t u r d a n in'rastruktur dengan
keuangan negaranya sendiri. Oleh karena itu, diperlukanlah bantuan dari luar untuk
melaksanakan pembangunan demi kemajuan negara ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Bantuan Luar Negeri (Asing)?

2. Mengapa suatu negara memberikan bantuan asing?

3. Bagaimana mekanisme bantuan asing tersebut?

1.3 Tujuan Makalah

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan sejumlah penjelasan mengenai bantuan
asing luar negeri atau asing. Bersumber dari berbagai buku, jurnal, berita dan beberapa
referensi lainnya. Diharapkan pembaca mengerti mengenai penyebab suatu negara memberi
bantuan asing serta bagaimana negara (Indonesia pada khususnya) menerima bantuan dari
luar negeri.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bantuan Asing
Bantuan asing merupakan salah satu fenomena umum politik internasional yang
terjadi sejak Perang Duni II. Dalam cakupannya bantuan luar negeri diberikan berdasarkan
atas dua tujuan, yaitu untuk mencapai pertumbuhan jangka panjang dan pengurangan angka
kemiskinan di negara – negara berkembang dan untuk mencapai kepentingan politik serta
strategis negara donor. Ada kepentingan lain dari negara pendonor yaitu mendapatkan
manfaat ekonomi dan politik pada saat ekonomi negara penerima sedang berkembang karena
akan memiliki hubungan perdagangan maupun investasi yang menguntungkan dan pengaruh
politik atas negara penerima bantuan.

Bantuan asing (luar negeri) yang dimaksud adalah meliputi bantuan yang bersumber
dari pemerintah maupun swasta. Hampir semua bantuan melalui pemerintah mempunyai
syarat – syarat yang longgar atau lunak yakni diberikan sebagai hibah semata – mata (grants)
atau sebagai pinjaman dengan tingkat bunga rendah dan dengan jangka waktu pembayaran
yang lebih lama daripada yang ditawarkan kepada pasar modal swasta internasional (Lincolin
Arsyad : 166 ). Selain itu, pemerintah juga memberikan pinjaman – pinjaman komersial,
termasuk kredit ekspor, investasi modal (equity), dan pinjaman – pinjaman “keras” dari Bank
Dunia dan bank – bank pembangunan regional.

Aliran – aliran konsesional tersebut secara teknis disebut bantuan pembangunan resmi
atau Official Development Assistance (ODA), tetapi lebih dikenal sebagai bantuan luar
negeri. Bantuan ini dapat dibagi lagi atas bantuan bilateral, yang diberikan langsung oleh
sebuah negara kepada negara yang lainnya dan bantuan multilateral, dimana dana – dana
mengalir ke sebuah perwakilan internasional seperti PBB, Bank Dunia, dan bank – bank
pembangunan regional, yang selanjutnya meminjamkan atau menyalurkan dana – dana
tersebut ke Negara Sedang Berkembang penerima. Akhirnya, bantuan luar negeri tersebut
dapat terbentuk bantuan teknis, pemberian tenaga – tenaga terampil/ahli; atau bantuan modal,
pemberian dana atau komoditi – komoditi untuk berbagai tujuan.

Negara – negara yang utang luar negerinya besar pada umumnya menghadapi
masalah yang tidak hanya berhenti setelah mendapatkan utang tersebut tetapi yang paling
adalah bagaimana negara tersebut dapat membayar kembali utang tersebut. Masalah yang
seperti ini banyak terjadi di negara – negara terutama di negara berkembang atau Negara
Dunia Ketiga. Bahkan pembayaran kembali utang tersebut merupakan masalah yang sangat
pelik bagi beberapa negara. Pasalnya, pembayaran kembali utang harus tetap bisa menjamin
stabilitas yang juga harus mampu mempertahankan kegiatan ekonominya.

Menurut Robert Gilpin, bantuan luar negeri adalah sejumlah dana yang diberikan oleh
negara yang relatif maju atau layak kepada negara yang secara ekonomi lebih miskin.
Sedangkan menurut Banyu dan Yanyan (2005: 81), bantuan luar negeri adalah “…transfer
sumber daya dari satu pemerintah ke pemerintah lain yang berbentuk barang atau dana”.1

Bantuan luar negeri juga dapat dianggap dapat mempermudah dan mempercepat
proses pembangunan, karena bantuan luar negeri dapat secara seketika meningkatkan
persediaan tabungan domestik sebagai hasil dari meningkatnya laju pertumbuhan yang ingin
dicapai. Tapi dalam kenyataannya, banyak bantuan luar negeri tersebut yang tidak
diinvestasikan, produktifitas dari investasi tersebut sering kali sangat rendah.

1
Banyu, Anak Agung Perwita dan Yanyan, Mochamad Yani. (2005). Pengantar Ilmu Hubungan Internasional.
Remaja Rosdakarya:Bandung
2.2 Jenis-jenis Bantuan Asing

Bantuan luar negeri tersebut digolongkan ke dalam tiga jenis bantuan, yaitu:2

1)Bantuan Program (Program Aid)

Bantuan Program (Program Aid) adalah bantuan berupa devisa yang diperlukan untuk
menutup kekosongan neraca pembayaran, yang digunakan untuk mengimpor barang-barang
yang diperlukan masyarakat, seperti bantuan pangan dan komoditas.

2)Bantuan Proyek (Project Aid)

Project Aid adalah bantuan yang diberikan kepada pemerintahan berupa valuta asing yang
ditukarkan ke dalam mata uang negara penerima dan digunakan untuk membiayai berbagai
kegiatan proyek-proyek pembangunan baik dalam rangka rehabilitasi, pengadaan barang atau
peralatan dan jasa, serta perluasan atau pengembangan proyek-proyek pembangunan baru.

3)Bantuan Teknik (Technical Assistance)

Bantuan yang diberikan adalah berupa tenaga ahli, pelatihan, dan peralatan. Inti daripada
bantuan teknik ini adalah dimungkinkannya ahli teknologi, yakni dengan mengisi
kekosongan dalam bidang-bidang keahlian tertentu dan sekaligus memindahkan keahlian
para tenaga ahli internasional kepada tenaga kerja di dalam negeri.

Sedangkan menurut Morgenthau, terdapat 6 jenis bantuan luar negeri yaitu: humanitarian,
subsistence, military, bribery, prestige, dan economic development.3

1) Humanitarian (kemanusiaan)

Morgenthau mengatakan hanya bantuan kemanusiaan asing yang tidak bersifat politis.
Bantuan yang secara tradisional diberikan pemerintah kepada negara-negara yang menjadi
korban bencana alam, seperti banjir, kelaparan, dan epidemi termasuk dalam kategori itu.

2) Subsistence (penghidupan)

Bantuan asing subsisten mirip dengan jenis kemanusiaan dalam hal itu berusaha untuk
mencegah runtuhnya ketertiban dan disintegrasi masyarakat terorganisir. Tetapi ia juga

2
Biro Perencanaan Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia, Peluang dan Prosedur
Pemanfaatan Bantuan Luar Negeri. 1999, hal 4
3
Morgenthau, Hans. (1962). A Political Theory of Foreign Aid. The American Political Science Review. Vol.
56. No. 2. pp. 301-309
menjalankan fungsi politik mempertahankan status quo, tanpa, bagaimanapun, sebagai suatu
peraturan, meningkatkan kelayakannya.

3) Military (kemiliteran)

Bantuan dalam bentuk pemberian uang untuk membeli senjata atau kiriman prajurit asing
untuk membantu negara penerima menangkal gangguan keamanan seperti terroris. Biasanya
untuk menghancurkan teroris atau rezim otoriter.

4) Bribery (penguapan)

Suap yang disodorkan oleh satu pemerintah ke yang lain untuk keuntungan politik sampai
awal abad ke-19 merupakan bagian integral dari gudang senjata diplomasi. Tidak ada
negarawan yang ragu-ragu untuk mengakui praktik umum memberi dan menerima suap,
betapapun cemasnya dia untuk menyembunyikan transaksi tertentu. Dengan demikian adalah
wajar dan umum bagi pemerintah untuk membayar pensiun kepada menteri luar negeri atau
duta besar negara lain, yaitu, suap.

5) Prestige (gengsi/pencitraan)

Bantuan prestise memiliki kesamaan dengan suap modern fakta bahwa tujuan sebenarnya,
juga, disembunyikan oleh tujuan nyata pembangunan ekonomi atau bantuan militer.
semuanya seolah-olah melayani tujuan pembangunan ekonomi dan dalam keadaan yang
berbeda mungkin melakukannya. Namun sebenarnya, mereka tidak melakukan fungsi
ekonomi positif.

6) Economic Development (pertumbuhan ekonomi)


istilah yang seringkali menjadi justifikasi pemberi bantuan luar negeri. Seolah dengan
melempar uang, semua masalah ekonomi selesai. Bantuan ini sering diberikan dalam bentuk
pinjaman (loan) atau bantuan teknik (technical assistance).
2.3 Penyebab/Motif Bantuan Asing
Pembahasan mengenai motif bantuan luar negeri masih menjadi perdebatan di
kalangan sarjana Hubungan Internasional karena belum ada perkembangan operasi terpisah
mengenai teori bantuan luar negeri. Sebagai alternatif, analisis teoritis dapat dilakukan
dengan menerapkan berbagai teori hubungan Internasional. Ada dua kutub berbeda dalam
melihat motif bantuan luar negeri, yaitu altruismdan self-interest. Dari kedua kutub ini,
memunculkan satu paradigma sebagai penengah dari kedua kutub ini yaitu; enlightened self-
interest.
Paradigma altruism yang merupakan ide perspkektif idealisme dan liberalisme.
Paradigma ini menyatakan bahwa bantuan luar negeri merupakan kewajiban moral untuk
membantu mensejahterakan negara-negara miskin dengan meminimalkan kepentingan
nasional sedangkan self-interestyang diwakili oleh perspektif realisme, neorealisme
menyatakan bahwa bantuan luar negeri merupakan instrumen kebijakan luar negeri yang
digunakan untuk mencapai kepentingan nasional. Dari kedua perdebatan ini, muncul sebuah
konsep yang menyatakan bahwa donor tidak memberikan bantuan semata-mata berdasarkan
kepentingan atau altruism. Ada ruang yang luas yang menempati posisi tengah antara
alturismdan self-interest. Ruang ini diambil oleh konsep yang disebut enlightened self-
interest. Pardigma ini menggabungkan antara dua motif sebelumnya, yaitu altruism dan self-
interest bahwa bantuan luar yang diberikan, selain menjadi kewajiban moral, bantuan luar
negeri juga sebagai hubungan saling menguntungkan antara kedua belah pihak.

Dalam melakukan analisa terhadap motif penting untuk menentukan aktor yang akan
diperiksa. Pernyataan mereka dalam pidato, artikel dan materi dalam setiap interaksi
diplomatis serupa yang dipublikasikan akan menjadi dasar analisis untuk menentukan motif
apa yang mendasari negara memberikan bantuan luar negeri.

Bantuan internasional dianggap sebagai sebuah instrumen kebijakan sejak adanya


kepentingan luar negeri yang tidak dapat di amankan dengan penanganan militer dan untuk
mendukung metode diplomasi yang sebenarnya “tradisional” namun dalam bungkus yang
lebih pantas. Dalam setting seperti ini, bantuan internasional/bantuan luar negeri (foreign
aid)praktis hanya menjadi sebuah alat kebijakan untuk mencapai kepentingan nasional. Alat
kebijakan ini dalam pandangan realis dilihat sebagai sebuah hasil dari perang dingin yang
digunakan dalam kompetisi diantara kekuatan great power.4

4
Hans J Morgenthau, Politics Among Nation( A. Knopf, 1978) dikutip dari Mohtar Mas’oed Ilmu Hubungan
Internasional; disiplin dan metodologi,hal 140
Robert Gilipin mengungkapkan bahwa bantuan luar negeri, misalnya, tidak pernah
menyerap persentase kecil dari PDB suatu negara, dan dengan beberapa pengecualian seperti
bantuan telah diberikan dan untuk alasan keamanan nasional atau ekonomi (dibandingkan
dengan kemanusiaan). Sistem kesejahteraan modern telah benar-benar membuat negara lebih
memperhatikan kepentingan ekonomi mereka sendiri.5
Dengan demikian, donor akan memberi lebih banyak bantuan kenegara-negara yang
memiliki potensi paling menguntungkan dalam konteks ekspor, akses ke bahanbaku , dan
daya saing industri. Singkatnya, negara-negara donor memberikan bantuan asing untuk
menciptakan peluang dan investasi ekspor.

5
Robert Gilpin,Global Political Economy Understanding Theinternational Economic Order (Princeton
University Press,2001), hal 92
2.4 Mekanisme Bantuan Asing
Setiap negara di dunia pasti memiliki mekanisme atau tata cara tersendiri dalam
menerima atau memberikan bantuan asing. Begitu hal nya dengan Indonesia, dimana
mekanisme tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 38 tahun 2008
tentang Penerimaan dan Pemberian Bantuan dari dan kepada pihak asing.
Terdapat ketentuan umum, sumber, sifat, jenis, bentuk bantuan asing serta
persyaratan dan mekanisme penerimaan bantuan. Dijelaskan bahwa bantuan dari pihak asing
haruslah bersumber dari negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan negara Republik
Indonesia. Bantuan tersebut dapat berupa uang, barang atau jasa serta dalam bentuk hibah
atau pinjaman yang bersifat tidak mengikat dan bertentangan dengan nilai Pancasila. Pula
tidak merusak, memecah belah, mengganggu dan mengancam keutuhan NKRI.
Penerimaan bantuan dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara
langsung dilakukan dengan cara pengiriman uang melalui rekening bank atau pemberian
uang/barang. Dan secara tidak langsung melalui pemerintah.
2.5 Contoh Kasus Bantuan Asing

Kepentingan Tiongkok dibalik bantuan kepada Afrika


Pada tahun 2014 lalu, Afrika Barat diserang oleh virus Ebola, di mana tiga negara
Afrika Barat yang mengalami kasus Ebola terparah adalah Guinea, Liberia, dan Sierra Leone.
Wabah Virus Ebola tersebut berasal dari pemakaman balita yang terinfeksi virus Ebola.
Endemi itu telah menewaskan banyak penduduk Afrika Barat, dan Liberia merupakan negara
di Afrika Barat yang memiliki angka kematian tertinggi. Kejadian tersebut tentu saja
membawa simpati masyarakat internasional untuk membantu Liberia agar terbebas dari
endemi Ebola yang sangat mematikan tersebut. Berbagai pihak menawarkan bantuan untuk
membantu mengatasi wabah itu. WHO sebagai organisasi kesehatan dunia menganggarkan
US$ 400 juta untuk menangani kasus Ebola tersebut. Badan Pangan Dunia (WFP) memasok
pangan kepada Liberia. National Institutes of Health (NIH) Amerika melakukan uji coba
vaksin virus Ebola pada manusia agar dapat membantu endemi virus Ebola.
Hubungan antara negara Tiongkok dengan Liberia terbilang cukup baik. Liberia dan
Tiongkok terlibat kerjasama dalam pembangunan jalan di Liberia, pinjaman Bank Dunia dan
lain-lainnya. Pada awal tahun 2009, Tiongkok melalui perusahaan mineral Cina Union
menandatangani kesepakatan terkait pertambangan 4 biji besi yang bernilai US$ 2,6 milyar
dengan Liberia. Hal tersebut membuat Tiongkok ditetapkan sebagai negara investor terbesar
di Liberia. Selain kerjasama perdagangan, Liberia dan Tiongkok juga melakukan kerjasama
bahasa. Tiongkok mengirimkan seorang guru bahasa mandarin ke Liberia untuk mengajarkan
bahasa kepada siswa Liberia. Kerjasama bahasa tersebut dilakukan karena hubungan
perdagangan antara Liberia dan Tiongkok berjalan dengan sangat baik. Diharapkan adanya
kerjasama bahasa tersebut dapat membuat jarak antara Tiongkok dan Liberia menjadi lebih
dekat.

Tiongkok sebagai negara yang memiliki hubungan diplomatik yang baik dengan
negara-negara Afrika tentu saja tidak mau ketinggalan untuk memberikan bantuan kepada
Afrika, khususnya Liberia. Juru bicara kementerian luar negeri Tiongkok, Hong Lei berkata
bahwa “Ketika Afrika terkena Ebola, Pemerintah Tiongkok merasa seperti ikut menderita,
jadi kami menawarkan bantuan yang terbaik sesuai kemampuan kita. China adalah negara
berkembang, tapi kami melakukan segala yang kami bisa”. Duta Besar Tiongkok untuk
Liberia Zhang Yue juga berkata bahwa “Bantuan Tiongkok tidak akan berhenti sampai
wabah Ebola di Afrika Barat diberantas”. Kedua pernyataan tersebut cukup menyuarakan
keseriusan Tiongkok untuk membantu negara-negara yang terserang wabah Ebola.
Pemerintah Tiongkok membuktikan ucapannya dengan mengirimkan bantuan kepada Liberia.
Bantuan tersebut berupa uang, makanan, perlengkapan medis, dan tenaga ahli. Tiongkok juga
membangun Ebola Treatment Unit (ETU) di Liberia yang mampu menampung lebih banyak
pasien wabah Ebola. Bantuan luar negeri yang diberikan Tiongkok ke Liberia lebih besar
daripada bantuan yang diberikannnya kepada negara-negara di Afrika Barat lainnya. Meski
hubungan Tiongkok dan Liberia semakin intens sejak 2009, belum tentu bantuan Tiongkok
tersebut murni demi kemanusiaan saja.

Deborah Brautigam mengungkapkan bahwa kepentingan bantuan luar negeri


Tiongkok dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

1.Kepentinganpolitik, Tiongkok memiliki maksud untuk menguatkan strategi diplomasinya.


Melalui bentuan yang diberikannya, Tiongkok bermaksud untuk mengukuhkan namanya dan
dikenal sebagai Negara yang baik.

2.Kepentingan ekonomi, bantuan yang diberikan oleh Tiongkok memiliki maksud untuk
mengamankan sumber daya alam seperti minyak, gas dan mineral lainnya. Selain itu,
Tiongkok juga ingin memperluas dan meningkatkan perdagangannnya.

3.Kepentingan ideologi, Tiongkok memiliki kepentingan untuk menyebarkan ideologi


komunis dan nilai-nilai Tiongkok, hal tersebut dapat meningkatkan soft-power dari
Tiongkok.6

Kepentingan-kepentingan tersebut bisa dikatakan sesuai dengan kepentingan bantuan


Tiongkok kepada Liberia. kepentingan pertama yaitu politik yang menyatakan bahwa
pemberian bantuan dimaksudkan untuk memperoleh pujian yang berguna bagi politik
domestik maupun luar negeri negara pendonor. Tiongkok memberikan bantuan kepada
Liberia untuk memberbaiki namanya yang di Liberia yang mumburuk karena kritikan dari
masyarakat internasional. Memiliki nama sebagai negara yang baik dan dianggap sebagai
negara sahabat tentu saja akan memberikan keuntungan bagi Tiongkok. Pemberian bantuan
tersebut bisa saja menjadi alasan Tiongkok untuk mengimbangi hegemoni Amerika Serikat di
Afrika Selatan. Tiongkok ingin membuat Afrika khususnya Liberia lebih dekat kepada
Tiongkok daripada Amerika Serikat.

6
Deborah Brautigam, 2011, The Dragon’s gift: The Real Story of China in Africa, New York: Oxford
University Press, hal 14-18, dalam Sara Lengauer, Op. Cit., hal. 44
Kepentingan kedua adalah kepentingan ekonomi yaitu bantuan yang bertujuan untuk
mengamankan sumber daya alam seperti minyak, gas dan mineral lainnya, serta
meningkatkan perdagangan. Hal tersebut terlihat dari bantuan-bantuan yang bersinggungan
langsung dengan perekonomian. Pemberian bantuan tersebut memperlancar kesepakatan
ekonomi kedua negara.

Kepentingan yang ketiga adalah mengenai kepentingan ideologi, dimana tujuan


Tiongkok adalah untuk menyebarkan ideologi komunis dan nilai-nilai Tiongkok. Hal tersebut
juga sudah dapat terlihat dari kerjasama budaya yang dilakukan oleh Tiongkok dan Liberia.
Setelah bantuan wabah Ebola, budaya tiongkok semakin mudah masuk ke Liberia.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bantuan asing atau lebih dikenal bantuan luar negeri merupakan instrumen penting
dalam dunia internasional. Terlepas dari berbagai dampak dan perspektif negatif dari bantuan
luar negeri, atau semata-mata dilakukan untuk kepentingan nasional sang negara pendonor,
nyatanya bantuan luar negeri juga telah mampu memperbaiki masalah-masalah yang terjadi
bagi negara yang membutuhkan bantuan. Hubungan saling menguntungkan antara kedua
negara bukan lagi menjadi suatu masalah dan terus dikembangkan dalam lingkup hubungan
dunia internasional.

3.2 Saran

Dari pemaparan diatas, saran penulis kiranya konsep bantuan internasional dapat terus
berkemangkan menjadi bahan pembelajaran serta wawasan bagi semua orang. Terkhusus
pelajar yang berfokus pada ilmu ilmu sosial dan politik serta lingkup internasional.
DAFTAR PUSTAKA

Hans J Morgenthau, Politics Among Nation( A. Knopf, 1978) dikutip dari Mohtar Mas’oed
Ilmu Hubungan Internasional; disiplin dan metodologi,hal 140

Robert Gilpin,Global Political Economy Understanding Theinternational Economic Order


(Princeton University Press,2001), hal 92

Deborah Brautigam, 2011, The Dragon’s gift: The Real Story of China in Africa, New York:
Oxford University Press, hal 14-18, dalam Sara Lengauer, Op. Cit., hal. 44

https://foreignpolicy.com/2011/01/27/what-is-foreign-aid-for/

https://www.academia.edu/11704498/Dampak_Bantuan_Asing_Terhadap_Perkembangan_Indonesi
a

https://ahotalk.wordpress.com/2015/06/09/memahami-bantuan-luar-negeri/

http://ewclass.lecture.ub.ac.id/files/2019/01/political-theory-of-foreign-aid.pdf

https://www.liputan6.com/news/read/3656892/bnpb-dan-kemlu-susun-mekanisme-bantuan-
internasional-untuk-korban-gempa-
palu?related=dable&utm_expid=.9Z4i5ypGQeGiS7w9arwTvQ.1&utm_referrer=https%3A%2F%2Fww
w.google.com%2F

https://www.gitews.org/tsunami-
kit/id/E6/sumber_lainnya/produk_hukum_nasional/peraturan_menteri/Permendagri%2038-
2008_Penerimaan%20Pemberian%20Bantuan%20Luar%20Negeri.pdf

https://www.tribunnews.com/nasional/2018/10/02/bnpb-indonesia-selektif-menerima-bantuan-
asing?page=2

Anda mungkin juga menyukai