Anda di halaman 1dari 9

Teori Perdagangan Internasional

Teori Keunggulan Absolut


Adam Smith (1937) menjelaskan bahwa suatu negara akan bertambah kekayaan jika sejalan dengan
peningkatan keterampilan dan efisiensi keterlibatan para tenaga kerja dan penduduk di negara tersebut
dalam proses produksi. Suatu negara dikatakan memiliki keunggulan absolut ketika negara tersebut
melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi dengan negara lain. Spesialisasi produksi dua
negara yang melakukan perdagangan keunggulan absolut dapat disimulasikan sebagai berikut:

Gambaran Teori Keunggulan Absolut

Negara A Negara B

Kentang 8 unit / tenaga kerja 4 unit / tenaga kerja

Gandum 6 unit / tenaga kerja 12 unit / tenaga kerja


Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa negara A memilik keunggulan absolut dalam memproduksi
kentang, sedangkan negara B memiliki keunggulan absolut dalam memproduksi gandum. Perdagangan
internasional dengan keunggulan absolut dapat dikatakan menguntungkan jika negara A mengekspor
kentang ke negara B dan mengimpor gandum dari negara B, begitu pula sebaliknya, negara B
mengekspor gandum ke negara A dan melakukan impor kentang dari negara A.

Teori Keunggulan Komparatif


Teori keunggulan komparatif diperkenalkan oleh David Ricardo (1971) yang menyatakan bahwa
perdagangan internasional dapat terjadi walaupun suatu negara tidak memiliki keunggulan absolut.
Berbeda dengan teori keunggulan absolut yang dikembangkan oleh Adam Smith (1937), Ricardo (1971)
menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat saling menguntungkan jika salah satu negara tidak
memiliki keunggulan absolut, cukup dengan memiliki keunggulan komparatif pada harga untuk suatu
komoditi yang relatif berbeda (Helpman, 2010).

Teori Heckscher – Olin (H-O)


Perubahan dalam teori perdagangan internasional muncul ketika seorang sejarawan ekonomi asal
Swedia, Eli Heckscher dan muridnya Bertil Olin mengemukakan penjelasan mengenai perdagangan
internasional yang belum sempat dijelaskan oleh David Ricardo (1971). Heckscher – Olin (1919)
mengembangkan model ekonomi dengan menyatakan penyebab adanya perbedaan produktivitas
karena adanya perbedaan proporsi faktor tenaga kerja, modal, dan tanah yang dimiliki oleh suatu
negara. Teori Heckscher–Olin dikenal dengan “The Proportional Factor Theory” dimana negara dengan
faktor produksi relatif tinggi dan murah dalam biaya produksi akan melakukan spesialisasi produksi
untuk melakukan ekspor. Sebaliknya negara dengan faktor produksi relatif langka dan mahal dalam
biaya produksi akan melakukan impor (Helpman, 2010).
Pengertian Ekspor & Impor

Ekspor adalah penjualan barang ke luar negeri dengan menggunakan sistem pembayaran, kualitas,
kuantitas dan syarat penjualan lainnya yang telah disetujui oleh pihak eksportir dan importir. Proses
ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri
untuk memasukannya ke negara lain

Impor adalah proses pembelian barang atau jasa asing dari suatu negara ke negara lain. Impor barang
secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun
penerima.

Faktor Pendorong Ekspor & Impor

Ada beberapa faktor yang mendorong semua negara di dunia melakukan perdagangan luar negeri.
Faktor-faktor pendorong tersebut terdiri atas hal-hal berikut ini.

a. Perbedaan Sumber Daya Alam yang Dimiliki

Barang kebutuhan yang dapat dihasilkan oleh suatu negara tergantung pada sumber daya alam yang
dimiliki. Perbedaan sumber daya ini juga tergantung pada kondisi wilayah di negara tersebut. Misalnya
di Indonesia wilayah daratannya luas dan subur, sehingga sangat cocok untuk pertanian, yang sebagian
besar hasil produksinya berupa kelapa sawit, karet, kopi, dan sebagainya. Sedangkan negara Singapura
wilayah daratannya relatif sempit, sehingga kegiatan pertanian atau perkebunan cukup sedikit.
Singapura dikenal sebagai negara industri yang menghasilkan beraneka ragam barang, salah satunya
adalah alat-alat elektronik. Kebutuhan hasil-hasil pertanian dipenuh dengan cara mengimpor dari negara

lain.

b . Teknologi

Setiap negara memiliki teknologi yang berbeda, sehingga barang yang dihasilkannya juga berbeda.
Perbedaan-perbedaan inilah yang mendorong kegiatan pertukaran barang antarnegara. Perbedaan
teknologi tersebut memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih modern
dan mengimpor mesin-mesin atau alat-alat yang lebih modern untuk mewujudkan teknik dan cara
produksi yang lebih baik.

c . Penghematan Biaya Produksi


Perdagangan internasional memungkinkan suatu negara memproduksi barang dalam jumlah besar
sehingga biaya produksi menjadi rendah. Misalnya Indonesia banyak menghasilkan barangbarang
seperti padi, minyak kelapa sawit, kayu lapis, dan sebagainya. Namun, yang paling menguntungkan
Indonesia bila memproduksi tekstil dan kayu lapis untuk diekspor ke berbagai negara, karena dapat
menghemat biaya produksi.

d . Perbedaan Selera

Setiap negara dalam memproduksi barang-barang, kemungkinan mempunyai kesamaan. Meskipun


demikian setiap negara mempunyai selera yang berbeda-beda. Hal inilah yang mendorong kegiatan
perdagangan antarnegara. Misalnya Jepang dan Korea Selatan samasama menghasilkan barang-barang
elektronik dan ikan tuna dalam jumlah yang hampir sama, tetapi orang Jepang lebih suka ikan tuna dan
orang Korea Selatan lebih suka produk elektronik. Pada kondisi tersebut, negara Jepang lebih baik
mengekspor barang-barang elektronik, sedangkan Korea Selatan lebih baik untuk mengekspor ikan tuna.
Dengan demikian, kepuasan dari setiap negara dapat terpenuhi.

Manfaat Ekspor
a. Memperluas Pasar bagi Produk Indonesia
Kegiatan ekspor merupakan salah satu cara untuk memasarkan produk Indonesia ke luar negeri.
Misalnya, pakaian batik merupakan salah satu produk Indonesia yang mulai dikenal oleh masyarakat
dunia. Apabila permintaan terhadap pakaian batik buatan Indonesia semakin meningkat, pendapatan
para produsen batik semakin besar.
Dengan demikian, kegiatan produksi batik di Indonesia akan semakin berkembang.

b. Menambah Devisa Negara


Perdagangan antarnegara memungkinkan eksportir Indonesia untuk menjual barang kepada masyarakat
luar negeri. Transaksi ini dapat menambah penerimaan devisa negara. Dengan demikian, kekayaan
negara bertambah karena devisa merupakan salah satu sumber penerimaan negara.

c. Memperluas Lapangan Kerja


Kegiatan ekspor akan membuka lapangan kerja bagi masyarakat.
Dengan semakin luasnya pasar bagi produk Indonesia, kegiatan produksi di dalam negeri akan
meningkat. Semakin banyak pula tenaga kerja yang dibutuhkan sehingga lapangan kerja semakin luas.
Manfaat Impor
a. Memperoleh Barang dan Jasa yang Tidak Bisa Dihasilkan
Setiap negara memiliki sumber daya alam dan kemampuan sumber daya manusia yang berbeda-beda.
Misalnya, keadaan alam Indonesia tidak bisa menghasilkan gandum dan Amerika tidak bisa
menghasilkan kelapa sawit. Perdagangan antarnegara mampu mengatasi persoalan tersebut.
Perdagangan antarnegara memungkinkan Indonesia untuk memperoleh gandum dan Amerika
memperoleh minyak kelapa sawit.
Perdagangan antarnegara akan bisa mendatangkan barang-barang yang belum dapat dihasilkan di
dalam negeri. Misalnya Indonesia belum mampu memproduksi mesin-mesin berat. Oleh karena itu,
Indonesia melakukan perdagangan dengan Amerika, Jepang, Cina dan Korea Selatan dalam pengadaan
alat-alat tersebut.

b. Memperoleh Teknologi Modern


Proses produksi dapat dipermudah dengan adanya teknologi modern. Misalnya, penggunaan mesin las
pada pabrik perakitan sepeda motor. Mesin ini mempermudah proses penyambungan kerangka motor.
Contoh lainnya adalah mesin fotokopi laser. Mesin ini bisa menggandakan dokumen dengan lebih cepat
dan jelas.
Tingkat teknologi di negara kita umumnya masih sederhana. Pengembangan teknologi masih lambat
karena rendahnya kualitas sumber daya manusia. Untuk mendukung kegiatan produksi, kita dapat
mengimpor teknologi dari luar negeri.
Perdagangan antarnegara juga memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk mempelajari teknologi
dari negara lain. Mengapa demikian?
Dalam perdagangan biasanya terjadi pertukaran informasi. Dari saling bertukar informasi ini, Indonesia
dapat belajar teknik produksi baru dan pemanfaatan teknologi modern.

c. Memperoleh Bahan Baku


Setiap kegiatan usaha pasti membutuhkan bahan baku. Untuk memproduksi mobil dibutuhkan besi dan
baja. Untuk memproduksi ember, mangkuk, dan kursi plastik dibutuhkan plastik. Tidak semua bahan
baku produksi tersebut dihasilkan di dalam negeri. Mungkin ada yang diproduksi di dalam negeri, tetapi
harganya lebih mahal. Pengusaha tentu lebih menyukai bahan baku yang harganya lebih murah. Demi
kelangsungan produksi, pengusaha harus menjaga pasokan bahan bakunya. Salah satu caranya dengan
mengimpor bahan baku dari luar negeri

Produk Ekspor Indonesia


Ekspor utama Indonesia adalah Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), produk hasil hutan, elektronik, karet
dan produk karet, sawit dan produk sawit, otomotif, alas kaki, udang, kakao dan kopi.Namun, pasar
internasional semakin kompetitif sehingga sepuluh komoditas ekpor utama Indonesia terdiversifikasi.[6]
Komoditas lainnya, yaitumakanan olahan, perhiasan, ikan dan produk ikan, kerajinan dan rempah-
rempah, kulit dan produk kulit, peralatan medis, minyak atsiri, peralatan kantor dan tanaman obat.
Produk Impor
Berikut adalah 10 barang impor utama selama setengah tahun terakhir:

1. Mesin dan peralatan mekanik


Mei 2012: nilai impor US$2,48 miliar
Juni 2012: nilai impor US$2,53 miliar
Semester I-2012: nilai impor 13,95 miliar
2. Mesin dan peralatan listrik
Mei 2012: US$1,64 miliar
Juni 2012: US$1,70 miliar
Semester I-2012: 9,47 miliar
3. Besi dan baja
Mei 2012: US$910,5 juta
Juni 2012: US$921,4 juta
Semester I-2012: 5,306 miliar
4. Kendaraan bermotor dan bagiannya
Mei 2012: US$927,3 juta
Juni 2012: US$911,9 juta
Semester I-2012: 4,93 miliar
5. Bagan kimia organik
Mei 2012: US$697,3 juta
Juni 2012: US$557,9 juta
Semester I-2012: 3,57 miliar
6. Plastik dan barang dari plastik
Mei 2012: US$676,7 juta
Juni 2012: US$622,4 juta
Semester I-2012: 3,52 miliar
7. Kapal terbang dan bagiannya
Mei 2012: US$406,9 juta
Juni 2012: US$402,3 juta
Semester I-2012: 2,35 miliar
8. Barang dari besi dan baja
Mei 2012: US$475,8 juta
Juni 2012: US$392,9 juta
Semester I-2012: 2,30 miliar
9. Serealia
Mei 2012: US$223,6 juta
Juni 2012: US$266,3 juta
Semester I-2012: 1,72 miliar
10. Pupuk
Mei 2012: US$299,5 juta
Juni 2012: US$298,6 juta
Semester I-2012: 1,54 miliar

Barang yang dilarang ekspor


Suatu barang yang dilarang ekspornya karena pertimbangan :
1. Menjaga kelestarian alam
2. Tidak memenuhi standar mutu
3. Menjamin kebutuhan bahan baku bagi industri kecil atau pengrajin
4. Peningkatan nilai tambah
5. Merupakan barang bernilai sejarah dan budaya
Barang Dilarang ekspornya ini meliputi:
 Produk Pertanian: anak ikan dan ikan arwana, benih ikan sidat, ikan hias botia, udang galah
ukuran 8 cm dan udang panaedae
 Produk Kehutanan: kayu bulat, bahan baku serpih, bantalan kereta api atau trem dari kayu dan
kayu gergajian
 Produk Kelautan: pasir laut
 Produk Pertambangan: bijih timah dan konsentratnya, abu dan residu yang mengandung
arsenik, logam atau senyawanya dan lainnya, terutama yang mengandung timah dan batu mulia

Cara Melakukan Ekspor & Impor


1. Mencari tahu terlebih dahulu apakah barang yang akan Anda ekspor tersebut termasuk barang yang
dilarang untuk di ekspor, diperbolehkan untuk diekspor tetapi dengan pembatasan, atau barang yang
bebas diekspor (Menurut undang-undang dan peraturan di Indonesia). Untuk mengetahuinya bisa
dilihat di www.insw.go.id
2. Memastikan juga apakah barang Anda diperbolehkan untuk masuk ke negara tujuan ekspor.
3. Jika Anda sudah mendapatkan pembeli (buyer), menentukan sistem pembayaran, menentukan
quantity dan spek barang, dll, maka selanjutnya Anda mempersiapkan barang yang akan Anda ekspor
dan dokumen-dokumennya sesuai kesepakatan dengan buyer.
4. Melakukan pemberitahuan pabean kepada pemerintah (Bea Cukai) dengan menggunakan
dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) beserta dokumen pelengkapnya.
5. Setelah eksportasi Anda disetujui oleh Bea Cukai, maka akan diterbitkan dokumen NPE (Nota
Persetujuan Ekspor). Jika sudah terbit NPE, maka secara hukum barang Anda sudah dianggap
sebagai barang ekspor.
6. Melakukan stuffing dan mengapalkan barang Anda menggunakan moda transportasi udara (air
cargo), laut (sea cargo), atau darat.
7. Mengasuransikan barang / kargo Anda (jika menggunakan term CIF)
8. Mengambil pembayaran di Bank (Jika menggunakan LC atau pembayaran di akhir

Negara Tujuan Ekspor


No Jenis Negara Tujuan
1 TPT Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Turki, Korea Selatan, Inggris,
Rep.rakyat Cina, Perserikatan Emirat Arab, Brasilia, Malaysia, Italia,
Belgia, Belanda, Spanyol, Kanada, Saudi Arabia, Thailand, Perancis,
Vietnam, Taiwan
2 ELEKTRONIK Singapura, Amerika Serikat, Jepang, Hongkong, Rep.rakyat Cina,
Malaysia, Korea Selatan, Jerman, Pilipina, Belanda, Perancis, India,
Thailand, Australia, Perserikatan Emirat Arab, Inggris, Taiwan, Vietnam,
Belgia, Italia
3 KARET Amerika Serikat, Rep.rakyat Cina, Jepang, Singapura, Korea Selatan,
Brasilia, Jerman, Kanada, India, Perancis, Belanda, Turki, Spanyol, Italia,
Inggris, Belgia, Taiwan, Rep.afrika Selatan, Australia, Argentina
4 SAWIT India, Rep.rakyat Cina, Malaysia, Bangla Desh, Singapura, Mesir,
Belanda, Italia, Ukraine, Iran, Federasi Rusia, Spanyol, Jerman, Tanzania,
Pakistan, Rep.afrika Selatan, Burma, Vietnam, Brasilia, Kenya
5 HASIL HUTAN Jepang, Rep.rakyat Cina, Amerika Serikat, Korea Selatan, Australia,
Malaysia, Taiwan, Perserikatan Emirat Arab, India, Saudi Arabia, Jerman,
Belanda, Inggris, Vietnam, Singapura, Belgia, Italia, Perancis, Bangla
Desh, Thailand
6 ALAS KAKI Amerika Serikat, Belgia, Jerman, Inggris, Belanda, Italia, Jepang,
Meksiko, Brasilia, Perancis, Rep.rakyat Cina, Denmark, Panama, Korea
Selatan, Singapura, Australia, Spanyol, Federasi Rusia, Chili, Rep.afrika
Selatan
7 OTOMOTIF Thailand, Jepang, Saudi Arabia, Pilipina, Malaysia, Singapura,
Perserikatan Emirat Arab, Rep.afrika Selatan, Brasilia, Vietnam, Oman,
Amerika Serikat, Rep.rakyat Cina, Meksiko, Taiwan, Burma, Inggris,
Jerman, India, Kuwait
8 UDANG Amerika Serikat, Jepang, Inggris, Rep.rakyat Cina, Belgia, Hongkong,
Singapura, Vietnam, Perancis, Kanada, Australia, Malaysia, Federasi
Rusia, Taiwan, Puerto Rico, Jerman, Belanda, Italia, Korea Selatan,
Denmark
9 KAKAO Malaysia, Amerika Serikat, Singapura, Spanyol, Jerman, Perancis,
Rep.rakyat Cina, Inggris, Australia, Pilipina, Belanda, Thailand, India,
Kanada, Jepang, Perserikatan Emirat Arab, Estonia, Selandia Baru,
Brasilia, Federasi Rusia
10 KOPI Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Italia, Malaysia, Belgia, Inggris,
Federasi Rusia, India, Maroko, Mesir, Australia, Taiwan, Kanada, Aljazair,
Singapura, Georgia, Ekuador, Perancis, Thailand

Hambatan Ekspor & Impor


1. Tidak amannya kondisi Negara

Apabila kondisi keamanan suatu negara tidak stabil, seperti adanya peperangan, kerusuhan, dan lain
sebagainya, Negara-negara lain akan merasa takut untuk melakukan pedagangan. Akibatnya, mereka
akan beralih ke Negara yang lebih aman. Sebaliknya, apabila kondisi keamanan suatu Negara baik, maka
banyak Negara yang terdorong untuk melakukan transaksi perdagangan.

2. Kebijakan Ekonomi suatu negara

Setiap Negara memiliki kebijakan ekonomi yang berbeda-beda. Terkadang kebijakan yang diterapkan
tersebut menghambat proses perdagangan internasional. Contohnya adalah pembatasan jumlah impor.
Negara yang membatasi impor akan membuat Negara eksportir kehilangan sedikit peluangnya untuk
mendapatkan keuntungan. Selain itu, biaya pajak impor/ekspor yang tinggi, surat perijinan yang berbelit-
belit akan menghambat proses perdagangan internasional.

3. Ketidakstabilan Kurs Mata Uang Asing

Kurs mata uang asing yang selalu berubah – ubah dapat menyulitkan para importir maupun eksportir
merasa kesulitan dalam menentukan harga valuta asing. Kesulitan tersebut akan berakibat pula terhadap
penentuan harga penawaran maupun permintaan barang sehingga para pedagang internasional merasa
kesulitan dalam melakukan kegiatan ekspor dan impor.

3. Sulit dan besarnya risiko proses pembayaran antar Negara

Negara-negara importir akan mengalami kesulitan dalam melakukan pembayaran ketika melakukan
kegiatan perdagangan internasional. Apabila model pembayaran dilakukan dengan tunai, maka negara
pengimpor membutuhkan biaya tambahan untuk melakukan pembayaran di Negara tujuan. Selain itu,
resiko yang diterima juga cukup besar, seperti perampokan, pembajakan, dan lain sebagainya. Oleh sebab
itu, pada umumnya Negara eksportir lebih memilih melakukan pembayaran melalui telegraphic transfer,
kliring internasional atau menggunakan L/C.

4. Kebijakan impor suatu Negara

Bebasnya barang-barang yang masuk, membuat produk-produk Negara terancam. Hal ini dikarenakan
barang-barang impor memiliki kualitas yang lebih baik dan harga yang lebih murah, sehingga banyak
konsumen yang lebih tertarik menggunakan barang impor. Oleh karena itu, Negara harus melindungi hasil
produknya sendiri dengan cara menetapkan kebijakan untuk melindungi produksi dalam negeri. Salah
satunya adalah dengan menetapkan tarif impor yang tinggi.
5. Rendahnya Kualitas Sumber Daya

Sumber daya manusia dapat mempengaruhi perdagangan internasional. Apabila kualitas tenaga kerja
rendah, maka barang atau produk yang dihasikan akan memiliki kualitas yang rendah pula.

Oleh karena itu, negara yang memiliki produk yang kualitasnya rendah akan sulit dalam bersaing dengan
barang Negara lain yang memiliki kualitas lebih baik. Dengan demikian, hal ini menjadi penghambat
perdagangan internasional bagi suatu Negara.

6. Perbedaan Mata Uang Antarnegara

Setiap Negara memiliki mata uang yang berbeda-beda. Pada umumnya, Negara eksportir akan meminta
pembayaran kepada Negara pengimpor menggunakan mata uang Negara pengekspor. Tentunya, jumlah
atau nilai mata uang setiap Negara berbeda-beda.

7. Adanya organisasi organisasi ekonomi regional

Organisasi perdagangan internasional, baik regional maupun internasional ibarat dua mata pisau. Di satu
sisi menimbulkan keuntungan, di sisi lain hambatan.

Negara-negara yang terdaftar sebagai anggota organisasi tersebut akan mendapatkan keuntungan
tertentu, sebaliknya, negara-negara yang bukan anggota akan mengalami hambatan. Contohnya adalah,
Negara yang bukan anggota akan menerima tarif pajak yang lebih tinggi.

8. Sempitnya kesempatan kerja

Lapangan kerja yang sempit akan menimbulkan banyaknya pengangguran dan menurunnya produktivitas
dan kualitas barang dan jasa. Akibatnya, kemampuan masyarakat dalam membeli barang atau jasa akan
menurun. Akibatnya, suatu Negara akan mengalami kesulitan dalam melakukan perdagangan
internasional.

Anda mungkin juga menyukai