Anda di halaman 1dari 20

TUGAS PASAR DAN LEMBAGA KEUANGAN

MATERI 7

“Penghimpunan dan Penyaluran Dana Bank”

KELOMPOK 6

Nama Kelompok :

1. A.A. Sg Dinarmahari Akasasabda W. ( 1807511070 )


2. Komang Kristina Risma Dayanti ( 1807511071 )
3. Ni Putu Trisnayanti ( 1807511078 )

EMI 208 A2

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat beliau
kami dapat menyelesaikan paper mengenai “Penghimpunan dan Penyaluran Dana Bank” dengan
baik.

Kami sangat berharap paper ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai topik yang kami bahas pada paper ini. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam paper ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun demi perbaikan paper yang
kami buat di masa mendatang.

Jimbaran, 11 Maret 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Keberadaan bank yang merupakan salah satu lembaga yang menyediakan fasilitas jasa baik
dalam hal penyimpanan, penukaran, penyaluran, hingga jasa perantara terlihat terus
mengembangkan penyediaan jasa-jasa tersebut guna mengikuti tuntunan kemajuan
perekonomian yang begitu pesat baik dalam cara bertransaksi, cara penukaran, hingga
pengambilan dana yang semakin modern. Dari beberapa jasa di atas, peran serta bank di dalam
penghimpunan dana(funding) yang ada di masyarakat menjadikannya sebagai salah satu
indikator inflasi penting dan bersama pemerintah dapat bekerja sama untuk menjaga tingkat
inflasi serta meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat Indonesia. Kemampuan bank
untuk menghimpun dana dalam lingkup besar serta luas menjadikannya sangat efektif untuk
menjalankan tugas keduanya yaitu penyaluran dana dari masyarakat tersebut kembali kepada
masyarakat yang tujuannya tiada lain untuk terus meningkatkan kesejahteraan rakyat
Indonesia.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga penyalur dana kepada masyarakat, bank
memiliki salah satu kegiatan penyaluran dana tersebut melalui kegiatan pemberian kredit. Jika
dilihat dari skema penghimpunan dana hingga penyaluran dana tersebut, untuk bank
konvensional dalam penghimpunan dana, penabung diberikan jasa dalam bentuk bunga
simpanan. Sementara dalam pemberian kredit, penerima kredit (debitur) dikenakan jasa
pinjaman dalam bentuk bunga dan biaya administrasi. Dari beberapa penjelasan dan
perkembangan di bidang perbankan tersebut timbullah suatu masalah yang cukup rumit
dikarenakan begitu pesatnya pertumbuhan dan perkembangan perbankan di negara Indonesia
ini. Masalah tersebut berkutat pada beberapa masalah dasar yang tidak diketahui masyarakat
awam pada umumnya. Jika masalah ini dibiarkan maka tujuan awal bank didirikan sebagai
salah satu lembaga keuangan yang bertujuan untuk mensejahterakan rakyat dapat meleset
karena tidak seluruh masyarakatnya mengetahui mekanisme yang berlaku dan keuntungan
serta hal-hal apa saja yang harus diperhatikan apabila mereka menggunakan jasa perbankan
ini. Masalah tersebut di antaranya: cara-cara yang dilakukan oleh bank di dalam menghimpun
dana dari masyarakat luas, produk-produk dari perbankan, serta bagaimana tujuan serta
mekanisme dari kredit yang diberikan oleh bank. Melihat permasalahan tersebut, penulis ingin
membahasnya di dalam makalah ini untuk memberikan penjelasan lebih rinci bagi para
pembaca akan pentingnya perihal-perihal di atas di dalam kehidupan perekonomian di
Indonesia.

1.2.Rumusan Masalah
- Apa pengertian dan sumber penghimpunan dana ?
- Apa pengertian dan pertimbangan penggunaan atau penyaluran dana bank ?
- Apa saja kebijakan penghimpunan dan penggunaan dana ?
- Apa yang dimaksud dengan pinjaman tunai dan pinjaman non tunai ?
- Apa saja risiko penyaluran dana kredit ?

1.3.Tujuan
- Untuk mengetahui pengertian dan sumber penghimpunan dana ?
- Untuk mengetahui pengertian dan pertimbangan penggunaan atau penyaluran dana bank ?
- Untuk mengetahui kebijakan penghimpunan dan penggunaan dana ?
- Untuk mengetahui pinjaman tunai dan pinjaman non tunai ?
- Untuk mengetahui risiko penyaluran dana kredit ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Sumber Penghimpunan Dana


1. Pengertian Penghimpunan Dana
Kegiatan usaha yang utama dari suatu bank adalah penghimpunan dan penyaluran
dana. Penyaluran dana dengan tujuan untuk memperoleh penerimaan akan dapat
dilakukan apabila dana telah dihimpun. Penghimpunan dana dari masyarakat perlu
dilakukan dengan cara – cara tertentu sehingga efisien dan dapat disesuaikan dengan
rencana penggunaan dana tersebut. Keberhasilan suatu bank dalam memenuhi maksud
itu dipengaruhi antara lain oleh hal – hal berikut :
a. Kepercayaan masyarakat pada bank yang bersangkutan.
Gambaran sebuah bank secara umum dimata masyarakat sangat
memengaruhi tingkat kepercayaan masyarakt pada bank tersebut. Banyak
faktor yang dapat memengaruhi gambaran sebuah bank dimata masyarakat,
seperti pelayanan, keadaan keuangan, berita – berita di media masa tentang
bank tersebut, laporan – laporan BI tentang bank tersebut, pengalaman
masyarakat yang berhubungan dengan bank tersebut, dan dana lain. Semakin
tinggi tingkat kepercayaan masyarakat pada sebuah bank, maka semakin tinggi
pula kemungkinan bank tersebut untuk menghimpun dana dari masyarakat
dengan efisien dan sesuai rencana penggunaan dananya.
b. Perkiraan tingkat pendapatan
Perkiraan tingkat pendapatan yang akan diperoleh (expected rate of return)
oleh penyimpan dana lebih tinggi dibanding pendapatan dari alternatif investasi
lain dengan tingkat risiko yang seimbang. Semakin tinggi tingkat pendapatanm
yang diperkirakan oleh penyimpan dana ini, maka semakin mudah sebuah bank
untuk menarik dana dari calon penyimpan dananya.
c. Resiko penyimpanan dana
Apabila sebuah bank dapat memberikan tingkat kepastian yang tinggi atas
dana masyarakat untuk dapat ditarik lagi sesuai waktu yang telah diperjanjikan,
maka masyarakat semakin bersedia untuk menempatkan dananya di bank
tersebut.
d. Pelayanan yang diberikan oleh bank kepada penyimpan dana
Pelayanan yang baik akan membuat penyimpan dana merasa dihargai,
diperhatikan, dan dihormati sehingga merasa senang untuk terus bertransaksi
keuangan dengan bank tersebut. Pelayanan ini bisa berupa pelayanan dari
petugas bank, pemberian hadiah, atau pemberian fasilitas yang lain.
2. Sumber Penghimpunan Dana
Pada dasarnya suatu bank mempunyai 4 alternatif untuk menghimpun dana untuk
kepentingan usahanya yaitu :
a. Dana sendiri
Meskipun untuk suatu usaha bank proporsi dana sendiri ini relatif kecil
apabila dibandingkan dengan total dana yang dihimpun ataupun total asetnya,
namun dana sendiri ini tetap merupakan hal yang penting untuk kelangsungan
usahanya. Begitu pentingnya proporsi dana sendiri ini dibuktikan dengan
adanya ketentuan dari bank sentral yang mengatur tentang proporsi minimal
modal sendiri dibandingkan dengan total nilai Aset Tertimbang Menurut Risiko
( ATMR ). Proporsi ini lebih dikenal dengan istilah rasio kecukupan modal
(capital adequacay ratio – CAR). Apabila CAR suatu bank terlalu rendah maka
kemampuan bank tersebut untuk bertahan pada saat mengalami kerugian juga
rendah. Modal sendiri akan dengan cepat habis untuk menutup kerugian, dan
ketika kerugian telah melebihi modal sendiri maka kemampuan bank tersebut
untuk memenuhi kewajiban kepada masyarakat menjadi sangat diragukan
kemampuannya untuk mengembalikan dana simpanan masyarakat juga
menjadi diragukan. Penurunan kemampuan ini sangat mungkin untuk
menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat pada bank tersebut dan penurunan
tingkat kepercayaan pada suatu bank ini selanjutnya sangat membahayakan
kelangsungan usaha bank itu. Seperti halnya badan ushaa lain penghimpunan
dana efek, akumulasi laba ditahan, cadangan – cadangan, dan agio saham.
Berdasarkan pada UU Nomor 7 Tahun 1992, bank umum dapat melakukan
mobilisasi dana dengan cara melakukan emisi saham dan obligasi melalui bursa
efek di Indonesia.
b. Dana dari Deposan
Pada dasarnya sumber dana dari masyarakat dapat berupa giro ( demand
deposit ), tabungan ( saving deposit ), dan deposito berjangka ( time deposit )
yang berasal dari nasabah perorangan atau badan.
1. Giro
 Rekening giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan
setiap saat dengan menerbitkan cek untuk penarikan tunai atau
bilyet giro untuk pemindahbukuan, sedangkan cek atau bilyet giro
ini oleh pemiliknya dapat digunakaan sebagai alat pembayaran.
 Cek merupakan perintah tak bersyarat kepada bank untuk membayar
sejumlah uang tertentu pada saat penyerahannya atas beban
rekening penarik cek.
 Bilyet giro pada dasarnya merupakan perintah kepada bank untuk
memindahbukukan sejumlah tertentu uang atas beban rekening
penarik pada tanggal tertentu kepada pihak yang tercantum dalam
bilyet giro tersebut dan bilyet giro dapat dibatalkan secara sepihak
oleh penarik disertai dengan alasan pembatalan.
 Jasa giro merupakan suatu imbalan yang diberikan oleh bank kepada
giran atas sejumlah saldo gironya yang mengendap di bank.
2. Deposito berjangka
Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya
dapat dilakukan pada waktu tertentu sesuai tanggal yang diperjanjikan
antara deposan dan bank.
3. Tabungan
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan dengan syarat tertentu yang disepakati, dan tidak dengan cek
atau bilyet giro atau alat lain yang dipersamakan dengan itu.
c. Dana Pinjaman
1. Call money
Call money merupakan sumber dana yang dapat diperoleh bank
berupa pinjaman jangka pendek dari bank lain melalui interbank call money
market.
2. Pinjaman antar bank
Kebutuhan pendanaan kegiatan usaha suatu bank dapat juga
diperoleh dari pinjaman jangka pendek dan menengah dari bank lain.
Berbeda dengan call money, pinjaman ini dilakukan bukan untuk memenuhi
kebutuhan dana mendesak dalam jangka pendek, melainkan untuk
memenuhi suatu kebutuhan dana yang lebih terencana dalam rangka
pengembangan usaha atau meningkatkan penerimaan bank.
3. Kredit likuiditas Bank Indonesia
Sesuai dengan namanya, Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI)
adalah kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia terutama kepada bank
yang sedang mengalami kesulitan likuiditas.
d. Sumber dana lain
1. Setoran jaminan
Setoran jaminan atau sering disingkat menjadi storjam merupakan
sejumlah dana yang wajib diserahkan oleh nasabah yang menerima jasa –
jasa tertentu dari bank.
2. Dana transfer
Pemindahan dana bisa berupa pemindahbukuan antar rekening, dari
uang tunai ke suatu rekening, atau dari suatu rekening untuk kemudian
ditarik tunai. Sebelum dana transfer ini ditarik oleh penerima transfer atau
selama masih mengendap di bank, dana ini dapat digunakan oleh bank
untuk mendanai kegiatan usahanya.
3. Surat berharga pasar uang
Surat Berharga Pasar Uang ( SPBU ) merupakan surat – surat
berharga jangka pendek yang dapat diperjualbelikan dengan cara didiskonto
oleh bank Indonesia.
4. Diskonto Bank Indonesia
Fasilitas diskonto adalah penyediaan dana jangka pendek oleh BI
dengan cara pembelian promes yang diterbitkan oleh bank – bank atas dasar
diskonto. Fasilitas diskonto ini merupakan upaya terakhir bank dan
merupakan bantuan bank sentral sebagai lender of last resort.

B. Pengertian dan Pertimbangan Penggunaan atau Penyaluran Dana


1. Pengertian penggunaan dana
Dana yang berhasil dihimpun oleh bank justru akan menjadi beban apabila
dibiarkan begitu saja tanpa ada usaha alokasi untuk tujuan – tujuan yang produktif.
Dana yang telah dihimpun bukanlah dana yang semuanya murah, tetapi sebagian besar
adalah dana dari deposan yang menimbulkan kewajiban bagi bank untuk membayar
imbal jasa berupa bunga. Berdasarkan pada kebutuhan itu dan juga untuk memperoleh
penerimaan bank dalam rangka menutup biaya – biaya lain serta mendapatkan
keuntungan, maka bank berusaha mengalokasikan dananya dalam berbagai bentuk
asset dengan berbagai macam pertimbangan.
2. Pertimbangan penggunaan atau penyaluran dana
Sebelum bank memutuskan untuk memilih suatu bentuk aset tertentu dalam
pengalokasian dana yang telah berhasil dihimpun, banyak hal yang harus
dipertimbangkan. Meskipun pertimbangan tersebut mencakup banyak hal, terdapat 2
hal tama yang selalu menjadi perhatian bank yaitu :
a. Risiko dan hasil
Pada dasrnya bank menginginkan bentuk aset yang berisiko serendah
mungkin namun dapat menghasilkan penerimaan atau rate of return setinggi
mungkin. Semakin tinggi rate of return yang mungkin dapat diperoleh dari suatu
aset, maka semakin tinggi pula tingkat resiko yang ditanggungnya dan sebaliknya.
Apabila menggunakan istilah lain, semakin tinggi produktivitas suatu aset, maka
semakin tinggi pula tingkat resikonya. Hubungan tersebut dapat dilihat pada grafik
dibawah ini :
Tingkat risiko

Investasi / aset

Rate of return /
produktivitas
Menyadari situasi tersebut, suatu bank biasanya terlebih dahulu
menentukan tingkat risiko tertentu yang bersedia ditanggung. Setelah menentukan
tingkat risiko, kemudian menentukan alternatif bentuk asset yang diinginkan.
Tingkat risiko yang diharapkan tidaklah mungkin sama dengan nol karena pada
dasarnya tidak ada bentuk asset yang sama sekali tidak berisiko. Disisi lain, bank
tidak mungkin untuk mengabaikan faktor risiko ini. Apabila risiko yang ditanggung
dari suatu investasi terlalu tinggi dan tentu saja disertai dengan kemungkinan rate
of return yang sangat tinggi pula, maka kegiatan tersebut lebih merupakan suatu
spekulasi dan bukan lagi investasi. Kegiatan spekulasi ini sangat tidak sesuai
dengan prinsip “ kehati – hatian “ ( prudential banking ) yang dianut oleh perbankan
di Indonesia dan di negara – negara lain di dunia.
b. Jangka waktu dan likuiditas
Dana yang telah berhasil dihimpun oleh bank menyangkut berbagai macam
jangka waktu pengembaliannya. Disamping itu, bank juga memerlukan berbagai
bentuk asset sesuaikan dengan keperluan kegiatan usahanya. Berdasarkan pada
pertimbangan tersebut bank memilih berbagai macam bentuk asset dengan
mempertimbangkan jangka waktu asset tersebut dapat dijadikan alat likuid. Adanya
sumber – sumber dana jangka pendek menuntut agar bank mengalokasikan
sejumlah tertentu dananya dalam bentuk asset yang tingkat likuiditasnya cukup
tinggi sehingga sewaktu kewajibannya jatuh tempo bank mempunyai cukup alat
likuid untuk mememuhi kewajibannya. Bank juga harus menyediakan sejumlah alat
likuid dengan tujuan memenuhi kewajiban giral minimum yang ditetapkan oleh BI.
Bank perlu juga mengalokasikan sebagian dananya dalam bentuk asset tetap,
seperti bangunan, mobil, tanah, dan komputer untuk keperluan kegiatan usahanya.
C. Kebijakan penghimpunan dan penggunaan dana
1. Tingkat Bunga.
Dana - dana yang telah berhasil dihimpun disalurkan dalam berbagai macam bentuk
pengunaan dana dengan tujuan dasar untuk memperoleh penerimaan. Agar penyaluran
dana tersebut dapat menghasilkan keuntungan bagi bank, maka biaya yang dikeluarkan
dalam penghimpunan dana harus lebih kecil dari penerimaan yang diperoleh dari
penyaluran. Selisih antara tingkat bunga pinjaman dan tingkat bunga simpanan disebut
dengan “spread”. Semakin efisien kinerja suatu bank, akan semakin kecil komponen-
komponen yang ditambahkan pada tingkat bunga simpanan untuk membentuk tingkat
bunga pinjaman. Dengan kata lain, besar kecilnya spread pada suatu bank dapat
dijadikan indikator tingkat efisiensi atas kinerja suatu bank.
Meskipun tingkat bunga pinjaman mengalami kenaikan, kenaikan atersebut tidak
lebih besar daripada kenaikan tingkat bunga simpanan, sehingga bisa saja terjadi
tingkat bunga pinjaman lebih rendah dari pada tingkat bungan simpanan atau disebut
dengan kondisi “negative-spread”. Karna itu resiko yang ditanggung oleh bank
tersebut meliputi:
a. Risiko Likuiditas (liquidity risk).
Risiko likuiditas adalah resiko yang dihadapi oleh bank dalam rangka memenuhi
kebutuhan likuiditasnya.
b. Risiko Kredit (credit risk).
Credit risk adalah resiko yang dihadapi bank karna menyalurkan dananya dalam
bentuk pinjaman pada masyarakat.
c. Risiko Investasi (investment risk).
Investment risk adalah risiko yang dihadapi oleh bank berupa kerugian karena
penurunan nilai surat berharga yang dimiliki oleh bank, misalnya saham dan aobligasi.
d. Risiko Operasi (operating risk).
Operating risk adalah risiko yang dihadapi yang berkaitan dengan kebijakan
penghimpunan dana dan pengunaan dananya dalam rangka memperoleh penerimaan
yang saling terkait.
e. Risiko Kecurangan (fraud risk).
Fraud risk adalah risiko yang dihadapi bank karena kerugian akibat adanya
ketidakjujuran, penipuan, atau perilaku tidak baik yang dilakukan oleh nasabah,
karyawan bank, pejabat bank, atau pihak lainnya.
f. Risiko Fidusiari (fiduciary risk).
Fiduciary risk adalah resiko yang dihadapi bank karena memberikan jasa
perwaliamanatan kepada nasabah perorangan atau badan.
2. Pengelolaan Aset ( Aktiva ) dan Liabilitas ( Pasiva ).
a. Pengertian Pengelolaan aktiva dan pasiva (kewajiban)
Suatu bank merupakan sesuatu yang tidak dapat berjalan sendri-sendiri.
Pengelolaan aktiva suatu bank selalu memerhatikan karakteristik dari
penghimpunan dana pada sisi pasiva, dan berlaku juga sebaliknya.
dalam bank asset-liability committee (Alco) merupan suatu bentuk komite atau
badan yang melaksanakan tugas tersebut. Secara umum komite ini berhadapan
dengan permasalahan:
1. Penghimpunan dana yang mempertimbangkan aspek :
 biaya administrative
 biaya bunga
 strategi / cara / metode
 diversifikasi
 jangka waktu dan likuiditas
 portofolio dan kaitannya dengan pengunaan dana
2. Penggunaan dana yang mempertimbangkan aspek :
 likuditas dan jangka waktu
 risiko
 rate of return
 biaya bunga
 diversifikasi
 portofolio dan kaitannya dengan pengunaan dana
3. Pendekatann dasar pengelolaan asset ( aktiva ) – liabilitas ( pasiva )
Pendekatan dalam pengelolaan aktifa dan pasiva suatu bank dapat menggunakan
beberapa pendekatan dasar. Pendekatan yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
a. Pool of funds.
Dana yang telah berhasil dihimpun bank mempunyai karakteristik yang
beragam menurut jangaka waktunya, biayanya, sumber dana tersebut berasal,
dan lain-lain.
b. Asset allocation atau conversion offunds.
Konsep dari pendekatan ini merupakan kebalikan dari pendekatan Pool of
funds. Perlakuan terhadap dana yang mempunyai karakteristik sebagai dana
tunggal dianggap oleh pendekatan ini sebagi asumsi yang tidak sesuai dengan
kenyataan.
4. Likuiditas bank.
Likuiditas suatu bank mempunyai peranan penting dalam keberhasilan pengelolaan
bank. Likuiditas diperlukan antara lain untuk keperluan:
 Pemenuhan aturan reserve requirement atau cadangan wajib minimum yang
ditetapkan bank sentral.
 Penarikan dana oleh deposan.
 Penarikan dana oleh debitor.
 Pembayaran kewajiban yang jatuh tempo.

Suatu bank dianggap likuid apabila:

a. Mempunyai sejumlah alat-alat likuid yang dapat memenuhi kebutuhan


likuditasnya sesuai dengan waktunya.
b. Mampu memperoleh tambahan alat likuid sesuai kebutuhan denagn berbagai
macam cara seperti memlalui pinjaman, penjualan saham, penyetoran modal
dan konversi dari asset yang likuiditasnya rendah mejadi alat-alat likuid.

Adapun indikator atau ukuran yang dapat di gunakan untuk mengetahui tingkat
likuiditas bank antara lain:

1. Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga


Indikator ini untuk mengukur kemampuan alat likuid yang tersedia di bank
untuk memenuhi kebutuhan likuiditas akibat adanya penarikan dana pihak ketiga.
2. Rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga
Indikator ini untuk mengukur jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan
dalam bentuk kredit
3. Rasio surat berharga jangka pendek terhadap total surat berharga
Semakin tinggi rasio surat berharga jangka pendek terhadap total surat
berharga yang dimiliki suatu bank, maka semakin tinggi pula tingkat likuiditas bank
tersebut.

D. Pinjaman Tunai dan Non Tunai


1. Pinjaman tunai ( Cash Loan )
Pemberian kredit, dalam pengertian sebagai cash loan, merupakan salah satu bentuk
usaha yang dapat dilakukan oleh sebuah bank. Berdasarkan pada undang – undang
nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas undang – undang nomor 7 tahun 1992
tentang perbankan yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan
yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan pada persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Menurut undang – undang tersebut, penyediaan dana untuk nasabahnya tidak hanya
bisa dalam bentuk kredit. Penyediaan dana terseut dapat juga berupa penyediaan
pembiayaan berdasarkan opada prinsip syariah. Sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia, seperti tercantum dalam pasar 1 undang – undang
nomor 10 tahun 1998. Penyaluran dana dalam bentuk kredit ini biasanya mendominasi
sebagain besar pengalokasian dana bank. Hal – hal yang selalu ingin diketahui bank
sebelum menyalurkan dananya dalam ebntuk kredit ataupun pembiayaan berdasar
prinsip syariah adalah :
a. Perizinan dan Legalitas
b. Karakter
c. Pengalaman dan manajemen
d. Kemampuan teknis
e. Pemasaran
f. Social
g. Keuangan
h. Agunan
2. Pinjaman non tunai ( Non – cash )
Dalam rangka menambah sumber – sumber penerimaan bagi bank serta untuk
memberikan pelayanan kepada nasabahnya, bank menyediakan berbagai bentuk jasa.
Semakin pesatnya persaingan antar bank, bank didorong tidak hanya mengandalkan
sumber penerimaan utamanya dari penyaluran kredit melainkan juga dari jasa – jasa
yang diberikan. Penerimaan atau income yang berasal dari pemberian jasa – jasa ini
disebut fee-based income. Bentuk jasa – jasa ini selalu mengalami perkembangan dari
wkatu ke waktu, sedangkan bentuk berbagai jasa yang ditawarkan bank antara lain
adalah pengiriman uang, letter of credit, bank garansi, kliring dan inkaso, kartu plastic,
money changer, traveller’s check, telebanking, custodian, wali amanat, standing order,
dan safe deposit box.

E. Risiko penyaluran dana kredit


1. Pengertian risiko penyaluran dana kredit.
Risiko penyaluran dana kredit didefinisikan sebagai risiko kerugian yang terkait
dengan kemungkinan kegagalan debitur memenuhi kewajibannya atau risiko bahwa
debitur tidak membayar kembali utangnya.
Risiko kredit dapat diakibatkan oleh terkonsentrasinya penyediaan dana pada
debitur, wilayah geografis, produk, jenis pembiayaan, atau lapangan usaha tertentu.
Risiko kredit juga timbul dari tidak dipenuhinya berbagai bentuk kewajiban pihak lain
kepada bank, seperti kegagalan memenuhi kewajiban pembayaran dalam kontrak
derivatif.
Untuk sebagian Bank, Risiko kredit merupakan risiko terbesar yang dihadapi. Pada
umumnya, marjin yang diperhitungkan untuk mengantisipasi risiko kredit hanyalah
merupakan bagian kecil dari total kredit yang diberikan bank dan oleh karnanya
kerugian pada kredit dapat menghancurkan modal bank dalam waktu singkat.
Penyebab utama terjadinya risiko pembiayaan adalah terlalu mudahnya bank
memberikan pinjaman atau melakukan investasi karena terlalu dituntut untuk
memanfaatkan kelebihan likuiditas, sehingga penilaian kredit kurang cermat dalam
mengantisipasi berbagai kemungkinan risiko usaha yang dibiayainya.
Risiko menjadi semakin terlihat manakala perekonomian mengalami krisis atau resesi.
Kelesuan ekonomi akan berdampak langsung pada menurunnya omzet penjualan
perusahaan, sehingga perusahaan akan mengalami kesulitan untuk dapat memenuhi
kewajiban membayar utang-utangnya. Demikian pula jika terjadi kenaikan tingkat
bunga.
Lebih lanjut berdasarkan peraturan Bank Indonesia, PBI No.7/2/PBI/2006 tanggal
20 Januari 2005 klasifikasi kredit sebagai berikut:
a. Lancar : 0 hari
b. Dalam perhatian khusus : 1 - 90 hari
c. Kurang lancer : 91 - 120 hari
d. Diragukan : 121 - 180 hari.
e. Macet : > 181 hari.
Adapun penaksiran klasifikasi risiko kredit yaitu :
1. Risiko rendah (low) bila risiko kredit masih berada di bawah 5%.
2. Risiko sedang (moderate) bila risiko kredit berada pada 5%-10%.
3. Risiko tinggi (high) bila risiko kredit berada di atas 10%.
Beberapa risiko kredit tak dapat dihindari, karena tanpa risiko tidak akan ada pendapatan.
Bank dapat mengkompensasikan dengan mengatur, bahwa pemberian kredit yang
mempunyai risiko tinggi harus diimbangi dengan pendapatan yang lebih tinggi, dengan
suku bunga di atas normal. Namun, pemberian putusan kredit harus dapat dijamin, apakah
akan lebih banyak memberikan kredit dengan tingkat pendapatan dan pengembalian tinggi,
atau terlalu berisiko, karena dapat mengakibatkan risiko potensial dalam bisnis.
2. Macam-Macam Risiko Kredit
Risiko Kredit terbagi menjadi dua macam, yakni Risiko Kredit Jangka Pendek dan
Risiko Kredit Jangka Panjang.
a. Risiko Kredit Jangka Pendek.
Risiko yang bersifat jangka pendek (Short Term Risk) adalah risiko yang
disebabkan karna ketidakmampuan suatu perusahaan memenuhi dan
menyelesaikan kewajiban yang bersifat jangka pendek.
b. Risiko Kredit Jangka Panjang
Risiko yang bersifat jangka panjang (Long Term Risk) adalah
ketidakmampuan suatu perusahaan menyelesaikan kewajiban jangka panjangnya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kegiatan usaha yang utama dari suatu bank adalah penghimpunan dan penyaluran
dana.
2. Pemberian kredit, dalam pengertian sebagai cash loan, merupakan salah satu bentuk
usaha yang dapat dilakukan oleh sebuah bank
3. Risiko penyaluran dana kredit didefinisikan sebagai risiko kerugian yang terkait
dengan kemungkinan kegagalan debitur memenuhi kewajibannya atau risiko
bahwa debitur tidak membayar kembali utangnya.
DAFTAR PUSTAKA

Budisantoso, Totok, 2013, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Jakarta : Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai