Anda di halaman 1dari 8

Masyarakat Indonesia Memiliki Keanekaragaman Suku Bangsa dan Budaya

Sebagai Kekayaan Nasional dan Kebudayaan Masyarakat Indonesia Yang


Senantiasa Mengalami Perkembangan Membentuk Bangsa
Resume

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata


Kuliah Kajian Masyarakat Indonesia
Dosen : Dra. Hj. Bedriati Ibrahim, M.Si.

Oleh:

Kelompok 2

1. Reza Safitri 2005110401/ 6


2. Enjelina Simbolon 2005111282/ 7
3. Zahrah Putrianov Pratiwi 2005111285 / 8
4. Septi Winda Sari` 2005111288/ 9
5. Lufita 2005111637/10

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN DAN KEGURUAN EKONOMI


UNIVERSITAS RIAU

2022
A. Masyarakat Indonesia Memiliki Keanekaragaman Suku Bangsa dan Budaya
Sebagai Kekayaan Nasional
Keragaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaan dalam
berbagai bidang terutama suku bangsa, ras, agama, idelogi, budaya “masyarakat yang
majemuk.” Keragaman dalam masyarakat adalah sebuah keadaan yang menunjukkan
perbedaan yang cukup banyak macam atau jenisnya dalam masyarakat. Keragaman disini
memiliki makna sebagai suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaan-
perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan,
ideology, adat kesopanan, serta situasi ekonomi.
Indonesia sebagai negara kepulauan adalah negara-bangsa yang memiliki kekayaan dan
keragaman budaya nusantara yang merupakan daya tarik tersendiri di mata dunia.Seharusnya
hal ini dapat dijadikan modal untuk menaikkan citra bangsa di mata dunia sekaligus nilai-
nilai fundamental yang berfungsi merekatkan persatuan,sesuai semboyang Bhineka Tunggal
Ika, maka meskipun memiliki keragaman budaya, Indonesia tetap satu. Keragaman yang ada
di Indonesia adalah kekayaan dan keindahan bangsa Indonesia. Untuk itu pemerintah akan
terus mendorong keberagaman tersebut menjadi suatu kekuatan untuk bisa mewujudkan
persatuan dan kesatuan nasional menuju indonesia yang lebih baik.
Bangsa Indonesia adalah masyarakat yang terdiri dari beranekaragam suku bangsa yang
memiliki adat istiadat yang berbeda-beda. Di Indonesia ini terdapat 656 suku bangsa dengan
bahasa lokal 300 macam. Keanekaragaman tersebut merupakan kekayaan milik Bangsa
Indonesia yang harus kita jaga dan lestarikan sehingga mampu memberikan warna
ketentraman dan kedamaian bagi rakyat Indonesia agar ke depan tidak banyak menimbulkan
persoalan yang mengancam disintegrasi bangsa. Persatuan dan kesatuan bangsa yang
terwujud dari sejumlah suku bangsa yang semula merupakan masyarakat yang berdiri sendiri
dan mendukung kebudayaan yang beraneka ragam itu perlu diperkokoh dengan kerangka
acuan yang bersifat nasional, yaitu kebudayaan nasional. Suatu kebudayaan yang mampu
memberi makna bagi kehidupan berbangsa dan berkepribadian, akan dapat dibanggakan
sebagai identitas nasional.
Keberagaman masyarakat Indonesia disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya sebagai
berikut : 1. Letak strategis wilayah Indonesia, 2. Kondisi negara kepulauan, 3. Perbedaan
kondisi alam. 4. Keadaan transportasi dan kumunikasi, 5. Penerimaan masyarakat terhadap
perubahan.Suku bangsa yang menempati wilayah Indonesia dari sabang sampai merauke
sangat beragam, sedangkan perbedaan ras muncul karena adanya pengelompokan besar
manusia yang memiliki ciri-ciri biologis lahirlah yang sama seperti rambut, warna kulit,
ukuran tubuh, mata, ukuran kepala dan lain sebagainya.
Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan bangsa kita yang mengungkapkan persatuan
dan kesatuan yang berasal dari keanekaragaman. Walaupun kita terdiri atas berbagai suku
yang beranekaragam budaya daerah, namun kita tetap satu bangsa Indonesia, memiliki
bahasa dan tanah air yang sama, yaitu bahasa Indonesia dan tanah air Indonesia. Begitu juga
bendera kebangsaan merah putih sebagai lambang identitas bangsa dan kita bersatu padu di
bawah falsafah dan dasar negara Pancasila.Dalam mengembangkan sikap menghormati
terhadap keragaman suku bangsa, dapat terlihat dari sifat dan sikap dalam kehidupan sehari-
hari, diantaranya adalah sebagai berikut :Kehidupan bermasyarakat tercipta kerukunan
seperti halnya dalam sebuah keluarga. Antara warga masyarakat terdapat semangat tolong
menolong, kerjasama untuk menyelesaikan suatu masalah, dan kerjasama dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Dalam menyelesaikan urusan bersama selalu diusahakan dengan
melalui musyawarah. Terdapat kesadaran dan sikap yang mengutamakan kepentingan
bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. Sikap dan keadaan seperti tersebut di atas
harus dijunjung tinggi serta dilestarikan.
Kita mengetahui bahwa Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas dan penduduknya
terpencar-pencar di berbagai pulau. Tiap penduduk tinggal di lingkungan kebudayaan
daerahnya masing-masing. Ini artinya, di Indonesia terdapat banyak ragaman kebudayaan.
Perbedaan tersebutantara lain dalam hal:Cara berbicara,Cara berpakaian,Mata pencaharian,
dan Adat istiadat. Keanekaragaman budaya jangan dijadikan sebagai perbedaan, tetapi
hendaknya dijadikan sebagai kekayaan bangsa Indonesia. Kita selaku bangsa Indonesia
mempunyai kewajiban untuk selalu melestarikan kebudayaan yang beraneka ragam tersebut.
Di samping itu, dengan mendalami kebudayaan yang beraneka ragam tersebut, wawasan
kita akan bertambah sehingga kita tidak akan menjadi bangsa yang kerdil. Kita dapat menjadi
bangsa yang mau dan mampu menghargai kekayaan yang kita miliki, yang berupa
keanekaragaman kebudayaan tersebut. Dalam rangka pembinaan kebudayaan nasional,
kebudayaan daerah perlu juga kita kembangkan, karena kebudayaan daerah mempunyai
kedudukan yang sangat penting. Pembinaan kebudayaan daerah dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut: 1). Pertukaran kesenian daerah., 2). Pembentukan organisasi kesenian
daerah., 3). Penyebarluasan seni budaya, antara lain melalui radio, tv, surat kabar serta
majalah., 4). Penyelenggaraan seminar mengenai seni budaya daerah., 5). Membentuk
sanggar tari daerah., 6). Mengadakan pentas kebudayaan.
Selain itu soal kebudayaan, banyak antar pemilik dan pendukung budaya merasa
budayanya sendiri yang paling baik. Kondisi demikian akan menyebabkan iklim disharmoni
sosial keberagaman masyarakat Indonesia yang bercorak Bhinneka Tunggal Ika. Berikut ini
sikap mental yang mengancam persatuan dan kesatuan dalam keberagaman: Etnosentrisme
Sikap primordial (kedaerahan) Persepsi yang keliru tentang otonomi daerah Fanatisme
sempit (berlebihan) Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki keragaman budaya,
ras, suku bangsa, kepercayaan, agama, dan bahasa. Sesuai semboyang Bhineka Tunggal Ika,
maka meskipun memiliki keragaman budaya, Indonesia tetap satu.
Kebudayaan nasional adalah suatu kebudayaan yang mampu memberi makna bagi
kehidupan berbangsa dan berkepribadian, akan dapat dibanggakan sebagai identitas nasional.
Kebudayaan Indonesia secara sempit dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan lokal
yang telah ada sebelum terbentuknya bangsa Indonesia pada tahun 1945. Seluruh kebudayaan
lokal yang berasal dari kebudayaan beraneka ragam suku-suku di Indonesia adalah
merupakan bagian integral dari kebudayaan Indonesia.
Latar Belakang Multikultural Di Indonesia
1. Latar Belakang Historis
Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam kebudayaan, sehingga
Indonesiadikategorikan negara multikultural. Masyarakat multikultural merupakan
masyarakat yang terdiridari berbagai macam suku bangsa dan budaya. Faktor utama yang
mendorong terbentuknyamultikulturalisme adalah latar belakang (historis), kondisi geografis,
dan keterbukaan terhadapkebudayaan luar. Dalam konteks ini, multikulturalisme masyarakat
dapat memunculkan sifat-sifattertentu dalam kelompok masyarakat yang ada. Sifat-sifat
tersebut diantara lain dapat terjadisegmentasi ke dalam bentuk-bentuk kelompok
subkebudayaan yang berbeda satu sama lain,menciptakan struktur sosial yang terbagi dalam
lembaga yang bersifat non komplementer, kurangmengembangkan konsesus diantara
anggota.mDalam upaya membangun intgrasi budaya dalam masyarakat Indonesia yang
bersifat multicultural, maka diperlukan pengembangan pendekatan multikultural yang
didasarkan padatiga prinsip pembangunan ingeritas bangsa.
Isu-isu politik kebudayaan mengemuka danberkembang cepat semenjak reformasi
digulirkan pada tahun 1998. Setelah isudemokrasi yang diwujudkan dalam bentuk
pelimpahan sebagian kekuasaan pusatke daerah-daerah yang dikenal sebagai otonomi daerah
mulai tahun 1999, isumultikulturalisme muncul pada tahun 2002 sebagai alternatif yang kuat
untuk menjadiperekat baru kesatuan bangsa. Isu multikulturalisme muncul sebagai akibat
dari kesadaranbahwa kesatuan bangsa dan integrasi nasional yang selama ini dipelihara
berdasarkanpolitik kebudayaan seragam dianggap semakin kurang relevan dengan kondisi
dan semangatotonomi daerah (desentralisasi) dan kedaerahan turut meningkat sejalan dengan
reformasipolitik tersebut.
Desentralisasi kekuasaan sebagai keputusan politik nasional ternyata kemudiandisadari
menimbulkan efek yang kontra produktif apabila dilihat dari perspektifkesatuan dan integrasi
nasional suatu bangsa besar yang isinya luar biasa beranekaragamsuku bangsa, agama,
kemampuan ekonomi, dan bahkan ras yang tersebar dalam wilayahgeografi yang sangat luas.
Kontras-kontras kondisi atribut-atribut ini menjadikan semakinrumit terlebih jika isu
mayoritas-minoritas, dan dominan-tidak dominan dimasukkan kedalam wilayah analisa
ini.Kajian tentang multikulturalisme di Indonesia pada umumnya lebih memusatkanperhatian
pada tujuan daripada proses untuk mencapainya.
Mereka menekankan pentingnya toleransi, saling menghargai, menjaga kerukunan,
menghormati perbedaan,dan sebagainya yang lebih merupakan isu falsafah humanistik-
individual daripada sosialkolektif, padahal suatu model adalah berbicara tentang konsep-
konsep dan strategi-strategiuntuk mewujudkan konsep-konsep yang abstrak itu menjadi
tindakan yang nyatadalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
2. Letak Geografis
Secara geografis, Indonesia memiliki letak yang cukup strategis, yakni diapit oleh
Samudra Hindia dan Pasifik serta di antara Benua Asia dan Australia. Hal ini pun membuat
Indonesia menjadi jalur perdagangan internasional. Sebagai jalur perdagangan, Indonesia
seringkali kedatangan bangsa asing yang hendak berdagang. Hal ini menciptakan
kebudayaan baru di Tanah Air dan mendorong terbentuknya masyarakat multikultural.
3. Keterbukaan Terhadap Budaya Luar
Bangsa Indonesia adalah contoh bangsa yang terbuka. Hal ini dapat dilihat besarnya
pengaruh asing dalam membentuk keanekaragaman masyarakat diseluruh wilayah Indonesia.
Pengaruh asing pertama yang mewarnai sejarah kebudayaan Indonesia adalah ketika orang-
orang India, Cina, dan Arab mendatangi wilayah Indonesia dan disusul dengan kedatangan
bangsa Eropa. Bangsa tersebut dapat membawa kebudayaan yang beragam.Daerah yang
relatif terbuka terutama daerah pantai cepat mengalami perubahan, dengan semakin baiknya
sarana dan prasarana transportasi, hubungan antarkelompok masyarakat semakin intensif dan
makin sering pula melakukan pembauran.
Sedangkan daerah yang terletak jauh dari pantai pada umumnya hanya terpengaruh
sedikit sehingga berkembang corak kebudayaan yang khas pula.Dan yang perlu kita lakukan
agar bisa hidup harmonis di tengah pluralisme Indonesia ini yaitudengan ditanamkan secara
terus menerus prinsip bahwa semua agama, semua suku bangsa (etnik), semua golongan,
semua profesi, semua partai adalah pilar-pilar yang membuat bangunan bangsa ini dapat
menjadi kuat.
Satu pilar saja yang rusak, satu pilar saja diabaikan, maka bangunan bangsa ini akan
berkurang kekuatannya.Pluralisme yang biasa kita ketahui dan perlu kita bahas terbagi
menjadi lima bidang, yakni : Bidang sosial, bidang ekonomi, bidang budaya, bidang
pendidikan, dan bidang agama. Namun Pluralisme yang terjadi di negara kita ini tak hanya
sesederhana yang yang kita ketahui, karena masih banyak sub-bab Pluralisme yang terjadi.
faktor yang mendukung integrasi bangsa
1. Penggunaan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan yang sangat penting, yaitu sebagai
bahasa nasional dan bahasa negara. Sebagai bahasa nasional, fungsi bahasa Indonesia di
antaranya adalah untuk mempererat hubungan antar suku di Indonesia. Fungsi ini
sebelumnya sudah ditegaskan di dalam butir ketiga ikrar Sumpah Pemuda 1928 yang
berbunyi “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia. Selain itu Bahasa Indonesia memiliki peranan yang vital di masyarakat umum
dan nasional. Berkat adanya bahasa Indonesia, masyarakat dapat berhubungan satu
dengan yang lain sedemikian rupa sehingga kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan
latar belakang sosial budaya dan bahasa tidak perlu dikawatirkan.

Masyarakat dapat bepergian ke seluruh pelosok tanah air hanya dengan


memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai satu-satunya alat komunikasi.Bahasa Indonesia
sebagai alat pemersatu suku, budaya dan bahasa maksudnya adalah bahwa bahasa
Indonesia memungkinkan keserasian di antara suku-suku, budaya dan bahasa di
Nusantara, tanpa harus menghilangkan indentitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-
nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan.

2. Semangat persatuaan
Semangat persatuan dan kesatuan demi Indonesia yang lebih baik juga menjadi
faktor pendorong integrasi nasional. Rasa persatuan dan kesatuan menyatukan seluruh
masyarakat dalam mewujudkan Indonesia yang maju, aman, dan tentram.Adanya
keberagaman tersebut, tentu penting memiliki sikap persatuan dan kesatuan antarsesama
dalam masyarakat demi menjaga keutuhan bangsa dan negara Indonesia. Tanpa adanya
rasa persatuan dan kesatuan, bangsa Indonesia akan mudah terpecah terpecah belah.

3. Kepribadian dan pandangan hidup yang sama


Adanya kepribadian dan pandangan hidup kebangsaan yang sama, yakni
Pancasila. Dengan adanya pandangan hidup yang sama yang merujuk pada Pancasila
akan mendorong integrasi bangsa.

4. Semangat gorong royong


Semangat gotong royong, solidaritas, dan toleransi adalah nilai-nilai luhur yang
terkandung dalam Pancasila. Nilai-nilai luhur tersebut merupakan faktor pendorong
integrasi nasional karena dapat mewujudkan rasa kekeluargaan dan kesetaraan dalam
masyarakat.

5. Rasa senasib sepenanggungan


Rasa senasib dan seperjuangan dalam mewujudkan kemerdekaan bangsa dari
penjajahan melandasi integrasi nasional bangsa Indonesia. Rasa senasib dan seperjuangan
akibat adanya sejarahlah yang akan terus mempersatukan bangsa.

B. Kebudayaan Masyarakat Indonesia Yang Senantiasa Mengalami Perkembangan


Membentuk Bangsa
Bangsa adalah suatu kelompok manusia yang memiliki identitas bersama, dan
mempunyai kesamaan bahasa, ideologi, budaya, sejarah, dan tujuan. Mereka umumnya
dianggap memiliki asal usul keturunan yang sama.Disebutkan juga sebagai "a fully
mobilized or institutionalized ethnic group". Sebagian dari bangsa disebut setara dengan grup
etnis (lihat Nasionalisme etnis dan Negara kebangsaan) dan beberapa juga dianggap setara
dengan sebuah afiliasi konstitusi sosial dan politik (lihat Nasionalisme sipil dan
Multikulturalisme). Sebuah bangsa didefinisikan juga sebagai komunitas politik-budaya yang
telah sadar akan Otonomi, persatuan, dan kesamaan kepentingan. Dalam Hukum
internasional bangsa adalah terminologi dari Negara berdaulat.
Adanya bangsa secara tidak langsung melahirkan sebuah negara. Bangsa mengacu pada
sekelompok orang yang ingin bersatu atau persekutuan hidup, sementara negara adalah
sebuah organisasi sekelompok orang yang ada didalamnya.Suatu negara yang memiliki
berbagai suku bangsa dan ras berupaya keras membentuk suatu bangsa baru dengan identitas
kultural yang baru pula. Hal itu dimaksudkan agar dapat bertahan lama dan mampu mencapai
tujuan.
Proses terbentuknya suatu negara terpusat modern yang penduduknya meliputi satu
nasionalitas (suatu bangsa) merupakan proses pembentukan bangsa-negara. Bangsa dalam
bangsa-negara mencakup jumlah kelompok masyarakat (berbagai suku bangsa dan ras) yang
lebih luas daripada bangsa dalam suku bangsa. Kesamaan identitas kultural dalam suku
bangsa lebih sempit cakupannya daripada identitas kultural dalam bangsa-negara.
Sementara itu, secara umum dikenal adanya dua model proses pembentukan bangsa-
negara. Pertama, model ortodoks yang bermula dari adanya suatu bangsa terlebih dahulu
untuk kemudian bangsa itu membentuk satu negara tersendiri. Setelah bangsa-negara ini
terbentuk, kemudian suatu rezim politik (konstitusi) dirumuskan dan ditetapkan, dan sesuai
dengan pilihan rezlm politik itu, dikembangkan sejumlah bentuk partisipasi politik warga
masyarakat dalam kehidupan bangsa-negara. Kedua, model mutakhir yang berawal dan
adanya negara terlebih dahulu, yang terbentuk melalui proses tersendiri, sedangkan
penduduknya merupakan kumpulan sejumlah kelompok suku bangsa dan ras.
Pada tingkat prkembangan tertentu, munculnya kesadaran politik di kalangan satu atau
beberapa kelompok suku bangsa untuk berpartisipasi dalam proses politik akan membawa
mereka kepada pertanyaan yang lebih mendasar. Pertanyaan ini berkaitan dengan pilihan
rezim politik. Hal itu dipertanyakan setelah melalui proses politisasi yang secukupnya.
Suatu bangsa akan terbentuk apabila masalah-masalah bentuk partisipasi politik dan
rezim politik disepakati jawabannya. Namun, pada proses politisasi yang dilakukan secara
memadai, mungkin saja terdapat satu atau lebih kelompok suku bangsa yang tidak bersedia
ikut serta dalam bangsa yang baru. Mungkin disebabkan ketidaksetujuan mereka terhadap
pilihan bentuk-bentuk partisipasi politik dan rezim politik. Dalam situasi ini, mungkin
terdapat satu atau lebih kelompok etnis yang menghendaki suatu negara sendiri atau mungkin
menghendaki bentuk kompromi seperti daerah istimewa dengan hak-hak dan kewenangan
khusus.
Kedua model ini berbeda dalam empat hal. Pertama, ada tidaknya perubahan unsur dalam
pengelompokan masyarakat. Model ortodoks tidak mengandung perubahan unsur karena satu
bangsa membentuk satu negara. Model mutakhir mengandung perubahan unsur dari banyak
kelompok suku bangsa menjadi satu bangsa baru. Kedua, lamanya waktu yang diperlukan
dalam proses pembentukan bangsa-negara. Model ortodoks memerlukan waktu yang singkat
sebab membentuk struktur kekuasaari saja (tidak perlu membentuk identitas kultural baru),
sedangkan model mutakhir memerlukan waktu yang lebih lama karena harus mencapai
kesepakatan tentang identitas kultural (nasionalitas) yang baru. Ketiga, kesadaran politik
dalam model ortodoks muncul setelah terbentuknya bangsa-negara, sedangkan dalam model
mutakhir kesadaran politik muncul mendahului dan menjadi kondisi awal bagi terbentuknya
bangsa negara. Keempat, derajat pentingnya partisipasi politik dan rezim politik. Dalam
model ortodoks, partisipasi politik dan rezim politik dianggap sebagai hal yang terpisah dari
proses integrasi nasional, sedangkan dalam model mutakhir kedua hal itu merupakan hal-hal
yang tak terpisahkan dari proses integrasi nasional (pembentukan bangsa-negara).
Kedua model di atas sangat berguna dalam menggambarkan secara sederhana proses
pembentukan bangsa-negara yang dalam kenyataan bersifat rumit. Namun, kedua model
mengandung tiga kekurangan pokok. Pertama, rnemandang proses pembentukan bangsa-
negara dari sudut kemajemukan suku bangsa saja. Padahal permasalahan integrasi nasional
juga disebabkan dengan kemajemukan agama, ras (pribumi dan nonpribumi) dan
kesenjangan sosial ekonomi. Kedua, faktor historis khususnya hal ihwal yang berkaitan
dengan pengalaman penjajahan tidak dimasukan ke dalam model-model tersebut. Ketiga,
dalam kenyataan tidak hanya terdapat dua model proses pembentukan bangsa-negara, tetapi
juga terdapat model ketiga seperti yang dialami Indonesia berhubungan dengan proses
pembentukan bangsa baru, yang mulai berlangsung jauh sebelum negara terbentuk.
Sebagai sebuah negara bangsa (nation-state) Indonesia memiliki nilai-nilai luhur yang
khas dan membudaya di masyarakat seperti gotong-royong, saling tolong menolong, ramah,
santun, toleran, dan perduli terhadap sesama.Nilai-nilai luhur tersebut pada akhirnya
dijadikan rujukan untuk membentuk ideologi negara, yaitu Pancasila yang secara umum
dibangun atas nilai-nilai luhur yang telah mengakar dan membudaya di masyarakat jauh
sebelum Indonesia menjadi negara kesatuan.
Sumber Pustaka
https://indomaritim.id/keragaman-budaya-daerah-adalah-kekayaan-budaya-nasional/

http://agil-asshofie.blogspot.com/2016/04/proses-pembentukan-bangsa-negara.html?m=1

https://indomaritim.id/keragaman-budaya-daerah-adalah-kekayaan-budaya-nasional/

https://www.kompas.com/skola/read/2021/04/06/163207169/8-faktor-pendorong-integrasi-nasional-
bangsaindonesia?amp=1&page=2&jxconn=1*1fjxvrv*other_jxampid*VjhqSVJENzFiRjNiX0VsbFZFX0ozNV
pldFkzTGV5RmQ5NWtYZVJ2blpoSzRTN3lBWV9yNWhXbUhuWm1CQS1OMQ

Anda mungkin juga menyukai