Anda di halaman 1dari 10

Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.

php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)

ANALISIS EMISI GAS RUMAH KACA PRODUKSI KARET DENGAN


METODE LCA (LIFE CYCLE ASSESSMENT) DAN PERHITUNGAN
PENYERAPAN KARBON PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX NGOBO

Utamiria Dwi Kartika*), Winardi Dwi Nugraha**), Mochtar Hadiwidodo **)


Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
JL. Prof. H. Sudarto, SH Tembalang, Semarang, Indonesia 50275
email: tammideka@gmail.com

Abstrak
Karet merupakan salah satu komoditas utama Indonesia dengan nilai ekspor mencapai
2.623.471 ton pada tahun 2014 dan berperan menyumbang emisi dalam perubahan iklim
(Direktorat Jenderal Pertanian, 2015). Namun demikian, menurut penelitian yang
dilakukan oleh Indraty, 2005, tanaman karet memiliki jumlah tajuk yang tinggi untuk
dapat menyerap karbon dengan jumlah besar. Sejalan dengan kedua hal tersebut,
komitmen Indonesia dalam perubahan iklim tampak pada ratifikasi IPCC dan Protokol
Kyoto (yang dilanjutkan melalui program REDD+). Terkait latar belakang tersebut,
diperlukan suatu penelitian untuk inventarisasi pelepasan emisi karbon ke alam dan
penyerapan karbon. Penelitian dilakukan pada salah satu perkebunan karet, PT.
Perkebunan Nusantara IX Ngobo sebagai eksportir kepada perusahaan kelas dunia
seperti Michelin dan Good Year pada bulan November 2016 hingga Februari 2017.
Analisis emisi karbon digunakan dengan metode LCA (Life Cycle Assessment)
berdasarkan ISO 14040, sementara perhitungan penyerapan karbon dilakukan dengan
olah citra Landsat 8.0 dibantu oleh software Arc Map 10.4 dan ENVI 4.5. Hasil yang
didapatkan berupa penghasilan emisi tahun 2015-2016 pada perkebunan karet sebesar
6,65 ton CO2 eqivalent per ton lateks per tahun dan pabrik pengolahan adalah sebesar
8,84 ton CO2 eqivalent per ton lateks per tahun. Jumlah penyerapan karbon yang
didapat adalah sebesar 31,52 ton CO2 eqivalen per hektar per tahun atau 145,72 ton
CO2 eqivalent per ton lateks per tahun. Berdasarkan hasil yang didapatkan dapat
dikatakan bahwa nilai potensi penyerapan karbon di PT. Perkebunan Nusantara IX
Ngobo lebih besar daripada nilai potensi emisinya. Penelitian ini dapat disempurnakan
dengan mengikutsertakan scope 3 dalam perhitungan emisi karbon dan melakukan
digitasi citra yang maksimal dalam perhitungan penyerapan karbon.

Kata kunci: LCA, emisi Gas Rumah Kaca, penyerapan karbon, produksi karet, CO2 ton
ekivalen

Abstract
[Analysis of Green House Gas Emissions of Rubber Production with LCA (Life Cycle
Assessment) Method and Calculation of Carbon Sequestration in PT. Perkebunan
Nusantara IX Ngobo]. Rubber is one of Indonesia's main commodities with export value
reaching 2.623.471 tons in 2014 and contributing to emission in climate change
(Directorate General of Agriculture, 2015). However, according to the research
conducted by Indraty, 2005, the rubber plant has a number of high crown to absorb large
amounts of carbon. In line with these two things, Indonesia's commitment to climate
change appears on the ratification of the IPCC and the Kyoto Protocol (which continued
through the REDD+ program). Related to this background, we need a study to inventory
the carbon emissions discharge to nature and carbon sequestration. The study was
conducted on one of the rubber plantations, PT. Perkebunan Nusantara IX Ngobo as an
exporter to the world-class company like Michelin and Good Year in November 2016 to
February 2017. Analysis of carbon emissions used by the LCA method (Life Cycle

1 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)

Assessment) based on ISO 14040, while carbon sequestration calculations done by image
processing of Landsat 8.0 assisted by Arc Map 10.4 and ENVI 4.5. software. The
obtained result is in the production of emissions in 2015-2016 at a rubber plantation as
much as 6,65 tons of CO2 equivalent per ton of latex per year and processing
manufactory amounted 8,84 tons of CO2 equivalent per ton of latex per year. The amount
of carbon sequestration obtained is amounted 31.52 tons CO2 equivalent per hectare per
year or 145.72 tons of CO2 equivalent per ton of latex per year. Based on the results it
can be said that the value of potential carbon sequestration in PT. Perkebunan
Nusantara IX Ngobo is greater than the value of potential emissions. This research can
be refined by including scope 3 in the calculation of carbon emissions and doing
maximum digitized image in the calculation of carbon sequestration.

Keywords: Life Cycle Assessment, Green House Gas emissions, carbon sequestration,
rubber production, CO2 ton equivalent

PENDAHULUAN meratifikasi Konvensi Perubahan Iklim


Latar Belakang (UNFCCC dan IPCC) melalui UU No.6
Sebagai salah satu komoditas Tahun 1994 dan Protokol Kyoto (yang
utama, Indonesia memiliki produksi dilanjutkan dengan REDD+), sehingga
karet tahun 2014 sebesar 3.153.185 ton diperlukan inventarisasi mengenai
dengan total ekpor ke negara lain emisi yang dihasilkan dan diserap
berjumlah 2.623.471 ton dengan nilai dalam skala perkebunan (Direktorat
4.741.574 US$ (Direktorat Jendral Jenderal Pengendalian Perubahan
Perkebunan Indonesia,2015) Iklim, 2016)
menyebabkan Indonesia menjadi negara Berdasarkan paparan di atas,
penghasil karet terbesar kedua di dunia perlu dilakukan studi untuk mengetahui
setelah Thailand dan memiliki areal dampak produksi karet terhadap
perkebunan karet terluas di dunia lingkungan melalui analisa Life Cycle
(Development Alternatives,Inc, 2007). Assessment (LCA) dan penyerapan
Kuantitas produksi pabrik yang karbon, dalam kasus ini bertempat di
tinggi membawa dampak negatif bagi PT. Perkebunan Nusantara IX Ngobo,
Indonesia berupa peningkatan gas sebagai salah satu penghasil karet
rumah kaca (GRK) seperti gas CO2, utama di Jawa Tengah.
CH4, N2O, O3, dan lain sebagainya.
Gas rumah kaca seperti diketahui
berasal dari berbagai sumber, seperti Tujuan Penelitian
CO2 dari industri, pembangkit listrik, 1. Menganalisis potensi emisi gas
pembakaran bahan bakar fosil dan rumah kaca yang dihasilkan pada
transportasi. Di sisi lain, menurut sistem eksisting produksi karet di
Indraty,2005, tanaman karet memiliki PT. Perkebunan Nusantara IX
peran yang sangat besar dalam Ngobo berdasarkan pemodelan
penyerapan CO2, karena memiliki LCA.
kanopi lebih lebar dan permukaan daun 2. Menghitung jumlah potensi
hijau dan daun yang luas. penyerapan karbon yang
Lebih lanjut, komitmen dihasilkan pada PT. Perkebunan
Indonesia terhadap penurunan emisi gas Nusantara IX Ngobo.
rumah kaca ditunjukkan dengan

2 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)

TINJAUAN PUSTAKA dievaluasi, batasan, dan asumsi yang


Karet berhubungan dengan dampak di
Menurut Depatermen sepanjang siklus hidup dari sistem yang
Perindustrian, 2007, karet adalah dievaluasi (Marriott, 2007).
polimer hidrokarbon yang terbentuk 2. Life Cycle Inventory (LCI)
dari emulsi kesusuan (dikenal sebagai Life Cycle Inventory (LCI) emisi,
lateks) yang diperoleh dari getah mencakup pengumpulan data dan
beberapa jenis tumbuhan pohon karet perhitungan input dan output ke
tetapi dapat juga diproduksi secara lingkungan dari sistem yang sedang
sintetis. Sumber utama barang dagang dievaluasi. Fase ini menginventarisasi
dari latex yang digunakan untuk penggunaan sumber daya, penggunaan
menciptakan karet adalah pohon karet energi dan pelepasan ke lingkungan
Hevea brasiliensis (Euphorbiaceae). Ini terkait dengan sistem yang dievaluasi
dilakukan dengan cara melukai kulit (Marriott, 2007).
pohon sehingga pohon akan 3. Life Cycle Impact Assessment
memberikan respons yang (LCIA)
menghasilkan lebih banyak latex. Merupakan penanganan dari dampak
terhadap lingkungan, semua dampak
Gas Rumah Kaca penggunaan dari sumberdaya dan emisi
Menurut Kementrian yang dihasilkan dikelompokkan dan
Lingkungan Hidup, 2012, Gas rumah dikuantifikasi kedalam jumlah tertentu
kaca (GRK) merupakan gas di atmosfer kategori dampak yang kemudian diberi
yang berfungsi menyerap radiasi infra bobot sesuai dengan tingkat
merah dan ikut menentukan suhu kepentingannya (Marriott, 2007).
atmosfer. Adanya berbagai aktivitas 4. Interpretasi
manusia, khususnya sejak era pra- Interpretasi merupakan integrasi dari
industri emisi gas rumah kaca ke hasil life-cycle inventory dan life-cycle
atmosfer mengalami peningkatan yang impact assessment yang kemudian
sangat tinggi sehingga meningkatkan digunakan untuk mengkaji, menarik
konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. kesimpulan dan rekomendasi yang
konsisten dengan tujuan dan lingkup
Life Cycle Assessment yang telah diformulasikan (Marriott,
Ecobalance atau Life Cycle 2007).
Assessment (LCA) atau biasa disebut
atau juga dikenal sebagai life cycle Penyerapan Karbon
analysis, atau analisis cradle-to-grave Menurut Brown, 1997 gas CO2
adalah penyelidikan dan evaluasi pada atmosfer ditambat oleh tanaman
dampak lingkungan dari suatu produk karet melalui proses fotosintesis
atau jasa yang disebabkan oleh Dengan menggunakan energy cahaya,
keberadaan produk atau jasa itu sendiri CO2 diubah menjadi karbon organik
serta meningkatkan efisiensi dalam bentuk biomassa (jumlah bahan
penggunaan sumberdaya dan organic hidup yang dinyatakan dalam
menurunkan pertanggungan (liabilities) bobot kering daun, bunga, buah,
terhadap lingkungan. (Schempf, 1999 cabang, ranting, batang, akar, dan
dan Curran, 1996). pohon mati per satuan luas).
LCA terdiri dari 4 fase yang
diatur dalam ISO, secara garis besar
adalah: METODOLOGI PENELITIAN
1. Perhitungan Emisi
1. Goal and Scope Formula yang dipergunakan dalam
Bertujuan untuk merumuskan dan menghitung emisi gas rumah kaca
menggambarkan tujuan, sistem yang

3 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)

disadur dari penelitian Jawjit et all, 3 komoditas penting di Indonesia


2010 seperti berikut. seperti karet, kopi, dan pala yang
Ex, i, j = SUM i, j (A i, j × EFx, i ,j × berada di Desa Wringin Putih,
GWPx)…………(1) Kecamatan Bergas, Kabupaten
Keterangan Semarang. Komoditas karet merupakan
x,= jenis gas, CO2, CH4, N2O salah satu produk unggulan konsumsi
i,= jenis aktivitas seperti pada tabel pasar mancanegara dengan kapastiras
j= jenis tipe produk : lateks, lateks prosuksi sebesar 810,01 kg per hektar
campuran, STR, atau RSS per tahun. Sumber bahan baku berupa
Ex, i, j= emisi GRK yang terkait tipe karet mentah atau (karet alam) yang
gas x, aktivitas i, pada produksi j, ditanam di perkebunan karet dan
(satuan dalam kilogram CO2-eq/ton menghasilkan output berupa karet tipe
produk) RSS (Ribbed Smoked Sheet) yang siap
A i, j= level aktivitas, terkait variabel i jual kepada pihak pengolah bahan
dan j bakku untuk selanjutnya dihasilkan ban
EFx, i ,j = faktor emisi, terkait variabel roda, mainan, dan lain – lain. Selain itu
i dan j dihasilkan produk samping berupa karet
GWPx = konstanta potensial global cutting dan lump.
warming atau Global Warming
Potential

2. Perhitungan Penyerapan Karbon


Angka penyerapan karbon dihitung
dengan menggunakan cara
penginderaan jauh melalui citra Landsat
8.0 dengan menggunakan data yang
diakses pada 24 Januari 2017.Data
akses landsat kemudian didigitasi dan Gambar 4.1 Karet Alam (Lateks),
dimasukkan pada persamaan melalui Karet RSS, Cutting Rubber, dan
software ENVI. Lump
Menurut Divayana (2011), model Sumber : Dokumentasi Penulis
persamaan pendugaan biomassa terbaik
pada tegakan karet dengan Pada PT. Perkebunan Nusantara IX
menggunakan citra Landsat adalah: Ngobo bagian produksi karet terjadi
aktivitas di perkebunan dan di pabrik.
Aktivtas perkebunan karet tersebar pada
4 afdeling, yaitu Klepu (272,61 hektar),
Setro (702 hektar), Jatirunggo (586,42
…………………….[2] hektar) dan Gebugan (61,45 hektar)
dengan keseluruhan total luas adalah
Keterangan sebesar 1.622,48 hektar
MIR = Nilai Saluran 6 pada citra
Landsat 8.0 2. Perkebunan Karet
NIR = Nilai Saluran 5 pada citra Lahan eksisting di PT. Perkebunan
Landsat 8.0 Nusantara IX Ngobo diperuntukkan
sebagai perkebunan semenjak zaman
penjajahan Belanda hingga kini.
GAMBARAN UMUM LOKASI Aktivitas yang terjadi di perkebunan
1. Umum mencakup: Proses Pemberian Pupuk;
PT. Perkebunan Nusantara IX Proses Perawatan; Proses Penyadapan
Ngobo merupakan perusahaan penanam

4 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)

(Panen); Proses Pengangkutan Karet


Alam ke Pabrik

3. Pengolahan Karet
Aktivitas yang terjadi di pengolahan
mencakup:Penerimaan Lateks di
Pabrik; Pengenceran dan Pembekuan;
Penggilingan; Pengasapan; Sortasi;
Pengepakan dan Labeling; Pengiriman
ke Pelanggan.

4.Pengelolaan Limbah
Pengelolaan limbah yang dijalankan
PT. Perkebunan Nusantara IX Ngobo
masih dalam parameter yang Gambar 1 System Boundary Aktivitas
melibatkan limbah cair akgar Pekebunan dan Produksi Karet RSS
memenuhi baku mutu dan belum ada
upaya lanjutan. I.3 LCI
Berdasarkan perhitungan, didapat
emisi aktivitas perkebunan karet
HASIL PENELITIAN pada tahun 2015 adalah sebesar 2,99
I. Perhitungan Emisi ton eq/ton lateks, sementara pada
I.1 Goal and Scope tahun 2016 sebesar 1,29 ton eq/ton
Ruang lingkup analisa LCA dalam lateks. Presentase sebaran emisi
penelitianini meliputi kegiatan yang aktivitas perkebunan tahun 2015 dan
menghasilkan emisi primer dan 2016 dapat dilihat pada chart
emisi sekunder yang berasal dari berbentuk pie berikut.
perkebunan karet dan Pabrik
Pengolahan sehingga menghasilkan
karet bertipe RSS dan cutting. Emisi
primer atau emisi langsung berupa
kegiatan pembakaran, transport
internal dan kegiatan proses
(pemakaian pupuk, perawatan,
penggunaan bahan kimia). Emisi
Gambar 2 Presentase Persebaran
sekunder atau emisi tak langsung
Emisi Aktivitas Kebun Tahun 2015
berupa pemakaian listrik atau proses
pemanasan Satuan yang digunakan
dalam hasil analisis LCA ini berupa
kg CO2 eqivalent.

I.2 System Boundary


System boundary bertujuan untuk
membatasi tinjauan proses LCA
dalam kegiatan produksi lateks
menjadi karet RSS dan karet cutting. Gambar 3 Presentase Persebaran
Emisi Aktivitas Kebun Tahun 2016

Berdasarkan perhitungan, didapat


emisi aktivitas pabrik pengolahan
pada tahun 2015 adalah sebesar 4,90
ton eq/ton lateks, sementara pada
5 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)

tahun 2016 sebesar 3,94 ton eq/ton secara keseluruhan data yang
lateks. Presentase sebaran emisi digunakan, sehingga dapat ditarik
aktivitas pabrik pengolahan tahun kesimpulan dan evaluasi dari
2015 dan 2016 dapat dilihat pada metode ini.
chart berbentuk pie berikut.

Gambar 6 Presentase Perbandingan


Total Emisi Perkebunan dan Pabrik
Gambar 4 Presentase Persebaran Emisi Pengolahan
Aktivitas Pabrik Pengolahan Tahun 2015
Secara garis besar, grafik ini
menggambarkan bahwa emisi pabrik
pengolahan lebih besar daripada
emisi perkebunan, dengan jumlah
6,64 ton CO2 eq/ton fresh lateks
(prosesntase 42,9 %) untuk emisi
perkebunan dan emisi pabrik
pengolahan sebesar 8,84 ton CO2
eq/ton fresh lateks (prosentase 57%)
Gambar 5 Presentase Persebaran Emisi
Aktivitas Pabrik Pengolahan Tahun 2016
II. Perhitungan Penyerapan Karbon
I.4 LCIA Perhitungan penyerapan karbon
Emisi terbanyak dihasilkan dari dilakukan dengan tahap
kegiatan pemakaian urea dan 1.Mengunduh citra Landsat 8.0
pemakaian pestisida pada aktivitas
perkebunan karet, yaitu berjumlah
1,287 ton CO2 eq/ton fresh lateks
dan 0,353 ton CO2 eq/ton fresh
lateks pada 2016. Pada aktivitas
pabrik pengolahan, terlihat
pemakaian kayu sebagai bahan
bakar dan penghasilan air buanagn
sebagai pemegang emisi terbesar,
dengan nilai masing – masing 2016 2. Survei lapanngan untuk
ton CO2 eq/ton fresh lateks dan mengambil titik koordinat, shp, dan
0,879 ton CO2 eq/ton fresh lateks peta.
pada tahun 2016

I.5 Interpretasi
Langkah ke 4 dari metode Life
Cycle Assessment ini adalah berupa
Interpretasi. Interpretasi ini
diharapkan dapat menggambarkan

6 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)

3. Georefrencing dengan ArcMap


Pemotongan ini bertujuan untuk
membatasi perhitungan sesuai area
penelitian, yaitu area perkebunan
PT. Perkebunan Nusantara IX
Ngobo.
7. Perhitungan dengan bandmath

Georefrencing atau koreksi


geometri betujuan untuk
menyamakan koordinat peta
dengan koordinat
sesungguhnya pada bumi.

4. Digitasi peta yang terkoreksi


geometri Persamaan yang digunakan
bersumber dari Divayana,2011
dengan rincian sebagai berikut:

………….[2]
Keterangan
MIR = Nilai Saluran 6 pada citra
Digitasi berfungsi sebagai Landsat 8.0
pembentukkan data input yang NIR = Nilai Saluran 5 pada citra
membantu dalam proses Landsat 8.0
pemotongan citra.
8. Interpretasi nilai dalam CO2 dan
5. Layer stacking pada ENVI 4.5 analisis
Proses ini dilakukan untuk = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐷𝑁 𝑥 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑁𝑇𝑃𝑆 𝑥 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 1 𝑝𝑖𝑥𝑒𝑙 𝑥 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑝𝑖𝑥𝑒𝑙 𝑘𝑒 𝑙𝑢𝑎𝑠
menggabungkan band atau 1𝑘𝑔 𝐶𝑂2 𝑒𝑞 1 1𝑥1 𝑝𝑖𝑥𝑒𝑙 900 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛
= 𝑥 𝑥
kanal yang diperlukan dalam 1ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑙𝑝𝑖𝑥𝑒𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 1𝑥1𝑚2

menunjukkan hasil penyerapan =∆


𝑘𝑔 𝐶𝑂2 𝑒𝑞
𝑚2.ℎ𝑎𝑟𝑖
karbon. Dalam penelitian ini
digunakan band 5 dan 6 dalam Hasil yang didapatkan berupa kg CO2 per hari.Untuk mengkonversi nilai menjadi
ton CO2 per ha per tahun, digunakan cara berikut.
proses layer stacking.
Jumlah karbon (dalam CO2 ton eq per ha per tahun)
= 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛 𝑥 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑚2 𝑘𝑒 ℎ𝑎 𝑥𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑘𝑔 𝑘𝑒 𝑡𝑜𝑛 𝑥 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

1𝑘𝑔 𝐶𝑂2 𝑒𝑞 1𝑚2 1𝑡𝑜𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖


= 𝑥 𝑥 1000 𝑘𝑔 𝑥 365 1𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
1𝑚2.ℎ𝑎𝑟𝑖 10000ℎ 𝑎

𝑡𝑜𝑛 𝐶𝑂2 𝑒𝑞
=∆
6. Pemotongan pada ENVI 4.5 ℎ𝑎.𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 Tabel 5.
Rekapitulasi hasil perhitungan
penyerapan karbon

Nomor Afdeling Jumlah


Karbon

1 Setro 64,19

7 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)

2 Klepu 28,44 2. Jumlah potensi penyerapan


karbon yang dihasilkan pada
3 Jatirunggo 28,59 sistem eksisting PT.
0,50
Perkebunan Nusantara IX
4 Gebugan
Ngobo adalah sebesar 31,52 ton
TOTAL 31,52 CO2 eqivalen per hektar per
tahun atau 145,72 ton CO2
Berdasarkan tabel dan chart, dapat eqivalent per ton lateks per
diketahui bahwa potensi penyerapan tahun.
karbon PT. Perkebunan Nusantara IX
Ngobo adalah sebesar 31,52 ton CO2 DAFTAR PUSTAKA
eqivalen per hektar per tahun atau Bab 1
145,72 ton CO2 eq per tahun fresh Direktorat Jendral Perkebunan
Indonesia, 2015. Statistik Perkebunan
lateks Jumlah ini masih terbilang
Indonesia 2014 -2016. Direktorat Jendral
sedikit jika dibandingkan dengan Perkebunan, Jakarta
penelitian serupa oleh Antonius SN, Direktorat Jenderal Pengendalian
2013 di Kabupaten Langkat dengan Perubahan Iklim, 2016. Perubahan Iklim,
jumlah 280, 02 ton CO2 eqivalen per Perjanjian Paris, dan Nationally
hektar. Determined Contribution Edisi 1.
Direktorat Jenderal Pengendalian
KESIMPULAN Perubahan Iklim, Kementrian Lingkungan
Berdasarkan penelitian yang telah idup dan Kehutanan, Jakarta.
dilakukan, dapat diambil kesimpulan Indraty, I.S. 2005. Tanaman Karet
Menyelamatkan Kehidupan dari Ancaman
sebagai berikut:
Karbondioksida. Warta Penelitian dan
1. Potensi emisi aktivitas Pengemabangan Pertanian.
perkebunan karet dan pabrik Development Alternatives,Inc
pengolahan terus meningkat 2007. Value Chain Assessment of the
tiap tahunnya. Jumlah potensi Rubber Industry in Indonesia for United
emisi gas rumah kaca yang States Agency for International
dihasilkan sistem eksisting Development, Development
produksi karet di PT. Alternatives,Inc, Jakarta.
Perkebunan Nusantara IX Bab II
Ngobo pada aktivitas Damanik et al. 2010 Budidaya dan
Pasca Panen Karet. Kementrian Kehutanan,
perkebunan pada tahun 2015
Jakarta
adalah sebesar 2,987 ton eq/ton Sugiyono. 2010. Metode
lateks dan pada tahun 2016 Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND.
sebesar 1,287 ton eq/ton lateks. Alfabeta. Bandung.
Sementara emisi pabrik Sekretariat Jendral Departemen
pengolahan pada tahun 2015 Perindustrian. 2007 Gambaran Sekilas
adalah sebesar 4,900 ton eq/ton Industri Karet. Departemen Perindustrian
lateks dan pada tahun 2016 Indonesia, Jakarta.
sebesar 3,938 ton eq/ton lateks. http://www.industrikaret.com/pros
Emisi aktivitas perkebunan es-pengolahan-karet-mentah.html\akses
tanggal 7 november 2016 21.45
karet terbesar meliputi
The Rubber
pemakaian pupuk urea dan Manufacturers Association, Inc. 1969.
pestisida pada tahun 2015 dan International Standards of Quality and
2016. Sementara emisi aktivitas Packing for Natural Rubber Grades.
pabrik pengolahan terbesar Washington DC, Amerika.
terdapat pemakaian kayu http://aseanrubber.com.vn/?page_i
sebagai bahan bakar di tahun d=83 Ribbed Smoked Sheet, akses 3
2015 dan 2016. Januari 2017 pukul 23.31

8 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)

Kementrian Lingkungan Hidup, Wetlands International Indonesia


2012. Pedoman Penyelenggaraan Programme, Bogor.
Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional : Thenkabail, 2016. Resources
Buku 1 : Pedoman Umum. Kementrian Monitoring, Modeling, and Mapping with
Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Remote Sensing, Remote Sensing
IPCC. 2006. 2006 IPCC Handbook Volume II. CRC Press, Taylor
Guidelines for National Greenhouse Gas and Francis Group. Amerika.
Inventories, Prepared by the National Lillesand, Thomas M.,
Greenhouse Gas Inventories Programme, dan R. W. Kiefer. 1993. Penginderaan Jauh
Eggleston H.S., Buendia L., Miwa K., dan Interpretasi Citra, editor Sutanto.
Ngara T. and Tanabe K. (eds). IGES, Japan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Schempf, Noellette Conway. CIFOR.. Penginderaan Jauh
“Case Study: Economic Input-Output Life- Danoedoro, Projo.2012. Pengantar
Cycle Assessment of Asphalt versus Steel Penginderaan Jauh Digital. Yogyakarta :
Reinforced Concrete for Pavement ANDI. Sutanto. 1998. Penginderaan Jauh
Construction”. Posner Hall. Carnegie DasarJilid 1. Yogyakarta: Gadjah Mada.
Mellon University, Pittsburgh. (1999) Ekadinata et al, 2008.Sistem
Curran, Mary Ann. 1996. Informasi Geografis Untuk Pengelolaan
Environmental LifeCycle Assessment. Bentang Lahan Berbasis Sumber Daya
McGraw-Hill, New York. Alam Buku 1: Sistem Informasi Geografis
Pleanjai dkk, 2007.Environmental dan Penginderaan Jauh Menggunakan
Evaluation of Biodiesel Production from ILWIS Open Source. World Agroforestry
Palm Oil in a Life Cycle Centre, Bogor, Indonesia.
Perspective.Thailand. Departement of the interior of US
Environment Australia 1999. An Geological Survey. 2016. Landsat 8 (L8)
Overview of The Environment Protection Data Users Handbook Version 2.0 USGS:
and Biodiversity Conservation Act. Amerika
Department of the Environment and https://landsat.usgs.gov/what-are-
Heritage. Australia. best-spectral-bands-use-my-study : What
Lewis, H. dan Demmers, M., are the best spectral bands to use for my
1996, Life Cycle Assessment and study? akses 5 Januari 2017 11:40
Environmental Management, Australian Radiarta, 2008.
Journal of Environmental Management, Hanif. 2015. Diktat Bahan
vol. 3. Australia. Pelatihan Penginderaan Jauh Tingkat
Marriot, NG 2007. Principles of Lanjut. Program Studi Geografi. UNP.
Food Sanitation. Penebar Swadaya, Jakarta Wongtanakarn, Phairat
The International Organization for Usubharatanaa, Harnpon Phungrassamia,
Standardization. 2006 ISO 14040 : 2014.A Study of Greenhouse Gas Emissions
Environmental Management – Life Cycle from Rubber Tree Plantations in Rayong
Assessment – Principles and Framework. Province. Thailand
The International Organization for Wijaya dan Fukusima. 2012.
Standardization : Swiss. Management alternatives for developing
Lukmanniah. 2011. Manfaat the degraded peat swamp forests in Central
Kanopi Pohon dalam Upaya Penyimpanan Kalimantan, Indonesia - development of
dan Penyerapan Karbon di Kawasan inventory data and discussions on
Perumahan Kota Bogor. Departemen framework for comparisons. National
Arsitektur Lansekap. Fakultas Pertanian. Cheng Kung University, Taiwan.
Institut Pertanian Bogor. Jawjit, dkk. 2010 Quantification of
Mukhlison. 2013. Pemilihan Jenis Greenhouse Gas Emissions from Primary
Pohon Untuk Pengembangan Hutan Kota di Rubber Industries in Thailand. Thailand
Kawasan Perkotaan Yogyakarta. Jurnal Gunathilaka L F D Z dan
Kehutanan UGM. Yogyakarta. Gunawardana K D 2015. Carbon Footprint
http://rubberboard.org.in/ManageC Calculation From Cradle to Grave : A Case
ultivation.asp?Id=240 of Rubber Manufacturing Process in Sri
Sutaryo, 2009. Perhitungan Lanka. International Journal of Business
Biomassa : Sebuah Pengantar Untuk Studi and Social Science. USA.
Karbon dan Perdagangan Karbon.

9 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)

Antonius, 2013. Pendugaan Production and Land Use Change (LUC).


Cadangan Karbon (AGB) Pada Tegakan Japan.
Karet di Kabupaten Langkat. Fakultas GHG Protocol - Mobile Guide
Pertanian Universitas Sumatera Utara. (03/21/05) v1.3 Europe union.
Divayana,2011 Pendugaan Divayana,2011 Pendugaan
Biomasa Tegakan Menggunakan Citra Biomasa Tegakan Menggunakan Citra
ALOS PALSAR (Studi Kasus di Kabupaten ALOS PALSAR (Studi Kasus di Kabupaten
Simalungun, Sumatra Utara). Departemen Simalungun, Sumatra Utara). Departemen
Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor Institut Pertanian Bogor.
Bab III Wongtanakarn, Phairat
IPCC Good Practice Guidelines Usubharatanaa, Harnpon Phungrassamia,
(IPCC 1997a, b, c, 2000a) IPCC Guidelines 2014.A Study of Greenhouse Gas
for National Greenhouse Gas Inventories, Emissions from Rubber Tree Plantations in
Prepared by the National Greenhouse Gas Rayong Province. Thailand
Inventories Programme, Eggleston H.S., Danoedoro, Projo.2012. Pengantar
Buendia L., Miwa K., Ngara T. and Tanabe Penginderaan Jauh Digital. Yogyakarta :
K. (eds). IGES, Japan. ANDI. Sutanto. 1998. Penginderaan Jauh
World Resources Institute,2004 DasarJilid 1. Yogyakarta: Gadjah Mada.
The International Organization for Bab V
Standardization. 2006 ISO 14040 : Frischknecht 1998. Life Cycle
Environmental Management – Life Cycle Inventory Analysis For Decision Making.
Assessment – Principles and Framework. [Disertasi] Swiss Federal Institute of
The International Organization for Technology Zurich. Swiss.
Standardization : Swiss. Ekasari, Silvia Rahmi. 2013.
The International Organization for Tesis: Penyisihan Amonia dari Air Limbah
Standardization. 2006 ISO 14044 : Menggunakan Proses Membran dan
Environmental Management – Life Cycle Oksidasi Lanjut dalam Reaktor Hibrida
Assessment – Requirements and Ozon Plasma Menggunakan Larutan
Guidelines. The International Organization Penyerap Asam Sulfat. Program Studi
for Standardization : Swiss. Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas
DEFRA (Department for Indonesia, Depok.
Environment, Food, and Rural Affairs), Kementrian PPN / Bappenas.
2009. Guidance on How to Measure and 2015. Kajian Pengembangan Bahan Bakar
Report Your Green House Gas Emissions. Nabati (BBN). Direktorat Sumber Daya
Department for Environment, Food, and Energi, Mineral, dan Pertambangan.
Rural Affairs. United Kingdom. Yusuf, M. 2010. Sintesis dan
The Carbon Disclosure Project. Karakterisasi Biodiesel dari Minyak Biji
2016. Accounting of Scope 2 Emissions: Karet (Hevea brasiliensis) Melalui Proses
Technical Notes for Reporting to Carbon Estrans (Esterifikasi-Transesterifikasi).
Disclosure Project Climate Change and [Skripsi]. Fakultas Teknologi Pertanian.
Supply Chain in 2016. United Kingdom. Institut Pertanian Bogor
The Biograce Project. 2014. The Aggraini, Arum. 2007. Pengaruh
Biograce GHG Calculation Tool: Biograce Jenis dan Konsentrasi Antioksidan
Standard Values for Public 4th version. Terhadap Ketahanan Oksidasi Biodiesel
Intelligent Energy Europe Programme. dari Jarak PAgar. Fakultas Teknologi
Ecoinvent Database. (2007). Swiss Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
centre for life cycle inventories. Dubendorf: Antonius, 2013. Pendugaan
In SimaPro 7 Cadangan Karbon (AGB) Pada Tegakan
The Biograce Project. 2011. The Karet di Kabupaten Langkat. Fakultas
Biograce GHG Calculation Tool: Biograce Pertanian Universitas Sumatera Utara
Standard Values for Public. Intelligent
Energy Europe Programme.
Silalertruksa dan Kawasaki. 2015.
Guideline for Greenhouse Gas Emissions
Calculation of Bioenergy Feedstock

10 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing

Anda mungkin juga menyukai