Februari 2023
Ringkasan Eksekutif
“...we are not wise, and not very often kind. And much can never be redeemed.
Still, life has some possibilities left. Perhaps this is its way of fighting back, that sometimes
something happens better than all the riches or power in the world.”
— “Swan”, Mary Oliver (2010)
Berbagai dampak krisis iklim telah terjadi di belahan dunia akibat dihasilkannya gas-gas
rumah kaca yang memerangkap panas di atmosfer bumi oleh bermacam sektor, salah satunya
transportasi. Kota Bandung menyumbang emisi sebanyak 2,6% dari sektor tersebut untuk total
emisi karbon di Indonesia. Manusia dan lingkungan di kota yang masih didominasi oleh
kendaraan pribadi ini pun terdampak akibat pencemaran dari transportasi. Untuk itu, diperlukan
upaya-upaya berupa perbaikan infrastruktur transportasi umum dari pemerintah seperti
menambah rute dan armada bus, menyelenggarakan sosialisasi terkait transportasi umum,
membangun komunikasi yang baik dengan masyarakat, dan menyusun kebijakan untuk
mendukung aksesibilitas dan keterjangkauan ekonomi dalam rangka menyokong Indonesia
yang lebih rendah emisi lewat transportasi.
Penyamaan Istilah
Berikut adalah penjelasan singkat beberapa istilah yang dipakai selama kajian untuk
menyamakan persepsi dan pengertian.
● Emisi: Emisi adalah pencemar udara yang dihasilkan dari kegiatan manusia yang masuk
dan/atau dimasukkannya ke dalam udara, mempunyai dan/atau tidak mempunyai
potensi pencemaran udara (PP 22/2021)
● Sumber emisi: Sumber emisi adalah setiap usaha dan/atau kegiatan yang
mengeluarkan emisi dari sumber bergerak, sumber bergerak spesifik, sumber tidak
bergerak maupun sumber tidak bergerak spesifik.
● Sumber emisi bergerak: Sumber bergerak adalah sumber emisi yang bergerak atau
tidak tetap pada suatu tempat yang berada dari kendaraan bermotor
● Sumber emisi tidak bergerak: Sumber tidak bergerak adalah sumber emisi yang tetap
pada suatu tempat.
● Faktor emisi kendaraan: Faktor emisi merupakan suatu koefisien yang menunjukkan
banyaknya emisi per unit aktivitas (ESDM, 2017).
● Gas rumah kaca: Gas Rumah Kaca yang selanjutnya disingkat GRK adalah gas yang
terkandung dalam atmosfer, baik alami maupun antropogenik, yang menyerap dan
memancarkan kembali radiasi inframerah (Perpres 98/2001).
Berbagai macam gas rumah kaca dihasilkan selama pembakaran bahan bakar fosil
yang digunakan sektor transportasi. Proses yang berbeda pada setiap kegiatannya
menghasilkan beberapa jenis gas rumah kaca.
Jenis Sumber
Pendingin ruangan
Hydrofluorocarbon (HFCs)
moda transportasi
Moda transportasi serta bahan bakar yang digunakan sangat berpengaruh pada jenis,
jumlah, dan dampak akibat emisi gas rumah kaca yang dihasilkan. Proyeksi emisi pada
skenario sustainable development goals (SDGs) menunjukkan bahwa dengan penggantian
bahan bakar fosil, jumlah emisi yang dihasilkan dapat menurun secara signifikan.
Gambar 3. Proyeksi emisi berdasarkan moda transportasi sesuai skenario pada SDG (2000 -
2070).
(Sumber: IEA, 2022)
Pemilihan moda transportasi dipengaruhi oleh banyak hal, seperti jarak, biaya, hingga
alternatif yang tersedia. Setiap alternatif memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing,
meliputi dampak ke lingkungan akibat penggunaan dari moda transportasi tersebut. Selain
pemilihan transportasi yang dititikberatkan pada pengguna, sistem transportasi juga harus
memadai bagi pengguna dan mampu menyediakan infrastruktur yang diperlukan untuk
menunjang penggunaan yang baik dan sesuai kebutuhan.
Huru-Hara Transportasi Kota Bandung
Total emisi dalam CO2eq diperoleh melalui pengalian besar emisi (Gambar 4) dengan
faktor emisi (GWP) sehingga didapatkan besar emisi sebagai berikut.
Berdasarkan studi yang sama oleh Dewanto (2021), jika ditinjau dari kontribusi setiap
jenis kendaraan bermotor terhadap emisi total setiap polutan di Kota Bandung, yang paling
mendominasi adalah 43,4% mobil pribadi, diikuti 27,8% truk, 17,1% sepeda motor, dan 10,1%
berasal dari bus. Sementara itu, angkot dan taksi berkontribusi sangat minim < 2% terhadap
total emisi yang dihasilkan. Lebih dari setengah kontribusi emisi di Kota Bandung
disebabkan oleh kendaraan pribadi, yakni mobil dan sepeda motor.
Gambar 5. Jenis kendaraan bermotor di Kota Bandung
(Sumber: Dewanto, 2021)
Beban emisi yang diperhitungkan merupakan gabungan dari beban emisi start-up, yaitu
ketika kendaraan dipanaskan, dan running, saat kendaraan sedang digunakan. Emisi start-up
merupakan pencemar yang dihasilkan dari pembakaran internal mesin ketika aktivasi
kendaraan setelah kondisi idling, sedangkan emisi running merupakan pencemar yang
dihasilkan dari pembakaran internal mesin selama operasional kendaraan bermotor (Dewanto,
2021). Kondisi idle merupakan keadaan diam suatu kendaraan bermotor ketika kendaraan
berjalan pelan atau hanya sedikit menggunakan energi. Idling system adalah suatu sistem yang
mengotomasikan kendaraan agar berhenti bekerja ketika sedang tidak digunakan. Emisi yang
dihasilkan pada kondisi idle, start-up, dan running memiliki konsentrasi yang berbeda-beda
akibat perbedaan temperatur, tekanan, faktor emisi, dan lain-lain.
Berdasarkan hasil studi oleh Dewanto (2021), terjadi peningkatan CO2, NOx, dan PM,
serta penurunan CO dari proses start-up menjadi running. Pada kondisi start-up, tingginya
kontribusi emisi total CO disebabkan oleh kinerja mesin pasca-idling cenderung belum
maksimal untuk menciptakan kondisi panas (suhu) dan tekanan yang tinggi di dalam ruang
bakar mesin sehingga menyebabkan pembakaran bahan bakar tidak terjadi secara sempurna
(Rosid, 2016 dalam Dewanto, 2021), sedangkan pada kondisi running, emisi CO cukup rendah
karena hanya berupa sisa pembakaran yang tidak sepenuhnya sempurna sehingga masih
terdapat senyawa CO yang tidak teroksidasi menjadi CO2. Meskipun tidak termasuk gas rumah
kaca, CO menjadi salah satu gas yang diperhitungkan karena keberadaannya di atmosfir dalam
jumlah yang signifikan dapat memicu pembentukan gas rumah kaca lainnya (ACS, n.a).
Kontribusi emisi CO2 pada kondisi start-up (terbesar kedua setelah CO) berasal dari sebagian
kecil proses pembakaran telah mencapai kondisi sempurna selama periode kompresi mesin.
Pada kondisi start-up, rendahnya kontribusi NOx disebabkan oleh kinerja mesin belum terlalu
maksimal untuk mencapai panas (suhu) dan tekanan yang tinggi pada ruang bakar mesin
(Soenarto dan Furuhama, 1985 dalam Dewanto, 2021) sehingga, pada kondisi running, emisi
NOx meningkat signifikan (32%) karena panas (suhu) dan tekanan ideal pada ruang bahan
bakar mesin sudah maksimal untuk membentuk senyawa NOx (Flagan dan Seinfeld, 1988
dalam Dewanto, 2021). Pada kondisi running, emisi PM mengalami peningkatan signifikan yang
disebabkan oleh tingginya faktor emisi PM yang disertai dengan peningkatan kinerja mesin
diesel pada truk dan bus. Peningkatan tersebut dapat menghasilkan emisi PM lebih banyak
yang merupakan residu senyawa karbon pada bahan bakar diesel yang tidak ikut terbakar
dalam ruang bakar mesin (Flagan dan Seinfeld, 1988 dan Rosid, 2016 dalam Dewanto, 2021).
Emisi total kendaraan bermotor di Kota Bandung tahun 2019 paling dominan dihasilkan
pada kondisi start-up yakni parameter CO sebesar 54,11% setara 33.512,52 ton/tahun, diikuti
CO2 sebesar 39,55% setara 24.494,93 ton CO2eq per tahu, dan NOx sebesar 3,97% setara
2.456,13 ton CO2eq per tahun. Proporsi emisi start-up terbesar di Kota Bandung berasal dari
47,4% sepeda motor, 34,9% mobil pribadi dan 15% merupakan emisi truk yang dipengaruhi
oleh tingginya tingkat populasi kendaraan bermotor tersebut di Kota Bandung (Dewanto, 2021).
Gambar 7. Beban Emisi Running (Ton/Tahun) Kendaraan Bermotor Kota Bandung
(Sumber: Dewanto, 2021)
Emisi CO2 menjadi kontributor terbesar dengan 95,1% setara 5.262.117,87 ton/tahun,
diikuti CO sebesar 3,99% setara 220.866,38 ton CO2eq per tahun, dan NOx sebesar 0,60%
setara 33.045,52 ton CO2eq per tahun. Proporsi emisi running terbesar di Kota Bandung berasal
dari 43,5% mobil pribadi, diikuti 27,9% truk, 16,7% sepeda motor, dan 10,2% bus. Peningkatan
signifikan pada truk dan bus disebabkan oleh efisiensi termal pada mesin diesel sudah tercapai
maksimal sehingga proses pembakaran bahan bakar dapat terjadi secara sempurna
(Gunadarma, 2019 dalam Dewanto, 2021). Efisiensi termal menggambarkan performa
peralatan termal seperti mesin pembakaran dalam mengonversi energi panas menjadi energi
gerak.
Seperti yang terangkum pada Gambar 4, terdapat tiga parameter polutan yang
mendominasi emisi total kendaraan bermotor di Kota Bandung, yakni karbon dioksida (CO2)
sebagai kontributor utama sebesar 94,48%, karbon monoksida (CO) sebesar 4,55%, dan
oksida nitrogen (NOx) setara 0,63% (Dewanto, 2021). Parameter tersebut adalah hasil
pembakaran internal mesin kendaraan bermotor yang paling sering diproduksi (Godish, 2004
dalam Dewanto, 2021). Emisi total tersebut berasal dari 98,9% kondisi running dan hanya
1,07% dari kondisi startup.
Seperti yang terlihat pada gambar di atas, biaya yang harus dibayarkan oleh
penggunaan moda transportasi pribadi jauh lebih tinggi dibandingkan transportasi umum.
Transportasi umum juga memiliki keunggulan lain seperti kapasitas transportasi yang lebih
banyak sehingga dapat mengurangi volume kendaraan di jalan dan mengurangi pengeluaran
karena harga yang dibayarkan cenderung lebih murah.
Selain mengurangi emisi dari sektor transportasi dan lebih menguntungkan secara
ekonomi, transportasi publik terbukti memberikan manfaat akibat kegiatan fisik yang dilakukan
oleh penggunanya. Menggunakan transportasi publik umumnya meliputi berjalan ke lokasi
transit (persinggahan) kendaraan umum. Transportasi publik yang berkualitas tinggi (layanan
bus dan kereta yang mudah digunakan, nyaman, dan cepat) dan pembangunan yang
berorientasi pada lokasi transit (bisa dicapai dengan berjalan kaki dan digunakan oleh berbagai
komunitas di sekitar lokasi singgah) terbukti memengaruhi kegiatan perjalanan yang
memberikan manfaat kesehatan, berupa pengurangan polusi udara, meningkatkan kebugaran
fisik, memperbaiki kesehatan mental, memperbaiki akses ke layanan kesehatan dan makanan
sehat, serta mengurangi stres finansial kepada masyarakat dengan pendapatan rendah
(Litman, 2016). Studi oleh Morabia dkk (2010) menunjukkan bahwa manfaat yang didapat dari
kegiatan fisik berkaitan dengan penggunaan kendaraan umum untuk bekerja lebih besar
daripada risiko paparan PM2.5 yang mungkin didapat selama menggunakan transportasi
umum.
Dengan segudang manfaat penggunaan transportasi publik, mengapa Kota Bandung
masih didominasi oleh transportasi pribadi? Terdapat beberapa hal yang menjadi faktor penentu
dalam memilih moda transportasi untuk sehari-hari, seperti umur, kepemilikan terhadap mobil,
jarak tempuh, ketersediaan parkir, dan harga tiket (Rasca & Saeed, 2021). Peluang seorang
pekerja untuk menggunakan transportasi publik akan meningkat jika ia tidak memiliki seseorang
dalam tanggungannya, sedangkan frekuensi bus yang sedikit dan jarak tempuh kaki yang jauh
menuju titik transportasi umum dapat menurunkan minat seseorang dalam menggunakan
transportasi publik. Sebuah survei dari Altef dkk (2012) menunjukkan bahwa biaya, waktu, dan
kenyamanan memiliki peran penting dalam menggerakkan pengguna transportasi pribadi ke
publik.
Selama masa pandemi, terdapat beberapa faktor yang memengaruhi seseorang untuk
kembali menggunakan transportasi pribadi. Aturan pembatasan jarak dan kontak manusia yang
diterapkan oleh pemerintah untuk menghindari penyebaran virus berdampak pula pada
pengguna transportasi umum. Sebuah studi di Jabodetabek (Ariyani dkk, 2020) menunjukkan
bahwa faktor yang menyebabkan pengguna transportasi publik beralih ke transportasi pribadi di
masa pandemi adalah batasan peraturan penumpang di transportasi publik, jam operasional
yang dibatasi, dan perasaan ketidaknyamanan dan ketidakamanan dalam menggunakan
transportasi umum.
Selain itu, isu transportasi juga merupakan masalah struktural. Banyak masyarakat yang
memiliki keterbatasan fisik dan ekonomi bergantung pada transportasi publik untuk mengakses
layanan kesehatan dan mendapatkan makanan yang terjangkau dan sehat (Litman, 2016).
Terdapat 3 faktor yang memengaruhi hubungan ketimpangan dengan transportasi, yaitu (1)
persebaran masyarakat secara geografis dan kelas sosial, (2) distribusi kesempatan yang
sama, termasuk pekerjaan dan pendidikan, dan (3) aksesibilitas ke moda transportasi tersebut,
termasuk biaya, jarak, waktu, dan keandalan suatu opsi transportasi (Gates dkk, 2019). Sistem
transportasi memiliki peran penting dalam kesejahteraan dan inklusivitas sosial yang dapat
berpengaruh pada kondisi sosial dan ekonomi, serta berkaitan sangat erat dengan kesempatan
dalam pekerjaan. Di daerah dengan kepadatan penduduk rendah, transportasi publik
cenderung lebih sulit dijalankan, dengan area pelayanan yang jauh, pendapatan yang lebih
rendah, dan biaya transportasi yang lebih tinggi. Laporan yang sama oleh Gates dkk (2019)
menunjukkan bahwa masyarakat yang bergantung pada jaringan transportasi bus untuk bekerja
cenderung dibayar lebih rendah, tinggal di daerah yang lebih jauh, dan memiliki kemungkinan
yang lebih tinggi untuk mengundurkan diri dari pekerjaan dibandingkan masyarakat dengan
pendapatan lebih tinggi yang lebih sering menggunakan mobil dan kereta.
Transportasi publik terbukti memberikan banyak manfaat bagi penggunanya, baik
secara lingkungan, kesehatan, maupun ekonomi. Namun, terdapat beberapa faktor yang
memengaruhi seseorang dalam memilih jenis transportasi, seperti waktu dan biaya,
kenyamanan dan keamanan, fasilitas sarana dan prasarana transportasi publik, hingga
ketimpangan sosial dan ekonomi di masyarakat. Dengan demikian, diperlukan sebuah upaya
dari pemerintah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas transportasi publik yang
mempertimbangkan kekhawatiran dan isu-isu yang terjadi di masyarakat.
Persebaran SPKLU yang tidak merata akan menyulitkan pengisian daya kendaraan
listrik dan memadatkan penggunaan listrik di beberapa lokasi tertentu saja di Indonesia,
sehingga upaya dekarbonisasi yang bergantung kepada penggantian teknologi menjadi
kendaraan listrik yang menyeluruh sulit dilakukan dalam waktu dekat. Dalam hal ini, kapasitas
tempuh mobil listrik yang terbatas pun menjadi masalah karena kondisi wilayah Indonesia yang
membutuhkan jarak tempuh yang jauh (Subekti dkk, 2014).
Ekosistem pendukung industri kendaraan listrik juga dapat menimbulkan efek negatif
terhadap lingkungan, seperti proses penambangan mineral nikel yang diperlukan untuk
membuat baterai. Dalam surat terbuka yang dibuat oleh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
(WALHI) untuk investor Tesla pada April 2022, WALHI menuliskan hasil riset yang menunjukkan
adanya daya rusak lingkungan yang besar pada rantai pasok industri nikel, munculnya
ancaman kriminalisasi terhadap masyarakat adat dan pejuang lingkungan yang ingin menjaga
tanah miliknya agar tidak dirusak oleh pertambangan nikel, dampak besar kepada kelompok
rentan akibat industri nikel, serta pelanggaran hukum yang masih dilakukan oleh pelaku industri
nikel dari hulu sampai ke hilir. Meski recycling rate baterai bernilai yang cukup tinggi—salah
satu studi di AS menunjukkan tingkat penggunaan kembali baterai hampir 100% (Vox,
2022)—daur ulang baterai perlu dikawal untuk memastikan bahwa emisi yang dihasilkan dari
industri kendaraan berbasis listrik bisa ditekan hingga seminimum mungkin sebab limbah
baterai termasuk ke dalam limbah bahan beracun dan berbahaya (B3) yang memerlukan
penanganan dan pengolahan khusus.
Dalam skema pemerintah yang dituliskan pada ENDC, strategi penurunan emisi melalui
kedua target ambisius di atas masih berorientasi pada penggunaan kendaraan pribadi,
sehingga tidak menyelesaikan permasalahan terkait transportasi yang sering terjadi di
masyarakat. Penurunan target emisi seharusnya bisa dibersamai dengan penyelesaian
masalah kemacetan serta kurangnya ketersediaan transportasi umum, mengingat bahwa
kontributor utama emisi tetaplah kendaraan pribadi. Transportasi publik tidak hanya mengurangi
emisi dengan menyediakan alternatif dari kendaraan pribadi, tapi juga menyelesaikan
permasalahan perkotaan seperti kemacetan. Penggunaan transportasi publik juga akan
mengurangi konsumsi bahan bakar yang digunakan dengan menurunnya angka pengguna
kendaraan pribadi. Tak hanya itu, kota dengan transportasi publik yang inklusif akan
meningkatkan aksesibilitas dan dapat menurunkan ketimpangan sosial dan ekonomi di
masyarakat. Maka, target Indonesia seharusnya tidak hanya menciptakan alternatif pada
business-as-usual (BAU) yang berorientasi pada penggunaan kendaraan pribadi, tetapi juga
memfokuskan pengembangan dan perbaikan transportasi publik yang merata di seluruh wilayah
Indonesia.
Rekomendasi
Isu transportasi umum di Indonesia bukanlah sesuatu yang dapat diselesaikan dengan
satu solusi pamungkas. Perlu banyak pertimbangan akan berbagai macam faktor serta
pengembangan teknologi yang tersedia untuk menuntaskan isu ini hingga ke akar.
Salah satu hal terpenting untuk dikembangkan adalah infrastruktur transportasi umum.
Pembangunan infrastruktur yang memadai akan meningkatkan angka keterlayanan sehingga
dapat menurunkan emisi sektor transportasi dari kendaraan pribadi. Adapun beberapa
rekomendasi untuk memperbaiki infrastruktur transportasi umum adalah:
1. Penambahan rute bus serta armada bus untuk mencapai wilayah yang sulit
dijangkau dan mengurangi interval waktu antar layanan.
2. Pelaksanaan sosialisasi terkait transportasi umum yang mencakup informasi
pelayanan serta penawaran potongan harga.
3. Pendekatan pemerintah kepada masyarakat untuk membangun komunikasi dua
arah antara pengguna dan penyedia jasa sehingga kebutuhan masyarakat bisa
terpenuhi.
4. Penyusunan kebijakan nasional yang mendukung aksesibilitas dan
keterjangkauan ekonomi dari transportasi umum. Selain menurunkan emisi
transportasi, kebijakan ini dapat meningkatkan kesetaraan di masyarakat dengan
kondisi ekonomi dan kelas sosial yang berbeda-beda. Kebijakan yang disusun
juga harus melibatkan pemerintah daerah dan menggabungkan aspek
transportasi, tata guna lahan, dan perumahan agar peraturan yang disusun tidak
terisolasi dari aspek pembangunan lain.
Jika ingin mengurangi emisi karbon yang dihasilkan dari sektor transportasi, perbaikan
sistem transportasi umum adalah langkah yang tepat. Skema EV memiliki dampak terhadap
lingkungan yang harus dipertimbangkan dan diatasi oleh pemerintah agar tidak menimbulkan
masalah lingkungan baru.
Isu transportasi umum perkotaan di Indonesia adalah masalah lama yang sudah
berkarat, dan menyelesaikannya tidak akan mudah. Namun, selama langkah-langkah terus
diambil secara konsisten baik oleh pemerintah maupun masyarakat, peningkatan akan terlihat.
Hasil tidak akan mengkhianati usaha dan niat baik.
Referensi
Alalool, A., B, A., H, K., R, M., & R, A. (2017). Traffic congestion and long driving hours: Impact
on stress, emotional and physical health among drivers in Sharjah. 9th Asia Pacific
Global Summit on Healthcare & Immunology, University of Sharjah, UAE.
Altef, A. N., Mokhtarian, H., Shokri, F., Ismail, A., & Rahmat, R. A. O. K. (2013). Switching Model
for Private Vehicles to Public Transportation System in Case of Sana’a. Research
Journal of Applied Sciences, Engineering and Technology, 6(13), 2366–2372.
https://doi.org/10.19026/rjaset.6.3709
Alstrom and PT MRT Jakarta Collaborate to Explore the Development of Future Jakarta Mass
Rapid Transit. Alstom,
https://www.alstom.com/press-releases-news/2022/5/alstom-and-pt-mrt-jakarta-collabora
te-explore-development-future-jakarta.
Afian R, S., & Syavira, F. (2022, November 1). Jejak emisi batu bara di kendaraan listrik (S.
Indra Pratama, Ed.). Betahita.id.
https://betahita.id/news/lipsus/8090/jejak-emisi-batu-bara-di-kendaraan-listrik.html?v=16
67273683
Disparities in the Impact of Air Pollution. (2022) American Lung Association.
https://www.lung.org/clean-air/outdoors/who-is-at-risk/disparities
Bahar, T., Kusbiantoro, B.S., Tamin, O.Z., & Frazila, R.S. (2011). Potensi Penggunaan Angkutan
Informal di Kota Bandung. Jurnal Transportasi 11(3) 209-218.
BandungBergerak.id. (n.d.). Melihat Indonesia dari Ibu Kota Asia Afrika. BandungBergerak.id.
Retrieved January 30, 2023, from https://bandungbergerak.id
Bharadwaj, S., Ballare, S., Rohit, & Chandel, M. K. (2017). Impact of congestion on greenhouse
gas emissions for road transport in Mumbai metropolitan region. Transportation
Research Procedia, 25, 3538–3551. https://doi.org/10.1016/j.trpro.2017.05.282
Bhawono, A. (2021, December 16). Ironi Biofuel Indonesia: Energi Minim Karbon Biang
Deforestasi. Betahita.id.
https://betahita.id/news/detail/6917/ironi-biofuel-indonesia-energi-minim-karbon-biang-de
forestasi
Biang Macet di Bandung: Jumlah Kendaraan Hampir Sama Populasi Penduduk. (2023). CNN
Indonesia.
https://www.cnnindonesia.com/otomotif/20230210194658-579-911677/biang-macet-di-ba
ndung-jumlah-kendaraan-hampir-sama-populasi-penduduk
Cerrato J & Cifre E. (2018). Gender inequality in household chores and work-family conflict.
Front Psychol. 9:1-11. doi:10.3389/fpsyg.2018.01330
Chen C, Liu C, Chen R, et al. (2018). Ambient air pollution and daily hospital admissions for
mental disorders in Shanghai, China. Sci Total Environ 613-614:324-330.
doi:10.1016/j.scitotenv.2017.09.098
Church Z. (2020) The psychological, economic, and social costs of air pollution. MIT
Management Sloan School.
https://mitsloan.mit.edu/ideas-made-to-matter/psychological-economic-and-social-costs-
air-pollution
Direktorat Inventarisasi GRK dan MPV. (2021). Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK)
dan Monitoring, Pelaporan, Verifikasi (MPV) Tahun 2020. KLHK.
Global CO2 emissions in transport by mode in the Sustainable Development Scenario,
2000-2070 – Charts – Data & Statistics. (n.d.). IEA.
https://www.iea.org/data-and-statistics/charts/global-co2-emissions-in-transport-by-mode
-in-the-sustainable-development-scenario-2000-2070
Hentikan Rencana Investasi pada Industri Nikel yang Dapat Menyebabkan Perluasan
Penghancuran Lingkungan dan Kehidupan Warga di Indonesia. (April 30, 2022).
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI).
IESR (2022). Indonesia Energy Transition Outlook 2023: Tracking Progress of Energy Transition
in Indonesia: Pursuing Energy Security in the Time of Transition. Jakarta: Institute for
Essential Services Reform (IESR).
Leber, R. (2022, October 17). The end of a battery’s life matters as much as its beginning. Vox.
https://www.vox.com/the-highlight/23387946/ev-battery-lithium-recycling-us
Litman, T. (2010). Evaluating Public Transportation Health Benefits Summary of Findings.
Victoria Transport Policy Institute. https://www.michigandistilled.org/tran_health.pdf
Mansour, A. I., & Aljamil, H. A. (2022). Investigating the Effect of Traffic Flow on Pollution, Noise
for Urban Road Network. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science,
961(1), 012067. https://doi.org/10.1088/1755-1315/961/1/012067
Morabia, A., Mirer, F. E., Amstislavski, T. M., Eisl, H. M., Werbe-Fuentes, J., Gorczynski, J.,
Goranson, C., Wolff, M. S., & Markowitz, S. B. (2010). Potential Health Impact of
Switching From Car to Public Transportation When Commuting to Work. American
Journal of Public Health, 100(12), 2388–2391. https://doi.org/10.2105/ajph.2009.190132
Nanggara, S. G., Rosalina, L., Kartika, R. Y., & Setyawan, A. A. (2017). ENAM TAHUN ISPO:
KAJIAN TERKAIT PENGUATAN INSTRUMEN ISPO DALAM MERESPON
DAMPAK-DAMPAK NEGATIF SEPERTI DEFORESTASI, KERUSAKAN EKOSISTEM
GAMBUT, KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN, SERTA KONFLIK TENURIAL. Forest
Watch Indonesia.
Pertanyaan Seputar REDD+ dan Implementasi REDD+ di Indonesia. Direktorat Jenderal
Pengendalian Perubahan Iklim - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
https://ditjenppi.menlhk.go.id/berita-ppi/33-beranda/1804-faq.html
Penyakit Terbanyak – Dinas Kesehatan Kota Bandung. (2023). Bandung.go.id.
https://dinkes.bandung.go.id/penyakit-terbanyak
PUSAT DATA DAN TEKNOLOGI INFORMASI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. (2020). Inventarisasi Emisi
GRK Bidang Energi. ESDM.
https://www.esdm.go.id/assets/media/content/content-inventarisasi-emisi-gas-rumah-kac
a-sektor-energi-tahun-2020.pdf
Rentschler J, Leonova N. (2022) Air pollution kills – Evidence from a global analysis of exposure
and poverty. World Bank Blogs.
https://blogs.worldbank.org/developmenttalk/air-pollution-kills-evidence-global-analysis-e
xposure-and-poverty
Rizki, Muhammad. (2019). Personalizing Carbon-Footprint from Our Travels to Mobilize Climate
Action. World Resources Institute Indonesia.
https://wri-indonesia.org/en/insights/personalizing-carbon-footprint-our-travels-mobilize-cl
imate-action
Riyandanu, M. Fajar. (Desember 20, 2022). Jumlah SPKLU Terbatas, Mobil Listrik Tak Bisa
Dipakai Keluar Kota? Katadata.
https://katadata.co.id/happyfajrian/ekonomi-hijau/63a1c0c8444d6/jumlah-spklu-terbatas-
mobil-listrik-tak-bisa-dipakai-keluar-kota
Shetty D. (2022). Air pollution is worsening reproductive health outcomes for women. The Fuller
Project. https://fullerproject.org/story/air-pollution-women-health/
Sidjabat, F. M., Driejana, D., & Sjafruddin, A. (2016). BASELINE BEBAN EMISI SEKTOR
TRANSPORTASI DI KORIDOR PASTEUR-CILEUNYI DAN
UJUNGBERUNG-GEDEBAGE, BANDUNG, JAWA BARAT, INDONESIA. Jurnal Tehnik
Lingkungan, 22(1), 52–62. https://doi.org/10.5614/j.tl.2016.22.1.6
Simoni, M., Baldacci, S., Maio, S., Cerrai, S., Sarno, G., & Viegi, G. (2015). Adverse effects of
outdoor pollution in the elderly. Journal of Thoracic Disease, 7(1), 34–45.
https://doi.org/10.3978/j.issn.2072-1439.2014.12.10
Subekti, R. A., Sudibyo, H., Susanti, V., Saputra, H. M., & Hartanto, A. (2014). Peluang dan
Tantangan Pengembangan Mobil Listrik Nasionalo. LIPI Press.
Wisanggeni, S. P, M. Puteri Rosalina, & Albertus Krisna. (Oktober 6, 2022). Dilema Lingkungan
Kendaraan Listrik. Kompas.id.
World Health Organization. (2021). How air pollution is destroying our health. Www.who.int.
https://www.who.int/news-room/spotlight/how-air-pollution-is-destroying-our-health
Yuniarti, Dini. (2019). Eksternalitas Lingkungan.
Kontributor
Hasna Khadijah S. L 15319089
Izzatul Husna 15319030
Nabila Fathonah 15319121
Alfiyyah Nurul Ishmah 15320094
Mikail Dhafin Aryo 15320035