Anda di halaman 1dari 15

AKSI NYATA KOMUNITAS UNTUK

MEWUJUDKAN PENGURANGAN EMISI


KARBON DAN KAWASAN PERKOTAAN
BERKETAHANAN IKLIM

RUSLAN WAHYONO

PERGERAKAN
#AyoDietKarbon
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Berkat limpahan rahmat-Nya, penulis
dapat menyelesaikan karya tulis ini dalam rangka memperingati Hari Habitat
Sedunia (HHD) dan Hari Kota Sedunia (HKD) melalui lomba menulis. Sholawat
dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Karya tulis ini disusun oleh penulis dengan penuh semangat dan keyakinan
bahwa aksi nyata masyarakat dalam mewujudkan pengurangan emisi karbon dan
kawasan perkotaan yang tahan iklim sangat diperlukan karena hal ini bukan hanya
tugas pemerintah tetapi juga kesadaran masyarakat untuk turut serta mengurangi
emisi karbon guna menciptakan kawasan kota yang berketahanan iklim.

Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat memberikan wawasan yang
bermanfaat bagi semua pembaca. Penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam karya ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
dibutuhkan demi kesempurnaan penulisan yang akan datang.

Makassar, 07 Oktober 2021

Ruslan Wahyono

DAFTAR ISI

ii
Halaman
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang 1
B. Rumusan Masalah 3

C. Tujuan Penulisan 3

D. Manfaat Penulisan 3

E Metode Penulisan 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Dampak Negatif Emisi Karbon di Indonesia 5
B. Partisipasi masyarakat (komunitas) untuk mencapai pengurangan emisi
karbon dan kawasan perkotaan yang berketahanan iklim 6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan 10
B. Saran 10

REFERENSI 11
BIODATA 12

iii
BABI

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Tahun 2020 menandai lima tahun Perjanjian Paris ditandatangani oleh
hampir semua negara. Tahun inilah dimana setiap negara wajib
menyampaikan National Contribution Commitment (NDC) kedua, setelah
hampir semua negara menyerahkan National Commitment pertama setelah
kesepakatan Paris 2015 (Wardhana, 2020).
Perubahan iklim merupakan salah satu eksternalitas negatif kegiatan
ekonomi yang berdampak pada menurunnya kesejahteraan masyarakat.
Eksternalitas negatif dari kegiatan ekonomi tersebut terus menumpuk
sehingga memicu peningkatan konsentrasi emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
yang menjadi sumber perubahan iklim. Upaya pengendalian perubahan iklim
secara umum bersifat publik, artinya manfaat yang diperoleh dari program
tersebut tidak hanya diterima oleh satu pihak tetapi juga oleh banyak pihak
(Badan Kebijakan Fiskal, 2019).
Emisi merupakan salah satu dari beberapa aspek lingkungan
berbahaya yang dapat berdampak pada perubahan global di dunia. Bahan
bakar minyak yang digunakan dalam infrastruktur transportasi diketahui
menjadi hal utama yang menghasilkan intensitas emisi tinggi untuk kota-kota
besar. Dampak yang nyata adalah tingginya jumlah masyarakat yang
menderita pencemaran udara (Edyanto, 2013).
Meningkatkan ambisi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca bukan
hanya masalah teknis. Namun lebih pada alasan dasar terkait keadilan
antargenerasi. Keengganan masing-masing pihak atau negara untuk segera
merumuskan kebijakan iklim yang ambisius akan mengakibatkan eskalasi
bencana iklim yang saat ini terjadi dan berpotensi terus meningkat di masa
mendatang. Masa depan kaum muda dan generasi masa depan dipertaruhkan
ketika bencana iklim meningkat dan biaya mitigasi dan adaptasi meningkat.
Apalagi jika kita melewati ambang batas 1,5 derajat Celcius, kerusakan

1
2

ekosistem penting sebagai penyangga kehidupan tidak akan pernah pulih


(Wardhana, 2020).
Gas rumah kaca adalah sebagai penyebab perubahan iklim. Tidak
hanya dihasilkan oleh alam (seperti dari letusan gunung berapi), tetapi gas
rumah kaca juga dihasilkan oleh aktivitas manusia. Bahkan, laporan IPCC
(Intergovernmental Panel on Climate Change) menyatakan bahwa aktivitas
manusia mempercepat peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer.
Akumulasi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menyebabkan kelebihan
panas diserap oleh gas rumah kaca di atmosfer. Panas berlebih yang
terperangkap ini kemudian menyebabkan suhu bumi meningkat. Perubahan
suhu ini dapat mempengaruhi variabel cuaca yang ada, seperti kekuatan angin
dan intensitas hujan.
Oleh karena itu, isu perubahan iklim tidak akan pernah lepas dari
aktivitas manusia yang terbukti meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca di
atmosfer dan berkontribusi terhadap pemanasan global yang berujung pada
perubahan iklim. Banyak orang dewasa ini tergerak untuk melakukan sesuatu
bagi bumi. Meskipun mengetahui bahwa emisi yang dihasilkan manusia
berkontribusi terhadap perubahan iklim, sebagian besar tidak mengetahui
berapa banyak emisi yang mereka hasilkan dalam aktivitas sehari-hari.
Karena hal di atas, penulis tertarik untuk mengangkat judul “Aksi
Nyata Masyarakat untuk Mewujudkan Pengurangan Emisi Karbon dan
Kawasan Perkotaan Berketahanan Iklim” dalam tulisan ini. Semoga literatur
ini dapat membuka wawasan pembaca tentang pentingnya aksi nyata
masyarakat dalam mewujudkan kota tahan iklim.
3

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan
masalah antara lain sebagai berikut:
1. Apakah dampak negatif emisi karbon di Indonesia?
2. Bagaimana peran serta masyarakat (komunitas) untuk mewujudkan
pengurangan emisi karbon dan kawasan perkotaan yang berketahanan
iklim?

C. Tujuan penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, karya tulis ini memiliki
tujuan sebagai berikut:
1. Tujuan umum
Meningkatkan ketahanan iklim di perkotaan melalui partisipasi
masyarakat dalam pengurangan emisi karbon
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui dampak negatif emisi karbon di Indonesia
b. Untuk mengetahui peran serta masyarakat (komunitas) untuk
mewujudkan pengurangan emisi karbon dan kawasan perkotaan yang
berketahanan iklim

D. Manfaat Penulisan
Tulisan ini ditulis dengan harapan dapat berbagi informasi tentang
pentingnya peran masyarakat (komunitas) dalam mewujudkan ketahanan
iklim di perkotaan. Manfaat dari karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat untuk Penulis
Penulis mengumpulkan materi dari berbagai literatur sekaligus
menambah wawasan dan semangat juang penulis untuk berperan aktif
dalam mewujudkan ketahanan iklim perkotaan melalui penulisan karya
tulis untuk mengajak peran serta seluruh masyarakat.
4

2. Manfaat untuk Pembaca


Tulisan ini dapat digunakan sebagai wahana untuk memperoleh
informasi dan pengetahuan dari pembaca tentang hal-hal yang perlu
dilakukan sebagai tindakan nyata bagi masyarakat dalam mewujudkan
ketahanan iklim di perkotaan melalui pengurangan emisi karbon.

E. Metode penulisan
Metode yang penulis gunakan adalah dengan menggunakan studi
kepustakaan untuk mengumpulkan informasi melalui buku-buku dan jurnal
terkait yang diperoleh melalui media perpustakaan atau melalui internet.
5

BAB II
PEMBAHASAN

A. Dampak Negatif Emisi Karbon di Indonesia


Kabut yang menyelimuti sebuah kota di pagi hari seringkali
dipandang sebagai proses alami kondensasi. Sebenarnya pandangan ini salah.
Kabut merupakan sisa pembakaran karbon dari knalpot kendaraan bermotor
di perkotaan. Pencemaran udara ini tentunya akan berdampak pada penduduk
kota dan vegetasi di perkotaan. Seperti halnya manusia, setiap kota juga
membutuhkan ruang untuk bernafas. Oleh karena itu kota mengandalkan
ketersediaan oksigen melalui lingkungan dengan ruang terbuka dan nuansa
hijau sebagai bentuk perlindungan (protection) terhadap pencemaran udara
yang terjadi (Edyanto, 2013).
Kebutuhan terbesar akan transportasi yang menjadi penyumbang
polutan terbesar berasal dari pergerakan lalu lintas harian untuk bekerja. Hal
ini diperkuat dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa sebagian besar
penduduk yang bekerja masih menggunakan kendaraan pribadi. Karbon
monoksida (CO) yang dihasilkan oleh transportasi merupakan 60%
pencemaran (Edyanto, 2013).
Selain faktor-faktor di atas, penggunaan listrik yang tidak bijaksana
oleh individu dapat menyebabkan peningkatan emisi karbon. Semakin sering
atau semakin banyak barang yang kita konsumsi, maka semakin banyak pula
kebutuhan energi (terutama untuk barang-barang yang membutuhkan listrik
untuk beroperasi) pada saat penggunaannya, maupun pada saat pembuatan
barang itu sendiri. Semakin tinggi permintaan, semakin sedikit ketersediaan
energi Indonesia. Belum lagi untuk produksi listrik, seperti di Indonesia yang
masih didominasi oleh pembangkit berbahan bakar fosil seperti solar dan batu
bara, yang tentunya akan menghasilkan emisi karbon dioksida. Itu sebabnya,
gaya hidup berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca yang dihasilkan per
individu.

5
6

Perubahan iklim diyakini meningkatkan risiko bencana


hidrogeometeorgia, hingga 80% dari total bencana di Indonesia. Hal ini
disebabkan secara langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia yang
menyebabkan perubahan komposisi atmosfer global dan perubahan
variabilitas iklim alami yang diamati selama periode waktu yang sebanding
(Kementerian Lingkungan Hidup dan Lingkungan Hidup, 2020)
Berikut ini adalah dampak negatif dari peningkatan emisi karbon yang
dapat mengganggu ketahanan iklim di perkotaan:
1. Dampak negatif dari perubahan iklim antara lain gempa bumi, cuaca
ekstrim, banjir, penurunan permukaan tanah, badai, termasuk badai
debu dan badai pasir, gelombang panas, kelangkaan air, kekeringan,
polusi air dan udara, dan kenaikan permukaan laut, terutama yang
mempengaruhi wilayah pesisir. terutama di negara berkembang
2. Meningkatkan masalah kesehatan antara lain ancaman penyakit
menular, kematian prematur pada bayi, serangan asma, penyakit saluran
pernapasan pada anak, tekanan darah tinggi, serangan jantung tidak
fatal hingga bronkitis kronis (Edyanto, 2013).

B. Partisipasi Masyarakat (komunitas) untuk Mencapai Pengurangan


Emisi Karbon dan Kawasan Perkotaan Tahan Iklim
Salah satu prinsip pembangunan kota adalah Kota yang memiliki
ketahanan dan kekuatan untuk menghadapi berbagai ancaman (shock) dan
tekanan (stress) serta dapat menjamin kebutuhan masyarakatnya di masa
sekarang dan di masa yang akan datang (Kementerian Lingkungan Hidup dan
Lingkungan Hidup, 2020).
Suatu kota disebut kota hijau jika memiliki delapan kriteria (Nirwono
Joga, 2009, dalam Edyanto, 2013), yaitu:
1. Pembangunan kota harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, seperti UU 24/2007: Penanggulangan Bencana (Green City
harus menjadi kota siaga bencana), UU 26/2007: Penataan Ruang, UU
32/2009: Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan, dll.
7

2. Konsep Zero Waste (Pengelolaan sampah terbaru, tidak ada sampah yang
terbuang percuma).
3. Konsep Zero Run-off (Semua air harus bisa meresap kembali ke dalam
tanah, konsep ecodrainage).
4. Infrastruktur hijau Hijau (tersedia jalur pejalan kaki dan jalur sepeda).
5. Transportasi Hijau (penggunaan transportasi massal, bahan bakar
terbarukan yang ramah lingkungan, mendorong penggunaan transportasi
tidak bermotor, berjalan kaki, bersepeda, gerobak/dokar/kereta, becak.
6. Ruang Terbuka Hijau dengan luas minimal 30% dari luas kota (RTH
Publik 20% RTH Swasta 10%).
7. Green Building merupakan pengembangan yang mewadahi ruang untuk
penghijauan lingkungan
8. Partisipasi masyarakat (Green Community)
Satu-satunya cara untuk mengurangi polusi udara adalah dengan
mengurangi emisi karbon monoksida (CO), yaitu dengan mengurangi
pergerakan lalu lintas harian untuk bekerja. Tutupan lahan atau kota hijau,
termasuk yang disebut sebagai “hutan kota” atau ruang terbuka akan
memberikan harapan baru di masa depan sebagai elemen kota untuk
mengurangi polusi udara dan emisi (Edyanto, 2013).
Hutan lindung memiliki potensi untuk berkontribusi dalam upaya
pengurangan emisi. Pengelolaan hutan dengan fungsi pelindung untuk
pengurangan emisi dinilai lebih efektif jika masyarakat sekitar dilibatkan
dalam mekanisme pengambilan keputusan (Alviya, 2018).
Hutan tidak hanya menjadi sumber emisi karbon dalam konteks
perubahan iklim, tetapi juga merupakan penyerap karbon dan tempat
penyimpanan karbon. Praktik pengelolaan hutan lestari pada hutan produksi,
hutan konservasi dan hutan lindung, serta pembatasan konversi lahan hutan
menjadi non-hutan dan penurunan kualitas hutan, pengelolaan hutan di lahan
gambut dan pencegahan kebakaran hutan, berkontribusi pada penurunan
emisi GRK. Rehabilitasi hutan dan lahan gambut serta
pembentukan/perkebunan hutan produksi pada lahan kritis akan
8

meningkatkan kapasitas penyerapan karbon. Hal ini juga akan berdampak


positif terhadap perlindungan keanekaragaman hayati, perlindungan sumber
daya air, dan fungsi sosial ekonomi (Perpres RAN-GRK versi Desember
2010).
Pemerintah Indonesia memandang upaya mitigasi dan adaptasi
perubahan iklim sebagai konsep terpadu yang penting untuk membangun
ketahanan dalam menjaga sumber daya pangan, air, dan energi. Indonesia
juga memandang bahwa pembangunan menuju rendah karbon dan ketahanan
iklim sejalan dengan komitmen untuk berkontribusi pada upaya global untuk
mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs, Sustainable
Development Goals), (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
2017).
Bukan hanya pemerintah yang bekerja untuk menciptakan kawasan
perkotaan yang tahan iklim, tetapi tindakan nyata masyarakat diperlukan.
Berikut adalah kontribusi masyarakat yang diperlukan dalam pengurangan
emisi karbon guna mewujudkan kawasan perkotaan yang ramah lingkungan:
1. Masyarakat perlu mengendalikan gaya hidup konsumtif dengan
penggunaan listrik yang efektif dan bijak
Gaya hidup masyarakat Indonesia yang banyak menggunakan
elektronik dapat berkontribusi terhadap perubahan iklim. Masyarakat
Indonesia harus mengurangi penggunaan barang elektronik, sebagai
barang yang paling banyak menghasilkan emisi.
Dilihat dari besarnya konsumsi listrik untuk barang elektronik,
maka peningkatan kapasitas masyarakat akan pentingnya efisiensi
energi di lingkungan rumah dan tempat kerja mereka sangat diperlukan.
Jika masyarakat memiliki sifat konsumtif, maka tentunya energi yang
dibutuhkan akan lebih tinggi. Namun, jika masyarakat bisa
mengendalikan gaya hidup konsumtifnya, tentunya energi yang
dibutuhkan untuk memproduksi barang yang mereka butuhkan akan
lebih sedikit.
9

2. Keterlibatan masyarakat dalam program desa iklim


Pelaksanaan Program Desa Iklim (Proklim) merupakan upaya
untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dan pemangku
kepentingan lainnya dalam memperkuat kapasitas adaptif masyarakat
terhadap dampak perubahan iklim dan pengurangan emisi gas rumah
kaca.
Berbagai bentuk partisipasi masyarakat dalam program ini bisa
melalui dana, tenaga, keterampilan dan ide atau gagasan dalam
pelaksanaan Proklim di daerahnya masing-masing. Inisiatif masyarakat
untuk mendukung Proklim sangat penting, antara lain penghijauan dan
penghijauan kawasan, pemilahan sampah, penghematan penggunaan
listrik dan air, tidak membakar sampah dan lahan, meningkatkan
ketahanan pangan serta mengurangi risiko dan ancaman bencana terkait
iklim.
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Dampak negatif perubahan iklim antara lain gempa bumi, cuaca
ekstrim, banjir, penurunan permukaan tanah, badai, termasuk badai debu dan
badai pasir, gelombang panas, kelangkaan air, kekeringan, polusi air dan
udara, serta kenaikan permukaan laut.meningkatkan masalah kesehatan antara
lain ancaman penyakit menular, kematian dini pada bayi, serangan asma,
penyakit saluran pernapasan bawah pada anak, tekanan darah tinggi, serangan
jantung tidak fatal hingga bronkitis kronis
Oleh karena itu, diperlukan partisipasi Masyarakat (community)
sebagai aksi nyata untuk terwujudnya kawasan kota yang tahan iklim melalui
pengurangan emisi karbon melalui pengendalian gaya hidup konsumtif
dengan penggunaan listrik yang tidak bijaksana danpelibatan masyarakat
dalam program desa iklim denganberbagai bentuk partisipasi masyarakat.
Proklamasi sangat penting, antara lain penghijauan dan penghijauan kawasan,
pemilahan sampah, penghematan penggunaan listrik dan air, tidak membakar
sampah dan lahan, meningkatkan ketahanan pangan serta mengurangi risiko
dan ancaman akibat bencana terkait iklim.

B. Saran
Peningkatan kapasitas bagi masyarakat Indonesia mengenai
pentingnya menata kembali gaya hidup masing-masing perlu dilakukan
karena gangguan ketahanan iklim sebagian besar disebabkan oleh
penggunaan listrik yang tidak efisien, oleh karena itu sosialisasi tentang
perubahan iklim dan bagaimana setiap individu dapat berperan aktif sangat
penting. . diperlukan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (2017). Buku Strategi


Implementasi NDC (Nationally Determined Contribution), Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
KLHK. (2020). Peta Jalan Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional (NDC)
untuk Adaptasi Perubahan Iklim. Jakarta (ID): Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.
KLHK. (2020). Peta Jalan Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional (NDC)
untuk Adaptasi Perubahan Iklim. Jakarta (ID): Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.
Wardhana, Defrio Nandi, dkk. (2020). “Walhi Desk Study: Analisis Kesenjangan
Kebijakan Iklim Indonesia dalam Perspektif Keadilan Antargenerasi”.
Jakarta Selatan : Pengurus Nasional WALHI (Forum Lingkungan Hidup
Indonesia).

Jurnal :

Alviya, Lis, dkk. 2018. “Program Penurunan Emisi Karbon Berbasis Masyarakat
Di Hutan Lindung”. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan. 15(1), hlm. 19-
37.
Adyanto, CB Herman. 2013. “Emisi Karbon Sebagai Dasar Pelaksanaan
Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di DKI Jakarta”. Jurnal Sains dan
Teknologi Indonesia. 15(1), hal.1-7.
Pratiwi, Desy Nur. 2018.” Implementasi Pengungkapan Emisi Karbon di
Indonesia.” .Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis. 13(2), hlm. 101-112
.
Peraturan Pemerintah :

Keputusan Presiden tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah
Kaca (RAN-GRK) Desember 2010

11
BIODATA

Ruslan Wahyono adalah penulis karya


ilmiah ini, lahir dari orang tua yang berprofesi
sebagai tukang becak yaitu Bapak Mustari dan
Ibu Hafsa yang berprofesi sebagai ibu rumah
tangga, sebagai anak pertama dari tiga
bersaudara, penulis lahir di kecamatan
Tamalatea kabupaten Jeneponto Sulawesi
Selatan, pada tanggal 29 Juli Tahun 1996
penulis menempuh pendidikan mulai dari SD
Inpres Nomor 181 Paranglambere (Lulus SD
Tahun 2008), kemudian dilanjutkan ke SMPN
3 Tamalatea (Tahun 2011 lulus SMP), kemudian setelah lulus melanjutkan
pendidikannya di SMAN 1 Bangkala (Lulus SMA tahun 2014).

Kemudian merantau ke kota Palu, Sulawesi Tengah untuk kuliah


dengan modal (350 ribu Rupiah) untuk pendidikan sarjana jurusan hukum
di Universitas Tadulako (UNTAD) kota Palu provinsi Sulawesi Tengah
(Menyelesaikan kuliah tahun 2018), setelah itu pada tahun 2019 penulis
memberanikan diri berangkat ke jakarta untuk belajar dengan modal (1
juta rupiah), berangkat dari pelabuhan makassar lalu terdampar di
pelabuhan tanjung perak surabaya, lalu naik mobil ke jakarta, sesampainya
di jakarta dia hanya punya uang 2 ribu rupiah. Ketika penulis pertama kali
tiba di Jakarta, ia bekerja serabutan, dengan modal nekat saat itu penulis
melanjutkan pendidikannya ke Magister Hukum di Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Jakarta UPNVJ (Menyelesaikan kuliah
2021). Alhamdulillah perjuangan penulis tidak sia-sia.

12

Anda mungkin juga menyukai