Anda di halaman 1dari 18

POHON TREMBESI SEBAGAI ALTERNATIF TERBAIK

UNTUK MENSUKSESKAN TARGET PENURUNAN EMISI


KARBON DI INDONESIA
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Bioremediasi

Disusun Oleh:

Nadia Novitasari (2016330022)

Dosen :

Lidia Handayani, ST., M. Si

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
UNIVERSITAS SAHID JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan salah satu Tugas Mata Kuliah Bioremediasi dengan
baik dan sesuai dengan petunjuk, dengan judul Pohon Trembesi Sebagai Alternatif
terbaik Untuk Mensukseskan Target Penurunan Emisi Karbon Di Indonesia.
Selama penyusunan makalah ini penulis seringkali menemui kesulitan.
Namun berkat bantuan, dorongan, serta bimbingan dari beberapa pihak akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Allah swt, yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun.
2. Orang tua dan seluruh keluarga penulis tercinta yang telah memberikan
motivasi baik moril maupun materil.
3. Dosen mata kuliah Bioremediasi, Ibu Lidia Handayani, ST., M. Si yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
dikemudian hari jadi pembelajaran yang berarti. Harapan penulis semoga dapat
bermanfaat bagi yang membaca dan bagi penulis sendiri pada khususnya. Aamiin.

Jakarta, Juli 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2. Tujuan ............................................................................................................. 2
1.3. Manfaaat ......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
2.1. Perubahan Iklim ............................................................................................. 3
2.2. Polusi Udara ................................................................................................... 3
2.3. Kondisi Saat Ini .............................................................................................. 4
2.4. Studi KEmisi CO diKabupaten Karanganyar ................................................. 5
2.5. Peneduh Jalan dan Ruang Terbuka Hijau ....................................................... 7
2.6. Pohon Trembesi .............................................................................................. 8
2.7. Mekanisme penyerapan emisi pada Pohon Trembesi .................................. 10
2.8. Pohon trembesi sebagai alternatif terbaik untuk pemerintah dalam upaya
menurunkan emisi karbon nasional ......................................................................... 11
2.9. Pihak yang dapat Mendukung ...................................................................... 13
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 14
3.1. Kesimpulan ................................................................................................... 14
3.2. Saran ............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 15

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perubahan iklim global menjadi isu penting yang terus bergulir dalam beberapa
tahun ini dan beberapa tahun yang akan datang. Perubahan iklim global telah dan
akan terus terjadi sejalan dengan peningkatan aktifitas manusia yang mengkonsumsi
energi, khususnya energi dari bahan bakar fosil. Ditambahkan, aktifitas degradasi dan
deforestasi akan terus meningkatkan emisi karbon yang ada di atmosfer. Emisi
karbon Indonesia didominasi oleh emisi dari bahan bakar fosil dan aktifitas
deforestasi. Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat rentan terhadap dampak
perubahan iklim (Susandi, 2009).
Tekad pemerintah mengurangi emisi karbon hingga 26% pada tahun 2020 sulit
tercapai. Bahkan dikhawatirkan target itu menjadi bumerang bagi Indonesia.
Kebijakan yang diharapkan dapat menjaring dana carbon trade dari negara maju
melalui carbon trade malah membuat Indonesia mengalami kemunduran ekonomi.
Indonesia sebagai negara yang berpopulasi penduduk besar dan berbagai macam
tingkat kebutuhan sangat membutuhkan pengembangan dari berbagai sektor. Oleh
sebab itu, tidak mungkin pemerintah menurunkan emisi yang disebabkan oleh
kendaraan, tranportasi umum, pabrik-pabrik, industri, pertanian. Karena hal ini sangat
penting dalam usaha mensejahterakan masyarakatnya.
Salah satu sumberdaya yang patut dipertimbangkan dan potensial untuk
digunakan dalam menyerapkan karbon yang menyebabkan emisi adalah sector
kehutanan. Menurut CIFOR (2009), emisi yang ditimbulkan oleh deforestasi dan
degradasi hutan mencapai sekitar 20 persen dari seluruh emisi gas rumah kaca (GRK)
per tahun. Jumlah ini lebih besar dari emisi yang dikeluarkan oleh sektor transportasi
secara global. Penurunan emisi dapat dilakukan dengan pemeliharaan dan dengan
penanaman.
Kendalanya, penggunaan lahan untuk memenuhi target penurunan emisi yang
dicanangkan pemerintah pada sektor kehutanan juga rentan berbenturan dengan
pembangunan dan kebutuhan masyarakat akan hutan. Tujuh puluh persen dari

1
penduduk Indonesia sangat bergantung dengan hutan khususnya kayu baik itu
perusahaan yang bergerak di kehutanan maupun masyarakatnya itu sendiri.
Kebutuhannya mulai dari pembuatan rumah (tempat tinggal), tranportasi (sampan,
perahu), memasak (kayu bakar), upacara-upacara adat, produksi (perusahaan). Tidak
sama halnya dengan negara secara ekonomi sudah maju yang dapat mengganti
barang-barang tersebut dengan baja, beton, aluminium.
Untuk itu pemerintah perlu memilih jenis pohon yang efektif dan efisien yang
akan ditanam dalam mengurangi emisi yang disebabkan oleh karbon. Agar
pemenuhan kepentingan kebutuhan masyarakat dan perusahaan tidak terlalu
terganggu.

1.2. Tujuan

Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah:


1. Menjadikan pohon trembesi sebagai salah satu alternatif penanaman yang bisa
dilakukan pemerintah dalam rangka menanggapi isu perubahan iklim.
2. Memaksimalkan pemanfaatan pohon trembesi yang selama ini tidak dianggap
pohon tidak penting.
3. Mengatasi permasalahan emisi karbon yang dialami pemerintah dengan
efisiensi penggunaan lahan sehingga pembangunan di sector lain tidak
terganggu.
4. Meningkatkan efektivitas penurunan emisi karbon.

1.3. Manfaaat

Manfaat dari penulisan karya tulis ini adalah:


1. Mewujudkan misi pemerintah dalam menanggapi isu perubahan iklim global.
2. Memberikan alternatif penggunaan lahan terbaik pada pemerintah dalam
mewujudkan penurunan emisi yang telah di canangkan pemerintah.
3. Menciptakan lingkungan yang nyaman untuk masyarakat.
4. Menghindari perebutan penggunaan lahan dengan sektor pembangunan lain
yang akan dikembangkan.
5. Melindungi berbagai keanekaragaman hayati.

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Perubahan Iklim

Perubahan iklim merupakan berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain
suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor
kehidupan manusia. Perubahan fisik ini tidak terjadi hanya sesaat, tetapi dalam dalam
kurun waktu yang cukup panjang. Perubahan iklim terjadi karena adanya perubahan
komposisi gas-gas yang terdapat di atmosfer. Komposisi gas di atmosfer sangat
dipengaruhi oleh keluarnya gas yang berasal dari permukaan bumi baik yang terjadi
secara alamiah atau yang disebabkan oleh kegiatan/aktifitas manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Gas-gas yang sering disebut juga dengan gas rumah
kaca (GRK) ini mempunyai kemampuan untuk menyerap radiasi gelombang panjang
yang menyebabkan pemanasan atmosfer bumi.
Proses perubahan iklim terjadi secara berangsur-angsur sesuai dengan laju
penambahan konsentrasi GRK, sehingga dampaknya pun dapat dirasakan dalam
waktu yang cukup lama. Apabila telah terjadi, untuk pemulihannya pun diperlukan
waktu yang lama. Mengingat perubahan iklim merupakan isu global, maka
penangananya harus ditangani secara global/bersama dan dengan prinsip siapa yang
berbuat harus bertanggung jawab.

2.2. Polusi Udara

Polusi udara, terutama di daerah perkotaan, sungguh merupakan masalah yang


serius. Mengapa demikian? Karena pada tingkat konsentrasi tertentu, polusi udara
dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan manusia, seperti iritasi saluran
pernafasan, iritasi mata, dan alergi kulit, serta kanker paru-paru.
Data penelitian dalam jurnal Nature, yang dikutip oleh Vincensia K (2017),
menyebutkan, Indonesia berada di peringkat ke-8 di dunia terkait tingkat polusi udara
paling mematikan dengan rata-rata kematian 50 ribu jiwa setiap tahunnya. Sedangkan
data WHO, 2016, menyebutkan lebih dari 90 persen penduduk dunia menghirup

3
udara dengan kualitas buruk dan polusi telah menjadi penyebab kematian 6.000.000
(enam juta) orang per tahun.
Apa penyebab masalah polusi udara tersebut? Tidak lain adalah emisi
transportasi kendaraan bermotor dan industri-industri yaitu Gas Carbondioksida
(CO2). Kepemilikan kendaraan bermotor yang tinggi dan tempat-tempat industri jelas
ada di perkotaan. Ismiyati dkk, 2014, dalam Vincensia K menyatakan, dari semua
penyebab polusi udara yang ada, emisi transportasi terbukti sebagai penyumbang
pencemaran udara tertinggi di Indonesia, yakni sekitar 85 persen.
Polusi udara adalah masalah mendesak bagi kelangsungan hidup umat manusia
secara keseluruhan. Oleh karena itu sangat penting dan mendesak untuk kita
kendalikan, agar udara yang kita hirup melalui proses respirasi atau pernapasan
menjadi layak untuk kesehatan kita manusia dan juga hewan serta makhluk hidup
lainnya.

2.3. Kondisi Saat Ini

2.3.1. Emisi Saat Ini


Menurut Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI2010), emisi Indonesia pada
tahun 2005 sebesar 2,1 Gt CO2, sehingga membuat Indonesia termasuk diantara
negara penghasil emisi terbesar di dunia (satu gigaton setara dengan 1 milyar ton).
Delapan puluh lima persen dari emisi ini berasal dari cara kita memanfaatkan lahan,
dalam pertanian, dan tata guna lahan, atau alih guna lahan di dalam wilayah hutan
dan lahan gambut. Emisi saat ini, 41% berasal dari oksidasi lahan gambut, secara
perlahan melalui pembukaan parit, atau secara cepat dari kebakaran lahan gambut.
Deforestasi hutan lahan gambut menambah 0,2 Gt CO2. Tiga puluh tujuh persen dari
total emisi Indonesia berasal dari tindakan-tindakan di hutan dengan lahan non-
gambut, mulai dari deforestasi, degradasi hutan atau kebakaran hutan. Tingkat
deforestasi (diluar lahan gambut) mencapai 0,8 juta hektar per tahun dan degradasi
hutan kurang lebih sebesar 1 juta hektar per tahun. Tingkat deforestasi saat ini di
kawasan lahan gambut adalah 0.3 juta hektar per tahun dan hutan terdegradasi sebesar
0,2 juta hektar per tahun. Banyak sumber penyebab emisi saat ini tidak produktif

4
secara ekonomi. Kebakaran lahan gambut merugikan Indonesia hingga 4 milyar dolar
AS per tahun karena kerugian material, logistik yang tertunda dan masalah kesehatan
dari penduduk setempat. Emisi dari sektor pembangkit listrik dan transportasi
memberikan kontribusi relatifkecil saat ini, namun jumlahnya berkembang dengan
cepat dan akan mencapai 0,8 Gt CO2e dan 0,4 Gt CO2e pada tahun 2030.
2.3.2. Perkiraan Emisi Tahun 2030
Emisi Indonesia diperkirakan tumbuh 1,9% per tahun dan mencapai 2,5 Gt
CO2e pada tahun 2020 dan 3,3 GtCO2e pada tahun 2030. Emisi di sektor
pembangkitan tenaga listrik bertambah lebih cepat dari sektor-sektor lain sebesar 8
persen per tahun dan mencapai 810 MtCO2e pada tahun 2030. Hal ini didorong oleh
bertambahnya kebutuhan energi yang sangat cepat dan ketergantungan pada pusat
pembangkit tenaga listrik tenaga batu bara.
2.3.3. Perangkat hukum pelaksanaan penurunan emisi di Indonesia
Sejak penyelenggaraan COP13 di Bali, pemerintah Indonesia
danDepartemenKehutanan sangat giat mengembangkan perangkat hukum
atauperaturan yangterkait langsung dengan penurunan emisi karbon (CIFOR,2009).
Di antara perangkat tersebut terdapat tiga Peraturan Menteri yang telah resmi
diundangkan, yaitu:
1. Permenhut No. P. 68/Menhut-II/2008 tentang Penyelenggaraan
Demonstration ActivitiesPengurangan Emisi Karbon dari Deforestasi dan
Degradasi Hutan.
2. Permenhut No. P. 30/Menhut-II/2009 tentang Tata Cara Penguranagn Emisi
dari Deforestasi dan Degradasi Hutan.
3. Permenhut No. P. 36/Menhut –II/2009 tentang Tata Cara Perizinan
Usaha Pemenfaatan Penyerapan dan/atau Penyimpanan Karbon pada
Hutan Produksi dan Hutan Lindung.

2.4. Studi KEmisi CO diKabupaten Karanganyar

Penurunan kualitas lingkungan perkotaan dipengaruhi oleh jumlah kendaraan


bermotor yang terdapat di kota tersebut. Banyaknya kendaraan bermotor

5
mengindikasikan banyaknya konsumsi bahanbakar. Sebagian besar gas CO
dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar. Dengan asumsi jumlah kendaraan
bermotor sebanyak 203.409 unit seluruhnya memakai bahan bakar bensin dengan
konsumsi rata-rata 10 liter/hari serta nilai emisi bensin 2.333 gr/liter, maka polusi
udara berupa gas CO yang dihasilkan dari asap kendaraan bermotor mencapai
1.732,12 Gg/tahun (asumsi 1 tahun = 365hari).
Perhitungan daya serap CO pada suatu pohon didasarkan pada kadar
karbohidrat yang terdapat pada daun pohon tersebut (Dahlan dalam Abdurrazaq,
2010). Inventarisasi pada vegetasi hutan dilakukan dengan cara sensus jenis dan
jumlah pohon pada empat titik hutan kota yang ada di Kabupaten Karanganyar yaitu
HAI, GSI, Taman Pancasila dan Kawasan sebelah BKD.
Vegetasi hutan kota di Kabupaten Karanganyar didominasi oleh jenis Angsana
dan Mahoni daun besar. Pohon angsana merupakan pohon dengan jumlah paling
banyak pada hutan kota HAI dan Taman Pancasila. Pada hutan kota GSI terbanyak
yaitu dadap merah dan pada kawasan BKD paling banyak yaitu mahoni daun besar.
Hutan kota di HAI memiliki tingkat kemampuan daya serap CO yang paling
baik dibanding yang lainnya. Hal ini dikarenakan luasnya yang paling besar dan juga
variasi jenis pohonnya memiliki tingkat kemampuan daya serap CO yang baik. Hal
berbeda terdapat pada hutan kota Kawasan BKD, meskipun memiliki luasan hutan
kota yang lebih rendah dibanding hutan kota GSI dan Taman Pancasila, namun
kemampuan daya serap CO -nya lebih baik dibanding dengan dua hutan kota tersebut.
Hal ini dikarenakan meskipun variasi jenis dan jumlah pohonnya lebih terbatas,
namun tingkat kemampuan daya serap CO oleh pohon yang ditanam di Kawasan
BKD lebih baik disbanding GSI dan Taman Pancasila.
Tiap jenis pohon memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dalam hal daya
serap CO. Angsana merupakan pohon dengan daya serap CO memiliki peringkat ke-
25 dari 31 pohon yang diteliti dengan daya serap 11,12 Kg CO /tahun. Mahoni daun
besar berada di peringkat 8 dengan daya serap 295,73 Kg CO /tahun, sedangkan
dadap merah berada tiga level dibawah angsana dengan 4,55 Kg CO /tahun. Pada
vegetasi di empat titik hutan kota di Kabupaten Karanganyar ini, yang memiliki daya

6
serap CO tertinggi (peringkat 1) yaitu pohon trembesi dengan daya serap mencapai
28.488 Kg CO /tahun kemudian diikuti oleh pohon beringin dengan daya serap
sebesar 535,90 Kg CO /tahun (Dahlan dalam Abdurrazaq,2010). Keberadaan jenis-
jenis pohon dalam hutan kota tersebut memiliki masing-masing keunggulan selain
fungsinya sebagai penyerap gas CO. Mahoni merupakan jenis yang pohon yang
memiliki kemampuan yang tinggi dalam menurunkan kadar timbal di udara. Timbal
merupakan sumber utama pencemaran di udara perkotaan yang dihasilkan oleh
kendaraan bermotor (Dahlan,1989).
Jati merupakan pohon dengan kemampuan evapotranspirasi yang tinggi
sehingga baik ditanam didaerah yang sering digenangi air untuk mengatasi
penggenangan. Krey payung memiliki ketahanan tinggi terhadap pencemaran debu
semen dan kemampuannya dalam menyerap debu semen sangat baik sehingga banyak
ditanam dikawasan pabrik semen (Manan,1976).
Pohon beringin dan trembesi merupakan salah satu pohon penghasil oksigen
yang sangat baik. Beringin juga dapat meredam suara bising dengan tajuknya yang
besar dan rapat serta tempat bersarang berbagai jenis satwa (Dahlan,1989).

2.5. Peneduh Jalan dan Ruang Terbuka Hijau

Salah satu terobosan yang telah dilakukan oleh banyak pihak di Indonesia, baik
pemerintah, LSM, organisasi sosial kemasyarakatan maupun perusahaan swasta
besar, untuk mengendalikan, mengatasi atau meminimalisir resiko polusi udara
adalah mengembangkan pohon peneduh di sepanjang ruas bibir jalan-jalan dan
menyiapkan ruang terbuka hijau, termasuk taman, di daerah perkotaan. Berbagai jenis
tanaman yang dikembangkan ini mempunyai fungsi dan manfaat ganda, untuk baik
keindahan, kesejukan, penahan banjir, sumber Oksigen (CO2) maupun penyerap
karbondiokasida.
Dalam hampir satu dekade terakhir ini, pohon Trembesi diprioritaskan untuk
dikembangkan. Pohon ini dipilih karena dinilai menjadi solusi alternatif dan tepat
untuk mengatasi masalah polusi udara di daerah perkotaan.

7
2.6. Pohon Trembesi

Gambar 1. Pohon Trembesi (Ki Hujan)


Trembesi atau pohon ki hujan, merupakan tanaman pelindung yang
mempunyai banyak manfaat. Dalam taksonomi tumbuhan, Staples dan Elevitch
(2006) mengklasifikasikan trembesi sebagai berikut.
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae (alt. Mimosaceae)
Genus : Samanea
Spesies : Samanea sama
Trembesi merupakan tanaman asli yang berasal dari Amerika tropis seperti
Meksiko, Peru dan Brazil namun terbukti dapat tumbuh di berbagai daerah tropis dan
subtropis. Trembesi tersebar luas di daerah yang memiliki curah hujan rata-rata 600-
3000 mm/tahun pada ketinggian 0--300 mdpl. Trembesi dapat bertahan pada daerah

yang memiliki bulan kering 2-4 bulan, dan kisaran suhu 20oC-38oC.

8
Pertumbuhan pohon trembesi optimum pada kondisi hujan terdistribusi merata
sepanjang tahun. Trembesi dapat beradaptasi dalam kisaran tipe tanah dan pH yang
tinggi. Tumbuh di berbagai jenis tanah dengan pH tanah 6,0--7,4 meskipun
disebutkan toleran hingga pH 8,5 dan minimal pH 4,7. Jenis ini memerlukan drainasi
yang baik namun masih toleran terhadap tanah tergenang air dalam waktu pendek.
Di beberapa daerah di Indonesia tanaman pohon ini sering disebut sebagai Kayu
Ambon (Melayu), Trembesi, Munggur, Punggur, Meh (Jawa), Ki Hujan (Sunda).
Trembesi tahan terhadap serangan jamur dan rayap. Polong buahnya dapat dimakan
oleh hewan ternak yang biasa terdapat di areal padang penggembalaan, berupa kuda,
kambing dan domba, semut dan lebah juga sering terlihat menghisap buahnya yang
memangrasanya manis. Trembesi merupakan jenis tanaman cepat tumbuh (fast
growing species) yang tumbuh sangat baik pada tanah dengan drainase yang baik.
Trembesi mampu mencapai ketinggian 20-25 meter dengan diameter tajuk 15-20
meter. Tidak merusak ekosistem local terhadap mikroorganisme tanahdan juga tidak
ada karona daun trembesi serta buah polongnya yang mengandung gula akan lapuk
menjadi humusyang merupakan media yang sangat baik untuk mikroorganisme tanah
(Dahlan, 2010).
Pohon trembesi dapat berbunga sepanjang tahun. Bunga berbentuk umbel (12--
25 per kelompok) berwarna pink dengan stamen panjang dalam dua warna (putih
dibagian bawah dan kemerahan di bagian atas) yang ber- serbuk. Ratusan kelompok
bunga berkembang bersamaan memenuhi kanopi pohon sehingga pohon terlihat
berwarna pink. Penyerbukan dilakukan oleh serangga, umumnya hanya satu bunga
perkelompok yang dibuahi. Biji dalam polong terbentuk dalam 6--8 bulan, dan
setelah tua akan segera jatuh. Polong berukuran 15--20 cm berisi 5--20 biji. Biji
yang berwarna coklat kemerahan, keluar dari polong saat polong terbuka. Biji
memiliki cangkang yang keras, namun dapat segera berkecambah begitu kena di
tanah. Biji dapat dikoleksi dengan mudah dengan cara mengumpulkan polong yang
jatuh dan mengeringkannya hingga tebuka.

9
Gambar 2. Bunga dan Polong Trembesi

Daya serap trembesi terhadap gas CO2 jauh lebih tinggi jika dibandingkan
dengan tanaman penghijauan seperti akasia, kenanga, mahoni, angsana, beringin dan
kersen. Menurut hasil penelitian Endes N. Dahlan di atas, untuk akasia 5,3 ton CO2/
pohon/tahun, kenanga 0,8 ton CO2/pohon/tahun, mahoni 2,51 CO2/pohon/tahun,
angsana 0,84 CO2/pohon/tahun, beringin 0,37 CO2/pohon/tahun dan kersen 0,13
CO2/pohon/tahun.
Perlu juga diketahui bahwa pohon trembesi dapat menghasilkan 78 kg oksigen
perhari. Ini berarti bahwa dalam setahun pohon trembesi memproduksi oksigen (O2)
sebesar (78 kg O2perhari x 365 hari) 28.470 kg pertahun atau 28,5 ton pertahun. Atas
dasar kajian ilmiah seperti itulah, menurut Vincensia K (2018), maka pohon trembesi
dikembangkan sebagai tanaman peneduh dan penyerap polusi udara pada jalur
tanaman tepi jalan.

2.7. Mekanisme penyerapan emisi pada Pohon Trembesi

Tanaman merupakan penyerap karbondioksida (CO2) di udara. Bahkan


beberapa diantara tanaman-tanaman itu sangat jago, mempunyai kemampuan besar,
untuk menyerap karbondioksida (CO2). Pohon trembesi (Samanea saman), dan
Cassia (Cassia sp) merupakan salah satu contoh tumbuhan yang kemampuan
menyerap CO2-nya sangat besar hingga mencapai ribuan kg/tahun.

10
Sebagaimana diketahui, tumbuhan melakukan fotosistesis untuk membentuk zat
makanan atau energi yang dibutuhkan tanaman tersebut. Dalam fotosintesis tersebut
tumbuhan menyerap karbondioksida (CO2) dan air yang kemudian di rubah menjadi
glukosa dan oksigen dengan bantuan sinar matahari. Kesemua proses ini berlangsung
di klorofil. Kemampuan tanaman sebagai penyerap karbondioksida akan berbeda-
beda.
Banyak faktor yang mempengaruhi daya serap karbondioksida. Diantaranya
ditentukan oleh mutu klorofil. Mutu klorofil ditentukan berdasarkan banyak
sedikitnya magnesium yang menjadi inti klorofil. Semakin besar tingkat magnesium,
daun akan berwarna hijau gelap.
Daya serap karbondioksida sebuah pohon juga ditentukan oleh luas keseluruhan
daun, umur daun, dan fase pertumbuhan tanaman. Selain itu, Pohon-pohon yang
berbunga dan berbuah memiliki kemampuan fotosintesis yang lebih tinggi sehingga
mampu sebagai penyerap karbondioksida yang lebih baik. Faktor lainnya yang ikut
menentukan daya serap karbondioksida adalah suhu, dan sinar matahari, ketersediaan
air.

2.8. Pohon trembesi sebagai alternatif terbaik untuk pemerintah dalam


upaya menurunkan emisi karbon nasional

Menurut Dr. Ir. H. Endes N. Dahlan, Dosen Fakultas Kehutanan Institut


Peranian Bogor mengungkapkan bahwa, pohon trembesi memiliki daya serap gas
CO2 yang sangat tinggi. Satu batang pohon Trembesi mampu menyerap 28,5 ton gas
CO2 setiap tahunnya (diameter tajuk 15m). Selain itu pohon trembesi juga mampu
menurunkan konsentrasi gas secara efektif, sebagai tanaman penghijauan dan
memiliki kemampuan menyerap air tanah yang kuat.Selain pohon trambesi juga ada
beberapa pohon yang dapat menyerap CO2 yang cukup banyak misalnya kenanga,
pingku, beringin, krey, payung, matoa, mahoni, saga dan bungur. Soal kehebatan
pohon trembesi ini, Dr. Ir. H. Endes N. Dahlan telah meriset 43 pohon yang sering
dimanfaatkan sebagai tanaman penghijauan. Hasilnya, Pohon trembesi terbukti paling

11
banyak menyerap karbondioksida dan memiliki kemampuan menyerap air tanah yang
kuat. Dalam setahun, tanaman tersebut dapat menyerap 28,488,39 kg karbondioksida.
(Dahlan, 2010)
Emisi Indonesia diperkirakan tumbuh 1,9% per tahun dan mencapai 2,5 Gt
CO2e pada tahun 2020, jika dikalkulasikan dengan penurunan karbon yang
dihasilkan oleh pohon trembesi;
𝑃𝑒𝑟𝑘𝑖𝑟𝑎𝑎𝑛 𝑒𝑚𝑖𝑠𝑖 𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 2020 (𝑡𝑜𝑛)
Jumlah pohon =
𝑃𝑒𝑛𝑦𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 (𝑘𝑔)
2.500.000.000 𝑡𝑜𝑛 𝐶𝑂2𝑒
=
28.488,39 𝑘𝑔 𝐶𝑂2
2.500.000.000.000 𝑘𝑔 𝐶𝑂2𝑒
=
28.488,39 𝑘𝑔 𝐶𝑂2
= 87.755.047 𝑝𝑜ℎ𝑜𝑛
Dengan asumsi lebar tajuk pohon trembesi 15m (ke kiri dan ke kanan) kita
dapat menduga jarak tanam daripohon tersebut. Sehingga luasan areal yang
dibutuhkan untuk total penanaman juga dapat kita duga.
10.000 𝑚2
1 Ha areal = = 44 𝑝𝑜ℎ𝑜𝑛
15 𝑥 15 𝑚2

Jadi total areal yang diperlukan adalah,


87.755.047 𝑝𝑜ℎ𝑜𝑛
= 𝑥 1 𝐻𝑎 = 1.994.433 𝐻𝑎 = ±2 𝑗𝑢𝑡𝑎 𝐻𝑎
44 𝑝𝑜ℎ𝑜𝑛

Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwasanya gerakan 1 milyar pohon


yang dicanangkan pemerintah untuk mengurangi/menurunkan emisi karbon terlihat
mubazir. Pohon trembesi dapat menurunkan emisi hanya dengan melakukan
penanaman 87.755.047 pohondan dengan menggunakan areal ±2 juta Ha. Sehingga
dana yang tadinya digunakan untuk penanaman 1 miliyar pohon dapat dihemat dan
dapat digunakan untuk kebutuhan yang lain. Duajuta Ha jika dibandingkan dengan
areal penanaman 1 miliyar pohon yang akan dilaksanakan pada tahun 2011 initentu

12
masih tidak terlalu luasdapat di usahakan lahannya oleh pemerintah tanpa terlalu
mengganggu sektor-sektor lainnya.

2.9. Pihak yang dapat Mendukung

Untuk hal pendanaan, dapat secara langsung berasal dari skema pendanaan
internasional atau program pemerintah nasional. Sedangkan untuk teknisnya,
pemerintahlah yang paling bertanggung jawab mengenai urusan penurunan karbon
ini. Melalui Dinas Lingkungan Hidup, kehutanan, dan yang terkait dapat bekerja
sama dengan LSM, swasta serta masyarakat.
Penanaman trembesi ini tentu saja dapat membuka lapangan pekerjaan baru
bagi masyarakat. Dengan dilibatkannya masyarakat dalam proyek ini,maka tindakan
pencurian dan pengrusakan bibit trembesi dapat diminimalisir. Bagi swasta dan
perusahaan yang biasanya mencemarkan lingkungan tentu momen ini dapat dijadikan
sarana untuk kembali peduli lingkungan. Begitu juga dengan LSM, proyek ini juga
dapat dijadikan sarana agar dapat berperan aktif dalam membantu pemerintah dalam
memelihara dan melestarikan lingkungan.

13
BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pohon trembesi dapat dijadikan sebagai alternatif terbaik penanaman yang bisa
dilakukan pemerintah dalam rangka menanggapi isu perubahan iklim. Pohon trembesi
dapat menurunkan emisi yang di targetkan pemerintah (26%) hanya dengan
melakukan penanaman 87.755.047 pohon dan dengan menggunakan areal ±2 juta ha.
Sehingga dana yang tadinya digunakan untuk penanaman 1 miliyar pohon dapat
dihemat dan dapat digunakan untuk kebutuhan yang lain. Lahannya dapat di
usahakan oleh pemerintah tanpa terlalu mengganggu sektor-sektor lainnya.

3.2. Saran

Penanaman tanaman trembesi sangat cocok untuk mengurangi emisi dikota kota
besar oleh sebab itu sangat disarankan untuk menanamnya di sepanjang tepi jalan.
Oleh karena itu pemerintah serta warga sekitar harus turut andil untuk mengurangi
emisi kendaraan. Selain itu masyarakat pun juga turut andil untuk mengurangi emisi
dengan cara tidak menggunakan kendaraan pribadi pada saat berpergian karna masih
dapat menggunakan transportasi umum.

14
DAFTAR PUSTAKA

Dahlan Endes. 2010. Trembesi Dahulunya Asing Namun Sekarang Tidak Lagi.
Bogor: IPB press
Rusolono, teddy. 2010. Pengukuran Karbon. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Todaro, P. Michael, 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta:
Penerbit Erlangga

15

Anda mungkin juga menyukai