Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH PROSES DAN METODE PERENCANAAN

“Perencanaan Strategis Mengenai Pengurangan Emisi Karbon”

Di Susun Oleh:

Siti Nurjaatsiyah

P022202003

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021

Perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon | i


Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi Maha Penyayang.

Penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan

rahmat, dan inayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah

tentang perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon.

Adapun makalah perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon

telah penulis usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai

pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis tidak

lupa menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu

penulisdalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari sepenhnya bahwa ada

kekurangan baik dari segi penusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu

dengan lapang dada dan tangan terbuka penulis membuka selebar-lebarnya bagi

pembaca yangingin memberi saran dan kritik kepada penulis sehingga penulis dapat

mempebaiki makalah penulis ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil

hikmah dan manfaatnya sehinggadapat memberikan insprasi terhadap pembaca

Makassar 9 April 2021

Perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon | ii


Daftar isi

Kata Pengantar......................................................................................................ii

Daftar Isi................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................3
C. Manfaat.........................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4


A. Pengertian Emisi Karbon.............................................................................4
B. Konsep Siklus Karbon..................................................................................5
C. Karbon Dioksida (CO2)................................................................................7

BAB III PEMBAHASAN......................................................................................9


A. Jenis-jenis, Penyebab dan Efek dari Emisi Karbon.....................................9
B. Cara Pengurangan Emisi Karbon..............................................................21

BAB IV PENUTUP..............................................................................................30
A. Kesimpulan................................................................................................30
B. Saran...........................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................31

Perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon | iii


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terjadinya perubahan iklim di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh semua

kegiatan manusia baik di bidang ekonomi, industri, transportasi serta dukungan dari

beberapa unsur alami. Hal ini menunjukkan bahwa dari berbagai kegiatan yang

dilakukan tersebut maka akan membawa dampak pada kondisi iklim yang ada baik

secara langsung maupun tidak langsung. Dampak tersebut tidak lain adalah

dihasilkannya beberapa macam gas utama yang disebut dengan istilah gas rumah

kaca (BMKG, 2012).

Isu lingkungan bukan lagi menjadi isu yang baru, dimana saat ini permasalahan

lingkungan menjadi topik yang semakin hangat dibicarakan oleh publik khususnya

dalam dunia bisnis. Permasalahan lingkungan tersebut dikarenakan dalam

menjalankan kegiatan operasionalnya, perusahaan secara langsung maupun tidak

langsung berinteraksi dengan lingkungannya sehingga dapat mengakibatkan dampak

terhadap lingkungan sekitarnya, contohnya mengakibatkan global warming.

Upaya penangggulangan untuk mencegah meluasnya dampak dari pemanasan

global yang mengakibatkan perubahan iklim yaitu salah satunya dengan

dihasilkannya suatu kesepakatan bersama secara internasional yang tertuang dalam

Protokol Kyoto. Berdasarkan hasil kesepakatan tersebut disebutkan bahwa negara-

negara industri di beberapa negara maju diwajibkan untuk melakukan proses

penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) dengan rata-rata sebesar 5,2 % dari tingkat

emisi tahun 1990 pada periode tahun 2008-2012. Selain Protokol Kyoto, upaya

Perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon | 1


penurunan emisi lainnya dapat ditempuh diantaranya melalui proses perdagangan

karbon, implementasi bersama dan mekanisme pembangungan bersih yang bersifat

ramah lingkungan. Sehubung dengan hal tersebut, maka dalam hal ini penulis

menyusun makalah dengan judul “perencanaan strategis mengenai pengurangan

emisi karbon”.

Perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon | 2


B. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain untuk:

1. Mengidentifikasi Jenis-jenis, penyebab, dan akibat dari emisi karbon

2. Mengidentifikasi bagaimana cara penguragan emisi karbon

C. Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini antara lain:

1. Mengetahui Jenis-jenis, penyebab, dan akibat dari emisi karbon

2. Mengetahui bagaimana cara penguragan emisi karbon

Perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon | 3


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian emisi karbon

Emisi karbon didefinisikan sebagai pelepasan gas-gas yang mengandung

karbon ke lapisan atmosfer bumi. Pelepasan terjadi karena adanya proses

pembakaran terhadap karbon baik dalam bentuk tunggal maupun senyawa. Menurut

Kementerian Lingkungan Hidup (2012) Gas- gas ini dapat berbentuk CO 2, CH4,

N2O, HFCs, C4F9OC2H5, CHF2OCF2OC2F4OCHF2 dan sebaginya. Martinez (2005)

menyatakan Emisi karbon atau pun gas rumah kaca (greenhouse gas) berdasarkan

sumbernya dibedakan menjadi dua yaitu gas rumah kaca alami dan gas rumah kaca

industri. Gas rumah kaca alami merupakan bagian dari siklus alam yang dapat

dengan mudah dinetralisir oleh tumbuhan dan lautan. Gas rumah kaca alami

menguntungkan bagi makhluk hidup karena dapat menjaga temparature bumi tetap

hangat dikisaran 6˚C (Martinez, 2005) sedangkan gas rumah kaca industri berasal

dari kegiatan industrial yang dilakukan oleh manusia. Aktivitas manusia membuat

kadar karbondioksida menjadi lebih padat sehinggaalam tidak dapat menyerap

seluruh karbondioksida yang tersedia dan terjadi kelebihan karbon (Kementerian

Lingkungan Hidup, 2012 dalam Suhardi, 2015).

Emisi karbon merupakan suatu ukuran atas total emisi gas rumah kaca yang

disebabkan secara langsung dan tidak langsung oleh suatu organisasi, produk,

peristiwa, atau seseorang. Sebagian besar gas rumah kaca umumnya dihasilkan oleh

aktivitas manusia, yaitu karbon dioksida, terutama dari pembakaran bahan bakar

Perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon | 4


fosil untuk menghasilkan listrik, pemanasan, transportasi (Heizer, 2014 dalam

Kacaribu, 2019).

Emisi CO2 dari waktu ke waktu terus meningkat baik pada tingkat global,

regional, nasional pada suatu negara maupun lokal untuk suatu kawasan. Hal ini

terjadi karena semakin besarnya penggunaan energi dari bahan organik (fosil),

perubahan tataguna lahan dan kebakaran hutan, serta peningkatan kegiatan

antropogenik (Slamet S, Peneliti Lapan) dalam (Putri, 2017).

Salah satu penyumbang emisi karbon adalah aktivitas operasi perusahaan.

Dalam menghadapi perubahan iklim, perusahaan diharapkan mengungkapkan

aktivitas mereka yang mempengaruhi peningkatan perubahan iklim, salah satunya

pengungkapan emisi karbon. Di Indonesia, pengungkapan dan pelaporan atas

informasi ini mulai berkembang dengan adanya peraturan pemerintah seperti

Peraturan Presiden No. 61 Tahun 2011 mengenai Rencana Aksi Nasional Penurunan

Emisi Gas Rumah Kaca, Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2011 mengenai

Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional dan adanya tuntutan dari

stakeholder perusahaan. Peraturan pemerintah tersebut dikeluarkan dalam rangka

untuk mengurangi emisi karbon (Kacaribu, 2019).

B. Konsep Siklus Karbon

Siklus karbon merupakan siklus biogeokimia yang mana karbon dipertukarkan

antara atmosfer bumi, geosfer, hidrosfer, dan biosfer. Karbon dioksida (CO2)

merupakan salah satu bagian dari karbon dalam jumlah besar yang terdapat di

atmosfer bumi. Jika dibandingkan dengan gas-gas lain yang terdapat di atmosfer,

memang sangat sedikit sekali jumlah karbon dioksida tersebut.

Perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon | 5


Mengingat bahwa jumlah gas tersebut merupakan bagian yang sangat kecil dari

seluruh gas yang ada di atmosfer (hanya sekitar 0,04% dalam basis molar, walaupun

sedang mengalami kenaikan), namun demikian ada peran yang besar gas tersebut

dalam menopang kehidupan.

Diketahui pula bahwa terdapat jenis gas lain yaitu kloroflorokarbon atau CFC

dan metan yang mana juga mengandung karbon yang terdapat di atmosfer. Di

samping itu, CFC sendiri termasuk ke dalam jenis gas artifisial atau buatan. Hal

tersebut berarti bahwa gas-gas tersebut termasuk bagian dari gas rumah kaca dimana

konsentrasinya pada saat sampai di atmosfer menjadi meningkat dalam kurun waktu

dekade terakhir, dan turut andil pula dalam mendukung terbentuknya pemanasan

secara global (http://id.wikipedia.org/wiki/Siklus_karbon).

Perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon | 6


Gambar 2.1 . Diagram Siklus Karbon

C. Karbon Dioksida (CO2)

Karbon Dioksida (CO2) merupakan satu dari enam GRK yang utama dan

dijadikan referensi GRK yang lain dalam menentukan Indek GWP, sehingga GWP-

nya = 1. GRK ini banyak dihasilkan dari pembakaran BBF, biomassa dan alih guna

lahan (Meviana,dkk, 2004).

Rata-rata konsentrasi karbon dioksida di atmosfer bumi kira-kira 387 ppm

berdasarkan volum, meskipun jumlah tersebut dapat bervariasi tergantung pada

lokasi dan waktu tertentu. Karbon dioksida merupakan gas rumah kaca yang penting

karena gas tersebut dapat menyerap gelombang inframerah dengan kuat

(http://id.wikipedia.org./wiki/Karbon_dioksida).

Karbon dioksida dihasilkan oleh semua hewan, tumbuh-tumbuhan, fungi, dan

mikroorganisme pada proses respirasi dan digunakan oleh tumbuhan pada proses

fotosintesis. Dengan demikian, karbon dioksida di atmosfer mempunyai peranan

yang penting dalam berlangsungnya siklus karbon. Selain itu, adanya karbon

dioksida juga dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil, karbon dioksida

anorganik dihasilkan dari aktivitas gunung berapi dan juga proses geotermal yang

lain sebagai contoh ialah munculnya mata air panas

(http://id.wikipedia.org./wiki/Karbon_dioksida).

Karbon dioksida adalah hasil akhir dari organisme yang mendapatkan energi

dari penguraian gula, lemak, dan asam amino dengan oksigen sebagai bagian dari

metabolisme dalam proses yang dikenal sebagai respirasi sel. Pada tumbuh-

tumbuhan, karbon dioksida diserap dari atmosfer sewaktu fotosintesis. Tumbuh-

Perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon | 7


tumbuhan mengurangi kadar karbon dioksida di atomosfer dengan melakukan

fotosintesis, disebut juga sebagai asimilasi karbon, yang menggunakan energi

cahaya untuk memproduksi materi organik dengan mengkombinasi karbon dioksida

dengan air. Oksigen bebas dilepaskan sebagai gas dari penguraian molekul air,

sedangkan hidrogen dipisahkan menjadi proton dan elektron, dan digunakan untuk

menghasilkan energi kimia via fotofosforilasi. Energi ini diperlukan untuk fiksasi

karbon dioksida pada siklus Kalvin untuk membentuk gula. Gula ini kemudian

digunakan untuk pertumbuhan tumbuhan melalui respirasi

(http://id.wikipedia.org./wiki/Karbon_dioksida).

Perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon | 8


BAB III
PEMBAHASAN

A. Jenis-jenis, Penyebab dan Efek dari Emisi Karbon

Menurut data yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup RI,

disebutkan bahwa yang termasuk dalam sumber pencermar GRK atau emisi karbon

yaitu karbon monoksida, nitrogen oksida, sulfur dioksida, partikulat,

hidrokarbon,dan karbondioksida.

1. Karbon Monoksida (CO)

CO merupakan gas tak berbau yang dipancarkan lewat kendaraan

terutama tanpa pengubah katalis, selain itu gas ini dapat dihasilkan dari kegiatan

yang membutuhkan pembakaran bahan bakar fosil (Vanloon, 2011: 151).

Menurut KLH (2013) gas CO dapat berasal dari dua aspek yaitu sumber alami

dan sumber antropogenik.

Secara alami, gas CO dihasilkan dari aktivitas erupsi gunung berapi dan

kebakaran hutan, sedangkan CO yang bersumber dari antropogenik dapat berasal

dari kendaraan bermotor (lebih dari 70%), kereta api, pesawat udara,

pembakaran bahan bakar, pembakaran kayu, pembakaran sampah, dan industri.

Keberadaan CO diasosiasikan dengan percepatan produksi NO2 pada rantai

reaksi yang berdampak pada pembentukan ozon di lapisan troposfer, yang mana

hal ini akan sangat berbahaya bagi kehidupan karena secara alamiah keberadaan

ozon yang bermanfaat hanya pada lapisan stratosfer. Walaupun peranannya lebih

kecil dibandingkan dengan hidrokarbon lainnya (Subkhan, 2017).

Perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon | 9


Karbon Monoksida dapat memberikan dampak negatif terhadap beberapa

aspek, yaitu:

a. Kesehatan Manusia

Karbon monoksida (CO) apabila terhirup ke dalam paru-paru

akan mengalir dalam peredaran darah dan akan menghalangi masuknya

oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO

bersifat toksik dan bereaksi secara metabolis dengan darah (hemoglobin)

seperti berikut:

Hemoglobin + CO ⟶ COHb (Karboksihemoglobin)

Ikatan karbon monoksida dengan darah (karboksihemoglobin) lebih

stabil daripada ikatan oksigen dengan darah (oksihemoglobin). Keadaan ini

menyebabkan darah menjadi lebih mudah menangkap gas CO dan

menyebabkan fungsi vital darah sebagai pengangkut oksigen terganggu.

b. Lingkungan

Gas karbondioksida merupakan salah satu gas rumah kaca yang

terlalu banyak terakumulasi di lingkungan dan menyebabkan udara panas di

bumi terperangkap dan akhirnya suhu bumi meningkat dan lingkungan

menjadi panas (global warming). Konsentrasi CO berlebih di atmosfer

dapat meningkatkan efek rumah kaca. Efek rumah kaca disebabkan oleh

keberadaan CO, CO2, CFC, metana, ozon, dan N2O di lapisan troposfer

yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan

bumi.

Perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon | 10


c. Hewan

Akibat efek rumah kaca, panas terperangkap dalam lapisan

troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan global. Pemanasan

global sendiri akan berakibat pada pencairan es di kutub, perubahan iklim

regional dan global, perubahan siklus hidup flora dan fauna. Pada hewan,

dampak dari kadar karbon monoksida yang berlebihan hamper menyerupai

dampak yang terjadi pada manusia, dapat menyebabkan kematian.

d. Tumbuhan

Bagi Tumbuhan, kadar CO 100 ppm pengaruhnya hamper tidak

ada khususnya tumbuhan tingkat tinggi. Sementara jika kadar CO 200 ppm

dengan waktu kontak 24 jam dapat mempengaruhi kemampuan fiksasi

nitrogen oleh bakteri bebas terutama yang terdapat pada akar tumbuhan.

e. Material Lain

Pada material, dampak pencemaran udara oleh karbon monoksida

dapat berupa perubahan warna kehitaman pada daerah yang telah tercemar

oleh karbon monoksida. Selain itu, apabila gas CO teroksidasi menjadi

CO2, maka dapat menimbulkan efek hujan asam juga yang dapat

mengakibatkan peningkatan laju korosi pada benda-benda logam

(Pancemud.wordpress.com, 2015).

2. Nitrogen Oksida

NOx terdiri atas nitrogen oksida (nitrogen oxide–NO) dan nitrogen

dioksida (nitrogen dioxide–NO2). KLH (2013) memberikan definisi bahwa

nitrogen oksida adalah gas hasil pembakaran pada suhu tinggi (gas nitrogen di

Perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon | 11


udara dan unsur nitrogen yang terkandung dalam bahan bakar), membentuk

lapisan kabut kecokelatan di langit. Kendaraan bermotor, pembangkit listrik, dan

proses industri adalah sumber utama keberadaan emisi tersebut. Menurut Astari

(2015), Nitrogen oksida dihasilkan selama kegiatan pertanian dan industri, serta

selama pembakaran bahan bakar fosil dan limbah padat. Pembentukan NO2 di

atmosfer adalah akibat adanya oksida di NO. NOx adalah pemicu terbentuknya

ozon dan hujan asam di lapisan troposfer, selain itu senyawa ini juga dapat

bereaksi dengan komponen lain di udara membentuk partikulat (Subkhan, 2017).

Adapun beberapa dampak yang ditimbulkan jika gas nitrogen dioksida

meningkat yakni:

a. Hujan Asam

Hujan asam adalah hujan yang memiliki kadar keasaman yang

rendah akibat kandungan berbagai senyawa berbahaya yang ada di udara

yang menyebabkan awan terbentuk. Hujan asam berakibat mengasamkan

tanah, menurunkan tingkat kesuburan tanah, mempercepat korosi pada

bangunan.

b. Mendorong Terbentuknya Lapisan Ozon

Lapisan ozon yang terbentuk karena senyawa-senyawa berbahaya

di atmosfer membuat efek rumah kaca yang berimbas pada peningkatan suhu

bumi. Bumi pun akan makin terasa panas, serta gunung es di kutub utara dan

selatan akan mencair yang membuat volume air laut makin banyak dan

meninggi.

Perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon | 12


c. Bahaya Bagi Tanaman

Nitrogen Dioksida memunculkan bintik pada daun-daun tanaman

dengan konsentrasi Nitrogen Dioksida sebesar 1,0 ppm. Sedangkan pada

konsentrasi 3,5 ppm bisa menyebabkan kerusakan pada daun.

d. Bahaya Bagi Manusia

Nitrogen Dioksida memiliki bahaya empat kali lebih banyak

dibanding Nitrit Oksida. Ini sangat beracun bagi paru-paru, Yakni

menimbulkan iritasi paru-paru, infeksi saluran pernapasan, dan memicu

asma kambuh. Bahkan dengan konsentrasi lebih dari 100 ppm bisa

mengakibatkan kematian. Hal ini sudah terbukti dengan penelitian yang

diterapkan pada hewan percobaan, dan terbukti secara ilmiah (Cekaja.com,

2019)

3. Sulfur Oksida

Gas ini sangat mudah larut dalam air, memiliki bau namun tidak

berwarna. SO2 Adalah salah satu gas pembentuk hujan asam dan SO2 ini dapat

bereaksi dengan komponen lainnya di udara membentuk partikulat. Menurut

KLH (2013), SO2 dapat berasal dari pembakaran bahan bakar fosil yang

menggunakan sulfur. Sulfur terdapat pada hampir semua material mentah yang

belum diolah seperti minyak bumi, batubara, dan bijih-bijih yang mengandung

metal seperti tembaga, timah, dan seng. Di wilayah perkotaan biasanya sulfur

berasal dari pembangkit listrik terutama yang menggunakan bahan bakar minyak

dan batubara, selain itu juga dapat berasal dari gas buang kendaraan berbahan

Perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon | 13


bakar solar, dan industri yang menggunakan bahan baku batubara ataupun

minyak bakar (Subkhan, 2017).

Adapun dampak dari meningkatnya Sulfur Oksida (SO2) yakni:

a. Kesehatan Manusia

Gas SO2 telah lama dikenal sebagai gas yang dapat menyebabkan

iritasi pada system pernafasan, seperti pada slaput lender hidung,

tenggorokan dan saluran udara di paru-paru. Efek kesehatan ini menjadi

lebih buruk pada penderita asma. Disamping itu SO2 terkonversi di udara

menjadi pencemar sekunder seperti aerosol sulfat.

Dalam bentuk gas, SO2 dapat menyebabkan iritasi pada paru-paru

yang menyebabkan timbulnya kesulitan bernafas, terutama pada kelompok

orang yang sensitive seperti orang berpenyakit asma, anak-anak dan lansia.

SO2 juga mampu bereaksi dengan senyawa kimia lain membentuk partikel

sulfat yang jika terhirup dapat terakumulasi di paru-paru dan menyebabkan

kesulitan bernapas, penyakit pernapasan, dan bahkan kematian.

b. Lingkungan

Tingginya kadar SO2 di udara merupakan salah satu penyebab

terjadinya hujan asam.Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang

merupakan pengotor dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang

bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida.

Air hujan yang asam tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan

air permukaan yang terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan dan tanaman.

Perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon | 14


Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya

species yang bertahan. Jenis Plankton dan invertebrate merupakan mahkluk

yang paling pertama mati akibat pengaruh pengasaman. Apa yang terjadi

jika didanau memiliki pH dibawah 5, lebih dari 75 % dari spesies ikan akan

hilang. Ini disebabkan oleh pengaruh rantai makanan, yang secara signifikan

berdampak pada keberlangsungan suatu ekosistem.

Selain menyebabkan hujan asam, SO2 juga dapat mengurangi jarak

pandang karena gas maupun partikel SO2 mampu menyerap cahaya

sehingga menimbulkan kabut.

c. Tanaman

Sulfur dioksida juga berbahaya bagi tanaman. Adanya gas ini pada

konsentrasi tinggi dapat membunuh jaringan pada daun. pinggiran daun dan

daerah diantara tulang-tulang daun rusak. Secara kronis SO2 menyebabkan

terjadinya khlorosis. Kerusakan tanaman iniakan diperparah dengan

kenaikan kelembaban udara. SO2 diudara akan berubah menjadi asam sulfat.

Oleh karena itu, didaerah dengan adanya pencemaran oleh SO2 yang cukup

tinggi, tanaman akan rusak oleh aerosol asam sulfat.

Kadar SO2 yang tinggi di hutan menyebabkan noda putih atau

coklat pada permukaan daun, jika hal ini terjadi dalam jangka waktu yang

lama akan menyebabkan kematian tumbuhan tersebut. Menurut Soemarmoto

(1992), dari analisis daun yang terkena deposisi asam menunjukkan kadar

magnesium yang rendah. Sedangkan magnesium merupakan salah satu

nutrisi assensial bagi tanaman. Kekurangan magnesium disebabkan oleh

Perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon | 15


pencucian magnesium dari tanah karena pH yang rendah dan kerusakan daun

meyebabkan pencucian magnesium di daun.

d. Hewan

Sebagaimana tumbuhan, hewan juga memiliki ambang toleransi

terhadap hujan asam. Spesies hewan tanah yang mikroskopis akan langsung

mati saat pH tanah meningkat karena sifat hewan mikroskopis adalah sangat

spesifik dan rentan terhadap perubahan lingkungan yang ekstrim. Spesies

hewan yang lain juga akan terancam karena jumlah produsen (tumbuhan)

semakin sedikit. Berbagai penyakit juga akan terjadi pada hewan karena

kulitnya terkena air dengan keasaman tinggi. Hal ini jelas akan

menyebabkan kepunahan spesies.

e. Material Lain

Kerusakan oleh pencemaran SO2 juga dialami oleh bangunan yang

bahan-bahannya seperti batu kapur, batu pualam, dolomit akan dirusak oleh

SO2 dari udara. Efek dari kerusakan ini akan tampak pada penampilannya,

integritas struktur, dan umur dari gedung tersebut. Ancaman serius juga

dapat terjadi pada bagunan tua serta monument termasuk candi dan patung.

Hujan asam dapat merusak batuan sebab akan melarutkan kalsium karbonat,

meninggalkan kristal pada batuan yang telah menguap. Seperti halnya sifat

kristal semakin banyak akan merusak batuan (Gawpalu.id, 2021)

4. Partikulat

Partikulat didefinisikan sebagai partikel-partikel halus yang berasal dari

padatan maupun cairan yang tersuspensi di dalam gas (udara). Partikel padatan

Perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon | 16


atau cairan ini umumnya merupakan campuran dari beberapa materi organik dan

non-organik seperti asam (partikel nitrat atau sulfat), logam, ataupun partikel

debu dan tanah. Ukuran partikel sangatlah penting untuk diketahui karena

mempengaruhi dampak partikel tersebut terhadap manusia dan lingkungan.

Partikulat dapat bersumber dari 2 kelompok yaitu alami dan antropogenik.

Partikulat secara alami dapat terbentuk dari gunung berapi, debu, hutan, dll.

Sedangkan partikulat yang bersumber dari antropogenik dapat berasal dari

pembakaran bahan bakar fosil untuk industri dan kendaraan (Subkhan, 2017).

Penelitian epidemiologis pada manusia dan model pada hewan

menunjukan Particulate Matter 10 (PM10) (termasuk di dalamnya partikulat

yang berasal dari diesel/DEP) memiliki potensi besar merusak jaringan tubuh.

Data epidemiologis menunjukan peningkatan kematian serta

eksaserbasi/serangan yang membutuhkan perawatan rumah sakit tidak hanya

pada penderita penyakit paru (asma, penyakit paru obstruktif kronis,

pneumonia), namun juga pada pasien dengan penyakit kardiovaskular/jantung

dan diabetes. Anak- anak dan orang tua sangat rentan terhadap pengaruh

partikulat/polutan ini, sehingga pada daerah dengan kepadatan lalu lintas/polusi

udara yang tinggi biasanya morbiditas penyakit pernapasan (pada anak dan

lanjut usia) dan penyakit jantung/kardiovaskular (pada lansia) meningkat

signifikan.

ada umumnya ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan

partikulat udara yang dapat langsung masuk ke dalam paru-paru dan mengendap

di alveoli. Keadaan ini bukan berarti bahwa ukuran partikulat yang lebih besar

Perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon | 17


dari 5 mikron tidak berbahaya, karena partikulat yang lebih besar dapat

mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan iritasi.

(Moerdijat, 2019)

5. Hidrokarbon

Hidrokarbon adalah gas yang dilepaskan selama proses transportasi dan

proses produksi gas alam, batu bara dan minyak bumi. Hidrokarbon umumnya

bercampur dengan metana. Metana adalah komponen utama dari gas alam

sehingga termasuk dalam pemicu efek rumah kaca (ilmupengetahuan.org, 2015)

Hidrokarbon merupakan salah satu unsur berbahaya karena bersifat racun

karena 16ner menyebabkan kanker dan gangguan lainnya seperti kelainan

reproduksi dan janin, serta gangguan ekologi yang tak terkendalikan.

Hidrokarbon merupakan senyawa organik yang mudah menguap (volatile

organic carbons – VOC) seperti benzene formaldehida dan pelarut seperti

toluen, xilen, perkloroetilen dan metilen khlorida; dioksin, asbes, toluen, dan

logam-logam seperti kadmium, merkuri, khromium, dan timbal.

Berikut adalah dampak negatif dari peningkatan Hidrokarbon yang

berlebihan:

a. Kesehatan Manusia

Hidrokarbon di udara akan bereaksi dengan bahan-bahan lain dan

akan membentuk ikatan baru yang disebut plycyclic aromatic hidrocarbon

(PAH) yang banyak dijumpai di daerah industri dan padat lalulintas. Bila

PAH ini masuk dalam paru-paru akan menimbulkan luka dan merangsang

terbentuknya sel-sel kanker.

Perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon | 18


b. Ekosistem dan Lingkungan

Reaksi pembakaran hidroakarbon yang melibatkan O2 akan

menghasilkan panas yang tinggi. Panas yang tinggi ini menimbulkan

peristiwa pemecahan (Cracking) menghasilkan rantai hidrokarbon pendek

atau partikel karbon. Gas hidrokarbon dapat bercampur dengan gas buangan

lainnya. Cairan hidrokarbon membentuk kabut minyak (droplet). Padatan

hidrokarbon akan membentuk asap pekat dan menggumpal menjadi

debu/partikel. Hidrokarbon bereaksi dengan NO2 dan O2mengahsilkan PAN

(Peroxy Acetyl Nitrates).

c. Hewan

Hidrokarbon yang bersifat mutagenik akan sangat rentan pada

hewan. Beberapa percobaan pada hewan telah membuktikan adanya indikasi

perubahan gen pada hewan tersebut. Dengan kekalan massa yang berlaku,

konsumsi hewan yang tercemar oleh manusia akan memindahkan kandungan

senyawa hidrokarbon ke manusia.

d. Tumbuhan

Campuran PAN dengan gas CO dan O3 disebut kabut foto kimia

(Photo Chemistry Smog) yang dapat merusak tanaman. Daun menjadi pucat

karena selnya mati. Jika hidrokarbon bercampur bahan lain toksitasnya akan

meningkat.

e. Material Lain.

Dampak hidrokarbon pada material biasanya disebabkan oleh sifat

kimiawi hidrokarbon. Sebagai contoh, karet gelang yang direndam dalam

Perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon | 19


bensin makan akan bertambah volumenya tetapi berkurang sifat elastisnya.

Dengan demikian, hidrokarbon mampu melarutkan beberapa senyawa

penting lain dalam material sehinga akan mengubah tidak hanya sifat fisik,

tetapi juga kimia (Pengen-tau.weebly.com, 2021).

6. Karbondioksida

Karbondioksida adalah senyawa kimia dalam bentuk gas yang dihasilkan

dari proses pembakaran bahan bakar fosil, batu bara serta bahan organik lainnya.

Tingginya konsentrasi karbondioksida yang dihasilkan, dapat melampaui

kemampuan laut maupun tumbuhan untuk menyerapnya (ilmupengetahuan.org,

2015).

Karbondioksida merupakan material yang tersusun oleh satu atom

karbon (C) dan dua atom oksigen (O2) (UND EERC, 2016). Vanloon (2011)

menyebutkan bahwa karbondioksida dapat dihasilkan oleh proses alami yang

bersumber dari hewan, tumbuhan, pembusukan dan respirasi oleh mikroba, serta

pembakaran biomasa (CH2O) melalui kebakaran hutan dan padang rumput yang

disebabkan oleh petir. Selain itu, lautan juga menjadi salah satu sumber

pembebasan CO2 di atmosfer. Keberadaan CO2 yang normal dapat dinetralisir

oleh proses alami yang terjadi di bumi, salah satunya melalui fotosintesis yang

dilakukan tanaman dan beberapa mikroorganisme yang hidup di darat dan di

perairan (Subkhan, 2017).

Akibat dari gas CO2 yang melebihi batas dapat menyebabkan gangguan

pernapasa dan meningkatkan suhu bumi karena efek rumah kaca.

Perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon | 20


Polutan yang berupa gas CO2 akan mengembang di udara dan

mempunyai sifat seperti kaca. Sinar matahari yang jatuh ke bumi tidak akan

dipantulkan oleh CO2 yang mengembang tetapi diteruskan. Sebagai akibatnya

suhu bumi makin meningkat. Hal tersebut merupakan dampak jangka pendek,

sedangkan dampak jangka panjangnya dapat mencairkan es di kutub sehingga

permukaan air laut di seluruh permukaan bumi meningkat. Peningkatan air laut

akan mampu menenggelamkan pulau (Kurniawan, 2021)

Menurut Schmidt (2005) dalam (Subkhan, 2017), bahwa gas rumah kaca di

dalam bumi yang dominan adalah uap air, karbondioksida, metana, dan ozon yang

secara berurutan memberikan kontribusi terhadap gas rumah kaca sebesar 26-70% ,

9-26%, 9% dan 3-7%.

Aliran karbon dari atmosfer ke vegetasi merupakan aliran yang bersifat dua

arah, yaitu pengikatan CO2 ke atmosfer melalui dekomposisi dan pembakaran serta

penyerapan CO2 oleh tanaman. Keberadaan karbondioksida dapat secara alamiah

yang bersumber dari hewan, tumbuhan, pembusukan dan respirasi oleh mikroba,

serta pembakaran biomasa (CH2O) melalui kebakaran hutan dan padang rumput

yang disebabkan oleh petir maupun maupun non alamiah yang merupakan hasil

dari pemanfaatan energi (Vanloon, 2013). Data terbaru yang dirilis IEA (2015),

bahwa emisi GRK dari pemanfaatan energi mencapai 68% dan karbondioksida

mendominasi yaitu 90% nya (Gratimah, 2009 dalam Subkhan, 2017).

B. cara penguragan emisi karbon

Perluasan, pemulihan dan pengelolaan hutan dapat mengangkat karbon dioksida

dari atmosfer. Foto oleh MiguelV/goodfreephotos.com Sejak Revolusi Industri,

Perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon | 21


umat manusia telah menghasilkan lebih dari 2.000 gigaton karbon dioksida ke dalam

atmosfer. (Satu gigaton setara dengan satu miliar metrik ton.

Gas rumah kaca tebal yang menyelimuti planet kita merupakan penyebab

pemanasan global yang kita rasakan saat ini. Jika kita tidak melakukan perubahan,

dampak iklim seperti kebakaran hutan, gelombang panas yang menyengat dan

kenaikan permukaan air laut yang membahayakan akan terus berlanjut.

Untuk memitigasi perubahan iklim, kita harus segera mengurangi emisi secara

drastis—contohnya dengan mendorong penggunaan energi terbarukan,

meningkatkan efisiensi energi, menghentikan deforestasi dan mengurangi

penggunaan polutan tinggi seperti hidrofluorokarbon (HFC). Namun, menurut

penemuan iklim terbaru, masih banyak hal lain yang perlu dilakukan untuk

mencegah perubahan iklim di tingkat yang berbahaya. Untuk menjaga kenaikan

suhu global kurang dari 1,5-2 derajat C, batas kenaikan suhu paling tinggi untuk

mencegah dampak iklim terburuk, menurut para ilmuwan, mengurangi emisi saja

tidak cukup. Kita juga harus memindahkan karbon dari atmosfer. Bahkan, hampir

semua skenario iklim menunjukkan bahwa kita harus mengurangi miliaran metrik

ton karbon dioksida setiap tahun hingga pertengahan abad mendatang, di samping

mendorong pengurangan emisi.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menghapus karbon, mulai dari

teknologi baru hingga praktik pengelolaan lahan. Pertanyaan besarnya adalah

apakah pendekatan-pendekatan ini dapat mencapai target pengurangan karbon

dalam skala yang diperlukan dalam beberapa dekade mendatang.

Perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon | 22


Setiap pendekatan memiliki tantangan dan keterbatasannya masing-

masing. Serial makalah kerja WRI yang baru mengeksplorasi berbagai kemungkinan

dan tantangan dalam menggunakan metode penghapusan karbon untuk memerangi

perubahan iklim.

Berikut adalah enam pilihan cara penghapusan karbon dari atmosfer:

1. Hutan

Fotosintesis menghapus karbon dioksida secara alami—dan peran

pohon sangat besar dalam menyimpan karbon yang dilepaskan dari atmosfer

melalui proses fotosintesis. Perluasan, pemulihan dan pengelolaan

hutan dapat mendorong penyerapan karbon lebih banyak dengan

memanfaatkan kemampuan fotosintesis untuk mengubah karbon dioksida di

udara menjadi karbon yang tersimpan di dalam kayu dan tanah. Menurut

para ilmuwan, di Amerika Serikat saja, potensi penghapusan karbon melalui

cara ini mencapai ratusan juta metrik ton per tahun. Misalnya, setiap ekar

lahan yang dipulihkan kembali menjadi hutan sedang dapat menyerap sekitar

3 metrik ton CO2 per tahun. Pendekatan ini relatif murah (umumnya kurang

dari US$50 per metrik ton) dan dapat menghasilkan air dan udara yang lebih

bersih dalam prosesnya.

Memastikan bahwa perluasan hutan di satu area tidak mengorbankan

hutan di tempat lain menjadi salah satu tantangan

utama. Misalnya, penghijauan lahan pertanian akan mengurangi pasokan

makanan. Bila produktivitas pertanian tidak dapat ditingkatkan untuk

memenuhi kebutuhan tersebut, hutan lain akan dikonversi menjadi lahan

Perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon | 23


pertanian. Begitu juga dengan kayu. Penghentian panen kayu di satu hutan

dapat menyebabkan panen kayu yang berlebihan di hutan lain. Dengan

adanya dinamika ini, pemulihan dan pengelolaan hutan yang ada serta

penanaman kembali lahan di luar pertanian menjadi begitu penting.

2. Lahan Pertanian

Tanah memang menyimpan karbon secara alami. Namung

kandungan karbon ini berkurang jauh di tanah pertanian karena

penggunaannya yang intensif. Mengingat lahan pertanian begitu luas—di

Amerika Serikat saja luasnya lebih dari 900 juta ekar (364 hektar),

peningkatan jumlah karbon tanah per hektar sekecil apa pun bisa memiliki

dampak besar. Keberadaan karbon tanah juga dapat meningkatkan

kegemburan tanah dan kualitas panen sehingga baik bagi petani dan

peternak. Penanaman pohon di lahan pertanian juga dapat menghapus

karbon, selain memberikan manfaat lain seperti tempat berteduh dan

makanan ternak.

Ada banyak cara untuk meningkatkan kandungan karbon dalam

tanah. Menanam tanaman penutup tanah saat lahan tidak ditanami dapat

memperpanjang siklus fotosintesis sepanjang tahun, menyerap sekitar

setengah metrik ton CO2 per ekar per tahun. Kompos dapat meningkatkan

hasil panen sekaligus menyimpan kandungan karbon di dalam tanah. Para

Perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon | 24


ilmuwan sedang berupaya menciptakan tanaman dengan akar yang lebih

dalam agar lebih tahan menghadapi kemarau serta dapat mengirim lebih

banyak karbon ke dalam tanah.

Dalam skala besar, pengelolaan tanah untuk menghasilkan karbon

cukup sulit untuk dilakukan. Sistem alami yang ada sangat beragam

sehingga sulit untuk memprediksi, mengukur dan memantau manfaat karbon

yang dihasilkan setiap ekar tanah yang dikelola dalam jangka panjang.

Efektivitas penerapan praktik ini juga masih menjadi perdebatan. Terlebih

lagi, kondisi atau praktik manajemen terus berubah dari tahun ke tahun.

Akibatnya, upaya yang telah dilakukan dapat terbuang percuma begitu saja.

Penghapusan karbon besar-besaran membutuhkan banyak lahan pertanian.

Oleh karena itu, pemerintah dan pihak lain perlu menciptakan kondisi yang

mendukung bagi para pemilik tanah untuk menyimpan karbon lebih banyak.

3. Bio Energi melalui Penangkapan dan Penyimpanan Karbon (BECCS)

BECCS adalah cara lain untuk memanfaatkan fotosintesis dalam

rangka melawan perubahan iklim, namun cara ini jauh lebih rumit

dibandingkan penanaman pohon atau pengelolaan tanah—dan belum tentu

berhasil dalam melawan perubahan iklim. BECCS adalah sebuah proses

untuk menghasilkan energi pada sektor industri, pembangkit listrik atau

transportasi menggunakan biomassa; dimana kandungan karbon diserap

sebelum dilepaskan kembali ke atmosfer; kemudian disimpan di bawah

Perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon | 25


tanah atau produk tahan lama seperti beton. Jika BECCS dapat menghasilkan

lebih banyak biomassa atau menyimpan lebih banyak karbon dari yang

dilepaskan ke atmosfer, penghapusan karbon bersih dapat tercapai.

Namun tidak mudah untuk mengukur apakah kriteria-kriteria tersebut

sudah terpenuhi. Selain itu, jika BECCS bergantung pada tanaman bioenergi,

justru dapat berdampak buruk pada produksi pangan atau ekosistem alami

karena manfaat iklim yang hilang serta kerawanan pangan dan kehilangan

ekosistem yang semakin buruk.

Beberapa bentuk BECCS dapat mengonversi limbah seperti sisa hasil

pertanian atau sampah menjadi bahan bakar. Pakan ternak bisa yang tidak

membutuhkan lahan khusus bisa menjadi kunci masa depan BECCS.

Meskipun begitu, perhitungannya harus benar—mengingat besarnya

kemungkinan untuk menerapkan BECCS dengan tidak tepat—atau manfaat

iklim yang diharapkan dari BECCS tidak akan dapat dihasilkan.

4. Direct Air Capture

Direct air capture merupakan proses kimiawi penangkapan karbon

dioksida langsung dari udara normal untuk kemudian disimpan di bawah

tanah atau dalam produk tahan lama. Teknologi baru ini mirip dengan

teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon untuk berbagai sumber

emisi seperti pembangkit listrik dan fasilitas industri. Hanya saja, direct air

capture tidak mengurangi emisi, namun menghapus karbon dari atmosfer.

Relatif mudah untuk mengukur dan memperhitungkan manfaat iklim melalui

metode direct air capture. Selain itu, potensi skala penggunaannya juga

Perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon | 26


sangat besar. Sayangnya, teknologi ini masih mahal dan boros energi. Biaya

penerapan teknologi baru seringkali sulit dihitung, namun sebuah studi baru

memperkirakan bahwa biayanya bisa mencapai sekitar $94-$232 per metrik

ton, lebih rendah dari perhitungan sebelumnya.

Direct air capture juga membutuhkan sumber panas dan daya yang

besar—untuk menangkap 1 gigaton karbon dioksida dari udara

dibutuhkan sekitar 7 persen dari proyeksi total produksi energi AS pada

tahun 2050. Teknologi ini juga membutuhkan sumber energi rendah atau

nol-karbon untuk mencapai penghapusan karbon bersih.

Investasi pengembangan dan penyebaran teknologi, disertai dengan

penyebaran energi bersih murah yang terus meningkat, dapat meningkatkan

prospek penerapan direct air capture dalam skala besar. Sejumlah perusahaan

telah mulai mengembangkan sistem direct air capture, meskipun hampir

tidak ada dana yang dikucurkan oleh publik untuk penelitian dan

pengembangan teknologi ini. Intinya, teknologi direct air capture ini relatif

masih baru dan sistem-sistem yang ada saat ini masih dalam tahap

pengembangan awal untuk jenis teknologi ini.

5. Seawater Capture

Seawater capture hampir sama dengan direct air capture, hanya saja

di sini CO2 diambil dari air laut, bukan udara. Dengan mengurangi

konsentrasi CO2 di lautan, air akan menarik lebih banyak karbon dari udara

untuk mencapai keseimbangan. Air laut memiliki larutan CO2 yang lebih

pekat dibandingkan udara normal. Artinya, karbon dioksida dan karbon lebih

Perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon | 27


mudah dipisahkan dengan metode ini dibandingkan menggunakan teknologi

direct air capture. Akan tetapi, air laut juga jauh lebih berat dibandingkan

udara sehingga pemindahan karbon menjadi lebih sulit. Pemasangan

teknologi di area laut yang sulit juga menjadi tantangan tersendiri dalam

penerapan seawater capture.

Angkatan Laut AS juga telah menerapkan prototipe untuk alat

seawater capture. Mengingat CO2 dapat diubah menjadi bahan bakar dengan

menambahkan energi (kebanyakan kapal Angkatan Laut memiliki cadangan

reaktor nuklir), dengan teknologi ini, kapal laut dapat memproduksi bahan

bakar sendiri tanpa perlu berhenti untuk mengisi bahan bakar. Karbon yang

telah ditangkap menjadi bahan bakar dan dipakai tentu saja akan kembali ke

atmosfer. Akan tetapi, ke depan, teknologi semacam ini dapat menjadi

tempat penyimpanan karbon untuk jangka panjang.

6. Meningkatkan Pelapukan

Beberapa mineral secara alami bereaksi dengan CO2, mengubah

karbon dari gas menjadi padat. Proses ini dikenal sebagai “pelapukan” dan

biasanya terjadi sangat lambat—jika dilihat dalam waktu geologis. Para

ilmuwan sedang mencari cara untuk mempercepat proses ini, terutama

dengan meningkatkan paparan CO2 yang ada di udara atau laut kepada

mineral-mineral ini. Upaya ini dapat dilakukan dengan memompa mata air

alkali dari bawah tanah ke permukaan, dimana mineral dapat bereaksi

dengan udara; mengalirkan udara melalui deposit besar yang ada di bagian

Perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon | 28


belakang tambang—sisa batuan dari kegiatan penambangan—dengan

kandungan komposisi mineral yang tepat; menghancurkan atau

mengembangkan enzim yang mengikis deposit mineral untuk meningkatkan

luas permukaan dan mencari cara untuk melapukkan produk-produk hasil

industri seperti abu bahan bakar, serbuk pembakaran atau ampas besi dan

baja. Para ilmuwan menunjukkan bahwa pelapukan dapat ditingkatkan,

walaupun banyak yang harus dilakukan untuk memetakan cara penerapan

pendekatan ini secara hati-hati dengan biaya yang efisien.

7. Masa Depan Penghapusan Karbon

Saat ini, kita tidak tahu strategi mana yang dapat menghasilkan

penghapusan karbon paling besar di masa depan dan mana yang paling tidak

efisien. Masing-masing pendekatan memiliki potensi dan tantangan

tersendiri. Tetapi kita tahu bahwa untuk menghindari pemanasan global yang

berbahaya, penangkapan dan penyimpanan karbon yang ada di udara harus

menjadi bagian dari strategi iklim di Amerika Serikat dan seluruh dunia.

Sudah saatnya untuk berinvestasi pada berbagai pendekatan penghapusan

karbon yang sudah ada–baik untuk penelitian, pengembangan, uji coba,

penerapan tahap awal maupun persiapan untuk membangun lingkungan yang

kondusif—agar pendekatan-pendekatan ini dapat diterapkan pada skala yang

kita butuhkan dalam beberapa dekade mendatang.

Perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon | 29


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Mengacu pada tujuan yang ingin dicapai pada pembuatan makalah ini,

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup RI, disebutkan bahwa yang termasuk

dalam emisi karbon yaitu karbon monoksida , nitrogen oksida, sulfur dioksida,

partikulat, hidrokarbon,dan karbondioksida. Umumnya gas-gas tersebut

dihasilkan dari kendaraan dan kegiatan yang menggunakan bahan bakar fosil

yang jika berlebihan akan berdampak pada kesehatan terutama pada system

pernapasan, baik manusia maupun hewan, selain itu gas-gas tersebut juga dapat

meningkatan suhu udara serta menjadi penyebab utama terjadinya hujan asam.

2. Adapun beberapa cara mengurangi emisi karbon yakni (1) Perluasan Hutan; (2)

Lahan Pertanian; (3) Bio Energi melalui peningkatan dan penyimpanan karbon;

(4) Direct Air Capture; (5) Seawater Capture; (6) meningkatan pelapukan; (7)

Masa depan penghapusan karbon

B. Saran

Penulis berharap setelah membaca makalah ini agar para pembaca membuat

keputusan-keputusan yang mengedepankan aspek lingungan dan selalu

menggunakan aspek lingkungan sebagai acuan penetapan keputusan.

Perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon | 30


DAFTAR PUSTAKA

Cekaja.com. (2019, 16 Desember). Mengenal Nitrogen Dioksida Secara

mendalam dan Bahayanya. Diakses pada 11 April 2021 dari

https://www.cekaja.com/info/mengenal-nitrogen-dioksida-dan-bahayanya.

Gawpalu.id. (2021). Sulfur Dioksida (SO 2). Diakses pada 11 April 2021,

dari https://gawpalu.id/index.php/informasi/kimia-atmosfer/gas-reaktif/sulfur-

dioksida.

Ilmupengetahuan.org. (2015, 4 September). Efek Rumah Kaca. Diakses

pada 11 April 2021 dari http://ilmupengetahuan.org/efek-rumah-

kaca/#:~:text=Hidrokarbon%20metana%20adalah%20gas%20yang,dalam

%20pemicu%20efek%20rumah%20kaca.

Kacaribu, Herli Ema Primsa Br. 2019. Pengaruh Dewan Direksi Dan

Kepemilikan Manajerial Terhadap Pengungkapan Emisi Karbon (Studi Empiris

Pada Perusahaan Non-Keuangan Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2016 – 2018).

Thesis. Fakultas Ekonomi. Universitas Atma Jaya: Yogyakarta.

Kurniawan, Aris. (2021, 25 Februari). “Pengertian Karbon Dioksida”

https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-karbon-dioksida/ diakses pada 11

April 2021.

Moerdijat, Lestari. 2019. “Pencemaran Udara”

https://www.slideshare.net/LestariMoerdijat/pencemaran-udara-162804690.

Diakses pada 11 April 2021.

Perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon | 31


Pancemud.wordpress.com. (2015, 26 Februari). Karbon Monoksida.

Diakses pada 11 April 2021, dari

https://pencemud.wordpress.com/2015/02/26/karbon-

monoksida/#:~:text=Konsentrasi%20CO%20berlebih%20di%20atmosfer

%20dapat%20meningkatkan%20efek%20rumah%20kaca.&text=Pada

%20hewan%2C%20dampak%20dari%20kadar,ada%20khususnya%20tumbuhan

%20tingkat%20tinggi.

Pengen-tau.weebly.com (2021) Hidrokarbon. Diakses pada 11 April

2021, dari https://pengen-tau.weebly.com/hidrokarbon.html

Putri, Wiratri Yustia. 2017. Pengaruh Regulator, Kepemilikan

Institusional, Ukuran Perusahaan, Dan Profitabilitas Terhadap Carbon

Emission Disclosure (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di

Bei Tahun 2014-2016). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas

Pasundan: Bandung.

Subkhan, Akhmad. 2017. Kajian Emisi Karbondioksida (Co2) Dari

Pemanfaatan Energi Rumah Tangga Di Kelurahan Candi Kota Semarang.

Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang: Semarang.

Suhardi, Robby Priyambada. 2015. Analisis Faktor – Faktor Yang

Mempengaruhi Pengungkapan Emisi Karbon Di Indonesia. Skripsi. Fakultas

Ekonomika dan Bisnis. Universitas Diponegoro: Semarang.

Perencanaan strategis mengenai pengurangan emisi karbon | 32

Anda mungkin juga menyukai