Anda di halaman 1dari 9

PRINSIP 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE) DALAM

MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENGURANGI


KONTRIBUSI TERHADAP PENIPISAN
LAPISAN OZON

DISUSUN OLEH:

RESKI APRILIA PUTRI

KELOMPOK 2

KELAS X6

SMA NEGERI 1 BANTAENG

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahNya, penulis
dapat menyelesaikan tugas laporan Fisika “Prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam
Pengendalian Sampah untuk Mengatasi Pemanasan Global”. Tugas ini disusun untuk memenuhi
syarat nilai mata pelajaran Fisika. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan sesuatu tanpa batas

2. Orang tua yang telah mendukung penyelesaian tugas ini

3. Guru mata pelajaran Fisika, Bapak A.Sambolinggi, S.Pd., M.Pd

4. Teman teman yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian tugas ini

Dalam penyusunan laporan ini tidak sedikit hambatan yang di hadapi. Namun dengan penuh
kesabaran dan kerja keras, laporan ini dapat terselesaikan. Dan penulis menyadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan karya tulis ini tidak lain berkat bantuan banyak pihak sehingga
segala kendala dapat teratasi. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat dan
memberikan wawasan yang lebih luas bagi para pembaca.

Bantaeng, 13 Juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL…………………………………………………………………………...i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………...ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………...1

A. Latar Belakang……………………………………………………..…………………………..1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………………...2

A. Kajian Teori………………….………………………………………………………………...2

BAB III HASIL KEGIATAN…………………..……………………………………………….5

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..………………………...6

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehadiran sampah merupakan salah satu persoalan yang dihadapi oleh masyarakat.
Keberadaan sampah tidak diinginkan bila dihubungkan dengan faktor kebersihan, kesehatan,
kenyamanan dan keindahan (estetika). Tumpukan onggokan sampah yang mengganggu
kesehatan dan keindahan lingkungan merupakan jenis pencemaran yang dapat digolongkan
dalam degradasi lingkunganyang bersifat social.

Sampah terutama jenis sampah tertentu, dapat berkontribusi terhadap penipisan lapisan
ozon dalam beberapa cara. Namun, hubungannya tidak langsung atau langsung melalui proses
yang terjadi di atmosfer.

Penipisan lapisan ozon terutama terjadi karena paparan bahan kimia seperti
chloroflourocarbons (CFCs) dan hydrochloroflourocarbons (HCFCs). Bahan kimia ini umumnya
ditemukan dalam produk aerosol, system pendingin udara, dan system semprot pestisida.

Sampah dapat berkontribusi terhadap penipisan lapisan ozon melalui dua mekanisme utama
yaitu pembuangan tidak tepat dan pembuangan elektronik.

Pembuangan tidak tepat jika bahan kimia seperti CFCs dan HCFCs yang terkandung dalam
produk produk tertentu dibuang secara tidak tepat, misalnya dalam pembuangan sampah yang
tidak terkendali atau dibakar, mereka dapat mencapai atmosfer. Setelah mencapai atmosfer,
bahan kimia ini dapat naik ke lapisan ozon dan memicu reaksi kimia yang merusak molekul
ozon.

Pembuangan elektronik, Produk-produk elektronik seperti pendingin udara, kulkas, atau


peralatan elektronik lainnya sering mengandung bahan kimia seperti CFCs yang digunakan
sebagai bahan pendingin. Jika peralatan elektronik ini dibuang secara tidak benar, misalnya di
tempat pembuangan sampah yang tidak teregulasi, bahan kimia berbahaya ini dapat terlepas ke
atmosfer selama proses pemrosesan sampah. Seiring waktu, bahan kimia tersebut dapat
mencapai lapisan ozon dan menyebabkan penipisan.

Salah satu cara pendekatan yang efektif adalah dengan menerapkan Prinsip 3R (Reduce,
Reuse, Recycle).

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Sampah

Gambar 2.1 Sampah


(Sumber: ilmulingkungan.com)
Sampah dapat didefinisikan sebagai beban atau sumberdaya yang bernilai tergantung dari
cara bagaimana sampah dikelola (Zaman, 2009: 1). Menurut UU No. 18 Tahun 2008 Bab 1 Pasal
1 sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.
McDougall et al. (2001:1) mendefinisikan sampah sebagai sesuatu yang kurang berguna dan
bernilai, atau sisa-sisa yang tidak berguna. Sampah adalah produk dari aktivitas manusia. Secara
fisik terdiri atas material yang sama dengan barang yang berguna, hanya dibedakan dari
kurangnya nilai. Kehadiran sampah merupakan salah satu persoalan yang dihadapi oleh
masyarakat. Keberadaan sampah tidak diinginkan bila dihubungkan dengan factor kebersihan,
kesehatan, kenyamanan dan keindahan (estetika). Tumpukan onggokan sampah yang
mengganggu kesehatan dan keindahan lingkungan merupakan jenis pencemaran yang dapat
digolongkan dalam degradasi lingkunganyang bersifat social (Bintarto, 1997).

2. Lapisan Ozon dan Penipisan Lapisan Ozon

Gambar 2.2 Lapisan Ozon


(Sumber: Wikipedia.com)

2
Penipisan lapisan ozon adalah masalah serius yang mengancam kehidupan di Bumi. Lapisan
ozon adalah lapisan pelindung di atmosfer yang bertugas menyerap radiasi ultraviolet (UV)
berbahaya dari matahari. Namun, pelepasan zat kimia seperti CFC dan HCFC telah
menyebabkan penurunan lapisan ozon. Pelepasan zat-zat ini menghasilkan radikal klorin yang
merusak molekul ozon. Akibatnya, lapisan ozon menjadi tipis dan membentuk "lubang ozon".
Radiasi UV-B yang masuk tanpa hambatan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan
pada manusia dan menyebabkan kerusakan pada ekosistem. Untuk mengatasi penipisan lapisan
ozon, Penyepakatan Montreal pada tahun 1987 menjadi tonggak penting. Negaranegara sepakat
untuk menghentikan penggunaan zat-zat merusak lapisan ozon. Langkah-langkah lainnya
meliputi penggunaan produk yang ramah lingkungan, seperti aerosol bebas CFC, dan kesadaran
akan pentingnya melindungi diri dari sinar UV-B. Upaya bersama dari semua pihak diperlukan
untuk mengatasi penipisan lapisan ozon. Melalui langkahlangkah preventif dan kesadaran akan
pentingnya lapisan ozon, kita dapat melindungi Bumi dan kesehatan manusia dari efek yang
merugikan akibat penipisan lapisan ozon.
3. Perjanjian Internasional

Gambar 2.2 Perjanjian Internasional


(Sumber: hukumonline.com)
Kerja sama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca. Ada
dua perjanjian internasional terkait untuk menghadapi masalah gas rumah kaca yaitu Protokol
Montreal dan Protokol Kyoto. Perjanjian internasional yang pertama yaitu Protokol Montreal
adalah sebuah traktat internasional yang dirancang untuk melindungi lapisan ozon dengan
meniadakan produksi sejumlah zat yang diyakini bertanggung jawab atas berkurangnya lapisan
ozon. Traktat ini terbuka untuk ditandatangani pada 16 September 1987 dan berlaku sejak 1
Januari 1989. Sejak itu, traktat ini telah mengalami lima kali revisi yaitu pada 1990 di London,
1992 di Kopenhagen, 1995 di Vienna, 1997 di Montreal dan 1999 di Beijing. Protokol Montreal
merupakan perjanjian antarbangsa yang dibentuk Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan
bertanggung jawab untuk menghentikan penggunaan zat berbahaya yang mengikis ozon, seperti
klorofluorokarbon (CFC) dan hidrofluorokarbon (HCFC). Negara-negara yang meratifikasi
Amandemen Kigali pada protokol montreal berkomitmen memangkas proyeksi produksi dan
konsumsi gas yang dikenal dengan hydrofluorocarbons (HFCs) lebih dari 80 persen. Sejauh ini
99 negara. telah memulainya dari total 197 negara. Perjanjian internasional yang kedua yaitu
Protokol Kyoto adalah sebuah amendemen terhadap Konvensi Rangka Kerja PBB tentang
Perubahan Iklim (UNFCCC), sebuah persetujuan internasional tentang pemanasan global yang
disepakati pada tahun 1997 di Jepang yang disepakatii 160 negara. Negara-negara yang
meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida dan
lima gas rumah kaca lainnya, atau bekerja sama dalam perdagangan emisi jika mereka menjaga
jumlah atau menambah emisi gasgas tersebut, yang telah dikaitkan dengan pemanasan global.

3
Temuan ini menjadi krusial saat seluruh dunia baru-baru ini dibuat cemas oleh pesan dari Panel
Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim atau Intergovernmental Panel on Climate Change
(IPCC). Oktober 2018, IPCC menyatakan temuan bahwa dunia hanya punya waktu 12 tahun
untuk membatasi pemanasan global pada level 1,5 derajat celcius. Jika di atas angka itu akan
membawa dampak ekstrim yang luas pada kehidupan manusia dan ekosistem.
4. Metode 3R (Reduce, Reuse, Recycle)

Gambar 2.2 3R (Reduce, Reuce, Rcycle)


(Sumber: blitarkab.go.id)
Konsep pengelolaan Sampah 3R adalah paradigma baru dalam memberikan prioritas
tertinggi pada pengelolaan limbah yang berorientasi pada pencegahan timbulan sampah,
minimalisasi limbah dengan mendorong barang yang dapat digunakan lagi, dan barang yang
dapat dikomposisi secara biologi (biodegradable) dan penerapan pembuangan limbah yang
ramah lingkungan. Pelaksanaan Pengelolaan sampah 3R perlu diterapkan pada jenjang
pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Hal ini mendorong perubahan
perilaku atau sikap dan pola pikir menuju terwujudnya masyarakat yang ramah lingkungan.
1) Prinsip Reduce (R1)
Reduce atau reduksi sampah merupakan upaya untuk mengurangi timbulan sampah di
lingkungan sumber dan bahkan dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan, setiap
sumber dapat melakukan upaya reduksi sampah dengan cara merubah pola hidup
komsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari yang boros dan menghasilkan banyak sampah
menjadi hemat dan efisisen dan sedikit sampah.
2) Prinsip Reuse (R2)
Reuse berarti menggunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi sampah
(tanpa melaui proses pengelolaan) seperti menggunakan kertas bolak-balik, menggukan
kembali botol bekas ”minuman” untuk tempat air, mengisi kaleng susu dengan susu refill
dan lain-lain.
3) Prinsip Recycle (R3)
Recycle berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna (sampah) menjadi
bahan lain setelah melalui proses pengolahan seperti mengolah sisa kain perca menjadi
selimut, kain lap, keset kaki, dan sebagainya atau mengolah botol/plastik bekas menjadi
biji plastik untuk dicetak kembali menjadi ember, hanger, pot, dan sebagainya atau
mengolah kertas bekas menjadi bubur kertas dan kembali dicetak menjadi kertas dengan
kualitas lebih rendah dan lain-lain.

4
BAB III
HASIL KEGIATAN

1. Prinsip Reduce (Mengurangi limbah)

(Membawa botol minum dari rumah)

2. Prinsip Reuse (Menggunakan kembali)

Menggunakan kembali kemasan bekas sebagai tempat pensil

3. Prinsip Recycle (Mendaur ulang limbah)

Mendaur ulang limbah plastic menjadi kerajinan

5
DAFTAR PUSTAKA

Bintarto, R. 1997. Geografi kota, pengantar, cetakan pertama. Yogyakarta. Spring McDougall F,
White P, Franke M and Hindle P. 2001. Integrated Solid wase

Management: Life Cycle Inventory Second Edition. Blackwell Publishing


Company. Malden USA.

Pedoman Umum 3R” dalam http://www.sanitasi.net/pedoman-umum-3rreducereuse-


recycle.html, diakses pada tanggal 10 Maret 2018.

Wahyudi, J., Novitasari, M. R. (2018). Generating Renewable Energy from

Municipal Waste Sector: A Comparative Study between Japan and Indonesia.


International Journal of Environmental Science and Development. 9 (12), 380- 384.

Anda mungkin juga menyukai