Anda di halaman 1dari 10

Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.

php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 1 (2016)

KAJIAN BEBAN EMISI PENCEMAR UDARA (TSP, NOx, SO2, HC, CO) DAN GAS
RUMAH KACA (CO2, CH4, N2O) SEKTOR TRANSPORTASI DARAT KOTA
YOGYAKARTA DENGAN METODE TIER 1 DAN TIER 2
Velida Lustria Tiarani*), Endro Sutrisno**), Haryono Setyo Huboyo**)
Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Sudarto, SH Tembalang, Semarang, Indonesia 50275
email : velida.lustria@gmail.com

Abstrak
Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor di Kota Yogyakarta berdampak pada peningkatan beban emisi
pencemar udara konvensional (NOx, SO2, HC, CO dan TSP) dan Gas Rumah Kaca (CO2, CH4 dan N2O).
Pencemar udara konvensional dan Gas Rumah Kaca dianalisis untuk mengetahui beban emisi yang dihasilkan
dari tiap jenis kendaraan bermotor dan dari konsumsi bahan bakar minyak. Perhitungan beban emisi dilakukan
dengan menggunakan metode Tier 1 dan Tier 2, dimana metode Tier 1 dengan pendekatan konsumsi bahan
bakar dan metode Tier 2 dengan pendekatan jarak tempuh kendaraan (VKT). Beban emisi yang paling besar
dihasilkan dari metode Tier 1 adalah CO2e yaitu mencapai 283.481 ton/tahun. Dengan metode tersebut
didapatkan hasil bahwa premium menghasilkan pencemar yang lebih banyak daripada solar. Sedangkan emisi
yang dihasilkan dari perhitungan Tier 2 mendapatkan emisi CO2e sebagai polutan tertinggi yang dihasilkan
dari jarak tempuh kendaraan bermotor, yaitu mencapai 581.568 ton/tahun. Emisi CO2e merupakan
penjumlahan dari parameter pencemar CO2, CH4 (CO2 relatif) dan N2O (CO2 relatif). Emisi yang dihasilkan
dari metode Tier 2 lebih besar dibandingkan emisi yang dihasilkan dari metode Tier 1, karena perhitungan
emisi dengan VKT tidak mempertimbangkan lokasi pemenuhan kebutuhan BBM yang kemungkinan diperoleh
diluar wilayah studi. Selain itu faktor emisi Tier 2 juga telah memperhitungkan kondisi bahan bakar di
negaraIndonesia, maka tingkat ketidakpastian (uncertainty) pada Tier 2 lebih baik dibanding dengan tingkat
ketidakpastian pada Tier 1. Distribusi spasial pencemar udara konvensional (NOx, SO2, HC, CO dan TSP) dan
Gas Rumah Kaca paling besar berada pada grid 44 dan 45 yaitu Desa Sosromeduran dan
Pringgokusuman.Pemerintah Kota Yogyakarta telah menerapkan beberapa upaya untuk mereduksi emisi Gas
Rumah Kaca akibat sektor transportasi darat, antara lain: Program ITS-ATCS, Program BRT System, Program
Car Free Day, Program Manajemen Parkir dan Program Smart Driving.
Kata Kunci: Pencemar Udara Konvensional, Gas Rumah Kaca, Metode Tier 1, Metode Tier 2, Distribusi
Spasial

Abstract
[The EmissionStudyof Air Pollutants(TSP, NOx, SO2, HC, CO) and Greenhouse Gases(CO2, CH4, N2O)
Road Transportation Sector in Yogyakarta City With Tier1 and Tier2 Method]. The increasing number of
vehicles in the city of Yogyakartahave an impact on the increase of the emissions of conventional air
pollutants(NOx, SO2, HC, CO and TSP) and Greenhouse Gases (CO2, CH4 and N2 O). Conventional air
pollutants and Greenhouse Gases are analyzed to determine the burden of emissions generated from each type
of motor vehicleand from fuel consumption. Calculation of emissionsis done by using Tier1 and Tier2 method,
where the Tier1 method with the approach of fuel consumption and Tier2 method with the approachof vehicle
kilometer travelled (VKT).The emission of the greatest produced of the Tier 1 is CO2e at 283.481 tons/year.
With this method showed that the premium produce more pollutants than diesel.While emissions resulting from
the calculation of Tier2 get CO2e emissions as highest pollutants resulting from motor vehiclemileage, which
reached 581.568 tons/year. CO2e emissions is the parameter summation of the polluter CO2, CH4(CO2 relative)
and N2O (CO2 relative). Emissions resulting from the Tier2 method is greater than the emissions generated from
Tier1 method, because the calculation of emissions with VKT does not consider the location offulfillment of fuel
that possibilityis obtained out side the study area.In addition, the Tier 2 emission factors also consider the
condition of fuel in the country , then degree of uncertaintyon tier 2 better than degree of uncertainty in tier 1.
The spatial distributionof conventionalair pollutants(NOx, SO2, HC, CO and TSP) and Greenhouse Gases are
the largest on the grid 44 and 45, namely the Village Sosromeduran and Pringgokusuman. Yogyakarta City
Government has implemented severalefforts to reduce Greenhouse Gas emissions due to land transport sectors,
among others: ITS-ATCS Program, BRT System Program, Car Free Day Program, Parking Management
Program and Smart Driving Program.
Keywords:Conventional Air Pollutants, Greenhouse Gases, Tier1 Method, Tier2Method, Spatial Distribution.

*Penulis
1
** Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 1 (2016)
PENDAHULUAN menentukan distribusi spasial pencemaran udara
berdasarkan VKT.
Peningkatan teknologi disektor transportasi
darat sangat pesat di Indonesia. Hal tersebut METODOLOGI PENELITIAN
mempermudah aktivitas manusia dalam memenuhi
kebutuhannya. Namun, hal tersebut juga Penelitian ini menggunakan data sekunder
berdampak negatif, selain semakin meningkatnya yang diambil dari instansi-instansi di Kota
penjualan kendaraan bermotor, emisi yang Yogyakarta, seperti BPS Provinsi DIY, Ditlantas
dihasilkan juga semakin meningkat. Emisi tersebut POLDA DIY, PT Pertamina (Persero) UPMS-IV
menyebabkan peningkatan suhu di permukaan Semarang dan Dishub Kota Yogyakarta. Dan data
bumi yang menyebabkan Global Warming. Efek primer yang dibutuhkan yaitu data jarak tempuh
rumah kaca, pemanasan global (Global Warming), (VKT) tiap jenis kendaraandari bengkel-bengkel
dan perubahan iklim merupakan tiga hal yang resmi di Kota Yogyakarta. Pengambilan data
saling bertautan. Efek Rumah Kaca adalah proses primer dilakukan dengan metode observasi dan
absorbsi dan pembuangan radiasi inframerah oleh wawancara.
bermacam gas di atmosfer. Gas-gas tersebut antara Pelaksanaan Tugas Akhir adalah empat
lain karbondioksida (CO2), metana (CH4), dan bulan dimulai pada tanggal 1 Juni 2015 sampai 30
nitrous oksida (N2O). Pemanasan global September 2015. Jangka waktu pengambilan data
disebabkan karena adanya kegiatan industri, dimulai dari bulan Juli 2015. Kemudian data yang
kendaraan bermotor, produksi listrik, kebakaran didapatkan diolah menggunakan metode Tier 1 dan
hutan, dan kegiatan pertambangan yang semakin Tier 2.
meningkat. Produksi listrik dan transportasi adalah Teknik pengerjaan penelitian meliputi tiga
2 (dua) sumber utama emisi CO2 yakni sebesar tahapan utama, yaitu tahap persiapan, tahap
37% (dari produksi listrik dan energi) dan 22% pelaksanaan dan tahap anailisa data.
(dari transportasi) (Kuncoro Sejati, 2011). 1. Tahap Persiapan
Peningkatan jumlah emisi gas rumah kaca Pada tahap persiapan dilakukan beberapa
mendorong terjadinya pemanasan global. kegiatan, seperti mencari dan mempelajari literatur,
Karbondioksida dan metana adalah 2 (dua) zat jurnal, dan buku terkait dengan emisi pencemar
utama penyebab efek rumah kaca. Efek rumah kaca udara konvensional dan gas rumah kaca pada
yang dihasilkan oleh metana lebih kuat daripada sektor transportasi darat dan membuat surat izin
karbondioksida. Gas CO2 bertahan di atmosfer permintaan data kepada instansi terkait, seperti
selama 50-200 tahun, N2O selama 114-120 tahun, BPS Provinsi DIY, Ditlantas POLDA DIY, Kantor
CH4 dan pengganti CFC selama 12 tahun. Laporan PT Pertamina (Persero) UPMS-IV Semarang dan
IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Dinas PerhubunganProvinsi DIY.
Change) yang terangkum dalam Fourt Assessment
Report (AR4) 2007 menyebutkan bahwa akselerasi 2. Tahap Pelaksanaan
emisi CO2 sejak tahun 2000 mengalami kenaikan Pada tahap pelaksanaan penelitian dibagi
lebih dari 3% per tahun atau lebih dari 2 ppm per menjadi beberapa tahap, seperti pengumpulan data
tahun (Kuncoro Sejati, 2011). primer untuk mendapatkan data jarak tempuh tiap
Sumber pencemar udara di Indonesia jenis kendaraandi bengkel-bengkel resmi di Kota
sebagian besar (sekitar 75%) berasal dari gas buang Yogyakarta, dan jenis teknologi kendaraan
hasil pembakaran bahan bakar fosil, termasuk yang bermotor yang digunakan, serta permintaan data
digunakan untuk sektor transportasi (Wardhana, sekunder ke instansi-instansi terkait data yang
1995).Kendaraan bermotor mengeluarkan gas dibutuhkan.
karbonmonoksida (CO), nitrogen oksida (NO),
sulfur dioksida (SO2) dan hidrokarbon (HC) 3. Analisa Data
sehingga menyumbang 1/3 dari total gas pencemar Perhitungan emisi menggunakan Tier 1 dan
udara (Kuncoro Sejati, 2011). Oleh karena itu, Tier 2 kemudian dibandingkan. Perhitungan Tier 1
penelitian ini terkait beban emisi pencemar udara berdasarkan jumlah konsumsi bahan bakar yang
dan gas rumah kaca yang akan digunakan sebagai digunakan tiap jenis kendaraan dikalikan dengan
landasan dalam pembuatan kebijakan publik faktor emisi. Sedangkan metode Tier 2
terutama di Kota Yogyakarta. Data hasil emisi menggunakan faktor emisi berbasis kilometer jalan
sumber pencemar udara dan gas rumah kaca yang kendaraan (vehicle kilometer traveled-VKT atau
diperoleh, digunakan untuk menyusun inventarisasi panjang perjalanan rerata kendaraan per tahun).
emisi pencemar udara Kota Yogyakarta untuk Langkah-langkah penyusunan emisi sumber
mempermudah pemerintah dalam pengambilan bergerak on-road dengan menggunakan Tier 1 dan
keputusan pengelolaan kualitas udara. Tier 2 (Kementerian Lingkungan Hidup dan
Tujuan dari penelitian ini ialah menghitung Kehutanan, 2013):
beban emisi pencemar udara (TSP, NOx, SO2, HC,
CO) dan gas rumah kaca (CO2, CH4, N2O) untuk
Kota Yogyakarta pada sektor transportasi darat dan

2
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 1 (2016)
A. Mengumpulkan Data Jumlah Kendaraan, sumber area. Untuk emisi Sumber Area, VKT-nya
Komposisi Per Jenis Kendaraan Bermotor dihitung dengan mengurangkan VKT total sumber
dan Konsumsi Bahan Bakar di Kota bergerak dengan VKT sumber garis(KLH, 2013).
Yogyakarta
Total VKT sumber bergerak area = total VKT
Data jumlah kendaraan per jenis kendaraan
sumber bergerak total VKT sumber bergerak
dan komposisi kendaraan dapat diperoleh dari
garis.
instansi terkait seperti SAMSAT, Dinas
Perhubungan dan Kepolisian Daerah atau dari Total VKT sumber bergerak adalah jumlah
studi-studi sebelumnya yang dilakukan oleh perkalian populasi kendaraan dankilometer tempuh
peneliti atau institusi riset.Komposisi atau jenis rata-rata per tahun untuk setiap kategori/sub-
kendaraan yang akan digunakan untuk penelitian kategori kendaraan.Persamaan untuk
ini, antara lain: sepeda motor, mobil penumpang, memperkirakan total VKT sumber bergerak adalah:
bus dan truk.Kemudian menentukan komposisi
VKTb,c = VKT b,c odo . N b,c
kendaraan berdasarkan tahun pembuatan (mulai
tahun 2010, 2011, 2012, 2013, dan 2014) dan Dimana: VKTb,c odo = VKT kendaraan kategori b
jenis bahan bakar agar dapat menentukan faktor dan berbahan bakar c berdasarkan survei odometer
emisi yang tepat.Data konsumsi bahan bakar (km/tahun)
merupakan data sekunder yang diperoleh dari VKTb,c= VKT seluruh kendaraan bermotor kategori
instansi PT Pertamina (Persero) UPMS-IV b yang menggunakan bahan bakar c (km/tahun)
Semarang khusus untuk sektor transporatsi darat.
Nb,c = jumlah kendaraan bermotor kategori b yang
Jenis bahan bakar yang digunakan adalah bensin
menggunakan bahan bakar c
dan solar.
Bacaan odometer diperoleh dari survey ke
B. Menghitung Emisi Sumber Bergerak Pada bengkel-bengkel resmi di Kota Yogyakarta. Jumlah
Jalan Utama bengkel resmi yang akan digunakan untuk survey
Tier 1 hanya beberapa sampel bengkel, begitu pula
Perhitungan emisi dengan Tier 1 berdasarkan dengan jumlah kendaraan yang akan dilihat bacaan
pada konsumsi bahan bakar. Perhitungannya odometernya hanya diambil beberapa sampel.
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut Menurut Wiratna Sujarweni (2008), jumlah
(IPCC, 2006) : anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran
Emission = [Fuel a x EF a] sampel.Untuk menentukan jumlah sampel dapat
menggunakan Rumus Slovin:
Dimana, Emission = Beban emisi polutan tertentu n= N
(kg) 1+ (N x e2)
Fuel a = konsumsi bahan bakar jenis a (TJ) Dimana:
FE a = faktor emisi (kg/TJ) n = Ukuran sampel
A=jenis bahan bakar (seperti premium, solar) N = Populasi
Tier 2 e2 = prosentase kesalahan pengambilan sampel
Metode Tier 2 menggunakan faktor emisi yang masih diinginkan.
berbasis kilometer jalan kendaraan (vehicle C. Memilih faktor emisi
kilometer travelled-VKT atau panjang perjalanan
Tier 1
rerata kendaraan per tahun).Untuk jaringan jalan
Faktor emisi mengacu pada faktor emisi
utama, emisi diperlakukan sebagai sumber garis
atau line source. internasional, seperti IPCC, CORINAIR dan US
VKT j,line = Qji . li EPA.
Ecji = VKTji . EFcj (100-C)/100 Tabel 1. Faktor Emisi Metode Tier 1
Dimana, VKTj,line = VKT kategori kendaraan j pada Pencemar Premium Solar
ruas jalan i yang dihitung sebagai sumber garis TSP (g/kg) (a)
2,2 1,52
(km/tahun) (a)
Qji = volume kendaraan dalam kategori j pada ruas NOx (g/kg) 6,64 14,91
jalan i (kendaraan/tahun) CO (g/kg)(a) 497,7 7,4
li= panjang ruas jalan i (km) HC (g/mile) (b)
0,184 0,29
Ecji = emisi pencemar c untuk kendaraan kategori j
pada ruas jalan i CO2 (kg/TJ)(c) 69.300 74.100
C = efisiensi peralatan pengendali emisi (%) CH4 (kg/TJ)(c) 33 3,9
C = 0, jika tidak terpasang peralatan pengendali N2O (kg/TJ) (c)
3,2 3
Untuk jaringan jalan kecil, emisi diperlakukan Sumber:(a)CORINAIR (2009); (b)US EPA
sebagai Sumber Area. Sebab dalam hal data (1995);(c)IPCC (2006)
jaringan jalan dan volume lalu lintas jalan-jalan
kecil tidak tersedia, maka emisi dihitung sebagai Sedangkan untuk parameter SO2

3
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 1 (2016)
diestimasikan dengan asumsi bahwa semua sulfur Lk = luas jalan di zona/grid k
dalam bahan bakar berubah secara sempurna Lt =total luas jalan di wilayah inventarisasi
menjadi SO2 dengan menggunakan rumus a = faktor (dalam fraksi dari 0 - 1) yang
(CORINAIR, 2009) : mendefinisikan pengaruh penduduk dan luas jalan
terhadap panjang perjalanan kendaraan.Untuk
E = 2 x k S, m x FCm Indonesia, ditetapkan nilai a = 0,35.
Dimana : k S, m = berat kandungan sulfur terkait Setelah diketahui distribusi panjang
dalam bahan bakar jenis m (g/g bahan bakar) perjalanan kendaraan untuk setiap kategori di
FCm = konsumsi bahan bakar jenis m (g) setiap zona/grid, selanjutnya dihitung beban
pencemar per kategori kendaraan dengan
Tier 2 mengalikan panjang perjalanan dan faktor emisi
Faktor emisi mengacu pada faktor emisi per kategori di setiap zona/grid. Kemudian untuk
nasional (Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. mendapatkan beban pencemar total di setiap
12/2010 tentang Pengendalian Pencemaran Udara zona/grid, seluruh beban pencemar per kategori
di Daerah). kendaran dijumlahkan. Hasil sebaran data emisi per
parameter didistribusikan ke dalam peta geografis
Tabel 2. Faktor Emisi Metode Tier 2
menggunakan metode Sistem Informasi Geografis
(SIG).
Pence Sepeda Mobil Mobil
Bus Truk
mar Motor Bensin Solar
HASIL DAN PEMBAHASAN
TSP
1. Perhitungan Emisi Metode Tier 2
(g/km) 0,24 0,01 0,53 1,4 1,4
NOx Perhitungan emisi sumber pencemar dengan
(g/km) 0,29 2 3,5 11,9 17,7 metode Tier 2, berdasarkan pendekatan jarak
SO2 tempuh kendaraan atau vehicle kilometer travelled
(g/km) 0,008 0,026 0,44 0,93 0,82 (VKT). Pada metode Tier 2, perhitungan emisi
HC sumber bergerak dilakukan dengan 3 langkah, yaitu
(g/km) 5,9 4 0,2 1,3 1,8
sumber bergerak total, sumber bergerak garis dan
CO
(g/km) 14 40 2,8 11 8,4 sumber bergerak area.
CO2 317 a. Emisi Sumber Garis
(g/km) 3180 3180 3172 2 3172 Perhitungan emisi sumber garis didapat dari
CH4 perkalian VKT dengan faktor emisi.Jarak tempuh
(g/km) 0,26 0,07 0,01 0,06 0,01
kendaraan bermotor atau VKT untuk sumber garis
N2O 0,03
(g/km) 0,002 0,005 0,014 1 0,031 diperoleh dengan mengalikan panjang ruas jalan
Sumber : KLH, 2013 utama i (satuan km) dengan volume kendaraan tiap
kategori pada ruas jalan tersebut (satuan
D. Distribusi Spasial kendaraan/tahun). Volume kendaraan dan panjang
Panjang perjalanan total per kategori ruas jalan utama didapatkan data sekunder dari
kendaraan didistribuskan ke satuan wilayah terkecil Dishub DIY. Kemudian VKT Sumber Garis dapat
(zona/grid) di dalam wilayah inventarisasi dihitung.
mengikuti kepadatan penduduk dan luas jalan di Tabel 3. VKT Sumber Garis
dalam zona/gridbersangkutan. Persamaan dasar
Jenis Kendaraan 2013 2014
yang digunakan untuk menghitung distribusi
spasial panjang perjalanan adalah: Sepeda Motor 102.742.650 110.714.063
Untuk grid k : Mobil Penumpang
VKT b,c,k = (K1k + K2k) x VKT b,c (Bensin) 34.752.742 38.147.906
Dimana: Mobil Penumpang
VKTb,c,k = panjang perjalanan kendaraan kategori (Solar) 10.380.689 11.394.829
b yang menggunakan bahan bakar c untuk Bus 4.793.022 4.703.653
zona/grid k Truk 4.278.379 4.317.235
VKTb,c =total panjang perjalanan kategori b yang
menggunakan bahan bakar c b. Emisi Sumber Total
K1k = pk = faktor pembobot kepadatan penduduk Perhitungan emisi sumber total dilakukan
pt dengan mengalikan VKT Total dengan faktor
k
K2 = (1- ) Lk = faktor pembobot luas jalan emisi.VKT untuk sumber total diperoleh dengan
Lt mengalikan VKT Odometer per jenis kendaraan
pk = penduduk di zona/grid k (satuan km/tahun) dengan jumlah kendaraan per
jenis kendaraan.
pt= total penduduk di wilayahinventarisasi
4
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 1 (2016)
Tabel 4. VKT Sumber Total Namun, teknologi hemat biaya yang ada dapat
Jenis Kendaraan 2013 2014
mengurangi emisi NOx dan partikulat dari
kendaraan diesel yang baru, seperti penggunaan
Sepeda Motor 3.309.915.980 3.567.037.216
konverter katalistis (Dewan Nasional Perubahan
Mobil Penumpang Iklim, 2010). Emisi NOx dipengaruhi oleh
525.438.077 570.275.171
(Bensin)
kepadatan penduduk, karena sumber utama NOx
Mobil Penumpang
(Solar)
156.949.036 170.341.934 yang diproduksi manusia adalah dari pembakaran,
dan kebanyakan pembakaran disebabkan oleh
Bus 48.652.800 47.712.000
kendaraan bermotor (Fardiaz, 1992). Peningkatan
Truk 148.269.487 149.604.714 emisi NOx berbanding lurus dengan pertumbuhan
jumlah kendaraan bermotor di Kota Yogyakarta.
Berdasarkan tabel diatas, VKT Total paling
besar adalah pada kendaraan jenis sepeda motor. e. Emisi Sumber Pencemar SO2
Meskipun VKT odometer sepeda motor paling Pada Sumber Garis, emisi pencemar
kecil dibandingkan dengan jenis kendaraan lain, SO2paling besar berasal dari kendaraan bus,
namum jumlah kendaraan sepeda motor paling kendaraan bus mencapai 5,43 ton/tahun. Pada
besar dari tahun ke tahun. Sumber Total, dapat disimpulkan bahwa emisi SO2
c. Emisi Sumber Area paling besar dihasilkan oleh kendaraan truk. Emisi
SO2 yang dihasilkan truk sebesar 119,57 ton/tahun.
Jarak tempuh kendaraan atau VKT sumber Pada Sumber Area, dapat disimpulkan bahwa emisi
area didapat dari VKT Total tiap jenis kendaraan SO2paling besar dihasilkan oleh kendaraan truk.
dikurangi dengan VKT Garis tiap jenis kendaraan. Dimana rata-rata emisi SO2 yang dihasilkan
Tabel 5. VKT Sumber Area kendaraan truk sebesar 116,11 ton/tahun.
Jenis Kendaraan 2013 2014 Untuk Sumber Garis, VKT Garis kendaraan
bus lebih besar dibandingkan kendaraan truk.
Sepeda Motor 3.207.173.329 3.456.323.153 Karena bus kota lebih banyak melakukan
Mobil Penumpang perjalanan dibanding kendaraan truk, dan rata-rata
490.685.335 532.127.265
(Bensin) ritasi bus kota dalam sehari yaitu 8 kali/hari. Oleh
Mobil Penumpang karena itu, penghasil emisi SO2terbesar bersumber
146.568.347 158.947.105
(Solar)
dari kendaraan bus.
Bus 43.859.778 43.008.347 Untuk Sumber Total, VKT kendaraan bus
Truk 143.991.107 145.287.480 lebih besar dibanding kendaraan truk karena
kendaraan bus melakukan ritasi setiap harinya.
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa VKT Namun jika dilihat dari jumlah kendaraannya, truk
Area paling besar yaitu kendaraan sepeda motor, memang berjumlah lebih banyak dibandingkan bus.
karena VKT Total kendaraan sepeda motor juga Bus mengalami pengurangan armada hingga
paling besar diantara kendaraan lain dengan mencapai 50% pada tahun 2011, jumlah armada
perbandingan yang cukup signifikan. Dilihat dari bus konstan dari tahun 2011 sampai 2013, dan
tabel diatas, nilai VKT Area tiap jenis kendaraan melakukan pengurangan lagi pada tahun 2014.
dari tahun ke tahun selalu meningkat, hal tersebut Faktor emisi SO2 untuk kendaraan truk yang
tergantung dari besarnya pemakaian pengendara berbahan solar tersebut paling besar kedua yaitu
pada dari tahun ke tahun pada VKT Total dan 0,82 g/km. Dilihat dari jenis bahan bakarnya, solar
volume kendaraan tiap tahun yang semakin memang penghasil sulfur yang tinggi. Oleh karena
meningkat pada sumber garis. itu emisi SO2 yang dihasilkan truk juga paling
d. Emisi Sumber Pencemar NOx tinggi, mengingat rata-rata jumlah kendaraan truk
per tahun lebih besar dibandingkan mobil
Emisi NOx terbesar berasal dari kendaraan penumpang (solar) dan bus.
truk. Pada Sumber Garis, rata-rata emisi NOx Untuk Sumber Area, VKT Area terbesar
kendaraan truk mencapai 73,65 ton/tahun.Pada adalah kendaraan truk. Pada pembahasan Sumber
Sumber Total, rata-rata emisi NOxyang dihasilkan Total sebelumnya, diantara ketiga kendaraan
truk sebesar 2.581 ton/tahun. Pada Sumber Area, tersebut, VKT Total terbesar ada pada kendaraan
rata-rata emisi NOx yang dihasilkan kendaraan truk truk. Sedangkan VKT Garis kendaraan truk paling
sebesar 2.506 ton/tahun. kecil diantara ketiga jenis kendaraan tersebut.
Faktor emisi NOx untuk kendaraan trukpaling Faktor emisi truk juga terbesar kedua yaitu 0,82
besar, yaitu 17,7 g/km, meskipun jumlah kendaraan g/km, sehingga kendaraan truk merupakan sumber
truk terbesar ketiga setelah sepeda motor dan mobil pencemar area terbesar untuk parameter SO2.
penumpang (bensin). Truk dengan bakar bakar Menurut Suhadi (2008), kandungan sulfur
solar yang termasuk mesin diesel modern dalam solar (0,2156 %) lebih besar dari bensin
menimbulkan jauh lebih banyak polusi NOx dan (0,015 %), dan berat jenis bahan bakar solar (838
partikulat dibandingkan dengan mesin bensin. g/l) lebih besar dari bensin (735 g/l), kondisi inilah

5
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 1 (2016)
yang mempengaruhi nilai faktor emisi. Oleh karena penumpang (bensin) juga paling besar yaitu 40
itu faktor emisi kendaraan berbahan bakar solar g/km. Kondisi kepadatan lalu lintas juga
lebih besar daripada kendaraan berbahan bakar berpengaruh terhadap kecepatan kendaraan di ruas
bensin untuk polutan SO2. Dan emisi SO2 yang jalan-jalan utama, dan terjadi peningkatan arus
dikeluarkan lebih banyak dari kendaraan berbahan pada kapasitas tertentu, sehingga terjadi penurunan
bakar solar dibandingkan kendaraan berbahan kecepatan (macet) dan tidak ada pergerakan
bakar bensin. kendaraan yang menyebabkan volume kendaraan
f. Emisi Sumber Pencemar HC tetap. Dimana semakin rendah kecepatan semakin
Emisi pencemar HC paling besar berasal dari tinggi emisi gas CO sehingga konsentrasi gas CO
sumber kendaraan jenis sepeda motor. Kendaraan di tiap ruas jalan utama lebih tinggi (Hodijah,
jenis sepeda motor yang berbahan bakar bensin ini, 2014). Menurut Zhai, H., et.al dalam Eldewisa
memang berjumlah paling banyak diantara (2008), diketahui bahwa emisi CO menurun seiring
kendaraan-kendaraan lain, yaitu dengan persentase dengan meningkatnya kecepatan. Faktor lainnya
sebesar 85,35% ditahun 2014. Disamping harganya seperti kondisi meteorologi (kecepatan dispersi
yang lebih murah, kendaraan sepeda motor udara dan pembersihan gas) yang dipengaruhi oleh
perawatannya memang lebih mudah dibandingkan faktor meteorologi (kecepatan dan arah angin,
kendaraan bermotor lainnya. Namun menghasilkan temperatur, radiasi matahari, tutupan awan,
emisi HC paling banyak. Pada Sumber Garis, rata- presipitasi, dan lain-lain), kondisi topografi, dan
rata emisi HC kendaraan sepeda motor mencapai kualitas udara background. Selain itu perbedaan
503,28 ton/tahun. Pada Sumber Total, rata-rata tutupan lahan (penghijauan dan bangunan) juga
emisi HCyang dihasilkan sepeda motor sebesar akan berpengaruh terhadap konsentrasi gas CO di
18.759 ton/tahun. Sedangkan pada Sumber Area, udara (Fardiaz, 1992).
rata-rata emisi HC yang dihasilkan kendaraan Gas CO sebagian besar berasal dari
sepeda motor sebesar 18.183 ton/tahun. pembakaran bahan bakar fosil dengan udara,
Beban emisi HC untuk Sumber Garis, Sumber berupa gas buangan. Pembentukan CO hanya
Total dan Sumber Area paling tinggi diakibatkan terjadi jika reaktan yang ada terdiri dari karbon dan
oleh kendaraan sepeda motor. Selain jumlahnya oksigen murni (Fardiaz, 1992). Reaksi
yang paling banyak, faktor emisi HC untuk pembentukan CO lebih cepat daripada reaksi
kendaraan sepeda motor juga paling besar, yaitu pembentukan CO2, sehingga pada hasil akhir
5,9 g/km. Terlihat dari kepadatan kendaraan yang pembakaran masih mungkin terdapat gas CO
sangat tinggi di ruas jalan-jalan utama serta (Wardhana, 1995). Menurut Hodijah (2014), jenis
kecepatan kendaraan rata-rata yang cukup rendah kendaraan yang berbahan bakar bensin akan
akibat seringkali terjadi kemacetan di ruas jalan- mengeluarkan gas CO lebih tinggi dibandingkan
jalan utama terutama saat peak hour pagi hari dan kendaraan berbahan bakar solar. Kendaraan
sore hari. Jenis kendaraan di tiap ruas jalan utama bermotor berbahan bakar bensin terhitung sebagai
juga lebih banyak kendaraan berjenis sepeda motor penyumbang CO paling banyak di atmosfer. Gas
dengan bahan bakar bensin. Menurut Hodijah CO merupakan pencemar udara yang paling umum
(2014), jenis kendaraan yang berbahan bakar dan luas distribusinya. Emisi gas CO ke atmosfer
bensin akan mengeluarkan gas HC lebih tinggi melebihi jumlah emisi gas pencemar lainnya. CO
dibandingkan kendaraan berbahan bakar solar. diproduksi dalam proses pembakaran dalam
oksigen dibawah kondisi jenuh (pembakaran tidak
g. Emisi Sumber Pencemar CO sempurna) yang melibatkan senyawa karbon.
Emisi CO paling besar dihasilkan oleh Sehingga jumlah CO yang dihasilkan tergantung
kendaraan sepeda motor. Pada Sumber Garis, rata- dari perbandingan bahan bakar dan udara serta
rata emisi CO kendaraan sepeda motor mencapai tingkat pencampuran.
1.194 ton/tahun. Pada Sumber Total, rata-rata emisi
COyang dihasilkan sepeda motor sebesar 44.513 h. Emisi Sumber Pencemar TSP
ton/tahun. Pada Sumber Area, rata-rata emisi CO Emisi TSP paling besar dihasilkan oleh
yang dihasilkan kendaraan sepeda motor sebesar kendaraan sepeda motor. Pada Sumber Garis, rata-
43.145 ton/tahun. rata emisi TSPsepeda motor mencapai 10,24
Hal ini menunjukkan bahwa pencemaran CO ton/tahun. Pada Sumber Total, rata-rata emisi
pada jalan-jalan utama, area pemukiman dan jalan TSPyang dihasilkan sepeda motor sebesar 381,54
kecil disebabkan oleh kendaraan bermotor terutama ton/tahun. Pada Sumber Area, rata-rata emisi TSP
sepeda motor. Selain jumlahnya yang paling besar, yang dihasilkan kendaraan sepeda motor sebesar
faktor emisi CO untuk kendaraan sepeda motor 369,82 ton/tahun.
yang berbahan bensin tersebut juga besar yaitu 14 Sepeda motor dengan jumlah kendaraan
g/km. Beban emisi terbesar kedua bersumber dari terbanyak, memiliki faktor emisi yang tergolong
mobil penumpang (bensin), dimana selain jumlah kecil yaitu 0,24 g/km, dan faktor emisi terbesar
kendaraan dan volume kendaraan di ruas jalan dimiliki oleh kendaraan berbahan bakar solar yaitu
utama paling banyak kedua, faktor emisi mobil bus dan truk. Namun jumlah unit kendaraan sepeda
motor dan volume kendaraan di ruas jalan utama

6
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 1 (2016)
paling besar diantara jenis kendaraan lain. Faktor sepeda motor adalah 0,002 g/km. Hal tersebut
emisi untuk pencemar TSP menggunakan faktor dapat terjadi karena jumlah unit kendaraan sepeda
emisi PM10. Hal tersebut dikarena tidak tersedianya motor juga paling besar diantara kendaraan lainnya
faktor emisi khusus untuk TSP. Sekitar 50% - 60% dan jumlahnya meningkat setiap tahunnya.
dari partikel melayang merupakan debu Pada Sumber Area, emisi CO2epaling besar
berdiameter 10m atau dikenal dengan PM10 dihasilkan oleh kendaraan sepeda motor. Dimana
(Gindo, 2007). Sehingga untuk menghitung emisi rata-rata emisi CO2e yang dihasilkan kendaraan
TSP dikalikan dengan persentase dari TSP. sepeda motor sebesar 266.871 ton/tahun.
Peningkatan emisi sumber pencemar TSP di Menurut Purwanto (2015), pada proses
jalan-jalan utama sebanding dengan peningkatan pembakaran mesin yang sempurna, molekul
jumlah kendaraan sepeda motor di Kota hidrokarbon yang terdapat pada bahan bakar bensin
Yogyakarta, hal ini memberikan perkiraan bahwa dipecah menjadi karbondioksida (CO2), uap air
emisi TSP didominasi berasal dari asap kendaraan (H2O) dan nitrogen (N2). Sisa hasil pembakaran
sepeda motor. bahan bakar minyak yang digunakan oleh
kendaraan bermotor adalah sumber utama dari
i. Emisi Sumber Pencemar CO2 Equivalent
emisi CO2 di Kota Yogyakarta yang terkonsentrasi
Perhitungan emisi CO2emerupakan
di jalan-jalan utama dengan mobilitas yang tinggi
penjumlahan dari emisi CO2, CH4 dan N2O. Untuk
terutama kendaraan sepeda motor. A. Tresna
mengkonversi emisi CH4 dan N2O menjadi relatif
Sastrawijaya dalam Purwanto (2015) menyebutkan
CO2, harus dikalikan terlebih dahulu dengan
bahwa meskipun dalam kondisi lalu lintas padat
Global Warming Potentials (GWP). GWP adalah
(macet), pembakaran bahan bakar pada mesin
nilai yang relatif sama dengan CO2. GWP relatif
kendaraan bermotor tetap berlangsung
terhadap CO2 untuk emisi gas CH4 adalah 25 ton
mengeluarkan emisi. Pembakaran bahan bakar
CO2. Sedangkan GWP relatif terhadap CO2 untuk
akan lebih efisien jika kendaraan dilarikan dengan
emisi gas N2O adalah 298 ton CO2(IPCC Fourth
kecepatan yang konstan, dan mengurangi frekuensi
Assessment Report: Climate Change 2007). Untuk
pengereman dan starter. Sebaliknya, dalam kondisi
perhitungan emisi CO2 bergantung pada ekonomi
jalanan macet maka pembakaran bahan bakar
bahan bakar per jenis kendaraan. Karena nilai VKT
kendaraan bermotor tidak akan efisien dan tidak
Total akan dibagi dengan ekonomi bahan bakar per
sempurna.
jenis kendaraan dan dikalikan dengan densitas
Selain karena jumlah kendaraannya yang
bahan bakar, baru dikalikan dengan faktor emisi.
paling banyak, terdapat kemungkinan bahwa
Densitas bahan bakar bensin adalah 0,7 kg/L dan
besarnya beban emisi pada sepeda motor
densitas bahan bakar solar adalah 0,8 kg/L
dikarenakan sistem pembakaran sepeda motor tidak
(Kalghatgi, 2014). Setelah emisi CO2, CH4 dan
sebaik kendaraan roda empat dalam hal efisiensi
N2O diketahui, kemudian dari ketiga emisi
pembakaran bahan bakar, karena gas CH4
pencemar tersebut dapat dihitung emisi CO2e.
merupakan buangan hasil pemecahan (cracking)
Pada Sumber Garis, dapat disimpulkan bahwa
senyawa hidrokarbon akibat adanya suhu yang
emisi CO2epaling besar dihasilkan oleh kendaraan
tinggi dari hasil pembakaran (Sihombing, 2008).
mobil penumpang (bensin). Dimana rata-rata emisi
CO2eyang dihasilkan mobil penumpang (bensin) 2. Perhitungan Emisi Metode Tier 1
sebesar 8.313 ton/tahun. Faktor ekonomi bahan
Metode pendekatan ini bergantung pada data
bakar yang dimiliki mobil penumpang (bensin)
konsumsi bahan bakar minyak yang digunakan di
juga cukup besar yaitu sebesar 8 km/L, dimana
wilayah tersebut.Tier 1 hanya digunakan apabila
yang sebagian besar berjenis minibus. Ekonomi
data yang diperlukan untuk menggunakan Tier
bahan bakar dimaksudkan sebagai setiap 1 liter
yang lebih tinggi tidak tersedia.
bahan bakar yang digunakan dapat menempuh
jarak hingga 8 km. Dan faktor emisi CO2 untuk a. Konsumsi Bahan Bakar Minyak di Kota
kendaraan mobil penumpang (bensin) sebesar 3180 Yogyakarta
g/kg BBM. Faktor emisi CH4 untuk kendaraan
mobil penumpang (bensin) 0,07 g/km, sedangkan Perhitungan emisi menggunakan metode Tier
faktor emisi N2O untuk kendaraan mobil 1 adalah metode perhitungan yang paling
penumpang (bensin) 0,005 g/km. sederhana.Perhitungan ini berdasarkan pada data
Pada Sumber Total, emisi CO2epaling besar konsumsi atau penjualan bahan bakar premium dan
dihasilkan oleh kendaraan sepeda motor. Dimana solar khusus sektor transportasi darat di Kota
rata-rata emisi CO2eyang dihasilkan sepeda motor Yogyakarta dalam 1 (satu) tahun, yaitu tahun 2013
sebesar 275.330 ton/tahun. Faktor emisi CO2 untuk dan 2014.
kendaraan sepeda motor nilainya cukup besar yaitu
3180g/kg BBM. Ekonomi bahan bakar untuk
sepeda motor yaitu 28 km/L. Faktor emisi CH4 Tabel 6. Konsumsi Bahan Bakar
untuk kendaraan sepeda motor 0,26 g/km, KotaYogyakarta Tahun 2013-2014
sedangkan faktor emisi N2O untuk kendaraan

7
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 1 (2016)

Konsumsi BBM (KL/tahun) Hasil emisi gabungan dari bahan bakar premium
Tahun dan solar didapat emisi tertinggi yaitu CO2e,
Premium Solar
dengan rata-rata emisi sebesar 283.481
2013 98.624 19.664 ton/tahun.Beban emisi rata-rata NOx yang
2014 96.648 20.489 dihasilkan
3. Perbandingan Hasil Emisi Metode Tier 1
Sumber : Pertamina UPMS IV Semarang, 2015
dan Metode Tier 2
Untuk parameter NOx, CO dan TSP Pada semua parameter pencemar baik
menggunakan faktor emisi dari CORINAIR. Faktor pencemar udara konvensional maupun pencemar
emisi ini dengan satuan g/kg bahan bakar, oleh Gas Rumah Kaca, beban emisi dengan metode Tier
karena itu untuk menghitung emisi dalam ton/tahun 2 (VKT) lebih tinggi dibandingkan beban emisi
harus dikalikan dahulu dengan densitas bahan metode Tier 1 (konsumsi BBM). Hal ini
bakar tersebut (kg/L), dan kemudian dikalikan dikarenakan perhitungan emisi dengan VKT
dengan konsumsi bahan bakar (KL/tahun). didasari oleh pertimbangan jarak tempuh kendaraan
Densitas untuk bensin pada 15C adalah 0,7 kg/L tanpa pertimbangan lokasi pemenuhan kebutuhan
dan solar 0,8 kg/L (Kalghatgi, 2014). bahan bakar yang kemungkinan diperoleh di luar
Parameter HC menggunakan faktor emisi dari wilayah studi (Sihombing, 2008). Pada metoda Tier
US EPA. Faktor emisi tersebut dengan satuan
2 data aktivitas yang digunakan dalam perhitungan
g/mile, dimana 1 mile = 1,609 km. Dari satuan lebih detil dibanding metoda Tier 1.Faktor emisi
g/mile, faktor emisi tersebut dijadikan g/km Tier 2 juga telah memperhitungkan kondisi bahan
terlebih dahulu, selanjutnya dikalikan dengan bakar di negaraIndonesia, maka tingkat
ekonomi bahan bakar dengan satuan km/L. Dan ketidakpastian (uncertainty) pada Tier 2 lebih baik
pada tahap akhir, dikalikan dengan konsumsi bahan dibanding dengan tingkat ketidakpastian pada Tier
bakar (KL/tahun). Parameter SO2, perhitungan 1 (KLH, 2012).
emisimenggunakan rumus dari CORINAIR. Menurut Pedoman Inventarisasi dari KLH
Dimana emisi SO2 per jenis bahan bakar (2013), pada metode Tier 2, beban emisi dihitung
diestimasikan dengan asumsi bahwa semua sulfur menggunakan input data panjang perjalanan
dalam bahan bakar berubah secara sempurna kendaraan bermotor yang ada di Kota Yogyakarta
menjadi SO2. dan berkontribusi dalam menyumbang emisi
Sedangkan untuk sumber pencemar GRK, kendaraan bermotor di Kota Yogyakarta. Selain itu
seperti CO2, CH4 dan N2O faktor emisi yang banyak penduduk dari luar Kota Yogyakarta yang
digunakan bersumber dari IPCC. Untuk beraktivitas di dalam Kota Yogyakarta. Penduduk
menghitung emisi sumber pencemar tersebut, tersebut mengendarai kendaraan bermotornya di
konsumsi bahan bakar (KL/tahun) dikalikan dalam Kota Yogyakarta dan mengemisikan gas
dengan faktor emisi dari IPCC (kg/TJ). Namun, buang kendaraan di area Kota Yogyakarta.
faktor emisi tersebut harus dikalikan dahulu dengan Sedangkan belum tentu penduduk tersebut membeli
nilai kalor per jenis bahan bakar (TJ/liter). BBM di SPBU dalam Kota Yogyakarta, begitu
b. Hasil Perhitungan Emisi Gas Konvensional juga sebaliknya. Karena penduduk yang
dan GRK Metode Tier 1 berdomisili di Kota Yogyakarta dapat juga
Berikut adalah tabel hasil perhitungan emisi melakukan perjalanan regional namun
dengan metode Tier 1. mengkonsumsi BBM di luar wilayah studi. Selain
itu perbedaan tersebut disebabkan tidak tersedianya
Tabel 7. Beban Emisi Metode Tier 1 data lengkap penggunaan BBM per jenis kendaraan
Emisi Pencemar sehingga perhitungan emisi berdasarkan konsumsi
2013 2014
(ton/tahun BBM memberikan hasil yang cukup berbeda
NOx 692,96 693,61 dengan emisi berdasarkan pendekatan VKT (Tier
SO2 5,77 5,67 2) (Sihombing, 2008).
HC 414,69 412,53 4. Distribusi Spasial Sumber Pencemar
CO 34.476 33.792
Udara Konvensional dan Gas Rumah Kaca
Distribusi spasial emisi pencemar udara NOx,
TSP 175,79 173,75 SO2, HC, CO, TSP dan CO2 e paling besar berada
CO2 277.999 275.681 pada grid yang sama yaitu grid 44 dan 45. Dimana
CH4 110,16 108,13
grid tersebut merupakan Desa Pringgokusuman
(grid 44) dan Sosromeduran (grid 45). Desa
N2O 13,18 13,08 tersebut merupakan desa dengan jumlah penduduk
CO2e 284.679 282.283 yang paling padat dan luas jalan yang paling besar,
Emisi gas pencemar konvensional dan GRK sehingga emisi paling besar dihasilkan dikedua
diperoleh dari penjumlahan emisi gas yang desa tersebut. Distribusi spasial ini dibuat emisi per
dikeluarkan oleh bahan bakar premium dan solar. grid dalam bentuk GIS atau SIG.

8
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 1 (2016)
5. Penerapan Program Penurunan Emisi di SARAN
Kota Yogyakarta
Dengan adanya keterbatasan data faktor
Upaya Penurunan Emisi CO2e Program emisi yang ada maka penelitian ini perlu
ITS, BRT, Manajemen Parkir dan Smart Driving
0.83% dikembangkan untuk perhitungan beban emisi
1.04% dengan memperhatikan jenis mesin dan teknologi
2.93%
0.20% kendaraan khususnya untuk sepeda motor agar
Emisi CO2e Sumber Total didapatkan hasil yang lebih baik dan semakin
Reduksi Emisi dari BRT System meningkatkan efektifitas program pengendalian
Reduksi Emisi Penerapan ITS pencemaran udara. Selain itu, perlu adanya
Reduksi Emisi Manajemen Parkir peralihan kendaraan dari kendaraan pribadi ke
95.00%
Reduksi Emisi Smart Driving angkutan umum, pembenahan dan peningkatan
kuantitas angkutan umum, peningkatan kualitas
bahan bakar kendaraan bermotor dari teknologi
Euro 2 ke Euro 3, penanganan hambatan samping
Upaya Penurunan Emisi CO2e dari Kegiatan Car jalan (on street parking dan PKL), peningkatan
Free Day management trafficseperti membuat jalan menjadi
1.56%
satu arah, pembenahan rute/jalur BRT dibuat
terpisah dengan kendaraan bermotor lainnya serta
Emisi CO2e Sumber Garis diberlakukannya rute khusus unmotorized untuk
Reduksi Emisi CFD mengurangi kemacetan lalu lintas.
98.44% DAFTAR PUSTAKA
Gambar 1. Aksi Mitigasi Emisi CO2e Adisasmita, Rahardjo, dan Sakti Adji Adisasmita.
2011. Manajemen Transportasi Darat.
Berdasarkan beberapa program pemerintah
Yogyakarta: Graha Ilmu
Kota Yogyakarta untuk mereduksi emisi akibat
Alfiah, Taty. 2009. Pencemaran Udara. Surabaya:
kendaraan bermotor, terlihat program yang paling
Teknik Lingkungan Institut Teknologi Adhi
banyak mereduksi emisi adalah program shifting
Tama Surabaya
kendaraan bermotor ke BRT System yaitu 2,93%
Agusnar, Harry. 2007. Kimia Lingkungan. Medan:
dari emisi CO2e Sumber Total. Sedangkan
USU Press
Penerapan ITS mampu mereduksi 0,83%,
Aini, Anisah. 2007. Sistem Informasi Geografis
Penerapan Kegiatan CFD mampu mereduksi emisi
Pengertian Dan Aplikasinya. Yogyakarta:
0,07%, Penerapan Manajemen Parkir 1,04% dan
STMIK AMIKOM
Penerapan Smart Driving 0,2%. Oleh karena itu,
Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah
perlu adanya peningkatan fasilitas dan penambahan
Provinsi DKI Jakarta. 2009. Inventarisasi
jumlah BRT di Kota Yogyakarta agar semakin
Emisi Pencemar Udara Di Provinsi DKI
memudahkan akses masyarakat.
Jakarta. Jakarta
KESIMPULAN Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta. 2014.
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan Kecamatan Dalam Angka 2014. Yogyakarta
kesimpulan sebagai berikut: beban emisi pencemar CORINAIR. 2009. Atmospheric Emission
NOx oleh sektor transportasi darat paling tinggi Inventory Guidebook 3th Edition. European
dihasilkan oleh kendaraan truk pada semua sumber, Environment Agency
emisi pencemar SO2 oleh sektor transportasi darat Dewan Nasional Perubahan Iklim. 2010. Peluang
paling tinggi dihasilkan oleh kendaraan bus dan dan Kebijakan Pengurangan Emisi Sektor
truk, emisi pencemar HC oleh sektor transportasi Transportasi. Jakarta
darat paling tinggi dihasilkan oleh kendaraan Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Istimewa
sepeda motor, emisi pencemar CO oleh sektor Yogyakarta. 2015
transportasi darat paling tinggi dihasilkan oleh Dinas Perhubungan Daerah Istimewa Yogyakarta.
kendaraan sepeda motor, emisi pencemar TSP oleh 2015
sektor transportasi darat paling tinggi dihasilkan Eldewisa, Zahra dan Driejana. 2008. Perbandingan
oleh kendaraan sepeda motor, emisi pencemar Estimasi Beban Emisi CO Dan CO2 Dengan
CO2e oleh sektor transportasi darat paling tinggi Pendekatan Konsumsi Bahan Bakar Dan
dihasilkan oleh kendaraan mobil penumpang Kecepatan Kendaraan (Studi Kasus :
(bensin) dan sepeda motor, beban emisi yang Bunderan Cibiru-Lembang). Bandung:
dihasilkan dari konsumsi BBM (Tier 1) didapatkan Institut Teknologi Bandung
CO2e sebagai polutan tertinggi. Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara.
Yogyakarta: Kanisius
Gindo, Agus dan Budi Hari. 2007. Pengukuran
Partikel Udara Ambien (TSP, PM10, PM2,5)

9
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 1 (2016)
Di Sekitar Calon Lokasi PLTN Purwanto, Christine Prita. 2015. Inventarisasi
Semenanjung Lemahabang. Pusat Teknologi Emisi Sumber Bergerak Di Jalan (On Road)
Limbah Radioaktif-BATAN Kota Denpasar. Denpasar: Universitas
Hodijah, Nurhadi, Bintal Amin dan Mubarak. Udayana
2014. Estimasi Beban Pencemar Dari Emisi Ryadi, A.L. Slamet. 2002. Pengantar Kesehatan
Kendaraan Bermotor di Ruas Jalan Kota Lingkungan Dimensi dan Tinjauan
Pekanbaru. Pekanbaru: Pusat Pengelolaan Konseptual. Surabaya: Karya Anda
Ekoregion Sumatera Sandjaja, B., dan Albertus Heriyanto. 2006.
IPCC. 2006. Guidelines for National Greenhouse Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi
Gas Inventories. Volume 2: Energy Pustaka
Kalghatgi, Gautam T. 2014. The Outlook For Fuels Sastrawijaya, A.T. 2009. Pencemaran Lingkungan.
For Internal Combustion Jakarta: PT Rineka Cipta
Engines.International Journal of Engine Sejati, Kuncoro. 2011. Global Warming, Food, and
Research Sage Water Problems, Solutions, and The
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Changes of World Geopolitical
2012. Kajian Emisi Gas Rumah Kaca Sektor Constellation. Yogyakarta: Gadjah Mada
Transportasi. Jakarta University Press
Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Sianturi, Omri. 2004. Evaluasi Emisi Karbon
Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Monoksida Dan Partikel Halus Dari
Kaca Nasional Buku II Volume 1: Kendaraan Bermotor Di Kota Semarang.
Metodologi Penghitungan Tingkat Emisi Semarang: Magister Ilmu Lingkungan
Gas Rumah Kaca Pengadaan Dan Universitas Diponegoro
Penggunaan Energi Sihombing, Adolf Leopold SM. 2008. Inventori
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Emisi Gas Rumah Kaca (CO2 dan CH4) dari
2013. Pedoman Teknis Penyusunan Sektor Transportasi dengan Pendekatan
Inventarisasi Emisi Pencemar Udara di Jarak Tempuh Kendaraan dan Konsumsi
Perkotaan. Jakarta Bahan Bakar dalam Upaya Pengelolaan
Manahan, S.E. 1994. Environmental Chemistry 6th Kualitas Udara di Kota dan Kabupaten
edition. USA: Lewis Publisher Bandung. Bandung: Institut Teknologi
Mulia, R.M. 2005. Kesehatan Lingkungan. Bandung
Yogyakarta: Graha Ilmu Soedomo, Moestikahadi. 2001. Pencemaran
Mulyanto, H.R. 2007. Ilmu Lingkungan. Jakarta: Udara. Bandung: ITB
Graha Ilmu Sugandi, Dede, Lili Somantri dan Nanin T.S. 2009.
Noor, Hadiyah Asma dan Asep Sofyan. 2012. Sistem Informasi Geografis (SIG).
Inventarisasi Emisi Pencemaran Udara Dan Universitas Pendidikan Indonesia
Gas Rumah Kaca di Jabodetabek Dengan Sugiarta, Anak Agung Gede. 2008. Dampak Bising
Menggunakan Metode SIG (Sistem Dan Kualitas Udara Pada Lingkungan Kota
Informasi Geografis). Bandung: Institut Denpasar. Denpasar : Universitas Udayana
Teknologi Bandung Sujarweni, V.Wiratna. 2008. Belajar Mudah SPSS
Novianti, Srikandi dan Driejana. 2009. Pengaruh Untuk Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi &
Karakteristik Faktor Emisi Terhadap Umum. Yogyakarta: Global Media
Estimasi Beban Emisi Oksida Nitrogen Informasi
(NOx) Dari Sektor Transportasi (Studi Sunu, Pramudya. 2001. Melindungi Lingkungan
Kasus: Wilayah Karees, Bandung). Dengan Menerapkan ISO 14001. Jakarta:
Bandung: Institut Teknologi Bandung PT Grasindo
Nur, Yusratika, Puji Lestari dan Iga Uttari. 2010. Tranggono, Eric Priyo. 2011. Rancang Bangun
Inventori Emisi Gas Rumah Kaca (CO2 dan Sistem Informasi Kontrol Kondisi Lalu
CH4) dari Sektor Transportasi di DKI Lintas Dengan Kamera Pemantau CCTV
Jakarta Berdasarkan Konsumsi Bahan Berbasis GIS. Surabaya: Sekolah Tinggi
Bakar. Bandung: Institut Teknologi Manajemen Informatika dan Teknik
Bandung Komputer Surabaya
Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya U.S. Environmental Protection Agency
Mineral No. 0031 Tahun 2005 tentang Tata (EPA).Compilation of Air Pollutant
Cara Pelaksanaan Penghematan Energi Emission Factors, Volume 1, Fifth Edition
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang AP-42. 1997. Washington DC, U.S.A
Pengendalian Pencemaran Udara Wardhana, Wisnu Arya. 1995. Dampak
PT Pertamina (Persero) UPMS-IV Semarang. 2015 Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi
Offset

10

Anda mungkin juga menyukai