Anda di halaman 1dari 11

Afrizal Vachlepi Produksi Karet SIR 20CV Menggunakan Formula Hidrazin Hidrat dan Ammonium Sulfat

sebagai Aditif

PRODUKSI KARET SIR 20CV MENGGUNAKAN FORMULA


HIDRAZIN HIDRAT DAN AMMONIUM SULFAT SEBAGAI ADITIF
THE PRODUCTION OF RUBBER SIR 20CV USE HYDRAZINE HYDRATE
AND AMMONIUM SULFATE FORMULA AS ADDITIVE

Afrizal Vachlepi
Balai Penelitian Sembawa - Pusat Penelitian Karet
Jl. Raya Palembang-Pangkalan Balai Km.29 Sembawa
Kotak Pos 1127 Palembang 30001 Sumatera Selatan
e-mail: a_vachlepi@yahoo.com

Diterima: 15 Nopember 2017 ; Direvisi: 13 Desember 2017 – 11 Juni 2018; Disetujui: 28 Juni 2018

Abstrak
Produk utama karet alam Indonesia adalah SIR 20. Peningkatan mutu dapat dilakukan dengan mengubah
produksi karet alam SIR 20 menjadi SIR 20 viskositas mantap (SIR 20CV). Produksi karet alam SIR 20CV
memerlukan bahan pemantap antara lain campuran hidrazin hidrat dan ammonium sulfat. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui dan mempelajari formulasi dan dosis penggunaan dari campuran bahan aditif
hidrazin hidrat dan ammonium sulfat dalam produksi karet alam viskositas mantap. Penelitian ini
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan faktor perlakuan terdiri dari persentase
campuran hidrazin hidrat dan ammonium sulfat (perlakuan A) dan dosis penggunaan aditif (perlakuan B) serta
kontrol (HNS dan blanko/tanpa aditif). Perlakuan A terdiri dari 50%:50% (A1), 70%:30% (A2) dan 30%:70%
(A3). Perlakuan B terdiri dari 0,05% (B1), 0,10% (B2), 0,15% (B3) dan 0,20% (B4). Parameter yang diamati
berupa kondisi penggumpalan lateks, kadar karet kering (KKK) dan mutu teknis (plastisitas awal/Po, indeks
ketahanan plastisitas/PRI, viskositas Mooney/MV, indeks kestabilan viskositas/SVI, kadar zat menguap dan
kadar abu). Analisa mutu teknis dibandingkan dengan persyaratan mutu Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-
1903-2000 tentang Standard Indonesian Rubber (SIR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan
bahan aditif campuran hidrazin hidrat dan ammonium sulfat berpengaruh nyata pada parameter pH
penggumpalan lateks, kadar karet kering, Po, PRI, viskositas Mooney dan SVI dari karet alam SIR 20CV yang
dihasilkan. Perlakuan terbaik dihasilkan oleh perlakuan A3B1 yaitu perbandingan 30% hidrazin hidrat dan
70% ammonium sulfat dengan dosis 0,05%. Perlakuan A3B1 dapat menghasilkan karet alam SIR 20CV
dengan grade CV-70 sesuai dengan SNI 06-1903-2000.

Kata kunci: ammonium sulfat, hidrazin hidrat, mutu, SIR 20CV

Abstract
The main product of Indonesia natural rubber is SIR 20. The quality improvement can be done by converting
the production of natural rubber SIR 20 to SIR 20 constant viscosity (SIR 20CV). The production of natural
rubber SIR 20CV need the stabilizing agents among other a mixture of hydrazine hydrate and ammonium
sulfate. The research purpose was to find out and to study the formulation and dosage of the mixture
hydrazine hydrate and ammonium sulfate on the production of constant viscosity rubber. This research used
factorial completely randomized design with the treatment factor consist of percentage of mixture hydrazine
hydrate-ammonium sulfate (treatment A), additive dosage (treatment B) and control (HNS and blank/without
additive). The treatment A consists of 50%:50% (A1), 70%:30% (A2), and 30%:70% (A3). The treatment B
consists of 0.05% (B1), 0.10% (B2), 0.15% (B3) and 0.20% (B4). Parameters were latex coagulation
condition, dry rubber content, and technical quality (initial plasticity/Po, plasticity retention index/PRI, Mooney
viscosity/MV, stability viscosity index/SVI, volatile content and ash content). The analysis of technical quality
was compared with requirements of SNI 06-1903-2000 about SIR. The results showed that the use of mixed
additives of hydrazine hydrate and ammonium sulfate had a significant effect on the parameter pH of latex
coagulation, dry rubber content, plasticity, Mooney viscosity, and viscosity stability index of the rubber SIR
20CV. The best treatment was obtained by the treatment of A3B1, which is 30% hydrazine hydrate and 70%
ammonium sulfate with a dosage of 0.05%, because could produce natural rubber SIR 20CV with grade CV-
70 in accordance with SNI 06-1903-2000.

Keywords : ammonium sulfate, hydrazine hydrate, quality, SIR 20CV

1
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 29 Nomor 1 Tahun 2018 Hal. 1 - 11

PENDAHULUAN Salah satu tahapan proses yang harus


dilakukan dalam pembuatan ban adalah
Ekspor karet alam Indonesia proses mastikasi karet alam. Proses
pada tahun 2015 sekitar 3,1 juta ton mastikasi perlu dilakukan pada saat
(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2015). pembuatan kompon karet alam (Daik et
Angka ini menunjukkan bahwa karet al, 2007) sebelum dicetak menjadi ban.
alam merupakan salah satu komoditi Penggunaan karet viskositas
penting dan strategis bagi Indonesia. mantap, seperti karet SIR 20CV, dapat
Produk ekspor utama karet alam mempersingkat waktu proses mastikasi
Indonesia masih berupa karet SIR 20 sehingga berdampak pada menurunnya
yang mencapai 95% dari total ekspor. konsumsi energi. Solichin dan Immanuel
Tingginya jumlah ekspor karet SIR 20 ini (1991) menyatakan bahwa energi yang
lebih disebabkan bahan olah karet dibutuhkan untuk proses mastikasi ini
(bokar) yang digunakan berasal dari sebesar 33-35% dari total energi pada
koagulum karet rakyat (petani). Hasil saat pembuatan kompon karet. Dengan
survei yang dilakukan Syarifa et al. berkurangnya proses mastikasi,
(2013) di Sumatera Selatan sebagai konsumsi energi juga menjadi lebih
provinsi penghasil karet alam terbesar di rendah sehingga lebih efisien dan dapat
Indonesia mendapatkan bahwa mutu mengurangi biaya produksi (Vachlepi
bokar petani masih belum baik. Sebagian dan Suwardin, 2015a).
petani masih mencampurkan kontaminan Dalam pembuatan karet
seperti tatal (kulit kayu sadapan) ke viskositas mantap SIR 20CV diperlukan
dalam bokar. Selain itu, masih banyak bahan aditif yang berfungsi mencegah
ditemukan petani yang menggunakan terjadinya reaksi ikatan silang yang
bahan penggumpal (koagulan) yang menyebabkan pengerasan selama
tidak direkomendasi. proses penyimpanan (storage hardening)
Sayangnya, di dalam standar (Vachlepi dan Suwardin, 2015a). Reaksi
mutu yang tercantum dalam Standar ikatan ini terjadi secara alami yang
Nasional Indonesia (SNI) 06-1903-2000 ditandai dengan kenaikan nilai viskositas
tentang Standard Indonesian Rubber Mooney. Solichin (1995) menyatakan
(SIR), karet SIR 20 termasuk dalam karet bahwa mekanisme proses storage
spesifikasi teknis yang bermutu rendah. hardening adalah terjadinya ikatan silang
Oleh karena itu perlu peningkatan mutu gugus aldehida pada rantai poliisoprena
karet Indonesia sehingga ke depannya (Gambar 1).
persentase karet SIR 20 yang diekspor
berkurang dan digantikan dengan karet O O
yang mutunya lebih baik. Salah satu cara
C + H 2N NH2 + C CH = N – N = CH + 2H2O
meningkatkan mutu karet SIR 20 adalah
dengan mengubahnya menjadi karet SIR H H
20CV (constant viscosity) atau karet SIR
gugus aldehida amina gugus aldehida ikatan silang
20VK (viskositas konstan/mantap). Karet
SIR 20CV adalah karet alam standar SIR
20 yang nilai viskositasnya stabil atau Gambar 1. Mekanisme reaksi ikatan silang
mantap. penyebab terjadinya storage
Permintaan karet alam SIR 20 CV hardening
diprediksi akan terus mengalami
peningkatan. Pabrik ban sebagai Vachlepi et al. (2014)
konsumen utama karet alam sebagian menyatakan kelompok hidrazin hidrat
sudah mulai mengurangi penggunaan merupakan salah satu aditif yang dapat
energi. Dalam industri pengolahan karet digunakan sebagai bahan pemantap
alam termasuk pabrik pembuatan ban, karet alam. Senyawa hidrazin hidrat
energi menjadi faktor penting yang berfungsi sebagai pendonor gugus
berpengaruh terhadap biaya produksi. hidrogen yang dapat mereduksi ikatan

2
Afrizal Vachlepi Produksi Karet SIR 20CV Menggunakan Formula Hidrazin Hidrat dan Ammonium Sulfat
sebagai Aditif

rangkap molekul karet alam menjadi riset Balai Penelitian Sembawa, hidrazin
ikatan tunggal (jenuh) (Rahman et al., hidrat (Merck), ammonium sulfat (Merck),
2002) melalui reaksi hidrogenasi (Sa et P2O5 (Merck), asam format teknis 94%,
al., 2004). Penggunaan hidrazin hidrat kertas lakmus dan HNS teknis.
sebagai bahan pemantap mempunyai
keuntungan lain, yaitu tingkat korosi yang Peralatan
lebih rendah dibandingkan HNS Peralatan yang digunakan antara
(hidroksilamin netral sulfat) yang sudah lain bak penggumpal, gelas ukur, neraca
umum digunakan. HNS termasuk bahan (timbangan) merek OHAUS kapasitas 2
kimia yang bersifat korosi terhadap baja kg, gilingan terbuka kapasitas 1 kg per
karbon dengan kategori ketahanan jam, plastimeter Wallace MK II, Mooney
korosi mulai dari buruk sampai cukup viskometer merek SPRI Limited SP 53,
(Vachlepi dan Suwardin, 2016). oven Memmert kapasitas 80 liter, mesin
Walaupun menghasilkan karet creeper kapasitas 300 kg per jam dan
alam dengan nilai viskositas yang stabil muffle furnace (Sybron/Thermolyne).
atau konstan, tetapi nilai viskositas
tersebut masih tergolong besar atau Metode Penelitian
tinggi. Beberapa pembeli karet alam, Penelitian ini menggunakan
selain viskositas mantap juga rancangan acak lengkap (RAL) faktorial
menginginkan nilai viskositas yang dengan faktor perlakuan terdiri dari
rendah. Untuk mendapatkan karet alam persentase campuran hidrazin hidrat dan
yang mempunyai nilai viskositas rendah ammonium sulfat (perlakuan A), dosis
(low viscosity) juga memerlukan penggunaan aditif (perlakuan B) serta
penambahan bahan aditif. Senyawa kontrol (HNS dan blanko/tanpa aditif).
kimia yang dapat digunakan untuk Perlakuan A terdiri dari 50%:50% (A1),
menurunkan nilai viskositas karet alam 70%:30% (A2) dan 30%:70% (A3).
antara lain kelompok garam ammonium, Perlakuan B terdiri dari 0,05% (B1),
seperti ammonium sulfat (Vachlepi dan 0,10% (B2), 0,15% (B3) dan 0,20% (B4).
Suwardin, 2015b). Total perlakuan yang diberikan berjumlah
Perpaduan senyawa kimia 14 perlakuan (Tabel 1). Hasil analisa
hidrazin hidrat dan ammonium sulfat statistik akan dilanjutkan dengan uji jarak
diprediksi dapat menghasilkan karet berganda Duncan (DMRT).
alam 20CV. Penelitian mengenai Parameter yang diamati berupa
formulasi dan dosis penggunaan kedua kondisi penggumpalan lateks (pH dan
bahan aditif masih belum dilakukan waktu penggumpalan), kadar karet
terutama mengenai formulasi dan dosis kering (KKK) dan mutu teknis. Analisa
penggunaannya. Adapun tujuan mutu teknis terdiri plastisitas awal (Po),
penelitian ini adalah untuk mengetahui indeks ketahanan plastisitas (plasticity
dan mempelajari formulasi dan dosis retention index/PRI), viskositas Mooney
penggunaan dari campuran bahan aditif (MV), indeks kestabilan viskositas/SVI,
hidrazin hidrat dan ammonium sulfat kadar zat menguap dan kadar abu. Hasil
dalam produksi karet alam viskositas analisa mutu teknis selanjutnya
mantap. dibandingkan dengan persyaratan mutu
Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-
BAHAN DAN METODE 1903-2000 tentang Standard Indonesian
Rubber (SIR) seperti yang tercantum
Bahan pada Tabel 2. Kadar karet kering karet
Penelitian ini dilakukan di dihitung menggunakan persamaan
Laboratorium Teknologi Pengolahan sebagai berikut :
Balai Penelitian Sembawa. Bahan yang ..... (1)
digunakan berupa lateks segar dari klon
karet PB 260 yang diperoleh dari kebun

3
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 29 Nomor 1 Tahun 2018 Hal. 1 - 11

dimana : dan ammonium sulfat serta HNS sebagai


KKK = kadar karet kering (%) bahan aditif kontrol. Setelah itu disiapkan
a = bobot basah koagulum karet lateks segar dengan total sebanyak 28
(gram) liter untuk 14 perlakuan atau 2 liter per
b = bobot kering karet (gram) perlakuan. Lateks 2 liter tersebut
dimasukkan ke dalam bak penggumpal
Tabel 1. Perlakuan yang diberikan terhadap yang selanjutnya ditambahkan bahan
karet alam aditif sesuai dengan perlakuan dan
Perlakuan diaduk hingga tercampur sempurna.
Perbandingan Kode Untuk perlakuan kontrol blanko,
Hidrazin Hidrat dan Dosis (%) lateks tidak dilakukan penambahan
Ammonium Sulfat
50% : 50% (A1) 0,05 (B1) A1B1 bahan aditif.Tahap berikutnya, lateks
0,10 (B2) A1B2 yang sudah ditambahkan bahan aditif
0,15 (B3) A1B3 digumpalkan dengan menggunakan
0,20 (B4) A1B4 koagulan asam format 2% dengan dosis
70% : 30% (A2) 0,05 (B1) A2B1 60 ml per liter lateks. Setiap bak
0,10 (B2) A2B2 penggumpal yang berisi 2 liter lateks
0,15 (B3) A2B3 ditambahkan asam format 2% masing-
0,20 (B4) A2B4 masing 120 ml per bak. Parameter pH
30% : 70% (A3) 0,05 (B1) A3B1 dan waktu penggumpalan diamati
0,10 (B2) A3B2 selama proses penggumpalan.
0,15 (B3) A3B3 Lateks yang sudah ditambahkan
0,20 (B4) A3B4 koagulan didiamkan selama 24 jam agar
HNS (kontrol) 0,15 K1 menggumpal secara sempurna. Lateks
Blanko (kontrol) 0,00 K2 yang sudah menggumpal biasa disebut
koagulum. Tahap terakhir, koagulum
Tabel 2. Persyaratan mutu SNI 06-1903-2000 digiling menggunakan mesin creeper
Standard Indonesian Rubber (SIR) menjadi blanket dan dikeringkan di
Spesifikasi / (asal SIR 3 CV SIR 20
bahan olah) lateks koagulum dalam oven bersuhu ± 105 °C sampai
Kadar kotoran,% karet kering. Pada tahap ini, parameter
0,03 0,20
Maks (b/b) kadar karet kering dihitung
Kadar abu, % Maks menggunakan persamaan (1). Karet
0,50 1,00
(b/b) yang sudah kering selanjutnya dianalisa
Kadar zat menguap,
0,80 0,80 mutu teknisnya.
% Maks (b/b)
PRI, Min 60 50
Po, Min - 30 HASIL DAN PEMBAHASAN
Nitrogen (N), Maks
0,60 0,60
(b/b)
ASHT (Satuan
Kondisi Penggumpalan
Palastistas Wallace), 8 - Hasil pengamatan kondisi
Maks penggumpalan lateks dengan berbagai
Viskositas Mooney bahan aditif dan dosis penggunaan
*) -
Ml(1+4)100
ditampilkan pada Tabel 3. Parameter
*) Tanda pengenal Batasan viskositas kondisi penggumpalan yang dipelajari
tingkatan: mooney: dari penelitian ini berupa pH (derajat
CV – 50 45 - 55 keasamaan) dan waktu proses
CV – 60 55 - 65 penggumpalan lateks menjadi koagulum.
CV - 70 65 - 75 Dari hasil analisa statistik diketahui
bahwa hanya parameter pH
Sumber : BSN, 2000. penggumpalan yang secara signifikan
dipengaruhi oleh perlakuan yang
Pelaksanaan Penelitian diberikan (Tabel 3). Lateks yang
Penelitian ini diawali dengan ditambahkan formula bahan aditif
menyiapkan larutan konsentrasi 10% campuran hidrazin hidrat dan ammonium
bahan aditif campuran hidrazin hidrat
4
Afrizal Vachlepi Produksi Karet SIR 20CV Menggunakan Formula Hidrazin Hidrat dan Ammonium Sulfat
sebagai Aditif

sulfat (perlakuan A) secara umum penambahan bahan penggumpal


mempunyai pH penggumpalan yang (koagulan). Penggumpalan lateks dapat
lebih tinggi dibandingkan lateks terjadi karena penurunan muatan listrik
perlakuan kontrol terutama lateks tanpa atau dehidratasi yang diakibatkan
aditif/blanko (K2). Dejarat keasaman penurunan pH lateks (Abednego, 1981).
lateks yang diberikan bahan aditif Hasil analisa statistik
campuran hidrazin hidrat dan ammonium menunjukkan bahwa waktu proses
sulfat pada semua dosis penggunaan penggumpalan tidak dipengaruhi oleh
berkisar antara 4,75-4,90. Angka ini tidak perlakuan yang diberikan (Tabel 3).
berbeda nyata dengan lateks yang Tidak adanya perbedaan yang signifikan
ditambahkan aditif HNS (K1). Sedangkan pada waktu penggumpalan ini
pH paling rendah diperoleh lateks yang disebabkan oleh penggunaan koagulan
tidak ditambahkan bahan aditif (K2) yaitu yang sama, yaitu asam format. Waktu
4,70. penggumpalan lateks tercepat
ditunjukkan pada perlakuan
Tabel 3. Kondisi penggumpalan lateks menggunakan bahan aditif HNS (K1),
dengan berbagai perlakuan yaitu sekitar 8 menit 33 detik. Sedangkan
Kondisi Penggumpalan waktu terlama pada perlakuan A3B1,
Kode
Perlakuan pH
Waktu yaitu 9 menit 34 detik.
(menit.detik)
A1B1 4,80 ab 09.08' a Kadar Karet Kering
A1B2 4,80 ab 08.46' a Hasil analisa kadar karet kering
A1B3 4,80 ab 08.35' a (KKK) menggunakan persamaan (1)
A1B4 4,80 ab 08.40' a disajikan pada Gambar 1. KKK adalah
persentase kandungan partikel karet
A2B1 4,75 ab 08.38' a
alam (poliisoprena) yang terdapat pada
A2B2 4,80 ab 09.18' a
bahan olah karet dalam hal ini koagulum
A2B3 4,80 ab 08.51' a lateks yang sudah ditambahkan
A2B4 4,90 a 09.25' a perlakuan bahan aditif. KKK merupakan
A3B1 4,75 ab 09.34' a istilah yang sudah umum digunakan
A3B2 4,80 ab 09.11' a dalam industri pengolahan karet alam
A3B3 4,75 ab 09.12' a (Kumar et al., 2007).
A3B4 4,85 ab 09.32' a
Seperti terlihat pada Gambar 1,
perlakuan yang diberikan pada penelitian
K1 4,75 ab 08.33' a
ini memberikan pengaruh yang signifikan
K2 4,70 b 09.23' a terhadap kadar karet kering (KKK)
Ket : angka-angka yang diikuti huruf yang koagulum lateks. KKK pada koagulum
sama pada setiap baris berarti tidak
perlakuan penambahan bahan aditif
berbeda pada uji lanjutan Jarak
Berganda Duncan (DMRT) pada campuran hidrazin hidrat-ammonium
tingkat kepercayaan 95% (ά = 0,05) sulfat pada berbagai dosis penggunaan
secara umum lebih rendah dibandingkan
Tingginya pH semua perlakuan kontrol, baik perlakuan HNS maupun
penambahan bahan aditif terjadi karena blanko/tanpa bahan aditif. Hasil
bahan aditif yang ditambahkan ke dalam perhitungan menggunakan persamaan
lateks, baik campuran hidrazin hidrat dan (1) menunjukkan bahwa KKK koagulum
ammonium sulfat maupun HNS, bersifat yang ditambahkan campuran bahan aditif
basa sehingga akan meningkatkan pH hidrazin hidrat dan ammonium sulfat
penggumpalan menjadi lebih tinggi (di (perlakuan A) berkisar antara 41,98%-
atas 4,70). Penggumpalan atau 43,35%. Sedangkan koagulum kontrol,
koagulasi lateks merupakan peristiwa baik HNS (K1) maupun tanpa
perubahan fase sol menjadi fase gel penambahan aditif (K2), mempunyai
yang biasanya dilakukan dengan KKK lebih dari 45%.

5
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 29 Nomor 1 Tahun 2018 Hal. 1 - 11

47 Tham et al. (2014) dan Ekphon et al.


a
46 a (2013) menyatakan bahwa proses
Kadar karet kering (%)

45 pengeringan merupakan salah satu


44 b proses yang memerlukan energi cukup
b b b b b besar dalam industri karet alam.
b b b b b
43 b Dengan semakin rendahnya
42 kandungan air dalam karet alam, maka
41 waktu pengeringan menjadi lebih singkat
40 sehingga energi yang diperlukan pun
B1 B2 B3 B4 B1 B2 B3 B4 B1 B2 B3 B4 - - menjadi lebih rendah atau lebih efisien.
Hasil penelitian Khongchana et al. (2007)
A1 A2 A3 K1 K2
menyatakan energi yang diperlukan
Perlakuan formula aditif dan dosis penggunaan untuk menguap kadar air dalam karet
alam paling sedikit 26,09 MJ/kg air yang
Gambar 1. Kadar karet kering koagulum teruapkan.
lateks pada berbagai perlakuan
Plastisitas Karet
Ket : angka-angka yang diikuti huruf yang Parameter mutu plastisitas karet
sama pada setiap baris berarti tidak alam yang diamati berupa nilai plastisitas
berbeda pada uji lanjutan Jarak awal (Po) dan indeks ketahanan
Berganda Duncan (DMRT) pada plastisitas (PRI). Hasil analisa kedua
tingkat kepercayaan 95% (ά = 0,05) parameter dapat dilihat pada Gambar 2
dan Gambar 3. Plastisitas awal (Po)
Rendahnya KKK koagulum yang adalah ukuran plastisitas karet yang
ditambahkan bahan aditif (KKK berkisar secara tidak langsung memperkirakan
antara 41,98-43,35%) terutama panjangnya rantai polimer molekul karet
perlakuan campuran hidrazin hidrat- atau berat molekul (BM) karet. PRI
ammonium sulfat terjadi karena adanya adalah suatu ukuran ketahanan karet
kandungan air yang lebih tinggi terhadap pengusangan (oksidasi) pada
dibandingkan kontrol (KKK berkisar suhu tinggi. Nilai PRI diukur dari
antara 45,29-45,88%). Air tersebut besarnya keliatan karet mentah yang
berasal dari larutan bahan aditif yang masih tertinggal apabila sampel tersebut
dicampurkan ke dalam lateks. Dengan dipanaskan selama 30 menit pada suhu
konsentrasi bahan aditif hanya 10%, 140 C. Nilai PRI merupakan persentase
maka kandungan air dalam larutan keliatan karet sesudah dipanaskan
bahan aditif mencapai 90%. Dengan dibandingkan dengan keliatan sebelum
bertambahnya air dalam lateks akan dipanaskan dan ditentukan dengan alat
berdampak semakin rendahnya KKK Wallace Plastimeter. Nilai Po dan PRI
lateks karena air menjadi faktor merupakan parameter dasar untuk
pengenceran. Analisa KKK pada menentukan mutu karet (Achmadi et al.,
koagulum karet akan mempengaruhi 2015). Semakin tinggi nilai PRI, maka
proses pengeringan yang terkait dengan semakin baik mutu karet (Montha et al.,
konsumsi energi. Koagulum yang 2016).
mempunyai KKK lebih tinggi dapat Hasil analisa menunjukkan
dikeringkan lebih cepat dibandingkan bahwa parameter mutu plastisitas karet
koagulum dengan KKK rendah. Hal ini alam, baik nilai Po (Gambar 2) maupun
terjadi karena kandungan air yang harus PRI (Gambar 3), secara signifikan
dihilangkan lebih sedikit. dipengaruhi oleh perlakuan yang
Pengeringan merupakan proses diberikan. Nilai Po semua karet alam
penting untuk mengurangi kandungan air yang ditambahkan aditif campuran
bahan dan memastikan mutu produk hidrazin hidrat-ammonium sulfat dengan
yang konsisten (Ng et al., 2015). Proses berbagai dosis penggunaan secara
pengeringan yang cepat ini akan umum lebih tinggi dibandingkan kontrol.
meningkatkan efisiensi biaya produksi.
6
Afrizal Vachlepi Produksi Karet SIR 20CV Menggunakan Formula Hidrazin Hidrat dan Ammonium Sulfat
sebagai Aditif

Nilai Po karet alam yang menggunakan hidrazin hidrat dan ammonium sulfat
bahan aditif campuran hidrazin hidrat memenuhi persyaratan SNI 06-1903-
dan ammonium sulfat sekitar 35,5-43,0. 2000. Sedangkan karet alam kontrol,
Angka ini mengindikasikan bahwa bahan baik K1 maupun K2, belum memenuhi
aditif campuran hidrazin hidrat dan standar yang dipersyaratkan SNI 06-
ammonium sulfat dengan berbagai dosis 1903-2000. Pada SNI tersebut, karet
penggunaan mampu menghasilkan karet alam ekspor untuk standar SIR 20
alam dengan Po yang tinggi. adalah minimal 30 (Tabel 2). Untuk
meningkatkan nilai Po pada karet alam
50 kontrol dapat dilakukan dengan cara
ab a ab ab ab a
bc ab c
ab abc abc penggantungan. Metode ini banyak
40
digunakan pabrik karet remah dalam
Plastisitas awal/Po

d
30 mengatasi mutu plastisitas yang rendah.
e
20
90 a ab
10

Indeks ketahanan plastisitas/PRI


85
80 abc
0 abc abcabc abcabcabc
bc bc abc abc
B1 B2 B3 B4 B1 B2 B3 B4 B1 B2 B3 B4 - - 75 c
70
A1 A2 A3 K1 K2
65
Perlakuan formula aditif dan dosis penggunaan 60
55
Gambar 2. Plastisitas awal karet alam pada 50
berbagai perlakuan B1 B2 B3 B4 B1 B2 B3 B4 B1 B2 B3 B4 - -

Ket : angka-angka yang diikuti huruf yang A1 A2 A3 K1 K2


sama pada setiap baris berarti tidak
Perlakuan formula aditif dan dosis penggunaan
berbeda pada uji lanjutan Jarak
Berganda Duncan (DMRT) pada
tingkat kepercayaan 95% (ά = 0,05) Gambar 3. Nilai PRI karet alam pada
berbagai perlakuan
Kemampuan tersebut lebih
Ket : angka-angka yang diikuti huruf yang
disebabkan adanya senyawa ammonium sama pada setiap baris berarti tidak
sulfat yang tidak menurunkan nilai Po. berbeda pada uji lanjutan Jarak
Hasil ini sesuai dengan penelitian Berganda Duncan (DMRT) pada
Vachlepi dan Suwardin (2015a) yang tingkat kepercayaan 95% (ά = 0,05)
membuktikan penggunaan garam
ammonium salah satunya ammonium Seperti terlihat pada Gambar 3,
sulfat tidak menurunkan nilai Po karet hasil analisa PRI karet alam semua
alam. Dengan adanya ammonium sulfat perlakuan secara umum memenuhi
mampu menutupi dampak penggunaan persyaratan mutu SNI 06-1903-2000.
hidrazin yang terbukti dapat menurunkan Nilai PRI karet alam semua perlakuan
nilai Po. berkisar antara 70,2-86,1. Persyaratan
Nilai Po karet alam kontrol tanpa minimal nilai PRI untuk karet alam SIR
bahan aditif (K2) hanya 29,0 dan karet 20 adalah 50. Hasil ini membuktikan
alam kontrol dengan bahan aditif HNS bahwa penggunaan bahan aditif
(K1) sekitar 21,5. Solichin dan Setiadi campuran hidrazin hidrat dan ammonium
(1992) menyatakan bahwa pemberian sulfat tidak merusak mutu PRI karet
HNS secara nyata menurunkan nilai Po. alam.
Berdasarkan hasil analisa ini diketahui
bahwa nilai Po semua karet alam yang
menggunakan bahan aditif campuran
7
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 29 Nomor 1 Tahun 2018 Hal. 1 - 11

Viskositas Mooney dan Indeks untuk karet tanpa penambahan bahan


Kestabilan Viskositas Karet Alam aditif.
Analisa parameter mutu 85 a
ab ab ab abc ab
viskositas yang dilakukan berupa nilai 80 ab ab abc abc
abc

Viskositas Mooney
viskositas Mooney (Gambar 4) dan 75 bc
indeks kestabilan viskositas/SVI 70 cd
(Gambar 5). Parameter viskositas 65 d
Mooney menggambarkan panjang rantai 60
55
molekul karet. Parameter mutu ini 50
memegang peranan penting dalam B1 B2 B3 B4 B1 B2 B3 B4 B1 B2 B3 B4 - -
proses pencampuran ketika pembuatan
kompon, baik untuk tingkat dispersi A1 A2 A3 K1 K2
bahan-bahan kimia di dalam karet Perlakuan formula aditif dan dosis penggunaan
maupun energi yang diperlukan untuk
penggilingan di mesin pencampur. Gambar 4. Nilai viskositas Mooney karet
Viskositas yang terlalu tinggi alam pada berbagai perlakuan
menyebabkan tingginya konsumsi daya
mesin pemproses. Sebaliknya jika Ket : angka-angka yang diikuti huruf yang
sama pada setiap baris berarti tidak
viskositasnya sangat rendah,
berbeda pada uji lanjutan Jarak
menyebabkan rendahnya gaya geser Berganda Duncan (DMRT) pada tingkat
pada pencampuran yang berakibat kepercayaan 95% (ά = 0,05)
material cenderung beraglomerasi maka
homogenitasnya rendah (Maspanger, 10 a
2008). Viskositas Mooney biasanya 8
ab ab ab ab ab
Indeks Kestabilan

digunakan juga sebagai indikator 6 ab


Viskositas/SVI

ab ab ab ab ab ab
teknologi untuk mengetahui karakterisasi 4 b
partikel karet ditinjau dari 2
kemampuannya saat pemprosesan lebih 0
lanjut, termasuk pada saat pembuatan B1 B2 B3 B4 B1 B2 B3 B4 B1 B2 B3 B4 - -
kompon (Zheleva, 2013).
Parameter SVI lebih A1 A2 A3 K1 K2
menggambarkan perubahan nilai Perlakuan formula aditif dan dosis penggunaan
viskositas Mooney karet alam selama
proses penyimpanan sebelum karet alam Gambar 5. Nilai SVI karet alam pada
diproses lebih lanjut menjadi barang jadi berbagai perlakuan
karet. Nilai SVI ini menunjukkan
Ket : angka-angka yang diikuti huruf yang
seberapa stabil atau konstan viskositas
sama pada setiap baris berarti tidak
karet alam selama proses penyimpanan berbeda pada uji lanjutan Jarak
dan pengangkutan. Berganda Duncan (DMRT) pada
Seperti terlihat pada Gambar 4 tingkat kepercayaan 95% (ά = 0,05)
diketahui bahwa perlakuan yang
diberikan memberikan pengaruh yang Berdasarkan Gambar 5, nilai
signifikan terhadap nilai viskositas indeks kestabilan viskositas (stability
Mooney. Nilai viskositas karet alam yang viscosity index/SVI) karet alam secara
menggunakan bahan aditif campuran signifikan dipengaruhi oleh perlakuan
hidrazin hidrat-ammonium sulfat secara penggunaan bahan aditif. Karet alam
umum lebih tinggi dibandingkan kontrol. yang diberikan bahan aditif, baik
Nilai viskositas Mooney karet alam campuran hidrazin hidrat-ammonium
dengan perlakuan bahan aditif campuran sulfat maupun HNS, umumnya
hidrazin hidrat-ammonium sulfat sekitar mempunyai nilai SVI yang lebih rendah
72-82. Sedangkan karet alam kontrol dibandingkan kontrol tanpa bahan aditif.
hanya mempunyai nilai viskositas Nilai indeks kestabilan viskositas karet
Mooney sebesar 67 untuk HNS dan 59 alam dengan bahan aditif berkisar antara

8
Afrizal Vachlepi Produksi Karet SIR 20CV Menggunakan Formula Hidrazin Hidrat dan Ammonium Sulfat
sebagai Aditif

3-6, sementara itu kontrol tanpa bahan dipengaruhi oleh perlakuan penggunaan
aditif nilai indeks kestabilan viskositasnya bahan aditif.
hanya 9. Hasil analisa tersebut Hal ini terjadi karena dosis
mengindikasikan bahwa karet alam penggunaan bahan aditif sangat rendah,
tanpa bahan aditif lebih tidak stabil baik campuran hidrazin hidrat-
dibandingkan dengan karet alam yang ammonium sulfat maupun HNS, yaitu
ditambahkan bahan aditif. Nilai viskositas berkisar antara 0,05%-0,20%.
karet alam tanpa bahan aditif (blanko) Zat menguap di dalam karet
bisa mencapai 9 angka lebih tinggi sebagian besar terdiri dari uap air dan
dibandingkan viskositas awal yang hanya sisanya adalah zat-zat lain seperti serum
67. Setelah dilakukan penyimpanan, yang mudah menguap pada suhu
viskositas Mooney karet alam tanpa aditif 100 C. Adanya zat yang mudah
(blanko) dapat berubah menjadi 76. menguap didalam karet, selain dapat
Berdasarkan hasil analisa menyebabkan bau busuk, juga
viskositas Mooney dan SVI, perlakuan memudahkan tumbuhnya jamur yang
30% hidrazin hidrat dan 70% ammonium dapat menimbulkan kesulitan pada waktu
sulfat (A3) dengan berbagai dosis mencampurkan bahan-bahan kimia ke
penggunaan mempunyai nilai SVI yang dalam karet pada waktu pembuatan
paling rendah dengan rata-rata sekitar 3- kompon terutama untuk pencampuran
4 poin. Nilai viskositas Mooney dari karet karbon black pada suhu rendah (BSN,
alam tersebut berkisar antara 70-78. Dari 2000). Kadar zat menguap tertinggi
kedua paramater mutu ini, perlakuan terdapat dari karet alam dengan
A3B1 merupakan perlakuan terbaik perlakuan B1A3 sebesar 0,34%.
karena dengan dosis yang rendah Sedangkan kadar zat menguap terendah
(hanya 0,05%) dapat menghasilkan karet diperoleh karet alam pada perlakuan
alam yang memenuhi persyaratan A2B2 yaitu 0,21%.
sebagai SIR 20CV dengan grade CV-70 Hasil analisa kadar zat menguap
sesuai SNI 06-1903-2000 (Tabel 2). semua karet alam secara umum
memenuhi persyaratan mutu sebagai
Kadar Zat Menguap karet alam SIR 20CV dimana
Hasil analisa kadar zat menguap persyaratan kadar zat menguap dalam
yang disajikan pada Gambar 6 SNI 06-1903-2000 yaitu maksimum 0,80.
menunjukkan bahwa kadar zat menguap
karet alam secara umum tidak

0.40
0.35
0.30
Kadar zat menguap (%)

0.25
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
B1 B2 B3 B4 B1 B2 B3 B4 B1 B2 B3 B4 - -
A1 A2 A3 K1 K2
Perlakuan formula aditif dan dosis penggunaan
Gambar 6. Kadar zat menguap karet alam yang diberikan berbagai perlakuan bahan aditif dan
dosis penggunaannya

9
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 29 Nomor 1 Tahun 2018 Hal. 1 - 11

Kadar Abu Kadar abu semua perlakuan


Semua perlakuan yang diberikan berasal dari lateks karet alam itu sendiri.
pada penelitian ini secara statistik tidak George dan Jacob (2000) menyatakan
berpengaruh nyata terhadap kadar abu bahwa total konsentrasi senyawa atau
karet alam yang dihasilkan (Gambar 7). ion anorganik di dalam lateks segar
Hal ini terjadi karena bahan aditif yang adalah sekitar 0,50%. Hasil analisa ini
digunakan berupa hidrazin hidrat dan menunjukkan bahwa karet alam yang
ammonium sulfat bukan termasuk diproduksi menggunakan bahan aditif
golongan senyawa anorganik yang dapat campuran hidrazin hidrat dan ammonium
meningkatkan abu dalam karet alam. sulfat memenuhi persyaratan mutu SNI
Hasil analisa menunjukkan bahwa kadar 06-1903-2000 sebagai karet alam SIR
abu tertinggi diperoleh perlakuan A1B1 20CV dimana kadar abu karet alam yang
sebesar 0,50%. Sedangkan kadar abu dihasilkan tidak lebih dari 1%.
terendah terdapat pada karet alam
perlakuan A2B2 sebesar 0,30%.
0.60
0.50
Kadar abu (%)

0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
-0.10 B1 B2 B3 B4 B1 B2 B3 B4 B1 B2 B3 B4 - -
A1 A2 A3 K1 K2
Perlakuan formula aditif dan dosis penggunaan

Gambar 7. Kadar abu karet alam pada berbagai perlakuan bahan aditif dan dosis penggunaannya

KESIMPULAN Rubber’, in. Jakarta.


Achmadi, S.S., Cifriadi, A., dan Hidayah,
Penggunaan bahan aditif M.N. (2015). Redistilat asap cair dari
campuran hidrazin hidrat dan ammonium cangkang kelapa sawit dan
aplikasinya sebagai koagulan karet
sulfat secara signifikan hanya
alam. Jurnal Penelitian Karet, 33(2),
mempengaruhi parameter pH 183-192.
penggumpalan lateks, kadar karet kering, Daik, R., Bidol, S. and Abdullah, I. (2007).
plastisitas, viskositas dan indeks Effect of molecular weight on the
kestabilan viskositas dari karet alam droplet size and rheological
yang dihasilkan. Perlakuan terbaik properties of liquid natural rubber
dihasilkan perlakuan A3B1 yaitu emulsion. Malaysian Polymer
perbandingan 30% hidrazin hidrat dan Journal, 2(1), 29-38.
70% ammonium sulfat dengan dosis Direktorat Jenderal Perkebunan. (2015).
0,05%. Perlakuan A3B1 dapat Statistik perkebunan indonesia 2014-
2016. Jakarta.
menghasilkan karet alam SIR 20CV
Ekphon, A., Ninchuewong, T.,
dengan grade CV-70 sesuai dengan SNI Tirawanichakul, S., and
06-1903-2000 tentang SIR. Tirawanichakul, Y. (2013). Drying
model, shrinkage and energy
DAFTAR PUSTAKA consumption evaluation of air dried
sheet rubber drying system for small
Abednego, J. (1981). Pengetahuan Lateks enterprise.Advanced Materials
dalam Pedoman Kursus Research, 622–623, pp. 1135-1139.
Pengawasan Standard Indonesia doi:

10
Afrizal Vachlepi Produksi Karet SIR 20CV Menggunakan Formula Hidrazin Hidrat dan Ammonium Sulfat
sebagai Aditif

10.4028/www.scientific.net/AMR.622- Perkaretan, 8(1), 17-25.


623.1135. Solichin, M. (1995). Pemantapan viskositas
George, P.J and Jacob, C. (2000). Natural Mooney karet alam dengan natrium
rubber agromanagement and crop fenolat, natrium metabisulfit dan
processing. Rubber Research asetaldehida. Universitas Gadjah
Institute of India. Mada.
Khongchana, P., Tirawanichakul, S., Syarifa, L.F., Agustina, D.S., dan Nancy, C.
Tirawanichakul, Y., and (2013). Evaluasi pengolahan dan
Woravutthikhunchai, S. (2007). Effect mutu bahan olah karet rakyat (bokar)
of drying strategies on quality of STR di Sumatera Selatan. Jurnal
20 block rubbers. Journal of Penelitian Karet, 31(2), 139-148.
Agricultural Technology, 3(2), 151- Tham, T.C., Hii, C.L., Ong, S.P., Abdullah,
171. L.C., and Law, C.L. (2014). Technical
Kumar, R.R., Hussain, S.N., and Philip, J. review on crumb rubber drying
(2007). Measurement of dry rubber process and the potential of
content of natural rubber latex with a advanced drying technique.
capacitive transducer. Journal of Agriculture and Agricultural Science
Rubber Research, 10(1), 17-25. Procedia. Elsevier Srl, 2, 26-32. doi:
Maspanger, D. (2008). Sifat fisik karet.In 10.1016/j.aaspro.2014.11.005.
Makalah Kursus Teknologi Barang Vachlepi, A., Suwardin, D., Purbaya, M., dan
Jadi Karet. Bogor: Balai Penelitian Hanifarianty, S. (2014). Application of
Teknologi Karet, 75-76. hydrazine compound to produce
Montha, S., Suwandittakul, P., Poonsrisawat, constant viscosity rubber. Majalah
A., Oungeun, P., and Kongkaew, C. Polimer Indonesia, 17(1), 1-5.
(2016). Maillard reaction in natural Vachlepi, A., dan Suwardin, D. (2015a).
rubber latex  : characterization and Karakteristik mutu karet alam SIR
physical properties of solid natural 20CV menggunakan bahan
rubber. Hindawi Publishing pemantap hidrazine pada suhu
Corporation, 2016, 1-6. penyimpanan 60C. Jurnal Dinamika
http://dx.doi.org/10.1155/2016/78075 Penelitian Industri, 26(2), 85-94.
24 Vachlepi, A., dan Suwardin, D. (2015b).
Ng, M. X., Tham, T. C., Ong, S. P., and Law, Penggunaan garam ammonium
C. L. (2015). Drying kinetics of dalam produksi karet viskositas
technical specified rubber. rendah dari lateks. Jurnal Penelitian
Information Processing in Agriculture. Karet, 33(2), 193-202.
China Agricultural University, 2(1), Vachlepi, A., dan Suwardin, D. (2016).
64-71. doi: Inhibisi korosi oleh hidroksilamin
10.1016/j.inpa.2015.05.001. netral sulfat termodifikasi terhadap
Rahman, N., Nugraheni, D.I., dan Febriyanti, baja karbon. Jurnal Biopropal
L. (2002). Reaksi penjenuhan ikatan Industri, 7(2), 53-61.
rangkap karet alam dalam fasa lateks Zheleva, D. (2013). An attempt for correlation
pekat. Jurnal Penelitian Karet, 20(1- between Mooney viscosity and
3), 1-10. rheological properties of filled rubber
Sa, E.G., Rahman, N., Hidrogenasi, P., and compounds. Journal of Chemical
Fasa, D. (2004). Pengaruh Technology and Metallurgy, 48(3),
hidrogenasi dalam fasa lateks pada 241-246.
karet alam hevea brasiliensis. Jurnal
Teknologi Industri Pertanian, 14(3),
80-86.
Solichin, M., dan Immanuel, V. (1991). Kajian
pembuatan sit angin yang
viskositasnya dimantapkan. Buletin
Perkaretan, 7(2), 94-100.
Solichin, M., dan Setiadi, T. (1992).
Pengaruh penambahan hidroksilamin
netral sulfat dan lama pemeraman
terhadap mutu lum mangkok. Buletin

11

Anda mungkin juga menyukai