NIM : U200220002
Bak pengaduk
Air Air
(Pembersihan slab dari kotoran)
Hammer Hill/percincangan
Air (Membersihkan sisa-sisa Air
kotoran)
Penjemuran
Dryer
Press
Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Karet Remah Skala Industri
II. KANDUNGAN DAN KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR YANG DIHASILKAN
1.1 Kandungan Limbah Cair
Material organik yang terdapat pada air limbah industri karet apabila berada dalam
konsentrasi tinggi dan langsung dibuang tanpa pengolahan akan menimbulkan
pencemaran pada lingkungan perairan sehingga terjadi penurunan kualitas air. Kondisi ini
dapat menimbulkan gangguan, kerusakan dan bahaya bagi semua mahluk hidup yang
bergantung pada sumber daya air tersebut. Industri karet merupakan industri yang
menghasilkan limbah dengan kadar NH3 yang tinggi, yang akan mengakibatkan penurunan
oksigen terlarut dalam air sehingga terjadi perubahan warna air dan timbul bau yang tidak
sedap. Selama ini pengolahan limbah karet umumnya menggunakan lumpur aktif, yang
menggunakan biaya yang cukup mahal. Reagen Fenton muncul sebagai alternatif
pengolahan limbah ini, di mana Reagen Fenton pernah digunakan pada pengolahan
limbah domestik dan limbah tekstil yang ternyata dapat menurunkan angka COD dengan
persentase yang cukup besar (Agustina, Tuty E; Nurisman, Enggal; Prasetyowati; Haryani,
Nina; Cundari, Lia; Novisa, Alien; Khristina, 2011).
Industri karet dalam pengolahannya menggunakan bahan-bahan kimia sebagai
bahan koagulan lateks dan air dalam jumlah yang cukup besar untuk pencucian tangki-
tangki tempat lateks serta untuk proses penggilingan. Limbah cair yang dihasilkan dari
kegiatan tersebut adalah sebesar 400 m3 perhari, Limbah cair pabrik karet mengandung
komponen karet (protein, lipid, karotenoid, dan garam anorganik), lateks yang tidak
terkoagulasi dan bahan kimia yang ditambahkan selama pengolahan (Suwardin, 1989).
Menurut penelitian Sarengat (2015), industri karet menghasilkan limbah cair dengan
konsentrasi BOD5 94-9433 mg/l, COD 120-15069 mg/l dan TSS 30-525 mg/l. Limbah cair
tersebut jika dibuang ke lingkungnan akan mencemari lingkungan karena kandungan zat
pencemar limbah cair karet berada diatas baku mutu. Menurut Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No 5 tahun 2014, batas maksimum zat pencemar industri karet adalah
BOD5 100 mg/l, COD 250 mg/l, TSS 100 mg/l dan pH 6-9 (Naswir et al., 2020).
1.2 Karakteristik Limbah Cair
Limbah cair pabrik karet mengandung komponen karet (protein, lipid, karotenoid,
dan garam anorganik), lateks yang tidak terkoagulasi dan bahan kimia yang ditambahkan
selama pengolahan (Suwardin, 1989). Karakteristik limbah cair pabrik karet tersebut yaitu
berwarna keruh dan berbau tidak enak. Adanya bahan-bahan organik tersebut yang
biasanya menyebabkan nilai BOD dan COD menjadi tinggi. Konsentrasi ammonia total
cukup tinggi dalam limbah cair industri karet diperkirakan berasal dari bahan olahan
seperti slab dan lump, sedangkan kandungan nitrogen di dalam limbah cukup banyak,
terutama berasal dari ammonia yang dipakai sebagai bahan pemantap lateks
(Departemen Perindustrian dan Perdagangan Bogor, 2002).
Umumnya limbah cair industri karet remah bersifat asam dengan pH berkisar 5,5 -
6,8. Hal ini disebabkan pemakaian asam asetat atau asam format untuk proses
penggumpalan lateks. Sifat asam ini dapat pula terjadi karena pembentukan asam lemak
bebas hasil aktivitas mikroba di dalam bahan olah yang disimpan beberapa hari sebelum
diolah lebih lanjut (Departemen Perindustrian dan Perdagangan Bogor, 2002).
Sumber utama air limbah pada industri karet remah berasal dari air buangan dan
pada prosesproses tertentu, seperti pada proses breaker ada bau yang dikeluarkan oleh
bahan baku dan air buangan, begitu pula pada hammer mill dan proses penjemuran. Air
limbah karet mengandung polutan organik yang tinggi serta padatan tersuspensi maupun
terlarut yang akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan biologi (Sari Dewi et al., 2020).
Berikut ini adalah data-data karakteristik air limbah industri karet:
Tabel 2.1 Karakteristik Air Limbah Industri Karet
Karet Remah
Parameter
Kisaran Rataan
pH 6,7 – 6,9 6,78
COD (mg/L) 1352 – 1488 1403
BOD (mg/L) 420 – 725 566
TSS (mg/L) 1140 – 1320 1151
NH3 (mg/L) 73 - 154 83
Karakteristik air limbah yang berasal dari produk karet remah dapat dilihat
berdasarkan hasil rataan dari parameter yaitu pH 6,78 ,COD 1403 mg/L, BOD 566 mg/L,
TSS 1151 mg/L, NH3 83 mg/L dan berdasarkan volume yang dihasilkan dari air limbah
tersebut adalah 26,6 m3 /ton.
III. PERSAYARATAN KUALAITAS LIMBAH CAIR YANG HARUS DIPENUHI
Dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran air limbah industri karet adalah
gangguan terhadap kehidupan biotik yang disebabkan oleh meningkatnya kandungan bahan
organik. Selama proses degradasi limbah oksigen banyak dikonsumsi, sehingga ketika polutan
organik di dalam air sedikit, oksigen yang hilang dari air akan segera digantikan oleh oksigen
hasil reaerasi dari udara dan oleh proses fotosintesis. Apabila konsentrasi polutan organik
cukup tinggi, maka akan terjadi kondisi anaerobik (tidak ada oksigen) yang menghasilkan
produk dekomposisi berupa amonia, hidrogen sulfida, karbondioksida dan metana. Air
limbah juga dapat menjadi sumber pengotor, sehingga bila tidak dikelola dengan baik dapat
menimbulkan pencemaran air, menimbulkan bau yang tidak sedap serta pemandangan yang
tidak menyenangkan (Sari Dewi et al., 2020).
Untuk menghindari terjadinya pencemaran air di lingkungan maka ditetapkan baku
mutu air limbah. Baku mutu air limbah adalah batas adalah batas kadar yang diperbolekan
bagi zat atau bahan pencemar untuk dibuang dari sumber pencemaran kedalam air pada air,
sehingga tidak mengakibtkan dilampauinya baku mutu air.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
tentang baku mutu air limbah menetapkan baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau
kegiatan industri karet dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 3.1 Baku mutu limbah cari industry karet
Parameter Karet Bentuk Kering
Kadar Maksimum (mg/L) Beban Pencemaran (kg/ton)
BOD 60 2,4
COD 200 8
TSS 100 4
Amonia Total 5 0,2
pH 6.0 – 9.0 0,4
Pengolahan tahap kedua, Pengolahan tahap kedua berupa aplikasi proses biologis
yang bertujuan untuk mengurangi zat organik melalui mekanisme oksidasi biologis. Proses
biologis yang dipilih didasarkan atas pertimbangan kuantitas limbah cair yang masuk yaitu
unit pengolahan, kemampuan penguraian zat organik yang ada pada limbah tersebut
(biodegredability of waste), serta tersedianya lahan. Pada unit ini diperkirakan terjadi
pengurangan kandungan dalam BOD dalam rentang 35%-95% bergantung pada kapasitas unit
pengolahannya. Pengolahan tahap kedua yang menggunakan high-rate treatment mampu
menurunkan BOD dengan efisiensi berkisar 50-85%. Unit yang biasa digunakan pada
pengolahan tahap kedua berupa saringan tetes (tricking filter).
Proses pengolahan limbah cair di PTPN VII Unit Way Berulu Proses pengolahan limbah
cair di PTPN VII Unit Way Berulu dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu kolam rubertrap,
kolam anaerob, kolam fakultatif, kolam aerob, dan kolam recyle. Tahapan proses pengolahan
limbah cair di PTPN VII Unit Way Beluru 2016 dapat dilihat pada Gambar 5.2 (Mahasiswa et
al., n.d.).
Aerob I Aerob II
Bak
Recycle
Gambar 5.2 Tahapan Proses Pengolahan Limbah Cair di PTPN VII XYZ
1. Air dari proses produksi masuk kolam Ruber Trap I didiamkan selama 1 hari, kolam
Ruber Trap II didiamkan selama 2 hari dapat dijumlahkan waktu tinggal dari kolam
Ruber Trap ini yaitu 3 hari dan kemudian disaring terlebih dahulu.
2. Proses penyaringan kolam Ruber Trap masuk ke kolam Anaerob I dan Anaerob II dan
dikolam ini sebaiknya terpapar dengan sinar matahari langsung dikarenakan bakteri
yang ada dikolam Anaerob dapat hidup dan berkembang biak.
3. Kolam anaerob masuk ke kolam fakultatif I dan fakultatif II kolam ini memiliki Turbo
Jet Aerator dipasang alat tersebut untuk mengidentifikasi bahwa air yang didalam
kolam memiliki air yang baik dan untuk ke proses selanjutnya.
4. Kolam Fakultatif air ini langsung masuk ke bak recycling yaitu kolam yang berisikan air
yang sudah masuk masuk dari proses tahap pertama sampai akhir dan sudah siap
digunkan untuk proses produksi seperti pencucian peralatan produksi dan sebagai
perairan pesawahan warga sekitar pabrik Way Berulu.