Pemanfaatan produk karet alam sebagai material pendukung dalam pembangunan infrastruktur nasional
telah menjadi prioritas pemerintah. Langkah ini dipercaya sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan
konsumsi domestik sekaligus kembali mengangkat harga karet alam di pasar internasional. Aspal
modifikasi polimer (Polymer Modified Asphalt, PMA) berbasis karet alam atau aspal karet merupakan
salah satu produk karet alam yang sangat menjanjikan untuk dapat merealisasikan target pemerintah
tersebut. Implementasi teknologi aspal karet di dalam negeri diperkirakan mampu mengkonsumsi 60 ribu
ton karet alam. Aspal karet memiliki keunggulan dibandingkan aspal murni dalam hal ketahanan terhadap
deformasi (alur/cekungan) pada arah memanjang di permukaan jalan sekitar jejak roda kendaraan akibat
beban lalu lintas yang berat, pengelupasan lapisan aspal dengan agregat, serta ketahanan terhadap
retakan jalan akibat perubahan suhu lingkungan.
Aspal Karet
Aspal karet merupakan teknologi aspal modifikasi elastomer yang menggunakan karet alam pra-
vulkanisasi (cross-link) sebagai bahan modifier.
Aspal karet diperoleh dari pencampuran material karet pada konsentrasi tertentu dalam aspal. Pada saat
karet ditambahkan ke dalam aspal panas, karet akan menyebar dalam bentuk partikel karet yang halus,
akibat pengaruh panas partikel karet menyerap minyak dalam aspal sehingga mengembang dan larut.
Syarat ideal aspal karet yaitu kekakuan tinggi pada suhu tinggi sehingga dapat memperkecil deformasi,
kekakuan yang rendah pada suhu rendah untuk meminimalisir timbulnya retakan pada permukaan jalan
serta dapat meningkatkan rekatan antara aspal dengan agregat sehingga permukaan jalan tidak mudah
mengelupas.
Hasil kajian laboratorium kadar optimum karet paling efektif adalah 7% dari kadar aspal atau; ± 4 kg karet
alam per 1 ton hotmix atau;± 3 ton karet alam per 1 km jalan lebar 7 m dan tebal 4 cm
Lateks banyak diolah menjadi beberapa jenis bahan olahan karet, pada umumnya bahan olahan karet
merupakan produksi perkebunan karet rakyat, sehingga sering disebut dengan BOKAR (Bahan Olahan
Karet Rakyat). BOKAR oleh petani dibuat dengan proses tradisional dan dengan sarana yang terbatas,
hal ini menyebabkan mutu BOKAR yang dihasilkanpun rendah, sehingga menyebabkan harga jual
BOKAR yang dihasilkan oleh petanipun rendah. Rendahya mutu BOKAR disebabkan adanya
penambahan bahan bukan karet oleh petani ke dalam BOKAR, penggunaan bahan penggumpal yang
tidak dianjurkan serta kondisi BOKAR yang dibiarkan terkena sinar matahari langsung
Karet alam SIR 20 berasal dari koagulum (lateks yang sudah menggumpal) atau hasil olahan seperti :
lum mangkok, sit angin, getah keeping, sisa dan lain-lain, yang dioeroleh dari perkebunan rakyat dengan
asal bahan baku yang sama dengan koagolum. Digolongkan dalam bahan baku rendah.
Langkah Proses pengolahan karet alam SIR 20 :
Bahan baku koagulum (lum mangkok, sleb, sit angin, getah sisa, dll) disortasi dan dilakukan pembersihan
dan pencampuran makro juga pembersihan dan pencampuran mikro, pengeringan gantung selama 10
hari sampai 20 hari. Peremahan, Pengeringan, Pengempaan Bendela ( Setiap bandela 33 kg atau 35 kg),
Pengemasan dan karet alam SIR 20 siap untuk diekspor. (Ompusunggu. 1987).
Karet SIR kebanyakan didapat dari hasil perkebunan rakyat yang umumnya mempunyai tingkat
kekotoran yang tinggi seperti SIR 20 dan SIR 50 dan harga relative lebih murah dibandingkan SIR 5 dan
SIR 10
Persyaratan Bahan :
Tantangan yang Dihadapi dalam Penerapan Aspal Karet
Pemanfaatan karet alam dalam bentuk SIR 20 menjadi aspal karet membutuhkan alat khusus berupa unit
pencampur aspal (bitumen plant). Jika bitumen plant akan memproduksi aspal karet dari jeni SIR 20,
maka dibutuhkan alat berupa : a. bale cutter, b. extruder, c. homogenizer, d. blending tank.
Solusi