Anda di halaman 1dari 24

TUMBUHAN SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI

1.1.Tumbuhan Karet
A. Karet Alam
Sesuai dengan namanya, karet alam berasal dari alam, yakni terbuat dari
getah tanaman karet, baik spesies Ficus elastica maupun Hevea brasiliensis. Sifat-
sifat atau kelebihan karet alam antara lain daya elastisitas atau daya lentingnya
sempurna, sangat plastis, sehingga mudah diolah, tidak mudah panas, tidak mudah
retak. Adapun kelemahan karet alam terletak pada keterbatasannya dalam
memenuhi kebutuhan pasar. Saat pasar membutuhkan pasokan tinggi, para
produsen karet alam tidak bisa meningkatkan produksinya dalam waktu singkat,
sehingga harganya cenderung tinggi (Setiawan & Andoko, Petunjuk lengkap budi
daya karet, 2009).

Gambar lateks/karet alam


B. Jenis-jenis karet
Karet alam memiliki banyak jenis berdasarkan pengolahannya. Berikut
tujuh jenis karet alam yang dikenal di pasaran (Setiawan & Andoko, Petunjuk
lengkap budidaya karet, 2008)
1. Bahan olah karet
Bahan olah karet adalah lateks kebun dan gumpalan lateks kebun yang
didapat dari penyadapan pohon karet Hevea brasiliensis. Bahan olah karet ini
umumnya merupakan produksi perkebunan karet rakyat, sehingga sering disebut
dengan bokar (bahan olah karet rakyat). Berdasarkan proses pengolahannya bokar
terdiri atas empat jenis, yaitu
a) Lateks kebun, merupakan getah yang didapat dari kegiatan menyadap
pohon karet. Syarat-syarat lateks kebun yang baik yaitu telah disaring
menggunakan saringan berukuran 40 mesh, bebas dari kotoran atau
benda-benda lain seperti serpihan kayu atau daun, tidak bercampur
dengan bubur lateks, air atau serum lateks, warna putih dan berbau khas
karet segar, kadar karet kering untuk mutu 1 sekitar 28% dan untuk mutu
2 sekitar 20%.
b) Sheet angin, merupakan produk lanjutan dari lateks kebun yang telah
disaring dan digumpalkan menggunakan asam semut. Karet sheet ini
berbentuk gilingan. Kriteria sheet angin yang baik yaitu tidak ada
kotoran, kadar karet kering untuk mutu 1 sebesar 90% dan mutu 2
sebesar 80%, tingkat ketebalan pertama 3 mm dan ketebalan kedua 5
mm. untuk mendapatkan sheet angin dengan kualifikasi tersebut, bahan
bakunya yang berupa lateks kebun harus digiling menggunakan gilingan
kembang agar air dan serumnya keluar. Selain itu dalam
penyimpanannya tidak boleh terkena air dan sinar matahari secara
langsung.
c) Slab tipis, merupakan bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang
sudah digumpalkan dengan asam semut. Syarat-syarat slab tipis yang
baik yaitu, bebas dari air atau serum, tidak tercampur gumpalan yang
tidak segar, tidak terdapat kotoran, slab tipis mutu 1 berkadar karet
kering sebesar 70% dan mutu 2 memiliki kadar karet kering 60%.
Tingkat ketebalan pertama 30 mm dan ketebalan kedua 40 mm. Untuk
mendapatkan slab tipis dengan kualifikasi tersebut, air atau serum harus
dikeluarkan dengan cara digiling. Sementara itu, penyimpanannya harus
terbebas dari sinar matahari langsung dan genangan air.
d) Lump segar, merupakan bahan olahan karet yang bukan berasal dari
gumpalan lateks kebun yang terjadi secara alamiah dalam mangkuk
penampung. Kriteria lump segar yang baik yaitu, bersih dari kotoran,
mutu 1 berkadar karet kering 60% dan mutu 2 berkadar karet kering
50%, tingkat ketebalan pertama 40 mm dan ketebalan kedua 60 mm.
2. Karet alam konvensional
Terdiri dari golongan karet sheet dan crepe. Dalam Green Book yang
diterbitkan oleh International Rubber Quality and Packing Conference,
jenis-jenis karet alam olahan yang termasuk karet alam konvensional
adalah
a) Ribbed Smoked Sheet (RSS), berupa lembaran sheet yang diproses
melalui pengasapan yang baik. Ada beberapa kelas dalam jenis ini, yang
terbaik adalah X RSS, dimana karet harus benar-benar bersih, kering,
kuat, bagus dan setiap bagian mendapat pengasapan sempurna.
b) White crepe pale crepe, jenis ini memiliki warna putih atau muda, ada
yang tebal dan ada pula yang tipis. Standar mutu yang paling baik adalah
karet yang kering, kokoh dan warnanya putih merata. Warna yang luntur,
bau asam atau tidak enak, noda, debu, pasir, minyak atau bekas oksidasi
tidak diperbolehkan.
c) Estate brown crepe, crepe ini memiliki warna cokelat muda. Umumnya,
jenis ini diproduksi oleh perkebunan-perkebunan besar atau estate. Jenis
ini dibuat dari bahan-bahan yang kurang baik, seperti sisa lateks, lump
atau koagulum yang berasal dari prakoagulasi, serta scrap atau lateks
kebun yang sudah kering di bidang penyadapan. Brown crepe tebal
disebut thick brown crepe dan yang tipis disebut thin brown crepe.
Standar mutu yang paling baik adalah karet harus kering, bersih dan
berwarna cokelat muda. Dalam kelas ini tidak diperbolehkan adanya
noda, benda-benda asing semacam pasir, bekas oksidasi, bau asam atau
bau tidak enak dan warna yang luntur.
d) Compo crepe, terbuat dari bahan lump, scrap pohon, potongan-potongan
sisa RSS atau slab basah. Scrap tanah tidak diperbolehkan dalam
pembuatan compo crepes ini. Standar mutu terbaik dari jenis ini, karet
harus dalam keadaan kering, bersih dan berwarna cokelat muda. Luntur,
noda-noda, pasir atau benda asing lain, minyak dan bekas oksidasi tidak
diperbolehkan. Meskipun demikian, adanya belang-belang masih
diperbolehkan.
e) Thin brown crepe remills, merupakan crepe cokelat yang tipis karena
digiling ulang. Bahannya sama dengan bahan brown crepe lainnya, tetapi
masih digiling lagi, sehingga didapatkan crepe dengan ketebalan sesuai
dengan yang dikehendaki. Standar mutu yang paling baik adalah karet
berwarna cokelat muda, kering dan bersih. Belang-belang masih
diperbolehkan asal dalam jumlah kecil.
f) Thick blanket crepe ambers, merupakan crepe blanket yang tebal dengan
warna cokelat, dan terbuat dari slab basah, sheet tanpa pengasapan, lump
dan scrap dari perkebunan besar atau kebun rakyat yang baik mutunya.
Tidak boleh menggunakan scrap tanah. Standar mutu terbaik pada jenis
ini karet harus kering dan bersih dengan warna cokelat muda.
g) Flat bark crepe, merupakan karet tanah atau earth rubber, yakni crepe
yang dihasilkan dari scrap karet alam yang belum diolah, termasuk scrap
tanah yang berwarna hitam. Karet ini harus kering dengan warna cokelat
tua sampai kehitaman dan bertekstur sedang hingga lembek. Pada jenis
ini tidak diperbolehkan adanya kelunturan, bekas panas, pasir, lumpur,
dan pengepakan tidak bersih.
h) Pure smoked blanket crepe, didapatkan dari penggilingan karet asap yang
berasal dari ribbed smoked sheet, termasuk karet bongkah dan sisa
potongannya. Standar mutunya adalah kering, bersih, kuat, liat dan
berbau karet asap yang khas. Pasir dan benda asing lain, warna luntur,
bekas minyak dan pengepakan yang tidak bersih tidak diperbolehkan.
Warnanya dari cokelat hingga cokelat tua.
i) Off crepe, terbuat dari bahan-bahan sisa atau bermutu jelek, misalnya
lembaran-lembaran RSS yang penggilingannya tidak sempurna, busa
lateks dan bekas air cucian yang masih banyak mengandung lateks. Tidak
ada standar mutu pada karet jenis ini karena memang secara umum karet
ini tidak memiliki standar.
3. Lateks pekat
Berbeda dengan jenis karet lain yang berbentuk lembaran atau bongkahan,
lateks pekat berbentuk cairan pekat. Pemrosesan bahan baku menjadi
lateks pekat bisa melalui pendadihan (creamed latex) atau pemusingan
(centrifuged latex). Lateks pekat ini biasanya merupakan bahan untuk
pembuatan barang-barang yang tipis dan bermutu tinggi.
4. Karet bongkah
Karet bongkah berasal dari karet remah yang dikeringkan dan dikilang
menjadi bandela-bandela dengan ukuran yang telah ditentukan.
5. Karet spesifikasi teknis
Karet spesifikasi teknis atau crumb rubber merupakan karet yang dibuat
secara khusus, sehingga mutu teknisnya terjamin yang penetapannya
didasarkan pada sifat-sifat teknis. Penilaian mutu yang hanya berdasarkan
aspek visual, seperti berlaku pada karet sheep, crepe dan lateks pekat tidak
berlaku untuk karet jenis ini. Karet spesifikasi teknis ini dikemas dalam
bongkah-bongkah kecil dengan berat dan ukuran seragam.
6. Tyre Rubber
Tyre rubber merupakan karet setengah jadi, sehingga bisa langsung
digunakan oleh konsumen, seperti untuk membuat ban atau barang-barang
lain yang berbahan karet alam. Tujuan pembuatan tyre rubber adalah
meningkatkan daya saing karet alam terhadap karet sintetis. Karet ini juga
memiliki daya campur yang baik, sehingga mudah digabungkan dengan
karet sintetis.
7. Karet reklim
Karet reklim atau reclaimed rubber adalah karet yang didaur ulang dari
karet bekas. Umumnya bekas ban mobil atau ban berjalan di pabrik-
pabrik besar. Karet reklim diusahakan pertama kali pada tahun 1848 oleh
Alexander Parkes dan ternyata tetap dibutuhkan sampai sekarang, bahkan
dalam jumlah yang cukup banyak. Kelebihan karet reklim ini adalah daya
lekatnya bagus, kokoh, tahan lama dalam pemakaian, serta lebih tahan
terhadap bensin dan minyak pelumas dibandingkan dengan karet yang
baru dibuat. Kelemahannya, kurang kenyal dan kurang tahan gesekan.
C. TSR
Technical Specified Rubber (TSR) merupakan lateks karet yang
digumpalkan lalu dihaluskan dan dipanaskan, digunakan untuk membuat ban dan
selang tubeuntuk mesin. Pembuatan karet TSR membutuhkan mesin yang cukup
kompleks dan tenaga listrik yang cukup besar. Jenis karet TSR diberbagai Negara
memiliki standar mutunya masing-masing, yaitu di Malaysia disebut SMR
(Standard Malaysian Rubber), di Singapura disebut SSR (Standard Singapore
Rubber), di Thailand disebut TTR (Thai Tested Rubber), dan di Indonesia disebut
SIR (Standard Indonesian Rubber). (PT. Rimba Karet, 2010). Proses pengolahan
TSR pada intinya pengolahan karet spesifikasi teknis dimaksudkan untuk
mengubah cara-cara pengolahan yang konvensional. Prinsipnya adalah usaha
menghasilkan karet yang dapat diketahui dan terjamin mutu teknisnya, disajikan
beserta sertifikat uji coba laboratorium, pengepakan dalam bongkah kecil,
mempunyai berat dan ukuran yang seragam, serta ditutup dengan lembar plastik
polyethylene. Karet ini diiberi nama karet spesifikasi teknis atau technically
specified rubber karena penetapan jenis-jenis mutunya didasarkan pada sifat-sifat
teknis. Warna atau penilaian visual yang menjadi dasar penentuan golongan mutu
pada jenis karet sheet, crepe, maupun lateks pekat tidak berlaku untuk jenis ini.
Persaingan karet alam dengan karet sintetislah yang merupakan dasar timbulnya
jenis karet ini. Karet sintetis yang permintaannya cenderung meningkat
mempunyai jaminan mutu dalam tiap bandelanya. Keterangan sifat teknis karet
serta keistimewaan tiap jenis mutu disertakan juga. Beberapa pihak pengelola
karet alam akhirnya mengupayakan perbaikan mutu karet yang sudah diketahui
sifat-sifat teknisnya. Malaysia merupakan pelopor pengolahan karet spesifikasi
teknis ini (PS, 2008). Berdasarkan perbedaan bahan baku yang digunakan untuk
pembuatannya, pengolahan karet spesifikasi teknis dibedakan atas bahan baku
lateks dan bahan baku karet rakyat yang bermutu rendah (PS, 2008)
a) Pengolahan TSR dari lateks
Ada beberapa proses dasar yang dilalui dalam pengolahan karet spesifikasi
teknis dengan bahan baku lateks, yaitu penerimaan dan penyaringan
lateks, penggumpalan atau koagulasi, pembutiran atau granulasi,
pengeringan dan pembungkusan. Mula-mula lateks yang dikirim ke tempat
pengolahan disaring dan dikumpulkan dalam bak atau tangki. Kemudian,
dilakukan penggumpalan dalam bak atau tangki-tangki tersebut sehingga
menghasilkan bongkahan-bongkahan atau koagulum. Pemotongan
koagulum merupakan langkah yang harus dilalui sebelum dilakukan
proses pembutiran. Mesin pembutiran yang biasa digunakan adalah mesin
pelletiser yang mempunyai banyak pisau berputar. Hasil yang diperoleh
dicuci hingga bersih kemudian dimasukkan dalam mesin pengering.
Biasanya pengeringan menggunakan mesin dan ban berjalan. Hasil akhir
dari karet spesifikasi teknis didinginkan sebelum dikemas. Berat akhir
diperoleh melalui penimbangan. Agar bandela berbentuk kecil dan
seragam maka bandela tersebut perlu dikempa. Ukuran bandela biasanya
(28 x 14 x 7) inci, sekitar (72 x 36 x 18) cm, atau (22,5 x 15 x 7,5) inci,
sekitar (58 x 38 x 19) cm. Berat yang ditetapkan untuk tiap bandela adalah
33 1/3 kg. Setelah dikempa, bongkah dibungkus dengan lembaran plastik
polyethylene. Lembaran plastik ini harus memiliki ketebalan 0,03 mm,
titik cair 108 derajat celcius, dan berat jenis 0,92. Bungkus ini disertai
tanda jenis mutu, tanda pengenal SIR dan pabrik yang memproduksinya.
b) Pengolahan TSR dari karet rakyat bermutu rendah
Ada pabrik yang membuat karet spesifikasi teknis dengan bahan koagulum
lateks atau lateks yang telah mengalami proses koagulasi. Biasanya
koagulum lateks yang diolah ini bermutu rendah, contohnya slabs karet
rakyat, lump kebun, lump mangkok, scraps, unsmoked sheet dan lain-lain.
Bahan koagulum lateks yang bermutu rendah ini terlebih dahulu disortir.
Setelah itu bahan ini dimasukkan ke dalam tangki-tangki air pembersih.
Selanjutnya, bahan dibersihkan lagi dengan mesin hammermill. Pada
mesin ini pencucian diikuti dengan pemotongan lalu digiling dengan
mesin penggilingan crepe. Hasil yang keluar dari mesin penggilingan
crepe dimasukkan ke mesin pelletiser atau mesin dengan pisau berputar.
Disini bahan mengalami proses pembutiran. Sesuai proses pembutiran,
bahan mengalami perlakuan kimiawi. Larutan asam fosfat atau asam
amino digunakan untuk merendamnya. Terakhir, bahan dikeringkan dan
diikuti proses pengepakan seperti pada karet spesifikasi teknis yang dibuat
dari bahan lateks.

D. Penggunaan karet alam


Sangat banyak diversifikasi bahan, alat dan barang yang dapat dibuat
dengan bahan baku getah karet. Perkembangan teknologi dan kebutuhan
konsumen masyarakat modern telah menjadikan karet alam semakin berkembang
penggunaannya. Dilihat dari sektor utama saat ini, karet alam memberikan
kontribusi yang besar pada sektor transportasi, sektor industri, sektor barang
kebutuhan sehari-hari dan sektor kesehatan, berikut penjelasannya (Siregar &
Suhendry, 2013)
1. Sektor transportasi : ban penumatik dan produk ban, tabung-tabung
internal, belt mobil, dan berbagai perlengkapan alat transportasi
2. Sektor industri : produk untuk berbagai sistem (misalnya conveyor,
transmisi, ban berbagai kereta/alat, bangunan tahan gempa, dan lain-lain).
Produk industri lainnya (packaging, sarung tangan industri, dan lain-lain)
3. Sektor kebutuhan : baju, sarung tangan, sepatu. Produk lainnya
(penghapus, alas kaki, bola golf, dan lain-lain)
4. Sektor kesehatan : sarung tangan kedokteran. Material lainnya (cincin
infus, kantong darah, jarum suntik, dan lain-lain)
Indonesia merupakan negara agraris yang berpotensi untuk
mengembangkan banyak tanaman agrikultur, salah satunya adalah karet alam.
Perkebunan karet di Indonesia diusahakan oleh tiga pihak yaitu rakyat (public),
pemerintah (government), swasta (private). Namun, karet yang sangat dibutuhkan
dalam kehidupan sehari-hari dikatakan sebagai tanaman rakyat karena lebih dari
80% areal penanaman karet diusahakan oleh rakyat. Dari tahun 2010 hingga 2014
produktivitas perkebunan rakyat rata-rata sebesar 0,806 ton per ha. Sedangkan
perkebunan pemerintah rata-rata sebesar 1,102 ton per ha. Permasalahan utama
yang dihadapi dalam kaitannya dengan komoditi karet adalah produktivitas dan
mutu karet rakyat yang sangat rendah. Seandainya produktivitas perkebunan
rakyat bisa menyamai perkebunan pemerintah maka bukan tidak mungkin
Indonesia akan menjadi negara produsen karet alam terbesar di dunia.
1.2.Tumbuhan Kelapa Sawit
Pohon Kelapa Sawit terdiri daripada dua spesies Arecaceae atau famili
palma yang digunakan untuk pertanian komersil dalam pengeluaran minyak
kelapa sawit. Pohon Kelapa Sawit Afrika, Elaeis guineensis, berasal dari Afrika
barat di antara Angola dan Gambia, manakala Pohon Kelapa Sawit Amerika,
Elaeis oleifera, berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Kelapa sawit
termasuk tumbuhan pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Bunga dan
buahnya berupa tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil dan apabila
masak, berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit
buahnya mengandungi minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak
goreng, sabun, dan lilin. Hampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak,
khususnya sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya
digunakan sebagai bahan bakar dan arang.

Gambar tanaman kelapa sawit

Ciri-ciri dari kelapa sawit yaitu


a. Daun
daunnya merupakan daun majemuk. Daun berwarna hijau tua dan pelapah
berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya sangat mirip dengan tanaman
salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam.
b. Batang
Batang tanaman diselimuti bekas pelapah hingga umur 12 tahun. Setelah
umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga menjadi
mirip dengan tanaman kelapa.
c. Akar
Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping.
Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke
samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.
d. Bunga
Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki waktu pematangan berbeda
sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki
bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan
mekar.
e. Buah
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah
tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang
muncul dari tiap pelapah. Buah terdiri dari tiga lapisan:
 Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin
 Mesoskarp, serabut buah
 Endoskarp, cangkang pelindung inti. Inti sawit merupakan
endosperm dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas
tinggi.
Bagian yang paling utama untuk diolah dari kelapa sawit adalah buahnya.
Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah
menjadi bahan baku minyak goreng. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah
harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi.
Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin. Minyak inti menjadi
bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Buah diproses dengan
membuat lunak bagian daging buah dengan temperatur 90°C. Daging yang telah
melunak dipaksa untuk berpisah dengan bagian inti dan cangkang dengan pressing
pada mesin silinder berlubang. Daging inti dan cangkang dipisahkan dengan
pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam lumpur sehingga
sisa cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur. Sisa pengolahan buah sawit
sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan
menjadi kompos.

Gambar buah kelapa sawit yang akan diolah sebagai minyak

Produk minyak kelapa sawit sebagai bahan makanan mempunyai dua


aspek kualitas. Aspek pertama berhubungan dengan kadar dan kualitas asam
lemak, kelembaban dan kadar kotoran. Aspek kedua berhubungan dengan rasa,
aroma dan kejernihan serta kemurnian produk. Kelapa sawit bermutu prima (SQ,
Special Quality) mengandung asam lemak (FFA, Free Fatty Acid) tidak lebih dari
2 % pada saat pengapalan. Kualitas standar minyak kelapa sawit mengandung
tidak lebih dari 5 % FFA. Setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan
menghasilkan rendemen minyak 22,1 % ‐ 22,2 % (tertinggi) dan kadar asam
lemak bebas 1,7 % ‐ 2,1 % (terendah). Mutu minyak kelapa sawit dapat dibedakan
menjadi dua arti, pertama, benar‐benar murni dan tidak bercampur dengan minyak
nabati lain. Mutu minyak kelapa sawit tersebut dapat ditentukan dengan menilai
sifat‐sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur titik lebur angka penyabunan dan
bilangan yodium. Kedua, pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal
ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang
meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan
ukuran pemucatan. Kebutuhan mutu minyak kelapa sawit yang digunakan sebagai
bahan baku industri pangan dan non pangan masing‐masing berbeda. Oleh karena
itu keaslian, kemurnian, kesegaran, maupun aspek higienisnya harus lebih
Diperhatikan. Rendahnya mutu minyak kelapa sawit sangat ditentukan oleh
banyak faktor. Faktor‐faktor tersebut dapat langsung dari sifat induk pohonnya,
penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan.
Syarat mutu inti kelapa sawit adalah sebagai berikut:
 Kadar minyak minimum (%): 48; cara pengujian SP‐SMP‐13‐1975
 Kadar air maksimum (%):8,5 ; cara pengujian SP‐SMP‐7‐1975
 Kontaminasi maksimum (%):4,0; cara pengujian SP‐SMP‐31‐19975
 Kadar inti pecah maksimum (%):15; cara pengujian SP‐SMP‐31‐1975

Gambar minyak kelapa sawit


1.3.Tembakau
Tembakau adalah hasil bumi yang diproses dari daun tanaman yang juga
dinamai sama. Tanaman tembakau terutama adalah Nicotiana tabacum dan
Nicotiana rustica, meskipun beberapa anggota Nicotiana lainnya juga dipakai
dalam tingkat sangat terbatas. Tembakau adalah produk pertanian semusim yang
bukan termasuk komoditas pangan, melainkan komoditas perkebunan. Produk ini
dikonsumsi bukan untuk makanan tetapi sebagai pengisi waktu luang atau
"hiburan", yaitu sebagai bahan baku rokok dan cerutu. Tembakau juga dapat
dikunyah. Kandungan metabolit sekunder yang kaya juga membuatnya
bermanfaat sebagai pestisida dan bahan baku obat

Gambar tanaman tembakau


Ada beberapa krteria yang menjadi syarat tumbuhnya tanaman tembakau,
yakni suhu, curah hujan, dan kondisi tanah. Suhu yang baik untuk pertumbuhan
tembakau berada pada rentang 200C sampai 300 C dari mulai transplantasi hingga
panen. Namun kondisi yang ideal untuk produksi daun tembakau dengan kualitas
yang baik biasanya pada suhu 260 C dengan kelembapan 70-80%. Selain itu,
tembakau membutuhkan distribusi curah hujan tahunan antara 500 hingga
1.250 mm. Namun, kelebihan air dapat menyebabkan tanaman menjadi tipis dan
bersisik. Untuk kondisi tanah, tembakau umumnya dapat tumbuh pada berbagai
jenis tanah. Akan tetapi tanah yang baik untuk pertumbuhan tembakau adalah
tanah liat yang dalam dan berdrainase baik dengan sedikit atau tanpa risiko banjir.
Meskipun tembakau toleran terhadap kekeringan, tembakau tumbuh optimum
pada tanah dengan suhu 20 hingga 30 derajat dengan kapasitas pasokan air yang
tinggi
Pada saat ini produksi industri hasil tembakau berupa sigaret keretek,
sigaret putih, cerutu, tembakau shag, sigaret kelembak menyan, dan hasil
pengolahan tembakau lainnya. Bahan baku utama industri rokok keretek adalah
tembakau dan cengkeh hasil produksi dalam negeri dan juga dari impor, serta
bahan pendukung yang lain. Berdasar cara pembuatannya, sigaret keretek dibagi
dua jenis masing-masing sigaret keretek mesin (SKM)dan sigaret keretek tangan
(SKT). Selain itu ada sigaret putih mesin (SPM) dengan bahan baku hanya
tembakau, dibuat dengan mesin. Pembungkus sigaret menggunakan kertas (SKM,
SKT, SPM), bungkus tembakau (cerutu) dan bungkus kelobot (KLB). KLB
termasuk kelompok sigaret keretek. Setiap jenis sigaret dibuat dari campuran
beberapa jenis tembakau (5−10 macam atau lebih) dicampur cengkeh atau tanpa
cengkeh, saus sebagai pembawa rasa dan aroma khas,serta kadang-kadang bahan
pengawet. Bentuk produk yang lain adalah tembakau iris yang terdiri atas
campuran irisan beberapa jenis tembakau dibungkus dan dilinting sendiri oleh
perokok.

Gambar proses pengeringan tembakau yang sudah dirajang

Homogenized tobacco leaf (HTL) adalah produk lain dari tembakau yang
terbuat dari limbah debu tembakau kemudian dicampur perekat dan dicetak
menjadi lembaran kertas tembakau. Dalam penggunaannya HTL dipotong sesuai
ukuran tembakau rajangan dan digunakan sebagai bahan campuran racikan.
Sebelum digunakan sebagai bahan baku sigaret, daun tembakau dikeringkan
melalui tahapan-tahapan suhu tertentu, sesuai jenis tembakau dan tujuan
penggunaannya. Pengeringan bertahap atau disebut kiuring (curing) ini
menggunakan sumber energi dari bahan bakar fosil (virginia FC), kayu (virginia
FC, tembakau bahan cerutu: besuki, vorstenland, deli), kayu dan sekam (asepan),
energi surya (rajangan, kasturi), bara api pembakaran kayu (tembakau garangan),
dan udara lingkungan (burley). Tembakau kering ini kemudian melalui proses
lanjutan, yaitu pengeringan ulang, pemotongan, pencampuran antar mutu dengan
perbandingan tertentu, pengepakan dan lain-lain, selanjutnya masuk ruang
fermentasi (aging), selama1-2 tahun. Setelah proses ini barulah tembakau tersebut
siap untuk digunakan dalam racikan (blending) rokok. Pengolahan menjadi
tembakau kering (kerosok, rajangan) akan menghasilkan limbah secara langsung
maupun tidak langsung. Limbah langsung adalah yang berasal dari daun
tembakau akibat perlakuan pengeringan, pengangkutan, pemotongan,
penumpukan, dan lain-lain berupa debu tembakau. Sedangkan limbah tidak
langsung akibat dari penggunaan bahan bakar tertentu untuk pengeringan
misalnya bahan bakar fosil (minyak tanah, batubara, LPG), atau biomassa (kayu,
sekam, kulit kemiri,dan lain-lain). Bahan pembantu dalam pengolahan seperti tali
rafia, plastik, dan pembungkus apabila tercampur dalam tembakau juga
merupakan sumber bahan berbahaya bagi kesehatan.

Gambar produk tembakau


1.4.Tanaman Teh
Tanaman teh (Camellia sinensis) familia dari Theaceae, diperkirakan
berasal dari Cina. Tanaman teh ini dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis,
dengan ketinggian 200-2.300 meter diatas permukaan laut (Noriko, 2013).
Tanaman teh membutuhkan iklim yang lembab, dan tumbuh baik pada temperatur
yang berkisar antara 22oTeh mengandung kafein dan pada daun yang masih muda
kandungan fosfornya sangat tinggi. Daun teh banyak mengandung mineral Al,
Mn, K, Ca, Mg, Fe Zn, dan Cu. Ada 4 jenis teh yaitu teh putih, teh hijau, teh
hitam dan teh olong. Terdapat perbedaan dari keempatnya yaitu pada pemrosesan
daun teh setelah dipetik. Teh dibedakan berdasarkan proses fermentasinya.
Semakin lama proses fermentasi, maka warna daun yang hijau akan berubah
menjadi coklat dan akhirnya kehitaman (Sundari et al, 2009).C. Tanaman teh
memiliki usia ekonomi antara 50-60 tahun. Selain itu faktor iklim yang
mempengaruhi pertumbuhan teh ialah curah hujan. Curah hujan yang optimum
untuk pertumbuhan teh berkisar 223-417 mm per bulan (Supriadi, 2014).

Gambar tanaman teh

Menurut Arifin dalam Arizka (2015), teh hitam berasal dari daun teh
unggulan yang mengandung senyawa bioaktif polyfenol, senyawa flavonoid,
tanin, kafein dan asam fenalat. Selain itu teh hitam mengandung vitamin B1, B2,
C, E dan K, serta kaya akan mineral flour, mangan, kalsium, kalium dan
potasium. Flavonoid merupakan kelompok antioksidan yang secara alamiah
terdapat pada sayuran, buah-buahan, serta minuman seperti anggur dan teh.
Adapun beberapa manfaat teh antara lain
 Untuk melancarkan buang air besar maupun buang air kecil
 Mengurangi gangguan kekejangan pada anak-anak serta epilepsi
 Menjaga kesehatan jantung
 Mengurangi resiko keracunan serta mampu menekan pertumbuhan sel
kanker ataupun tumor.
Teh hitam merupakan salah satu produk unggulan yang di produksi di
Indonesia. Teh sendiri merupakan hasil komoditas perkebunan Indonesia. Kualitas
dari mutu teh dipengaruhi oleh kondisi pucuk teh serta cara pengolahannya. Pucuk
teh yang bermutu tinggi terdiri dari kuncup 2-3 daun muda yang mempunyai
tingkat kerusakan rendah. Agar tingkat kerusakaan pucuk daun teh sampai
dipabrik tetap rendah, maka perlu adanya penanganan pucuk teh sejak dari
pemetikan, pengumpulan, pengangkutan sampai penerimaan pucuk di pabrik
harus dilakukan dengan baik. Hasil survei yang dilakukan oleh BPS (2013)
menunjukkan bahwa tingkat konsumsi teh rata-rata per kapita pada tahun 2009-
2013 mencapai 13% per tahun.
Hal tersebut menunjukkan bahwa kekayaan Indonesia merupakan sumber
daya alam yang harus terus dijaga kelestariannya. Minuman teh merupakan
produk yang terpopuler serta banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia
ataupun masyarakat dunia, karena teh mempunyai cita rasa yang khas. Indonesia
merupakan produsen teh yang menempati pada urutan kelima didunia. Manfaat
dari teh itu sendiri ialah dapat menurunkan resiko terjadinya penyakit
kardiovaskuler serta menghambat perkembangan kanker, mempunyai efek untuk
menjaga kesehatan gigi dan mulut karena kandungan natural florida yang
dimilikinya dapat mencegah terjadinya karies pada gigi (Besral et al, 2007).
Komposisi kimia didalam daun teh segar meliputi (dalam % berat kering)
merupakan serat kasar, selulosa, lignin 22%, protein, asam amino sebanyak 23%,
lemak 8%, kafein 4%, polifenol 30%, serta pektin 4%. Selain itu daun teh
mengandung tiga komponen penting yang dapat mempengaruhi mutu minuman
teh yaitu tanin, kafein, dan polifenol (Sundari et al, 2009).
Pengolahan teh hitam di Indonesia dapat dibagi menjadi dua, yaitu
system orthodox(orthodok murni dan orthodox rotorvane) serta sistem baru yaitu
CTC (Crushing Tearing Curling). Sistem CTC (Crushing Tearing Curling)
merupakan suatu sistem pengolahan teh yang relative baru di Indonesia. Metode
yang diterapkan pada pucuk daun teh (Camellia sinensis) melibatkan beberapa
tahapan, mualai dari pengeringan hingga sampai penyeduhan teh. Bentuk umum
ndari pengolahan teh yaitu melibatkan oksidasi terhadap pucuk daun teh,
penghentian oksidasi, pembentukan teh serta pengeringan. Komponen penting
yang terdapat dalam pengolahan teh ialah oksidasi yang digunakan untuk
menentukan rasa teh, dengan perawatan dan pemotongan pucuk daun teh yang
dapat memengaruhi citarasa. PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua
mengolah teh hitam menggunakan sistem orthodox rotorvane. Pengolahan
tersebut terdiri dari penerimaan pucuk daun teh, proses pelayuan, proses
penggilingan, proses sortasi basah, proses fermentasi, proses pengeringan daun
teh, proses sortasi kering, penyimpanan dan pengemasan serta proses analisa.

Gambar produk teh


1.5.Tanaman Kopi
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman
perkebunan yang sudah lama dibudidayakan dan memiliki
nilai ekonomis yang lumayan tinggi. Kopi berasal dari
Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia. Namun, kopi
sendiri baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah
tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah asalnya,
yaitu Yaman di bagian selatan Arab (Rahardjo, 2012).

Gambar buah kopi


Varietas kopi merujuk kepada sub spesies kopi. Biji kopi dari dua tempat
yang berbeda biasanya juga memiliki karakter yang berbeda, baik dari aroma (dari
aroma jeruk sampai aroma tanah), kandungan kafein, rasa dan tingkat keasaman.
Ciri-ciri ini tergantung pada tempat tumbuhan kopi itu tumbuh, proses produksi
dan perbedaan genetika sub spesies kopi. Terdapat duajenis kopi yang telah
dibudidayakan di provinsi Lampung yakni kopi arabika dan kopi robusta
(Cahyono, 2012).
a. Kopi Arabika
Kopi arabika masuk ke Indonesia pada tahun 1696yang dibawa oleh
perusahaan dagang Dutch East India Co. dari Ceylo (Yahmadi, 2007).
Kopi arabika merupakan kopi yang paling banyak dikembangkan di dunia
maupun di Indonesia khususnya. Kopi ini ditanam pada dataran tinggi
yang memiliki iklim kering sekitar 1350-1850 meter dari permukaan laut.
Sedangkan di Indonesia sendiri kopi ini dapat tumbuh subur di daerah
tinggi sampai ketinggian 1200 meter diatas permukaan laut. Jenis kopi ini
cenderung tidak tahan serangan penyakit karat daun (Hemileiavastatrix),
namun kopi ini memiliki tingkat aroma dan rasa yang kuat
(Cahyono,2012).
b. Kopi robusta
Kopi robusta atau yang disebut dengan Coffea canephora, pada awalnya
hanya dikenal sebagai semak atau tanaman liar yang mampu tumbuh
hingga beberapa meter tingginya. Hingga akhirnya kopi robustapertama
kali ditemukan di Kongopada tahun 1898oleh EmilLaurent. Namun
terlepas dari itu ada yang menyatakan jenis kopi robusta ini telah
ditemukan lebih dahulu oleh dua orang pengembara Inggris bernama
Richard dan John Speake pada tahun 1862 (Yahmadi, 2007).
Rahardjo (2012) menyatakan bahwa, kopi yang sudah dipetik harus
segera diolah lebih lanjut dan tidak boleh dibiarkan begitu saja selama lebih dari
12 sampai 20 jam. Bila kopi tidak segera diolah dalam jangka waktu tersebut
maka kopi akan mengalami fermentasi dan proses kimia lainnya yang bisa
menurunkan mutu dari kopi tersebut. Apabilaterpaksa belum diolah, maka kopi
harus direndam terlebih dahulu dalam air bersih yang mengalir. Menurut
Ciptadidan Nasution (1985), proses pengolahan kopi dibagi menjadi duayaitu
proses olah kering (dry process) dan proses olah basah (wet process).
1. Proses pengolahan cara kering
Gambar alur proses pengolahan kopi cara kering

2. Proses pengolahan cara basah

Gambar alur proses pengolahan kopi cara basah


Gambar hasil pengolahan buah kopi

Gambar hasil produk tanaman kopi

Anda mungkin juga menyukai