1.1.Tumbuhan Karet
A. Karet Alam
Sesuai dengan namanya, karet alam berasal dari alam, yakni terbuat dari
getah tanaman karet, baik spesies Ficus elastica maupun Hevea brasiliensis. Sifat-
sifat atau kelebihan karet alam antara lain daya elastisitas atau daya lentingnya
sempurna, sangat plastis, sehingga mudah diolah, tidak mudah panas, tidak mudah
retak. Adapun kelemahan karet alam terletak pada keterbatasannya dalam
memenuhi kebutuhan pasar. Saat pasar membutuhkan pasokan tinggi, para
produsen karet alam tidak bisa meningkatkan produksinya dalam waktu singkat,
sehingga harganya cenderung tinggi (Setiawan & Andoko, Petunjuk lengkap budi
daya karet, 2009).
Homogenized tobacco leaf (HTL) adalah produk lain dari tembakau yang
terbuat dari limbah debu tembakau kemudian dicampur perekat dan dicetak
menjadi lembaran kertas tembakau. Dalam penggunaannya HTL dipotong sesuai
ukuran tembakau rajangan dan digunakan sebagai bahan campuran racikan.
Sebelum digunakan sebagai bahan baku sigaret, daun tembakau dikeringkan
melalui tahapan-tahapan suhu tertentu, sesuai jenis tembakau dan tujuan
penggunaannya. Pengeringan bertahap atau disebut kiuring (curing) ini
menggunakan sumber energi dari bahan bakar fosil (virginia FC), kayu (virginia
FC, tembakau bahan cerutu: besuki, vorstenland, deli), kayu dan sekam (asepan),
energi surya (rajangan, kasturi), bara api pembakaran kayu (tembakau garangan),
dan udara lingkungan (burley). Tembakau kering ini kemudian melalui proses
lanjutan, yaitu pengeringan ulang, pemotongan, pencampuran antar mutu dengan
perbandingan tertentu, pengepakan dan lain-lain, selanjutnya masuk ruang
fermentasi (aging), selama1-2 tahun. Setelah proses ini barulah tembakau tersebut
siap untuk digunakan dalam racikan (blending) rokok. Pengolahan menjadi
tembakau kering (kerosok, rajangan) akan menghasilkan limbah secara langsung
maupun tidak langsung. Limbah langsung adalah yang berasal dari daun
tembakau akibat perlakuan pengeringan, pengangkutan, pemotongan,
penumpukan, dan lain-lain berupa debu tembakau. Sedangkan limbah tidak
langsung akibat dari penggunaan bahan bakar tertentu untuk pengeringan
misalnya bahan bakar fosil (minyak tanah, batubara, LPG), atau biomassa (kayu,
sekam, kulit kemiri,dan lain-lain). Bahan pembantu dalam pengolahan seperti tali
rafia, plastik, dan pembungkus apabila tercampur dalam tembakau juga
merupakan sumber bahan berbahaya bagi kesehatan.
Menurut Arifin dalam Arizka (2015), teh hitam berasal dari daun teh
unggulan yang mengandung senyawa bioaktif polyfenol, senyawa flavonoid,
tanin, kafein dan asam fenalat. Selain itu teh hitam mengandung vitamin B1, B2,
C, E dan K, serta kaya akan mineral flour, mangan, kalsium, kalium dan
potasium. Flavonoid merupakan kelompok antioksidan yang secara alamiah
terdapat pada sayuran, buah-buahan, serta minuman seperti anggur dan teh.
Adapun beberapa manfaat teh antara lain
Untuk melancarkan buang air besar maupun buang air kecil
Mengurangi gangguan kekejangan pada anak-anak serta epilepsi
Menjaga kesehatan jantung
Mengurangi resiko keracunan serta mampu menekan pertumbuhan sel
kanker ataupun tumor.
Teh hitam merupakan salah satu produk unggulan yang di produksi di
Indonesia. Teh sendiri merupakan hasil komoditas perkebunan Indonesia. Kualitas
dari mutu teh dipengaruhi oleh kondisi pucuk teh serta cara pengolahannya. Pucuk
teh yang bermutu tinggi terdiri dari kuncup 2-3 daun muda yang mempunyai
tingkat kerusakan rendah. Agar tingkat kerusakaan pucuk daun teh sampai
dipabrik tetap rendah, maka perlu adanya penanganan pucuk teh sejak dari
pemetikan, pengumpulan, pengangkutan sampai penerimaan pucuk di pabrik
harus dilakukan dengan baik. Hasil survei yang dilakukan oleh BPS (2013)
menunjukkan bahwa tingkat konsumsi teh rata-rata per kapita pada tahun 2009-
2013 mencapai 13% per tahun.
Hal tersebut menunjukkan bahwa kekayaan Indonesia merupakan sumber
daya alam yang harus terus dijaga kelestariannya. Minuman teh merupakan
produk yang terpopuler serta banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia
ataupun masyarakat dunia, karena teh mempunyai cita rasa yang khas. Indonesia
merupakan produsen teh yang menempati pada urutan kelima didunia. Manfaat
dari teh itu sendiri ialah dapat menurunkan resiko terjadinya penyakit
kardiovaskuler serta menghambat perkembangan kanker, mempunyai efek untuk
menjaga kesehatan gigi dan mulut karena kandungan natural florida yang
dimilikinya dapat mencegah terjadinya karies pada gigi (Besral et al, 2007).
Komposisi kimia didalam daun teh segar meliputi (dalam % berat kering)
merupakan serat kasar, selulosa, lignin 22%, protein, asam amino sebanyak 23%,
lemak 8%, kafein 4%, polifenol 30%, serta pektin 4%. Selain itu daun teh
mengandung tiga komponen penting yang dapat mempengaruhi mutu minuman
teh yaitu tanin, kafein, dan polifenol (Sundari et al, 2009).
Pengolahan teh hitam di Indonesia dapat dibagi menjadi dua, yaitu
system orthodox(orthodok murni dan orthodox rotorvane) serta sistem baru yaitu
CTC (Crushing Tearing Curling). Sistem CTC (Crushing Tearing Curling)
merupakan suatu sistem pengolahan teh yang relative baru di Indonesia. Metode
yang diterapkan pada pucuk daun teh (Camellia sinensis) melibatkan beberapa
tahapan, mualai dari pengeringan hingga sampai penyeduhan teh. Bentuk umum
ndari pengolahan teh yaitu melibatkan oksidasi terhadap pucuk daun teh,
penghentian oksidasi, pembentukan teh serta pengeringan. Komponen penting
yang terdapat dalam pengolahan teh ialah oksidasi yang digunakan untuk
menentukan rasa teh, dengan perawatan dan pemotongan pucuk daun teh yang
dapat memengaruhi citarasa. PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua
mengolah teh hitam menggunakan sistem orthodox rotorvane. Pengolahan
tersebut terdiri dari penerimaan pucuk daun teh, proses pelayuan, proses
penggilingan, proses sortasi basah, proses fermentasi, proses pengeringan daun
teh, proses sortasi kering, penyimpanan dan pengemasan serta proses analisa.