Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit

1. Typhoid

Typhoid merupakan suatu penyakit infeksi sistematik bersifat

akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh

panas yang berkepanjangan, ditopang dengan bakteriemia tanpa

keterlibatan stuktur endhotelia dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke

dalam sel fagosit monokuler dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan dapat

menular pada orang lain melalui makanan atau air yang terkontaminasi

(Afriyansah, 2018).

Typhoid adalah penyakit infeksi usus halus yang disebabkan

oleh bakteri Salmonella typhi yang mempunyai beberapa tipe antara lain

Salmonella typhi A, B, C yang dapat menular melalui makanan dan air

yang telah terkontaminasi bakteri tersebut (Dewi dan Meira dalam

Afriyansah, 2018).

Thypoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang

disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi dan Salmonella para thypi.

Thypoid biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala yang umum

yaitu gejala demam yang lebih dari 1 minggu, penyakit demam thypoid

bersifat endemik dan merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar
hampir di sebagian besar negara berkembang termasuk Indonesia dan

menjadi masalah yang sangat penting (Depkes, 2016).

Kesimpulan dari pengertian di atas adalah typhoid merupakan

suatu penyakit infeksi pada usus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella

typhi jenis A, B, C yang ditandai dengan panas berkepanjangan dan dapat

menyebabkan gangguan pencernaan serta dapat menular ke orang lain

melalui makanan yang telah terkontaminasi bakteri dan juga air serta

lingkungan yang sudah tercemar bakteri tersebut.

2. Etiologi

Penyebab utama dari penyakit ini adalah mikroorganisme

Salmonella Typhosa dan Salmonella Typhi, A, B, dan C. Mikroorganisme

ini banyak terdapat di kotoran, tinja manusia dan makanan atau minuman

yang terkena mikroorganisme yang di bawa oleh lalat. Sebenarnya sumber

utama dari penyakit ini adalah lingkungan yang kotor dan tidak sehat.

Tidak seperti virus yang dapat beterbangan di udara, mikroorganisme ini

hidup di sanitasi yang buruk seperti lingkungan kumuh, makanan dan

minuman yang tidak higenis Manifestas Klinik.

Etiologi atau penyebab dari penyakit typhoid adalah bakteri

Salmonella typhi yang mempunyai beberapa tipe antara lain tipe A, B dan

C. Bakteri ini tergolong dalam famili Enterobacteriaceae yaitu bakteri

gram negatif yang berbentuk batang dan mempunyai flagela, tidak

membentuk spora, fakultatif anaerobik bergerak aktif serta bakteri ini

mempunyai ukuran panjang kurang lebih 3 µm dan lebar 5 µm.


Salmonella typhi sama dengan Salmonella lain adalah bakteri

Gram negatif mempunyai flagela tidak berkapsul dan tidak membentuk

spora fakultatif anaerob. Mempunyai anti gensomatik ( O ) yang terdiri

dari oligosakarida, flagelar antigen ( H ) yang terdiri dari protein dan

envelope antigen ( K ) yang tediri dari polisakarida. Mempunyai

makromolekuler lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapisan luar

dari diding sel yang di namakan endotoksin. Salmonella Typhi juga dapat

memperoleh plasmid faktor R yang berkaitan dengan resistensi terhadap

multipel antibiotik.

(Marni, 2016).

3. Manifestasi Klinis

Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika

dibanding dengan penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10 – 20

hari. Setelah masa inkubasi maka ditemukan gejala prodromal, yaitu

perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak

bersemangat.Kemudian menyusul gejala klinis yang biasa ditemukan,

yaitu :

a. Demam

Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu.

Bersifat febris remiten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama

minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap

hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada

sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, penderita terus berada
dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu tubuh

beraangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu

ketiga.

b. Ganguan pada saluran pencernaan

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering

dan pecah-pecah (ragaden) . Lidah ditutupi selaput putih kotor

(coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai

tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut

kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri

pada perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi, akan tetapi

mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.

c. Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak

berapa dalam, yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor,

koma atau gelisah.

(Ardiansyah, 2012).

4. Anatomi Fisiologi

Anatomi saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan

(faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan

anus.
Gambar 2.1
Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
Sumber : Buku Anatomi Fisiologi, 2014

Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai

dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia

yangberfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-

zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta

membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan

sisa proses tersebut dari tubuh. Anatomi dan fisiologi sistem

pencernaan yaitu :

1. Mulut

Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan

dan air. Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan

lengkap dan jalan masuk untuk sistem pencernaan yang berakhir di


anus. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.

Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di

permukaan lidah. Pengecapan sederhana terdiri dari manis, asam,

asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di

hidung, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-

potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi

belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang

lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus

bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim

pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung

antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan

menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara

sadardan berlanjut secara otomatis.

2. Tenggorokan (Faring)

Merupakan penghubung antara rongga mulut dan

kerongkongan. Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel)

yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit

dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak

bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya di

belakang rongga mulut dan rongga hidung, di depan ruas tulang

belakang keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung,

dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak

berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang


yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari bagian superior

yaitu bagian yang sama tinggi dengan hidung, bagian media yaitu

bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior yaitu

bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian superior disebut

nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan

tekak dengan ruang gendang telinga. Bagian media disebut

orofaring, bagian ini berbatas ke depan sampai di akar lidah.

Bagian inferior disebut laringofaring yang menghubungkan

orofaring dengan laring.

3. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung berotot pada vertebrata yang

dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam

lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan

menggunakan proses peristaltik. Esofagus bertemu dengan faring

pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi, esofagus dibagi

menjadi tiga bagian yaitu bagian superior (sebagian besar adalah

otot rangka), bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus),

serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

4. Lambung

Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari

tiga bagian yaitu kardia, fundus dan antrium. Lambung berfungsi

sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk

mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi


lambung menghasilkan 3 zat pentingyaitu lendir, asam klorida

(HCL), dan prekusor pepsin (enzim yang memecahkan protein).

Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam

lambungdan asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam,

yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman

lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap

infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.

5. Usus halus (usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran

pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar.

Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat

yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan

lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu

melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus

juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein,

gula dan lemak. Lapisan usus halus terdiri dari lapisan mukosa

(sebelah dalam), lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang

dan lapisan serosa. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus

dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus

penyerapan (ileum).

a. Usus Dua Belas Jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian

dari usus halusyang terletak setelah lambung dan


menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian

usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus

halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di

ligamentum treitz. Usus dua belas jari merupakan organ

retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh

selaputperitoneum. pH usus dua belas jari yang normal

berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari

terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan

kantung empedu. Lambung melepaskan makanan ke

dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan

bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam

duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah

yangbisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum

akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti

mengalirkan makanan.

b. Usus Kosong (Jejenum)

Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari

usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan

usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang

seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah

bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan

digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.

Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus


dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas

permukaan dari usus.

c. Usus Penyerapan (Illeum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir

dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia ileum

memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah

duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu.

Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit

basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam

empedu.

6. Usus Besar (Kolon)

Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu

dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.

Usus besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum,

kolon desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan

rektum). Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar

berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan

zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat

zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi

normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa

menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar.

Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya

lendirdan air, dan terjadilah diare.


7. Rektum dan Anus

Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus

besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini

berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya

rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih

tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh

dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk

buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena

penumpukan material di dalam rektumakan memicu sistem saraf

yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika

defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke

usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika

defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan

pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih

tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih

muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang

penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung

saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh.

Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian

lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot

sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang

air besar) yang merupakan fungsi utama anus.

(Kirnanoro dan Maryana, 2014).


5. Patofisiologi

Patofisiologi demam typhoid melibatkan 4 proses kompleks

mengikuti ingesti organisme Yaitu: (1) Penempelan dan invasi sel-sel

M Peyer’s patch, (2) mikroorganisme bertahan hidup dan

bermultiplikasi di makrofag Peyer’s patch, nodus limfatikus

mesenterikus dan organ-organ ekstra intestinal sistem

retikuloendotelial, (3) mikroorganisme bertahan hidup di dalam aliran

darah, (4) produksi enterotoksin yang meningkatkan kadar CAMP di

dalam kripta usus dan menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke

dalam lumen intestinal (Soedarmo et al, 2010).

Mikroorganisme Salmonella Typhi dan Salmonella parathyphi

masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan atau minuman

terkontaminasi. Sebagian mikroorganisme di musnahkan dalam

lambung dengan pH <2, sebagian lolos masuk ke dalam usus dan

selanjutnya berkembang biak. Bila respon imunitas humoral mukosa

(IgA) usus kurang baik maka mikroorganisme akan menembus sel-sel

epitel (terutama sel M) dan selanjutnya ke lamina propia. Propia

mikroorganisme berkembang biak dan difagosit oleh makrorag.

Mikroorganisme dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag

dan selanjutnya di bawa ke Plak Peyeriileum Distal kemudian ke

kelenjar getah bening mesenterika (Sudoyo et al, 2009).

BakteriSalmonella typhi masuk ke dalam tubuh manusia melalui

mulut dengan makanan dan iar yang tercemr. Sebagian bakteri


dimusnahkan oleh asam lambung sehingga mengakibatkan kadar asam

lambung menjadi meningkat pada penderita sehingga menyebabkan

raa mual, muntah dan intake kurang sehingga menyebabkan gangguan

nutrisi berjurang dari kebutuhan. Bakteri yang melewati asam lambung

akan hidup di usus dan menetap sehingga terjadi perforasi dan

perdarahan yang menyebabkan gejala peritonitis dan nyeri tekan yang

mengakibatkan gangguan rasa nyaman dan nyeri. Sebagian bakteri

akan menembus lamina propia, masuk ke aliran limfe dan menembus

aliran darah yang nantinya akan bersarang ke hati sehingga

menyebabkan hepatomegali dan splenomegali. Pada penderita tifoid

bakteri S.typhi akan mengeluarkan endotoksin yang akan dilepasnya

zat firogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang (Arfiana dan

Arum, 2016).

6. Pathway
Gambar 2.2
Pathway typhoid
Sumber : https://puskesmaspeibenga.wordpress.com/2015/05/28/typus/

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap

Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar

leukosit normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai


infeksi sekunder. Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa

demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi

kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan

kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada

pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit

walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu

pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam

typhoid.

b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal

setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan

penanganan khusus

c. Biakan darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid,

tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan

terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah

tergantung dari beberapa faktor :

1. Teknik pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan

laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik

dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah

yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat

bakteremia berlangsung.
2. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit

Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada

minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya.

Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.

3. Vaksinasi di masa lampau

Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat

menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat

menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.

4. Pengobatan dengan obat anti mikroba

Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat

anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat

dan hasil biakan mungkin negatif.

d. Uji Widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan

antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi

terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang

yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal

adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di

laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan

adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid.

Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau

aglutinin yaitu :
1. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari

tubuh kuman).

2. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari

flagel kuman).

3. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal

dari simpai kuman)

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang

ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar

klien menderita typhoid. Faktor – faktor yang mempengaruhi uji

widal:

a. Faktor yang berhubungan dengan klien

1. Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan

antibodi.

2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru

dijumpai dalam darah setelah klien sakit 1 minggu dan

mencapai puncaknya pada minggu ke-5 atau ke-6.

3. Penyakit-penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat

menyertai demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan

antibodi seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma

lanjut.

4. Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan

obat anti mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.


5. Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat

tersebut dapat menghambat terjadinya pembentukan antibodi

karena supresi sistem retikuloendotelial.

6. Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi

dengan kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat

meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulan

sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun perlahan-

lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin H

pada orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai

diagnostik.

7. Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella

sebelumnya : keadaan ini dapat mendukung hasil uji widal

yang positif, walaupun dengan hasil titer yang rendah.

8. Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer

aglutinin terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi

dengan demam yang bukan typhoid pada seseorang yang

pernah tertular salmonella di masa lalu.

b. Faktor-faktor Teknis

1. Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung

antigen O dan H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu

spesies dapat menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang

lain.
2. Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi

hasil uji widal.

3. Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada

penelitian yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi

antigen dari strain salmonella setempat lebih baik dari suspensi

dari strain lain.

8. Penatalaksanaan

a. Non farmakologi

1. Bedrest

2. Diet diberikan bubur saring kemudian bubur kasar dan

akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Diet

berupa makanan rendah serat.

b. Farmakologi

1. Kloramfenikol. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg


perhari, dapat diberikan secara oral atau intravena, sampai 7
hari bebas panas
2. Tiamfenikol. Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.
3. Kortimoksazol. Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400
mg sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim)
4. Ampisilin dan amoksilin. Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB,
selama 2 minggu
5. Sefalosporin Generasi Ketiga. dosis 3-4 gram dalam dekstrosa
100 cc, diberikan selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama
3-5 hari
6. Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan
tertentu seperti: Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok
septik, karena telah terbukti sering ditemukan dua macam
organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella typhi.
(Widiastuti S, 2001)
7. Vit B komplek dan Vit C sangat diperlukan untuk menjaga
kesegaran dan kekuatan badan serta berperan dalam kestabilan
pembuluh kafiler.
(Amin dan Kusuma, 2015).

9. Komplikasi

a. Usus halus

Umumnya jarang terjadi, akan tetapi sering fatal yaitu :

1) Perdarahan usus

Tanda adanya perdarahan hanya ditemukan jika dilakukan

pemeriksaan tinja dengan benzidin. Bila perdarahan banyak

yang terjadi melena dan bila berat dapat disertai perasaan nyeri

perut dengan tanda-tanda renjatan.

2) Perforasi usus

Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan

terjadi pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai

peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara dirongga

peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara

diantara hati dan diagfragma pada foto rontgen abdomen yang

dbuat dalam keadaan tegak.

3) Peritonitis

Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa

perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri


perut yang hebat, dinding abdomen tegang dan nyeri pada

tekanan.

b. Komplikasi diluar usus

Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis yaitu

meningitis, kolesistitis, encefalopati dan lain-lain. Terjadi karena

infeksi sekunder yaitu bronkopneumonia. Dehidrasi dan asidosis

dapat timbul akibat masukan makanan yang kurang dan perspirasi

akibat suhu tubuh yang tinggi.

(Arfiana dan Arum Lusian, 2016).

B. Kebutuhan Nutrisi

1. Definisi

Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan terhadap proses pemasukan

dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan

energi dan digunakan untuk tubuh dalam beraktifitas. Dalam

pemenuhan kebutuhan nutrisi terdapat sistem tubuh yang berperan

yaitu sistem pencernaan yang terdiri dari saluran pencernaan dan organ

asesoris. Saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus

bagian distal, dan organ asesoris terdiri dari hati, kandung empedu, dan

pankreas.

a. Zat gizi

Zat gizi terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin

dan air. Kardbohidrat merupakan zat gizi yang terdapat didalam

makanan, pada umumnya dalam bentuk amilum. Pembentukan


amilum ini terjadi didalam mulut melalui enzim ptialin yang ada

didalam air ludah. Amilum diubah menjadi maltosa kemudian

diteruskan kedalam lambung. Dari lambbung kemudian dikirim

keusus 12 jari. Kemudian maltosa yang ada dipankreas akan

diteruskan keusus halus dan diubah menjadi enzim. Lemak dari

lambung yang dikeuarkan dalam bentuk enzim lipase mengubah

menjadi asam lemak dan serin kemudian diangkut melalui getah

bening dan selanjutmya masuk peredaran darah sampai ke hati.

Penyerapan lemak mengalami proses pencernaan yang akan

ditemukan dalam bentuk gliserol asam lemak. Pada proses

penyerapan ini membutuhkan tenaga karena lemak akan teremulsi

melalui dinding usus halus. Pencernaan protein dilakukan oleh

kelenjar ludah dalam mulut menjadi enzim protease. Enzim

tersebut yang mengubah protein menjadi albuminosa dan pepton.

Mineral tidak membutuhkan pencernaan karena molekulnya

berbentuk mikro dan mudah diserap oleh dinding usus halus.

Pencernaan vitamin melibatkan penguraian menjadi molekul

menjadi lebih kecil sehingga dapat diserap dengan efektif. Air

merupakan zat makanan yang paling mendasar sekitar 50-70%.

b. Keseimbangan energi

Energi merupakan kapasitas untuk melakukan sebuah aktifitas

yang dapat diukur dengan pembentukan panas. Energi manusia

diperoleh dari makanan yang gizi untuk pemenuhan kebutuhan


nutrisi didalam tubuh. Dalam tubuh seseorang memerluka

keseimbangan energi untuk melakukan aktifitas, yang dapat

dihitung melalui kebutuhan nutrisi seseorang dengan cara berat

badan ideal x 10 : kkb (kebutuhan kalori basal).

Anda mungkin juga menyukai

  • Orangutan Batang Toru
    Orangutan Batang Toru
    Dokumen3 halaman
    Orangutan Batang Toru
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • SelProkEuk
    SelProkEuk
    Dokumen14 halaman
    SelProkEuk
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen7 halaman
    Bab 3
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen19 halaman
    Bab 2
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • DietDMHbA1C
    DietDMHbA1C
    Dokumen7 halaman
    DietDMHbA1C
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen16 halaman
    Bab 1
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Tumbuhan Sebagai Bahan Baku Industri
    Tumbuhan Sebagai Bahan Baku Industri
    Dokumen24 halaman
    Tumbuhan Sebagai Bahan Baku Industri
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen19 halaman
    Bab 2
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Kerangka Teori
    Kerangka Teori
    Dokumen4 halaman
    Kerangka Teori
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Tumbuhan Sebagai Bahan Baku Industri
    Tumbuhan Sebagai Bahan Baku Industri
    Dokumen24 halaman
    Tumbuhan Sebagai Bahan Baku Industri
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Mitosis Pada Tumbuhan
    Mitosis Pada Tumbuhan
    Dokumen9 halaman
    Mitosis Pada Tumbuhan
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Tugas Mikrobiologi
    Tugas Mikrobiologi
    Dokumen11 halaman
    Tugas Mikrobiologi
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Essay
    Essay
    Dokumen3 halaman
    Essay
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Hasil Penelitian
    BAB IV Hasil Penelitian
    Dokumen24 halaman
    BAB IV Hasil Penelitian
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • BAB VI Penutup
    BAB VI Penutup
    Dokumen2 halaman
    BAB VI Penutup
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • KERANGKA
    KERANGKA
    Dokumen4 halaman
    KERANGKA
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Lembar Persetujuan
    Lembar Persetujuan
    Dokumen3 halaman
    Lembar Persetujuan
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Lembar Persetujuan Proposal Skripsi
    Lembar Persetujuan Proposal Skripsi
    Dokumen3 halaman
    Lembar Persetujuan Proposal Skripsi
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Surat Penetapan
    Surat Penetapan
    Dokumen1 halaman
    Surat Penetapan
    Siti rasidah
    Belum ada peringkat
  • BAB II Tinjauan Pustaka
    BAB II Tinjauan Pustaka
    Dokumen36 halaman
    BAB II Tinjauan Pustaka
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen16 halaman
    Bab 1
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Skripsi
    Skripsi
    Dokumen6 halaman
    Skripsi
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Halaman Akhr
    Halaman Akhr
    Dokumen13 halaman
    Halaman Akhr
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Tata Laksana Terkini Demam Tifoid PDF
    Tata Laksana Terkini Demam Tifoid PDF
    Dokumen4 halaman
    Tata Laksana Terkini Demam Tifoid PDF
    Ary Nahdiyani Amalia
    100% (2)
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen8 halaman
    Bab Ii
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen6 halaman
    Bab 1
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat