Anda di halaman 1dari 24

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 GAMBARAN UMUM

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah wanita yang melakukan

pemeriksaan IVA (inspeksi visual asam asetat) di Kota Semarang. Sesuai dengan

perhitungan besar sampel minimal, jumlah sampel yang didapatkan adalah 240

orang. Hal ini dikarenakan studi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah case

control sehingga 240 orang dibagi menjadi dua bagian yaitu 120 orang kasus dan

120 orang kontrol. Data primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara

terstruktur pada pasien yang melakukan pemeriksaan IVA di puskesmas seluruh

wilayah kota Semarang. Adapun data sekunder yang digunakan diperoleh dari

Dinas Kesehatan Kota Semarang.

4.2 HASIL PENELITIAN

4.2.1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing

variabel. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pengolahan dan

univariat terkait variabel yang diteliti dapat dilihat sebagai berikut :

4.2.1.1. Usia

Variabel usia dibedakan menjadi dua kategori yaitu kategori berisiko (>

35 tahun) dan Tidak berisiko (≤ 35 tahun). Distribusi hasil penelitian mengenai

usia responden di Kota Semarang (Tabel 4.1)

49
50

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia di Kota Semarang


Kasus Kontrol
Usia
n % n %
Berisiko (> 35 tahun) 72 60,0 49 40,8
Tidak berisiko (≤ 35 tahun) 48 40,0 71 59,2
Total 120 100 120 100

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar usia

responden yang melakukan pemeriksaan IVA di Kota Semarang lebih dari 35

tahun. Pada kelompok kasus ada sebanyak 72 orang (60,0%), sedangkan pada

kelompok kontrol sebanyak 49 orang (40,8%).

4.2.1.2.Pendidikan

Variabel pendidikan dibedakan menjadi dua kategori yaitu kategori rendah

dan tinggi. Distribusi hasil penelitian mengenai pendidikan responden di Kota

Semarang (Tabel 4.2)

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan di Kota Semarang


Kasus Kontrol
Pendidikan
n % n %
Rendah 78 65,0 63 52,5
Tinggi 42 35,0 57 47,5
Total 120 100 120 100

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar pendidikan

responden yang melakukan pemeriksaan IVA di Kota Semarang yaitu rendah.

Pada kelompok kasus ada sebanyak 78 orang (65,0%), sedangkan pada kelompok

kontrol sebanyak 63 orang (52,5%).

4.2.1.3.Pendapatan
51

Variabel pendapatan dibedakan menjadi dua kategori yaitu kategori rendah

dan tinggi. Distribusi hasil penelitian mengenai pendapatan responden di Kota

Semarang (Tabel 4.3)

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendapatan di Kota Semarang


Kasus Kontrol
Pendapatan
n % n %
Rendah 47 39,2 48 40,0
Tinggi 73 60,8 72 60,0
Total 120 100 120 100

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar pendapatan

responden yang melakukan pemeriksaan IVA di Kota Semarang yaitu tinggi. Pada

kelompok kasus ada sebanyak 73 orang (60,8%), sedangkan pada kelompok

kontrol sebanyak 72 orang (60,0%).

4.2.1.4.Jumlah kelahiran

Variabel jumlah kelahiran/paritas dibedakan menjadi dua kategori yaitu

kategori berisiko dan tidak berisiko. Distribusi hasil penelitian mengenai jumlah

kelahiran/paritas responden di Kota Semarang (Tabel 4.4)

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Kelahiran/Paritas di Kota


Semarang
Jumlah Kasus Kontrol
Kelahiran/Paritas n % n %
Berisiko 25 20,8 10 8,3
Tidak berisiko 95 79,2 110 91,7
Total 120 100 120 100

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar jumlah

kelahiran/paritas responden yang melakukan pemeriksaan IVA di Kota Semarang

yaitu tidak berisiko. Pada kelompok kasus ada sebanyak 95 orang (79,2%),

sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 110 orang (91,7%).


52

4.2.1.5.Paparan asap rokok

Variabel paparan asap rokok dibedakan menjadi dua kategori yaitu

kategori berisiko dan tidak berisiko. Distribusi hasil penelitian mengenai paparan

asap rokok responden di Kota Semarang (Tabel 4.5)

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paparan Asap Rokok di Kota


Semarang
Kasus Kontrol
Paparan Asap Rokok
n % n %
Berisiko 85 70,8 92 76,7
Tidak berisiko 35 29,2 28 23,3
Total 120 100 120 100

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar paparan asap

rokok terhadapa responden yang melakukan pemeriksaan IVA di Kota Semarang

yaitu berisiko. Pada kelompok kasus ada sebanyak 85 orang (70,8%), sedangkan

pada kelompok kontrol sebanyak 92 orang (76,7%).

4.2.1.6.Riwayat penyakit kelamin

Variabel riwayat penyakit kelamin dibedakan menjadi dua kategori yaitu

kategori ya dan tidak. Distribusi hasil penelitian mengenai riwayat penyakit

kelamin responden di Kota Semarang (Tabel 4.6)

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat Penyakit Kelamin di Kota


Semarang
Riwayat Penyakit Kasus Kontrol
Kelamin n % n %
Ya 8 6,7 6 5,0
Tidak 112 93,3 114 95,0
Total 120 100 120 100

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar riwayat

penyakit kelamin responden yang melakukan pemeriksaan IVA di Kota Semarang


53

yaitu tidak mempunyai riwayat penyakit kelamin. Pada kelompok kasus ada

sebanyak 112 orang (93,3%), sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 114

orang (95,0%).

4.2.1.7.Riwayat pemakaian kontrasepsi

Variabel riwayat pemakaian kontrasepsi dibedakan menjadi dua kategori

yaitu kategori berisiko dan tidak berisiko. Distribusi hasil penelitian mengenai

riwayat pemakaian kontrasepsi responden di Kota Semarang (Tabel 4.7)

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat Pemakaian Kontrasepsi di


Kota Semarang
Riwayat Pemakaian Kasus Kontrol
Kontrasepsi n % n %
Berisiko 69 57,5 51 42,5
Tidak berisiko 51 42,5 69 57,5
Total 120 100 120 100

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa riwayat pemakain

kontrasepsi responden yang melakukan pemeriksaan IVA di Kota Semarang

antara kasus dan kontrol sama yaitu 50%.

4.2.1.8.Riwayat kanker leher rahim

Variabel riwayat kanker leher rahim dibedakan menjadi dua kategori yaitu

kategori berisiko dan tidak berisiko. Distribusi hasil penelitian mengenai riwayat

kanker leher rahim responden di Kota Semarang (Tabel 4.8)

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat Kanker Leher Rahim di Kota
Semarang
Riwayat Kanker Leher Kasus Kontrol
Rahim n % n %
Berisiko 19 15,8 7 5,8
Tidak berisiko 101 84,2 113 94,2
Total 120 100 120 100
54

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa sebagian besar riwayat

kanker leher rahim responden yang melakukan pemeriksaan IVA di Kota

Semarang yaitu tidak berisiko. Pada kelompok kasus ada sebanyak 101 orang

(84,2%), sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 113 orang (94,2%).

4.2.1.9.Status vaksinasi HPV

Variabel status vaksinasi HPV dibedakan menjadi dua kategori yaitu

kategori ya dan tidak. Distribusi hasil penelitian mengenai status vaksinasi HPV

responden di Kota Semarang (Tabel 4.9)

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Vaksinasi HPV di Kota


Semarang
Kasus Kontrol
Status Vaksinasi HPV
n % n %
Tidak 76 63,3 79 65,8
Ya 44 34,7 41 34,2
Total 120 100 120 100

Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

yang melakukan pemeriksaan IVA di Kota Semarang tidak melakukan vaksinasi

HPV. Pada kelompok kasus ada sebanyak 76 orang (63,3%), sedangkan pada

kelompok kontrol sebanyak 79 orang (65,8%).

4.2.1.10. Riwayat abortus

Variabel riwayat penyakit kelamin dibedakan menjadi dua kategori yaitu

kategori berisiko dan tidak berisiko. Distribusi hasil penelitian mengenai riwayat

abortus responden di Kota Semarang (Tabel 4.10)

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat Abortus di Kota Semarang


Kasus Kontrol
Riwayat Abortus
n % n %
Berisiko 15 12,5 17 14,2
Tidak berisiko 105 87,5 103 85,8
55

Total 120 100 120 100

Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

yang melakukan pemeriksaan IVA di Kota Semarang yaitu tidak mempunyai

riwayat abortus. Pada kelompok kasus ada sebanyak 105 orang (87,5%),

sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 103 orang (85,8%).

4.2.1.11. Riwayat obesitas

Variabel riwayat obesitas dibedakan menjadi dua kategori yaitu kategori

berisiko dan tidak berisiko. Distribusi hasil penelitian mengenai riwayat obesitas

responden di Kota Semarang (Tabel 4.11)

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat Obesitas di Kota Semarang


Kasus Kontrol
Riwayat Obesitas
N % n %
Berisiko 29 24,2 19 15,8
Tidak berisiko 91 75,8 101 84,2
Total 120 100 120 100

Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

yang melakukan pemeriksaan IVA di Kota Semarang tidak mempunyai riwayat

obesitas. Pada kelompok kasus ada sebanyak 91 orang (75,8%), sedangkan pada

kelompok kontrol sebanyak 101 orang (84,2%).

4.2.1.12. Jumlah pasangan seksual

Variabel jumlah pasangan seksual dibedakan menjadi dua kategori yaitu

kategori berisiko dan tidak berisiko. Distribusi hasil penelitian mengenai jumlah

pasangan seksual responden di Kota Semarang (Tabel 4.12)


56

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Pasangan Seksual di Kota


Semarang
Jumlah Pasangan Kasus Kontrol
Seksual N % n %
Berisiko 18 15,0 19 15,8
Tidak berisiko 102 85,0 101 84,2
Total 120 100 120 100

Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

yang melakukan pemeriksaan IVA di Kota Semarang tidak berisko pada jumlah

pasangan seksual. Pada kelompok kasus ada sebanyak 102 orang (85,0%),

sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 101 orang (84,2%).

4.2.1.13. Usia pertama menikah

Variabel usia menikah dibedakan menjadi dua kategori yaitu kategori

berisiko dan tidak berisiko. Distribusi hasil penelitian mengenai usia menikah

responden di Kota Semarang (Tabel 4.13)

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Menikah di Kota Semarang


Kasus Kontrol
Usia Menikah
N % n %
Berisiko 68 56,7 52 43,3
Tidak berisiko 52 43,3 68 56,7
Total 120 100 120 100

Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui bahwa usia menikah responden

yang melakukan pemeriksaan IVA di Kota Semarang antara kasus dan kontrol

sama yaitu 50%.

4.2.1.14. Riwayat keputihan

Variabel riwayat keputihan dibedakan menjadi dua kategori yaitu kategori

berisiko dan tidak berisiko. Distribusi hasil penelitian mengenai riwayat keputihan

responden di Kota Semarang (Tabel 4.14)


57

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat Keputihan di Kota


Semarang
Kasus Kontrol
Riwayat Keputihan
n % n %
Ya 30 25,0 34 28,3
Tidak 90 75,0 86 71,7
Total 120 100 120 100

Berdasarkan tabel 4.14 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

yang melakukan pemeriksaan IVA di Kota Semarang tidak berisko terhadap

riwayat keputihan. Pada kelompok kasus ada sebanyak 90 orang (75,0%),

sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 86 orang (71,7%).

4.2.1.15. Pemakaian antiseptik

Variabel pemakaian antiseptik dibedakan menjadi dua kategori yaitu

kategori berisiko dan tidak berisiko. Distribusi hasil penelitian mengenai

pemakaian antiseptik responden di Kota Semarang (Tabel 4.15)

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Antiseptik di Kota Semarang


Kasus Kontrol
Antiseptik
n % n %
Berisiko 45 37,5 43 35,8
Tidak berisiko 75 62,5 77 64,2
Total 120 100 120 100

Berdasarkan tabel 4.15 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

yang melakukan pemeriksaan IVA di Kota Semarang tidak berisko pada

penggunaan antiseptik. Pada kelompok kasus ada sebanyak 75 orang (62,5%),

sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 77 orang (64,2%).

4.2.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel

bebas dan variabel terikat. Analisis bivariat juga merupakan salah satu langkah
58

untuk melakukan seleksi terhadap variabel yang akan masuk ke dalam analisis

multivariat. Adanya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat

ditunjukkan dengan nilai p < α (0,05), nilai PR > 1 dan nilai 95% CI tidak

mencakup angka 1.

4.2.2.1.Hubungan antara Usia dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim

Kota Semarang

Berdasarkan hasil uji Chi-square dari data penelitian tentang usia dengan

Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang, didapatkan hasil sebagai

berikut :

Tabel 4.16 Hubungan antara Usia dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim
Kota Semarang
Kejadian Lesi Pra
Kanker Leher Rahim Nilai
Usia OR 95% CI
Kasus Kontrol p
∑ % ∑ %
Berisiko 72 60,0 49 40,8 0,003 2,173 1,298-3,640
Tidak
48 40,0 71 59,2
berisiko
Total 120 100 120 100

Berdasarkan tabel 4.16 diketahui bahwa dari 240 responden yang terdiri

dari 120 kasus dan 120 kontrol, terdapat 72 orang (60,0%) kasus dan 49 orang

(40,8%) kontrol dengan usia > 35 tahun berisiko menderita lesi pra kanker leher

rahim. Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p value sebesar 0,003 karena p value <

0,05 sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa ada hubungan

antara usia responden dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota

Semarang. Pada perhitungan risk estimate didapatkan OR 2,173 (OR>1) dengan

95% CI= 1,298-3,640. Hal ini menunjukkan bahwa responden dengan golongan
59

usia > 35 tahun berisiko 2,173 kali lebih besar menderita lesi pra kanker leher

rahim dibandingkan dengan responden dengan usia ≤ 35 tahun.

4.2.2.2.Hubungan antara Pendidikan dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher

Rahim Kota Semarang

Berdasarkan hasil uji Chi-square dari data penelitian tentang pendidikan

dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang, didapatkan hasil

sebagai berikut :

Tabel 4.17 Hubungan antara Pendidikan dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher
Rahim Kota Semarang
Kejadian Lesi Pra
Kanker Leher Rahim Nilai
Pendidikan OR 95% CI
Kasus Kontrol p
∑ % ∑ %
Rendah 78 65,0 63 52,5 0,049 1,680 1,000-2,823
Tinggi 42 35,0 57 47,5
Total 120 100 120 100

Berdasarkan tabel 4.17 diketahui bahwa dari 240 responden yang terdiri

dari 120 kasus dan 120 kontrol, terdapat 78 orang (65,0%) kasus dan 63 orang

(52,5%) kontrol dengan tingkat pendidikan rendah yang berisiko menderita lesi

pra kanker leher rahim. Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p value sebesar 0,049

karena p value < 0,05 sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa

ada hubungan antara pendidikan responden dengan Kejadian Lesi Pra Kanker

Leher Rahim Kota Semarang. Pada perhitungan risk estimate didapatkan OR

1,680 (OR>1) dengan 95% CI= 1,000-2,823. Hal ini menunjukkan bahwa

responden dengan tingkat pendidikan rendah berisiko 1,680 kali lebih besar

menderita lesi pra kanker leher rahim dibandingkan dengan responden dengan

tingkat pendidikan tinggi.


60

4.2.2.3.Hubungan antara Pendapatan dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher

Rahim Kota Semarang

Berdasarkan hasil uji Chi-square dari data penelitian tentang pendapatan

dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang, didapatkan hasil

sebagai berikut :

Tabel 4.18 Hubungan antara Pendapatan dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher
Rahim Kota Semarang
Kejadian Lesi Pra
Kanker Leher Rahim Nilai
Pendapatan OR 95% CI
Kasus Kontrol p
∑ % ∑ %
Rendah 47 39,2 48 40,0 0,895 0,966 0,576-1,620
Tinggi 73 60,8 72 60,0
Total 120 100 120 100

Berdasarkan tabel 4.18 diketahui bahwa dari 240 responden yang terdiri

dari 120 kasus dan 120 kontrol, terdapat 73 orang (60,8%) kasus dan 72 orang

(60,0%) kontrol dengan tingkat pendapatam tinggi yang berisiko menderita lesi

pra kanker leher rahim. Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p value sebesar 0,895

karena p value > 0,05 sehingga Ho diterima. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa

tidak ada hubungan antara pendapatan responden dengan Kejadian Lesi Pra

Kanker Leher Rahim Kota Semarang. Pada perhitungan risk estimate didapatkan

OR 0,966 (OR<1) dengan 95% CI= 10,576-1,620. Hal ini menunjukkan bahwa

pendapatan merupakan faktor protektif dari kejadian lesi pra kanker leher rahim

dan secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan

dengan kejadian lesi pra kanker leher rahim.

4.2.2.4.Hubungan antara Jumlah Kelahiran dengan Kejadian Lesi Pra Kanker

Leher Rahim Kota Semarang


61

Berdasarkan hasil uji Chi-square dari data penelitian tentang jumlah

kelahiran dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang,

didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.19 Hubungan antara Jumlah Kelahiran dengan Kejadian Lesi Pra Kanker
Leher Rahim Kota Semarang
Kejadian Lesi Pra
Jumlah Kanker Leher Rahim Nilai
OR 95% CI
Kelahiran Kasus Kontrol p
∑ % ∑ %
Berisiko 25 20,8 10 8,3 0,006 2,895 1,323-6,334
Tidak
95 79,2 110 91,7
berisiko
Total 120 100 120 100

Berdasarkan tabel 4.19 diketahui bahwa dari 240 responden yang terdiri

dari 120 kasus dan 120 kontrol, terdapat 95 orang (79,2%) kasus dan 110 orang

(91,7%) kontrol dengan jumlah kelahiran atau paritas yang tidak berisiko

menderita lesi pra kanker leher rahim. Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p value

sebesar 0,006 karena p value < 0,05 sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti dapat

diketahui bahwa ada hubungan antara jumlah kelahiran responden dengan

Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang. Pada perhitungan risk

estimate didapatkan OR 2,895 (OR>1) dengan 95% CI= 1,323-6,334. Hal ini

menunjukkan bahwa responden dengan jumlah kelahiran > 3 kali berisiko 2,895

kali lebih besar menderita lesi pra kanker leher rahim dibandingkan dengan

responden yang mempunyai jumlah kelahiran < 3 kali.

4.2.2.5.Hubungan antara Paparan Asap Rokok dengan Kejadian Lesi Pra Kanker

Leher Rahim Kota Semarang


62

Berdasarkan hasil uji Chi-square dari data penelitian tentang paparan asap

rokok dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang, didapatkan

hasil sebagai berikut :

Tabel 4.20 Hubungan antara Paparan Asap Rokok dengan Kejadian Lesi Pra
Kanker Leher Rahim Kota Semarang
Kejadian Lesi Pra
Paparan Kanker Leher Rahim Nilai
OR 95% CI
Asap Rokok Kasus Kontrol p
∑ % ∑ %
Berisiko 85 70,8 92 76,7 0,304 0,739 0,415-1,317
Tidak
35 29,2 28 23,3
berisiko
Total 120 100 120 100

Berdasarkan tabel 4.20 diketahui bahwa dari 240 responden yang terdiri

dari 120 kasus dan 120 kontrol, terdapat 85 orang (70,8%) kasus dan 92 orang

(76,7%) kontrol dengan paparan asap rokok yang berisiko menderita lesi pra

kanker leher rahim. Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p value sebesar 0,304

karena p value > 0,05 sehingga Ho diterima. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa

tidak ada hubungan antara paparan asap rokok dengan Kejadian Lesi Pra Kanker

Leher Rahim Kota Semarang. Pada perhitungan risk estimate didapatkan OR

0,739 (OR<1) dengan 95% CI= 0,415-1,317. Hal ini menunjukkan bahwa paparan

asap rokok merupakan faktor protektif dari kejadian lesi pra kanker leher rahim

dan secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan antara paparan asap

rokok dengan kejadian lesi pra kanker leher rahim.

4.2.2.6.Hubungan antara Riwayat Penyakit Kelamin dengan Kejadian Lesi Pra

Kanker Leher Rahim Kota Semarang


63

Berdasarkan hasil uji Chi-square dari data penelitian tentang riwayat

penyakit kelamin dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang,

didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.21 Hubungan antara Riwayat Penyakit Kelamin dengan Kejadian Lesi Pra
Kanker Leher Rahim Kota Semarang
Kejadian Lesi Pra
Riwayat
Kanker Leher Rahim Nilai
Penyakit OR 95% CI
Kasus Kontrol p
Kelamin
∑ % ∑ %
Ya 8 6,7 6 5,0 0,582 1,357 0,456-4,037
Tidak 112 93,3 114 95,0
Total 120 100 120 100

Berdasarkan tabel 4.21 diketahui bahwa dari 240 responden yang terdiri

dari 120 kasus dan 120 kontrol, terdapat 112 orang (93,3%) kasus dan 114 orang

(95,0%) kontrol dengan tidak mempunyai riwayat penyakit kelamin yang berisiko

menderita lesi pra kanker leher rahim. Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p value

sebesar 0,582 karena p value > 0,05 sehingga Ho diterima. Hal ini berarti dapat

diketahui bahwa tidak ada hubungan riwayat penyakit kelamin dengan Kejadian

Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang. Pada perhitungan risk estimate

didapatkan OR 1,357 (OR>1) dengan 95% CI= 0,456-4,037. Hal ini menunjukkan

bahwa responden dengan riwayat penyakit kelamin berisiko 1,357 menderita lesi

pra kanker leher rahim dibandingkan dengan responden yang tidak mempunyai

riwayat penyakit kelamin namun secara statistik tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara riwayat penyakit kelamin dengan kejadian lesi pra kanker leher

rahim.

4.2.2.7.Hubungan antara Riwayat Kontrasepsi dengan Kejadian Lesi Pra Kanker


Leher Rahim Kota Semarang
64

Berdasarkan hasil uji Chi-square dari data penelitian tentang riwayat

kontrasepsi dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang,

didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.22 Hubungan antara Riwayat Kontrasepsi dengan Kejadian Lesi Pra
Kanker Leher Rahim Kota Semarang
Kejadian Lesi Pra
Riwayat Kanker Leher Rahim Nilai
OR 95% CI
Kontrasepsi Kasus Kontrol p
∑ % ∑ %
Berisiko 69 57,5 51 42,5 0,020 1,830 1,097-3,054
Tidak
51 42,5 69 57,5
berisiko
Total 120 100 120 100

Berdasarkan tabel 4.22 diketahui bahwa dari 240 responden yang terdiri

dari 120 kasus dan 120 kontrol dengan proporsi sama yaitu 50% dengan riwayat

kontrasepsi baik yang berisiko dan tidak berisiko menderita lesi pra kanker leher

rahim. Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p value sebesar 0,020 karena p value <

0,05 sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa ada hubungan

antara riwayat kontrasepsi dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota

Semarang. Pada perhitungan risk estimate didapatkan OR 1,830 (OR>1) dengan

95% CI= 01,097-3,054. Hal ini menunjukkan bahwa responden dengan riwayat

kontrasepsi jangka panjang berisiko 1,830 kali lebih besar menderita lesi pra

kanker leher rahim dibandingkan dengan responden yang mempunyai riwayat

kontrasepsi jangka pendek.

4.2.2.8.Hubungan antara Riwayat Kanker Leher Rahim dengan Kejadian Lesi Pra

Kanker Leher Rahim Kota Semarang


65

Berdasarkan hasil uji Chi-square dari data penelitian tentang riwayat kanker leher

rahim dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang, didapatkan

hasil sebagai berikut :

Tabel 4.23 Hubungan antara Riwayat Kanker Leher Rahim dengan Kejadian Lesi
Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang
Riwayat Kejadian Lesi Pra
Kanker Kanker Leher Rahim Nilai
OR 95% CI
Leher Kasus Kontrol p
Rahim ∑ % ∑ %
Berisiko 19 15,8 7 5,8 0,013 3,037 1,226-7,523
Tidak
101 84,2 113 94,2
berisiko
Total 120 100 120 100

Berdasarkan tabel 4.23 diketahui bahwa dari 240 responden yang terdiri

dari 120 kasus dan 120 kontrol, terdapat 101 orang (84,2%) kasus dan 113 orang

(94,2%) kontrol dengan tidak memiliki riwayat kanker leher yang berisiko

menderita lesi pra kanker leher rahim. Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p value

sebesar 0,013 karena p value < 0,05 sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti dapat

diketahui bahwa ada hubungan antara riwayat kanker leher rahim dengan

Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang. Pada perhitungan risk

estimate didapatkan OR 3,037 (OR>1) dengan 95% CI= 1,226-7,523. Hal ini

menunjukkan bahwa responden dengan riwayat kanker leher rahim berisiko 3,037

kali lebih besar menderita lesi pra kanker leher rahim dibandingkan dengan

responden yang tidak mempunyai riwayat kanker leher rahim.

4.2.2.9.Hubungan antara Status Vaksinasi HPV dengan Kejadian Lesi Pra Kanker

Leher Rahim Kota Semarang


66

Berdasarkan hasil uji Chi-square dari data penelitian tentang status

vaksinasi HPV dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang,

didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.24 Hubungan antara Status Vaksninasi HPV dengan Kejadian Lesi Pra
Kanker Leher Rahim Kota Semarang
Kejadian Lesi Pra
Status
Kanker Leher Rahim Nilai
Vaksinasi OR 95% CI
Kasus Kontrol p
HPV
∑ % ∑ %
Tidak 76 63,3 79 65,8 0,686 0,896 0,528-1,522
Ya 44 34,7 41 34,2
Total 120 100 120 100

Berdasarkan tabel 4.24 diketahui bahwa dari 240 responden yang terdiri

dari 120 kasus dan 120 kontrol, terdapat 76 orang (63,3%) kasus dan 79 orang

(65,8%) kontrol dengan status tidak melakukan vasksinasi HPV yang berisiko

menderita lesi pra kanker leher rahim. Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p value

sebesar 0,686 karena p value > 0,05 sehingga Ho diterima. Hal ini berarti dapat

diketahui bahwa tidak ada hubungan status vaksinasi HPV dengan Kejadian Lesi

Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang. Pada perhitungan risk estimate

didapatkan OR 0,896 (OR<1) dengan 95% CI= 0,528-1,522. Hal ini menunjukkan

bahwa status vaksinasi HPV merupakan faktor protektif dari kejadian lesi pra

kanker leher rahim dan secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara status vaksinasi HPV dengan kejadian lesi pra kanker leher rahim.

4.2.2.10. Hubungan antara Riwayat Abortus dengan Kejadian Lesi Pra Kanker

Leher Rahim Kota Semarang


67

Berdasarkan hasil uji Chi-square dari data penelitian tentang riwayat

abortus dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang,

didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.25 Hubungan antara Riwayat Abortus dengan Kejadian Lesi Pra Kanker
Leher Rahim Kota Semarang
Kejadian Lesi Pra
Riwayat Kanker Leher Rahim Nilai
OR 95% CI
Abortus Kasus Kontrol p
∑ % ∑ %
Berisiko 15 12,5 17 14,2 0,704 0,866 0,411-1,824
Tidak
105 87,5 103 85,8
berisiko
Total 120 100 120 100

Berdasarkan tabel 4.25 diketahui bahwa dari 240 responden yang terdiri

dari 120 kasus dan 120 kontrol, terdapat 105 orang (87,5%) kasus dan 103 orang

(85,8%) kontrol dengan tidak mempunyai riwayat abortus yang berisiko

menderita lesi pra kanker leher rahim. Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p value

sebesar 0,704 karena p value > 0,05 sehingga Ho diterima. Hal ini berarti dapat

diketahui bahwa tidak ada hubungan riwayat abortus dengan Kejadian Lesi Pra

Kanker Leher Rahim Kota Semarang. Pada perhitungan risk estimate didapatkan

OR 0,866 (OR<1) dengan 95% CI= 0,411-1,824. Hal ini menunjukkan bahwa

riwayat abortus merupakan faktor protektif dari kejadian lesi pra kanker leher

rahim dan secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat

abortus dengan kejadian lesi pra kanker leher rahim.

4.2.2.11. Hubungan antara Riwayat Obesitas dengan Kejadian Lesi Pra Kanker
Leher Rahim Kota Semarang
68

Berdasarkan hasil uji Chi-square dari data penelitian tentang riwayat

obesitas dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang,

didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.26 Hubungan antara Riwayat Obesitas dengan Kejadian Lesi Pra Kanker
Leher Rahim Kota Semarang
Kejadian Lesi Pra
Riwayat Kanker Leher Rahim Nilai
OR 95% CI
Obesitas Kasus Kontrol p
∑ % ∑ %
Berisiko 29 24,2 19 15,8 0,107 1,694 0,890-3,226
Tidak
91 75,8 101 84,2
berisiko
Total 120 100 120 100

Berdasarkan tabel 4.26 diketahui bahwa dari 240 responden yang terdiri

dari 120 kasus dan 120 kontrol, terdapat 91 orang (75,8%) kasus dan 101 orang

(84,2%) kontrol dengan tidak obesitas yang berisiko menderita lesi pra kanker

leher rahim. Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p value sebesar 0,107 karena p

value > 0,05 sehingga Ho diterima. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa tidak

ada hubungan riwayat obesitas dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim

Kota Semarang. Pada perhitungan risk estimate didapatkan OR 1,694 (OR>1)

dengan 95% CI= 0,890-3,226. Hal ini menunjukkan bahwa responden dengan

riwayat obesitas berisiko 1,694 kali lebih besar menderita lesi pra kanker leher

rahim dibandingkan dengan responden yang tidak mempunyai riwayat obesitas

namun secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat

obesitas dengan kejadian lesi pra kanker leher rahim.

4.2.2.12. Hubungan antara Jumlah Pasangan Seksual dengan Kejadian Lesi Pra

Kanker Leher Rahim Kota Semarang


69

Berdasarkan hasil uji Chi-square dari data penelitian tentang jumlah pasangan

seksual dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang,

didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.27 Hubungan antara Jumlah Pasangan Seksual dengan Kejadian Lesi Pra
Kanker Leher Rahim Kota Semarang
Kejadian Lesi Pra
Jumlah
Kanker Leher Rahim Nilai
Pasangan OR 95% CI
Kasus Kontrol p
Seksual
∑ % ∑ %
Berisiko 18 15,0 19 15,8 0,858 0,938 0,465-1,891
Tidak
102 85,0 101 84,2
berisiko
Total 120 100 120 100

Berdasarkan tabel 4.27 diketahui bahwa dari 240 responden yang terdiri

dari 120 kasus dan 120 kontrol, terdapat 102 orang (85,0%) kasus dan 101 orang

(84,2%) kontrol dengan jumlah pasngan seksual 1 orang yang tidak berisiko

menderita lesi pra kanker leher rahim. Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p value

sebesar 0,858 karena p value > 0,05 sehingga Ho diterima. Hal ini berarti dapat

diketahui bahwa tidak ada hubungan jumlah pasangan seksual dengan Kejadian

Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang. Pada perhitungan risk estimate

didapatkan OR 0,938 (OR<1) dengan 95% CI= 0,465-1,891. Hal ini menunjukkan

bahwa jumlah pasangan seksual merupakan faktor protektif dari kejadian lesi pra

kanker leher rahim dan secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara jumlah pasangan seksual dengan kejadian lesi pra kanker leher rahim.

4.2.2.13. Hubungan antara Usia Menikah dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher

Rahim Kota Semarang


70

Berdasarkan hasil uji Chi-square dari data penelitian tentang usia menikah

dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang, didapatkan hasil

sebagai berikut :

Tabel 4.28 Hubungan antara Usia Menikah dengan Kejadian Lesi Pra Kanker
Leher Rahim Kota Semarang
Kejadian Lesi Pra
Usia Kanker Leher Rahim Nilai
Kasus Kontrol OR 95% CI
Menikah p
∑ % ∑ %
Berisiko 68 56,7 52 43,3 0,039 1,710 1,026-2,850
Tidak
52 43,3 68 56,7
berisiko
Total 120 100 120 100

Berdasarkan tabel 4.28 diketahui bahwa dari 240 responden yang terdiri

dari 120 kasus dan 120 kontrol dengan proporsi sama yaitu 50% yang berisiko

dan tidak berisiko menderita lesi pra kanker leher rahim. Dari hasil uji Chi-

Square, diperoleh p value sebesar 0,039 karena p value <0,05 sehingga Ho

ditolak. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa ada hubungan usia menikah dengan

Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang. Pada perhitungan risk

estimate didapatkan OR 1,710 (OR>1) dengan 95% CI= 1,026-2,850. Hal ini

menunjukkan bahwa responden dengan usia menikah ≤20 tahun berisiko 1,710

kali lebih besar menderita lesi pra kanker leher rahim dibandingkan dengan

responden yang usia menikah >20 tahun.

4.2.2.14. Hubungan antara Riwayat Keputihan dengan Kejadian Lesi Pra Kanker

Leher Rahim Kota Semarang


71

Berdasarkan hasil uji Chi-square dari data penelitian tentang riwayat

keputihan dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang,

didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.29 Hubungan antara Riwayat Keputihan dengan Kejadian Lesi Pra
Kanker Leher Rahim Kota Semarang
Kejadian Lesi Pra
Riwayat Kanker Leher Rahim Nilai
OR 95% CI
Keputihan Kasus Kontrol p
∑ % ∑ %
Ya 30 25,0 34 28,3 0,559 0,843 0,475-1,495
Tidak 90 75,0 86 71,7
Total 120 100 120 100

Berdasarkan tabel 4.29 diketahui bahwa dari 240 responden yang terdiri

dari 120 kasus dan 120 kontrol, terdapat 90 orang (75,0%) kasus dan 86 orang

(71,7%) kontrol dengan tidak mempunyai riwayat keputihan yang berisiko

menderita lesi pra kanker leher rahim. Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p value

sebesar 0,559 karena p value > 0,05 sehingga Ho diterima. Hal ini berarti dapat

diketahui bahwa tidak ada hubungan riwayat keputihan dengan Kejadian Lesi Pra

Kanker Leher Rahim Kota Semarang. Pada perhitungan risk estimate didapatkan

OR 0,843 (OR<1) dengan 95% CI= 0,475-1,495. Hal ini menunjukkan bahwa

riwayat keputihan merupakan faktor protektif dari kejadian lesi pra kanker leher

rahim dan secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan riwayat

keputihan dengan kejadian lesi pra kanker leher rahim.

4.2.2.15. Hubungan antara Antiseptik dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher

Rahim Kota Semarang


72

Berdasarkan hasil uji Chi-square dari data penelitian tentang antiseptik

dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang, didapatkan hasil

sebagai berikut :

Tabel 4.30 Hubungan antara Antiseptik dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher
Rahim Kota Semarang
Kejadian Lesi Pra
Kanker Leher Rahim Nilai
Antiseptik OR 95% CI
Kasus Kontrol p
∑ % ∑ %
Berisiko 45 37,5 43 35,8 0,789 1,074 0,635-1,817
Tidak
75 62,5 77 64,2
berisiko
Total 120 100 120 100

Berdasarkan tabel 4.30 diketahui bahwa dari 240 responden yang terdiri

dari 120 kasus dan 120 kontrol, terdapat 75 orang (62,5%) kasus dan 77 orang

(64,2%) kontrol dengan tidak menggunakan antiseptik yang berisiko menderita

lesi pra kanker leher rahim. Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p value sebesar

0,789 karena p value > 0,05 sehingga Ho diterima. Hal ini berarti dapat diketahui

bahwa tidak ada hubungan antiseptik dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher

Rahim Kota Semarang. Pada perhitungan risk estimate didapatkan OR 1,074

(OR>1) dengan 95% CI= 0,635-1,817. Hal ini menunjukkan bahwa responden

yang menggunakan antiseptik vagina berisiko 1,074 kali lebih besar menderita

lesi pra kanker leher rahim dibandingkan dengan responden yang tidak

menggunakan antiseptik namun secara statistik tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara penggunaan dengan kejadian lesi pra kanker leher rahim.

Anda mungkin juga menyukai

  • Orangutan Batang Toru
    Orangutan Batang Toru
    Dokumen3 halaman
    Orangutan Batang Toru
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • SelProkEuk
    SelProkEuk
    Dokumen14 halaman
    SelProkEuk
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen7 halaman
    Bab 3
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen19 halaman
    Bab 2
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • DietDMHbA1C
    DietDMHbA1C
    Dokumen7 halaman
    DietDMHbA1C
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen16 halaman
    Bab 1
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Tumbuhan Sebagai Bahan Baku Industri
    Tumbuhan Sebagai Bahan Baku Industri
    Dokumen24 halaman
    Tumbuhan Sebagai Bahan Baku Industri
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen19 halaman
    Bab 2
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • BAB II Tinjauan Pustaka
    BAB II Tinjauan Pustaka
    Dokumen36 halaman
    BAB II Tinjauan Pustaka
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Tumbuhan Sebagai Bahan Baku Industri
    Tumbuhan Sebagai Bahan Baku Industri
    Dokumen24 halaman
    Tumbuhan Sebagai Bahan Baku Industri
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Mitosis Pada Tumbuhan
    Mitosis Pada Tumbuhan
    Dokumen9 halaman
    Mitosis Pada Tumbuhan
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Surat Penetapan
    Surat Penetapan
    Dokumen1 halaman
    Surat Penetapan
    Siti rasidah
    Belum ada peringkat
  • Essay
    Essay
    Dokumen3 halaman
    Essay
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • BAB VI Penutup
    BAB VI Penutup
    Dokumen2 halaman
    BAB VI Penutup
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Kerangka Teori
    Kerangka Teori
    Dokumen4 halaman
    Kerangka Teori
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • KERANGKA
    KERANGKA
    Dokumen4 halaman
    KERANGKA
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Tata Laksana Terkini Demam Tifoid PDF
    Tata Laksana Terkini Demam Tifoid PDF
    Dokumen4 halaman
    Tata Laksana Terkini Demam Tifoid PDF
    Ary Nahdiyani Amalia
    100% (2)
  • Tugas Mikrobiologi
    Tugas Mikrobiologi
    Dokumen11 halaman
    Tugas Mikrobiologi
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Lembar Persetujuan
    Lembar Persetujuan
    Dokumen3 halaman
    Lembar Persetujuan
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen16 halaman
    Bab 1
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Lembar Persetujuan Proposal Skripsi
    Lembar Persetujuan Proposal Skripsi
    Dokumen3 halaman
    Lembar Persetujuan Proposal Skripsi
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Skripsi
    Skripsi
    Dokumen6 halaman
    Skripsi
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Halaman Akhr
    Halaman Akhr
    Dokumen13 halaman
    Halaman Akhr
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen8 halaman
    Bab Ii
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen23 halaman
    Bab Ii
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen6 halaman
    Bab 1
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat