HASIL PENELITIAN
pemeriksaan IVA (inspeksi visual asam asetat) di Kota Semarang. Sesuai dengan
perhitungan besar sampel minimal, jumlah sampel yang didapatkan adalah 240
orang. Hal ini dikarenakan studi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah case
control sehingga 240 orang dibagi menjadi dua bagian yaitu 120 orang kasus dan
120 orang kontrol. Data primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara
wilayah kota Semarang. Adapun data sekunder yang digunakan diperoleh dari
4.2.1.1. Usia
Variabel usia dibedakan menjadi dua kategori yaitu kategori berisiko (>
49
50
tahun. Pada kelompok kasus ada sebanyak 72 orang (60,0%), sedangkan pada
4.2.1.2.Pendidikan
Pada kelompok kasus ada sebanyak 78 orang (65,0%), sedangkan pada kelompok
4.2.1.3.Pendapatan
51
responden yang melakukan pemeriksaan IVA di Kota Semarang yaitu tinggi. Pada
4.2.1.4.Jumlah kelahiran
kategori berisiko dan tidak berisiko. Distribusi hasil penelitian mengenai jumlah
yaitu tidak berisiko. Pada kelompok kasus ada sebanyak 95 orang (79,2%),
kategori berisiko dan tidak berisiko. Distribusi hasil penelitian mengenai paparan
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar paparan asap
yaitu berisiko. Pada kelompok kasus ada sebanyak 85 orang (70,8%), sedangkan
yaitu tidak mempunyai riwayat penyakit kelamin. Pada kelompok kasus ada
sebanyak 112 orang (93,3%), sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 114
orang (95,0%).
yaitu kategori berisiko dan tidak berisiko. Distribusi hasil penelitian mengenai
Variabel riwayat kanker leher rahim dibedakan menjadi dua kategori yaitu
kategori berisiko dan tidak berisiko. Distribusi hasil penelitian mengenai riwayat
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat Kanker Leher Rahim di Kota
Semarang
Riwayat Kanker Leher Kasus Kontrol
Rahim n % n %
Berisiko 19 15,8 7 5,8
Tidak berisiko 101 84,2 113 94,2
Total 120 100 120 100
54
Semarang yaitu tidak berisiko. Pada kelompok kasus ada sebanyak 101 orang
kategori ya dan tidak. Distribusi hasil penelitian mengenai status vaksinasi HPV
HPV. Pada kelompok kasus ada sebanyak 76 orang (63,3%), sedangkan pada
kategori berisiko dan tidak berisiko. Distribusi hasil penelitian mengenai riwayat
riwayat abortus. Pada kelompok kasus ada sebanyak 105 orang (87,5%),
berisiko dan tidak berisiko. Distribusi hasil penelitian mengenai riwayat obesitas
obesitas. Pada kelompok kasus ada sebanyak 91 orang (75,8%), sedangkan pada
kategori berisiko dan tidak berisiko. Distribusi hasil penelitian mengenai jumlah
yang melakukan pemeriksaan IVA di Kota Semarang tidak berisko pada jumlah
pasangan seksual. Pada kelompok kasus ada sebanyak 102 orang (85,0%),
berisiko dan tidak berisiko. Distribusi hasil penelitian mengenai usia menikah
yang melakukan pemeriksaan IVA di Kota Semarang antara kasus dan kontrol
berisiko dan tidak berisiko. Distribusi hasil penelitian mengenai riwayat keputihan
bebas dan variabel terikat. Analisis bivariat juga merupakan salah satu langkah
58
untuk melakukan seleksi terhadap variabel yang akan masuk ke dalam analisis
ditunjukkan dengan nilai p < α (0,05), nilai PR > 1 dan nilai 95% CI tidak
mencakup angka 1.
4.2.2.1.Hubungan antara Usia dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim
Kota Semarang
Berdasarkan hasil uji Chi-square dari data penelitian tentang usia dengan
Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang, didapatkan hasil sebagai
berikut :
Tabel 4.16 Hubungan antara Usia dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim
Kota Semarang
Kejadian Lesi Pra
Kanker Leher Rahim Nilai
Usia OR 95% CI
Kasus Kontrol p
∑ % ∑ %
Berisiko 72 60,0 49 40,8 0,003 2,173 1,298-3,640
Tidak
48 40,0 71 59,2
berisiko
Total 120 100 120 100
Berdasarkan tabel 4.16 diketahui bahwa dari 240 responden yang terdiri
dari 120 kasus dan 120 kontrol, terdapat 72 orang (60,0%) kasus dan 49 orang
(40,8%) kontrol dengan usia > 35 tahun berisiko menderita lesi pra kanker leher
rahim. Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p value sebesar 0,003 karena p value <
0,05 sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa ada hubungan
antara usia responden dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota
95% CI= 1,298-3,640. Hal ini menunjukkan bahwa responden dengan golongan
59
usia > 35 tahun berisiko 2,173 kali lebih besar menderita lesi pra kanker leher
dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang, didapatkan hasil
sebagai berikut :
Tabel 4.17 Hubungan antara Pendidikan dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher
Rahim Kota Semarang
Kejadian Lesi Pra
Kanker Leher Rahim Nilai
Pendidikan OR 95% CI
Kasus Kontrol p
∑ % ∑ %
Rendah 78 65,0 63 52,5 0,049 1,680 1,000-2,823
Tinggi 42 35,0 57 47,5
Total 120 100 120 100
Berdasarkan tabel 4.17 diketahui bahwa dari 240 responden yang terdiri
dari 120 kasus dan 120 kontrol, terdapat 78 orang (65,0%) kasus dan 63 orang
(52,5%) kontrol dengan tingkat pendidikan rendah yang berisiko menderita lesi
pra kanker leher rahim. Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p value sebesar 0,049
karena p value < 0,05 sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa
ada hubungan antara pendidikan responden dengan Kejadian Lesi Pra Kanker
1,680 (OR>1) dengan 95% CI= 1,000-2,823. Hal ini menunjukkan bahwa
responden dengan tingkat pendidikan rendah berisiko 1,680 kali lebih besar
menderita lesi pra kanker leher rahim dibandingkan dengan responden dengan
dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang, didapatkan hasil
sebagai berikut :
Tabel 4.18 Hubungan antara Pendapatan dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher
Rahim Kota Semarang
Kejadian Lesi Pra
Kanker Leher Rahim Nilai
Pendapatan OR 95% CI
Kasus Kontrol p
∑ % ∑ %
Rendah 47 39,2 48 40,0 0,895 0,966 0,576-1,620
Tinggi 73 60,8 72 60,0
Total 120 100 120 100
Berdasarkan tabel 4.18 diketahui bahwa dari 240 responden yang terdiri
dari 120 kasus dan 120 kontrol, terdapat 73 orang (60,8%) kasus dan 72 orang
(60,0%) kontrol dengan tingkat pendapatam tinggi yang berisiko menderita lesi
pra kanker leher rahim. Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p value sebesar 0,895
karena p value > 0,05 sehingga Ho diterima. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa
tidak ada hubungan antara pendapatan responden dengan Kejadian Lesi Pra
Kanker Leher Rahim Kota Semarang. Pada perhitungan risk estimate didapatkan
OR 0,966 (OR<1) dengan 95% CI= 10,576-1,620. Hal ini menunjukkan bahwa
pendapatan merupakan faktor protektif dari kejadian lesi pra kanker leher rahim
dan secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan
kelahiran dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang,
Tabel 4.19 Hubungan antara Jumlah Kelahiran dengan Kejadian Lesi Pra Kanker
Leher Rahim Kota Semarang
Kejadian Lesi Pra
Jumlah Kanker Leher Rahim Nilai
OR 95% CI
Kelahiran Kasus Kontrol p
∑ % ∑ %
Berisiko 25 20,8 10 8,3 0,006 2,895 1,323-6,334
Tidak
95 79,2 110 91,7
berisiko
Total 120 100 120 100
Berdasarkan tabel 4.19 diketahui bahwa dari 240 responden yang terdiri
dari 120 kasus dan 120 kontrol, terdapat 95 orang (79,2%) kasus dan 110 orang
(91,7%) kontrol dengan jumlah kelahiran atau paritas yang tidak berisiko
menderita lesi pra kanker leher rahim. Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p value
sebesar 0,006 karena p value < 0,05 sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti dapat
Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang. Pada perhitungan risk
estimate didapatkan OR 2,895 (OR>1) dengan 95% CI= 1,323-6,334. Hal ini
menunjukkan bahwa responden dengan jumlah kelahiran > 3 kali berisiko 2,895
kali lebih besar menderita lesi pra kanker leher rahim dibandingkan dengan
4.2.2.5.Hubungan antara Paparan Asap Rokok dengan Kejadian Lesi Pra Kanker
Berdasarkan hasil uji Chi-square dari data penelitian tentang paparan asap
rokok dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang, didapatkan
Tabel 4.20 Hubungan antara Paparan Asap Rokok dengan Kejadian Lesi Pra
Kanker Leher Rahim Kota Semarang
Kejadian Lesi Pra
Paparan Kanker Leher Rahim Nilai
OR 95% CI
Asap Rokok Kasus Kontrol p
∑ % ∑ %
Berisiko 85 70,8 92 76,7 0,304 0,739 0,415-1,317
Tidak
35 29,2 28 23,3
berisiko
Total 120 100 120 100
Berdasarkan tabel 4.20 diketahui bahwa dari 240 responden yang terdiri
dari 120 kasus dan 120 kontrol, terdapat 85 orang (70,8%) kasus dan 92 orang
(76,7%) kontrol dengan paparan asap rokok yang berisiko menderita lesi pra
kanker leher rahim. Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p value sebesar 0,304
karena p value > 0,05 sehingga Ho diterima. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa
tidak ada hubungan antara paparan asap rokok dengan Kejadian Lesi Pra Kanker
0,739 (OR<1) dengan 95% CI= 0,415-1,317. Hal ini menunjukkan bahwa paparan
asap rokok merupakan faktor protektif dari kejadian lesi pra kanker leher rahim
dan secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan antara paparan asap
penyakit kelamin dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang,
Tabel 4.21 Hubungan antara Riwayat Penyakit Kelamin dengan Kejadian Lesi Pra
Kanker Leher Rahim Kota Semarang
Kejadian Lesi Pra
Riwayat
Kanker Leher Rahim Nilai
Penyakit OR 95% CI
Kasus Kontrol p
Kelamin
∑ % ∑ %
Ya 8 6,7 6 5,0 0,582 1,357 0,456-4,037
Tidak 112 93,3 114 95,0
Total 120 100 120 100
Berdasarkan tabel 4.21 diketahui bahwa dari 240 responden yang terdiri
dari 120 kasus dan 120 kontrol, terdapat 112 orang (93,3%) kasus dan 114 orang
(95,0%) kontrol dengan tidak mempunyai riwayat penyakit kelamin yang berisiko
menderita lesi pra kanker leher rahim. Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p value
sebesar 0,582 karena p value > 0,05 sehingga Ho diterima. Hal ini berarti dapat
diketahui bahwa tidak ada hubungan riwayat penyakit kelamin dengan Kejadian
Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang. Pada perhitungan risk estimate
didapatkan OR 1,357 (OR>1) dengan 95% CI= 0,456-4,037. Hal ini menunjukkan
bahwa responden dengan riwayat penyakit kelamin berisiko 1,357 menderita lesi
pra kanker leher rahim dibandingkan dengan responden yang tidak mempunyai
riwayat penyakit kelamin namun secara statistik tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara riwayat penyakit kelamin dengan kejadian lesi pra kanker leher
rahim.
kontrasepsi dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang,
Tabel 4.22 Hubungan antara Riwayat Kontrasepsi dengan Kejadian Lesi Pra
Kanker Leher Rahim Kota Semarang
Kejadian Lesi Pra
Riwayat Kanker Leher Rahim Nilai
OR 95% CI
Kontrasepsi Kasus Kontrol p
∑ % ∑ %
Berisiko 69 57,5 51 42,5 0,020 1,830 1,097-3,054
Tidak
51 42,5 69 57,5
berisiko
Total 120 100 120 100
Berdasarkan tabel 4.22 diketahui bahwa dari 240 responden yang terdiri
dari 120 kasus dan 120 kontrol dengan proporsi sama yaitu 50% dengan riwayat
kontrasepsi baik yang berisiko dan tidak berisiko menderita lesi pra kanker leher
rahim. Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p value sebesar 0,020 karena p value <
0,05 sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa ada hubungan
antara riwayat kontrasepsi dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota
95% CI= 01,097-3,054. Hal ini menunjukkan bahwa responden dengan riwayat
kontrasepsi jangka panjang berisiko 1,830 kali lebih besar menderita lesi pra
4.2.2.8.Hubungan antara Riwayat Kanker Leher Rahim dengan Kejadian Lesi Pra
Berdasarkan hasil uji Chi-square dari data penelitian tentang riwayat kanker leher
rahim dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang, didapatkan
Tabel 4.23 Hubungan antara Riwayat Kanker Leher Rahim dengan Kejadian Lesi
Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang
Riwayat Kejadian Lesi Pra
Kanker Kanker Leher Rahim Nilai
OR 95% CI
Leher Kasus Kontrol p
Rahim ∑ % ∑ %
Berisiko 19 15,8 7 5,8 0,013 3,037 1,226-7,523
Tidak
101 84,2 113 94,2
berisiko
Total 120 100 120 100
Berdasarkan tabel 4.23 diketahui bahwa dari 240 responden yang terdiri
dari 120 kasus dan 120 kontrol, terdapat 101 orang (84,2%) kasus dan 113 orang
(94,2%) kontrol dengan tidak memiliki riwayat kanker leher yang berisiko
menderita lesi pra kanker leher rahim. Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p value
sebesar 0,013 karena p value < 0,05 sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti dapat
diketahui bahwa ada hubungan antara riwayat kanker leher rahim dengan
Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang. Pada perhitungan risk
estimate didapatkan OR 3,037 (OR>1) dengan 95% CI= 1,226-7,523. Hal ini
menunjukkan bahwa responden dengan riwayat kanker leher rahim berisiko 3,037
kali lebih besar menderita lesi pra kanker leher rahim dibandingkan dengan
4.2.2.9.Hubungan antara Status Vaksinasi HPV dengan Kejadian Lesi Pra Kanker
vaksinasi HPV dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang,
Tabel 4.24 Hubungan antara Status Vaksninasi HPV dengan Kejadian Lesi Pra
Kanker Leher Rahim Kota Semarang
Kejadian Lesi Pra
Status
Kanker Leher Rahim Nilai
Vaksinasi OR 95% CI
Kasus Kontrol p
HPV
∑ % ∑ %
Tidak 76 63,3 79 65,8 0,686 0,896 0,528-1,522
Ya 44 34,7 41 34,2
Total 120 100 120 100
Berdasarkan tabel 4.24 diketahui bahwa dari 240 responden yang terdiri
dari 120 kasus dan 120 kontrol, terdapat 76 orang (63,3%) kasus dan 79 orang
(65,8%) kontrol dengan status tidak melakukan vasksinasi HPV yang berisiko
menderita lesi pra kanker leher rahim. Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p value
sebesar 0,686 karena p value > 0,05 sehingga Ho diterima. Hal ini berarti dapat
diketahui bahwa tidak ada hubungan status vaksinasi HPV dengan Kejadian Lesi
Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang. Pada perhitungan risk estimate
didapatkan OR 0,896 (OR<1) dengan 95% CI= 0,528-1,522. Hal ini menunjukkan
bahwa status vaksinasi HPV merupakan faktor protektif dari kejadian lesi pra
kanker leher rahim dan secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara status vaksinasi HPV dengan kejadian lesi pra kanker leher rahim.
4.2.2.10. Hubungan antara Riwayat Abortus dengan Kejadian Lesi Pra Kanker
abortus dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang,
Tabel 4.25 Hubungan antara Riwayat Abortus dengan Kejadian Lesi Pra Kanker
Leher Rahim Kota Semarang
Kejadian Lesi Pra
Riwayat Kanker Leher Rahim Nilai
OR 95% CI
Abortus Kasus Kontrol p
∑ % ∑ %
Berisiko 15 12,5 17 14,2 0,704 0,866 0,411-1,824
Tidak
105 87,5 103 85,8
berisiko
Total 120 100 120 100
Berdasarkan tabel 4.25 diketahui bahwa dari 240 responden yang terdiri
dari 120 kasus dan 120 kontrol, terdapat 105 orang (87,5%) kasus dan 103 orang
menderita lesi pra kanker leher rahim. Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p value
sebesar 0,704 karena p value > 0,05 sehingga Ho diterima. Hal ini berarti dapat
diketahui bahwa tidak ada hubungan riwayat abortus dengan Kejadian Lesi Pra
Kanker Leher Rahim Kota Semarang. Pada perhitungan risk estimate didapatkan
OR 0,866 (OR<1) dengan 95% CI= 0,411-1,824. Hal ini menunjukkan bahwa
riwayat abortus merupakan faktor protektif dari kejadian lesi pra kanker leher
rahim dan secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat
4.2.2.11. Hubungan antara Riwayat Obesitas dengan Kejadian Lesi Pra Kanker
Leher Rahim Kota Semarang
68
obesitas dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang,
Tabel 4.26 Hubungan antara Riwayat Obesitas dengan Kejadian Lesi Pra Kanker
Leher Rahim Kota Semarang
Kejadian Lesi Pra
Riwayat Kanker Leher Rahim Nilai
OR 95% CI
Obesitas Kasus Kontrol p
∑ % ∑ %
Berisiko 29 24,2 19 15,8 0,107 1,694 0,890-3,226
Tidak
91 75,8 101 84,2
berisiko
Total 120 100 120 100
Berdasarkan tabel 4.26 diketahui bahwa dari 240 responden yang terdiri
dari 120 kasus dan 120 kontrol, terdapat 91 orang (75,8%) kasus dan 101 orang
(84,2%) kontrol dengan tidak obesitas yang berisiko menderita lesi pra kanker
leher rahim. Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p value sebesar 0,107 karena p
value > 0,05 sehingga Ho diterima. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa tidak
ada hubungan riwayat obesitas dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim
dengan 95% CI= 0,890-3,226. Hal ini menunjukkan bahwa responden dengan
riwayat obesitas berisiko 1,694 kali lebih besar menderita lesi pra kanker leher
namun secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat
4.2.2.12. Hubungan antara Jumlah Pasangan Seksual dengan Kejadian Lesi Pra
Berdasarkan hasil uji Chi-square dari data penelitian tentang jumlah pasangan
seksual dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang,
Tabel 4.27 Hubungan antara Jumlah Pasangan Seksual dengan Kejadian Lesi Pra
Kanker Leher Rahim Kota Semarang
Kejadian Lesi Pra
Jumlah
Kanker Leher Rahim Nilai
Pasangan OR 95% CI
Kasus Kontrol p
Seksual
∑ % ∑ %
Berisiko 18 15,0 19 15,8 0,858 0,938 0,465-1,891
Tidak
102 85,0 101 84,2
berisiko
Total 120 100 120 100
Berdasarkan tabel 4.27 diketahui bahwa dari 240 responden yang terdiri
dari 120 kasus dan 120 kontrol, terdapat 102 orang (85,0%) kasus dan 101 orang
(84,2%) kontrol dengan jumlah pasngan seksual 1 orang yang tidak berisiko
menderita lesi pra kanker leher rahim. Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p value
sebesar 0,858 karena p value > 0,05 sehingga Ho diterima. Hal ini berarti dapat
diketahui bahwa tidak ada hubungan jumlah pasangan seksual dengan Kejadian
Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang. Pada perhitungan risk estimate
didapatkan OR 0,938 (OR<1) dengan 95% CI= 0,465-1,891. Hal ini menunjukkan
bahwa jumlah pasangan seksual merupakan faktor protektif dari kejadian lesi pra
kanker leher rahim dan secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara jumlah pasangan seksual dengan kejadian lesi pra kanker leher rahim.
4.2.2.13. Hubungan antara Usia Menikah dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher
Berdasarkan hasil uji Chi-square dari data penelitian tentang usia menikah
dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang, didapatkan hasil
sebagai berikut :
Tabel 4.28 Hubungan antara Usia Menikah dengan Kejadian Lesi Pra Kanker
Leher Rahim Kota Semarang
Kejadian Lesi Pra
Usia Kanker Leher Rahim Nilai
Kasus Kontrol OR 95% CI
Menikah p
∑ % ∑ %
Berisiko 68 56,7 52 43,3 0,039 1,710 1,026-2,850
Tidak
52 43,3 68 56,7
berisiko
Total 120 100 120 100
Berdasarkan tabel 4.28 diketahui bahwa dari 240 responden yang terdiri
dari 120 kasus dan 120 kontrol dengan proporsi sama yaitu 50% yang berisiko
dan tidak berisiko menderita lesi pra kanker leher rahim. Dari hasil uji Chi-
ditolak. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa ada hubungan usia menikah dengan
Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang. Pada perhitungan risk
estimate didapatkan OR 1,710 (OR>1) dengan 95% CI= 1,026-2,850. Hal ini
menunjukkan bahwa responden dengan usia menikah ≤20 tahun berisiko 1,710
kali lebih besar menderita lesi pra kanker leher rahim dibandingkan dengan
4.2.2.14. Hubungan antara Riwayat Keputihan dengan Kejadian Lesi Pra Kanker
keputihan dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang,
Tabel 4.29 Hubungan antara Riwayat Keputihan dengan Kejadian Lesi Pra
Kanker Leher Rahim Kota Semarang
Kejadian Lesi Pra
Riwayat Kanker Leher Rahim Nilai
OR 95% CI
Keputihan Kasus Kontrol p
∑ % ∑ %
Ya 30 25,0 34 28,3 0,559 0,843 0,475-1,495
Tidak 90 75,0 86 71,7
Total 120 100 120 100
Berdasarkan tabel 4.29 diketahui bahwa dari 240 responden yang terdiri
dari 120 kasus dan 120 kontrol, terdapat 90 orang (75,0%) kasus dan 86 orang
menderita lesi pra kanker leher rahim. Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p value
sebesar 0,559 karena p value > 0,05 sehingga Ho diterima. Hal ini berarti dapat
diketahui bahwa tidak ada hubungan riwayat keputihan dengan Kejadian Lesi Pra
Kanker Leher Rahim Kota Semarang. Pada perhitungan risk estimate didapatkan
OR 0,843 (OR<1) dengan 95% CI= 0,475-1,495. Hal ini menunjukkan bahwa
riwayat keputihan merupakan faktor protektif dari kejadian lesi pra kanker leher
rahim dan secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan riwayat
4.2.2.15. Hubungan antara Antiseptik dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher
dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim Kota Semarang, didapatkan hasil
sebagai berikut :
Tabel 4.30 Hubungan antara Antiseptik dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher
Rahim Kota Semarang
Kejadian Lesi Pra
Kanker Leher Rahim Nilai
Antiseptik OR 95% CI
Kasus Kontrol p
∑ % ∑ %
Berisiko 45 37,5 43 35,8 0,789 1,074 0,635-1,817
Tidak
75 62,5 77 64,2
berisiko
Total 120 100 120 100
Berdasarkan tabel 4.30 diketahui bahwa dari 240 responden yang terdiri
dari 120 kasus dan 120 kontrol, terdapat 75 orang (62,5%) kasus dan 77 orang
lesi pra kanker leher rahim. Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p value sebesar
0,789 karena p value > 0,05 sehingga Ho diterima. Hal ini berarti dapat diketahui
bahwa tidak ada hubungan antiseptik dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Leher
(OR>1) dengan 95% CI= 0,635-1,817. Hal ini menunjukkan bahwa responden
yang menggunakan antiseptik vagina berisiko 1,074 kali lebih besar menderita
lesi pra kanker leher rahim dibandingkan dengan responden yang tidak
signifikan antara penggunaan dengan kejadian lesi pra kanker leher rahim.