Anda di halaman 1dari 6

METODE ISTIMBATH HUKUM ZAKAT PROFESI

PERSPEKTIF Dr. YUSUF AL QARDHAWI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Zakat ialah merupakan salah satu diantara rukun Islam yang bercorak
sosio-ekonomi dan wajib ditunaikan bagi mereka yang memiliki kebihan
harta dan telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam
hukum Islam. Begitu pentingya zakat ini dalam kehidupan bersosial
sampai-sampai disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa seseorang barulah sah
masuk ke dalam barisan umat Islam dan diakui ke-Islamannya jika
seseorang tersebut mau bertaubat, mendirikan shalat dan mau menunaikan
zakatnya, sebagaimana firman-Nya dalam surah At-Taubah yang
berbunyi:

ْۗ‫ن‬
ِْ ْ‫كوة َ ْفَإِخْ َْوانُ ُكمْ ْفِى ْٱلدِي‬ َّ ‫ْو َءات َ ُوا‬
ٰ ‫ْٱلز‬ َّ ‫ْوأَقَا ُمواْ ْٱل‬
َ َ ‫صلَ ٰوة‬ َ ‫فَإِنْ ْتَابُوا‬
1
َْ‫صلُْٱألَيَ ٰـتِْ ِلقَوْ ٍمْيَعْلَ ُمون‬
ِ َ‫َونُف‬
Begitu pentingnya kedudukan zakat ini dalam Islam sampai dalam Al-
Qur’an menyebutkan kata zakat (al-zakah) yang dibarengkan dengan lafal
shalat (al-shalat) sebanyak 72 kali, demikian menurut perhitungan Ali
Yafie. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa kedudukan zakat ini memiliki
urgensi yang sebanding dengan shalat.2 Sepertihalnya dalam firman Allah
yang lain misalnya dalam surah Al-Bayyinah yang berbunyi:

َْ ‫صلَ ٰوة‬ َ ‫صيْنَ ْلَهُْٱلدِيْنَ ْ ُحنَفَا َء‬


َّ ‫ْويُ ِقيْ ُموا ْٱل‬ َّ ‫َو َماأ ُ ِم ُروا ْ ِإ ََّّل ْ ِل َيعْبُدُوا‬
ِ ‫ْٱَّللَ ْ ُمخْ ِل‬
3
ْ‫ْٱلز َك ٰو ْة َْ َوذَ ِل َكْدِيْ ُنْٱلقَ ِي َم ِة‬
َّ ‫َويُؤْتُوا‬

1
At-Taubah (9): 11
2
Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas (Malang: UIN Malang Press, 2007)
hlm 2.
3
Al-Bayyinah (98): 5

1
2

Dalam ayat tersebut dijelaskan sesungguhnya manusia itu tidak


diperintahkan yang lain kecuali supaya menyembah Allah dan
memurnikan ketaatanya di dalam menjalankan agama yang lurus dan
supaya mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Dalam ayat yang lain
Allah juga memberikan kabar gembira kepada mereka yang mau
memberikan hartanya dijalan Allah dan bertaqwa serta membenarkan
dengan adanya pahala terbaik (surga) dengan disiapkannya jalan yang
mudah, dan Allah juga mengancam kepada mereka yang bakhil (tidak
mau menunaikan zakatnya) dan merasa dirinya telah cukup serta
mendustakan akan adanya pahala terbaik (surga) maka Allah akan
memberikan jalan yang sukar padanya dan hartanya tidak bermanfaat
baginya ketika telah binasa.4
Diantara zakat yang wajib dikeluarkan ialah harta dari hasil usaha.
Dan diantara hasil usaha yang menarik saat ini ialah apa yang dihasilkan
dari profesinya, karena besarannya yang variatif dan cenderung besar.
Meskipun secara eksplisit tidak disebutkan dalam Al-Qur’an, namuan
secara mafhumun nash5 semua hasil usaha termasuk profesi merupkan
salah satu harta yang wajib dikeluarkan zakatnya yang dewasa ini sering
disebut dengan istilah zakat profesi. Kewajiban untuk mengeluarkan zakat
profesi ini secara mafhumun nash tertuang dalam surah Al-Baqarah ayat
267:

َْ‫سبْتُمْ ْ َو ِم َّما ْأَخْ َرجْنَا ْلَ ُكمْ ْ ِمن‬


َ ‫ت ْ َما ْ َْك‬ ِ ‫يَ ٰـأَيُّ َها ْٱلَّذِيْنَ ْ َءا َمنُوا ْأَن ِفقُوا‬
َ ْ ْ‫ْمن‬
ِ ‫طيِبَ ٰـ‬
6
ِ ْ‫ٱألَر‬
ْ‫ض‬
ْ
Istilah zakat profesi merupakan istilah yang muncul dewasa
ini. Adapun ulama salaf menyebutnya dengan istilah al mal

4
Al-Layl (92): 5-11
5
6
Al-Baqarah (2): 267
3

almustafad, yang termasuk dalam kategori zakat al mal almustafad


ialah pendapatan yang dihasilkan dari profesi non zakat yang
dijalani, seperti gaji pegawai negeri/swasta, konsultan, dokter dan
lain-lain, atau rezeki yang dihasilkan secara tidak terduga seperti
undian, kuis berhadiah (yang tidak mengandung unsur judi) dan
lain-lain.7
Profesi yang menghasilkan uang itu terdapat dua macam,
pertama profesi yang dilakukan oleh diri sendiri tanpa
campurtangan orang lain, karena berkat kecekatan tangan ataupun
otak. Penghasilan yang diperoleh dengan cara seperti ini
merupakan penghasilan profesional seperti penghasilan seorang
dokter, insinyur, advokat, seniman, penjahit, tukang kayu dan lain-
lainnya. Kedua profesi yang dilakukan seseorang buat pihak lain,
baik pemerintah, perusahaan, maupun perorangan dengan
memperoleh upah yang diberikan dengan tangan, otak, ataupun
keduanya. Penghasilan dari pekerjaan seperti itu berupa gaji, upah
atau honorarium.8
Masalah zakat profesi memang baru muncul pada zaman
sekarang, hal ini disebabkan karena banyaknya ahli-ahli tertentu
yang mendapatkan penghasilan dari keahlianya tersebut. Meskipun
pada zaman Rasulullah telah ada beragam profesi, namun
kondisinya berbeda dengan zaman sekarang jika dilihat dari segi
pendapatanya. Pada zaman Rasulullah dan sahabat penghasilan
yang nilainya cukup besar ialah penghasilan yang didapat oleh
seorang pedagang, petani, dan peternak. Dan ini bertolakbelakang
dengan kondisi saat ini, petani maupun peternak tidak menjamin
seseorang menjadi kaya justru kebanyakan di negeri kita ini
kelompok inilah yang kebanyakan miskin yang hidupnya masih
kekurangan dan sebaliknya justru profesi-profesi seperti inilah

7
Arina Suryorini, “Sumber-Sumber Zakat dalam Perekonomian Modern”, Jurnal Ilmu
Dakwah, Vol. 32, No. 1, UIN SUKA (Januari-Juni 2012), hlm. 84.
8
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Bandung: Mizan, 1996), Cet. IV, hlm. 459.
4

yang mendatangkan penghasilan cukup besar dalam waktu yang


singkat. Seperti pejabat pemerintah, dokter spesialis, pengacara,
arsitek dan lain sebagainya. Dan ini nilainya bisa mencapai puluhan
bahkan ratusan kali lipat dibanding para petani dan peternak yang
ada di desa-desa.
Hal tersebut menimbulkan ketimpangan sosial yang serius
sehingga para ulama kotemporer merasa perlu menyimpulkan
hukum pasti tentang zakat profesi tersebut, lalu terjadilah
muktamar pertama yang dilakukan oleh para ahli fiqh dari berbagai
belahan dunia di kuwait pada tahun 1984 khusus untuk membahas
tentang zakata profesi dan hasilnya mereka sepakat akan kewajiban
menunaikan zakat profesi apabila telah mencapai nisabnya, adapun
tentang bagaimana cara mengeluarkannya mereka banyak yang
berbeda pendapat ada yang mengkiaskan zakat profesi dengan
zakat emas ada yang mengkiaskan dengan zakat pertanian dan ada
yang berpendapat bahwa zakat profesi bisa di kiaskan dengan tiga
hal sekaligus yakni pertanian, perdagangan dan rikaz.
Dalam skripsi ini akan mengupas tentang pendapat yusuf
alQardhawi yang mengkiaskan dengan zakat emas jadi nishabnya
85 kg emas, akan tetapi waktu pembayarannya setiap menerima
gaji seperti zakat pertanian yang wajib dikeluarkannya ketika
panen. Hal ini yang membuat penulis merasa perlu mengkaji
bagaimana istimbath hukum yang dilakukan oleh Dr. Yusuf al
Qardhawi dalam menetapkan zakat profesi tersebut. Serta bolehkah
penisbatan sesuatu kepada dua hal yang berbeda saperti zakat
profesi yang nisabnya disesuaikan dengan zakat emas sementara
waktu pelaksanaannya disesuaikan dengan zakat pertanian?

B. Rumusan Masalah
5

1. Apa saja dalil-dalil yang digunakan oleh Yusuf Al-Qardhawi


dalam beristimbath tentang zakat profesi?
2. Bagaimana at-Turuq al-Istimbath yang digunakan oleh Yusuf
Al-Qardhawi terkait penetapan nisab dan cara mengeluarkan
zakatnya?
3. Apa jenis ijtihad yang digunakan dalam penetapan nisab zakat
profesi yang digunakan oleh Yusuf Al-Qardhawi?

C. Tujuan dan Kegunaan


Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Menjelaskan dalil-dalil yang digunakan oleh Yusuf Al-
Qardhawi dalam menetapkan nisab zakat profesi.
2. Menjelaskan turuq al Istimbath yang digunakan oleh Yusuf
Qardhawi dalam zakat profesi.
3. Menjelaskan jenis Istimbath yang digunakan oleh yusuf al
Qardhawi dalam menetapkan nisab zakat profesi.

Sedangkan kegunaan yang diharapkan dari adanya penelitian ini


antara lain:

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan


6

Zakat pada masa nabi dan sahabat hanya seputar tiga aspek saja yaitu
perdagangan, pertanian dan peternakan, karena memang pada saat itu
masyarakat arab kebanyakan bekerja di sektor perdagangan, orang
madinah di sektor pertanian dan orang arab badui yang berada di gurun-
gurun bekerja di sektor peternakan. Namun kemudian pada zaman khalifah
Umar bin Abdul Aziz mulailah ada zakat tentang gaji yang diberlakukan
kala itu dengan memtong gaji para tentara perang.

Zakat sebenarnya hanya terbagi atas dua bagian saja yakni zakat
tentang harta dan zakat pertanian. Zakat tentang harta yaitu berupa emas
dan perak, sementara zakat dari hasil pertanian yaitu berupa tanaman dan
buah-buahan.9

Anda mungkin juga menyukai

  • Orangutan Batang Toru
    Orangutan Batang Toru
    Dokumen3 halaman
    Orangutan Batang Toru
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • SelProkEuk
    SelProkEuk
    Dokumen14 halaman
    SelProkEuk
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen7 halaman
    Bab 3
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen19 halaman
    Bab 2
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • DietDMHbA1C
    DietDMHbA1C
    Dokumen7 halaman
    DietDMHbA1C
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen16 halaman
    Bab 1
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Tumbuhan Sebagai Bahan Baku Industri
    Tumbuhan Sebagai Bahan Baku Industri
    Dokumen24 halaman
    Tumbuhan Sebagai Bahan Baku Industri
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen19 halaman
    Bab 2
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Kerangka Teori
    Kerangka Teori
    Dokumen4 halaman
    Kerangka Teori
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Tumbuhan Sebagai Bahan Baku Industri
    Tumbuhan Sebagai Bahan Baku Industri
    Dokumen24 halaman
    Tumbuhan Sebagai Bahan Baku Industri
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Mitosis Pada Tumbuhan
    Mitosis Pada Tumbuhan
    Dokumen9 halaman
    Mitosis Pada Tumbuhan
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Tugas Mikrobiologi
    Tugas Mikrobiologi
    Dokumen11 halaman
    Tugas Mikrobiologi
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Essay
    Essay
    Dokumen3 halaman
    Essay
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Hasil Penelitian
    BAB IV Hasil Penelitian
    Dokumen24 halaman
    BAB IV Hasil Penelitian
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • BAB VI Penutup
    BAB VI Penutup
    Dokumen2 halaman
    BAB VI Penutup
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • KERANGKA
    KERANGKA
    Dokumen4 halaman
    KERANGKA
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Lembar Persetujuan
    Lembar Persetujuan
    Dokumen3 halaman
    Lembar Persetujuan
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Lembar Persetujuan Proposal Skripsi
    Lembar Persetujuan Proposal Skripsi
    Dokumen3 halaman
    Lembar Persetujuan Proposal Skripsi
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Surat Penetapan
    Surat Penetapan
    Dokumen1 halaman
    Surat Penetapan
    Siti rasidah
    Belum ada peringkat
  • BAB II Tinjauan Pustaka
    BAB II Tinjauan Pustaka
    Dokumen36 halaman
    BAB II Tinjauan Pustaka
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen16 halaman
    Bab 1
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen6 halaman
    Bab 1
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Halaman Akhr
    Halaman Akhr
    Dokumen13 halaman
    Halaman Akhr
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Tata Laksana Terkini Demam Tifoid PDF
    Tata Laksana Terkini Demam Tifoid PDF
    Dokumen4 halaman
    Tata Laksana Terkini Demam Tifoid PDF
    Ary Nahdiyani Amalia
    100% (2)
  • Skripsi
    Skripsi
    Dokumen6 halaman
    Skripsi
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen23 halaman
    Bab Ii
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen8 halaman
    Bab Ii
    Thityck Sugiarti
    Belum ada peringkat