PENDAHULUAN
ْۗن
ِْ ْكوة َ ْفَإِخْ َْوانُ ُكمْ ْفِى ْٱلدِي َّ ْو َءات َ ُوا
ٰ ْٱلز َّ ْوأَقَا ُمواْ ْٱل
َ َ صلَ ٰوة َ فَإِنْ ْتَابُوا
1
َْصلُْٱألَيَ ٰـتِْ ِلقَوْ ٍمْيَعْلَ ُمون
ِ ََونُف
Begitu pentingnya kedudukan zakat ini dalam Islam sampai dalam Al-
Qur’an menyebutkan kata zakat (al-zakah) yang dibarengkan dengan lafal
shalat (al-shalat) sebanyak 72 kali, demikian menurut perhitungan Ali
Yafie. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa kedudukan zakat ini memiliki
urgensi yang sebanding dengan shalat.2 Sepertihalnya dalam firman Allah
yang lain misalnya dalam surah Al-Bayyinah yang berbunyi:
1
At-Taubah (9): 11
2
Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas (Malang: UIN Malang Press, 2007)
hlm 2.
3
Al-Bayyinah (98): 5
1
2
4
Al-Layl (92): 5-11
5
6
Al-Baqarah (2): 267
3
7
Arina Suryorini, “Sumber-Sumber Zakat dalam Perekonomian Modern”, Jurnal Ilmu
Dakwah, Vol. 32, No. 1, UIN SUKA (Januari-Juni 2012), hlm. 84.
8
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Bandung: Mizan, 1996), Cet. IV, hlm. 459.
4
B. Rumusan Masalah
5
Zakat pada masa nabi dan sahabat hanya seputar tiga aspek saja yaitu
perdagangan, pertanian dan peternakan, karena memang pada saat itu
masyarakat arab kebanyakan bekerja di sektor perdagangan, orang
madinah di sektor pertanian dan orang arab badui yang berada di gurun-
gurun bekerja di sektor peternakan. Namun kemudian pada zaman khalifah
Umar bin Abdul Aziz mulailah ada zakat tentang gaji yang diberlakukan
kala itu dengan memtong gaji para tentara perang.
Zakat sebenarnya hanya terbagi atas dua bagian saja yakni zakat
tentang harta dan zakat pertanian. Zakat tentang harta yaitu berupa emas
dan perak, sementara zakat dari hasil pertanian yaitu berupa tanaman dan
buah-buahan.9