Anda di halaman 1dari 7

Makalah kimia Industri Karet

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Struktur dasar karet alam adalah rantai linear unit isoprene (C5H8) yang berat molekul
rata-ratanya tersebar antara 10.000 - 400.000. Karet alam adalah jenis karet pertama yang
dibuat sepatu. Sesudah penemuan proses vulkanisasi yang membuat karet menjadi tahan
terhadap cuaca dan tidak larut dalam minyak, maka karet mulai digemari sebagai bahan dasar
dalam pembuatan berbagai macam alat untuk keperluan dalam rumah ataupun pemakaian di
luar rumah seperti sol sepatu dan bahkan sepatu yang semuanya terbuat dari bahan karet.
Sebelum itu usaha-usaha menggunakan karet untuk sepatu selalu gagal karena karet manjadi
kaku di musim hujan dan lengket serta berbau di musim panas seperti yang pernah dilakukan
oleh Roxbury Indian Rubber Company pada tahun 1833 dengan cara melarutkan karet alam
terpentin dan mencampurnya dengan hitam karbon untuk menghasilkan karet keras yang tahan
air.
Pemanfaatan kulit hewan sebagai salah satu peningkatan pendayagunaan hasil ternak
merupakan salah satu upaya membangun peternakan dalam rangka meningkatkan pendapatan
masyarakat, meningkatkan kesempatan kerja dan usaha serta peningkatan devisa negara. Dewasa
ini sudah bukan hal umum orang menggunakan kulit untuk berbagai keperluan sehari-hari, sehingga
dapat dikatakan penggunaan kulit sudah memasyarakat, misal untuk sepatu, jaket, tas, sarung tangan
dan lain-lain.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah karet?
2. Apa saja kandungan dari karet?
3. Bagaimana proses produksi dari karet sehingga di dapat hasil yang berkualitas dan berkuantitas
?
4. Bagaimana cara mengolah limbah yang dihasilkan dari proses industri tersebut?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sumber dan kandungan dari karet.
2. Untuk mengetahui proses pengolahan industri karet.
3. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari industri tersebut terhadap kesehatan
manusia.
4. Untuk mengetahui tekhnik pengendalian pencemaran industri karet.

D. Kegunaan
Telah banyak kita ketahui bahwa kegunaan dari masing-masing industri tergantung dari
jenis dan produk apa yang dihasilkan dari industri tersebut. Baik berupa bahn pangan, pakaian
ataupun alat-alat rumah tangga. Dengan proses pengolahan yang baik maka akan menghasilkan
produk yang berkualitas dan kuntitas yang lebih besar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Karet
Pada dasarnya karet berasal dari alam yaitu dari getah pohon karet (atau dikenal dengan istilah
latex), maupun produksi manusia (sintetis). Saat pohon karet dilukai, maka getah yang dihasilkan akan
jauh lebih banyak. Sumber utama getah karet adalah pohon karet Para Hevea Brasiliensis
(Euphorbiaceae).
Karet telah digunakan sejak lama untuk berbagai macam keperluan antara lain bola karet,
penghapus pensil, baju tahan air, dll. Saat Christopher Columbus dan rombongannya menemukan
benua Amerika pada tahun 1476,mereka terheran-heran melihat bola yang dimainkan orang-orang
Indian yang dapat melantun bila dijatuhkan ke tanah. Di sinilah sejarah karet dimulai, tetapi baru pada
tahun 1530 ada laporan tertulis mengenai gummi optimum, sebutan Pietro Martire d’Anghiera untuk
karet. Pada tahn 1535, Ahli sejarah mengenai bangsa Indian, Captain Gonzale Fernandez de Oveida
menulis bahwa dia melihat 2 tim orang Indian yang bermain bola. Bola itu terbuat dari campuran akar,
kayu, dan rumput, yang dicampur dengan suatu bahan (latex) kemudian dipanaskan di atas unggun
dan dibulatkan seperti bola. Bola oran Indian ini bisa melambung lebih tinggi daripada bola yang umum
dibuat orang-orang Eropa waktu itu. Oviedo mengatakan bahwa bila bola buatan Indian itu dijatuhkan,
bola itu bisa melambung lebih tinggi dan kemudian jatuh, lalu melambung lagi walaupun agak rendah
daripada lambungan yang pertama, dst.
Adapun proses pengolahan karet dalam industri antara lain :
 Penerimaan Lateks Kebun
Tahap awal dalam pengolahan karet adalah penerimaan lateks kebun dari pohon karet
yang telah disadap. Lateks pada mangkuk sadap dikumpulkan dalam suatu tempat kemudian
disaring untuk memisahkan kotoran serta bagian lateks yang telah mengalami prakoagulasi.
Setelah proses penerimaan selesai, lateks kemudian dialirkan ke dalam bak koagulasi untuk
proses pengenceran dengan air yang bertujuan untuk menyeragamkan Kadar Karet Kering.
 Pengenceran
Tujuan pengenceran adalah untuk memudahkan penyaringan kotoran serta
menyeragamkan kadar karet kering sehingga cara pengolahan dan mutunya dapat dijaga tetap.
Pengenceran dapat dilakukan dengan penambahan air yang bersih dan tidak mengandung unsur
logam, pH air antara 5.8-8.0, kesadahan air maks. 6 serta kadar bikarbonat tidak melebihi 0.03
%. Pengenceran dilakukan hingga KKK mencapai 12-15 %. Lateks dari tangki penerimaan
dialirkan melalui talang dengan terlebih dahulu disaring menggunakan saringan aluminium
Pedoman Teknis Pengolahan Karet Sit Yang Diasap (Ribbed Smoked Sit). Lateks yang telah
dibekukan dalam bentuk lembaran-lembaran (koagulum).
 Pembekuan
Pembekuan lateks dilakukan di dalam bak koagulasi dengan menambahkan zat koagulan
yang bersifat asam. Pada umunya digunakan larutan asam format/asam semut atau asam asetat
/asam cuka dengan konsentrasi 1-2% ke dalam lateks dengan dosis 4 ml/kg karet kering Dasar
Pengolahan Karet. Jumlah tersebut dapat diperbesar jika di dalam lateks telah ditambahkan zat
antikoagulan sebelumnya. Penggunaan asam semut didasarkan pada kemampuannya yang
cukup baik dalam menurunkan pH lateks serta harga yang cukup terjangkau bagi petani karet
dibandingkan bahan koagulan asam lainnya. Tujuan dari penambahan asam adalah untuk
menurunkan pH lateks pada titik isoelektriknya sehingga lateks akan membeku atau
berkoagulasi, yaitu pada pH antara 4.5-4.7. Asam dalam hal ini ion H+ akan bereaksi dengan
ion OH- pada protein dan senyawa lainnya untuk menetralkan muatan listrik sehingga terjadi
koagulasi pada lateks.
Penambahan larutan asam diikuti dengan pengadukan agar tercampur ke dalam lateks
secara merata serta membantu mempercepat proses pembekuan. Pengadukan dilakukan dengan
6-10 kali maju dan mundur secara perlahan untuk mencegah terbentuknya gelembung udara
yang dapat mempegaruhi mutu sit yang dihasilkan. Kecepatan penggumpalan dapat diatur
dengan mengubah perbandingan lateks, air dan asam sehingga diperoleh hasil bekuan atau
disebut juga koagulum yang bersih dan kuat. Lateks akan membeku setelah 40 menit. Proses
selanjutnya ialah pemasangan plat penyekat yang berfungsi untuk membentuk koagulum
dalam lembaran yang seragam.
Proses penggilingan koagulum menjadi lembaran sit
 Penggilingan
Penggilingan dilakuan setelah proses pembekuan selesai. Hasil bekuan atau koagulum
digiling untuk mengeluarkan kandungan air, mengeluarkan sebagian serum, membilas,
membentuk lembaran tipis dan memberi garis pada lembaran. Untuk memperoleh lembaran
sit, koagulum digiling dengan beberapa gilingan rol licin, rol belimbing dan rol motif (batik).
Setelah digiling, sit dicuci kembali dengan air bersih untuk menghindari permukaan yang
berlemak akibat penggunaan bahan kimia, membersihkan kotoran yang masih melekat serta
menghindari agar sit tidak menjadi lengket saat penirisan. Koagulum yang telah digiling
kemudian ditiriskan diruang terbuka dan terlindung dari sinar matahari selama 1-2 jam.
Tujuan penirisan adalah untuk mengurangi kandungan air di dalam lembaran sit sebelum
proses pengasapan. Penirisan tidak boleh terlalu lama untuk menghindari terjadinya cacat pada
sit yang dihasilkan, misalnya timbul warna yang seperti karat akibat teroksidasi. Penirisan
dilakukan pada tempat teduh dan terlindung dari sinar matahari.
Proses pengasapan karet sit asap dalam kamar asap
 Sortasi
Sit yang telah matang dari kamar asap diturunkan kemudian ditimbang dan dicatat dalam
arsip produksi. Proses sortasi dilakukan secara visual berdasrkan warna, kotoran, gelembung
udara, jamur dan kehalusan gilingan yang mengacu pada standard yang terdapat pada SNI 06-
0001-1987. Secara umum sit diklasifikasikan dalam mutu RSS 1, RSS 2, RSS 3, RSS 4, RSS
5 dan Cutting. Cutting merupakan potongan dari lembaran yang terlihat masih mentah, atau
terdapat gelembung udara hanya pada sebagian kecil, sehingga dapat digunting
Proses sortasi
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam industri karet agar mendapatkan hasil yang
maksimal antara lain :
 Lateks yang berasal dari tanaman muda
Pada umumnya menghasilkan karet sit yang lekat atau lengkat, lembek serta mudah
mengalami pemuluran saat digantung dalam kamar asap. Kemudian, lateks yang berasal dari
tanaman yang sudah lama tidak disadap, menghasilkan karet sit yang mudah sobek/rapuh. Oleh
sebab itu, manajemen penyadapan yang baik perlu dilakukan agar lateks kebun yang disadap
sesuai dengan kriteria bahan baku pembuatan sit.
 Kebersihan lateks
Mulai dari kebun hingga pabrik pengolahan harus senantiasa dijaga agar diperoleh hasil
produk yang sesuai dengan standard. Terutama untuk peralatan penyadapan termasuk pisau
sadap, talang lateks, mangkuk, ember pengumpul dan alur sadap sendiri, harus bebas dari
kotoran serta slab sisa penyadapan sebelumnya.
 Tangki penerima
Untuk tangki penerima yang jauh dari pabrik hendaknya ditambahkan bahan anti koagulan
seperti amoniak. Penambahan antikoagulan diusahakan tidak melebihi batas yang ditetapkan
untuk mencegah pemakaian asam semut yang terlalu banyak pada proses pembekuan. Pada
saat pengangkutan sebaiknya dihindari dari sinar matahari serta panas berlebih untuk
menghindai prakoagulasi serta pembentukan gelembung.
 Pemberian bahan penggumpal (koagulan).
Pemberian bahan penggumpal (koagulan) seperti asam yang berlebih atau terlalu banyak
akan menyebabkan koagulum menjadi keras dan sulit untuk digiling, sedangkan jika pemberian
kurang maka koagulum akan menjadi lunak, membubur atau tetap encer (tidak menggumpal).
Dalam proses penggumpalan, larutan asam dimasukkan perlahan-lahan secara merata,
kemudian diaduk perlahan hingga homogen (seragam). Tebal karet sit yang tidak merata dapat
disebabkan karena pencampuran lateks dan asam yang tidak seragam, pemberian asam yang
tidak cukup, lateks terlalu encer, atau letak bak yang miring. Gelembung gas yang timbul dalam
karet sit dapat disebabkan karena penggumpalan terjadi terlalu cepat dengan menggunakan
asam yang berlebih, atau asam yang terlalu pekat, penyaringan yang kurang baik, waktu
penggumpalan terlalu lama dan kurang sempurna. Apabila lateks telah menggumpal sempurna,
maka diatas gumpalan tersebut digenangi air untuk mencegah terjadinya oksidasi dengan udara
yang dapat mengakibatkan timbulnya bercak-bercak hitam pada permukaan koagulum.
 Penggilingan sit
Penggilingan sit dilakukan untuk memisahkan sebagian besar air yang terkandung dalam
gumpalan. Dengan penggilingan permukaan sit akan menjadi semakin besar, sehingga akan
mempercepat pengeringan. Kecepatan penggilingan berbeda-beda antara satu rol dengan rol
lainya, semakin maju maka kecepatan rol berikutnya akan lebih besar kecuali pada rol terakhir
yang berpola, putaran menjadi lebih kecil. Kecepatan giling serta jarak antar celah dapat
memengaruhi hasil gilingan sit. Sit yang mudah sobek dapat disebabkan karena kecepatan maju
yang tidak tepat atau perbedaan celah antara dua celah yang berurutan terlalu besar.

Beberapa faktor kesalahan yang dapat terjadi dalam industri karet antara lain :
 Karet sit yang lembek (tacky), dan molor (memanjang).
Ini dapat disebabkan karena suhu di dalam ruang asap terlalu tinggi. Kemudian bercak –
bercak pada permukaan sit, dapat disebabkan karena kayu bakar yang digunakan mengandung
bahan tar yang tinggi, kondensasi uap air yang mengandung tar, atau dibagian atap ruang asap
yang terbuat dari genting atau seng jatuh pada permukaan karet sit # Warna yang tidak seragam
dapat disebabkan karena kecepatan pengeringan, penggunaan bahan kimia seperti natrium
bisulfit yang tidak merata sehingga warna sit menjadi lebih muda atau pengisian karet sit dalam
rumah asap yang terlalu padat.

 Lapisan tipis berwarna abu-abu cokelat (rustines)


Hal ini dapat disebabkan oleh adanya mikroorganisme pada lembaran karet sebagai akibat
dari penggantungan yang terlalu lama ditempat yang lembab. Dapat juga disebabkan karena
sistem ventilasi yang kurang baik, sehingga jamur dapat tumbuh dengan baik pada ruang yang
suhunya rendah dibawah 40 oC. Oleh sebab itu, suhu harus dinaikkan pada pengeringan hari
pertama dan ventilasi diatur dengan baik .
 Gelembung gas.
Gelembung gas juga dapat terjadi karena kesalahan pada rumah pengasapan. Seperti,
pengeringan yang berlangsung sangat lambat karena suhu rendah, kenaikan suhu yang terlalu
cepat, atau suhu terlalu tinggi lebih dar 60 oC. selain itu pengeringan pada suhu yang terlalu
tinggi juga dapat menyebabkan karet sit menjadi lengket .
 Abu yang melekat di dalam karet sit.
Hal ini dapat disebabkan olah api yang terlalu besar, sehingga abu terbawa oleh asap yang
masuk ke ruang asap.

Sedangkan faktor yang memengaruhi kualitas sit dalam ruang sortasi adalah timbulnya
jamur atau kapang pada permukaan sit. Kapang dapat timbul apabila karet sit tidak segera
disortasi dan dikemas. Ruang sortasi harus bersih dan kering. Bandela-bandela harus disusun
diatas papan kayu dan dalam penyusunannya tidak boleh lebih dari empat susun.

Proses pengolahan limbah dalamindustri karet meliputi 3 bagian diantaranya:


1. Pengolahan secara fisik.

2. Pengolahan secara Kimia

3. Pengolahan secara Biologi.


BAB III
SIMPULAN

A. Simpulan
Setelah mengetahui sejarah dan kandungan dari karet, kita dapat memanfaatkannya
dengan skala yang lebih besar melalui industri. Adapun pengolahan industri tersebut meliputi
:
1. Karet

 Penerimaan Lateks Kebun


 Pengenceran
 Pembekuan
 Penggilingan
 Sortasi

B. Saran
Industri pengolahan karet merupakan salah satu industri yang dalam prosesnya
menghasilkan limbah yang masih sering dipermasalahkan, dan mempunyai konsekuensi dapat
mencemari lingkungan yang ada disekitarnya baik melalui air, tanah dan udara. Oleh karena
itu, dalam industri pengolahan karet selain memperhitungkan keuntunganya, perlu juga
diperhitungkan kerugian yang dapat ditimbulkannya.

DAFTAR PUSTAKA

Zuhra, Cut Fatima. 2006. Karet. Karya Tulis Ilmiah. Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Suseno, Rs. Suwarti.1989. Pedoman Teknis Pengolahan Karet Sit Yang Diasap (Ribbed Smoked Sit).
Balai Penelitian Perkebunan Bogor, Bogor.
Anonim. 1997. Kumpulan Pedoman Pengolahan Karet (Buku I, II, III, IV, V, VI, VII). Tim Standardisasi
Pengolahan Karet. Direktorat Jendral Perkebunan, Jakarta.
Anonim. 2007. Pedoman Penanganan Pasca Panen Karet. Direktorat Jenderal Pengolahan Dan
Pemasaran Hasil Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta.
Anonim, 1996. Teknologi Pengendalian Dampak Lingkungan Industri Penyamakan Kulit, Bapedal,
Jakarta.
Wijayadi Swarnam. 2005. Teknologi Limbah Edisi Spesial. Pusat Pengembangan Teknologi Limbah Cair.
Jakarta.
http://chem-is-try.org//karet/
http://wikipedia.org/wiki/karet
www. google.com
http://wikipedia.org/wiki/kulit

Anda mungkin juga menyukai