Anda di halaman 1dari 10

KARAKTERISTIK MUTU KARET ALAM SIR 20CV MENGGUNAKAN BAHAN

PEMANTAP HIDRAZINE PADA SUHU PENYIMPANAN 60 °C

Quality Characteristics of Natural Rubber SIR 20CV Using Hydrazine as Stabilizing Agent
on Storage Temperature 60 °C

Afrizal Vachlepi dan Didin Suwardin


Balai Penelitian Sembawa – Pusat Penelitian Karet
Jalan Raya Palembang-Betung Km.29 Kotak Pos 1127 Palembang 30001
e-mail: A_Vachlepi@yahoo.com

Diterima: 15 Agustus 2015; Direvisi: 15 September – 30 November 2015; Disetujui: 15 Desember 2015

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari stabilitas karet alam SIR 20CV menggunakan
bahan pemantap hidrazine selama penyimpanan pada suhu 60 °C. Perlakuan pada penelitian ini terdiri dari
dosis penggunaan bahan pemantap (hidrazine 0,1% b/b; 0,2% b/b 0,4% b/b; kontrol HNS dosis 0.15% b/b
dan karet tanpa bahan pemantap/blanko) dan lama penyimpanan (0, 1, 4 dan 7 hari pada suhu 60 °C). Bahan
pemantap diberikan pada karet alam sebelum diproses dalam mesin ekstruder. Karet alam disimpan dalam
oven pada suhu 60 °C sesuai dengan perlakuan lama penyimpanan. Hasil penelitian menunjukkan
penggunaan bahan pemantap mempengaruhi mutu karet alam selama penyimpanan pada suhu 60 °C.
Perlakuan bahan pemantap hidrazine 0,4% b/b menghasilkan karet alam dengan mutu yang stabil/konstan
selama penyimpanan dibandingkan perlakuan lain. Karet alam dengan hidrazine 0,4% b/b memenuhi standar
mutu SIR 20CV sesuai SNI 1903-2011 tentang SIR seperti PRI dan viskositas Mooney. Mutu karet alam yang
menggunakan pemantap hidrazine 0,4 b/b yaitu nilai Po 31-32, PRI 63-74, SVI 1-3 dan ASHT maksimum 4.

Kata kunci : bahan pemantap, karet alam, hidrazine dan penyimpanan

Abstract

The aim of this research was to identify and study the stability of natural rubber SIR 20CV use hydrazine as
stabilizing agent during storage in temperature 60 °C. The treatments of this research consists of a dosage of
stabilizing agent (hydrazine 0.1% weight/weight (w/w); 0.2% w/w; 0.4% w/w; 0.15% w/w HNS as control and
rubber without stabilizing agent/blank) and storage time (0, 1, 4 and 7 days at temperature 60 °C). Stabilizing
agent was given to the natural rubber before being processed in the extruder machine. Natural rubber was
stored in an oven at temperature 60 °C according to the storage time treatment. The results showed that the
use of stabilizing agents affect the quality of natural rubber during storage on temperature 60 °C. Treatment of
hydrazine 0.4 w/w as stabilizing agent produced natural rubber with stable/constant quality during storage
compared to other treatments. Natural rubber use 0.4 b/b hydrazine meet quality standards SIR 20CV in
accordance with SNI No.1903-2011 of SIR such as PRI and Mooney viscosity. The quality of natural rubber
using 0.4 w/w hydrazine as stabilizing agent i.e Po value of 31-32, PRI 63-74, SVI 1-3 and a maximum ASHT
4.

Keywords : stabiling agent, natural rubber, hydrazine and storage

PENDAHULUAN penghematan energi. Salah satu cara


yang dapat dilakukan industri pembuatan
Biaya konsumsi energi dalam ban adalah dengan mengganti bahan
berbagai kegiatan industri termasuk baku karet alam yang digunakan. Pabrik
industri pengolahan karet alam ban membutuhkan karet yang
cenderung meningkat. Beberapa proses viskositasnya mantap atau tidak
yang menggunakan energi cukup besar meningkat selama penyimpanan (Cifriadi
antara lain pengeringan (Tham et al., et al., 2009)
2014 dan Ekphon et al., 2013) dan Kebutuhan pabrik ban ini berdampak
mastikasi pada saat pembuatan kompon pada meningkatnya ekspor karet
(Daik et al., 2007). viskositas mantap Indonesia. Ekspor
Kondisi ini membuat industri karet viskositas mantap Indonesia pada
pengolahan karet termasuk pabrik tahun 2009 mencapai 59,8 ribu ton dan
pembuatan ban berusaha melakukan
! ! " # $ ! #
" # ! % " & '

meningkat menjadi 79,3 ribu ton pada karet viskositas mantap. Bahan pemantap
tahun 2012 (Gapkindo, 2013). hidrazine akan berikatan dengan rantai
Penggunaan karet jenis ini akan poliisoprena karet alam untuk mencegah
mengurangi proses mastikasi yang terbentuknya ikatan silang yang secara
memerlukan energi cukup besar. Energi alami terjadi pada karet alam (Gambar 2).
yang dibutuhkan untuk proses ini sebesar
33-35% dari total energi pada saat
pembuatan kompon (Solichin dan
Immanuel, 1991). Mastikasi merupakan
proses pelunakan karet alam untuk
mempermudah pencampuran dengan
bahan kimia untuk karet (Cifriadi et al.,
2009). Proses mastikasi ini
mengkonsumsi energi yang cukup besar
dan mungkin sangat mahal (Daik et al.,
2007).
Produksi karet SIR 20CV dapat Gambar 2. Mekanisme reaksi hidrogenasi
dilakukan dengan menggunakan bahan oleh hidrazine terhadap rantai
olah karet (bokar) berupa koagulum dari poliisoprena (Rahman et al.,
petani. Proses produksi karet jenis ini 2002)
memerlukan aditif berupa bahan
pemantap (stabilizing agent). Fungsi dari Sebelum diolah untuk pembuatan
bahan pemantap ini adalah untuk kompon dan ban, karet alam terlebih
mencegah terjadinya reaksi ikatan silang dahulu melewati serangkaian proses
yang menyebabkan terjadinya lainnya yang menghabiskan waktu cukup
pengerasan selama proses penyimpanan lama seperti penyimpanan dan
(storage hardening). Reaksi ikatan silang pengangkutan. Penyimpanan umumnya
ini terjadi secara alami yang ditandai dilakukan di pabrik pengolahan karet
dengan kenaikan nilai viskositas Mooney. remah sebelum pengiriman dan di pabrik
Solichin (1995b) menyatakan bahwa ban menunggu proses pengolahan.
mekanisme proses storage hardening Pabrik ban biasanya mempunyai sistem
adalah terjadinya ikatan silang gugus rantai pasok first in first out yaitu bahan
aldehida pada rantai poliisoprena baku yang datang lebih awal akan
(Gambar 1). diproses lebih awal.
Proses pengangkutan karet remah
terjadi dari pabrik karet remah menuju
pabrik ban yang sebagian besar di luar
negeri. Selama proses pengangkutan
tersebut, suhu karet di dalam peti
penyimpanan bisa mencapai 60 °C.
Kondisi ini diduga dapat mempengaruhi
kestabilan mutu karet SIR 20CV selama
proses penyimpanan dan pengangkutan.
Karet alam mentah cenderung mengalami
Gambar 1. Mekanisme reaksi ikatan silang
penyebab terjadinya storage kekerasan secara alami selama proses
hardening pengolahan, pengeringan dan
penyimpanan (Subramaniam, 1984).
Kelompok senyawa hidrazine Penelitian ini bertujuan untuk
merupakan salah satu aditif yang dapat mengetahui dan mempelajari Stabilitas
digunakan sebagai bahan pemantap karet alam SIR 20CV menggunakan
karet alam (Vachlepi et al., 2014). Hasil bahan pemantap hidrazine selama
penelitian Suwardin et al. (2013) penyimpanan pada suhu 60 °C.
menunjukkan bahwa aplikasi senyawa
kelompok hidrazine mempengaruhi mutu
BAHAN DAN METODE Persyaratan mutu SIR 20CV sesuai SNI
dapat dilihat pada Tabel 1.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam Pelaksanaan Penelitian:
penelitian ini adalah karet SIR 20 yang Penelitian ini diawali dengan
diperoleh dari PT. Badja Baru, bahan penyiapan karet remah (SIR 20) sebagai
pemantap berbasis senyawa hidrazine, sampel pembuatan karet SIR 20CV
hidroksilamin netral sulfat (HNS) dan berjumlah sekitar 100 kg. Selanjutnya
P2O5 (di-phosphorus pentaoxide). setiap sampel akan diberikan bahan
Alat yang digunakan adalah mesin pemantap sesuai dengan perlakuan.
ekstruder, gilingan terbuka, plastimeter, Aplikasi bahan pemantap dilakukan pada
Mooney viskometer, oven, dan sampel karet yang telah dikeringkan
timbangan. menggunakan oven dan sebelum masuk
ke dalam mesin ekstruder. Teknik aplikasi
Metode Penelitian bahan pemantap dilakukan dengan cara
Perlakuan yang diberikan pada menuangkan atau menyiramkan larutan
penelitian ini terdiri dari dosis bahan pemantap ke sampel karet.
penggunaan bahan pemantap dan lama Khusus bahan pemantap HNS terlebih
penyimpanan. Dosis penggunaan bahan dahulu dibuat dalam bentuk larutan
pemantap terdiri atas hidrazine 0,1% berkonsentrasi 30%.
berat/berat (b/b); 0,2% b/b; 0,4% b/b; dan Sampel karet yang sudah diberikan
kontrol berupa HNS dengan dosis 0.15% bahan pemantap diproses menggunakan
b/b dan karet tanpa bahan pemantap serangkaian mesin ekstruder. Dalam
(blanko). Lama penyimpanan sampel mesin ekstruder akan terjadi proses
karet remah yaitu 1, 4 dan 7 hari pada pencampuran sampel karet dan bahan
suhu 60 °C dan tanpa penyimpanan (0 pemantap.
hari). Parameter mutu yang diamati Sampel karet SIR 20CV yang
berupa plastisitas awal (Po), indeks berjumlah 100 kg kemudian dipisahkan
ketahanan plastisitas (plastisity retention menjadi 4 (empat) bagian masing-masing
index/PRI), viskositas Mooney, indeks 25 kg. Setiap bagian sampel selanjutnya
kestabilan viskositas (stability viscosity diambil hanya sekitar 500 gram untuk
index/SVI) dan pengujian kekerasan karet disimpan dalam oven yang sudah diatur
selama penyimpanan (accelerated suhunya sekitar 60 °C. Waktu
storage hardening test/ASHT). PRI penyimpanan sampel dilakukan sesuai
adalah suatu ukuran ketahanan karet dengan perlakuan lama penyimpanan (0,
alam terhadap pengusangan (oksidasi) 1, 4 dan 7 hari). Diagram alir pembuatan
pada suhu tinggi. SIR 20CV pada penelitian ini disajikan
pada Gambar 3.
Tabel 1. Spesikasi mutu karet SIR 20CV Setiap sampel karet selanjutnya
berdasarkan SNI 1903-2011. diambil berdasarkan perlakuan lama
SIR penyimpanan untuk dianalisa parameter
Jenis uji / Karakteristik Satuan
20 CV mutunya berupa Po, PRI dan viskositas
Kadar kotoran (b/b), maks % 0,16 Mooney. Parameter ini sesuai dengan
Kadar abu (b/b), maks % 1,00 persyaratan yang tercantum dalam SNI
PRI, min - 40 1903-2011. Parameter mutu lainnya
Po, min - - berupa SVI dan ASHT. Kedua parameter
Kadar nitrogen (b/b), maks % 0,60 ini menjadi indikator dalam melihat
Viskositas Mooney - 55-67 kestabilan viskositas karet alam selama
Sumber : Badan Standarisasi Nasional (2011) penyimpanan, terutama ASHT (Cifriadi et
al., 2009). Walaupun tidak tercantum di
Mutu karet SIR 20CV yang dihasilkan SNI, kestabilan viskositas karet alam ini
akan dibandingkan dengan standar mutu penting untuk melihat perubahan
yang tercantum dalam Standar Nasional viskositas selama penyimpanan. Hasil
Indonesia (SNI) 1903-2011 tentang analisa mutu karet selanjutnya
Standard Indonesian Rubber (SIR).
! ! " # $ ! #
" # ! % " & '

dideskripsikan sesuai dengan tanpa diberikan bahan pemantap


persyaratan yang tercantum dalam SNI. (blanko). Nilai Po karet alam blanko
selama penyimpanan berkisar 33-37.
Perlakuan penggunaan bahan pemantap
baik hidrazine maupun HNS menurunkan
nilai Po karet alam. Hal ini dapat dilihat
dari nilai Po karet alam untuk semua
perlakuan bahan pemantap umumnya
lebih rendah dibandingkan blanko. Nilai
Po karet alam yang menggunakan HNS
sebagai pemantap sekitar 32-34. Karet
alam dengan perlakuan hidrazine
mempunyai nilai Po lebih rendah
dibandingkan HNS yaitu sebesar 31-34
(hidrazine 0,1% b/b), 30-32 (0,2% b/b)
dan 31-32 (0,4% b/b). Hasil ini
menunjukkan bahwa adanya bahan
pemantap dalam karet alam berpengaruh
terhadap nilai Po.
Solichin dan Setiadi (1992)
Gambar 3. Diagram alir pembuatan karet menyatakan bahwa pemberian HNS
SIR 20CV secara nyata menurunkan nilai Po
dibandingkan dengan tanpa HNS
HASIL DAN PEMBAHASAN (blanko). Rendahnya nilai Po karet
perlakuan dengan berbagai bahan
Plastisitas Karet Alam pemantap baik hidrazine maupun HNS ini
Hasil analisa plastisitas awal (Po) terjadi karena kedua bahan pemantap
karet alam dari berbagai perlakuan tersebut mampu mencegah terbentuknya
ditampilkan pada Gambar 4. Sedangkan mikrogel, yaitu ikatan di dalam individu
hasil analisa plasticity retention index partikel karet (intra particle crosslink).
(PRI) dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 4. Nilai Po karet dengan berbagai


Gambar 5. Nilai PRI karet SIR 20CV dengan
perlakuan
berbagai bahan pemantap
selama penyimpanan
Plastisitas karet alam setiap
perlakuan secara umum mengalami Dari mikrogel tersebut terjadi ikatan
penurunan setelah penyimpanan 1 hari. silang lebih lanjut yang disebut makrogel.
Nilai Po karet alam semua perlakuan Dengan tidak terbentuknya mikrogel dan
meningkat setelah dilakukan proses makrogel berakibat pada rendahnya nilai
penyimpanan. Po. Parameter Po karet alam sebagian
Seperti terlihat pada Gambar 4, nilai dipengaruhi oleh pembentukan mikrogel
Po tertinggi dihasilkan oleh karet alam dan makrogel. Berdasarkan Gambar 5
diketahui bahwa secara umum nilai PRI tinggi menunjukkan bahwa karet alam
karet dipengaruhi lama penyimpanan. tahan terhadap suhu tinggi.
Kondisi lingkungan (suhu, pH, dan
oksigen dalam udara) selama Viskositas Mooney
penyimpanan yang mempengaruhi Viskositas Mooney karet alam SIR
sensibilitas karet alam terhadap oksidasi 20CV dengan berbagai perlakuan bahan
suhu tinggi. pemantap dan karet blanko disajikan
Faktor tersebut terjadi juga karena pada Gambar 6.
adanya perubahan keseimbangan antara
senyawa antioksidan (protein, asam
amino, tocotrieniols) dan pro-oksidan
(asam lemak bebas tak jenuh dan ion
logam bebas) dalam karet alam (Intapun
et al., 2009). Faktor utama yang
mempengaruhi nilai PRI adalah
pertimbangan antara pro-oksidan dan
antioksidan dalam karet (Solichin, 1991).
Adanya senyawa antioksidan dan pro-
oksidan akan mencegah terjadinya
proses oksidasi pada karet alam. Oleh
karena itulah parameter PRI ini dilakukan
kaitannya untuk mengetahui tingkat
sensitivitas karet alam terhadap oksidasi Gambar 6. Viskositas Mooney karet SIR
suhu tinggi. 20CV dengan berbagai
Hasil analisa menunjukkan bahwa perlakuan
perlakuan penambahan aditif tidak
berpengaruh terhadap Nilai PRI. Hal ini Seperti terlihat pada Gambar 6
terjadi karena hidrazine tidak mempunyai diketahui bahwa viskositas karet alam
fungsi yang mampu mencegah terjadinya semua perlakuan cukup bervariasi.
oksidasi yang disebabkan oleh suhu Viskositas yang bervariasi tersebut
tinggi terhadap karet alam seperti halnya disebabkan adanya perbedaan panjang
antioksidan. rantai molekul karet alam. Rahman et al.
Secara umum, nilai PRI karet semua (2002) menyatakan bahwa bobot molekul
perlakuan memenuhi persyaratan mutu karet alam berkisar 1-2 juta dan
sebagai karet SIR 20CV sesuai dengan mengandung ikatan tidak jenuh sekitar
SNI 1903-2011 tentang Standard 15.000 – 20.000 pada rantainya.
Indonesian Rubber (SIR). Dalam SNI Viskositas karet mentah sendiri
tersebut, persyaratan nilai PRI untuk SIR dinyatakan sebagai mooney yang
20CV minimal 40. Nilai PRI untuk menunjukkan panjangnya rantai molekul
perlakuan hidrazine 0,1% b/b berkisar atau berat molekul dan derajat
antara 67-74. Karet dengan hidrazine pengikatan silang rantai molekulnya.
0,2% b/b dan 0,4% b/b berturut-turut Sebelum dilakukan penyimpanan (0
adalah 66-80 dan 63-74. Sedangkan hari), viskositas karet SIR 20CV yang
karet dengan bahan pemantap HNS diberi perlakuan hidrazine dengan dosis
sekitar 68-78 dan karet blanko 71-81. 0,1% b/b dan 0,2% b/b memenuhi
Nilai PRI diukur dari besarnya standar mutu SNI 1903-2011 yaitu sekitar
keliatan karet mentah yang masih 55-67. Hal ini disebabkan pada awal
tertinggal apabila sampel tersebut penyimpanan (0 hari) belum terjadi ikatan
dipanaskan selama 30 menit pada suhu silang antar partikel karet alam.
140 OC. Nilai PRI adalah persentase Tetapi selama proses penyimpanan,
keliatan karet sesudah dipanaskan hidrazine dengan dosis 0,1% b/b dan
dibandingkan dengan keliatan sebelum 0,2% b/b belum optimal mencegah
dipanaskan dan ditentukan dengan alat terjadinya ikatan silang antar partikel
Wallace Plastimeter. Nilai PRI yang karet alam. Hal ini dapat dilihat dari
meningkatnya viskositas karet alam
! ! " # $ ! #
" # ! % " & '

tersebut dari 67-81 untuk hidrazine dosis SIR 20CV adalah indeks kestabilan
0,1% b/b dan 66-71 pada perlakuan viskositas (SVI). Hasil analisa SVI karet
hidrazine 0,2% b/b. Selama SIR 20CV ditampilkan Gambar 7.
penyimpanan, viskositas karet mengalami Berdasarkan hasil analisa tersebut,
kenaikan secara spontan dan irreversible diketahui bahwa dosis penggunaan aditif
sehingga karet menjadi lebih keras. hidrazine dan lama penyimpanan
Fenomena pengerasan ini dipercepat berpengaruh terhadap nilai SVI karet
oleh penyimpanan karet pada kondisi alam. Nilai SVI karet alam dengan bahan
kering dan suhu tinggi (Subramaniam, pemantap hidrazine 0,1% b/b, hidrazine
1984). Solichin (1991) menyatakan 0,2% b/b, HNS dan blanko terus
bahwa waktu penyimpanan mengalami peningkatan selama proses
mempengaruhi viskositas mooney dari penyimpanan. Nilai SVI terbesar
karet alam. dihasilkan karet alam blanko (tanpa
Kondisi berbeda terjadi pada karet penambahan bahan pemantap) yaitu
SIR 20CV yang menggunakan bahan mencapai 25 setelah disimpan 7 hari.
pemantap hidrazine dengan dosis 0,4% Solichin (1995a)
b/b. Apabila diawal proses (0 hari) Data ini menunjukkan bahwa terjadi
viskositasnya cukup tinggi yaitu sekitar perubahan viskositas karet alam selama
71. Tetapi selama proses penyimpanan penyimpanan. Perubahan viskositas karet
viskositas karet tersebut mengalami alam terjadi secara alami. Proses
penurunan menjadi 64 dan memenuhi pengerasan ini terjadi karena
syarat mutu SIR 20CV sesuai SNI 1903- terbentuknya ikatan silang antar molekul
2011. Fenomena ini terjadi karena reaksi karet yang disebabkan oleh reaksi
penjenuhan ikatan rangkap melalui reaksi kondensasi gugus aldehida yang terdapat
hidrogenasi yang dilakukan oleh hidrazine secara alami dalam molekul karet dan
sudah terjadi. Senyawa hidrazine kemungkinan adanya sejumlah kecil
berfungsi sebagai pendonor gugus gugus peroksida di dalam karet (Solichin,
hidrogen yang dapat mereduksi ikatan 1995). Hasil penelitian Rahman et al.
rangkap molekul karet alam menjadi (2002) mengungkapkan bahwa senyawa
ikatan tunggal (jenuh) (Rahman et al., peroksida, dalam hal ini hidrogen
2009). peroksida, dapat berfungsi sebagai
Turunnya nilai viskositas ini pembentuk radikal bebas yang akan
menunjukkan bahwa hidrazine dengan mempercepat reaksi ikatan silang.
dosis 0,4% b/b mampu mencegah
terjadinya ikatan silang antar partikel
karet. Ikatan rangkap yang terdapat di
karet alam sudah bereaksi dengan
hidrazine menjadi ikatan tungggal.
Penurunan nilai viskositas Mooney ini
juga terjadi karena berkurangnya
pembentukan mikrogel dan makrogel
(Suparto dan Alfa, 1998). Viskositas
Mooney biasanya digunakan juga
sebagai indikator teknologi untuk
mengetahui karakterisasi partikel karet
ditinjau dari kemampuannya saat
pemrosesan lebih lanjut, termasuk pada
saat pembuatan kompon (Zheleva, 2013).
Gambar 7. Viskositas Mooney karet SIR
Indeks Kestabilan Viskositas (stability 20CV dengan berbagai
viscosity index/SVI) perlakuan
Parameter mutu lain yang dapat
digunakan sebagai standar dalam Seperti terlihat pada Gambar 7,
menentukan kestabilan viskositas karet perlakuan dengan dosis hidrazine 0,4%
b/b mempunyai nilai SVI yang rendah dan
tidak mengalami perubahan yang terlalu ditambahkan bahan aditif (hidrazine dan
signifikan dibandingkan awal HNS) lebih rendah dibandingkan blanko.
penyimpanan (0 hari). Pada 1 hari setelah Nilai ASHT karet alam yang
penyimpanan nilai SVI perlakuan 0,4% menggunakan hidrazine sebagai aditif
b/b hanya 3. Nilai ini terus menurun berkisar 0-4 dan yang menggunakan
menjadi 2 dan 1, setelah 4 dan 7 hari HNS berkisar 1-5. Cifriadi et al. (2009)
penyimpanan pada suhu 60 °C. menyatakan bahwa karet alam memiliki
Hasil analisa ini mengindikasikan sifat viskositas mantap (CV) apabila
bahwa pada dosis 0,4% b/b hidrazine memiliki nilai ASHT lebih kecil atau sama
mampu mencegah terjadinya pengerasan dengan 8. Angka tersebut juga sesuai
viskositas karet alam yang terjadi secara dengan standar mutu SNI 06-1903-2000
alami. Hidrazine yang ditambahkan akan tentang SIR yang mensyaratkan karet
menyumbangkan H2 dimana hidrazine alam viskositas mantap (SIR CV) harus
berubah menjadi diamida yang kemudian mempunyai nilai ASHT maksimum 8
bereaksi secara in situ dengan gugus (Badan Standardisasi Nasional, 2000).
C=C pada rantai isoprena sehingga
terjadi penjenuhan ikatan rangkap
menjadi ikatan tunggal (Rahman et al.,
2002).
Dengan berubahnya ikatan rangkap
(double bond) menjadi ikatan tunggal
yang jenuh, reaksi ikatan silang antar
partikel karet tidak terjadi sehingga
viskositas karet alam tidak berubah. Nilai
SVI yang rendah mengindikasikan bahwa
viskositas karet alam konstan. Sesuai
dengan jenis mutunya, karet SIR CV
(constant viscosity/viskositas konstan)
harus memiliki viskositas yang konstan
atau stabil yang dicerminkan nilai SVI Gambar 8. Nilai ASHT karet pada berbagai
yang rendah. perlakuan

ASHT Dengan demikian baik hidrazine


Parameter mutu lainnya yang dapat maupun HNS dapat menghasilkan karet
digunakan sebagai standar penentuan viskositas mantap. Sedangkan karet alam
mutu karet CV adalah pengujian blanko tidak dapat dikategorikan karet
kekerasan karet selama penyimpanan viskositas mantap karena nilai ASHT-nya
(accelerated storage hardening sekitar 6-10. Data analisa ini
test/ASHT). Hasil analisa menunjukkan menunjukkan bahwa adanya bahan aditif
bahwa nilai ASHT karet alam dipengaruhi pada karet alam, baik hidrazine maupun
lama penyimpanan dan dosis HNS, mampu mencegah terjadinya ikatan
penggunaan bahan aditif. silang antara partikel karet yang
Nilai ASHT semua perlakuan menyebabkan pengerasan. Hal ini sesuai
mengalami peningkatan dibandingkan dengan fungsi yang memang diharapkan
awal penyimpanan (0 hari). Peningkatan dari penambahan aditif pada karet alam.
nilai ASHT selama penyimpanan ini juga
disebabkan adanya ikatan silang yang KESIMPULAN DAN SARAN
terjadi secara alami pada karet alam.
Pada analisa ASHT, reaksi ikatan silang Penggunaan bahan pemantap
pada karet alam dipercepat dengan mempengaruhi mutu karet alam selama
menggunakan bahan kimia berupa di- penyimpanan pada suhu 60 °C.
phosphorous pentaoxide (P2O5) (Solichin, Perlakuan bahan pemantap hidrazine
1995a). 0,4% b/b menghasilkan karet alam
Pada perlakuan penggunaan bahan dengan mutu yang stabil/konstan selama
aditif, semua karet alam yang penyimpanan dibandingkan perlakuan
! ! " # $ ! #
" # ! % " & '

lain. Karet alam dengan hidrazine 0,4% Vaysse, L. (2009). Characteristics of


b/b memenuhi standar mutu SIR 20CV natural rubber cup coagula maturation
sesuai SNI 1903-2011 tentang SIR conditions and consequences on dry
seperti PRI dan viskositas Mooney. Mutu rubber properties. Journal of Rubber
Research, Vol. 12 (4), 171-184.
karet alam yang menggunakan pemantap
Rahman, N., Nugraheni, D.I., dan Febriyanti,
hidrazine 0,4 b/b yaitu nilai Po 31-32, PRI L. (2002). Reaksi penjenuhan ikatan
63-74, SVI 1-3 dan ASHT maksimum 4. rangkap karet alam dalam fasa lateks
Penelitian ini disarankan dilakukan pekat. Jurnal Penelitian Karet, Vol.20
dalam skala yang lebih besar (skala (1-3), 1-10.
pabrik) untuk mendapatkan informasi Solichin, M. (1991). Faktor-faktor yang
mengenai proses produksi skala mempengaruhi viskositas Mooney
komersial dan perhitungan ekonomis dalam pengolahan SIR 3 CV. Lateks.
penggunaan hidrazine dalam pembuatan Pusat Penelitian Perkebunan
karet alam SIR 20 CV. Sembawa.
Solichin, M dan Immanuel, V. (1991). Kajian
pembuatan sit angin yang
UCAPAN TERIMA KASIH viskositasnya dimantapkan. Buletin
Perkaretan, Vol.7 (2), 94-100.
Pada kesempatan ini penulis Solichin, M dan Setiadi, T. (1992). Pengaruh
mengucapkan terima kasih kepada PT. penambahan hidroksilamin netral sulfat
Badja Baru yang sudah memfasilitasi dan Lama pemeraman terhadap mutu
pelaksanaan kegiatan penelitian ini dan lum mangkok. Buletin Perkebunan
juga kepada Balai Penelitian Sembawa Rakyat, Vol.8 (1), 17-26.
yang sudah memberikan izin publikasi Solichin, M. (1995a). Tinjauan tentang
makalah ini di Jurnal Dinamika Penelitian viskositas Mooney karet alam dalam
hubungannya dengan pengolahan
Industri.
karet viskositas mantap. Warta
Perkaretan, Vol.14 (3), 174-185.
DAFTAR PUSTAKA Solichin, M. (1995b). Pemantapan viskositas
Mooney karet alam dengan natrium
Badan Standarisasi Nasional. (2000). SNI fenolat, natrium metabisulfit dan
06-1903-2000 : Standard Indonesian asetaldehida. Tesis, Program Studi
Rubber (SIR). Jakarta. Teknologi Hasil Perkebunan. Program
Badan Standarisasi Nasional. (2011). SNI Pasca Sarjana Universitas Gadjah
1903-2011 : Karet spesifikasi teknis. Mada. Yogyakarta.
ICS 83.080.20. Jakarta. Subramaniam, S. (1984). Mooney viscosity of
Cifriadi, A., Fathurrohman, M.I., Syamsu, Y., raw rubber material. Planters bulletin.
Tedjaputra, N., dan Budianto, E. September 1984 No.180. Rubber
(2009). Proses pembuatan karet Research Institute of Malaysia, 104-
viskositas mantap jenis SIR 20CV pada 112.
fasa padat. Jurnal Penelitian Karet, Suparto, D., dan Alfa, A.A. (1998). Pemantap
Vol.27 (2), 77-88. baru untuk pembuatan karet viskositas
Daik, R., Bidol, S., dan Abdullah, I. (2007). mantap. Prosiding Simposium Nasional
Effect of molecular weight on the Polimer II, Bogor, 8 Juli 1998, 239-243.
droplet size and rheological properties Suwardin, A., Purbaya, M., Vachlepi, A., dan
of liquid natural rubber. Malaysian Hanifarianty, S. (2013). Experimental
Polymer Journal, Vol.2 (1), 29-38. report : effect of raw rubber material,
Ekphon, A., Ninchuewong, T., Tirawanichakul, temperature and ORA treatments on
S., dan Tirawanichakul, Y. (2013). rubber properties. Sembawa Research
Drying model, shrinkage and energy Center – Indonesian Rubber Research
consumption evaluation of air dried Institute and Otsuka Chemical
sheet rubber drying system for small Company Limited Japan.
enterprise. Advanced Materials Tham, T.C., Hii, C.L., Ong, S.P., Chin, N.Y.,
Research, Vol.622-623, 1135-1139. Abdullah, L.C., dan Law, C.L. (2014).
Gapkindo. (2013). Buletin karet Maret 2013. Technical review on crumb rubber
No.3, th XXXV. ISSN 0216-9908. drying process and the potential of
Jakarta. advanced drying technique. Agriculture
Intapun, J., Saint-Beuve, J., Bonfils, F., and Agricultural Science Procedia 2.
Tanrattanakul, V., Dubreuqe, E., dan
Diakses pada tanggal 19 Oktober 2015
dari www.sciencedirect.com, 26-32.
Vachlepi, A., Suwardin, D., Purbaya, M., dan
Hanifarianty, S. (2014). Application of
hydrazine compound to produce
constant viscosity rubber. Majalah
Polimer Indonesia, Vol.17 (1), 1-5.
Zheleva, D. (2013). An attempt for correlation
between Mooney viscosity and
rheological properties of filled rubber
compounds. Journal of Chemical
Technology and Mettalurgy, Vol.38 (3),
241-246.
(

Anda mungkin juga menyukai