DISUSUN OLEH :
NAMA : MHD MULADI
NIM : 18 01 111
JURUSAN : TEKNIK KIMIA
B. Jenis-Jenis Destilasi
Ada 4 jenis distilasi yang akan dibahas disini, yaitu distilasi sederhana, distilasi
fraksionasi, distilasi uap, dan distilasi vakum. Selain itu ada pula distilasi ekstraktif dan
distilasi azeotropic homogenous, distilasi dengan menggunakan garam berion, distilasi
pressure-swing, serta distilasi reaktif.
1. Distilasi Sederhana
Pada distilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik didih yang jauh
atau dengan salah satu komponen bersifat volatil. Jika campuran dipanaskan maka
komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu. Selain perbedaan titik
didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas.
Distilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer. Aplikasi distilasi sederhana digunakan untuk
memisahkan campuran air dan alkohol.
2. Distilasi Fraksionisasi
Fungsi distilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen cair, dua atau
lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Distilasi ini juga dapat
digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik didih kurang dari 20 °C dan bekerja pada
tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah. Aplikasi dari distilasi jenis ini digunakan
pada industri minyak mentah, untuk memisahkan komponen-komponen dalam minyak
mentah.
Perbedaan distilasi fraksionasi dan distilasi sederhana adalah adanya kolom
fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu yang berbeda-
beda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk pemurnian
distilat yang lebih dari plat-plat di bawahnya. Semakin ke atas, semakin tidak volatil
cairannya.
3. Distilasi Uap
Distilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki titik didih
mencapai 200 °C atau lebih. Distilasi uap dapat menguapkan senyawa-senyawa ini dengan
suhu mendekati 100 °C dalam tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau air
mendidih. Sifat yang fundamental dari distilasi uap adalah dapat mendistilasi campuran
senyawa di bawah titik didih dari masing-masing senyawa campurannya. Selain itu distilasi
uap dapat digunakan untuk campuran yang tidak larut dalam air di semua temperatur, tapi
dapat didistilasi dengan air. Aplikasi dari distilasi uap adalah untuk mengekstrak beberapa
produk alam seperti minyak eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrus dari lemon atau jeruk,
dan untuk ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan.
Campuran dipanaskan melalui uap air yang dialirkan ke dalam campuran dan
mungkin ditambah juga dengan pemanasan. Uap dari campuran akan naik ke atas menuju ke
kondensor dan akhirnya masuk ke labu distilat.
4. Distilasi Vakum
Distilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin didistilasi tidak stabil,
dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum atau mendekati titik didihnya atau
campuran yang memiliki titik didih di atas 150 °C. Metode distilasi ini tidak dapat digunakan
pada pelarut dengan titik didih yang rendah jika kondensornya menggunakan air dingin,
karena komponen yang menguap tidak dapat dikondensasi oleh air. Untuk mengurangi
tekanan digunakan pompa vakum atau aspirator. Aspirator berfungsi sebagai penurun
tekanan pada sistem distilasi ini.
C. Larutan Azeotrop
Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih komponen yang memiliki titik didih
yang konstan. Azeotrop dapat menjadi gangguan yang menyebabkan hasil distilasi menjadi
tidak maksimal. Komposisi dari azeotrope tetap konstan dalam pemberian atau
penambahan tekanan. Akan tetapi ketika tekanan total berubah, kedua titik didih dan
komposisi dari azeotrop berubah. Sebagai akibatnya, azeotrop bukanlah komponen tetap,
yang komposisinya harus selalu konstan dalam interval suhu dan tekanan, tetapi lebih ke
campuran yang dihasilkan dari saling memengaruhi dalam kekuatan intramolekuler dalam
larutan.
Azeotrop dapat didistilasi dengan menggunakan tambahan pelarut tertentu,
misalnya penambahan benzena atau toluena untuk memisahkan air. Air dan pelarut akan
ditangkap oleh penangkap Dean-Stark. Air akan tetap tinggal di dasar penangkap dan pelarut
akan kembali ke campuran dan memisahkan air lagi. Campuran azeotrop merupakan
penyimpangan dari hukum Raoult.
D. Efektifitas Distilasi
Secara teori, hasil distilasi dapat mencapai 100% dengan cara menurunkan tekanan
hingga 1/10 tekanan atmosfer. Dapat pula dengan menggunakan distilasi azeotrop yang
menggunakan penambahan pelarut organik dan dua distilasi tambahan, dan dengan
menggunakan penggunaan cornmeal yang dapat menyerap air baik dalam bentuk cair atau
uap pada kolom terakhir. Namun, secara praktek tidak ada distilasi yang mencapai 100%.
1.3.2 Alkohol
Alkohol atau sering disebut dengan etanol dalam kehidupan sehari-hari dikenal sebagai
pelarut, bahan antiseptik dan bahan bakar alternatif pengganti bensin. Alkohol komersial
diperoleh dari destilasi yang hanya menghasilkan 95% etanol karena etanol dan air dapat
membentuk azeotrop yang mendidih pada temperatur 78,1°C [3], sedangkan kemurnian
etanol sebagai bahan bakar harus 99% [1].
Teknik pemisahan alkohol yang biasa digunakan adalah destilasi, pervaporasi dengan
membran dan adsorpsi. Beberapa metoda destilasi yang telah dikembangkan adalah destilasi
azeotrop, destilasi reaktif dan destilasi ekstraktif. Pada dasarnya prinsip ketiga metoda
destilasi tersebut sama, yaitu menggunakan entrainer atau zat pemisah. Destilasi azeotrop
etanol-air dengan penambahan toluena akan membentuk 3 campuran azeotrop, yaitu etanol-
air, etanol-toluena dan air-toluena. Ravagnani dkk. [4] telah melakukan produksi etanol
anhidrat dengan destilasi ekstraktif menggunakan etilen-glikol dan tetraetilen-glikol diperoleh
kadar etanol berturut-turut adalah 99,08% dan 99,14%.
Proses adsorpsi pada pemurnian alkohol dapat dilakukan secara tunggal dan bisa juga
merupakan kelanjutan dari destilasi. Pengambilan bioetanol hasil fermentasi dengan metoda
adsorpsi hidrofob diperoleh adsorben yang paling baik menyerap etanol adalah magnesium
silikat. Pemisahan komponen tertentu dari larutan dengan metoda adsorpsi telah dilakukan
Zhang dkk. [5] yang menunjukkan bahwa lebih dari 95,6% vanillin dapat teradsorp dari
larutan berair menggunakan adsorben polimer makropori yang telah dilakukan crosslinking
dengan polistirena. Adsorben polimer juga digunakan untuk memisahkan benzalkonium
klorida dari air diperoleh persentase benzalkonium klorida sebesar 98,9% [6]. Biazon dkk. [7]
menggunakan adsorben silika yang dikombinasikan dengan SPME (Solid Phase
Microextraction) dalam ekstraksi bir.
Teknik lain yang dapat dijadikan solusi efektif pemisahan alkohol adalah destilasi adsorptif,
yaitu metoda destilasi dan adsorpsi dilakukan secara simultan. Salah satu aplikasi destilasi
adsorptif adalah pengambilan air dari sistem isopropil alkohol-air yang dilakukan oleh
Mujiburohman dkk. [8] diperoleh kemurnian isopropil alkohol sebesar 99,5%.
Adsorben merupakan bahan berpori yang digunakan untuk menyerap komponen dari
campuran yang akan dipisahkan. Berdasarkan sifatnya terhadap air, adsorben dibagi menjadi
2, yaitu adsorben hidrofob dan hidrofil. Zeolit alam dan silika gel merupakan adsorben
hidrofil karena mempunyai kemampuan menyerap air [9]
Ciu Bekonang merupakan minuman tradisional khas Solo hasil fermentasi tetes tebu, yang
menghasilkan etanol dan karbondioksida dengan kadar etanol ±30% [10]. Kadar etanol yang
masih rendah tersebut menyebabkan Ciu Bekonang belum dimanfaatkan dengan baik, hanya
digunakan sebagai minuman keras sementara kebutuhan alkohol di Indonesia sangat besar.
BAB II
METODE PENELITIAN
Alat & Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat destilasi, seperangkat alat
kromatografi gas HP 5890, ayakan lolos 80 mesh, oven WTB Binder, gelas beaker, gelas
ukur, erlenmeyer, corong gelas, pipet tetes, botol sampel, gelas arloji, spatula, neraca analitik
Kern 870. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ciu Bekonang, etanol p.a.,
silika gel, zeolit alam Bayat Klaten, kertas saring, akuades.
Destilat I Destilat II
I 76%
II 73,98%
Berdasarkan Tabel 2 proses destilasi adsorptif dengan zeolit alam diperoleh kadar destilat I
lebih tinggi daripada destilat II. Hal ini disebabkan karena zeolit alam yang digunakan
sebagai adsorben mengalami kejenuhan, sehingga kemampuan zeolit alam untuk
mengadsorpsi air pada destilat II menjadi berkurang. Kadar etanol tertinggi yang diperoleh
dari destilasi adsorptif Ciu Bekonang dengan zeolit alam sebagai adsorben adalah 76%.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Destilasi adsorptif dengan menggunakan silika gel dan zeolit alam
sebagai adsorben mampu meningkatkan kadar etanol dalam Ciu Bekonang dari
28,94% menjadi 91,61% dan 76%. Kemurnian etanol tertinggi yang diperoleh dari
destilasi adsorptif Ciu Bekonang dengan silika gel dan zeolit alam sebagai adsorben
berturut-turut adalah 91,61% dan 76%. Penggunaan silika gel sebagai adsorben lebih
efektif dan selektif menyerap air daripada zeolit alam.
4.2 Saran
Sebaiknya digunakan sampel yang berbeda untuk melakukan percobaan agar
didapatkan hasil yang bervariasi
DAFTAR PUSTAKA