Pemanenan Getah Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) dan Penentuan Kadar Karet
Kering (KKK) dengan Variasi Temperatur Pengovenan di PT. Djambi Waras Jujuhan
Kabupaten Bungo, Jambi
Abstract
Rubber tree (Hevea brasiliensis Muell.Arg) is one of the prime commodities in Indonesia for export and
domestic demand and industrial raw material purposes. The quality of raw rubber material which is
exported to abroad is determined through the harvesting process and also postharves processing material
rubber. The good quality of rubber must be exempted from water contaminants or from other
contaminant. The quality of rubber can be determined by analysis of Rubber’s Dry Content. The perpose
of this research is to analyze the condition Rubber’ Dry Content with temperatur of 150 oC, 160oC and
170oC in PT Djambi Waras Jujuhan. The observation result of the physical treatment shows in the
influence of temperatur toward Rubber’s Dry Content. Tempereture of 160 oC shows ripennes and the
best physical structure and also has Rubber’s Dry Content appropriate with the standard than two others
temperature.
Keyword : Rubber tree (Hevea brasiliensis Muell.Arg), temperature, Rubber’s Dry Content
Abstrak
Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) merupakan salah satu komoditas utama di Indonesia untuk ekspor
maupun untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sebagai bahan baku keperluan industri. Mutu bahan
baku karet yang diekspor ke luar negeri sangat ditentukan melalui proses pemanenan serta pengolahan
pasca panen bahan olah karet. Kualitas karet yang baik harus terbebas dari kontaminan air maupun
kontaminan lainnya. Kualitas karet dapat ditentukan dengan cara analisis Kadar Karet Kering (KKK).
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis keadaan Kadar Karet Kering (KKK) dengan temperatur
1500C, 1600C, dan 1700C di PT.Djambi Waras Jujuhan. Hasil pengamatan bentuk fisik perlakuan
menunjukkan adanya pengaruh temperatur terhadap Kadar Karet Kering (KKK). Temperatur 160 0C
menunjukkan pematangan dan bentuk fisik terbaik serta memiliki Kadar Karet Kering sesuai standar
dibanding dua temperatur yang lain.
Kata kunci : Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell.Arg), temperatur, kadar karet kering (KKK)
1 64
Pemanenan Getah Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg)
Dewi Pusari, Sri Haryanti 64 - 74
merupakan suatu tantangan yang besar oven, neraca analitik, timbangan getah,
bagi Indonesia. Mutu bahan baku karet plastik sampel, camera. Bahan yang
yang diekspor ke luar negeri sangat digunakan dalam kerja praktik ini adalah
ditentukan oleh perawatan dari kebun Bahan Olah Karet bentuk slab dan lump.
hingga penanganan panen dan pasca panen Metode dan Cara Kerja Penelitian
bahan olah karet. Salah satu yang Metode penelitian dilakukan dalam
menyebabkan kurang maksimal kualitas praktik lapangan ini dan studi pustaka
getah karena masih adanya kandungan air sebagai reverensinya. Metode kerja
dalam getah dan perlu penangan yang langsung penelitian dilaksanakan di
tepat. Demi menjaga kualitas bahan olah Laboratorium PT. Djambi Waras Jujuhan
karet yang terhindar dari berbagai untuk memperoleh data. Studi pustaka
kontaminan baik air ataupun kontaminan dilakukan dengan mencari data atau
yang lain maka perlu adanya penelitian keterangan dari reverensi dan digunakan
mengenai penentuan kadar karet kering untuk membandingkan hasil penelitian
dengan berbagai perlakuan temperatur agar yang dilakukan.
diperoleh bahan olah karet yang bagus Cara kerja penelitian dilakukan
sehingga produksi karet Indoneia terus sbb:
meningkat. Peningkatan kualitas produksi 1. Pengamatan teknik pemanenan serta
getah karet juga perlu dilakukan suatu pengambilan secara acak (random)
teknik pemanenan getah karet yang benar tiga sampel dengan masing – masing
agar diperoleh produksi karet yang baik tiga pengulangan dari gulungan getah
dan bermutu tinggi. karet yang sudah digiling dan
ditimbang.
METODOLOGI 2. Sampel dibawa ke laboratorium
Penelitian dilakukan di kemudian di oven dengan temperatur
laboratorium PT. Djambi Waras Jujuhan 1500 C, 1600 C, dan 1700 C dengan
Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi. Waktu estimasi waktu 1,5 jam tiap perlakuan.
kerja praktik dimulai tanggal 1 - 14 3. Sampel ditimbang sebelum dan
Agustus 2012. sesudah dioven.
Alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah mesin penggiling,
3 66
Pemanenan Getah Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg)
Dewi Pusari, Sri Haryanti 64 - 74
harus memperhatikan kematangan karet yang telah disadap. Kandungan getah karet
yang siap disadap atau dipanen. Batang berupa lateks tersimpan didalam pembuluh
karet yang matang sadap memiliki usia 3,5 lateks yang terletak dekat dengan
– 5 tahun pada kondisi lingkungan yang pembuluh floem karena lateks sendiri
mendukung dengan lilit batang 45 cm merupakan produk metabolit sekunder
diukur 100 cm dari pertautan okulasi dan tanaman karet. Penyadapan seharusnya
memiliki ketebalan kulit 6-7 mm. Kondisi membentuk sudut kemiringan 45oC karena
tersebut menunjukkan sel-sel telah matang pada kemiringan tersebut akan terpotong
dan jika disadap tidak langsung mengenai lebih banyak sel-sel yang mengandung
jaringan sklerenkim sehingga dapat lateks sehingga lateks banyak yang
membelah kembali selnya untuk menutup diperoleh, selain itu pada kemiringan
bekas luka sadapnya, juga tidak mengenai tersebut juga akan mempengaruhi laju
kambium karena dapat merusak batang dan mengalirnya lateks pada parit bidang
kondisi tersebut telah optimal penyadapan sehingga meminimalisir
memproduksi lateks sebagai produk pembekuan lateks ditengah parit bidang
metabolitnya. pengirisan yang dapat menghambat laju
Ketebalan penyadapan pada batang lateks mengalir.
juga mempengaruhi kualitas getah karet, Penyadapan pada pagi sebelum
bila terlalu tebal dalam penyadapan, selain matahari naik akan diperoleh getah karet
merusak jaringan tumbuhan juga yang bebas air dari dalam tanaman. Maka
menyebabkan getah tercampur dengan penyadapan yang baik dilakukan pada
cairan yang keluar dari dalam tanaman. pukul 05.00 – 07.30 sebelum matahari
Penyadapan batang karet sebaiknya pada naik, dan tebal penyadapan 2 mm agar
ketebalan 2 mm tetapi tidak sampai tidak merusak kambium dan jaringan yang
mengenai kambium. Kambium yang lain. Menurut Setiawan & Andoko, (2005),
terluka pada saat penyadapan akan mengalirnya lateks dari dalam tanaman
menyebabkan kerusakan kambium, adalah gabungan dari adanya tekanan
menjadi menonjol ke permukaan dan akan turgor dan pengirisan. Tekanan turgor
menghalangi pembelahan sel sekitar tanaman tertinggi terjadi pada pukul 04.00
dengan demikian sel tidak lagi bisa – 08.00, sehingga kegiatan penyadapan
menyatu untuk menutup kembali batang sebaiknya dilakukan pada rentang waktu
5 68
Pemanenan Getah Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg)
Dewi Pusari, Sri Haryanti 64 - 74
tersebut. Biasanya pukul 04.00 suasana dan apabila diolah lebih lanjut dapat
masih gelap, maka penyadapan sebaiknya merusak produk akibat tumbuh jamur.
dilakukan pada pukul 05.00, yakni saat Namun jika kadar karet keringnya ringan
hari sudah terang tetapi tekanan turgor petani mengalami kerugian sedangkan
masih cukup tinggi. Pengambilan lateks pihak pabrik mengalami keuntungan dari
sebaiknya dilakukan pada pukul 08.00 – segi kualitas getah dengan kandungan air
10.00. Sedangkan menurut Kliwon (tanpa didalamnya berkurang dan meminimalisir
tahun), penyadapan sebaiknya dilakukan tumbuhnya jamur atau kontaminan. Maka
jam 05.00 – 07.30 pagi karena jumlah dan untuk mengatasi permasalahan tersebut
kecepatan aliran lateks dipengaruhi oleh diambil jalan tengah yaitu untuk
tekanan turgor sel. Tekanan turgor menentukan harga getah karet dilihat dari
maksimum saat menjelang fajar dan kadar karet kering yang menguntungkan
menurun bila semakin siang. Menurut bagi pihak petani maupun pihak pabrik.
Suwarto (2010), waktu penyadapan Penentuan kadar karet kering yang tepat
dianjurkan ketika matahari belum tinggi dapat dilakukan dengan analisis perlakuan
atau pagi hari antara pukul 05.00 – 06.00. temperatur pengovenan agar diperoleh
Adapun pengumpulan lateksnya dilakukan kadar karet kering yang sesuai dan tidak
antara pukul 08.00 – 10.00. merugikan kedua belah pihak.
Proses penentuan kadar karet
Penentuan Kadar Karet Kering kering yang dilakukan dalam penelitian di
(KKK) laboratorium PT. Djambi Waras Jujuhan
Getah karet yang berasal dari adalah dilakukan dengan perlakuan
petani dilakukan penimbangan dan temperatur 150 C, 160 C, dan 1700 C
0 0
ditimbang kembali sebagai nilai gilingan. viscositas mooney (vm) dibagi nilai cut kui
Maka diperoleh nilai cut kui yaitu nilai dan dikalikan 100%. Menurut aturan
gilingan dibagi berat awal dikalikan 100%. Badan Standardisasi Nasional (BSN) yaitu
Selanjutnya sampel gulungan yang telah Standar Nasional Indonesia (SNI 06-2047-
ditimbang dipotong kecil dan dibawa 2002), menerangkan bahwa Kadar karet
kedalam laboratorium. Sampel ditimbang kering (KKK) adalah jumlah karet yang
diatas neraca analitik sebagai nilai atau dikandung dalam bahan olah karet,
berat sebelum oven. Selanjutnya sampel dinyatakan dalam persen. Penentuan
dioven dengan temperatur 1500 C, 1600 kandungan dalam bahan olah karet dengan
C, dan 1700 C masing – masing selama 1,5 cara penggilingan, pencucian, dan
jam. Setelah dioven sampel ditimbang pengeringan.
kembali untuk menentukan nilai atau berat Penelitian yang dilakukan di
setelah oven, maka diperoleh nilai laboratorium PT. Djambi Waras Jujuhan,
viscositas mooney (vm) dengan diperoleh data Kadar Karet Kering (KKK)
perhitungan berat setelah oven dibagi berat dari tiga perlakuan temperatur yaitu 1500
sebelum oven dikalikan 100%. Hasil akhir C, 1600 C, dan 1700 C dengan masing-
yang diperoleh adalah Kadar Karet Kering masing tiga pengulangan adalah sebagai
(KKK) diperoleh dengan perhitungan nilai berikut :
Tabel 1. Rerata Kadar Karet Kering pada perlakuan temperatur berbeda dalam satuan %
Sampel Nilai Kadar Karet Kering %
T 150o C T 160o C T 170o C
1. 70.99 70.40 67.83
2. 70.41 63.57 58.64
3. 70.25 69.60 63.98
a a
Rata-rata 70.55 67.86 63.48 a
Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama
menunjukkan hasil tidak berbeda nyata.
7 70
Pemanenan Getah Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg)
Dewi Pusari, Sri Haryanti 64 - 74
Berdasarkan hasil analisis (Tabel 1) belum hilang maksimal. Bila hal tersebut
menggunakan Rancangan Acak Lengkap tidak diperhatikan maka akan menghasilkan
(RAL) yaitu pengaruh variasi temperatur produk yang kurang baik dan dapat tumbuh
pengovenan terhadap Kadar Karet Kering jamur/ kontaminan, hal ini merugikan pihak
dapat diketahui yaitu temperatur perusahaan meskipun pihak suplayer/ petani
pengovenan tersebut tidak berpengaruh mengalami keuntungan karena KKK tinggi.
nyata. Artinya tidak ada pengaruh yang Hasil yang diperoleh dari
o
signifikan antara variasi temperatur tersebut pengovenan temperatur 170 C dengan
terhadap Kadar Karet Kering (KKK). waktu 1,5 jam menunjukkan hasil
Namun suatu hasil penelitian tidak hanya pematangan pengovenan yang kurang baik
dilihat dari analisis data saja melainkan juga artinya sampel terlalu matang sehingga
dapat dilihat berdasarkan bentuk fisik meleleh karena perlakuan panas yang
(Gambar 1) hasil dari perlakuan yang terlalu tinggi. Pemanasan yang terlalu tinggi
dilaksanakan. selain merusak bentuk fisiknya juga
Hasil yang diperoleh dari merusak kualitasnya yaitu menyebabkan
o
pengovenan temperatur 150 C dengan hilangnya elastisitas karet tersebut.
waktu 1,5 jam menunjukkan bahwa Keadaan yang demikian menyebabkan
kematangan karet cukup artinya sampel KKK rendah, dari segi harga petani
matang tetapi masih terlihat bercak putih mengalami kerugian dan perusahaan
ketika digiling untuk menguji mengalami keuntungan tetapi perusahaan
kematangannya. Selain bentuk fisik tersebut mendapatkan kualitas karet yang buruk
yang terlihat juga jelas ditunjukkan dari karena telah hilang elastisitas karetnya.
nilail KKK-nya lebih berat artinya masih Hasil yang diperoleh dari
o
tersisa atau masih terkandung air didalam pengovenan temperatur 160 C dengan
sampel. Air belum menguap sempurna atau waktu 1,5 jam menunjukkan hasil
64
71
Buletin Anatomi dan Fisiologi
Volume XXII, Nomor 2, Oktober 2014
pematangan pengovenan yang baik artinya permukaan laut. Terdapat beberapa metode
sampel matang sempurna dan tidak terlihat dalam penentuan KKK, salah satu
bercak putih ketika digiling untuk menguji diantaranya adalah metode laboratorium.
kematangannya. Selain bentuk fisik yang Prinsip dalam metode laboratorium adalah
terlihat juga ditunjukkan dari hasil KKK- dilakukan dengan cara pembekuan,
nya yang tidak terlalu tinggi atau terlalu pencucian dan pengeringan bertujuan untuk
rendah artinya KKK-nya menunjukkan menjaga karet terbebas dari kontaminan air
hasil yang sedang, tidak meleleh dan tidak maupun kontaminan lainnya.
terkandung air terlalu banyak. Hal tersebut Kadar Karet Kering ditentukan oleh
akan menguntungkan bagi pihak petani dan beberapa faktor diantaranya jenis klon,
perusahaan karena Kadar Karet Kering musim, waktu penyadapan, suhu dan umur
yang tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah pohon. Jenis klon sangat berpengaruh
akan menghasilkan bahan olah yang bagus karena masing – masing klon memiliki
terhindar dari penyimpanan air dalam kualitas atau banyaknya lateks didalamnya
sampel dan terhindar dari hilangnya berbeda-beda. Musim sangat berpengaruh
elastisitas karet. yaitu jika musim penghujan selain proses
Menurut Triwijoso et al, 1989 penyadapan terganggu akibat kulit batang
dalam Pristiyanti, Elly N, (2006), Kadar basah juga berpengaruh terhadap
Karet Kering (KKK) adalah kandungan kandungan air yang meningkat, sedangkan
padatan karet per satuan berat (%). KKK lateksnya dapat terbuang bersama air. Saat
lateks atau bekuan sangat penting untuk musim kemarau menyebabkan keadaan
diketahui karena selain dapat digunakan lateks tidak stabil karena sebagian
sebagai pedoman penentuan harga juga penyusunnya menguap. Waktu penyadapan
merupakan standar dalam pemberian bahan sangat berpengaruh karena berkaitan
kimia untuk pembuatan produk lanjutan dengan tekanan turgor. Suhu pengovenan
seperti Ribbed Smoke Shit (RSS), Thin sangat berpengaruh terhadap Kadar Karet
Pale Crepe (TPC) dan Lateks Pekat (LP). Kering karena menentukan tekstur atau
Kadar karet kering pada lateks tergantung bentuk fisik sebagai bahan olah karet untuk
dari beberapa faktor antara lain jenis klon, proses selanjutnya dan juga untuk
umur pohon, waktu penyadapan, musim, menentukan harga pembelian dari petani.
suhu udara serta letak tinggi dari Umur pohon karet maksimal produksi
9 72
Pemanenan Getah Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg)
Dewi Pusari, Sri Haryanti 64 - 74
adalah 25-35 tahun dari awal penyadapan bentuk fisiknya sudah meleleh artinya
sesuai pendapat Suwarto (2010), bahwa kualitas lateks sudah berkurang.
usia produktifitas karet adalah 25-35 tahun. Temperatur yang sebaiknya
O
Lebih dari usia tersebut berpengaruh digunakan adalah 160 C dengan lama
terhadap kandungan lateks. pengovenan 1,5 jam agar kualitas karet
Bahan yang digunakan dalam tetap terjaga serta tidak ada yang dirugikan
penelitian ini adalah kategori lateks bentuk yaitu antara pihak petani dan pihak
slab dan lump yang sudah digumpalkan. perusahaan. Pengovenan pada temperatur
Slab adalah bahan olah karet yang terbuat tersebut diperoleh KKK 67,86 % yang
dari lateks yang sudah digumpalkan dengan menunjukkan jumlah padatan karet meliputi
asam semut. Slab mutu 1 mempunyai kadar kandungan isoprene dan bahan lainnya.
karet kering 70% dan slab mutu 2 Produk yang dihasilkan di PT. Djambi
mempunyai kadar karet kering 60%. Lump Waras Jujuhan berupa SIR 10 dan SIR 20
adalah bahan olah karet yang mengalami (Standard Indonesian Rubber) dan untuk
gumpalan lateks yang terjadi dalam memenuhi permintaan konsumen seperti
mangkuk penampungan. Lump mutu 1 GOODYEAR TIRE, COOPER TIRE dll
mempunyai kadar karet kering 60% dan yang akan diolah lebih lanjut sebagai
lump mutu 2 mempunyai kadar karet produk ban kendaraan.
kering 50% (Chapter, 2011). Menurut
Triwijoso et al, 1989 dalam Pristiyanti, Elly KESIMPULAN
N, (2006), Kadar Karet Kering lateks Pemanenan getah karet perlu
adalah 60 % ± 2. Berdasarkan hasil yang memperhatikan kematangan pohon karet,
diperoleh dari tiga perlakuan temperatur proses dan waktu penyadapan. Temperatur
yang memenuhi syarat adalah temperatur pengovenan yang tepat dalam menentukan
160O C yaitu rata-rata KKK adalah 67,86 % Kadar Karet Kering (KKK) di PT. Djambi
sedangkan untuk temperatur 150O C nilai Waras Jujuhan yaitu 1600 C yang
KKK sangat tinggi yaitu 70,55 % dan menghasilkan 67,86 % nilai KKK dengan
bentuk fisiknya masih menunjukkan kurang kematangan lateks sempurna dan bentuk
matang serta KKK yang tinggi bisa fisik atau tekstur yang paling baik.
diartikan masih terkandung air didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Nilai KKK pada temperatur 170O C adalah
Chapter, 2011. Karet. Universitas Sumatera
63,48 %, nilai ini mendekati 60 % tetapi Utara. Sumatera Utara
73
64
Buletin Anatomi dan Fisiologi
Volume XXII, Nomor 2, Oktober 2014
11 74