Anda di halaman 1dari 6

The 6th University Research Colloquium 2017

Universitas Muhammadiyah Magelang

Penerapan Life Cycle Assessment untuk Menakar Emisi Gas


Rumah Kaca yang Dihasilkan dari Aktivitas Produksi Tahu
Jatmiko Wahyudi 1*
1
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Kabupaten Pati
*Email: jatmiko_tkuns@yahoo.com

Abstrak
Keywords: Life Cycle Assessment (LCA) merupakan salah satu metode yang
emisi gas rumah dapat digunakan untuk menakar dampak lingkungan yang timbul dari
kaca; jejak karbon; aktivitas produksi. Industri tahu merupakan industri pengolahan
life cycle assessment; produk pangan yang banyak ditemui di Indonesia. Penerapan LCA
produksi tahu produk tahu tidak hanya berfokus pada proses produksi saja namun
pada proses-proses terkait dengan aktivitas produksi tahu misalnya
penyediaan bahan baku, pemasaran dan pengelolaan limbah. Tujuan
dari studi LCA ini adalah menghitung emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
pada daur hidup tahu dan mengidentifikasi tindakan-tindakan yang
bisa dilakukan untuk mengurangi emisi GRK pada seluruh proses
yang terkait dengan daur hidup tahu. Objek penelitian adalah sebuah
industri tahu yang berlokasi di Desa Kajen, Kecamatan Margoyoso,
Kabupaten Pati. Metode LCA yang digunakan pada studi ini mengikuti
prosedur LCA menurut ISO 14040. Metode perhitungan emisi GRK
dan jejak karbon berdasarkan IPCC Guidelines for National
Greenhouse Gas Inventories 2006. Hasil penelitian menunjukkan
emisi GRK yang dihasilkan dari daur hidup tahu sebesar 224.871,2
kgCO2eq/tahun dengan dengan nilai jejak karbon sebesar 1,849
kgCO2eq/kg tahu. Upaya perbaikan proses untuk menurunkan emisi
GRK antara lain dapat dilakukan dengan cara pemasangan isolator
untuk mengurangi kehilangan energi, pemasangan ketel uap dan
pemanfaatan teknologi biogas untuk mengolah limbah cair yang
dihasilkan.

1. PENDAHULUAN digunakan (input) suatu proses dan material-


Life cycle assessment (LCA) merupakan material yang dihasilkan (output) suatu proses
suatu metode atau alat yang digunakan untuk [2].
menganalisis dampak lingkungan yang terjadi Salah satu bentuk dampak lingkungan
akibat berlangsungnya proses pembuatan suatu yang sering dianalisis dengan LCA adalah
produk [1]. Kelebihan dari LCA adalah emisi gas rumah kaca (GRK) yang diyakini
sifatnya yang komprehensif sebab mampu sebagai penyebab terjadinya pemanasan
menganalisis dampak lingkungan yang global. Penerapan LCA bermanfaat untuk
potensial terjadi pada proses-proses yang mengidentifikasi sumber dan besarnya emisi
terkait dalam daur hidup suatu produk. Dengan GRK dalam setiap tahapan dalam daur hidup
LCA dapat diketahui sumber daya yang suatu produk. Besarnya emisi GRK yang
dihasilkan pada proses pembuatan suatu

ISSN 2407-9189 475


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

produk dikenal dengan istilah jejak karbon Sebab penelitian yang telah dilakukan hanya
produk. berfokus pada besarnya energi yang
Lebih jauh, penerapan konsep LCA dibutuhkan dalam memproduksi tahu serta
memberikan manfaat untuk perbaikan produk, emisi GRK yang dihasilkan akibat penggunaan
perbaikan proses dan perencanaan strategis [3]. energi tersebut [2] [5].
Besarnya emisi GRK merupakan indikator
bahwa proses produksi berlangsung secara 2. METODE
tidak efisien. Proses produksi yang tidak Penelitian berlangsung antara bulan
efisien akan menyebabkan peningkatan biaya Oktober – Desember 2016. Penelitian
produksi dan harga jual produk yang akan dilakukan di sebuah industri tahu yang
menurunkan daya saing perusahaan. berlokasi di Desa Kajen, Kecamatan
Kesadaran terhadap kelestarian lingkungan Margoyoso, Kabupaten Pati. Data primer
yang semakin meningkat serta terbitnya diperoleh melalui metode wawancara dan
berbagai regulasi di sektor lingkungan hidup observasi. Data sekunder diperoleh melalui
menuntut dihadirkannya proses dan produk studi pustaka misalnya konstanta-konstanta
yang ramah lingkungan. untuk menghitung emisi GRK diperoleh dari
Penyediaan pangan merupakan salah satu IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas
aktivitas yang menyumbang emisi GRK global Inventories 2006. Penelitian menggunakan
secara signifikan [4]. Emisi GRK terjadi pada pendekatan kuantitatif dan kualitatif secara
setiap tahapan daur hidup produk pangan mulai bersama-sama (mixed method).
dari penyediaan bahan baku, transportasi, Metode LCA yang digunakan adalah
pengolahan dan pemasaran. prosedur LCA menurut ISO 14040 yang terdiri
Salah satu produk pangan yang banyak dari empat komponen yaitu penentuan tujuan
ditemui di Indonesia adalah tahu. Hal ini dan ruang lingkup, analisis inventori,
disebabkan proses pembuatan tahu yang relatif penakaran dampak dan interpretasi.
sederhana, bahan baku yang mudah diperoleh Perhitungan emisi GRK mengikuti metode dari
serta produk tahu yang bergizi dan dapat IPCC [6]. Unit fungsional yang dipakai adalah
diperoleh dengan harga terjangkau. 1 kg tahu sebagai produk pangan hingga
Berdasarkan data dari instansi terkait, di sampai ke pasar (konsumen). Emisi GRK pada
Kabupaten Pati terdapat 96 industri tahu studi ini dinyatakan dalam satuan
dengan skala industri rumah tangga. kgCO2eq/tahun sedangkan jejak karbon
Karakteristik dari industri rumah tangga adalah dinyatakan dalam satuan kgCO2eq/kg tahu.
menggunakan teknologi sederhana yang
cenderung memiliki efisiensi rendah serta 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
lokasinya berada di tengah kawasan
permukiman. 3.1. Tujuan dan cakupan (Goal and Scoping)
Tujuan dilakukannya LCA menjadi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dampak lingkungan dari aktivitas produksi tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui dampak produksi tahu terhadap
tahu yang diukur dari besarnya emisi GRK
yang dihasilkan pada seluruh tahapan daur emisi GRK dan tindakan-tindakan yang bisa
dilakukan untuk mengurangi potensi emisi
hidup tahu. Tujuan selanjutnya adalah
mengidentifikasi tindakan-tindakan yang bisa GRK. Sistem daur hidup tahu dapat dilihat
dilakukan untuk mengurangi potensi emisi pada Gambar 1 yang terlampir.
Batasan dari daur hidup tahu meliputi
GRK pada seluruh tahapan daur hidup tahu.
Penelitian ini bermanfaat untuk proses pembuatan tahu, transportasi,
penyediaan listrik dan pengelolaan limbah
melengkapi beberapa studi LCA produk tahu.

476 ISSN 2407-9189


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

cair. Kedelai yang digunakan sebagai bahan hidup tahu. Aktivitas dalam mengelola
baku produksi tahu merupakan kedelai limbah cair juga tidak membutuhkan energi.
impor. Disebabkan keterbatasan data maka Kebutuhan energi terbesar digunakan
budidaya kedelai, penyimpanan dan untuk proses perebusan tahu dengan
transportasi kedelai sampai ke pedagang kontribusi hampir mencapai 99%. Besarnya
lokal tidak termasuk daur hidup tahu. energi untuk perebusan diduga disebabkan
Transportasi meliputi transportasi bahan oleh rendahnya efisiensi tungku sehingga
baku kedelai dari pedagang lokal, energi yang hilang selama proses
transportasi kayu bakar dari pasar ke pabrik pembakaran cukup tinggi. Efisiensi
tahu, transportasi tahu dari pabrik tahu ke pembakaran kayu hanya sekitar 16%, lebih
pasar dan transportasi ampas tahu (produk rendah dibandingkan dengan efisiensi
samping) dari pabrik tahu ke rumah peternak pembakaran LPG yang mencapai 60% [7].
yang membeli ampas untuk pakan ternak Faktor kedua yang menyebabkan
pada Tabel 1 yang terlampir. tingginya konsumsi energi adalah
pembakaran kayu tetap dilakukan walaupun
3.2. Analisis inventori (Inventory Analysis)
tidak terjadi proses perebusan kedelai.
Bahan-bahan masuk (input) pada sistem
Industri tahu yang menjadi objek penelitian
yaitu kedelai, kayu bakar sebagai bahan bakar
beroperasi 8 jam/hari dengan jumlah
proses perebusan, bahan bakar untuk
pemasakan/perebusan sebanyak 15 kali/hari.
transportasi dan penyediaan listrik serta air
Ketika tidak terjadi perebusan kedelai,
untuk proses pembuatan tahu. Bahan yang
tungku tetap dinyalakan untuk menjaga
keluar (output) sistem yaitu tahu, ampas tahu,
temperatur air perebusan tetap tinggi.
limbah cair.
Industri tahu yang menjadi objek 3.3. Penakaran dampak (Impact Assessment).
penelitian ini memiliki kapasitas produksi Secara total, emisi GRK yang dihasilkan
rata-rata 150 kg kedelai/hari. Kebutuhan air dalam daur hidup tahu sebesar 224.871,2
mencapai 5.000 liter perhari. Kebutuhan kgCO2eq/tahun dengan nilai jejak karbon
kayu bakar untuk perebusan sekitar 3 sebesar 1,849 kgCO2eq/kg tahu. Hal ini berarti
m3/hari. Produksi tahu diperkirakan untuk memproduksi 1 kg tahu akan
mencapai sekitar 330 kg/hari. Produksi dihasilkan emisi GRK sebesar 1,849
ampas tahu mencapai 300-350 kg/hari. kgCO2eq. Nilai jejak karbon pada studi ini
Sebagian besar input air dibuang dalam lebih tinggi dibandingkan dengan nilai jejak
bentuk limbah cair yang langsung dibuang ke karbon produksi tahu di Banyumas yaitu
sungai. sebesar 1,7 kgCO2eq/kg tahu [5] pada Tabel 2
Input energi yang masuk pada sistem yang terlampir.
digunakan untuk transportasi, penyediaan Aktivitas pembakaran kayu untuk
listrik dan perebusan kedelai (Tabel 1). Tidak perebusan kedelai pada proses pembuatan
ada input energi pada transportasi ampas tahu tahu merupakan kontributor utama emisi
sebab peternak yang menjadi konsumen GRK dengan kontribusi sebesar 98%. Kayu
ampas tahu tinggal di sekitar pabrik dan bakar merupakan jenis bahan bakar yang
transportasi menggunakan tenaga manusia dikategorikan tinggi emisi dibandingkan
(jalan kaki). Energi pada manusia yang dengan LPG maupun biogas. Secara fisik,
terlibat dalam sistem misalnya energi yang pembakaran kayu menghasilkan asap dan
digunakan pekerja untuk bekerja di industri jelaga yang jauh lebih banyak dibandingkan
tahu tidak dimasukkan dalam sistem daur dengan pembakaran LPG dan biogas. Nilai
faktor emisi CO2, CH4 dan N2O pembakaran

ISSN 2407-9189 477


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

kayu bakar juga jauh lebih besar dari faktor asumsi nilai kalor LPG sebesar 11.254,61
emisi CO2, CH4 dan N2O pembakaran LPG kcal/kg LPG [9].
[6]. Alternatif perbaikan untuk efisiensi
Pengelolaan limbah cair diasumsikan proses dapat dilakukan dengan
tidak menghasilkan emisi CO2 namun hanya menambahkan isolator sehingga panas yang
menghasilkan CH4 dan N2O [6]. Limbah cair hilang tidak terlalu besar. Alternatif yang lain
yang dihasilkan dari industri tahu di lokasi adalah penggantian model tungku
penelitian tidak mengalami pengolahan lebih pembakaran langsung dengan ketel uap.
dahulu dan langsung dibuang ke saluran Studi komparatif pada 2 industri tahu di Solo
menuju sungai. Komponen terbesar dari menunjukkan penggunaan ketel uap mampu
limbah cair industri tahu adalah protein (40- mengurangi kebutuhan energi untuk
60%) yang apabila dibuang langsung ke perebusan [2].
sungai akan meningkatkan total nitrogen Walaupun nilainya tidak terlalu besar,
yang selanjutnya dapat memicu timbulnya penggantian model pengelolaan limbah cair
emisi N2O [7]. Pembuangan limbah cair tahu juga dapat menurunkan nilai emisi GRK.
langsung ke sungai juga memicu terjadinya Penggunaan teknologi biogas untuk
emisi CH4. Dekomposisi material organik mengubah material organik pada limbah cair
pada kondisi basah (cair) cenderung bersifat tahu menjadi gas CH4 yang digunakan
anaerob yang menghasilkan gas CH4. sebagai bahan bakar memasak dapat
Permasalahan dari emisi CH4 dan N2O mengurangi emisi CH4 yang dilepaskan ke
adalah nilai global warming potential (GWP) atmosfer.
CH4 dan N2O yang besar yaitu sebesar 21 dan Pemanfaatan teknologi biogas juga
300. Nilai GWP N2O sebesar 300 memiliki memberikan manfaat secara ekonomi dan
pengertian bahwa gas N2O berpotensi sosial. Secara ekonomi, pemanfaatan gas CH4
menyebabkan pemanasan global 300 kali sebagai bahan bakar memasak dapat
lebih besar dibandingkan gas CO2. mengurangi beban biaya rumah tangga untuk
membeli bahan bakar. Secara sosial,
3.4. Interpretasi dan analisis perbaikan
pemanfaatan teknologi biogas dapat
(Improvement Analysis)
menurunkan protes dari masyarakat akibat
Upaya untuk menjadikan proses
dampak negatif dari keberadaan limbah cair
pembuatan tahu lebih efisien dan ramah
tahu. Proses fermentasi anaerob di dalam
lingkungan lebih difokuskan pada efisiensi
digester (reaktor biogas) dapat menurunkan
pada proses penyediaan energi untuk
nilai COD dan BOD limbah cair tahu secara
perebusan. Hal ini disebabkan 98% emisi
signifikan sehingga limbah cair tahu tidak
GRK pada daur hidup tahu terjadi pada
menyebabkan pencemaran sungai dan
tahapan tersebut.
pencemaran udara (bau busuk) [8].
Kayu bakar dipilih sebagai bahan bakar
disebabkan harganya murah dan mudah
4. KESIMPULAN
diperoleh. Mengganti kayu bakar dengan
LPG ukuran 12 kg akan menyebabkan Hasil penelitian menunjukkan emisi GRK
peningkatan biaya produksi yang signifikan. yang dihasilkan dari daur hidup tahu sebesar
Kebutuhan energi untuk perebusan sebesar 224.871,2 kgCO2eq/tahun dengan dengan nilai
5071 MJ/hari. Apabila digunakan LPG 12 kg jejak karbon sebesar 1,849 kgCO2eq/kg tahu.
untuk menggantikan kayu bakar maka Proses-proses yang terkait dengan daur hidup
kebutuhan LPG sebanyak 9 tabung dengan tahu pada studi ini meliputi proses transportasi,
penyediaan listrik, proses pembuatan tahu dan
pengelolaan limbah cair. Alternatif perbaikan

478 ISSN 2407-9189


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

proses yang bisa dilakukan untuk mengurangi Dissemination Experiences from Asia. The
emisi GRK antara lain pemasangan isolator University of Oldenburg. 2011
untuk mengurangi hilangnya energi saat [8] Kaswinarni F. Kajian Teknis Pengolahan
proses, pemasangan ketel uap dan pemanfaatan Limbah Padat dan Cair Industri Tahu Studi
teknologi biogas untuk mengelola limbah cair. Kasus Industri Tahu Tandang Semarang,
Sederhana Kendal dan Gagak Sipat Boyolali.
UCAPAN TERIMAKASIH Universitas Diponegoro. 2007
Terimakasih penulis sampaikan kepada [9] Budya H, Arofat MY. Providing Cleaner
Pemerintah Kabupaten Pati yang telah membiayai Energy Access in Indonesia Through the
penelitian ini. Megaproject of Kerosene Conversion to
LPG. Energy Policy. 2011; 39:7575–7586
REFERENSI
[1] International Organization for
Standardization (ISO). ISO 14040:2006 –
Environmental management – LCA
principles and framework. 2006
[2] Fernando R. Penerapan Life Cycle
Assessment (LCA) Pada Industri Tahu
Dengan Ketel Uap Dan Bak Perebusan
Dalam Proses Pemasakan (Studi Kasus di
Sentra Pengrajin Tahu Mojosongo,
Surakarta). Universitas Gadjah Mada; 2014
[3] Megasari K, Swantomo D, Christina M.
Penakaran daur hidup pembangkit listrik
tenaga uap (PLTU) batubara kapasitas 50
MWatt. Prosiding Seminar Nasional IV SDM
Teknologi Nuklir Yogyakarta. 2008.
[4] González AD, Frostell B, Kanyama AC.
Protein efficiency per unit energy and per unit
greenhouse gas emissions: Potential
contribution of diet choices to climate change
mitigation. Food Policy. 2011; 36:562–570
[5] Sahirman S, Ardiansyah. Assessment of Tofu
Carbon Footprint in Banyumas, Indonesia -
Towards ‘Greener’ Tofu. Proceeding of
International Conference On Research,
Implementation And Education Of
Mathematics And Sciences 2014.
Yogyakarta. 2014. p. 97-103
[6] The Intergovernmental Panel on Climate
Change (IPCC). IPCC Guidelines for
Natonal Greenhouse Gas Inventories. 2006
[7] Lam J, Heegde F. Domestic Biogas Compact
Course: Technology and Mass-

ISSN 2407-9189 479


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

A. Tabel
Tabel 1. Input Energi Dalam Daur Hidup Tahu

Tabel 2. Nilai Emisi Gas Rumah Kaca dan Jejak Karbon

B. Gambar

Gambar 1. Lingkup Daur Hidup Tahu

480 ISSN 2407-9189

Anda mungkin juga menyukai