Anda di halaman 1dari 5

PRAKTIKUM KIMIA FISIK

OBJEK 5
PENENTUAN KERAPATAN CAIRAN DAN PADATAN
NAMA : ESSA PUTRI MUTIARA
NO. BP : 1811122005
KELAS : C/THP
KELOMPOK : 2 (DUA)
REKAN KERJA : 1. RESKI JOELANDA (1811121008)
2. NINA RISMA DEWI (1811121014)
3. POPPY AMELIA (1811121026)
4. HALIZA FITRI (1811121033)
5. GILANG FIKRI (1811121040)
6. ALFATA MA’ARUF H. (1811122011)
ASISTEN : 1. REZY FIRDAUS (1611121018)
2. NOVIA ANDRIANI (1611121041)
3. AMELIA HARIRY (1611122033)
4. ASRIA YOLANDARI (1711121004)
5. RIVAN APRIALDHO (1711121012)
6. JIHAN RAHMA FADHILAH (1711121022)
7. VRISKA NANDA LUTFIANA (1711122005)
8. GITA NOVENI SINURAYA (1711122018)
9. KARINA NERISHWARI (1711122023)
10. RAMA DHANI SATRIA (1711122025)
11. ULFI MAIRITA ANGGRAINI (1711122033)
12. SARAH NURHASNA (1711123017)
13. FELIA JAYEN MEISARI (1711123025)

DOSEN PENGAMPU: 1. Prof. Dr. rer. nat. Ir. ANWAR KASIM


2. VIONI DEROSYA, S.TP, M.Sc
3. WENNY SURYA MURTIUS, S.Pt, MP

LABORATORIUM TEKNOLOGI DAN REKAYASA PROSES HASIL PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Untuk mengetahui kerapatan benda padat dan kerapatan cairan.
1.2 Alat dan bahan
1.2.1 Alat
Gelas ukur, timbangan
1.2.2 Bahan
Benda padat, dan larutan gambir, air
1.3 Diagram alir

 Untuk Padatan
 Untuk Cairan

Benda padat
Larutan gambir
Timbang bobot benda pada berbagai
dimensi Timbang gelas ukur 25 ml

Isikan air sampai 2/3 bagian dan


benda dicelupkan Larutan diisikan sampai tanda
penuh (25 ml) dan ditimbang lagi

Pertambahan volume air diamati


pada gelas ukur dicatat sebagai Hitung kerapatan cairan: D=
volume benda yang dicelupkan Bobot/volume

Kerapatan benda dihitung uji D= Data ditampilkan dalam bentuk


Bobot/Volume tabel dan gambar

Data ditampilkan dalam bentuk Hasil Analisa:


tabel dan gambar Pertambahan
volume air,
Kerapatan
Hasil Analisa: cairan
Pertambahan
volume air,
Kerapatan
benda
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Hasil dan pembahasan
Kerapatan air adalah 1,00 g/mL pada 4˚C. Sistem perhitungan untuk
kerapatan larutan didasari pada nilai ini. Untuk menghitung nilai kerapatan suatu
larutan, umumnya larutan itu dibandingkan dengan air. Hal ini memudahkan untuk
melihat apakah suatu larutan akan bercampur atau tidak, karena dua larutan dengan
kerapatan yang sangat berbeda biasanya tidak dapat bercampur. Terdapat
pengecuaian, dimana larutan ionik seperti larutan garam akan larut dalam air karena
keduanya bersifat polar. Minyak yang nonpolar tidak dapat larut dalam air meskipun
kerapatan keduanya tidak jauh berbeda. Keduanya gagal dicampurkan lebih
disebabkan oleh sifat tersebut, dibandingkan dengan kerapatannya. Contoh, kerapatan
merkuri (13,5 g/ml) dan air (1,0 g/ml) relatif berbeda. Perbedaan kerapatan relatif ini
(kadang disebut Gravitas Spesifik) menyebabkan merkuri terbenam di dasar wadah
yang berisi air. Kerapatan relatif (gravitasi spesifik) adalah rasio dari kerapatan
sampel pada 20˚C dibagi dengan kerapatan air pada 4˚C (Williams, 2003).
Bobot jenis suatu zat menurut definisi lama adalah bilangan yang menyatakan
berapa gram bobot 1 cm3 suatu zat atau berapa kg bobot 1 dm3 air air pada suhu 4˚C.
Jadi, bilangan yang menyatakan berapa kali bobot 1 dm3 suatu zat dengan bobot 1
dm3 air pada suhu 4˚C disebut juga bobot jenis (Taba dkk., 2010).
Bobot jenis, dalam praktek, ditentukan dengan cara membandingkan bobot zat pada
volume tertentu dengan bobot air pada volume yang sama pada suhu kamar (t ˚C)
sehingga bobot jenis menurut defenisi lama disebut kerapatan atau densitas (D) yang
didefenisikan sebagai:
Bobot sejumlah volume suatu zat pada t ˚ C
D=
Bobot sejumlah vol ume air pada 4 ˚ C
Bila kerapatan suatu benda lebih besar daripada kerapatan air maka benda
akan tenggelam dalam air. Bila kerapatan lebih kecil maka benda akan mengapung.
Untuk benda-benda yang mengapung bagian volume sebuah benda tercelup ke dalam
cairan. Walaupun kebanyakan zat padat dan cairan mengembang sedikit bila
dipanaskan dan menyusut sedikit bila dipengaruhi pertambahan eksternal, perubahan
volume ini relatif kecil sehingga dapat dikatakan bahwa kerapatan kebanyakan
berasal dari zat padat dan cairan hampir tidak bergantung pada temperatur dan
tekanan. Sebaliknya kerapatan gas sangat bergantung pada temperatur dan tekanan,
sehingga tekanan dan temperatur harus dinyatakan bila memberikan kerapatan gas.
Untuk menentukan atau mengukur bobot jenis suatu zat dapat menggunakan alat
seperti aerometer, neraca Wesphalt dan piknometer (Taba dkk, 2010). Berat jenis
suatu benda adalah massa jenis benda dibagi dengan massa jenis standar. Massa jenis
udara dipakai sebagai massa jenis benda dibagi dengan massa jenis standar. Massa
jenis udara dipakai sebagai massa jenis standar untuk keadaan gas. Massa jenis air
dipakai sebagai patokan untuk benda cair dan benda padat. Jadi berat jenis hanyalah
suatu perbandingan dari massa jenis suatu benda terhadap massa jenis substansi
standar (Bresnick, 2002).
Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya tegangan permukaan adalah
massa jenis/densitas (D). Semakin besar densitas berarti semakin rapat muatan-
muatan atau partikel-partikel dari cairan tersebut. Kerapatan partikel ini
menyebabkan makin besarnya gaya yang diperlukan untuk memecahkan permukaan
cairan tersebut. Hal ini karena partikel yang rapat mempunyai gaya tarik menarik
antar partikel yang kuat. Sebaliknya cairan yang mempunyai densitas kecil akan
mempunyai tegangan permukaan yang kecil pula (Muchtar et al., 2015)

2.2 Kesimpulan
Berdasarkan teori ini, dapat disimpulkan bahwa:
1. Semakin besar densitas berarti semakin rapat muatan-muatan atau partikel
dari cairan tersebut, dan begitu sebaliknya.
2. Bila kerapatan suatu benda lebih besar daripada kerapatan air maka benda
akan tenggelam dalam air. Bila kerapatan lebih kecil maka benda akan
mengapung, atau tergantung besar volumenya.
DAFTAR PUSTAKA

Bresnick, S. 2002. Intisari Fisika. Hipokrates. Jakarta


Muchtar, H., Anova, I.T., Yeni, G., 2015. Pengaruh Kecepatan Pengaduk
Dan Kehalusan Gambir Serta Variasi Komposisi Terhadap
Beberapa Tinta Cetak. J. Litbang Industri 5, 131-139. doi:
10.24960/jli.v5i2.674.131-139.
Taba, P., Zakir, M., dan Fauziah, S. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Fisika.
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Williams, L.D. 2003. Chemistry Demystified. McGraw Hill, New York.

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai