Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN TUGAS MEKANIKA FLUIDA

EKSPERIMEN FLUIDA STATIS

DISUSUN OLEH:
1. ALIF MURSYIDAN ASYROFI (01111440000054)
2. SYLVIA JUNIAR SUSANTO (01111540000026)
3. SAVIRA ARSAH PUTRI (01111540000107)
4. JUNIAR TEGES BARESI (01111540000071)

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS ILMU ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Percobaan mekanika fluida dilandasi oleh percobaan-percobaan tekanan hidrostatis
dimana kekentalan zat cair menyababkan terbentuknya gaya-gaya geser antar dua elemen zat cair.
Keberadaan kekentalan menyebabkan terjadinya kehilangan tenaga selama pengaliran atau
diperlukan energi untuk menjamin adanya aliran. Setiap aliran melalui pipa atau aliran fluida atau
saluran terbuka melalui sekeliling suatu object akan senantiasa menimbulkan hambatan
disebabkan geseran antar fluida. Geseran ini menimbulkan kekurangan energi mekanis yang
menyebabkan penurunan tekanan resultan dari hambatan viskositas. Selain itu dalam percobaan
ini akan kita perlihatkan bahwasannya ketinggian suatu cairan itu keluar juga dapat berpengaruh
seberapa jauh cairan itu akan keluar. Hal ini dapat disebabkan massa jenis dan tekanan pada
fluida tersebut.

1.2 Permasalahan
Adapun permasalahan pada percobaan yang dibuat yakni:
a. Bagaimana cara mengetahui pengaruh tekanan dan massa jenis fluida di setiap cairan?
b. Bagaimana cara mengetahui jarak cairan tersebut keluar disetiap lubang dengan ketinggian
yang berbeda-beda?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan pada project yang dibuat yakni:
a. Mengetahui pengaruh tekanan fluida di setiap cairan.
b. Mengetahui jarak cairan tersebut keluar disetiap lubang dengan ketinggian yang berbeda-beda.
BABII
LANDASAN TEORI
1. Pengertian Fluida
Yang kita maksud dengan fluida disini adalah suatu bentuk materi yang mudah mengalir
misalnya zat cair dan gas. Fluida adalah zat yang dapat mengalir dan berubah bentuk (dapat
dimampatkan) jika diberi tekanan. Sifat kemudahan mengalir dan kemampuan untuk
menyesuaikan dengan tempatnya berada merupakan aspek yang membedakan fluida dengan zat
benda tegar. Aspek pertama yang kita dapati ketika kita berada dalam suatu fluida (zat cair) yaitu
tekanan. Kita merasakan ada tekanan pada tubuh kita yang berada di dalam zat cair. Perbedaan
antara zat cair dan gas terletak pada kompresibilitasnya atau ketermampatannya. Gas mudah
dimampatkan, sedangkan zat cair tidak dapat dimampatkan. Ditinjau dari keadaan fisisnya, fluida
terdiri atas fluida statis atau hidrostatika, yaitu ilmu yang mempelajari tentang fluida atau zat alir
yang diam (tidak bergerak) dan fluida dinamis atau hidrodinamika, yaitu ilmu yang mempelajari
tentang zat alir atau fluida yang bergerak. Hidrodinamika yang khusus membahas mengenai
aliran gas dan udara disebut aerodinamika [1].
2. Fluida Statis
Sifat fisis fluida dapat ditentukan dan dipahami lebih jelas saat fluida berada dalam
keadaan diam (statis). Sifat-sifat fisis fluida statis yang akan dibahas pada subbab ini di
antaranya, massa jenis, tekanan, tegangan permukaan, kapilaritas, dan viskositas [2].
a. Massa Jenis
Setiap benda memiliki kerapatan massa yang berbeda-beda serta merupakan sifat alami
dari benda tersebut. Dalam Fisika, ukuran kepadatan (densitas) benda homogen disebut massa
jenis, yaitu massa per satuan volume [3].
ρ=m/V (1-1)
dengan:
m = massa (kg atau g),
V = volume (m3 atau cm3), dan
ρ = massa jenis (kg/m3 atau g/cm3)
b. Tekanan
Konsep tekanan identik dengan gaya, gaya selalu menyertai pengertian tekanan. Tekanan
yang besar dihasilkan dari gaya yang besar pula, sebaliknya tekanan yang kecil dihasilkan dari
gaya yang kecil. Dari pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa tekanan sebanding dengan gaya.
Luas permukaan yang terkena gaya berpengaruh terhadap tekanan. Luas permukaan yang
sempit/kecil menghasilkan tekanan yang lebih besar daripada luas permukaan yang lebar.
Artinya tekanan berbanding terbalik dengan luas permukaan. Pengertian tekanan ini digunakan
secara luas dan lebih khusus lagi untuk Fluida. Satuan untuk tekanan dapat diperoleh dari rumus
di atas yaitu 1 Newton/m2 atau disebut dengan pascal. Jadi 1 N/m2=1 Pa (pascal). Bila suatu
cairan diberi tekanan dari luar, tekanan ini akan menekan ke seluruh bagian cairan dengan sama
prinsip ini dikenal sebagai hukum Pascal [1].
Secara matematis, persamaan tekanan dituliskan sebagai berikut.
p=F/A (1-2)
dengan:
F = gaya (N),
A = luas permukaan (m2), dan
p = tekanan (N/m2 = Pascal).
Persamaan (1–2) menyatakan bahwa tekanan p berbanding terbalik dengan luas
permukaan bidang tempat gaya bekerja. Jadi, untuk besar gaya yang sama, luas bidang yang kecil
akan mendapatkan tekanan yang lebih besar daripada luas bidang yang besar [2].
Tekanan hidrostatis disebabkan oleh fluida tak bergerak. Tekanan hidrostatis yang dialami oleh
suatu titik di dalam fluida diakibatkan oleh gaya berat fluida yang berada di atas titik tersebut.
Jika besarnya tekanan hidrostatis pada dasar tabung adalah p, menurut konsep tekanan,
besarnya p dapat dihitung dari perbandingan antara gaya berat fluida (F) dan luas permukaan
bejana (A). p = F / A = gaya berat fluida / luas permukaan bejana. Gaya berat fluida merupakan
perkalian antara massa fluida dengan [1].
p = (mfluida x g) / A (1-3)
Oleh karena m = ρV, persamaan tekanan oleh fluida dituliskan sebagai
p = ρVg / A (1-4)
Volume fluida di dalam bejana merupakan hasil perkalian antara luas permukaan bejana (A) dan
tinggi fluida dalam bejana (h). Oleh karena itu, persamaan tekanan di dasar bejana akibat fluida
setinggi h dapat dituliskan menjadi :
p = ρ (Ah)g / A = ρhg (1-5)
Jika tekanan hidrostatis dilambangkan dengan ph, persamaannya dituliskan sebagai berikut.
ph = ρ gh (1–6)
dengan:
ph = tekanan hidrostatis (N/m2),
ρ = massa jenis fluida (kg/m3),
g = percepatan gravitasi (m/s2), dan
h = kedalaman titik dari permukaan fluida (m) [3]
BAB III
METODOLOGI
1.4 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan yaitu:
1. 3 Botol Air Mineral 600ml
2. Air
3. Cairan Porselin
4. Cairan Soklin
5. Timbangan
6. Paku
7. Penggaris
8. Gelas Ukur
9. Lakban

1.5 Skema Alat

1.6 Langkah Kerja

Dalam Percobaan ini dilakukan langkah kerja seperti berikut ini:


a. Alat dan bahan disiapkan
b. Botol yang sudah disediakan dilubangi sebanyak 3 lubang dengan jarak 5 cm
c. Masing-masing lubang tersebut ditutup dengan lakban
d. Menimbang masing-masing cairan untuk menentukan massa jenis disetiap cairan yang
digunakan
e. Cairan yang telah ditimbang tersebut dimasukkan kedalam botol yang telah dilubangi
f. Botol yang telah terisi dengan cairan tersebut didekatkan didekat penggaris yang sudah
disiapkan
g. Salah satu lubang dibuka dan diukur jarak cairan tersebut keluar dengan menggunaka
penggaris. Langkah ini dilakukan dengan lubang berikutnya dan dengan masing-
masing cairan
h. Dicatat jarak yang dihasilkan cairan tersebut dehingga dapat dianalisa pengaruh dari
ketinggian lubang, massa jenis setiap cairan dan tekanan setiap masing-masing cairan.
BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Data

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan data sebagai berikut:


Tabel 1.
Hasil Pengukuran

Jarak
No Cairan Massa Volume Lubang ketinggian(H) densitas g(m/s^2)
(cm)

1 Atas 15 0.05
Air 200 200 1 9.8
2 Bawah 25 0.08
3 Porselin Atas 25 0.11
268 200 1.34 9.8
4 + Air Bawah 32 0.14
5 Sunlight Atas 22 0.17
215 200 1.075 9.8
6 + Air Bawah 25 0.2

4.2 Perhitungan

a. Hasil Perhitungan.

Berdasarkan data yang di peroleh di lakukan perhitungan tekanan Hidrostatis dengan


menggunakan persamaan (1-6) di dapatkan data sebagai berikur:

Tabel 2.

Perhitungan Tekanan Hidostatis

Tekana
Jarak
No Cairan Massa Volume Lubang ketinggian(H) densitas g(m/s^2) Hidro
(cm)
Statis
1 Atas 15 0.05 0.49
Air 200 200 1 9.8
2 Bawah 25 0.08 0.784
3 Porselin Atas 25 0.05 1.44452
268 200 1.34 9.8
4 + Air Bawah 32 0.08 1.83848
5 Sunlight Atas 22 0.05 1.79095
215 200 1.075 9.8
6 + Air Bawah 25 0.08 2.107
b. Contoh Perhitungan

v(porselin) = 200
m(porselin) = 268
Ditanya: ρ dan P ?
Jawab:
𝑚
ρ =
𝑣
268
ρ =
200
ρ = 1,34

p = ρgh

P = 1.34x9,8x0.05

P = 1.445Pa

c. Grafik

Grafik S terhadap P
35 32

30
25 25 25
25 22
Jarak (cm)

20
15
15 Jarak

10 Linear (Jarak)

0
0.49 0.784 1.44452 1.83848 1.79095 2.107
Tekanan Hidrostatis (Pa).

Grafik 1. Hubungan tekanan terhadap jarak air yang keluar dari lubang botol

4.3 Pembahasan
Dilakukan percobaan fluida statis dengan menerapkan prinsip dasar dari hukum pascal, hukum
hidrostatis dan hukum archimedes. Percobaan ini menggunakan 3 cairan, yaitu air, porselin+air dan
sunlight+air. Percobaan ini diawali dengan penentuan massa dari tiap cairan yang akan diamati.
Volumenya dibuat sama, yaitu 200 mL. Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh data jarak
keluarnya air dan ketinggian. Dapat dilihat pada tabel 2 bahwa jarak yang diperoleh pada lubang atas
pada botol selalu lebih dekat dibandingkan yang dihasilkan pada lubang yang bawah. Hasil dari
perhitungan densitas yang dilakukan dengan membagi massa cairan dengan volumenya sudah sesuai
dengan teori. Setelah data jarak diperoleh, dilakukan perhitungan terhadap tekanan hidrostatis (P).
Kemudian dibuat grafik tekanan hidrostatis (P) terhadap jarak. Tekanan hidrostatis air pada ketinggian
0.05 meter dan 0.08 meter masing-masing sebesar 0.49 Pa dan 0.784 Pa dengan jarak cairan 15 cm dan
25 cm. Untuk porselin+air tekanan hidrostatisnya pada ketinggian 0.05 meter dan 0.08 meter masing-
masing sebesar 1.44452 Pa dan 1.83848 Pa dengan jarak cairan 25 cm dan 32 cm. Dari grafik dapat
dilihat bahwa pada saat air dalam ketinggian 0.08 meter dan porselin+air dalam ketinggian 0.05 meter
memiliki tekanan yang sama sehingga jarak yang dihasilkan juga sama, yaitu 25 cm. Lalu saat
ketinggiannya naik di 0.08 meter, tekanan porselin juga bertambah sehingga jarak cairannya juga
bertambah menjadi 32 cm. Pada sunlight+air, ketika ketinggiannya 0.05 meter, tekanan hidrostatis yang
dihasilkan adalah 1.79095 Pa dengan jarak cairan 22 cm dan ketika ketinggiannya 0.08 meter, tekanan
hidrostatis yang dihasilkan adalah 2.107 Pa dengan jarak cairan 25 cm.

4.4 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa jika densitas cairan rendah,
maka tekanan fluida besar sehingga jarak cairannya semakin jauh. Jarak yang dihasilkan air dengan
ketinggian 0.05 meter dan 0.08 secara berurutan sebesar 15 meter dan 25 meter. Pada porselin+air sebesar
25 meter dan 32 meter. Sedangkan pada sunlight+air sebesar 22 meter dan 25 meter.

DAFTAR PUSTAKA
1. Saripudin,Arip.,Rustiawan K.,Dede,dan Suganda,Agit.2009.Praktis Belajar Fisika.Jakarta :
Visindo Media Persada.
2. Gibbs, K, 1990. Advanced Physics. New York: Cambridge University Press.
3. Tim Dosen Fisika ITS, 2002. Fisika I. Surabaya: Penerbit ITS

Anda mungkin juga menyukai