1806202771
Semen merupakan salah satu material yang memiliki peran krusial dalam
industri konstruksi. Adapun industri semen sendiri adalah industri yang
memerlukan energi panas dan listrik sekitar 40% dari keseluruhan biaya operational
pengadaan energi berdasarkan European Commission tahun 2010. Bahan bakar
paling umum yang digunakan adalah bahan bakar fosil, seperti batubara dan minyak
bumi. Dalam rangka mendukung pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) pemerintah Indonesia telah menyusun beberapa kebijakan energi
nasional dengan melakukan pendekatan ke berbagai sektor pembangunan dengan
memperhatikan masalah konservasi dan daya dukung kapasitas lingkungan.
Sebagai alternatif, dilakukan substitusi bahan bakar batubara dengan bahan bakar
lain, yaitu biomassa. Namun, dilain pihak penggunaan biomassa sebagai bahan
bakar menimbulkan permasalahan baru, yaitu kontribusi emisi (gas buang) dan
dampak lain yang dihasilkan oleh penggunaan bahan bakar biomassa dalam industri
semen. Sehingga untuk mengevaluasi dampak lingkungan akibat penggunaan
bahan bakar batubara atau biomassa dapat dilakukan dengan menggunakan metode
Life Cycle Assessment atau yang biasa disebut dengan LCA.
Universitas Indonesia
memiliki berat 1000kg dengan empat macam komposisi (empat skenario) yang
berbeda, diantaranya (1) bahan bakar yang digunakan adalah 100% batubara, (2)
bahan bakar yang digunakan adalah campuran 90% energi dari batubara dan 10%
biomassa, (3) 50% energi dari batubara dan 50% berasal dari biomassa, dan (4)
bahan bakar yang digunakan adalah 100% biomassa. Masing-masing benda uji
secara berurutan memiliki faktor rasio clinker sebesar 0,95; 0,75; 0,75; dan 0,75.
Rasio clinker yang lebih rendah mimiliki emisi yang lebih rendah juga, dimana
penurunan rasio clinker sangat bergantung pada bahan pencampurnya, misalnya fly
ash, bottom ash, bahan vulkanis alami, dan bahan cementitious lainnya.
Data input terdiri dari: kebutuhan bahan baku, energi/kelistrikan, air, dan alat
transportasi yang digunakan. Sedangkan data output berupa produk semen dan
emisi yang dilepaskan terhadap lingkungan pada setiap prosesnya. Bahan baku
utama dalam proses pembuatan semen hanya ada dua, yaitu batu kapur dan tanah
liat. Bahan baku lainnya seperti fly ash, additive, iron sand, dan lainnya merupakan
bahan baku tidak utama yang ditambahkan kepada bahan uji sebagai bahan
pengganti clinker. Penggunaan batubara pada proses pyroprocessing dan distillate
fuel oil sebagai bahan bakar alat transportasi merupakan dua hal yang menjadi pusat
perhatian masalah pada proses pembuatan semen. Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan emisi yang dilepaskan oleh proses pembuatan semen terdiri atas
tiga jenis, yaitu padatan, cair, dan gas. Emisi terbesar yang dihasilkan selama proses
pembuatan semen adalah emisi berbentuk gas, yaitu karbon dioksida (CO2) yang
disertai dengan emisi udara lainnya, yaitu karbon monoksida (CO), metana (CH 4),
nitrogen dioksida (N02), dan lain-lain. Dampak kerusakan yang dihasilkan
dikategorikan berdasarkan karakteristiknya menjadi beberapa jenis, diantaranya
global warming, non-renewable energy, dan respitatory inorganic sebagai
penyumbang kontribusi terbesar terhadap kerusakan lingkungan, serta kategori
lainnya adalah aquatic ecotoxicity, ozone layer depletion, terrestrial ecotoxicity,
land occupation, ionizing radiation, carcionenic, non-carcinogenic, dan mineral
extraction. Menggunakan metode score impact assessment dapat diketahui
kontribusi kerusakan tertinggi akibat industri semen berefek pada global warming,
non-renewable energy, dan respitatory inorganic dengan kontribusi total masing-
Universitas Indonesia
masing skenario sebesar 2,78 x10-1 poin pada skenario 1; 2,24 x10-1 poin pada
skenario 2; 1,57 x10-1 poin pada skenario 3; dan 8,5 x10-2 poin pada skenario 4.
Universitas Indonesia
renewable energy, dan respitatory inorganic. Prioritas masalah dan usul perbaikan
difokuskan kepada penggunaan batubara pada proses pyroprocessing dan distillate
fuel oil sebagai bahan bakar alat transportasi. Berdasarkan analisis perbaikan,
substitusi truck sebagai pengangkut silika dengan menggunakan kereta api dapat
mereduksi kontribusi sebesar 6,00 x10-4 poin terhadap kerusakan global warming;
2,00 x10-3 poin terhadap respiratory inorganic; dan 6,00 x10-4 poin terhadap non-
renewable energy. Sedangkan substitusi bahan bakar batubara dengan sekam padi
atau miscanthus giganteus (alang-alang raksasa) dapat mereduksi kontribusi
terhadap lingkungan sebesar 1,00 x10-4 poin. Usul perbaikan lain yang dapat
dilakukan adalah melalui penghijauan yang dapat mereduksi emisi sebesar 569
ton/ha/tahun.
Sumber referensi:
Harjanto, T., Fahrurrozi, M., & Bendiyasa, I. (2012). Life Cycle Assessment
Pabrik Semen PT Holcim Indonesia Tbk. Pabrik Cilacap: Komparasi antara Bahan
Bakar Batubara dengan Biomassa. Jurnal Rekayasa Proses, 6(2).
Universitas Indonesia