Anda di halaman 1dari 3

Nama Anggota :

1. Rega Ayu Darasuta NIM : 221910601008/13


2. Aulia Ramadanti NIM :221910601016/16
3. Shava Dayyana NIM :221910601056/27

ANALISIS POTENSI JEJAK KARBON


STUDI KASUS POTENSI JEJAK KARBON LIMBAH CAIR DAN LIMBAH
LISTRIK PADA PENYAMAKAN KULIT

Jejak karbon pada dasarnya mengukur emisi gas rumah kaca (GRK) yang
berkontribusi terhadap pemanasan global. GRK termasuk karbon dioksida (CO ₂), metan
(CH₄), nitro oksida (N₂O), hydrofluorocarbons (HFCs), perfluorocarbons (PFCs), dan
sulfur hexafluoride (SF₆). Jejak karbon dapat diukur atau diterapkan pada aktivitas
individu, keluarga, acara, perusahaan, atau bahkan negara secara keseluruhan.
Kulit samak adalah produk yang dihasilkan dari kulit mentah melalui suatu
proses. Proses konversi menciptakan limbah dengan kandungan polutan yang tinggi dan
melibatkan penggunaan berbagai bahan kimia yang dapat menciptakan limbah cair yang
merugikan ekosistem air. Limbah ini dapat mengandung senyawa kimia berbahaya
seperti krom dan asam sulfat sehingga jika tidak diolah dengan baik dapat merusak
kualitas air dan mengancam keberlanjutan ekosistem. Industri penyamakan kulit
memerlukan konsumsi listrik yang tinggi untuk menjalankan berbagai mesin dan
peralatan. Sumber daya listrik ini umumnya berasal dari bahan bakar fosil, yang
berkontribusi pada emisi gas rumah kaca dan perubahan iklim global.
Perhitungan pada jejak karbon pada studi kasus ini telah didapatkan perhitungan
total emisi karbon yang dihasil dari industri. Total emisi karbon yang terbentuk pada
proses penyamakan kulit adalah 1.692,17 kg CO₂ eq per batch, dengan limbah cair
berkontribusi lebih besar dibandingkan listrik. Analisis aliran bahan menunjukkan
bahwa total jumlah kulit samak yang dihasilkan sebanyak 209,56 m²
Maka jejak karbon yang dihasilkan dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut.

23 , 9 kg
JK=
209 ,56 m²
Jk = 8,08 kg CO/m²
Jadi hasil analisis potensi jejak karbon pada kulit samak menunjukkan setiap 1 m² dapat
menghasilkan jejak karbon sebanyak 8,08 kg CO₂.
Penyebab utama jejak karbon dalam limbah cair pada industri penyamakan kulit
1. Penggunaan Bahan Kimia Berbahaya:
Penggunaan krom dalam proses penyamakan kulit dapat menghasilkan limbah cair
yang berisiko. Alternatif yang lebih ramah lingkungan, seperti penyamakan vegetal,
dapat mengurangi risiko ini.
2. Sistem Pengelolaan Limbah yang Kurang Efektif:
Pengelolaan limbah yang tidak memadai dapat menyebabkan limbah cair
mencemari sumber air dan tanah sehingga diperlukannya penerapan sistem
pengelolaan limbah yang efektif.
3. Konsumsi Listrik yang Tinggi
Penggunaan listrik yang besar dan sumber listrik tersebut dari pembakaran fosil, ini
menjadi kurang efektif sehingga dapat diganti dengan energi terbarukan
Penanganan kasus potensi jejak karbon dari limbah cair dan limbah listrik pada
industri penyamakan kulit merupakan suatu tantangan yang perlu diberikan perhatian
serius dalam konteks teknik lingkungan. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat
diambil untuk mengurangi jejak karbon dari limbah cair dan limbah listrik dalam
industri penyamakan kulit dalam konteks teknik lingkungan:
1. Pengelolaan Limbah Cair
Recovery dan Recycle merupakan implementasikan sistem pemulihan dan daur
ulang untuk mengurangi volume limbah cair dengan tujuan agar mengurangi
beban lingkungan dan mengoptimalkan penggunaan bahan kimia.
2. Efisiensi Energi
Penggunaan energi terbarukan seperti tenaga surya atau tenaga biomassa dapat
membantu mengurangi emisi gas rumah kaca yang berasal dari produksi energi.
dengan tujuan untuk mengidentifikasi area di mana efisiensi energi dapat
ditingkatkan.
3. Peran Pemerintah Untuk Memberikan Insentif
Mendorong industri penyamakan kulit dengan menggunakan teknologi yang
lebih ramah lingkungan dengan memberikan insentif terhadap pelaku usaha
yang menggunakan teknologi yang lebih ramah lingkungan
4. Pendidikan dan Pelibatan Pihak Terkait
Pelatihan karyawan mengenai praktik-praktik ramah lingkungan dan pentingnya
pengelolaan limbah. Keterlibatan pihak dengan melibatkan pihak terkait seperti
komunitas lokal, pemerintah, dan organisasi lingkungan dalam upaya
pengelolaan lingkungan.
5. Riset dan Inovasi
Mendukung riset dan pengembangan untuk mengidentifikasi teknologi baru
yang dapat mengurangi dampak lingkungan dari industri penyamakan kulit
seperti menerapkan teknologi hijau dengan mengganti krom dengan enzim yang
lebih ramah lingkungan dan inovasi lain dalam proses penyamakan kulit untuk
meningkatkan efisiensi dan mengurangi jejak karbon.
Implementasi ini memerlukan kolaborasi antara pemangku kepentingan, termasuk
pemerintah, industri, dan masyarakat.
Kesimpulan
Industri penyamakan kulit menghadapi tantangan nyata terkait dengan jejak
karbon limbah cair dan pemakaian listrik. Namun, melalui inovasi, regulasi ketat, dan
kesadaran akan dampak lingkungan, langkah-langkah dapat diambil untuk mengurangi
dampak negatif. Dengan adopsi solusi berkelanjutan, industri ini dapat beralih ke model
produksi yang lebih ramah lingkungan, menjaga kualitas produk kulit tanpa merugikan
keseimbangan ekosistem.
Jejak karbon terbentuk dalam proses penyamakan kulit melalui dua sumber
utama, yaitu penggunaan listrik dan limbah cair. Dalam proses penyamakan kulit, listrik
digunakan sebagai sumber energi untuk berbagai peralatan dan mesin. Listrik ini sering
kali dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara atau minyak bumi.
Proses pembakaran ini menghasilkan emisi karbon dioksida (CO2) dan gas rumah kaca
lainnya.
Limbah cair yang dihasilkan selama proses penyamakan kulit juga berkontribusi
terhadap pembentukan jejak karbon. Limbah cair ini mengandung senyawa organik
yang dapat mengalami dekomposisi dan menghasilkan gas-gas seperti karbon dioksida
(CO2) dan metana (CH4), yang merupakan gas rumah kaca. Dengan demikian, jejak
karbon terbentuk sebagai hasil dari emisi karbon yang dihasilkan selama proses
penyamakan kulit, baik melalui penggunaan listrik maupun melalui dekomposisi
senyawa organik dalam limbah cair.

Daftar Pustaka
Alimuddin, Tambunan AH, Machfud, Novianto A. 2018. Analisis emisi CO2
pembangkit listrik panas bumi ulubelu lampung dan kontribusinya terhadap
pengembangan pembangkit listrik di provinsi lampung. Journal Natural
Resources and Environmental Management.9 (2): 287 – 304.
Analisis Potensi Jejak Karbon Limbah Cair dan Listrik Pada Proses Penyamakan
Kulit. (2020). Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 30(3), 256–264.
https://doi.org/10.24961/j.tek.ind.pert.2020.30.3.256
Suparno O, Covington AD, dan Evans CS. Teknologi baru penyamakan kulit ramah
lingkungan: penyamakan kombinasi menggunakan penyamak nabati, naftol dan
oksazolidin. Jurnal Teknologi Industri Pertanian. 18(2): 79-84
Tim CFP IPB University. (n.d.). Laporan PERHITUNGAN JEJAK KARBON Kampus
IPB Darmaga Tahun 2019.

Anda mungkin juga menyukai