Anda di halaman 1dari 3

Nama : Fauzan Aditya Rahman

Nim : 2324003
Mata Kuliah : Lingkungan Binaan Manusia

Berikut ini merupakan bentuk-bentuk rekayasa lingkungan.

Contoh Rekayasa Lingkungan yang memiliki dampak positif :

PEMANFAATAN LIMBAH PLASTIK BEKAS UNTUK BAHAN UTAMA


PEMBUATAN PAVING BLOCK

Plastik adalah senyawa polimer alkena dengan bentuk molekul sangat


besar.Istilah plastik menurut pengertiaan kimia, mencakup produk polimerisasi sintetik atau
semi-sintetik. Molekul plastik terbentuk dari kondensasi organikatau penambahan
polimer dan bisa juga terdiri dari zat lain untuk meningkatkan performa atau nilai
ekonominya. Menurut pengertian alamianya, terdapat beberapa polimer (pengulangan tidak
terhingga dari monomer-monomer) yang digolongkan ke dalam kategori plastik.Salah
satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang sampai saat ini masih
tetap menjadi “PR” besar bagi bangsa Indonesia adalah faktor pembuangan limbah
sampah plastik.Kantong plastik telah menjadi sampah yang berbahaya dan sulit
dikelola.Diperlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk membuat sampah bekas
kantong plastik itu benar-benar terurai.
Pemanfaatan limbah plastik bekas untuk pembuatan paving block memiliki beberapa
dampak positif antara lain :
a) Pengurangan limbah plastik
Mengurangi jumlah plastik yang mencemari lingkungan, sehingga membantu
mengurangi masalah pencemaran llingkungan.
b) Penghematan sumber daya alam
Mengurangi penggunaan bahan baku baru seperti batu batu alam atau beton untuk
pembuatan paving block, sehingga membantu menghemat sumber daya alam yang
terbatas.
c) Peningkatan kekuatan paving block
Paving block yang terbuat dari limbah plastik dapat memiliki kekuatan yang lebih
baik dari paada paving block konvensional, karena plastik dapat memberi
elastisitas tambahan.
d) Peningkatan kesadaran lingkungan
Mendorong kesadaran masyarakat tentang pentingnya daur ulang dan pengelolaan
limbah plastik, serta mempromosikan pola pikir ramah lingkungan.
e) Potensi ekonomi
Menciptakan peluang ekonomi baru melalui pengolahan limbah plastik menjadi
produk bernilai tambah, sepeti paving block, yang dapat menghasilkan pendapatan
bagi masyarakat.

(Sumber : Jurnal rekayasa lingkungan oleh Burhannudin, Yogyakarta 2017)

Contoh rekayasa lingkungan yang memiliki dampak Negatif :

DEGRADASI LIMBAH KHROM DAN DAUR ULANG UNTUK BAHAN PROSES


PENYAMAKAN KULIT DENGAN MENGGUNAKAN KOAGULAN KAPUR TOHOR

Industri penyamakan kulit adalah industri yang mengolah kulit mentah (hidesatau
skin) menjadi kulit tersamak (leather) dengan bahan penyamak. Prosesnya adalah
dengan memasukkan bahan penyamak tertentu ke dalam jaringan serat kulit sehingga
terjadi ikatan kimia antara bahan penyamak dengan serat kulit. Hal tersebut akan
mengakibatkan sifat fisik kulit berubah menjadi lebih baik dibandingkan dengan kulit
mentahnya. Sifat tersebut antara lain kelemasannya, ketahanannya terhadap panas dan
dingin serta ketahanannya terhadap gesekan (Sharphouse, 2009; Thornstensen, 2007).
Bahkan penelitian mengenai penyamakan kulit saat ini sudah sampai pada level
nanoteknologi (Pan, Li, Liu, Wang, & Wang, 2017) Dalam proses penyamakan kulit,
digunakanbahan penyamak krom. Hasil dari proses penyamakan kulit tersebut diperoleh
hasil samping yang berupa krom (Cr6+yang bersifat karsinogenik).Limbah cair dari proses
penyamakan kulit sangat kompleks, sifatnya ditandai dengan kandungan BOD, padatan
tersuspensi dan padatan total yang tinggi, yang terdiri dari bahan-bahan organik
terlarutdan anaorganik , berwarna dan berbau (Iswahyuni,2009hal 2).Di Amerika
untuk mengurangi bahaya krom pada lingkungan dengan cara mengurangi kadar
krom pada proses penyamakan (Pan et al., 2017).Berdasarkan pemantauan limbah
penyamakan kulit yang dihasilkan penyamakan kulit terus bertambah jumlahnya
sejalan dengan peningkatan kapasitas produksi industri penyamakan kulit yang ada di
Indonesia. Kandungan khromium sebagai kromium total (Cr) dalam air bekas penyamakan
krom berkisar 500-1500 mg/l. Konsentrasi kromium air buangan campuran dari proses
penyamakan kulit akan menjadi sekitar 100-300 mg/l. Keadaan ini menjadi
masalah dalam pengolahan air limbah penyamakan kulit dan menjadi beban masalah
lingkungan, apalagi dibuang begitu saja. Hal ini disebabkan karena pengolahan air
limbah penyamakan kulit oleh industri saat ini sangat berkurang.(LP3S,2010). Untuk
menekan dampak cemaran pada penyamakan, saat ini digunkan krom AS. Krom
AS adalah proses penyamakan yang efektif dan ramah lingkungan yang dapat
menghasilkan produk kulit berkualitas lebih baik dalam waktu proses yang lebih
singkat dengan dosis kromium yang lebih rendah(Pan et al., 2017).Penanggulangan
dampak negatif yang ditimbulkan oleh limbah cair dari proses penyamakan kulit yang
mengandung krom, perlu dilakukan penanganan secara tepat, efektif dan efisien.
Pemanfaatan limbah Khrom dengan cara daur ulang untuk dijadikan sebagai bahan.

Degrade limbah khrom dan daur ulang dalam proses penyamakan kulit menggunakan
koagulan kapur tohor dapat memiliki dampak negatif yang signifikan. Berikut beberapa
dampak negatif yang mungkin terjadi:

1. Pencemaran Lingkungan: Limbah khrom merupakan zat beracun yang dapat


mencemari air tanah dan sungai jika tidak dikelola dengan benar. Penggunaan
koagulan kapur tohor dalam proses penyamakan kulit dapat menghasilkan limbah
beracun yang dapat mencemari lingkungan, termasuk air dan tanah di sekitar fasilitas
pengolahan.
2. Kesehatan Manusia: Paparan limbah khrom dan produk degradasi dari proses
penyamakan kulit yang tidak terkelola dengan baik dapat menyebabkan berbagai
masalah kesehatan pada manusia. Ini bisa termasuk iritasi kulit, masalah pernapasan,
serta masalah kesehatan jangka panjang seperti kanker dan gangguan sistem saraf.
3. Kerusakan Ekosistem: Limbah dari proses penyamakan kulit yang tidak terkelola
dengan baik dapat mencemari ekosistem lokal, menyebabkan kerusakan pada flora
dan fauna di sekitar area tersebut. Hal ini dapat mengganggu keseimbangan ekosistem
dan mengancam keberlangsungan hidup spesies lokal.
4. Ketergantungan pada Bahan Berbahaya: Menggunakan koagulan kapur tohor untuk
mengendapkan limbah khrom dalam proses penyamakan kulit dapat menciptakan
ketergantungan pada bahan kimia berbahaya. Ini tidak hanya berisiko bagi lingkungan
dan kesehatan manusia, tetapi juga bisa memperburuk masalah keberlanjutan dengan
mengurangi insentif untuk mencari alternatif yang lebih ramah lingkungan.
5. Kebijakan dan Regulasi: Penggunaan limbah khrom dan pengolahan kulit yang tidak
memenuhi standar kebersihan dan keamanan dapat menyebabkan masalah hukum dan
regulasi bagi perusahaan. Ini bisa mengakibatkan denda atau sanksi hukum, serta
reputasi yang rusak bagi perusahaan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai