Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH HUKUM DAGANG DAN KEWAJIBAN MAKELAR

DISUSUN OLEH:

BAIQ ABIDAH

Nim: 2020174201050

PRODI HUKUM

FAKULTAS HUKUM

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha Pemurah
dan Lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah
Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah melimpahkan Hidayah, Inayah dan Rahmat-
Nya sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul
“Makalah Hukum Dagang Dan Kewjiban Makelar” tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah sudah kami lakukan semaksimal mungkin dengan


dukungan dari banyak pihak, sehingga bisa memudahkan dalam penyusunannya.
Untuk itu kami pun tidak lupa mengucapkan terima kasih dari berbagai pihak
yang sudah membantu kami dalam rangka menyelesaikan makalah ini.

Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa
serta aspek-aspek lainnya. Maka dari itu, dengan lapang dada kami membuka
seluas-luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberikan kritik ataupun
sarannya demi penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat berharap semoga dari makalah yang sederhana


ini bisa bermanfaat dan juga besar keinginan kami bisa menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat berbagai permasalah lainnya yang masih
berhubungan pada makalah-makalah berikutnya.

Mataram, 27 Maret 2021

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................iii

BAB I...................................................................................................................1

PENDAHULUAN................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2

1.3 Tujuan Penyusunan Makalah.........................................................................2

BAB II..................................................................................................................3

TINJAUAN TEORI.............................................................................................3

2.1 Sejarah Hukum Dagang..................................................................................3

2.2 Pengertian Hukum Dagang............................................................................3

2.3 Makelar Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD).............4

A. Pengertian makelar......................................................................................4

B. Tugas Pokok Makelar Menurut KUHD.......................................................5

C. Kewajiban sorang makelar menurut KUHD................................................5

D. Hak-Hak Makelar Menurut KUHD.............................................................5

E. Hukum Perikatan Menurut Hukum Perdata.................................................6

F. Jenis-Jenis Perikatan.....................................................................................7

BAB III...............................................................................................................10

PENUTUP..........................................................................................................10

3.1 Kesimpulan...................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak abad pertengahan eropa (1000/ 1500) yang terjadi di Negara dan
kota-kota di Eropa dan pada zaman itu di Italia dan perancis selatan telah lahir
kota-kota sebagai pusat perdagangan (Genoa, Florence, vennetia, Marseille,
Barcelona dan Negara-negara lainnya) .tetapi pada saat itu hukum Romawi
(corpus lurus civilis ) tidak dapat menyelsaikan perkara-perkara dalam
perdagangan , maka dibuatlah hukum baru di samping hukum Romawi yang
berdiri sendiri pada abad ke-16 yang disebut hukum pedagang
(koopmansrecht). Karena bertambah pesatnya hubungan dagang maka pada
abad ke-17 diadakan kodifikasi dalam hukum dagang oleh mentri keuangan
dari raja Louis XIV (1613-1715) yaitu Corbert dengan peraturan
(ORDONNANCE DU COMMERCE) 1673.
Dan pada tahun 1681 disusun ORDONNANCE DE LA MARINE yang
mengatur tentang kedaulatan dan pada tahun 1807 di Perancis di buat
hukum dagang tersendiri dari hukum sipil yang ada yaitu (CODE DE
COMMERCE) yang tersusun dari ordonnance du commerce (1673) dan
ordonnance du la marine (1838) Pada saat itu Nederlands menginginkan
adanya hukum dagang tersendiri yaitu KUHD belanda, dan pada tahun 1819
drencanakan dalam KUHD ini ada 3 kitab dan tidak mengenal peradilan
khusus. lalu pada tahun 1838 akhirnya di sahkan. KUHD Belanda
berdasarkan azas konkordansi KUHD belanda 1838 menjadi contoh bagi
pemmbuatan KUHD di Indonesia pada tahun 1848 dan pada akhir abad ke-
19 Prof. Molengraaff merancang UU kepailitan sebagai buku III di KUHD
Nederlands menjadi UU yang berdiri sendiri (1893 berlaku 1896) Dan
sampai sekarang KUHD Indonesia memiliki 2 kitab yaitu, tentang dagang
umumnya dan tentang hak-hak dan kewajiban yang tertib dari pelayaran.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah Hukum Dagang?


2. Apakah Pengertian Hukum Dagang?
3. Bagaimana penegertian Makelar Menurut Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang (KUHD)?

1.3 Tujuan Penyusunan Makalah

1. Memahami Sejarah Hukum Dagang


2. Memahami Pengertian Hukum Dagang
3. Memahami pengertian Makelar Menurut Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang (KUHD)

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Sejarah Hukum Dagang

Pada tahun 1807 kaisar napoleon di perancis mengkodifikasikan 2 kitab


undang undang hukum:

1. Kitab undang undang hukum perdata perancis (code civil des francais)
2. Kitab undang undang hukum dagang perancis (code du commerce)

Kebetulan pada saat itu belanda dijajah oleh perancis (1809-1813)


sehingga hukum perancis itu diberlakukan di belanda sesuai dengan asas
konkordansi (concordantie beginsel l).

Tapi pada tanggal pada tanggal 1 oktober 1838 belanda berhasil


membuat burgerlike wet boek (kuh-perdata) dan wet boek van koophandel
(kuh-dagang)

Kemudian karena saat itu (tahun 1838 indonesia sedang dijajah oleh
belanda maka burgerlike wetboek dan wetboek van kophandel diberlakukan
di indonesia (hindia belanda) sejak tahun 1848 yang diterjemahkan dengan
nama kuh perdata (kuhp) dan kitab undang undang hukum dagang (kuhd).

2.2 Pengertian Hukum Dagang

1. M. Ikhsan, mendifinisikan hukum dagang adalah hukum yang mengatur


masalah perdagangan yaitu masalah yang timbul karena tingkah laku
manusia dalam perdagangan / perniagaan.
2. Purwosutjipto mengartikan hukum dagang sebagai hukum perikatan yang
timbul dalam lapangan perusahaan.
3. CST. Kansil, menyamakan hukum dagang dengan hukum perusahaan,
sehingga hukum perusahaan adalah hukum yang mengatur tingkah laku

3
manusia yang turut melakukan perdagangan dalam usahanya memperoleh
keuntungan.
4. Sunaryati Hartono, lebih khusus lagi mensinonimkan hukum dagang
dengan hukum ekonomi yaiitu, keseluruhan peraturan putusan pengadilan
dan hukum kebiasaan yang menyangkut pengembangan kehidupan
ekonomi.
5. Munir Fuadi mengartikan Hukum Bisnis, suatu perangkat kaedah hukum
yang mengatur tentang tata cara pelaksanaan urusan kegiatan dagang,
industri atau keuangan yang dihubungkan dengan produksi atau pertukaran
barang atau jasa dengan menempatkan uang dalam resiko tertentu dengan
usaha tertentu dengan optik adalah untuk mendapatkan keuntungan
tertentu.

2.3 Makelar Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)


A. Pengertian makelar
Didalam praktik transaksi perdagangan atau bisnis dewasa ini,
lembaga keperantaraan dalam bidang perniagaan (agency) menunjukan
peran yang makin meningkat. Bahkan, terkadang transaksi bisnis tersebut
harus dilakukan melalui perantara. Dengan kata lain, lembaga ini makin
berkembang dalam praktik, sehingga dikenal seperti perantara dagang
makelar.

Didalam KUHD dikenal dua macam keperantaraan dalam bidang


bisnis, yakni makelar dan komisioner. pada pokoknya makelar adalah
seorang perantara yang menghubungkan pengusaha dengan pihak ketiga
untuk mengadakan berbagai perjanjian.

Mengenai makelar diatur dalam KUHD bagian kedua pasal 62-73


KUHD. menurut pasal 62 KUHD, makelar adalah seorang pedagang
perantara yang diangkat oleh gubernur jendral atau (Presiden) atau oleh
pembesar yang dinyatakan berwenang untuk itu ia menyelenggarakan
perusahaanya dengan melakukan pekerjaan yang diatur dalam pasal 64

4
KUHD, mendapat upah atau provisi, atas amanat dan nama orang orang
dengan siapa ia tidak mempunyai sesuatu hubungan yang tetap.

B. Tugas Pokok Makelar Menurut KUHD


1. Memeberi perantara dalam jual beli.
2. Menyelenggarakan lelang terbuka dan lelang tertutup.
3. Menaksir untuk bank hipotik dan maskapai asuransi.
4. Mengadakan monster barang – barang yang akan diperjual belikan.
5. Menyortir party-party barang yang akan diperjual belikan.
6. Memberikan keahlianya dalam hal kerusakan dan kerugian.

Menjadi wasit atau arbiter dalam hal perslisihan tentang kualitasUpah


makelar menurut UU disebut provisi; dalam praktiknya disebut vortage.

C. Kewajiban sorang makelar menurut KUHD


1. Mengadakan buku catatan mengnai tindakanya sebagai makelar. Setiap
hari catatan ini disalin dalam buku harian dengan ketrangan yang jelas
tentang pihak-pihak yang mengadakan transaksi, pnyelenggaraan,
penyerahan, kualitas, jumlah dan harga, serta syarat-syarat yang
dijanjikan.
2. Siap sedia tiap saat untuk mmberikan kutipan atau ikhtisar dari buku-
buku itu kepada pihak-pihak yang bersangkutan mengenai pembicaraan
dan tindakan yang dilakukan dalam hubungan dengan transaksi yang
diadakan. (pasal 67 KUHD dagang).
3. Menyimpan monster sampai barang diserahkan dan diterima.

D. Hak-Hak Makelar Menurut KUHD


1. Hak menahan barang (hak retensi), selama upah, ganti ongkos belum
dibayar oleh prinsipalnya. Retensi adalah hak orang yang disuruh untuk
menahan barang-barang pesuruh yang ada didalam tanganya, sampai
segala sesuatu dalam hubungan suruhan itu sudah tertagih.
2. Hak untuk mendapatkan upah dan ganti rugi ongkos yang
dikeluarkanya. Upah makelar disebut:

5
a. Provisi oleh prinsipalnya.
b. Kurtasi oleh makelar yang menerimanya.

E. Hukum Perikatan Menurut Hukum Perdata


Pengertian Perikatan Perikatan berasal dari bahasa Belanda
“Verbintenis” atau dalam bahasa Inggris “Binding”. Verbintenis berasal dari
perkataan bahasa Perancis “Obligation” yang terdapat dalam “code civil
Perancis”, yang selanjutnya merupakan terjemahan dari kata “obligation”
yang terdapat dalam Hukum Romawi” Corpusiuris Civilis”. Menurut
Hofmann, Perikatan atau ”Verbintenis” adalah suatu hubungan hukum
antara sejumlah terbatas subjek-subjek hukum, sehubungan dengan itu,
seseorang mengikatkan dirinya untuk bersikap menurut cara-cara tertentu
terhadap pihak yang lain, yang berhak atas sikap yang demikian itu,
sedangkan menurut Pitlo, perikatan adalah suatu hubungan hukum yang
bersifat harta kekayaan antara dua orang atau lebih, atas dasar mana pihak
yang satu berhak (kreditur) dan pihak lain berkewajiban (debitur) atas
sesuatu prestasi.

Subekti memberikan definisi dari Perikatan sebagai suatu hubungan


antara dua orang atau dua pihak berdasarkan mana pihak yang satu berhak
menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain dan pihak yang lainnya
berkewajiban untuk memenuhi prestasi tersebut.

Buku III KUH Perdata tidak memberikan suatu rumusan dari perikatan,
akan tetapi menurut ilmu pengetahuan hukum, dianut rumus bahwa
perikatan adalah hubungan yang terjadi di antara dua orang atau lebih, yang
terletak di dalam lapanganharta kekayaan, dimana pihak yang satu berhak
atas prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi tersebut.

Objek hukum adalah segala sesuatu yang menjadi objek dalam


hubungan hukum dan harus ditunaikan oleh subjek hukum yaitu berupa
prestasi. Prestasi dalam hukum perikatan adalah objek perikatan yang diatur
dalam Pasal 1234 KUH Perdata yaitu untuk memberikan sesuatu (te geven),

6
untuk berbuat sesuatu (te doen) dan untuk tidak berbuat sesuatu (niet te
doen). Dalam arti sempit objek hukum adalah benda yang meliputi barang
dan hak.

Agar objek perikatan itu sah diperlukan beberapa persyaratan yaitu:

1. Objek itu harus lahir dari perjanjian atau undang-undang.


2. Objeknya harus tertentu dan dapat ditentukan
3. Objek itu mungkin untuk dilaksanakan
4. Objek itu diperobolehkan oleh hukum.

Lapangan hukum harta kekayaan maksudnya segala sesuatu yang dapat


dinilai dengan uang. Hak-hak kekayaan meliputi hak yang berlaku terhadap
orang tertentu yang dinamakan hak. perseorangan dan memiliki sifat relatif,
dan hak yang berlaku terhadap tiap-tiap orang yang dinamakan hak
kebendaan dan memiliki sifat absolut.

F. Jenis-Jenis Perikatan
Menurut ilmu hukum perdata, perikatan dapat dibagi atas beberapa jenis
sebagai berikut:

1. Dalam Pasal 1235 KUH Perdata menyebutkan: Dalam tiap-tiap


perikatan untuk memberikan sesuatu adalah termaktub kewajiban si
berutang untuk menyerahkan kebendaan yang bersangkutan dan
untuk merawatnya sebagai bapak rumah yang baik, sampai pada
saat penyerahan.
2. Dalam Pasal 1253 KUH Perdata menyebutkan: Suatu perikatan
adalah bersyarat manakala ia digantungkan pada suatu peristiwa
yang masih akan datang dan yang masih belum tentu akan terjadi,
baik secara menangguhkan perikatan hingga tejadinya peristiwa
semacam itu, maupun secara membatalkan perikatan menurut
terjadinya peristiwa tersebut.

7
3. Dalam Pasal 1268 KUH Perdata menyebutkan: Suatu ketepatan
waktu tidak menangguhkan perikatan, melainkan hanya
menagguhkan pelaksanaannya.
4. Dalam Pasal 1272 KUH Perdata menyebutkan: Dalam perikatan-
perikatan manasuka siberutang dibebaskan jika ia menyerahkan
salah satu dari dua barang yang disebutkan dalam perikatan, tetapi
ia tidak dapat memaksa si berpiutang untuk menerima sebahagian
dari barang yang satu dan sebahagian dari barang yang lain.
5. Dalam Pasal 1278 KUH Perdata menyebutkan: Suatu perikaan
tanggung- menanggung atau perikatan tanggung-renteng terjadi
antara beberapa orang berpiutang, jika di dalam persetujuan secara
tegas kepada masing- masing diberikan hak untuk menuntut
pemenuhan seluruh utang sedang pembayaran yang dilakukan
kepada salah satu menbebaskan orang yang yang berutang
meskipun perikatan menurut sifatnya dapat dipecah dan dibagi
antara orang berpiutang tadi.
6. Dalam Pasal 1296 KUH Perdata menyebutkan: Suatu perikatan
dapat dibagi-bagi atau tak dapat dibagibagi sekedar perikatan
tersebut mengenai suatu barang yang penyerahannya, atau suatu
perbuatan yang peleksanaannya dapat dibagi-bagi atau tak dapat
dibagibagi, baik secara nyata-nyata, maupun secara perhitungan.
7. Dalam Pasal 1304 KUH Perdata menyebutkan: Ancaman hukuman
adalah suatu ketentuan sedemikian rupa seorang untuk jaminan
pelaksanaan suatu perikatan diwajibkan melakukan sesuatu,
manakala perikatan itu tidak dipenuhi.

Dalam KUH Perdata Pasal 1234, perikatan dapat dibagi 3 (tiga) macam,
yaitu:

1. Perikatan untuk memberikan sesuatu atau menyerahkan sesuatu


barang; Ketentuan ini, siatur dalam KUH Perdata Pasal 1235
sampai dengan Pasal 1238 KUH Perdata. Sebagai contoh untuk

8
perikatan ini, adalah jual beli, tukar-menukar, penghibahan, sewa-
menyewa, pinjam-meminjam, dan lain- lain.
2. Perikatan untuk berbuat sesuatu; menyerahkan sesuatu barang
Ketentuan ini, siatur dalam KUH Perdata Pasal 1235 sampai
dengan Pasal 1238 KUH Perdata. Sebagai contoh untuk perikatan
ini, adalah jual beli, tukar- menukar, penghibahan, sewa-menyewa,
pinjam-meminjam, dan lain-lain.
3. Perikatan untuk tidak berbuat sesuatu. Perikatan untuk tidak
berbuat sesuatu Hal ini diatur dalam Pasal 1240 KUH Perdata,
sebagai contoh perjanjian ini adalah: perjanjian untuk mendirikan
rumah bertingkat, perjanjian untuk tidak mendirikan perusahaan
sejenis dan lain-lain.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hukum dagang adalah hukum yang mengatur masalah perdagangan yaitu


masalah yang timbul karena tingkah laku manusia dalam perdagangan /
perniagaan.

Makelar adalah seorang pedagang perantara yang diangkat oleh gubernur


jendral atau (presiden) atau oleh pembesar yang dinyatakan berwenang untuk
itu ia menyelenggarakan perusahaanya dengan melakukan pekerjaan yang
diatur dalam pasal 64 kuhd, mendapat upah atau provisi, atas amanat dan
nama orang orang dengan siapa ia tidak mempunyai sesuatu hubungan yang
tetap.

Perikatan adalah suatu hubungan hukum yang bersifat harta kekayaan


antara dua orang atau lebih, atas dasar mana pihak yang satu berhak (kreditur)
dan pihak lain berkewajiban (debitur) atas sesuatu prestasi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Ihsan, 1981 Hukum Dagang (Yogyakarta: Pradnya Paramita)

Farida Hasyim, 2011, Hukum Dagang, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta.

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, terjemahan Subekti dan


Tjirosudibyo,1980, Pradnya Paramita, Jakarta

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, terjemahan Subekti, dan


Tjirosudibyo, 1982, Pradnya Paramita, Jakarta.

Richard Burton Simatupang, 1996, Aspek Hukum Dalam Bisnis, Rineka


Cipta, Jakarta.

Soerjono Soekanto, 1985, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan


Singkat, CV. Rajawali, Jakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai