Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
2023
A. Keragaman Bentuk Muka Bumi Proses Pembentukan, Dan Dampaknya Terhadap
Kehaliman
Jauh sebelumnya, jutaan tahun yang lalu, bentuk muka bumi tidaklah seperti
sekarang. Pulau-pulau, benua-benua selalu mengalami perubahan. Perubahan itu
berlangsung lambat sekali, prosesnya berjuta-juta tahun lamanya. Deretan pegunungan
yang sebagian besar menutupi kepulauan Indonesia, jutaan tahun yang lalu sebagian
diantaranya pernah merupakan lautan, sebaliknya laut-laut kita yang ada sekarang pernah
pula menjadi daratan. Banyak sekali bukti-bukti yang dapat ditemukan tersebar di
daratan.
Batuan yang telah mengalami pelapukan, oleh air hujan yang mengalir di
permukaan bumi dikikis sedikit demi sedikit, sehingga lama kelamaan akhirnya bukit
dan gunung pun bisa menjadi rata. Pengikisan selain disebabkan oleh air dapat pula
disebabkan oleh angin, air laut, dan gletsyer (gletsyer yaitu lapisan es atau salju yang
bergerak menuruni lereng). Kadang-kadang pada lereng-lere- ng yang agak curam,
disertai pula dengan tanah longsor. Long- soran-longsoran itu akan mempercepat
kerusakan pada kulit bumi. Perhatikanlah air sungai ketika musim hujan, airnya berubah.
menjadi kuning keruh karena bercampur dengan lumpur yang dibawa dari hasil erosi.
Hasil-hasil erosi, baik oleh air hujan, angin, dan air laut akan dibawa ke tempat
yang lebih rendah dan akhirnya diendapkan. Dasar laut merupakan tempat yang paling
rendah dr ponukaar bumi sehingga dasar laut menjadi basis pengendapan terakhir.
Endapan yang terbentuk di dasar laut, lama-kelamaan dalam waktu jutaan tahun menjadi
sangat tebal bahkan dapat mencapai beberapa kilometer tebalnya. Endapan yang telah
terbentuk, kemudian oleh tenaga endogen terangkat kembali dan membentuk.
pegunungan. Pegunungan yang terbentuk oleh tenaga endogen dihancurkan kembali oleh
tenaga eksogen dan membentuk sedimen baru. Hal ini terus berlangsung sepanjang masa
sehingga terjadi suatu siklus (perputaran) yang disebut siklus geologi.
a. Proses Endogen
Endogen terdiri dari:
1) Gempa bumi, yaitu getaran pada kulit bumi yang disebabkan oleh tenaga dari
dalam bumi.
2) Vulkanisme, yaitu segala peristiwa yang menyebabkan magma naik ke
permukaan bumi (segala sesuatu yang berhubungan dengan gunung berapi).
3) Tektonisme, yaitu perubahan letak lapisan batuan (kulit bumi) baik secara
mendatar (horizontal) maupun tegak lurus (vertikal). Gerak tektonik yang
bekerja secara horizontal maupun vertikal, akan berakibat pada perubahan
bentuk-bentuk permukaan bumi.
Gerak tektonik dapat pula dibedakan atas dua bagian yaitu epirogenetik dan
orogenetik. Epirogenetik, yaitu gerakan pada lapisan kulit bumi yang
menyebabkan pengangkatan dan penurunan permukaan bumi yang
berlangsung dengan sangat lambat atau dalam waktu yang lama, serta meliputi
wilayah yang sangat luas. Gerak epirogenetik sering pula disebut tenaga
pembentuk benua. Gerak epirogenetik tidak menimbulkan lipatan ataupun
retakan pada kulit bumi. Orogenetik, yaitu gerakan pada lapisan kulit bumi
yang menyebabkan pengangkatan dan penurunan permukaan bumi yang
berlangsung relatif cepat. Orogenetik menyebabkan terjadinya pelipatan,
retakan, dan patahan pada kulit bumi, disebut juga proses struktural. Gerak
orogenetik merupakan bagian dari tektonisme yang berasal dari dalam bumi
(tenaga endogen).
a. Lipatan, terjadi jika terdapat tekanan horizontal maupun vertikal pada kulit bumi
yang bersifat liat (plastis), sehingga kulit bumi mengalami pengerutan. Hal ini
dapat kita banding- kan seperti taplak meja yang ditekan secara horizontal pada
satu sisi, sehingga terjadi pengerutan atau pelipatan.
Sebagai akibat tenaga eksogen dan endogen, maka terbentuk- lah perbedaan
ketinggian permukaan bumi, yang dikenal dengan sebutan relief. Relief permukaan bumi
terdiri dari dua macam, yaitu relief daratan dan relief dasar laut.
3. Jenis-jenis Batuan
Batu-batuan yang menyusun kulit bumi secara garis besar dapa dikelompokkan
atas tiga jenis yaitu batuan beku, batuan endapa (sedimen), dan batuan malihan
(metamorfosa).
a. Batuan beku
Batuan beku berasal dari magma yang meng alami pendinginan sehingga
membeku. Berdasarkan tempa pembekuan magma, batuan beku dapat dibedakan atas
3 (tiga macam, yaitu:
1) Batuan beku dalam, menurut Escher, proses pembekuan- nya terjadi di dalam
dapur magma pada kedalaman 15-50 km di dalam bumi. Karena pembekuan jauh
di dalam bumi, maka proses pembentukan batuan berlangsung dengan sangat
lambat sehingga terjadi pembentukan kristal yang agak besar pada batuan,
contohnya adalah batu granit.
2) Batuan beku luar (batuan beku lelehan), terjadi karena pembekuan magma (lava)
yang telah sampai di per- mukaan bumi. Proses pendi- nginan berlangsung
dengan cepat sehingga batuan tidak berkristal dan tidak berbentuk (amorf).
Contoh batuan beku luar ialah andesit, yaitu se- jenis lava yang telah mem- beku
berwarna abu-abu agak kehitaman. Batuan beku luar banyak dijumpai di daerah-
gunung berapi di Indonesia.
3) Batuan beku korok atau batu- an beku gang, yaitu batuan beku yang terbentuk di
sela- sela (korok) lapisan kulit bu- mi, menyebabkan terbentuk- nya kristal-kristal
kecil dan di sana sini terdapat pula kristal-kristal yang besar. Pendinginan magma
di dalam korok lebih cepat dibandingkan dengan pendinginan yang terjadi di
dapur magna, akan tetapi jauh lebih lambat dibandingkan dengan pendinginan
magma di permukaan bumi.
b. Batuan Sedimen.
Batuan sedimen atau batuan endapan terbentuk dari batuan yang telah ada oleh
kekuatan dari luar kulit bumi (tenaga eksogen). Batuan yang telah ada seperti batuan
beku, kemudian dihancurkan oleh tenaga endogen, diangkut dan diendapkan di tempat
yang rendah, misalnya di dasar laut, sungai, atau danau.
Pada mulanya sedimen ini merupakan batuan yang sangat lunak, akan tetapi
oleh proses diagenesis (pemadatan karena teka- nan lapisan yang terdapat di atasnya),
dan proses sementasi (perekatan oleh bahan-bahan kimia), maka sedimen tersebut
menjadi keras. Batuan pasir yang tadinya berupa batuan lepas dan gembur dapat
berubah menjadi batuan pasir yang keras dan padat.
Berdasarkan cara terbentuknya, batuan sedimen dapat dibeda- kan atas 3 (tiga)
jenis, yaitu:
1) Sedimen klastis atau mekanis, yaitu sedimen yang terdiri dari puing-puing batuan,
seperti pasir dan krikil. Unsur-unsur yang terdapat pada batuan sedimen sama
dengan unsur-unsur yang terdapat pada batuan induk atau batuan asalnya.
2) Sedimen kimiawi, yaitu batuan beku yang mengalami pelarutan karena proses-
proses kimia dan akhirnya mengendap membentuk sedimen, misalnya batu
gamping dan garam dapur.
3) Sedimen organik, yaitu batuan yang terjadi setelah batuan tersebut mengalami
penumpukan karena digunakan oleh organisme, dan apabila organisme tersebut
mati, maka terbentuklah sedimen organik, contohnya adalah batu karang.
c. Batuan metamorfosa (malihan).
Batuan metamorfosa ialah batuan yang mengalami perubahan bentuk di dalam
bumi. Perubahan bentuk dapat terjadi karena adanya tekanan yang sangat kuat dari
lapisan di atasnya dan karena pemanasan dengan temperatur yang tinggi terhadap
batuan tersebut dalam waktu yang sangat lama. Contohnya ialah batu kapur yang
berubah menjadi marmer (batu pualam).
4. Tipe-tipe Gunung Berapi
Di dalam bumi terdapat magma yaitu massa Batilah cair/liat, pijar, sangat panas
yang berada dalam litosfer. Magma keluar ke permukaan bumi melalui rekahan dalam
kerak bum atau melalui sebuah pipa sentral yang disebut terusan kepundan atau
diatrema. Pada waktu magma menerobos ke dalam lapisan kulit bumi, ada kalanya
magma tersebut tidak sampai ke permukaan bumi, gejala ini disebut intrusi magma.
Akan tetapi bila magma dapat menerobos sampai ke permukaan bumi, terbentuklah
gunung api, peristiwa ini disebut ekstrusi magma. Magma yang telah keluar ke muka
bumi disebut lava.
Keluarnya magma dari dalam bumi sering disertai dengan ledakan, akan tetapi
ada juga hanya dengan meleleh (tidak meledak). Peristiwa mengalirnya magma ke
permukaan bumi disebut dengan erupsi. Bagian atas kerak bumi terdiri dari lapisan Sial
atau hasil persenyawaan dari Silisium dan Alumunium yang berat jenisnya antara 2,7-
2,8. Di daratan lapisan Sial lebih tebal daripada di dasar lautan. Di dasar samudera
terdapat pula lapisan yang berat jenisnya lebih dari tiga. Lapisan ini disebut Sima yang
terdiri dari persenyawaan Silisium dan Magnesium. Pada lapisan Sima inilah terdapat
waduk magma/dapur magma yang merupakan sumber utama dari aktivitas vulkanik.
Pada lapisan antara Sima dan Sial terdapat jalur yang terdiri dari substansi amorf
yang berada dalam keadaan panas sekali. Sewaktu-waktu jikalau terjadi pelepasan
tekanan maka substansi amorf tersebut menjadi cair dan mengisi tempat tertentu dalam
kerak bumi sehingga terbentuklah waduk magma atau dapur magma sebagai sumber
bahan-bahan untuk membentuk gunung api. Berdasarkan pengalaman dari pengeboran ke
dalam perut bumi, semakin ke dalam suhu bumi semakin meningkat. Pada kedalaman
antara kira-kira 25-50 mil di bawah permukaan bumi, temperaturnya lebih dari 1000 atau
1200 C, sama dengan temperatur lava.
3) Erupsi campuran
Kekuatan erupsi campuran tidak se- kuat erupsi eksplo- sif, namun lebih.
kuat dari erupsi effusif. Bahan-bahan yang dikeluarkan sewak terjadi erupsi selain
lava, juga debu-debu vulkanis yang akhirnya bersama-sama dengan lava yang
membeku tertimbun di lereng gurung itu. Jenis erupsi ini juga tergolong erupsi
membangun karena lava dan debu vulkanis yang tertimbun di lereng gunung
menyebabkan lereng bertambah tebal dan tinggi. Pada erupsi campuran terdapat
aliran lava dan jatuhan debu di sekitar puncak gunung yang menyebabkan gunung
tersebut bertambah tinggi. Jenis erupsi campuran akan menghasilkan bentuk
gunung api strato sebagaimana yang banyak ditemukan di Indonesia.
a. Erupsi sentral, yaitu erupsi yang terjadi karena magma menuju permukaan
bumi hanya melalui satu pipa. Pipa ini terbentuk sepanjang kulit bumi secara
vertikal mulai dari dapur magma sampai kawah gunung berapi akibat gesekan
gas-gas dan magma yang mendesak ke luar. Umumnya erupsi gunung berapi
adalah erupsi sentral.
b. Erupsi linear (satu garis), yaitu erupsi yang terjadi sepanjang satu retakan di
kulit bumi. Karena magma keluar sepanjang satu retakan, maka akan terbentuk
deretan gunung api yang kecil-kecil di sepanjang retakan itu.
Bahan-bahan atau material yang dikeluarkan pada waktu erupsi gunung berapi
terdiri dari gas karbon dioksida atau CO, karbonmonoksida atau CO, gas belerang
atau HS dan uap air atau HO, zat cair terdiri dari air yang bercampur dengan belerang
dan zat padat (bom, lapili,batu apung, dan debu vulkanis). Bom merupakan material
batu sebesar kelapa, sedangkan lapili merupakan batuan kecil sebesar biji kacang atau
krikil.
Selain bahan tersebut ada pula gunung api yang mengeluarkan lahar, yaitu
sejenis aliran lumpur dari puncak gunung menuruni lereng. Ada dua jenis lahar yaitu
lahar panas dan lahar dingin. Lahar panas terjadi apabila di puncak gunung api
terdapat danau kawah berisi lava atau bahan cair yang panas, kemudian meluap dan
mengalir menuruni lereng. Lahar dingin terjadi kare- na endapan sekitar lereng
gunung api bercampur dengan air hujan dan berubah menjadi lumpur dan mengalir
menuruni lereng.
Gunung api yang sering menimbulkan lahar ialah: Gunung Kelud di Jawa
Timur (mengeluarkan lahar panas dan lahar dingin), Gunung Merapi di Jawa tengah,
dan Gunung Galunggung di Jawa Barat.
1) Menyuburkan tanah
Debu vulkanis yang dikeluarkan oleh gunung api banyak mengandung unsur
unsur yang diperlukan oleh tanaman, menyebabkan tanah di sekitar gunung api
sangat subur (tanah vulkanis).
2) Sebagai objek pariwisata.
Di sekitar gunung api banyak terdapat mata air panas yang bercampur belerang,
merupakan tempat yang menarik dan ramai dikunjungi oleh wisatawan. Di
samping itu, aktivitas mendaki gunung merupakan suatu kegiatan yang menarik,
sekaligus dapat menikmati indahnya panorama dari puncak gunung sehingga
memberikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
3) Sebagai sumber energi.
Gunung api menghasilkan panas bumi (geothermal) yang dapat di- manfaatkan
sebagai pembangkit tenaga listrik. Pemanfaatan geother- mal sebagai pembangkit
tenaga listrik terdapat di Gunung Kamojang (Jawa barat), dibangun atas kerja
sama. dengan pemerintah Selandia Baru. Pemanfaatan geothermal lainnya
terdapat di gunung dieng (Jawa Tengah) dan gunung sibayak (sumatra Utara)
yang sedang dalam proses pengerjaan.
Gempa bumi atau seisme adalah getaran pada permukaan bumi yang disebabkan
oleh tenaga dari dalam bumi. Berdasarkan terjadinya, gempa bumi dapat dibedakan atas
3 macam, yaitu gempa vulkanik, gempa runtuhan, dan gempa tektonik.
a. Gempa vulkanik, disebabkan oleh letusan gunung api. Pada umumnya getaran
yang kuat hanya ada di sekitar gunung api itu saja. Gempa vulkanik terjadi
sebelum dan selama letusan gunung api terjadi. Sebab-sebab terjadinya gempa
vulkanik ialah tumbukan antara magma dengan dinding-dinding gunung api,
tekanangas pada letusan yang sangat kuat, dan perpindahan mendadak dari
magma di dalam dapur magma. Gempa vulkanik hanya sekitar 7% dari jumlah
gempa yang terjadi di dunia.
b. Gempa runtuhan/tanah terban, terjadi di daerah yang terdapat banyak rongga-
rongga di bawah tanah, misalnya: Daerah kapur yang banyak sungai-sungai atau
gua-gua dibawah tanah yang tak sanggup lagi menahan atap gua. Daerah
pertambangan yang banyak terdapat rongga-rongga di bawah tanah untuk
mengambil bahan tambang. Pada daerah ini sering terjadi tanah terban. Gempa
runtuhan/tanah terban ini jarang sekali terjadi dan hanya menempati 3% dari
jumlah gempa yang terjadi.
c. Gempa tektonik, terjadi akibat pergeseran tiba-tiba di dalam kulit bumi dan hal
ini sangat erat dengan pembentukan pegunungan. Gempa tektonik disebut pula
gempa dislokasi. Gempa tektonik terjadi jika terbentuk patahan-patahan yang
baru, atau terjadi pergeseran-pergeseran di sepanjang patahan akibat ketegangan
di dalam kerak bumi. Gempartak meliputi 90% dari seluruh gempa yang terjadi di
buming
Demikian pula halnya dengan gempa, pada tempat-tempat yang terletak dekat
pusat gempa, getarannya terasa lebih kuat. Makin jauh dari pusat gempa, getarannya
semakin lemah. Sumber gempa bumi yang terletak di dalam bumi disebut
hiposentrum (asal mula gempa), sedangkan daerah yang tegak lurus di atas
hiposentrum disebut episentrum (pusat gempa di permukaan bumi). Kekuatan gempa
tidak selalu sama walaupun gempa tersebut terjadi dalam satu daerah.
Untuk membuat skala kekuatan gempa bumi menurut ke- kuatannya sangatlah
sukar, skala kekuatan relatif yang disusun oleh Mercalli dan Cancani terdiri dari
tingkatan/derajat I sampai dengan VII. Namun, Van Bemmelen membuat penyesuaian
peng- ukuran yang sesuai dengan kondisi di Indonesia.
Berbeda dengan Van Bemmelen, Richter membuat skala ke- kuatan gempa
(magnitudo) yang terdiri dari 9 rentang angka, mulai dari skala 1 sampai 9. Semakin
besar kekuatan gempa (magnitudo), semakin besar pula kekuatan gempa yang terjadi.
Kekuatan gempa di suatu daerah selain dipengaruhi oleh jaraknya dari pusat gempa di
atas permukaan bumi (episentrum), juga sangat tergantung kepada kekuatan gempa
itu sendiri dan kedalaman pusat gempa di dalam bumi (hiposentrum). Makin dangkal
hiposentrumnya, makin kuat gempa yang dirasakan di permukaan bumi.
Gempa tersebut terjadi pada pukul 09.58 waktu setempat, berlangsung selama
3 menit, kemudian terjadi gempa susulan dengan kekuatan di bawah 2 skala Richter.
Sehari sebelum peristiwa gempa tersebut terjadi pada tanggal 21 Januari 2003 jam
20.00 waktu setempat terjadi pula gempa di Meksiko bagian tegal (Amerika Tengah)
dengan kekuatan 7,6 skala Richter. Episentrum- nya berada pada 10 km ke arah laut
Pantai Cocolima. Gempa di Meksiko ini menelan korban jiwa sebanyak 23 orang dan
merusak sejumlah bangunan, sedangkan gempa yang terjadi di Sumatera Utara dan
Aceh tidak menimbulkan korban jiwa, hanya terjadi beberapa kerusakan kecil di Aceh
Timur.
Jumlah korban jiwa meninggal dan hilang lebih dari 200.000 orang, puluhan
ribu rumah hancur, kerusakan-kerusakan sarana dan fasilitas-fasilitas umum
yang luar biasa, telah mengundang rasa simpati dan solidaritas manca negara
untuk membantu dan membangun Aceh dan Nias kembali bersama dengan
rakyat dan Pemerintah Indonesia.