Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Lingkungan Kehidupan Manusia

Dosen Pengampu :

Raden Syaifuddin, M. Pd.

Disusun Oleh :

Laila Mar’atus Sholihah (06010722013)

Wahyu Sekti Maulidya (06010722024)

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2023
A. Keragaman Bentuk Muka Bumi Proses Pembentukan, Dan Dampaknya Terhadap
Kehaliman

1. Proses Alam Endogen


Hamparan daratan yang luas, deretan pegunungan yang menjulang tinggi,
lembah-lembah dimana sungai mengalir, merupakan suatu panorama yang indah di muka
bumi. Pemandangan tersebut tidak lain adalah kenampakan bentuk-bentuk muka bumi.
Apakah bentuk muka bumi yang kita lihat sekarang ahli yang ini sama bentuknya
sepanjang masa? Ternyata tidaklah demikian halnya. Banyak bukti-bukti yang telah
diteliti oleh para ilmuan yang menunjukkan bahwa bentuk muka bumi selalu mengalami
perubahan.

Jauh sebelumnya, jutaan tahun yang lalu, bentuk muka bumi tidaklah seperti
sekarang. Pulau-pulau, benua-benua selalu mengalami perubahan. Perubahan itu
berlangsung lambat sekali, prosesnya berjuta-juta tahun lamanya. Deretan pegunungan
yang sebagian besar menutupi kepulauan Indonesia, jutaan tahun yang lalu sebagian
diantaranya pernah merupakan lautan, sebaliknya laut-laut kita yang ada sekarang pernah
pula menjadi daratan. Banyak sekali bukti-bukti yang dapat ditemukan tersebar di
daratan.

Misalnya, ditemukannya batuan karang di pegunungan, padahal batuan karang itu


berasal dari binatang karang yang hidup di dasar laut. Hal itu dikarenakan sebelumnya
pegunungan tersebut merupakan dasar laut, kemudian terangkat ataupun mengalami
pelipatan sehingga membentuk daratan berupa pegunungan.

Perubahan-perubahan pada bentuk muka bumi disebabkan oleh kekuatan besar


yang bekerja pada bumi. Kekuatan itu disebut tenaga geologi. Tenaga geologi terdiri dari
tenaga endogen dan te- naga eksogen. Telah dijelaskan bahwa tenaga endogen
merupakan tenaga yang berasal dari dalam bumi. Tenaga endogen mengge- rakkan kulit
bumi, dan mengangkatnya hingga kadang-kadang melebihi tinggi permukaan laut dan
membentuk permukaan bumi baru berupa daratan.

Berbeda dengan tenaga endogen yang bersifat membangun (konstruktif), tenaga


eksogen sifatnya merusak (destruktif). Apa yang telah dibangun oleh tenaga endogen,
dirombak dan dirusak oleh tenaga eksogen. Batuan-batuan yang berada di permukaan
bumi mengalami proses pelapukan. Pelapukan batuan yaitu proses penghancuran batuan
akibat pengaruh cuaca, air, dan organisme. Batuan-batuan yang besar sedikit demi sedikit
hantur oleh pelapuk- an dan dari hasil terakhir pelapukan tersebut, terbentuklah tanah.

Batuan yang telah mengalami pelapukan, oleh air hujan yang mengalir di
permukaan bumi dikikis sedikit demi sedikit, sehingga lama kelamaan akhirnya bukit
dan gunung pun bisa menjadi rata. Pengikisan selain disebabkan oleh air dapat pula
disebabkan oleh angin, air laut, dan gletsyer (gletsyer yaitu lapisan es atau salju yang
bergerak menuruni lereng). Kadang-kadang pada lereng-lere- ng yang agak curam,
disertai pula dengan tanah longsor. Long- soran-longsoran itu akan mempercepat
kerusakan pada kulit bumi. Perhatikanlah air sungai ketika musim hujan, airnya berubah.
menjadi kuning keruh karena bercampur dengan lumpur yang dibawa dari hasil erosi.

Hasil-hasil erosi, baik oleh air hujan, angin, dan air laut akan dibawa ke tempat
yang lebih rendah dan akhirnya diendapkan. Dasar laut merupakan tempat yang paling
rendah dr ponukaar bumi sehingga dasar laut menjadi basis pengendapan terakhir.
Endapan yang terbentuk di dasar laut, lama-kelamaan dalam waktu jutaan tahun menjadi
sangat tebal bahkan dapat mencapai beberapa kilometer tebalnya. Endapan yang telah
terbentuk, kemudian oleh tenaga endogen terangkat kembali dan membentuk.
pegunungan. Pegunungan yang terbentuk oleh tenaga endogen dihancurkan kembali oleh
tenaga eksogen dan membentuk sedimen baru. Hal ini terus berlangsung sepanjang masa
sehingga terjadi suatu siklus (perputaran) yang disebut siklus geologi.

a. Proses Endogen
Endogen terdiri dari:
1) Gempa bumi, yaitu getaran pada kulit bumi yang disebabkan oleh tenaga dari
dalam bumi.
2) Vulkanisme, yaitu segala peristiwa yang menyebabkan magma naik ke
permukaan bumi (segala sesuatu yang berhubungan dengan gunung berapi).
3) Tektonisme, yaitu perubahan letak lapisan batuan (kulit bumi) baik secara
mendatar (horizontal) maupun tegak lurus (vertikal). Gerak tektonik yang
bekerja secara horizontal maupun vertikal, akan berakibat pada perubahan
bentuk-bentuk permukaan bumi.
Gerak tektonik dapat pula dibedakan atas dua bagian yaitu epirogenetik dan
orogenetik. Epirogenetik, yaitu gerakan pada lapisan kulit bumi yang
menyebabkan pengangkatan dan penurunan permukaan bumi yang
berlangsung dengan sangat lambat atau dalam waktu yang lama, serta meliputi
wilayah yang sangat luas. Gerak epirogenetik sering pula disebut tenaga
pembentuk benua. Gerak epirogenetik tidak menimbulkan lipatan ataupun
retakan pada kulit bumi. Orogenetik, yaitu gerakan pada lapisan kulit bumi
yang menyebabkan pengangkatan dan penurunan permukaan bumi yang
berlangsung relatif cepat. Orogenetik menyebabkan terjadinya pelipatan,
retakan, dan patahan pada kulit bumi, disebut juga proses struktural. Gerak
orogenetik merupakan bagian dari tektonisme yang berasal dari dalam bumi
(tenaga endogen).

Pelipatan pada kulit bumi menyebabkan terbentuknya pegunungan-


pegunungan sehingga orogenetik sering disebut dengan tenaga pembentuk
pegunungan. Sebagian besar pegu nungan di dunia terjadi karena gerak orogenetik,
termasuk pegu- nungan-pegunungan yang ada di Indonesia.

a. Lipatan, terjadi jika terdapat tekanan horizontal maupun vertikal pada kulit bumi
yang bersifat liat (plastis), sehingga kulit bumi mengalami pengerutan. Hal ini
dapat kita banding- kan seperti taplak meja yang ditekan secara horizontal pada
satu sisi, sehingga terjadi pengerutan atau pelipatan.

Punggung lipatannya disebut antiklinal, sedang lembah lipatan- nya disebut


sinklinal. Puncak dan lembah lipatan inilah yang mem- bentuk rangkaian pegunungan.
Lipatan lipatan yang terjadi dapat berupa lipatan tegak, lipa- tan miring, lipatan
menggantung, lipatan rebah dan sebagainya. Lipatan-lipatan yang terbentuk kemudian
mengalami erosi sehingga bentuk-bentuk lipatan yang telah terjadi mengalami
perubahan-perubahan pula.

b. Patahan atau retakan


Patahan terjadi karena adanya tekanan horizontal maupun vertikal pada
lapisan batuan di kulit bumi yang bersifat rapuh. misalnya batuan kapur. Gerak
patahan pada umumnya tidak hanya terjadi pada suatu bidang, akan tetapi terjadi pada
suatu daerah yang disebut zona patahan. Akibat dari tekanan horizontal maupun
vertikal di lapisan batuan kulit bumi yang rapuh selain menimbulkan retakan atau
patahan, dapat pula terbentuk horst dan graben (slenk).
Horst ialah bagian kulit bumi yang terangkat, sedangkan graben (slenk) ialah
bagian kulit bumi yang mengalami pemerosotan atau penurunan karena tenaga
endogen. Contoh:1.5 Horst dan Graben Patahan Semangko, suatu sistem patahan yang
memanjang dari Suma- tera bagian utara sampai ke Teluk Semangko. Sedangkan
contoh graben yang terkenal di dunia adalah patahan Afrika Timur, lembah Yordan,
dan Laut Mati. Daerah Patahan Afrika Timur panjangnya mencapai 6000 km. Daerah
horst di sini ialah pada Dataran Tinggi Judea dan Trans-Jordania.
Patahan dan retakan yang terjadi pada kulit bumi menyebab- kan magma yang
berada di dalam bumi menerobos ke permukaan bumi. Peristiwa ini disebut
vulkanisme, menyebabkan terbentuk- nya gunung berapi di antara deretan
pegunungan di daerah lipatan dan patahan.

2. Macam-macam Bentuk Muka Bumi

Sebagai akibat tenaga eksogen dan endogen, maka terbentuk- lah perbedaan
ketinggian permukaan bumi, yang dikenal dengan sebutan relief. Relief permukaan bumi
terdiri dari dua macam, yaitu relief daratan dan relief dasar laut.

a. Relief daratan, terdiri dari :


1) Gunung, yaitu daerah yang lebih tinggi dari daerah sekitarnya, dan ditandai
dengan adanya puncak, lereng, dan kaki gunung.
2) Lembah, yaitu daerah ledokan/lebih rendah dari tempat sekitarnya.
3) Pegunungan, yaitu rangkaian dari beberapa gunung, bentuknya memanjang.
Contoh: Pegunungan Bukit Barisan di Pulau Sumatera, Pegunungan Meratus
di Kalimantan,Pegunungan Jayawijaya di Provinsi Papua.
4) Dataran rendah, yaitu daerah datar yang berada pada ketinggian kurang dari
200 m dari permukaan laut. Misalnya Kota Jakarta dan sepanjang pantai di
Indramayu, Jawa Barat.
5) Dataran tinggi, yaitu daerah datar yang berada pada ketinggian lebih dari 200
m dan berciri sejuk.
b. Relief dasar laut, terdiri dari:
1) Palung laut, yaitu ledokan atau celah yang sangat dalam, berada di dasar laut.
Contoh: Palung Mindano di Filipina.
2) Ambang laut, yaitu dasar laut yang mencuat memisahkan satu perairan dengan
perairan yang lain. Contoh: Ambang Laut Sulawesi.
3) Gunung laut, yaitu gunung yang muncul dari dasar laut. Contonya Gunung
Krakatau.
4) Laut dangkal, yaitu laut yang kedalamannya tidak lebih dari 200 m. Contoh:
Laut Jawa, Selat Malaka, dan Laut Arafuru. Dasar laut dangkal disebut pula
dengan paparan benua (shelf), yaitu bagian daratan yang digenangi oleh air
laut.
5) Laut dalam, yaitu laut yang kedalamannya lebih dari 200 m. Contoh: Laut
Sulawesi dan Laut Banda.

Berdasarkan keadaan reliefnya, bentuk muka bumi Indonesia dapat


dikelompokkan menjadi tiga wilayah,yaitu:

a) Wilayah Indonesia Bagian Barat, meliputi Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan,


dan pulau-pulau kecil yang berada di sekitarnya. Laut yang terdapat di antara
pulau-pulau tersebut merupakan laut dangkal. Daerah ini disebut juga dangkalan
(paparan) Sunda. Batas Wilayah Indonesia Bagian Barat di sebelah timur ialah
Garis Wallace.
b) Wilayah Indonesia Bagian Tengah, meliputi Pulau Sulawesi, Maluku, dan Nusa
Tenggara. Laut yang terdapat di daerah ini merupakan laut dalam. Batas Wilayah
Indonesia Bagian Tengah di sebelah barat ialah Garis Wallace dan di sebelah
timur ialah Garis Weber.
c) Wilayah Indonesia Bagian Timur, meliputi Papua dan Kepulauan Aru. Di
daerah ini terdapat laut dangkal, karena itu disebut dangkalan (paparan) Sahul.
Batasnya dengan Wilayah Indonesia Bagian Tengah ialah Garis Weber.

3. Jenis-jenis Batuan

Batu-batuan yang menyusun kulit bumi secara garis besar dapa dikelompokkan
atas tiga jenis yaitu batuan beku, batuan endapa (sedimen), dan batuan malihan
(metamorfosa).

a. Batuan beku
Batuan beku berasal dari magma yang meng alami pendinginan sehingga
membeku. Berdasarkan tempa pembekuan magma, batuan beku dapat dibedakan atas
3 (tiga macam, yaitu:
1) Batuan beku dalam, menurut Escher, proses pembekuan- nya terjadi di dalam
dapur magma pada kedalaman 15-50 km di dalam bumi. Karena pembekuan jauh
di dalam bumi, maka proses pembentukan batuan berlangsung dengan sangat
lambat sehingga terjadi pembentukan kristal yang agak besar pada batuan,
contohnya adalah batu granit.
2) Batuan beku luar (batuan beku lelehan), terjadi karena pembekuan magma (lava)
yang telah sampai di per- mukaan bumi. Proses pendi- nginan berlangsung
dengan cepat sehingga batuan tidak berkristal dan tidak berbentuk (amorf).
Contoh batuan beku luar ialah andesit, yaitu se- jenis lava yang telah mem- beku
berwarna abu-abu agak kehitaman. Batuan beku luar banyak dijumpai di daerah-
gunung berapi di Indonesia.
3) Batuan beku korok atau batu- an beku gang, yaitu batuan beku yang terbentuk di
sela- sela (korok) lapisan kulit bu- mi, menyebabkan terbentuk- nya kristal-kristal
kecil dan di sana sini terdapat pula kristal-kristal yang besar. Pendinginan magma
di dalam korok lebih cepat dibandingkan dengan pendinginan yang terjadi di
dapur magna, akan tetapi jauh lebih lambat dibandingkan dengan pendinginan
magma di permukaan bumi.
b. Batuan Sedimen.
Batuan sedimen atau batuan endapan terbentuk dari batuan yang telah ada oleh
kekuatan dari luar kulit bumi (tenaga eksogen). Batuan yang telah ada seperti batuan
beku, kemudian dihancurkan oleh tenaga endogen, diangkut dan diendapkan di tempat
yang rendah, misalnya di dasar laut, sungai, atau danau.
Pada mulanya sedimen ini merupakan batuan yang sangat lunak, akan tetapi
oleh proses diagenesis (pemadatan karena teka- nan lapisan yang terdapat di atasnya),
dan proses sementasi (perekatan oleh bahan-bahan kimia), maka sedimen tersebut
menjadi keras. Batuan pasir yang tadinya berupa batuan lepas dan gembur dapat
berubah menjadi batuan pasir yang keras dan padat.

Berdasarkan cara terbentuknya, batuan sedimen dapat dibeda- kan atas 3 (tiga)
jenis, yaitu:

1) Sedimen klastis atau mekanis, yaitu sedimen yang terdiri dari puing-puing batuan,
seperti pasir dan krikil. Unsur-unsur yang terdapat pada batuan sedimen sama
dengan unsur-unsur yang terdapat pada batuan induk atau batuan asalnya.
2) Sedimen kimiawi, yaitu batuan beku yang mengalami pelarutan karena proses-
proses kimia dan akhirnya mengendap membentuk sedimen, misalnya batu
gamping dan garam dapur.
3) Sedimen organik, yaitu batuan yang terjadi setelah batuan tersebut mengalami
penumpukan karena digunakan oleh organisme, dan apabila organisme tersebut
mati, maka terbentuklah sedimen organik, contohnya adalah batu karang.
c. Batuan metamorfosa (malihan).
Batuan metamorfosa ialah batuan yang mengalami perubahan bentuk di dalam
bumi. Perubahan bentuk dapat terjadi karena adanya tekanan yang sangat kuat dari
lapisan di atasnya dan karena pemanasan dengan temperatur yang tinggi terhadap
batuan tersebut dalam waktu yang sangat lama. Contohnya ialah batu kapur yang
berubah menjadi marmer (batu pualam).
4. Tipe-tipe Gunung Berapi

Di dalam bumi terdapat magma yaitu massa Batilah cair/liat, pijar, sangat panas
yang berada dalam litosfer. Magma keluar ke permukaan bumi melalui rekahan dalam
kerak bum atau melalui sebuah pipa sentral yang disebut terusan kepundan atau
diatrema. Pada waktu magma menerobos ke dalam lapisan kulit bumi, ada kalanya
magma tersebut tidak sampai ke permukaan bumi, gejala ini disebut intrusi magma.
Akan tetapi bila magma dapat menerobos sampai ke permukaan bumi, terbentuklah
gunung api, peristiwa ini disebut ekstrusi magma. Magma yang telah keluar ke muka
bumi disebut lava.

Keluarnya magma dari dalam bumi sering disertai dengan ledakan, akan tetapi
ada juga hanya dengan meleleh (tidak meledak). Peristiwa mengalirnya magma ke
permukaan bumi disebut dengan erupsi. Bagian atas kerak bumi terdiri dari lapisan Sial
atau hasil persenyawaan dari Silisium dan Alumunium yang berat jenisnya antara 2,7-
2,8. Di daratan lapisan Sial lebih tebal daripada di dasar lautan. Di dasar samudera
terdapat pula lapisan yang berat jenisnya lebih dari tiga. Lapisan ini disebut Sima yang
terdiri dari persenyawaan Silisium dan Magnesium. Pada lapisan Sima inilah terdapat
waduk magma/dapur magma yang merupakan sumber utama dari aktivitas vulkanik.

Pada lapisan antara Sima dan Sial terdapat jalur yang terdiri dari substansi amorf
yang berada dalam keadaan panas sekali. Sewaktu-waktu jikalau terjadi pelepasan
tekanan maka substansi amorf tersebut menjadi cair dan mengisi tempat tertentu dalam
kerak bumi sehingga terbentuklah waduk magma atau dapur magma sebagai sumber
bahan-bahan untuk membentuk gunung api. Berdasarkan pengalaman dari pengeboran ke
dalam perut bumi, semakin ke dalam suhu bumi semakin meningkat. Pada kedalaman
antara kira-kira 25-50 mil di bawah permukaan bumi, temperaturnya lebih dari 1000 atau
1200 C, sama dengan temperatur lava.

a. Jenis-jenis Erupsi Gunung Berapi Berdasarkan kekuatan letusannya, erupsi gunung


api dibeda- kan atas tiga jenis yaitu:
1) Erupsi effusif
Pada erupsi effusif, tidak terdapat jatuhan debu, hanya terdapat aliran lava
yang meluncur menuruni lereng karena lavanya cair. Erupsi effusif berlangsung
dengan lemah, tidak menimbul- kan ledakan-ledakan. Magma yang keluar
mengalir menuruni lereng-lereng gunung. Gejala ini terjadi karena tekanan gas dari
dalam bumi agak lemah, sehingga letusannya tidak menimbul- kan kerusakan pada
puncaknya, akan tetapi menambah ketebalan lereng sehingga jenis erupsi ini
digolongkan sebagai erupsi konstruktif.
2) Erupsi eksplosif
Erupsi eksplosif berlangsung sangat kuat, disertai dengan ledakan-ledakan
yang dahsyat karena tekanan gas dari dalam bumi sangat tinggi. Material-material
dari puncak gunung api seperti batu, kerikil, pasir, debu, dan sebagainya terlempar
jauh. Erupsi eksplosif tergolong erupsi yang paling merusak karena dapat
menghancurkan puncak-puncak gunung api. Pada erupsi eksplosif tidak terdapat
aliran lava, bahkan material padat banyak terlempar. Setelah erupsi, kerucut
gunung api tersebut akan hilang sebagian karena hancur sewaktu erupsi, misal- nya
pada waktu letusan Gunung Krakatau di Selat Sunda.

3) Erupsi campuran
Kekuatan erupsi campuran tidak se- kuat erupsi eksplo- sif, namun lebih.
kuat dari erupsi effusif. Bahan-bahan yang dikeluarkan sewak terjadi erupsi selain
lava, juga debu-debu vulkanis yang akhirnya bersama-sama dengan lava yang
membeku tertimbun di lereng gurung itu. Jenis erupsi ini juga tergolong erupsi
membangun karena lava dan debu vulkanis yang tertimbun di lereng gunung
menyebabkan lereng bertambah tebal dan tinggi. Pada erupsi campuran terdapat
aliran lava dan jatuhan debu di sekitar puncak gunung yang menyebabkan gunung
tersebut bertambah tinggi. Jenis erupsi campuran akan menghasilkan bentuk
gunung api strato sebagaimana yang banyak ditemukan di Indonesia.

Berdasarkan aliran magma ke permukaan bumi, erupsi dapat dibedakan atas


dua macam yaitu:

a. Erupsi sentral, yaitu erupsi yang terjadi karena magma menuju permukaan
bumi hanya melalui satu pipa. Pipa ini terbentuk sepanjang kulit bumi secara
vertikal mulai dari dapur magma sampai kawah gunung berapi akibat gesekan
gas-gas dan magma yang mendesak ke luar. Umumnya erupsi gunung berapi
adalah erupsi sentral.
b. Erupsi linear (satu garis), yaitu erupsi yang terjadi sepanjang satu retakan di
kulit bumi. Karena magma keluar sepanjang satu retakan, maka akan terbentuk
deretan gunung api yang kecil-kecil di sepanjang retakan itu.

Bahan-bahan atau material yang dikeluarkan pada waktu erupsi gunung berapi
terdiri dari gas karbon dioksida atau CO, karbonmonoksida atau CO, gas belerang
atau HS dan uap air atau HO, zat cair terdiri dari air yang bercampur dengan belerang
dan zat padat (bom, lapili,batu apung, dan debu vulkanis). Bom merupakan material
batu sebesar kelapa, sedangkan lapili merupakan batuan kecil sebesar biji kacang atau
krikil.

Batu apung merupakan batuan yang penuh dengan rongga-rongga yang


tadinya berisi gas pada waktu keluar dari perut bumi, sangat ringan sehinga mudah
hanyut terbawa oleh air. Debu vulkanis merupakan material halus yang menyebar ke
udara pada waktu letusan kemudian dibawa oleh angin ke segala penjuru. Debu
vulkanis membuat tanah di sekitar gunung api sangat subur.

Selain bahan tersebut ada pula gunung api yang mengeluarkan lahar, yaitu
sejenis aliran lumpur dari puncak gunung menuruni lereng. Ada dua jenis lahar yaitu
lahar panas dan lahar dingin. Lahar panas terjadi apabila di puncak gunung api
terdapat danau kawah berisi lava atau bahan cair yang panas, kemudian meluap dan
mengalir menuruni lereng. Lahar dingin terjadi kare- na endapan sekitar lereng
gunung api bercampur dengan air hujan dan berubah menjadi lumpur dan mengalir
menuruni lereng.

Gunung api yang sering menimbulkan lahar ialah: Gunung Kelud di Jawa
Timur (mengeluarkan lahar panas dan lahar dingin), Gunung Merapi di Jawa tengah,
dan Gunung Galunggung di Jawa Barat.

Gunung api di Indonesia dapat dikelompokkan atas 3 (tiga) bagian yaitu:

a) Gunung api yang membentang dari Sumatera-Jawa-Nusa Tenggara sampai ke


sekitar Laut Banda.
b) Gunung api di Pulau Halmahera serta pulau-pulau di sebelah baratnya.
c) Gunung api di daerah Sulawesi Utara, Sangihe, dan Mindanao di Filipina.

b. Bentuk-bentuk Gunung Api


Menurut bentuknya, gunung api dapat dibedakan atas tiga tipe yaitu: gunung
api perisai, gunung api strato, dan gunung api maar.
1) Gunung api perisai/ prisma
Gunung api perisai berciri lerengnya agak landai berbentuk perisai.
Gunung api ini hanya terdiri dari lapisan-lapisan lava saja, karena lava yang
keluar dari gunung api hanya berupa lava yang cair sekali, sehingga dapat
mengalir jauh menuruni lereng, kemudian mengalami pembekuan. Gunung api
perisai terdapat di Kepulauan Hawaii yaitu Gunung Mauna Loa dan Gunung
Kilauea. Di Indonesia tidak ditemukan jenis gunung api perisai.
2) Gunung api strato
Gunung api strato berdiri bentuknya seperti kerucut. Strato artinya
lapisan, oleh karena ba- dan gunung api ini terdiri dari lapisan-lapisan lava yang
ber- campur dengan hasil-hasil vulkanis lainnya seperti debu, pasir, kerikil, dan
bom. Cam- puran yang dikandungnya memungkinkan endapan pada lereng
gunung berlapis-lapis sehingga gunung api semakin tinggi menjulang ke atas. Se-
bagian besar gunung api di Indonesia tergolong bentuk gunung api strato.
3) Gunung api maar
Kata maar berasal dari bahasa Jerman yang artinya "kawah". Maar terjadi
karena peletusan gunung api itu hanya terjadi satu kali saja. Setelah itu kegiatan
vulkanis berhenti sama sekali. Akibat peletusan yang terjadi, terbentuklah lubang
besar berbentuk corong, yang dikelilingi oleh tebing yang terombak ketika terjadi
letusan. Apabila dasar dan dinding maar tidak dapat ditembus air, maka
terbentuklah danau yang disebut danau maar. Namun, ada juga maar yang kering
karena jenis tanah di dasarnya tidak dapat menahan air. Contoh gunung api maar
antara lain maar di Gunung Lamongan (Jawa Timur), maar di daerah Pegunungan
Eifel (Jerman), dan maar di Dataran Tinggi Auvergne (Perancis).
c. Manfaat dan Kerugian Gunung Api.
Indonesia dilalui oleh dua jalur pegunungan muda yang panjang di dunia,
yaitu jalur Pasifik dan jalur Mediterania, sehingga menyebabkan banyak terdapat
gunung api. Beberapa manfaat gunung api antara lain:

1) Menyuburkan tanah
Debu vulkanis yang dikeluarkan oleh gunung api banyak mengandung unsur
unsur yang diperlukan oleh tanaman, menyebabkan tanah di sekitar gunung api
sangat subur (tanah vulkanis).
2) Sebagai objek pariwisata.
Di sekitar gunung api banyak terdapat mata air panas yang bercampur belerang,
merupakan tempat yang menarik dan ramai dikunjungi oleh wisatawan. Di
samping itu, aktivitas mendaki gunung merupakan suatu kegiatan yang menarik,
sekaligus dapat menikmati indahnya panorama dari puncak gunung sehingga
memberikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
3) Sebagai sumber energi.
Gunung api menghasilkan panas bumi (geothermal) yang dapat di- manfaatkan
sebagai pembangkit tenaga listrik. Pemanfaatan geother- mal sebagai pembangkit
tenaga listrik terdapat di Gunung Kamojang (Jawa barat), dibangun atas kerja
sama. dengan pemerintah Selandia Baru. Pemanfaatan geothermal lainnya
terdapat di gunung dieng (Jawa Tengah) dan gunung sibayak (sumatra Utara)
yang sedang dalam proses pengerjaan.

Pemanfaatan panas bumi sebagai sumber energi pembangkit tenaga listrik di


Indonesia di mulai pada Bulan No- vember 1978 di Kamojang. Sampai pada
tahun 2003, baru sekitar 4,3 % dari cadangan yang telah dimanfaatkan, yaitu
sekitar 860 megawatt (MW), Indonesia menjadi negara terbesar di dunia yang
memiliki cadangan sumber energi panas bumi yaitu sekitar 40% dari cadangan
dunia atau 20.000 MW (cadangan dunia diperkirakan 50.000 MW).

4) Menghasilkan berbagai barang tambang


Gunung api menghasilkan beraneka macam bahan galian seperti besi, emas,
perak, tembaga, belerang dan sebagainya. Selain memberikan manfaat yang
sangat besar bagi kehidup- an, gunung api dapat pula menimbulkan bencana alam
yang meng- akibatkan kerugian materiil dan korban jiwa. Untuk menghindari
korban jiwa akibat letusan gunung api, maka dibangun pos pengamatan gunung
api, untuk mengamati aktifitas gunung tersebut. Bilamana ada tanda-tanda bahwa
gunung api tersebut dapat menimbulkan bencana, maka pos pengamatan gunung
api segera melaporkannya kepada masyarakat sekitarnya melalui pemerintah
setempat agar waspada dan dapat menghindar dari bahaya. Tanda-tanda
meningkatnya aktivitas gunung api ialah terjadi gempa, suhu udara sekitar
gunung meningkat, terjadi semburan lahar panas dan aktivitas mata air panas me-
ningkat. Bilamana tanda-tanda tersebut memberikan indikasi akan terjadi bencana
alam, maka pos pengamatan gunung api segera memberikan infor- masi kepada
masyarakat seki- tar gunung dan menganjurkan agar waspada dan bila perlu
penduduk sekitarnya harus mengungsi.
Salah satu gunung api yang rawan bahaya ialah Gunung Merapi di Jawa
Tengah. Pada tahun 1930 terjadi letusan yang sangat dahsyat, menimbulkan awan
pijar yang sangat panas dan menelan korban jiwa sebanyak 1.369 orang. Sampai saat
ini Gunung Merapi tetap aktif, pada beberapa tempat telah dibangun pos pengamatan
yang setiap saat siaga karena wilayah sekitarnya merupakan permukiman yang padat
penduduk.

5. Terjadinya Gempa Bumi dan Akibatnya

Gempa bumi atau seisme adalah getaran pada permukaan bumi yang disebabkan
oleh tenaga dari dalam bumi. Berdasarkan terjadinya, gempa bumi dapat dibedakan atas
3 macam, yaitu gempa vulkanik, gempa runtuhan, dan gempa tektonik.

a. Gempa vulkanik, disebabkan oleh letusan gunung api. Pada umumnya getaran
yang kuat hanya ada di sekitar gunung api itu saja. Gempa vulkanik terjadi
sebelum dan selama letusan gunung api terjadi. Sebab-sebab terjadinya gempa
vulkanik ialah tumbukan antara magma dengan dinding-dinding gunung api,
tekanangas pada letusan yang sangat kuat, dan perpindahan mendadak dari
magma di dalam dapur magma. Gempa vulkanik hanya sekitar 7% dari jumlah
gempa yang terjadi di dunia.
b. Gempa runtuhan/tanah terban, terjadi di daerah yang terdapat banyak rongga-
rongga di bawah tanah, misalnya: Daerah kapur yang banyak sungai-sungai atau
gua-gua dibawah tanah yang tak sanggup lagi menahan atap gua. Daerah
pertambangan yang banyak terdapat rongga-rongga di bawah tanah untuk
mengambil bahan tambang. Pada daerah ini sering terjadi tanah terban. Gempa
runtuhan/tanah terban ini jarang sekali terjadi dan hanya menempati 3% dari
jumlah gempa yang terjadi.
c. Gempa tektonik, terjadi akibat pergeseran tiba-tiba di dalam kulit bumi dan hal
ini sangat erat dengan pembentukan pegunungan. Gempa tektonik disebut pula
gempa dislokasi. Gempa tektonik terjadi jika terbentuk patahan-patahan yang
baru, atau terjadi pergeseran-pergeseran di sepanjang patahan akibat ketegangan
di dalam kerak bumi. Gempartak meliputi 90% dari seluruh gempa yang terjadi di
buming

Untuk mencatat getaran gempa, digunakan peralatan yang disebut seismograf.


Dari pencatatan seismograf, diperoleh hasil catatan tentang getaran gempa berupa
grafik yang disebut seismo gram. Ilmu yang mempelajari tentang gempa disebut
seismologi. Getaran gempa bumi merambat sebagai gelombang sesuai dengan syarat-
syarat di dalam ilmu fisika. Perambatan gelombang gempa dapat disamakan dengan
gelombang yang terjadi kerena sebuah batu dijatuhkan kedalam air. Di tempat jatuhan
batu, gelom- bang air yang ditimbulkannya lebih besar.

Demikian pula halnya dengan gempa, pada tempat-tempat yang terletak dekat
pusat gempa, getarannya terasa lebih kuat. Makin jauh dari pusat gempa, getarannya
semakin lemah. Sumber gempa bumi yang terletak di dalam bumi disebut
hiposentrum (asal mula gempa), sedangkan daerah yang tegak lurus di atas
hiposentrum disebut episentrum (pusat gempa di permukaan bumi). Kekuatan gempa
tidak selalu sama walaupun gempa tersebut terjadi dalam satu daerah.

Untuk membuat skala kekuatan gempa bumi menurut ke- kuatannya sangatlah
sukar, skala kekuatan relatif yang disusun oleh Mercalli dan Cancani terdiri dari
tingkatan/derajat I sampai dengan VII. Namun, Van Bemmelen membuat penyesuaian
peng- ukuran yang sesuai dengan kondisi di Indonesia.

Berbeda dengan Van Bemmelen, Richter membuat skala ke- kuatan gempa
(magnitudo) yang terdiri dari 9 rentang angka, mulai dari skala 1 sampai 9. Semakin
besar kekuatan gempa (magnitudo), semakin besar pula kekuatan gempa yang terjadi.
Kekuatan gempa di suatu daerah selain dipengaruhi oleh jaraknya dari pusat gempa di
atas permukaan bumi (episentrum), juga sangat tergantung kepada kekuatan gempa
itu sendiri dan kedalaman pusat gempa di dalam bumi (hiposentrum). Makin dangkal
hiposentrumnya, makin kuat gempa yang dirasakan di permukaan bumi.

Berdasarkan kedalaman hiposentrumnya, gempa bumi terdiri dari:

a. Gempa dangkal, dengan kedalaman hiposentrumnya kurang dari 60 km.


b. Gempa menengah, kedalaman hiposentrumnya antara 60 km- 300 km.
c. Gempa dalam, dengan kedalaman hiposentrumnya lebih dari 300 km.

Gempa sering terjadi di berbagai tempat, kadang-kadang pada waktu yang


bersamaan atau hanya berselang beberapa saat saja. Sebagai contoh pada tanggal 22
Januari 2003 terjadi gempa yang mengguncang kawasan Sumatera Utara dan Aceh
bagian timur. Episentrumnya berada pada koordinat 4° 50′ LU dan 97° 59′ BT, sekitar
35 km sebelah barat daya Kota Langsa (Aceh Timur). Kekuatan gempa tercatat 4,6
skala Richther, hiposentrumnya berada di kedalaman 30 km.

Gempa tersebut terjadi pada pukul 09.58 waktu setempat, berlangsung selama
3 menit, kemudian terjadi gempa susulan dengan kekuatan di bawah 2 skala Richter.
Sehari sebelum peristiwa gempa tersebut terjadi pada tanggal 21 Januari 2003 jam
20.00 waktu setempat terjadi pula gempa di Meksiko bagian tegal (Amerika Tengah)
dengan kekuatan 7,6 skala Richter. Episentrum- nya berada pada 10 km ke arah laut
Pantai Cocolima. Gempa di Meksiko ini menelan korban jiwa sebanyak 23 orang dan
merusak sejumlah bangunan, sedangkan gempa yang terjadi di Sumatera Utara dan
Aceh tidak menimbulkan korban jiwa, hanya terjadi beberapa kerusakan kecil di Aceh
Timur.

a. Akibat yang Ditimbulkan oleh Gempa Bumi


Gempa bumi sebagai suatu kekuatan alam, telah menimbulkan bencana
yang besar di berbagai belahan bumi. Korban jiwa, harta benda, serta kerusakan
fasilitas umum seperti jalan, jembatan, dan sebagainya tidak dapat lagi dihitung
nilainya akibat gempa bumi, karena jumlahnya yang demikian besar. Beberapa
kejadian gempa bumi yang telah menimbulkan kerugian yang amat besar antara
lain:
1) Gempa bumi di Jepang yang terjadi pada tanggal 1 September 1933 telah
menimbulkan gelombang laut yang sangat besar datang dari Teluk Sogami,
70 mil sebelah timur dari Kota To- kyo. Gelombang laut yang sangat besar
yang disebabkan oleh gempa disebut tsunami. Kerusakan yang terjadi,
rumah-rumah hancur luluh, pipa- pipa gas dan pipa air putus, kebakaran
terjadi di segala penjuru kota Tokyo. Dalam waktu 18 jam, 64% dari seluruh
rumah di ibukota Jepang itu terbakar, dan menurut catatan terakhir 366.161
buah rumah terbakar. Korban jiwa mencapai 35.000 jiwa, termasuk hilang
menjadi 59.065 jiwa.
2) Gempa bumi di Pantai Peru tahun 1970 telah menyebabkan beberapa kota
hancur, dan 70.000 jiwa meninggal.
3) Gempa bumi di Guatemala (Amerika Tengah) pada tahun 1976
menyebabkan sekitar 1 juta penduduk kehilangan rumah, 80.000 orang luka-
luka, dan 23.000 jiwa meninggal.
4) Gempa bumi di San Francisco (Amerika Serikat) pada tahun 1989 telah
menyebabkan kebakaran di berbagai bagian kota, jembatan-jembatan runtuh,
3.000 orang luka-luka dan meninggal 100 orang.
5) Gempa bumi yang terjadi di Iran, Desember 2003 menelan korban jiwa lebih
dari 20.000 jiwa. Keadaan ini menjadikan pemerintah Iran berencana
memindahkan lokasi ibu kotanya yang lebih terbebas dari gempa bumi.
6) Gempa Bumi di Aceh dan Nias Minggu tanggal 26 Desember 2004 pukul
07.50. 26 WIB gempa dasyat yang kemudian diikuti oleh gelombang tsunami
yang sangat besar, telah menghancurkan sebagian besar daerah pantai barat
Aceh dan sebagian kecil pantai timurnya, serta pantai Pulau Nias di Sumatera
Utara. Tsunami yang ditim- bulkan gempa tersebut tidak hanya melanda
Aceh dan Nias, tetapi meluas ke beberapa negara di Asia Tenggara dan
Samudera Hindia seperti Malaysia, Myanmar dan Thailand di Asia Tenggara,
Srilanka, India, dan Banglades di Asia Selatan, bahkan sampai ke negara-
negara di bagian barat Benua Afrika seperti Kenya, Madagaskar, Tanzania,
Maladewa, Maurituies, Seychelles, dan lain-lain.

Pusat gempa (episentrum) berada pada 3,05° LU dan 94,85° BT dengan


kedalaman 20 km, ±160 km jaraknya sebelah barat Aceh. Kekuatan gempa
mencapai 9,0° skala richter (SR), merupakan gempa terkuat di dunia sejak
tahun 1964. Gempa terkuat sebelumnya pernah terjadi di Alaska tahun 1957
dengan kekuatan 9,1 SR, di Chili tahun 1960 dengan kekuatan 9,5 SR dan di
Alaska kembali terjadi tahun 1964 dengan kekuatan 9,2 SR.

Jumlah korban jiwa meninggal dan hilang lebih dari 200.000 orang, puluhan
ribu rumah hancur, kerusakan-kerusakan sarana dan fasilitas-fasilitas umum
yang luar biasa, telah mengundang rasa simpati dan solidaritas manca negara
untuk membantu dan membangun Aceh dan Nias kembali bersama dengan
rakyat dan Pemerintah Indonesia.

7) Gempa Bumi di Yogyakarta


Gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah terjadi tanggal 27 Mei 2006
pukul 05.55 WIB selama 57 detik dengan kekuatan 5,9 SR. Hiposentrum
terletak pada 8,26° LS dan 110,31 BT. dengan kedalaman 33 km berada
sekitar 25 km selatan barat daya kota Yogyakarta. Gempa yang berlangsung
walaupun hanya sekitar 57 detik, telah menimbulkan kerusakan dan korban
jiwa yang cukup besar. Kerusakan terparah dan korban jiwa yang terbesar
terdapat di Kabupaten Bantul dan Sleman di Provinsi D.L. Yogyakarta dan
Klaten di Jawa Tengah serta kabupaten/kota lain dengan jumlah korban yang
lebih kecil. Korban meninggal akibat peristiwa ini tercatat 6.234 orang
korban luka berat sebanyak 33.231 orang dan korban luka ringan 12.917
orang. Disamping korban jiwa, kerugian harta benda juga cukup besar
jumlahnya tidak kurang dari 7.057 rumah yang roboh, dan peninggalan yang
paling bersejarah yaitu Candi Prambanan turut pula mengalami kerusakan.
8) Gempa Pangandaran Belum dua bulan terjadi gempa di Yogyakarta, pada
tanggal 17 Juli 2006 jam 15.19 WIB, terjadi lagi gempa di pantai selatan
Jawa Barat di daerah Pagandaran, Cipatujuh, Tasikmalaya, dan Ciamis,
kekuatan gempa mencapai 7,2 SR lebih besar dari gempa Yogyakarta,
episentrumnya berada pada 9,29° LS dan 107,35° BT, pada kedalaman 33
km di bawah permukaan laut, dengan jarak sekitar 286 km di sebelah selatan
Bandung. Gempa bumi ini telah menimbulkan tsunami setinggi 5 meter yang
menghancurkan rumah-rumah di sekitar pantai, dan menimbulkan korban
jiwa yang meninggal mencapai 658 orang dan hilang 83 orang di samping
korban luka-luka yang jumlahnya cukup banyak.

Anda mungkin juga menyukai