MAKALAH
Dosen Pengampu:
Di susun oleh:
TAHUN 2022
2
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha Pengasih lagi
Maha Penyanyang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat,hidayah,serta inaya-Nya kepada kami bisa menyelesaikan
makalah kami tentang “FIKIH IBADAH”.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para
pembaca dan digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses pembelajaran.
3
DAFTAR ISI
2.2.6 Tata cara sholat jamak qashar (dhuhur dan ashar) ...........................................................
2.3 Shalat jum’at .............................................................. ...............................................................
2.3.5 Ancaman bagi seorang lelaki yang meninggalkan shalat jum’at ......................................
2.3.7 Hikmah pelaksanaan shalat jumat dan keistimewaan hari jum’at ....................................
4
BAB 1
PENDAHULUAN
Fiqih merupakan sebuah cabang ilmu, yang tentunya bersifat ilmiyah, logis
dan memiliki obyek dan kaidah tertentu. Fiqih tidak seperti tasawuf yang lebih
merupakan gerakan hati dan perasaan. Juga bukan seperti tarekat yang
merupakan pelaksanaan ritual-ritual.Pembekalan materi yang baik dalam
lingkup sekolah, akan membentuk pribadi yang mandiri, bertanggung jawab,
dan memiliki budi pekerti yang luhur. Sehingga memudahkan peserta didik
dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi di zaman
modern sekarang semakin banyak masalah-masalah muncul yang
membutuhkan kajian fiqih dan syari’at. Oleh karena itu, peserta didik
membutuhkan dasar ilmu dan hukum Islam untuk menanggapi permasalahan
di masyarakat sekitar.1 Tujuan pembelajaran Fiqih adalah untuk membekali
peserta didik agar dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum
Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan dalil aqli
melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar.2 Fiqih
merupakan sebuah cabang ilmu, yang tentunya bersifat ilmiyah,logis dan
memiliki obyek dan kaidah tertentu. Fiqih tidak seperti tasawuf yang lebih
merupakan gerakan hati dan perasaan. Juga bukan seperti tarekat yang
merupakan pelaksanaan ritual-ritual.
Dalam agama Islam, khususnya hukum Islam ( fiqh ) juga dikenal adanya
istilah shalat jama’. Shalat jama’ merupakan salah satu bentuk rukhsah
(keringanan) yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada hambaNya
dikarenakan adanya sebab-sebab tertentu yang menjadi seseorang tidak dapat
melaksanakan shalat sebagaimana mestinya, yang telah diatur mengenai
waktu pelaksanaannya. Manifestasi dari bentuk kemurahan itu adalah musafir
boleh melakukan qashar ( memperpendek ). Yakni dalam pelaksanaan shalat
yang terbilang empat rakaat , Zhuhur, Ashar, dan Isya’ dijadikan dua rakaat dua
rakaat. Shalat jama’ terdiri dari dua kata yaitu kata “ shalat “ dan kata “jama’
“ ,kata ini berasal dari bahasa arab yaitu “ jama’ “. Secara etimologi kata jama’
5
berarti “ mengumpulkan atau menghimpun “1 . Dengan kata lain bahwa shalat
jama’ merupakan penggabungan atau pengumpulan dua shalat fardhu untuk
dikerjakan dalam satu waktu.
2.3 TUJUAN
6
4. Mengetahui apa itu khutbah
BAB II
PEMBAHASAN
7
2. Qasar adalah membedakan shalat yang 4 raka’at menjadi 2 raka’at .
Sedangkan jama’ adalah mengumumpulkan dua shalat dalam satu waktu.
Jama’ terbagi menjadi dua, yaitu jama’ taqdim dan jama’ taqkhir.
• Jama’ taqdim adalah mengumpulkan dua shalat dan dikerjakan pada shalat
yang pertama. Contoh: Shalat dluhur dan ashar dikerjakan pada waktu dluhur
atau magrib dan isya dikerjakan pada waktu shalat magrib.
• Jama’ taqhir adalah mengumpulkan dua shalat pada shalat yang kedua.
Contoh: mengerjakan shalat dluhur pada waktu shalat ashar begitu juga
maghrib dan isya.
Shalat magrib tidak boleh di qasar sedangkan shalat subuh tidak boleh di qasar
maupun di jama’ dengan shalat lainya.
2. Jamak Takhir
Sebab dan Syarat yang Memperbolehkan Menjama’ Shalat Islam merupakan agama
Rahmatan Lil’alamin, agama yang sangat menjamin kesejahteraan bagi alam
semesta pada umumnya dan bagi para pemeluknya pada khususnya. Disamping itu
agama Islam juga mempunyai hukum yang fleksibel dan cukup lentur yang
ditetapkan sesuai dengan kemampuan pemeluknya, namun bukan berarti hal
tersebut boleh menjadikan manusia ( umat Islam ) memandang remeh terhadap
hukum yang dibebankan terhadapnya. Salah satu fleksibilitas hukum Islam yang
diberikan kepada pemeluknya adalah berupa “ shalat jama’ “. Apabila para
pemeluknya mampu melaksanakan sesuai dengan ketetapan yang berlaku, maka
hal tersebutlah idealnya yang harus dikerjakan. Namun sebagai manusia biasa
kadang-kadang mempunyai udzur yang memaksa manusia tidak mampu
menjalankan kewajiban yang telah dibebankan baginya, sebagaimana mestinya,
malah ada jalan keluar. Demikian juga dalam melaksanakan shalat fardhu alangkah
idealnya jika shalat tersebut dikerjakan sesuai dengan aturan waktunya. Tetapi
apabila ada halangan yang menyebabkan harus mengerjakan dengan
menggunakan keringanan-keringanan yang tidak menjadi kebiasaan, seperti shalat
jama’ dan shalat qashar, maka boleh dikerjakan. Adapun sebab-sebab yang
memperbolehkan shalat di jama’ yang disepakati oleh ulama adalah :
1. Dalam keadaan bepergian ( musafir ) Bepergian adalah melakukan perjalanan
ketempat lain yang hendak dituju karena ada sesuatu kepentingan . Menjama’ dua
shalat ketika bepergian, menurut sebagian besar para ahli hukumnya boleh, 32
tanpa ada perbedaan, apakah dilakukannya sewaktu berhenti, ataukah selagi dalam
perjalanan7 .
Sebagaimana dalam hadits : ﻋﻦ ﻣﻌﺎذ ﺑﻦ ﺟﺒﻞ ان اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ااﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻛﺎن ﻓﻰ ﻏﺰوة ﺗﺒﻮك اذا
ارﺗﺤﻞ ﻗﺒﻞ ان ﺗﺰﻳﻎ اﻟﺸﻤﺲ اﺧﺮ اﻟﻈﻬﺮ ﺣﺘﻰ ﻳﺠﻤﻌﻬﺎ اﻟﻰ اﻟﻌﺼﺮ ﻳﺼﻠﻴﻬﻤﺎ ﺟﻤﻴﻌﺎ واذا ارﺗﺤﻞ ﺑﻌﺪ زﻳﻎ اﻟﺸﻤﺲ
وﻛﺎن اذا ارﺗﺤﻞ ﻗﺒﻞ اﻟﻤﻐﺮب اﺧﺮ اﻟﻤﻐﺮب ﺣﺘﻰ ﻳﺼﻠﻴﻬﺎ ﻣﻊ اﻟﻌﺸﺎء واذا،ﺻﻠﻰ اﻟﻈﻬﺮ واﻟﻌﺼﺮ ﺟﻤﻴﻌﺎ ﺛﻢ ﺳﺎر
). اﻟﻌﺸﺎء ﻓﺼﻼﻫﺎ ﻣﻊ اﻟﻤﻐﺮب (رواه اﺑﻮ داود8 ارﺗﺤﻞ ﺑﻌﺪ اﻟﻤﻐﺮب ﻋﺠﻞ
Artinya :“ Dari Muadz bin Jabal ,” bahwasannya Nabi saw dalam perang tabuk,
apabila beliau berangkat sebelum tergelincir matahari, beliau menta’khirkan shalat
Zhuhur hingga beliau kumpulkan dengan shalat Ashar, beliau gabungkaan keduanya
( Zhuhur dan Ashar) waktu Ashar, dan apabila berangkat sesudah tergelincir
matahari, beliau kerjakan shalat Zhuhur dan Ashar sekaligus, kemudian beliau
berjalan.
9
Dan apabila beliau berangkat sebelum Maghrib, beliau menta’khirkan Maghrib
hingga beliau melakukan shalat Maghrib beserta Isya’ dan apabila beliau berangkat
sesudah waktu Maghrib beliau segerakan shalat Isya’ dan beliau menggabungkan
shalat Isya’ bersama Maghrib.(HR.Abu Daud ) Adapun bepergian yang mendapat
kemudahan untuk menjama’ shalat adalah bepergian yang telah memenuhi kriteria
shalat qashar, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Al-Fiqh Ala Al-Madzahib
Al-Arba’ah sebagai berikut :
1. اﻟﻘﺼﺮاﻟﻤﺘﻘﺪﻣﺔ ﺑﺸﺮوط اﻟﺴﻔﺮ9 ﻳﺠﻮز اﻟﺠﻤﻊ ﺑﻴﻦ اﻟﺼﻼﺗﻴﻦ اﻟﻤﺬﻛﻮرﺗﻴﻦ ﺟﻤﻊ ﺗﻘﺪﻳﻢ او ﺗﺄﺧﻴﺮ ﻟﻠﻤﺴﺎﻓﺮﻣﺴﺎﻓﺔ
Maka dari itu, anda tidak diperbolehkan meng-qasar sholat subuh dan maghrib.
Berikut tata cara dan niat shalat qasar :
1. - Niat Salat Qashar
Niat salat qashar Dzuhur
"Usholli fardhol dhuhri rok"atainii qoshron lillaahi ta"aala."
Artinya: "Aku niat salat fardu dzuhur 2 rakaat qashar, karena Allah Ta"aala."
-Niat salat qashar Ashar
"Usholli fardhol ashri rok"atainii qoshron lillaahi ta"aala."
Artinya: "Aku niat salat fardu Ashar 2 rakaat qashar, karena Allah Ta"aala."
-Niat salat qashar "Isya
"Usholli fardhol isya"i rok"atainii qoshron lillaahi ta"aala."
Artinya: "Aku niat salat fardu Isya 2 rakaat qashar, karena Allah Ta"aala
2. Takbirotul Ikhram
3. Membaca Doa Iftitah
4. Membaca Surah Al-fatihah
5. Membaca Surah Pendek
6. Ruku" dengan tuma"ninah
10
7. I"tidal dengan tuma"ninah
8. Sujud dengan tuma"ninah
9. Duduk di antara dua sujud dengan tuma"ninah
10. Sujud kedua dengan tuma"ninah
11. Berdiri lagi untuk menunaikan rakaat kedua
12. Membaca Surah Al-Fatihah
13. Membaca Surah Pendek
14. Ruku" dengan tuma"ninah
15. I"tidal dengan tuma"ninah
16. Sujud dengan tuma"ninah
17. Duduk di antara dua sujud dengan tuma"ninah
18. Sujud kedua dengan tuma"ninah
19. Tasyahud Akhir dengan tuma"ninah
20. Salam,
2.2.7 Tata Cara Sholat Jamak Qashar (Dhuhur dan Ashar)
Perlu diketahui juga bahwa salat jamak qashar juga bisa dilakukan dengan jamak
taqdim maupun jamak takhir. Berikut tata cara salat jamak qashar yang dilakukan
dengan jamak taqdim:
1. Niat Salat Jamak Qashar
Ushollii fardlozh zhuhri rok"ataini qoshron majmuu"an "ilaihil "asri jam"a ta"diiman
lillaahi ta"aalaa.
Artinya: " Aku berniat shalat duhur dua rakaat digabungkan dengan shalat Ashar
dengan jamak takdim, diQashar karena Allah Ta"ala."
2. Takbirotul Ikhram
4. Salam
Ushollii fardlol "ashri ro"ataini qoshron majmuu"an bil zhuhri jam"a ta"diiman lillaahi
ta"aalaa.
11
2. Hendaknya perjalanan itu merupakan perjalanan yang dibolehkan bukan
perjalanan yang diharamkan ataupun dilarang.15
3. Shalat yang boleh diqaṣar hanya shalat yang empat raka‟at saja, dan bukan
shalat qadha, shalat yang empat raka‟at ialah shalat zhuhur, „ashar dan „isya.
Adapun shalat subuh dan magrib tidak boleh diqaṣar.
4. Niat mengqaṣar pada waktu takbiratul ihram.
5. Tidak menjadi ma‟mum kepada orang shalat yang bukan musafir.
6. Baligh adalah syarat menurut mażhab Hanafi. Akan tetapi, mayoritas ulama tidak
mensyaratkannya maka anak kecil boleh mengqaṣar shalat. Karena, setiap orang
yang memiliki tujuan yang benar dan niat melakukan perjalanan, serta mencapai
jarak yang ditentukan maka ia boleh mengqaṣar shalat.17
7. Tempat yang dituju untuk melaksanakan shalat qaṣar haruslah tempat yang
tertentu untuk mengqaṣarnya, jika tidak maka tidak boleh qaṣar.
Shalat menurut bahasa berarti doa, Rahmat dari Tuhan. Shalat menurut fuqoha di
artikan sebagai ibadah yang terdiri dari perbuatan atau gerakan dan perkataan atau
ucapan tertentu yang di mulai dengan Takbir dan di akhiri dengan Salam.
Jum’at berasal dari kata ﺟﻤﻊ-ﻳﺠﻤﻊ-ﺟﻤﻌﺔyang berarti banyak, lebih dari satu atau dua,
mengumpulkan atau kata lain berjama’ah.2 Shalat Jum’at merupakan salah satu
kewajiban setiap muslim yang dilaksanakan pada hari Jum’at diwaktu zuhur, shalat
Jum’at merupakan kewajiban tersendiri (independen), bukan sebagai pengganti
shalat zuhur, hanya saja jika seseorang tertinggal shalat Jum’at maka dia wajib
melaksanakan shalat zuhur empat rakaat.
Kata “Jum’at” di dalam Al Qur’an disebut dengan al-Jumu’ah dan merupakan nama
dari salah satu surah di Al Qur’an. Dinamakan dengan shalat Jum’at, karena banyak
orang-orang berkumpul untuk melakukannya atau karena Adam dan Hawa
bertemu/berkumpul di mudzdalifah pada hari Jum’at dan karena itu pulalah
Mudzdalifah disebut dengan jam’an.
Ada yang mengatakan disebut Jumu’ah karena pada hari tersebut seluruh amal
kebaikan dikumpulkan. Ada yang mengatakan karena pada hari Jum’at, Allah SWT
mengumpulkan tanah sebagai embrio diciptakannya Nabi Adam AS. 5 Shalat Jum’
at merupakan shalat dua raka’at pada hari Jum’at dan di kerjakan pada waktu zuhur
sesudah dua khutbah. orang yang telah mengerjakan shalat Jum’at, tidak
diwajibkan mengerjakan shalat zuhur lagi. Shalat Jum’at fardhu’ ain bagi setiap
muslim yang mukallaf, laki laki, merdeka, sehat dan bukan musafir.
Sesungguhnya shalat Jum’at, sudah diperintahkan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad Saw. Semenjak beliau masih di Mekkah (sebelum hijrah), akan tetapi
selama di Mekkah belum dapat dikerjakan, dan baru setelah hijrah ke Madinah bisa
dikerjakan. Hadis-hadis sahih menjelaskan, bahwa permulaan Rasulullah SAW.
Mengerjakan shalat Jum’at, yaitu ketika di Madinah.
2
12
2.3.1 Syarat-Syarat Shalat Jum’at
Pelaksanaan Shalat Jum’at adalah sama dengan Shalat fardu lainnya kecuali
tentang beberapa hal; salah satu di antaranya ialah bahwa shalat itu harus
didahului dengan dua Khutbah. Dan dalam Madzhab Syafi’i di jelaskan
bahwa syarat shalat Jum’at terbagi dua, yaitu syarat wajib dan syarat sah .
Syarat wajib shalat Jum’at Di ungkapkan oleh Imam Taqiyuddin tentang
syarat wajib Shalat jum’at adalah sebagai berikut:
a.Islam.
b. Laki-laki, maka shalat Jum’at itu tidak wajib bagi wanita. Akan tetapi bila ia
menghadirinya, maka shalat Jum’atnya sah dan cukup baginya sebagai
pengganti shalat Zhuhur.
c. Merdeka, maka shalat Jum’at itu tidak wajib bagi hamba sahaya. Akan
tetapi apabila ia menghadiri dan melaksanakannya, maka shalat Jum’atnya
itu sah.
d. Berakal, maka shalat Jum’at itu tidak wajib bagi orang gila dan yang
hukumnya sama dengannya.
e. Baligh, maka shalat Jum’at itu tidak wajib bagi anak kecil yang belum
mencapai usia baligh.Sehat.
g. Istithan, bertempat tinggal tetap di tempat shalat jum’at itu
diselenggarakan secara permanen, tidak pergi dari tempat itu baik di musim
kemarau maupun di musim penghujan selain ada keperluan seperti pergi
untuk berdagang atau ziarah.
2.3.2 Syarat Sah Shalat Jum’at Syarat-syarat untuk dilakukannya shalat Jum’
at adalah:
13
sendirianmeskipun berdampingan dengan orang-orang yang
melakukannya secara berjamaah dihukumi tidak sah.
b. Memerhatikan seluruh syarat yang ada dalam shalat jamaah, seperti
bersambungnya saf-saf berjamaah.
c. Jarak antara dua shalat Jum’at minimal adalah satu farsakh. 14
d. Dilakukan di waktu zuhur.
e. Perkampungan/perkotaan di mesjid besar atau mushallah.
f. Adanya imam dan dilaksanakan di Mesjid.
g. Tidak boleh terlalu banyak dilaksanakannya shalat Jum’at di suatu daerah
tanpa sebab tertentu khutbah sebelum shalat Jum’at.15
h. Berjumlah empat puluh orang lelaki yang Mukallaf lagi menjadi warga
daerah itu, berada di satu tempat.
i. Jatuhnya waktu shalat diwaktu zuhur, tidak mengulang-ulang kecuali ada
kesulitan berkumpul.
j. Khutbah, Shalat Jum’at harus didahului oleh dua Khutbah.
k. Mendahulukan khutbah menggunakan bahasa arab sekalipun tidak
difahami jama’ah.
2.3.3 Syarat-syarat Khutbah
2.4 Khutbah dengan suara yang keras agar didengar seluruh jama’ah dan dengan
bahasa yang mudah difahami jama’ah.
2.5 Khutbah pertama dan kedua dilakukan secara berturut-turut.
2.6 Khatib menutup aurat.
2.7 Khutbah dimulai setelah tergelincir matahari.
2.8 Khatib hendaknya berdiri jika mampu.
2.9 Khatib duduk untuk berhenti sebentar diantara dua Khutbah.16
2.3.4 Rukun-rukun Khutbah
Rukunnya, yaitu membaca Hamdallah (memuji Allah), membaca shalawat atas Nabi
SAW, berwasiat taqwa sekalipun hanya sepatah kata sekalipun “ Athii’ullaah ” atau “
Ittaqullah ” dalam kedua khutbah, membaca ayat yang bisa difahami dan di salah
satu khutbah, berdoa yang di tunjukan kepada orang-orang Mukmin setelah khutbah
kedua, duduk di antara dua khutbah dengan tenang, pelaksanaan dua khutbah
dengan tenang, pelaksanaan dua khutbah dikerjakan secara berurutan dan muwalah
(bersambung) diantara rukun-rukunnya, antara rukun dan shalat, dalam keadaan
suci, menutup aurat, disampaikan dengan berdiri (bagi orang yang mampu). Jumlah
pendengarnya tidak kurang dari empat puluh orang.17
2.3.5 Ancaman Bagi Seorang lelaki yang Meninggalkan Shalat Jum’at
Barang siapa yang meninggalkan shalat Jum’at disebabkan karena menganggap
ringan atas kefardhuannya, maka hatinya dicap kenifakan (kamunafikan) oleh Allah
SWT. Dekat jauhnya ahli surga dihari kiamat, cepat lambatnya ia menziarahi Allah
SWT, adalah menurut dekat jauhnya mereka kepada imam dihari jum’at dan cepat
lambatnya datang ke Mesjid untuk melakukan shalat Jum’at.
Berdasarkankan Hadits Nabi Muhammad Saw:
14
ت ﻋﻦ أ ﺑﻲ اﻟﺠﻌﺪ اﻟﻀﻤﺮ ي و ﻛﺂ ﻧﺖ ﻟﻪ ﺻﺤﺒﺔ ان رﺳﻮل ﻫﻠﻼ ﺻﻞ َ ﻞ َث ّى ﻫﻠﻼ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻞ َم ْن
َ ّ َر َك َﺛ.م
ت ٍ ُج َﻣﻊ
َ ق َﻫﺎ
ُ ﻼ َﻋَﻠﻰ
ُ ﺐ َع ﻫﻠ
َ ِه)رواه اﺑﻮا داود( ْوب ُ ل ُو ًﻧﺎ َﻃ
18 Artinya : Barang siapa meninggalkan shalat Jum’at tiga kali karena
menganggapnya enteng, niscaya Allah akan menutup mata hatinya. (HR. Abu Daud).
1
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a Nabi Sawbersabda:
ﻋﻦ ﻗﺎل رﺳﻮل ﻫﻠﻼ ﺻﻞ ﻟﻪ إل, ﻣﻦ ﺳﻤﻊ اﻟﻨﺪاء ﻓﻠﻢ ﻳﺄﺗﻪ ﻓﻠﺼﻠﺔ ّ ّى ﻫﻠﻼ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻞ ﻋﻦ أ ﺑﻦ ﻋﺒـﺎ ش: م ﻗﺎل
ﺻﺤﻴﺢ ا ﺑﻲ داود,ﻣﻦ ﻋﺬر)اأﻟﺮوإ ء
(26 Artinya : “siapa saja yang mendengarkan panggilan (azan), lalu tidak
menjawabnya maka shalatnya tidak sah kecuali karena ada uzur “.(H.R Abu Daud).
Lantas para sahabat bertanya“ Rasulullah apa udzur itu “? Beliau menjawab, “takut
dan sakit ”. Dengan begitu tidak lagi wajib shalat jamaah dan shalat Jum’at karena
takut terhadap orang yang zalim, penjara yang menyusahkan, tidak berpakaian,
takut siksaan yang di harapkan bisa di tinggalkan seperti teguran dari Allah SWT
atau manusia biasa, terkena hukum Qishash terkena cambukan atas tuduhan palsu
yang masih bisa di maafkan jika menghilang selama beberapa hari, dan takut
menambah sakit, ataupun memperlambat proses penyembuhannya. Jika seseorang
yang sedang sakit namun tidak berbahaya untuk pergi ke mesjid, baik dengan
menunggang hewan, di gendong atau seseorang bersuka rela untuk
memboncengnya, menggendongnya, ataupun menuntunnya jika ia seseorang yang
buta maka menurut Hambali, Maliki dan Syafi’i orang itu terkena kewajiban shalat
Jum’at.Mereka juga menambahkan seperti halnya pendapat Syafi’i boleh
meninggalkan shalat Jum’at ataupun berjamaah bagi orang yang terkena hukum
Qishash, jika masih diharapkan maafnya orang yang terkena cambukan atas
tuduhan palsu, jika masih di harapkan maafnya juga, karena itu adalah hak manusia,
adapun siapa yang terkena hukuman karena hak Allah SWT, seperti hukuman
berzina, minum minuman keras, dan memotong tangan pencuri maka tidak ada
alasan untuk meningglkan shalat Jum’at ataupun shalat berjamaah.
15
2. Hujan tanah berair, cuaca sangat dingin, panas waktu zuhur angin kencang di
malam tidak di siang hari dan suasana yang sangat gelap, berdasarkan hadis
yang di riwayatkan oleh Ibnu Umar R.A ia berkata “ jika kami sedang bersama
Rasulullah SAW dalam suatu perjalanan, dimana malamnya sangat gelap
atau turun hujan maka akan ada orang yang menyeru, ”shalatlah di tempat
singgah kalian !. dan salju serta hujan es.
Allah yang maha bijaksana telah mewajibkan shalat Jumat bagi kita.karena
itu adalah pertemuan orang muslimin yang penuh makna saling mencintai.
saat itu mereka meninggalkan segala aktivitas dan kesibukan duniawi,
mendengarkan khutbah dan nasehat dalam rangka memperbaiki urusan
dunia dan akhirat.30 Setiap peritah Allah SWT kepada hambanya seluruhnya
mempunyai tujuan, begitu pula dengan perintah shalat, adapun tujuan
disyariatkannya shalat diantaranya agar manusia selalu ingat kepada Allah
Swt, sehingga selalu terjalin hubungan secara vertikal antara hamba dan
Tuhannya yang telah menciptakannya. ikatan dan hubungan tersebut akan
ada ketika seseorang mendirikan shalat, dalam shalat ada bacaan (zikir) dan
Allah SWT telah menyuruh manusia agar banyak berzikir kepada Allah SWT,
baik dalam keadaan berdiri maupun duduk dan bahkan dalam keadaan
berbaring.31
DAFTAR PUSTAKA
17