Anda di halaman 1dari 17

1

MAKALAH

FIKIH IBADAHSHALAT JAMA’ DAN QASHAR, SHOLAT JUMAT DAN KHOTBAH

Dosen Pengampu:

Eka Rahayu Purbenazir,MH

Di susun oleh:

1. Kholva Ayu Anisa (2223140054)


2. Sonia Aprilia (2223140064)
3. Nopramadi (2223140055)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYRIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI FATMAWATI SOEKARNO


BENGKULU

TAHUN 2022

2
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha Pengasih lagi
Maha Penyanyang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat,hidayah,serta inaya-Nya kepada kami bisa menyelesaikan
makalah kami tentang “FIKIH IBADAH”.

Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para
pembaca dan digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses pembelajaran.

Bengkulu,03 oktober 2022

3
DAFTAR ISI

Kata pengantar ................................................................ ...............................................................

BAB I PENDAHULUAN .................................................... ...............................................................

1.1 Lata belakang ............................................................ ...............................................................

1.2 Rumusan masalah .................................................... ...............................................................

1.3 Tujuan ........................................................................ ...............................................................

BAB II PEMBAHASAN .................................................... ...............................................................

2.1 Definisi shalat jama’ dan qashar ............................ ...............................................................

2.2.1 Syarat shalat qasar ............................................... ...............................................................

2.2.3 Syarat shalat jama’ taqdim ................................. ...............................................................


2.2.4 Syarat shalat jama’ takhir .................................... ...............................................................
2.2.5 Tata cara dan niat shalat qashar dan jama’ ...... ...............................................................

2.2.6 Tata cara sholat jamak qashar (dhuhur dan ashar) ...........................................................
2.3 Shalat jum’at .............................................................. ...............................................................

2.3.1 Syarat-syarat shalat jum’at .................................. ...............................................................


2.3.2 Syarat sah shalat jum’at syarat-syarat untuk dilakukannya shalat jum’at .......................

2.3.3 Syarat-syarat khutbah ........................................... ...............................................................

2.3.4 Rukun-rukun khutbah………….. .............................. ...............................................................

2.3.5 Ancaman bagi seorang lelaki yang meninggalkan shalat jum’at ......................................

2.3.6 Hal-hal yang dapat menggugurkan kewajiban shalat jum’at .............................................

2.3.7 Hikmah pelaksanaan shalat jumat dan keistimewaan hari jum’at ....................................

BAB III DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................

4
BAB 1

PENDAHULUAN

2.1. Latar Belakang

Fiqih merupakan sebuah cabang ilmu, yang tentunya bersifat ilmiyah, logis
dan memiliki obyek dan kaidah tertentu. Fiqih tidak seperti tasawuf yang lebih
merupakan gerakan hati dan perasaan. Juga bukan seperti tarekat yang
merupakan pelaksanaan ritual-ritual.Pembekalan materi yang baik dalam
lingkup sekolah, akan membentuk pribadi yang mandiri, bertanggung jawab,
dan memiliki budi pekerti yang luhur. Sehingga memudahkan peserta didik
dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi di zaman
modern sekarang semakin banyak masalah-masalah muncul yang
membutuhkan kajian fiqih dan syari’at. Oleh karena itu, peserta didik
membutuhkan dasar ilmu dan hukum Islam untuk menanggapi permasalahan
di masyarakat sekitar.1 Tujuan pembelajaran Fiqih adalah untuk membekali
peserta didik agar dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum
Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan dalil aqli
melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar.2 Fiqih
merupakan sebuah cabang ilmu, yang tentunya bersifat ilmiyah,logis dan
memiliki obyek dan kaidah tertentu. Fiqih tidak seperti tasawuf yang lebih
merupakan gerakan hati dan perasaan. Juga bukan seperti tarekat yang
merupakan pelaksanaan ritual-ritual.

Dalam agama Islam, khususnya hukum Islam ( fiqh ) juga dikenal adanya
istilah shalat jama’. Shalat jama’ merupakan salah satu bentuk rukhsah
(keringanan) yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada hambaNya
dikarenakan adanya sebab-sebab tertentu yang menjadi seseorang tidak dapat
melaksanakan shalat sebagaimana mestinya, yang telah diatur mengenai
waktu pelaksanaannya. Manifestasi dari bentuk kemurahan itu adalah musafir
boleh melakukan qashar ( memperpendek ). Yakni dalam pelaksanaan shalat
yang terbilang empat rakaat , Zhuhur, Ashar, dan Isya’ dijadikan dua rakaat dua
rakaat. Shalat jama’ terdiri dari dua kata yaitu kata “ shalat “ dan kata “jama’
“ ,kata ini berasal dari bahasa arab yaitu “ jama’ “. Secara etimologi kata jama’

5
berarti “ mengumpulkan atau menghimpun “1 . Dengan kata lain bahwa shalat
jama’ merupakan penggabungan atau pengumpulan dua shalat fardhu untuk
dikerjakan dalam satu waktu.

Shalat qaṣar adalah melakukan shalat dengan meringkas/mengurangi


jumlah raka‟at shalat yang bersangkutan. Shalat Qaṣar merupakan keringanan
yang diberikan kepada mereka yang sedang melakukan perjalanan (safar).
Adapun shalat yang dapat diqaṣar adalah shalat dzuhur, ashar dan isya, dimana
raka‟at yang aslinya berjumlah 4 dikurangi/diringkas menjadi 2 raka‟at saja.

Shalat Jum’at merupakan salah satu kewajiban setiap muslim yang


dilaksanakan pada hari Jum’at diwaktu zuhur, shalat Jum’at merupakan
kewajiban tersendiri (independen), bukan sebagai pengganti shalat zuhur,
hanya saja jika seseorang tertinggal shalat Jum’at maka dia wajib
melaksanakan shalat zuhur empat rakaat.3 Kata “Jum’at” di dalam Al Qur’an
disebut dengan al-Jumu’ah dan merupakan nama dari salah satu surah di Al
Qur’an. Dinamakan dengan shalat Jum’at, karena banyak orang-orang
berkumpul untuk melakukannya atau karena Adam dan Hawa
bertemu/berkumpul di mudzdalifah pada hari Jum’at dan karena itu pulalah
Mudzdalifah disebut dengan jam’an. 4 Ada yang mengatakan disebut Jum.

2.2 . RUMUSAN MASALAH

1. Mengetahui apa itu pengertia shalat jama’ dan qashar ?

2. syarat-syarat Shalat Jama’ dan Qasar ?

3. Mengetahui apa itu Shalat jum’at?

4. Mengetahui apa itu khutbah ?

5. Syarat- syarat khutbah ?

2.3 TUJUAN

1. Mengetahui apa itu pengertia shalat jama’ dan qashar

2. syarat-syarat Shalat Jama’ dan Qasar

3. Mengetahui apa itu Shalat jum’at

6
4. Mengetahui apa itu khutbah

5. Syarat- syarat khutbah

BAB II

PEMBAHASAN

2.2. Definisi shalat Jama’ dan qashar


2.2.1 shalat Jama’ dan qashar
Dalam agama Islam, khususnya hukum Islam ( fiqh ) juga dikenal adanya
istilah shalat jama’. Shalat jama’ merupakan salah satu bentuk rukhsah
(keringanan) yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada hambaNya
dikarenakan adanya sebab-sebab tertentu yang menjadi seseorang tidak
dapat melaksanakan shalat sebagaimana mestinya, yang telah diatur
mengenai waktu pelaksanaannya. Manifestasi dari bentuk kemurahan itu
adalah musafir boleh melakukan qashar ( memperpendek ). Yakni dalam
pelaksanaan shalat yang terbilang empat rakaat , Zhuhur, Ashar, dan Isya’
dijadikan dua rakaat dua rakaat. Shalat jama’ terdiri dari dua kata yaitu kata “
shalat “ dan kata “jama’“ ,kata ini berasal dari bahasa arab yaitu “ jama’ “.
Secara etimologi kata jama’ berarti “ mengumpulkan atau menghimpun “ .
Dengan kata lain bahwa shalat jama’ merupakan penggabungan atau
pengumpulan dua shalat fardhu untuk dikerjakan dalam satu waktu. Adapun
definisi shalat jama’ menurut istilah yaitu seseorang yang shalat
mengumpulkan antara shalat Zhuhur dan Ashar secara jama’ taqdimpada
waktu shalat Zhuhur dengan mengerjakan shalat Ashar bersama shalat
Zhuhur sebelum waktu Ashar tiba, atau mengumpulkan antara shalat Zhuhur
dan Ashar secara jama’ ta’khir dengan mengakhirkan shalat Zhuhur sehingga
keluar waktunya, dan mengerjakannya bersama-sama dengan shalat Ashar
(pada waktu shalat Ashar).
1. Shalat Jama’ adalah melaksanakan dua shalat wajib dalam satu waktu, yakni
melakukan shalat Dzuhur dan shalat Ashar di waktu Dzuhur dan itu
dinamakan Jama’ Taqdim atau melakukannya di waktu Ashar dan
dinamakan Jama’ Takhir .Dan melaksanakan shalat Magrib dan shalat Isya’
bersamaan di waktu Magrib ataumelaksanakannya di waktu Isya’. Jadi
shalat yang boleh dijama’ adalah semua shalat Fardhu kecuali shalat Shubuh.
Shalat shubuh harus dilakukan pada waktunya, tidak boleh dijama’ dengan
shalat isya’ atau shalat Dhuhur. Sedangkan shalat Qashar maksudnya
meringkas shalat yang empatrakaat menjadi dua rakaat.Seperti shalat
Dhuhur, Ashar dan Isya’. Sedangkan shalat Magrib dan shalat Shubuh tidak
bisa di qashar.

7
2. Qasar adalah membedakan shalat yang 4 raka’at menjadi 2 raka’at .
Sedangkan jama’ adalah mengumumpulkan dua shalat dalam satu waktu.
Jama’ terbagi menjadi dua, yaitu jama’ taqdim dan jama’ taqkhir.
• Jama’ taqdim adalah mengumpulkan dua shalat dan dikerjakan pada shalat
yang pertama. Contoh: Shalat dluhur dan ashar dikerjakan pada waktu dluhur
atau magrib dan isya dikerjakan pada waktu shalat magrib.
• Jama’ taqhir adalah mengumpulkan dua shalat pada shalat yang kedua.
Contoh: mengerjakan shalat dluhur pada waktu shalat ashar begitu juga
maghrib dan isya.
Shalat magrib tidak boleh di qasar sedangkan shalat subuh tidak boleh di qasar
maupun di jama’ dengan shalat lainya.

2.2.2 SYARAT SHALAT QASAR

• Jarak perjalanan sekurang-kurangnya dua hari perjalanan kaki atau 2


marhalah (16 farsakah = 80.640 km) (dibulatkan menjadi 81 km)
• Perjalanan itu bukan untuk pekerjaan maksiat.
• Shalat yang boleh di qashar itu hanya shalat yang empat rakaat saja, (yaitu
zhuhur,ashar,dan isya)
• Niat mengqhosor ketika takbiratul ihram.
• Tidak mengikuti imam,atau orang yang shalat dengan sempurna (shalat
biasa)

2.2.3. SYARAT SHALAT JAMA’ TAQDIM

• Dikerjakan dengan tertib yakni mendahulukan shalat yang pertama, misalnya


Shalat dluhur diikuti oleh Shalat Ashar,dan Maghrib diikuti oleh shalat isya.
• Niat men-jama’ ketika takbiratul ihram pada shalat yang pertama.
• Berurutan antarkeduanya, yakni tidak boleh diselingi dengan shalat sunat
atau lainnya.

2.2.4. SYARAT SHALAT JAMA’ TAKHIR


■ Syarat jam’a takhir hanya satu yaitu berniat jama’ takhir
• Pada waktu yang pertama. (Sebelum masuk waktu shalat yang kedua).

2.2.5. TATA CARA DAN NIAT SHALAT QASHAR DAN JAMA’


1. Jamak Taqdim
Jamak Taqdim yaitu meringkas atau mengerjakan 2 sholat fardhu sekaligus
di waktu sholat yang pertama, yaitu :
• Sholat Dzuhur dan Ashar, dikerjakan saat waktu Dzuhur.
8
• Sholat Maghrib dan Isya, dikerjakan saat waktu Maghrib.

2. Jamak Takhir

Jamak Takhir yaitu meringkas atau mengerjakan 2 sholat fardhu sekaligus


di waktu sholat yang terakhir, yaitu:

• Sholat Dzuhur dan Ashar, dikerjakan saat waktu Ashar.


• Sholat Maghrib dan Isya’, dikerjakan saat waktu Isya

3. Sebab dan Syarat yang Memperbolehkan Menjama’

Sebab dan Syarat yang Memperbolehkan Menjama’ Shalat Islam merupakan agama
Rahmatan Lil’alamin, agama yang sangat menjamin kesejahteraan bagi alam
semesta pada umumnya dan bagi para pemeluknya pada khususnya. Disamping itu
agama Islam juga mempunyai hukum yang fleksibel dan cukup lentur yang
ditetapkan sesuai dengan kemampuan pemeluknya, namun bukan berarti hal
tersebut boleh menjadikan manusia ( umat Islam ) memandang remeh terhadap
hukum yang dibebankan terhadapnya. Salah satu fleksibilitas hukum Islam yang
diberikan kepada pemeluknya adalah berupa “ shalat jama’ “. Apabila para
pemeluknya mampu melaksanakan sesuai dengan ketetapan yang berlaku, maka
hal tersebutlah idealnya yang harus dikerjakan. Namun sebagai manusia biasa
kadang-kadang mempunyai udzur yang memaksa manusia tidak mampu
menjalankan kewajiban yang telah dibebankan baginya, sebagaimana mestinya,
malah ada jalan keluar. Demikian juga dalam melaksanakan shalat fardhu alangkah
idealnya jika shalat tersebut dikerjakan sesuai dengan aturan waktunya. Tetapi
apabila ada halangan yang menyebabkan harus mengerjakan dengan
menggunakan keringanan-keringanan yang tidak menjadi kebiasaan, seperti shalat
jama’ dan shalat qashar, maka boleh dikerjakan. Adapun sebab-sebab yang
memperbolehkan shalat di jama’ yang disepakati oleh ulama adalah :
1. Dalam keadaan bepergian ( musafir ) Bepergian adalah melakukan perjalanan
ketempat lain yang hendak dituju karena ada sesuatu kepentingan . Menjama’ dua
shalat ketika bepergian, menurut sebagian besar para ahli hukumnya boleh, 32
tanpa ada perbedaan, apakah dilakukannya sewaktu berhenti, ataukah selagi dalam
perjalanan7 .
Sebagaimana dalam hadits : ‫ﻋﻦ ﻣﻌﺎذ ﺑﻦ ﺟﺒﻞ ان اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ااﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻛﺎن ﻓﻰ ﻏﺰوة ﺗﺒﻮك اذا‬
‫ارﺗﺤﻞ ﻗﺒﻞ ان ﺗﺰﻳﻎ اﻟﺸﻤﺲ اﺧﺮ اﻟﻈﻬﺮ ﺣﺘﻰ ﻳﺠﻤﻌﻬﺎ اﻟﻰ اﻟﻌﺼﺮ ﻳﺼﻠﻴﻬﻤﺎ ﺟﻤﻴﻌﺎ واذا ارﺗﺤﻞ ﺑﻌﺪ زﻳﻎ اﻟﺸﻤﺲ‬
‫ وﻛﺎن اذا ارﺗﺤﻞ ﻗﺒﻞ اﻟﻤﻐﺮب اﺧﺮ اﻟﻤﻐﺮب ﺣﺘﻰ ﻳﺼﻠﻴﻬﺎ ﻣﻊ اﻟﻌﺸﺎء واذا‬،‫ﺻﻠﻰ اﻟﻈﻬﺮ واﻟﻌﺼﺮ ﺟﻤﻴﻌﺎ ﺛﻢ ﺳﺎر‬
). ‫ اﻟﻌﺸﺎء ﻓﺼﻼﻫﺎ ﻣﻊ اﻟﻤﻐﺮب (رواه اﺑﻮ داود‬8 ‫ارﺗﺤﻞ ﺑﻌﺪ اﻟﻤﻐﺮب ﻋﺠﻞ‬
Artinya :“ Dari Muadz bin Jabal ,” bahwasannya Nabi saw dalam perang tabuk,
apabila beliau berangkat sebelum tergelincir matahari, beliau menta’khirkan shalat
Zhuhur hingga beliau kumpulkan dengan shalat Ashar, beliau gabungkaan keduanya
( Zhuhur dan Ashar) waktu Ashar, dan apabila berangkat sesudah tergelincir
matahari, beliau kerjakan shalat Zhuhur dan Ashar sekaligus, kemudian beliau
berjalan.

9
Dan apabila beliau berangkat sebelum Maghrib, beliau menta’khirkan Maghrib
hingga beliau melakukan shalat Maghrib beserta Isya’ dan apabila beliau berangkat
sesudah waktu Maghrib beliau segerakan shalat Isya’ dan beliau menggabungkan
shalat Isya’ bersama Maghrib.(HR.Abu Daud ) Adapun bepergian yang mendapat
kemudahan untuk menjama’ shalat adalah bepergian yang telah memenuhi kriteria
shalat qashar, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Al-Fiqh Ala Al-Madzahib
Al-Arba’ah sebagai berikut :
1. ‫ اﻟﻘﺼﺮاﻟﻤﺘﻘﺪﻣﺔ ﺑﺸﺮوط اﻟﺴﻔﺮ‬9 ‫ﻳﺠﻮز اﻟﺠﻤﻊ ﺑﻴﻦ اﻟﺼﻼﺗﻴﻦ اﻟﻤﺬﻛﻮرﺗﻴﻦ ﺟﻤﻊ ﺗﻘﺪﻳﻢ او ﺗﺄﺧﻴﺮ ﻟﻠﻤﺴﺎﻓﺮﻣﺴﺎﻓﺔ‬

2.2.6 Sholat Qasar

Berbeda dengan sholat jamak yang menggambungkan, shalat qasar artinya


meringkas. Rukhsah sholat qasar ialah meringkas 4 rakaat menjadi 2 rakaat. Contoh,
sholat dzuhur dikerjakan 2 rakaat, begitupun sholat ashar dan isya. INGAT: hanya
sholat dengan jumlah 4 rakaat yang boleh di qasar.

Maka dari itu, anda tidak diperbolehkan meng-qasar sholat subuh dan maghrib.
Berikut tata cara dan niat shalat qasar :
1. - Niat Salat Qashar
Niat salat qashar Dzuhur
"Usholli fardhol dhuhri rok"atainii qoshron lillaahi ta"aala."
Artinya: "Aku niat salat fardu dzuhur 2 rakaat qashar, karena Allah Ta"aala."
-Niat salat qashar Ashar
"Usholli fardhol ashri rok"atainii qoshron lillaahi ta"aala."
Artinya: "Aku niat salat fardu Ashar 2 rakaat qashar, karena Allah Ta"aala."
-Niat salat qashar "Isya
"Usholli fardhol isya"i rok"atainii qoshron lillaahi ta"aala."
Artinya: "Aku niat salat fardu Isya 2 rakaat qashar, karena Allah Ta"aala
2. Takbirotul Ikhram
3. Membaca Doa Iftitah
4. Membaca Surah Al-fatihah
5. Membaca Surah Pendek
6. Ruku" dengan tuma"ninah

1 SayyidSabiq, Fiqh Al-Sunnah, , (Beirut-lebanon : Dar Al-Fikr), Jilid 1t,th, h. 244.


Abu Daud, Sunan Abu Daud.,Op.cit h. 143
Abdurrahman Al-Jaziri, op,cit,. h.32

10
7. I"tidal dengan tuma"ninah
8. Sujud dengan tuma"ninah
9. Duduk di antara dua sujud dengan tuma"ninah
10. Sujud kedua dengan tuma"ninah
11. Berdiri lagi untuk menunaikan rakaat kedua
12. Membaca Surah Al-Fatihah
13. Membaca Surah Pendek
14. Ruku" dengan tuma"ninah
15. I"tidal dengan tuma"ninah
16. Sujud dengan tuma"ninah
17. Duduk di antara dua sujud dengan tuma"ninah
18. Sujud kedua dengan tuma"ninah
19. Tasyahud Akhir dengan tuma"ninah
20. Salam,
2.2.7 Tata Cara Sholat Jamak Qashar (Dhuhur dan Ashar)
Perlu diketahui juga bahwa salat jamak qashar juga bisa dilakukan dengan jamak
taqdim maupun jamak takhir. Berikut tata cara salat jamak qashar yang dilakukan
dengan jamak taqdim:
1. Niat Salat Jamak Qashar

Ushollii fardlozh zhuhri rok"ataini qoshron majmuu"an "ilaihil "asri jam"a ta"diiman
lillaahi ta"aalaa.
Artinya: " Aku berniat shalat duhur dua rakaat digabungkan dengan shalat Ashar
dengan jamak takdim, diQashar karena Allah Ta"ala."

2. Takbirotul Ikhram

3. Melaksanakan sholat dhuhur dua rakaat

4. Salam

5. Berdiri lagi dan berniat sholat yang kedua yakni Ashar

Ushollii fardlol "ashri ro"ataini qoshron majmuu"an bil zhuhri jam"a ta"diiman lillaahi
ta"aalaa.

Sedangkan shalat qaṣar menjadi sah apabila dilakukan dengan memenuhi


syarat-syarat sebagai berikut :
1. Hendaknya perjalanan itu panjang kira-kira ditempuh sejauh dua marhalah atau
dua hari, ataupun enam belas farsakh, menurut mayoritas ulama.

11
2. Hendaknya perjalanan itu merupakan perjalanan yang dibolehkan bukan
perjalanan yang diharamkan ataupun dilarang.15
3. Shalat yang boleh diqaṣar hanya shalat yang empat raka‟at saja, dan bukan
shalat qadha, shalat yang empat raka‟at ialah shalat zhuhur, „ashar dan „isya.
Adapun shalat subuh dan magrib tidak boleh diqaṣar.
4. Niat mengqaṣar pada waktu takbiratul ihram.
5. Tidak menjadi ma‟mum kepada orang shalat yang bukan musafir.
6. Baligh adalah syarat menurut mażhab Hanafi. Akan tetapi, mayoritas ulama tidak
mensyaratkannya maka anak kecil boleh mengqaṣar shalat. Karena, setiap orang
yang memiliki tujuan yang benar dan niat melakukan perjalanan, serta mencapai
jarak yang ditentukan maka ia boleh mengqaṣar shalat.17
7. Tempat yang dituju untuk melaksanakan shalat qaṣar haruslah tempat yang
tertentu untuk mengqaṣarnya, jika tidak maka tidak boleh qaṣar.

2.3 SHALAT JUM’AT

Shalat menurut bahasa berarti doa, Rahmat dari Tuhan. Shalat menurut fuqoha di
artikan sebagai ibadah yang terdiri dari perbuatan atau gerakan dan perkataan atau
ucapan tertentu yang di mulai dengan Takbir dan di akhiri dengan Salam.
Jum’at berasal dari kata ‫ﺟﻤﻊ‬-‫ﻳﺠﻤﻊ‬-‫ﺟﻤﻌﺔ‬yang berarti banyak, lebih dari satu atau dua,
mengumpulkan atau kata lain berjama’ah.2 Shalat Jum’at merupakan salah satu
kewajiban setiap muslim yang dilaksanakan pada hari Jum’at diwaktu zuhur, shalat
Jum’at merupakan kewajiban tersendiri (independen), bukan sebagai pengganti
shalat zuhur, hanya saja jika seseorang tertinggal shalat Jum’at maka dia wajib
melaksanakan shalat zuhur empat rakaat.
Kata “Jum’at” di dalam Al Qur’an disebut dengan al-Jumu’ah dan merupakan nama
dari salah satu surah di Al Qur’an. Dinamakan dengan shalat Jum’at, karena banyak
orang-orang berkumpul untuk melakukannya atau karena Adam dan Hawa
bertemu/berkumpul di mudzdalifah pada hari Jum’at dan karena itu pulalah
Mudzdalifah disebut dengan jam’an.
Ada yang mengatakan disebut Jumu’ah karena pada hari tersebut seluruh amal
kebaikan dikumpulkan. Ada yang mengatakan karena pada hari Jum’at, Allah SWT
mengumpulkan tanah sebagai embrio diciptakannya Nabi Adam AS. 5 Shalat Jum’
at merupakan shalat dua raka’at pada hari Jum’at dan di kerjakan pada waktu zuhur
sesudah dua khutbah. orang yang telah mengerjakan shalat Jum’at, tidak
diwajibkan mengerjakan shalat zuhur lagi. Shalat Jum’at fardhu’ ain bagi setiap
muslim yang mukallaf, laki laki, merdeka, sehat dan bukan musafir.
Sesungguhnya shalat Jum’at, sudah diperintahkan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad Saw. Semenjak beliau masih di Mekkah (sebelum hijrah), akan tetapi
selama di Mekkah belum dapat dikerjakan, dan baru setelah hijrah ke Madinah bisa
dikerjakan. Hadis-hadis sahih menjelaskan, bahwa permulaan Rasulullah SAW.
Mengerjakan shalat Jum’at, yaitu ketika di Madinah.
2

12
2.3.1 Syarat-Syarat Shalat Jum’at

Pelaksanaan Shalat Jum’at adalah sama dengan Shalat fardu lainnya kecuali
tentang beberapa hal; salah satu di antaranya ialah bahwa shalat itu harus
didahului dengan dua Khutbah. Dan dalam Madzhab Syafi’i di jelaskan
bahwa syarat shalat Jum’at terbagi dua, yaitu syarat wajib dan syarat sah .
Syarat wajib shalat Jum’at Di ungkapkan oleh Imam Taqiyuddin tentang
syarat wajib Shalat jum’at adalah sebagai berikut:
a.Islam.
b. Laki-laki, maka shalat Jum’at itu tidak wajib bagi wanita. Akan tetapi bila ia
menghadirinya, maka shalat Jum’atnya sah dan cukup baginya sebagai
pengganti shalat Zhuhur.
c. Merdeka, maka shalat Jum’at itu tidak wajib bagi hamba sahaya. Akan
tetapi apabila ia menghadiri dan melaksanakannya, maka shalat Jum’atnya
itu sah.
d. Berakal, maka shalat Jum’at itu tidak wajib bagi orang gila dan yang
hukumnya sama dengannya.
e. Baligh, maka shalat Jum’at itu tidak wajib bagi anak kecil yang belum
mencapai usia baligh.Sehat.
g. Istithan, bertempat tinggal tetap di tempat shalat jum’at itu
diselenggarakan secara permanen, tidak pergi dari tempat itu baik di musim
kemarau maupun di musim penghujan selain ada keperluan seperti pergi
untuk berdagang atau ziarah.

2.3.2 Syarat Sah Shalat Jum’at Syarat-syarat untuk dilakukannya shalat Jum’
at adalah:

a. Melakukannya secara berjamaah Salah satu diantara syarat-syarat


keabsahan dilakukannya shalat Jum’at adalah pelaksanaannya dilakukan
secara berjamaah. Shalat Jum’at yang dilakukan secara

2 Zainuddin Abdul Aziz Al-Malibari, Fath Al-Mu’in, (Surabaya: Al-HaramainJaya,


2006), h. 40.
Mahmudin, Panduan Amalan Hari Jum’at, (Yogyakarta: Mutiara Media, 2008), h. 17.
Moh Rifa’i, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, (Semarang: Karya Toha Putra, 1978), h. 175 .
Husain bin ‘Ali bin Abdurrahman, Jangan Sepelekan Shalat Jum’at,(Solo: Pustaka
Iltizam, 2009), h. 59.

13
sendirianmeskipun berdampingan dengan orang-orang yang
melakukannya secara berjamaah dihukumi tidak sah.
b. Memerhatikan seluruh syarat yang ada dalam shalat jamaah, seperti
bersambungnya saf-saf berjamaah.
c. Jarak antara dua shalat Jum’at minimal adalah satu farsakh. 14
d. Dilakukan di waktu zuhur.
e. Perkampungan/perkotaan di mesjid besar atau mushallah.
f. Adanya imam dan dilaksanakan di Mesjid.
g. Tidak boleh terlalu banyak dilaksanakannya shalat Jum’at di suatu daerah
tanpa sebab tertentu khutbah sebelum shalat Jum’at.15
h. Berjumlah empat puluh orang lelaki yang Mukallaf lagi menjadi warga
daerah itu, berada di satu tempat.
i. Jatuhnya waktu shalat diwaktu zuhur, tidak mengulang-ulang kecuali ada
kesulitan berkumpul.
j. Khutbah, Shalat Jum’at harus didahului oleh dua Khutbah.
k. Mendahulukan khutbah menggunakan bahasa arab sekalipun tidak
difahami jama’ah.
2.3.3 Syarat-syarat Khutbah
2.4 Khutbah dengan suara yang keras agar didengar seluruh jama’ah dan dengan
bahasa yang mudah difahami jama’ah.
2.5 Khutbah pertama dan kedua dilakukan secara berturut-turut.
2.6 Khatib menutup aurat.
2.7 Khutbah dimulai setelah tergelincir matahari.
2.8 Khatib hendaknya berdiri jika mampu.
2.9 Khatib duduk untuk berhenti sebentar diantara dua Khutbah.16
2.3.4 Rukun-rukun Khutbah
Rukunnya, yaitu membaca Hamdallah (memuji Allah), membaca shalawat atas Nabi
SAW, berwasiat taqwa sekalipun hanya sepatah kata sekalipun “ Athii’ullaah ” atau “
Ittaqullah ” dalam kedua khutbah, membaca ayat yang bisa difahami dan di salah
satu khutbah, berdoa yang di tunjukan kepada orang-orang Mukmin setelah khutbah
kedua, duduk di antara dua khutbah dengan tenang, pelaksanaan dua khutbah
dengan tenang, pelaksanaan dua khutbah dikerjakan secara berurutan dan muwalah
(bersambung) diantara rukun-rukunnya, antara rukun dan shalat, dalam keadaan
suci, menutup aurat, disampaikan dengan berdiri (bagi orang yang mampu). Jumlah
pendengarnya tidak kurang dari empat puluh orang.17
2.3.5 Ancaman Bagi Seorang lelaki yang Meninggalkan Shalat Jum’at
Barang siapa yang meninggalkan shalat Jum’at disebabkan karena menganggap
ringan atas kefardhuannya, maka hatinya dicap kenifakan (kamunafikan) oleh Allah
SWT. Dekat jauhnya ahli surga dihari kiamat, cepat lambatnya ia menziarahi Allah
SWT, adalah menurut dekat jauhnya mereka kepada imam dihari jum’at dan cepat
lambatnya datang ke Mesjid untuk melakukan shalat Jum’at.
Berdasarkankan Hadits Nabi Muhammad Saw:

14
‫ت ﻋﻦ أ ﺑﻲ اﻟﺠﻌﺪ اﻟﻀﻤﺮ ي و ﻛﺂ ﻧﺖ ﻟﻪ ﺻﺤﺒﺔ ان رﺳﻮل ﻫﻠﻼ ﺻﻞ‬ َ ‫ﻞ َث ّى ﻫﻠﻼ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻞ َم ْن‬
َ ‫ ّ َر َك َﺛ‬.‫م‬
‫ت ٍ ُج َﻣﻊ‬
َ ‫ق َﻫﺎ‬
ُ ‫ﻼ َﻋَﻠﻰ‬
ُ ‫ﺐ َع ﻫﻠ‬
َ ‫ِه)رواه اﺑﻮا داود( ْوب ُ ل ُو ًﻧﺎ َﻃ‬
18 Artinya : Barang siapa meninggalkan shalat Jum’at tiga kali karena
menganggapnya enteng, niscaya Allah akan menutup mata hatinya. (HR. Abu Daud).
1

2.3.6 Hal-hal yang dapat Menggugurkan kewajiban Shalat Jum’at

Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a Nabi Sawbersabda:
‫ ﻋﻦ ﻗﺎل رﺳﻮل ﻫﻠﻼ ﺻﻞ ﻟﻪ إل‬,‫ ﻣﻦ ﺳﻤﻊ اﻟﻨﺪاء ﻓﻠﻢ ﻳﺄﺗﻪ ﻓﻠﺼﻠﺔ ّ ّى ﻫﻠﻼ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻞ ﻋﻦ أ ﺑﻦ ﻋﺒـﺎ ش‬: ‫م ﻗﺎل‬
‫ﺻﺤﻴﺢ ا ﺑﻲ داود‬,‫ﻣﻦ ﻋﺬر)اأﻟﺮوإ ء‬

(26 Artinya : “siapa saja yang mendengarkan panggilan (azan), lalu tidak
menjawabnya maka shalatnya tidak sah kecuali karena ada uzur “.(H.R Abu Daud).
Lantas para sahabat bertanya“ Rasulullah apa udzur itu “? Beliau menjawab, “takut
dan sakit ”. Dengan begitu tidak lagi wajib shalat jamaah dan shalat Jum’at karena
takut terhadap orang yang zalim, penjara yang menyusahkan, tidak berpakaian,
takut siksaan yang di harapkan bisa di tinggalkan seperti teguran dari Allah SWT
atau manusia biasa, terkena hukum Qishash terkena cambukan atas tuduhan palsu
yang masih bisa di maafkan jika menghilang selama beberapa hari, dan takut
menambah sakit, ataupun memperlambat proses penyembuhannya. Jika seseorang
yang sedang sakit namun tidak berbahaya untuk pergi ke mesjid, baik dengan
menunggang hewan, di gendong atau seseorang bersuka rela untuk
memboncengnya, menggendongnya, ataupun menuntunnya jika ia seseorang yang
buta maka menurut Hambali, Maliki dan Syafi’i orang itu terkena kewajiban shalat
Jum’at.Mereka juga menambahkan seperti halnya pendapat Syafi’i boleh
meninggalkan shalat Jum’at ataupun berjamaah bagi orang yang terkena hukum
Qishash, jika masih diharapkan maafnya orang yang terkena cambukan atas
tuduhan palsu, jika masih di harapkan maafnya juga, karena itu adalah hak manusia,
adapun siapa yang terkena hukuman karena hak Allah SWT, seperti hukuman
berzina, minum minuman keras, dan memotong tangan pencuri maka tidak ada
alasan untuk meningglkan shalat Jum’at ataupun shalat berjamaah.

Ada beberapa keadaan yang menjadikan seseorang yang mestinya berkewajiban


menunaikan shalat Jum’at, tetapi di perbolehkan untuk tidak menghadiri jum’atan
(shalat Jum’at), yaitu: Hujan yang lebat, angin kencang, dan banjir yang
menyebabkan orang sulit keluar rumah menuju mesjid dan hal-hal lain yang dapat
menjadi uzur (halangan) seseorang untuk tidak menunaikan shalat Jum’at di
antaranya:
1. Seseorang terkena penyakit yang membuatnya sulit untuk pergi, seperti hujan.
Meskipun tidak lantas menghapus kewajiban untuk tetap melakukan shalat
fardhu. berbeda halnya jika sakitnya itu ringan, seperti sakit kepala ringan,
demam ringan, maka tidak mendapat udzur-udzur lainnya juga, yaitu
merawat orang yang tidak ada mengurusnya meski bukan kerabat atau
sejenisnya. karena menghilangkan kesusahan orang termasuk hal-hal
penting. ditambah lagi menderita karena tidak memiliki kerabatitu lebih besar
dari pada kehilangan harta. contoh bukan kerabat adalah istri, besan teman
dan ustadz.

15
2. Hujan tanah berair, cuaca sangat dingin, panas waktu zuhur angin kencang di
malam tidak di siang hari dan suasana yang sangat gelap, berdasarkan hadis
yang di riwayatkan oleh Ibnu Umar R.A ia berkata “ jika kami sedang bersama
Rasulullah SAW dalam suatu perjalanan, dimana malamnya sangat gelap
atau turun hujan maka akan ada orang yang menyeru, ”shalatlah di tempat
singgah kalian !. dan salju serta hujan es.

2.3.7 Hikmah Pelaksanaan Shalat Jumat dan Keistimewaan Hari Jum’at

Allah yang maha bijaksana telah mewajibkan shalat Jumat bagi kita.karena
itu adalah pertemuan orang muslimin yang penuh makna saling mencintai.
saat itu mereka meninggalkan segala aktivitas dan kesibukan duniawi,
mendengarkan khutbah dan nasehat dalam rangka memperbaiki urusan
dunia dan akhirat.30 Setiap peritah Allah SWT kepada hambanya seluruhnya
mempunyai tujuan, begitu pula dengan perintah shalat, adapun tujuan
disyariatkannya shalat diantaranya agar manusia selalu ingat kepada Allah
Swt, sehingga selalu terjalin hubungan secara vertikal antara hamba dan
Tuhannya yang telah menciptakannya. ikatan dan hubungan tersebut akan
ada ketika seseorang mendirikan shalat, dalam shalat ada bacaan (zikir) dan
Allah SWT telah menyuruh manusia agar banyak berzikir kepada Allah SWT,
baik dalam keadaan berdiri maupun duduk dan bahkan dalam keadaan
berbaring.31

Beberapa Hikmah di syariatkannya Shalat Jum’at antara lain:


1. Menyatukan orang-orang. Menyatukan orang-orang yang sudah mukallaf
lagi mampu dari penduduk Kota atau Desa dalam satu pertemuan,
silaturahmi dan kebersamaan seminggu sekali, yakni pada hari Jum’at
dalam pelaksanaan Shalat Jum’at.
2. Mendapatkan nasihat dan tuntunan tentang kemaslahatan agama dan
dunia Melalui khutbah yang disampaikan oleh Khatib, yang hal itu akan
membuat setiap muslim lebih siap dalam memikul kewajiban-kewajiban
mereka sekaligus membantu mereka untuk menunaikannya dengan sikap
istiqamah dan penuh semangat.
3. Shalat Jum’at itu menjadi kafarat yakni sarana penghapus dosa-dosa
yang terlanjur dilakukan dalam rentan waktu antar Jum’at yang satu
dengan jum’at yang lain 32
4. Memupuk rasa persamaan, persatuan dan persaudaraan.
5. Sarana tetap menjaga kebersihan.
6. Terdapat pengajaran dan pendidikan yang permanen dan terus menerus
bagi jiwa-jiwa orang-orang yang beriman.33
7. Shalat mampu melebur dan menghapus dosa kecil ataupun besar. Dalam
kehidupan sehari-hari orang tidak bisa dari salah dan dosa baik dosa
besar atau dosa kecil, baik yang langsung kepada Allah atau dosa kepada
sesama manusia. Dosa merupakan beban berat bagi orang yang
melakukannya, untuk melepaskan/meringankan beban berat tersebut
bisa dengan mengerjakan shalat, karena saat orang yang berdosa itu
sedang shalat berarti sedang menghadap Allah dan sedang konsentrasi
16
dengan perbuatan/pekerjaan shalatnya dan beban berat atau dosa
tersebut dilakukan sekaligus dihilangkan oleh Allah SWT, bagaikan
kotoran yang hilang dibasuh dengan air.
8. Shalat akan menentramkan jiwa/hati. Orang yang shalat dengan total
menghambakan diri kepada Allah SWT ia akan terhindar dari rasa gelisah,
takut dan khawatir, manakala menerima.
3

DAFTAR PUSTAKA

3 Nabhani Idris, Indahnya Syariat Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,


2013), h. 93. Zulkifli, Rambu-rambu Fiqh Ibadah, (Yogyakarta: Kalimedia,
2017), h. 99.
Hamdan Rasyid, Panduan Muslim Sehari-hari dari Lahir sampai Mati,
(Jakarta: Wahyu Qolbu, 2016), h.

17

Anda mungkin juga menyukai