Anda di halaman 1dari 11

PEMIMPIN DAN KOMUNIKASI

I. Pengantar
II. Tipe dan persyaratan komunikasi
III. Pengambilan Keputusan
IV. Keterampilan berdiskusi

V. Ikhtisar

I. Pengantar
Sebagai pusat kekuatan dan dinamisator bagi organisasi (perusahaan, kesatuan,
jawatan dan lain-lain) pemimpin harus selalu berkomunikasi dengan semua pihak,
baik melalui hubungan formal maupun informal. Suksesnya pelaksanaan tugas
pemimpin itu sebagian besar ditentukan oleh kemahirannya menjalin komunikasi
yang tepat dengan semua pihak, secara hirisontal maupun vertical ke atas dan
kebawah.

Teori komunikasi adalah cabang psikologi yang membahas komunikasi dan


segala fasenya, yaitu manusia, mekanis, institusional atau kelembagaan. Disiplin
ilmu psikologi neorologi dan elektronika yang ada kaitannya, dimasukan
dalamnya, karena diterapkan dalam komunikasi. Banyak ditekankan masalah
pengembangan model-model komunikasi dan paralelitas antara komunikasi
manusiawi dangang komunikasi lewat mesin-mesin.

C.P. Chaplin dalam bukunya Kamus lengkap Psikologi, 1975,1989)


mendefinisikan Komunikasi sebagai:
(1) Penyebaran (tranmisi, Pengiriman, Pengoperan) perubahan-perubahan energy
dari satu tempat ke tempat yang lain, seperti dalam tranmisi saraf;
(2) Proses tranmisi atau penerimaan tanda, sinyal atau pesan
(3) Satu pesan atau sinyal;
(4) Informasi yang diberikan oleh pasien kepada psikoterapis.

Definisi Komunikasi lainnya ialah sebagai berikut:


Komunikasi ialah arus informasi dan emosi-emosi yang terdapat dalam
masyarakat yang berlansung secara vertical (atas bawah, vice-versa)
maupunbsecara horizontal; dapat berarti pula hubungan atau persambungan
wahana/sarana-sarana.

Komunikasi ialah: kapasitas individu atau kelompok untuk menyampaikan


perasaan, pikiran dan kehendak kepada individu dan kelompok lain.
yang perlu diperhatikan pada komunikasi ialah: teknik komunikasi.
Teknik Komunikasi ialah: tatacara hubungan yang efisien baik melalui
penggunaan alat-alat komunikasi maupun tidak dengan semua unsure yang palin
melibatkan diri dalam suatu unit social.
Pada Teknik Komunikasi ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Manfaat Komunikasi
2. Arus Komunikasi
3. Kebijakan Komunikasi
4. Tipe dan persyaratan Komunikasi
5. Bentuk-bentuk Komunikasi

1. Manfaat Komunikasi (khususnya bagi satu organisasi):


a. Menghubungkan semua unsure yang melakukan interrelasi pada semua lapisan,
sehingga menimbulkan rasa kesetiakawanan dan loyalitas antar sesama.
b. Semua jajaran pimpinan dapat langsung mengetahui keadaan bidang-bidang yang
dibawahi; sehingga berlangsung pengendalian oprasional yang efisien.
c. Menjadikan rasa tanggungjawab semua anggota dan melibatkan mereka pada
kepentingan organisasi. Muncullah kemudian rasa ikut memiliki (melu
handarbeni) serta sense of belonging atau rasa menjadi bagian dari satu
kelompok.
d. Memunculkan saling pengertian dan saling menghargai tugas masing-masing,
sehingga meningkatkan rasa kesatuan dan pemantapan spirit de corps (semangat
krops).
2. Arus Komunikasi ialah: penyaluran segenap informasi, emosi dan keinginan yang
menyangkut semua unsur, tugas, pekerjaan dan relasi-relasi pribadi atau personal.
Arus informasi ini ditujukan kepada:
a. Penyampaian berita atau pengetahuan-pengetahuan mengenai komando, rencana,
pelaksanaan, factor-faktor penunjang dan penghambat tugas pekerjaan dan
supervise.
b. Mengantarkan informasi mengenai pendapat, perasaan atau emosi-
emosi,kehendak, hasrat dan aspirasi seluruh anggota dari staf pemimpin kepada
bawahan, vice versa. Timbullah arus emosi-emosi atau flow of emotion.
c. Arus informasi dan emosi bias berlangsung sebagai berikut:
-vertikal (arus vertical) dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas;
-horisontal (arus horizontal); yaitu interrelasi diantara eselon-eselon yang
sederajat;
-kombinasi vertical-horisontal, yaitu antar-relasi diantara semua unsure di dalam
organisasi.
d. Kualitas arus ini dapat dibagi pula atas;
-cepat atau lambatnya arus
-lama atau tidak lamanya berlangsungnya arus komunikasi
-kuat atau lemahnya arus komunikasi.
3. Kebijaksanaan Komunikasi (diterapkan demi meningkatkan arus komunikasi)
meliputi:
a. Hirarki nilai dan pentingnya informasi. Hal-hal yang paling penting, harus
didahulukan; yang kurang penting dapat ditunda atau dilakukan kemudian.
b. Informasi partial atau bagian demi bagian; atau informasi global yang harus
disampaikan secara keseluruhan.
c. Informasi dengan menjelaskan samapai detail atau informasi secara garis besar
saja (in general).
d. Perlu diperhatikan alasan dan tujuan-tujuan khusus dari komunikasi; terutama
demi meningkatkan rasa keterlibatan dan keikutsertaan/parsitipasi seluruh anggota
organisasi.
e. Jaringan-jaringan informasi perlu ditegakkan, agar arus informasi tersalur sampai
pada semua sasaran yang dituju. Misalnya jalur apakah yang akan dipakai?
Contohnya:
-Informasi tertulis melalui surat menyurat, laporan, intruksi, perintah, tugas, papan
pengumuman dan lain-lain.
-Informasi lisan: briefing, wawancara, tatap muka, lobbying.
-Folder, majalah, sticker, iklan, selebaran dan lain-lain.
f. Jalur supervise dan control yang melembaga, seperti: monitoring, inspeksi,
supervise, anjangsana, acara turun ke bawah, makan bersama dan lain-lain.
g. Pemanfaatan jalur-jalur tidak resmi, misalnya: pertemuaan occasional (secara
kebetulan), malam ramah tamah, penataran, latihan kerja atau in-service training.

II. Tipe Dan Persyaratan Komunikasi


Syarat-syarat komunikasi yang memungkinkan atau bersifat permisif, yaitu:
1) Dalam suasana yang bebas, gembira tanpa tekanan-tekanan tertentu, pemimpin
menerima individu lain tanpa prasangka dan dengan lapang dada.
2) Pemimpin menghargai kelebihan orang lain dan memahami serta memaafkan
kelemahan masing-masing orang.
3) Ia bersedia mendengar pendapat orang lain tanpa penilaian (non-evaluative
listening) dan prasngka-prasangka tertentu dan mampu ikut merasakan kehidupan
orang lain (einfuhlung atau sympathetic feeling).

Tipe atau Bentuk-bentuk Komunikasi


Leonard R. Sayles dan George strauss, dalam bukunya Human Behaviour in
Organization mengemukakan beberapa tipe komunikasi sebagai berikut:

Tipe lain ialah:


Komunikasi searah dan
Komunikasi dua arah.
Selanjutnya, keberhasilan kepemimpinan itu bergantung pada:
Kepampuan pemimpinan menjabarkan kebijakan/policy organisasi dan ide-ide
sendiri ke dalam pengertian-pengertian praktis, yang bias dipahami dan dapat
dilaksanakan oleh para pengikut atau bawahannya

Maka komunikasi yang efektif dan terbuka akan memudahkan penjabaran


kebijakan tersebut sekaligus pula memberikan fasilitas kelancaran kerja.
Kemunikasi ini juga menjadi sarana primer
Untuk mengubah tingkah laku, dengan jalan mempengaruhi dan meyakinkan
pengikut. Maka ada dua bentuk komunikasi dalam kepemimpinan organisasi;
yaitu komunikasi satu arah atau one way communication, dan komunikasi dua
arah atau two way communication.

Keuntungan dari komunikasi searah antara lain ialah sebagai berikut:


Dapat berlangsung cepat dan efisien, berlangsung top-down;
Dapat melindungi pemimpin, sehingga orang atau para pengikut tidak dapat
melihat dan menilai kesalahan-kesalahan dan kelemahan pemimpin.
Sedangkan kelemahan pada komunikasi satu arah ialah:
Kepemimpinannya bersifat otoriter;
Dapat menimbulkan ketidakjelasan, salah paham, penafsiran yang keliru, sentiment
dan banyak ketegangan.

Keuntungan komunikasi dua arah ialah:


a) Semua perintah dapat diterima dengan lebih akurat-tepat karena dapat ditanyakan
dan didiskusikan apabila pesan-pesan kurang dapat dimengerti
b) Bisa dikurangi salah paham dan salah interprestasi
c) Suasananya lebih demokratis.
Sebaliknya, beberapa segi kelemahan dari komunikasi dua arah ialah:
a) Komunikasi dan kepatuhan lebih lambat
b) Kemungkinan besar muncul sikap menyerang pada pengikut/anak buah dan
terdapat sikap bertahan pada diri pemimpin
c) Setiap saat bisa terjadi timbul masalah-masalah baru yang tidak terduga-duga
dengan adanya dialog terbuka. Artinya dapat muncul satu seri permasalahan
kepemimpinan (manajemen) baru, yang bias menyulitkan posisi pemimpin.

Sehubungan dengan pembagian tugas pekerjaan dalam struktur organisasi,


khususnya organisasi-organisasi formal, modern dan maha kompleks, maka
masalah koordinasi merupakan masalah yang sangat pelik; lalu masalah yang
paling gawat dalam koordinasi tersebut adalah komunikasi. Sebab tanpa
komunikasi yang efisien dan terkoordinasi dengan baik. Tidak mungkin orang
mengadakan kerjasama yang baik. Juga tidak mungkin terjalin relasi manusiawi
yang menyenangkan.

Komunikasi yang tidak lancar dapat menimbulkan dampak buruk, antara lain:
1) Timbulnya sentimental-setimentil, prasangka-prasangka dan ketegangan
ketegangan di kalangan para anggota organisasi.
2) Memunculkan konflik-konflik di antara bermacam-macam tingkatan dalam
organisasi garis atau organisasi model pyramidal.
Kesulitan dan ketidaklancaran komunikasi dapat disebabkan oleh:
a) Factor waktu; yaitu berbeda waktu berkumpul dan bekerja, shift works,
b) Factor ruangan berkerja dan belajar yang berbeda-beda
c) System pembagian kerja dan tugas yang tidak memungkinkan semua anggota
kelompok dapat bertemu bersama-sama.
Sparasi spatial, yaitu pembagian yang dibatasi oleh ruang dari unit-unit kerja,
semakin mempersulit koordiansi dari semuanya. Sehubungan dengan itu, jarak
spatial tadi cenderung mengarah kepada jarak/distansi social. Sungguhpun dalam
zaman modern ini masalah-masalah yang ditimbulkan oleh sukarnya komunikasi
itu sudah dapat diatasi dengan bantuan alat-alat modern seperti megaphone,
telephone, telex, radio facmile dan lain-lain, namun tetap saja separasi spatial itu
selalu menumbuhkan distansi social.
Pembagian tugas pekerjaan dalam organisasi yang komplek, misalnya partai
politik, jawatan, departemen dan lain-lain dapat juga menjadi penghambat dalam
komunikasi dan menyulitkan koordinasi. Khususnya pembagian unit-unit yang
terpisah-pisah dalam bentuk seksi-seksi, departemen organisasi staf, organisasi
garis, pembagian pada tingkat horinsontal dan lain-lain. Semua itu memudahkan
timbulnya konflik-konflik diantara bermacam-macam tingkatan dalam organisasi.
Komunikasi juga berlangsung tidak lancar apabila dalam organisasi terdapat
terlalu banyak kompetisi dan persaingan-persaingan yang tidak sehat. Misalnya
jika banyak anggota yang suka bermuka-muka manis dan selalu berusaha
menyenangkan majikan atau atasan dengan prinsip ABS (asal bapak senang)
sambil memfitnah kawan-kawan atau kelompok. Dalam sedemikian yang
dipenuhi persaingan dan kecurigaan. Komunikasi kebawah dan kesamping sering
jadi rusak, disebabkan oleh penambahan berita-berita dan intruksi yaitu
disengaja ditambah-tambah dan dibesar-besarkan, menunda-nundanya atau
dengan sengaja memutarbalikan dan menyalahtafsirkan intruksi dari atas. Karena
itu dalam organisasi, setiap individu dapat berfungsi sebagai filter-penyaring bagi
semua informasi baik yang dating dari bawah ke atas, maupun yang berasal dari
atas ke bawah.
Selanjutnya, kelompok-kelompok primer yang mempunyai latar belakang sosio-
kultural yang berbeda-beda, akan mempengaruhi fasilitas komunikasi dan
koordinasi; dan pasti menimbulkan hambatan-hambatan dalam komunikasi.
Misalnya, jika ada sekelompok kecil orang-orang batak yang bekerja di tengah-
tengah mayoritas buruh sunda, maka orang batak ini secara typis khas akan
menghayati perasaan sebagai kumpulan minoritas yang belum terserap atau
belum diterima oleh lingkungannya. Penghayatan tidak diterima ini
menimbulkan banyak prasangka, fustasi, terlalu peka atau over-sensitive. Bahkan
tidak jarang kelompol minoritas ini mejadi tidak rasional lagi, sangat setimentil
dan amat agresif. Lalu terjadilah bentrokan-bentrokan yang tidak bisa dihindari.
Factor lain yang menyulitkan kelancaran komunikasi ialah erat sekali kaitannya
dengan kelemahan kedua organisasi formal yaitu:
Organisasi formal itu cendrung mengabaikan factor-faktor personal dan emosional
dari kepribadian individu; sebab sangat mengutamakan rasionalitas, obyektivitas
dan hal-hal yang zakelijk (mengenai urusan) saja. Juga kurang memperhatikan
factor-faktor manusia serta unsur harapan manusianya, sehingga tidak berjalan
komunikasi yang lancer.
Sekalipun banyak organisasi mengagung-agungkan kebaikan sitem kompetisi dan
rivalitas, namun cepat atau lambat para pemimpinnya akan mengakui, bahwa
dengan unsur persaingan saja tidak akan dapat menghidupi organisasi. Sebab,
setiap organisasi pasti membutuhkan loyalitas dan kooperasi. Jika unsur loyalitas
kepada kawan seperjuangan sudah habis sama sekali, dan digantikan dengan
perjuangan individual secara mati-matian, persaingan tidak sehat, serta penonjolan
interest pribadi, tenti akan timbul banyak konflik dan kerusakan pada organisasi.
Pada akhirnya pemimpin akan meyakini bahwa unsur kompetisi saja tidak
menjamin kelestarian organisasi. Kompetisi selalu memanggil respons atau
antitese unsure kooperatif; jadi kompetisi senantiasa parallel dengan kooperasi.
Sedang idividualisme selalu berdampingan dengan kesadaran kelompok atau
sosialitas; dan mobilitas baik yang vertical maupun horizontal selalu
bergandengan dengan loyalitas. Dua katagori atribut tadi memang kontroversal
sifatnya, namun selalu saling melengkapi dan memberikan napas perjuangan
pada manusia, sehingga menimbulkan dinamika social.
Organisasi yang selalu diliputi oleh iklim kompetisi hebat dan mendewa-dewakan
factor uang dan waktu sebagai obyek-obyek paling vital dalam suasana kerja
sehari-hari, pasti akan menyebabkan:
Rasa ketakutan, kecemasan, ketidakpastian, ketegangan batin, bahkan juga rasa
panic dan putus asa pada bawahan (juga dilangan pemimpin).
Lagi pula, jika para pemimpin dan kaum teknokrat sudah bertekad mau
mengeliminir secara total elemen-elemen personal/pribadi dan mengutamakan
masalah-masalah murni teknis obyektif atas dasar perimbangan rasional melulu,
maka perbuatan ini tidak ubahnya dengan aktivitas mentranformasikan bawahan
(anak buah, rakyat dan lain-lain) menjadi mesin-mesin otomat. Inilah yang disebut
sebagai proses dehumanisasi pada organisasi-organisasi formal. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka kesulitan paling besar dalam komunikasi itu
disebabkan oleh karena:
Pemimpin mengabaikan unsur-unsur afektif-emosional dan factor kemanusiaan
lain, sehingga mengakibatkan tindakan dehumanisasi tadi.
Jelaslah, bahwa dalam melaksanakan fungsinya sebagai dinamisator dan
organisator, pemimpin harus selalu berkomunikasi, baik melalui formal maupun
informal.
Hubungan formal ialah jalinan ikatan antara pemimpin dengan bawahan
berdasarkan konvensi, ketentuan hukum, saluran resmi dan jalur komando untuk
melaksanakan koordinasi dan manajemen. Alat-alat yang dipakai antara lain ialah:
surat keputusan, intruksi, perintah, peraturan, pengumuman/maklumat, sambutan,
brefing, rapat kerja, lokakarya, seminar, kunjungan inspeksi, control dan
pengawasan.
Hubungan informal ialah hubungan berupa: kontak pribadi, pertemuan prive,
tukar-menukar pikiran, dengar pendapat melalui tatacara dan prosedur kebiasaan
dalam pergaulan biasa dan dialog.
Hubungan informal tersebut dapat disebut pula sebagai hubungan pribadi atau
relasi antar obyek; yaitu hubungan antara subyek dengan con-subyek, dalam mana
pribadi-pribadi yang berhadap-hadapan dan berdialog itu memperhatikan
perasaan-pikiran-kehendak sendiri maupun milik partner yang diajak
berbicara/berdialog.
Maka dialog itu ialah: pertukaran perasaan-pikiran-keinginan antara beberapa
orang yang berhubungan secara tatap muka.
Selanjutnya, alat komunikasi lainnya berbentuk: rapat-rapat. Misalnya rapat
kerja, rapat mingguan, rapat rutin, rapat bulanan, rapat tahunan dan lain-lain.
Rapat tersebut dapat dibagi dalam rapat pimpinan, rapat staf, dan rapat pimpinan
dengan bawahan, yang semuanya diharapkan menjadi forum komunikasi dan
dialog yang baik, lancar dan terbuka agar orang dapat masukan informasi serta
wawasan yang jelas; dan penting sekali bagi penentuan keputusan kebijaksanaan
di masa-masa mendatang.
III. Pengambilan Keputusan
Dalam kondisi ketidakpastian dengan banyak perubahan yang mendadak, maka
aktivitas pengambilan keputusan merupakan unsur yang paling sulit dalam
manjemen, namun juga merupakan usaha yang paling penting bagi pemimpin.
Dalam pengambilan keputusan tersebut tercakup kemahiran menyeleksi dan
menentukan keputusan yang paling tepat dari sekian banyak alternatif jawaban
atau pemecahan masalah. Selanjutnya karena dibebani tanggung jawab etis, maka
merupakan tugas yang cukup berat untuk memastikan satu keputusan di tengah
situasi yang tidak menentu, yang berlum dikenal sebelumnya, atau yang sering
muncul dengan mendadak.
Khususnya, perngambilan keputusan tersebut terasa sangat sulit ditengah
masyarakat pluralistis yang memiliki macam-macam ideologi, kemauan, dan
interest sendiri-sendiri. Sebab dalam masyarakat sedemikian pasti banyak
keanekaragaman, rivalitas dan konflik/pertentangan. Maka konflik dan oposisi
menjadi way of life dalam masyarakat modern, dengan banyak konflik dan
interorganisasi dan antar organisasi, yang jelas menyulitkan pemimpin dalam
mengambil keputusan yang paling benar.
Dalam kondisi sedemikian. KEPEMIMPINAN merupakan fungsi dari
keefektifan oprasional pada pengambilan keputusan di satu organisasi atau
administrasi. Jelasnya, apabila pemimpin mampu dengan tangkas, cerdas, cepat
dan arif bijaksana mengambil keputusan yang tepat, maka organisasi atau
administrasi bisa berfungsi secara efektif dan produktif. Sehubungan dengan
uraian di atas maka kepemimpinan itu merupakan kekuatan dinamis yang bisa
menumbuhkan motivasi motivasi, aspirasi, koordinasi dan integrasi pada
organisasi, yang semuanya sangat penting bagi pencapaian tujuan bersama.
H.A. Simon dalam bukunya Administrative Behaviour (1947), mengemukakan
tiga proses dalam pengambilan keputusan, yaitu:
1. Intelgence activity, yaitu proses penelitian situasi dan kondisi dengan wawasan
yang inteligent.
2. Design activity, yaitu proses menemukan masalah, mengembangkan pemahaman
dan menganalisa kemungkinan pemecahan masalah serta tindakan lebih lanjut;
jadi perencanaan pola kegiatan.,
3. Choise activity, yaitu memilih salah satu tindakan dari sekian banyak alternatif
atau kemungkinan pemecahan.
Teori lain yang dikemukakan oleh Stuart Chase dalam bukunya The popers
Study of Mankind (1956). Mengemukakan pendapat sebagai berikut:
Untuk memecahkan macam-macam permasalahan hidup yang dihadapi setiap
hari, terutama masalah yang rumit, manusia selalu diharuskan melakukan pilihan
dari sekian banyak alternatif. Untuk sampai pada satu keputusan, manusia
menggunakan enam carai yaitu:
1. Memohon petunjuk kepada Tuhan yang maha kuasa.
2. Memohon restu dan peunjuk dari orang-orang bijaksana (semakin tua penasihat
tersebut, maka baik atau makin arif petuah-petuahnya).
3. Mendasarkan diri pada firasat atau intusi sendiri
4. Menggunakan akal sehat atau common sense
5. Melandaskan diri pada daya pikir yang logis (logika)
6. Menggunakan cara-cara penyelesaian ilmiah data faktual, analisis, verfikasi,
bukti-bukti.
Enam cara ini bisa diterapkan secara tunggal murni, akan tetapi sering kali orang
mengunakan kombinasi dari beberapa atau keenam cara tersebut di atas.
Bagan pengambilan keputusan ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Selanjutnya Paul E Togeriun dalam tulisannya Manajemen menggambarkan


peranan pemimpin dalam pengambilan keputusan dengan bagan di bawah ini:
Iv. Keterampilan Berdiskusi
Kemampuan berdiskusi denga baik merupakan salah satu persyaratan yang mutlak
perlu bagi setiap unsur pimpinan, sebab, merupakan salah sattu cara
berkomunikasi dengan atasan, sesama kolega, dan bawahan, untuk memecahkan
permasalahan
Definisi diskusi (berasal dari bahasa latin discussio, dicutere, dis-cussum
memecahkan dalam berbagai potongan) memperbincangkan keuntungan dan
kerugiannya, bertukar pikiran, atauberdebat. Jadi Diskusi adalah semacam
pembicaranan bebas (free talk) yang melahirkan pada pemecahan masalah.
Diskusi dipakai sebagai forum untuk bertukar informasi, pendapat dan
pengalaman dalam bentuk tanya jawab yang teratur, dengan tujuan mendapatkan
pengeertian yang lebih luas, kejelasan yang lebih gamblang dan visi yang cermat
tentang suatu permasalahan, untuk menentukan kebijakan dalam mengambil
keputusan. Maka di dalam diskusi itu selalu terdapat kritik dari pihak lain dan
otokratik (keritik sendiri). Juga kita jumpai reasoning dan counter-reasoning, yaitu
pertimbangan akal dari satu pihak yang dengan alas an-alasan kontra yang
rasional dari pihak lain.
Teknik diskusi sangat bermanfaat bagi penggalian fakta idiil. Yaitu fakta yang
diharap-harapkan, diinginkan, dicita-citakan atau diangan-angankan; merupakan
fakta dan Sollen atau yang akan terjadi. Pada diskusi diharapkan terdapat:
interaksi yang timbal balik, suasana bebas, arus pemberian informasi seluas-
luasnya, pertimbangan kontra pertimbangan lain, kritik otokritik, reasoning
counter-reasoning. Maka diskusi merupakan teknik yang sangat berguna bagi
persiapan penelitian lapangan, pelaksanaan tindakan korektif selanjutnya,
penentuan keputusan dan lain-lain.
Manfaat diskusi ialah:
1. Karena luasnya materi dan persoalan yang dihadapi, diskusi dapat memperluas
dan memperdalam pengetahuan, perincian masalah, memperlebar sudut pandang
dan ruang lingkup permasalahan; serta memperluas cakrawala kemungkinan-
kemungkinan pemecahan.
2. Ada pendekatan multi-disipliner, multi-dimensional, berpikir secara kooperatif
dan akumulasi dari ide-ide yang konstruktif (pooling ideas), disertai kejernihan
pengertian dan kejelasan yang lebih gamblang.
3. Melalui diskusi, orang dapat meningkatkan proses pengendapan permasalahan;
ada proses internalisasi. Juga terdapat refleksi atau perenungan pemikiran kembali
berdasarkan wawasan baru segala sesuatu yang pernah didengar, dilihat dan
dipahami sebelumnya.
4. Pembentukan keperibadian menjadi lebih kaya dan lebih matang. Sebab selalu
saja pribadi itu bisa belajar dari hal-hal yang baru sebab dikemukakan oleh orang
lain disertai rasa tepa salira, serta menghargai pendapat orang lain. Juga berlapang
dada, belajar mendengar dengan baik dan tidak memaksakan pendapat sendiri
kepada orang lain; tidak picik dan bersikap terbuka, sehingga pribadi akan lebih
kaya.
Tujuan berdiskusi ialah:
Untuk memikirkan beberapa alternative kemungkinan pemecahan, yang diperlukan
dalam pengambilan keputusan.
Untuk mendapatkan informasi dan data selengkap mungkin dan memikirkan cara
penyelesaian masalah seefisien mungkin.
Sehubungan dengan semua itu, pelaksanaan diskusi harus berlangsung dengan
tertib, teratur, cermat, disertai kebersamaan dan partisipasi berpikir untuk
memperjelas dan memecahkan masalah.
I. Ikhtisar
Komunikasi adalah perhubungan atau persambungan. Bisa juga diartikan sebagai
arus informasi yang ada ditengah masyarakat. Maka sebagai makhluk social yang
harus mempertahankan hidupnya, manusia harus selalu menjalin komunikasi
dengan manusia lain untuk bisa berkerjasama dan berjuang bersama-sama.
Manfaat komunikasi bagi kelompok atau organisasi antara lian ialah:
1. Menghubungkan semua unsur, sehingga terjadi kesetiakawanan dan loyalitas
antar sesama
2. Prilaku operasional yang efisien
3. Pembangkitan rasa keterlibatan
4. Pemantapan spirit de corps
5. Juga berguna bagi peningkatan rasa tanggung jawab serta semangat
bekerja/berjuang, demi kemajuan organisasi.
Sebagai pusat kekuatan dan dinamisator dalam organisasi, melalui hubungan
formal amupun informal. Sebab suksesnya pelaksanaan tugas-tugas
kepemimpinan itu sebagian besar ditentukan sekali oleh keterampilannya menjalin
komunikasi dengan semua pihak yang ada kaitannya dengan kegiatan organisasi
tersebut.
Pada jaringan komunikasi roda, ada seorang pemimpin yang menjadi fokus
perhatian. Ia dapat berhubungan dengan seluruh anggota kelompok, tetapi setiap
anggota kelompok hanya dapat berhubungan dengan pemimpinnya. Jadi,
pemimpin sebagai komunikator dan anggota kelompok sebagai komunikan yang
dapat melakukan feedback pada pemimpinnya namun tidak dapat berinteraksi
dengan sesama anggota kelompoknya karena yang menjadi fokus hanya
pemimpin tersebut
Pada jaringan komunikasi rantai, satu anggota hanya dapat berkomunikasi
dengan satu anggota lain lalu anggota lain tersebut dapat menyampaikan pesan
tersebut pada anggota lainnya lagi begitu seterusnya. Sebagai contoh, si A dapat
berkomunikasi dengan B, B dengan C, C dengan D, dan begitu seterusnya.
Pada jaringan komunikasi Y, tiga orang anggota dapat berhubungan dengan
orang-orang disampingnya seperti pada pola rantai, tetapi ada dua orang yang
hanya dapat berkomunikasi dengan seseorang disampingnya.
Pada jaringan komunikasi lingkaran, setiap orang hanya dapat berkomunikasi
dengan dua orang disamping kiri dan kanannya. Dengan perkataan lain, disini
tidak ada pemimpin.
Pada jaringan komunikasi bintang, jaringan ini disebut juga jaringan
komunikasi semua saluran/all channel sehingga setiap anggota dapat
berkomunikasi dan melakukan timbal balik dengan semua anggota kelompok
yang lain.

Anda mungkin juga menyukai